bappeda.bantulkab.go.id€¦  · Web viewSelanjutnya untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat...

124
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas administratif sebagai berikut: Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Selatan : Samudera Hindia Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 ha (15,91% dari luas DIY) dan terbagi atas 17 kecamatan, 75 desa dan 933 pedukuhan Berdasarkan klasifikasi wilayah, desa di Kabupaten Bantul dibagi menjadi desa pedesaan (rural area) sebanyak 41 desa dan desa perkotaan (urban area) sebanyak 34 desa Secara geografis, wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110o12'34"-110o31'08" Bujur Timur dan 07o44'04"-08o00'27" Lintang Selatan. Apabila dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2017 menurut data Disdukcapil sebanyak 927.181 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 462.449 jiwa dan perempuan sebanyak 464.732 jiwa. Pemerintah Kabupaten Bantul sebagaimana pemerintah daerah lain, didirikan dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayahnya. Untuk mewujudkan cita - cita tersebut maka direncanakan dan dilaksanakan berbagai program kegiatan yang dilakukan oleh USER 1

Transcript of bappeda.bantulkab.go.id€¦  · Web viewSelanjutnya untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat...

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari lima kabupaten/kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta dengan batas administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman

Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul

Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 ha (15,91% dari luas DIY) dan terbagi

atas 17 kecamatan, 75 desa dan 933 pedukuhan

Berdasarkan klasifikasi wilayah, desa di Kabupaten Bantul dibagi menjadi desa

pedesaan (rural area) sebanyak 41 desa dan desa perkotaan (urban area) sebanyak 34

desa

Secara geografis, wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110o12'34"-110o31'08"

Bujur Timur dan 07o44'04"-08o00'27" Lintang Selatan. Apabila dilihat dari bentang

alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada

bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta

kawasan pantai di sebelah selatan.

Jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2017 menurut data Disdukcapil sebanyak

927.181 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 462.449 jiwa dan perempuan sebanyak

464.732 jiwa.

Pemerintah Kabupaten Bantul sebagaimana pemerintah daerah lain, didirikan dalam

rangka untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayahnya.

Untuk mewujudkan cita - cita tersebut maka direncanakan dan dilaksanakan berbagai

program kegiatan yang dilakukan oleh seluruh elemen yang ada, baik dari unsur

pemerintah daerah, masyarakat, akademik maupun dunia usaha,dimana masing-

masing melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sesuai kewenangan yang ada.

Dalam setiap penentuan program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan, agar

semua bisa menjadi solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi maka

dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan terlebih dahulu.

Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut maka telah disusun rencana

pembangunandalam jangka waktu 5 tahun yang disebut Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

USER 1

Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021,

dinyatakan bahwaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, dan program Kepala Daerah

yang dituangkan ke dalam strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah.

Visi Kabupaten Bantul sesuai Perda No. 11 tahun 2016 adalah :Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas, dan sejahtera “, berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”.

Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut maka dirumuskan Misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yg baik, efektif, efisien dan bebas dari KKN

melalui percepatan reformasi birokrasi.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil dan

berkepribadian luhur.

3. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat difokuskan pada percepatan

pengembangan perekonomian rakyat dan pengentasan kemiskinan.

4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana-prasarana umum, pemanfaatan

Sumber Daya Alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan

pengelolaan risiko bencana.

5. Meningkatkan tata kehidupan masyarakat Bantul yang agamis, nasionalis, aman,

progresif dan harmonis serta berbudaya istimewa.

Masing- masing misi dijabarkan dalam program dan kegiatan OPD terkait.

Selanjutnya untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan

program kegiatan yang telah dilaksanakan, khususnya yang terkait dengan urusan sub

bidang Pemerintahan, maka telah dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah

studi Indonesia Governance Index(IGI), monev penyelenggaraan Sistim Informasi Desa

bagi semua Desa se Kabupaten Bantul serta penyusunan Grand Design Pembangunan

Kependudukan (GDPK) yang diperlukan sebagai arah bagi kebijakan pembangunan

berbasis kependudukan di masa depan.

B. PEMAHAMAN KONSEP Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai ketiga kegiatan tersebut maka perlu

diuraikan secara singkat konsep dari masing-masing kegiatan yaitu :

1. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK

Menurut Ganie & Rochman (2000 : 142) governance diterjemahkan sebagai

“mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan

pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif”.

USER 2

Sedangakn Pinto dalam Nisjar (1997 : 119) mengartikan governance sebagai

“praktek penyelengaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam

pengelolaan urusan pemerintah secara umum dan pembangunan ekonomi pada

khususnya”.

(http://spiritbloging.blogspot.com/2012/01/modul-9-tata-kelola-pemerintahan-

yang.html)

Selanjutnya dalam upaya mewujudkan suatu pemerintahan yang sehat dan bersih

maka diperlukan adanya Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) pula,

dimana model ini lebih mengedepankan prinsip partisipasi, transparansi dan

akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Menurut World Bank Pengertian good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dengan pasar efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi,

dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan

disiplin anggaran, serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya

aktivitas usaha. Terdapat tiga unsur pokok yang bersifat sinergis dalam tata kelola

pemerintahan yang baik, yaitu sebagai berikut.

1. Unsur pemerintah yang dipercaya menangani administrasi negara pada suatu

periode tertentu.

2. Unsur swasta/wirausaha yang bergerak dalam pelayanan publik.

3. Unsur warga masyarakat.

( https://www.artikelbelajar.com/tata-kelola-pemerintahan-yang-baik-good-

governance/ )

Sementara itu United Nation Development Program (UNDP) atau lembaga PBB

untuk pengembangan negara-negara di dunia, mendefinisikan tata kelola

pemerintahan yang baik sebagai suatu tanggung jawab dari kewenangan ekonomi,

kewenangan administrasi, dan kewenangan politik untuk mengatur masalah-

masalah sosial negara tersebut.

Berdasarkan definisi di atas, setidaknya good governance memiliki beberapa

indikator pengukuran, diantaranya adalah:

a. Transparansi

Transparansi merupakan proses keterbukaan menyampaikan informasi atau

aktivitas yang dilakukan. Harapannya, agar pihak-pihak eksternal yag secara

tidak langsung ikut bertanggung jawab dapat ikut memberikan pengawasan.

Memfasilitasi akses informasi menjadi faktor penting terciptanya transparansi

ini.

b. Partisipasi

USER 3

Partisipasi merujuk pada keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam

merencanakan kebijakan. Masukan dari berbagai pihak dalam proses

pembuatan kebijakan dapat membantu pembuat kebijakan mempertimbangkan

berbagai persoalan, perspektif, dan opsi-opsi alternatif dalam menyelesaikan

suatu persoalan. Proses partisipasi membuka peluang bagi pembuat kebijakan

untuk mendapatkan pengetahuan baru, mengintegrasikan harapan publik

kedalam proses pengambilan kebijakan, sekaligus mengantisipasi terjadinya

konflik sosial yang mungkin muncul. Komponen yang menjamin akses

partisipasi mencakup, tersedianya ruang formal melalui forum-forum yang

relevan, adanya mekanisme untuk memastikan partisipasi publik, proses yang

inklusif dan terbuka, dan adanya kepastian masukan dari publik akan

diakomodir di dalam penyusunan kebijakan.

c. Akuntabilitas

Akuntabilitas didefinisikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas peraturan

yang telah dibuat. Proses ini juga sekaligus menguji seberapa kredibel suatu

kebijakan tidak berpihak pada golongan tertentu. Akuntabilitas akan melewati

beberapa proses pengujian tertentu. Proses yang terstruktur ini diharapkan

akan mampu membaca celah-celah kekeliruan, seperti penyimpangan

anggaran atau pelimpahan kekuasaan yang kurang tepat. Mekanisme

akuntabilitas juga memberikan kesempatan kepada para pemangku

kebijakan untuk meminta penjelasan dan pertanggungjawaban apabila terdapat

hal-hal yang tidak sesuai dengan konsensus dalam pelaksanaan tata kelola di

bidang tertentu.

d. Koordinasi

Koordinasi adalah sebuah mekanisme yang memastikan bahwa seluruh

pemangku kebijakan yang memiliki kepentingan bersama telah memiliki

kesamaan pandangan. Kesamaan pandangan ini dapat diwujudkan dengan

mengintegrasikan visi dan misi pada masing-masing lembaga. Koordinasi

menjadi faktor yang sangat penting, karena kekacauan koordinasi dapat

menyebabkan efisiensi dan efektivitas kerja menjadi terganggu. ( Laporan

Koordinasi Program – Program Pemberdayaan Tahun 2015 dalam:

https://blog.gamatechno.com /4-indikator-penting-tata-kelola-pemerintahan-

yang-baik/)

Adapun ciri-ciri dan karakteristik tata kelola pemerintahan yang baik menurut Laode

Ida adalah :

1. Terwujudnya interaksi yang baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,

terutama adanya kerja sama dalam pengaturan kehidupan sosial politik dan

sosioekonomi.

USER 4

2. Adanya komunikasi berupa jaringan multisistem (pemerintah, swasta, dan

masyarakat) yang melakukan sinergi untuk menghasilkan output  yang

berkualitas.

3. Adanya proses penguatan diri sendiri, yaitu upaya untuk mendirikan

pemerintah (self governing) dalam mengatasi kekacauan dalam kondisi

lingkungan dan dinamika masyarakat yang tinggi.

4. Adanya keseimbangan kekuatan, dalam rangka mewujudkan pembangunan

yang berkelanjutan, ketiga elemen yang ada menciptakan dinamika, kesatuan

dalam kompleksitas, harmoni, dan kerja sama.

5. Adanya independensi, yaitu penciptaan saling ketergantungan yang dinamis

antara pemerintah, swasta, dan masyarakat melalui koordinasi dan fasilitasi.

Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik tersebut dibutuhkan

beberapa persyaratan berikut.

1) Terwujudnya efisiensi dalam manajemen pada sektor publik, antara lain

dengan memperkenalkan teknik-teknik manajemen perusahaan di lingkungan

administrasi pemerintah negara dan melakukan desentralisasi administrasi

pemerintah.

2) Terwujudnya akuntabilitas publik, sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

3) Tersedianya perangkat hukum yang memadai yang berupa peraturan

perundang-undangan yang mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan

yang baik.

4) Adanya sistem informasi yang menjamin akses masyarakat terhadap berbagai

kebijakan dan/atau informasi bersumber baik dari pemerintah maupun dari

elemen swasta serta LSM.

5) Adanya transparansi dalam pembuatan kebijakan dan implementasinya

sehingga hak-hak masyarakat untuk mengetahui (rights to information)

keputusan pemerintah terjamin.

Dalam tahap perkembangan selanjutnya, tata kelola pemerintahan yang baik

berhubungan dengan struktur pemerintahan yang meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Hubungan antara pemerintah dan pasar.

Contoh ; pemerintah mengendalikan harga sembako agar sesuai dengan harga

pasar.

2. Hubungan antara pemerintah dan rakyat.

Contoh : pemerintah memberikan pelayanan danperlindungan bagi rakyat.

3. Hubungan antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.

Contoh : pemerintah memberikan kesempatan kepada organisasi

kemasyarakatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

USER 5

4. Hubungan antara pejabat-pejabat yang dipilih (politisi) dan pejabat-pejabat

yang diangkat (pejabat birokrat).

Contoh ; Mengadakan pertemuan antara tokoh masyarakat, pejabat birokrat,

dan politisi.

5. Hubungan antara lembaga pemerintahan daerah dan penduduk perkotaan

serta perdesaan.

Contoh : memberikan izin bertempat tinggal kepada penduduk perdesaan yang

bekerja di perkotaan.

6. Hubungan antara lembaga legislatif dan eksekutif dalam membahas rancangan

undang-undang (RUU).

7. Hubungan antara pemerintah nasional dan lembaga-lembaga internasional

dalam menjalin kerja sama di segala bidang untuk kemajuan bangsa.

( https://www.artikelbelajar.com/tata-kelola-pemerintahan-yang-baik-good-

governance/ )

Terselenggaranya good governance ( tata kelola pemerintahan yang baik )

merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam

mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara, untuk itu perlu dilakukan

pengukuran sampai sejauh mana pengelolaan pemerintahan yang baik telah

dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Good Governance dapat diukur dengan

menggunakan Indonesia Governance Index (IGI) yang merupakan alat untuk

mengukur kinerja pemerintahan daerah, khususnya terhadap empat pilar

pemerintahan yaitu arena pemerintah (legislatif dan eksekutif), birokrasi,

masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi berdasarkan beberapa kriteria data yang

obyektif dan terukur.

Hasil dari pengukuran IGI nantinya dapat dijadikan sebagai bahan baku rujukan

untuk evaluasi bagi pembuat kebijakan atau pengambil keputusan, karena IGI

memuat sumber data yang sangat lengkap beserta bukti-buktinya

2. GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKANKemajuan dan keberhasilan pembangunan di suatu wilayah bukan ditentukan oleh

besarnya sumber daya alam maupun besarnya jumlah penduduk yang dimiliki, akan

tetapi hampir sebagian besar lebih ditentukan oleh kualitas penduduknya. Jumlah

penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah serta persebaran yang tidak

menguntungkan justru akan menjadi masalah di bidang kependudukan, demikian

pula dengan yang terjadi di Indonesia, jumlah penduduknya besar namun

kualitasnya masih belum begitu baik.

Untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan di Indonesia yang demikian

kompleks, serta sebagai tindak lanjut dari keberadaan Undang-Undang No 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

maka pemerintah baik di level Pusat maupun Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)

perlu menyusun Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) yang

USER 6

nantinya akan menjadi pedoman/arah kebijakan bagi perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan di bidang kependudukan.

Grand Design berasal dari 2 kata, yakni Grand yang berarti hal paling penting/besar

dan Design yang berarti suatu skema pengaturan atau sesuatu yang ditujukan

sebagai pedoman untuk melakukan sesuatu. Secara praktikal Grand Design sering

diterjemahkan atau diimplementasikan sebagai rencana induk atau kerangka utama.

Sebagai sebuah rencana induk maka grand design merujuk pada dokumen

pembangunan nasional serta memuat visi, misi, tujuan dan sasaran, untuk

memberikan arah kebijakan-kebijakan pelaksanaan pembangunan selama kurun

waktu tertentu secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga

dan berkelanjutan. (Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, 2011 dalam :

https://www.slideshare.net/OswarMungkasa/laporan-akhir-penyiapan-gd )

Grand Design Pembangunan Kependudukan yang selanjutnya disingkat dengan

GDPK ini terdiri dari 5 aspek pembangunan kependudukan, yaitu:

a. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk, Diarahkan untuk mengelola pertumbuhan penduduk melalui pengendalian

kelahiran dengan cara mengoptimalkan akses dan kualitas pelayanan

kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana (KB). Indikator kependudukan

yang digunakan untuk mengukur sasaran yang hendak dicapai dalam

pengendalian kuantitas penduduk mencakup: (1) Jumlah Penduduk, (2) Laju

Pertumbuhan Penduduk, (3) Total Fertility Rate atau TFR, (4) Net

Reproduction Rate atau NRR, dan (5) Crude Birth Rate atau CBR.

b. Grand Design Peningkatan Kualitas PendudukDiarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya

peningkatan akses pelayanan kesehatan secara umum dan pendidikan serta

kesempatan kerja/berusaha. Indikator yang digunakan untuk mengukur

sasaran yang ingin dicapai mencakup: (1) Crude Death Rate atau CDR, (2)

Infant Mortality Rate atau IMR, (3) Maternal Mortality Rate atau MMR, (4)

Angka Harapan Hidup, (5) Indek Pembangunan Manusia, (6) Angka Melek

Huruf, (7) Rata-rata Lama Sekolah, (8) Angka Partisipasi Sekolah, (9)

Penduduk di bawah Garis Kemiskinan, (10) Rasio Ketergantungan.

c. Grand Design Pengarahan Mobilitas Penduduk,Diarahkan untuk mengatur persebaran dan mobilitas penduduk secara lebih

seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.

Hal ini merujuk pada UU No 52 Tahun 2009 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan

bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan pengarahan mobilitas penduduk

dan/atau penyebaran penduduk untuk mencapai persebaran penduduk yang

USER 7

optimal, didasarkan pada keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan. Mobilitas penduduk ini meliputi

mobilitas internal dan internasional. Indikator yang digunakan untuk mengukur

sasaran yang ingin dicapai mencakup: (1) Pembangunan Kawasan Perdesaan

sebagai Pusat Agrobisnis, (2) Kerjasama antar daerah dalam mengatur

migrasi, (3) Penyusunan Sistem Informasi Penduduk Luar Provinsi, (4)

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan, (5) Fasilitasi mobilitas penduduk melalui program transmigrasi,

(6) Pengembangan migrasi internasional.

d. Grand Design Pembangunan Keluarga,

Diarahkan untuk meningkatkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga dalam

rangka pelaksanaan 8 fungsi keluarga sesuai PP No 87 Tahun 2014 serta

memperkuat pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, peningkatan

pendapatan keluarga miskin serta peningkatan kualitas lingkungan keluarga.

Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran yang ingin dicapai

mencakup : (1) Rasio keluarga yang memiliki perencanaan berkeluarga, (2)

Rasio keluarga yang mempunyai perencanaan investasi anak, dan (3) Rasio

keluarga yang mempunyai perencanaan keuangan.

e. Grand Design Pengembangan Data Base Kependudukan,Diarahkan untuk mengembangkan data kependudukan yang akurat dan dapat

dipercaya, yang terintegrasi dalam suatu sistem informasi serta dimanfaatkan

sebagai dasar perencanaan pembangunan. Kondisi ini perlu didukung dengan

penguatan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi,

infrastruktur yang memadai serta sistem kelembagaan yang kuat. Indikator

yang digunakan untuk mengukur sasaran yang ingin dicapai mencakup : (1)

Tersedianya data administrasi kependudukan yang berbasis SIAK, (2) Periode

pelayanan prima administrasi kependudukan, (3) Periode Integrasi antar

pemangku kepentingan untuk mewujudkan system informasi kependudukan

terpadu, (4) Periode peningkatan pendayagunaan data dan informasi

kependudukan sebagai DSS.

3. SISTEM INFORMASI DESA

Pasal 86 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa desa berhak

mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi yang dikembangkan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota.

Secara rinci pasal 86 tersebut memuat :

1. Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang

dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

USER 8

2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan sistem informasi

Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.

3. Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi fasilitas

perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia.

4. Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data Desa,

data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang

berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.

5. Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh

Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua

pemangku kepentingan.

6. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa.

(UUNo. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dalam

https://www.jogloabang.com/book/export/html/153)

Sistem Informasi Desa adalah proses pengelolaan informasi berbasis computer

terkait kegiatan masyarakat desa yang mendukung fungsi dan tugas kantor desa,

seperti perencanaan pembangunan, termasuk administrasi kependudukan,

pelaporan, pengelolaan asset, pengelolaan anggaran, layanan publik, potensi

desa, kegiatan masyarakat desa, dsb.

Menurut Eddie Ridwan, dengan pengertian tersebut maka jenis aplikasi yang

tercakup dalan “Sistem Informasi Desa” bisa lebih dari satu, seperti Open SID untuk

pengelolaan data kependudukan, SISKEUDES untuk mengelola keuangan desa,

aplikasi lain untuk mengelola BUMDes, dan sebagainya. ( Eddie Ridwan dalam

https://github.com/ OpenSID/OpenSID/wiki/Peran-dan-Manfaat-Sistem-Informasi-

Desa)

Aplikasi Sistem Teknologi Informasi Desa pada perkembangannya bukan hanya

alat untuk memantau pembangunan desa sebagaimana namanya di UU Desa yaitu

Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, namun

juga sebagai pustaka desa yang berisi data untuk merencanakan pembangunan

desa, dan kawasan perdesaan tentunya.

Selain yang telah diuraikan di atas, ada beberapa manfaat utama lain pada

pemanfaatan aplikasi SID ini diantaranya adalah :

1. Kantor desa lebih efisien

Misalnya, dengan memakai Open SID, kantor desa dapat menyediakan layanan

surat keterangan pada warga jauh lebih cepat dibandingkan cara manual.

Dengan Open SID, data penduduk sudah tersimpan dan dapat diisikan secara

otomatis pada surat yang bisa dicetak langsung.

USER 9

2. Kantor desa lebih efektif

Sebagai contoh, karena SID menyimpan data penduduk beserta atribut-

atributnya, kantor desa dapat dengan mudah memilah data penduduk secara

akurat berdasarkan kriteria yang diinginkan, sehingga bisa mentargetkan suatu

program pemerintah secara tepat sasaran. Ini berbeda dengan proses serupa

tanpa SID, di mana sering dilakukan penentuan sasaran program secara kira-

kira dan tidak berbasis data.

3. Pemerintah desa lebih transparan

Dengan SID, pemerintah desa dapat mengelola informasi kegiatan desa dalam

bentuk yang mudah disajikan kepada warga dan lebih mudah diakses warga.

Misalnya, kantor desa dapat memakai SID untuk mengelola informasi

perencanaan pengembangan desa dan menampilkan informasi tersebut pada

berbagai media, seperti di web desa, papan pengumuman dan sebagainya.

4. Pemerintah desa lebih akuntabel

Dengan adanya informasi perencanaan, kegiatan pembangunan, penggunaan

dana desa dan lainnya di dalam SID yang mudah diakses warga, pemerintah

desa akan dituntut untuk lebih akuntabel. Kantor desa akan mempunyai

kesempatan untuk secara lebih mudah membuat laporan pertanggung-jawaban

kegiatan, penggunaan dana desa dan lain-lain

5. Layanan publik lebih baik

Seperti disebut di atas, dengan SID kantor desa akan lebih efisien dan lebih

efektif dalam melakukan fungsi dan tugas mereka. Karena salah satu tugas

utama kantor desa adalah memberi layanan publik, fungsi ini pun akan lebih

baik. Contoh sederhana yang diberikan di atas, warga akan bisa memperoleh

surat keterangan yang mereka butuhkan secara lebih cepat dan dengan data

yang lebih akurat.

6. Warga mendapat akses lebih baik pada informasi desa

Dengan SID, informasi kependudukan, perencanaan, asset, anggaran dan

sebagainya akan terekam secara elektronik. Semua informasi tersebut

mempunyai potensi untuk lebih mudah diakses oleh warga. Kantor desa

mempunyai kesempatan untuk menyediakan fasilitas bagi warga untuk

mengakses informasi desa dengan mudah, misalnya dengan menerbitkan

informasi desa di web desa. Karena tahu data itu ada, warga juga mempunyai

kesempatan untuk menuntut kantor desa untuk menyediakan akses pada

informasi yang mereka butuhkan.

USER 10

7. Warga dapat berpartisipasi lebih aktif dalam pembangunan desa

Ketersediaan data dan informasi desa yang mudah diakses akan meningkatkan

potensi warga untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Warga akan tahu

kegiatan apa yang sedang berjalan dan apa yang direncanakan, sehingga dapat

ikut mengawal kegiatan tersebut ataupun memberi usul, saran dan masukan lain

terkait pembangunan desa. Lebih dari itu, SID juga mempunyai potensi untuk

menyediakan media elektronik untuk menggalang partisipasi warga, seperti

forum diskusi atau formulir komentar/usulan elektronik.

(Eddie Ridwan dalam https://github.com/OpenSID/OpenSID/wiki/Peran-dan-

Manfaat-Sistem-Informasi-Desa)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembangunan dan

pengembangan SID ini diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan

ketersediaan data, peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan seluruh potensi

Desa, serta mendorong partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.

USER 11

BAB IIPROGRAM KEGIATAN SUB BIDANG PEMERINTAHAN

A. KOORDINASI KEGIATAN BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN

No.Hari/

TanggalAcara Keterangan Bahasan

1 Kamis, 29

Maret

2018

Rapat rutin Satgas

Percepatan Berusaha

Perlu dikaji peraturan perundangan

sebelum dilakukan pelimpahan ijin usaha

ke DPMPT

2 Selasa, 03

April 2018

Rapat Koordinasi

Satgas percepatan

Berusaha

- Agar ada penentuan nama petugas dari

OPD terkait yang akan ditugaskan di

PTSP

- Masalah parkir agar dikoordinasikan

dengan Dishub dan Disdukcapil

3 Rabu, 04

April 2018

Rapat Koordinasi

Satgas percepatan

Berusaha

- Memastikan penentuan nama petugas

- Memastikan hasil koordinasi masalah

parkir

- Memastikan kesiapan pelaksanaan

simulasi prosedur pelayanan perijinan di

PTSP, dan selanjutnya menuju DPMPT

untuk cek kesiapan lapangan

4 Selasa, 10

April 2018

Rapat Koordinasi

Satgas percepatan

Berusaha

- Pencermatan Raperbup terkait

pelimpahan kewenangan perizinan dari

OPD yang mengampu masalah

perizinan ke PTSP

- Hasil pencermatan diserahkan DPMPT

agar diproses dan diserahkan Bagian

Hukum

5 Kamis, 12

April 2018

Rapat Koordinasi

Satgas percepatan

Berusaha

- Lanjutan pencermatan lampiran

Raperbup

- Persiapan uji coba DPMPT;

- Rencana pelaksanaan studi Banding ke

DPMPT dan Mall perizinan Surabaya

6 Selasa, 17

April 2018

Rapat Koordinasi

Satgas percepatan

Berusaha

- membahas evaluasi uji coba perijzinan

yang telah dilaksanakan mulai tanggal

16 April 2018 dengan hasil :

- Petugas teknis belum siap, agar

dikirim nama calon petugas lebih dari

USER 12

1, surat tugas sebagian besar belum

masuk ke DPMPT, akan dibuatkan

jadwal tugas.

7 Rabu, 30

Mei 2018

Presentasi Laporan Pen

dahuluan Penyusunan

Grand Design

Pembangun an

Kependudukan Kabupa

ten Bantul

- GDPK perlu disusun karena :

- Kondisis penduduk DIY stabil sejak

2007

- Mendukung pembangunan

kependudukan yang representative

- Arah kebijakan peningkatan kualitas

penduduk;

- Kesepakatan penggunaan data dari

Disdukcapil

- Data yang belum lengkap agar di

lengkapi oleh instansi terkait untuk

menyempurnakan penyusunan dokumen

oleh tenaga ahli

8 Kamis, 31

Mei 2018

Rapat Koordinasi

Persiapan Pelaksanaan

Evaluasi Sistem

Informasi Desa

- 2 kegiatan utama yang harus dilakukan

terkait pengelolaan SID adalah ;

- Pelatihan jurnalistik (bln Juni)

- monev SID (Agustus-September),

dengan system presentasi di Bappeda.

9 Senin, 02

Juli 2018

Rapat Koordinasi

Penyusunan data

evaluasi RKPD 2019

- Kroscek data yang menjadi tanggung

jawab Bidang Pemsosbud ( 9 OPD)

- Dilakukan pencermatan narasi dan

indicator kinerja, terutama pada BAB II

10 Kamis, 19

Juli 2018

Rapat Koordinasi

Pemantapan Data

Penyusunan GDPK

- Melakukan koreksi data, yang tidak

cocok dibenarkan yang kurang di

lengkapi, hasil koreksi dikumpulkan

kembali untuk penyempurnaan

penyusunan dokumen

11 Senin, 6

Agustus

2018

Rapat Koordinasi

Satgas percepatan

- Membahasa hasil pemeriksaan KPK

yang masih menemukan praktek

pungli/transaksi pada proses pemberian

izin usaha di beberapa OPD teknis

(diluar DPMPT), untuk itu OPD terkait

diminta segera menghentikan praktek

USER 13

illegal tersebut serta memperbaiki

kinerjanya.

- Persiapan pelaksanaan aplikasi

perizinan system OSS

- Pemda diminta mengirimkan admin OSS

sebanyak 3 orang, terdiri dari unsur

satgas percepatan berusaha, DPMPT,

helpdesk

12 Selasa, 7

Agustus

2018

Rapat Koordinasi

Persiapan Implementasi

SID di Kabupaten

Bantul

-Evaluasi implementasi pengelolaan SID

akan dilaksanakan mulai bulan Agustus

untuk 75 Desa dengan materi :

- Regulasi yang telah dimiliki, SOP,

kreatifitas Web redaksi, jangkauan

layanan, pengembangan aplikasi dll

13 Rabu, 8

Agustus

2018

Rapat menanggapi

presentasi dari PT.

Durio Indigo terkait

penawaran layanan

pekerjaan jaringan

informasi dan

komunikasi (ICT) di

wilayah Kabupaten

Bantul

- PT. Durio Indigo erupakan mitra kerja

PT. Telkom Indonesia dan PT. Biznet

Data Center, beralamat di Jln Kapten

Maulana Lubiz No.9 Medan;

- Merupakan perusahaan penyedia

layanan dan jaringan informasi dan

komunikasi (ICT) serta penyedia

software house dan pengadaan barang

serta jasa;

- Menawarkan Teknologi yang mendukung

Smart City yang dirangkum dalam Sistem

Informasi “Bantulku” yang merupakan

aplikasi terintegrasi dari beberapa

aplikasi.

14 Kamis, 16

Agustus

2018

Pelatihan Pengelolaan

Data Menuju Smart

Village (Desa Cerdas)

- Desa cerdas adalah desa yang mampu

memecahkan persoalan yang dihadapi

secara baik dan inovatif dengan

memanfaatkan semua sumber daya

yang dimiliki yang memiliki nilai tambah

- Ada 4 model/konsep untuk Smart Village

yaitu :

- Smart Government, smart society,

smart economi dan smart

environment

USER 14

15 Kamis, 23

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri.

16 Kamis, 23

Agustus

2018

Rakor Inovasi Daerah

yang mendukung

Sustainable

Development Goal’s

pengumpulan bahan bagi penyusunan

materi presentasi Bupati Bantul, dalam

kongres UCLG ASPAC dengan tema

Innovation-driven Development for

Sustainable Cities yang akan dilaksanakan

tanggal 12-15 September 2018 di

Surabaya.

17 Jum’at, 24

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

18 Senin, 27

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

19 Selasa, 28

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

20 Rabu, 29

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

21 Kamis, 30

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

22 Jum’at, 31

Agustus

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

23 Senin, 3

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

24 Selasa, 4

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

USER 15

25 Rabu, 5

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

26 Kamis, 6

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

27 Jum’at, 7

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

28 Jum’at, 7

September

2018

Koordinasi

Pendahuluan

Penyusunan Dokumen

IGI Tahun 2018

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

29 Senin, 10

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

30 Rabu, 12

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

31 Kamis, 13

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

32 Kamis, 20

September

2018

Presentasi Pengelolaan

SID untuk 75 Desa

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

33 Selasa, 02

Oktober

2018

Rapat koordinasi

Persiapan Ekspose

Hasil Monev SID

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

34 Selasa, 02

Oktober

2018

Rapat koordinasi

Evaluasi Penyusunan

GDPK di Kabupaten

Presentasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana SID telah dilaksanakan di

Desa pemateri

USER 16

Bantul

35 Kamis, 04

Oktober

2018

Ekspose Hasil

Monitoring Evaluasi

pelaksanaan SID oleh

Tim SID Kabupaten

Bantul

- pemaparan hasil pelaksanaan

monitoring evaluasi SID oleh Tim SID

Kabupaten;

- Dari hasil monev, setelah di pilah

berdasar kluster, ada 3 kategori SID

yaitu:

- Berkembang (range 71–100) : 11

Desa

- Sedang (range bobot 41–70) : 25

Desa

- Cukup (range bobot 10–40) : 39 Desa

36 Selasa, 16

Oktober

2018

Rapat koordinasi

evaluasi tindak lanjut

penyusunan GDPK

Kab. Bantul Tahun

2018

- GDPK merupakan dokumen bersama

yang disusun oleh Pemda Bantul untuk

dijadikan sebagai acuan dalam

mengawal pelaksanaan pembangunan;

- Agar isi dokumen GDPK (data-data dll)

akurat dan dapat dipertanggung

jawabkan, maka sebelum dicetak harus

ada koreksi dari OPD pemilik data;

- Hasil koreksi akan dilakukan perbaikan

data

37 Rabu –

Jum’at, 24

- 26

Oktober

2018

Hasil Kunjungan Kerja

ke Bappeda Kabupaten

Banyuwangi terkait

pengelolaan Smart

Kampung

Pengembangan Smart Kampung di

Kabupaten Banyuwangi ditentukan oleh :

- komitmen Bupati, dukungan/keterlibatan

OPD dan Pemerintah Desa serta

tuntutan masyarakat terkait peningkatan

kualitas layanan public di desa

- konsep pengembangan smart kampung

diserahkan sepenuhnya kepada

Bappeda

- Terkait pengelolaan ADD(APBDes), maka

telah diterbitkan Perbup. Pengelolaan

ADD;

- Pemanfaatan ADD setiap tahun fokusnya

berbeda-beda, sesuai prioritas

Kabupaten, camat diberi otoritas untuk

melakukan verifikasi APBDes sesuai

USER 17

prioritas Kabupaten tersebut.

38 Rabu, 14

November

2018

Rapat koordinasi

persiapan workshop

Digitalisasi Ekonomi

- Digitalisasi ekonomi perlu dilakukan

dalam upaya untuk menurunkan angka

kemiskinan yang ada di wilayah

Kabupaten Bantul;

- Disepakati OPD yang memiliki UMK

Binaan atau apapun kegiatan yang

melibatkan UMK untuk dilaporkan ke

Bappeda dengan form pelaporan berisi

nama program, nama kegiatan,

sasaran, jumlah, lokasi, rencana

kedepan, tantangan dan hambatan.

39 Rabu, 21

November

2018

Rapat koordinasi

Pembentukan Forum

SID Kabupaten Bantul

- dalam rangka mendorong

pengembangan SID, maka telah

dibentuk semacam komunitas / forum

SID kabupaten Bantul

- forum diharapkan sudah mulai aktif pada

tahun 2019, agar bisa mendukung

program smart city;

- Bappeda akan memfasilitasi kegiatan

yang dilakukan oleh pengurus forum SID

Kabupaten, berupa tempat dan snack

rapat

40 Kamis, 29

November

2018

Rapat koordinasi data

penyusunan data

indikator pengarus

utamaan tata kelola

pemerintahan yang baik

- RPJMN 2015 – 2019

- Koordinasi dengan dinas instansi terkait

untuk menindaklanjuti surat dari Bap

penas terkait pemetaan target /capaian

atas implementasi indikator pengarus

utamaan Tata Kelola Pemerintahan yang

baik

41 Selasa, 11

Desember

2018

Ekspose hasil

penyusunan GDPK

- Grand design pembangunan

kependudukan dibutuhkan untuk

dijadikan arah bagi perumusan kebijakan

dan program kependudukan pada masa

yang akan datang, untuk menangkap

peluang agar windows opportunity

berubah menjadi bonus demografi dan

bukan justru berubah menjadi disaster

USER 18

42 Rabu, 12

Desember

2018

Ekspose hasil

penyusunan IGI

- IGI di wilayah Kabupaten Bantul

dilaksanakan untuk menilai salah satu

visi dan misi indikator kinerja Bupati

yaitu tata kelola pemerintahan;

- Menurut data RPJMD target IGI tahun

2018 adalah sebesar 7,00 dan dari hasil

survey diperoleh nilai 7,96 ini berarti

target IGI tercapai dengan baik;

- Tim penyusun dokumen IGI akan

menyempurnakan dokumennya sesuai

hasil diskusi dan menyerahkan hasil

akhir termasuk instrumen penelitian

kepada Bappeda.

43 Kamis, 13

Desember

2018

Workshop Digitalisasi

Ekonomi

- Beberapa hal yang harus ada ketika

akan melakukan usaha secara online,

diantaranya adalah Ketersediaan

akses/jaringan, Adanya servise jaringan,

aplikasi, pelaku.

- Di era digital ini kecenderungan orang

membeli bukan untuk membeli produk

akan tetapi lebih pada pengalaman,

cerita dibalik produk, nilai filosofi dsb

- Suatu produk dibuat bukan untuk

dinikmati sendiri akan tetapi untuk dijual,

jadi yang utama adalah produk itu

menarik bagi calon konsumen, bisa dari

segi tampilan, kemasan maupun teknik

pemasaran

- Kondisi ini belum banyak dipahami oleh

para pelaku UMKM, sehingga diperlukan

adanya campur tangan dari pemerintah

B. KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN

1. PELAPORAN RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (RAN HAM)Kegiatan ini berupa pelaporan RAN HAM yang harus dilakukan oleh pemerintah

Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia ke Kementerian

USER 19

Hukum dan HAM RI. RAN HAM merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor

75 Tahun 2015 tentang RAN HAM 2015-2019.

Aksi HAM Daerah tersebut dari tahun ke tahun meliputi :

a. Harmonisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan terkait HAM,

Evaluasi Rancangan Produk Hukum Daerah yang disusun berdasarkan

peraturan bersama Menteri Hukum dan HAM dan Menteri Dalam Negeri

tentang Parameter HAM Dalam Pembentukan Produk Hukum Daerah

(Peraturan Bersama Menteri antara Menkumham dan Mendagri);

b. Kajian terhadap produk hukum kabupaten/ kota yang belum berperspektif

HAM;

c. Identifikasi Penanganan ODGJ Pasung di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan

Kota;

d. Pelayanan komunikasi masyarakat melalui peningkatan penanganan dan

tindak lanjut pengaduan masyarakat termasuk permasalahan HAM

Untuk Aksi HAM tahun 2017, diperoleh data sebagai berikut :

a. Aksi HAM 2017 K/L terdiri dari: 9 fokus prioritas, 53 aksi dan 77 target akhir

b. Ada 26 K/L dan seluruh Pemda (34 Provinsi dan 514 Kab/Kota) yang

berpartisipasi

c. Pelaporan dilakukan secara mandiri ke website Kantor Staf Presiden:

https://serambi.ksp.go.id dengan masa pelaporan :

1) B04: 28 April – 11 Mei 2017

2) B06: 28 Juni – 11 Juli 2017

3) B09: 28 September – 11 Oktober 2017

4) B12: 28 Desember 2017 – 11 Januari 2018

5) Verifikasi pelaporan B04-B12: tanggal 12-15 setiap selesai periode

pelaporan

Sementara itu untuk Aksi HAM Daerah tahun 2018-2019 bagi Kabupaten / Kota

meliputi :

1. Aksi 1,

Harmonisasi produk hukum daerah yang tidak mendiskriminasi hak-hak

perempuan, anak, dan penyandang disabilitas (Provinsi, Kabupaten/Kota)

2. Aksi 2,

Pengelolaan dan Pemerataan Distribusi (sebaran) jumlah guru di daerah

(Provinsi, Kabupaten/Kota)

3. Aksi 3,

Penyediaan Ruang Menyusui yang Memadahi bagi perempuan bekerja di

perkantoran milik pemerintah daerah dan swasta dalam rangka implementasi

USER 20

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 33 Tahun 2012 tentang

Pemberian ASI Eksklusif (Provinsi, Kabupaten/Kota)

4. Aksi 4,

Pelayanan komunikasi masyarakat melalui peningkatan penanganan dan

tindak lanjut pengaduan masyarakat terhadap dugaan pelanggaran hak

perempuan, anak, penyandang disabilitas, masyarakat adat, dan pengaduan

terkait konflik lahan (Provinsi, Kabupaten/Kota).

Dari rincian aksi yang harus dilaporkan oleh provinsi serta Kabupaten/Kota seluruh

Indonesia dengan masa pelaporan sesuai tersebut di atas, maka Kabupaten Bantul

juga telah melaporkan rencana aksinya sebagai berikut :

b. Pelaporan bulan April (B04), periode pelaporan 28 April – 11 Mei 2018

1) Aksi 1.

Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan April adalah :

No. Nama Raperbup Pemrakarsa Waktu

Pembahasan

Intisari Hasil

1. Perizinan & pen

daftaran Usaha

Peternakan

Dinas

Pertanian,

Pangan,

Kelautan dan

Perikanan

26 Februari

2018

Penentuan syarat -

sya rat lokasi usaha

peter nakan yang

diantara nya

harus berada pada

lahan pertanian

sehing ga tidak

menggangu

lingkungan

permukiman

masyarakat.

2. Gerakan

Masyara kat

Hidup Sehat

Dinas

Kesehatan

9 Maret 2018 Peningkatan

Penyedia an Pangan

Sehat dan

Percepatan

Perbaikan Gizi

ditekankan pada

usaha perbaikan gizi

anak sejak balita

mela lui pemberian

ASI eksklusif. Dana

PMT, mendorong

penyediaan ruang

USER 21

laktasi

3 RAD Pengemba

ngan Kabupaten

Layak Anak

Kab. Bantul Th.

2018 - 2021

Dinas Sosial

P3A

12 Maret

2018

Pemenuhan hak

anak dalam 5 cluster,

termasuk

penyediaan sekolah

inklusi, prog.

Pendampingan ush

bagi penyandang

disabilitas, program

budidaya pertanian

dg tng kerja wanita

2) Aksi 2

Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan April adalah 361,

sementara jumlah SMP ada 89 dengan jumlah guru PNS sebanyak 885

orang dan non PNS sebanyak 644 orang.

3) Aksi 3

Sampai bulan April 2018 ada 12 instansi yang menyediakan ruang laktasi di

kantor, yaitu terdiri dari :

a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,

Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);

b) OPD : 3 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil, Dinas PMPT).

4) Aksi 4

Sampai bulan April 2018 ada 33 kasus pengaduan masyarakat yang

ditangani Dinas Sosial P3A

c. Pelaporan bulan JuLi (B06), periode pelaporan 28 Juni– 11 Juli 2018

1) Aksi 1.

Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan Juli adalah :

No. Nama

Raperbup

Pemrakarsa Waktu

Pembahasan

Intisari Hasil

1. Perizinan &

pendaf taran

Usaha Peter

nakan

Dinas

Pertanian,

Pangan,

Kelautan dan

Perikanan

26 Februari

2018

Penentuan syarat -sya

rat lokasi usaha peter

nakan yang diantara

nya harus berada pada

lahan pertanian sehing

ga tidak menggangu

lingkungan permukiman

masyarakat.

2. Gerakan Dinas 9 Maret 2018 Peningkatan Penyedia

USER 22

Masyara kat

Hidup Sehat

Kesehatan an Pangan Sehat dan

Percepatan Perbaikan

Gizi ditekankan pada

usaha perbaikan gizi

anak sejak balita mela

lui pemberian ASI

eksklusif. Dana PMT,

mendorong penyediaan

ruang laktasi

3 RAD

Pengembang

an Kabupaten

Layak Anak

Kab. Bantul

Th. 2018 -

2021

Dinas Sosial

P3A

12 Maret

2018

Pemenuhan hak anak

dalam 5 cluster,

termasuk penyediaan

sekolah inklu si, prog.

Pendampingan ush bagi

penyandang disabilitas,

program budi daya

pertanian dg tng kerja

wanita

4 Peraturan

Bupati Bantul

tentang pen

dirian,

Perubahan,

Dan

Penutupan

Satuan

Pendidikan

Dasar

Dinas

Pendidik an,

Pemuda dan

Olahraga

11 April 2018

18 April 2018

Dalam hal pendirian

seko lah perlu diatur dan

diru muskan tentang

persya ratan

kepemilikan lahan,

keluasan lahan dan

perse tujuan dari

sekolah terdekat

Untuk menjamin Kenya

manan siswa dalam kegi

atan belajar mengajar

diatur: - Luas ruang

kelas - Jumlah

rombongan bela jar -

Sarana prasarana dan

fasilitas sekolah beru pa

jamban, perpustakaan,

laboratorium dan UKS

Pengaturan jumlah guru,

kompetensi guru dan

jam belajar

USER 23

2) Aksi 2

Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan Juli tidak

mengalami perubahan yaitu sebanyak 361, sementara jumlah SMP ada 89

dengan jumlah guru PNS sebanyak 885 orang dan non PNS sebanyak 644

orang.

3) Aksi 3

Sampai bulan Juli 2018 belum ada perubahan, masih sejumlah 12 instansi

yang menyediakan ruang laktasi di kantor, yaitu terdiri dari :

a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,

Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);

b) OPD : 3 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil, Dinas PMPT.)

4) Aksi 4

Sampai bulan Juli 2018 ada 49 kasus pengaduan masyarakat yang

ditangani Dinas Sosial P3A

d. Pelaporan bulan September (B09), periode pelaporan 28 September – 11

Oktober 2018

1) Aksi 1.

Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan Oktober

adalah:

No. Nama Raperbup Pemrakarsa Waktu

Pembahasan

Intisari Hasil

1. Perizinan &

pendaf taran

Usaha Peter

nakan

Dinas

Pertanian,

Pangan,

Kelautan

dan

Perikanan

26 Februari

2018

Penentuan syarat -sya

rat lokasi usaha peter

nakan yang diantara

nya harus berada pada

lahan pertanian sehing

ga tidak menggangu

lingkungan permukiman

masyarakat.

2. Gerakan

Masyara kat

Hidup Sehat

Dinas

Kesehatan

9 Maret

2018

Peningkatan Penyedia

an Pangan Sehat dan

Percepatan Perbaikan

Gizi ditekankan pada

usaha perbaikan gizi

anak sejak balita mela

lui pemberian ASI

eksklusif. Dana PMT,

mendorong penyediaan

ruang laktasi

USER 24

3 RAD

Pengembang an

Kabupaten Layak

Anak Kab. Bantul

Th. 2018 - 2021

Dinas Sosial

P3A

12 Maret

2018

Pemenuhan hak anak

dalam 5 cluster,

termasuk penyediaan

sekolah inklu si, prog.

Pendampingan ush

bagi penyandang

disabilitas, program

budi daya pertanian dg

tng kerja wanita

4 Peraturan Bupati

Bantul tentang

pen dirian,

Perubahan, Dan

Penutupan

Satuan

Pendidikan

Dasar

Dinas

Pendidik an,

Pemuda dan

Olahraga

11 April

2018

18 April

2018

Dalam hal pendirian

seko lah perlu diatur

dan diru muskan

tentang persya ratan

kepemilikan lahan,

keluasan lahan dan

perse tujuan dari

sekolah terdekat

Untuk menjamin Kenya

manan siswa dalam

kegi atan belajar

mengajar diatur: - Luas

ruang kelas - Jumlah

rombongan bela jar -

Sarana prasarana dan

fasilitas sekolah beru

pa jamban,

perpustakaan,

laboratorium dan UKS

Pengaturan jumlah

guru, kompetensi guru

dan jam belajar

5 Perda tentang

Penyelenggaraa

n Permakaman

Bagian

Hukum

Setda

14 Agustus

2918

4 September

Pembahasan tentang

regu lasi yang

bertujuan terpe nuhinya

hak masyarakat yang

salah satunya yaitu

ketersediaan lahan

pema kaman di

Kabupaten Bantul;

Pembahasan tentang

USER 25

2018 regu lasi tata kelola

pemakam an, ruang

lingkup penge lolaan

tempat pemakaman

mencakup penyediaan,

pembinaan dan

pengawas an tempat

makam, serta

penyelenggaraan

perijinan pemakaman

2) Aksi 2

Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan Oktober tidak

mengalami perubahan yaitu sebanyak 361, sementara jumlah SMP ada 89

dengan jumlah guru PNS sebanyak 885 orang dan non PNS sebanyak 644

orang.

3) Aksi 3

Sampai bulan Oktober 2018 ada 13 instansi yang menyediakan ruang

laktasi di kantor, yaitu terdiri dari :

a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,

Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);

b) OPD : 4 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil, Dinas PMPT, Dinas Lingkungan Hidup).

4) Aksi 4

Sampai bulan Oktober 2018 ada 85 kasus pengaduan masyarakat yang

ditangani Dinas Sosial P3A

e. Pelaporan bulan Desember (B12), periode pelaporan 28 Desember 2017 – 11

Januari 2018

1) Aksi 1

Produk hukum yang dihasilkan Pemda Bantul sampai bulan Desember

adalah :

No. Nama Raperbup Pemrakarsa Waktu

Pembahasan

Intisari Hasil

1. Perizinan &

pendaf taran

Usaha Peter

nakan

Dinas

Pertanian,

Pangan,

Kelautan

dan

Perikanan

26 Februari

2018

Penentuan syarat -sya

rat lokasi usaha peter

nakan yang diantara

nya harus berada pada

lahan pertanian sehing

ga tidak menggangu

lingkungan permukiman

USER 26

masyarakat.

2. Gerakan

Masyara kat

Hidup Sehat

Dinas

Kesehatan

9 Maret 2018 Peningkatan Penyedia

an Pangan Sehat dan

Percepatan Perbaikan

Gizi ditekankan pada

usaha perbaikan gizi

anak sejak balita mela

lui pemberian ASI

eksklusif. Dana PMT,

mendorong penyediaan

ruang laktasi

3 RAD

Pengembang an

Kabupaten Layak

Anak Kab. Bantul

Th. 2018 - 2021

Dinas Sosial

P3A

12 Maret

2018

Pemenuhan hak anak

dalam 5 cluster,

termasuk penyediaan

sekolah inklu si, prog.

Pendampingan ush

bagi penyandang

disabilitas, program

budi daya pertanian dg

tng kerja wanita

4 Peraturan Bupati

Bantul tentang

pen dirian,

Perubahan, Dan

Penutupan

Satuan

Pendidikan

Dasar

Dinas

Pendidik an,

Pemuda dan

Olahraga

11 April 2018

18 April 2018

Dalam hal pendirian

seko lah perlu diatur

dan diru muskan

tentang persya ratan

kepemilikan lahan,

keluasan lahan dan

perse tujuan dari

sekolah terdekat

Untuk menjamin Kenya

manan siswa dalam

kegi atan belajar

mengajar diatur: - Luas

ruang kelas - Jumlah

rombongan bela jar -

Sarana prasarana dan

fasilitas sekolah beru

pa jamban,

perpustakaan,

laboratorium dan UKS

Pengaturan jumlah

guru, kompetensi guru

USER 27

dan jam belajar

5 Perda tentang

Penyelenggaraa

n Permakaman

Bagian

Hukum

Setda

14 Agustus

2918

4 September

2018

Pembahasan tentang

regu lasi yang bertujuan

terpe nuhinya hak

masyarakat yang salah

satunya yaitu

ketersediaan lahan

pema kaman di

Kabupaten Bantul;

Pembahasan tentang

regu lasi tata kelola

pemakam an, ruang

lingkup penge lolaan

tempat pemakaman

mencakup penyediaan,

pembinaan dan

pengawas an tempat

makam, serta

penyelenggaraan

perijinan pemakaman

2) Aksi 2

Jumlah SD yang ada di Kabupaten Bantul sampai bulan Oktober tidak

mengalami perubahan yaitu sebanyak 361, sementara jumlah SMP ada 89

dengan jumlah guru PNS sebanyak 885 orang dan non PNS sebanyak 644

orang.

3) Aksi 3

Sampai bulan Desember 2018 ada 13 instansi yang menyediakan ruang

laktasi di kantor, yaitu terdiri dari :

a) Puskesamas : 9 ( Srandakan, Kretek, Bambanglipuro, Pandak I,

Pandak II, Jetis II, Imogiri II, Pleret dan Piyungan);

b) OPD : 4 ( Kantor Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil, Dinas PMPT, Dinas Lingkungan Hidup).

4) Aksi 4

Sampai bulan Oktober 2018 ada 114 kasus pengaduan masyarakat yang

ditangani Dinas Sosial P3A

USER 28

2. MONITORING DAN EVALUASI SIDMonev SID dilaksanakan selama periode bulan Agustus sampai dengan September

2018, dengan cara seluruh Pemerintah Desa (75 Desa) wajib melakukan presentasi

terkait pengelolaan SID di Desanya.

Presentasi dilaksanakan di Bappeda, di hadapan Tim Pembina SID Kabupaten

yang terdiri dari :

1. Bappeda

2. Dinas Kominfo

3. Bagian Tata Pemerintahan, dan dibantu oleh

4. Forum Nasional Pengembang SID Provinsi DIY

Presentasi semula direncanakan sebanyak 15 kali, tetapi dalam pelaksanaannya

menjadi 17 kali. Penambahan jadwal terjadi karena ada beberapa Desa yang tidak

bisa hadir sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Jadwal presentasi adalah sebagai berikut :

JADWAL PELAKSANAAN PRESENTASI PENGELOLAAN SID TH. 2018

BAPPEDA KABUPATEN BANTUL

NOHari/

TanggalKecamatan Desa Waktu Keterangan

1 2 4 4 5 6

1 Kamis, 1 Srandakan Poncosari

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

23 Agustus

2018 2 Srandakan Trimurti

09.00 -

09.30

    3 Kretek Tirtohargo

09.30 -

10.00

    4 Kretek Parangtritis

10.00 -

10.30

    5 Sanden Gadingharjo

10.30 -

11.00

             

2 Jum'at, 1 Pleret Pleret

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

24 Agustus

2018 2 Pleret Segoroyoso

09.00 -

09.30

    3 Pleret Wonolelo

09.30 -

10.00

    4 Piyungan Sitimulyo

10.00 -

10.30

    5 Piyungan Srimulyo 10.30 -

USER 29

11.00

             

3 Senin, 1 Sanden Gadingsari

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

27 Agustus

2018 2 Pundong Panjangrejo

09.00 -

09.30

    3 Pundong Srihardono

09.30 -

10.00

    4

Bambanglipur

o Sidomulyo

10.00 -

10.30

    5

Bambanglipur

o Mulyodadi

10.30 -

11.00

             

4 Selasa, 1 Sanden Bawuran

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

28 Agustus

2018 2

Bambanglipur

o Sumbermulyo

09.00 -

09.30

    3 Pandak Caturharjo

09.30 -

10.00

    4 Pandak Triharjo

10.00 -

10.30

    5 Pandak Gilangharjo

10.30 -

11.00

             

5 Rabu, 1 Pandak Wijirejo

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

29 Agustus

2018 2 Bantul Palbapang

09.00 -

09.30

    3 Bantul Ringinharjo

09.30 -

10.00

    4 Bantul Bantul

10.00 -

10.30

    5 Bantul Trirenggo

10.30 -

11.00

6 Kamis, 1 Bantul Sabdodadi

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

  30 Agustus

2018

2 Jetis Patalan 09.00 -

09.30

USER 30

penilai dan nara

sumber

    3 Jetis Canden

09.30 -

10.00

    4 Jetis Sumberagung

10.00 -

10.30

    5 Jetis Trimulyo

10.30 -

11.00

             

7 Jum'at, 1 Imogiri Kebonagung

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

31 Agustus

2018 2 Imogiri Selopamioro

09.00 -

09.30

    3 Imogiri Sriharjo

09.30 -

10.00

    4 Dlingo Mangunan

10.00 -

10.30

    5 Dlingo Muntuk

10.30 -

11.00

             

8 Senin, 1 Imogiri Karangtengah

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

03

September

2018 2 Imogiri Girirejo

09.00 -

09.30

    3 Imogiri Karangtalun

09.30 -

10.00

    4 Dlingo Temuwuh

10.00 -

10.30

    5 Dlingo Jatimulyo

10.30 -

11.00

             

9 Selasa, 1 Imogiri Imogiri

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

04

September

2018 2 Imogiri Wukirsari

09.00 -

09.30

    3 Dlingo Dlingo

09.30 -

10.00

    4 Dlingo Terong

10.00 -

10.30

    5 Pleret Wonokromo 10.30 -

USER 31

11.00

             

10 Rabu, 1 Sanden Murtigading

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

05

September

2018 2 Kretek Donotirto

09.00 -

09.30

    3 Kretek Tirtosari

09.30 -

10.00

    4 Kretek Tirtomulyo

10.00 -

10.30

    5 Pundong Seloharjo

10.30 -

11.00

             

11 Kamis, 1 Piyungan Srimartani

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

06

September

2018 2 Pleret Srigading

09.00 -

09.30

    3 Banguntapan Tamanan

09.30 -

10.00

    4 Banguntapan Jagalan

10.00 -

10.30

    5 Banguntapan Singosaren

10.30 -

11.00

             

12 Jum'at, 1 Banguntapan Wirokerten

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

07

September

2018 2 Banguntapan Jambidan

09.00 -

09.30

    3 Banguntapan Potorono

09.30 -

10.00

    4 Banguntapan Baturetno

10.00 -

10.30

    5 Sewon

Panggungharj

o

10.30 -

11.00

             

13 Senin, 1 Banguntapan Banguntapan 08.30 - Selesai

USER 32

09.00

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

10

September

2018 2 Sewon Timbulharjo

09.00 -

09.30

    3 Sewon Pendowoharjo

09.30 -

10.00

    4 Sewon Bangunharjo

10.00 -

10.30

    5 Kasihan Tirtonirmolo

10.30 -

11.00

             

14 Rabu, 1 Kasihan Tamantirto

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

12

September

2018 2 Kasihan Bangunjiwo

09.00 -

09.30

    3 Kasihan Ngestiharjo

09.30 -

10.00

    4 Pajangan Triwidadi

10.00 -

10.30

    5 Pajangan Sendangsari

10.30 -

11.00

             

15 Kamis, 1 Pajangan Guwosari

08.30 -

09.00

Selesai

presentasi

dilanjutkan

pembahasan

bersama tim

penilai dan nara

sumber

 

13

September

2018 2 Sedayu Argodadi

09.00 -

09.30

    3 Sedayu Argorejo

09.30 -

10.00

    4 Sedayu Argosari

10.00 -

10.30

    5 Sedayu Argomulyo

10.30 -

11.00

Hasil presentasi dari semua Desa direkap menjadi satu dan di bendel, untuk

selanjutnya menjadi bahan/materi ketika dilakukan ekspose.

Ekspose dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Oktober 2018 di RM dan Pemancingan

“Gendal Gendul” Jl. Parangtriti km.12.5, Ngaglik, Patalan, Jetis, Bantul.

Jumlah peserta yang diundang sekitar 100 orang terdiri dari :

USER 33

a. Lurah Desa se Kabupaten Bantul sebanyak 75

b. Camat se Kabupaten Bantul sebanyak 17

c. Tim Pembina SID Kabupaten Bantul ( Bappeda, Diskominfo, Bag. Tata

Pemerintahan)

d. Forum Nasional Pengembang SID Provinsi DIY

Secara keseluruhan hasil Monev SID adalah sebagai berikut :

1) Ruang Lingkupa). Tim Monev :

1. Bappeda

2. Diskominfo

3. Administrasi Pem.Desa

4. Forum Pengembang SID DIY

b). Instrumen :

1. Presentasi

2. Kuisioner

3. Wawancara

4. Kunjungan Lapangan

2) Hasil Monitong dan Evaluasi

Tabel 2.1

Tabel.2.2

Kluster SID Kategori Berkembang

DESA KECAMATAN

Pleret Pleret

Srimulyo Piyungan

USER 34

13%

33%53%

Perkembangan SID Tahun2018

BerkembangSedangCukup

Range Bobot 71 - 100BerkembangRange Bobot 41- 70Sedang

Range Bobot 10 - 40Cukup

Trirenggo Bantul

Muntuk Dlingo

Murtigading Sanden

Panggungharjo Sewon

Pendowoharjo Sewon

Bangunharjo Sewon

Bangunjiwo Kasihan

Guwosari Pajangan

Dlingo Dlingo

Tabel.2.3

Kluster SID

Kategori Sedang

Tabel.2.4

Kluster SID Kategori

Cukup

Tabel.2.5

Kelembagaan

Pengelolaan SID

USER 35

DESA KECAMATAN

Poncosari Srandakan

Trimurti Srandakan

Segoroyoso Pleret

Bawuran Pleret

Wonokromo Pleret

Gadingsari Sanden

Sidomulyo Bambanglipuro

Muyodadi Bambanglipuro

Sumbermulyo Bambanglipuro

Triharjo Pandak

Caturharjo Pandak

Ringinharjo Bantul

Sumberagung Jetis

Trimulyo Jetis

Karangtengah Imogiri

Selopamioro Imogiri

Tirtomulyo Kretek

Wirokerten Banguntapan

Jambidan Banguntapan

Timbulharjo Sewon

Sendangsari Pajangan

Argodadi Sedayu

Argorejo Sedayu

Temuwuh Dlingo

Panjangrejo Pundong

DESA KECAMATAN

Wonolelo Pleret

Srihardono Pundong

Seloharjo Pundong

Gilangharjo Pandak

Gilangharjo Pandak

Palbapang Bantul

Sabdodadi Bantul

Bantul Bantul

Patalan Jetis

Canden Jetis

Kebonagung Imogiri

Sriharjo Imogiri

Wukirsari Imogiri

Karangtalun Imogiri

Imogiri Imogiri

Girirejo Imogiri

Mangunan Dlingo

Dlingo Dlingo

Terong Dlingo

Jatimulyo Dlingo

Tirtosari Kretek

Tirtohargo Kretek

Parangtritis Kretek

Donotirto Kretek

Srigading Sanden

Gadingharjo Sanden

Tamanan Banguntapan

Baturetno Banguntapan

Singosaren Banguntapan

Jagalan Banguntapan

Potorono Banguntapan

Banguntapan Banguntapan

Tirtonirmolo Kasihan

Tamantirto Kasihan

Ngestiharjo Kasihan

Triwidadi Pajangan

Guwosari Pajangan

Argosari Sedayu

Argomulyo Sedayu

Srimartani Piyungan

Sitimulyo Piyungan

KETERANGAN JUMLAH DESA

Ada Operator SID 36

Ada Redaktur 19

Ada Wartawan 19

Jabatan Lainnya (Administrator,

Koordinator, Penanggungjawan

dan ketua)

35

Tabel.2.6

Besaran Anggaran Yang Mendukung SID

BESAR ANGGARAN JUMLAH DESA

<= 10.000.000 33

10.000.000 - 20.000.000 21

21.000.000 - 45.000.000 3

137.000.000 1

USER 36

Tabel. 2.7

Hasil Monev Sistem Informasi Desa

NO

EVALUASI JUMLAH DESA CATATAN Rekomendasi

1 Regulasi

a. Surat

Keputusan

Lurah

50 Desa

memiliki SK

Belum semua

Desa mempuyai

SK sebagai dasar

kegiatan SID

Harus ada SK sebagai

dasar kegiatan SID

b. Regulasi

Lainnya

54 Desa

memiliki regulasi

lainnya

belum ada Perbup

SIDPenyusunan Peraturan

Bupati

2Kelemba

gaan

Tim Pengelola

SID

40 Desa sudah

memiliki

Tim Teknis

Tim Pengelola

SID masih

sebatas di SK

Struktur TIM SID:

Pembina (Lurah)

Penanggungjawab (Carik)

Koordinator (Kasie)

Administrator/Operator

(Staf)

redaksi/web administrator

kontributor/wartawan (bisa

karangtaruna, pkk,

masyarakat)

3 SOP

Standard

Operational

Procedure SID

9 Desa memiliki

SOP 

Desa minimal membuat 3

SOP:

SOP Persuratan, SOP

Pemberitaan, SOP

Informasi Publik

4 Layanan

Publik

yang

dikelola

a. Persuratan

23 Desa

menggunakan

SID

Belum semua

desa

menggunakan

SID

Mengacu pada standar

persuratan/tata naskah

desa

b. Informasi

Pembangunan

Desa

17 Desa

menggunakan

SID

Hanya ada

informasi kegiatanMinimal 6 berita

pembangunan per bulan

c. Laporan

Kinerja

16 Desa

menggunakan

Sebatas

menampilkan/eks

meng-upload APBDes,

Laporan tahun sebelumnya,

USER 37

Pengelolaan

Pemerintah

Desa

SID pose APBDes

d. Lainnya

(sebutkan)

10 Desa

menggunakan

SID

 

potensi desa (wisata,

kuliner, kesenian, budaya,

UKM, prestasi desa)

5

Tingkat

Keaktifa

n

a.  Jumlah rata-

rata artikel

> 100 artikel =

20 Desa

Ada yang memiliki

target jumlah

artikel dan tidak.

minimal 4 artikel per bulan

(sesuai dengan

kemampuan anggaran

masing-masing desa)

b.  Informasi

laporan yang di-

upload

 

Informasi laporan

masih belum

optimal

mengacu undang-undang

keterbukaan informasi

publik

6

Inovasi

Pengem

bangan

SID

a. Inovasi/

terobosan untuk

pembangunan

SID

21 Desa

memiliki Inovasi

Pemanfaatan WA

untuk kontribusi

berita dan

pelayanan

(pengiriman NIK)

integrasi media sosial

(minimal FB), menampilkan

profil desa

(

sebutkan)   

 

       

USER 38

3) Perkembangan SID setiap Desa1. Desa Pleret

SID Desa Pleret mulai dibentuk pada tahun 2014, namun karena terkendala

SDM maka tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Pada tahun 2017, SID ini mulai dikelola dengan baik, dan sampai tahun

2018 mulai dimanfaatkan dengan lebih intensif.

Anggaran yang disiapkan untuk pengelolaan dan pengembangan SID pada

tahun 2018 adalahsebesar 35.070.530 (th. 2017 sebesar Rp.

13.780.000),Anggaran ini dialokasikan untuk pengelola SID yang terdiri dari

admin, redaktur dan wartawan desa.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendorong kemajuan

SID ini diantaranya adalah:

a. Menerbitkan SK Lurah Desa dengan persetujuan BPD ( No. 07 Tahun

2018)

b. Menjalin kerjasama dengan TRIBATA News dan UAD sebagai

narasumber untuk melakukan pelatihan jurnalistik

c. Melakukan pembelian saranaberupa HT, Laptop, Camera

d. Mendirikan Tower dari Desa secara mandiri di Desa Bawuran dengan

bekerjasama. Dengan ISP dari BPBD Kota.

e. Pemanfaatan aplikasi SID untuk berbagai macam kegiatan seperti,

Pelayanan, persuratan, Informasi Pembangunan, Laporan Kinerja,

Pemasaran Produk, Informasi Tempat Wisata dll.

f. Rata – rata persuratan 20, rata – rata upload berita 4/hari

g. Tahun 2019 desa Pleret merupakan salah satu desa yang maju sebagai

contoh SID Pertanahan.

2. Desa Segoroyoso

a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah

Desa No 17 Tahun 2018, juga menyusun SOP berdasarkan Perbub No

76 Tahun 2011

b. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk layanan persuratan serta penyampaian

berbagai informasi, rata-rata setiap bulan mengunggah 37 Artikel tentang

pembangunan desa

USER 39

3. Desa Wonolelo

a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah

Desa No 7 Tahun 2018, juga dilakukan pembelian sarana dan prasarana

seperti laptop, kamera dll

b. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk layanan persuratan serta penyampaian

berbagai informasi kegiatan pemerintah desa serta laporan APBDes

4. Desa Bawuran

a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah

Desa No 37 Tahun 2018, disediakan fasilitas berupa kamera, ditunjuk

pengelola (1 orang admin desa dan 1 orang admin kependudukan),

disediakan anggaran APBDes sebesar Rp 9.000.000

b. Tahun 2019 akan dilakukan pembelian sarana dan pasarana lagi berupa

1 laptop dan 1 kamera

c. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk layanan persuratan serta penyampaian

berbagai informasi public.

5. Desa Wonokromo

a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah

Desa Tahun 2018, ditunjuk Tim Pengelola SID (Pamong Desa dan

karang taruna), Redaktur ( Kasi Pelayanan )

b. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan, tapi telah

dimanfaatkan untuk penyampaian berbagai informasi pembangunan

desa, laporan kinerja, potensi desa.dll, target artikel 12/minggu.

c. Belum ada inovasi yang di gunkan karena tim yang dibentuk belum

berjalan secara optimal

6. Desa Sitimulyo

a. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah

Desa No.05 Tahun 2018, APBdes sebesar 100.000/bulan.

b. Telah dibentuk radio Komunitas di Desa sebelum SID dengan anggaran

sebesar Rp.40.481.000

c. Belum memanfaatkan aplikasi SID untuk banyak kegiatan, hanya untuk

pemberitaan yang masih terpusat di operator desa, upload 1 minggu

sekali atau kegiatan incidental.

d. setiap hari baru memakai SIAK

USER 40

7. Desa Srimulyo

a. Srimulyo Gerbang Madu

b. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah

Desa No 8 Tahun 2018, SK Lurah No. 9 Tahun 2018 tentang SOP,

anggaran Rp.123.925.000

c. Inovasi Pengembangan SID ;

- Menggunakan Opensource SID

- Antrian Digital

- AMS (aplikasi manajemen surat)

- E-Lastri ( Layananan administrasi Tanpa Antri ) berbasis android

yang dapat di unduh di playstrore

- E-Sambat ( Saluran aspirasi Masyarakat Berbasis IT)

8. Desa Gadingsari

a. Mulai aktif tahun 2014 namun belum dikelola secara optimal;

b. Untuk mendukung pengelolaan SID ini maka telah diterbitkanSK no 17

Tahun 2018, membentuk tim pengelola dengan anggota sebanyak 18

orang terdiri dari redaktur, admin, kontributor, wartawaan desa, serta

bekerjasama dengan karangtaruna, PKK, LKMD, Masyarakat

c. Anggaran kegiatan sebesar Rp. 30.195.000 ( Honor, ATK,

Narasumber, Papan Informasi)

d. Pemanfaatan aplikasi SID adalah untuk pelayanan Persuratan,

Laporan, Publikasi , serta ditargetkan upload 40 berita/bulan

9. Desa Panjangrejo

a. Tahun 2014 mulai mengelola SID, tahun 2017 mulai dikelola untuk

pelayanan persuratan dan tahun 2018 mulai membuat tim pengelola SID

dengan jumlah anggota 4 orang serta diterbitkan SK No 16 tahun 2018

b. Tim SID dibantu oleh PKK, Karangtaruna, BPD dll untuk pencarian berita

dimana Setiap 3 bulan dilakukan review berita oleh tim pengawas

c. Masalah berita yang terkendala SDM baru 1 orang yang memegang

d. APBDes Rp. 18.050.000,- (input berita 500.000/bln)

e. Persuratan sudah 1 pintu dengan SID, ( rata – rata 15 dokumen

persuratan)

f. Potendi Desa Gerabah dan Kuningan

USER 41

10. Desa Sidomulyo

a. Mulai efektif bulan Juni tahun 2018 karena keterbatasan SDM, dengan

ditunjuknya 3 orang staf pengelola SID berdasarkan SK No. 31 Tahun

2018, melakukan pembelian 2 laptop dan 1 printer

b. Anggaran APBDes Rp. 8.330.000,00

c. Persuratan kebanyakan masih menggunakan yang manual

d. Kendala : Staff tim teknis SID belum pernah bimtek tentang SID

11. Desa Mulyodadi

a. Mulai bimtek tahun 2014, tahun 2017 mulai dikelola secara intensif dan

tahun 2018 dibuat tim teknis;

b. Untuk mendukung kegiatan SID ini maka telah diterbitkan SK Lurah desa,

SK Tim Pengelola SID, adanya dukungan kelembagaan SID Pemerintah

Desa, Karangtaruna;

c. Tahun 2017 dianggarkan untk pembelian kamera, tahun 2018 anggaran

SID 13.600.000,00 dengan rincian Honor Pengelola 100.000/bulan,

Honor Tim SID 6.500.000/Thn yang terdiri dari wartawan, redaktur dan

admin

d. Aplikasi SID digunakan untuk persuratan sertapublikasi berita

12. Desa Triharjo

a. Dimulai tahun 2014 tetapi belum optimal karena keterbatasan SDM

b. Tahun 2018 diterbitkan SK lurah desa No 24 Tahun 2018, untuk

mendukung pengelolaan SID maka dilibatkan Karang Taruna, Pemdes,

disediakan fasilitas komputer, kamera, HT

c. Telah menggunakan SID

13. Desa Gilangharjo

a. Untuk mendukung pengelolaan SID maka tahun 2018 telah diterbitkan

SK lurah Desa,melakukan kerjasama dengan Dinas Pertanian untuk

integrase SID, memfasilitasi sarana berupa PC, laptop, kamera serta

smartphone, dilakukan pelatihan jurnalistik dengan anggaran Rp.

5.300.000,-

USER 42

b. Anggaran APBDes sebesar Rp.15.000.000,-(pelatihan jurnalistik, honor

admin/pengelola SID (Rp.2.000.000,-) serta sisanya(Rp.7.700.000,-)

untuk honor bagi artikel yang terbit dari masyarakat;

c. Telah disusun Standar Minimal Pemanfaatan SID ( Penyampaian

Informasi, Pelayanan Masyarakat, Wadah aspirasi masyarakat)

d. Persuratan telah menggunakan SID

e. Kendala : Ukuran font kurang besar & Jaringan internet lambat

14. Desa Caturharjo

a. Telah diterbitkan SK Lurah No 32 Tahun 2018

b. APBDes Rp. 11.600.000,-

c. Persuratan menggunakan SID

15. Desa Wijirejo

a) Untuk mendukung pengelolaan SID maka telah diterbitkanSK No 2

Tahun 2018, dilakukan Pelatihan jurnalistik secara mandiri oleh desa,

disediakan anggaran APBDes sebesar Rp.15.854.500,-, melakukan

publikasi kegiatan;

b) Format surat ditolak di kecamatan sehingga pelayanan persuratan belum

menggunakan SID.

16. Desa Ringinharjo

a. Belum diterbitkan SK Lurah Desa, pemanfaatan SID untuk layanan

umum, juga sebagai sarana informasi promosi kuliner;

b. Kendala : Ada beberapa surat yang ditolak di kecamatan karena format

surat yang belum sesuai dengan kecamatan sehingga persuratan masih

dilakukan secara manual

17. Desa Trirenggo

a. SID mulai dikelola tahun 2015, namun masih terkendala SDM, tahun

2017 dilakukan pelatihan jurnalistik dan tahun 2018 mulai melakukan

perekrutan staf khusus pengelola SID;

b. Tahun 2018 diterbitkan SK Lurah Desa no, 44 tahun 2018, dengan

penanggung jawab Carik Desa serta didukung oleh kelembagaan

Pemerintah Desa dan Karangtaruna;

USER 43

c. Untuk mengelola kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp15.000.000,- untuk

honor pengelola;

d. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan(masih manual)

namun dimanfaatkan untk mempublikasikan informasi terkait potensi

desa, kegiatan desa, infografis serta kegiatan masyarakat

e. Publikasi dilakukan dengan Instagram serta FB, dengan target minimal 5

artikel/hari.

18. Desa Sabdodadi

a) Telah diterbitkan SK Lurah Desa No. 19 Tahun 2018

b) Anggaran untuk pengelolaan SID ini masih minim, baru sebatas untuk

honor pengelola sebesar Rp.2.400.000,-/tahun serta untuk pembelian

fasilitas pembelian laptop, kamera DSLR;

c) Tahun anggaran 2019 akan merekrut tenaga untuk pengelola SID,

sementara ini dukungan kelembagaan dari pemerintah desa dan

lembaga desa;

d) Pelayanan persuratan belum menggunakan SID.

19. Desa Patalan

a. Telah diterbitkan SK Lurah Desa No. 27 Tahun 2018, tahun 2019 akan

dibentuk tim pengelola SID, kaena saat in hanya dikelola oleh admin

desa;

b. Tahun 2018 melalui APBDes telah dianggarkan sebesar Rp10.900.000,-

untuk pembelian fasilitas laptop, rencana pelaksanaan bimtek bagi

Karang Taruna serta sosialisasi SID;

c. Persuratan belum menggunakan SID.

20. Desa Canden

a. SID mulai dikelola tahun 2014, dan sampai tahun 2017 namun belum

optimal karena terkendala SDM;

b. Tahun 2018 diterbitkan SK Lurah Desa No. 01 Tahun 2018 serta

dibentuk tim SID meski belum optimal. Pengelolaan SID baru didukung

oleh pemerintah desa dan karang taruna;

USER 44

c. Anggaran untuk mengelola kegiatan ini berdasar APBDes tahun 2017

sebesar Rp2.755.000,-, dan tahun 2018 sebesar Rp13.285.000,- yang

dialokasikan untuk honor pengelola SID dan pengadaan kamera DSLR;

d. Pelayanan umum masih bersifat manual, belum memanfaatkan aplikasi

SID karena kendala SDM.

21. Desa Sumberagung

a. Telah diterbitkan SK Lurah Desa No. 12 tahun 2018

b. Persuratan belum menggunakan SID karena format yang berbeda, jadi

aplikasi digunakan untuk mempublikasikan artikel (rata-rata 5 berita dan

2 informasi /minggu)

c. Untuk kegiatan SID ini tahun 2018 dianggarkan sebesar Rp2.440.000,-

yang dialokasikan untuk honor setiap bulan Rp50.000/orang, untuk

selanjutnya honor akan disesuakan dengan keputusan Peraturan Bupati

Bantul.

22. Desa Trimulyo

a. Karena keterbatasan SDM terutama contributor maka SID belum dikelola

secara optimal, layanan publik persuratan juga masih menggunakan

manual, namun demikian untuk publikasi artikel mulai bulan September

2017 mulai ada kemajuan (2-3 artikel di upload/minggu), meski website

belum terhubung dengan media sosial;

b. Telah diterbitkan SK Lurah Desa no. 18 tahun 2018, serta disediakan

anggaran APBDes sebesar Rp4.800.000 untuk tim pengelola, dan

Rp7.500.000,- untuk pembelian laptop.

23. Desa Kebonagung

a. SID mulai dikelola tahun 2014, tetapi karena terkendala SDM belum bisa

dilaksanakan dengan aktif, baru tahun 2017 sampai sekarang mulai

diaktifkan lagi, namun persuratan belum menggunakan aplikasi ini, dan

tahun 2018 diterbitkan SK Lurah Desa no. 13 Tahun 2018;

b. Pengelolaan SID bekerjasama dengan karangtaruna, dan instansi lain

yang kompeten, untuk publikasi menggunakan media facebook dengan

jumlah artikel yang diunggah sebanyak 2-3 artikel/berita

c. Kendala :

- Terkendala SDM Desa khusus wartawan desa

USER 45

- Ala dokumentasi belum ada

24. Desa Sriharjo

a. SID belum dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan SDM,

namun demikian sampai pertengahan tahun 2018 sudah 30 artikel yang

diupload, serta dianggarkan melalui APBDes sebesar Rp8.000.000,-

b. Penggunakan surat belum sesuai formatnya

c. Kendala :

- Sarana dan prasarana belum memadai

- Perlu adanya pelatihan

- Model naskah persuratan belum sesuai

25. Desa Imogiri

a. Kegiatan SID mulai dianggarkan sejak tahun 2016 melalui dana APBDes;

aplikasi berbasis android;

b. Persuratan belum menggunakan SID karena belum integrasi

dengandisdukcapil.

26. Desa Wukirsari

a. Sebelum ada SID desa telah mengembangkan SKDW (untuk pelayanan)

dan akan disinkronkan dengan SID;

b. Untuk mendukung kegiatan ini, Desa melalui APBDes telah

menganggarkan sebesar Rp31.734.000,-, dana ini dimanfaatkan untuk

pembelian sarana dan operasional pengelolaan SID, setiap artikel yang

lolos dan di upload dihargai Rp10.000.

27. Desa Karangtengah

a. SID mulai dibentuk tahun 2014, namun belum dikelola dengan baik, baru

pada tahun 2017 mulai diaktifkan kembali oleh carik desa dan tahun 2018

diterbitkan SK Lurah Desa No. 15 Tahun 2018;

b. Kegiatan ini dikelola oleh tim admin desa, operator, wartawan dusun

serta didukung oleh karang taruna desa;

c. Anggaran yang disediakan sebesar Rp12.506.000,-

USER 46

d. Aplikasi SID dimanfaatkan untuk persuratan, laporan pembangunan,

informasi terkait anggaran desa, berita desa, potensi desa dll;

e. Tingkat keaktifan fluktuatif karena wartawan masih anak sekolah, rata-

rata setiap bulan ada 3-4 artikel yang diupload;

f. Kendala : Wartawan dusun belum bisa bekerja sesuai target,

Pemeringkatan SID se Kabupaten sifatnya kuantitas artikel, bukan

kualitas/muatan konten yang dibuat, ada format persuratan yang belum

bisa digunakan (SKM), komentar apakah dapat dibuat notifikasi.

28. Desa Karangtalun

a. Tahun 2018 telah menerbitkan SK Lurah Desatentang Tim SID terdiri

Admin desa dan operator;

b. SID belum dugunakan untuk persuratan tapi digunakan untuk

pemberitaan pembangunan desa, transparansi dengan target 10

artikel/bulan

29. Desa Muntuk

a. Belum diterbitkan SK Lurah desa, namun telah difasilitasi dengan

computer dan printer serta disediakan anggaran sebesar Rp7.810.000,-

b. Pemanfaatan SID disamping untuk pelayanan, publikasi, pelaporan

anggaran dan kegiatan desa serta dusun juga untuk persuratan.

30. Desa Mangunan

a. Tahun 2018 disediakan anggaransebesar 21.000.000,- serta berusaha

untuk mengoptimalkan SID dengan merekrut masyarakat terutama

pemuda namun tidak komitmen.

b. Karena SK Lurah desa belum diterbitkan maka pengelola SID juga

belum ada.

c. Persuratan belum menggunakan SID

31. Desa Dlingo

a. Mulai dikelola tahun 2014, tahun 2015 sudah memanfaatkan untuk

penyimpanan data dan informasi. Namun sampai tahun 2018

pengelolaannya belum optimal;

USER 47

b. Anggaran untuk kegiatan ini baru sekedar untuk honor admin sebesar

Rp150.000,-/bulan, inipun masih digabung dengan anggaran profil desa

yang sebesar Rp. 300.000,-

c. Saran : Di kolom persuratan keramaian belum ada waktu pelaksanaan

dan persetujuan tetangga.

32. Desa Terong

a. Semenjak 2010 dijadikan sebagai piloting project SID oleh CRI , namun

demikian mengalami kemunduran tahun 2012 – 2015 dan mulai aktif lagi

tahun 2016

b. Pemanfaatan masih sebagai media informasi, persuratan, informasi

APBDes, produk desa, potensi desa, tidak ada target tetapi setiap hari

ada berita. Publikasi dengan memanfaatkan media sosial yang sudah

terintegrasi di SID;

c. Diterbitkan SK Lurah no 13 tahun 2018, dengan dukungan anggaran

sebesar Rp11.900.000,-, serta fasilitas dari pemerintah desa, dukuh, dan

karang taruna.

33. Desa Wirokerten

a. Telah diterbitkan SK Lurah No 12 tahun 2018, juga disusun SOP

kegiatan;

b. SID dimanfaatkan untuk pelayanan persuratan, administrasi, layanan

public, pengelolaan web, agenda desa, sosialisasi produk hukum,

integrasi dengan media sosial, promosi potensi desa dan produk dusun;

c. Kendala :Belum optimalnya pengelolan desa, masyarakat belum banyak

yang tahu, fitur SID masih terbatas, persuratan perlu diperbaiki terutama

persyaratan nikah.

34. Desa Jambidan

a. Mulai dikelola dibentuk tahun 2014 namun belum dikelola dengan

optimal. Tahun 2016 di kelola lagi dengan menggandeng karangtaruna.

b. Disamping anggaran yang disediakan untuk mengelola kegiatan ini dari

APBDes sebesar Rp. 18.640.000,- juga telah difasilitasi dengan printer

canon serta HP Samsung;

USER 48

c. SID mulai bulan Agustus digunakan untuk pelayanan persuratan meski

ada beberapa yang menggunakan SIAK.

d. Rata – rata artikel 4 /bulan ( baru 24 artikel ) Setiapberita dihargai

25.000.,-

35. Desa Potorono

a. Telah diterbitkan SK Lurah No 8 Tahun 2018, serta dianggarkan lewat

dana APBDes sebesar Rp7.800.000

b. Untuk mendukung kegiatan ini telah difasilitasi dengan Laptop, Printer,

HP serta Wifi

c. Pemanfaatan SID adalah untuk publikasi desa, serta layanan

persuratan(masa transisi dari manual)

d. Target artikel 8 / bulan

36. Desa Jagalan

a. Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID yang terdiri dari

operator

b. Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan meski sebatas form juga

untuk publikasi pariwisata, SDM, UKM dengan jumlah artikel rata – rata 5

artikel/bulan.

37. Desa Baturetno

a. SID baru dikelola oleh 2 orang operator, serta belum diterbitkan SK lurah

mengenai tim SID;

b. Aplikasi ini baru digunakan sebatas untuk informasi pembangunan desa,

itupun belum menentukan jumlah target upload artikel, belum digunakan

untuk persuratan. Publikasi masih banyak memanfaatkan medsos yang

ada.

38. Desa Tamanan

a) SID baru dikelola oleh pamong desa, serta belum diterbitkan SK lurah

mengenai tim SID;

b) Aplikasi ini baru digunakan sebatas untuk informasi pembangunan desa

dan kegiatan desa, itupun belum menentukan jumlah target upload

artikel. Belum digunakan untuk persuratan.

USER 49

39. Desa Singosaren

a) SID baru dikelola oleh pamong desa, belum diterbitkan SK lurah tentang

tim SID, sudah mencoba kerjasama dengan karang taruna namun belum

ada tindak lanjut, belum ada SOP

b) Aplikasi ini belum digunakan untuk persuratan, baru sebatas untuk

informasi pembangunan desa, kegiatan desa serta laporan kinerja.

Target kedepan adalah upload 20 artikel/bulan.

40. Desa Banguntapan

a) SID baru digunakan untuk persuratan, sementara untuk fungsi yang

lainnya seperti upload berita dll belum dikelola secara optimal;

b) Belum diterbitkan SK Lurah Desa sehingga belum terbentuk tim khusus

yang menanganinya, hal ini disebabkan karena keterbatasan SDM yang

dimiliki(kebanyakan usia tua).

41. Desa Panggungharja.

a. Tahun 2014 masa pengenalan, 2015 masa persiapan, 2016

pembentukan, 2017 masa pengembangan, 2018 masa pengembangan.

b. Ada 5 fungsi dari pengembangan SID ( Aplikasi Keuangan, Aplikasi

Pelayanan, Aplikasi Informasi, aplikasi layanan publik)

c. Telah diterbitkan SK Lurah No. 08 Tahun 2018, serta dalam

pengelolaannya mendapat dukungan kelembagaan dari Pemdes,

Pemerintah Supra Desa, Koramil, KUA, Praktisi Akademik, Lembaga

Desa, serta Warga Desa

d. Anggaran tahun 2018 Rp. 80.580.000 untuk menambah kelengkapan

fasilitas Kamera, Smarphone,Server, Handycam, Komputer, Hardisk

portable, Jaringan Internet.

e. Aplikasi Siskeudes, SIPEMDES, SIM Pamong, SIAK, dll

f. Minimal artikel sengan standar SEO yaitu 300 kata, artikel yang diuoload

sejumlah 12 artikel/bulan

g. Untuk konsultasi publik menggunakan aplikasi jagongan warga dengan

membahas sebuah permasalahan setiap bulan.

h. Sejak 2017 mengupload dokumen desa sebagai transparansi desa.

i. Portal aduan langsung masuk ke email desa

j. Pemanfaatan website dengan profil desa, keterbukaan anggaran desa,

layanan aduan masyarakat, informasi lowongan, profil lembaga desa.

USER 50

42. Desa Timbulharjo

a) Mulai dikelola sejak tahun 2014, dan pada tahun 2018 telah diterbitkan

SK Lurah No 21 tahun 2018 serta disediakan anggaran melalui dana

APBDes sebesar Rp16.400.000,-

b) Tahun 2017 mengangkat 1 orang staf pengelola SID;

c) Dalam aplikasi ini persuratan belum digunakan secara optimal karena

format belum sesuai dengan ketentuan,pemanfaatan yang lain untuk

informasi pembangunan desa, kegiatan desa serta laporan keuangan

desa.

43. Desa Pendowoharjo

a. Telah diterbitkan SK Lurah desa No 66 tahun 2018, namun demikian

belum ada pengelolaan secara khusus, pemanfaatan SID masih terbatas;

b. Persuratan belum menggunakan SID tapi menggunakan aplikasi SIADES

Prima yang berbasis android.

44. Desa Bangunharjo

a) SID mulai dikelola tahun 2016, dan tahun 2018 diterbitkan SK Lurah No

24 tahun 2018, yang mengatur tim pengelola SID terdiri dari 1 admin, 3

tim ahli, 14 redaktur dan wartawan dusun.

Untuk mengisi formasi tersebut maka direkrut personil dari karang taruna

sebagai pengelola website desa serta wartawan dusun yang bertanggung

jawab mencari berita;

b) Tahun 2018 melalui APBDes dianggarkan sebesar Rp33.550.000,-, serta

telah difasilitasi dengan computer, laptop serta kamera.

c) Dalam aplikasi ini persuratan belum digunakan secara optimal karena

format belum sesuai dengan ketentuan, pemanfaatan yang lain untuk

informasi pembangunan desa, kegiatan desa, laporan kinerja pemerintah

desa.

d) Artikel yang ditargetkan 4 artikel/hari, dan Rencana tahun 2019 :

membuat seragam dan kartu pers wartawan desa, pelatihan, pengadaan

handycam, laptop, trypod

45. Desa Tirtonirmolo

USER 51

a. Sejak tahun 2016 telah diterbitkan SK Lurah No 13 Tahun 2016,

sementara untuk penganggaran baru ada tahun 2018 melalui dana

APBDes, namun demikian pengelolaannya belum optimal karena hanya

dikelola oleh 1 orang sementara pemerintah desa kurang memberikan

perhatian.

b. Persuratan belum menggunakan SID karena form dan print belum

sesuai.

c. Keaktifan sangat minim karena SDM yang terbatas.

46. Desa Bangunjiwo

a. SK Lurah desa sejak tahun 2017 yang mengatur tentang tim pengelola

SID yang terdiri dari Operator, redaktur serta melibatkan dukuh;

b. Tahun 2018 juga diterbitkan SK lurah yang mengatur tentang petugas

SID( 2 orang), melibatkan lembaga yang ada di desa;

c. Pemanfaatan SID disamping untuk persuratan juga untuk pemberitaan

pembangunan desa, laporan kinerja serta potensi desa, tidak ada target

dalam upload berita/artikel ke SID;

d. Inovasi : Pemanfaatan wa untuk efisiensi pelayanan dengan mengirimkan

NIK ke admin desa, pelayanan yang semula 7 hari jadi sekarang jadi 7

menit, aplikasi pertanahan.

47. Desa Tamantirto

a. Sejak tahun 2017 sudah diterbitkan SK Lurah Desa yang mengatur

tentang pengelolaan SID yang terdiri dari operator, redaktur serta

melibatkan dukuh dalam pencarian berita;

b. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan, baru sebatas untuk

penyampaian berita terkait informasi pembangunan desa, kegiatan desa,

laporan desa, dengan jumlah rata -rata artikel yang diupload 3-5/hari

48. Desa Seloharjo

a. Sudah diterbitkan SK Lurah no 7 tahun 2017 namun belum dimanfaatkan

secara optimal, persuratan juga belum memanfaatkan aplikasi ini, upload

berita juga masih minim;

b. Anggaran untuk kegiatan ini sudah dialokasikan lewat APBDes.

USER 52

49. Desa Sendangsari

a. Sudah diterbitkan SK Lurah tahun 2018, regulasi lainnya APBDes

b. Aplikasi SID disamping digunakanuntuk persuratan juga untuk upload

informasi pembangunan desa, meski belum ada target jumlah artikel

yang akan diupload

c. Inovasi dengan radio desa dan koran desa, sementara target kedepan

pelayanan menggunakan SID

50. Desa Tirtomulyo

a. Sudah diterbitkan SK Lurah tahun 2018 yang mengatur tentang tim

pengelola SID, namun regulasi lainnya belum ada;

b. Aplikasi SID belum dimanfaatkan untuk persuratan, baru sebatas untuk

penyampaian berita terkait informasi pembangunan desa, kegiatan desa,

namun demikian belum ada target artikel karena yang diupload baru

sebatas kegiatan event tertentu serta belum ada inovasi yang diterapkan.

51. Desa Tirtosari

a) Sudah diterbitkan SK Lurah tahun 2018 yang mengatur tentang tim

pengelola SID yang terdiri dari contributor, PKK dan karang taruna

b) Dalam aplikasi ini persuratan belum digunakan secara optimal karena

format belum sesuai dengan ketentuan, pemanfaatan yang lain untuk

informasi pembangunan desa, kegiatan desa, laporan kinerja pemerintah

desa, laporan keuangan desa dll, namun belum ada inovasi

pengembangan SID.

52. Desa Tirtohargo

a) Belum diterbitkan SK Lurah Desa sehingga belum terbentuk tim khusus

yang menanganinya, anggaran untuk pengelolaan aplikasi ini juga belum

disediakan

b) SID baru digunakan upload berita APBDes, sementara yang lainnya

belum

53. Desa Murtigading

a) Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID yang terdiri dari

redaktur, contributor dan admin desa;

USER 53

b) Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan juga untuk informasi

pembangunan desa,laporan kinerja, potensi desa, produk UKM serta

APBDes.Target artikel 4/hari

c) Tahun 2017 mendapat piala dengan kriteria posting artikel terbanyak

54. Desa Gadingharjo

a) Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID yang terdiri dari

redaktur, wartawan desa dan admin SID;

b) Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan juga untuk informasi

pembangunan desa, laporan kinerja, serta potensi desa

55. Desa Srigading

a) Telah diterbitkan SK Lurah untuk tim pengelola SID , namun tim belum

bekerja secara optimal;

b) Pemanfaaan SID disamping untuk persuratan meski belum semua, juga

untuk informasi pembangunan desa, potensi wisata, kuliner, serta potensi

desa

Contoh Paparan Presentasi SID DESA SRIMULYO(Desa Berkembang)

USER 54

USER 55

USER 56

USER 57

USER 58

USER 59

USER 60

USER 61

USER 62

3. PENYUSUNAN GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Penyusunan GDPK dilaksanakan oleh tenaga ahli penyusun GDPK yaitu Pusat

Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada(PSKK UGM) selama

4 bulan, dimulai bulan April sampai dengan Juli 2018.

Hasil dari penyusunan GDPK adalah sebagai berikut :

a. Dasar Hukum1) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

2) PP No. 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional

3) UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga

4) AMANAT UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025

5) UU Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta

6) UU Nomor 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan

7) UU Nomor 13 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

b. Landasan Filosofis1) Pembangunan berwawasan kependudukan adalah kebijakan pembangunan

yang senantiasa mengacu atau merujuk kepada dinamika dan tren

perkembangan kependudukan.

2) Pembangunan berwawasan kependudukan diarahkan pada Integrasi

Penduduk dalam Pembangunan untuk membentuk dinamika dan struktur

penduduk seperti yang diinginkan.

3) Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan

partisipasi aktif seluruh masyarakat.

USER 63

c. Data Kependudukan dasar Tabel 3.1

1) Data Pertambahan Penduduk

Tabel 3.2

2) Data Sebaran Penduduk

USER 64

Tabel 3.3

3) Data Kepadatan Pnduduk

Tabel 3.4

4) Data Pertumbuhan Ekonomi

USER 65

d. Visi, Misi, dan Alur Pikir Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Bantul.

1) Misi Grand Disign

a) Mewujudkan Penduduk di Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas dan

sejahtera.

b) Mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan yang

terintegrasi, selaras, dan berkesinambungan ;

c) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dalam kondisi

penduduk tumbuh seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan

daya tampung lingkungan melalui pengendalian angka kelahiran,

penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk.

d) Membangun komitmen stakeholder utama (prime stakeholders)

terhadap upaya pengendalian kuantitas penduduk bagi pembangunan

berkelanjutan

2) Kebijakan Terpadu dalam Grand Design Pembangunan Kependudukan

USER 66

Penduduk Kabupaten Bantul yang berkualitas, maju, mandiri, sejahtera, berkelanjutan, berbudaya dan

Lestari

Peningkatan KualitasPenduduk

Pembangunan Keluarga

Pengarahan Mobilitas Penduduk

Pengelolaan Kuantitas penduduk

Pengembangan Sistem Informasi Data Kependudukan yangberkualitas dan terintegrasi

e. Pengendalian Kuantitas Penduduk1) Arah Kebijakan Pengendalian Kuantitas Penduduk

a) Pengendalian kuantitas penduduk ditetapkan melalui perkiraan angka

fertilitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk;

b) Pengendalian kuantitas penduduk bertujuan agar dapat mewujudkan

struktur penduduk tumbuh seimbang (PTS) secara berkelanjutan;

2) Arah Program Pengendalian Kuantitas Penduduk

a) Pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan

b) Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk

c) Pengembangan Pendidikan Kependudukan

d) Pengembangan Kerjasama Penelitian Kependudukan

e) Pelatihan Kependudukan dan Penyiapan Data Dasar

f) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Kependudukan.

f. Pengembangan Kualitas PendudukArah Kebijakan Peningkatan Kualitas Penduduk

1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka menurunkan

angka kematian bayi

2) Meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi penduduk melalui

pendidikan formal, nonformal maupun informal

3) Mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui

peningkatan akses perempuan untuk memperoleh pendidikan

4) Meningkatkan status ekonomi penduduk melalui perluasan kesempatan

kerja

5) Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk

menurunkan angka kemiskinan.

g. Pembangunan Keluarga 1) Landasan : Delapan Fungsi Keluarga

a) Fungsi keagamaan

b) Fungsi sosial budaya,

c) Fungsi cinta kasih,

d) Fungsi melindungi,

e) Fungsi reproduksi,

f) Fungsi sosialisasi dan pendidikan,

g) Fungsi ekonomi,

USER 67

h) Fungsi pembinaan lingkungan

2) Arah Kebijakan Pembangunan Keluarga

a) Revitalisasi peran keluarga dalam hal pendidikan dan pengasuhan anak

agar berkarakter baik

b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat ekonomi,

sehat fisik/reproduksi, sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat

lingkungan)

c) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga.

h. Pengarahan MobilitasArah Kebijakan Pengarahan Mobilitas

1) Menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang

harmonis

2) Penyusunan sistem informasi penduduk luar domisili secara terpadu dan

transparan

3) Memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan terhadap para

pendatang dan keluarganya

4) Menciptakan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan daya dukung

dan daya tampung lingkungan penduduk lokal dengan pendatang

5) Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.

i. Pembangunan Database Kependudukan 1) Arah Kebijakan Pembangunan Database Kependudukan

a) Mengembangkan data base kependudukan yang memiliki akurasi dan

tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu sistem yang

integratif, mudah diakses oleh para pemangku kepentingan, serta

menjadi bagian dari Decision Support System (DSS).

b) Penguatan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi

tinggi, infrastruktur yang memadai, serta sistem kelembagaan yang

kuat.

USER 68

2) Grand Design Pembangunan Kependudukan

j. Aspek Kuantitas Penduduk, mencakup data-data :

1) Jumlah Dan Persebaran Penduduk, memuat data-data :

a) jumlah dan proporsi penduduk menurut jenis kelamin;

b) kepadatan penduduk;

c) laju pertumbuhan penduduk.

2) Penduduk Menurut Karakteristik Demografi, memuat data-data :

a) Jumlah Dan Proporsi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin;

rasio jenis kelamin;

piramida penduduk;

rasio ketergantungan.

b) Jumlah Dan Proporsi Penduduk Menurut Status Kawin

angka perkawinan kasar;

angka perkawinan umum;

angka perkawinan menurut kelompok umur;

rata-rata umur kawin pertama;

angka perceraian kasar;

USER 69

angka perceraian umum.

c) Penduduk menurut karakteristik sosial;

jumlah penduduk menurut pendidikan;

pendidikan tertinggi yang ditamatkan;

jumlah penduduk menurut agama;

jumlah penduduk menurut kecacatan.

d) Kelahiran

jumlah kelahiran;

angka kelahiran kasar.

e) Kematian

jumlah kematian;

angka kematian kasar.

k. Aspek Kualitas Penduduk, mencakup:

1) Kesehatan, memuat data-data :

a) kelahiran

kelahiran menurut umur;

angka kelahiran total;

rasio anak perempuan.

b) kematian

angka kematian bayi;

angka kematian Neonatal;

angka kematian post Neonatal;

angka kematian anak;

angka kematian balita;

angka kematian ibu.

2) Pendidikan, memuat data-data :

angka melek huruf;

angka partisipasi kasar;

angka partisipasi murni;

angka penduduk putus sekolah.

3) Ekonomi, memuat data-data :

proporsi dan jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja

USER 70

jumlah dan proporsi tenaga kerja

jumlah dan proporsi pekerja dan menganggur

angka partisipasi angkatan kerja

jumlah dan proporsi pekerja menurut jenis pekerjaan

l. Aspek Mobilitas Penduduk, mencakup :

1) Sosial, memuat data-data :

jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial

proporsi penduduk penyandang cacat

proporsi penduduk miskin penerima PBI APBN, APBD I (Jamkesus dan

Jamkesos), PBI APBD 2

2) Mobilitas Permanen, memuat data-data:

migrasi masuk

migrasi keluar

migrasi neto

migrasi bruto

3) Mobilitas Non Permanen

4) Urbanisasi, memuat data-data :

persentase penduduk kota

rasio kota dan desa

m.Pembangunan Keluarga, memuat data-data :1) Pembangunan keluarga menurut 8 fungsi keluarga;

2) jumlah keluarga dan rata-rata jumlah anggota keluarga;

3) hubungan dengan kepala keluarga;

4) karakteristik kepala keluarga berdasarkan umur;

5) karakteristik kepala keluarga berdasarkan jenis kelamin;

6) karakteristik kepala keluarga berdasarkan status kawin;

7) karakteristik kepala keluarga berdasarkan pendidikan;

8) karakteristik kepala keluarga berdasarkan status pekerjaan.

n. Basis Data Kependudukan, mencakup:

1) Data Kependudukan, memuat data-data :

a) Data Aspek Kuantitas

USER 71

b) Data Aspek Kualitas

c) Data Pengarahan Mobilitas

d) Data Aspek Pembangunan Keluarga

2) Dokumen Kependudukan, memuat data-data :

a) Kepemilikan Kartu Keluarga

b) Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk

c) Kepemilikan Akta

akta kelahiran;

akta perkawinan;

akta perceraian;

akta kematian;

akta pengakuan anak.

d) kepemilikan surat keterangan orang terlantar.

o. KESIMPULAN 1) Kesimpulan adalah gambaran keseluruhan dari profil kependudukan baik

dari sisi kuantitas, kualitas, mobilitas, pembangunan keluarga dan

dokumen kependudukan

2) Menggambarkan masalah kependudukan yang dihadapi Kabupaten Bantul

3) Penyimpulan dilakukan berdasarkan telaahan dan analisis

4) Mengarah pada upaya rekomendasi menyusun kebijakan dan

perencanaan pembangunan

4. PENYUSUNAN DOKUMEN INDONESIA GOVERNANCE INDEX (IGI)Penyusunan Dokumen IGI terdiri atas :a. PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) merupakan prasyarat

utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan

cita-cita bangsa dan negara, untuk itu diperlukan pengembangan dan

penerapan sistem partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang tepat,

jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat

berlangsung secara berdaya guna, bersih dan bertanggung jawab.

Untuk mengukur sejauh mana tata kelola pemerintahan yang baik

dilaksanakan di suatu daerah maka di gunakan Indonesia Governance index

USER 72

(IGI), khususnya terhadap empat pilar pemerintahan yaitu arena pemerintah

(legislatif dan eksekutif), birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat

ekonomi berdasarkan beberapa kriteria data yang obyektif dan terukur. Hasil

dari IGI menyajikan nilai tata kelola yang direpresentasikan kedalam nilai

pada 4 (empat) arena tata kelola pemerintahan, yaitu area pemerintahan

(legislatif dan eksekutif), birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat

ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip yang baik seperti: partisipasi,

akuntabilitas, keadilan, transparansi, efisiensi dan efektivitas.

2) Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya Indonesian Governance Index (IGI) Kabupaten Bantul

Tahun 2018 adalah untuk memperoleh data dasar terkait kondisi dan

perkembangan tata kelola pemerintahan Kabupaten Bantul pada tahun

2018.

Sementara tujuannya adalah :

a) Memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang pelaksanaan

prinsip-prinsip Indonesian Governance Index (IGI) di Kabupaten Bantul

selama tahun 2018;

b) Menghitung angka indeks prinsip-prinsip Indonesian Governance Index

(IGI) di Kabupaten Bantul pada tahun 2018;

c) Merumuskan strategi kebijakan dan indikatif/rencana program kegiatan

tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2018 dan tahun 2019

berdasarkan Indonesian Governance Index (IGI) Kabupaten Bantul

tahun 2018.

3) Sasaran

Mendapatkan hasil data dasar terkait kondisi dan perkembangan tata kelola

pemerintahan di wilayah Kabupaten Bantul tahun 2018;

4) Ruang Lingkup

USER 73

Meliputi kegiatan survey dengan populasi yang terdiri dari stakeholder yang

berinteraksi dengan pemerintah Kabupaten Bantul yang terdiri dari

pemerintah, birokrasi, masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi.

5) Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pertanggungjawaban

Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang perimbangan

Keuangan dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kab/Kota;

h. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2015;

i. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten

Bantul;

j. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2016 Tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun

2018;

k. Peraturan Bupati Bantul Nomor 94 Tahun 2016 Tentang Standarisasi

Harga Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Bantul Tahun 2018;

l. Peraturan Bupati Bantul Nomor 102 Tahun 2016 Tentang Kebijakan

Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Bantul Tahun 2018;

m. Peraturan Bupati Bantul Nomor 155 Tahun 2016 Tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun

2018.

USER 74

6) Keluaran

Berupa nilai indeks dari masing-masing prinsip dan arena serta strategi dan

rekomendasi terkait tata kelola pemerintahan Kabupaten Bantul.

b. TINJAUAN PUSTAKABerisi beberapa penjelasan tentang :

1) Definisi tata kelola pemerintahan,

2) Konsep Indonesia Governance Index

3) Tujuan Indonesia Governance Index

4) Arena Tata Kelola Pemerintahan menurut Indonesia Governance Index

5) Prinsip pengukuran Tata Kelola Pemerintahan

6) Matriks Indonesia Governance Index

c. DISKRIPSI WILAYAHBerisi penjelasan terkait :

1) Kondisi administrasi kabupaten Bantul

2) Kondisi topografi

3) Kondisi perekonomian

4) Struktur pemerintahan kabupaten Bantul

5) Kondisi Indonesia Governance Index

d. METODOLOGI PELAKSANAANMenguraikan beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan data,

meliputi :

1) Pendekatan Teknis Pekerjaan;

meliputi 5 (lima) pendekatan, yaitu pendekatan administrasi, profesional,

manajemen, kelembagaan, dan pendekatan teknis. Kelima pendekatan

tersebut dipilih agar tujuan dan produk pekerjaan dapat tercapai dalam

waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan.

2) Diagram alir pemikiran

Tata kelola pemerintahan yang baik harus melibatkan beberapa

pihak/aktor, seperti pejabat politik, birokrasi, masyarakat sipil dan

USER 75

masyarakat ekonomi, dimana masing-masing mempunyai peran yang

berbeda tetapi bersinergi satu sama lain.

Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana mereka melaksanakan peran

mereka masing-masing dengan baik maka dilakukan kegiatan penilaian

kinerja dilihat dari 6 (enam) prinsip tata kelola pemerintahan menurut

Kemitraan, yaitu partisipasi, akuntabilitas, keadilan, transparansi, efisiensi

dan efektivitas. Kerangka kinerja tata kelola pemerintahan yang digunakan

adalah Indonesian Governance Index (IGI) dengan menggunakan analisis

metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk memperoleh gambaran

kinerja tata kelola pemerintah.

3) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei instansional dan literatur,

serta survei lapangan dan wawancara.

4) Jenis data,

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan Indonesian Governance

Index (IGI), berupa data primer dan data sekunder yang meliputi arena

birokrasi, masyarakat sipil, masyarakat ekonomi dan partai politik dengan

masing-masing kuisioner 20 orang. Pengukuran IGI menggunakan skala 1-

10. Dimensi dari IGI yang diukur terdiri dari prinsip partisipasi,

transparansi, keadilan, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas dengan

masing-masing prinsip tersebut menggunakan 5 indikator.

5) Analisa data, meliputi :

a) Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Merupakan metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan

pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu, dimana

prinsipnya merupakan metode skoring terhadap pilihan yang ada.

b) Analis Bayes

Merupakan metode pengambilan keputusan yang berbasis indeks

kinerja yang umum dipakai dalam manajemen produksi dan operasi.

Sementara itu Instrumen yang digunakan dalam penyusunan Indonesia

Governance Index (lGI) adalah dengan menggunakan kuesioner dan

USER 76

pembobotan setiap pertanyaan yang diadopsi dari Kemitraan tahun 2014.

Pengolahan dan analisis data dengan metode perbandingan

eksponensial dan analisis deskriptif.

e. PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

1) Kondisi Tata kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul menurut empat pilar

Tata Kelola Pemerintahan.

Tata Kelola Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarata yang

mencakup 4 daerah kabupaten dan 1 kota memiliki nilai indeks tertinggi

dalam program Indonesian Governance Indeks, menurut Kemitraan 2012

nilai indeks IGI Provinsi DIY yaitu sebesar 6,8 dan memiliki nilai 6,85 pada

tahun 2014. Dalam menjalankan 4 pilar tata kelola pemerintahan

pemerintah daerah, membutuhkan reformasi tata kelola pemerintahan

daerah, yang terdiri dari; demokrasi melalui pilkada, sumber daya manusia

(SDM), kebijakan, sistem, dan investasi.

a) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten di Arena Pejabat Politik Pemerintahan Kabupaten Bantul.Sebagai salah satu decision maker di wilayah Kabupaten Bantul,

kualitas sumber daya manusia DPRD tentunya harus diperhatikan.

Kualitas SDM dapat diukur salah satunya dari segi pendidikan yang

ditempuh oleh para anggota DPR. Berdasarkan hasil survei yang

dilakukan anggota DPRD dari Partai PDIP berpendidikan S1 dan

SLTA. Untuk Partai Gerindra, anggota DPRD didominasi oleh lulusan

SLTA yaitu sebanyak 50%. Berdasarkan survei yang telah dilakukan

anggota DPRD Kabupaten Bantul Partai PAN sebagaian besar

berpendidikan S1 yaitu sebanyak 83%. Untuk anggota DPRD Partai

GOLKAR, jenjang pendidikan dari S1 sebanyak 40%. Berdasarkan

survei yang telah dilakukan tingkat pendidikan anggota DPRD Partai

PKB seluruhnya dari lulusan SLTA, dan untuk Partai PKS 50%

memiliki tingkat pendidikan S1 dan sisanya adalah lulusan SLTA.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan tingkat pendidikan DPRD

Partai PPP adalah 75% adalah lulusan SLTA. Untuk Partai Nasional

Bintang Demokrat, 50% adalah lulusan S2.

USER 77

Dalam menjalankan implementasi kebijakan pemerintah daerah perlu

adanya 6 prinsip tata kelola pemerintah untuk arena pemerintahan, 6

prinsip tersebut adalah:

(1). Prinsip PartisipasiPrinsip partisipasi yang diartikan sebagai prinsip yang ikut bagian

dalam pengambilan keputusan memperlihatkan bahwa arena

pemerintah/DPRD Kabupaten Bantul memiliki nilai indeks rata-

rata partisipasi sebesar 8,5 dan merupakan nilai prinsip tata kelola

pemerintahan tertinggi kedua setelah prinsip transparansi. Nilai

indeks rata-rata prinsip partisipasi yang mencapai 8,5 ini

menunjukkan bahwa kondisi partisipasi anggota DPRD

Kabupaten Bantul tergolong baik. Wujud nyata fungsi kerangka

kebijakan dilakukan dengan partisipasi anggota DRPD Kabupaten

Bantul hadir dalam rapat paripurna proses penyusunan anggaran

(APBD), peraturan daerah maupun diskusi mengenai konsultasi

penyusunan peraturan daerah. Sementara itu, wujud nyata dari

fungsi koordinasi pembangunan diwujudkan dengan kelembagaan

pengaduan masyarakat di DRPD Kabupaten Bantul yang

berfungsi dengan baik.

(2). Prinsip TransparansiPrinsip transparansi DPRD Kabupaten Bantul merupakan prinsip

dengan nilai paling tinggi dibandingkan dengan prinsip-prinsip

lainnya. Nilai indeks rata-rata prinsip transparansi DPRD

Kabupaten Bantul sebesar 8,56 yang memiliki arti bahwa kondisi

transparansi di DPRD Kabupaten Bantul tergolong dalam kategori

baik. Prinsip transparansi yang paling menonjol adalah terlibatnya

masyarakat dalam setiap penyusunan peraturan daerah.

(3) Prinsip KeadilanHasil pengolahan data pada prinsip keadilan menunjukkan bahwa

nilai indeks rata-rata prinsip keadilan DPRD Kabupaten sebesar

8,26. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Kategori baik

tersebut juga didukung oleh fungsi koordinasi pembangunan yang

memiliki nilai indeks sebesar 8,00, yaitu kegiatan rapat kerja

DPRD Kabupaten Bantul selalu melibatkan Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) sebagai pelaku teknis pembuatan kajian maupun

USER 78

studi pembangunan dan pengembangan masyarakat serta

wilayah. Distribusi yang sesuai dengan kapasitas OPD tersebut

memperlihatkan bahwa DPRD Kabupaten Bantul memiliki prinsip

keadilan dalam pembuatan kebijakan yang diharapkan dapat

implementatif untuk masyarakat melalui diskusi dengan pihak

teknis yang diasumsikan sebagai pihak yang mengetahui kondisi

nyata masyarakat maupun kondisi wilayah.

(4) Prinsip AkuntabilitasAkuntabilitas sebagai prinsip pertanggungjawaban DPRD

Kabupaten Bantul mengenai hasil kewenangan DPRD Kabupaten

Bantul kepada masyarakat. Hasil data menunjukkan bahwa

prinsip rata-rata akuntabilitas DPRD Kabupaten Bantul sebesar

7,88. Nilai 7,88 merupakan nilai terendah dari keenam prinsip tata

kelola pemerintah Kabupaten Bantul. Nilai tersebut menjelaskan

bahwa kondisi akuntabilitas DPRD Kabupaten Bantul memiliki

kecenderungan baik. Nilai indeks baik tersebut dibuktikan dengan

kehadiran anggota DPRD Kabupaten Bantul dalam setiap

pembahasan peraturan daerah.

(5) Prinsip EfisiensiEfisiensi dalam arena pemerintahan dikaitkan dengan kegiatan

pelaksanaan kebijakan maupun program telah menggunakan

sumber daya baik manusia, waktu maupun anggaran secara

optimal. Hal ini mengandung makna bahwa pelaksanaan kegiatan

atau program oleh DPRD Kabupaten Bantul harus sudah tepat

waktu dan sasaran. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai

indeks rata-rata prinsip efisiensi sebesar 8,22 yang memiliki

makna bahwa prinsip tersebut termasuk dalam kategori baik. Nilai

pada prinsip ini disebabkan oleh DPRD Kabupaten Bantul

berpersepsi bahwa anggaran perjalanan dinas DPRD Kabupaten

Bantul sudah sesuai dengan kebutuhan peningkatan kinerja

DPRD Kabupaten Bantul.

(6) Prinsip Efektivitas

USER 79

Prinsip efektivitas berhubungan dengan semakin tingginya

capaian hasil. Apabila dikaitkan dengan tata kelola pemerintahan

maka kemampuan DPRD Kabupaten Bantul menghasilkan produk

yang implementatif akan disebut efektif. Berdasarkan hasil olah

data diperoleh nilai indeks rata-rata dalam prinsip ini sebesar 8,18

yang tergolong dalam kategori baik. Hal tersebut memperlihatkan

bahwa rumusan kebijakan maupun kegiatan yang dilakukan oleh

DPRD Kabupaten Bantul dapat terimplementasi dengan baik di

masyarakat.

b) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten di Arena Birokrasi Kabupaten Bantul.(1) Prinsip Partisipasi

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dapat

diketahui bahwa nilai indeks prinsip partisipasi arena birokrasi

memiliki nilai indeks tertinggi dibandingkan dengan 5 prinsip

lainnya, yaitu bernilai 8,24. Nilai partisipasi yang tergolong sangat

baik di arena birokrasi Kabupaten Bantul, menunjukan bahwa,

arena birokrasi atau dapat disebut juga dengan Operasional

Perangkat Daerah (OPD) sangat baik dalam menjalankan peran

untuk berpartisipasi aktif dalam penyusunan kebijakan-kebijakan

daerah seperti penyusunan perda.

(2) Prinsip TransparansiPrinsip transparansi arena birokrasi memiliki nilai 8,00 nilai

tersebut tertinggi keempat jika dibandingkan dengan nilai indeks

prinsip-prinsip lainnya. Besaran nilai indeks tersebut

merepresentasikan bahwa kondisi transparansi di arena birokrasi

Kabupaten Bantul tergolong baik. Nilai tersebut diwujudkan dalam

kegiatan memberikan kemudahan akses data oleh masyarakat

umum.

(3) Prinsip KeadilanBerdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dapat

diketahui nilai indeks prinsip keadilan Kabupaten Bantul sebesar

7,95 yang tergolong dalam kategori baik. Prinsip keadilan di arena

birokrasi Kabupaten Bantul salah satu penerapannya berupa

USER 80

implementasi perda dan produk hukum terkait dengan

perlindungan kelompok terpinggirkan (perempuan, anak, ODHA,

disabilitas). Contoh implementasinya berupa hampir setiap

gedung baru dilingkup arena birokrasi di Kabupaten Bantul sudah

dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung mobilitas kelompok

difabel seperti jalur khusus kursi roda.

(4) Prinsip AkuntabilitasHasil pengolahan data menunjukkan besaran nilai indeks yang

diperoleh oleh prinsip akuntabilitas, yaitu 7,94, meskipun angka

tersebut adalah yang terendah dari prinsip-prinsip yang lainnya.

Nilai indeks prinsip akuntabilitas ini paling tinggi jika dibandingkan

dengan nilai indeks pada prinsip lainnya. Hasil olah data di

lapangan menunjukkan bahwa prinsip akuntabilitas tersebut

adalah capaian hasil kegiatan yang sesuai dengan target, seperti

tingkat audit BPK yang masih kecil. Hal ini menandakan bahwa

rincian program dan anggaran yang dibuat oleh arena ini tidak

mengalami pembengkakan dan terserap sesuai dengan

rancangan awal.

(5) Prinsip EfisiensiHasil dari penilaian prinsip efisiensi tata kelola pemerintahan di

Kabupaten Bantul dari arena birokrasi menunjukkan nilai indeks

8,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa prinsip efisiensi termasuk

cenderung baik. Tingkat efisiensi tersebut tercermin dari adanya

biaya tak terduga yang muncul dan efisiensi belanja langsung per

kapita.

(6) Prinsip EfektivitasHasil dari penilaian tata kelola pemerintahan di Kabupaten Bantul

dari arena birokrasi menunjukkan 8,13 untuk prinsip efektivitas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa prinsip efektivitas pada arena

birokrasi tahun 2018 termasuk dalam kriteria baik. Adapun hal-hal

yang mempengaruhi perolehan nilai tersebut salah satunya yakni

USER 81

dilakukannya evaluasi terhadap pelayaan melalui poling kepuasan

pelanggan di instansi masing-masing OPD.

c) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten di Arena Masyarakat Sipil Kabupaten Bantul.(1) Prinsip Partisipasi

Prinsip partisipasi dalam arena masyarakat sipil termasuk dalam

kategori baik dengan nilai indeks 7,62. Berdasarkan hasil

pengolahan data yang dilakukan nilai prinsip partisipasi

merupakan nilai tertinggi kedua setelah prinsip transparansi. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tata kelola pemerintahan dalam

arena masyarakat sipil telah dinilai baik untuk turut serta dalam

pemberdayaan Kabupaten Bantul.

(2) Prinsip TransparansiPrinsip transparansi dalam masyarakat sipil termasuk dalam

kategori baik dengan nilai indeks 7,64. Hal ini dapat dilihat dari

salah satu contoh perwakilan masyarakat yang disurvey yaitu

dilingkungan akademisi di mana pihak akademisi/ perguruan

tinggi/profesional telah memberikan pelayanan yang baik kepada

masyarakat umum yang belum memanfaatkan akses online

karena keterbatasan sarana yang dimiliki.

(3) Prinsip KeadilanPrinsip keadilan dalam masyarakat sipil termasuk dalam kategori

cenderung baik dengan nilai indeks 7,36. Hal ini dipengaruhi oleh

fungsi pemberdayaan dan fungsi advokasi pada prinsip keadilan

di arena masyarakat sipil yang belum terimplementasi secara

maksimal.

(4) Prinsip AkuntabilitasPrinsip akuntabilitas dalam masyarakat ekonomi termasuk dalam

kategori baik dengan nilai indeks 7,52. Wujud nyata dari

akuntabilitas masyarakat sipil yang ada di Kabupaten Bantul

adalah kepatuhan dari masyarakat sipil dalam membayar pajak

USER 82

yang dibuktikan dengan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP).

(5) Prinsip EfisiensiPrinsip efisiensi dalam akademisi/perguruan tinggi/profesional

termasuk dalam kategori baik dengan nilai indeks 7,44. Prinsip

efisiensi ini menunjukkan bahwa kebijakan dan program yang

dijalankan oleh pemerintahan dari segi masyarakat ekonomi

sudah menggunakan sumberdaya manusia, keuangan dan waktu

yang cukup optimal.

(6) Prinsip EfektivitasPrinsip efektivitas dalam akademisi/perguruan tinggi/profesional

termasuk dalam kategori baik dengan nilai indeks 7,80. Penilaian

tersebut didasarkan pada beberapa hal seperti keberlanjutan

untuk melayani pendidikan, kontribusi dalam melayani masyarakat

dan berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat sekitar

maupun Kabupaten Bantul.

d) Kondisi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul di Arena Masyarakat Ekonomi Penilaian pada arena masyarakat ekonomi meliputi 6 prinsip tata

kelola pemerintah yaitu prinsip partisipasi, transparansi, keadilan,

akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

(1) Prinsip PartisipasiPrinsip partisipasi berada di urutan ketiga setelah prinsip

transparansi dan efektivitas. Berdasarkan kriteria skala indeks

Kemitraan nilai indeks prinsip partisipasi sebesar 7,80 termasuk

dalam kategori baik. Hal itu terjadi karena tingkat partisipasi

masyarakat ekonomi dalam organisasi sudah baik, dimana ini

dapat dibuktikan dengan banyaknya pengusaha yang sudah

bergabung dalam kegiatan assosiasi seperti Asosiasi Pengusaha

Indonesia (APINDO).

(2) Prinsip Transparansi

USER 83

Arena masyarakat ekonomi di Kabupaten Bantul memiliki nilai

prinsip transparansi sebesar 7,86, skala nilai indeks ini tergolong

baik. Nilai prinsip transparansi di arena masyarakat ekonomi ini

merupakan tertinggi ke 2 setelah prinsip efektivitas. Hal ini dapat

dibuktikan dengan telah dimilikinya akses informasi melalui media

informasi terkait dengan produk yang dijual di beberapa

perusahaan yang ada.

(3) Prinsip KeadilanBerdasarkan kriteria skala indeks dari Kemitraan, nilai indeks

prinsip keadilan 7,60 termasuk dalam kategori cenderung baik.

Salah satu upaya penerapan prinsip keadilan pada arena

masyarakat ekonomi di Kabupaten Bantul yaitu persaingan tender

barang dan jasa oleh perusahaan di Kabupaten Bantul tergolong

persaingan yang sehat dan sportif.

(4) Prinsip AkuntabilitasNilai indeks prinsip akuntabilitas pada arena masyarakat ekonomi

memiliki nilai 7,82 dan masuk dalam kategori baik. Salah satu

faktor yang mempengaruhi tingginya nilai indeks akuntabilitas

arena masyarakat ekonomi di Kabupaten Bantul yaitu kepatuhan

pelaku ekonomi untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar

pajak dan retribusi serta tanggung jawab terhadap pengelolaan

lingkungan merupakan faktor yang menjelaskan tingginya nilai

akuntabilitas di arena masyarakat ekonomi.

(5) Prinsip EfisiensiBerdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, prinsip

efisiensi memiliki nilai 7,84 dan masuk dalam kategori baik.

Tingkat efisiensi tersebut tercermin dari sedikitnya keterlibatan

koperasi pada kegiatan masyarakat ekonomi. Hal tersebut

menunjukkan pemberdayaan koperasi yang belum optimal di

pemerintahan Kabupaten Bantul.

(6) Prinsip Efektivitas

USER 84

Dari hasil pengolahan data, prinsip efektivitas merupakan prinsip

tertinggi dibanding dengan prinsip lainnya dengan nilai 7,96. Hal

ini dapat dilihat dari kontribusi pengusaha dalam meningkatkan

penyerapan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, selain itu,

keberlanjutan usaha masyarakat ekonomi juga menjadi salah satu

tolak ukur tingkat efektivitas.

2) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul Antar Arena Tata Kelola Pemerintahan.a) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Partisipasi Tata Kelola Pemerintahan

Kabupaten Bantul.Dari hasil pengolahan data diketahui nilai indeks paling tinggi ada

pada arena pejabat politik dengan perolehan nilai indeks sebesar 8,5

dan terendah pada arena masyarakat sipil dengan nilai indeks 7,46.

Namun demikian berdasarkan kriteria skala indeks Kemitraan, nilai

indeks prinsip partisipasi pada setiap arena ini termasuk dalam

kategori baik.

b) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Transparansi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Pada indeks prinsip transparansi diketahui nilai indeks paling tinggi

ada pada arena pejabat politik dengan perolehan nilai indeks sebesar

8,56 dan terendah pada arena masyarakat sipil dengan nilai indeks

7,44. Meskipun demikian berdasarkan kriteria skala indeks Kemitraan

nilai indeks prinsip transparansi pada 4 arena termasuk dalam kategori

baik. Variabel pada prinsip transparansi yang dinilai, kurang lebih

adalah tentang kemudahan akses informasi secara 2 arah (dari

pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya).

c) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Keadilan Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Pada prinsip ini, nilai tertinggi ada di arena pejabat politik yaitu 8,26

dan nilai terendah ada pada arena masyarakat sipil yaitu 7,22. Prinsip

keadilan untuk arena birokrasi, pejabat politik, dan masyarakat

ekonomi termasuk dalam kategori baik, sedangkan untuk arena

masyarakat sipil berada pada kategori cenderung baik. Prinsip

USER 85

keadilan tertiggi berada pada prinsip pejabat politik. Pada arena ini

prinsip keadilan yang ditekankan adalah masalah kesetaraan gender,

pemerataan peraturan untuk seluruh lapisan masyarakat, dan

distribusi anggota internal pejabat politik untuk masing-masing komisi.

d) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai indeks prinsip

akuntabilitas di setiap arena tata kelola pemerintahan termasuk dalam

kategori baik karena memiliki skala nilai indeks rata-rata diantara 7,43

- 8,71, kecuali untuk arena masyarakat sipil yang masuk dalam

kategori cenderung baik karena nilai indeksnya hanya 7,38. Hal ini

menunjukan bahwa kesadaran masyarakat sipil terhadap prinsip

akuntabilitas masih kurang.

e) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Efisiensi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Pada prinsip ini nilai indeks tertinggi ada pada arena pejabat politik

dengan nilai 8,22, dimana nilai ini termasuk dalam kategori baik. Hal

ini menunjukkan bahwa pada arena pejabat politik, sudah terdapat

peningkatan dalam pemanfaatan waktu dalam menyusun peraturan

daerah, efisien dalam budgeting yang termasuk didalamnya rasio

anggaran aparatur dan realisasi belanja perjalanan dinas.

f) Kondisi Nilai Indeks Prinsip Efektivitas Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul.Prinsip efektivitas pada penyelenggaraan tata kelola pemerintah

Kabupaten Bantul paling tinggi diraih oleh arena pejabat politik dengan

nilai 8,2. Parameter prinsip efektivitas diarena pejabat politik antara

lain adalah ketepatan waktu dalam pengesahan APBD dan peraturan

daerah, implementasi perda terhadap peraturan bupati, implentasi

kunjungan kerja terhadap peraturan daerah dan pembangunan

daerah.

3) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Bantul Tahun 2017 dan Tahun 2018.

USER 86

a) Prinsip Partisipasi.Dibandingkan dengan tahun 2017, maka pada tahun 2018 nilai indeks

prinsip partisipasi mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan.

Arena birokrasi mengalami penurunan sebesar 0,07, arena

pemerintahan/pejabat politik mengalami peningkatan sebesar 1,09,

arena masyarakat sipil mengalami penurunan 0,23 dan arena

masyarakat ekonomi mengalami penurunan sebesar 0,8.

b) Prinsip Transparansi.Dibandingkan dengan tahun 2017 maka tahun 2018 nilai indeks

prinsip partisipasi mengalami penurunan pada arena birokrasi dan

masyarakat sipil, yaitu arena birokrasi mengalami penurunan sebesar

0,04, sementara pada arena masyarakat sipil mengalami penurunan

sebesar 0,23. Sedangkan pada arena pemerintah/pejabat politik dan

masyarakat ekonomi mengalami peningkatan nilai indeks, yaitu arena

pemerintahan/pejabat politik mengalami peningkatan sebesar 1,05,

sementara arena masyarakat ekonomi mengalami peningkatan

sebesar 0,6.

c) Prinsip KeadilanDalam konsep demokrasi, setiap struktur sosial dan jenis kelamin

memiliki kontribusi yang sama untuk berperan serta dalam

penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan kinerja pemerintahan

sesuai dengan kapasitas dan fungsi dari masing-masing lapisan

tersebut, hal ini menyebabkan adanya kesetaraan dan kemudahan

dalam memperoleh akses kegiatan. Kondisi ini menjadi perhatian

masyarakat publik, sehingga tidak heran apabila ada peningkatan nilai

keadilan dalam tatanan masyarakat. Berdasarkan hasil pengolahan

data yang dilakukan, terlihat bahwa nilai indeks rata-rata prinsip

keadilan disetiap arena tata kelola pemerintahan Kabupaten Bantul

mengalami peningkatan

d) Prinsip AkuntabilitasAkuntabilitas merupakan prinsip yang menggambarkan kesesuaian

rencana dengan target, hal ini berarti bahwa prinsip ini harus dimiliki

oleh semua arena yang ada di tata kelola pemerintahan. Dari hasil

USER 87

Analisa dapat dilihat perbandingan kondisi prinsip akuntabilitas di

setiap arena tata kelola pemerintahan, dimana dalam kurun waktu 1

(satu) tahun sudah terdapat perubahan nilai indeks rata-rata prinsip

akuntabilitas.

e) Prinsip EfisiensiDari 4 (empat) arena pemerintahan yang telah dianalisis, dapat dilihat

bahwa peringkat nilai indeks prinsip efisiensi pada tahun 2018 dan

2017 ada yang mengalami peningkatan maupun penurunan. Nilai

indeks tertinggi ada pada arena pejabat politik yaitu mencapai angka

8,22, kemudian disusul arena birokrasi, masyarakat ekonomi, dan

masyarakat sipil.

f) Prinsip EfektivitasDari 4 (empat) arena pemerintahan yang telah dianalisis, dapat dilihat

bahwa peringkat nilai indeks prinsip efektivitas pada tahun 2018 dan

2017 agak sedikit berbeda. Pada tahun 2018 indeks tertinggi ada pada

arena pejabat politik, kemudian disusul arena birokrasi, masyarakat

ekonomi, dan masyarakat sipil. Sedangkan pada tahun 2017, indeks

tertinggi ada pada arena birokrasi, kemudian disusul arena

masyarakat ekonomi, masyarakat sipil dan pemerintah/pejabat publik.

4) Analisa Bayers

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa dari keempat

arena, arena pemerintah/pejabat politik di Kabupaten Bantul pada tahun

2018 masih termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan hasil

rekap data lapangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari peringkat

yang terlihat berdasarkan metode bayes, perbaikan tata kelola pada arena

masyarakat sipil publik perlu dilakukan secara lebih mendalam sehingga

nilai dan kategori dari arena tersebut bisa meningkat pada tahun

berikutnya, paling tidak setara dengan ketiga arena lain.

f. KESIMPULAN

1) Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dibuat, dapat

disimpulkan bahwa:

USER 88

Kondisi Tata Kelola Pemerintahan di Arena Pemerintahan Kabupaten

Bantul:

a) Nilai indeks prinsip partisipasi dari 4 (empat) arena cenderung

bervariatif, tetapi masuk dalam kategori baik;

b) Nilai indeks prinsip transparansi di setiap arena termasuk dalam

kategori baik;

c) Nilai indeks prinsip keadilan termasuk dalam kategori cenderung baik

pada semua arena, kecuali arena birokrasi yang termasuk dalam

kategori baik;

d) Nilai indeks prinsip akuntabilitas termasuk dalam kategori baik di

setiap arena;

e) Nilai indeks prinsip efisiensi termasuk dalam kategori baik di setiap

arena;

f) Nilai indeks prinsip efektivitas termasuk dalam kategori baik di setiap

arena;

2) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten

Bantul Antar Arena adalah :

a) Nilai indeks prinsip partisipasi adalah 8,24 pada arena

pemerintah/pejabat publik; 8.5 pada arena birokrasi; 7.46 pada arena

masyarakat sipil; 7.8 pada masyarakat ekonomi;

b) Nilai indeks prinsip transparansi adalah 8 pada arena

pemerintah/pejabat publik; 8.56 pada arena birokrasi; 7.44 pada arena

masyarakat sipil; 7.86 pada masyarakat ekonomi;

c) Nilai indeks prinsip keadilan adalah 7,95 pada arena

pemerintah/pejabat publik; 8,26 pada arena birokrasi; 7,22 pada arena

masyarakat sipil; 7.6 pada masyarakat ekonomi;

d) Nilai indeks prinsip akuntabilitas adalah 7,94 pada arena

pemerintah/pejabat publik; 7,88 pada arena birokrasi; 7.38 pada arena

masyarakat sipil; 7,82 pada masyarakat ekonomi;

e) Nilai indeks prinsip efisiensi adalah 7,81 pada arena

pemerintah/pejabat publik; 8,22 pada arena birokrasi; 7.44 pada arena

masyarakat sipil; 7.8 pada masyarakat ekonomi;

USER 89

f) Nilai indeks prinsip efektivitas adalah 8,1 pada arena

pemerintah/pejabat publik; 8,2 pada arena birokrasi; 7.8 pada arena

masyarakat sipil; 8 pada masyarakat ekonomi.

3) Perbandingan Nilai Indeks Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten

Bantul Tahun 2017 dan Tahun 2018

a) Kondisi partisipasi di tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 mengalami

kenaikan kecuali di arena masyarakat sipil;

b) Keenam prinsip pada arena masyarakat sipil semuanya mengalami

penurunan dari tahun 2018 ke tahun 2017.

g. REKOMENDASI DAN STRATEGI KEBIJAKAN TATA KELOLA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018 DAN TAHUN 2019.

Berisi tabel rekomendasi dan strategi kebijakan tata kelola pemerintahan

kabupaten Bantul tahun 2019, yang didasarkan pada nilai indeks di masing-

masing prinsip dari setiap arena.

Tabel rekomendasi diharapkan menjadi salah satu pedoman unuk melakukan

peningkatan kondisi tata kelola pemerintahan di kabupaten Bantul.

5. WORKSHOP DIGITALISASI EKONOMIMasalah yang dialami pengusaha kecil dan menengah di Indonesia masih seputar

upaya pengembangan usaha, mulai dari masalah akses pembiayaan sampai pada

masalah akses informasi yang asimetris, dimana masalah ini menyebabkan UMKM

kesulitan dalam menyediakan bahan baku yang murah dan berkualitas.

Perkembangan teknologi mengubah model bisnis yang selama ini berlaku.

Teknologi digital memungkinkan tiap orang bisa terkoneksi satu sama lain, dan arus

informasi menjadi lebih cepat dan terbuka, tanpa mengenal batasan negara dan

wilayah. Transaksi yang sebelumnya harus dilakukan dengan berhadapan

langsung, sekarang bisa dilakukan secara online, dengan kondisi ini maka semua

harus melakukan penyesuaian, tidak hanya secara individu, tetapi juga dalam

industri dan kegiatan bisnis, terutama UMKM yang menjadi salah satu tulang rusuk

ekonomi nasional.

Workshop dilaksanakan dengan tujuan untuk membuka wawasan masyarakat

terutama pemilik UMKM, dengan difasilitasi oleh pemerintah mencari celah agar

bisa terlibat aktif dalam membesarkan UMKM, terutama untuk pasar digital,

mengingat begitu besar prospek ekspansi bisnis yang bisa diraih UMKM lewat cara

ini.

USER 90

Dari hasil pelaksanaan workshop diperoleh Kesimpulan :

a. Beberapa hal yang harus ada ketika akan melakukan usaha secara online,

diantaranya adalah :

1) Ketersediaan akses digital (jaringan)

Adanya piranti usaha seperti Laptop (produktifitas), HP ( pemasaran);

2) Adanya servise – servise jaringan;

3) Adanya aplikas, dimana aplikasi ini tentunya berbeda antara usaha

kerajinan, kuliner dan pariwisata;

4) Pelaku, dalam arti ada yang menjual, bisa lewat komunitas, organisasi dll.

b. Yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan UMKM adalah bahwa di

era digital ini kecenderungan orang membeli bukan untuk membeli produk, akan

tetapi lebih pada pengalaman, cerita dibalik produk, nilai filosofi dsb;

c. Suatu produk dibuat bukan untuk dinikmati sendiri akan tetapi untuk dijual, jadi

yang utama adalah produk itu menarik bagi calon konsumen, bisa dari segi

tampilan, kemasan maupun teknik pemasaran;

d. Kondisi ini belum banyak dipahami oleh para pelaku UMKM, sehingga

diperlukan adanya campur tangan dari pemerintah, sebagaimana yang dilakukan

oleh Pemda Kulon Progo dengan aplikasi belabeliku.com

Belabeliku.com dibuat untuk melindungi semua produk UMKM Kulon Progo,

sehingga hanya UMKM yang berada di Kulon Progo saja yang bisa berjualan di

aplikasi ini. Pengelolaan aplikasi ini diserahkan kepada Perumda Aneka Usaha

Kulon Progo yang selanjutnya juga bekerjasama dengan sebuah perusahaan

besar;

e. Sebelum aplikasi ini dilaksanakan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan

oleh Pemda Kulon Progo, diantaranya adalah :

1) Melakukan sosialisasi terhadap seluruh UMKM;

2) Melakukan pelatihan terkait teknik membuat foto yang menarik, cara

menampilkan foto yang baik, cara menjual dsb

3) Pelatihan dilakukan per wilayah kecamatan serta lokasi pelatihan juga di

kecamatan,

4) Tahap selanjutnya adalah melakukan pelatihan di kantor Disperindag Kulon

Progo;

5) Menugaskan seorang admin yang selalu memantau dan membantu serta

mendampingi UKM ( memantau mana yang aktif dan mana yang tidak untuk

selanjutnya mengingatkan);

USER 91

f. Jika Pemda Kabupaten Bantul berencana melakukan hal sama, maka harus

memetakan UKM terlebih dulu, kemudian dicari permasalahan secara detil

selanjutnya melakukan pelatihan dan pendampingan sampai eksekusi

6. PENUTUPPelaksanaan program dan kegiatan bidang pemerintahan dilaksanakan dengan

melakukan koordinasi dengan Perangkat Daerah lain yang terkait, tentunya juga

melibatkan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan pihak pihak

yang memiliki keperdulian terhadap kondisi masyarakat di Bantul seperti asosiasi,

perguruan tinggi, media massa, LSM dll.

Model kerjasama dan kemitraan sebagaimana yang telah dilaksanakan tersebut

akan terus dilakukan dan ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya, sehingga upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayah

Kabupaten Bantul dapat segera terwujud.

USER 92