repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web...

26
OLEH Dr I Gusti Bagus Suryawan,SH,MHum Dr I Wayan Rideng,SH,MH Ida Ayu Putu Widiati,SH,MHum I Ketut Sukadana,SH,MH

Transcript of repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web...

Page 1: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

OLEH Dr I Gusti Bagus Suryawan,SH,MHum

Dr I Wayan Rideng,SH,MH Ida Ayu Putu Widiati,SH,MHum

I Ketut Sukadana,SH,MH

Page 2: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

BUPATI BADUNGPROVINSI BALI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNGNOMOR ... TAHUN 2018

TENTANG

PEMBERDAYAAN DESA ADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG,

Menimbang : a. bahwa desa adat sebagai kesatuan masyarakat hukum

adat yang mempunyai hak asal usul yang bersifat istimewa

telah tumbuh dan berkembang sepanjang sejarah selama

berabad-abad serta telah memberikan kontribusi yang

sangat berharga terhadap kelangsungan kehidupan

masyarakat, perjuangan kemerdekaan, dan

pembangunan;

b. bahwa desa adat Kabupaten Badung sebagai kesatuan

masyarakat hukum adat yang dijiwai oleh ajaran agama

Hindu dan nilai-nilai budaya yang hidup di Kabupaten

Badung sangat besar peranannya dalam bidang agama,

ekonomi, dan sosial budaya, sehingga perlu dilindungi,

dilestarikan, dan diberdayakan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Daerah tentang Pemberdayaan Desa Adat di Kabupaten

Badung.

Mengingat : 1. Pasal 18B ayat (2) dan (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah

Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

Page 3: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,Tambahan Lembaran

Negara Republik IndonesiaNomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

7 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5495);

5.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5587),

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737 );

7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5539);

8.Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

80 Tahun 2015 tentang Produk Hukum Daerah. (Berita

Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 32);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 1 tahun 2017 Tentang Penataan Desa ( Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 195);

Page 4: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

10.Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 276/KEP-

19.2/X/2017 Tentang Tentang Penunjukan Desa

Pakraman di Provinsi Bali Sebagai Subyek Hak

Kepemilikan Bersama (Komunal Atas tanah).

11. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001

tentang Desa Pakraman (Lembaran Daerah Provinsi Bali

Tahun 2001 Nomor 29 Seri D Nomor 29, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 3), sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali

Nomor 3 Tahun 2003 Perubahan Atas Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa

Pakraman (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2003

Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali

Nomor 3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG

Dan

BUPATI BADUNG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG

TENTANG PEMBERDAYAAN DESA ADAT.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Badung.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Page 5: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Bupati adalah Bupati Badung.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Badung.

7. Desa Adat adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Kabupaten Badung

yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup

masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan

Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan

harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya

sendiri.

8. Banjar Adat adalah kelompok masyarakat yang merupakan bagian Desa

Adat, serta merupakan suatu ikatan tradisi yang sangat kuat dalam satu

kesatuan wilayah tertentu, dengan seorang atau lebih pimpinan, yang

dapat bertindak ke dalam maupun keluar dalam rangka kepentingan

warganya dan memiliki kekayaan baik berupa material maupun

inmaterial;

9. Tri Hita Karana adalah tiga prinsip yang menjadi landasan filosofi desa adat

dalam mensejahterakan krama desa adat yang didasarkan pada

keharmonisan hubungan antara manusia dengan penciptanya, alamnya dan

sesamanya;

10. Krama desa adat adalah mereka yang menempati karang desa adat

dan atau bertempat tinggal di wilayah desa adat atau di tempat lain

yang menjadi warga/krama desa adat.

11. Krama pengempon/pengemong adalah krama desa adat yang

mempunyai ikatan lahir dan batin terhadap kahyangan yang

berada di wilayahnya serta bertanggung jawab terhadap

pemeliharaan, perawatan, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

upacara di kahyangan tersebut.

12. Krama penyungsung adalah krama desa adat yang mempunyai ikatan

batin terhadap suatu kahyangan dan atau ikut berpartisipasi dalam

pemeliharaan, perawatan, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan upacara

berupa dana punia.

13. Palemahan desa adat adalah wilayah yang dimiliki oleh desa adat yang

terdiri atas satu atau lebih palemahan banjar adat yang tidak dapat

dipisah-pisahkan.

Page 6: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

14. Tanah ayahan desa adat adalah tanah milik desa adat yang berada baik

di dalam maupun di luar desa adat.

15. Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa adat yang dipakai

sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesuai dengan desa

mawacara dan dharma agama di desa adat masing-masing.

16. Prajuru desa adat adalah pengurus desa adat di Kabupaten Badung.

17. Bendesa adat adalah pimpinan tertinggi dalam wilayah desa adat yang

mampu mengikat/membanda krama desa adat

18. Pecalang adalah satuan tugas keamanan tradisional masyarakat Bali

yang mempunyai wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban

wilayah, baik ditingkat banjar adat dan atau di wilayah desa adat.

20. Pemberdayaan Desa Adat adalah rangkaian upaya aktif agar kondisi dan keberadaan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat dapat lestari dan makin kokoh, sehingga hal itu berperan positif dalam pembangunan nasional dan berguna bagi masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan zaman.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2Maksud

Peraturan Daerah ini dibentuk dengan maksud untuk melindungi,

memberdayakan dan melestarikan seluruh potensi desa adat di Kabupaten

Badung.

Pasal 3Tujuan

Mengoptimalkan segala potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

Manusia desa adat untuk kesejahteraan krama desa adat.

BAB IIIPRINSIP TRI HITA KARANA

Pasal 4Parhyangan

(1) Hubungan antara krama desa adat dengan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa disebut Parhyangan;

(2) Parhyangan yang berstatus Kahyangan Tiga/Kahyangan Desa yang

berada di wilayah desa adat yang di empon oleh desa adat menjadi

tanggung jawab, baik secara material maupun immaterial dari krama

desa adat pengempon, yang pelaksanaannya diatur melalui awig-

Page 7: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

awig desa adat masing-masing;

(3) Parhyangan yang berstatus sebagai Dang Kahyangan dan Sad

Kahyangan merupakan sungsungan umat Hindu dan menjadi tanggung

jawab pengempon;

(4).Parhyangan dan tempat suci umat lain yang ada dalam wilayah desa

adat, dijaga bersama-sama oleh seluruh krama desa adat atas dasar

toleransi dan kerukunan serta saling menghormati dalam rangka

membina persatuan dan kesatuan.

Pasal 5 Pawongan

(1) Hubungan antar krama desa adat disebut pawongan;

(2) Krama desa adat terdiri dari; krama ngarep, krama tamiu dan tamiu;

(3) Tata cara dan syarat-syarat untuk menjadi karma desa adat diatur dalam

Awig-awig desa adat masing-masing.

Pasal 6Palemahan

(1) Hubungan krama desa adat dengan lingkungan/wilayah desa adat disebut

palemahan;

(2) Palemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe

Desa meliputi Tanah Ayahan Desa dan Tanah Pekarangan Desa

dalam ikatan Kahyangan Tiga/Kahyangan Desa;

(3) Perubahan palemahan desa adat dilakukan berdasarkan

kesepakatan prajuru desa adat dari desa adat yang berbatasan

melalui keputusan paruman alit dan dicatatkan di Kabupaten Badung

yang bersangkutan.

BAB IVTUGAS, WEWENANG DAN HAK DESA ADAT

Pasal 7Desa adat mempunyai tugas sebagai berikut:

a. membuat Awig-awig;

b. mengatur krama desa;

c. mengatur pengelolaan harta kekayaan desa adat;

d. mengayomi krama desa adat.

Pasal 8

Page 8: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

Desa Adat mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. mengatur dan pelaksanaan pemerintahan desa adat berdasarkan

susunan asli;

b. mengatur dan mengurus ulayat atau wilayah desa adat;

c. mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah desa

adat dalam rangka kesejahteraan krama desa adat;

d. menyelesaikan sengketa adat dan agama dalam lingkungan wilayahnya

dengan tetap membina kerukunan dan toleransi antar krama desa adat

sesuai dengan awig-awig atau perarem;

e. mengatur tatanan kehidupan masyarakat adat dengan tetap

memperhatikan nilai sosial budaya desa adat;

f. berpartisipasi aktif dalam menentukan arah kebijakan pelaksanaan

pembangunan yang ada di wilayah desa adat sesuai dengan prinsip Tri

Hita Karana.

Pasal 9

Desa adat mempunyai hak sebagai berikut :

a. berperan serta dalam perencanaan pembangunan bersama pemerintah

Kabupaten Badung;

b. mendapatkan pembiayaan kegiatan adat sesuai kemampuan keuangan

pemerintah Kabupaten Badung;

c. menyertifikatkan tanah adat atas nama desa adat.

BAB VPRAJURU DESA ADAT

Pasal 10(1) Prajuru Desa adat terdiri dari Bendesa Adat, Pangliman/Petajuh,

Petengen, Penyarikan dan Baga;

(2) Desa adat dipimpin oleh Bendesa Adat.

(3) Bendesa Adat dipilih oleh krama desa adat menurut ketentuan awig-awig

desa adat masing-masing;

(4) Struktur dan susunan prajuru desa adat diatur dalam awig-awig desa

adat.

Pasal 11Bendesa Adat mempunyai tugas-tugas :

Page 9: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

a. melaksanakan awig-awig desa adat;

b. mengatur penyelenggaraan upacara keagamaan di desa adat, sesuai

dengan sastra agama dan tradisi masing-masing;

c. mengusahakan perdamaian dan penyelesaian sengketa-sengketa

adat;

d. mewakili desa adat dalam bertindak untuk melakukan perbuatan hukum

baik di dalam maupun di luar peradilan atas persetujuan paruman desa;

e. mengurus dan mengatur pengelolaan harta kekayaan desa adat;

f. membina kerukunan umat beragama dalam wilayah desa adat.

BAB VIHARTA KEKAYAAN DESA ADAT

Pasal 12(1) Harta kekayaan desa adat adalah kekayaan yang telah ada maupun

yang akan ada berupa harta bergerak dan tidak bergerak, material dan

inmaterial serta benda-benda yang bersifat religius magis yang menjadi

milik desa adat;

(2) Pengelolaan harta kekayaan desa adat dilakukan oleh prajuru desa

adat sesuai dengan awig-awig desa adat masing-masing;

(3) Setiap pengalihan/perubahan status harta kekayaan desa adat harus

mendapat persetujuan krama desa adat melalui paruman;

(4) Pengawasan harta kekayaan desa adat dilakukan oleh krama desa

adat;

(5) Tanah desa adat dan atau tanah milik desa adat tidak dapat

disertifikatkan atas nama pribadi.

BAB VIIPENDAPATAN DESA ADAT

Pasal 13(1) Pendapatan desa adat diperoleh dari :

a. urunan krama desa adat;

b. hasil pengelolaan kekayaan desa adat;

c. hasil usaha Lembaga Perkreditan Desa (LPD);

d. bantuan pemerintah, pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah

Kabupaten Badung;

e. pendapatan lainnya yang sah;

f. sumbangan sukarela.

Page 10: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

(2) Pendapatan desa adat sebagai dimaksud ayat (1) pasal ini

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan

penyelenggaraan kegiatan di desa adat masing-masing.

(3) Tata pengelolaan dan penggunaan pendapatan desa adat dimaksud ayat

(1) pasal ini diatur dalam awig-awig atau perarem.

BAB VIII AWIG-AWIG DESA ADAT

Pasal 14(1) Setiap desa adat wajib memiliki awig-awig tertulis;

(2) Awig-awig desa adat disusun berdasarkan, Pancasila, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Hak Asasi Manusia dan

prinsip Tri Hita Karana.

Pasal 15(1) Awig-awig desa adat dibuat dan disetujui oleh krama desa adat melalui

paruman desa adat;

(2) Awig-awig desa adat disahkan oleh Bupati Badung.

BAB IX PEMBERDAYAAN DESA ADAT

Pasal 16(1) Pemberdayaan desa adat diarahkan pada :

a. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia prajuru dan krama desa

adat;

b. menggali dan pengelolaan potensi Sumber Daya Alam desa adat;

c. meningkatkan pengetahuan dan tata kelola keuangan desa adat;

d. melestarikan nilai-nilai sosial budaya desa adat secara dinamis.

(2).pemberdayaan desa adat sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan

secara demokratis, adil dan objektif.

BAB XMAJELIS DESA ADAT DAN PECALANG

Majelis Desa AdatPasal 17

Majelis Madya Desa Adat berkedudukan di Kabupaten Badung.

Page 11: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

Pasal 18Pecalang

(1) Keamanan dan ketertiban wilayah desa adat dilaksanakan oleh pecalang.

(2) Pecalang melaksanakan tugas-tugas pengamanan dalam wilayah desa

adat dalam hubungan pelaksanaan tugas adat dan agama.

(3) Pecalang diangkat dan diberhentikan oleh desa adat berdasarkan

paruman desa adat.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19Peraturan Daerah ini dilaksanakan secara efektif selambat-lambatnya 1

(satu) tahun setelah diundangkan.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 20(1) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(2) Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Daerah Kabupaten Badung.

Ditetapkan di : Mangupura

Pada tanggal :

BUPATI BADUNG,

Cap ttd

________________________

Diundangkan di : Mangupura

Pada tanggal :

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG,

Cap ttd.

Page 12: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN …… NOMOR ...

SERI …... NOMOR ..... .

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG

NOMOR ..... TAHUN ......

TENTANG

PEMBERDAYAAN DESA ADAT

I. UMUMKeberadaan masyarakat hukum adat beserta hak–hak tradisionalnya

telah mendapat pengakuan dan penghormatan dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara sebagaimana diatur dalam Pasal 18 B ayat (2) UUD Negara

Republik Indonesia 1945 yang menyatakan , bahwa “Negara mengakui dan

menghormati kesatuan – kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur

dalam undang-undang“.

Secara yuridis formal, keberadaan Desa Adat di Bali sudah diakui

sebagai kesatuan masyarakat hukum adat melalui Peraturan Daerah Nomor

06 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa Adat sebagai

Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 06 Tahun

1986, selanjutnya diganti dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3

Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun

2001 Nomor 29 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah

Provinsi Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 (Lembaran Daerah

Provinsi Bali Tahun 2003 Nomor 11), Tambahan Lembaran Daerah Provinsi

Bali Tahun 3).

Kedua peraturan daerah tersebut, sekalipun menggunakan istilah

yang berbeda (desa adat dan desa pakraman), akan tetapi memberikan

batasan/pengertian yang sama yaitu “kesatuan masyarakat hukum adat di

Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama

pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan

Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu

dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya

sendiri”.

Page 13: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5495), dalam Pasal 1 angka 1

menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Ketentuan tersebut telah menegaskan pengertian Desa

adalah Desa dan Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain termasuk

Desa Pakraman. Dengan demikian, istilah Desa Adat dan Desa Pakraman

memiliki pengertian yang sama.

Dalam rangka sinkronisasi hirarkhi peraturan perundang-undangan,

maka peraturan perundang-undangan yang dibentuk setelah diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa terutama peraturan

perundang-undangan yang ada di bawahnya wajib untuk menggunakan

istilah maupun pengertian yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014, khususnya istilah maupun pengertian Desa dan Desa Adat.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa

Pakraman (Lembaran daerah Provinsi bali Tahun 2001 Nomor 29 Seri D)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali

Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 3 Tahun 2001 (Lembaran Daerah Provinsi bali Tahun 2003

Nomor 11), Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 3), belum

melakukan perubahan ataupun penyesuaian setelah diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, sementara itu,

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa

Pakraman dijadikan sebagai "payung" yang patut dijadikan dasar bagi

peraturan daerah kabupaten/kota di Bali.

Sebagai konsekwensi logis dari ketentuan tersebut maka Peraturan

Daerah Kabupaten Badung tentang Pemberdayaan Desa Adat secara formal

menggunakan istilah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa yaitu istilah Desa Adat, sedangkan secara substansial

tetap berpedoman pada Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun

2001 Tentang Desa Pakraman dengan berbagai penyesuaian terhadap

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, terutama Pasal 103

terkait dengan Kewenangan Desa Adat, dan Pasal 106 tentang

Pemberdayaan Masyarakat Desa Adat.

Page 14: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

Desa Adat menurut peraturan daerah ini adalah suatu kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli, hak asal usul yang bersifat

istimewa bersumber pada Agama Hindu, Kebudayaan Bali, berdasarkan Tri

Hita Karana, mempunyai kahyangan tiga/kahyangan desa. Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adat adalah keaneka-ragaman,

partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan krama desa.

Desa Adat memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan krama-nya, prajuru desa bertanggung jawab kepada paruman

desa. Desa adat dipimpinan adalah seorang Bendesa adat. Melalui pilihan

dan atau ditetapkan oleh krama desa adat berdasrkan awig-awig desa adat

masing-masing. Desa Adat berwenang mengatur dan melaksanakan

pemerintahan berdasarkan susunan asli, mengatur dan mengurus ulayat atau

wilayah adat, melestarikan nilai sosial budaya, penyelenggaraan sidang

perdamaian peradilan desa adat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat

desa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku, mengembangkan

kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat

desa adat, melakukan perbuatan hukum, baik dalam mengatur dan menetapkan

keputusan desa, memiliki kekayaan, harta dan bangunan serta dapat menggugat

dan digugat di muka pengadilan. Untuk itu bendesa atau yang dikenal dengan

sebutan lain dengan persetujuan krama desa mempunyai wewenang untuk

melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling

menguntungkan.

Desa Adat memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa,

bantuan pemerintah dan pemerintah daerah baik Pemerintah Provinsi Bali dan

Pemeritah Kabupaten Badung, pendapatan lain-lain yang sah, dan

sumbangan sukare. Dikenal pula Majelis Madya Desa Adat yang

berkedudukan di ibu kota Kabupaten Badung, berwenang sebagai mediator

dalam penyelesaian sengketa antar desa adat. Hal-hal yang mendasar

dalam peraturan daerah ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia prajuru dan krama desa adat, menggali dan peningkatan

pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh desa adat,

meningkatakan pengetahuan dalam tata kelola keuangan desa adat, dan

melakukan peran aktif melestarikan nilai-nilai sosial budaya desa adat secara

dinamis.

Dalam penguatan pemberdayaan desa adat, adalah Pancasila dan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Hak Asasi

Manusia (HAM) dan juga prinsip yang terkandung dalam Tri Hita Karana. Dasar

ini mengandung karakteristik filosofis yang membentuk nilai-nilai dasar keadilan,

Page 15: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

demokratis, dan objektivitas. Asas yang menjadi pedoman adalah

kebudayaan Bali yang mengandung karakteristik etis hukumiah yang menjadi

dasar sumber material aturan yang ditetapkan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

angka 1 : Cukup jelas

angka 2 : Cukup jelas

angka 3 : Cukup jelas

angka 4 : Cukup jelas

angka 5 : Cukup jelas

angka 6 : Cukup jelas

angka 7 : Cukup jelas

angka 8 : Cukup jelas

angka 9 : Cuk u p jelas

angka 10 : Cuk u p jelas

angka 11 : Desa adat sebagai desa dresta merupakan suatu

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki warga/

krama desa tertentu, wilayah palemahan tertentu,

dan pengurus yang dinamakan prajuru desa.

angka 12 : Cukup jelas

angka 13 : Cukup jelas

angka 14 : Cukup jelas

angka 15 : Awig-awig dibuat dan ditetapkan oleh krama desa

berdasarkan kesepakatan bersama dan ditaati oleh

krama desa itu sendiri dan yang terpenting dari Awig-

awig ini merupakan pengikat persatuan dan kesatuan

krama desa guna menjamin kekompakan dan

keutuhan dalam menyatukan tujuan bersama,

mewujudkan kehidupan yang aman, tentram, tertib dan

sejahtera demi kedamaian desa.

angka 16 : Prajuru desa adat adalah unsur pimpinan tertinggi yang

telah ada dan diwarisi secara turun temurun serta

berkembang di tengah-tengah masyarakat desa. Unsur

pengurus dan unsur pimpinan sekaligus pelaksana-

pelaksana semua program dan permasalahan desa.

Pimpinan prajuru desa pakraman ini disebut bendesa

dan atau kelihan desa atau istilah lainnya, yang

dibantu oleh unsur pimpinan lainnya, seperti

Page 16: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

penengen, penyarikan atau dengan sebutan lain yang

sesuai dengan fungsinya.

angka 17 : Bendesa adat adalah pimpinan pucuk tertinggi dalam

struktur pada prajuru desa adat yang dipilih dan

disetujui melalui paruman desa adat.

angka 18 : Cukup jelas.

angka 19 : Cukup jelas.

angka 20 : Cukup jelas.

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 : Cukup jelas.

Pasal 4 : Cukup jelas.

Pasal 5 :

ayat (1) : Cukup jelas.

ayat (2) Yang menjadi krama desa adalah orang yang

menjadi anggota desa adat yang terdiri dari:

krama ngarep adalah warga desa yang bertempat tinggal

kompleks rumah tinggal warga desa yang didirikan diatas

tanah desa. Tanah-tanah di luar tegak desa dalam batas

tertentu disebut wewidangan desa, terdiri dari tanah pribadi

(tanah gunakaya) dan tanah desa seperti laba pura dan

sebagainya. Sedangkan krama tamiu adalah krama desa

yang merupakan warga pendatang bertempat tinggal di

atas tanah desa (tegak desa maupun tanah desa lainya

diluar tegak desa), dan menjadi krama desa adat

setempat. Kemudian yang dimaksud

tamiu adalah warga pendatang dan bertempat tinggal

di atas tanah desa ( tegak desa maupun tanah desa

desa lainya di luar tegak desa).

ayat (3). tata cara dan syarat-syarat yang diatur dalam awig-awig

desa adat. Untuk menjadi krama desa tidak hanya

berdasarkan atas asas domisili, tetapi juga dianut

stesel aktif yaitu adanya permohonan/ permintaan dari

seseorang (yang sudah berkeluarga) untuk menjadi

krama desa. Dengan demikian bisa terjadi bahwa

krama tersebut berada di luar wilayah desa yang

bersangkutan dan sebaliknya.

Page 17: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

Pasal 6

ayat (1) : Cukup jelas

ayat (2) Palemahan desa adat terdiri dari ; Tanah Pelaba Pura

dan Tanah Druwe Desa, yang meliputi; Tanah Ayahan

Desa dan Tanah Pekarangan Desa. Tanah laba pura

adalah tanah adat milik (duwe) pura, umumnya berupa

tanah pertanian (tegalan atau sawah) yang

dimanfaatkan untuk kepentingan pura. Pada saat ini

desa adat telah menjadi subyek Hak Kepemilikan

Bersama (Komunal) atas tanah. Maka tanah-tanah

Pekarangan Desa dan Ayahan Desa maupun tanah-

tanah milik desa adat dapat disetifikatkan/didaftarkan.

ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 8 : Cukup jelas.

Pasal 9 : Cukup jelas.

Pasal 10 : Cukup jelas.

Pasal 11 : Cukup jelas.

Pasal 12 : Cukup jelas.

Pasal 13

ayat (1)

huruf a : Cukup jelas,

huruf b : Cukup jelas.

Huruf c : Cukup jelas.

huruf d : Bantuan dari pemerintah pusat, pemerintah Provinsi

Bali dan Pemerintah Kabupaten Badung yang

disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

huruf e pendapatan yang dapat dikelola oleh desa adat,

diantaranya; pengelolaan pasar tradisional, sharing

pengelolaan parkir dan pariwisata, penyewaan balai

banjar adat untuk usaha dagang dan parkir, dan lain-

lain.

huruf f pemungutan sumbangan yang dilakukan secara

sukarela.

ayat (2) Pendapatan desa adat digunakan untuk biaya-biaya;

a. Penyelenggaraan ketatausahaan dan sangkepan

(rapat) prajuru desa serta paruman krama desa;

b. Pembangunan dibidang mental spiritual;

Page 18: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan

c. Pembinaan dalam rangka membantu

pengembangan usaha-usaha masyarakat desa;

d. membantu pembangunan.

Ayat (3) Pengelolaan dan penggunaan terhadap seluruh

pendapatan/pemasukan ke kas desa adat diatur

melalui awig-awig atau perarem desa adat.

Pasal 14 : Cukup jelas.,

Pasal 15 : Cukup jelas.

Pasal 16

ayat (1) : Cukup jelas.

ayat (2) Dengan memberikan kesempatan kepada prajuru desa untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam penguatan

organisasi desa adat. Untuk selanjutnya kepada krama desa,

melalui kesepakatan yang dibuatnya. Memberikan

kesempatan seluas-luas sesuai kebutuhan yang diperlukan

serta tidak bersikap diskriminatif.

Pasal 17 : Cukup jelas.

Pasal 18 : Cukup jelas.

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR .. .

Page 19: repository.warmadewa.ac.idrepository.warmadewa.ac.id/id/eprint/887/1/RANCANGAN... · Web viewPalemahan desa adat terdiri dari; Tanah Pelaba Pura, Tanah Druwe Desa meliputi Tanah Ayahan