2abdmunir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/63/2017/... · Web viewTeori dalam penelitian...
Transcript of 2abdmunir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/63/2017/... · Web viewTeori dalam penelitian...
Metodologi Penelitian Kuantitatif
PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------------
Manusia dipahami sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin
tahu. Melalui rasa ingin tahu ini, segala sesuatu yang pada mulanya
tidak terungkap menjadi terungkap secara jelas. Pada mulanya, sum-
ber pengetahuan manusia hanya didasari pada pengalaman, namun
seiring perkembangan pengetahuan itu sendiri sumber pengetahuan
manusia tidak lagi didasarkan pada pengalaman semata. Donald
Ary.al (2010) menyebutkan “The major sources of knowledge can be categorized under five headings: (1) Experience, (2) Authory, (3)
Deductive Reasoning, (4) Inductive Reasoning, and (5) The Scientific
Approach”. Maksudnya rasa ingin tahu manusia tidak hanya dapat
terjawab melalui pengalaman, namun melalui pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah pada dasarnya dilakukan guna menjawab
rasa ingin tahu manusia mengenai dinamika alam maupun sosial
yang berkaitan perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
rasa ingin tahu tersebut harus dijawab dengan jawaban yang benar
melalui aktivitas penelitian. Tidak bisa atau tidak boleh hanya dengan
melalui pikiran, perasaan atau perkiraan walaupun kedengarannya
terasa seperti benar. Jawaban atau pernyataan ilmiah harus berda-
sarkan data atau sejumlah informasi yang dikumpulkan dengan se-
jumlah cara atau metode yang telah dinilai benar, yang disebut meto-
dologi penelitian.
Patilima, Hamid. (2010) menyebutkan ”Suatu pernyataan di-
katakan bersifat ilmiah jika didukung oleh fakta, data yang diperoleh
secara logis, rasional, empirik dan memadai. Logis dalam arti runtut
alur pikirnya dalam menarik kesimpulan. Rasional maksudnya per-
1
1
Metodologi Penelitian Kuantitatif
nyataan-pernyataan memiliki alasan atau argumentasi yang cukup
kuat. Data yang memadai dalam hal ini maksudnya adalah data yang
detail dari sejumlah responden atau informan dengan kriteria yang
jelas dalam menopang pernyataan, sehingga dinilai cukup untuk
menarik kesimpulan.
Nawawi, Hadari (2005) menyebutkan bahwa pada dasarnya,
metodologi berarti ilmu tentang metode, dan bilamana dirangkai
menjadi Metodologi Penelitian, maknanya adalah ilmu tentang meto-
de yang dapat dipergunakan dalam melakukan kegiatan penelitian.
Oleh karena penelitian merupakan kegiatan ilmiah, maka metodologi
penelitian dapat diartikan juga sebagai ilmu untuk mengungkapkan
dan menerangkan gejala-gejala alam dan gejala-gejala sosial dalam
kehidupan manusia, dengan mempergunakan prosedur kerja yang
sistematis, teratur, tertib dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Selanjutnya, Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,
data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan siste-
matis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-
cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.
2
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Berkembangnya berbagai disiplin ilmu yang memiliki beragam
karakteristik tertentu, memberikan pengaruh pada metode penelitian.
Karena metode penelitian yang dipahami sebagai epistemologi atau
cara yang digunakan untuk memahami suatu obyek, akhirnya turut
berkembang dan menjadi lebih spesifik sesuai dengan karakteristik
masing-masing disiplin ilmu.
Ilmu sosial mengenal ada dua pendekatan, yakni pendekatan
positivistik dan pendekatan naturalistik. Pendekatan positivistik meru-
pakan pendekatan yang menekankan kepada data kuantitatif untuk
menjelaskan permasalahan yang diteliti. Misalnya, bahwa angka
putus sekolah yang tinggi erat kaitannya dengan faktor ekonomi
orang tua, terbukti adanya data bahwa anak-anak yang putus sekolah
berasal dari keluarga yang kurang mampu. Pendekatan naturalistik
merupakan pendekatan yang menekankan kepada apa sebenarnya
yang terjadi di balik fakta adanya anak putus sekolah. Jika yang
terbanyak adalah anak dari keluarga yang tidak mampu, apa yang
sebenarnya menyebabkan mereka tetap keluar dari sekolah mes-
kipun sudah diberi bantuan membayar iuran sekolah. Melalui pen-
jelasan yang telah dikemukakan, maka dapat dipahami bahwa meto-
de penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan untuk mengkaji
dinamika bidang keilmuan.
Upaya sistematik dalam konteks ini ditandai dengan adanya
kejelasan langkah-langkah yang ditempuh secara eksplisit, jelas dan
lugas mulai dari penentuan masalah sampai penarikan kesimpulan
dan atau generalisasi (perampatan) dan dapat direplikasi oleh peneliti
lain. Penelitian sebagai upaya sistematik memiliki arti bahwa untuk
dapat memperoleh pengetahuan yang benar, penelitian dilaksanakan
dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki in-
tegritas ilmiah. Penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori, prin-
3
Metodologi Penelitian Kuantitatif
sip-prinsip, serta asumsi-asumsi dasar ilmu pengetahuan dengan
menggunakan penalaran deduktif serta prosedur dan teknik siste-
matik.
Sebagai contoh, Creswell (2012) menyebutkan setidaknya ter-
dapat 6 sistematika penelitian yaitu: (1) mengidentifikasi masalah
penelitian, (2) mencari literatur yang sesuai dan mendukung, (3) men-
spesifikkan tujuan penelitian, (4) mengumpulkan data, (5) meng-
analisa dan mengintepretasikan data, dan (6) membuat laporan dan
evaluasi penelitian. Sistematika penelitian (Sumber: Creswell, 2012)
Aspek temuan dari suatu penelitian dalam bidang Ipteks secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu
sebagai hasil “menemukan” dan “mengembangkan”. Hasil peneli-
tian dikelompokkan ke dalam kategori menemukan apabila dari
masalah, metode dan hasil penelitian tersebut memenuhi indikator
aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain se-
belumnya. Sedangkan hasil penelitian dikatakan mengembangkan apabila temuan tersebut berupa penyempurnaan atau modifikasi dari
berbagai hasil penelitian sebelumnya yang berorientasi menghasilkan
4
Metodologi Penelitian Kuantitatif
produk, yang memiliki nilai tambah yang dignifikan terhadap produk
yang telah ada sebelumnya.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang be-nar sebagai penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilak-
sanakan oleh para peneliti dan ilmuan dalam bidang ilmunya masing-
masing. Pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, ge-
neralisasi-generalisasi, dan teori-teori yang telah dihasilkan dari
berbagai penelitian itu merupakan sumbangan penting bagi perkem-
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang.
Disamping itu hasil penelitian juga telah memungkinkan manusia da-
pat lebih baik memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi
dalam hidupnya.
Teori dalam penelitian kuantitatif menjadi faktor yang sangat
penting dalam proses penelitian itu sendiri. Separuh dari kegiatan
penelitian adalah proses berteori. Pada proses ini peneliti melakukan
analisis-analisis deduktif untuk mencoba menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi. Pada penelitian kuantitatif, teori atau paradig-
ma teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah
penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep,
menemukan metodologi, dan menemukan alat-alat analisis data.
Oleh karena itu, amat penting penelitian kuantitatif dibicarakan dalam
setiap pembahasan penelitian, mengingat perannya yang dominan
itu.
5
Metodologi Penelitian Kuantitatif
ILMU PENGETAHUAN, METODE, DAN PENELITIAN ILMIAH----------------------------------------------------------------------------
1. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui
langsung dari pengalaman, berdasarkan panca indra, dan diolah oleh
akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spon-
tan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebe-
naran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia
dengan realitas yang ada pada objek.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-
ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah
hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang
tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-
ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misal-
nya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di
tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan pra-
ilmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang
terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-me-
tode ilmiah.
Menurut pendapat Gordon (1994) pengertian pengetahuan
adalah struktur organisasi pengetahuan yang biasanya merupakan
suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan memenuhi kinerja
yang mungkin. Nadler (1986) berpendapat pengetahuan adalah
proses belajar manusia mengenai kebenaran atau jalan yang benar
secara mudahnya mengetahui apa yang harus diketahui untuk
6
2
Metodologi Penelitian Kuantitatif
dilakukan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan panca indra, dan
diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan
bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat
dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimi-
liki manusia dengan realitas yang ada pada objek. Para ahli filsafat
masih terus memperdebatkan definisi Pengetahuan, terutama karena
rumusan Pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan
sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)”.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-
ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah
hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang
tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-
ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah.
Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus
di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan
pra-ilmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang
terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-
metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat
tumbuhan temulawak untuk mengobati penyakit hepatitis B.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui atau
dipahami seseorang secara subjektif yang diperoleh dari pengalaman
7
Metodologi Penelitian Kuantitatif
menghadapi suatu fakta atau situasi berdasarkan panca indra, dan
diolah oleh akal budi. Pengetahuan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu
pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan
non-ilmiah ini tidak perlu dikaji ulang kebenarannya sedangkan
pengetahuan pra-ilmiah ini perlu diuji lebih lanjut menggunakan
metode-metode ilmiah.
Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berar-
ti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang ber-
disiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-
gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah
kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan ko-
heren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi ha-
rus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan di-
susun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar
pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci
dan setepat-tepatnya.
Sering orang menyalah artikan kata ilmu pengetahuan, karena
kata ilmu dan pengetahuan merupaka kata yang berdiri sendiri yang
mempunyai arti berbeda. Perbedaan nampak jelas jika diartikan
melalui etimologi yaitu Ilmu Merupakan terjemahan dari bahasa
Arab “ilm” yang berarti suatu bentuk aktifitas manusia, untuk memper-
oleh suatu pengetahuan dan pemahaman yang senantiasa lebih
lengkap yang lebih cermat tentang alam dimasa lampau, ilmu lahir
karena manusia mempunyai keingintahuan terhadap masalah diseke-
lilingnya baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial, peme-
cahan tersebut padadasarnya adalah meramalkan dan mengontrol
gejala natural atau sosial, mempelajari gejala ini disebut filsafat ilmu
yang artinya mempelajari gejala ilmu pengetahuan sebagai salah
satu bidang pengetahuan yang khas menurut sebab musabab ter-
8
Metodologi Penelitian Kuantitatif
akhir. Berdasarkan hal ini otologis dan aksiologis, muncul suatu per-
masalahan bagaimana mengembangakan landasan epitemologis
yang cocok. sekarang dan yang akan datang atau dalam bahasa
inggris science. Sedangkan Pengetahuan diartikan sebagai hasil tahu manusia
tehadap suatu objek yang dihadapinya, pengetahuan biasanya dapat
berupa barang-barang fisik, cara memahami dari seseorang biasanya
lebih melalui persepsi, baik lewat indra maupun lewat akal, selain itu
manusia juga mempunyai persepsi. Apabila objeknya berupa nilai,
maka pengalamannya lewat persepsi pula. Ilmu pengetahuan dime-
ngerti sebagai pengetahuan yang secara sistematis dan dan langkah-
langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoritis.
Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pe-
ngetahuan menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sis-
tematis berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabar-
kan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah ter-
tentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan
yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pe-
ngetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkese-
suaian (konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, me-
ngembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut
penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan mengguna-
kan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:
1) Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan
empiris. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta
analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelom-
pok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-
lain.
9
Metodologi Penelitian Kuantitatif
2) Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan
matematis. Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan
mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam ke-
lompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan
lain-lain.
3) Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut penge-
tahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara ana-
lisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis,
logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi
keberadaan seluruh kenyataan.
2. Metode IlmiahPada dewasa ini sebuah pernyataan dapat dikatakan andal
apabila sudah melalui tahap penelitian. Penelitian adalah suatu cara
untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari
bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu yang di-
lakukan secara hati-hati sehingga diperoleh pemecahannya. Di
samping itu, penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai
berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengum-
pulan dan penafsiran fakta-fakta. Untuk menjadi sebuah penelitian
yang valid diperlukan metode. Metode berasal dari kata Yunani yaitu
“ methodos” yang berarti jalan sampai.
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digu-
nakan para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Me-
tode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan
terkontrol. Kerlinger (2004) menghargai metode ilmiah karena sifat
self-correction. Metode ilmiah memiliki perangkat pemeriksaan untuk
pengendalian dan verifikasi kegiatan ilmuwan, serta memungkinkan
verifikasi independen oleh ilmuwan lain. Metode-metode (penelitian)
10
Metodologi Penelitian Kuantitatif
ilmiah dengan pendekatan kuantitatif, sebagaimana ilmu/sains mem-
punyai tujuan dasar: menemukan/mengembangkan teori. Pelaksana-
an metode ilmiah ini melalui tahap-tahap berikut:
1) Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus dise-
lesaikan, yang dapat muncul karena adanya pengamatan dari
suatu gejala-gejala yang ada di lingkungan.
2) Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah
dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga meng-
kaji teori atau kajian pustaka.
3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh
selama observasi atau telaah pustaka.
4) Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5) Menganalisis data (hasil) percobaan untuk menghasilkan kesim-
pulan.
6) Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pa-
da analisis data-data penelitian. Hasil penelitian dengan metode
ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas
ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh
siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
7) Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis
melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji
senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi
kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semes-
tinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah
yang dimaksud adalah :
1) Rasa ingin tahu
11
Metodologi Penelitian Kuantitatif
2) Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-
ada)
3) Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh
perasaan pribadi)
4) Tekun (tidak putus asa)
5) Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6) Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)
3. Penelitian IlmiahSalah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah
penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kem-
bali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau peneli-
tian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan
dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah dide-
finisikan sebagai rangkaian pengamatan yang sambung menyam-
bung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menje-
laskan dan meramalkan fenomena-fenomena.
Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah
sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan pene-
litian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menje-
laskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu
berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh pene-
litian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.
Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik un-
tuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat
karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1) Sistematik, yang berarti suatu penelitian harus disusun dan dilak-
sanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar,
dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
12
Metodologi Penelitian Kuantitatif
2) Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal
dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus ber-
langsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu
logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai
kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan
yang bersifat umum.
3) Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada peng-
alaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra)
yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian
diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada
tiga yaitu: (1) hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan
perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama
lain). (2) hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan
waktu. (3) hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan
ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4) Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus
diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang
sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang
sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional
variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Ada tiga kriteria utama dalam sebuah penelitian agar pe-
nelitian tersebut dapat dipercaya, yaitu:
1) Validitas, artinya menunjukkan derajat ketepatan antara data yang
dikumpulkan dengan objek yang diteliti oleh peneliti.
2) Reliabilitas, artinya ketetapan dari hasil pengukuran dari penelitian
dalam mengukur sebuah masalah dari data yang sudah dikumpul-
kan.
13
Metodologi Penelitian Kuantitatif
3) Objektivitas, artinya penelitian bersifat bebas, netral dan tidak
condong pada sebuah pandangan dan dapat dipertanggung ja-
wabkan oleh penelitian.
Adapun Tujuan Penelitian Ilmiah:
1) Penemuan, berarti hasil yang diperoleh dari penelitian itu adalah
sesuatu yang baru yang sebelumnya belum diketahui oleh banyak
orang.
2) Pembuktian, berarti data yang diperoleh digunakan untuk
membuktikan adanya sebab dan akibat dari variabel yang sedang
diteliti dengan data yang dikumpulkan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu.
3) Pengembangan, berarti penelitian digunakan untuk memperdalam
dan memperluas pengetahuan yang ada sehingga akan lebih
mudah untuk dipelajari.
Sedangkan Manfaat Penelitian adalah digunakan untuk me-
menuhi rasa keingintahuan manusia karena terbatasnya pengetahu-
an mereka. Sehingga berguna untuk memperluas pengetahuan
mereka dan memecahkan masalah-masalah yang sering muncul.
4. Jenis-Jenis Penelitian4.1. Penelitian menurut tujuan:
1) Penelitian murni merupakan penelitian yang dilakukan atau
diarahkan sekedar untuk memahami masalah secara
mendalam dan hasil penelitian tersebut untuk pengembangan
sebuah ilmu. Misalnya penelitian tentang teori pembelajaran.
2) Penelitian terapan merupakan penelitian yang diarahkan untuk
mendapakan informasi yang dapat digunakan untuk meme-
cahkan masalah. Contonya: penelitian tentang kesulitan belajar
yang terjadi pada siswa.
14
Metodologi Penelitian Kuantitatif
4.2. Penelitian menurut metode: 1) Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-
hubungan antar variabel. Contohnya: penelitian untuk mengeta-
hui seberapa besar tingkat pendidikan mempengaruhi penda-
patan masyarakat di indonesia.
2) Penelitian Ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan
untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian me-
nurut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Contoh: penelitian
tentang kebiasaan belajar, pola asuh orang tua, dan sebagai-
nya..
3) Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain
dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Terdapat empat
bentuk metode eksperimen yaitu: pre experimental, true expe-rimental, factorial, dan quasi experimental. Contoh: penelitian
tentang pengaruh susu terhadap gemuk badan.
4) Penelitian naturalistik sering juga disebut metode kualitatif yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah. Contoh: penelitian untuk mengungkapkan mak-
na upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu, penelitian
untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
korupsi.
5) Policy research (penelitian kebijaksanaan) adalah suatu proses
penelitian yang dilakukaan pada, atau analisis terhadap ma-
15
Metodologi Penelitian Kuantitatif
salah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya
dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk
bertindak dalam menyelesaikan masalah.
6) Action research adalah penelitian yang bertujuan untuk me-
ngembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya
produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat
meningkat. Contoh: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan
metode kerja dalam pelayanan masyarakat, penelitian mencari
metode mengajar yang baik.
7) Penelitian evaluasi adalah penelitian yang berfungsi untuk
menjelaskan fenomena suatu kejadian, kegiatan dan produk.
Contoh: penelitian proses pelaksanaan konversi minyak tanah
ke gas.
8) Penelitian sejarah adalah penelitan yang berkenaan dengan
analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlang-
sung di masa lalu. Contoh: penelitian terjadinya G 30 S PKI.
4.3. Penelitian menurut tingkat explanasinya 1) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk me-
ngetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghu-
bungkan antara varibel yang satu dengan yang lain. Contoh:
penelitian tentang struktur tanah di daerah yang sering
mengalami kebakaran hutan.
2) Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan. Contoh: penelitian yang membandingkan ke-
majuan perkembangan sekolah swasta yang berstandar SBI
dengan sekolah negeri yang berstandar nasional.
16
Metodologi Penelitian Kuantitatif
3) Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk me-
ngetahui hubungan dua variabel atau lebih. Contoh: penelitian
tentang pengaruh minat siswa terhadap keberhasilan siswa
4.4. Penelitian menurut jenis data dan analisis 1) Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan data
kualitatif (data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gam-
bar). Peneliti kualitatif yang berasumsi masing-masing bahwa
orang berbeda konstruksi maknanya atas kejadian yang sama,
mustahil mengharapkan hasil wawancara yang konsisten antar
individu atau antar kelompok walau mereka berasal dari or-
ganisasi yang sama. Peneliti kualitatif menolak landasan filo-
sofis konsep validitas eksternal, mendasarkan penolakannya
pada asumsi bahwa konteks tidak biasa, atau unik dan selalu
berubah. Berdasarkan asumsi ini, tidak ada alasan untuk
menerapkan konsep generalisabilitas karena temuan-temuan
penelitian tidak akan berlaku pada individu atau konteks ber-
beda. Para peneliti kualitatif memilih istilah transferabilitas yang
lebih psikologis daripada validitas eksternal atau generali-
sabilitas. Tranferablitas berasumsi (a) semua temuan penelitian
hanyalah sekumpulan hipotesis kerja tentang apa yang mung-
kin terjadi ketika hal-hal serupa terjadi dalam konteks serupa
dan (b) hanya para pengguna hasil penelitian yang dapat me-
nentukan apakah sebuah temuan transferabel untuk situasi-
situasi mereka.
2) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data
kuantitatif (data yang berbentuk angka atau data yang diang-
kakan). Di samping itu, penelitian kuantitatif adalah pendekat-
an-pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan,
17
Metodologi Penelitian Kuantitatif
menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik da-
ripada naratif. Menurut Cooper & Schindler (2006), riset kuan-
titatif mencoba melakukan pengukuran yang akurat terhadap
sesuatu. Penelitian kuantitatif sering dipandang sebagai antite-
sis atau lawan dari penelitian kualitatif, walau sebenarnya pem-
bedaan kualitatif-kuantitatif tersebut agak menyesatkan.
Donmoyer beralasan, banyak peneliti kuantitatif tertarik mem-
pelajari aspek-aspek kualitatif dari fenomena. Mereka melaku-
kan kuantifikasi gradasi kualitas menjadi skala-skala numerik
yang memungkinkan analisis statistic. Ciri khas pendekatan
kuantitatif lainnya adalah validitas internal, maksudnya apakah
instrumen penelitian betul-betul mengukur apa yang seharus-
nya diukur. Validitas internal dapat dikaji dengan beberapa
cara: (1) dengan mengorelasikan hasil pengukuran instrumen
dengan hasil pengukuran instrumen lain yang telah mantap
mengukur fenomena yang sama (concurrent validity), (2) de-
ngan menentukan apakah hasil-hasil pengukuran memberikan
prediksi tepat sebagaimana diharapkan (predictive validity),
atau (3) dengan menentukan apakah kajian-kajian empiris men-
dukung atau gagal mendukung hipotesis-hipotesis tentang
konstruk teoritis yang dapat dioperasikan dan diukur oleh
instrumen (construct validity)
5. Relevansi Penelitian Dan Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah usaha yang bersifat multi dimen-
sional, sehingga dapat didefinisikan dalam berbagai cara dan tidak
baku. Walau demikian ilmu pengetahuan perlu dilihat sebagai suatu
dasar (basic) proses berpikir manusia dalam melaksanakan berbagai
18
Metodologi Penelitian Kuantitatif
penelitian. Untuk itu ilmu pengetahuan dapat dihubungkan dengan
metode dan proses penelitian tersebut.
Relevansi penelitian dengan ilmu pengetahuan, berkembang
dari upaya manusia mencari jawaban atas berbagai pertanyaan
seperti “ini apa?”; “itu apa?”; “mengapa begini?”; “mengapa begitu?”
dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan “bagaimana hal itu
terjadi?” serta “bagaimana memecahkannya?”. Dengan dorongan
ingin tahu tersebut manusia selalu ingin mendapatkan pengetahuan
mengenai permasalahan yang tidak diketahuinya sehingga pada
akhirnya muncul pengetahuan-pengetahuan baru yang dikenal seba-
gai ilmu pengetahuan (knowledgement) yang sistematis dan teror-
ganisir. Dengan menggunakan akal dan pikiran yang reflektif, manu-
sia merasa mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Pendekatan yang digunakan dapat bersifat ilmiah dan non-
ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat berupa penelitian-penelitian, sedang-
kan pendekatan non-ilmiah dapat berupa akal sehat, prasangka,
intuisi, penemuan kebetulan atau coba-coba (trial and error) dan
mendapat otoritas ilmiah atau pikiran kritis. Berdasakan pengertian di
atas, terdapat hubungan yang erat antara ilmu pengetahuan dan pe-
nelitian. Para ahli menyebutkan bahwa tidak mungkin memisahkan
ilmu dengan penelitian dan diibaratkan sebagai dua sisi mata uang
yang sama.
Penelitian dan ilmu merupakan hasil dan proses. Penelitian
merupakan proses sedangkan hasilnya adalah ilmu. Ilmu dan pene-
litian merupakan proses yang berlangsung secara bersama-sama.
Artinya ilmu dan penelitian adalah proses yang sama sedangkan
hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth). Kebenaran yang
dimaksudkan adalah pengetahuan yang benar yang kebenarannya
terbuka untuk diuji oleh siapa saja.
19
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dengan relevansi atau hubungan tersebut dapat disebutkan
berbagai aspek yang menjadi peranan dari ilmu dan penelitian se-
hingga dapat disebutkan sesuatu yang dilakukan itu merupakan
karya keilmuan, seperti:
1) Mencandra/deskripsi. Fungsi ini berusaha untuk menggambarkan
atau menjelaskan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan.
2) Menerangkan/eksplanasi. Fungsi ini berusaha untuk menerangkan
kondisi-kondisi yang mendasari munculnya permasalahan atau
terjadinya peristiwa-peristiwa.
3) Penyusunan teori. Fungsi ini berusaha untuk menyusun teori/
prinsip/ aturan-aturan mengenai hubungan antara kondisi/ peris-
tiwa yang satu dengan yang lain.
4) Peramalan/prediksi. Fungsi ini berusaha untuk mengadakan
ramalan/prediksi, estimasi dan proyeksi terhadap permasalahan/
peristiwa dan dampak yang akan terjadi.
5) Pengendalian/Controling. Fungsi ini berusaha untuk melakukan
tindakan-tindakan pengendalian terhadap permasalahan/peristiwa.
Melakukan penelitian memang dibutuhkan ilmu pengetahuan
dan tidak akan muncul pengetahuan baru bila tidak ada sebuah pe-
nelitian. Dapat diketahui bahwa dari ilmu pengetahuan itu akan
muncul permasalahan-permasalahan baru yang harus dipecahkan
melalui penelitian, dengan ilmu pengetahuan pula penelitian dapat
dikerjakan, dan hasil pemecahan masalah dari penelitian tersebut
juga dapat dijadikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan baru.
20
Metodologi Penelitian Kuantitatif
PERMASALAHAN PENELITIAN---------------------------------------------------------------------------
1. Pengertian PermasalahanKerlinger (2004) mendefinisikan bahwa permasalahan adalah
kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; per-
masalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi
tercapainya tujuan. Secara umum, permasalahan adalah kesenjang-
an antara harapan/ideal (das sein) dengan kenyataan/realitas (das sollen).
Permasalahan penelitian berbeda dengan masalah-masalah
lainnya. Tidak semua permasalahan kehidupan dapat menjadi
permasalahan penelitian. permasalahan penelitian terjadi jika ada ke-
senjangan (gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang
ada; antara apa yang diperlukan dengan yang tersedia; antara
harapan dan kenyataan. Kriteria permasalahan yang dimulai dari
adanya kesenjangan ini biasanya berbentuk penelitian dengan pen-
dekatan kuantitatif. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, perma-
salahan diperoleh dari adanya ketertarikan terhadap hal-hal yang
unik dan memiliki nilai lebih yang pantas untuk diteliti. Ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengangkat permasalahan
penelitian, antara lain:
1) Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbul-
kan rasa ingin tahu pada calon peneliti ?
2) Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan, dan
latar belakang pendidikanya?
3) Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang di-
perlukan?
21
3
Metodologi Penelitian Kuantitatif
4) Apakah calon peneliti dapat menanggung segala pembiayaannya?
5) Apakah penelitian itu mengandung bahaya, ancaman, atau resiko
lainya?
6) Apakah calon peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang
telah tersedia?
Selain pertimbangan tersebut di atas, ada beberapa hal yang
juga harus dipertimbangkan secara ilmiah, apakah penelitian itu
memberikan sumbangan kepada perkembangan pengetahuan, anta-
ra lain:
1) Permasalahan itu hendaknya bertalian dengan konsep-konsep
yang pokok.
2) Permasalahan itu hendaknya mengembangkan atau memperluas
cara-cara mentes suatu teori.
3) Permasalahan itu memberi sumbangan kepada pengembangan
metodologi penelitian dengan menemukan alat, teknik, atau me-
tode baru.
4) Permasalahan itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep teori,
atau data dan teknik-teknik dari disiplin ilmu yang bertalian.
5) Permasalahan itu hendaknya dituangkan dalam desain yang
cermat dengan uraian yang teliti mengenai variabel-variabelnya
serta menggunakan metode-metode yang paling serasi.
2. Sumber Permasalahan PenelitianUntuk menemukan permasalahan dalam penelitian, dapat di-
laksanalan melalui penelusuran beberapa sumber, antara lain:
1) Pengalaman dan pengetahuan
2) Kepustakaan yang berhubungan dengan bidang studi kita
3) Mata kuliah-mata kuliah yang pernah diprogramkan
4) Jurnal, buku-buku, majalah-majalah, dan abstrak-abstrak.
22
Metodologi Penelitian Kuantitatif
5) Skripsi, tesis, disertasi
6) Profesor-profesor, teman
Untuk dapat menemukan permasalahn penelitian dari sum-
ber-sumber tersebut di atas, perlu adanya dukungan sikap seorang
peneliti, yaitu sikap mandiri dalam menemukan dan mengolah perma-
salahan penelitian. Memang bukan suatu hal yang mudah, akan
tetapi bukan hal yang terlalu sulit juga. Sikap kemandirian akan dapat
dicapai oleh peneliti apabila peneliti bersifat aktif dalam mencari dan
menemukan masalah. Ada beberapa yang dapat dilakukan oleh pe-
neliti akan memiliki sikap yang mandiri, antara lain:
1) Kepekaaan peneliti dalam menangkap fenomena problematic yang
terjadi dalam praktek, baik dalam labolatorium maupun masya-
rakat.
2) Kesiapan peneliti akan pengetahuan teori dan informasi penelitian-
penelitian terdahulu di bidang ilmu yang ditekuni.
3) Ketekunan peneliti mengikuti perkembangan mutakhir pada bi-
dang ilmu yang ditekuni.
3. Karakteristik Masalah yang BaikHal yang yang penting dan perlu diperhatikan oleh peneliti sete-
lah menemukan permasalahan adalah, apakah permasalahan yang
akan diangkat memenuhi karakteristik masalah yang baik. Masalah
yang telah dipilih sebaiknya dianalisis terlebih dahulu, agar hasil
penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun
tujuannya. Analisis itu dapat dilihat dalam perspektif substansi, teori
dan metode juga proses penelitian dan manfaat penelitian. Disam-
ping itu, agar hasil penelitian benar-benar berarti dan bermakna
(fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri.
23
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih perma-
salahan penelitian.
1) Memiliki nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat
yang positif. Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat dan ke-
pentingan bersama.
2) Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan/dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
a) Adanya data dan metode untuk memecahkan permasalahan
tersebut,
b) batas-batas masalah yang jelas,
c) adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
d) adanya biaya yang diperlukan, dan
e) tidak bertentangan dengan hukum.
3) Sesuai dengan tingkat kemampuan peneliti
4) Aktual
Aktual atau Up to date, artinya permasalahan yang akan diteliti
adalah fakta perilaku yang sedang “hangat” terjadi di tengah
masyarakat. Tentu saja aktualitas sebuah fakta perilaku akan
selalu dinamis dan berubah setiap periode waktu tertentu. Per-
masalahan perilaku seks bebas remaja saat ini terasa lebih aktual
dibandingkan perilaku agresif.
5) Urgen (penting)
Urgen, artinya permasalahan yang diteliti haruslah sesuatu yang
“mendesak” untuk diteliti. Dengan kata lain jika tidak segera
“jawabannya” akan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif
yang dapat merugikan kehidupan manusia. Perilaku rendahnya
kepatuhan membayar pajak jika tidak segera diteliti akan
24
Metodologi Penelitian Kuantitatif
menimbulkan dampak yang negatif, misalnya menurunnya pene-
rimaan kas negara yang berakibat pada berkurangnya APBN
untuk pembangunan sarana pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Setelah menemukan permasalahan dalam penelitian, peneliti
dapat merumuskan judul penelitian. Judul penelitian yang baik harus
mengandung beberapa unsur antara lain: variabel-variabel yang akan
diteliti, hubungan antara variabel dan populasi sasaran. Sebelum
menentukan bagaimana penelitian bisa dilakukan, terlebih dahulu
harus menentukan masalah apa saja yang bisa diteliti. Masalah pe-
nelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalah-
kan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu feno-
mena. Sedangkan variabel didefinisikan sebagai pembeda antara
sesuatu dengan yang lain.
Masalah penelitian ini akan menentukan kualitas penelitian
yang akan dilakukan. Baik buruknya penelitian seseorang tergantung
bagaimana seorang peneliti tersebut dapat mengidentifikasikan pene-
litian sebaik-baiknya. Menentukan masalah peneltian terkadang sulit,
hal itu dikarenakan kurang faham akan permasalahan tersebut. Untuk
menentukan permasalahan penelitian terlebih dahulu harus mema-
hami sumber masalah. Sumber masalah tersebut bisa berasal dari
manusia, program, dan fenomena di sekitar.
Terkadang kesalahan yang terjadi dalam penelitian adalah be-
rangkat dari paradigma yang salah. Penelitian yang yang benar
adalah dimulai dengan mencari dan mengidentifikasi permasalahan
yang ada. Barulah setelah mendapatkan permasalahan yang jelas,
baru bisa penelitian dilakukan. Banyak di antara peneliti terutama
mahasiswa ketika melakukan penelitian ilmiah, memulai dengan cara
yang salah, yaitu menentukan judul baru kemudian menentukan
permasalahan. Sebenarnya hal itu tidak benar dan perlu dibenarkan.
25
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kriteria masalah penelitian yang baik, antara lain:
1) Topik atau judul menarik
2) Pemecahan masalah benar-benar bermanfaat bagi orang-orang
dalam lapangan pekerjaan atau bidang tertentu.
3) Masalah harus merupakan hal baru
4) Masalah harus mengandung rancangan yang lebih kompleks.
5) Harus dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diinginkan
6) Tidak bertentangan dengan etika dengan moral
Agar masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, bi-
asanya masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian harus
berdasarkan beberapa parameter yaitu :
(1) Menarik,
(2) Bermanfaat,
(3) Hal Yang Baru,
(4) Dapat Diuji (Diukur),
(5) Dapat Dilaksanakan,
(6) Merupakan Masalah Yang Penting,
(7) Tidak Melanggar Etika.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu
kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan
membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan
sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara feno-
mena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab mau-
pun sebagai akibat. Mengingat demikian pentingnya kedudukan
26
Metodologi Penelitian Kuantitatif
perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai
memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan
melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari
penelitian itu sendiri.
Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua
sifat, meliputi:
(1) perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan
antar fenomena, dan
(2) perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menun-
jukkan adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih
fenomena.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan peneli-
tian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai
penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat
dilakukan.
(2) Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus
dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati,
akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sam-
pai di lapangan.
(3) Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu
jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh
peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan
oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data
mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui
perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak
relevan bagi kegiatan penelitiannya.
27
Metodologi Penelitian Kuantitatif
(4) fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan
adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menja-
di dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan men-
jadi populasi dan sampel penelitian.
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipe-
nuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu:
(1) kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud
kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik per-
tanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan
yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghu-
bungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan
manusaia.
(2) Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat
atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkem-
bangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan
akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik se-
bagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan
teori-teori yang sudah ada.
(3) Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang ba-
ik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan prag-
matis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan
implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan se-
cara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan
manusia.
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian,
didapati beberapa variasi, antara lain:
(1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sis-
tematika peneliti,
28
Metodologi Penelitian Kuantitatif
(2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-
sama dengan latar belakang penelitian dan
(3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian. Di
manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya
tidak terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan pene-
litian yang bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan
masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya,
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya me-
miliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah
yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian,
hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan pene-
litian yang telah dirumuskan.
Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik
ialah dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang
sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi
masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti. Perlu juga adanya
pertimbangan dalam penentuan masalah, diantaranya sebagai
berikut:
1) Dapat Dilaksanakan.
Jika kita memilih masalah tertentu, maka pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini bermanfaat bagi kita untuk mengecek apakah kita
dapat atau tidak melakukan penelitian dengan masalah yang kita
tentukan:
a. Apakah masalah tersebut dalam jangkauan kita?
b. Apakah kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan pene-
litian dengan persoalan tersebut?
29
Metodologi Penelitian Kuantitatif
c. Apakah kita akan mendapatkan akses untuk memperoleh
sample yang akan kita gunakan sebagai responden sebagai
sarana pemerolehan data dan informasi.?
d. Apakah kita mempunyai alasan khusus sehingga kita percaya
akan dapat memperoleh jawaban dari masalah yang kita
rumuskan?
e. Apakah metode yang diperlukan sudah kita kuasai?
2) Jangkauan Penelitiannya.
Apakah masalahnya cukup memadai untuk diteliti? Apakah jum-
lah variabelnya sudah cukup? Apakah jumlah datanya cukup un-
tuk dilaporkan secara tertulis?
3) Keterkaitan.
Apakah kita tertarik dengan masalah tersebut dan cara peme-
cahannya? Apakah masalah yang kita teliti berkaitan dengan
latar belakang pengetahuan atau pekerjaan kita? Jika kita
melakukan penelitian dengan masalah tersebut apakah kita akan
mendapatkan nilai tambah bagi pengembangan diri kita?
4) Nilai Teoritis.
Apakah masalah yang akan diteliti akan mengurangi adanya ke-
senjangan teori yang ada? Apakah pihak-pihak lain , seperti
pembaca atau pemberi dana akan mengakui kepentingan studi
ini? Apakah hasil penelitiannya nanti akan memberikan sum-
bangan pengetahuan terhadap ilmu yang kita pelajari? Apakah
hasil penelitiannya layak dipublikasikan?
5) Nilai Praktis.
Apakah hasil penelitiannya nantinya akan ada nilai-nilai praktis
bagi para praktisi di bidang yang sesuai dengan masalah yang
akan diteliti? Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
nilai praktis ini sebagai berikut:
30
Metodologi Penelitian Kuantitatif
a) Apakah pemecahan masalah dalam penelitian itu dapat
meningkatkan praktik atau pelaksanaan pendidikan?
b) Apakah para praktisi psikologi/pendidikan itu nanti akan ter-
tarik dengan hasil penelitian yang anda lakukan?
c) Apakah hasil penelitian itu nanti bisa mengubah sistem pendi-
dikan?
d) Apakah dengan hasil penelitian itu nanti akan mengubah cara-
cara Anda dalam melaksanakan praktik pendidikan?
Secara singkat, cara perumusan masalah yang baik adalah se-
bagai berikut :
1) Menguraikan masalah utama sesuai dengan latar belakang pene-
litian dan judul penelitian. Alangkah baiknya apabila peneliti mam-
pu membuat definisi atau rumusan masalah.
2) Menyusun masalah yang akan diteliti yang dijadikan fokus atau
pokok-pokok penelitian sesuai dengan urutan judul penelitian.
3) Setiap pokok penelitian erat hubungannya dengan variabel yang
diteliti, serta kaitan antara variabel yang satu dengan variabel
yang lainnya secara rasional dan proporsional.
4) Pokok-pokok yang akan diteliti diungkapkan berbentuk kalimat
tanya.
5) Setiap pokok penelitian merupakan definisi operasional variabel.
6) Setiap variabel yang diteliti harus jelas menggambarkan objek
yang diteliti.
7) Dari setiap indikator yang diteliti harus disesuaikan dengan jenis
instrumen penelitian yang bisa mengungkap masalah yang dicari
jawabannya.
8) Jawaban penelitian sesuai dengan jenis penelitian apakah pene-
litian kualitatif atau penelitian kuantitatif.
31
Metodologi Penelitian Kuantitatif
4. Identifikasi Masalah PenelitianMengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan
mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit
dalam suatu proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah
karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana
mencari permasalahan penelitian. Oleh karena itu, biasanya para pe-
neliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti.
Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada ke-
tajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan
sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar
mendaftar sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu
karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi
untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masa-
lah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan ma-
salah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah
merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus
memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasar-
kan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan
disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan
ditemukan (identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian
dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti ter-
gantung ketajaman dan kemandirian (kepekaan, kesiapan dan kete-
kunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu mem-
perhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/
menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang
ada, (2) urgen/mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila
dipecahkan.
32
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Walaupun dari proses identikasi masalah telah berhasil
ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan
beberapa hal untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah minat/motivasi/dorongan peneliti,
kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan
sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber
yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah
terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masa-
lah penelitian untuk dicari jawabannya.
Secara garis besar, ada beberapa bentuk analisis yang perlu
diperhatikan:
1) Analisis Substansi Masalah
Analisis substansi masalah itu sendiri. Masalah yang dipilih me-
miliki relevansi akademik dalam arti termasuk bidang keilmuan
apa; misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, teologi
dan sebagainya. Dengan mengetahui kedudukan masalah dalam
konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan menda-
lami permasalahan itu dan menempatkannya dalam pokok ba-
hasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan cara
ini peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut
pandang keilmuan yang ada.
2) Analisis Teori Dan Metode
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan ma-
salah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan
teori dari dasar sebagai acuan utama. Oleh karena itu, setiap pe-
nelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Maka, perlu di-
susun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran untuk
memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori
33
Metodologi Penelitian Kuantitatif
yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan digu-
nakan. Uraian dalam menganalisis teori merupakan hasil berpikir
rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek
yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah yang akan di-
teliti. Masalah yang diteliti hendaknya dapat dicari rujukan kepus-
takaan, perspektif teoritik dan metodenya. Dengan pertimbangan
ini dapat ditelusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal
maupun hasil penelitian terdahulu, penelitian semakin tajam dan
terarah dalam memfokuskan penelitiannya. Perspektif teoritik ber-
manfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan memi-
liki starting point dan point of view yang jelas sehingga peneliti
akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap fenomena.
3) Analis Institusional
Jenis, bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan
institusi mana peneliti memperpersembahkan penelitiannya. Pene-
litian untuk skripsi tentu memiliki kulalifikasi yang berbeda dengan
tesis atau disertasi. Perbedaan bisa terletak pada substansinya,
seperti kedalaman, keluasan, keaslian, kejelasan, keutuhan masa-
lah yang diangkat; atau pada metodologinya seperti perspektif
teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik penulisan atau pela-
porannya.
4) Analisis Metodologis
Masalah yang diangkat hendaknya terjangkau, baik dari aspek
metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri. Peneli-
tian yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit dilakukan
daripada masyarakat awam, maupun agama, lebih sedikit jum-
lahnya. Penelitian tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit
karena datanya sulit dicari.
34
Metodologi Penelitian Kuantitatif
KAJIAN TEORI/PUSTAKA---------------------------------------------------------------------
1. Pengkajian Teori/pustakaPengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau
studi pustaka. Karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi
atau kajian kepustakaan. Studi kepustakaan atau studi literatur,
selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung
penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu
yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke
mana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat
sehingga situasi yang diperlukan diperoleh.
Kajian teori/pustaka memiliki tiga pengertian yang berbeda.
1) Kajian teori/pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin
pernah dibaca dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan
maupun sebagai koleksi pribadi.
2) Kajian teori/pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau
landasan teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk
menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti
menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori.
3) Kajian teori/pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara
khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji.
Kegiatan penyusunan kajian teori/pustaka bertujuan mengum-
pulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau
pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan
dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, doku-
men-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Selain
itu, kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan terjadinya
35
4
Metodologi Penelitian Kuantitatif
pengulangan, peniruan, plagiat. Dasar pertimbangan perlu disu-
sunnya kajian teori/pustaka dalam suatu rancangan penelitian di-
dasari oleh kenyataan bahwa setiap objek kultural merupakan gejala
multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu kali secara
berbeda-beda, baik oleh orang yang sama maupun berbeda. Ber-
dasarkan berbagai pendapat ahli, kajian teori/pustaka adalah bahan-
bahan bacaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang pernah
dibuat yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian yang
dikaji.
2. Cara Menyusun Kajian teori/PustakaMenurut cara penyajiannya, kajian teori/pustaka dapat dibe-
dakan menjadi dua macam, yaitu (a) penyajian sesuai dengan tahun
penelitian; dan (b) penyajian disesuaikan relevansi, kedekatannya
dengan objek.
1) Sesuai dengan Tahun Penelitian
Cara penyajian kajian pustaka dalam jenis ini disajikan secara
kronologis dengan pertimbangan bahwa aspek kesejarahan
memiliki makna tertentu dalam menentukan objektivitas penelitian
seperti dilakukan dalam berbagai analisis persepsi masyarakat.
2) Sesuai dengan Relevansi dan Kedekatan dengan Objek
Cara kedua dilakukan dengan pertimbangan relevansi kedekatan
penelitian dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan.
Sebagai penelitian ilmiah cara kedua ini dianggap lebih baik
dengan pertimbangan bahwa penelitian yang dilakukan memang
baru berbeda dengan penelitian lain. Selain itu, penelitian yang
memiliki relevansi paling kuat yang mengantarkan peneliti untuk
melakukan penelitian selanjutnya sekaligus menghindarkan
terjadinya duplikasi.
36
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Selain kedua jenis di atas, terdapat pula dua cara penyajian
kajian teori/pustaka yang berbeda, yaitu (a) secara deskriptif; (b)
secara deskriptif dengan analisis.
1) Penyajian kajian teori/Pustaka secara Deskriptif
Penyajian kajian teori/pustaka secara deskriptif ini hanya meng-
uraikan tanpa menyebutkan persamaan dan perbedaannya de-
ngan pertimbangan bahwa analisis akan diuraikan pada bab beri-
kutnya.
2) Penyajian Kajian teori/pustaka secara Deskriptif dengan Analisis
Penyajian kajian teori/pustaka secara deskriptif dengan analisis
selain berbentuk deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbe-
daan dan persamaannya.
Dengan demikian, kajian teori/pustaka menunjukkan di mana
posisi penulis dalam kaitannya dengan penelitian yang sudah pernah
dilakukan, apakah menolak, mengkritik, menerima, dan atau yang
lainnya. Penyusunan kajian teori/pustaka meliputi beberapa langkah
sebagai berikut:
1) Membaca karya-karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang
terkait
2) Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan-bahan bacaan
3) Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap kar-
ya ilmiah sebelumnya yang relevan.
Berikut beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan
untuk memperoleh teori-teori yang relevan.
1) Buku Teks
Buku teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan
dengan interval yang tidak tentu. Buku teks berkenaan dengan
suatu bidang ilmu yang isinya menyeluruh dan biasanya digu-
nakan sebagai buku wajib dalam mata kuliah tertentu.
37
Metodologi Penelitian Kuantitatif
2) Jurnal
Jurnal adalah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-
hasil seminar yang diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah. Jurnal
yang berisi hanya ringkasan-ringkasan artikel dari pengarang dina-
makan review journal atau abstract journal. Review journal adalah
majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang dipersingkat dalam
suatu cabang pengetahuan.Abstract journal adalah majalah ilmiah
yang berisi singkatan atau ikhtisar (judul, metode serta kesimpul-
an) dari artikel-artikel pada jurnal-jurnal terbaru.
3) PeriodicalPeriodical adalah majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala
oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta yang berisi
hasil penelitian yang dikerjakan.
4) YearbookYearbook adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun
yang diterbitkan tiap tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta,
yang diterbitkan setiap tahun. Ada kalanya tiap tahun yearbook yang dikeluarkan membahas suatu masalah bidang ilmu.
5) Buletin
Buletin adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan secara ber-
kala yang berisi catatan-catatan ilmiah ataupun petunjuk-petunjuk
ilmiah tentang satu kegiatan operasional. Biasanya dikeluarkan
oleh lembaga negara ataupun oleh himpunan profesi lilmiah. Tiap
buletin biasanya berisi satu artikel saja. Jika bulletin berisi satu
artikel mengenai hasil penelitian, sering disebut contributions.6) Circular
Circular adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis, biasanya
dikeluarkan oleh lembaga negara atau swasta seperti universitas,
lembaga penelitian, dinas-dinas dan sebagainya.
38
Metodologi Penelitian Kuantitatif
7) LeafletLeaflet berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diter-
bitkan oleh lembaga negara atau swasta, dengan interval yang
tidak tetap.
8) Annual ReviewAnnual review berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah
diterbitkan selama masa setahun atau beberapa tahun yang
lampau. Dalam menggunakan annual review, dimulai dengan
mencariannual review terbaru kemudian mundur ke jilid-jilid se-
belumnya.
9) Off PrintAdakalanya perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pe-
ngarang yang terlepas dari majalah atau dari buku teks. Bahan
demikian dinamakan off print.10) Reprint
Reprint merupakan satu dari artikel yang sudah dimuat dalam satu
majalah ilmiah kemudian dicetak ulang oleh penerbit secara terpi-
sah dan diberi sampul.
11) Recent AdvanceRecent advance adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel
yang tidak diperoleh dalam review journals.12) Bibliografi
Bibliografi adalah buku yang berisi judul-judul artikel yang mem-
bahas bidang ilmu tertentu. Dalam buku tersebut diberikan judul,
pengarang, tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari
sumber mana artikel tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan
buku referensi pada perpustakaan. Pembaca dengan membaca
buku ini memperoleh petunjuk mengenai artikel-artikel yang
39
Metodologi Penelitian Kuantitatif
berguna dalam bidang ilmu tertentu, dan dalam buku atau majalah
ilmiah mana artikel tersebut dapat diperoleh.
13) HandbookHandbook adalah buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara
atau swasta yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu
masalah tertentu, ataupun tentang sutau fenomena yang bersifat
umum. Handbook ini bisa saja mempunyai pengarang, ataupun
tanpa pengarang, tetapi dikumpulkan oleh suatu instansi tertentu.
14) Manual
Manual adalah buku petunjuk tentang mengerjakan atau melaku-
kan sesutau secara terperinci. Biasanya mengenai suatu masalah
praktis, baik dalam mengukur, melakukan kegiatan atau memakai
sesuatu secara benar.
3. Manfaat Kajian Teori/PustakaAda empat manfaat dari kajian teori/pustaka yaitu:
1) Dapat terhindar dari terjadinya peniruan, plagiasi, dan penipuan
dalam berbagai bentuknya
2) Sebagai tanggung jawab moral, kejujuran bagi seorang ilmuwan
untuk menghargai pendapat orang lain.
3) Menunjukkkan bahwa masalah yang diteliti memang kaya makna
sehingga layak untuk dibicarakan kembali
4) Menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan memang berbeda,
sekaligus menunjukkan bahwa dalam penelitian yang sedang
dilakukan akan ditunjukkan hal-hal baru yang berbeda dengan
penelitian lain.
Setelah menyusun kajian teori/pustaka, yang berisi deskripsi
analitis bahan bacaan dari hasil penelitian sebelumnya yang relevan,
langkah selanjutnya adalah menyusun landasan teori. Landasan teori
40
Metodologi Penelitian Kuantitatif
adalah pembicaraan tentang teori, bagaimana konsep-konsepnya,
siapa yang menggagas, kapan ditemukan, dan sebagainya. Kajian
pustaka adalah pustaka yang secara khusus berkaitan dengan objek
formal. Dengan kata lain landasan teori bersifat umum dan kajian
pustaka bersifat khusus.
Terdapat lima hal yang diperhatikan dalam penyusunan lan-
dasan teori/pustaka:
1) Teori harus disusun secara hierarkis, teori disusun dari yang
paling relevan kemudian ditambah dengan teori pelengkap atau
komplementer.
2) Menghindari penggunaan secara eksplisit teori tertantu untuk
menganalisis masalah tertentu dan aplikasinya pada bab-bab ter-
tentu. Cara demikian dapat terjadi pemisahan masalah yang satu
dengan masalah yang lain.
3) Menggunakan teori yang paling baru yang usianya lebih dari lima
tahun diterbitkan dianggap kurang mutakhir.
4) Menggindari penggunaan teori yang hakikatnya berlawanan.
5) Landasan teori hendaknya mengandung lima unsur sebagai
berikut:
a. Judul teori, misalnya semiotika, feminis, konstruktivis, dll.
b. Penemu atau penggagas
c. Konsep-konsep kunci
d. Sejarah perkembangan secara singkat
e. Bagaimana penggunaannya dengan contoh-contoh secara
nyata sesuai dengan objek.
Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan landasan teori
adalah:
1) Teori yang digunakan memenuhi tiga kriteria kelayakan teori yaitu:
41
Metodologi Penelitian Kuantitatif
a. Relevansi, berarti teori yang dikemukakan sesuai dengan ma-
salah yang diteliti
b. Kemutakhiran, terkait dengan kebaruan teori atau referensi
yang dipakai.
c. Keaslian, terkait dengan keaslian sumber.
2) Jumlah teori yang digunakan tergantung pada fokus penelitian
yang kita tetapkan.
3) Dalam landasan teori definisi setiap fokus penelitian dikemukakan
ruang lingkup, keluasan, serta kedalamannya.
4) Tidak perlu dibuat kerangka teori sebagai dasar untuk perumusan
hipotesis karena penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis.
5) Teori-teori yang dikembangkan bersifat sementara dan akan
berkembang atau berubah setelah kita berada di lapangan.
42
Metodologi Penelitian Kuantitatif
HIPOTESIS PENELITIAN-----------------------------------------------------------------------
1. Pengertian HipotesisHipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (the-
sis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi
hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya
masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban
dari masalah yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang
bijaksana dari peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah
ada.
Pengertian lain menyatakan bahwa hipotesis merupakan ja-
waban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana ru-
musan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal
tersebut juga didukung oleh pernyataan Kerlinger (2004), hipotesis
adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat
pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara umum maupun
khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai
keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data
yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis
merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji
melalui statistik sampel. Ditinjau dalam hubungannya dengan
variabel, hipotesis merupakan pernyataan tentang keterkaitan antara
variabel-variabel (hubugan atau perbedaan antara dua variabel atau
lebih). Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis
merupakan deduksi dari teori ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan
43
5
Metodologi Penelitian Kuantitatif
kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk menghasilkan
teori baru (pada penelitian kualitatif).
2. Fungsi HipotesisSecara singkat hipotesis berfungsi sebagai berikut.
1) Untuk merumuskan jawaban sementara terhadap pertanyaan-per-
tanyaan yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang terjadi.
2) Untuk menguji kebenaran suatu teori, pendapat, atau pernyataan.
3) Untuk memberi ide dalam mengembangkan suatu teori atau pen-
dapat.
4) Untuk memperluas dan menjuruskan pengetahuan dan pengertian
kita terhadap gejala-gejala yang akan diteliti.
Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang
sebagai komponen penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebe-
lum terjun ke lapangan hendaknya peneliti telah merumuskan hipo-
tesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut. hipotesis merupakan hal yang sangat
berguna. Terkait dengan hal itu, Kegunaan hipotesis penelitian, yaitu:
1) Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala
serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya
mengenai masalah pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh
daripada sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan,
untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada di
antara fakta-fakta itu. Antar-hubungan dan generalisasi ini akan
memberikan gambaran pola, yang penting bagi pemahaman
persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama
pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah
terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemu-
44
Metodologi Penelitian Kuantitatif
kakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan
divalidasi (diuji keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka
hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan.
2) Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlang-
sung dapat diuji dalam penelitian. Pertanyaan tidak dapat diuji
secara langsung. Penelitian memang dimulai dengan suatu per-
tanyaan, tatapi hanya hubungan antara variabel-variabel sajalah
yang dapat diuji. Misalnya, orang tidak akan menguji pertanyaan
“Apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan
peningkatan hasil belajar secara nyata?” Akan tetapi orang dapat
menguji hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut: “Ko-
mentar guru terhadap hasil pekerjaan murid menyebabkan me-
ningkatnya hasil belajar hasil belajar murid secara nyata”. Atau
yang lebih spesifik lagi, “Skor hasil belajar siswa yang menerima
komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih
tinggi daripada skor siswa yang tidak menerima komentar guru
atas pekerjaan mereka sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat
meneliti hubungan antara kedua variabel itu, yaitu komentar guru
dan prestasi siswa.
3) Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4) Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis
juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji
pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menun-
jukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta-fakta yang
harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya
dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang menentukan re-
levansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi
pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai.
45
Metodologi Penelitian Kuantitatif
5) Hipotesis juga dapat menunjukkan analisis statistik yang diper-
lukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan
mencegahnya menjadi terlalu sarat.
6) Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan.
7) Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia mengambil
setiap hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan yang
relevan dengan hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun
bagian laporan tertulis ini di seputar jawaban-jawaban terhadap
hipotesis semula, sehingga membuat penyajian itu lebih berarti
dan mudah dibaca.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis harus bertalian dengan teori tertentu, maksudnya hipo-
tesis itu harus didasarkan pada teori-teori yang telah ada dalam
literatur atau buku-buku ilmu pengetahuan.
2) Hipotesis harus dapat diuji dengan data-data empiris, maksudnya
hipotesis itu harus dapat dites berdasarkan hasil data-data pe-
nelitian yang terkumpul. Itulah sebabnya hipotesis tidak boleh
mengandung unsur-unsur moral, sikap, atau nilai-nilai.
3) Kemampuan menentukan anggapan dasar dalam penelitian dapat
digali melalui:
a. Banyak membaca buku, surat kabar, dan sebagainya.
b. Banyak mendengar berita, ceramah, dan pembicaraan.
c. Banyak berkunjung ke tempat-tempat tertentu yang berhubung-
an dengan penelitian.
d. Mengadakan praduga, mengabstraksi berdasarkan perbenda-
haraan pengetahuannya.
Berdasarkan bentuknya, hipotesis ada tiga macam, yaitu:
1) Hipotesis kerja/hipotesis alternatif (Ha).
46
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X
dan Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok tertentu.
a. Jika … maka …
Contoh: Jika program KB terlaksana, maka laju pertumbuhan
penduduk Indonesia dapat dikendalikan.
b. Ada perbedaan antara … dan …
Contoh: Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk
desa dalam berperilaku.
c. Ada pengaruh … terhadap …
Contoh: Ada pengaruh dari adanya listrik masuk desa terhadap
perubahan pola kehidupan masyarakat desa.
2) Hipotesis nol (nullhypotheses) atau Ho. Hipotesis nol sering disebut hipotesis statistik karena biasa di-
pakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya per-
bedaan antara dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel
X terhadap variabel Y. Rumusan hipotesis nol sebagai berikut.
a. Tidak ada perbedaan antara … dengan …
Contoh: Tidak ada perbedaan antara siswa kelas I dengan
siswa kelas III dalam disiplin belajar.
b. Tidak ada pengaruh …dengan …
Contoh: Tidak ada pengaruh antara jarak rumah ke sekolah
dengan mengikuti pelajarandi sekolah.
3) Hipotesis statistik
Hipotesis statistik, yaitu hipotesis yang menyatakan hasil obser-
vasi tentang populasi (manusia atau benda) dalam bentuk kuali-
tatif.
47
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Beberapa kriteria pernyataan hipotesis baik yaitu :
1) Hipotesis adalah pernyataan tetang relasi antara variabel-variabel.
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubung-
an-hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengan-
dung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun
secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagai-
mana variabel-variabel tersebut berhubungan.
2) Hipotesis harus sesuai dengan fakta
3) Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus
terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis
harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang
metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru
diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan
fakta.
4) Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan
tumbuhnya ilmu pengetahuan. Hipotesis juga harus tumbuh dari
dan ada hubunganya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam
bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipo-
tesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang
tidak berfungsi sama sekali.
5) Hipotesis harus dapat diuji.Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan
memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika.
Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan
dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik.
Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya
akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
6) Hipotesis harus sederhana.
48
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan ter-
batas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian.
Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin
kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin
kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang tidak relevan ke
dalam hipotesis.
7) Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis juga harus dinyatakan daam bentuk yang dapat
menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan
dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus
dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta keteram-
pilan menguji dari si peneliti.
Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan
semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak berten-
tangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis
harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifi-
kasi. Hipotesis harus sederhana.
3. Bentuk Rumusan HipotesisBentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan
rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya,
maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparataif (perbandingan) dan
asosiatif (hubungan). Oleh karena itu bentuk hipotesis penelitian juga
ada tiga macam yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan
asosiatif/hubungan.
1). Hipotesis Deskriptif
49
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2014) hipotesis deskriptif merupakan
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
Rumusan masalah deskriptif: Berapa lama daya tahan berdiri
karyawan toko lulusan SMK?
Hipotesis deskriptif: Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK
sama dengan 6 jam/hari (H0). Hipotesis alternatifnya (Ha) daya tahan
karyawan toko lulusan SMK ≠ 6 jam/hari. “tidak sama dengan” ini bisa
berarti lebih besar atau lebih kecil dari 6 jam/hari.
Hipotesis statistik
H0 : µ = 6 jam/hari
Ha : µ ≠ 6 jam/hari
µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau di
taksir melalui sampel.
2) Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama
tetapi populasinya atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu
terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar
mahasiswa perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan
tinggi Y?
Hipotesis komparatif: Berdasarkan rumusan masalah komparatif
tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif
sebagai berikut:
Hipotesis nol:
50
Metodologi Penelitian Kuantitatif
a. H0:Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa pergu-
ruan tinggi X dengan perguruan tinggi Y; atau terdapat per-
samaan prestasi belajar antara mahasiswa perguruan tinggi X
dan Y
b. H0: Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar
atau sama dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau
sama dengan” = paling sedikit)
c. H0: Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil
atau sama dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau
sama dengan” = paling besar)
Hipotesis alternatif:
a. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi x lebih besar
(atau lebih kecil ) dari perguruan Y.
b. Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil
daripada (<)perguruan tinggi Y.
c. Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar
daripada (>) perguruan tinggi Y.
Hipotesis statistik
a. µ1 = rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT X
µ2 = rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT Y
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
b. H0 : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
c. H0 : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
3) Hipotesis Asosiatif
51
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2013) adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
Rumusan Masalah Asosiatif: Adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim
kerja sekolah?
Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan yang positif dan signi-
fikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
sekolah.
Hipotesis statistik:
H0 : p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau
kurang dari nol ada hubungan.
P = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan untuk Mengkaji HipotesisMenemukan suatu hipotesis merupakan kemampuan peneliti
dalam mengaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang
dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang
dibentuknya. Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni
tersendiri. Peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan se-
hingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam meng-
gali hipotesis, peneliti harus:
1) Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipe-
cahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada
hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
52
Metodologi Penelitian Kuantitatif
2) Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang
tempattempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu
sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki;
3) Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan
dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu
dan bidang yang bersangkutan.
JENIS PENELITIAN KUANTITATIF --------------------------------------------------------------------------
Ada beberapa jenis penelitian yang termasuk pada penelitian
kuantitatif. Jenis-jenis metode penelitian kuantitatif menurut para ahli
diantaranya adalah:
1. SurveiMenurut Zikmund (1997) metode penelitian survey adalah be-
ntuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah
sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan”, menurut Gay
& Diehl (1992) “metode penelitian survei merupakan metode yang
digunakan sebagai kategori umum penelitian yang mengu- nakan
kuesioner dan wawancara”, sedangkan menurut Bailey (1982) “meto-
de penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik
pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan tertulis atau lisan.
Creswell, (2012) mengemukakan,survey research designs are procedures in quantitative research in which investigators administer a survey to a sample or to the entire population of people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of the popula-tion.
53
6
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel
yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang,
instansi, lembaga, organisasi dan unit-unit kemasyarakatan dan lain-
lain, tetapi sumber utamanya adalah orang. Desain survey tergantung
pada penggunaan jenis kuisoner. Survey memerlukan populasi yang
besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi
nyata, semakin besar sample survey semakin memberikan hasil aku-
rat. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama yaitu menggambar-
kan keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan seka-
rang untuk membandinkan, menentukan hubungan kejadian yang
spesifik.
3. Ex Post FactoMetode Ex post Facto adalah metode yang digunakan dalam
penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dima-
nipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan
atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu mengakibatkan va-
riable tertentu. Metode ex post facto terdiri dua jenis, Komparatif dan
korelasi.
a. KomparatifMetode Komparatif adalah metode yang digunakan dalam
penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua va-
riabel ada perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti. Dalam pe-
nelitian ini tidak ada manipulasi dari peneliti. Penelitian dilakukan se-
cara alami, dengan mengumpulkan data dengan suatu instrument.
Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan variable
yang diteliti.
54
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto ada-
lah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak me-
ngendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi va-
riabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif
melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi peng-
aruh variabel satu terhadap variabel lainnya kemudian dia berusaha
mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan
saat ini atau situasi-situasi paralel yang berbeda, khusunya apabila
peneliti tidak memiliki kontrol terhadap situasi yang diteliti. Penelitian
ini bisa memiliki perspektif makro (misal: internasional,nasional) dan
mikro (misal: komunitas, individu). Contoh: Studi komparatif penerap-
an model contextual teaching and learning (CTL) dengan Model
Problem Based Learning (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian
Listrik dan Elektronika.
b. KorelasiMetode Korelasi adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang
di teliti. Penelitian dilakukan untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemi-
kiran tertentu.
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan
tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubung-
an dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya
hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena dengan menge-
tahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembang-
kannya sesuai dengan tujuan penelitian.
55
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk meme-
riksa hubungan diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis
pernyataan yang menyatakan hubungan, yaitu: (1) gabungan antara
dua konsep, ada semacam pengaruh dari suatu konsep terhadap
konsep yang lain; (2) hubungan kausal, ada hubungan sebab akibat.
Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan sebagai varibel bebas
dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada penelitian
korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel. Contoh:
Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal
Pada Remaja (Studi korelasi pada remaja tunanetra yang mengalami
ketunanetraan tidak sejak dari lahir).
4. EksperimenPenelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian perco-
baan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap
kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian
melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-
kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau
manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya di-
amati pada variabel terikat.
Arboleda (1981: 27) mendefinisikan eksperimen sebagai su-
atu penelitian yang dengan sengaja peneliti melakukan manipulasi
terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara tertentu sehing-
ga berpengaruh pada satu atau lebih variabel lain yang di ukur. Se-
lain itu, Gay (1981) menyatakan bahwa metode penelitian eksperi-
mental merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat me-
nguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab
akibat). Dalam penelitian eksperimen dilakukan manipulasi paling
sedikit satu variabel, mengontrol varibel lain yang relevan dan
56
Metodologi Penelitian Kuantitatif
mengobservasi efek atau pengaruhnya terhadap satu atau lebih
variabel terikat.
Kerlinger (2006) menambahkan definisi eksperimen sebagai
suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol
satu atau lebih variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap
variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul ber-
samaan dengan manipulasi terhadap variabel bebas tersebut. Lebih
lanjut dijelaskan, variabel yang dimanipulasi disebut variabel bebas
dan variabel yang akan dilihat pengaruhnya disebut variabel terikat.
Sementara itu, tujuan penelitian eksperimen diungkapkan oleh Isaac
dan Michael (1977) yaitu untuk meneliti kemungkinan sebab akibat
dengan mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan pada satu
atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Penelitian eksperimen menurut Azwar (2007), dibedakan pengertian
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan berupa variabel
bebas, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak
diberi perlakuan apapun atau diberi perlakuan natural.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang dinyatakan sebe-
lumnya, dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah pe-
nelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat
dari satu atau lebih variabel terikat dengan melakukan manipulasi
variabel bebas pada suatu keadaan yang terkendali (variabel kontrol).
Suatu metode penelitian eksperimen memiliki beberapa ka-
rakteristik khusus dalam pelaksanaan yang membedakan dengan
metode penelitian lainnya. Mc Millan dan Schumacher (2010) menya-
takan bahwa terdapat enam karakteristik metode penelitian ekspe-
rimen, yaitu:
57
Metodologi Penelitian Kuantitatif
1) Hipotesis dibangun dari teori (konstruk).
Pada penelitian eksperimen terdapat hipotesis yang dibangun
berdasarkan teori yang relevan dengan masalah penelitian. Kons-
truk hipotesis menjelaskan sebab dan akibat penelitian dan men-
dukung indikasi yang jelas tentang generalisasi penelitian. Hipo-
tesis yang dinyatakan dengan spesifik mengakibatkan rentang
hasil dapat dibatasi dan faktor peubah lain yang mempengaruhi
penelitian dapat dikurangi.
2) Kesetaraan statistik antar kelas perlakuan dan kelas control
Penelitian eksperimen mengharuskan kesetaraan individu dalam
kelas kontrol dan kelas eksperimen (kelas perlakuan). Hal ini di-
perlukan untuk mengatur variabel-variabel yang mungkin menye-
babkan kesimpulan penelitian menjadi tidak valid. Selain itu, pe-
milihan sampel secara acak ataupun tidak acak juga dipengaruhi
oleh banyak faktor. Implemetasi pemilihan sampel secara acak
dilakukan jika perlakuan tidak dapat dilakukan pada semua subjek
dalam waktu yang bersamaan.
3) Semua variabel kontrol dan variabel terikat diaplikasikan terhadap
subjek secara merata.
Pada penelitian eksperimen, peneliti mengontrol perlakuan atau
melakukan manipulasi searah. Manipulasi memberikan arti bahwa
peneliti mengontrol perlakuan spesifik, treatment, atau kondisi seti-
ap kelompok. variabel bebas inilah yang menjadi karakteristik da-
lam penelitian eksperimen. Dalam penelitian pendidikan terdapat
beberapa variabel yang dapat dimanipulasi dan tidak dapat
dimanipulasi. Variabel bebas yang dapat dimanipulasi contohnya
metode pengajaran dan ukuran besar kelompok tetapi variabel
yang tidak dapat dimanipulasi contohnya jenis kelamin dan status
sosial. Menurut Gay (1981), walaupun desain penelitian ekspe-
58
Metodologi Penelitian Kuantitatif
rimen dapat mencakup beberapa variabel yang ditentukan, seti-
daknya satu variabel harus dimanipulasi.
4) Setiap variabel bebas dan terikat dapat di ukur.
Salah satu syarat yang harus dimiliki variabel dalam penelitian
eksperimen yaitu setiap variabel dapat diukur baik variabel bebas
maupun variabel terikat. Jika penelitian telah dilaksanakan tetapi
ditemukan data yang tidak dapat diukur atau tidak bersifat kuan-
titatif maka penelitian tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pe-
nelitian eksperimen.
5) Penelitian menggunakan statistik inferensial.
Penelitian eksperimen menggunakan statistik inferensial untuk
membuat pernyatan kemungkinan tentang hasil penelitian.
Terdapat dua alasan penggunaan statistik inferensial, yaitu : (1)
karena pengukuran dalam penelitian pendidikan tidak sempurna
(banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar variabel bebas);
dan (2) karena dilakukan generalisasi hasil pada group yang sama
atau populasi.
6) Seluruh variabel penelitian dapat dikontrol
Pada penelitian eksperimen terdapat variabel-variabel luar (extra-
neous) selain variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini perlu dila-
kukan dalam penelitian adalah mengontrol variabel extraneous
dan memastikan bahwa variabel tersebut tidak mempengaruhi
variabel terikat atau menjaga agar memiliki pengaruh yang sama
pada semua group.
Desain penelitian ekperimen dibagi menjadi tiga bentuk yak-
ni, pre-experimental design, true experimental design, quasy expe-rimental design.
a. Pre-Eksperimental Design
59
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Desain Pre-eksperimen adalah salah satu bentuk desain penelitian eksperimen yang memanipulasi variabel bebas ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Rancangan Pre-eksperi-mental digunakan untuk mendapatkan informasi awal terhadap rumusan masalah yang ada dalam penelitian. Subjek dalam pene-litian yang menggunakan desain pre-eksperimental dilakukan seca-ra non-random dan tidak memiliki variabel control, sehingga hasil eksperimen merupakan variabel terikat masih dipengaruhi oleh va-riabel bebas.Ada tiga jenis altenatif desain dari Pre–eksperimental yaitu: 1) One shoot case study
Dalam desain One shoot case study (Studi kasus satu tembakan) digunakan untuk mengetahui nilai ilmiah dalam suatu peng-ukuran dalam penelitian eksperimen. Dimana dalam desain ini, ada satu kelompok yang diberi perlakuan yang kemudian hasil dari perlakuan tersebut diobservasi, perlakuan dalam hal ini me-rupakan variabel bebas dan hasilnya adalah variabel terikat. Ada-pun bagan dari One Shoot Case Study yakni:
X = Perlakuan terhadap variabel bebas O = Observasi atau pengukuran terhadap variabel terikat. Contohnya: X = Pengaruh program RSBI (Rintisan Sekolah Ber Basis Internasional) O = terhadap motivasi belajar siswa.
2) The Group pretest-postest designDalam desain The Group pretest-postest hasil percobaan dapat di-ketahui dengan akurat karena dalam desain ini terdapat pre-test sebelum diberikan perlakuan dan post-test setelah diberikan per-lakuan, sehingga dapat membandigkan keadaan sebelum diberi
60
Metodologi Penelitian Kuantitatif
perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Adapun bagan dari The Group pretest-postest yakni: O1 = Pretest X = Perlakuan O2 = PostestBagan menunjukkan bahwa dalam alternatif rancangan penelitian ini tidak ada variabel kontrol maupun pengacakan karna subjek yang diberikan pretest juga diberikan postest. Hasil pengukuran merupakan perbandingan antara hasil pretest dan postest setelah diberikan perlakuan.
3) The Static-group ComparisonDesain alternatif The Static Group Comparison ini digunakan satu kelompok subjek penelitian yang dibagi menjadi dua secara acak, dimana yang pertama diberikan perlakuan, dan yang lain tidak diberikan perlakuan untuk bertindak sebagai alat kon-trol.Adapun bagan dari The Static-group Comparison yakni:
X O 1 O2
Bagan diatas menjelaskan bahwa O1 adalah hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2 adalah hasil pengukuran grup yang tidak diberi perlakuan.
b. True ExperimentDikatakan true experiment (eksperimen yang sebenarnya/be-
tul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua
variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan de-
mikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian)
dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa,
61
Metodologi Penelitian Kuantitatif
sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelom-
pok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi
cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih
secara random.
Disebut sebagai true experiment karena dalam desain ini pe-
neliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksanaan
rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut,
tujuan dari true experiments. Menurut Suryabrata (2011) adalah
untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat de-
ngan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya de-
ngan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini
mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperi-
men maupun sebagai kelompok kontrol diambil secararandom dari
populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti
ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random. Ada-
pun bentuk-bentuk desain Tue Eksperiment sebagai berikut:
1) Pretest-Posttes Control Group DesignTerdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian dibe-
ri pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group
eksperimen dan grup kontrol, kemudian grup eksperimen
diberikan perlakuan sedangkan grup kontrol tidak, selanjutnya
pada beberapa waktu diberi postest pada kedua kelompok
tersebut. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai grup eksperimen
tidak berbeda secara signifikan. Adapun bagan dari desain
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Kelas Pretest Treatment Posttes
t62
Metodologi Penelitian Kuantitatif
R Eksperimen T1 X T2
R Kontrol T1 - T2
Pada penelitian ini karena dilakukan randomisasi, maka kedua ke-
lompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan perlakuan,
sehingga perbedaan hasil postes pada kedua kelompok tersebut
dapat disebut sebagai pengaruh dari perlakuan. Desain ini meru-
pakan desain yang terkuat di dalam mengontrol ancaman-an-
caman terhadap validitas, tetapi desainini sulit dilakukan di lapang-
an karena dari segi etika, karenamelakukan perlakuan pada ke-
lompok yang satu dan tidak melakukan perlakuan pada kelompok
lain.
Rancangan ini dapat diperluas dengan melibatkan lebih dari satu
variabel independent, artinya perlakuan pada lebih dari satu ke-
lompok dengan bentuk perlakuan yang berbeda. Pada desain ini
kesimpulan mengenai efek perbedaan antara perlakuan satu
sama dengan lainnya dicapai tanpa menggunkan kelompok
kontrol.
2 Posttest-Only Control Group DesignDalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan
grup yang lain tidak. Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
KelasTreatm
ent
Postt
est
R Eksperimen X T2
R Kontrol - T2
63
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian tersebut, pengaruh perlakuan dianalisis dengan
uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang
signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perla-
kuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
Pada penelitian ini, peneliti dapat mengukur pengaruh perlakuan
pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelom-
pok tersebut dengan kelompok kontrol, tetapi peneliti tidak dapat
menentukan sejauh mana atau seberapa besar perubahan itu ter-
jadi, sebab pretest tidak dilakukan untuk data awal.
3) The Salomon Three GroupDalam desain ini dipilih tiga kelompok secara random. Dua kelom-
pok diberikan pretest dan satu kelompok tidak. Kemudian satu dari
kelompok yang diberikan pretest dan kelompok yang tidak dibe-
rikan pretest diberikan perlakuan eksperimen. Setelah itu ketiga
kelompok ini diberi posttest.
Kelas Pretest Treatment PosttestR Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 - X T2
4) Randomized Solomon Four-Group Design.Dalam desain ini dipilih tiga kelompok secara random. Dua kelom-
pok diberi pretest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari
kelompok pretest dan satu dari kelompok yang tidak diberikan
pretest diberi perlakuan eksperimen. Setelah itu keempat kelom-
pok ini diberi posttest.
Kelas Pretest Treatmen Posttes
64
Metodologi Penelitian Kuantitatif
t tR Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 - X T2
R Kontrol 3 - - T2
Desain penelitian ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validi-
tas yang ada pada desain pretest-postest with control group. Apa-
bila pretes mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka men-
jadi lebih sensitif terhadap perlakuan dan mereka bereaksi secara
berbeda dari subjek yang mengalami pretes, maka eksternal
validitas terganggu dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari
penelitian itu untuk populasi, demikian pula kalau ada interaksi
antara pretes dengan perlakuan.
5) Pretest Control Group Design
RO1 X O2
RO3 O4
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilh secara ran-
dom, kemudian diberi pretest untuk mengetahui adakah perbe-
daan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil
prestes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda
secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-(O4-O3).
c. Quasi ExperimentBentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari
true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mem-
punyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
65
Metodologi Penelitian Kuantitatif
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksa-
naan eksperimen.
Quasi experiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura.
Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel
kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain diguna-
kan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang
berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang
sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random ti-dak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol.
Tujuan penelitian experimen semu adalah untuk memperkira-
kan kondisi eksperimen murni dalam keadaan tidak memungkinkan
untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping
kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok tersebut
tidak dengan teknik random. Penelitian eksperimental semu bertujuan
untuk menjelaskan hubungan-hubungan, mengklarifikasi penyebab
terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya. Desain penelitian quasi
eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan.
Berikut adalah langkah-langkah eksperimen quasi :
1) Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan
masalah yang akan di teliti.
2) Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian
3) Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian
4) Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup
5) Melakukan pengumpalan data tahap pertama
6) Melakukan pengumpalan data tahap pertama (pretest)
66
Metodologi Penelitian Kuantitatif
7) Melakukan eksperimen
8) Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)
9) Mengolah dan menganalisis data.
10) Menyusun laporan
Desain Quasi Experimen1) Desain Rangkaian Waktu (Time Series Design)
Desain penelitian ini seperti pada desain pretes-postes, tetapi
mempunyai keuntungan dengan melakukan pengukuran yang
berulang-ulang sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan meng-
gunakan serangkaian pengukuran maka validitasnya lebih tinggi,
dan pengaruh faktor luar dapat dikurangi karena pengukuran
dilakukan lebih dari satu kali, baik sebelum maupun sesudah
perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol.
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih se-
cara random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest
sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan.
O1O2O3O4 X O5O6O7O8
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok
diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengeta-
hui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten Setelah kestabilan keadaan kelom-
pok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/
67
Metodologi Penelitian Kuantitatif
perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelom-
pok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1=O2=O3=O4 dan hasil perlaku-
an yang baik adalah O5=O6=O7=O8. Besarnya pengaruh perla-
kuan adalah (O5+O6+O7+O8)-(O1+O2+O3+O4).
2) Non-Equivalen Group DesainDesain ini hampir mirip dengan pretest-postest control group
design, tetapi pada desain ini kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelom-
pok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, ken-
dati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberi-
kan perlakuan, dan terakhir diberikan posttes.O1 X O2
O3 O4
Desain ini dilakukan untuk membandingkan hasil intervensi prog-
ram kesehatan di suatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu
kelompok yang benar-benar sama, sehingga sering dilakukan da-
lam penelitian lapangan.
Contoh desain tersebut adalah dilakukan penelitian untuk mencari
pengaruh adanya tambahan dosis obat pada sekelompok pasien
terhadap tekanan jantung. Dalam desain penelitian dipilih satu
kelompok pasien, yang separo diberi perlakuan dengan ditambah
dosis obat tertentu dan yang separo tidak. O1 dan O3 merupakan
tekanan jantung sebelum ditambah dosis. O2merupakan tekanan
jantung setelah ditambah dosis. O4 tekanan jantung yang tidak
68
Metodologi Penelitian Kuantitatif
diberi tambahan dosis. Pengaruh tambahan dosis terhadap
tekanan jantung adalah (O2-O1)-(O4-O3).
3) Desain Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design)
Desain ini sama sperti pada desain rangkaian waktu, tetapi de-
ngan menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Keuntungan
desain ini adalah lebih menjaminadanya validitas internal yang
tinggi, karena lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap
validitas internal.
4) Desain Separate Sample Pretest-PostestDalam desain penelitian ini pengukuran pertama (pretest) dila-
kukan terhadap sampel yang dipilih secara random dari populasi
tertentu, kemudian dilakukan perlakuan atau program pada selu-
ruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (postest)
pada kelompok sampel lain, yang juga dipilih secara random dari
populasi yang sama. Desain ini sangat baik untuk menghindari
pengaruh atau efek dari test. Desain penelitian ini sering diguna-
kan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga beren-
cana.
5. EvaluasiPenelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertu-
juan untuk memriksa proses perjalanan suatu program sekaligus
menguraikan fakta-fakta yang bersifat kompleks dan terlibat di dalam
program. Misalnya adalah keefektifan, efisiensi dan kemenarikan
suatu program.
Contoh:
69
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Evaluasi Proses Pembelajaran TIK SMA Negeri di Kota Medan
Berdasarkan Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. (Deskriptif
tentang kondisi proses pembelajaran mata pelajaran TIK SMA).
6. Penelitian Praktis (Penelitian Tindakan/Action Reasearch)Action research designs often utilize both quantitative and
qualitative data, but they focus more on procedures useful in addres-sing practical problems in schools and the classrooms. Action re-search designs are systematic procedures used by teachers (or other individuals in an educational setting) to gather quantitative and qu-alitative data to address improvements in their educational setting, their teaching, and the learning of their students(Creswell, 2012:577).
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang berisi
berbagai macam prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang
bersifat mikro atau khusus. Simpulan dari penelitian tindakan lang-
sung diberlakukan hanya untuk kasus yang diteliti dan tidak bisa
digeneralisasikan. Penelitian tindakan lebih condok ke metode kuali-
tatif yang sangat bergantung pada data penagamatan yang bersifat
behavioralistik.
Contoh:
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Peme-
cahan Masalah Yang Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi (Pe-
nelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN).
70
Metodologi Penelitian Kuantitatif
VARIABEL PENELITIAN------------------------------------------
1. Pengertian VariabelVariabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2011). Dinamakan variabel karena adanya variasi,
misalnya tinggi badan dapat dikatakan variabel karena tinggi badan
sekelompok orang bervariasi antara satu orang dengan yang lain-
nya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai
variabel. Untuk mendapatkan variabel yang bervariasi, maka peneli-
tian harus didasarkan pada sekolompok sumber data atau obyek
yang bervariasi.
Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan
dipelajari (Kelinger, 2004). Contohnya, tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, tingkat sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas
kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kelinger menyatakan bahwa vari-
abel dapat dikatakan bahwa sebagai suatu sifat yang diambil dari
71
7
Metodologi Penelitian Kuantitatif
suatu nilai yang berbeda (different value). Dengan demikian variabel
itu merupakan suatu yang bervariasi.
Variabel (ubahan) adalah penggolongan suatu objek,
kelompok, kejadian dan sebagainya menurut ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri
itu dapat dibedakan menurut derajatnya seperti miskin dan kaya,
bodoh dan pandai, modern dan kolot. Di samping itu pula dapat
dilakukan pencirian berdasarkan atas perbedaan kategori. Misalnya
laki-laki dan perempuan, atas dasar warna kulit, kebangsaan, asal
usul, tempat tinggal dan sebagainya.
2. Penggolongan VariabelMenurut Sugiyono (2011) hubungan antara satu variabel de-
ngan variabel yang lain dapat dibedakan menjadi:
1) Variabel independen atau variabel bebas
Menurut Sugiyono (2011) variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat). labelnya adalah “X”.
2) Variabel dependen atau Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2011) Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
independen (bebas). labelnya adalah “Y”.
3) Variabel moderator
Variabel moderator adalah varaibel mediasi yang sudah diidentifi-
kasi, diukur dan dipertanggungjawabkan mempengaruhi keterkait-
an variabel independen dan dependen. Kedudukan variabel mo-
derator adalah memoderasi pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tergantung. Dengan demikian variabel moderator membe-
ri efek memperlemah pengaruh.
72
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan suami
isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah hubungan
suami isteri.
4). Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel mediasi mengacu pada pro-
ses abstrak yang tidak secara langsung diamati tetapi memiliki link
di antara variabel independen dan dependen.
Variabel ini dianggap sebagai variabel yang dapat menjelaskan
keterkaitan variabel bebas dan terikat tetapi tidak dapat dipertang-
gungjawabkan, mungkin karena tidak diperhitungkan, tidak dapat
diindentifikasi atau tidak dapat diukur. Pada titik ini variabel inter-
vening adalah konsep abstrak yaitu argumen hipotetik yang diusul-
kan seorang peneliti setelah penelitian selesai dilakukan berupa
saran untuk agenda penelitian mendatang.
Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independen) de-
ngan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Depen-
den).
5) Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang menyebabkan hubungan
variabel bebas dan tergantung tetap konstan. Variabel ini mengeli-
minasi dampak yang diakibatkan dari adanya variabel-variabel
moderator.
Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variabel
control berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja
yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit
ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor
pendidikan.
73
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen dan
dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain, harus
dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari
maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum
peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian
teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada
obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan
penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih
dahulu permasalahan yang ada di obyek penelitian. Sering terjadi,
rumusan masalah penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan
obyek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalh itu
tidak menjadi masalah pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat
dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka penelti dapat
menentukan variabel-varibel penelitiannya.
3. Identifikasi Variabel dan paradigmaIdentifikasi variabel dimaksudkan adalah pemberian nama
(label X atau Y) pada variabel-variabel yang diteliti. Apakah variabel
itu variabel independen, dependen, moderator, intervening, dan
kontrol. Sedangka paradigma adalah penggambaran konsep dalam
suatu tata hubungan yang jelas. Contoh: jika ingin meneliti tentang
hubungan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar, maka
paradigmanya adalah:
X
X : Motif Berprestasi
Y : Prestasi belajar
74
Y
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Sebab hubungan akibat
Pembagian variabel berdasarkan pada hubungan antar variabel
75
Variabel bebasVariabel
moderator
Variabel intervening
Variabel tergantung
1. Variabel Bebas
Upah
Semangat Kerja
2. Variabel Tergantung
3. Variabel Moderator
4. Variabel Intervening
5. Variabel Kontrol
Karyawan
Semangat KerjaUpah
Semangat Kerja
Upah
Prestasi Akadem
L. Kerja
Metodologi Penelitian Kuantitatif
POPULASI DAN SAMPEL---------------------------------------------------------------------------
1. Populasi
Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Itulah definisi populasi dalam penelitian. Populasi di-
maksudkan bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga
benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar
jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi
meliputi semua karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek atau
subyek tersebut. Bahkan satu orangpun bisa digunakan sebagai
populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai karakteristik,
misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi, dan lain sebagainya.
Secara umum, pengertian populasi adalah:
76
1. Variabel Bebas
Upah
Semangat Kerja
2. Variabel Tergantung
3. Variabel Moderator
4. Variabel Intervening
5. Variabel Kontrol
Karyawan
Karir
Metodologi Penelitian Kuantitatif
a) Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek pene-
litian yang dapat berupa; orang, benda, suatu hal yang di dalam-
nya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data)
penelitian.
b) Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
c) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/sub-
jek yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang dite-
tapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesim-
pulannya.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan
adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh
sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.
Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul
representatif atau dapat mewakili.
a. Teknik pengambilan sampling
Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sam-
pel. Terdapat berbagai macam teknik sampling untuk menentukan
sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Teknik sampling pada
dasarnya bisa dikelompokkan menjadi 2 (dua) maca yaitu probability
sampling dan non-probability sampling.
77
Metodologi Penelitian Kuantitatif
1) Probability sampling
Probability sampling adalah suatu teknik sampling yang memberikan
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik Probability sampling terdiri atas simple random, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, serta cluster sampling.
a) Simple random sampling: dikatakan simple atau sederhana
sebab pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara
acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam
populasi tersebut. Cara ini dapat lakukan jika anggota populasi
dianggap homogen.
b) Dispropotionate Stratified Random Sampling: Suatu teknik yang
digunakan untuk menentukan jumlah sampel, jika populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
c) Proportionate stratified random sampling: salah satu teknik
yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur
yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional.
d) Area sampling (Cluster sampling): Teknik sampling daerah
dipakai untuk menentukan sampel jika objek yang akan diteliti
atau sumber data sangat luas, seperti misalnya penduduk dari
suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten.
2) Non probability sampling
Non probability sapling adalah teknik yang tidak memberikan pelu-
ang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling terdiri
78
Metodologi Penelitian Kuantitatif
atas sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, porposive sampling, sampling jenuh, serta snowballsampling.
a) Sampling Sistematis: suatu teknik pengambilan sampel berda-
sarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut.
b) Sampling Kuota: Teknik untuk menentukan sampel yang
berasal dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai
jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel
laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga
sebanyak 70 orang.
c) Sampling insidental: Suatu teknik penentuan sampel berda-
sarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ber-
temu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk di-
jadikan sebagai sumber data.
d) Purposive Sampling: Suatu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu atau sleksi khusus. Seperti misalnya
misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah
tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota
atau daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan seorang
korban kriminal yang ada di kota tersebut.
e) Sampling Jenuh: Suatu teknik penentuan sampel jika semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau sedikit,
yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil.
f) Sampling Snowball: Teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau
sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang sebelum-
79
Metodologi Penelitian Kuantitatif
nya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bah-
wa sumber informan pertama mengarah kepada informan
kedua lalu informn seterusnya.
Ciri sampel yang ideal adalah:
a) Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh
populasi yang diteliti
b) Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian de-
ngan menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran
yang diperoleh
c) Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan
d) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan bi-
aya yang rendah/ringan.
Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan
besar kecilnya sampel, antara lain:
a) Degree of homogenity dari populasi, makin homogin populasi
makin sedikit jumlah sampel yang diambil
b) Pressisi yang dikehendaki, makin tinggi tingkat pressisi yang
dikehendaki makin banyak jumlah sampel yang diambil.
c) Rencana analisa
d) Tenaga biaya dan waktu
Ilustrsi sampel yang baik
80
Nasib
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang di-
kehendaki. Makin besar tingkat kesalahan, maka semakin kecil jum-
lah sampel yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin kecil tingkat kesa-
lahan, maka semakin besar sampel yang dibutuhkan.
Untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya
diketahui, kita dapat menggunakan rumus penentuan sampel berda-
sarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dikemu-
kan berdasarkan beberapa rumus.
a. Rumus yang dikembangkan oleh Isaac & Michael:
n = N Z2 S2
N d2+Z2 S2
Seorang mahasiswa akan menguji suatu hipotesis yang
menyatakan bahwa indeks prestasi mahasiswa jurusan
manajemen yang berjumlah 175 orang adalah 2,7. Dari 30
sampel percobaan dapat diperoleh informasi bahwa standar
deviasi indek prestasi mahasiswa adalah 0,25. Untuk menguji
hipotesis ini berapa jumlah sampel yang diperlukan jika kita
menginginkan tingkat keyakinan sebesar 95% dan error estimasi
µ kurang dari 5 persen?
n = (175)(1,96)2(0,25)2
(175 ) ( 0,5 )2+(1,96)2(0,25)2=62
b. Rummus yang dikembangkan oleh Slovin:
n = N
1+Ne2
81
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kita akan meneliti pengaruh upah terhadap semangat kerja pada karyawan PT. Serba Ada. Di dalam PT tersebut terdapat 130 orang karyawan. Dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 5 %. Berapa jumlah sampel minimal yang harus diambil?
n = 130
1+130 x (0 ,0 5)2 = 98,11
METODE PENGUMPULAN DATA ---------------------------------------------------------------------------
1. Jenis Insturmen Pengumpul data
Metode pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilaku-
kan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehing-
ga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara,
pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
82
Karyawan
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka ins-
trumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka/ ter-
tutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Jenis instrumen pengumpulan data, disebut juga alat evaluasi.
Secara garis besar metode pengumpulan data terbagi menjadi dua
macam, yaitu : (1) Instrumen Tes, (2) Instrumen Non Tes.
(1) Instrumen TesInstrumen tes merupakan serentetan pertanyaan, lembar kerja
atau sejenisnya yang dapat dipergunakan untuk mengukur penge-
tahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek peneli-
tian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang
terdiri dari butir-butir soal, baik itu yang ada pada angket, obser-
vasi atau wawancara. Contohnya adalah tes formatif, baik yang
bersifat objektif (multiple choice) atau Essay.
(2) Instrumen non tes
Instrumen non tes merupakan instrumen yang berupa selain dari
pada bentuk pertanyaan-pertanyaan, tetapi biasanya berupa doku-
mentasi sebagai portofolio, dan ditambahkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yaitu teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan
makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.
2. Cara Menyusun Instrumen Pengumpulan Data Instrumen memegang peranan penting dalam suatu peneliti-
an. Mutu penelitian sangat dipengaruhi oleh Instrumen penelitian
yang digunakan, karena kevalidan dan kesahihan data yang diper-
oleh dalam suatu penelitian sangat ditentukan oleh tepat tidaknya da-
83
Metodologi Penelitian Kuantitatif
lam memilih instrumen penelitian. Instrumen atau alat pengumpul da-
ta adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk menguji hipo-
tesis yang diajukan dalam penelitian.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dapat
menggunakan istrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggu-
nakan instrumen yang dibuat sendiri. Penggunaan instrumen yang
telah tersedia adalah instrumen yang sudah ditetapkan atau dibaku-
kan untuk mengumpulkan data variabel penelitian yang telah di-
tentukan. Akan tetapi jika istrumen baku belum tersedia untuk va-
riabel tertentu dalam penelitian tersebut maka peneliti dapat menyu-
sun sendiri instrumen yang yang akan digunakan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian.
Menyusun instrumen pengumpulan data penelitian dilakukan
setelah peneliti memahami betul apa yang menjadi variabel pene-
litian. Pemahaman Peneliti terhadap variabel dan hubungan antar
variabel akan mempermudah peneliti dalam menentukan dan me-
nyususn instrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah mema-
hami variabel peneliti dapat menyusun instrumen untuk dapat men-
jabarkan kedalam bentuk sub variabel, indikator, deskriptor dan bu-
tir-butir pertanyaan dan angket dalam daftar cocok atau pedoman
observasi. Dengan demikian, maka instrumen penelitan menjadi hal
penting untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan tersebut ber-
mutu dan berkualitas.
Hal yang terkait jika membicarakan tentang instrumen pene-
litian adalah teknik pengumpulan data penelitian. Jika instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian, maka
teknik pengumpulan data adalah merupakan cara atau prosedur yang
ditempuh untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
84
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kedua hal tersebut yaitu instrumen penelitian dan tekhnik pengum-
pulan data adalah merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi
kualitas data yang diperoleh peneliti dalam suatu penelitian, sehingga
kualitas data yang dikumpulkan mempengruhi kualitas dan keabsah-
an serta ketepatan kesimpulan yang diperoleh peneliti setelah mela-
kukan penelitian.
3. Metode pengumpulan data 3.1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmu-
wan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Mursall (1995)
menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui obser-
vasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku.
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan
angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila pe-
nelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu
besar.
Observasi dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu observasi partisipasi
(participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan
tersamar (overt observastion and covert observastion), dan observasi
yang tak berstruktur (unstructured observation). Masing-masing tipe
observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek
material sumber data penelitian.
a) Observasi Partisipatif (participant observastion).
85
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam pe-
nelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang
lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban
yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang diling-
kungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan
sejumlah tujuan dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
objek yang sedang di telitinya.
Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant obser-vation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi parti-
sipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengar-
kan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas
mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran par-
tisipan yang terjadi di lapangan penelitian kualitatif. Terdapat be-
berapa macam kategori peran partisipan dilapangan yaitu: (1)
peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini
menjadi anggota penuh dari yang diamati. Pengamat akan
memperoleh informasi tentang apapun dari yang diamati, ter-
masuk yang barang kali yang dirahasiakan, (2) Peran serta
sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan
sebagai pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota
dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja,
sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam penger-
tian yang sesungguhnya, (3) Pengamat sebagai pemeranserta,
dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut melakukan apa
yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meski-
pun belum sepenuhnya, dan (4) Pengamat penuh, dalam hubung-
86
Metodologi Penelitian Kuantitatif
an ini kedudukan pengamat dan yang diamati terpisah, informasi
diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.
b) Observasi terus terang atau tersamar
Pada uraian di atas, telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif
diantaranya adalah untuk menemukan dan mengungkap fakta
yang ada di lapangan secara alamiah (natural setting). Konseku-
ensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana menerapkan
teknik pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar
benar-benar data diperolehnya bersifat alamiah. Oleh karena itu,
dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan
terus terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang
ditelitinya), bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam
penelitian”. Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh pene-
liti diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu
saat peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal
ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan
data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan de-
ngan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk me-
lakukan observasi.
c) Observasi tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak diper-
siapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal
ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang
akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu peng-
amatan.
Dari ketiga tipe observasi tersebut dapat dikembangkan lagi
menjadi beberapa item pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam aspek
fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi;
87
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek,
yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tin-
dakan-tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian
kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa
yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang dirasakan dan di-
nyatakan.
3.2. WawancaraDalam wawancara dihadapkan kepada dua hal. Pertama, ha-
rus mengadakan interaksi dengan responden. Kedua, kita meng-
hadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang kita hadapi
ialah bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana
kita mengolah pandangan yang mungkin berbeda itu.
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in-communication and joint cons-truction of meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
Ada tiga macam wawancara, yaitu; wawancara terstruktur (structured interview); wawancara semiterstruktur (semistructure Interview); wa-
wancara tak berstruktur (unstructured Interview)
Langkah-langkah wawancaraLincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan
ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpul-
kan data dalam penelitian, yaitu:
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b. Menyimpan pokok masalah yang menjadi bahan pembicaraan
88
Metodologi Penelitian Kuantitatif
c. Mengawali atau membuka alur wawancara.
d. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
e. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
f. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah di-
peroleh.
Isi wawancaraBeberapa aspek yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:
a) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah
dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya
b) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya ten-
tang sesuatu,
c) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut,
senang, gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
d) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
e) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau
diciumnya, diuraikan secara deskriptif.
f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal,
keluarga dan sebagainya.
Beberapa aspek di atas, dipersiapkan agar dapat mengantisi-
pasi kekosongan terhadap sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi
pertanyaan dapat melingkupi dimensi waktu, seperti tentang apa-apa
yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan da-
tang. Pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus
berpedoman pada arah penelitian atau harus sesuai dengan tujuan
penelitian.
Alat-alat wawancara
89
Metodologi Penelitian Kuantitatif
a) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau
percakapan dengan sumber data, sekarang sudah banyak kompu-
ter-komputer kecil, notebook yang dapat digunakan untuk menca-
tat hasil pembicaraan.
b) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu
memberi tahu kepada informan boleh atau tidak.
c) Camera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pem-
bicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto
ini dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin,
karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data..
3.3. DokumenDokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental
dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-
lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis,
patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupa-
kan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat
merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan dekomen-
dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi
bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program
dan data statistik pengajaran. Ada sumber yang non manusia (non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan
statistik.
90
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
sekunder manakala dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang
dan Soergel (1998), nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari bebe-
rapa hal sebagai berikut:
1) Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat
berguna bagi pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau
informasi yang tidak/belum diketahui. Nilai evistemic merupakan
prasyarat bagi semua dokumen.
2) Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya
sangat berguna karena memberi konstribusi pada penelitian yang
dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pen-
dukung empiris, atau metodologi.
3) Condotional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila
muncul beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat
dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen tersebut.
4) Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat
berguna dalam hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti
berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’, atau
tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan
dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di-
masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobi-
ografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya, perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen
memiliki kredibel yang tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang
tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan
tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.
91
Metodologi Penelitian Kuantitatif
3.4. AngketAngket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab
dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga
disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebi-
asaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan per-
sepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab
responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu perso-
alan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana yang
mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang
jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data ter-
dapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang
akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat
menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan
dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat di-
percaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanya-
an yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
Prinsip penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara
lain: Isi dan tujuan pertanyaan. Artinya jika isi pertanyaan ditujukan
untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan
jawaban. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan ke-
mampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang
penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak me-
ngerti bahasa Inggris, dan sebagainya.
Macam-macam AngketKuesioner/angket terdiri dari empat bentuk, yaitu:
92
Metodologi Penelitian Kuantitatif
a) Kuesioner tertutup adalah Setiap pertanyaan telah disertai sejum-
lah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang
paling sesuai.
b) Kuesioner terbuka adalah tidak terdapat pilihan jawaban sehingga
responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.
c) Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup, adalah pertanyaan ter-
tutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka, dan
d) Kuesioner semi terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya te-
lah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan ja-
waban.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket:
a) Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan un-
tuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan
jawaban.
b) Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan
responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh
istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti
bahasa Inggris, dsb.
c) Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika
terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan
jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk
memilih jawaban yang disediakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Kuesioner:
a) Pertanyaan tidak terlalu luas
b) Pertanyaan tidak terlalu panjang
c) Pertanyaan tidak boleh memimpin
d) Menghindari pertanyaan yang dobel negatif
e) Pertanyaan hendaknya membantu ingatan responden
93
Metodologi Penelitian Kuantitatif
f) Pertanyaan menjamin responden untuk dengan mudah menguta-
rakan jawabannya
g) Pertanyaan hendaknya menghindari bias
h) Pertanyaan memotovasi responden untuk menjawab
i) Pertanyaan dapat menyaring responden
j) Pertanyaan hendaknya dibuat sesederhana mungkin
4. Etika dalam Pengumpulan DataBeberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengum-
pulkan data antara lain :
a) Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan me-
megang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden me-
rupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
b) Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar menge-
nai sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus
menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
c) Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak
ditanyakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk pene-
litian, maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepeka-
an yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan
spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk
kepentingan penelitian.
d) Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehor-
matan subjek tidak boleh dilanggar
e) Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei
dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihor-
mati.
f) Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya menge-
nai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
94
Metodologi Penelitian Kuantitatif
g) Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam me-
reka, baik secara fisik maupun mental.
h) Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam me-
laporkan data yang dikumpulkan selama study.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS-----------------------------------------------------------------
Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap
pengukuran dalam penelitian. Keduanya berfokus bagaimana men-
ciptakan pengukuran yang terhubung dengan konstruk yang diukur.
Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena
konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan
sering kali tidak dapat secara langsung teramati. Semua peneliti
sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan memiliki validitas dan
reliabilitas yang baik, lantas apa yang dimaksud validitas dan reli-
abilitas ? dan bagaimana, apa, kapan mereka berfungsi dengan baik?
Berikut ulasan beberapa pertanyaan yang mungkin dapat membantu
untuk dapat memahami validitas dan reliabilitas.
95
8
Metodologi Penelitian Kuantitatif
1. ValiditasValiditas menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan meng-
acu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti
mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu
ukuran. Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang realitas
"sesuai" dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana Neuman
(2007) menyatakan, validitas membahas pertanyaan mengenai
seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui penelitian sesuai
dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya.
Anastasi & Urbina (1998) mengemukakan, bahwa validitas
yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat men-
gukur, sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang
dicapai oleh orang yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes
yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan sepe-
rangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau
dibawa kondisi pengujian yang berbeda.
Azwar (1987) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat ter-
sebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artinya, hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran
yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya
dari apa yang diukur.
Suryabrata (2000) menyatakan bahwa validitas tes pada
dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes,
atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa
96
Metodologi Penelitian Kuantitatif
yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes
mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang se-
sungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas
tes yang bersangkutan.
1.1. Jenis validitasa) Validitas konstruksi (construct validity); menunjukkan sejauh mana
suatu tes mengukur trait atau konstruk teoretik yang hendak di-
ukurnya.
b) Validitas isi (content validity); menunjukkan sejauh mana aitem-
aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak
diukur oleh tes tersebut.
c) Validitas kriteria; bukti validitasnya diperlihatkan dengan adanya
hubungan skor pada tes yang bersangkutan dengan skor suatu
kriteria (contoh: analisis korelasional).
d) Validitas isi, kriteria dan konstrak. Ada lima sumber dasar teori
dalam validitas konstrak, yaitu isi, proses respon, struktur internal,
hubungan terhadap variabel lain, dan akibat. Berikut ini akan
diuraikan satu per satu.
Konten (isi): Cook & Beckman (2006) menyebutkan bahwa
konten merupakan hubungan antara isi pengukuran dengan
konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan alat ukur,
proses dalam mengembangkan dan memilih aitem, kata-kata dari
setiap aitem, dan kualifikasi penulis. Bukti konten biasanya
menyajikan langkah-langkah terperinci untuk memastikan bahwa
alat ukur tersebut telah mewakili konstrak yang akan dikur.
Proses respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap
pengukuran yang dilakukan, metode dan keamanan data yang
digunakan dalam pengukuran dan pelaporan juga termasuk dalam
97
Metodologi Penelitian Kuantitatif
kategori ini. Strutur internal melihat hubungan antara aitem tes
dengan tes yang digunakan untu mengukur konstrak, yaitu apakah
aitem-aitem yang penting mungkin dapat memiliki fungsi yang
berbeda pada sekelompo responden. Hal ini bermanfaat apabila
responden secara kategorial memiliki kesamaan, sehingga aitem
tes ini diharapkan dapat menunjukkan perbedaannya dari masing-
masing responden.
Hubungannya dengan variabel yang lain: melihat hubungan
skor tes dengan pengukuran lain dengan konstrak yang sama.
Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas peng-
ukuran, antara lain:
a) Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk
dicapai dan sebagian besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan dari komunitas ilmiah
bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur
suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode peng-
ukuran yang digunakan merujuk pada pertimbangan dari suatu
konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain.
b) Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konsep-
tual yang berisi ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam
suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga langkah. Pertama,
menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya,
ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengem-
bangkan indikator yang mewakili semua bagian dari definisi.
c) Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar
atau kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas
dari indikator diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan
ukuran lain dari konstruk yang sama yang diterima secara luas.
Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu:
98
Metodologi Penelitian Kuantitatif
(1) Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator
yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid (missal-
nya, telah memiliki face validity).
(2) Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator mem-
prediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu
konstruk. Hal ini tidak dapat digunakan untuk semua ukuran.
Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi
dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran
prediktif tidak perlu dibingungkan dengan prediksi dalam
pengujian hipotesis, di mana satu variabel memprediksi
variabel yang berbeda di masa depan.
1.2. Cara Pengujian Validitasa) Pengujian validitas konstruk
Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para
ahli mengenai aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan uji-
coba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan.
Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan
antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan meng-
korelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas se-
luruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan
dengan cara mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok
yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Pengujian
analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.b) Pengujian validitas isi
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dila-
kukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Di sisi lain, pengujian
99
Metodologi Penelitian Kuantitatif
validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas
pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah
ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih
lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya
diujicobakan, dan dilakukan analisis aitem atau uji beda.
c) Pengujian validitas kriteria/eksternal
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk men-
cari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila terdapat kesa-
maan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki vali-
ditas eksternal yang tinggi.
2. ReliabilitasReliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh
mana hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Azwar
(2011) menyebutkan bahwa hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam
beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama di-
peroleh hasil yang relatif sama
Neuman (2007) menyatakan bahwa reliabilitas berarti kean-
dalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran
atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang
identik atau sangat mirip. Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif
menunjukkan bahwa hasil numerik yang dihasilkan oleh suatu in-
dikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses pengukuran
atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas
adalah pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak
stabil, atau tidak konsisten.
100
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada
konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka
diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, ataupun
dibawah kondisi pengujian yang berbeda.
Sugiyono (2010) menyatakan bahwa pengujian reliabilitas ins-
trumen dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Secara
internal, reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-
butir yang ada pada instrumen dengan teknik internal consistency.
Hal ini dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split Half), KR-20, KR-21, dan Anova Hyot
(Analisis Varians).
Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan cara
berikut:
a) Test-retest. Pengujian test-retest dilakukan dengan cara menco-
bakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang
sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan
yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka
instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b) Equvalent. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, na-
mun menggunakan dua instrumen yang berbeda, pada responden
yang sama, dan waktu yang sama.Reliabilitas dihitung dengan
cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan
data instrumen yang dijadikan equivalent.c) Gabungan. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yangequivalent beberapa kali kepada responden yang
sama. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan dua instrumen,
101
Metodologi Penelitian Kuantitatif
kemudian dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang.
Menurut Jacobs (1991), analisa reliabilitas dapat diukur de-
ngan tiga cara yaitu BEST digitek test scoring, Spearman Brown, dan
Kuder-Richarson 20. Spearman Brown mengukur konsistensi peng-
ambilan aitem. Sedangkan KR-20 mengukur konsistensi jawaban
terhadap semua aitem dan menunjukkan dua sumber kesalahan,
yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari sampel. Reliabilitas
juga dapat dijelaskan dengan standar eror pengukuran, yaitu mem-
perkirakan seberapa besar perubahan nilai individu ketika dilakukan
pengulangan tes. Apabila reliabilitas nilai tes tinggi, maka standar
eror pengukuran tersebut rendah.
Ada empat cara menurut Neuman (2007) untuk meningkatkan
reliabilitas pengukuran:
(1) mengonseptualisasi semua konstruk secara jelas,
(2) menggunakan level pengukuran yang tepat,
(3) menggunakan beberapa indikator dari suatu variabel, dan
(4) menggunakan pilot-tets(pretests, pilot studies, dan replikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas:
a) Pemilihan aitem. Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang di-
gunakan untuk mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemi-
lihan aitem tersebut dapat menjadi sumber kesalahan dalam
pelaksanaan tes. Untuk meningkatkan konsistensi dapat memper-
banyak pemilihan aitem yang digunakan. Dengan demikian, akan
mengurangi responden untuk asal tebak dalam menjawab. Namun
aitem ini juga harus dipertimbangkan kualitas pertanyaannya,
karena apabila tidak dan aitem yang diberikan banyak dapat mem-
buat responden kelelahan.
102
Metodologi Penelitian Kuantitatif
b) Penyusunan aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata da-
lam suatu kalimat juga dapat mempengaruhi interpretasi respon-
den sehingga dapat mempengaruhi reliabilitas.
c) Pemberian administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas
atau suasana yang bising dapat mempengaruhi responden ketika
menjawab.
d) Penilaian (scoring), pada tes esai memiliki reliabilitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena pada tes
esai, penilai memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam meni-
lai jawaban responden sehingga lebih bersifat subyektif.
e) Tingkat kesulitan dari suatu tes. Nilai dari suatu tes menunjukkan
reliabilitas yang baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala
yang digunakan dengan demikian dapat terlihat perbedaan antar
siswa.
f) Responden/pengisi instrumen, dimana kelelahan, kecemasan, dan
sakit dapat menyebabkan reliabilitas yang rendah karena mempe-
ngaruhi kinerja mereka dalam mengerjakan tes.
Koefiisien validitas dan koefisien reliabilitasa) Validitas: hasil estimasi validitas suatu pengukuran yang dinya-
takan secara empirik biasanya dinyatakan dengan korelasi antara
distribusi skor tes dengan distribusi skor kriteria. Contoh apabila
distribusi skor tes x dan skor kriteria adalah y, sehingga koefisien
validitasnya adalah rxy. Koefisien validitas hanya memiliki makna
apabila mempunyai nilai positif. Semakin mendekati 1,00 maka
hasil tes semakin valid. Makna Interpretasi koefisien validitas
bersifat relatif, dalam hal ini pada umumnya estimasi validitas
berkisar 0,50 dapat dianggap memuaskan, sedangkan koefisien
validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan.
103
Metodologi Penelitian Kuantitatif
b) Reliabilitas: Koefisien reliabilitas adalah tinggi-rendahnya reli-
abilitas yang dapat dilihat melalui korelasi antara dua dsitribusi
skor dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada se-
kelompok individu yang sama. Semakin tinggi korelasi antara hasil
ukur dari dua tes yang paralel, maka akan semakin konsisten dan
dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel. Lambang dari
korelasi paralel tersebut adalah rxx’, dimana skor x adalah tes
pertama dan x’ untuk tes yang kedua. Azwar (2008) menyebutkan
makna interpretasi reliabilitas dapat dianggap memuaskan apabila
koefisiennya minimal mencapai rxx’ = 0,900, namun terkadang
suatu koefisien tidak mencapai nilai tersebut dan masih dianggap
cukup berarti dalam suatu kasus tertentu terutama apabila skala
yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan tes lain
dalam suatu perangkat pengukuran (battery test). Contoh menguji validitas suatu instrumen penelitian
Responden Nomor Pertanyaan Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10ABCDEFGHIJ
5435322143
4545313142
5444422142
4533413252
5444322152
4525422253
4544411242
5453423142
4544411242
5441155515
45453938352126164024
Tabel Perhitungan Korelasi (Product Moment)
Responden
X Y X² Y² XY
104
Metodologi Penelitian Kuantitatif
ABCDEFGHIJ
5435322143
45453938352126164024
25149259441169
20252025152114441156441676256
1600576
235180117190102425216
16072
N=10 ∑X=32 ∑Y328 ∑∑X²=118 Y²=11720 ∑XY=1166
Rumus Product Moment:rXY = N∑ XY −∑ X ¿¿¿¿
Hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel korelasi nialai “r” dengan terlebih dahulu mencari derajat kebebasan (db), yaitu N-2 (10-2)= 8. Pada taraf signifikan 5% diperoleh angka 0,632 dan 1% 0,765. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel, maka soal/pernyataan tersebut memiliki validitas yang baik. Dengan demikian, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pernyataan Nilai rhitung
Cara Interpretasi pada taraf sig. r 5%
Keterangan
12345678910
0.8840.8930.9310.8110.9200.7050.8270.8930.8670.564
0.884>0.6320.893>0.6320.931>0.6320.811>0.6320.920>0.6320.705>0.6320.827>0.6320.893>0.6320.867>0.6320.564<0.632
ValidValidValidValidValidValidValidValidValid
Tidak Valid
105
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Contoh menguji Reliabilitas suatu instrumen penelitian
Responden Hasil Pengukuran I
Hasil Pengukuran II
ABCDEFGHIJ
45453938342126164024
45424038322024174224
Langkah selanjutnya hasil penghitungan tersebut dimasukkan
dalam rumus product moment. Kemudian dikonsultasikan dengan
nilai r tabel pada df 8 (N-2) atau 10-2. Pada taraf signifikansi 5%, nilai
r tabel sebesar 0,632. Cara memberikan interpretasi sama dengan
pada uji validitas yang dapat dilakukan secara keseluruhan maupun
berdasarkan masing-masing aitem pernyataan. Misalnya berdasar-
kan contoh tersebut di atas, diperoleh nilai rxy sebesar 0,99, berarti
reliabel karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,99>0,632 pada
taraf signifikan 5%.
106
Metodologi Penelitian Kuantitatif
ANALISIS DATA PENELITIAN
-----------------------------------------------------------------------
Tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah pengumpulan data sa-
ngat bervariasi bentuknya tergantung dari bagaimana data yang
terkumpul akan diorganisasikan. Agar peneliti tidak terhenti langkah-
nya dengan kebingungan tidak tahu apa yang akan dilakukan se-
lanjutnya, sebaiknya pada waktu menyusun proposal penelitian lang-
kah-langkah tersebut sudah tercermin di dalamnya.
Di sisi lain, perolehan data dalam kancah penelitian sering di-
bicarakan kadar kevaliditasan dan kereabilitasannya. Pembicaraan
masalah ini termasuk hal hal urgen dalam dunia penelitian, meng-
ingat kualitas data yang bersumber dari hasil pengukuran akan ikut
menentukan terhadap bagaimana kualitas kegiatan dan hasil suatu
penelitian. Pada sisi lain persoalan tersebut juga terkait dengan ma-
salah generalisasi, sehingga kualitas hasil data sangat bergantung
pada kualitas alat ukurnya. Oleh karena kesahihan dan keterandalam
107
Sampel
Metodologi Penelitian Kuantitatif
alat ukut merupakan standar mutlak yang tak dapat ditawar lagi oleh
seorang peneliti, jika ia menginginkan hasil penelitiannya memiliki
kadar kualitas yang memadai. Alasan cukup sederhana, alat ukur
yang baik (valid dan reliabel) akan mampu merekam data secara
baik; sehingga data yang diperoleh akan memiliki kualitas yang baik
pula. Data ini apabila ditindak lanjuti dengan suatu analisis, maka
akan dihasilkan suatu kesimpulan (temuan) yang dapat dipercaya.
Persoalan bagaimana teknik membuat alat ukur yang handal
dan dapat dipercaya tampaknya sudah ada wilayah pembahasan
sendiri, termasuk pula bagaimana penggunaannya. Bagaimana tin-
dak lanjut dari perolehan data setelah data terkumpul melalui alat
ukurnya. Sebab bagaimanapun lengkapnya data, validitas dan
reliabilitasnya terpenuhi, jika ternyata tidak ditindak lanjuti dengan
suatu analisis, maka data tersebut tidak akan memiliki sedikitpun arti
bagi sebuah penelitian bahkan sebuah pemborosan tenaga, waktu,
dan bahkan mungkin biaya. Sehubungan dengan hal tersebut, uraian
berikut akan mencoba menindak lanjuti data yang terkumpul supaya
bisa memiliki fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti
dalam aktivitas penelitiannya. Fokus pembahasan ini akan dibatasi
pada analisis kuantitatif (data yang berupa angka-angka).
1. Pendekatan Analisis KuantitatifAnalisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat didekati dari
dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitatif secara deskriptif, dan
analisis kuantitatif secara inferensial. Masing-masing pendekatan ini
melibatkan pemakaian dua jenis statistik yang berbeda. Yang perta-
ma menggunakan statistik deskriptif dan yang kedua menggunakan
stastistik inferensial. Kedua jenis statistik ini memiliki karakteristik
108
Metodologi Penelitian Kuantitatif
yang berbeda, baik dalam hal teknik analisis maupun tujuan yang
akan dihasilkannya dari analisisnya itu.
Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskrip-
sikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur ke-
mudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut
selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga membe-
rikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun
yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut.
Dengan demikian hasil olahan data dengan statistik ini hanya sampai
pada tahap deskripsi, belum sampai pada tahap generalisasi.
Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang
mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka, agar
dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas, me-
ngenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik
pengertian atau makna tertentu.
Statistik inferensial fungsinya lebih luas lagi, sebab dilihat dari
analisisnya, hasil yang diperoleh tidak sekedar menggambarkan
keadaan atau fenomena yang dijadikan obyek penelitian, melainkan
dapat pula digeneralisasikan secara lebih luas kedalam wilayah po-
pulasi. Karena itu, penggunaan statistik inferensial menuntut persya-
ratan yang ketat dalam masalah sampling, sebab dari persyaratan
yang ketat itulah bisa diperoleh sampel yang representatif; sampel
yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki populasinya. Dengan
sampel yang representatif maka hasil analisis inferensial dapat dige-
neralisasikan ke dalam wilayah populasi.
2. Jenis Data StatistikSudah dikenal bahwa statistik merupakan salah satu cara
yang banyak manfaatnya bagi peneliti untuk menganilis data. Satu
109
Metodologi Penelitian Kuantitatif
modal penting yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh peneliti yang
akan menggunakan teknik statistik adalah pengertian mengenai jenis
data yang akan dianalisis, agar penggunaan data kuantitatif untuk
keperluan analisis statistik tepat sasaran. Atau sebaliknya, pemilihan
jenis teknik statistik dapat dipilih secara tepat sesuai dengan sifat-
sifat atau jenis-jenis data yang dihadapi.
Dunia statistik dikenal setidaknya terdapat empat jenis data
hasil pengukuran, yaitu data Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio.
Masing-masing data hasil pengukuran ini memiliki karaktristik tersen-
diri yang berbeda antara satu dengan lainnya.
1) Data NominalData ini juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau dikhotomi.
Disebut diskrit karena ini data ini memiliki sifat terpisah antara satu
sama lainnya, baik pemisahan itu terdiri dari dua bagian atau
lebih; dan di dalam pemisahan itu tidak terdapat hubungan sama
sekali. Masing-masing kategori memiliki sifat tersendiri yang tidak
ada hubungannya dengan kategori lainnya. Sebagai misal data
hasil penelitian dikategorikan kedalam kelompok “ya” dan “tidak”
saja misalnya laki-laki/wanita (laki-laki adalah ya laki-laki; dan
wanita adalah “tidak laki-laki”), kawin /tidak kawin; janda/duda, dan
lainnya. Data nominal selain contoh tersebut, terdapat pula yang
berupa angka-angka. Akan tetapi angka-angka tersebut bukan
merupakan suatu atribut, oleh sebab itu pada angka tersebut tidak
berlaku hitungan matematis. Contoh data ini misalnya nomor
punggung pemain sepak bola, nomor rumah, nomor plat mobil dan
lainnya. Nomor-nomor tersebut semata-semata hanya menunjuk-
kan simbol, tanda, atau stribut saja.
2) Data Ordinal110
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau
penjenjangan pada sesuatu keadaan. Berbeda dengan data no-
minal yang menunjukkan adanya perbedaan secara kategorik,
data ordinal juga memiliki sifat adanya perbedaan di antara obyek
yang dijenjangkan. Namun dalam perbedaan tersebut terdapat
suatu kedudukan yang dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa
yang satu lebih besar atau lebih tinggi daripada yang
lainnya.Kriteria urutan dari yang paling tinggi ke yang yang paling
rendah dinyatakan dalam bentuk posisi relatif atau kedudukan
suatu kelompok. Contoh dari data ini misalnya: prestasi belajar
siswa diklasifikasikan menjadi kelompok “baik”, “cukup”, dan
“kurang”, atau ukuran tinggi seseorang dengan “tinggi”, “sedang”,
dan “pendek”. Dalam kaitannya dengan analisis data, terhadap
data ordinal seringkali diberikan “skor’ sesuai dengan tingkat-
annya. Istilah “skor” diberi tanda petik karena skor tersebut bukan
skor sebenarnya, tetapi sebagai “tanda” yang menunjukkan ting-
katan.
Contoh: “Baik” …….. diberi tanda 3
“Cukup” …….. diberi tanda 2
“Kurang” …….. diberi tanda 1
Contoh lain data ordinal misalnya hasil ujian mahasiswa peserta
kuliah Statistik Pendidikan Budiman memperoleh skor 90, Rahmat
85, Musyafak 75, dan Mahsunah 65. Berdasarkan skor-skor
tersebut dibuatlah suatu jenjang (rangking), sehingga terjadilah
urutan jenjang ke 1 (90), ke 2 (85), ke 3 (75), dan ke 4 (65).Data
ordinal memiliki harga mutlak (dapat diperbandingkan) dan selisih
perbedaan antara urut-urutan yang berdekatan bisa tidak sama.
Data ordinal mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan de-
ngan data diskrit karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak
111
Metodologi Penelitian Kuantitatif
daripada data diskrit yang hanya mempunyai dua kategori yaitu
“ya” dan “tidak”.
3). Data IntervalData interval tergolong data kontinum yang mempunyai tingkatan
yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal karena
mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi. Data interval me-
nunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan yang
lainnya.Contoh data interval misalnya hasil ujian, hasil pengukuran
tinggi badan, dan lainnya. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa
data interval tidak dikenal adanya nilai 0 (nol) mutlak. Dalam hasil
pengukuran (tes) misalnya mahasiswa mendapat nilai 0. Angka
nol ini tidak dapat diartikan bahwa mahasiswa tersebut benar-
benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia memperoleh nilai nol ia
memiliki suatu pengetahuan atau kemampuan dalam matakuliah
yang bersangkutan. Nilai nol yang diberikan oleh dosen sebe-
tulnya hanya merupakan atribut belaka hanya saja pada saat
ujian, pertanyaan yang diujikan tidak pas seperti yang dipersiap-
kannya. Atau jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang
dikehendaki soal.
4) Data RasioData rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data konti-
num juga tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Data ini
memiliki sifat interval atau jarak yang sama seperti halnya dalam
skala interval. Namun demikian, skala rasio masih memiliki ciri
lain. Pertama harga rasio memiliki harga nol mutlak, artinya titik
nol benar-benar menunjukkan tidak adanya suatu ciri atau sifat.
Misalnya titik nol pada skala sentimeter menunjukkan tidakadanya
112
Metodologi Penelitian Kuantitatif
panjang atau tinggi sesuatu. Kedua angka skala rasio memiliki
kualitas bilangan riel yang berlaku perhitungan matematis. Misal-
nya berat badan Rudi 70 kg, sedangkan Saifullah 35 kg. Keadaan
ini dapat dirasiokan bahwa berat badan Rudi dua kali berat badan
Saifullah. Atau berat badan Saifullah separuh dari berat badan
Rudi. Berbeda dengan data interval misalnya Rudi ujian dapat 70
sementara Saifullah memperoleh 30. Hal ini tidak dapat diartikan
bahwa kepandaian Rudi dua kali lipat kepandaian Saifullah.
Data rasio dalam ilmu-ilmu sosial jarang dipergunakan, bahkan
hampir tidak pernah dipergunakan. Lapangan penggunaan data
berskala rasio ini lebih banyak berada dalam bidang ilmu-ilmu
eksakta terutama fisika.
3. Teknik Analisis KuantitatifSebagaimana dijelaskan di muka bahwa analisis kuantitatif
dapat didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitatif
deskriptif dan analisis kuantitatif inferensial. Bagaimana teknik peng-
gunaan masing-masing pendekatan tersebut berikut disajikan contoh
penggunaannya.
1) Analisis Kuantitatif DeskriptifMengenai data dengan statistik deskriptif peneliti perlu memper-
hatikan terlebih dahulu jenis datanya. Jika peneliti mempunyai
data diskrit, penyajian data yang dapat dilakukan adalah men-
cari frekuensi mutlak, frekuensi relative (mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode, medi-an dan mean.Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data
variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula
113
Metodologi Penelitian Kuantitatif
belum teratur dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh orang
yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel tersebut.
Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi
sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian
dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan. Ciri ana-
lisis kuantitatif adalah selalu berhubungan dengan angka, baik
yang diperoleh dari pencacahan maupun penghitungan. Data yang
telah diperoleh dari pencacahan selanjutnya diolah dan disajikan
dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh pengguna data
tersebut. Sajian data kuantitatif sebagai hasil analisis kuantitatif
dapat berupa angka-angka maupun gambar-gambar grafik.
Seorang dosen Statistik Pendidikan tertarik untuk meneliti Kemam-
puan Statistik Pendidikan mahasiswa. Untuk keperluan tersebut
peneliti melihat nilai Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian
Semester dalam matakuliah yang diberikannya kepada 14
mahasiswa semester 4 di salah satu perguruan tinggi. Setelah
melakukan studi dokumenter diperoleh data sebagai berikut:
Nama Nilai UTS Nilai UAS Rata-rata
A 65 70 67,5
B 70 73 71,5
C 75 80 77,7
D 73 71 72
E 60 75 67,5
F 65 72 68,5
G 74 80 77
H 68 74 71
114
Metodologi Penelitian Kuantitatif
I 67 78 72,5
J 65 78 71,5
K 80 82 81
L 78 81 79,5
M 76 78 77
N 72 80 76
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kualifikasi kemampuan
mahasiswa tersebut dalam mata kuliah Statistik pendidikan, baik
ditinjau dari nilai Ujian Tengah Semester maupun Ujian Semester,
skor-skor tersebut dikonversi menjadi nilai. Pengkonversian skor
menjadi nilai dapat dipergunakan pendekatan Penilaian Acuan
Norma (PAN) atau Penilaian Acuan Patokan (PAP). Jika
pendekatan pertama (PAN) yang dipergunakan, maka norma yang
dijadikan standar adalah nilai Rata-rata (Mean) dan Standar
Deviasi (SD) masing-masing nilai variabel. Namun, jika yang
dipergunakan pendekatan kedua (PAP), maka standarnya adalah
standar nilai yang dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan.
Misalnya STAIN Jember memiliki standar nilai prestasi hasil
belajar mahasiswa sebagai berikut:
NO SKOR NILAI KODE KUALIFIKASI
12345
80 – 10070 – 7960 – 6950 – 590 – 49
43210
ABCDE
Baik SekaliBaik
CukupKurang
Sangat Kurang
Dengan berpedoman pada standar di atas, maka skor hasil peng-
ukuran kemampuan dapat dilakukan konversi. Melalui cara ini da-
115
Metodologi Penelitian Kuantitatif
pat diketahui distribusi nilai berikut kualifikasinya. Hal ini dapat di-
lihat berikut ini:
Nama Nilai UTS Nilai Ujian Semester
Statistik Pendidikan
Skor kw Skor kw Skor Kw
A 65 C 70 B 67,5 C
B 70 B 73 B 71,5 B
C 75 B 80 A 77,5 B
D 73 B 71 B 72 B
E 60 C 75 B 67,5 C
F 65 C 72 B 68,5 C
G 74 B 80 A 77 B
H 68 C 74 B 71 B
I 67 C 78 B 72,5 B
J 65 C 78 B 71,5 B
K 80 A 82 A 81 A
L 78 B 81 A 79,5 B
M 76 B 78 B 77 B
N 72 B 80 A 76 B
Langkah selanjutnya agar hasil konversi nilai memiliki makna lebih
jelas, maka dilakukan kualifikasi berdasarkan jenis-jenis variabel
beserta kualifikasinya. Tabel-tabel berikut merupakan hasil dari
116
Metodologi Penelitian Kuantitatif
prosedur pengerjaan ini. Dari tabel-tabel tersebut peneliti mulai
bisa bicara sesuai dengan keadaan yang termuat di dalamnya.
Misalnya pada tabel 4 peneliti mulai mendeskripsikan bahwa nilai
Statistik Pendidikan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jember
Semeter V, tidak tampak (0%) yang berkategori/berkualifikasi
Kurang (D) dan Sangat Kurang (E) tidak tampak (0%). Kualifikasi
nilai mereka berkisar antara nilai Baik Sekali 7%, Baik sebesar
71,43%, dan selebihnya berkualifikasi Cukup 21,43%. Secara
umum dapat dikatakan bahwa nilai Statistik Pendidikan yang
diperoleh mahasiswa Jurusan Tarbiyah termasuk Baik. Hal ini
dapat dilihat pula dari nilai rata-ratanya, yaitu sebesar 73.57.
Nilai
Ujian Teng. Sem.
Ujian Semester
Statistik Pend.
F % F % F %
ABCDE
17600
75042,860
59000
35,7164,290
11030
771,4321,43
2) Analisis Kuantitatif InferensialPemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan
suatu temuan yang dapat digeneralisasikan secara lebih luas ke
dalam wilayah populasi. Di sini seorang peneliti akan selalu berha-
dapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar penelitiannya
untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial.
Jenis statistik inferensial cukup banyak ragamnya, Peneliti dibe-
rikan peluang sebebas-bebasnya untuk memilih teknik mana yang
paling sesuai (bukan yang paling disukai) dengan sifat/jenis data 117
Metodologi Penelitian Kuantitatif
yang dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis ini dibagi
menjadi dua bagian. Pertama untuk jenis penelitian korelasional
dan kedua untuk komparasi dan/atau eksperimen. Perhatikan
tabel berikut:
Jenis Data dan teknik Analisis Korelasi yang Tepat
Variabel 1 Variabel 2 Teknik Analisis Korelasi
1. Interval2. Ordinal
(rangking)3. Rangking4. Dikhotomi
buatan5. Dikhotomi6. Dikhotomi
asli7. Dikhotomi
buatan8. Dikhotomi
asli9. Kategorik
asli atau buatan
IntervalOrdinal (rangking)RangkingIntervalIntervalIntervalDikhotomi buatanDikhotomi asliKategorik asli atau buatan
Product MomentTata jenjang (lebih te-pat untuk N kurang 30Tau dari Kendall (lebih tepat untuk N kurang dari 10)BiserialWide Spread biserialPoint biserialTetrachoricKorelasi PhiChi Kuadrat dilanjutkan Koefisien Kontingensi
(Suharsimi Arikunto, 1993)
Untuk jenis penelitian Komparasi dan/atau eksperimen, jika hanya
dua variabel yang diperbandingkan, maka penggunaan t-tes lebih
tepat dengan memperhatikan besar kecilnya data serta sifat hu-
bungan variabelnya. Namun apabila lebih dari dua variabel, maka
penggunaan analisis varians akan lebih efektif dan efisien. Apalagi
118
Metodologi Penelitian Kuantitatif
sekarang sudah cukup memasyarakat penggunaan komputer se-
bagai sarana analisis data.
Mengingat waktu yang sangat terbatas, tentu tidak mungkin se-
mua teknik statistik tersebut akan dibahas. Pada bagian ini hanya
akan diberikan contoh analisis dengan teknik korelasi Tata
Jenjang. Teknik korelasi ini dipergunakan untuk melihat ada
tidaknya hubungan antara dua variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Persyaratan yang harus dipenuhi di dalam
mempergunakan teknik ini selain datanya harus berskala ordinal,
baik variabel X maupun variabel Y, dan jumlah kasusnya kurang
dari 30 kasus.
E. Tes SignifikansiTes signifikansi artinya melakukan perbandingan antara nilai hasil
perhitungan dengan nilai yang ada di dalam tabel statistik. Perlu
diingat bahwa setiap jenis teknik statistik. Selalu disertai dengan
angka-angka tabel, sehingga ada yang berpendapat bahwa
keterampilan statistik itu sebenarnya hanya keterampilan
membandingkan angka-angka perhitungan dengan angka-angka
tabelnya.
Di dalam pembandingan tersebut jika nilai hasil perhitungan nilai
tabel, berarti signifikan (ditolak dan diterima). Sebaliknya jika
hasil perhitungan nilai tabel berarti non signifikan ( diterima dan
ditolak).
119
Metodologi Penelitian Kuantitatif
DAFTAR PUSTAKA
A. Latif, Misno, (2000). Teknik Analisis Data Kuantitatif, Makalah
diklat Action Research Mahasiswa STAIN Jember.Anastasi, A., & Urbina, S. (1998). Tes Psikologi (Edisi Terjemahan).
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Arboleda, C. R. (1981). Communications Research. Manila: CFA.
Ary, Donald, et al. (2010). Introduction to Research in Education.
Wadsworth: USA
Arikunto, Suharsimi, (1993). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi (2000). Manageman Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arikunto, Ssuharsimi (2010). Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Edisi
ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan peng-ukuran prestasi belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
120
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and re-
liability for psychometric instrument: Theory and applica-
tion. The American Journal of Medicine.Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. (2006). Metode riset
bisnis, vol. 1, edisi 9 (Business research methods, 9th edition);
Budijanto, Didik Djunaedi, Damos Sihombing, penerjemah.
Jakarta: Media Global Edukasi. 28
Delbert C. (1991). Handbook of research design and social measu-rement. Newbury Park: Sage.
Denzin, Norman K. & Yuonna S. Lincoln. (2009). Handbook of quali-tative research; Dariyatno, Badrus Samsul Fata, Abi dan John
Rinaldi, penerjemah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gay, L. R. (1981). Educational Research: Competencies for Anlysis and Application. London: Prentice-Hall International (UK) ltd.
Given, Lisa M. (editor). 2008. The Sage encyclopedia of qualitative research methods. Thousand Oaks: Sage.
Griffin, Emory A. (2011). A first look at communication theory, edisi
ke-8. New York: McGraw Hill. Isaac, Stephen dan William B.
Michael. 1982. Handbook in research and evaluation: for
education and behavioral sciences, edisi ke-2, cet. ke-2. San
Diego: Edits Publishers. Miller,
Isaac, S. dan William B. M. (1977). Handbook in Reasearch and Evaluation: For Education and the Behavioral Sciences. First
edition. San Diego, CA: EdiTS
Isaac, Stephen., Michael, William B., (1985), Handbook in Research and Evaluation, California, Edits publishers
Jacobs, L. C. (1991). Test Reliability. IU Bloomington evaluation ser-
vice & testing.Diakses pada tanggal 7 November 2014
dari www.indiana.edu.
121
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kerlinger, (2004). Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi Ketiga,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kerlinger. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Maqsun Arr. Sofwan, Misno A. Latif, (1991). Pengantar Statistik Pendidikan, Jember, FKIP.
Mc Millan, J.H. dan Schumacher, S. (2010). Research in Education (Evidence Based Inquiry) Seventh Edition. London: Pearson.
Muhadjir, Noeng. (1991). Metodologi penelitian kualitatif, cetakan ke-
3. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nawawi, Hadari, dkk. (2010). Penelitian Terapan. UGM Press:
Yogyakarta
Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and qu-antitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc.
Patilima, Hamid. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Malang
Sudijono, Anas, (1987). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pers.
Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono, (2007). Memahami Penelitian Kualitatif Cetakan III, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuan-titatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuan-titatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
W. Lawrence Neuman, (2004). Social Research Metthods, (Canadian Internanational Depelopment Agency)
122
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Wayan Ardana, (1982). Beberapa Metode Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nsional.
123