· Web viewLangkah-langkah penyempurnaan lembaga-lembaga Pemerintah dilaksanakan secara...

BAB 26

APARATUR PEMERINTAH

BAB 26 APARATUR PEMERINTAH

I. PENDAHULUAN

Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan pembangunan akan lebih berhasil dengan dukungan suatu sistem administrasi pemerintah yang berdayaguna dan berhasilguna. Penyempurnaan ad-ministrasi pemerintah dengan demikian merupakan suatu usaha yang perlu dilaksanakan secara terus menerus dan merupakan bagian in- -tegral dari pembangunan nasional. Kegiatan penyempurnaan yang akan dilakukan dalam Repelita III merupakan kelanjutan dan pening-katan langkah-langkah penyempurnaan yang telah dilakukan pada masa Repelita I dan Repelita II.

Penyempurnaan aparatur pemerintah bersifat menyeluruh, me-nyangkut berbagai bidang dan dilakukan terhadap seluruh aparatur pemerintahan. Semua itu ditujukan untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Tugas-tugas pembangunan ini meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan yang kesemuanya itu diseleng-garakan berdasarkan Trilogi Pembangunan yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju pada terciptanya Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Namun demikian kegiatan penyempurnaan yang

361

menyeluruh itu dilakukan secara bertahap, berencana dan terpadu sesuai dengan prioritas kebutuhannya.

Dalam Repelita III akan terus dilanjutkan usaha-usaha kearah terciptanya aparatur pemerintah yang makin bersih dan berwibawa. Aparatur yang bersih dapat membina masyarakat yang teratur dan aparatur yang berwibawa akan mendapatkan dukungan yang kreatif dari masyarakat.

Peningkatan dan penyempurnaan aparatur pemerintah ini menjadi makin penting karena tuntutan dan tantangan terhadap administrasi pemerintah dalam Repelita III akan jauh lebih besar, luas dan lebih kompleks dari pada sebelumnya.

Dalam hubungan ini Garis-garis Besar Haluan Negara telah menggariskan pokok-pokok kebijaksanaan dan pengarahan penyempurnaan aparatur pemerintah sebagai berikut :1. Aparatur Pemerintah ditingkatkan pengabdian dan

kesetiaannya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

2. Pembinaan penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah, termasuk perusahaan-per-usahaan milik negara dan milik daerah sebagai aparatur pereko-nomian negara dilakukan secara terus-menerus agar dapat mampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas umum Pemerintah maupun untuk menggerakkan pelaksanaan pembangunan secara lancar.

3. Perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintah serta dalam menanggulangi masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan.

4. Hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lembaga perwakilan rakyat dengan Pemerintah, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah perlu terus dikembangkan.

362

5. Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok Negara dan dalam rangka membina kesatuan Bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dikembangkan atas dasar keutuhan Negara Kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab yang dapat menja-

min perkembangan dan pembangunan Daerah, dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi.

6. Memperkuat pemerintahan desa, agar makin mampu menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya dalam pembangunan dan menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan efektif. Untuk itu perlu disusun Undang-undang tentang Pemerintahan Desa.Dalam GBHN juga telah digariskan bahwa dalam

proses pembangunan yang didasarkan kepada Demokrasi Ekonomi masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha. Dengan demikian aparatur pemerintah perlu bersikap peka dan tanggap rasa terhadap masalah-masalah pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat.

II. KEADAAN DAN MASALAH APARATUR PEMERINTAH

Usaha penyempurnaan aparatur pemerintah secara sungguh-sungguh sudah dimulai sejak tahun 1966. Hal tersebut secara terus menerus dilakukan dalam Repelita I maupun Repelita II. Perbaikan dan penyempurnaan administrasi pemerintah yang telah dilakukan antara lain mengenai organisasi aparatur pemerintah pusat, hubungan kerja antar lembaga, pemerintah daerah, administrasi kepegawaian, peru- -sahaan negara, lembaga pengawasan beserta mekanisme kerjanya, administrasi keuangan, berbagai tata cara di bidang pembiayaan pembangunan dan penanaman modal serta administrasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Bahkan telah dilakukan

363

pula usaha penertiban operasional pelaksanaan tugas yang disertai pula dengan tindakan-tindakan represif dan preventif terhadap penyimpangan penyimpangan yang ada.

Perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang administrasi dan aparatur pemerintah tingkat pusat dilakukan dengan ditetapkannya Pokok-pokok Organisasi Departemen dan Susunan Organisasi Departemen, masing – masing dalam Keppres No. 44 dan 45 tahun

1974 serta Peraturan-peraturan/Keputusan-keputusan perubahan dan pelaksanaannya.

Penataan kembali satuan-satuan organisasi di lingkungan pemerintah tersebut ditujukan untuk mempertegas sistem organisasi berdasarkan prinsip jalur dan staf serta mempertegas rumusan kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi serta tatakerja masing-masing unit menurut prinsip kordinasi, integrasi dan sinkronisasi untuk kesatuan gerak yang lebih mantap dan serasi antar unit yang ada. Ke- cuali itu juga dipertegas asas fungsionalisasi dan asas pembagian habis tugas satuan organisasi.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan Presiden tersebut maka untuk tiap-tiap departemen telah diterbitkan keputusan oleh Menteri-Menteri yang bersangkutan yang menetapkan perincian organisasi departemen. Di samping itu dalam keputusan-keputusan Menteri telah diatur pula susunan organisasi dan tatakerja kantor wilayah dan kantor departemen di tingkat propinsi dan kabupaten/Kodya (Daerah Tingkat I dan II).

Penyempurnaan organisasi perwakilan-perwakilan Republik Indone- sia di luar negeri telah dilakukan dengan ditetapkannya Keppres No. 51 tahun 1976 tentang pokok-pokok organisasi Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Dengan Keputusan Presiden tersebut telah lebih ditegaskan tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tatakerjanya terutama dalam menanggapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk permasalahan mengenai hubungan antara Indonesia dengan negara-negara sahabat.

Penyempurnaan tata hubungan kerja antar berbagai aparatur yang telah dilakukan antara lain adalah

364

dalam pelaksanaan program-program keluarga berencana, peningkatan gizi, peningkatan produksi, dan pengadaan pangan, penyelenggaraan transmigrasi, administrasi pembiayaan pembangunan, administrasi bantuan luar negeri, penyeleng-garaan perdagangan luar negeri, khususnya untuk meningkatkan ekspor, penanaman modal dan lain-lain.

Berbagai tata hubungan kerja itu ada yang telah dilembagakan dalam bentuk badan - badan kordinasi seperti Badan Pengendalian Bi-

mas, Badan Kordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi, Badan Kor- dinasi Keluarga Berencana dan Badan Kondinasi Penanaman Modal.

Dari tahun ke tahun dalam bidang-bidang tersebut telah dapat dirasakan terselenggaranya pelaksanaan hubungan kerja yang makin mantap dan serasi, baik antar aparatur Pemerintah tingkat pusat, antar aparatur Pemerintah tingkat daerah maupun antar aparatur Pemerintah tingkat pusat dan daerah.

Mekanisme yang memungkinkan kordinasi, integrasi dan sinkronisasi pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah, dan pembangunan di daerah secara formal telah mendapatkan wadah dalam UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah sebagai pengganti UU No. 18 tahun 1965. Undang-undang tersebut telah meletakkan dasar pelaksanaan sistem dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas perbantuan yang lebih serasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan pelaksanaan pembangunan. Sebagai tindak lanjut telah dikeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan seperti peraturan tentang organisasi Bappeda, organisasi Sekretariat Wilayah/Daerah, organisasi Inspektorat Wilayah/Daerah dan lain-lainnya.

Usaha-usaha selanjutnya dalam penyempurnaan aparatur pembangunan di daerah ialah penyerasian antara proyek-proyek dalam rangka bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah berdasarkan Instruk- si-instruksi Presiden, berupa program-program bantuan pembangunan sekolah dasar, bantuan pembangunan sarana kesehatan, bantuan pembangunan Daerah Tingkat I dan Tingkat II, bantuan kredit pemba-ngunan dan pemugaran pasar serta program bantuan penghijauan dan reboisasi. Prosedur pelaksanaan pembangunan melalui bantuan-bantuan tersebut tahun demi tahun telah mengalami perbaikan

dan penyempurnaan.Usaha penyempurnaan badan-badan usaha negara

telah dilakukan pula secara terus menerus antara lain meliputi penanganan masalahmasalah manajemen, likwiditas, solvabilitas, bonafiditas dan arah investasi. Di samping itu diberikan pula pedoman Penyusunan Anggaran Perusahaan dengan tujuan agar dapat menyusun anggarannya dengan baik dan benar.

365

Dalam pada itu proses pengalihan bentuk perusahaan Negara menjadi Persero berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1969 berjalan terus. Pengalihan ini dimaksudkan agar perusahaan-perusahaan itu mampu bekerja dengan prinsip ekonomi dan administrasi niaga yang lebih rasional. Dalam hubungan ini penyempurnaan badan-badan usaha negara juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan dan berbagai program pembangunan pemerintah.

Dalam rangka menyelamatkan Pertamina dari kebangkrutan, Pemerintah telah mengambil langkah-langkah penertiban manajemen dan administrasi Pertamina serta menyelesaikan dan meringankan secara maksimal beban pembayaran hutang-hutang yang seharusnya dipikul oleh Pertamina.

Agar supaya pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan program maupun perencanaan pembangunan, dan dapat mencapai sasarannya secara lebih baik diperlukan adanya pengawasan.

Untuk menanggapi masalah-masalah pengawasan telah diambil kebijaksanaan dengan pembentukan forum kordinasi dan kerjasama pengawasan seluruh aparatur pengawasan di bawah pimpinan Wakil Presiden yang bertujuan mencapai sasaran pengawasan secara tepat dan terarah tanpa mengurangi wewenang masing-masing aparatur pengawasan. Sejak Januari 1974 secara berkala diadakan rapat kordinasi dan kerjasama pengawasan.

Rapat-rapat kordinasi dan kerjasama pengawasan itu merupakan forum untuk saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam mendapatkan kesatuan pengertian, kesatuan pendapat dan kesatuan

366

langkah dalam memecahkan masalah-masalah pengawasan, memba- has dan mengembangkan sistem dan metode pengawasan serta pencegahan tumpangtindih dalam pelaksanaan pengawasan.

Usaha pembinaan pegawai negeri sipil yang dilaksanakan selama periode Repelita II adalah peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pembinaan berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja secara berencana dan terarah serta mengarah kepada keseimbangan antara beban kerja dan kesejahteraan yang mereka peroleh.

Penyempurnaan yang utama adalah dengan ditetapkannya UU No. 8 tahun 1974, tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagai peng-ganti UU No. 18 tahun 1961. Sebelumnya banyak peraturan perundangundangan di bidang kepegawaian yang materinya sebagian besar tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga sangat menyulitkan bagi para pejabat di bidang kepegawaian dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagai pelaksanaan dari UU No. 8 tahun 1974 telah banyak di tetapkan peraturan-peraturan pelaksanaannya dalam bentuk peraturan pemerintah, keputusan Presiden dan surat edaran Kepala BAKN sebagai petunjuk pelaksanaan teknis.

Langkah-langkah yang telah diambil oleh Pemerintah di bidang kepegawaian antara lain adalah perbaikan penghasilan pegawai negeri dan pensiunan, penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi, perbaikan pengadaan pegawai dan perbaikan tata usaha kepegawaian.

Di samping itu telah dilaksanakan pula langkah-langkah penyempurnaan sistem gaji dan pensiun, sistem panilaian prestasi kerja, inventarisasi — klasifikasi — analisa jabatan, pengembangan jabatan fungsional di samping jabatan struktural, pencegahan terjadinya pertentangan kepentingan dan lain-lain.

Selanjutnya dalam rangka pengisian aparatur pemerintahan dengan tenaga-tenaga ahli yang mampu menjalankan tugas dengan sebaik- baiknya maka peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pegawai negeri dilakukan melalui program-program pendidikan dan latihan, baik yang bersifat prajabatan (pre service) maupun. dalam jabatan (in service). Untuk lebih teratur dan terarahnya pelaksanaan pendidikan dan latihan pegawai negeri maka tugas dan tanggung jawab atas pembinaan pendidikan dan latihan pegawai negeri dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara. Di antara program-program pendidikan dan

latihan itu ialah program pendidikan dan latihan pen-jenjangan seperti Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA).

Kemudian untuk pembinaan aparatur yang bersih dan berwibawa sebagai alat dan sarana penting dalam proses pembangunan maka Pemerintah telah menempuh berbagai kebijaksanaan dan upaya pem-binaan sikap mental, peningkatan jiwa korsa, disiplin dan etik kepe-

367

gawaian dan lain-lain yang akan lebih mempertinggi efisiensi, efektivitas serta pengabdiannya kepada Negara dan masyarakat.

Penyempurnaan telah pula dilakukan di bidang administrasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pengembangan tata hubungan kerja dalam dan antara lembaga pemerintah secara serasi ditujukan pula untuk dapat mendukung perencanaan dan pelaksanaan pem-bangunan secara lebih baik, khususnya untuk menunjang perencanaan operasional tahunan. Dalam rangka ini misalnya secara terus mene- -rus dilakukan penyempurnaan kelembagaan, pendidikan tenaga pe-rencana, tata cara untuk mengindentifikasikan, merencanakan, dan menyusun program pelaksanaan dari berbagai program dan proyek pembangunan. Kemudian lebih diserasikan antara proses perencanaan dengan proses penganggarannya seperti penyempurnaan penyusunan Daftar Isian Proyek (DIP) dan Daftar Isian Kegiatan (DIK).

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan telah ditingkatkan secara terns menerus tata hubungan kerja yang lebih terpadu serta kemampuan manajemen. Di segi lain, ialah peningkatan pengendalian program-program dan proyek-proyek pembangunan dengan pengembangan sistem monitoring/pelaporan, evaluasi dan pengambilan tindakantindakan korektif atau penyesuaian.

Telah banyak dilakukan usaha penyempurnaan administrasi pemerintah baik mengenai kelembagaan, kepegawaian maupun ketatalak-sanaan. Dalam pada itu kelemahan, penyimpangan bahkan penyele-wengan masih terdapat pada tubuh aparatur pemerintah. Karena itu pada tahun 1977 Pemerintah melancarkan Operasi Tertib dengan 368

berdasarkan Instruksi Presiden No. 9 tahun 1977. Hal ini merupakan tindak lanjut penyempurnaan, pendayagunaan dan penertiban aparatur pemerintah.

Meskipun banyak hasil-hasil yang telah dicapai namun masih banyak tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi serta tantangan-tantangan perbaikan yang masih perlu dihadapi dan ditanggapi.

Atas dasar kenyataan tersebut di atas segi-segi administrasi pemerintah yang dirasa masih lemah akan ditelaah dan ditingkatkan dengan berbagai kebijaksanaan dan langkah-langkah penyempurnaan dalam Repelita III.

Kebijaksanaan dan program-program pembangunan harus merupakan kesatuan yang terpadu dan dikerahkan untuk mencapai sasaransasaran nasional. Untuk ini diperlukan keterpaduan dan kordinasi kegiatan usaha pemerintah yang ditujukan untuk menunjang keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan nasional dan bukan hanya tujuan lembaga pemerintah masing-masing.

Keadaan lain dari pada administrasi pemerintah yang masih dira-sakan kelemahannya adalah segi pengendalian dan pengawasan pelaksanaan. Beberapa kebijaksanaan dan program masih mengalami hambatan-hambatan dan kurang terarah dalam pelaksanaannya karena kelemahan-kelemahan pengendalian dan pengawasannya.

Hal ini perlu dicerminkan dalam peningkatan kemampuan peru-musan kebijaksanaan dan program-program pembangunan, pelaksa-naan, pengendalian dan pengawasannya secara efektif dan efisien.

Aparatur Pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat harus benar-benar menyumbangkan kemampuan dan kecakapannya untuk mensukseskan rencana dan usaha Pemerintah demi kemajuan bang-sanya. Dan sebagai abdi masyarakat harus betul-betul berusaha melayani masyarakat. Fungsi pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim yang sehat bagi kegairahan membangun masih perlu ditingkatkan. Administrasi Pemerintah justru harus dapat membina partisipasi aktif dan pengembangan otoaktivitas dan kreativitas rakyat sendiri dengan bersifat lebih peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Aparatur Pemerintah akan terus ditingkatkan pengabdian dan kesetiaannya kepada cita-cita perjuangan bangsa dan negara berlandas- kan Pancasila dan UUD 1945. Aparatur Pemerintah harus makin mampu melaksanakan tugas, tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang makin besar dan berat.

Langkah-langkah penyempurnaan lembaga-lembaga Pemerintah dilaksanakan secara terus-menerus dan terpadu meliputi bidang-bidang kelembagaan, kepegawaian dan tata cara atau tata laksana serta pelaksanaan tugas operasional oleh unsur aparat yang bersangkutan. Dalam Repelita III, Cara pendekatan terpadu tersebut makin ditingkatkan.

369

Arah kebijaksanaan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya harus tercermin pula dalam kebijaksanaan dan langkah-langkah kegiatan administrasi pemerintahan misalnya dalam mendukung program pembinaan Koperasi dan pembinaan golongan ekonomi lemah yang terutama terdiri dari golongan pribumi. Dalam rangka ini perlu diberikan perhatian terhadap pengembangan kepastian hukum, keamanan dan ketentraman usaha, penyempurnaan sistem perizinan baik mengenai materi maupun prosedur pelelangan dan lain sebagainya.

Demikian pula masih diperlukan peningkatan kemampuan peren-canaan dan pelaksanaan pembangunan aparatur Pemerintah di tingkat Daerah terutama Daerah Tingkat II, Unit Daerah Kerja Pembangunan dan Pemerintah Desa, untuk melancarkan kegiatan pembangunan pada tingkat daerah.

Telah banyak perbaikan yang telah dilakukan namun masih diperlukan usaha penyempurnaan-penyempurnaan di bidang administrasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ini terutama dalam rangka perencanaan operasional tahunan sesuai dengan peningkatan usaha pembangunan.

III. KEBIJAKSANAAN DAN ARAH PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERINTAH

Berhasilnya pembangunan nasional tergantung pada partisipasi seluruh rakyat serta pada sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disiplin seluruh rakyat Indonesia serta para penyelenggara negara. Hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indo- nesia sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin. Oleh karena itu, dalam Repelita III harus diusahakan oleh semua pihak, agar rakyat dapat lebih aktif ikut serta 370

dalam kegiatan pembangunan, dengan jalan antara lain menempuh usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat dan agar kekuatan sosial politik yang sekarang ada benar-benar terbuka bagi setiap warga negara dan berorientasi kepada program pembangunan.

Dalam rangka itu maka arah kebijaksanaan penyempurnaan aparatur Pemerintah pertama-tama ditujukan kepada peningkatan peng-abdian dan kesetiaannya kepada cita - cita perjuangan Bangsa dan

Negara, berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Aparatur Pemerintah harus benar-benar merupakan Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang bermental baik dalam mendukung tugas-tugas pembangunan dan melayani masyarakat; sebagai Abdi Negara aparatur Pemerintah juga harus menjaga kesatuan dan persatuan Bangsa. Untuk itu akan dilanjutkan dan ditingkatkan program pemahaman dan pengamalan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa), Undang Undang Dasar 1945, serta GBHN oleh unsur aparatur negara. Di samping itu akan terus dikembangkan dan dimantapkan landasan kode etik dan jiwa korsa pegawai yang lebih mendukung pelaksanaan tugas-tugasnya. Untuk menjaga keharmonisan dan keserasian kerja antar Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri ABRI akan selalu ditempuh usaha-usaha secara bertahap dan berencana antara lain dalam bidang karier agar kepentingan-kepentingan mereka dapat dijamin dengan sebaik-baiknya.

Supaya pembangunan lebih berhasil maka pelaksanaannya harus menjadi tugas kewajiban bersama Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. Tata penyelenggaraan pemerintah mencerminkan peranan Pemerintah dalam pembangunan. Usaha pembangunan yang mempunyai prioritas di bidang ekonomi, penyelenggaraannya bersendikan Demokrasi Ekonomi. Pembangunan yang didasarkan kepada Demo- krasi Ekonomi menentukan bahwa masyarakatlah yang harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Dalam rangka ini Pemerintah berkewajiban dan mengutamakan keterlibatannya kepada pemberian pengarahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat bagi kegairahan masyarakat untuk membangun. Dengan Demo- krasi Ekonomi dihindarkan ciri-ciri negatif antara lain sistem etatisme, karena itu kegiatan pemerintahan harus lebih bersifat

pelayanan kepada masyarakat, yang antara lain tercermin dalam fungsi pengaturan pemerintah. Aparatur Pemerintah dikembangkan untuk me- miliki kemampuan guna memberikan inspirasi dan dorongan kepada rakyat untuk berpartisipasi sehingga memperoleh dukungan masyarakat karena pengabdiannya. Dalam rangka ini pula aparatur Peme- rintah harus lebih peka terhadap masalah-masalah pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat.

371

Pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah, termasuk perusahaan- perusahaan milik Negara dan milik Daerah masing-masing sebagai aparatur perekonomian negara dan daerah dilanjutkan dan ditingkatkan secara terus menerus, sehingga dapat menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan menggerakkan pelaksanaan pembangunan secara lebih lancar.

Khusus mengenai perusahaan-perusahaan milik negara dan milik daerah akan makin ditingkatkan dan dimantapkan pembinaan dan pengelolaannya agar dapat bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat, efisien dan hemat sehingga dapat membantu meningkatkan keuangan negara serta meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Selanjutnya perusahaan-perusahaan milik negara dan daerah sebagai unsur aparatur perekonomian negara harus pula secara aktif ikut menunjang pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah di bidang pengembangan golongan ekonomi lemah serta stabilitas ekonomi serta di bidang kebijaksanaan ekonomi lainnya.

Penyempurnaan administrasi pemerintah juga ditujukan ke arah suatu tata penyelenggaraan pemerintahan yang 1ebih bersih dan ber- -sifat pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka ini akan dilanjut-Kan dan ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintahan dan pembangunan serta penanggulangan masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. 372

Dalam hubungan ini akan ditingkatkan pula penertiban dan penyempurnaan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan.

Hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lembaga perwakilan rakyat dengan Pemerintah, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah ditingkatkan. Hubungan fungsional ini ditujukan terutama dalam rangka penyusunan rencana tahunan yang tercermin dalam APBN atau APBD. Pada tingkat Desa akan ditingkatkan peran

Lembaga Musyawarah Desa dan lembaga-lembaga pembangunan lain dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan. Dalam rangka ini pula akan lebih diperhatikan fungsi pengawasan pelaksanaan pembangunan lembaga-lembaga perwakilan oleh Pemerintah.

Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dalam rangka membina kesatuan Bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah akan ditingkatkan terus dan dikembangkan atas dasar keutuhan Negara Kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan Daerah, dan di-laksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi. Usaha ini antara lain diarahkan kepada peningkatan kemampuan Wilayah/Daerah Tingkat II dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerahnya. Camat dan aparatur pembangunan wilayah kecamatan dalam rangka Unit Daerah Kerja Pembangunan ditingkatkan kemampuannya untuk mengkordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan Desa.

Pemerintah Desa akan diperkuat dan ditingkatkan kemampuannya untuk menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan dan menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan meningkat, secara lebih efisien dan efektif menuju ke arah terwujudnya desa swasembada. Dalam rangka ini maka Undang-undang tentang Pemerintah Desa akan disusun. Peningkatan kemampuan wilayah Daerah Tingkat II, peningkatan kemampuan aparatur di Kecamatan, penyusunan Rancangan UU Pemerintah Desa dan

373

sebagainya tidak lain dimaksudkan agar dalam Repelita III nanti titik berat ekonomi betul-betul telah berada di Daerah Tingkat II.

Administrasi Pemerintah akan terus disempurnakan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Usaha peningkatan meliputi antara lain kemampuan dalam penyusunan rencana, perumusan kebijaksanaan dan program, kemampuan dalam pelaksanaan serta kemampuan dalam mengendalikan dan. menyelenggarakan pengawasan yang efektif dan efisien. Masalah peningkatan kemampuan pengendalian dan peng-awasan pelaksanaan program – program pembangunan akan memper-

oleh perhatian yang lebih besar dalam Repelita III. Dalam hubungan ini peningkatan kordinasi dan keterpaduan usaha pemerintah guna mendukung keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan serta pelaksanaan program-program pembangunan secara menyeluruh akan dilakukan. Oleh karena itu dalam Repelita III ini sudah akan disusun suatu sistem di mana setiap sektor pembangunan semakin jelas penanggung jawab dan aparatur Pemerintah yang menanganinya.

Penertiban dan pendayagunaan administrasi pemerintah meliputi pula usaha yang dilakukan secara lebih terpadu meliputi kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan serta sarana dan fasilitas kerja lainnya. Hal ini ditujukan untuk melanjutkan penyempurnaan aparatur Pusat dan Daerah antara lain unit-unit pelaksana teknis dari aparatur pemerintah Pusat dan Daerah. Demikian pula penyempurnaan akan ditujukan kepada pengelolaan badan-badan usaha negara serta badan-badan lain yang belum jelas status dan kedudukannya.

Secara khusus perhatian diberikan kepada peningkatan di bidang kepegawaian dengan terus mengembangkan sistem karier yang dise-rasikan dengan sistem prestasi kerja.

Penyempurnaan administrasi pemerintah harus dikembangkan secara tertib dan dituangkan ke dalam berbagai produk peraturan perundangan sehingga kebijaksanaan itu memperoleh landasan kekuatan hukum yang pasti dan jelas baik bagi para pelaksana maupun bagi masyarakat. Demikian pula akan diusahakan terwujudnya Peradilan Tata Usaha Negara.

Dalam usaha penyempurnaan administrasi pemerintah seperti dikemukakan di atas, perlu ditingkatkan pengembangan ilmu dan sistem 374

administrasi yang lebih berorientasi kepada dan bersifat mendukung proses pembangunan. Hal ini meliputi pula pengarahan terhadap usaha-usaha penelitian dalam bidang administrasi negara.

IV. PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERINTAH1. Penyempurnaan dengan pendekatan

Kelembagaan, Kepegawaian dan TatalaksanaPenyempurnaan kelembagaan akan terus

ditingkatkan dengan memperhatikan berbagai prinsip umum organisasi. Sesuai dengan prinsip

jalur dan staf dalam pengorganisasian aparatur pemerintah maka pada dasarnya dalam setiap organisasi terdapat unsur pimpinan, unsur pembantu pimpinan, unsur pelaksana dan unsur pengawasan.

Tindak lanjut penyempurnaan dan penertiban kelembagaan akan dilakukan antara lain dengan melanjutkan penyempurnaan organisasi badan-badan usaha negara, lembaga pemerintahan non departemen dan unit-unit pelaksana teknis dari berbagai Departemen dan instansi lainnya.

Demikian pula akan diberi perhatian yang lebih besar terhadap penyempurnaan pola tata hubungan kerja antar lembaga dalam mendukung program-program pembangunan yang penting. Tujuannya ada- -lah untuk meningkatkan dan terwujudnya kordinasi yang baik, saling mendukung untuk mencapai tujuan-tujuan bersama sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan.

Organisasi program-program dan proyek-proyek pembangunan akan disempurnakan secara terus menerus sehingga lebih dapat berfungsi secara efektif dan efisien.

Secara khusus akan diberikan perhatian terhadap penyempurnaan kelembagaan dan tata kerja pengawasan pembangunan. Penyempur naan di bidang ini dilakukan bersama dengan pengembangan sistem pengendalian dan pengawasan serta langkah-langkah penertiban administrasi dan tatalaksana serta prosedur kerja. Penyempurnaan kelem-bagaan tersebut akan dilakukan bersama dan dengan saling mendukung dengan berbagai penyempurnaan kepegawaian.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, antara lain ditegaskan, bahwa Aparatur Pemerintah ditingkatkan pengabdian dan kesetiaannya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara, berdasarkan

375

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.Dalam rangka usaha meningkatkan pengabdian dan

kesetiaan Apa ratur Pemerintah itu dilaksanakan usaha-usaha secara berencana dan terarah agar segenap Pegawai Negeri mempunyai kesetiaan dan ke-taatan yang penuh kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta bersatu, bermental baik, berwibawa, berdayaguna, berhasilguna, bersih, berkwalitas tinggi, serta radar akan

tanggung jawabnya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Dalam rangka ini para Pegawai Negeri perlu memahami, mengha- yati dan mengamalkan Ekaprasetya Pancakarsa yang merupakan pedo-man dan penuntun serta pegangan hidup dalam kehidupan bermasya-rakat dan bernegara bagi setiap warga negara, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga negara dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh.

Untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud di atas, pembinaannya dilakukan berdasar atas sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Sebagai landasannya untuk pembinaan terhadap segenap Pegawai Negeri Sipil, dengan dasar-dasar seperti dikemukakan di atas, telah ditetapkan Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang mengatur tentang kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh.

Berbagai peraturan perundangan akan dilanjutkan penyelesaiannya terutama untuk menyempurnakan cara-cara penetapan formasi, pengembangan dan pengaturan jabatan, sistem prestasi kerja, peningkatan disiplin kerja, pencegahan terjadinya pertentangan kepentingan kedinasan/jabatan dengan kepentingan pribadi dan lain-lain.

Peningkatan kemampuan aparatur negara diarahkan kepada tujuan agar dapat menggairahkan partisipasi aktif rakyat dalam kegiatan pembangunan dengan melaksanakan fungsi fungsi pengaturan, pengarahan, bimbingan dan penyuluhan serta fungsi untuk menciptakan iklim yang menggairahkan kegiatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. 376

Berbagai usaha akan dilakukan antara lain untuk me-ngembangkan pelaksanaan landasan kode etik kepegawaian berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja dan jiwa korsa pegawai negeri. Di samping itu diusahakan pula penerapan pola dan gaya hidup sederhana yaitu suatu pola dan gaya hidup yang suka bekerja keras, tekun dan produktif serta hidup hemat dan wajar. Untuk menanamkan dan memupuk rasa tanggung jawab atau kewajiban Pega- wai Negeri kepada Negara dan Pemerintah akan ditingkatkan kesadaran mereka dalam memenuhi kewajiban membayar pajak.

Pengembangan Jiwa Korsa juga dilakukan dalam rangka pembinaan KORPRI.

Dalam Repelita II telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1976 yang mengatur tentang dasar-dasar penyusunan formasi Pegawai Negeri Sipil yang sehat, yang bertujuan untuk menjamin adanya keseimbangan yang serasi antara jumlah dan mutu Pegawai Negeri Sipil di satu pihak dengan jenis, sifat dan beban kerja di pihak lain.

Dalam rangka usaha menetapkan formasi yang sehat, akan dilakukan inventarisasi jabatan, penyusunan uraian jabatan, dan analisa, serta penilaian jabatan.

Kegiatan inventarisasi jabatan yang telah dilakukan akan dilanjutkan terus. Sebagai tindak lanjut inventarisasi jabatan tersebut, akan dilakukan penyusunan uraian jabatan dan analisa serta penilaian jabatan secara bertahap.

Pengembangan penyesuaian formasi juga diarahkan kepada struktur kepegawaian yang lebih sehat, dalam arti jumlah pegawai pada tingkat menengah dan tinggi yang lebih memadai.

Pelaksanaan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Per-aturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 tentang pengadaan pegawai akan ditingkatkan terus menerus antara lain mengenai tata cara ujian seleksi untuk menjadi pegawai, kelancaran proses penerimaan dan lain-lain. Dalam rangka ini akan disempurnakan antara lain penelitian secara cermat persyaratan-persyaratan administratif penerimaan pegawai, proses pengujian kesehatan sebagai salah satu syarat bagi penerimaan pegawai. Demikian pula kelancaran proses administrasi penerimaan calon pegawai, dan kemudian penetapan sebagai pegawai apabila telah dipenuhi persyaratan-persyaratannya.

Pengadaan pegawai dilakukan berdasarkan formasi Kepegawaian.Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

ditegaskan, bahwa sistem pembinaan Pegawai Negeri merupakan perpaduan antara pembinaan karier dan prestasi kerja. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam menilai seseorang Pegawai Negeri Sipil, di samping

377

pengabdian dan kesetiaan kepada tugas, Pemerintah, Negara dan Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila diperhatikan pula keca-kapan dan prestasi kerjanya.

Tujuan pokok dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain adalah untuk menempatkan Pegawai Negeri Sipil pada tempat yang tepat berdasarkan kecakapan, prestasi kerja, pengabdian serta kese-tiannya kepada tugas, Pemerintah, Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Dalam rangka usaha melaksanakan pembinaan Pegawai Negeri akan dilakukan kegiatan-kegiatan analisa dan evaluasi jabatan. Ke- giatan ini pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas yang ditentukan. Hasil analisa dan evaluasi ini diharapkan akan membantu menentukan jenis dan tingkat jabatan atau pekerjaan apa saja yang dapat diisi oleh pegawai negeri dan mana yang terbuka bagi bukan pegawai negeri.

Pengembangan dan pengaturan jabatan struktural dan jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan.

Demikian pula akan dikembangkan pengaturan disiplin pegawai yang lebih sesuai dengan perpaduan sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Penyempurnaan dalam sistem gaji dan pensiun telah dilakukan karena gaji dan pensiun pegawai negeri menentukan tingkat kesejahteraan dan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Perbaikan utama sistem gaji dilakukan sejak tanggal 1 April 1977 dengan mem-perkecil selisih perbedaan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil tertinggi dan terendah.

Penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut dari 378

sistem gaji dan pensiun akan dilanjutkan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.

Pendidikan dan ,latihan pegawai akan terus ditingkatkan untuk peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas satuan organisasi secara keseluruhan serta untuk peningkatan karier pegawai negeri.

Pengarahan, pembinaan dan kordinasi penyelenggaraan pendidikan dan latihan baik yang bersifat pre-service maupun in-service akan ditingkatkan.

Setiap program pendidikan dan latihan tidak saja harus merupakan sarana pembinaan dan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kerja, akan tetapi juga harus selalu merupakan sarana untuk membina, memupuk dan meningkatkan sikap mental dan kepribadi- an pegawai, sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat.

Sebagai hasil Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil, telah dapat disusun tata usaha kepegawaian yang tertib dan teratur, sehingga data kepegawaian yang diperlukan dapat ditemukan dalam waktu yang relatif singkat.

Dengan adanya tata usaha kepegawaian yang tertib dan teratur tersebut, maka dapatlah diketahui data kepegawaian secara menyeluruh yang dapat digunakan dalam membuat perencanaan selanjutnya.

Data kepegawaian yang telah tersusun itu akan diikuti perkembangannya dan dipelihara secara terus menerus, sehingga dengan demikian dapat diketahui perkembangan kepegawaian yang lengkap, tepat dan terbaru.

Kesejahteraan Pegawai Negeri diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan Negara, sehingga pada akhirnya Pega- wai Negeri dapat memusatkan perhatian sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya. Usaha kesejahteraan meliputi bidang yang luas seperti jaminan hari tua, bantuan perawatan kesehatan, dan lain-lain. Setiap usaha kesejahteraan Pegawai Negeri diatur dan dibina oleh Pemerintah. Untuk ini akan diadakan pengaturan

379

yang jelas dan terperinci sehingga dengan demikian setiap Pegawai Negeri dapat mengetahui dengan jelas hak dan kewajibannya.

Mengenai pensiun dapat dikemukakan bahwa dalam penjelasan Pasal 10 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 ditegaskan, bahwa pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri yang telah bertahun – tahun mengabdikan dirinya ke-

pada negara. Untuk ini setiap Pegawai Negeri menjadi peserta dari sesuatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh Pemerintah yaitu Perum Taspen (Tabungan Asuransi Pegawai Negeri). Pensiun bukan saja merupakan jaminan hari tua tetapi juga merupakan balas jasa atas pengabdiannya kepada Pemerintah sewaktu masih aktif bekerja. Iuran dan dana pensiun Pegawai Negeri tersebut dipupuk dan di- kelola oleh Perum Taspen. Oleh karena itu daya guna serta hasil guna Perum Taspen sebagai sarana kelembagaan Pemerintah untuk melaksanakan pelayanan kepada para pensiunan dalam rangka mem- balas jasa mereka yang telah berbakti kepada negara dan rakyat selama masa tugasnya perlu disempurnakan dan ditingkatkan. Seja- lan dengan itu, peraturan perundang-undangan tentang Taspen perlu disempurnakan.

Sampai sekarang semua biaya untuk pembiayaan pensiun masih dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini, di samping tidak sesuai lagi dengan ketentuan Undang-undang, juga makin lama akan makin sangat memberatkan keuangan Negara.

Atas dasar pemikiran sebagai tersebut di atas maka dengan Kepu- tusan Presiden Nomor 56 Tahun 1974 jo Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977, sejak bulan Januari 1975, telah ditetapkan adanya iuran dana pensiun yang langsung dipungut dari penghasilan Pegawai Negeri. Berhubung dengan itu, maka akan dibentuk suatu badan yang mengelola dana pensiun.

Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1974 ditegaskan bahwa pembinaan Pegawai Negeri diatur secara menyeluruh, yaitu dengan pengaturan pembinaan 380

yang seragam bagi segenap Pegawai Negeri, sehingga dengan demikian di samping memudahkan penyelenggaraan pembinaan dapat pula diselenggarakan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi segenap Pegawai Negeri.

Untuk menjamin pelaksanaan ketentuan sebagaimana dikemukakan di atas, tidak cukup hanya melalui pengaturan, tetapi juga harus dilakukan bimbingan teknis dan pengawasan yang terarah dan terus-menerus.

Penyempurnaan aparatur pemerintah juga akan dilakukan dalam segi ketatalaksanaan.

Perumusan kebijaksanaan serta pengambilan keputusan diusahakan dilakukan atas dasar tatacara serta prosedur administrasi yang sehat yang didukung dengan data dan informasi yang lengkap, tepat, benar dan terbaru.

Analisa, perumusan dan penentuan kebijaksanaan dilakukan atas dasar pertimbangan manfaat bagi pembangunan, kemungkinan pelaksanaannya, pertimbangan multidisiplin atau antar sektor dan segi pertimbangan regional. Dalam pembentukan dan pelaksanaan kebijaksanaan perlu diperhatikan batas-batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Kemudian juga perhatian terhadap perspektif implikasinya dalam jangka panjang.

Untuk membina sistem informasi yang efisien dan efektif dalam analisa, perumusan dan penentuan kebijaksanaan, dikembangkan dan disempurnakan sistem yang baik dalam pencatatan data, perstatistik- an, monitoring, pelaporan dan dokumentasi. Demikian juga kegiatan penelitian dan pengembangan perlu ditingkatkan baik bagi analisa dan perumusan kebijaksanaan maupun dalam evaluasi pelaksanaannya. Penelitian itu tidak hanya ditujukan untuk lebih baik dalam menanggapi substansi permasalahannya, akan tetapi juga bagi peningkatan efisiensi dan efektivitas tatalaksana dan prosedurnya.

Berbagai forum pertemuan perlu dimanfaatkan sebagai sarana partisipasi yang efisien dan efektif dalam proses perumusan pilihan pilihan kebijaksanaan pembangunan dan pengambilan keputusan. Pengembangan forum-forum seperti itu perlu dikaitkan dengan pembinaan sistem informasi dan penciptaan hubungan kerja yang makin mantap.

Dalam hal ini perlu dimanfaatkan dan diadakan 381

hubungan yang serasi dengan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan, penelitian dan perguruan tinggi sebagai sumber pengembangan pikiran-pikiran baru, data dan informasi untuk analisa dan perumusan kebijaksanaan itu.

Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan sangat penting dalam rangka perumusan kebijaksanaan serta evaluasi dan penyem-

purnaan pelaksanaannya. Mengenai hal ini akan terus ditingkatkan kemampuan badan-badan penelitian dan pengembangan Departemendepartemen dan pusat-pusat informasi data dan ilmiah seperti antara lain Pusat Analisa Informasi Keuangan.

Penyempurnaan di bidang ketatalaksanaan ditujukan untuk lebih memperlancar penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

Penyempurnaan organisasi pemerintah yang disusun berdasarkan pembagian tugas dan pendelegasian wewenang sesuai dengan tanggung jawab serta fungsinya dalam menangani program pemerintah, dilakukan dengan memperhatikan keserasian dam pola tata hubungan dengan badan-badan pemerintahan yang lain yang menangani program pembangunan yang sama.

Usaha-usaha untuk meningkatkan hubungan kerja dan kordinasi secara fungsional dan horizontal yang benar-benar serasi akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan agar sikap, langkah dan tindakan aparatur tidak saling bertentangan, yang hanya akan membingungkan dan menghambat berkembangnya partisipasi masya-rakat serta merupakan pemborosan.

Berbagai usaha penyempurnaan ketatalaksanaan ditujukan untuk memperbaiki tatacara perencanaan dan penganggaran masing-masing lembaga pemerintah. Demikian pula akan ditingkatkan dan disempurnakan tatacara pengawasan intern operasional yaitu pengawasan atasan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan, serta peng- -awasan intern fungsional oleh aparat Inspektorat Jenderal terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan oleh unit organisasi lainnya dalam ling-kungan Departemen. Dalam hubungan ini juga akan disederhanakan dan diperjelas berbagai prosedur kerja dan 382

prosedur-prosedur pelak-sanaan pembangunan. Hal tersebut juga perlu bagi masyarakat yang mempunyai hubungan dengan lembaga-lembaga pemerintah.

Kebijaksanaan aparatur pemerintah dan pembangunan, khususnya yang bersangkutan dengan kepentingan masyarakat dirumuskan dan dituangkan ke dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yang sekaligus dengan jelas pula menunjukkan peraturan perundang - un-

dangan yang lebih tinggi yang menjadi landasannya. Berbagai peraturan perundang-undangan itu harus serasi, saling menunjang dan tidak saling bertentangan. Peraturan perundang-undangan yang saling bertentangan, di samping akan membingungkan dan merugikan masyarakat juga akan menurunkan martabat dan kewibawaan Pemerintah dan aparatur itu sendiri.

Dalam pelaksanaan fungsi pengaturan yang pada dasarnya merupakan pelaksanaan fungsi pelayanan kepada masyarakat, diperlukan penetapan prosedur yang harus ditempuh atau diikuti baik oleh aparatur pemerintah yang melaksanakan maupun oleh masyarakat. Prosedur-prosedur ini dirumuskan secara sederhana, jelas dan terperinci, sehingga mudah dimengerti dan memberikan kepastian dengan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda dan selalu tersedia serta dapat diperoleh dengan mudah oleh yang memerlukan, antara lain dalam bentuk buku petunjuk atau buku pedoman.

Apabila suatu peraturan perundang-undangan menetapkan perlu- nya peraturan perundang-undangan sebagai peraturan pelaksanaan, maka peraturan pelaksanaan itu segera ditetapkan agar tidak meng hambat pelayanan terhadap kepentingan masyarakat.

Setiap peraturan perundang-undangan hanya ditetapkan oleh pejabat yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku memang secara fungsional mempunyai kewenangan yang syah untuk itu.

Penetapan peraturan perundang-undangan dilakukan dengan konsultasi dan mengikut sertakan atau menggunakan informasi dari aparatur lain yang langsung ataupun tidak langsung berkaitan bidang tugasnya.

Setiap pejabat pimpinan wajib mengetahui keputusan yang ditetapkan oleh pejabat bawahannya dan apabila terjadi kekeliruan atau ketidak tepatan wajib segera mengoreksinya, sehingga masyarakat terhindar dari kerugian-kerugian akibat

peraturan yang keliru.Untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban

hukum dalam tubuh aparatur pemerintah, diperlukan lembaga peradilan adminis-

383

trasi. Oleh karenanya, akan diusahakan terwujudnya Peradilan Tata Usaha Negara.

Penyempurnaan ketatalaksanaan dilakukan pula dengan penyusunan organisasi dan struktur pembagian kerja, pembagian dan pendelegasian wewenang-wewenang serta tanggung jawab secara lebih baik daripada unit-unit organisasi maupun jabatan-jabatan, peningkatan komunikasi intern melalui sistem pelaporan intern. Hal yang terakhir juga dihubungkan dengan keperluan meningkatkan pengawasan intern. Dalam rangka ini akan dikembangkan pemanfaatan teknik-teknik ketatalaksanaan modern yang dapat ditrapkan dalam kondisi Indone- sia bagi ketatalaksanaan badan-badan pemerintahan maupun dalam proyek-proyek pembangunan. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan latihan serta penelitian dan pengembangannya.

Bidang-bidang ketatalaksanaan dan aparatur pemerintahan yang akan terus disempurnakan dan ditingkatkan pelaksanaannya adalah tatacara administrasi keuangan dan pengelolaan perlengkapan peme-rintah. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kemungkinan dan pelu- ang kebocoran, penyalahgunaan, keborosan dalam penggunaan keuangan, peralatan dan perlengkapan. Di bidang perlengkapan dan peralatan, kendaraan, rumah-rumah dinas, kantor dan lain-lain, inventarisasi pemerintah dan ketertiban ketentuan-ketentuan penggunaannya akan lebih ditingkatkan. Penertiban administrasi kekayaan Negara mutlak diperlukan. Tata pengelolaan uang maupun peralatan dan perlengkapan dari segi inventarisasi, perencanaan, pengadaan dan otorisasi, alokasi atau penggunaan, penyimpanan atau pemeliharaan dan pengawasannya terus akan disempurnakan.

384

Peningkatan tata persuratan dan kearsipan antara lain diperlukan untuk menunjang sistem informasi. Hal ini juga penting dalam rangka peningkatan komunikasi baik di dalam suatu aparatur, antar aparatur, maupun antara aparatur dengan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan ketertiban pelaksanaan dan kewibawaa aparatur itu.

Keseragaman dan ketertiban dalam surat menyurat akan ditingkatkan. Dengan menyadari pentingnya kearsipan, maka penyimpanan, perawatan, keamanan dan penggunaan arsip akan diberi perhatian yang lebih besar. Dalam hubungan itu pengembangan system kearsipan

yang telah diadakan akan diteruskan dan ditingkatkan. Biarpun penyempurnaan dan pendekatan kelembagaan kepegawaian dan tatalaksana ini senantiasa dilakukan, namun dalam akhir Pelita III nanti, usaha-usaha penyempurnaan tersebut sudah akan memadai sesuai dengan tuntutan pembangunan yang berkembang pada akhir Pelita III nanti.

2. Penyempurnaan Aparatur Pemerintah PusatAparatur Pemerintah Pusat terdiri dari organisasi

Departemen-departemen, Lembaga Non Departemen dan organisasi Sekretariat Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara.

Penyempurnaan organisasi Departemen-departemen yang telah dilaksanakan akan dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan kemampuannya untuk pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan secara keseluruhan. Segi kelembagaan yang perlu dilanjutkan penyempurna-annya ialah pengaturan tentang kedudukan, tugas pokok dan susunan organisasi dari semua unit pelaksana teknis yang ada di lingkungan masing-masing Departemen. Sementara itu juga perlu diadakan peninjauan tentang kemungkinan penyempurnaan bagian-bagian dari Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1974 disesuaikan de- -ngan kebutuhan masing-masing Departemen agar dapat menghadapi tuntutan di bidang administrasi pembangunan yang makin meningkat sebagai akibat daripada peningkatan pembangunan dalam Repelita III.

Penyempurnaan Perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri dilanjutkan terutama sebagai tindak lanjut daripada Kepu- tusan Presiden Nomor 51 Tahun 1976 tentang Pokok-pokok Organi- sasi Perwakilan RI di luar negeri.

385

Tujuan penyempurnaan tersebut ialah untuk lebih meningkatkan kemampuan Perwakilan-perwakilan di luar negeri selaku Perwakilan Negara dan Pemerintah di luar negeri secara mantap dalam rangka pelaksanaan politik luar negeri yang, bebas dan aktif diabdikan kepada kepentingan Nasional, yaitu untuk kepentingan pembangunan di segala bidang termasuk hubungan ekonomi antara Indonesia de- -ngan negara lain bagi kepentingan pembangunan ekonomi Indonesia.

Pengangkatan Kepala-kepala Perwakilan dan pembinaan diplomatik lebih didasarkan kepada pembinaan diplomat-diplomat pejuang, ter-masuk diplomat-diplomat karier-pejuang yang dapat mewakili kepentingan Indonesia secara dinamis dan efektif.

Sejalan dengan penyempurnaan organisasi Departemen, maka organisasi Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen juga perlu disempurnakan secara menyeluruh. Penyempurnaan ditujukan ke arah penetapan pola kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tatakerja. Asas-asas yang dipergunakan dalam penyempurnaan organisasi Departemen juga sejauh mungkin akan diterapkan dalam penyempurnaan organisasi Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen, tanpa mengabaikan sifat-sifat khusus dan ruang lingkup tugas pokok masing-masing. Penyempurnaan organisasi Sekretariat Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara akan pula terus menerus dilakukan agar dapat makin meningkatkan pelaksanaan tugas--tugas-nya guna mendukung pelaksanaan tugas Lembaga yang bersangkutan, termasuk hubungan dan tata kerja antar Lembaga Negara se-bagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Ketetap- an MPR RI Nomor III/MPR/1978.

Prosedur dan tata kerja baik antar Departemen maupun dalam sesuatu Departemen akan terus disempurnakan agar tercipta langkah kegiatan yang terpadu dan serasi baik antara Departemen yang satu dengan Departemen yang lain maupun antar unit-unit organisasi yang ada dalam satu Departemen. Dalam hubungan ini akan dikembangkan prosedur-prosedur tetap pelaksanaan berbagai bidang kegiatan. Dalam rangka suatu Departemen/Lembaga yang mempunyai fungsi pengaturan atau pelayanan kepada

386

masyarakat antara lain mengenai perizinan-perizinan maka akan dilakukan penertiban prosedur ke arah penyederhanaan, kejelasan dan kepastian yang lebih baik.

Di samping aspek organisasi dan ketatalaksanaannya disempurnakan pula manajemen kepegawaiannya. Antara lain ditingkatkan kemampuan dari pada pegawai-pegawai negeri di lingkungan berbagai-Departemen dalam pelaksanaan tugasnya untuk menangani masalahmasalah pembangunan yang semakin menuntut kemampuan tersebut. Hal ini dilakukan antara lain dengan pendidikan dan latihan. Demi-

kian pula akan ditingkatkan kemampuan dari unit-unit yang menangani administrasi kepegawaian sehingga dapat diselenggarakan ad-ministrasi penerimaan, kenaikan pangkat, gaji dan pensiun, pendidikan dan latihan dan lain-lain secara lebih lancar.

3. Panyempurnaan Aparatur Pemerintah Daerah

Pemantapan dan penyempurnaan administrasi dan aparatur peme-rintah pada tingkat Daerah pada dasarnya telah dilakukan denganUndang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah akan terus ditingkatkan sehingga pembangunan sektoral yang ber- langsung di daerah-daerah benar-benar sesuai dengan potensi dan prioritas daerah.

Dalam rangka itu akan ditingkatkan kordinasi baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Khusus, dalam kordinasi pelaksanaan akan ditingkatkan lagi peran Kepala Daerah selaku Kepala Wilayah dan Administrator Pembangunan.

Pelaksanaan kordinasi perlu ditunjang dengan komunikasi yang baik dengan menyadari sifat saling berkaitannya antara program- program dan proyek-proyek pembangunan. Kordinasi juga akan lebih diusahakan antara kegiatan pemerintah Pusat dan Daerah dengan kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah sendiri.

Dalam rangka peningkatan pembangunan di Daerah, maka segi kemampuan perencanaannya akan mendapat perhatian. Kemampuan perencanaan pembangunan di

387

tingkat daerah akan ditingkatkan sehingga dapat melakukan perencanaan yang makin baik terutama dalam menyusun rencana pembangunan daerah, mengalokasikan dana-dana yang tersedia dengan prioritas yang lebih tajam dan terarah, serta dalam pengendalian dan penilaian pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka itu akan diberikan bimbingan melalui pendidikan dan penataran.

Peningkatan kemampuan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah juga akan dilakukan dengan

memanfaatkan kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi, lembaga penelitian dan lain-lain yang ada di daerah.

Berbagai kegiatan penyempurnaan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat Daerah akan terus dilakukan dalam bidang perencanaan dan administrasi keuangan daripada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Peningkatan kemampuan untuk mobilisasi dana di tingkat Daerah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pengalokasian berdasar prioritas dan keserasian antara program dan proyek akan terus dilakukan. Kecuali itu

akan terus dikembangkan sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan dan pengawasan di tingkat daerah yang konsisten dengan sis-tem pengendalian yang dikembangkan secara nasional sehingga penyesuaian-penyesuaian yang perlu dapat dilakukan.

Pengembangan dan pembinaan sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) sebagai pendekatan multi-sektoral dalam pemba-ngunan desa yang menyeluruh dan terpadu pada tingkat Kecamatan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk dan memperbaiki tata lingkungan hidup, akan mendapatkan perhatian yang lebih besar. Untuk itu aparatur yang menangani UDKP di kecamatan akan ditingkatkan ketrampilannya terutama dalam penyusunan rencana, kordinasi pelaksanaan dan pengendaliannya serta penetrapan teknologi yang sesuai untuk daerah pedesaan.

Demikian pula akan diberi perhatian terhadap kordinasi dan keserasian hubungan kerja antar Daerah dalam rangka pengembangan wilayah-wilayah pembangunan.

388

Salah satu segi yang menentukan keberhasilan pembangunan di daerah adalah adanya partisipasi masyarakat. Oleh karena itu peningkatan ketrampilan dan kemampuan aparatur pemerintah daerah ditujukan pula untuk lebih dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat agar dapat dikembangkan kegairahan membangun masyarakat. Aparatur pemerintah daerah perlu bersifat lebih peka terhadap masalah-masalah pembangunan dan hal-hal yang mengenai kepentingan masyarakat di Daerahnya.

Dalam rangka meningkatkan dan melancarkan usaha-usaha pemba-ngunan desa, akan dimantapkan susunan pemerintahan dan pewila-

yahan Desa dengan menetapkan satu landasan hukum. Oleh karena itu akan disusun Undang-undang tentang Desa sebagaimana telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.

Arah kebijaksanaan pembangunan pada tingkat desa khususnya mengenai segi kelembagaannya ditujukan kepada lebih adanya keterpaduan dan keserasian usaha pada tingkat desa, bersamaan dengan mendorong kegairahan swadaya dan swakarya masyarakat desa sendiri.

Dalam rangka ini akan terus ditingkatkan peranan Badan Musya- warah Desa (Rembug Desa) dan Lembaga Sosial Desa agar dapat berperan makin aktif dan nyata dalam pembangunan desa.

Untuk itu penyempurnaan struktur organisasi (Pemerintah Desa) akan diselaraskan dengan peningkatan ketrampilan aparatur desa itu sendiri dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dan pembangunan desa.

4. Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahPimpinan daerah sebagai Administrator

Pembangunan di daerah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan di daerah akan ditingkatkan peranannya dalam melakukan kordinasi. Dalam pelaksanaan kordinasi tersebut diusahakan pula lebih terselenggaranya keserasian hubungan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Dalam rangka itu pula diusahakan penyerasian tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dengan tugas-tugas desentralisasi. Hal ini dilakukan dengan penegasan ruang lingkup dan pembiayaannya, personal dan perlengkapannya, serta tata cara pelaksanaannya masing- masing sehingga terdapat keserasian penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada tingkat daerah.

389

Hubungan dan kordinasi antara aparatur pemerintah pusat dan aparatur daerah akan ditingkatkan pula dalam bidang kordinasi pengawasan pembangunan, yang meliputi kordinasi pengawasan administratif maupun kordinasi pengawasan fisik pelaksanaan pembangunan. Tata cara kordinasi pengawasan itu dilaksanakan sedemikian rupa sehingga berpengaruh terhadap makin meningkatnya laju dan efekti-

vitas pelaksanaan pembangunan, dan bukan sebaliknya justru menimbulkan kelesuan dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan.

Dengan peningkatan hubungan antara aparatur Pusat dan Daerah melalui peningkatan kordinasi perencanaan dan pelaksanaan di samping peningkatan kordinasi pengawasan pembangunan, akan dapat diketahui hambatan-hambatan apa yang timbul dalam proses pelaksanaan pembangunan daerah. Kemudian hal-hal tersebut diusahakan pemecahannya melalui konsultasi dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.

Hubungan pemerintah Pusat dengan Daerah akan lebih ditingkatkan untuk lebih mengusahakan keserasian kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang dilaksanakan di daerah-daerah, antara lain melalui forum konsultasi Nasional dan Regional di bidang perencanaan yang diadakan setahun sekali antara Unit-unit Perencana- an di Pusat dan Bappeda. Dalam hubungan ini peranan konsultasi Nasional untuk penyerasian pertimbangan sektoral dan regional dan pembangunan daerah-daerah akan ditingkatkan.

Dalam pengembangan sistem perwilayahan Pembangunan dengan pengetrapan berbagai pendekatan seperti potensi pembangunan dalam segi-segi pembangunan sektoral, segi-segi politik, hukum, sosial buda- ya, geografis dan keutuhan nasional akan diberikan pula perhatian pada segi administrasinya.

Sesuai dengan pengembangan pembagian wilayah dalam kerangka pembangunan nasional maka hubungan dan kerjasama antar daerah dalam pembangunan regional dan wilayah ditingkatkan secara terusmenerus.

Dalam rangka ini akan ditingkatkan peranan dari

390

konsultasi- konsultasi Nasional dan Regional untuk mengusahakan keserasian pembangunan pada tingkat pembangunan wilayah.

5. Aparatur Perekonomian NegaraPenyempurnaan aparatur perekonomian negara yang

menyangkut badan-badan usaha negara dan lembaga-lembaga keuangan, akan mendapat perhatian yang lebih besar dalam Repelita III. Aparatur perekonomian Negara khususnya perusahaan - perusahaan negara di-

harapkan dapat menjadi pendorong kegiatan-kegiatan pembangunan dan produksi pada sektor-sektor dunia swasta yang belum mampu, pemupukan modal dan keuntungan, penyediaan jasa sosial ekonomi termasuk bimbingan kegiatan dan turut aktif mengamankan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang pengembangan golongan ekonomi lemah, stabilitas ekonomi dan di bidang-bidang lainnya.

Peningkatan pembinaan dan penyempurnaan organisasi perusahaanperusahaan milik negara diarahkan pula agar dapat bekerja berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat, efisien dan hemat, sehingga dapat membantu keuangan negara serta meningkatkan mutu pelayanannya kepada masyarakat.

Usaha-usaha penyempurnaan dan penertiban perusahaan-perusahaan negara, baik yang berbentuk Perjan, Perum maupun Persero terutama yang belum mendapatkan bentuk hukum usaha yang jelas dilanjutkan untuk .dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, penyediaan kebutuhan masyarakat dan pemupukan pendapatan negara yang diperlukan bagi pembangunan.

Untuk memenuhi tugas dan fungsi badan-badan usaha negara dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya senantiasa perlu dilanjutkan penertiban bentuk/dasar hukum badan-badan tersebut, termasuk perusahaan-perusahaan Daerah. Penyederhanaan dan pengarahan bentukbentuk badan usaha negara ke dalam ketiga bentuk yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Per- seroan (Persero), akan dilanjutkan.

Segi lain dalam penyempurnaan badan-badan usaha negara yang akan diberi perhatian adalah pembinaan dan pengawasannya kearah pengelolaan manajemen yang sehat dan berfungsinya perusahaan negara dalam pembangunan seperti disebutkan terdahulu. Fungsi-fungsi pembinaan dan pengawasan akan dilakukan secara terus-menerus, khususnya pengawasan dan pembinaan terhadap kebijaksanaan perusahaan, rencana kerja, rencana

keuangan dan administrasi keuangan, rencana investasi, administrasi logistik termasuk kekayaan-kekayaan yang dimilikinya. Dengan demikian diusahakan kegiatan badan usaha negara dapat terselenggara secara lebih efisien dan efektif.

391

Badan-badan usaha yang menjadi milik Pemerintah Daerah (perusahaan-perusahaan daerah) akan diatur kembali. Pengaturan tersebut akan dilakukan secara menyeluruh baik dilihat dari fungsi dan bentuk perusahaannya, segi permodalannya, status karyawannya maupun pengaturan segi-segi pelayanannya kepada masyarakat, penyediaan kebutuhan umum serta pemupukan penghasilan Daerah yang bisa diciptakan oleh perusahaan daerah itu.

Dalam rangka penyempurnaan badan-badan usaha negara dan daerah ini akan diteliti kemungkinan penggabungan beberapa perusahaan negara dan daerah.

Dalam rangka penyempurnaan aparatur perekonomian negara akan ditingkatkan pula fungsi dan efisiensi lembaga-lembaga keuangan. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui pembinaan ketrampilan teknis pengelolaan lembaga keuangan, penguasaan pengetahuan di bidang pasar uang dan pasar modal, surat-surat berharga dan masalah perkreditan pada umumnya, segi permodalannya, ketatalaksanaan dan pelbagai fasilitas (termasuk perpajakannya) guna memperlancar tugas dan fungsi lembaga-lembaga keuangan tersebut.

Demikian pula akan dilanjutkan langkah-langkah di bidang penyempurnaan administrasi fasilitas penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tujuannya ialah kejelasan dalam pemrosesan aplikasi dan pemberian fasilitas serta pelayanan kepada masyarakat.

6. Aparatur PengawasanMasalah-masalah pembangunan dalam Repelita III

akan makin meningkat sejalan dengan makin meningkatnya volume kegiatan pembangunan. Karena itu di samping perencanaannya akan makin di-

392

sempurnakan demikian juga pengawasan pelaksanaannya oleh aparat pengawasan fungsional maupun oleh aparat pengawasan yang mele- kat pada pimpinan, yaitu pengawasan oleh atasan terhadap bawahan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan yang telah ditetapkan.

Bagi setiap lembaga Pemerintah pengawasan fungsional dapat berupa pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan fungsional intern dan oleh aparatur pengawasan fungsional ekstern.

Penyempurnaan aparatur pengawasan fungsional intern terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya secara mantap. Dalam hubungan ini di samping telah lebih ditegaskannya kedudukan dan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai aparatur pengawasan fungsional intern Departemen, perlu ditingkatkan pula kemampuan personal yang bertugas di bidang pengawasan melalui penataran dan latihan-latihan, serta penyempurnaan system prosedur dan tata kerja pelaksanaan pengawasan fungsional di De-partemen.

Dalam pelaksanaan pengawasan intern Departemen/Instansi Pemerintah oleh aparat pengawasan fungsional Departemen/Instansi Pemerintah, serta pengawasan ekstern terhadap Departemen/Instansi Pemerintah oleh aparatur pengawasan fungsional intern Pemerintah maupun pengawasan oleh aparatur pengawasan fungsional ekstern Pemerintah perlu dikembangkan dan dibina adanya suatu pola pelaksanaan pengawasan yang terpadu dan serasi.

Pengawasan bertujuan agar pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan oleh Instansi yang bersangkutan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan Pemerintah, se- -hingga dapat mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan secara tepat guna, berhasil guna dan berdaya guna. Pengawasan juga mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pemborosan serta memperlancar pelaksanaan program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Berhubung dengan itu sangat diperlukan pengembangan pelaksanaan pengawasan yang mencakup ruang lingkup pelaksanaan pembangunan, di segala bidang, baik proyek-proyek Pusat maupun Daerah, proyek-proyek yang dilakukan oleh perusahaan milik Nega- ra, serta kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan kelancaran pembangunan seperti: masalah perijinan, pelaksanaan tender dan lain-lain.

Ruang lingkup pengawasan ini meliputi aparatur

Pemerintah Pu- sat dan Daerah termasuk perusahaan-perusahaan milik Negara sebagai unsur aparatur perekonomian Negara. Dalam pada itu mengingat makin pesatnya kegiatan pembangunan di daerah tingkat II dan seba-

393

gainya, maka aparatur pengawasan fungsional intern di daerah akan semakin ditingkatkan dan dikembangkan.

Dalam Repelita III pelaksanaan pengawasan akan diusahakan lebih terpadu dan terarah agar pelaksanaan program-program itu benar-benar sesuai dengan yang direncanakan. Di samping itu bobot pelaksanaan pengawasan akan lebih ditekankan pada pengawasan sebagai tindakan preventif. Dalam hubungan ini hubungan kerja intra dan antar instansi yang makin mantap akan terus dibina dan dikembangkan sehingga mempermudah bagi setiap pejabat pengawasan memperoleh bahan-bahan keterangan dan lain-lain untuk melak-sanakan tugas pengawasan itu.

Hasil-hasil pengawasan itu akan sangat bermanfaat, bukan saja bagi proyeknya sendiri, tetapi juga dapat digunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas, serta untuk penertiban dan penyempurnaan aparat dan lembaga yang bersangkutan.

Dalam Repelita III juga akan dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintah serta dalam menanggulangi masalah-rnasalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. Dalam hubungan itu maka pelaksanaan Operasi Tertib di lingkungan Departemen/Instansi Pemerintah di Pusat dan di Daerah serta disegala bidang dan tingkatan akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

Peranan Operasi Tertib adalah mendinamisir fungsi aparatur pengawasan Pemerintah, dengan melakukan tindakan korektif terhadap pejabat Pemerintah yang 394

melakukan penyimpangan terhadap pelak-sanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan Operasi Tertib ini diharapkan dapat menciptakan suatu iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan, bahkan selanjutnya dapat meningkatkan kesadaran untuk tidak menyimpang di dalam melaksanakan tugas.

V. PENYEMPURNAAN ADMINISTRASI PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

1. Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalDalam rangka usaha mencapai sasaran pokok

Repelita Ketiga perencanaan pembangunan didasarkan pada suatu kerangka rencana yang memberikan gambaran keseimbangan antara sumber-sumber dana dan kebutuhan investasi. Kerangka rencana ini memuat hubungan antara penerimaan dalam negeri, tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, impor, ekspor, pembayaran luar negeri, investasi masing- masing sektor ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kerangka ini pula kemudian digariskan keseimbangan pembangunan antar sektor, pembangunan antar daerah, yang dijabarkan dalam berbagai program dan proyek dan dituangkan dalam rencana investasi.

Dalam suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten ditetapkan prioritas-prioritas investasi untuk menjadi landasan terciptanya stabilitas dan keberhasilan pelaksanaan pembangunan ke arah tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran rencana. Prinsip perencanaan pembangunan yang baik diterapkan pada semua segi dan tahap perencanaan baik dengan menggunakan metode kwalitatif maupun kwantitatif. Di bidang pe-rencanaan proyek-proyek ditingkatkan penggunaan teknik-teknik evaluasi proyek .sehingga dapat lebih dipertanggung jawabkan secara ekonomis, sosial, teknis maupun administratif.

Penyempurnaan aparatur dan prosedur perencanaan akan dilanjutkan antara lain untuk meningkatkan kemampuan badan-badan dan unit-unit perencanaan, hubungan dan tata kerja, tenaga perencana yang mampu sehingga dapat dihasilkan rencana-rencana operasional yang lebih

395

terpadu, konsisten dan dengan skala prioritas yang tepat.

Unit-unit perencanaan diusahakan agar mampu merumuskan dan menetapkan tujuan dan alternatif-alternatif dari preferensi nasional, mengkaitkan secara sistematis kerangka pembangunan sektoral dan regional dalam program-program dan proyek-proyek pembangunan.

Untuk keberhasilan perencanaan pembangunan, dilakukan penelaahan secara seksama mengenai perkiraan sumber - sumber pemba-

ngunan seperti faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal, sumber daya materiil dan alam serta kemampuan aparatur pemerintahan.

Kebijaksanaan pembangunan dirumuskan secara integral dalam usaha peningkatan produksi, pemerataan pembangunan, pembinaan dunia usaha, perluasan kesempatan kerja, perubahan struktur ekonomi, pembinaan potensi nasional serta pencapaian tujuan-tujuan pembangunan lainnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan akan selalu dilakukan pengarahan, pembinaan dan pengendalian yang memungkinkan penyesuaian-penyesuaian dalam proses pelaksanaan pembangunan sesuai dengan perkembangan keadaan, dengan tetap berpegang kepada pencapaian tujuan-tujuan utama yang telah ditetapkan.

2. Perencanaan Operasional TahunanPerencanaan Lima Tahun akan diterjemahkan dalam

perencanaan tahunan yang lebih konkrit dan operasional dalam Anggaran Penda- patan dan Belanja Negara.

Dengan perencanaan tahunan yang lebih baik akan diusahakan pencapaian sasaran dan perkiraan secara lebih tepat, efektif dan efisien.

Rencana tahunan berpedoman pada tujuan-tujuan, kebijaksanaankebijaksanaan serta prioritas rencana jangka menengah. Perencanaan operasional tahunan merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dengan penyusunan anggaran belanja negara. Hubungan itu dicerminkan dalam kerjasama institusional serta keserasian dalam tata cara perencanaan dan penyusunan anggaran. Keserasian jadwal waktu diusahakan dalam kegiatan penyusunan anggaran, kegiatan mengadakan tinjauan pelaksanaan rencana pembangunan dan pelaksanaan 396

anggaran masa sebelumnya perkiraan sumber-sumber pembiayaan pembangunan, analisa dan perencanaan proyek. Tata cara ini dileng- kapi pula dengan penyusunan pedoman pelaksanaan rencana dan anggaran.

Rencana operasional tahunan juga memuat program sektoral berdasar perumusan kebijaksanaan tahunan dan program – program terse-

but diperinci dalam proyek-proyek yang dikaitkan dengan rencana anggarannya.

Penyesuaian-penyesuaian rencana tahunan dimungkinkan berdasar-kan tinjauan pelaksanaan rencana sebelumnya, perkembangan keadaan serta perkiraan keadaan masa rencana yang akan dilalui, serta informasi-informasi baru yang tidak didapat sebelumnya.

Penelaahan yang teliti terhadap usul-usul proyek diperlukan untuk peningkatan ketepatan pelaksanaan serta mengurangi terjadinya Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) yang merupakan petunjuk ketidak lancaran pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka keterpaduan perencanaan pembangunan usaha-usaha penyempurnaan ditekankan pada kordinasi dan pengkaitan secara tegas antara proyek-proyek dan program-program pembangunan sehingga dapat diwujudkan jaringan proyek dan program pembangunan yang saling menunjang.

Kordinasi dimulai pada tahap penyusunan rencana demi terarahnya kegiatan-kegiatan pembangunan dan mencegah duplikasi serta perbenturan kegiatan.

Dalam pelaksanaan rencana tahunan juga dilakukan pengendaliannya sehingga penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk tercapainya anggaran dan perkiraan rencana tetap dapat diusahakan.

3. Sistem Pembiayaan PembangunanDalam Garis-garis Besar Haluan Negara

dikemukakan bahwa pembiayaan pembangunan harus terutama bersumber dari kemampuan dalam negeri, sedangkan sumber luar negeri merupakan sumber pelengkap. Di samping itu dianut pula prinsip anggaran berimbang yang menyerasikan

penerimaan dan pengeluaran negara.Sumber-sumber pembiayaan pembangunan terdiri

dari tabungan pemerintah yang bersumber dari penerimaan dalam negeri, tabungan masyarakat yang dipupuk antara lain melalui perbankan, perkreditan dan lembaga-lembaga keuangan ataupun bentuk penanaman modal, penerimaan daerah dan bantuan luar negeri.

Dalam rangka usaha meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri akan diusahakan penyempurnaan kebijaksanaan, system, admi-

397

nistrasi dan prosedur perpajakan, bea dan cukai, intensifikasi penerimaan departemen/lembaga, intensifikasi penggalian serta mobilisasi sumber-sumber potensial non-tax yang ada terutama dengan peningkatan efisiensi badan-badan usaha negara.

Penyempurnaan sistem administrasi dan prosedur perpajakan dan bea cukai diarahkan selain sebagai usaha peningkatan penerimaan negara juga merupakan alat kebijaksanaan pemerintah untuk pemerataan pembangunan. Di samping itu intensifikasi usaha penggalian sumber potensial non-tax dilakukan sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional. Mobilisasi dana pembangunan yang bersumber dari bantuan luar negeri akan diusahakan mendukung secara serasi sumber pembiayaan pembangunan dalam negeri.

Penerimaan minyak sebagai sumber pembiayaan pembangunan dilaksanakan dengan penyempurnaan administrasi penerimaan minyak sejalan dengan perbaikan organisasi dan administrasi Pertamina.

Penggunaan bantuan luar negeri sebagai salah satu sumber pembangunan baik berupa bantuan program maupun bantuan proyek akan diusahakan penyempurnaan administrasinya terutama mengenai tata cara dan kemampuan negosiasi dan tata cara pelaksanaannya.

Pemupukan dana dari masyarakat sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan akan ditingkatkan melalui berbagai kebijak- -sanaan. Usaha mobilisasi dana dari masyarakat melalui perbankan dan lembaga keuangan didukung dengan kebijaksanaan yang serasi sesuai dengan perkembangan ekonomi moneter. Penyempurnaan lembaga keuangan diarahkan antara lain agar mampu menjadi pendorong perkembangan pasar uang dan modal untuk memberikan iklim usaha yang lebih baik bagi perkembangan

398

dunia usaha di Indonesia.Penyempurnaan prosedur penanaman modal akan terus

dilakukan antara lain mengenai tata cara pemrosesan aplikasi fasilitas penanaman modal, kewenangan-kewenangan perizinan di bidang penanaman modal, penyusunan Daftar Skala Prioritas Penanaman Modal dan kemampuan badan/unit yang menangani penanaman modal. Da- lam hal ini akan selalu dipegang asas "pelayanan melalui satu pintu".

398

Dalam prosedur penyusunan anggaran akan dilakukan usaha-usaha penyempurnaan, khususnya penyempurnaan penyusunan Daftar Isian Proyek (DIP) . Penyempurnaan antara lain mengenai pengembangan tolok ukur, konsistensi yang lebih baik dan lain-lain. Untuk dapat mendukung suatu perencanaan proyek secara lebih baik akan dikembangkan suatu Dokumen Perencanaan Proyek. Demikian pula akan dilakukan usaha penyempurnaan prosedur penyusunan anggaran rutin khususnya mengenai Daftar Isian Kegiatan (DIK). DIP dan DIK sesuatu departemen/lembaga diusahakan agar lebih serasi dan saling mendukung.

Usaha penyempurnaan penyusunan anggaran pembangunan perlu pula disertai dengan usaha penyempurnaan penyelenggaraan keuangan daerah, terutama dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Be- lanja Daerah (APBD). Dalam beberapa hal digunakan prinsip saling isi-mengisi antara sumber-sumber keuangan negara dan sumber-sumber pendapatan daerah sendiri. Dalam pada itu dilakukan penyerasian antara penyusunan APBN dengan APBD melalui pertimbangan-pertimbangan regional dalam perencanaan program-program dan proyek-pro-yek pembangunan. Sistem pemberian bantuan pembangunan kepada daerah akan secara terus-menerus disempurnakan untuk memperlancar pelaksanaan penyediaan anggaran tanpa meninggalkan segi pengawasan.

Tata cara pelaksanaan pembiayaan pembangunan dalam rangka pelaksanaan APBN didasarkan pada perundang-undangan yang berlaku, Undang-undang APBN serta Keputusan Presiden mengenai Pedoman Pelaksanaan APBN melalui Kantor Perbendaharaan Negara dan Kantor Kas Negara yang dilaksanakan dengan :

399

1) Daftar Isian Proyek yang telah disahkan. DIP sebagai salah satu produk perencanaan dan penyusunan anggaran secara konkrit berfungsi sebagai alat dan pedoman pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sasaran programnya dinyatakan secara kwantitatif. DIP tetap diusahakan untuk memenuhi kebutuhan akan keluwesan dalam pelaksanaan proyek tanpa melepaskan pengarahan dan tujuan yang hendak dicapai serta terlaksananya unsur pengawasan

dengan baik. Apabila perlu dilakukan penyesuaian terhadap rencana, maka DIP bersangkutan dapat direvisi, dalam hal mana dapat diberikan pendelegasian kepada Departemen/Lembaga me-ngenai perubahan/penggeseran hal-hal tertentu yang sifatnya tidak prisipiil, yang tidak mengurangi baik kwalitas dan kwantitas tujuan Proyek.

2) Surat Keputusan Otorisasi (SKO), Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) ditingkatkan kelancarannya hingga tidak menjadi penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek.

Berbagai penyempurnaan juga diperlukan dalam bidang administrasi keuangan, antara lain Undang-undang Perbendaharaan Indone- sia (ICW) perlu disempurnakan sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan dan meningkatnya pelaksanaan pembangunan.

Dalam rangka administrasi pelaksanaan anggaran diperlukan penyempurnaan dalam penata-usahaan/tatabuku anggaran guna perhitungan anggaran dan penyusunan neraca kekayaan negara secara tertib dan teratur. Demikian pula penata-usahaan rekening Bank Indone-sia perlu disempurnakan pengaturannya sedemikian rupa sehingga memudahkan pengolahan menyeluruh dalam penyusunan perhitungan anggaran.

Untuk dana anggaran pembangunan yang bersifat penyertaan modal pemerintah akan diusahakan menyusun rencana tahunannya. Penyempurnaan diperlukan tentang penggunaan, penyaluran, pengurusan dan pertanggung jawaban dana tersebut. Demikian pula panting untuk dikembangkan tatacara pelaporan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai besarnya jumlah dana anggaran 400

yang menjadi bagian penyertaan modal pemerintah serta perkembangan perkreditan.

Sejalan dengan penyempurnaan tata cara pelaksanaan pembiayaan pembangunan, juga akan makin disempurnakan pengelolaan perlengkapan pemerintah.

Penyempurnaan pengelolaan perlengkapan pemerintah ini diarahkan kepada pengembangan standarisasi dan cara - cara pengadaan,

pemeliharaan, penghapusan dan inventarisasi peralatan atau barang yang dimiliki pemerintah.

Pengadaan akan didasarkan pada pilihan yang praktis, hemat, sesuai dan tepat, baik melalui pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran pembuatan dan perbaikan. Dalam hal ini akan diperhatikan penyempurnaan sistem pengadaan melalui pelelangan. Pelaksa- naan pekerjaan pemborongan oleh pihak ketiga atau pembelian barang dan bahan, termasuk pembelian barang dan bahan untuk pe-kerjaan yang dilakukan sendiri akan diusahakan penyempurnaannya kearah lebih terbuka dan wajarnya pelaksanaan pelelangan, kejelasan dalam kewenangan panitia lelang, penyempurnaan penentuan pra-kwalifikasi dan lain-lain. Selanjutnya akan dikembangkan penentuanpenentuan standar ,barang, standar kontrak jual beli dan syarat-syarat niaga, asuransi pengapalan, klaim dan lain-lain. Demikian pula penentuan spesifikasi teknik barang-barang serta harga-harga patokan- nya sehingga memudahkan bagi departemen/lembaga untuk menyu-sun rencana dan pelaksanaan pembelian dengan harga-harga wajar.

4. Tatalaksana Program-program Pembangunan

Tatalaksana operasional yang sehat akan dikembangkan terus dalam pelaksanaan program-program pembangunan, sehingga memudahkan pengendalian dan pengawasannya. Tujuannya adalah untuk mening-katkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan masing-masing program maupun antara berbagai program.

Dalam rangka pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air, akan terus ditingkatkan keserasian program-program pembangunan menurut sektor dan daerah dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan regional dalam penyusunan rencana- rencana sektoral.

Keserasian di antara satuan-satuan pelaksana akan dikembangkan terns dengan sistem kordinasi menurut dasar-dasar tatalaksana yang rasional dan operasional serta memungkinkan kerjasama harmonis yang saling mendukung sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. Di samping itu dibina komunikasi dan hubungan kerja

401

antara lembaga di tingkat pusat, dan daerah untuk mendukung keberhasilan program-program pembangunan, terutama proyek-proyek besar yang sangat panting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional pada umumnya, sehingga tercapai perkembangan serta kelancaran pelaksanaan sebagaimana direncanakan.

Demikian pula akan dirintis sistem kordinasi proyek-proyek dalam satu program, program-program dalam satu sub sektor atau sektor, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengendaliannya. Demikian pula kordinasi proyek-proyek dalam satu daerah akan ditingkatkan. Gubernur sebagai Kepala Daerah maupun sebagai wakil pemerintah pusat berperan sebagai kordinator pelaksanaan proyek-proyek pemerintah pusat di daerah dan proyek-proyek daerah sendiri.

Untuk pelaksanaan proyek dibutuhkan tenaga yang trampil, serta mampu mengembangkan proyek-proyek pembangunan dalam penca-paian sasarannya. Manajemen proyek akan ditingkatkan terutama melalui peningkatan kemampuan pimpinan dan bendaharawan proyek.

Konsistensi antara realisasi anggaran dan kemajuan pelaksanaan fisik pada program dan proyek akan terus mendapat perhatian. Tingkat kemajuan pelaksanaan diusahakan tidak terhambat oleh prosedur pelaksanaan anggaran yang telah ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBN. Oleh karenanya prosedur pembiayaan yang ter- kait dengan pelaksanaan fisik secara terus-menerus akan disempur-nakan.

5. Pengendalian dan PengawasanPengendalian dan pengawasan merupakan bagian

402

yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan oleh karena itu akan ditingkatkan pengembangannya. Pelaksa- naan berbagai kegiatan pemerintahan dan pembangunan diusahakan berjalan sesuai dengan program perencanaan pembangunan, dan diusahakan dapat mencapai sasarannya secara lebih baik. Perkem- bangan pelaksanaan pembangunan akan dimonitor sehingga dapat di-ikuti pelaksanaannya terutama untuk dapat mengidentifikasikan tin-

dakan korektif dalam pelaksanaan pembangunan, program dan proyek seawal mungkin. Perbaikan-perbaikan di bidang perencanaan itu sendiri khususnya mengenai pengembangan tolok-tolok ukur merupakan alat untuk pengendalian dan pengawasan.

Dalam pada itu sistem pelaporan kemajuan pelaksanaan proyek atau sistem monitoring, akan terns dikembangkan dan disempurnakan untuk keperluan pengambilan keputusan, peninjauan kembali rencana yang bersifat pemecahan masalah, pelaksanaan tindak lanjut dan sebagainya. Penyempurnaan data dan informasi dan pelaporan ini terutama diperlukan mengenai pelaksanaan manajemen, pencapaian sasaran fisik, pencapaian sasaran fungsional, pencapaian pelaksanaan pembiayaan dan sebagainya.

Dalam rangka ini panting dikembangkan tolok-tolok ukur, kemajuan pelaksanaan (performance criteria) ataupun standar pengukuran (measurement standards) sehingga terdapat kesatuan bahasa dalam penilaian kemajuan pelaksanaan pembangunan.

Proses pemberian umpan balik antara satuan-satuan pelaksanaan dan satuan-satuan perencanaan dengan sendirinya diperlukan untuk memperbaiki perencanaan dan pada gilirannya pula akan memperbaiki pelaksanaan. Kemudian disempurnakan pula berbagai prosedur tetap pelaksanaan berbagai kegiatan pemerintah sehingga menunjang sistem pengendalian.

Penyempurnaan administrasi pengawasan keuangan negara khususnya diarahkan untuk menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan serta menghindarkan sejauh mungkin pemborosan, penyelewengan dan penyimpangan. Penyempurnaan diarahkan kepada peningkatan

403

efektivitas aparatur pengawasan intern dan ekstern, baik langsung maupun tidak langsung, baik dalam tahap pre-audit, tahap transaksi, maupun tahap post-audit serta penyempurnaan pengecekan terhadap pelaksanaan pengawasan. Peng- awasan yang bersifat preventif dilakukan melalui pre-audit dengan cara mengadakan berbagai peraturan atau ketentuan yang harus dipenuhi, misalnya peraturan atau ketentuan mengenai standarisasi harga, tata cara pengolahan DIP, peraturan – peraturan yang menyang-

kut pelelangan umum dan terbatas, ketentuan tentang surat jaminan dalam rangka pembayaran uang muka. Dalam pelaksanaannya akan terus diperhatikan supaya pengawasan tersebut tidak mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek pembangunan.

Usaha penyempurnaan pengawasan yang bersifat represif diarahkan kepada segi keuangan dan ketaatan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku, segi efisiensi dan kehematan serta segi efektivitas pencapaian hasil program. Sasaran pemeriksaan dalam rangka pengawasan represif antara lain meliputi pelaksanaan APBN dan APBD, pelaksanaan dan penggunaan kekayaan negara yang dipisahkan, pengecekan inventaris barang-barang milik dan kekayaan negara serta pengelolaan kas-kas negara.

Pengawasan akan dilakukan dengan lebih sungguh-sungguh dan konsekwen.

Penyempurnaan perangkat pengawasan diarahkan pada perbaikan organisasi dan tata kerja dengan menghindarkan penggandaan pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing aparatur pengawasan. Selanjutnya akan diciptakan suatu sistem pengawasan terpadu yang meliputi keseragaman dalam sasaran pemeriksaan, cara pemeriksaan, cara pelaporan, bentuk laporan, peristilahan yang dipergunakan dalam pemeriksaan sehingga hasil-hasil pemeriksaan saling mengisi dan melengkapi. Dalam rangka ini diarahkan pembagian tugas dan wewenang pengawasan sehingga tata cara dan pelaksanaan tidak menjadi penyebab kekurang lancaran pelaksanaan proyek itu sendiri.

6. Penyempurnaan Perizinan

Tugas-tugas pengaturan, pembinaan dan pemberian 404

bimbingan dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan sistem perizinan dan lisensi yang diberikan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu berupa penjatahan, penetapan tarif dan lain-lain.

Penyempurnaan administrasi perizinan meliputi penelaahan tentang perlu atau tidaknya perizinan dalam sesuatu kegiatan, materi yang diatur, prosedur dan persyaratan pengurusan izin, lama waktu pengurusan dan pemberian izin, kordinasi antar instansi dalam

penanganan perizinan, keserasian dan kepastian dalam hal biaya dan lain-lain. Tujuan penyempurnaan adalah untuk memperjelas, menyederhanakan dan memberikan kepastian yang lebih besar sehingga lebih menjamin kemudahan pelayanan khususnya bagi kegairahan dunia usaha dengan tetap memberi pengarahan kepada tujuan-tujuan pembangunan yang dikehendaki. Dalam hubungan ini akan disusun pedoman untuk memperoleh tiap jenis izin bagi kegiatan dunia usaha dan masyarakat sehingga dapat diperoleh kepastian bagi yang memer-lukan perizinan tersebut serta dalam rangka meningkatkan pelayanan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat.

7. Kordinasi antar Sektor Pemerintah, Koperasi dan Sektor Swasta

Dalam Demokrasi Ekonomi ada tiga unsur penting dalam tata perekonomian nasional, ialah sektor negara, sektor swasta dan sektor koperasi. Ketiga sektor tersebut harus tumbuh serasi saling menghidupi, bukan saling mematikan. Sektor negara telah semakin tertib dan sehat. Pembangunan di bidang sektor negara terutama di bidang prasarana dasar diharapkan dapat turut mendukung sektor swasta dan koperasi.

Dengan berbagai kebijaksanaan diusahakan pengarahan investasi sektor swasta nasional dan koperasi serasi dengan investasi sektor pemerintah sehingga lebih mendukung keberhasilan program pem-bangunan secara menyeluruh.

Fungsi administrasi pembangunan ialah antara lain memberikan bimbingan dan pengarahan yang tepat dengan memberikan ruang gerak yang cukup bagi perkembangan swasta nasional dan koperasi. Untuk ini dikembangkan sarana informatif untuk kegiatan usaha swasta nasional dan koperasi sehingga kebijaksanaan

pembangunan pemerintah dapat dimengerti dan

405

ditanggapi secara positif. Adanya saling pengertian dapat menumbuhkan kerjasama yang serasi untuk mempercepat proses pembangunan nasional.

8. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pada dasarnya keberhasilan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan tergantung pada keterlibatan aktif masyarakat. Pemba-

ngunan berencana yang cukup berhasil akan memberikan sarana perluasan keterlibatan masyarakat dalam membangun.

Di lain pihak perencanaan pembangunan dapat merangsang dan memperluas keterlibatan aktif masyarakat, apabila benar-benar mencerminkan dan ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan sesuai dengan kepentingan masyarakat.

Pelaksanaan pembangunan akan melibatkan seluas mungkin ang- gota masyarakat. Oleh karena itu, diusahakan agar pembangunan mendapat dukungan dari masyarakat. Pembangunan juga menghen- daki pembaharuan orientasi, perubahan nilai, sikap hidup maupun struktur kelembagaan dalam masyarakat. Dalam rangka mengusahakan keterlibatan dan partisipasi masyarakat itu diusahakan kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang benar-benar dirasakan sebagai usaha peningkatan kesejahteraannya.

Dalam pada itu perlu dikembangkan komunikasi sosial untuk menumbuhkan pengertian dan dukungan terhadap usaha-usaha pembangunan. Komunikasi sosial merupakan komunikasi dua arah, sehingga kepekaan terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat juga dapat diwujudkan dalam proses penentuan arah, kebijaksanaan dan perumusan program-program pembangunan.

9. Administrasi Penelitian dan StatistikPenyempurnaan sistem statistik nasional akan

dilanjutkan untuk lebih dapat memberi dukungan informasi bagi perencanaan secara menyeluruh maupun untuk perencanaan berbagai sektor dan daerah. Demikian pula dikembangkan

406

indikator-indikator diberbagai bidang kegiatan perencanaan sehingga dapat dipakai sebagai alat pengukur bagi penyelenggaraan pembangunan.

Di samping data statistik, perencanaan pembangunan juga membutuhkan hasil-hasil penelitian. Penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan diarahkan kepada penelitian sumber alam dan material, sumber daya manusia dan sumber pembiayaan pembangunan, perspektif social ekonomi masyarakat maupun mengenai berba-

gai sektor pembangunan. Usaha-usaha penelitian pra investasi dan studi kelayakan akan pula dikembangkan dalam rangka mendukung perencanaan proyek-proyek pembangunan.

VI. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU DAN SISTEM ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Proses pembangunan yang berhasilguna dan berdayaguna perlu didukung oleh suatu sistem Administrasi Pembangunan. Karena itu sistem Administrasi Negara Indonesia dikembangkan kearah suatu sistem administrasi yang berorientasi kepada pembangunan.

Penelitian yang terarah, berencana akan diselenggarakan secara sistematis dan terkordinir sehingga pengetahuan teori dan praktek administrasi bermanfaat untuk memecahkan masalah dan mengatasi hambatan-hambatan administrasi dalam pelaksanaan pembangunan.

Aspek-aspek penting Administrasi Pembangunan akan diteliti dan dikembangkan dengan selalu memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang rnempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap usaha-usaha pembangunan nasional seperti faktor-faktor mental-kejiwaan, kebudayaan, kebiasaan maupun faktor sosial, ekonomi, politik. keamanan, geografis, dan teknologi.

Penelitian ilmu dan sistem Administrasi Pembangunan yang ditujukan untuk mendukung program-program pembangunan yang bersifat lintas sektor di arahkan kepada pengembangan pendekatan sistem dan pendekatan integratif lainnya sehingga pembangunan itu dapat diselenggarakan secara terpadu baik pada tahap perencanaan, penyu-

407

sunan program dan proyek maupun pada tahap pelaksanaan dan pengawasannya. Suatu kebijaksanaan terpadu perlu ditetapkan untuk mengarahkan agar seluruh kegiatan penelitian administrasi ditujukan kepada peningkatan peranan Administrasi Pembangunan.

Lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian administrasi akan ditingkatkan kemampuan kerjanya secara terkodinir, sehingga hasil- hasil penelitiannya langsung bermanfaat bagi pembangunan dengan tidak mengurangi kegunaannya bagi perkembangan Ilmu Administrasi itu sendiri.

Hal penting yang akan diusahakan dalam peningkatan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian administrasi itu adalah perbaikan dan pengembangan metodologi penelitian administrasi dan peningkatan keahlian tenaga-tenaga penelitinya melalui usaha-usaha pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar negeri.

Pengembangan tenaga-tenaga yang mempunyai perhatian dan pro- fesi dalam penelitian dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menyelenggarakan penelitian administrasi.

408

TABEL 26 — 1PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

KETIGA, 1979/80 — 1983/84 (dalam jutaan rupiah)

APARATUR PEMERINTAH

SEKTOR/SUB SEKTOR/ 1979/80 1979/80 — 1983/84No. Kode PROGRAM (Anggaran

Pembanguna(AnggaranPembanguna

16 SEKTOR APARATURPEMERIN-TAH 103.511,7 579.700,0

16.1 Sub Sektor AparaturPemerintah 103.511,7 579.700,0

16.101 Program Peningkatan Pra-

sarana LembagaNegara 4.263,0 22.034,0

16.1.02 Program PenyempurnaanEfisiensi Apara-tur Pemerintahdan Pengawasan 7.944,0 36.010,0

16.1.03 Program PenyempurnaanPrasarana FisikPemerintah 91.304,7 521.656,0

409

· Web viewLangkah-langkah penyempurnaan lembaga-lembaga Pemerintah dilaksanakan secara...

Documents

Transcript of · Web viewLangkah-langkah penyempurnaan lembaga-lembaga Pemerintah dilaksanakan secara...