Teknik Radiasi Dan Isotop

227
RISALAH PERTEMUAN ILMIAH ID0000175 IINIS-ID-006 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI BUKU2 KIMIA, LINGKUNGAN, PROSES RADIASI, DAN INDUSTRI BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, JAKARTA, 1998

description

Semoga membantu. :)

Transcript of Teknik Radiasi Dan Isotop

  • RISALAH PERTEMUAN ILMIAH

    ID0000175

    IINIS-ID-006

    PENELITIAN DAN PENGEMBANGANAPLIKASI ISOTOP DAN RADIASI

    BUKU2KIMIA, LINGKUNGAN,

    PROSES RADIASI, DAN INDUSTRI

    BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, JAKARTA, 1998

  • .phkiisi Isotop Jon Rinitasi,

    RISALAH PERTEMUAN ILMIAHPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI1997/1998

    Jakarta, 18-19 Februari 1998 -yo' i '

    BUKU2

    KIMIA, LINGKUNGAN,PROSES RADIASI, DAN INDUSTRI

    BADAN TENAGA ATOM NASIONALPUSAT APLIKASI ISOTOP DAN RADIASIJL. CIERE PASAR JUMAT KOTAK POS 7002 JKSKL JAKARTA 12070; INDONESIATEL. 7690709 - KAWAT/CABLE: JUMATOM - TELEX 47113 CAIRCA IA FAX. 7691607

  • Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isolop dan Radiasi, 1998 _

    Penyunting : KPTP PAIR

    1. Dr. F. Suhadi, APU2. Ir. Elsje L. Sisworo, MS, APU3. Ir. Munsiah Maha, APU4. Dr. Ir. Moch. Ismachin, APU5. Dra. Nazly Hilmy, PhD., APU6. Dr. Made Sumatra, MS7. Dr. Ir. Mugiono9. Ir. Wandowo

    10. Dr. Yanti S. Soebianto

    Ketua merangkap AnggotaWakil Ketua merangkap AnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggota

    PERTEMUAN ILM1AH PENELITIAN DAN PENGEMBANOAN APLIKASIJSOTOP DAN RADIASI (1998 : JAKARTA), Risalah pertemuan ilmiah penelitiandan pengembangan aplikasi isotop dan radiasi, Jakarta, 18-19 Februari 1998 /Penyunting, F. Suhadi (el al.) Jakarta : Badan Tenaga Atom Nasional,Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998.2jil. ; 30 cmIsi Jil. 1. Pertanian, Petemakan, dan Biologi

    2. Kimia, Lingkungan, Proses Radiasi, dan Industri

    ISBN 979-95390-6-4 (no. jil. lengkap)ISBN 979-95390-7-2 (jil. 1)ISBN 979-95390-8-0 (jil. 2)

    1. Isotop - Kongres I. Judul II. Suhadi, F.

    541.388

    Alainat Pusat Aplikasi Isotop dan RadiasiJl. Cinere Pasar JumatKotak Pos 7002 JKSKLJakarta 12070

  • - Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    PENGANTAR

    Sebagaimana pertemuan ilmiah sebelumnya, Pertemuan Iliniah Aplikasi Isotop dan Radiasi(APISORA) ke-10 yang diselenggarakan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga AtomNasional pada tanggal 18 - 19 Februari 1998 bertujuan untuk menyebarluaskan informasi dan hasilpenelitian yang berkaitan dengan aplikasi teknik nuklir dalam bidang Pertanian, Pelemakan, Biologi,Kimia, Lingkungan, Proses Radiasi, dan Industri. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan teknologiyang telan dikembangkan dalam bidang ini dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkaituntuk kepentingan masyarakat pada umumnya.

    Pertemuan ilmiah kali ini dihadiri oleh 152 orang peserta yang terdiri dari para ilmuwan danpeneliti, serta wakil-wakil dari berbagai instansi pemerintah (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup,Puslitbang BULOG, Balitbu Soiok, Balittas Malang, Balitbio Bogor, Balittro Bogor, Balitpa Sukamandi,Balithi Jakarta, dan Depkes), Perguruan Tinggi (UPN Yogyakarta, Univ. Borobudur Jakarta, Univ.Diponegoro Semarang, Univ. Brawijaya Malang, Univ. ndalas Padang, Univ. Padjadjaran Bandung,dan IPB Bogor), dan Swasta (PT. Perkasa Sterilindo dan PT. Pfizer Indonesia).

    Dalam pertemuan ilmiah ini dibahas enam inakalah utama yang dibawakan oleh pejabat senior.Selanjutnya, dibahas sebanyak 51 inakalah hasil penelitian yang dibagi dalam empat kelompok dandipresentasikan secara paralel.

    Penerbitan risalah pertemuan ilmiah ini diharapkan dapat menambah suinber informasi dan ilmupengetahuan yang berkaitan dengan teknik nuklir bagi pihak yang inembutuhkan untuk menunjangkeberhasilan pembangunan di masa mendatang.

    Penyunting,

  • PLEASE BE AWARE THATALL OF THE MISSING PAGES IN THIS DOCUMENT

    WERE ORIGINALLY BLANK

  • - Penetitian dan Pengembangan Aptikasi fsotop dan Radiasi, / 998

    DAFTAR ISI

    Pengantar iDaftarlsi iiiLaporan Ketua Panitia Pertemuan Ilmiah vSambutan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional vii

    MAKALAH UNDANGAN

    Program Strategis BATAN dalam Aplikasi Teknik NuklirIYOSR. SUBKY 1

    Kebijakan Pengelolaan Lingkungan HidupRTM. SUTAMIHARDJA 3

    ^ ., , Aplikasi Teknik Nuklir dalam Masalah Pencemaran LingkunganMADE SUMATRA 7

    . Status Iradiasi Pangan Saat ini dan Arah Pengembangannya:' 7

    MUNSIAHMAHA 15

    Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi di PAIR-BAT AN dalam Pelita VII'"' "' F. SUHADI 23

    Teknologi dan Aplikasi Pemercepat Elektronv U

    M. NATSIR 37

    MAKALAH PESERTA (KIMIA, LINGKUNGAN)

    Pengaruh iradiasi gamma pada zat warna basa maxilon blue dalam airJ2V WINARTI ANDAYANI, AGUSTN S.M. BAGYO, ERMIN K. WINARNO, dan HENDIG

    WINARNO 47

    Pengurangan warna dan penguraian zat warna direct black 22 dalam air dengan iradiasi gamma1V- dan aerasi

    1 ERMIN K. WINARNO 55

    Karakterisasi panasbumi di daerah Sumatra dan Sulawesi Utara dengan menggunakan

    A geotermometer T I8OSO4 H20

    ZAINAL ABIDIN, WANDOWO, R. RISTIN P.I., DJIONO, dan ALIP 65

    _/ Metode ekstraksi sulfur dengan pereaksi kiba untuk penentuan isotop sulfur-34' J

    EVARISTARISTIN P I , ZAINAL ABIDIN, DJIONO, dan JUNE MELLA W ATI 73

    Estimasi laju erosi menggunakan isotop alam l37CsI >*

    N I T A SUHARTINI, ELLIOT, G.L., MILNE, A.T., dan WAI ZIN 0 0 81

    .., ;>, Penentuan parameter penyebaran polutan radioaktif di dalam air tanah"" P. SIDAURUK, BAROKAH A., SYAFALNI, dan WIBAGIYO 89

    ~,,^ , Analisis unsur dalam contoh debu udara di Jakarta secara spektrometri pendar sinar-XYUMIARTI, M. YUSUF, JUNE MELLAWATI, YULIZON MENRY, dan SURTIPANTI, S 95

    r\, Penentuan impuritas dalain pengukuran aktivitas radionuklida dengan menggunakan detektor

    non diskriminasiNAZAROH dan DADONGISKANDAR 101

    111

  • Penelitian dan Pcngembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. 1998 _

    Distribusi unsur pada sedimen danau Sunter JakartaJUNE MELLAWATI, YUMIARTI, YULIZON MENRY, SURTIPANTI, S., dan TOMIHUTABARAT 107

    Konsentrasi strontium-90 pada beberapa jenis sayuran di Jawa TimurEMLINARTI,TUTIKINDIYATI,danMINARNIAFFANDI 117

    Pengaruh inusiiii panas dan nnisim luijan terhadap aplikasi formulasi terkendali dimetoat padatanaman kedelaiULFA T. SYAHRR, ALI RAHAYU, M. SULISTIYATI, SOFNIE M.Ch., DAN M. SUMATRA 123

    MAKALAH PESERTA (PROSES RADIASI DAN INDUSTRI)

    Analisis tennogravimetri polimer campuran akrilat-vinil eter hasil "curing" secara radiasiSUGIARTO DANU dan TAKASHI SASAKI 127

    Karakterisasi hidrogel poli (vinil alkohol) (PVA) hasil polimerisasi radiasiERIZAL dan RAHAYU C 137

    Efek radiasi terhadap inatriks campuran PP/PMMA dan PP/PP-g-PMMAMARSONGKO dan YANTI S. SOEBIANTO 145

    Pengaruh emulsifier pada kestabilan lateks LA-TZ iradiasiMADE SUMARTIK., MARGA UT AMA, dan TIT A PUSPITAS ARI 153

    Mempertahankan inutu tnakanan tradisional dodol kombinasi iradiasi dan pengemas modifikasiatmosferRINDYP.TANHINDARTO 161

    Efek monomer polifungsional pada sifat fisik bahan PVC iradiasiISNI MARLIJANTI, ANIK SUNARNI, dan GATOT T.M.R 169

    Karakterisasi polietilen densitas rendah iradiasiKADARJJAH, ISNI MARLIJANTI, dan ANIK SUNARNI 177

    Pelapisan permukaan parket kayu kelapa {Cocos nucfera L.) dengan teknik radiasi menggunakanresin epoksi akrilat dan poliester tak jenuhDARSONO, SUGIARTO DANU, dan ANIK SUNARNI 185

    Pengaruh sterlisasi radiasi pada kandungan radikal bebas dalam bahan tninuman kerngNURHIDAYATI, SUTJIPTO SUDIRO,danMUNSIAHMAHA 191

    Pelapisan permukaan kayu jeungjing (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) menggunakanresin akrilat dengan teknik radiasiGATOT SUHARIYONO, SUGIARTO DANU, dan MOND JO 199

    Pemantauan total alfa di udara dan paparan radiasi gamma di kawasan dan sekitar pusatpembangkit listrik tenaga uap paitonSUT ARMAN dan ASEPWARSONA 211

    TL dan PTTL pada kuarsa : dosimetri dosis tinggi untuk proses radiasiMUHAMMAD FATHONY 219

    Penentuan lokasi rembesan pada dasar bendungan dengan teknik radioisotop di bendunganNgancar, WonogiriWIBAGIYO, INDROYONO, ALIP, BUNGKUS P., dan HARYONO 229

    IV

  • _ Peneiitian dan Pengembangan Apiikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    LAPORAN PANITIA PELAKSANAPERTEMUAN ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI X PAIR-BATAN DI JAKARTATanggal 18 - 19 Februari 1998

    Yang terhormat,

    Bapak Direktur Jenderal Badan Tenaga AtomNasional, para Deputi Direktur Jenderal, Kepala PusatApiikasi Isotop dan Radiasi, serta para peserta PertemuanIlmiah Peneiitian dan Pengembangan Apiikasi Isotop danRadiasi yang berbahagia.

    Pada kesempatan ini perkenankanlali kami selakuPanitia Penyelenggara menyampaikan laporan pelaksanaanPertemuan Ilmiah Apiikasi Isotop dan Radiasi ke 10 yangdiselenggarakan pada tanggal 18-19 Februari 1998.

    Sebagaimana pertemuan ilmiah sebelumnya,tujuan utama pertemuan ini ialah untuk menyebarluaskanhasil peneiitian yang telan dicapai oleh PAIR agar dapatdimanfaatkan secara maksimal bagi yang memerlukannya.Selain itu, diharapkan melalui pertemuan ini para penelitidalam dan luar PAIR dapat saling bertukar informasi,sehingga dimasa yang akan datang dapat melakukanpeneiitian yang lebih baik melalui kerja sama pada jalurformal dan informal.

    Berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya,kali ini kami melaksanakannya dengan segala keterbatasandana. Dalam keadaan krisis keuangan yang dialami olehsemua instansi dan lembaga peneiitian, kami masih dapatmelaksanakan pertemuan ilmiah ini. Untuk itu kamimengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadasemua pihak yang telah berupaya mendanai. Dengan inipula kami menghimbau para peserta untuk dengan penuhantusias mengikuti seluruh persidangan yang ada.

    Pada pertemuan kali ini telah terdaftar 132 orang,dengan rincian 60 orang pembawa makalah dan 72 orangpeserta peninjau. Makalah yang dipresentasikan terdiri dari6 makalah undangan, dan 54 makalah biasa (sudahtcnnasuk didalamnya 8 makalah poster).

    Tata cara persidangan, persidangan dibagi atassidang pleno dan sidang kelompok yang masing-masingdilaksanakan pada hari ini dan besok. Sidang kelompok

    terdiri dari 4 kelompok, yaitu pertanian, peternakan danbiologi, kimia dan lingkungan, serta proses radiasi danindustri. Presentasi poster diadakan pada esok hari sebelumsidang kelompok, yaitu dari pukul 8.15 sampai denganpukul 9.00. Para peserta diharapkan untuk mengikutiseluruh persidangan. Karena keterbatasan dana, makalahundangan tidak dapat dibagikan. Bagi peserta yangmemerlukan supaya menghubungi panitia.

    Bagi para pembawa makalah dan team pemeriksamakalah, kami sangat mengharap pengertiannya supayamenyelesaikan makalah secepat mungkin. Untukmempennudah dan mempercepat penerbitan prosiding,penyerahan makalah lengkap beserta disket paling lambattanggal 8 Mei 1998 harus sudah sampai di tangn panitia.Bagi peserta dari luar kota, mohon diperhatikan, bukan cappos.

    Pada akhirnya, sekali lagi panitia mengucapkanbanyak terima kasih kepada semua pihak yang telahbersusah payan mengusahakan terselenggaranya pertemuanini. Panitia juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabilaada kekurangan dan kesalahan baik sengaja maupun tidakdalam pelaksanaan pertemuan ini.

    Demikianlah laporan kami, semoga pertemuanilmiah APISORA X ini bermanfaat bagi kita semua.

    Selamat bersidang dan bertukar informasi. Terimakasih.

    Jakarta, 18 Februari 1998Ketua Panitia

    Pertemuan Iliniah Peneiitian danPengembangan Apiikasi Isotop

    dan Radiasi X

    Dr. YANTI S. SOEBIANTO

  • _ Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    SAMBUTANDIREKTOR JENDERAL

    BADN TENAGA ATOM NASIONAL

    Assalamu 'alaikum Warahmatuliahi Wabarakatuh

    Para Undangan, Peserta Pertemuan Ilmiah dan Hadirinyang saya hormati.

    Alhamdulillah, pagi hari ini kita bersama-samadapat berkumpul lagi di tempat ini untuk mengikuti acarapeinbukaan pertemuan ilmiah "Penelitian danPengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi" yangdiselenggarakan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi(PAIR) BATAN selama 2 hari, dan tanggal 18 sampaidengan 19 Februari 1998. Pertemuan ilmiah penelitian danpengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi ini sudahmerupakan salah satu acara kegiatan tahunan PAIR.Pertemuan yang sebentar lagi akan resmi dibuka ini adalahmerupakan pertemuan yang kesepuluh kalinya. Padapertemuan-pertemuan yang lalu juga sudah dibahasberbagai hasil penelitian dan pengembangan aplikasi isotopdan radiasi diberbagai bidang. Pada pertemuan ini akandibahas hasil-hasil penelitian dan pengembangan aplikasiisotop dan radiasi dalam bidang pertanian, peternakan,biologi, kimia, lingkungan, proses radiasi, dan industri.

    Hadirin yang saya hormati,

    Pertemuan seperti ini sangat penting artinya bagiilmuwan sebagai ajang tukar menukar informasi, berbagaipengalaman untuk memperluas cakrawala serta wawasanmasing-masing. Dengan saling membuka diri, danmengemukakan "interest masing-masing, memungkinkanuntuk terbukanya peluang kerja sama antara satu penelitidengan peneliti lainnya baik dalam satu instansi maupunberbeda instansi untuk mewujudkan hasil yang lebih besardan lebih bermanfaat. BATAN melalui Pusat AplikasiIsotop dan Radiasi ditugasi untuk mengembangkan aplikasiisotop dan radiasi diberbagai bidang untuk tujuankesejahteraan umat manusia. Beberapa penelitian danpengembangan ini sudah ada hasilnya dan bahkan sudahada yang dapat dimasyarakatkan baik berupa paketteknologi, produk, infonnasi maupun tnetodologi. Hasil-hasil tersebut mungkin dapat Saudara ikuti melaluipemaparan di dalam sidang-sidang kelompok nantinya.

    iSelain dari hasil tersebut, pengetahuan, keahlian,dan pengalaman yang dimiliki oleh para peneliti sertatersedianya fasilitas penelitian yang makin bertambah baikmerupakan modal yang sangat penting untuk melanjutkankegiatan-kegiatan penelitian untuk mencapai hasil yanglebih baik dimasa mendatang.

    Hadirin yang terhormat,

    Beberapa bulan belakangan ini negara kita dilandakrisis moneter yang tentunya sangat berpengaruh terhadapkemampuan negara dalam menyediakan dana bagipembangunan. Menurunnya kemampuan ini ditandaidengan adanya penjadwalan kembali beberapa proyekpembangunan dan dampaknya juga dirasakan oleh parapeneliti yang menerima dana penelitian semakin mengecilakibat apresiasi nilai rupiah tersebut. Sudah saatnya parapeneliti meningkatkan kegiatan kemitraan dengan pihakluar sebagai pengguna akhir hasil penelitian ataupundengan mitra dari berbagai instansi terkait sehingga dicapaisinergisme kegiatan. Kita tidak dapat lagi bergantungkepada sumber dana tradisional, yaitu dana yang diperolehmelalui DIP/DIK.

    Walaupun begitu saya yakin para peneliti akanmampu menghadapi masalah ini secara bijaksana melaluipenyusunan kembali kegiatan penelitiannya berdasarkanskala prioritas masing-masing.

    Hadirin yang saya hormati,

    Pada kesempatan ini saya juga inginmenyampaikan penghargaan kepada semua pesertapertemuan ilmiah ini, te ruta ma kepada peserta dari luarBATAN yang telah berpartisipasi dalam mensukseskanpertemuan ini. Selamat berseminar, semoga seminar iniberjalan lanar, sukses dan memberikan manfaat untuk kitasemua.

    Akhirnya dengan mengucapkan "Bismillahirroh-manirrohim" pertemuan ilmiah "Penelitian danPengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi" ini secararesmi saya nyatakan dibuka.

    Atas perhatian para hadirin saya ucapkan lerimakasih.

    Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Jakarta, 18 Februari 1997

    DIREKTUR JENDERALBADAN TENAGA ATOM NASIONAL

    Ir. M. IYOS R. SUBKI, M.Sc

    vu

  • _ Peneiitian dan Pengembangan Apiikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    PROGRAM STRATEGIS BATAN DALAM APLIKASI TEKNIK NUKLIR

    M. Iyos R. Subki

    Badan Tenaga Atom Nasional

    PENDAHULUAN

    Indonesia adalah suatu negara kepulauan yangberada pada posisi yang sangat strategis di daerahkhatulistiwa, yaitu menghubungkan benua Australia danAsia dan samudra Pasifik dan Hindia. Ikliinnya yangmenyenangkan, kekayaan alamnya yang beragam sertajumlah penduduknya yang melebihi 200 juta, menjadkanIndonesia sebagai suatu negara yang inempunyai potensibesar dalam suinber daya manusia (SDM) dan sumber dayaalain (SDA) untuk berkembang menjadi negara kuat dikawasan Asia-Pasifik.

    Menghadapi Era Globalisasi yang akan dimulaipada perniulaan abad ke-21, yang ditandai dengan eraperdagangan bebas, investasi bebas serta ketenaga kerjaanbebas, negara-negara yang kurang manipumengeinbangkan dan inemanfaatkan IPTEK untukmengembangkan ekonomi nasionalnya akan menghadapikesulitan untuk bersaing. Pengalaman inenunjukkan bahwapada zaman sulit sekarang ini industri yang menggunakanbahan baku impor tidak kompetitif dan sukar bersaingdengan industri yang menggunakan bahan baku lokal.

    BATAN adalah leinbaga penierintah yang khususinenangani IPTEK nuklir, yang harus menjawab tantanganbagaimana BATAN melalui IPTEK nuklir dapatmeningkatkan pengabdiannya untuk keselamatan,kesehatan dan kesejahteraan bangsa melalui peinanfaatanpotensi yang dimilikinya. Untuk menunjang program yangkoinpetitif dan komparatif, mutlak diperlukan suatununusan VISI BATAN yang realistis berdasarkan tugasdan fungsi BATAN menurut Undang-undang RepublikIndonesia No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran, yangdiikuti oleh rumusan rencana strategis (Renstra) yangmeinuat sasaran-sasaran jangka panjang serta strategipencapaiannya dengan tahapan-taliapan yang jelas. Renstratersebut dijabarkan dalani bentuk program lima talumandan program tahunan.

    Rencana strategis Apiikasi Teknik Nuklir,haruslah dikembangkan berdasarkan skenario yangmenggambarkan keadaan masa sekarang, dan keadaanyang ingin dicapai di masa depan dengan tahapan yangmenjelaskan rencana jangka pendek, menengah danpanjang. Karakterisasi yang dipakai adalah : budaya,sumber daya manusia, iptek dan kesejahteraan. Dalammencapai sasaran yang diinginkan pelaksanaan programharuslah ditunjang dengan jaringan informasi yang luasyang meliputi : Jaringan iiifonnasi intern Organisasi Jaringan informasi skala Nasional Jaringan iiifonnasi skala Internasional

    Untuk memperjelas penjabaran program slrategisBATAN dalani Apiikasi Teknik Nuklir, dibahas masalah-masalah sebagai berikut :

    PENGEMBANGAN KEBIJAKSANAAN APLIKASITEKNIK NUKLIR ABAD-21

    Penjelasan mengenai kebijaksanaan ApiikasiTeknik Nuklir tersebut terliht pada Gambar 1, yangmeliputi karakter : Sosial ekonomi budaya (Sosekbud),SDM, Iptek dan Mitra kerja yang diharapkan potensialmenjadi pengguna hasil. Program menetapkan kondisi yangakan dicapai yang didasarkan kepada kondisi karaktersekarang dengan memasukkan parameter yangmempengaruhi seperti Infra Struktur dan Manajemen sertajangka waktu pencapaian.

    Lingkungan- Tantangan ^- Masalah | ( =Tujuan=

    . sosekbud >- Peluang I

    Ide

    Ferjuangan(Rencana + Program)

    Ide

    Cambaranmasa

    depan

    - Budaya-SDM- Iptek- Mitra-Ekon

    SDMInfrastrukturManajemen

    Gambar I.

    KarakterisasiMasa depan dan kondisi sosial, ekonomi serta

    budaya (sosekbud) yang diharapkan dijelaskan sebagaiberikut : Budaya ; Waktu, kerja, ilmu, litbang, industri, teamwork SDM : Kreativitas litbang, inovasi industri,

    manajemen, integritas yang tinggi denganimtaq (iman dan taqwa)

    Iptek : Ilmu -*- teknologi industri- produk kualitas tinggi :

    inovasi industri -*- hasilguna- jasa kualitas tinggi

    Mitra : - industri usaha bersaina yang salingmenguntungkan

    - lembaga- hubungan internasional

    Sosek : 41 > inflasi

    Program IptekRumusan program Iptek yang akan dikembangkan

    harus dicari dari tantangan, masalah dan peluang dengandidukung oleh SDM, infrastruktur dan manajemen sepertiterliht pada Gambar 2.

  • Peneitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998-

    Tantangan

    Masalah

    Peluang

    SDM

    Infrastruktur

    ManajemenGanibar 2.

    Kita ingin mengembangkan Iptek yang dapatmencapai situasi masa depart yang diharapkan, yaitutercapainya tujuan dan sasaran yang diinginkan

    Dimensi Iptek Nuklir Abad-21 Landasan Ilmu Dasar (Fisika, Kimia, Biologi,

    Informatika) yang kuat. Instrumentasi dan Alat yang canggih seperti : Mesin

    peniercepat zarah. Mesin berkas ion, Reaktor plasma. SDM yang unggul.

    PROGRAM JANGKA PENDEK DAN JANGKAPANJANG APLIKASI TEKNIK NUKLIR ABAD-21

    Program meliputi bidang-bidang sebagai berikut :

    Pertanian Berkclanjutan Mutasi tanaman pangan, untuk jangka panjang juga

    dilakukan untuk tanaman industri dan holtikulturasesiiai pennintaan pasar. Peneitian biologi molekularmulai diaktifkan.

    Sterile Insect Technique (SIT) dengan radiasi. Terutamaditckankan untuk menunjang program nasional(serangga lokal).

    Peternakan, terutama untuk menunjang programnasional di bidang peternakan seperti mencari komposisibaru inakanan tambaban, radiovaksin, inseminasi, dll.

    Pengawetan makanan sesuai permintaan pasar.Dikembangkan pemakaian Mesin Berkas Elektron disamping sinar gamma.

    Memperbaiki Keschatan Manusia Biologi radiasi terapan dan terapi radiasi unluk berbagai

    penyakit (kanker, efek mutagenic, dan carcinogenic dariradiasi dosis rendah dan zat kimia beracun akibat siklusradiasi, dll).

    Kedokteran nuklir untuk diagnostik (fimgsi otak danjantung. hipothiroid untuk bayi, biologi molekular, dll).

    Senyawa bertanda untuk kedokteran nuklir danbiomolekul bertanda untuk biologi molekular.

    Sterilisasi radiasi produk kesehatan dan jaringan biologi. Peneitian nutrisi meinakai perunut. Peneitian lingkungan (peneitian polusi dengan teknik

    nuklir dan perunut).

    Suplai Air Berkclanjutan Pendekatan model untuk peneitian : sumber, dinamik,

    polusi air tanah. Pendekatan model peneitian pengaruh air permukaan

    dan sedimen. Pendekatan model untuk intrusi air laut. Desalinasi air laut dengan reaktor nuklir.

    Lingkungan Kelautan yang Bersih dan Aman Melakukan kajian dan pemantauan aspek pencemaran

    bahan radioaktif pada lingkungan kelautan {cleanermarine environment)

    Peneitian ekologi di sekitar lokasi instalasi nuklir daninstalasi pengolahan limbah radioaktif.

    Jasa dan Produk dari Aplikasi Teknik NuklirPertanian, industri, dan kesehatan : Jasa seperti

    sterilisasi, pengawetan makanan dan kosmetika denganradiasi, NDT, gauging, dan perunut dalam industri dangeotennal, kedokteran nuklir, anlisis bahan, pelapisanpermukaan, shrinkable materials, dll.

    Produk seperti : radioisotop, radiofarmaka, danbiomolekul bertanda, RIA, IRMA, mutan tanaman,radiovaksin, pakan ternak, peralatan kedokteran nuklir,lateks alam iradiasi, jaringan biologi untuk implantasi(tulang dan amnion).

    Jasa konsultasi dan pendidikan.

    Aplikasi Isotop dan Radiasi dalam Industri danLingkungan Proses radiasi untuk produksi material baru,

    menggunakan Mesin Berkas Elektron sesuai permintaanpasar, terutama menggunakan indigenous materials.

    Uji tak rusak untuk kendali mutu. Nucleonic control system untuk peningkatan efisiensi

    proses (process control and optimization). Perunut untuk peningkatan efisiensi proses dan

    diagnosis untuk kerja peralatan proses. Pengolahan limbah dan bahan pencemar non radioaktif

    (membersihkan gas buang industri dan bahan beracunlainnya dengan Mesin Berkas Elektron).

    Teknik nuklir untuk anlisis polutan. Aplikasi isotop untuk pengembangan sumber daya alam

    (panas bumi dan minyak bumi, dll).

    Dokumentasi Kegiatan dan Penyebarluasan Hasil yangDiperoleh Scmua hasil peneitian harus didokumentasikan dengan

    baik menurut sistem terbaru. Penyebarluasan hasil dilaksanakan menurut sistem

    infonnasi yang canggih.

    KESIMPULAN

    Dari uraian Program Strategis Batan dalamAplikasi Teknik Nuklir dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut : Program haruslah didasarkan pada pemecahan masalah

    dengan memperhatikan kondisi SDM, Infrastruktur dandilaksanakan menurut sistem manajemen yang baik.

    Tujuan program adalah untuk kesejahteraan masyarakat,yaitu impact sosial-ekonomi dengan memperhatikanlingkungan dan budaya.

    Dalam menyusun dan melaksanakan program, haruslahbertumpu pada U.U. No. 10/1997 tentangKetenaganukliran.

  • _ Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

    RTM. Sutamihardja

    Staf Ahli Menteri Lingkungan Global, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Da lam Repelita I pertumbuhan ekonotni masihsangat bergantung pada penyediaan sumberdaya alam danjasa lingkungan hidup seperti bahan galian, hasil lautan,liutan, lahan subur, keindahan alam, dan sumber daya air.Potensi sumber alam dan lingkungan tersebut masih amatsedikit yang sudah dikenali. Sementara itu, pertumbuhanekonomi masih memerlukan lebih banyak sumber alam danjasa lingkungan hidup. Oleh karena itu, sasaran pentingdalam pembangunan lingkungan hidup adalahmeningkatnya pengenalan jumlah dan mulu sumber alamserta jasa lingkungan yang tersedia di alam, pengenalantingkat kerusakan, penggunaan, dan kcmungkinanpengembangannya. Sasaran ini erat kaitannya denganpengembangan sistem tata guna sumber alam yang lebihadil dan lebih merata. Pengenalan daya dukung lingkunganyang tepat akan membantu pencapaian sasaran penataanruang yang lebih efisien, efektif, dan berwawasanlingkungan. Alokasi kegiatan peinbangunan ke dalamruang yang tepat berdasarkan daya dukung lingkunganakan lebih mudah dilakukan.

    Berbagai sumber alam telah digunakan dalampembangunan selaina ini. Karena kurang hati-hati dalampemanfaatannya, banyak sumberdaya alam dan lingkunganhidup yang inakin menurun jumlah dan mutunya, seliinggamanfaatnya makin berkurang. Sementara itu, di masadepan pembangunan akan makin beranekaragam danmemerlukan dukungan sumber alam dan lingkungan yanglebih beranekaragam pula. Oleh karena itu, diperlukanpemeliharaan sumber alam dan lingkungan hidup yangmasih utuh agar kesempatan bagi pembangunan yang lebihberanekaragam di masa depan tidak berkurang. Dalamhubungan itu, perlu disisihkan sebagian dari ekosistemalam yang masih utuh dijadikan kawasan konservasi alam,yang diperlukan sebagai penyediaan plasma nutfah gunapembudidayaannya di masa depan, misalnya denganrekayasa genetik.

    Dalam Repelita VI kurang lebih 10 persen dariekosistem alam perlu disisilikan untuk keperluan tersebut,dalam bentuk suaka alam, suaka margasatwa, tamannasional, hutan lindung, dan sebagainya.

    Di samping itu, dipelihara pula keanekaragamanhayati yang terdapat di luar kawasan konversi di daerahpedesaan dan Iain-lain. Terpeliharanya kawasan konversi,hutan lindung, keanekaragaman hayati, dan ekosistemkhusus. Wilayah daerah aliran sungai (DAS), terumbukarang dan hutan bakau merupakan sasaran yang pentingbagi pembangunan dan perlindungan lingkungan.

    Kemampuan sistem pengelolaan lingkunganhidup menentukan keberhasilan upaya pelestarian ftingsilingkungan. Sistem pengelolaan ini terdiri dari organisasidan tata cara, nulai dari pusat sampai ke daerah. Dalambentukan ini, juga termasuk institusi dan organisasipemerintah, dunia usaha, dan inasyarakat. Pada waktu ini

    kerusakan lingkungan hidup se ring kali disebabkan olehsistem pengelolaan yang bclum efektif dan efisien. Olehkarena itu, sasaran pengelolaan lingkungan hidup lainnyaadalah terbentuknya sistem kelembagaan yang lebih efisiendan efektif, mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, baikdalam lingkungan pemerintah, dunia usaha maupunorganisasi masyarakat. Sasaran ini mencakup pulaterbentuknya kelembagaan dalam sistem pembiayaanlingkungan hidup, organisasi pelaksanaan dan pengawasandan sistem informasi serta komunikasi sosialnya. Dengansistem pengelolaan yang efektif, peran serta masyarakatdalam pembangunan lingkungan hidup akan meningkat.

    Kerusakan sumber alam dan pencemaranlingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh kegiatanpembangunan yang kurang memperhatikan daya dukunglingkungan hidup. Limbah industri dan rumah tangga yanglangsung dibuang ke dalam sungai dan sistem perairanalamiah atau ke udara menimbulkan biaya sosial yangmakin besar bagi masyarakat baik dalam bentuk biayauntuk kesehatan, menurunnya produktivitas danpendapatan karena sakit, tidak berfungsinya sungai untukmendukung kegiatan pcrikanan dan penyediaan air minum,dan sebagainya. Limbah bahan berbahaya dan beracun (63)yang dibuang sembarangan ke dalam lingkungan akanmematikan kemampuan dan fungsi lingkungan hidupdalam mendukung perikehidupan. Oleh karena itu, sasaranyang penting pula adalah terkendalinya pencemaranperairan dan udara yang disebabkan oleh kegiatanpembangunan atau cara hidup masyarakat.

    Diantara berbagai sektor yang menimbulkanpencemaran lingkungan, sasaran pengendalian pencemaranyang terpenting diantaranya adalah sektor perhubungan,energi, pertanaian, pertambangan, dan industri. Dari segilokasi, sasaran pengendalian pencemaran lingkungan hidupyang terpenting adalah daerah padat penduduk dan padatpembangunan, seperti daerah Gresik - Bangkalan -Mojokerto - Surabaya - Sidoarjo - Lamongan, pantai utaraJawa, Jakarta - Bogor - Tangerang - Bekasi, Bandung Raya,Bagian Timur Kalimantan Timur, Lhok Seumawe, Medan- Belawan, Ujung Pandang, dan Bali. Sasaran lain adalahpengendalian pencemaran di 101 sungai terpenting diseluruh Indonesia yang sudah mengalami pencemaranberat.

    Meskipun pantai Indonesia terhitung pantai yangterpanjang di dunia, karena kepadatan penduduk danpemanfaatannya tidak merata, beberapa bagian pantai telahmengalami kerusakan. Sebagian besar terumbu karang danhutan bakau di sepanjang pantai Pulau Jawa, Selat Malaka,dan Bali telah rusak. Daerah pantai ini juga merupakandaerah yang padat pembangunan, baik berupa.pembangunan pemukiman, industri maupun perhubungan.Dengan demikian, mutu perairan pantai juga mengalamipenurunan sehingga manfaatnya bagi kegiatan budi daya

  • Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isolop dan Radiasi, 1998-

    laut. pariwisata, dan Iain-lain menjadi semakin berkurang.Olah karena itu, sasaran pembangunan lingkungan hidupdalam kaitannya dengan daerah pantai ini adalahterkendalinya kerusakan pantai dan terpeliharanya mutudan fungsi kavvasan pantai untuk berbagai keperluanpembangunan, terutama bagi keperluan peningkatankesejahteraan penduduk miskin yang banyak terdapat didaerah pantai.

    Sebagai akibat penggunaan yang berlebihan tanpaupaya pelestarian ftingsinya. banyak lahan subur yang telahberubah menjadi kritis. Di daerah seperti ini lahan tidakdapat memberikan hasil yang memadai bagi penduduknyasehingga penduduk menjadi lebih miskin. Tanah kritistersebut dapat ditingkatkan produktivitasnya denganteknologi yang memadai. Rehabilitasi tanah kritis akanmemberikan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagipenduduk yang miskin menjadi sasaran yang penting untukmeningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkanfungsi lingkungan hidup. Sasaran tersebut dikaitkandengan rehabilitasi wilayah DAS. Sekurang-kurangnya 39DAS telah mengalami penurunan mutu dan harusdipulilikan fungsinya.

    KEBLJAKSANAAN PEMBANGUNAN LINGKUNGANHIDUP PADA REPELITA VI

    Kebijaksanaan pembangunan lingkungan hiduppada Repelita VI meliputi (a) pemilihan lokasipembangunan; (b) pengurangan produksi limbah; (c)pengelolaan limbah; (d) penetapan baku mutu lingkungan;(e) pelestarian alam dan rehabilitasi sumber daya alam danlingkungan hidup; dan (f) pengembangan kelembagaan,peran serta masyarakat, dan kemampuan sumber dayamanusia.

    a. Pemilihan Lokasi Pembangunan. Bertambahlajunya pertumbuhan dan kegiatan pembangunan padaRepelita VI menuntut peningkatan efisiensi penggunaansumberdaya alam dan lingkungan. Untuk menghindaripemborosan penggunaan sumberdaya alam dan kerusakanlingkungan. pemilihan lokasi yang tepat untuk setiapkegiatan merupakan pertimbangan utama dan pertamadalam pembangunan.

    Pemilihan lokasi pembangunan didasarkan padakemampuan atau daya dukung lingkungannya, yangmeliputi kemampuan menyediakan bahan baku, menerimadainpak yang terjadi dan daya dukung lingkungan tersebut.Kegiatan inventarisasi sumberdaya alam dan lingkunganmerupakan kegiatan utama yang perlu dilakukan. Kegiatanini erat kaitannya dengan penetapan kawasan lindung danpemanfaatan kawasan budi daya serta penempatan lokasipembangunan yang tepat dalam pola tata ruang nasionaldan daerah.

    b. Pengurangan Produksi Limbah. Peningkatanefisiensi produksi dalam bidang industri, pertambangan,transportasi. energi. perumahan, dan Iain-lain terusditingkatkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangiproduksi limbah yang berupa B3, limbah cair, limbahpadat. dan limbah gas yang langsung dibuang ke

    lingkungan alam. Efisiensi produksi tersebut dapatdilakukan melalui pemilihan bahan baku, pengembanganteknologi, pemanfaatan ulang dan Iain-lain sehinggalimbah yang dihasilkan makin berkurang. Di samping itu,dikembangkan pula pengaturan kualitas dan kuantitaslimbah yang dapat dibuang ke media lingkungan hidup.

    c. Pengelolaan Limbah. Penyediaan fasilitaspenampungan dan pengelolaan limbah secara terpusat danmemadai akan terus ditingkatkan untuk memberikesempatan bagi para investor untuk mengolah limbahnya.Bagi kegiatan usaha skala kecil penyediaan fasilitaspenampungan dan pengolahan limbah serta pembinaannyayang lebih efektif juga diupayakan peningkatannya.

    Pengendalian pencemaran air akan dilaksanakandengan memusatkan perhatian pada sungai dan danau yangmempunyai fungsi strategis dan atau yang telah mengalamidegradasi fungsi. Selain itu, ditingkatkan pula pencegahanintrusi air laut ke dalam air bawah tanah, terutama padakawasan padat pembangunan. Hal itu dilakukan melaluipenataan ruang, pengembangan teknologi, penetapan bakumutu lingkungan dan baku mutu limbah, penerapankebijaksanaan insentif dan disinsentif, serta peran sertamasyarakat.

    Sementara itu, pengendalian pencemaran udara diperkotaan dan kawasan industri dikembangkan melaluipenurunan emisi polutan udara dari setiap sumber,pemilihan teknologi yang tepat, pembangunan ruangterbuka hijau, dan taman kota. Di samping itu, jugadilakukan pengembangan pengelolaan lalu lintas kota yangdapat memperlancar arus kendaraan bermotor danpengembangan sistem angkutan kota yang efisien danefektif. Demikian pula pemakaian sumber energi yang lebihbersih terus dikembangkan.

    Pencegahan pencemaran laut dilakukan melaluipembinaan serta peningkatan pengawasan dan penegakanhukum. Khusus dalam penanggulangan pencemaran olehminyak di laut diusahakan agar perusahaan di bidangperminyakan, pengangkutan, dan pelabuhan mampumenanggulangi dan mencegah terjadinya pencemaran olehininyak. Pengendalian pencemaran laut ini diarahkan untukmeningkatkan kualitas perairan, terutama pada wilayahstrategis, yaitu wilayah tujuan wisata, kawasan pelabuhandan jalur padat pelayaran, wilayah penambangan lepaspantai, serta wilayah yang secara ekologis peka terhadapkerusakan lingkungan.

    Dalam upaya pemeliharaan dan perlindunganlingkungan hidup terus dikembangkan dan ditingkatkankerjasama regional dan internasional. Kerjasama ini,terutama berkaitan dengan masalah lingkungan global,meliputi masalah meningkatnya suhu bumi karenapemakaian bahan bakar fosil yang berlebihan dankebakaran hutan, perubahan iklim, menipisnya lapisanozon, serta pencemaran di laut lepas.

    d. Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Tingkatpencemaran lingkungan suatu daerah dapat ditetapkanberdasarkan kemampuan lingkungan tersebut dalammenerima bahan pencemaran. Kemampuan lingkunganuntuk menerima beban pencemaran tanpa harusmenimbulkan dampak ngatif yang berarti dinyatakan

  • _ Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    dalam baku mutu lingkungan. Baku mutu ini selanjutnyadijadikan acuan untuk mengevaluasi dampak dar i setiapkegiatan pembangunan terhadap lingkungan. Sesuaidengan sifat dan potensi wilayah yang berbeda-beda, bakumutu lingkungan dari setiap wilayah akan berbeda. Bakumutu lingkungan yang baik merupakan sasaran dalampembangunan lingkungan yang ingin dicapai. Sementaraitu, pencapaian baku mutu limbah merupakan strategibertahap untuk mencapai tujuan baku mutu lingkunganmelalui pengaturan sektoral dan regional. Penetapan bakumutu lingkungan dan baku mutu limbah dilanjutkan dandituntaskan dalam Repelita VI, baik pada tingkat nasionalmaupun tingkat propinsi yang belum ada ketetapannya.Penyusunan baku mutu pada tingkat nasional dan bakumutu pada tingkat wilayah atau propinsi dilakukansedemikian rupa, sehingga baku mutu pada tingkat wilayahatau propinsi tidak lebih longgar daripada baku mutu padatingkat nasional.

    e. Rehabilitas! dan Pelcstarian Sumber DayaAlam dan Lingkungan Hidup. Dalam rangkamelaksanakan pembangunan yang pada hakekatnyamerupakan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkunganhidup, masalah terganggunya fungsi kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup tidak dapat dihindarkan.Untuk menjaga agar sumber daya alam dan lingkunganhidup tetap berfungsi sebagai penyangga kehidupan danmeinberi manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraanmasyarakat, pelestarian, dan rehabilitasi sumber daya alamdan lingkungan hidup terus ditingkatkan.

    Rehabilitasi lahan kritis dengan pendekatanpengelolaan DAS terus ditingkatkan dan dilakukan secaralebih terpadu, demikian pula halnya dengan penangananlahan pasca tambang.

    Plasma nutfah yang merupakan bahan bakupenting unluk pembangunan di masa depan, terutama dibidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri,dikembangkan dan dilestarikan bersama denganmempertahankan keanekaragaman biologinya. Pelestarianekosistem alamiah tersebut menduduki prioritas utamadalam penyelamatan plasma nutfah dan fungsi ekosisteinlainnya dalam berbagai bentuk seperti kawasan konversi,hutan lindung, dan pelestarian keanekaragaman hayati.

    Pengamanan sumber daya laut dan pesisir yangberupa terumbu karang, rumput laut, dan hutan bakau dariperusakan dan pemanfaatan yang berlebihan terusditingkatkan untuk mencegah kerusakan sumber daya alamtersebut dan memelihara kelestariannya.

    f. Pengembangan Kelembagaan, Peran SertaMasyarakat, dan Kemampuan Sumber Daya Manusia.Kemampuan kelembagaan yang menangani masalahlingkungan hidup ditingkatkan. Pengembangankelembagaan tersebut mencakup peningkatan kemampuanmanajemen aparatur, penyediaan prasarana yang memadaidalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, danpembentukan kelembagaan pengendalian dampaklingkungan di daerah yang pesat pembangunannya agarmasalah pengendalian dainpak lingkungan dapat ditanganidengan lebih baik.

    Pengembangan kelembagaan juga meliputipengembangan dan penyempurnaan perangkat hukum,peraturan perundang-undangan, prosedur, dan koordinasiantar sektor dan antar daerah dalam upaya pengelolaansumber alam dan lingkungan hidup. Sejalan denganpengembangan kelembagaan, dilakukan peningkatanketerpaduan penanganan masalah lingkungan kedalamsetiap kegiatan pembangunan baik sektoral maupun daerah,dan kedalam proses pengambilan keputusan. Sektorprioritas yang perlu memasukkan kebijaksanaan yangberkaitan dengan perlindungan fungsi lingkungan, antaralain adalah keuangan (fiskal dan moneter) ; undustri danpertambangan, pertanian, dan kehutanan; transmigrasi;perhubungan dan pariwisata; pembangunan daerah;peinukiinan dan perumahan, perkotaan dan pedesaan;energi; pengembangan dunia usaha; kelautan dankedirgantaraan; kependudukan; serta ilmu pengetahuan danteknologi.

    Peran serta masyarakat merupakan salah satusyarat utama bagi kerberhasilan usaha pengendalian danpelestarian lingkungan. Oleh karena itu, akses masyarakatkepada sumber daya alam dan kemudahan memperolehmodal usaha akan ditingkatkan agar dapat membcripeluang yang lebih besar kepada masyarakat dalampengendalian dan pelestarian lingkungan. Akses dankemudahan ini terutama ditujukan kepada pendudukmiskin baik di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan.Di samping itu, didorong pula kerjasama antara Pemerintahdan masyarakat, Pemerintah dan dunia usaha, serta antaramasyarkat dan dunia usaha di dalam pembangunanlingkungan.

    Tingkat peran aktif masyarakat berkaitan eratdengan keberadaan, kemampuan dan kualitas organisasisosial dan organisasi kemasyarakatan yang berkecimpungdalam bidang lingkungan hidup serta tingkat pengetahuandan kesadaran masyarakat tentang lingkungan.Sehubungan dengan itu, akan diupayakan untukmeningkatkan keterlibatan organisasi kemayarakatanseperti organisasi keagamaan, adat, profesi, pemuda,wanita, pramuka, dan pelajar, baik formal maupun informalyang berada di daerah pedesaan dan perkotaan, dalampengelolaan lingkungan hidup dan membina pengetahuanserta kemampuannya, sehingga peran serta lembagainasyarakat akan lebih efektif.

    Peningkatan peran serta masyarakat dalampengelolaan lingkungan hidup diarahkan agar menjangkaulapisan yang lebih luas. Oleh karena itu, ketersediaaninformal yang berkenaan dengan kelestarian sumber alamdan lingkungan hidup akan dikembangkan dan diperluassehingga pengetahuan dan kesadaran masyarakat lebihmeningkat. Hal ini dilakukan, baik melalui pelatihan,penerangan. pendidikan dalam dan luar sekolah sertapemberian penghargaan, rangsangan dan dorongan kepadamasyarakat.

    Secara keseluruhan kemampuan dan kualitassumber daya manusia, baik aparatur pemerintah,masyarakat maupun dunia usaha yang berkecimpung didalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkunganhidup, terus ditingkatkan.

  • _ Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Jsotop dan Radiasi, 1998

    APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM MASALAH PENCEMARANLINGKUNGAN

    Made Sumatra

    Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATANID0000119

    ABSTRAK

    APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN Radioanalisisdan teknik perunut merupakan dua metode teknik nuklir yang dapat digunakan dalam masalah pencemaran lingkungan.Dua jenis metode radioanalisis yang sering digunakan adalah anlisis aktivasi netron (AAN) dan spektrometri fluoresensisinar-X. Kedua metode ini digunakan untuk anlisis logam. Teknik perunut dengan senyawa bertanda radioaktifdigunakan untuk mempelajari nasib suatu bahan pencemar dalam suatu sistem lingkungan. Validasi dari setiap metodeanlisis yang bam dikembangkan sangat penting mengingat masalah pencemaran iingkungan berkaitan erat denganmasalah pelaksanaan hukum.

    ABSTRACT

    APLICATION OF NUCLEAR TECHNIQUES ON ENVIRONMENTAL POLLUTION PROBLEMSRadioanalysis and tracer technique are the nuclear techniques that can be used on environmental pollution problems.Neutron activation analysis (NAA) and X-ray fluoresence (XRF) spectrometry are the two methods that are usedfrequently on such problems. These methods are used for metal analysis. Tracer technique with radioactive labelledcompounds are used to study the fate of the pollution substances in environmental systems. It is very important tovalidate every new developed analysis method, due to the environmental pollution problem closely related to the lowenforcement.

    PENDAHULUAN

    Definisi: Lingkungan hidup adalah kesatuan ruangdengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhikelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusiaserta makhluk hidup lain.Pasal 1, UU No 23 Th. 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup (1).

    Masalah pencemaran lingkungan dewasa ini sudahmenjadi permasalahan global dan sudah tidak mengenalbatas-batas negara. Penggunaan batubara sebagai sumberenergi di Inggris dapat menimbulkan hujan asam di negara-negara Skandinavia. Kebakaran hutan di Kalimantan danSumatera asapnya selain mencemari udara di lokasikebakaran, juga menimbulkan masalah di negara-negaratetangga kita di Malaysia, Singapura dan bahkan sampaike Thailand bagian selatan. Masalah yang paling hangatdewasa ini adalah pemanasan global dan penipisan lapisanozon di atmosfer. Pemanasan global terutama disebabkanoleh peningkatan kadar CO2 di udara, sebagai hasilpembakaran bahan bakarfosil (batubara, minyak bumi dangas alam), yang mengakibatkan efek rumah kaca. Penipisanlapisan ozon disebabkan oleh penggunaan gas-gas yangbersifat sangat stabil secara besar-besaran dalam industriseperti penggunaan gas kloro-fluorokarbon (freon) dan metilbromida. Gas-gas ini naik ke lapisan atas atmosfer bumisampai mencapai lapisan ozon yang akhirnya bereaksidengan molekul ozon. Para ahli iklim dan kesehatanmenghawatirkan, jika emisi gas CO2 dan gas freon makin

    ineningkat, dikhawatirkan akan menimbulkan perubahaniklim dengan berbagai konsekuensinya dan peningkatankejadian kanker kulit karena radiasi sinar UV yang sampaike pennukaan bumi makin meningkat. Masalah pemanasanglobal dan penipisan lapisan ozon merupakan isu-isulingkungan global. Di tingkat regional dan lokal isu-isulingkungan lainnya tidak kalah pentingnya karena secaranyata dirasakan akibatnya oleh penghuni wilayah yangbersangkutan. Berbagai aktivitas manusia di bidang industri,perdagangan, transportas!, pertanian dsb. pastimenghasilkan limbah yang pada akhirnya akan terbuangke lingkungan dan secara langsung maupun tidak langsungmempengaruhi kualitas lingkungan hidup. Hal ini telahlama disadari oleh hampir semua pemerintah danmasyarakat di semua negara, baik di negara maju maupundi negara sedang berkembang. Maka di banyak negaradibentuk badan-badan atau lembaga-lembaga perlindunganlingkungan, misalnya Environmental Protection Agency diAmerika Serikat. Untuk Indonesia, Pemerintah menugasiMenteri Negara Lingkungan Hidup untuk mengelolalingkungan hidup di Indonesia. Telah banyak usaha dankegiatan yang dilakukan oleh Kantor Menteri NegaraLingkungan Hidup. Di bidang peraturan dan perundang-undangan telah diterbitkanUndang-undang Nomor 4 Tahun1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok LingkunganHidup yang kemudian diperbarui menjadi Undang-undangNomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup (UU No 23/1997) (1). Selain itu telah puladikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990tentang Pengendalian Pencemaran Air (PP. No. 20/1990),Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang

  • Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998 _

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (PP. No. 51/1993)dan Keputusan Menteri Kependudukan dan LingkunganHidup Nomor KEP-3/Men.KLH/VI/1993 tentang BakuMutu Liinbah Cair (2,3,4).

    Dalam lampiran PP. No. 20/90 ditetapkan KadarMaksimum berbagai parameter lingkungan: fisika, kimia,mikrobiologik dan radioaktivitas untuk air golongan A (airminum), golongan B (air baku air minum), golongan C (airuntuk perikanan dan peternakan) dan golongan D (untukpertanian, perkotaan, industri, pembangkit listrik tenagaair).

    Untuk melaksanakan ketentuan dalam lampiranPP. No. 20/1990 tentang kadar maksimum berbagaiparameter, dibutuhkan suatu laboratorium yang mampumalaksanakan anlisis parameter-parameter lingkunganyang dimaksud. Prosedur anlisis yang diperlukan dapatdiadopsi dan prosedur-prosedur yang telah dipakai secarabaku di negara-negara maju. Namun dalam jangka panjangalangkah baiknya kalau kita dapat menetapkan mctodeanlisis sendiri sesuai dengan kondisi di Indonesia. Setiapmet ode baru yang dikembangkan harus diuji validitasnyasehingga memenuhi standar internasional. Hal ini memer-lukan penelitian dan studi yang dilaksanakan dengankesungguhan hati.

    Pencemaran lingkungan oleh bahan kimia,terutama bahan kimia organik, dalam perjalanannyadipengaruhi oleh berbagai pengaruh alami (udara, sinarmatahari, suhu, mikroorganisme) akan berubah menjadisenyawa baru. Senyawa baru yang terbentuk boleh jadikurang beracun atau lebih beracun dibandingkan senyawaasal/induknya. Seringkali mekanisme perubahan Strukturkimia yang terjadi sangat kompleks, sehingga dari satusenyawa induk terbentuk lebih dari satu senyawaturunannya. Telah banyak studi yang dilakukan di luarnegeri dan hasil-hasilnya dapat kita pelajari dari literatur.Namun perlu disadari bahwa kondisi lingkungan di luarnegeri tempat studi-studi tersebut dilakukan, sangat berbedadengan kondisi lingkungan di Indonesia. Hal inimenyebabkan perbedaan proses peruraian dan mtabolismesehingga memberikan hasil yang berbeda. Karena itu studiserupa perlu dilakukan di Indonesia. Tujuan uraian dalammakalah ini ialah untuk menjelaskan tentang potensiaplikasi teknik nuklir dalam masalah pencemaranlingkungan, sebagai teknik yang saling melengkapi(complementary) dengan teknik-teknik anlisiskonvensional.

    PENCEMARAN LINGKUNGAN

    Menurut Pasal 1 butir 12 dari UU. No. 23/1997,pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya ataudimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan /ataukomponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatanmanusia, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkattertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapatberfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

    Hampir tidak ada kegiatan manusia yang tidakmenghasilkan limbah dalam berbagai bentuknya (padat,cair, gas). Apabila tidak dikelola dengan baik, sebagianbesar limbah tersebut akan masuk mencemari lingkungan

    yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi antara laingangguan kesehatan, dan kerugian ekonomi.

    Dasar acuan untuk menentukan suatu komponenlingkungan tercemar atau tidak tercemar adalah baku mutulingkungan yang ditetapkan melalui Peratuan Pemerintah.Pada saat ini Indonesia baru memiliki baku mutu air yangditetapkan melalui PP. No. 20/1990. Dalam PP tersebutdijelaskan bahwa yang dimaksud dengan baku mutu airadalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi ataukomponen lain yang ada atau harus ada dan/atau unsurpencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumberair tertentu sesuai dengan peruntukannya. Makhluk hidup,zat, energi dan komponen lainnya dinamakan parameter-parameter yang bila kadar maksimumnya dilampaui berartiair yang mengandungnya dinyatakan tercemar. Parameter-parameter yang dimaksud teardiri dari:1. Parameter fisika yang meliputi: bau, jumlah zat padat

    terlarut, kekeruhan, rasa dan warna.2. Parameter kimia yang meliputi : pH, logam-logam, anion

    anorganik, dan senyawa organik.3. Parameter mikrobiologik yang meliputi: koliform tinja

    dan total koliform.4. Parameter radioaktivitas yang meliputi: aktivitas alpha

    dan aktivitas beta.

    Dalam Pasal 9 dari PP. No. 20/1990 disebutkanbahwa: Metode anlisis untuk setiap baku mutu air dan bakumutu liinbah cair ditetapkan oleh Menteri, yang dalam halini adalah Menteri yang ditugasi mengelola lingkunganhidup. Karena sampai saat ini metode yang dimaksud belumditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, sedangkankebutuhan anlisis yang berkaitan dengan pelaksanaanAMDAL dan sengketa lingkungan perlu dilakukan, makalaboratorium pelaksana menggunakan metode yangdisesuaikan dengan kondisi dan peralatan yang merekatniliki. Ada beberapa buku acuan (5, 6, 7) yang secarainternasional dijadikan pegangan untuk anlisis air dan airlimbah. Metode-metode anlisis dalam buku-buku tersebutsemuanya merupakan metode konvensional, dalam arti tidakmenggunakan teknik nuklir, kecuali untuk anlisisradioaktivitas. Analisis logam dilakukan denganspektrometri serapan atom (SSA) sedang senyawa organikdianalisis dengan teknik kromatografi gas (KG) dankromataografi cair kinerja tinggi (KCKT).

    Seperti telah disebutkan dalam uraian sebelumnyabahwa, senyawa-senyawa organik dapat termetabolisme danterurai menjadi senyawa lain karena pengaruh keadaanlingkungan. Sebagai contoh: DDT, suatu insektisidaorganoklorin mengalami mtabolisme dan peruraian sepertipada gambar 1 (8).

    Struktur kimia hasil peruraiannya ditentukanberdasarkan metode-metode spektrometri , NMR-proton danC-13, Infra Merah (IR) Ultra Violet (UV) dan SpektrometriMassa. Pemurnian dari hasil-hasil peruraian dilakukandengan cara-cara kromatografi.

    TEKNIK NUKLIR

    Teknik Nuklir yang dapat diaplikasikan untukmenangani masalah lingkungan dapat dibagi menjadi dua

  • - Ptntlitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    yaitu Teknik Radioanalisis dan Teknik Perunut (TracerTechnique) (9).1. Radioanalisis didefinisikan sebagai aplikasi peristiwa-

    peristiwa radioaktivitas dalain kimia analitik (9). Salansatu radioanalisis yang banyak digunakan dalainanlisis sainpel yang berasal dari lingkungan adalahanlisis aktivasi netron (AAN). Pelaksanaan AAN terdiridari dua langkah pokok yaitu pertama aktivasi sampeldengan cara penembakan berkas netron terhadap sampeldan kedua, studi terhadap sampel yang telah menjadiradioaktif. Prinsip reaksi aktivasi dalain AAN adalahreaksi (n, y), inti atom unsuryang ditembak menangkapsatu netron, menjadi unsur radioakatif memancarkansinar y.

    Misalnya:

    59Co ( n, y ) ""Co (E 1173 keV dan 1332 keV)l9*Hg ( n, y ) 197Hg (E 77 keV)

    Identifikasi unsur didasarkan pada energi sinar y yangdipancarkan sampel. Netron yang digunakan dalainNAA adalah netron termal yang berasal dari reaktoratom. Netron tennal merupakan netron yang mudahditangkap oleh hampir semua inti atom, terutama intiatom logam-logam berat. Maka NAA terutamadigunakan untuk anlisis pencemaran logam-logamberat. Selain reaktor atom, netron dapat pula dihasilkandari generator netron 14 MeV. Dalain liai ini netronyang dihasilkan adalah netron cepat. Generator netronterutama digunakan untuk AAN radionuklida berumurpendek.

    Seperti telah disebutkan di atas, langkah ke duadalam AAN setelah sampel menjadi radioaktif adalahmelakukan studi terhadap zat radioaktif tersebut. Halini dilakukan menggunakan analiser saturan ganda(Multi Channel Anallyzer) dengan detektor Nal (TI) tipelubang atau detektor Ge (Li). Detektor Nal (TI) memilikiefisiensi pencacahan yang lebih tinggi dibandingkandengan detektor Ge (Li), namun Ge (Li) memilikiresolusi yang lebih baik. Hal ini diperlihatkan dalamilustrasi yang diberikan oleh Westennark (10) dalainpengukuran NAA sampel had Phocana phocana Lin.)menggunakan detektor Nal (TI) dan Ge (Li) (Gainbar 2dan 3).Pada Gambar 2 (detektor Nal [TI] ) terlihat puncak pada70 keV yang berasal dari l97Hg. Dengan menggunakandetektor Ge (Li) (Gambar 3) puncak pada 70 keVterpisah menjadi puncak 68 keV yang berasal dari sinar-X '97Au dan puncak 77 keV yang berasal dari sinar y""Hg.Puncak 68 keV berasal dari kontaminasi unsur Au padasampel, dan setelah ditelusuri, Westennarkinenyimpulkan kontaminasi tersebut berasal dari guntingyang dipakai untuk mempersiapkan sampel. Dari kasusini dapat ditarik pelajaran betapa pentingnya kehati-hatian dan kecermatan dalam mempersiapkan sampel.Teknik sampling, alat untuk sampling dan wadahsampel dan alat-alat untuk menangani sampel perlubenar-benar bebas dari kontaminasi mengingat kepekaan

    teknik AAN. Prosedur sampling perlu diikuti dengancermat.

    Kepekaan AAN setara dengan SSA untuk hampirsemua unsur. Disamping itu, AAN mempunyai beberapakeunggulan yaitu (11): Dapat dipakai untuk menentukan secara serentak

    beberapa unsur dalam satu sampel. Aktivasi dilakukan langsung terhadap sampel tanpa

    perlu terlebih dahulu perlakuan dengan reaksi kimiasehinggaterhindar dari kontaminasi yang disebabkanoleh pereaksi yang terkontaminasi. Hal ini berlakuuntuk semua jenis matriks sampel seperti tanah, air,jaringan hewan, dan tanaman.

    Perlakuan kimia setelah aktivasi (pasca iradiasi),misalnya untuk pemisahan unsur-unsur sangatdipermudah dengan kebebasan menggunakan teknikpengemban (carrier technique).

    Disamping keunggulan yang telah disebutkan, perlujuga dikemukakan beberapa keterbatasannya yaitu: Mengingat AAN berdasarkan sifat-sifat inti atom,

    teknik ini tidak memberikan informasi tentangStruktur kimianya. Misalnya merkuri (Hg) sebagaipencemar lingkungan dapat berupa Hg + \ +Hg-CH3,CH3-Hg-CH3, C6H5 - Hg - C6H5 dsb. Struktur-Strukturtersebut tidak dapat diungkapkan dengan AAN.Untuk menentukan strukturnya diperlukan teknik-teknik kroinatografi dan spektrometri massa.

    Makin rendah kadarnya dalam sampel, berarti makinrendah cacah yang dihasilkannya, yangmengakibatkan simpangan baku (standard deviation)semakin tinggi.

    Indonesia memiliki tiga reaktor atom yang dapatdigunakan untuk AAN, masing-masing berlokasi diSerpong, di Bandung dan di Yogyakarta.

    Radioanalisis lain yang semakin banyak digunakanuntuk anlisis unsur adalah spektrometri fluoresensisinar-X QC-Ray Fluoresence, XRF). Teknik ini tidakmemerlukan reaktor atom. Sinar X yang dibutuhkandapat berasal dari tabung sinar X atau dari sumberradioaktif seperti l09Cd, "Fe dan MIAm. Sampel yangdianalisis disinari dengan sinar-X, sehingga terjadieksitasi elektron. Elektron yang tereksitasi akan kembalike keadaan dasar (ground state) sambil meinancarkanfluoresensi sinar-X. Identifikasi unsur dilakukanberdasarkan energi fluoresensi yang dipancarkan dankadarnya (kuantitatif) diukur dengan pencacahan.

    2. Teknik Perunut

    Teknik perunut adalah cara untuk mengikutiperjalanan nasib (fate) suatu senyawa kimia bertandaradioaktif termasuk metabolit dan hasil degradasinyadalam suatu sistem/lingkungan. Dalam masalahlingkungan, teknik ini terutama digunakan untukmempelajari tingkah laku suatu bahan kimia beracunyang digunakan untuk tujuan tertentu sehingga langsungmaupun tidak langsung berakibat pada pencemaranlingkungan. Contoh yang jelas adalah aplikasi pestisidauntuk mengendalikan hama tanaman, vektor penyebabpenyakit dan serangga perusak bangunan. Hanya

  • Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. 998-

    sebagian kecil pestisida yang diaplikasikan (misalnyadengan penyemprotan atau penebaran), yang mengenaitanaman maupun hama sasaran. Sebagian akanditerbangkan angin ke tempat lain, atau masuk ke dalamair dan ta nah Bagaimana nasib selanjutnya daripestisida tersebut ?. Teknik perunut dengan senyawabertanda radioaktif merupakan satu-satunya cara untukmempelajarinya.

    Kita keinbali pada contoh pestisida. Pestisida yangsecara harfiah diterjemahkan sebagai zat pembunuhhama adalah senyawa kimia (sebagian besar senyawaorganik) yang umumnya dibuat secara si metis. Jenisbahan aktif pestisida yang telah terdaftar di Komi siPestisida dan diizinkan untuk digunakan di Indonesiasangat banyak ( + 300 jenis).Semuanya pasti telah dipelajari tingkah lakunya dilingkungan yang dalam hal ini di lingkungan ncgara-negara produsennya yang beriklim dingin. Keadaanlingkungan di Eropa inaupun di Amerika Serikat tentusangat berbeda dengan di Indonesia. Ambil misalnyacontoh daerah gambut yang dibuka untuk pertanian.Tidak satupun negara di dunia yang secara mendalamtelah mempelajari sifat-sifat fisiko-kimia danmikrobiologis daerah gambut. Pembukaan lahanpertanian pasti akan disusul dengan pemakaianpestisida. Kita ambil contoh herbisida 2,4-D, salah satujenis herbisida yang banyak digunakan di Indonesia.Menurut literatur (12) 2,4-D terurai di lingkunganmenjadi oerbagai senyawa seperti terliliat pada Gambar4.

    Pertanyaannya : Bagaimana sifatnya di daerahgambut ? Apakah tidak terjadi pelindian yangmenyebabkan penceinaran air tanah/air sumur ? Hal inidapat dipelajari dengan teknik perunut, menggunakan2,4-D bertanda C-14 radioaktif. Penandaan dapatdilakukan pada gugus aromatis atau gugus asamnyatergantung kebutuhan studi. Perlu juga disadari padasaat ini senyawa bertanda ini perlu diimport dari luarnegeriyangharganyacukupmahal. Rata-rata harganya10 US dolar per mikrocurie senyawa bertanda,tergantung sukar tidaknya cara sntesis yang diperlukan.Sntesis 2,4-D dilakukan menurut reaksi kimia (13)(Gambar 5).

    Kalau kita inginkan 2,4-D bertanda digugusaromatiknya, maka kita menggunakan bahan 2,4diklorofenol yang bertanda C-14 pada cincin benzena.Kalau kita ingin 2,4-D yang bertanda di gugus asamnyakita menggunakan asam kloroasetat yang bertanda C-14 pada atom karbon gugus - CH, -Harga bahan dasar senyawa bertanda tentu lebih murandari harga hasil sintesisnya.

    Studi tentang 2,4-D hanya salah satu contoh daripenerapan teknik perunut dalam masalah lingkungan.Penerapan teknik ini tentu dapat dilakukan untuksenyawa-senyawa lain tergantung pada permasalahanyang hendak dipecalikan. Perlu diingat bahwa teknikperunut hanya merunut perjalanan senyawa bertandadan hasil degradasi /metabolitnya yang masihmengandung bagian molekul yang radioaktif. Struktur

    kimia hasil degradasi/metabolitnya ditentukan denganteknik kromatografi dan teknik spektrometri.

    Salah satu tugas Pusat Produksi Radioisotop(PPR) Batan di Serpong adalah mensintesis senyawa-senyawa bertanda. Pada saat ini PPR baru mensintesissediaan radiofarmaka untuk keperluan rutnah-rumah sakit kedokteran nuklir (14). Seyogianya dimasa yang akan datang PPR juga dapat mensintesissenyawa-senyawa bertanda lain untuk keperluanpenelitian.

    KESIMPULAN

    Dari uraian yang telah dilakukan dapatdisampaikan kesimpulan :1. Aplikasi teknik nuklir dalam masalah lingkungan

    meliputi duabidang pokok yaitu bidang radioanalisisdan teknik perunut dengan senyawa bertanda radioaktif.Radioanalisis meliputi AAN dan XRF.

    2. Penggunaan teknik nuklir bersifat saling melengkapi(complementary) dengan teknik-teknik konvensionalseperti SSA dan teknis spektrometri.

    3. Kecermatan dan ketelitian dalam mempersiapkansampel parameter lingkungan sangat diperlukan untukmencegah kontaminasi mengingat tingkat kepekaanteknik nuklir sangat tinggi.

    4. Masalah penceinaran lingkungan berkaitan erat denganmasalah hukum. Hasil anlisis yang bias akibatkontaminasi sampel akan membawa konsekuensihukum.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. ANONIMOUS :Undang-undang Republik IndonesiaNomor 23 Tahun 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup.

    2. ANONIMOUS Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentangPengendalian Penceinaran air.

    3. ANONIMOUS Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 51 Tahun 1993 tentang AnalisisMegenai Dampak Lingkungan.

    4. ANONIMOUS Keputusan Menteri Kependudukan danLingkungan Hidup Nomor KEP-03/Men.KLH/VI/1993 tentang Baku Mutu Limbah Cair.

    5. RODIER.J., Analysis of Water, John Willey & Sons,New York (1975).

    6. GREENBERG, A.E., TRUSSEL, R.R., CLESCERI,L.S., eds., Standard Methods for the Examinationof Water and Wastewater, 6th ed. American PublicHealth Association, American Water WorksAssociation, Water Pollution Control Federation,Washington (1985).

    10

  • -Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    7. EATON, A.D., CLESCERI, L.S., GREENBERG, A.E.,eds., Standard Method for the Examination of Waterand Wastewater, 19* ed., American Public HealthAssociation, Washington (1995).

    8. O'BRIEN, R.D., Insecticides, Action and Metabolism,Academic Press New York (1967). 67.

    9. DAS, H.A., FAANHOF, A., VANDERSLOOT, H.A.,Environmental Radioanalysis, Elsevier, Amsterdam(1983) 7.

    10. WESTERMARK,T., Activation Analysis of Mercuryin Environmental Studies. Edvance in ActivationAnalysis (LENIHAN, J. M., THOMSON, S. J.,and GUINN, V. P. eds) Vol. 2 , Academic Press,London (1972)60.

    11. SCHULZE, W., Activation Analysis: Some BasicPrinciples. Edvance in Activation Analysis,(LENIHAN, J. M. A., THOMSON, S. J. eds) Vol.1, Academic Press, London (1969) 3.

    12. AIZAWA, H., Metabolic Maps of Pesticides, AcademicPress, New York (1982) 91.

    13. SITTIG, M., ed., Pesticide Manufacturing and ToxicMaterials Control Encyclopedia, Noyes DataCorporation, New Jersey (1980) 229.

    14. WANGSAATMADJA, A. H. R., Peran Iptek nuklirdibidang formasi sebagai unsur pendukungpemenuhan kebutuhan dasar manusia, PidatoPengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Farmasi,Pusat Produksi Radioisotop, Batan, Serpong, 30Desember 1997.

    Clf y-cn-/~\ciCOOH

    DDA

    D D T'I

    Dtchlorobcnzophcnone

    Cl

    DDD

    Gambar 1. Alur inetabolisme DDT (8).

    11

  • Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiast, 1998-

    cacah

    o too oonomar saluran

    Gambar2. Sepktrum gamma Hg dari 0,26 g hatiPhocana phocana Lin. Iradiasi denganfluks netron 4 x 1012 n cm'2 df1 selamakurang lebih 25 jam di reaktor nuklirNorwegia JEEP II. Pencacahan dilakukandengan detektor Nal ( TI ) tipe lubangselama 5 menit. Cacah pada 70 keV 250000cacah. Kadar Hg yang ditemukan dalamsampel : 1570 ng Hg per g sampel.

    1I7U

    cacah '' to Au K

    M

    201"I

    VI

    100 200

    nomor saluran300

    Gambar 3. Sampel yang sama seperti pada Gambar 2. Dicacah dengan detektor Ge(Li) selama 5 menit. Puncak 70 keV dari gambar 2 terpisah menjadipuncak 68 keV (sinar-X dari l97Au) sebanyak 33000 cacah dan puncak 77keV(197Hg) sebanyak 17000 cacah. Cacah total menjadi 50000 cacah, samadengan seperlima cacah yang diperoleh dengan detektor Nal (TI).

    12

  • - I'enehtian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiaa, 1998

    OCM2CO2H

    OCH2CO2H

    OCII2CO2H

    OCH2CO2M

    OCH2CO2MCl

    CI

    (jambar 4. Alur mtabolisme 2,4-D.*. Alternatif lokasi penandaan C-14 pada melekul 2,4-D.

    OH

    ClCICM,COOH

    MOM

    OCMjCOOHROH

    Cl

    esterg a r a n t a m i n a

    Gainbar5. Reaksi sntesis 2,4-D*. Alternatif lokasi penandaan C-14 pada pereaksi pembuatan 2,4-D bertanda Reaksi dapat

    diteruskan satnpai pembentukan ester atau garam amina yaitu bentuk-bentuk knnia 2,4-Dyang digunakan dalam formulsi.

    13

  • - Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    STATUS IRADIAS1 PANGAN SAAT INI DAN ARAH PENGEMBANGANNYA

    Munsiah Maha

    Pusat Aptikasi Isotop dan Radiasi, BATAN ID0000120

    ABSTRAK

    STATUS IRADIASI PANGAN SAAT INI DAN ARAH PENGEMBANGANNYA. Iradiasi pangan telahditeliti, diuji dan dikaji secara mendalam selama lebih dari 40 tahun, dan saat ini telah memasuki tahap tinggal landasuntuk penggunaan komersial di banyak negara. Sekitar 40 negara telah melegalisasi penggunaannya untuk berbagaijenis atau kelompok pangan, dan sekitar 60 radiator komersial telah memberikan jasa iradiasi pangan di 29 negara.Codex Alimentarius Commission telah mengeluarkan Standar Umum Pangan Iradiasi pada tahun 1983 dengan batasmaksimum dosis iradiasi rata-rata yang diserap pangan 10 kGy. Pengumuman terbaru yang dikeluarkan WHO padabulan September 1997 menyatakan bahwa batas 10 kGy tersebut seharusnya ditiadakan saja, karena bukti ilmiahmenunjukkan pangan tetap arnan dikonsumsi meskipun diiradiasi sampai 75 kGy, asal tidak terjadi perubahan citarasa secara berlebihan, dan mikroba patogen sudah terbunuh. Perkembangan iradiasi pangan di negara maju terutamadi Amerika telah meningkat belakangan ini, dan diharapkan hal ini akan diikuti pula oleh negara-negara lain. DiIndonesia, teknologi ini telah dilegalisasi sejak tahun 1987, dan enam jenis atau kelompok pangan sudah boleh diiradiasiuntuk tujuan komersial. Teknologi iradiasi masih perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan agar dapat dimanfaatkansecara luas, melalui harmonisasi peraturan antarnegara dan peningkatan pengetahuan masyarakat. Selain itu, teknikiradiasi untuk beberapa keperluan, baik yang menggunakan dosis rendah, sedang maupun tinggi masih perlu dimantapkanatau dikembangkan agar penerapannya lebih efektif, efisien, dan ekonomis.

    ABSTRACT

    PRESENT STATUS OF FOOD IRRADIATION AND TREND OF ITS DEVELOPMENT Foodirradiation has been studied, tested and evaluated intensively for more than 40 years, and at present, this technologyhas been taking-off for commercial use ini many countries. Some 40 countries have approved its application forvarious food items on groups of food, and about 60 commercial irradiators have been providing irradiation services forfood in 29 countries. In 1983, Codex Alimentarius Commission adopted a Codex General Standard for Irradiated Foodwith average irradiation dose limit not exceeding 10 kGy. The latest WHO press release on September 1997 statedthat the maximum 10 kGy limit should not be there, since scientific evidences indicated that food irradiated even upto 75 kGy was safe to be consumed, as long as the sensory quality was acceptable and pathogenic organisms had beenkilled. The development of food irradiation in advanced countries, especially in USA is very significant lately, andhopefully this will be followed by other countries. In Indonesia, application of this technology has been approved since1987, and six items or groups of food have been cleared for commercial irradiation. Further development and introductionof the technology are still needed to widen its application and to increase public awareness through harmonization ofregulations among countries and dissemination of information. In adition, irradiation techniques for some specificpurposes using either low dose, medium or high doses should be established to support effective, efficient and economicalapplication.

    PENDAHULUAN

    Penelitian dan pengembangan teknologi iradiasipangan yang kita kenal saat ini telah mengalami perjalananpanjang selama lebih dari 40 tahun. Dalam sejarah teknologipangan, belum ada satu pun teknologi lain yang telahmelalui penelitian, pengujian, sorotan, tantangan danperdebatan yang demikian banyak seperti iradiasi. Hal inimengakibatkan tersedianya sejumlah besar publikasi ilmiahtentang iradiasi pangan yang meliputi aspek kimia, fisika,mikrobiologi, toksikologi, gizi, keamanan, fasilitas,teknologi, ekonomi, pengawasan, pengaturan, dansebagainya. Bibliografi tentang iradiasi pangan terutamayang dipublikasi dalam media internasional telah diterbitkansecara berkala oleh Federal Research Centre for Nutrition,Jerman sejak tahun 1974 sampai sekarang (1). Informasidan bukti ilmiah yang telah tersedia, selanjutnya dijadikan

    balian pertimbangan oleh para pakar dan peinbuat kebijakanuntuk mengesahkan dan merekomendasikan penggunaaniradiasi sebagai salali satu teknologi baru atau alternatif yangaman dan bermanfaat (2-5).

    Berbagai manfaat dapat diperoleh dari penerapaniradiasi pangan, antara lain untuk mengurangi kehilanganpascapanen, meningkatkan keamanan pangan,meningkatkan perdagangan pangan, dan mengurangi polusiatau kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan kimia.Saat ini, teknologi iradiasi telah digunakan secara komersialatau telah berada pada tahap tinggal landas di banyaknegara, namun volume pangan iradiasi yang diproduksimasih sangat sedikit bila dibandingkan dengan yangdiproses menggunakan teknologi lain (6). Hal ini disebabkanpenggunaannya belum meluas akibat masih kurangnyapengetahuan masyarakat, produsen atau industri pangan,dan juga pejabat pemerintah tentang teknologi ini, serta

    15

  • Penehrian Jan Pengembangan Aplilcasi Isotop dan Radiasi, 1998-

    hainbatan perizinan. Selain itu, berbagai kendala teknismasih perlu diselesaikan agar teknologi iradiasi dapatditerapkan secara lebih efektif, efisien dan ekonomis.

    Daiam makalah ini akan diuraikan secara singkatstatus iradiasi pangan secara global dan statusnya diIndonesia, serta arah pengembangan selanjutnya untukmeny elesaikan berbagai masalah teknis dan non-teknis yangmasih ada.

    STATUS IRADIASI PANGAN SECARA GLOBAL

    Penggunaan Komersial

    Sampai akhir tahun 1996, teknologi iradiasipangan sudah dilegalisasi penggunaannya oleh sekitar 40negara, namun belum semua negara tersebutmemanfaatkannya, karena sebagian belum memiliki fasilitaskomersial (7-9). Pembangunan fasilitas iradiasi khususuntuk pangan saja belum layak secara ekonomi, karenapermintaan pengguna jasa iradiasi masih terbatas.Umumnya, fasilitas iradiasi yang digunakan untukmengiradiasi pangan hingga saat ini, menipakan radiatorserbaguna yang digunakan pula untuk mengiradiasi produknon-pangan terutama alat-alat kesehatan untuk tujuansterilisasi. Sampai Juli 1996, baru 29 negara yang melakukaniradiasi pangan secara komersial dengan menggunakan 59radiator, dan 6 radiator baru sedang dibangun di beberapanegara. Jumlah perusahaan yang membuat radiator gammaada 13 buah, dan radiator berkas elektron dan sinar X ada15 buah (8).

    Pada umumnya, fasilitas iradiasi pangan yang telahberoperasi hingga saat ini menggunakan radiasi gamma dariradionuklida Cobalt-60, dan baru beberapa buah yangmenggunakan berkas elektron yaitu di Odessa (Ukrania),di Roskilde dan Glostrup (Denmark), di Vannes (Prancis),di Ames (Amerika), di Yazd (Iran), di Bergamo dan Padoa(Italia) dan Wlochy (Polandia) (7,8,10). Produk pangan yangpaling banyak diiradiasi ialah : rempah, bumbu masak dansayuran kering, produk beku (udang, paha kodok dan dagingayain), dan umbi-umbian (kentang, bawang bombay danbawang putih). Negara yang paling banyak memberikan iziniradiasi pangan ialah Afrika Selatan yang termasuk pulasebagai salah satu negara yang banyak melakukan iradiasipangan secara komersial.

    Perkembangan di Negara Maju

    Perkembangan iradiasi pangan di Eropa dalambeberapa tahun terakhir ini relatif sedikit bila, dibandingkandengan perkembangan di beberapa negara berkembang,terutama bila dilihat dari jumlah pemberian izin iradiasiuntuk berbagai produk baru. Perkembangan perizinan yangperlu dicatat terjadi di Inggris yang melegalisasi iradiasi10 jenis produk pangan (1991), Kroasia yang melegalisasi34 jenis produk (1994), Prancis yang menambahkan izinkeju camembert (1993). Italia yang menambahkan izinrempah, bumbu dan sayuran kering (1996). dan Polandiayang menambahkan izin sayuran kering (1995).Perkembangan di negara maju yang menonjol terlihat di

    Amerika dengan dioperasikannya radiator khusus panganpertama di Mulbery, Florida pada tahun 1992, lalu disusuldengan dikeluarkannya beberapa peraturan iradiasi panganoleh Departemen Pertanian Amerika, serta persetujuanUSFDA untuk iradiasi daging.

    Pada bulan Oktober 1992, Food Safety andInspection Service (FSIS)-USDA mengeluarkan peraturantentang penggunaan iradiasi untuk mengurangi bakteripatogen, misalnya Salmonella, Campylobacter dan Yersiniapada daging ayam (11). Kemudian pada bulan Mei 1996,Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS)-USDAmenerbitkan konsep peraturan penerapan iradiasi untukkesehatan tanaman yang berkaitan dengan karantina secaraluas (12). Perkembangan terbaru ialah keluarnya persetujuandari USFDA tentang penggunaan iradiasi untukmenghilangkan patogen dalam daging (daging sapi, babidan kambing) pada tanggal 3 Desember 1997 (13). Petisiuntuk keperluan ini telah diajukan sejak tahun 1994 setelahterjadinya kasus keracunan hamburger yang tercemar bakteriE. coli 0157:H7 pada awal 1993 yang mengakibatkankematian empat orang anak, sekitar 200 orang harus dirawatdi rumah sakit, dan lebih dari 700 orang lainnya menderitasakit.

    Perkembangan di Amerika ini diperkirakan akanmempengaruhi pula status iradiasi pangan di banyak negaralain, karena selama ini nampaknya setiap negara bersifatmenunggu negara lain terutama negara besar sepertiAmerika untuk menjadi pelopor. Dengan diterapkannyateknologi iradiasi pangan di Amerika yang merupakannegara pengekspor beberapa jenis produk pangan pentingseperti padi-padian, buah-buahan dan daging, dan selainitu Amerika juga mengimpor berbagai produk pangan darinegara lain, seperti produk perikanan, rempah-rempah danbuah tropis, maka tentu di negara lain yang terlibatdiperlukan kesamaan perlakuan pada produk yang akandiekspor atau diimpor agar perdagangan pangan antarnegaradapat tetap berlangsung.

    Pada bulan Mei 1996, Environmental ProtectionAgency Amerika (USEPA) telah mengeluarkan peraturanyang melarang penggunaan gas etilen oksida (ETO) untukfumigasi rempah-rempah. Akan tetapi, pelaksanaanperaturan tersebut masih ditangguhkan atas permintaanAsosiasi Perdagangan Rempah Amerika. Masyarakat Eropatelah melarang penggunaan ETO sejak Januari 1991, karenaETO berbahaya bagi pekerja, dan dapat membentuk senyawaetilen klorohidrin yang berbahaya pada produk yangdifumigasi. Sejak itu, penggunaan iradiasi untukdekontaminasi mikroba pada rempah-rempah meningkat diEropa (7).

    Pengaturan Iradiasi Pangan

    Seperti juga teknologi lain, penerapan iradiasihanya akan efektif, efisien dan aman bila dilaksanakansecara tepat dan terkontrol sesuai dengan tata cara yangtelah dibakukan. Standar Umum Pangan Iradiasi serta TataCara Pengoperasian Fasilitas Iradiasi Pangan telah disusundan diterbitkan oleh Codex Alimentarius Commission padatahun 1984(14). Standar Codex tersebut direkomendasikanuntuk dijadikan pedoman dalam menyusun peraturan

    16

  • _ Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, 1998

    iradiasi pangan di seniua negara anggota WHO dan FAO.Tata cara pelaksanaan iradiasi pangan untuk tujuan atauuntuk produk pangan tertentu, misalnya "Pedoman CaraIradiasi yang Baik untuk Menghambat Pertunasan padaUmbi-umbian" telah disusun oleh ICGFI (InternationalConsultative Group on Food Irradiation) (15).

    Untuk memudahkan pengawasan fasilitas iradiasiyang inemberikan jasa pelayanan iradiasi pangan, ICGFItelah melakukan inventarisasi fasilitas iradiasi pangan yangberoperasi di berbagai negara (16). Ketentuan yangberlakudi berbagai negara yang telah memiliki peraturan iradiasipangan ternyarta sangat beragam, baik jenis pangan yangdiizinkan, maupun batas dosis yang digunakan. Oleh karenaitu pada tahun 1994, ICGFI mengeluarkan pedoman untukpemberian izin iradiasi secara umum atau berdasarkankelompok (17). Sampai saat ini pedoman tersebut ternyatabelum banyak diikuti, sehingga kemudian diupayakanharmonisasi peraturan iradiasi pangan per kawasan,misalnya kawasan Asia Pasifik. Upaya ini pun belumberhasil karena banyak negara dalain satu kawasan belummemiliki peraturan atau belum siap untuk menerimateknologi ini.

    Sebagai salah satu upaya untuk mendorong danmempercepat peinanfaatan iradiasi pangan di negara-negaraASEAN, pada tanggal 7 - 10 Oktober 1997 di Jakartadiadakan ASEAN Ad-Hoc Working Group Meeting on FoodIrradiation yang diawali dengan dua lokakarya yangmenghasilkan konsep tentang harmonisasi peraturan, danmodel protokol penggunaan iradiasi untuk perlakuankarantina buah dan sayuran segar, untuk ASEAN. Konseptersebut akan dibahas pada pertemuan tingkat tinggi paraMenteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN (SOM-AMAF)tahun ini.

    Berdasarkan ketentuan Codex yang berlaku hinggasaat ini, seinua jenis pangan yang diiradiasi sampai dosis10 kGy aman dikonsumsi, dan tidak perlu dilakukan ujitoksikologi lagi. Bulan September 1997 yang lalu WHOmengeluarkan press release yang menyatakan bahwapangan yang diiradiasi lebih dari 10 kGy pun aman karenahasil penelitian ilmiah membuktikan pangan yang diiradiasisampai 75 kGy pun aman, asai cita rasa makanan tidakbanyak berubah, dan mikroba patogen sudah terbunuh. Dariperkembangan ini dapat diduga bahwa Codex dalam waktudekat akan merevisi ketentuan batas dosis maksimum 10kGy yang berlaku saat ini.

    STATUS IRADIASI PANGAN DI INDONESIA

    Teknologi iradiasi pangan yang telah diteliti dandikembangkan di Indonesia sejak 1968, saat ini sudahdigunakan secara komersial, karena izin penggunaannyadari pemerintah sudah ada sejak Desember 1987. Izintersebut berupa Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No. 826/MENKES/PER/XII/1987 mengenaiMakanan Iradiasi (18). Dalam Permenkes tersebut baru tigakelompok pangan yang diizinkan untuk diiradiasi yaiturempah-rempah, umbi-umbian dan biji-bijian. Kemudianpada bulan Februari 1995, keluar lagi keputusan MenteriKesehatan RI No. 152/MENKES/SK/II/1995 tentang

    perubahan atas lampiran Permenkes No. 826/1997 (19).Pcrubalian tersebut ialah pada jenis komoditas pangan yangdiizinkan yaitu dari tiga inacam menjadi lima tnacam. Keduajenis komoditas baru yang diizinkan ialah udang dan pahakodok beku, serta ikan kering. Pada kelompok biji-bijianada perubahan batas dosis maksimum yang diizinkan yaitudari 1 kGy (untuk menghilangkan serangga) menjadi 5 kGy(termasuk untuk menghilangkan bakteri patogen).

    Pada bulan November 1996, Direktur JenderalPengawasan Obat dan Makanan, Depkes memberikan lagipersetujuan penambahan satu jenis pangan baru untukdiiradiasi, yaitu cabe merali segar (20). Dengan demikian,sudah ada enam jenis atau kelompok pangan yang bolehdiiradiasi di Indonesia hingga saat ini. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentangPangan, iradiasi pangan diatur dalam Pasal 14.

    Fasilitas iradiasi komersial juga sudah ada satubuah yaitu milik PT. Perkasa Sterilindo (Indogamma) yangsudah dioperasikan sejak tahun 1992 di Cibitung. Fasilitasini sudah mengiradiasi ribuan ton produk pangan setiaptahun. Produk pangan yang diiradiasi antara lain rempah-rempah, sayuran kering, kakao bubuk, tepung pati, udangbeku, paha kodok beku, dan lain-lain. Jumlah perusahaanpangan yang telah menggunakan jasa iradiasi di fasilitasini sudah sekitar 60 buah.

    ARAH PENGEMBANGAN IRADIASI PANGAN

    Penelitian dan pengembangan iradiasi panganmasih terus dilakukan baik di negara maju maupun negaraberkembang untuk memperluas penggunaan teknologi inidalam upaya meningkatkan keamanan dan pengamananpangan, serta memperlancar perdagangan global komoditaspangan. Tanpa pengembangan lebih lanjut, hasil yang telahdicapai saat ini akan sia-sia, karena belum optimal untukmendukung proses komersial yang menguntungkan secaraekonomi.

    Untuk mencapai keberhasilan seperti yangdiharapkan, maka pengembangan lebih lanjut harusdiarahkan pada harmonisasi peraturan antarnegara,peningkatan pengetahuan masyarakat, dan pemantapanteknik atau prosedur iradiasi untuk tujuan tertentu yangkebutuhannya sudah mendesak.

    Upaya harmonisasi peraturan sudah terlihatdimana-mana, dan ICGFI sebagai suatu organisasiinternasional yang bernaung dibawah FAO, WHO dan IAEAsangat besar dukungan dan peranannya dalam kegiatan ini.Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agarteknologi iradiasi dapat dikenal dan diterima masyarakatluas juga sudah banyak dilakukan misalnya denganpenyebaran informasi melalui seminar, ceramah, TV, radio,kaset video, film, kunjungan ke perusahaan pangan,pameran dan penjualan atau pembagian secara gratis sampelpangan iradiasi. ICGFI pun sudah menerbitkan satu serilembaran fakta tentang iradiasi pangan untuk bahaninformasi kepada masyarakat (22). Hasil upayapemasyarakatan teknologi iradiasi pangan dirasakan masihkurang karena intensitas penyebaran informasi serta wilayahyang dapat dijangkau masih sangat terbatas. Oleh karena

    17

  • Penehtian dan Pengembangan Aplikasi Isolop dan Radin. 1998-

    itu, kegiatan pemasyarakatan ini perlu lebili ditingkatkandan diperluas wilayah jangkauannya.

    Penerapan iradiasi untuk berbagai tujuan khususyang beberapa tahun terakhir ini mulai diminali karenamunculnya berbagai masalah yang belum berhasildipecahkan dengan leknologi lain, inasih memerlukanpenelitian lebih lanjut untuk melengkapi data yang telahada. Sebagai contoh, penerapan iradiasi untuk perlakuankarantina buah dan sayuran segar yang telahdirekomendasikan oleh beberapa organisasi regional daninternasional (23). ICGFI telah merekomendasikan dosisgenerik 150 Gy untuk karantina lalat buah, tetapi menurutUSDA-APHIS, beberapa jenis lalat buah membutuhkandosis lebih tinggi, yaitu Ceratitis capitata 225 Gy,Bactrocera dorsalis 250 Gy, dan B. cucurbitae 210 Gy.Oleh karena itu USDA-APHIS mengusulkan dosis generik250 Gy untuk lalat buah, dengan perkecualian dapatmenggunakan dosis lebih rendan, asai menunjukkan datahasil penelitian yang dapat diakui oleh APHIS.

    Pada penerapan iradiasi dosis sedang, penelitiandan pengembangan yang dilakukan saat ini terutamaditujukan untuk dekontaminasi mikroba patogen dalamproduk pangan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kasuskeracunan makanan yang menimpa banyak orang yangbersuinber dari makanan yang sama yang terjadi di beberapanegara maju seperti di Amerika pada awal 1993, lalu diJepang dan beberapa negara lain. Di Indonesia sendiri,sepanjang tahun 1997 terjadi banyak kasus keracunanmakanan yang dilaporkan melalui media massa karenainenimpa banyak orang pada saat dan di tempat yang sainadan sebagian ada yang meninggal dunia. Berbagai kasustersebut ada yang terjadi di tenipat pesta perkawinan, disekolah karena program pemberian makanan tambahan, dipanti asuhan, dan yang terbanyak di tempat kerja setelahkaryawan menyantap jatah makanan yang disediakanperusahaan. Hal ini membuktikan bahwa makanan yangdibuat dalam jumlah besar relatif kurang aman, karenasumber kontaminasi mikroba tidak hanya berasal dari bahanbaku, tetapi juga dari peralatan, pekerja, dan lingkunganyang kurang bersih. Selain itu cara pemasakan danpenyimpanan yang tidak memenuhi syarat juga menjadipenyebab keracunan makanan.

    Produk daging dan hasil perikanan inerupakansumber keracunan yang utama karena secara alami produkdemikian sudah tercemar berbagai jenis mikroba patogendari pakan dan lingkungan hidupnya. Oleh karena itubanyak negara maju telah menganjurkan atau menerapkaniradiasi untuk mendekontaminasinya (9).

    Penggunaan iradiasi dosis tinggi untukmensterilkan makanan siap saji agar awet disimpan padasuhu kainar juga mulai diminati untuk dikembangkan (8,24). Salah satu alasan ialah untuk mengurangiketergantungan pada fasilitas ruang pendingin yangdiperkirakan akan semakin mahal dengan adanya laranganpenggunaan senyawa CFC (kloro fluoro karbon) yaitu bahankimia yang digunakan pada alat-alat pendingin, karenasenyavva tersebut dapat merusak lapisan ozon di stratosfer.Selain itu, makanan jadi yang serba praktis dan dapatdibawa-bawa untuk keperluan di luar rumah, misalnya untukberlayar, naik gunung, naik haji, berkemah dan operasi tim

    SAR perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhantersebut. Makanan seperti ini sudah dikembangkan di AfrikaSelatan, dan sudah ada perusahaan yang dapatmenyediakannyaberdasarkan pesanan, tetapi perlu ada izinkhusus dari instansi terkait (24).

    Di PAIR-BAT AN, penelitian ke arah ini sudahdimulai dan sudah ada hasil yang menggembirakan, yaitupepes ikan mas yang disterilkan dengan iradiasi dapatdisimpan lebih setahun pada suhu kamar dengan mutuyangliampir tidak berubah selama penyimpanan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. ANONYMOUS, Bibliography on Irradiation of Foods,Bundesforschungsanstalt fr Ernhrung, 39(1995).

    2. ANONYMOUS, Wholesomeness of Irradiated Food(Technical Report Series 604), WHO, Geneva(1977).

    3. ANONYMOUS, Wholesomeness of Irradiated Food(Technical Report Series 659), WHO, Geneva(1981).

    4. ICGFI, Task Force Meeting on the Use of Irradiationto Ensure Hygienic Quality of Food, 14-18 July1986, Vienna, WHO, Geneva (1987).

    5. ICGFI, Irradiation as a Quarantine Treatment of FreshFruits and Vegetables (A Report of the WorkingGroup, Washington, D.C., 22 - 25 March 1994),ICGFI Document No. 17, Vienna (1994).

    6. LOAHARANU, P., Food Irradiation in developingCountries : A practical alternative, IAEA Bulletin36 1 (1994) 30.

    7. LOAHARANU, P., Commercial application of andtrade developments in food irradiation, ASEAN/ICGFI Seminar on Food Irradiation, Jakarta(1995).

    8. ANONYMOUS, Commercial activities on foodirradiation, Food Irradiation Newsletter 20 I(1996).

    9. ANONYMOUS, Clearance of item by country,Supplement to food Irradiation Newsletter 20 2(1996).

    10. LEEMHORST, J., "Food irradiation technology-Trendsand progress in its commercial application",Harmonization of Regulations on Food Irradiationin Asia and the Pacific (IAEA-TECDOC-696),IAEA, Vienna (1993).

    11. FSIS-USDA, Status of food irradiation activities April1993, Food Irradiation Newsletter, 17 2 (1993) 39.

    18

  • - Penelitian dan Pengembangan Aplikasi lsolop dan Radiasi, 1998

    12. APH1S-USDA, The application of irradiation tophytosanitary problems, Federal Register, 16 95(1996).

    13. USFDA, Irradiation of meat products, Federal Register,62 232(1997).

    14. CAC, Codex general standard for irradiated foods andrecommended international code of practice for theoperation of irradiation facilities used for thetreatment of foods, CAC XV (1984).

    15. ICGFI, Code of good irradiation practice for sproutinhibition of bulb and tuber crops, ICGFIDocument No. 8, Vienna (1991).

    16. ICGFI, International inventory of authorized foodirradiation facilities, ICGFI Document No. 2,Vienna (1993).

    17. ICGFI, Guidelines for the authorization of foodirradiation generally or by classes of food, ICGFIDocument No. 15, Vienna (1994).

    18. DEPKES RI, Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No. 826/MENKES/PER/XII/1987Tentang Makanan Iradiasi (1987).

    19. DEPKES RI, Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No. 152/MENKES/SK/II/1995 tentangPerubahan Atas Lampiran Peraturan MenteriKesehatan No. 826/MENKES/PER/XII/1987Mengenai Makanan Iradiasi (1995).

    20. DEPKES RI., Persetujuan makanan iradiasi No. PO.01.02.3.03110, Direktur Jenderal PengawasanObat dan Makanan (1996).

    21. ANONIM, Undang-undang Republik Indonesia Nomor7 Tahun 1996 tentang Pangan, Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99 (1996).

    22. ICGFI, Facts about Food irradiation, ICGFI Secretariat,IAEA, Vienna (1991).

    23. MUNSIAH, M., Iradiasi sebagai salah satu alternatifuntuk perlakuan karantina, Buletin BAT AN TahunXVIII 2 (1997) 1.

    24. IAEA, Shelf-stable foods through irradiationprocessing, IAEA-TECDOC-843, IAEA, Vienna(1995).

    19

  • Penehtian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, i 998 _

    DISKUSI

    NAZLY HILMY

    Dilihat dari sejarah makanan iradiasi, penelitiansudah dimulai sekitar 75 tahun yang lalu, tetapi pemakaiansecara komersial belum banyak jika dibandingkan denganteknologi lain. Bagaimana cara pemasaran terbaik di negaraberkembang seperti Indonesia, agar teknologi ini dapatdipakai secara komersial.

    MUNSIAH MAHA

    Penelitian secara intensif dan meluas bam dimulaiawal tahun 50-an. jadi sekitar 50 tahun yang lalu. Agarteknologi ini dapat diterima oleh masyarakat dan diterapkansecara komersial, perlu penyebarluasan infonnasi secarameluas tentang manfaat dan keamanannya, serta untukmenghilangkan mitos yang menggambarkan bahwa semuahal yang berkaitan dengan radiasi berbahaya. Selain itu,dukungan pemerintah berupa pemberian izin yang lebih luasterutama di negara-negara maju sangat menentukan dalammempercepat penerapan iradiasi secara komersial danmewiijudkan terlaksananya