riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web...

75
Diktat Kuliah SISTEM MANAGEMEN LINGKUNGAN (SML) Untuk Kalangan Terbatas Pada Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Medan Area Oleh: Drs. Riyanto, Msc Medan 2017

Transcript of riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web...

Page 1: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

Diktat Kuliah

SISTEM

MANAGEMEN

LINGKUNGAN

(SML)

Untuk Kalangan Terbatas Pada

Mahasiswa Fakultas Biologi

Universitas Medan Area

Oleh:

Drs. Riyanto, Msc

Medan

2017

Page 2: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

2

Mata Kuliah Sistem Managemen LingkunganI. Pendahuluan Matakuliah ini adalah matakuliah program S1 yang mengkaji lingkungan hidup (LH), menganalisa kondisinya saat ini dan potensi permasalahannya kedepan, mempelajari UU dan peraturan yang mengatur pengelolaan LH, mempelajari pencegahan kerusakan LH secara pre-emtip, preventip, proaktip dan represip, membahas cara-cara mengaudit LH, mengevaluasi dan belaja cara memberikan rekomendasi perbaikan terhadap Lingkungan khususnya LH sekitar perusahaan yang berpotensi memberikan dampak negatip terhadap LH.

Tujuan mata kuliah Sistem managemen Lingkungan (SML) agar mahasiswa setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mahasiswa mengerti polecy tentang lingkungan hidup, aspek –aspek lingkungan hidup, peraturan pemerintah dan undang-undang yang berhubungan dengan lingkungan, UU dan peraturan yang mengatur pengelolaan LH, memahami pencegahan kerusakan LH secara pre-emtip, preventip, proaktip dan represip, mengetahui cara mengaudit LH, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan pencegahan kerusakan lingkungan akibat suatu aktifitas entitas bisnis tertentu.

Adapun outcome yang diharapkan dari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan:a. Mampu mempelajari dan mengembangkan sendiri (self-learning) berbagai teori ilmu yang

mendukung system managemen pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan hidup.b. Mampu melakukan analisis terhadap resiko dampak jika ada gangguan terhadap lingkungan

hidup c. Memiliki keluasan wawasan tentang isue-isue lingkungan hidup yang terus berkembangd. Memiliki wawasan untuk berkarir di bidang lingkungan hidup.

“Lingkungan didefinisikan sebagai sekitar kita yang berinteraksi baik sebagai individual atau dalam kelompok sosial dan termasuk aspek bio fisik dan sosial budaya.

Pengelolaan LH adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi : kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (UU.RI. No. 23 Tahun 1997) yang sekarang sudah dipernaharui menjadi UU.RI. No. 32 Tahun 2009

SML

SMK3

CSR

Lingk Fisik

•Apa itu SML•UU Ling Hidup•HCV•Flora & Fauna•ISO14000

LingkSosial

•SMK3•CD, CC, CSR

Text

Sisten Managemen Lingkungan

Certificataion for Inveronment

Round Table Sustainable Palm Oil

Sistem managemenKesehatan danKeselamatan Kerla

Corporate Social Responsibility

SML

I SO1400

RSPO

SMK3 & CSR

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko lingkungan.

Page 3: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

3

PRINSIP-PRINSIP DEKLARASI STOCKHOLM & RIO DE JANEIRO(diadopsi dalam perundang-undangan LH Nasional)

1. Tanggung jawab negara (State Responsibility)2. Hak dasar atas LH (Right to Environment)3. Keterpaduan pengelolaan LH4. Hak berperan serta (Popular Participations)5. Aksesibilitas pada informasi6. Precautionary Principles7. Polluter Pays Principle8. Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability)9. Keadilan inter dan antar generasi10. Kewajiban bekerjasama11. Aksesibilitas pada teknologi lingkungan12. Hak bersama atas SDA lintas batas

Note.Pengaturan ECO-SUSTAINABLE DEVELOPMENT1. Pemanfaatan SDA secara rasional2. Pembangunan tanpa merusak (Eco-Development)3. Keterpaduan pengelolaan (Integrated Policy)

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

CIRI-CIRI LINGKUNGANl Sistem (systems)l Berstruktur (structure)l Saling-Tergantung (interdependency)l Jaring kerja (networks)l Keanekaragaman (diversity)l Holistik (holistic)l Dinamis (dinamic)l Keseimbangan (equilibrium)

Page 4: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

4

Antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip

1. Ada yang bersifat pre-emtip (Kebijakan)Tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan KEPUTUSAN & PERENCANAAN seperti: penataan ruang dan AMDAL (Dilakukan Pemerintah Pusat)

2. Ada yang bersifat Preventip (Pencegahan)Tindakan pada tingkat PELAKSANAAN: evaluasi berbagai instrumen ekonomi (pajak & retribusi lingkungan, dana pelestarian lingkungan hidup), izin, dan penataan baku mutu buangan (Dilakukan Pemerintah Daerah)

3. Ada yang bersifat pro-aktipTindakan pada tingkat PRODUKSI dengan menerapkan standardisasi lingkungan seperti: ISO 14000, RSPO, ISPO

4. Ada yang bersifat represip Tindakan pada tingkat penindakan / hukuman / denda bagi para perusak atau pelanggar aturan Lingkungan Hidup lainnya.

Page 5: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

5

II. PERUNDANGAN YANG MENGANDUNG PENGATURAN LINGKUNGAN HIDUP a.l:

1. Hinder-Ordonnantie 19262. UU 5/1960: Agraria3. UU 11/1967: Pertambangan4. UU 11/1974: Pengairan5. UU 5/1984: Perindustrian6. UU 9/1985: Perikanan7. UU 5/1990: KSDAH8. UU 9/1990: Kepariwisataan9. UU 4/1992: Perumahan dan Permukiman10. UU 5/1992: Cagar Budaya11. UU 12/1992: SBD Tanaman12. UU 24/1992: Tata Ruang13. UU 6/1996: Perairan INA 14. UU 10/1997: Tenaga Nuklir15. UU 15/1997: Transmigrasi16. UU 41/1999: Kehutanan17. UU 22/2001: Migas18. UU 16/2002: Explorasi Angkasa19. UU 20/2002: Ketenagalistrikan20. UU 28/2002: Bangunan21. UU 17/2004: Protokol Kyoto22. UU 7/2004: SD Air23. UU 26/2007: Penataan Ruang24. UU 27/2007: Pngelolaan Pesisir25. UU 30/2007: Energi

UPAYA TERPADU Untuk Melestarikan Fungsi Lingkungan Hidup:

Kebijaksanaan PENATAAN LH PEMANFAATAN LH PENGEMBANGAN LH PEMELIHARAAN LH PEMULIHAN LH PENGAWASAN LH PENGENDALIHAN LH

UU dan Peraturan lainnya yang mempengaruhi system pengelolaan / managemen lingkungan.

UU No. 2 Tahun 1966 Hygiene

UU No. 5 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok KehutananUU No. 6 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan Dan Kesehatan Hewan

UU No. 11 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok PertambanganUU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

UU No. 16 Tahun 1985 Rumah SusunUU No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Page 6: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

6

UU No. 4 Tahun 1992 Perumahan dan PemukimanUU No. 24 Tahun 1992 Penataan Ruang

UU No. 5 Tahun 1994 Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)

UU No. 6 Tahun 1994 Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim)

UU No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU No. 41 Tahun 1999 KehutananUU No. 7 Tahun 2004 Sumberdaya Air

=Peraturan Pemerintah

PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi

PP No. 32 Thn 1969 Pelaksanaan Undang Undang No. 11 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan

PP No. 33 Thn 1970 Perencanaan Hutan

PP No. 7 Thn 1973 Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan PestisidaPP No. 19 Thn 1973 Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan

PP No. 11 Tahun 1975 Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi PP No. 12 Tahun 1975 Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya

PP No. 13 Tahun 1975 Pengangkutan Zat Radioaktip PP No. 27 Tahun 1980 Penggolongan Bahan-bahan Galian

PP No. 6 Tahun 1981 Iuran Pembiayaan Eksploitasi Dan Pemeliharaan Prasarana PengairanPP No. 22 Tahun 1982 Tata Pengaturan Air

PP No. 23 Tahun 1982 Irigasi PP No. 15 Tahun 1984 Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

PP No. 28 Tahun 1985 Perlindungan Hutan PP No. 4 Tahun 1988 Rumah Susun

PP No. 20 Tahun 1990 Pengendalian Pencemaran Air PP No. 27 Tahun 1991 Rawa

PP No. 35 Tahun 1991 Sungai PP No. 13 Tahun 1994 Perburuan Satwa Buru

PP No. 18 Tahun 1994 Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam

PP No. 6 Tahun 1995 Perlindungan TanamanPP No. 68 Tahun 1998 Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam

PP No. 6 Tahun 1999 Pengusahaan Hutan Dan Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi PP No. 7 Tahun 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Page 7: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

7

PP No. 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa LiarPP No. 18 Tahun 1999 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut PP No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara

PP No. 85 Tahun 1999 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

PP No. 10 Tahun 2000 Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah

PP No. 54 Tahun 2000 Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan

PP No. 63 Tahun 2000 Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion PP No. 102 Tahun 2000 Standardisasi Nasional

PP No. 4 Tahun 2001 Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan

PP No. 8 Tahun 2001 Pupuk Budidaya Tanaman

PP No. 82 Tahun 2001Penjelasan

Pengolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

PP No. 74 Tahun 2001PenjelasanLAMPIRAN-1LAMPIRAN-2

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

PP No. 26 Tahun 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif

PP No. 27 Tahun 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif

Keputusan Presiden

Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora

Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986 Pengesahan International Convention For The Prevention Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol

Keputusan Presiden No. 49 Tahun 1986 Pengesahan Convention On The Physical Protection Of Nuclear Material

Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1987Pengesahan Amandemen 1979 Atas Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora, 1973

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1991 Pengesahan Convention On Wetlands Of International Importance Especially As Waterfowl Habitat

Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 Satwa Dan Bunga Nasional

Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1993Pengesahan Basel Convention On The Control Of Transboundary Movements Of Hazardous Wastes And Their Disposal

Page 8: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

8

Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1993 Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang NasionalKeputusan Presiden No. 22 Tahun 1995 Pembentukan Tim Pengamanan Hutan Terpadu

Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 Reklamasi Pantai Utara JakartaKeputusan Presiden No. 73 Tahun 1995 Reklamasi Pantai Kapuknaga, Tangerang

Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1998 Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser

Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara

Keputusan Presiden No. 102 Tahun 2001 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan organisasi, Dan Tata Kerja Departemen

Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen

Keputusan Presiden No. 106 Tahun 2001 Pengesahan Convension On Nuclear Safety (Konvensi Tentang Keselamatan Nuklir)

Instruksi Presiden

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1982 Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Tahun 1982 / 1983

Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2001Pemberantasan Penebangan Kayu Illegal (Illegal Logging) Dan Peredaran Hasil Hutan Illegal Di Kawasan Ekosistem Leuser Dan Taman Nasional Tanjung Puting

Peraturan MenteriPeraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982 Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989 Persyaratan Kesehatan Rumah Makan Dan RestoranPeraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun 1989 Pembagian Wilayah Sungai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 Tahun 1990 Pengendalian Mutu Air Pada Sumber Sumber Air

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 48 Tahun 1990

Pengelolaan Atas Air Dan Atau Sumber Air Pada Wilayah Sungai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990

Tata Cara Dan Persyaratan Izin Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993

Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 Reklamasi Rawa

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 65 Tahun Penyuluhan Pengairan

Page 9: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

9

1993Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 67 Tahun 1993 Panitia Tata Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 05 Tahun 1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahunan 2006

Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2007

Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan

Keputusan Bersama MenteriKeputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum Dan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 04 Tahun 1991 dan 76 Tahun 1991

Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air Untuk Kegiatan Usaha Pertambangan Termasuk Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi

Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup /Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 183/Menkes/SKB/II/1993 No.Kep-09/Bapedal/O2/1993

Pelaksanaan Pemantauan Dampak Lingkungan

Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan Dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, Dan Menteri Negara Pangan Dan Hortikultura No. 998.1/Kpts/OT.201/9/1999 790.a/Kpts-IX/1999 1145A/MENKES/SKB/IX/1999 015A/NMenegPHOR/09/1999

Keamanan Hayati Dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik

Keputusan Menteri

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/Um/1/1975

Pembinaan Kelestarian Kekayaan Yang Terdapat Dalam Sumber Perikanan Indonesia

Keputusan Menteri Pertanian No. 944 Tahun 1984 Pembatasan Pendaftaran Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 536 Tahun 1985 Pengawasan Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 541 Tahun 1996 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 543 Tahun 1996 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 544 Tahun 1996 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Bahan Teknis Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 546 Tahun 1996 Pemberian Izin Dan Perluasan Penggunaan Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 688 Tahun 1998 Perubahan Anggota Komisi Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 763 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida

Page 10: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

10

Tahun 1998Keputusan Menteri Pertanian No. 764 Tahun 1998 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian No. 818 Tahun 1998

Laporan Pemantauan Limbah Cair Kegiatan/Usaha Dan Atau Industri Pertanian

Keputusan Menteri Pertanian No. 949 Tahun 1998 Pestisida Terbatas

Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1985 Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahaan Industri

Keputusan Menteri Perindustrian No. 250 Tahun 1994

Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri

Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1995

Penetapan .Jenis Dan Komoditi Industri Yang Proses Produksinya Tidak Merusak Ataupun Membahayakan Lingkungan Serta Tidak Menggunakan Sumber Daya Alam Secara Berlebihan

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 458 Tahun 1986

Ketentuan Pengamanan Sungai Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C

Keputusan Menteri Perhubungan No. 167 Tahun 1986

Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dan Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan Cair Beracun

Keputusan Menteri Perhubungan No. 215 Tahun 1987 Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah Dari Kapal

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

Keputusan Menteri Kehutanan No.756 Tahun 1990

Penetapan Kelompok Hutan Rawa Aopa Watumohai Yang Terletak di Propinsi Dati I Sulawesi Tenggara Seluas 12.825 HA, Di Kabupaten Dati II Kolaka Seluas 12.825 HA, Di Kabupaten Dati II Buton Seluas 45.605 HA Dan Di Kabupaten Dati II Kendari Seluas 46.764 HA S

Keputusan Menteri Kehutanan No. 252 Tahun 1993

Kriteria Dan Indikator Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia Secara Lestari

Keputusan Menteri Kehutanan No. 26 Tahun 1994

Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascilularis), Beruk (Macaca Nemesterina) Dan Ikan Arowana ( Sceleropages Formasus) Untuk Keperluan Eksport

Keputusan Menteri Kehutanan No. 154/Kpts-II/1997

Perubahan Fungsi Dan Penunjukan Cagar Alam Lorentz Seluas ?1.907.500 Hektar, Hutan Lindung Gunung Trikora Seluas ? 373.125 Hektar, Dan Perairan Sekitarnya Seluas ? 224.975 Hektar Yang Terletak di Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Sebagai Taman Nasional

Keputusan Menteri Kehutanan No. 20 Tahun 2001 Pola Umum Dan Standar Serta Kriteria Rehabilitasi Hutan Dan Lahan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 32/Kpts-II/2001 Kriteria Dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 70 Tahun 2001

Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status Dan Fungsi Kawasan Hutan Menteri Kehutanan

Page 11: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

11

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 86 Tahun 1990 Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas Dan Pengawasannya

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 1991 Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 1992

Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I Dan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 84 Tahun 1993 Bentuk Peraturan Daerah Dan Peraturan Daerah Perubahan

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 98 Tahun 1996

Pedoman Pembentukan, Organisasi Dan Tatakerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 179 Tahun 1996

Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pengelolaan Sumber Daya Air

Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah No. 50 Tahun 2000 Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1993 Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 1994

Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1994 Pedoman Susunan Keanggotaan Dan Tata Kerja Komisi AMDAL

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 1994 Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1994 Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994 Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1995 Pemberian Penghargaan Kalpataru

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 1995

Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru Masa Bakti 1995-1998

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 24 Tahun 1995

Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 1995

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1995 Program Kali Bersih

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 1995

Pedoman Pelaksanaan Kebersihan Kota Dan Pemberian Penghargaan Adipura

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 54 Tahun 1995

Pembentukan Komisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Terpadu Multisektor Dan Regional

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional

Page 12: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

12

Hidup No. 55 Tahun 1995Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 57 Tahun 1995

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha Atau Kegiatan Terpadu/Multisektor

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35-A Tahun 1995

Program Penilaian Kinerja Perusahaan / Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran Dalam Lingkup Kegiatan PROKASIH (PROPER PROKASIH)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1996 Program Langit Biru

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 1996 Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Langit Biru

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 39 Tahun 1996

Jenis Usaha Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1996

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996

Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1996 Program Pantai Lestari

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 46 Tahun 1996 Pembentukan Tim Pengarah Dan Tim Teknis Program Pantai Lestari

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 47 Tahun 1996 Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Pantai Lestari

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Baku Tingkat Kebisingan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Baku Tingkat Getaran

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Baku Tingkat Kebauan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 1997

Perubahan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 1999 Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1 Tahun 2000 Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 Panduan Penilaian Dokumen AMDAL

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan

Page 13: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

13

Hidup No. 3 Tahun 2000 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan HidupKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2000

Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2000

Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Di Daerah Lahan Basah

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000

Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000

Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 2000

Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Dan Tim Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2001

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2001 Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001

Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001 Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002

Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2003LAMPIRAN

Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2003LAMPIRAN

Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003

Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 77 Tahun 2003

Pembentukan Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 78 Tahun 2003

Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan pada Kementerian Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003

Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 111 Tahun 2003

LAMPIRAN

Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air

Page 14: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

14

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003

Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Pedoman Penentuan Status Mutu Air

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003

Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 129 Tahun 2003 Baku Mutu Emisi Udara dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi (Current Production)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003

Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2004

Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup  

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004. LAMPIRAN-1LAMPIRAN-2LAMPIRAN-3

Baku Mutu Air Laut

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.95 Tahun 2004LAMPIRAN

Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.122 Tahun 2004

Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.133 Tahun 2004LAMPIRAN

Baku Mutu Emisi Kegiatan Industri Pupuk

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.148 Tahun 2004LAMPIRAN-1LAMPIRAN-2

Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.175 Tahun 2004 Organisasi dan Tata Laksanan Pusat Produksi Bersih Nasional

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.178 Tahun 2004LAMPIRAN-1

Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Page 15: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

15

LAMPIRAN-2

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.179 Tahun 2004

Ralat atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut  

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.197 Tahun 2004

Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota  

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.200 Tahun 2004

Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004 Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.202 Tahun 2004

Baku Mutu Air Limbah dan atau Kerusakan Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan Atas Tembaga

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.252 Tahun 2004

Program Penilaian Peringkat Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru

Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 2555.K Tahun 1993 Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum

Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 103.K Tahun 1994

Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dalam Bidang Pertambangan Dan Energi

Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 1211 k Tahun 1995

Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.137/MPP/Kep/6/1996 Prosedur Impor Limbah

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 231 Tahun 1997 Prosedur Impor Limbah

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 254 Tahun 1997

Kriteria Industri Kecil Dan Perdagangan Kecil Di Lingkungan Departemen Perindustrian Dan Perdagangan

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 255 Tahun 1997

Pelimpahan Wewenang Pemberian Perijinan Di Bidang Industri Dan Perdagangan Di Lingkungan Departemen Perindustrian Dan Perdagangan

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 110 Tahun 1998

Larangan Memproduksi Dan Memperdagangkan Bahan Perusak Lapisan Ozon Serta Memproduksi Dan Memperdagangkan Barang Baru Yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon (Ozone Depleting Substances)

Keputusan Menteri Kesehatan No. 872 Tahun 1997 Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1999 Persyaratan Kesehatan Perumahan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 376 Tahun 1998

Kriteria Penyediaan Areal Hutan Untuk Perkebunan Budidaya Kelapa Sawit

Page 16: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

16

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 728/Kpts-II/1998

Luas Maksimum Pengusahaan Hutan Dan Pelepasan Kawasan Hutan Untuk Budidaya Perkebunan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 731 Tahun 1998 Tata Cara Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 732/Kpts-II/1998 Persyaratan Dan Tata Cara Pembaharuan Hak Pengusahaan Hutan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 734/Kpts-II/1998 im Persiapan Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 735 Tahun 1998 Panitia Pelaksana Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 279 Tahun 1999 Pembinaan Wilayah Di Bidang Kehutanan

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 385 Tahun 1999 Penetapan Lola Merah (Trochus Niloticus) Sebagai Satwa Buru

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 449 Tahun 1999

Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ) Dan Habitat Buatan (Ex-Situ)

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 465 Tahun 1999 Hak Pemanfaatan Hutan Untuk Pendidikan, Pelatihan Dan Penelitian

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 614 Tahun 1999 Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Campuran

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 55 Tahun 2000

Perlindungan Ikan Raja Laut (Latimeria Menadoensis) Sebagai Satwa Yang Dilindungi

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 104/Kpts-II/2000 Tata Cara Mengambil Tumbuhan Liar dan Menangkap Satwa Liar

Instruksi MenteriInstruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1989 Pengelolaan Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 1997

Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 98 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Pembentukan, Organisasi Dan Tatakerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

Instruksi Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 951 Tahun 1999

Percepatan Kegiatan Operasional Lapangan Hasil Redesidn Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

Keputusan Direktur JenderalKeputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 176 Tahun Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Pengamanan Sungai

Page 17: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

17

1987 Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C Di Sungai

Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Dan Konservasi Alam No. 200 Tahun 1999

Penetapan Jatah Penangkapan dan Pengambilan Tumbuhan Alam Dan Satwa Liar Dan Atau Hasil Tumbuhan Alam Dan Satwa Liar Yang Tidak Dilindungi Undang-Undang Untuk Periode Tahun 2000

Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Dan Konservasi Alam No. 66/Kpts/DJ_V/2000

Kuota Pengambilan Tumbuhan Dan Penangkapan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi Undang-Undang Dan Tidak Termasuk Dalam daftar Appendix Cites untuk Tahun 2000

Surat Edaran Menteri

Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 1997 Penyerahan Minyak Pelumas Bekas

Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1234 Tahun 1999 Kegiatan Wajib UKL Dan UPL

Surat edaran Menteri Dalam Negeri no 061 / 2426/ sj Tahun 1999 Tentang Pembentukan BAPEDALDA Kabupaten/ Kota

Keputusan Kepala BapedalKeputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Pedoman Mengenai Dampak Penting

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995 Tata Cara Pesyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, Dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun -

Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 14 Tahun 1996 Pembentukan Tim Pengarah Dan Tim Teknis Penilaian Kebersihan Kota Dalam Rangka Pemberian Penghargaan Adipura

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 Tata Cara Dan Persyaratan Penyimpanan Dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

Keputusan Kepala Bapedal No. 299 Tahun 1996 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1997 Pedoman Syarat Administratif Dan Kualifikasi Teknis Para Pejabat Struktural Bapedalda Tingkat I Dan Tingkat II

Keputusan Kepala Bapedal No. 29 Tahun 1997 Standardisasi, Akreditasi, Dan Sertifikasi Bidang Lingkungan

Page 18: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

18

Keputusan Kepala Bapedal No. 30 Tahun 1997 Organisasi Dan Tata Kerja Komite Akreditasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Keputusan Kepala Bapedal No. 32 Tahun 1997Pedoman Dan Tata Cara Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan / Kegiatan Usaha Dalam Lingkup Kegiatan Program Kali Bersih

Keputusan Kepala Bapedal No. 105 Tahun 1997Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Kepala Bapedal No. 124 Tahun 1997 Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1998 Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Daerah

Keputusan Kepala Bapedal No. 03 Tahun 1998 Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah

Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Kepala Bapedal No. 39 Tahun 2000 Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Keputusan Kepala Bapedal No. 113 Tahun 2000 Pedoman Umum Dan Pedoman Teknis Laboratorium Lingkungan

Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001 Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Keputusan Kepala Bapedal No. 27 Tahun 2001 Pembentukan Satuan Tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Lingkungan Hidup Di Bapedal

Keputusan Kepala Bapedal No. 47 Tahun 2001 Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang

Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-93A TAHUN 2001

Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP-25 Tahun 2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Page 19: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

19

III. Kondisi Lingk Hidup Saat ini dan Potensi Ancaman LH Masa depan

Kenapa kita sekarang seperti kebakaran jenggot dalam masalah Lingkungan Hidup

• Karena saat ini masalah sudah menyelimuti kita• Karena saat ini kita merasa sumberdaya alam semakin menipis• Karena saat ini bencana alam sudah banyak terjadi• Karena saat ini kesehatan masyarakat sudah mulai terancam• Karena saat ini kemiskinan sudah sedemikian besar• Karena saat ini… kesadaran baru muncul • Pertanyaan : Terlambatkah kita…?

MASALAH LINGKUNGAN

• Pencemaran air• Pencemaran udara di kota-kota besar• Pencemaran limbah domestik dan sampah• Kontaminasi dari bahan berbahaya dan beracun (B3)• Kerusakan ekosistem hutan hujan tropika• Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)• Kerusakan ekosistem danau• Kerusakan ekosistem pesisir dan laut• Kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan• Pemanasan bumi• Penipisan lapisan ozon• Bencana lingkungan: banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan

Page 20: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

20

Bagaimana Kondisi Lingkungan Kita Saat ini…?

• Perilaku sebagian masyarakat yang kurang cinta lingkungan• Kota - kota di Indonesia secara umum belum bersih dan hijau• Menurunnya kualitas sungai dan danau di Indonesia• Meningkatnya pencemaran dari industri• Masih lemahnya penerapan hukum lingkungan• Menurunnya daya pulih hutan setelah ditebang• Menurunnya daya dukung pesisir dan laut• Belum membudayanya pemakaian energi ramah lingkungan dan berkelanjutan• Masih rendahnya posisi tawar Indonesia dalam pengelolaan lingkungan global

Apa Saja Isu Lingkungan Hidup LOKAL?

• Eksploitasi Sumberdaya Alam yang kurang terkendali• Kebijakan Otonomi Daerah (terutama untuk meningkatkan PAD)• Bencana Alam (dan faktor lingkungan yang lain?• Dan lin-lain

KERUSAKAN LINGKUNGAN : PERUBAHAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG TERHADAP SIFAT FISIK DAN/ATAU HAYATI LING-KUNGAN AKIBAT SUATU TINDAKAN YANG MENGA-KIBATKAN LINGKUNGAN HIDUP TIDAK BERFUNGSI LAGI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN BERKE-LANJUTAN.

Th 2007 dari tutupan hutan Indonesia seluas 130 juta hektare, menurut World Reseach Institute (sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat), 72 persen hutan asli Indonesia telah hilang. Berarti hutan Indonesia tinggal 28 persen. Data Departemen Kehutanan sendiri mengungkapan 30 juta hektare hutan di Indonesia telah rusak parah. Itu berarti 25 persen hutan yang tersisa telah rusak parah

Page 21: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

21

PEMBUKAAN HUTAN

MENURUNNYA EVAPOTRANSPIRASI

MENURUNNYA INTERSEPSI

MENURUNNYAKAPASITAS INFILTRASI

MENURUNNYA KEKUATANAKAR POHON

MENINGKATNYAPENGARUH TETES HUJAN

MENINGKATNYA KELEMBABANDALAM TANAH

MENINGKATNYALARIAN PERMUKAAN

MENINGKATNYAPERCIKAN TANAH

PERMUKAAN AIR TANAHMENJADI DANGKAL

MENINGKATNYAGERAK

MASSA BATUAN

MENINGKATNYAEROSI LEMBAH

MENINGKATNYAEROSI PERMU-

KAAN

MENINGKATNYA ALIRAN DASAR

MENINGKATNYA ALIRAN HUJAN

MENINGKATNYA ALIRAN SUNGAI TAHUNAN MENINGKATNYA HASIL SEDIMEN TAHUNAN

Skema Alir Akibat Penebangan Hutan Terhadap ProsesHidrologidan Hasil Sedimen (Cassells. 1982)

KERUSKAAN LINGKUNAN AKIBAT PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C ( DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN)

1.Perubahan kapasitas infiltrasi tanah untuk memasok air tanah;2. Hilangnya lapisan tanah yang subur (top soil) bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman tegakan;3. Tidak berfungsinya akifer bawah tanah yang disebabkan oleh pemadatan tanah akibat aktivitas penambangan (misal bekerjanya alat-alat berat/angkut); Terputusnya alur sungai sehinga daerah hilir kekurangan air untuk air irigasi (kekeringan. 4. Perubahan lapisan porus menjadi impermeabel, sehingg berpotensi meningkatnya lhilangnya air permukaan

(run-off) 5. Berpotensi terjadi longsor pada dinding-dinding tambang;6. Kerusakan lingkungan permukiman di sekitar penambangan.

Apa Saja Isu Lingkungan Hidup Regional?

• Dampak Lingkungan tidak mengenal batas administrasi• Pencemaran udara, pencemaran air• Peran propinsi dalam pengelolaan lingkungan hidup• Koordinasi antar Pem. Kab/Pem.Kota

Page 22: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

22

KONDISI KOTA KITA: DEHUMANISASI?

• Persoalan lingkungan kota semakin meningkat dan kompleks; • Meningkatnya persoalan-persoalan sosial perkotaan merefleksikan situasi-kondisi lingkungan kota yang

tidak kondusif untuk perkembangan kebudayaan manusia; • Perkembangan transportasi kota tidak mengarah pada upaya perwujudan kota yang berkelanjutan;• Proses perkembangan kota yang “market driven” telah membawa kota-kota kita pada proses dehumanisasi

yang mengkhawatirkan.

KENDALA PELAKSANAAN PENGELOLAAN LH DI DAERAH DLM ERA OTONOMI

• Karakteristik daerah yang beragam (potensi SDA, luas wilayah, kondisi geografi, asesibilitas dsb)• Pemahaman atas pengelolaan lingkungan hidup dan “otonomi” yang belum baik (sering terjadi eksploitasi

SDA unt peningkatan PAD tanpa memperhatikan LH)• Ketersediaan di daerah SDM yang belum mendukung• Komitmen dari pimpinan di daerah tentang lingkungan hidup (eksekutif-yudikatif-legislatif)• Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah belum mendukung• PAD belum memperhitungkan Lingkungan Hidup• Kemampuan (antara lain pendanaan) dari daerah untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup terbatas,

bahkan pengelolaan LH dianggap menghambat/mengurangi PAD • Lemahnya implementasi penegakan hukum lingkungan• Pembangunan Berkelanjutan masih sebatas slogan

Apa Saja Issu-Issu Lingkungan Hidup Global?

Fak. Biologi UMA

Page 23: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

23

• Pencemaran Udara• Pemanasan Global• Hujan Asam• Penipisan Lapisan Ozon• Pencemaran air (sungai, laut, airtanah)• Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)

Strategi Antisipasi kedepan

• Mainstreaming pembangunan berkelanjutan• Peningkatan pentaatan lingkungan• Peningkatan kapasitas dan mekanisme pendanaan lingkungan• Diplomasi lingkungan hidup dalam dan luar negeri• Peningkatan partisipasi masyarakat• Kampanye lingkungan• Menciptakan champions lingkungan• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang lingkungan hidup• Perencanaan lingkungan dan penataan wilayah

PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAAN : UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKAN KONDISI LINGKUNGAN MELALUI CARA-CARA YANG TIDAK MEMBERI PELUANG BERLANG-SUNGANYA PROSES KERUSAKAN LINGKUNGAN

PENANGGULANGAN KERUSAKAN LINGKUNGAN UPAYA UNTUK MENGHENTIKAN MELUAS DAN MENINGKATNYA KERUSAKAN LINGKUNGAN. PEMULIHAN KONDISI LINGKUNGAN UPAYA UNTUK MENGEMBALI-KAN KONDISI LINGKUNGAN KETINGKAT YANG TIDAK RUSAK.

ada apa dengan lingkungan ?

komponen membentuk lingkungan, sementara itu berbagai macam hal terdapat di dalam lingkungan. Di dalam lingkungan terjadi proses interaksi untuk menciptakan keseimbangan yang tiada henti.

Page 24: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

24

IV. Antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip (Kebijakan)

Yaitu Tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan KEPUTUSAN & PERENCANAAN seperti: penataan ruang dan AMDAL (Dilakukan Pemerintah Pusat) 

1. AMDAL

Peruntukan Andal dalam UU No.4 1982 PASAL 16: Setiap rencana yang diperrkirakan mempunyai dampak penting thd lingkungan wajib dilengkapi dengan AMDAL. Jadi AMDAL diperuntukkan bagi suatu rencanaPP No.29 1986 pasal 39: Untuk proyek yang sudah jadi dipergunakan Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) dan atau Studi Evaluasi Lingkungan (SEL)

PEL : Suatu aktivitas penelaahan mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan yang sudah berjalan

SEL: Analisis dampak lingkungan yang dilakukan pada proyek yang sudah berjalan.

Dalam analisis ini rona lingkungan sebelum proyek berjalan sudah tdk dapat dijumpai. PP tersebut diganti dengan PP No. 51 1993 Yg tidak menyebutkan adanya PEL dan SEL, tetapi menyebutkan adanya:

• Audit lingkungan• AMRIL (Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan)

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan didefinisi kan sebagai Kajian mengenai dampak pada lingkungan hidup suatu usaha yang direncanakan. AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatanMengapa AMDAL diperlukan??? : Karena dokumen AMDAL berisi PEDOMAN PENGELOLAAN L.H (SML). Dampak + maupun - , yang harus dikelola dan dipantauPada Tahap: Pra Konstruksi – Konstruksi – Operasi – Pasca Operasi

Manfaat AMDALSupaya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan ( + / - ) dapat diketahui sebelum kegiatan dimulai dan dapat dikelola dan dipantau (dampak positip diperbesar dan dampak negatip diperkecil)

Mengapa AMDAL diperlukan ?• Pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masy. • Pembangunan memanfaatkan sumber daya alam terus menerus• Ketersediaan sumber daya alam terbatas• Daya dukung dan daya tampung lingkungan, TERBATAS• Kegiatan pembangunan mempunyai dampak + (kesejahteraan) dan – (pencemaran lingkungan)

Page 25: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

25

Page 26: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

26

2. Tata Ruang

Gambaran Umum Perubahan Penggunaan Ruang• Perkembangan Perkotaan: perumahan, busines• Pengembangan Infrastruktur: transportasi, komunikasi, energi• Industri• Pertambangan• Perkebunan• Pariwisata

Beberapa issue strategis dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia:

a. Terjadinya konflik kepentingan antar-sektor, seperti pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan, prasarana wilayah, dan sebagainya,b. Terdapat ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang, antara manusia dengan alam maupun antara kepentingan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. c. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan norma yang seharusnya ditegakkan. Penyebabnya adalah inkonsistensi kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian pembangunan,d. Kesenjangan antar wilayah Belum adanya keseimbangan dalam menempatkan kepentingan sektor dan wilayah dalam kerangka penataan ruang. Kurangnya kemampuan menahan diri dari keinginan membela kepentingan masing-masing secara berlebihan.e. Fenomena urbanisasi. Kenaikan jumlah penduduk perkotaan sebagai wujud terjadinya fenomena urbanisasi akibat migrasi desa – kota. f. Menurunnya luas kawasan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan meningkatnya DAS kritis

Pentingnya Tata Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan

• Pembangunan semakin berskala besar dan kompleks;• Kegiatan pembangunan bersifat open system yang mempunyai linkage yang luas• Pembangunan seringkali bersifat permanen, irreversible dan mempunyai dampak jangka panjang;• Ruang memiliki keterbatasan tertentu • Perubahan tata ruang memiliki implikasi lanjutan yang luas

Kegiatan pembangunan semakin berskala besar dan kompleks : ekstensif dan intensif Perubahan tata ruang bersifat permanen dan mempunyai implikasi jangka panjang : fisik, social, ekonomi,

budaya Ruang mempunyai keterbatasan tertentu : dimensi geometri, kompatibilitas, daya dukung Perubahan tata ruang mempunyai dampak tidak saja fisik melainkan juga sosial, ekonomi, dan budaya Penataan Ruang : Proses penyusunan rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang Ditujukan untuk:

1. Efisiensi sumber daya2. Keadilan pemanfaatan3. Kelestarian lingkungan

Manfaat Tata Ruang

1. Menjamin kepentingan dan pelayanan publik 2. Efisiensi sumber daya3. Menjamin kepentingan individu4. Konservasi lingkungan dan budaya5. Mengurangi konflik ruang6. Mengurangi ketimpangan spasial (social equity)

Page 27: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

27

7. Koordinasi pembangunan antar sektor8. Menjamin keberlanjutan region, kota, atau kawasan

Kaitan Tata Ruang, Lingkungan dan AMDAL (Tata ruang perlu merupakan UJUNG TOMBAK pengelolaan lingkungan)

1. Tata ruang sebagai sumber dampak;2. Tata ruang sebagai yang terkena dampak;3. Tata ruang untuk mencegah terjadinya dampak negatif4. Tata ruang untuk menanggulangi terjadinya dampak negatif.

Beberapa Kendala Penataan Ruang

1. Kesadaran pentingnya penataan ruang masih rendah 2. Penataan ruang merupakan proses yang makan waktu, biaya, dan tenaga3. Proses penataan ruang belum transparan dan partisipatif4. Law enforcement yang rendah

Page 28: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

28

V. Program Go Green Indinesia (GGI)

Go Green Indonesai adalah salah satu cara untuk antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip yang berbentuk sebuah kampanye LSM kepada masyarakat Indonesia agar peduli lingkungan, hemat energy, hemat dalam penggunaan bahan dari plastic (Un-organik, undegradable, hidup sehat dengan lingkungan yang bersih dan dikelilingi tanaman-tanaman yang hijau sejuk.

Latar belakang kampanye Go Green ini adalah :

1. Pemanasan global

Adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.

Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca

Page 29: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

29

9 GREEN PROGRAMS

1. Menanam Pohon.

2. Menyuarakan dan mendorong agar semua elemen masyarakat, kalangan Pemerintahan, swasta, baik organisasi maupun Individu untuk dapat mensukseskan Green Campaign’, guna tercipta budaya yang baik dengan kebiasaan kita Anak Bangsa Indonesia adalah “ Jangan Membuang Sampah Sembarangan”, Buanglah Sampah Dengan Baik & Benar”; yakni memisahkan sampah Organik dan Non Organik. 3. Mengefisienkan pengunaan Energi Listrik sehari-hari dan Mengurangi penggunaan bahan bakar Minyak dan Batu Bara, serta berupaya mendorong Terwujudnya Indonesia yang menggunakan Energy Hijau yang bersih dan Berkelanjutan / Reneweble Energy ; Solar Panel, Wind Energy, Energi Hidroelectrik adalah energi air,  dan  Energi Geothermal / Panas Bumi. 4. Mengurangi penggunaan kertas, dengan cara mengantikannya secara Electronik atau  Online atau dengan menggunakan kertas dari bahan Daur Ulang. 5. Mengefisienkan dan mengurangi pengunaan Air yang tidak perlu dalam penggunaannya sehari-hari, untuk menghadapi ancaman badai Elnino yang berkepanjangan di Indonesia serta Menggalakkan Pembuatan Lubang Biofory khususnya di Perkotaan.6. Melakukan Perubahan ke Gaya Hidup Hijau yang Ramah Lingkungan dengan Mengunakan dan membeli produk- produk yang ramah lingkungan pula / Green Products. 7. Jika barang atau alat Electronik Rusak, maka Tidak langsung membuangnya menjadi limbah atau Sampah Electronik yang Berbahaya, tetapi berupaya dahulu untuk melakukan perbaikan atau Repair’,  8. Berkomitmen untuk terus mengajak semua anak bangsa tanpa kecuali, agar dapat terus menyuarakan dan mempromosikan Go Green Indonesia Ku kepada semua Bangsa Indonesia lainnya yang hidup di tanah tumpah darah Indonesia ini, untuk dapat memberikan sumbangsih dan baktinya dengan tindakan nyata’ guna membuat Indonesia yang Lebih Hijau & Bersih. 9. Menggalak’kan Program Perbaikan; memperbaiki Hutan Bumi Ibu Pertiwi ini semakin bertambah Rusak, Program Perbaikan Sungai & Laut agar Bersih dari Sampah. dan Tidak membiarkan Sungai & Laut semakin Rusak dan menjadi Keranjang Sampah

Kampanye Go Green di Indonesia : Be Green, For Clean

Think Globally, Act Locally

Ajakan go green ini, kiranya dapat men'support & men'sukseskan ajakan untuk Hidup Lebih HIJAU, Lebih BERSIH & STOP Global Warming".

EARTH HOUR 2011

Page 30: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

30

Tanaman – Tanaman yang ampuh Mencegah Global Warming

Bungur & Mahoni

Dikenal mampu menyerap polutan seperti timbal.  Maka kedua pohon ini sebaiknya ditanam untuk penghijauan di kota-kota besar, dekat jalan protokol yang padat lalu lintasnya. Bukan rahasia lagi kalau kendaraan bermotor menjadi penyumbang timbal terbesar di udara Sebaliknya, pohon seperti akasia sebaiknya jangan dijadikan pohon jalur hijau. Mengapa? karena akasia menjadi salah satu pencetus asma. Begitu juga pohon palem yang indah bentuknya, tak begitu besar manfaatnya. 

Lumut

Lumut yang menempel di batang pohon mampu mendeteksi tingkat polusi udara suatu daerah. Semakin banyak lumut menempel di sebuah pohon berarti semakin baik kualitas udara di tempat itu.

Page 31: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

31

Tanaman Sirih Belanda

Tanaman perdu yang bisa tumbuh dimana saja, termasuk di dalam pot di halaman rumah ini mampu menyerap formaldehida dan benzena. Hasilnya rumah pun lebih segar dan lega untuk bernafas.

Kembang Sepatu

Mampu menyerap nitrogen sehingga membuat paru-paru kita jadi lega. Namun jangan sekali-sekali menanam bunga kembang sepatu di dekat ruang Radiografi. Tanaman ini berfungsi meneruskan radiasi sehingga berbahaya bagi orang di sekitar tempat radiografi tersebut.

Sansevieria

Kalau kembang sepatu berfungsi melanjutkan radiasi, tidak demikian dengan tanaman sansevieria ini. Sansevieria mampu menyerap 107 jenis racun, termasuk polusi udara, asap rokok (nikotin), hingga radisi nuklir, sehingga cocok dijadikan penyegar. Oya, kaktus juga bisa menghambat radiasi.

Pohon Trembesi

Mampu menyerap karbondioksida dalam jumlah yang besar, sehingga sangat disarankan untuk ditanam sebagai pohon penghijauan. Namun trembesi membutuhkan lahan yang cukup luas.

Green Campus

Page 32: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

32

Program eco-campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh antara lain bahwa, lingkungan kampus diharapkan harus merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan sehat dalam menimba ilmu pengetahuan; Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan sumbangannya bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat mengimplementasikan IPTEK Bidang Lingkungan Hidup secara Nyata. Oleh karena itu program Eco-Campus adalah Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan Global. Pengertian istilah Eco-Campus/ Green Campus dalam konteks pelestarian lingkungan bukan hanya suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan Pepohonan yang Hijau ataupun kampus yang dipenuhi oleh Cat Hijau, ataupun barangkali karena kebetulan Jaket Almamater kampus yang bersangkutan berwarna hijau, namun lebih jauh dari itu makna yang terkandung dalam eco-campus adalah sejauh mana warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, misalnya dalam pemanfaatan Kertas, alat tulis menulis, penggunaan Listrik, Air, Lahan, Pengelolaan Sampah, dll. Dimana semua kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur secara Kuantitatif baik dalam jangka waktu bulanan maupun tahunan. Indikator Green CampusOleh sebab itu, dalam program eco-campus ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai sebutan eco-campus ataupun Green Campus. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :• Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape) Efisiensi penggunaan listrik Efisiensi penggunaan Air Efisiensi pemakaian sumber daya alam Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global Pengelolaan SampahKampus sebagai suatu Lembaga/ Institusi yang fungsinya utamanya menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat, tentunya dalam semua kegiatannya tidak terlepas dari penggunaan kertas yang cukup banyak. Harus diakui bahwa kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa hampir semua lembaga/institusi baik pemerintah maupun swasta tidak terkecuali lembaga pendidikan sangat boros dalam pemakaian kertas. Hal ini bukan saja akan berdampak pada meningkatnya volume limbah yang dihasilkan di perkotaan secara langsung, dimana pada gilirannya akan memperpendek usia TPA, namun juga secara tidak langsung hal ini akan memboroskan penggunaan sumberdaya alam hutan (kayu).Pemusnahan limbah kertas dengan cara membakar seperti yang lazim dilakukan bukanlah penyelesaian masalah sampah, bahkan sebaliknya akan menimbulkan masalah baru berupa pencemaran udara, dengan dilepaskannya gas karbondioksida yang dapat memicu meningkatnya pemanasan global. Oleh sebab itu, di dalam lingkungan kampus diharapkan sudah tersedia tempat-tempat sampah sekaligus upaya-upaya pemilahan sampah antara organik & an-organik. Penerapan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau Recovery) merupakan pilihan yang tepat dan bijak dalam mengatasi masalah sampah termasuk di lingkungan kampus. Pemanfaatan LahanEfisiensi penggunaan lahan di lingkungan kampus juga perlu mendapat perhatian. Idealnya harus ada perimbangan antara luas bangunan dengan ruang terbuka hijau. Minimal 30% lahan kampus sebaiknya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Selama ini ada kecenderungan bahwa banyak lahan-lahan di lingkungan kampus yang belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung ditelantarkan atau dibiarkan sebagai lahan tidur (sleeping land) atau ruang hilang (lost space). Padahal bila lahan yang ada dimanfaatkan bagi berbagai macam tanaman, termasuk tanaman produktif misalnya buah-buahan akan memberikan manfaat

Page 33: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

33

ganda. Disatu sisi tanaman dapat mendaurulang gas-gas CO2 di udara, sekaligus menghasilkan udara segar (oksigen) yang memberikan kenyamanan bagi lingkungan sekitarnya, yang berarti juga akan mengurangi pemanasan global, disisi lain tanaman buah-buahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga kampus/masyarakat. Disamping itu dengan adanya vegetasi/tanaman dapat memberikan nilai estetika/keindahan tersendiri bagi lingkungan kampus.  Penggunaan EnergiPenggunaan energi listrik juga merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai apakah suatu kampus telah berwawasan lingkungan atau belum. Hal ini sangat erat kaitannya dengan isu pemanasan global itu sendiri. Selama ini sebagian besar sumber energi utama manusia di bumi lebih terfokus pada penggunaan bahan bakar fosil (BBF) seperti minyak bumi, gas, dan batubara yang jelas-jelas telah banyak menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti CO2, dan telah memberikan kontribusi terbesar bagi pemanasan global. Disamping itu, mengingat BBF ini merupakan energi tersimpan, sehingga dapat diperkirakan stock yang ada di perut bumi, dimana hanya dapat dimanfaatkan untuk beberapa tahun ke depan. Untuk itu, perlu upaya-upaya efisiensi dalam penggunaannya sambil terus menerus mengembangkan energi alternatif lain yang ramah lingkungan seperti energi Matahari (solar cell) yang terus menerus mengalir dan tidak akan habis selama matahari masih bersinar, Energi Air, Energi Angin, Bio-fuel, Panas Bumi (geothermal), dll. Pemanfaatan AirDemikian juga halnya dengan pemanfaatan sumberdaya alam lainnya seperti air. Air merupakan kebutuhan Vital manusia dan makhluk hidup lainnnya. Pemanfaatan air oleh manusia ada kecenderungan terus menerus mengalami peningkatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, baik diperkotaan maupun pedesaan serta menunjukkan pemakaian yang cenderung boros. Walaupun secara kuantitatif jumlah air di bumi relatif tidak berkurang, namun secara kualitas banyak sumber-sumber air yang telah mengalami pencemaran, baik air permukaan maupun air tanah. Pemanfaatan air permukaan (mis: air sungai) sebagai sumber air bersih dewasa ini bukan saja membutuhkan pengolahan dengan teknologi yang ekstra, namun juga membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Tidak mengherankan harga jual air oleh PDAM juga cenderung mengalami kenaikan yang terus menerus.Eksploitasi air tanah, terlebih sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minum bukan saja berdampak pada semakin terkurasnya air tanah, namun juga dapat mengakibatkan menurunnya permukaan tanah (land subsidence) seperti yang dialami oleh banyak kota-kota besar saat ini seperti Jakarta, dimana selanjutnya akan berdampak pada terjadinya intrusi air laut. Dengan adanya gejala penurunan permukaan tanah yang terus menerus akan memudahkan air laut masuk ke daratan yang lebih dikenal dengan banjir laut (rob), terlebih lebih dewasa ini ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa volume air laut terus menerus bertambah karena mencairnya es di kutub sebagai dampak dari Pemanasan Global yang terjadi, yang akan memudahkan tenggelamnya daratan.Berbagai parameter/indikator sebagaimana diuraikan diatas pada dasarnya adalah disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah terutama dikaitkan dengan fenomena-fenomena alam serta fakta-fakta yang terjadi bahwasanya saat ini lingkungan hidup manusia sedang mengalami degradasi dan kerusakan-kerusakan yang luar biasa, demikian juga terjadinya laju penyusutan sumberdaya alam dengan intensitas yang cukup tinggi yang bermuara pada timbulnya Pemanasan Global. Oleh karena itu, program ini juga bertujuan untuk melestarikan lingkungan serta upaya-upaya efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, dimana pada gilirannya diharapkan dapat meminimalisir ataupun mengurangi pemanasan global. Sudah seyogyanya kita sebagai warga kampus yang hidup dalam lingkungan masyarakat ilmiah terdidik selalu tanggap dan bertanggungjawab dalam menyikapi berbagai masalah disekeliling kita dan menjadi contoh/model, tidak terkecuali masalah lingkungan seperti Pemanasan Global / Global Warming yang sedang menghantui kita yang dapat mengancam kelanjutan Bumi dan Kehidupan kita.

Page 34: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

34

VI. Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sesuai dg UU No 23 th 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup :

Dalam rangka mendayagunakan SDA utk memajukan kesejahteraan umum spt diamanatkan dlm UUD 1945 dan utk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yg berwawasan LH berdasarkan kebijaksanaan nasional yg terpadu menyeluruh dg memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi , masa depan

Agar dapat berhasil, maka :

Untuk mencapai tujuan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah Diperlukan tanggung jawab semua pihak (stakeholder). Pembangunan harus melibatkan stakeholders/pemangku kepentingan (pemerintah, dunia usaha, dunia

pendidikan dan masyarakat). tanpa partisipasi pemangku kepentingan tidak akan ada strategi yang mampu bertahan lama.

Kegiatan pengelolaan LH tak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan hidup merupakan kegiatan lintas sektor dan menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterlibatan pemangku kepentingan/stakeholders, baik instansi pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha (swasta) maupun masyarakat

KEBIJAKAN NASIONAL & DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UU No. 22 TH 1999 yg telah diganti dg 32 TH 2004 ttg Pemerintah Daerah dan PP No. 38 TH 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota .sbg pengganti PP 25 TH 2000 :

1. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.2. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.3. Membangun hubungan interdependensi antar daerah4. Menetapkan pendekatan kewilayahan.

PENGELOLAANLINGKUNGAN HIDUP : Dilakukan oleh Pemprov & pemkab/kota dengan memperhatikan:

1. Partisipasi masyarakat.2. Penegakan hukum.3. Komitmen pada lingkungan4. Perlu adanya Kebijakan Penataan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah (LHD).

Page 35: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

35

Tujuan :

5. Tertananginya pengelolaan LH di daerah secara efektif6. Tertatanya lembaga LH daerah yang berbentuk Badan/Kantor Mandiri7. Terlaksananya tugas dan fungsi LH daerah secara maksimal

Contoh-contoh lembaga yang menangani LHD

1. Bapedalda Prov. Sumut2. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Temanggung 3. Kantor Lingkungan Hidup Daerah : misal Kantor LHD Kabupaten Magelang

Pengelolaan Lingkungan di era Otonomi Daerah ?

PASKA : UU 32/2004; UU 26/2007; PP 38/2007; PP 41/2007: (Status per January 2009 )

Page 36: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

36

PEMAHAMAN SAMA ANTARA PEMDA TENTANG LH

Dasar pertimbangan kepentingan tersebut :

1. Urusan bidang lingkungan hidup berasarkan Peraturan Pemerintah no 38 /2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten yang harus dilaksanakan Pemerintah Kabupaten / Kota.

2. Laju kerusakan lingkungan hidup yang terus meningkat. 3. Pemerintahan di daerah harus peduli terhadap lingkungan hidup, terutama Bupati / Walikota

Tahun 2008 MenLH mendekonsentrasikan beberapa kewenangan pada 33 Propinsi dengan jumlah anggaran 500 jt untuk setiap provinsi. Disini, Penyelenggaraan urusan pemerintah (pusat) bisa dilakukan sendiri di pusat atau dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dalam rangka dekonsentrasi

Bentuk Kelembagaan LHD berbentuk “ Badan “ dengan nomenklatur “Badan Lingkungan Hidup “. Bagi daerah yang belum mapan/ baru mekar dapat berbentuk “ Kantor “ dengan nomenklatur “Kantor Lingkungan Hidup Daerah “

Page 37: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

37

KEBUTUHAN PENINGKATAN KAPASITAS BADAN/KANTOR LH???Optimalisasi dalam pengarus utamaan LH dlm Penataan Ruang dan Pembangunan Daerah

1. DALAM PROSES Rencana Pembangunan Jangka Panjang / Menengah DAERAH dalam Musrenbang 2. DALAM PROSES RTRW/RDTR DAERAH 3. PILIHAN TERHADAP PROGRAM2 STRATEGIS DAERAH4. K L H S dkk.

Tindak Lanjut ditetapkannya PP 38/2007Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/KotaKementerian Lingkungan Hidup tengah menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib.

Page 38: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

38

Penjabaran dari Lampiran E danH, PP 38/2007, Pedoman penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan pemerintah daerah. Penetapan NSPK dilakukan selambat-lambatnya 2(dua) tahun, Perlu dipandang sebagai satu kesatuan dengan :

PENETAPAN URUSAN DI DAERAH Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah wajib ditetapkan dalam Perda selambat-lambatnya satu tahun setelah ditetapkannya PP 38/2007. (PP 38/2007 ditetapkan tgl 9 Juli 2007)

PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB (PP 38/2007)Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada SPM

SESUAI dengan PP NO. 38 TH 2007 pada pasal 7 LINGKUNGAN HIDUP merupakan URUSAN WAJIB yang artinya Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Dearah Kabupaten/Kota, barkaitan pelayanan dasar.

Untuk meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat, berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap.

NSPK

Page 39: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

39

Page 40: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

40

VII. Antisipasi Kerusakan LH secara Preventip

Antisipasi Kerusakan Lingkungan Hidup yang bersifat Preventip (Pencegahan) misalnya Tingkat pelaksanaan (Perizinan, Baku mutu buangan, Limbah, B3)

Evaluasi berbagai instrumen :1. Strategi penataan & Penegakan Hukum2. Ekonomi (pajak & retribusi lingkungan, dana pelestarian lingkungan hidup), 3. Perizinan, dan 4. Penataan baku mutu buangan (Dilakukan Pemerintah Daerah)

STRATEGI PENAATAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGANKondisi LH saat ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai fihak / stakeholders

i. Perlu dilakukan perubahan arah kebijakan menuju keseimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan hidupii. Perlu langkah konkrit untuk menghentikan laju kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup

iii. Penaatan dan Penegakan hukum

Instrumen Penegakan Hukum Lingkungan Perizinan

Mekanisme perizinan Transparansi perizinan Persyaratan dan kewajiban

Pembinaan Pengawasan Insentif dan disinsentif Audit Lingkungan Tegoran/surat peringatan

Macam-macam izin Izin Prinsip Izin Lokasi atau Izin Pemanfaatan Lahan Izin IMB/IMBB Izin HO Izin Kelayakan Bangunan Izin Usaha Tetap

Strategi Penaatan Hukum Lingkungan dengan Pendekatan Perilaku

Penanggung jawab usaha/kegiatan• PROPER• SUPERKASIH• PROLABIR

Aparatur penegak hukum dan Mekanisme Kerja• Peraturan Bersama Penegakan Hukum Lingkungan Hidup terpadu

• Pendekatan ekonomi• Pendekatan tekanan public

Tindakan Administrasi : Preventif adalah tindakan yang dapat diambil melalui kegiatan pengawasan dan upaya pembinaan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup

Page 41: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

41

PROPER : (Program Peringkat Kinerja Perusahaan)

PROPER merupakan upaya untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument informasi. Prinsip dasar pelaksanaan PROPER adalah mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument disinsentif reputai/citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk.

Page 42: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

42

Page 43: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

43

VIII. Baku Mutu Lingkungan Hidup

adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

aku mutu lingkungan merupakan batas atau akadar makhluk hidup, zat, energi, atau kompinen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar lingkungan yang ditenggang adanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.terdapat 5 jenis baku mutu lingkungan, yaitu:

1. Baku mutu air2. Baku mutu udara ambien3. Baku mutu emisi gas dan partikel buang4. Baku mutu air laut5. Baku mutu limbah cair Baku mutu dan nilai ambang batas sebenrany berbeda perbedaan itu antara lain:

1. Baku mutu untuk lengkungan ambien, sedangkan nilai ambang batas untuk lingkungan kerja.2. Waktu pemaparan pada baku mutu adalh 24jam, sedangkan pada nilai ambang batas adalah 8jam per hari.3. pada baku buku yang menjadi target terpapar adalah semua kelompok umur, sedangkan pada nilai ambang batas adalah pekerja.4. Baku mutu memiliki kadar yang lebih kecil sedangkan nilai ambang batas memiliki kadar yang lebih besar. Baku Mutu Air

Baku mutu air terbagi atas 2, yaitu baku mutu aliran dan baku mutu effluen.Baku mutu aliran merupakan persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, air tanah yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaat air tersebut, kemampuan mengencerkan dan membersihkan diri terhadap beban pencemaran dan faktor ekonomis.

Ciri-ciri baku mutu aliran:

1. Untuk mengatur kualitas badan air2. Untuk daerah yang sedikit industri3. Pengawasan lebih sulit4. Syarat untuk industri sejenis beda  Baku mutu effluen merupakan persyaratan mutu air limbah yang dialirkan ke sumber air,  sawah, tanah, dan tempat-tempat lain dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang bersangkutan dan faktor ekonomi pengelolaan air buangan.

Ciri-ciri baku mutu effluen;

1. Mengatur buangan ke badan air2. Untuk daerah yang banyak industri3. Pengawasan yang dilakukan lebih mudah4. Syarat untuk industri sejenis sama. Penggolongan badan air menurut PP No 2o Tahun 1990:

Page 44: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

44

1. Golongan A, untuk air minum tanpa pengolahan2. Golongan B, untuk bahan bak air minum3. Golongan C, untuk keperluan perikanan dan pertanian4. Golongan D, untuk pertanian, usaha perkotaan, industri5. Golongan E, untuk selain di atas, seperti transportasi. 

Page 45: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

45

IX. Antisipasi Kerusakan LH secara Preventip dengan berbagai program

1.Strategi Penaatan Hukum Lingkungan

• Pendekatan Perilaku Penanggung jawab usaha/kegiatan

• PROPER• SUPERKASIH• PROLABIR

Aparatur penegak hukum dan Mekanisme Kerja• Peraturan Bersama Penegakan Hukum Lingkungan Hidup terpadu

• Pendekatan ekonomi• Pendekatan tekanan publik

2.Tindakan Pencegahan

• Preventif adalah tindakan yang dapat diambil melalui kegiatan pengawasan dan upaya pembinaan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup

PROPER(Program Peringkat Kinerja Perusahaan)PROPER merupakan upaya untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument informasi. Prinsip dasar pelaksanaan PROPER adalah mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument disinsentif reputai/citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk

SUPER KASIH(Surat Pernyataan Kali BersihSuatu program guna mendorong percepatan pentaatan industri terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku, dengan membuat surat pernyataan tertulis industri untuk melakukan upaya pentaatan dalam batas waktu tertentu dengan memperhatikan faktor teknis, sosial dan administrasi

Page 46: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

46

X. Antisipasi Kerusakan Lingkungan Secara Pro-Aktip Dengan ISO14000

Antisipasi Kerusakan Lingkungan Hidup bersifat pro-aktip : Tindakan pada tingkat PRODUKSI Dengan menerapkan standardisasi lingkungan seperti:

1. ISO 14000, 2. RSPO, 3. ISPO

ISO14000

Apa itu ISO..? Dari Yunani (ISO = sama) International Standarization Organization atau organisasi standar internasional Berdiri pada tahun 1947 untuk mengembangkan standar dunia untuk meningkatkan komunikasi dan

kerjasama internasional dan untuk memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Berpusat di Geneva (Switzerland).

Apa itu ISO 14000.. suatu standarisasi sistem manajemen lingkungan dirancang, dilaksanakan dan bekerja untuk mengendalikan dampak lingkungan penting dan untuk

mencapai kesesuaian dengan peraturan serta mempertahankan dan meningkatkan perbaikan sistem manajemen lingkungan secara terus menerus

Untuk organisasi apa saja standar internasional tersebut diterapkan?• ingin menerapkan, mempertahankan dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungan• ingin menjamin dirinya atas kesesuaiannya dengan kebijakan lingkungan yang sudah ditetapkan• ingin membuktikan kesesuaiannya kepada pihak lain• ingin memperoleh sertifikasi atau registrasi oleh organisasi dari pihak ketiga atas sistem manajemen

lingkungan• ingin menyatakan dirinya sendiri telah sesuai dengan standart internasional

SML model SNI (Standard Nasional Indonesia).

Page 47: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

47

Kenapa ISO kita laksanakan ?Meskipun bersifat suka rela, tapi apabila kita laksanakan banyak manfaat yang kita dapat :

• alat melakukan perbaikan-perbaikan kinerja lingkungan• Memenuhi Peraturan Perundangan Lingkungan• Penghematan biaya (dalam keuangan / financial)• Permintaan customer• Investasi dan asuransi• Kemudahan akses pasar• Image thd perusahaan

Macam-macam standar lingkungan internasionalSelain ISO 14001 terdapat Standar Sistem Manajemen Lingkungan lainnya :

• British Standard (BS 7750) dilaksanakan di Inggris, Belanda dan Denmark tahun 1994) • Eco-Management and Audit Scheme (EMAS) skupnya lebih spesifik ke industri dilaksanakan di Uni

Eropa

Perbedaan ISO 14001 dengan ISO 9001Perbedaan utama antara ISO 14001 dengan ISO 9001 :

• ISO 14001 stakeholdernya banyak (pemerintah, masyarakat, investor, pemasok/kontraktor, karyawan, dll) ISO 9001 hanya satu yaitu costumer

• Elemen-elemen ISO 9001 tidak ada Aspek Lingkungan dan Kesiapsiagaan & tanggap darurat• ISO 14001 mengacu pada Continual Improvement (Perbaikan terus menerus) sedangkan ISO 9001

mengacu pada satu persyaratan standar mutu yang telah ditetapkan

LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)Adalah keadaan sekeliling, tempat organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna dan keterkaitannya.

Klasifikasi lingkungan :• Lingkungan alami• Lingkungan buatan • Lingkungan sosial

ASPEK LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL ASPECT)Adalah elemen dari aktifitas suatu organisasi, produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (merupakan penyebab). Contoh : Kebakaran hutan, habitat berkurang, buangan limbah, residu pestisida, bising, debu, tumpahan minyak.

ASPEK PENTING (SIGNIFICANT ASPECT): Adalah aspek lingkungan yang menimbulkan atau dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan baik positif atau negatif.

DAMPAK LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL IMPACT) : Adalah suatu perubahan terhadap lingkungan baik yang bersifat positif atau negatif, keseluruhan atau sebagian yang dihasilkan dari kegiatan organisasi, produk atau jasa (merupakan Efek). Contoh : Polusi udara, kontaminasi tanah, penipisan lapisan ozon, pemanasan global, pencemaran perairan, migrasi satwa, hilangnya biodiversity, hujan asam, peningkatan pendapatan (masyarakat).

KEBIJAKAN LINGKUNGANManajemen puncak harus mempunyai komitmen untuk :

• Melakukan penyempurnaan berkelanjutan• Melakukan pencegahan pencemaran• Mematuhi persyaratan perundang-undangan

Page 48: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

48

Aspek Lingkungan• Masing-masing estate/mill/dept mengidentifikasi dan mengevaluasi aspek lingkungannya • Mengkompilasi hasil evaluasi dalam dokumen • Masing-masing estate/mill/dept mengevaluasi kesesuaian dokumennya sekali setahun atau apabila ada

perubahan kegiatan

Contoh Aspek dan dampak Lingkungan

Kegiatan Aspek Dampak

Transport Debu Terhadap Masyarakat

Persiapan Lahan Hilangnya Vegetasi Terhadap Biodiversity

Plantation Limbah kemasan pupuk Kontaminasi tanah

Peraturan & Persyaratan Lingkungan• Keanekaragaman hayati• Tanah• Air• Udara• Limbah• Masyarakat• Kesehatan• dll

Kontrol Kegiatan: ORGANISASI harus Kelola aspek lingkungan penting Pemenuhan peraturan & persyaratan lingkungan Mencapai tujuan dan sasaran

Hindari atau minimalisasi resiko lingkungan. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

• Ditetapkan prosedur pengendalian dan kesiapsiagaan terhadap situasi darurat, contoh: kebakaran hutan, serangan hama dan penyakit, tumpahan oli dan bahan kimia berbahaya, dan keadaan darurat lainnya.

• Apabila didapati adanya keadaan darurat/bahaya maka masing-masing bagian yang bertanggung jawab bekerja sesuai dengan fungsinya.

• Pasca kejadian dilakukan evaluasi dan jika diperlukan direvisi prosedurnya untuk perbaikan.

PEMERIKSAAN & TINDAKAN PERBAIKAN Pemantauan dan Pengukuran Evaluasi Pemenuhan Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan Catatan Lingkungan Audit SML

Pemantauan dan Pengukuran• Ditetapkan prosedur dari kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan • Pemantauan lingkungan perusahaan antara lain : vegetasi, satwa liar, Erosi tanah , kualitas air sungai dan

Sosekbud, Limbah.• Untuk keakuratan hasil pengukuran maka alat-alat yang dipergunakan harus dikalibrasi secara periodik.

Catatan-catatan lingkungan

Page 49: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

49

• Merupakan bukti dari kegiatan kinerja lingkungan dalam rangka memenuhi persyaratan SML ISO 14001.• Disimpan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan untuk menunjukkan kesesuaiannya dengan kebijakan

lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan. Sebagai alat bukti untuk melacak kegiatan operasional yang telah dikerjakan.

• Seluruh bagian bertanggung jawab memelihara catatan lingkungan sesuai kegiatan operasionalnya.

Persepsi-persepsi salah terhadap ISO• Yang kita butuhkan hanya sertifikat• Sertifikat / pelaksanaan ISO hanya tanggung jawab bagian lingkungan saja• ISO / SML terpisah dari kegiatan operasional estate/mill• Kita harus memanjakan auditor• Sibuk melaksanakan ISO pada saat menjelang Audit• Menyimpan dokumen ISO dalam lemari terkunci & tak tersentuh

Apa yang dimaksud dgn ISO 14001?• Suatu group dari standar internasional• Proses untuk membantu perusahaan dalam implementasi SML• ISO 14001 merupakan spesifikasi sistem manajemen• Dapat diaudit untuk deklarasi sepihak atau untuk tujuan sertifikasi• (Standar didisain untuk penerapan umum)

Elemen Kunci ISO 14001• Kebijakan• Perencanaan• Implementasi & Operasi• Pemeriksaan(Checking)• Kajian Manajemen(Managemen Review)

Proses Implementasi ISO 14001• Komitmen dan Kebijakan• Benchmarking /Titik tolak audit lingkungan• Mengeset StandarKinerja sesuai RSPO• Identifikasi resiko sosial dan lingkungan• Mempersiapkan Rencana Perbaikan Lingkungan

Proses Implementasi ISO 14001• Memadukan Manajemen Lingkungan ke dalam SOP bisnis• Mempersiapkan SOP tambahan bila diperlukan seperti Asesmen untuk Area Pembangunan Baru, bengkel

kendaraan dsb

ISO 14001 IMPLEMENTATION PROCESS• Training Audit

– Perwakilan dari masing-masing unit bisnis• Internal audit thd unit bisnis secara keseluruhan• Memperbaiki/Merevisi Rencana Perbaikan Lingkungan• Audit Eksternal untuk Sertifikasi

Manfaat ISO 14001• Kinerja lingkungan yang sistematik dan seragam di seluruh operasional perusahaan• Perbaikan berkelanjutan terhadap kinerja lingkungan dan sosial• Lebih transparan pada pemilik kepentingan• Sertifikasi pihak ketiga – pemeriksaan independen dan validasi

IMPLEMENTASI DAN OPERASIONAL

Page 50: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

50

Perusahaan akan menetapkan peran, tanggung jawab dan otorisasi bagi efektifitas manajemen lingk dan akan menyediakan sumber daya yang memadai untuk implementasi, pemeliharaan dan perbaikan Sistem Manajemen Lingkungan..

Seluruh personel bertanggung jawab terhadap perlindungan lingkungan karena itu tanggung jawan manajemen lingkungan didelegasikan kepada fungsi yang paling terkait dan manager sehingga perannya terintegrasi secara efektif

Dewan Direksi menyediakan pendanaan dan sumber daya manusia untuk penerapan teknologi baru, pelatihan dan keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk memelihara seluruh pengontrolan lingkungan dan pemenuhan persyaratan ISO 14001.

Dewan Direksi telah menunjuk MDO sebagai EMS Management Representative. Sebagai tambahan dari tanggung jawab lainnya, Management Representative memiliki peran, tanggung jawab dan otorisasi sebagai berikut:- Memastikan Sistem Manajemen Lingkungan telah ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara sesuai dengan ISO 140001 dan ISO 14004, dan- Melaporkan kepada Dewan Direksi kinerja Sistem Manajemen Lingkungan untuk pengkajian termasuk memberikan rekomendasi untuk perbaikan.

Page 51: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

51

XI. Antisipasi Kerusakan Lingkungan Secara Pro-Aktip Dengan RSPO

Khusus untuk bisnis kelapa sawit.

Mengapa Sustainable Palm Oil?

• Kesadaran konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan dan sosial• Kesadaran di sepanjang rantai pasok sawit• Pengaruh NGO yang semakin kuat• Kekhawatiran maraknya pembukaan hutan & potensi hilangnya keanekaragaman hayati• Potensi keterkaitan antara kerusakan hutan dan ekspansi industri sawit• Kesempatan bagi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan efisiensi

Green Consumers

Tujuan RSPO

“ Mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerjasama di sepanjang rantai pasok (supply chain) dan dialog terbuka dengan para pemangku kepentingan”

Page 52: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

52

Vision RSPO ensures palm oil contributes to a better world

Mission RSPO promotes the production, procurement and use of sustainable palm oil, through development, implementation and verification of credible global standards, supported by engagement of and communication to stakeholders along the supply chain

Karakteristik keikut sertaan dalam RSPO

• Pendekatan & Keanggotaan Multi-stakeholder • Sukarela, swakelola• Transparan• Inklusif• Berorientasi aksi – hasil nyata• Komitmen pada produksi dan penggunaan SPO

Komposisi Anggota Ordinary RSPO, Jan 2008

Prinsip Dan Kriteria RSPO

Page 53: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

53

Prinsip RSPO

Apakah NKT ? Nilai Konservasi Tinggi yaitu hutan yang punya Nilai Konservasi Tinggi

NKT = HCV (High Conservation Value)• NKT menekankan pada nilai yang sangat penting dari hutan/areal (bukan nilai ekonomi

kayu), mencakup:– Nilai Perlindungan keanekaragaman flora dan Fauna– Nilai Jasa ekosistem (daerah tangkapan air, menjaga erosi, dll)– Nilai bagi kepentingan sosial dan budaya,

• … yang tergolong sangat penting atau kritis.

Ada 6 tipe NKT

1. NKT1: Suatu areal yang mengandung nilai-nilai keanekaragaman hayati yang penting secara global, regional atau nasional. (misalnya: kawasan lindung, kumpulan spesies terancam punah, kumpulan spesies endemis, tempat siklus hidup sesaat)

2. NKT2: Suatu areal yang mempunyai tingkat lanskap yang luas dan penting secara global, regional dan lokal, dimana sebagian besar atau semua populasi spesies alami berada dalam pola-pola alami atau distribusi dan kelimpahan.

3. NKT3: Suatu areal yang mempunyai ekosistem langka, terancam atau hampir punah (termasuk hutan berkabut (cloud forest), hutan dataran rendah, hutan rawa gambut (peat swamp forest), hutan rawa air tawar (freshwater swamp forest), hutan belukar, padang rumput, savana, hutan bukit kapur, mangrove)

4. NKT4: Suatu areal yang memberikan pelayanan dasar alam dalam situasi yang kritis (e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi)

Page 54: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

54

5. NKT5: Suatu areal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (misalnya pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan)

6. NKT6: Suatu areal yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang penting). Areal yang sangat diperlukan untuk mempertahankan identitas kultur mereka (kawasan-kawasan budaya dan agama yang penting diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan)

Page 55: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

55

XII. Tindakan Represip Terhadap Pelanggar Pengelolaan Lingkungan Hidup

Disinsentif yaitu penaatan hukum melalui penerapan sanksi hukum terhadap penanggung jawab usaha/kegiatan yang belum melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pengawasan : Meliputi kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup dengan mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Audit yang dipaksakan, (ps 29), yaitu audit yang diperintahkan oleh Menteri atas ketidak patuhan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, (penyusunannya didasarkan pada KepMenLH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang diwajibkan)

Penegakan Hukum Lingkungan• Administrasi (Surat Peringatan)• Perdata (Denda)• Pidana

Peraturan Bersama mengenai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu• Maksud : Untuk meningkatkan keterpaduan diantara para pihak yang terkait dalam penegakan hukum

lingkungan• Tujuan :

Tercapainya penegakan hukum lingkungan hidup secara optimal melalui koordinasi dan kesamaan persepsi diantara para pihak terkait dalam penegakan hukum

Terwujudnya keterpaduan, meningkatnya kapasitas dan integritas dari Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan LH dan Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

Terbentuknya sistem Penegakan Hukum LH Terpadu

Ruang Lingkup Penegakan Hukum LH terpadu meliputi:a. Verifikasi pengaduanb. Penegakan hukum Administrasic. Penyelesaian sengketa LH (melalui pengadilan dan diluar pengadilan)d. Penegakan hukum Pidana (penyidikan dan penuntutan)e. Sosialisasi dan penyuluhanf. Pertukaran data dan informasig. Pendidikan dan pelatihan

Penegakan Hukum LH Terpadu Terdiri dari :

• Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH)• Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup (STPHPL)

Page 56: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

56

Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH), terdiri dari :• Kelompok Kerja Peneliti• Kelompok Kerja Teknis• Kelompok Kerja Hukum

Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup (STPHPL), terdiri dari :• PPNS Lingkungan Hidup• Penyidik Polri• Jaksa/Penuntut Umum

STP2LH melakukan tugas :1. Melakukan verifikasi terhadap pengaduan yang disampaikan kepada Tim dan selanjutnya memberikan

rekomendasi penegakan hukum administrasi dan/atau penyelesaian sengketa LH dan/atau penegakan hukum pidana kepada instansi terkait dan/atau tim terkait yang tergabung dalam satuan tugas sesuai kewenangan masing-masing

2. Melakukan penyusunan dan pengajuan gugatan ganti rugi untuk penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik yang dilakukan melalui pengadilan atau di luar pengadilan.

STPHPL melakukan tugas :Penyelidikan (PULBAKET), penyidikan, penuntutan terhadap kasus LH yang memenuhi kriteria telah terjadi pencemaran/ perusakan LH (bukti permulaan cukup) atau adanya dugaan tindak pidana seperti yang dimaksud dalam UUPLH.

Page 57: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

57

XIII. Audit Lingkungan Hidup

Audit Lingkungan (Kep. Men. LH No. 42 Th. 1994)adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara:

• Sistematik• Terdokumentasi• Periodik• Obyektif

tentang bagaimana kinerja suatu • Organisasi• Sistem manajemen• Peralatan

memfasilitasi kontrol manajemen terhadap • pelaksanaan pengendalian pampak lingkungan dan • pengkajian pentaatan kebijakan usaha

terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan

Definisi AUDIT LINGKUNGAN ( UU No.23 Th.1997 Ps 1 Bt 23)

adalah: Suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan

AUDIT LINGKUNGAN (ISO 14010, SNI 19-14010-1997) : Adalah Suatu proses verifikasi secara sistematis dan terdokumentasi untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif untuk menentukan apakah sistem manajemen lingkungan dari organisasi sesuai dengan kriteria audit sistem manajemen lingkungan yang dibuat oleh organisasi, dan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil proses ini kepada manajemen

AUDIT LINGKUNGAN HIDUP YANG DIWAJIBKAN (Kep. Men. LH No. 30 Th. 2001)Adalah Suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan, berdasarkan perintah Menteri atas ketidakpatuhan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut

PROSEDUR AUDIT LINGKUNGAN

Page 58: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

58

Page 59: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

59

XIV. Latihan Audit, Evaluasi dan Rekomendasi LH

Contoh Audit suatu pabrik K.SawitPrinsip 1. Komitmen terhadap Transparansi

Status

No Major No MinorLengkap

Belum Lengkap

Data yg ditunjukkan Tindakan Aksi Mill

1.1. Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit memberikan informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya dalam bahasa

Pembuatan blangko (TT)

Pengisian blangko 2005-2008 5-Mar

1

2Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi √

Daftar Permintaan & Tanggapan Info

Pembuatan blangko (TT) & Pengisian blangko (estate, mill, 2 th terakhir), update catatan lingkungan

5-Mar 1

Prinsip 4 : Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

1

Terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun

√laporan Inspeksi tanaman, hama, penyakit & tindak lanjutnya

Chek laporan 2005-2008 (rencana & realisasi)

5 Mar (SPM) 1

2 Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia

laporan Inspeksi tanaman, hama, penyakit & tindak lanjutnya

Chek laporan 2005-2008 (rencana & realisasi)

5 Mar (SPM)

1

4.2. Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan

2

Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan, tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi) berdasarkan hasil analisa pada (1

√Data pemupukan, kacangan, aplikasi JK, LA

5-Mar 1

2Rekaman analisa effluent internal dan eksternal

Catatan analisa effluent, check kelengkapannya, blangkonya?

5-Mar 1

Catatan pengontrolan effluent pond (min 2005-2008)

Check apakah selalu dilakukan? Adakah blangkonya? Apakah lengkap?

13-Mar 1

3Rekaman catatan penggunaan air di pabrik √

Catatan penggunaan air di pabrik

Catatan penggunaan air di pabrik 2005-2008 5-Mar 1

Penanggung jawab K3 ditetapkan dan harus ada catatan tentang pertemuan berkala antara penanggung jawab dan para pekerja yang membicarakan masalah kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan pekerja

Catatan meeting K3 berkala dan tindak lanjutnya

Pastikan terdapat catatan meeting K3 berkala dan tindak lanjutnya

5-Mar 1

Catatan kejadian kecelakaan masing2X estate & mill

Update data kecelakaan kerja masing-masing estate & mill

5-Mar 1

Rekapitulasi kejadian kecelakaan dan tindak lanjutnya

Sinkronisasi data kecelakaan kerja antara estate, mill dan H&S

5-Mar 1

Identifikasi sumber-sumber limbah dan pencemaran terdokumentasi

Buat catatan monitoring limbah

31-Mar

1

Buat catatan monitoring limbah 31-Mar

1

5.4. Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi terbarukan dimaksimalkan

1

Tersedianya rekaman monitoring penggunaan energi terbarukan serta analisis efisiensinya

Catatan monitoring penggunaan cangkang sawit untuk boiler & analisa efisiensinya (energi/ton CPO)

Buat catatan monitoring penggunaan cangkang sawit untuk boiler & analisa efisiensinya (energi/ton CPO)

5-Mar (spm) 1

2Pemantauan kualitas emisi dari sumber emisi tersebut √

Catatan pemanfaatan JK ; JK + effluent untuk kompos

buat catatan pemanfaatan JK ; JK + effluent untuk kompos 2006-2008

10-Mar 1

2Rekaman pengelolaan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit tersedia

√ Catatan monitoring effluent pond

Buat dan update catatan monitoring effluent pond

5-Mar 1

4.4. Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan

air tanah

4.7. Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan

diimplementasikan secara efektif

in p

roce

ss

√ Daftar Permintaan Info No

prog

ress

4.1. Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan

dipantau secara konsisten

Rekaman analisis mutu BOD limbah cair sesuai peraturan perundang-

undangan

KriteriaIndicator Gunung Melayu

Oil Mill

Com

plet

ed

1 Rekaman Permintaan informasi.

5.6 Rencana-rencana untuk mengurangi pencemaran dan emisi, termasuk gas rumah

kaca, disusun, diimplementasikan dan dimonitor

5.3. Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang

dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan dan sosial

3 Catatan kejadian kecelakaan kerja

Page 60: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

60

No. R

esik

o (R

isk

Num

ber)

Loka

si (L

ocat

ion)

Aktivitas, Produk, Jasa (Activity, Product or Service)

Aspek Lingkungan Potensial (atau bahaya) (Potential Environmental

Aspect (or Hazard))

Dampak Lingkungan Potensial (atau resiko)

(Potential Environmental Impact

(or Risk))

Posi

tive

(P) N

egat

ive

(N)

Cont

rol (

C) o

r Inf

luen

ce/P

enga

ruh

(I)

Norm

al (N

) or A

bnor

mal

(A) O

pera

tion

or E

mer

genc

y/Da

rura

t (E)

Lega

l & O

ther

Req

uire

men

t (Le

gal &

per

syar

atan

Lai

n)

Like

lihoo

d/Ke

mun

gkin

an

Cons

eque

nce

Posi

tive

Impa

cts

Risk

Sco

re

Nega

tive

Impa

cts

Risk

Sco

re

Sign

ifica

nt?

Adakah SOP utk

mengkontrol aspek dan dampak

lingkungan (Any Existing

SOP to control env aspect

and impact)?

Program Manajemen Lingkungan yang diusulkan (the proposed Environmental Management

Program/EMP )

1 Nursery Polybag preparation Topsoil stripping for Media Topsoil Loss N C N N 5 2 H Ada Tanam kembali LCC2 Irigation Nutrient leaching and DischargeSurface Water quality N C N Y 2 2 L Y Ada Pemeliharaan Pipa Irigasi3 Soil Erosion Surface Water quality N C A Y 2 1 L Y Ada Pemeliharaan Pipa Irigasi4 BLRS Analysis Laboratory Untreated Liquid Waste DisposalWater Quality N C A Y 1 2 L Y Ada Pembuatan trape dan lubang sampah 5 Inappropriate Solid Waste DisposalAesthetic N C A Y 3 1 L Y Ada Pembuatan lubang sampah 6 BLRSS Rat Bait Production Inadequate control of product Soil Contamination N C A Y 1 1 L Y Ada Menyediakan tempat pembuangan limbah7 Inadequate Safe Work PracticesWorker H&S N C A Y 2 1 L Y Ada Melengkapi pekerja dengan safety8 Land Preparation Land Acquisition Disputed Land Ownership Social Conflict N C A Y 2 4 H Y Ada Ranti rugi yang benar9 New Land Development Unintended Fire Loss of Organic Mater N C A Y 2 4 H Y Ada Penggunaan sistin zero burning10 Wildlife Habitat DestructionN C A Y 2 4 H Y Ada Penggunaan sistin zero burning11 Loss of Young Palms N C A Y 2 2 L Y Ada Penggunaan sistin zero burning12 Smoke / Air Quality N C A Y 2 4 H Y Ada Penggunaan sistin zero burning13 Land Clearing Loss of Vegetation HCV N C A Y 3 2 M Y Ada Menanam LCC14 Loss of Cultural HCV N C A Y 3 3 H Y Ada Menanam LCC15 Soil Erosion Soil Resource Loss N C A Y 3 3 H Y Ada Menanam LCC16 Surface Water Quality N C A Y 3 2 M Y Ada Menanam LCC17 Bulldozer Windrowing (flat land) Soil Compaction Reduced palm growth N I A Y 3 2 M Y Ada Penanaman LCC dan pemberian EFB18 Soil Erosion Surface Water quality N I A Y 3 1 L Y Ada Penanaman LCC 19 Soil Erosion Soil Resource Loss N I N Y 3 2 M Y Ada Penanaman LCC 20 Bulldozer Terracing Soil Compaction Reduced palm growth N C N Y 1 2 L Y Ada Penanaman LCC dan pemberian EFB21 Soil Erosion Surface Water quality N C N Y 2 2 L Y Ada Pembuatan stop band wash band, penanaman LCC dan pemberian EFB22 Soil Erosion Soil Resource Loss N I A Y 2 2 L Y Ada Penanaman LCC dan pemberian EFB23 Heavy Eqpt Field Servicing Oil Spill onto ground Soil Contamination N C A Y 1 1 L Y Ada Service harus ke bengkel24 Road Construction Soil Erosion Water Quality N C N Y 2 3 M Y Ada Pembuatan roadside drain25 Road Surfacing Laterite/Gravel Erosion Prevention Water quality protection P C A Y 2 2 L Y Ada Pembuatan roadside drain dan water outlet26 Quarry/Borrow Pit Soil Erosion Water Quality N C N Y 2 2 L Y Ada Upkeep water outlet27 Abandonment Aesthetic N C A N 1 1 L Ada Merapikan sisa galian28 Rehabilitation Water quality protection P C A Y 2 1 L Y Ada Membuat subsidiary drain29 Illegal Gardening in Buffer Zones Vegetation Removal Habitat Loss N C A Y 2 4 H Y Ada Memberikan pengertian terhadap penduduk dilarang menggarap30 Soil Erosion Surface Water quality N C A Y 2 2 L Y Ada Dengan penanaman tanaman/penghijauan31 Conservation Buffer Zone Reinstatement Habitat Enhancement P C A Y 3 4 E Y Ada Dengan penanaman tanaman/penghijauan32 Buffer Zone Reinstatement Biodiversity Improvement P C A Y 3 4 E Y Ada Dengan penanaman tanaman/penghijauan33 Forest Conversion Pest Outbreak (Rats, Wild Boar)Damage to palms N C N Y 2 2 L Y Ada Membasmi hama-hama yang merusak34 Production Loss N C A Y 1 3 M Y Ada Membasmi hama-hama yang merusak35 Upkeep Pesticide Application Pesticide Mixing Minor Spill on GroundSoil Contamination N C N Y 3 2 M Y Ada Pencampuran diadakan digudang36 Pesticide Mixing Minor Spill in DrainWater quality N Y 2 2 L Y Ada37 Chemical Odour Worker H&S N C N Y 5 2 H Y Ada Pemakaian masker38 Leaking knapsack Worker H&S N C N Y 1 2 L Y Ada Perwatan alat-alat semprot39 Excessive Spraying Beneficial Plant Loss N C N Y 1 2 L Y Ada Penyemprotan tepat dosis, waktu tepat guna (effectif)40 Chemical Fertiliser Use Nutrient leaching Surface Water quality N C N Y 2 3 M Y Ada Curan hujan tinggi jangan memupuk, pemberian EFB41 Discarded Plastic Bags Aesthetic N C N Y 3 1 L Y Ada Dikumpul42 Cover Crop Maintence Erosion Prevention Water quality protection P C N Y 3 2 M Y Ada Upkeep LCC43 Erosion Prevention Soil Conservation P C N Y 3 2 M Y Ada Upkeep LCC44 Pruning Frond Stacking Soil Conservation P C N Y 5 2 H Y Ada Susun pelepah sesuai SOP 45 Plasma Ownership Dispute Social Conflict N C N Y 1 3 M Y Ada46 Transport Road Maintenance Silt Trap cleaning Water quality protection P C N Y 5 3 E Y Ada Rutin pemeliharaan47 Surface compaction Soil Conservation P C N Y 5 2 H Y Ada Upkeep road, grading48 Silt Trap cleaning Soil Conservation P C N Y 5 3 E Y Ada Upkeep water outlet49 Truck operation Exhaust smoke emissions Air Quality N C N Y 2 3 M Y Ada Gunakan BBM yang layakdan maintenance transport50 Traffic Dust at Estate HousingAir Quality N C N Y 2 2 L Y Ada Truck jangan lewat perumahan51 Traffic Noise at Estate HousingNuisance N C N Y 2 2 L Y Ada Truck jangan lewat perumahan

CONTROLS

Page 61: riyanto.blog.uma.ac.idriyanto.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/81/2017/... · Web view=Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No.

61

PUSTAKA

1. Rothery, B. 1995. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO14000. Pustaka Binaan Pressindo. Jakarta

2. Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Rajawali Press. Jakarta 3. Hariadi, A. 2003. SML ISO14001 Interpretasi Dokumentasi Dan Implementasi. Paradigma

Pustaka. Jakarta4. Hadiwiardjo, B.H. 1997. ISO 14000 Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML).

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta5. Wardhani, A.P.D.W. 2008. Analisis Penerapan Sistem Manjemen Lingkungan. Fakultas

Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti. Jakarta 6. Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Rumah Sakit. Raja Grafindo

Persada. Jakarta7. Williem, S. 2010. Audit Lingkungan Di Universitas Katolik Atma Jaya. Fakultas Ekonomi

UNIKA Atma Jaya. Jakarta8. Bapedal. 2006. Pedoman Penyusunan AMDAL. Media Pressindo. Yogyakarta.