Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada Bidang...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada Bidang...
i
ABSTRAK
Abdullah Alamudin
Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat pada Bidang Diklat Kerja
Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang) Kabupaten Tangerang
Globalisasi membawa pengaruh keberbagai sendi kehidupan tidak terkecuali kemajuan dalam bidang teknologi yang semakin lama semakin pesat
perkembangannya. Perkembangan teknologi yang semakin luas itu menuntut
setiap manusia harus siap menghadapinya. Ironisnya, pendidikan sekolah formal
kurang dapat memberikan kontribusi lebih dalam menghadapi dunia pasar kerja,
terutama di kawasan Kabupaten Tangerang yang merupakan kawasan sentra
industri. Merupakan suatu kewajiban pemerintahan Kabupaten Tangerang
mengurus dan memberdayakan masyarakatnya, salah satunya adalah dengan
didirikannya Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang yang merupakan lembaga
pengembangan masyarakat di bidang mesin industri.
Berdasarkan pernyataan di atas muncullah pertanyaan program pendidikan
dan pelatihan apa saja yang diadakan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang
tersebut? Dan bagaimana peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang dalam
mengembangkan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Tangerang? Apa
yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam pelatihan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang?
Setelah mengadakan penelitian langsung di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang, peneliti menemukan bahwa program-program pelatihan yang di
adakan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang memberikan dampak positif kepada masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya khususnya dibidang mesin
industri. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi kualitatif
yang bersifat deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk memaparkan data yang
berkaitan dengan Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang.
Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang adalah lembaga yang mempunyai
peran dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat. Hal tersebut
dapat terlihat dengan banyaknya program-program pelatihan yang diadakan di
Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang.
ii
KATA PENGANTAR
��� ا ا���� ا�����
Alhamdulillah adalah kata yang pantas penulis utarakan pada kesempatan
yang paling berbahagia ini. Karena berkat nikmat, rahmat, dan hidayah Allah
SWT., penulis masih dapat melaksanakan aktifitas keseharian sampai saat ini.
Sholawat dan salam terlimpah curah kepada manusia pilihan yang memberikan
contoh teladan bagi umat manusia, yaitu Nabi besar Muhmmad SAW yang telah
menunjukan jalan yang terang dengan ilmu pengetahuan bagi seluruh umat
manusia di dunia.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya pula serta do’a dari semua pihak, penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dalam rangka
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, karena
motivasi yang mereka berikan penulisan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
diantaranya adalah:
1. Dr. H. Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mahmudah Fitriyah Z.A, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam dan Dra. Wati Nilamsari, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
iii
3. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A selaku dosen pembimbing skripsi dalam
penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis disela-sela aktivitas beliau agar
penulis mendapat skripsi yang baik.
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis atas didikannya
selama ini.
5. Kepada pimpinan dan staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan pelayanan literatur sebagai referensi skripsi penulis.
6. Almarhum ayahanda tercinta Hasan Ali Bajuber yang memimpikan
keberhasilan anaknya yang selalu ada di dalam hati dan Ibunda tercinta
Fatimah yang yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang serta
do’anya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik dan
membesarkan penulis, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kasih
sayang kepadanya, kepada kakakku Muhamad Faisal dan Acih (istri) serta
adikku Fuad Faozi yang tidak henti-hentinya memberikan semangatnya,
keponakanku Muhamad Rizki, serta keluargaku yang lain terima kasih atas
semua motivasi yang telah diberikan.
7. Keluarga besar Ali Bajuber dan Muhamad Bajrie yang telah memberikan
motivasi dan bantuannya dalam bentuk apapun yang tak terhitung
jumlahnya.
iv
8. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Husainy, Serpong-Tangerang, Habib Ali
Alwy bin Husein bin Thahir beserta keluarga, seluruh staff pengajar
Yayasan Tarbiyah Nur As-Sholihat dari unit pendidikan MI, MTs, MA,
Nur As-Sholihat dan SMA IT Al-Husainy, serta seluruh staff pengajar
SMP Al-Hasaniyah, Jelupang.
9. Seluruh teman-teman pembina Pondok Pesantren Al-Husainy yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat
dan terima kasih atas segala motivasi dan berbagai pengalaman kepada
penulis.
10. Untuk Sri Handayani, calon pendamping hidupku yang selalu memberikan
masukan dan motivasinya selama ini dan mudah-mudahan sampai akhir
nanti masukan itu terus mengalir.
11. Pihak Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, Bapak
Malikin Mubarakah, Bapak Alcaf Mahajaya, dan Bapak Fachury, yang
telah membantu penulis dalam pemberian keterangan sebagai modal
penulisan skripsi penulis.
12. Teman-teman PMI angkatan 2002, terutama Hendra Hidayat, Irfan Dadi,
Dumyati, Akup Supriyadi, Mia Rosmalia, dan yang lainnya.
13. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima
kasih atas segala dukungan sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini,
semoga Allah membalas kebaikan semuanya.
v
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun
demikian penulis tidak berkecil hati dan menjadi suatu harapan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki baik dalam
penyajian, bentuk tulisan, maupun isi dan bahasa yang digunakan pada skripsi ini,
penulis mengharapkan adanya kritik, saran, maupun perbaikan yang bertujuan
untuk penyempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Oktober 2008
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABLE ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka..................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan.............................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Evaluasi Program................................................... 14
B. Pengertian Pengembangan Masyarakat.................................... 15
1. Model-model Pengembangan Masyarakat ........................ 20
2. Tahapan Pengembangan Masyarakat................................ 24
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Otonomi Daerah dan Latar Belakang Keberadaan Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang................. 31
B. Visi, Misi, Tugas Pokok, Fungsi, Sasaran, dan Indikator
Kinerja ................................................................................... 37
C. Fasilitas dan Sarana Latihan.................................................... 40
D. Sumber Daya Manusia ........................................................... 41
E. Pembiayaan Operasional ........................................................ 43
F. Jenis Pelatihan Kejuruan ......................................................... 45
G. Bentuk Kerjasama dengan Pihak Lain ..................................... 47
BAB IV PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA BIDANG
DIKLAT KERJA BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN,
PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN
(BADIKLATLITBANG) KABUPATEN TANGERANG
A. Kebutuhan Masyarakat akan Program Pelatihan...................... 48
vii
B. Bentuk-bentuk Program Pendidikan dan Pelatihan .................. 51
C. Peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang dalam Proses Pengembangan Masyarakat .............. 54
D. Analisis SWOT....................................................................... 55
E. Faktor Pendukung dan Penghambat......................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 65
B. Saran....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
1. Sejarah Keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang............................................................................ 36
2. Jumlah Pegawai Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang Berdasarkan Tingkan Pendidikan Terakhir Tahun
2007 ...................................................................................................... 42
3. Sumber Anggaran Dana Bidang Diklat Kerja Tahun 2001-2004
dan Data Kinerja Kerja Tahun 2001-2004.............................................. 44
4. Sumber Anggaran Dana Bidang Diklat Kerja dan Penempatan
Kerja Tahun 2004-2006 ......................................................................... 56
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak era reformasi bergulir (tahun 1998) sampai dengan sekarang yang
terjadi akibat ketidak percayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah sehingga
mengakibatkan berakhirnya era orde baru belum juga membawa Indonesia pada
suatu keadaan yang sejahtera. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan yang
hendak dicapai bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-
undang Dasar (UUD) 1945 dimana tujuan negara Indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Sejalan dengan itu, maka perlu adanya Pembangunan Nasional. Yaitu
suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu dengan
sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor
pembangunan maupun masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan.
Pembangunan Nasional sebagaimana digariskan dalam GBHN (Garis-garis Besar
Haluan Negara) merupakan cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Pembangunan Nasional mencakup upaya peningkatan semua segi
kehidupan bangsa, dapat berupa pembangunan aspek fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan pertahanan dan keamanan, dapat pula berupa pembangunan
x
ideologi.1 Oleh karena itu, maka pembangunan nasional pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya.
Hal tersebut berarti bahwa konsep pembangunan nasional berarti membentuk
manusia secara utuh agar lebih baik secara fisik, kehidupan bermasyarakat,
kehidupan berbudaya, berkecukupan ekonomi maupun kenyamanan dalam
pertahanan dan keamanan dan juga membentuk pola pikir manusia agar lebih baik
dari aspek pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat karena proses tersebut
merupakan proses penyadaran sehingga diharapkan akan mampu merubah
perilaku manusia.2 Seperti penyadaran pentingnya kesehatan lingkungan maka
dilakukan berbagai penyuluhan agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai
penyakit.
Suatu keadaan yang dilematis, justru perubahan status ekonomi
masyarakat di Indonesia seakan tidak menemui titik terang, bahkan jauh dari
perubahan. Kenaikan harga diberbagai sektor membuat rakyat semakin terjepit
dalam kemiskinan dan membuat makna kesejahteraan semakin tidak terlihat. Dari
fenomena ini sehingga banyak kita lihat acara-acara televisi yang
mengatasnamakan “kerakyatan” muncul, seperti bedah rumah, uang kaget, dan
masih banyak lainnya. Sebenarnya jika pemerintah menyadarkan diri, acara yang
ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi tersebut merupakan sindiran bagi
pemerintah karena ketidak mampuan pemerintah dalam mengatur, melindungi,
dan mensejahterakan masyarakat.
1 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
IntervensiKomunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 39 2 Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat (Jakarta: Cides, 1996), h. 20-21.
xi
Pembangunan Nasional itu sendiri tidak akan berhasil jika tidak adanya
partisipasi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk pembangunan harus lebih ditingkatkan. Keterlibatan
warga masyarakat itu sendiri tidak sebatas hanya dalam aspek kognitif dan praktis
saja (perencanaan dan pelaksanaan), tetapi juga perlu adanya keterlibatan
emosional pada pelaksanaan program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi
kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup
seluruh bangsa. Keterlibatan emosional masyarakat tersebut dengan melibatkan
masyarakat dalam tahap assesment (penilaian) dan tahap evaluasi, sehingga
program yang dijalankan benar-benar program yang dibutuhkan masyarakat.3
Konsep lain dari sebuah gerakan perubahan yaitu mesti adanya
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah demi tercapainya tujuan tersebut,
dimana masyarakat diberdayakan untuk dapat melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya.4
Program BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang dicanangkan pemerintah
tidak dapat menolong sepenuhnya masyarakat, karena hal tersebut tidak didukung
dengan kebijakan pemerintah yang terus menerus menaikan harga BBM (Bahan
Bakar Minyak) yang berdampak pada kenaikan harga semua bahan pokok
kebutuhan masyarakat.
Keadaan yang rumit tersebut diperparah dengan kemajuan globalisasi yang
salah satunya adalah dibukanya zona perdagangan pasar bebas yang
mengharuskan setiap negara harus siap untuk bersaing tanpa terkecuali baik
3 Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 295.
4 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29.
xii
negara kecil, negara berkembang, maupun negara maju dengan mengandalkan
keahlian mereka masing-masing.
Persoalan yang terjadi di Indonesia adalah masih terbentangnya jurang
kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Si kaya mungkin akan dengan
mudah mendapatkan kemampuan-kemampuan yang memudahkan dirinya untuk
dapat bersaing dan siap menghadapi tantangan zaman tersebut tanpa
memperdulikan biaya yang harus dikelurkan, berbanding terbalik dengan yang
dialami oleh si miskin yang harus berjuang bagi dirinya sendiri untuk tetap hidup
(survive) tanpa memperdulikan kemajuan zaman yang semakin hari semakin
berkembang.
Kata kunci dari semua masalah di Indonesia terletak pada kebijakan
pemerintah terhadap publik (Government Policy for Public). Sejatinya secara
teoritis idealis kebijakan publik adalah kebijakan yang berupaya untuk merespon
masalah dan kebutuhan konkrit yang berkembang di Indonesia.5 Idealnya ketika
pemerintah melihat masalah publik yang sedang berjangkit maka secara akurat
dan cepat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan langsung
mengimplementasikannya demi kehidupan rakyat. Yang terjadi, ironisnya seperti
yang dipaparkan sebelumnya diatas, ketika rakyat mengalami keterpurukan
ekonomi, pemerintah justru menaikan harga BBM dan tarif listrik yang keduanya
justru merupakan kebutuhan vital rakyat. Idealisnya pula globalisasi seharusnya
mempromosikan kesejahteraan terhadap negara penganutnya, akan tetapi pada
tingkatan faktualitas globalisasi hanya konsep permainan politik dalam
komunikasi massa (The Politic Playing) Amerika dan sebagian antek-anteknya di
5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h. 44.
xiii
Eropa. Pasalnya negara berkembang, seperti India, Vietnam, Thailand, benua
Afrika, benua Amerika bagian selatan serta Indonesia yang mengikuti konsep
pasar bebas hanya menjadi kelinci ekonomi saja bagi mereka.6
Penekanan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pedesaan adalah
dengan cara pemberian pembelajaran dan keterampilan yang berbasis life skill.
Bermula dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
khususnya dibidang pendidikan. Hampir pada semua lembaga pendidikan formal
yang ada di Indonesia kurang bahkan tidak bisa memberikan keterampilan lebih
kepada siswa didiknya. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah belajar bebas
dan otonomi orang yang belajar dilindungi. Pada konteks ini peran pendidikan
luar sekolah sangat dibutuhkan yaitu pendidikan di luar lembaga formal.
Telah disebutkan di atas bahwa semakin pesatnya pengaruh globalisasi
menyebabkan seseorang harus siap dengan berbagai keahlian. Tanpa keahlian
sangat sulit bagi seseorang untuk bisa survive. Tanpa keahlian, seseorang tidak
mungkin mendapatkan peluang untuk memenangkan kompetensi hidup yang kian
keras.
Salah satu program yang sudah dikembangkan oleh pemerintah dalam
memberikan keahlian kepada masyarakat adalah dibukanya program-program
pendidikan dan pelatihan keterampilan khusus yang dilaksanakan dan dilakukan
oleh Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Badan Diklat
Kerja Badiklatlitbang) yang lebih dikenal sebelumnya dengan nama KLK
6 Ibid., h. 48.
xiv
(Kelompok Latihan Kerja) atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang terdapat pada
setiap kabupaten di Indonesia.
Berawal dari permasalahan tersebut di atas, kabupaten Tangerang adalah
salah satu kabupaten yang menyedot banyak tenaga kerja di bidang industri. Hal
tersebut tidak di sia-siakan oleh jajaran pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
mengembangkan sumber daya manusianya (SDM) baik wilayah Tangerang pada
khususnya maupun wilayah sekitar Tangerang, karena hal tersebut merupakan
aset kemajuan wilayah Tangerang sendiri khususnya dalam memberantas
pengangguran dan kemiskinan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program-program yang dilakukan
oleh Badan Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang merupakan
sarana bagi masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya dalam meningkatkan
pengetahuan keterampilan khususnya dalam bidang industri. Ketertarikan untuk
mengadakan penelitian tersebut penulis jadikan judul skripsi penulis dengan
mengambil judul penelitian skripsi Evaluasi Program Pengembangan
Masyarakat pada Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan, Pelatihan,
Penelitian, dan Pengembangan (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang)
Kabupaten Tangerang.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas seputar kegiatan
xv
yang terkait dengan program-program yang diadakan oleh Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai
berikut:
a. Apa yang menjadi alasan masyarakat membutuhkan program
pelatihan?
b. Program pelatihan apa saja yang diselenggarakan oleh Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi
masyarakat?
c. Bagaimana peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang dalam proses pengembangan masyarakat?
d. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program pelatihan pada Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui alasan masyarakat membutuhkan program
pelatihan.
b. Untuk mengetahui program pelatihan keterampilan bagi masyarakat
yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang.
xvi
c. Untuk mengetahui kontribusi Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang dalam program pengembangan masyarakat.
d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan kegiatan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Penulisan skripsi ini diharapkan sebagai bahan evaluasi bagi Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan pada bidang
keterampilan yang ditujukan bagi masyarakat Tangerang khususnya
dan sekitar.
b. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat pada bangku
kuliah dengan fakta di lapangan.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian adalah studi mengenai metode-metode ilmiah
yang digunakan dalam penelitian. Sutrisno Hadi menyebutnya sebagai
"pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk
research". Metode-metode ilmiah tersebut meliputi metode penelitian,
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode
analisis data.7
7 Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta:
Yayasan Kelopak, 2004), h. 46.
xvii
Metode yang digunakan lebih menekankan kepada strategi,
proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta dimensi
ruang dan waktu, dan data yang diperlukan.8
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Adapun penelitiannya menggunakan penelitian survey dengan
penekanan pada penelitian deskriptif.
Menurut Bondan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pangamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan
dalam peristilahannya.9
2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelian
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian
adalah metode proposif, yaitu sebelum mengadakan penelitian, terlebih
dahulu penulis menentukan lokasi penelitian.
Penelitian dilakukan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jl. Raya Serpong km. 12,
Tangerang 15322. Telp. (021) 5383042 faks. (021) 5387484.
8 Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah, Skripsi, Disertasi
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005)), h. 52. 9 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989),
h: 3.
xviii
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang
terpilih menjadi lokasi dalam penelitian ini dikarenakan selain jaraknya
mudah dijangkau oleh penulis, lembaga tersebut dianggap cocok oleh
penulis karena mempunyai konsep pengembangan masyarakat yang
notabenya sesuai dengan program jurusan yang penulis sedang tekuni.
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber utama dari penelitian ini adalah aktifitas objek penelitian
(Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang) dan
dokumen file yang merupakan data primer. Selain itu juga didapat dari
didukung dengan bahan-bahan kepustakaan lainnya.
Adapun tekhnik pengumpulan data yang ditempuh penulis
meliputi penelitian kepustakaan dan lapangan dengan analisis penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari dan membaca
sebanyak mungkin sumber yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini, baik berupa buku, majalah, dan
lain-lain. Kesemua bahan bacaan itu, penulis jadikan sebagai landasan
teoritis untuk dipaparkan dalam kerangka awal mengenai objek
penelitian.
Dalam penelitian lapangan, untuk memperoleh data dan
informasi yang akurat penulis melakukan pengamatan (observation),
wawancara (interview) dan dokumen file yang diperoleh dari subjek
penelitian.
4. Subjek dan Objek Penelitian
xix
Subjek penelitian dari skripsi ini adalah Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang itu sendiri. Sedangkan yang
menjadi objek dari penelitian ini adalah program-program yang ada di
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum menjadi Bidang Diklat Kerja (masih Balai Latihan Kerja),
pernah ada yang melakukan penelitian yang serupa dengan peneliti dengan
judul penelitian Upaya Balai Latihan Kerja dalam Meningkatkan Sumber
Daya Manusia di kawasan Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh Dina
Apriyani. Dalam pembahasan tersebut penelitian lebih mengarah kepada
kelembagaan yaitu Balai Latihan Kerja kemudian program pemberdayaan
masyarakat seperti langkah BLK dalam meningkatkan kualitas SDM., tingkat
keberhasilan yang diukur dari dan keberhasilan ujian akhir. Langkah BLK
tersebut tidak diiringi dengan faktor kebutuhan masyarakat.
Penelitian yang penulis lakukan ini memaparkan lebih luas mengenai
program yang terdapat di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang, faktor
kebutuhan masyarakat dan tingkat keberhasilan yang diukur dari penempatan
kerja.
Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan
penjelasan yang memadai tentang program-program yang terdapat di Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang, profil lembaga, data anggaran, serta data
kelulusan dan penyerapan kerja siswa didik.
xx
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penjelasan dan pembahasan penelitian ini,
secvara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, terdiri dari sub-
sub bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB VI PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB VII TINJAUAN TEORETIS
Terdiri atas pengertian evaluasi program, pengertian
pengembangan masyarakat yang berisi tentang model-model
pengembangan masyarakat dan tahapan-tahapan pengembangan
masyarakat.
BAB VIII GAMBARAN UMUM
Menguraikan tentang otonomi daerah dan latar belakang
keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang, visi, misi, tugas pokok, fungsi, sasaran, dan indikator
kinerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang,
fasilitas dan sarana latihan, sumber daya manusia Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, pembiayaan
operasional Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang, jenis pelatihan kejuruan pada Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, bentuk kerjasama dengan
pihak lain.
xxi
BAB IX PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA BIDANG DIKLAT
KERJA BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, PENELITIAN,
DAN PENGEMBANGAN (BADIKLATLITBANG)
KABUPATEN TANGERANG
Menerangkan tentang kebutuhan masyarakat akan program
pelatihan, bentuk-bentuk program pendidikan dan pelatihan, peran
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam
proses pengembangan masyarakat, analisis SWOT, faktor
pendukung dan penghambat.
BAB X PENUTUP
Merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah
Sejak era reformasi bergulir (tahun 1998) sampai dengan sekarang yang
terjadi akibat ketidak percayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah sehingga
mengakibatkan berakhirnya era orde baru belum juga membawa Indonesia pada
suatu keadaan yang sejahtera. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan yang
hendak dicapai bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-
undang Dasar (UUD) 1945 dimana tujuan negara Indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Sejalan dengan itu, maka perlu adanya Pembangunan Nasional. Yaitu
suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu dengan
sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor
pembangunan maupun masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan.
Pembangunan Nasional sebagaimana digariskan dalam GBHN (Garis-garis Besar
Haluan Negara) merupakan cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Pembangunan Nasional mencakup upaya peningkatan semua segi
kehidupan bangsa, dapat berupa pembangunan aspek fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan pertahanan dan keamanan, dapat pula berupa pembangunan
xxiii
ideologi.10
Oleh karena itu, maka pembangunan nasional pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya.
Hal tersebut berarti bahwa konsep pembangunan nasional berarti membentuk
manusia secara utuh agar lebih baik secara fisik, kehidupan bermasyarakat,
kehidupan berbudaya, berkecukupan ekonomi maupun kenyamanan dalam
pertahanan dan keamanan dan juga membentuk pola pikir manusia agar lebih baik
dari aspek pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat karena proses tersebut
merupakan proses penyadaran sehingga diharapkan akan mampu merubah
perilaku manusia.11
Seperti penyadaran pentingnya kesehatan lingkungan maka
dilakukan berbagai penyuluhan agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai
penyakit.
Suatu keadaan yang dilematis, justru perubahan status ekonomi
masyarakat di Indonesia seakan tidak menemui titik terang, bahkan jauh dari
perubahan. Kenaikan harga diberbagai sektor membuat rakyat semakin terjepit
dalam kemiskinan dan membuat makna kesejahteraan semakin tidak terlihat. Dari
fenomena ini sehingga banyak kita lihat acara-acara televisi yang
mengatasnamakan “kerakyatan” muncul, seperti bedah rumah, uang kaget, dan
masih banyak lainnya. Sebenarnya jika pemerintah menyadarkan diri, acara yang
ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi tersebut merupakan sindiran bagi
pemerintah karena ketidak mampuan pemerintah dalam mengatur, melindungi,
dan mensejahterakan masyarakat.
10
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
IntervensiKomunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 39 11 Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat (Jakarta: Cides, 1996), h. 20-21.
xxiv
Pembangunan Nasional itu sendiri tidak akan berhasil jika tidak adanya
partisipasi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk pembangunan harus lebih ditingkatkan. Keterlibatan
warga masyarakat itu sendiri tidak sebatas hanya dalam aspek kognitif dan praktis
saja (perencanaan dan pelaksanaan), tetapi juga perlu adanya keterlibatan
emosional pada pelaksanaan program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi
kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup
seluruh bangsa. Keterlibatan emosional masyarakat tersebut dengan melibatkan
masyarakat dalam tahap assesment (penilaian) dan tahap evaluasi, sehingga
program yang dijalankan benar-benar program yang dibutuhkan masyarakat.12
Konsep lain dari sebuah gerakan perubahan yaitu mesti adanya
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah demi tercapainya tujuan tersebut,
dimana masyarakat diberdayakan untuk dapat melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya.13
Program BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang dicanangkan pemerintah
tidak dapat menolong sepenuhnya masyarakat, karena hal tersebut tidak didukung
dengan kebijakan pemerintah yang terus menerus menaikan harga BBM (Bahan
Bakar Minyak) yang berdampak pada kenaikan harga semua bahan pokok
kebutuhan masyarakat.
Keadaan yang rumit tersebut diperparah dengan kemajuan globalisasi yang
salah satunya adalah dibukanya zona perdagangan pasar bebas yang
mengharuskan setiap negara harus siap untuk bersaing tanpa terkecuali baik
12
Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 295. 13
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29.
xxv
negara kecil, negara berkembang, maupun negara maju dengan mengandalkan
keahlian mereka masing-masing.
Persoalan yang terjadi di Indonesia adalah masih terbentangnya jurang
kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Si kaya mungkin akan dengan
mudah mendapatkan kemampuan-kemampuan yang memudahkan dirinya untuk
dapat bersaing dan siap menghadapi tantangan zaman tersebut tanpa
memperdulikan biaya yang harus dikelurkan, berbanding terbalik dengan yang
dialami oleh si miskin yang harus berjuang bagi dirinya sendiri untuk tetap hidup
(survive) tanpa memperdulikan kemajuan zaman yang semakin hari semakin
berkembang.
Kata kunci dari semua masalah di Indonesia terletak pada kebijakan
pemerintah terhadap publik (Government Policy for Public). Sejatinya secara
teoritis idealis kebijakan publik adalah kebijakan yang berupaya untuk merespon
masalah dan kebutuhan konkrit yang berkembang di Indonesia.14 Idealnya ketika
pemerintah melihat masalah publik yang sedang berjangkit maka secara akurat
dan cepat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan langsung
mengimplementasikannya demi kehidupan rakyat. Yang terjadi, ironisnya seperti
yang dipaparkan sebelumnya diatas, ketika rakyat mengalami keterpurukan
ekonomi, pemerintah justru menaikan harga BBM dan tarif listrik yang keduanya
justru merupakan kebutuhan vital rakyat. Idealisnya pula globalisasi seharusnya
mempromosikan kesejahteraan terhadap negara penganutnya, akan tetapi pada
tingkatan faktualitas globalisasi hanya konsep permainan politik dalam
komunikasi massa (The Politic Playing) Amerika dan sebagian antek-anteknya di
14
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h. 44.
xxvi
Eropa. Pasalnya negara berkembang, seperti India, Vietnam, Thailand, benua
Afrika, benua Amerika bagian selatan serta Indonesia yang mengikuti konsep
pasar bebas hanya menjadi kelinci ekonomi saja bagi mereka.15
Penekanan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pedesaan adalah
dengan cara pemberian pembelajaran dan keterampilan yang berbasis life skill.
Bermula dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
khususnya dibidang pendidikan. Hampir pada semua lembaga pendidikan formal
yang ada di Indonesia kurang bahkan tidak bisa memberikan keterampilan lebih
kepada siswa didiknya. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah belajar bebas
dan otonomi orang yang belajar dilindungi. Pada konteks ini peran pendidikan
luar sekolah sangat dibutuhkan yaitu pendidikan di luar lembaga formal.
Telah disebutkan di atas bahwa semakin pesatnya pengaruh globalisasi
menyebabkan seseorang harus siap dengan berbagai keahlian. Tanpa keahlian
sangat sulit bagi seseorang untuk bisa survive. Tanpa keahlian, seseorang tidak
mungkin mendapatkan peluang untuk memenangkan kompetensi hidup yang kian
keras.
Salah satu program yang sudah dikembangkan oleh pemerintah dalam
memberikan keahlian kepada masyarakat adalah dibukanya program-program
pendidikan dan pelatihan keterampilan khusus yang dilaksanakan dan dilakukan
oleh Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Badan Diklat
Kerja Badiklatlitbang) yang lebih dikenal sebelumnya dengan nama KLK
15 Ibid., h. 48.
xxvii
(Kelompok Latihan Kerja) atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang terdapat pada
setiap kabupaten di Indonesia.
Berawal dari permasalahan tersebut di atas, kabupaten Tangerang adalah
salah satu kabupaten yang menyedot banyak tenaga kerja di bidang industri. Hal
tersebut tidak di sia-siakan oleh jajaran pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
mengembangkan sumber daya manusianya (SDM) baik wilayah Tangerang pada
khususnya maupun wilayah sekitar Tangerang, karena hal tersebut merupakan
aset kemajuan wilayah Tangerang sendiri khususnya dalam memberantas
pengangguran dan kemiskinan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program-program yang dilakukan
oleh Badan Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang merupakan
sarana bagi masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya dalam meningkatkan
pengetahuan keterampilan khususnya dalam bidang industri. Ketertarikan untuk
mengadakan penelitian tersebut penulis jadikan judul skripsi penulis dengan
mengambil judul penelitian skripsi Evaluasi Program Pengembangan
Masyarakat pada Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan, Pelatihan,
Penelitian, dan Pengembangan (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang)
Kabupaten Tangerang.
H. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas seputar kegiatan
xxviii
yang terkait dengan program-program yang diadakan oleh Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai
berikut:
a. Apa yang menjadi alasan masyarakat membutuhkan program
pelatihan?
b. Program pelatihan apa saja yang diselenggarakan oleh Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang bagi
masyarakat?
c. Bagaimana peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang dalam proses pengembangan masyarakat?
d. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program pelatihan pada Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang?
I. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui alasan masyarakat membutuhkan program
pelatihan.
b. Untuk mengetahui program pelatihan keterampilan bagi masyarakat
yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang.
xxix
c. Untuk mengetahui kontribusi Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang dalam program pengembangan masyarakat.
d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan kegiatan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Penulisan skripsi ini diharapkan sebagai bahan evaluasi bagi Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan pada bidang
keterampilan yang ditujukan bagi masyarakat Tangerang khususnya
dan sekitar.
b. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapat pada bangku
kuliah dengan fakta di lapangan.
J. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian adalah studi mengenai metode-metode ilmiah
yang digunakan dalam penelitian. Sutrisno Hadi menyebutnya sebagai
"pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk
research". Metode-metode ilmiah tersebut meliputi metode penelitian,
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode
analisis data.16
16
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Jakarta:
Yayasan Kelopak, 2004), h. 46.
xxx
Metode yang digunakan lebih menekankan kepada strategi,
proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta dimensi
ruang dan waktu, dan data yang diperlukan.17
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Adapun penelitiannya menggunakan penelitian survey dengan
penekanan pada penelitian deskriptif.
Menurut Bondan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pangamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan
dalam peristilahannya.18
2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelian
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian
adalah metode proposif, yaitu sebelum mengadakan penelitian, terlebih
dahulu penulis menentukan lokasi penelitian.
Penelitian dilakukan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jl. Raya Serpong km. 12,
Tangerang 15322. Telp. (021) 5383042 faks. (021) 5387484.
17
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah, Skripsi, Disertasi
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005)), h. 52. 18
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989),
h: 3.
xxxi
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang
terpilih menjadi lokasi dalam penelitian ini dikarenakan selain jaraknya
mudah dijangkau oleh penulis, lembaga tersebut dianggap cocok oleh
penulis karena mempunyai konsep pengembangan masyarakat yang
notabenya sesuai dengan program jurusan yang penulis sedang tekuni.
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber utama dari penelitian ini adalah aktifitas objek penelitian
(Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang) dan
dokumen file yang merupakan data primer. Selain itu juga didapat dari
didukung dengan bahan-bahan kepustakaan lainnya.
Adapun tekhnik pengumpulan data yang ditempuh penulis
meliputi penelitian kepustakaan dan lapangan dengan analisis penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari dan membaca
sebanyak mungkin sumber yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini, baik berupa buku, majalah, dan
lain-lain. Kesemua bahan bacaan itu, penulis jadikan sebagai landasan
teoritis untuk dipaparkan dalam kerangka awal mengenai objek
penelitian.
Dalam penelitian lapangan, untuk memperoleh data dan
informasi yang akurat penulis melakukan pengamatan (observation),
wawancara (interview) dan dokumen file yang diperoleh dari subjek
penelitian.
4. Subjek dan Objek Penelitian
xxxii
Subjek penelitian dari skripsi ini adalah Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang itu sendiri. Sedangkan yang
menjadi objek dari penelitian ini adalah program-program yang ada di
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
K. Tinjauan Pustaka
Sebelum menjadi Bidang Diklat Kerja (masih Balai Latihan Kerja),
pernah ada yang melakukan penelitian yang serupa dengan peneliti dengan
judul penelitian Upaya Balai Latihan Kerja dalam Meningkatkan Sumber
Daya Manusia di kawasan Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh Dina
Apriyani. Dalam pembahasan tersebut penelitian lebih mengarah kepada
kelembagaan yaitu Balai Latihan Kerja kemudian program pemberdayaan
masyarakat seperti langkah BLK dalam meningkatkan kualitas SDM., tingkat
keberhasilan yang diukur dari dan keberhasilan ujian akhir. Langkah BLK
tersebut tidak diiringi dengan faktor kebutuhan masyarakat.
Penelitian yang penulis lakukan ini memaparkan lebih luas mengenai
program yang terdapat di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang, faktor
kebutuhan masyarakat dan tingkat keberhasilan yang diukur dari penempatan
kerja.
Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan
penjelasan yang memadai tentang program-program yang terdapat di Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang, profil lembaga, data anggaran, serta data
kelulusan dan penyerapan kerja siswa didik.
xxxiii
L. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penjelasan dan pembahasan penelitian ini,
secvara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, terdiri dari sub-
sub bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB XI PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB XII TINJAUAN TEORETIS
Terdiri atas pengertian evaluasi program, pengertian
pengembangan masyarakat yang berisi tentang model-model
pengembangan masyarakat dan tahapan-tahapan pengembangan
masyarakat.
BAB XIII GAMBARAN UMUM
Menguraikan tentang otonomi daerah dan latar belakang
keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang, visi, misi, tugas pokok, fungsi, sasaran, dan indikator
kinerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang,
fasilitas dan sarana latihan, sumber daya manusia Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, pembiayaan
operasional Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang, jenis pelatihan kejuruan pada Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, bentuk kerjasama dengan
pihak lain.
xxxiv
BAB XIV PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA BIDANG DIKLAT
KERJA BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, PENELITIAN,
DAN PENGEMBANGAN (BADIKLATLITBANG)
KABUPATEN TANGERANG
Menerangkan tentang kebutuhan masyarakat akan program
pelatihan, bentuk-bentuk program pendidikan dan pelatihan, peran
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam
proses pengembangan masyarakat, analisis SWOT, faktor
pendukung dan penghambat.
BAB XV PENUTUP
Merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
xxxv
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Evaluasi Program
Menurut asal katanya, evaluasi berarti penilaian.19 Sedangkan program
adalah rancangan mengenai asas serta usaha (di ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan.20
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan dan/atau kegagalan suatu
rencanan kegiatan atau program. Evaluasi berusha mengidentifikasi mengenai apa
yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.21
Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu on-going evaluation atau
evaluasi terus-menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Tipe evalusi
yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu tertent, misalnya per tri
wulan atau per semester selama proses implementasi (biasanya pada khir phase
atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah
implementasi suatu program atau rencana.
Evaluasi dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).
19 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 310. 20
Ibid., h. 897. 21 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h. 119.
xxxvi
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah
suatu proses penilaian mengenai tingkat keberhasilan suatu program atau
kegagalan suatu program itu ketika diterapkan.
B. Pengertian Pengembangan Masyarakat
Menurut asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep,
yaitu "pengembangan" dan "masyarakat".
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses,
cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan pengembangan masyarakat masih
dalam penggalan kata pengembangan adalah proses kegiatan bersama yang
dilakukan oleh penghuni suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya.22
Sedangkan pengertian "masyarakat" dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.23
Istilah Pengembangan Masyarakat mempunyai sejarah yang panjang dan
selalu dikait-kaitkan dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Istilah "pengembangan masyarakat" berawal digunakan oleh pemerintah
kolonial Inggris dalam sebuah konferensi (1948) di negeri jajahannya Afrika,
untuk menggantikan istilah "pendidikan massa". Dalam konferensi tersebut
menghasilkan definisi mengenai "Pendidikan Massa" dan memutuskan bahwa
pada masa yang akan datang terminologi tersebut sebaiknya diganti dengan nama
"Pengembangan Masyarakat".
22
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 538. 23 Ibid., h. 721.
xxxvii
Berbeda dengan Inggris, di Amerika istilah "pengorganisasian
masyarakat" lebih dikenal dibandingkan dengan istilah "pengembangan
masyarakat", dimana masyarakat diberdayakan dengan cara harus lebih aktif
dalam menggalang dana demi memenuhi kebutuhannya.
Banyak para pakar yang memberikan batasan tentang kedua istilah
tersebut yang berkembang di Inggris maupun di Amerika. Namun, dari bahasan
yang dikemukakan oleh para pakar tersebut menyimpulkan bahwa baik
"pengorganisasian masyarakat" ataupun "pengembangan masyarakat" hanya
terletak pada faktor tempat dimana metode tersebut digunakan.
Faktor tempat yang dimaksudkan di mana pengorganisasian masyarakat
lebih mengarah pada daerah perkotaan (komunitas relatif sudah berkembang).
Sedangkan pengembangan masyarakat lebih mengarah pada daerah pedesaan,
dimana masyarakatnya relatif belum berkembang.24
Berdasarkan dua pengertian yang berbeda antara pengorganisasian
masyarakat (di Amerika) dan pengembangan masyarakat (di Inggris), Brokesha
dan Hodge memberikan perbedaan dari kedua istilah tersebut berdasarkan history
masing-masing istilah tersebut, antara lain:
1. Mereka meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat di Amerika pada
mulanya berkembang (lebih banyak dikembangkan) di dalam negeri.
Sedangkan untuk bangsa Inggris, pengembangan masyarakat pada umumnya
diujicobakan di Afrika (pada negara-negara koloni Inggris).
2. Menurut mereka proses pengembangan masyarakat yang dilakukan
pemerintah Inggris merupakan respon pragmatis terhadap kebutuhan yang
24 Ibid., h. 200.
xxxviii
dirasakan daerah koloni mereka, yang pada dasarnya merasa kurang
mendapatkan layanan yang memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan dalam arti sempit. Sedangkan di Amerika, pengorganisasian
masyarakat di mulai dari pengembangan sektor pertanian, yang baru
kemudian bergerak ke masalah perkotaan.25
Menurut Edi Suharto pengembangan atau pembangunan merupakan
usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi,
pendidikan, kesehatan, dan sosial-budaya.26
Sedangkan masyarakat menurut Edi Suharto memiliki 2 konsep, yaitu:27
1. Masyarakat sebagai sebuah "tempat bersama", yakni sebuah wilayah geografi
yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah
perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
2. Masyarakat sebagai "kepentingan bersama", yakni kesamaan kepentingan
berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama
pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan
identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang
memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para
pengguna pelayanan kesehatan mental.
Menurut pandangan Brokesha dan Hodge, pengembangan masyarakat
adalah:28
25
Ibid., h. 216. 26
Edi Suharto, , op. cit., h. 39. 27
Ibid. 28
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 199.
xxxix
"A movement designed to promote better living for the whole community
with the active participation, and, if possible, on the initiative of the
community… it includes the whole range of development activities in the
district whether these are undertaken by government or unofficial
bodies… (Community Development) must make use of the cooperative
movement and must be put into effect in the closest association whit local
government bodies".
"Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan,
berdasarkan inisiatif masyarakat… hal ini meliputi berbagai kegiatan
pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun
lembaga-lembaga non pemerintah… (pengembangan masyarakat) harus
dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan
bentuk pemerintahan lokal terdekat".
Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang
memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi
kehidupannya. Twelventrees "pengembangan masyarakat" adalah "the process of
assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking
collective actions.29
Para ahli ada yang menyamakan istilah pengembangan masyarakat dengan
pemberdayaan masyarakat yang jika dilihat mempunyai arti serupa dengan
pengembangan sumber daya manusia.
Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment
yang berarti penguatan, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi
yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pada
hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat
terutama yang pada saat sekarang sedang tidak mampu melepaskan diri dari
29 Edi Suharto, op. cit., h. 38.
xl
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, yang berarti memberdayakan adalah
membantu seseorang/masyarakat menemukan kemampuan menuju kemandirian.30
Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada
pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang
mengorganisir diri mereka.
Dalam pembukaan Temu Karya Pengembangan Program Pemberdayaan
Masyarakat bagi Kepala Badan/Dinas/Kantor PMD Provinsi, Kabupaten dan Kota
di Batu, Malang, Jawa Timur tahun 2003, DR. Andi Partadinata mengatakan
secarakonsepsional pemberdayaan atau empowerment memiliki dua makna pokok
yaitu pertama, memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau
mendelegasikan otoritas kepada masyarakat (to give power or authority to), agar
masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangkan
membangun diri dan lingkungan secara mandiri; kedua, meningkatkan
kemampuan masyarakat (to give ability to or anable) melalui pelaksanaan
berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kondisi kehidupan
masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.31
Menurut pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya
memperluas horison pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti bahwa
masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat
yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-
30 Misbahul Ulum, dkk., Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Normatif,
Filosofis, dan Praktis (Yogyakarta: PMI-Dakwah UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan IISEP-
CIDA), h. 79. 31 Andi Partadinata, ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Aparatur dan Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan Masyarakat Desa", Jurnal Berdaya 1, no. 6 (Juni, 2003), h. 17.
xli
pilihan.32
Dalam konsep ini Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei
menyamakan pemberdayaan dengan konsep pengembangan sumber daya
manusia.
Pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari persepsi makro dan
mikro, Pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses
peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu
tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan di sini mencakup perencanaan,
pambangunan, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Pengembangan masyarakat secara mikro adalah suatu proses perencanaan
pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai
suatu hasil optimal.33
Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong
anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama,
mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.34
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat adalah suatu model gerakan
dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar dengan maksud tercapainya
suatu keinginan bersama masyarakat tersebut.
1. Model-model Pengembangan Masyarakat
32 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi, sampai Tradiri (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29. 33 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 39. 34 Edi Suharto, op. cit., h. 39
xlii
Model pengembangan masyarakat merupakan bagian dari intervensi
makro dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Adapun yang dimaksud dengan
intervensi makro menurut beberapa pendapat para ahli adalah:35
Netting, mengemukakan bahwa intervensti makro adalah "Macro
practice is professionally directed intervention and communities". (Intervensi
makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka
melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan
komunitas).
Rothman dan Tropman memberikan argumen tentang intervensi
makro bahwa "Macro intervention involves methods of professional changing
that target system above the level of the individual, group, and family, i.e.,
organization, communities, and regional and national entities. Macro
practice deals with aspects of human service activity that are non clinical in
nature, but rather focus on broader social approaches to human betterment".
(Intervensi makro mencakup bebagai metode profesional yang digunakan
untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan
keluarga, yaitu: oraganisasi, komunitas baik di tingkat lokal, regional maupun
nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan
masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih
memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka
meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat).
Jack Rothman mengembangkan tiga model dalam memahami konsepsi
tentang pengembangan masyarakat: (1) Pengembangan masyarakat lokal (locality
35 Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 57-58.
xliii
development); (2) Perencanaan sosial (social planing); (3) Aksi sosial (social
action).
a. Pengembangan Masyarakat Lokal
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan
untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota
masyarakat dipandang bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan
sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi
tersebut belum dikembangkan.
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses
interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja
sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diharapkan.
Pengembangan masyarakat lokal lebih bernuansa bottom up
dimana setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan
tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Model pertama ini lebih berorientasi pada "tujuan proses" (process goal)
daripada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal).36
Dimana
masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta dikembangkan kapasitasnya
(community integration dan community capacity) dalam upaya
memecahkan masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan
36 Edi Suharto, op. cit., h. 42.
xliv
kemampuan menolong diri sendiri (self help) dengan prinsip-prinsip
demokratis.37
b. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial menunjuk pada proses pragmatisuntuk
menentukan keputusan dan menteapkan tindakan dalam memecahkan
masalah sosial tertentu dan biasanya berhubungan dengan masalah-
masalah sosial yang kongkrit (concrete social problem) seperti
kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf),
kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Adapun nama-nama
bagian (departemen) merekajuga mencirikan hal ini, seperti Deperteman
Kesehatan, Direktorat Penyalahgunaan Obat dan Narkotika, Departemen
Sosial, dan lain sebagainya.38
Perencanaan sosial lebih berorientasi pada "tujuan tugas" (task
goal). Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang
anggota masyarakat sebagai "konseumen" atau "penerima pelayanan"
(beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses
pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan
merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para
pekerja sosial di lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun
swasta.39
c. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
37 Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 70
38 Ibid., h. 71.
39 Edi Suharto, op. cit., h. 44.
xlv
pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of
resources), dan pengambilan keputusan (distribution of decision making).
Pendekatan aksi sosial didasarisuatu pandangan bahwa masyarakat
adalah sistem klienyang seringkali menjadi "korban" ketidakadilan
struktur. Aksi sosial berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil.
Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan
tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih
memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan keadilan
(equity).40
2. Tahapan Pengembangan Masyarakat
Tahapan pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada
beberapa organisasi pelayanan masyarakat, antara kelompok yang satu
dengan yang lain mempunyai beberapa perbedaan dan persamaan. Hal
tersebut bisa dilihat dari dua buku yang penulis jadikan sebagai bahan
rujukan, yaitu: Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat karya Edi
Suharto dan Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas karya Isbandi Rukminto Adi. Namun, secara garis besar tahapan
pengembangan masyarakat dapat dirumuskan menjadi lima tahapan, antara
lain:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan
(need assessment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang
mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Asesmen kebutuhan dapat
40 Ibid., h. 45.
xlvi
diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu
populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi
yang direalisasikan.
Terdapat lima jenis kebutuhan yang terdapat di masyarakat, antara
lain:41
1). Kebutuhan absolut (absolute need) adalah kebutuhan minimal atau
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat
mempertahankan kehidupannya (survive).
2). Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang
didefinisikan oleh ahli atau tenaga profesional. Kebutuhan ini biasanya
didasarkan standar tertentu.
3). Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap
atau dirasakan orang sebagai kebutuhannya. Kebutuhan ini merupakan
petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (real need). Akan tetapi,
kebutuhan ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya, karena sangat
tergantung ada persepsi orang yang bersangkutan mengenai sesuatu
yang diinginkannya pada suatu waktu tertentu.
4). Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang
dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya
permintaan. Besarnya kebutuhan ini tergantung pada seberapa orang
yang memerlukan pelayanan sosial.
41 Ibid., h. 76-77.
xlvii
5). Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan (gap)
antara tingkat pelayanan yang ada di wilayah-wilayah yang berbeda
untuk kelompok orang yang memiliki karakteristik sama.
Dalam proses penilaian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT,
dengan melihat Kekuatan (strength), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan
(Opportunities), dan Ancaman (Threat). Dengan menggunakan tehnik ini
dalam proses assessment masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar
mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan
benar-benar permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar
permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu,
pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga untuk menyusun
prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap
berikutnya.42
b. Penentuan Tujuan
Isbandi Rukminto Adi menyebut tahapan kedua ini dengan tahapan
perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini agen
perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.43
Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi di masa depan yang ingin
dicapai. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program
ke arah pemecahan masalah. Tujuan dapat menjadi target yang menjadi dasar
bagi pencapaian keberhasilan program. Terdapat dua jenis atau tingkat
tujuan, yaitu, tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive). Tujuan
42 Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 252
43 Ibid., h. 253.
xlviii
umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur.
Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur
mengenai jumlah yang menunjukkan kemajuan ke arah pencapaian tujuan
umum. Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri:44
1). Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan
(input).
2). Dinyatakan dalam istilah yang terukur.
3). Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya meningkatkan),
tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen).
4). Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.
5). Menunjukkan pembatasan waktu
6). Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk
mencapainya.
7). Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum.
c. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program
Pada tahap penyusunan dan pengembangan rencana program atau
menurut istilah Isbandi Rukminto Adi tahapan pemformulasikan rencana
aksi yaitu tahapan dimana agen perubah membantu masing-masing
kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa
yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.45
Dalam proses perencanaan sosial, para perencana dan pihak-pihak
terkait atau para pemangku kepentingan (stakeholders) selayaknya bersama-
sama menyusun pola rencana intervensi yang koprhensif. Pola tersebut
44
Edi Suharto, op. cit., h. 77. 45 Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 254.
xlix
menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-strategi, tugas-tugas dan prosedur-
prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dan pemecahan masalah. Suatu rencanan biasanya dikembangkan dalam
suatu pola yang sistematis dan pragmatis dimana bentuk-bentuk kegiatan
dijadwalkan dengan jelas. Program dapat dirumuskan sebagai suatu
perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian
satu atau beberapa tujuan khusus (objektives). Penyusunan program dalam
proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam proses perumusan program.46
1). Identifikasi program alternatif. Penyusunan program merupakan tahap
yang membutuhkan kreativitas. Karenya sebelum satu program dipilih
ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif.
2). Penentuan hasil program. Bagian dari identifikasi program alternatif
adalah penentuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program
laternatif. Hasil dapat dinyatakan dalam tiga tahapan, yaitu:
pelaksanaan tugas, unit pelayanan, dan jumlah konsumen.
3). Penentuan biaya. Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan
biaya program maupun biaya per hasil.
4). Kriteria pemilihan program. Setelah program-program alternatif
diidentifikasi, maka harus dilakukan pilihan diantara mereka.
Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, yakni bersandar pada
kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut
46 Edi Suharto, op. cit., h. 78-79.
l
pentingnya, efisensi, efektivitas, fisibilitas (feasibility), keadilan dan
hasil-hasil tertentu.
d. Pelaksanaan Program (Implementasi Program)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di
lapangan bila tidak ada kerjasama antara agen perubah dan warga
masyarakat, maupun kerjasama antar warga.47
Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan
proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan
kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi
atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan.
Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu:48
1). Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program.
2). Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana.
e. Evaluasi Program
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap
ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk
melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dlaam jangka panjang
47 Isbandi, Rukminto Adi, loc. cit.
48 Edi Suharto, loc. cit.
li
diharapkan akan dapat membentuk suaut sistem dalam masyarakat yang lebih
"mandiri" dengan memanfaatkan sumber daya yag ada.49
Pada tahap evaluasi program, analisis kembali kepada permulaan
proses perencanaan untuk menentukan apakah tujauan yang telah ditetapkan
dapat dicapai. Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu proses yang
berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau rencana sudah
dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik harus sudah dapat
menggambarkan proses evaluasi yang akan dilaksanakan.50
49
Isbandi Rukminto Adi, op. cit., h. 256. 50 Edi Suharto, op. cit., h. 79-80.
lii
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Otonomi Daerah dan Latar Belakang Keberadaan Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang
Lahirnya era reformasi di penghujung tahun 1990 membawa perubahan-
perubahan fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam tata
hubungan politik pemerintahan dan kenegaraan. Agenda resmi pemerintahan saat
itu adalah pengejawantahan desentralisasi dalam bingkai otonomi daerah.
Menjawab tantangan itu, pemerintah era reformasi telah mengeluarkan dua paket
kebijakan tentang otonomi daerah, yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemeritahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Kuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.51
Namun, kedua Undang-undang tersebut direvisi total dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-undang sebelumnya tersebut
direvisi karena dianggap cenderung desentralisasi (sedikit campur tangan
pemerintah). Hal tersebut akan positif jika diikuti oleh kesiapan yang memadai
dari daerah dalam menerima dan mengimplementasikan otonomi.52
Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
51 H. Jazuli Juwaini, Otonomi Sepenuh Hati (Jakarta: Al-I'tishom Cahaya Umat, 2007), h.
20. 52 Ibid., h. 72.
liii
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
seempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarati mengganti
konsep otonomi daerah Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang hanya mengatur
wewenang Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, sementara kewenangan
Pemerintah Kabupaten/Kota tidak diatur secara jelas.
Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa dalam penerapan otonomi harus tetap dalam prinsip otonomi luas, nyata,
dan bertanggung jawab. Luas, berarti daerah memiliki kewenangan membuat
kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa,
dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat. Prinsip otonomi nyata bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah
ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi
dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud prinsip otonomi bertanggung jawab
adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan
dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
merupakan bagian utama dari tujuan nasional.53
Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah adalah konsekuensi langsung dari Undang-undang
No. 32 tahun 2004. Jika Undang-undang No. 32 tahun 2004 mengatur mekanisme
power sharing, maka Undang-undang No. 33 tahun 2004 mengatur mekanisme
financial sharing.54 Undang-undang No. 33 tahun 2004 merupakan penjabaran
53 Ibid., h. 41.
54 Ibid., h. 60.
liv
lebih lanjut dari UU. No. 32 tahun 2004. Prinsip umum yang diatur dalam UU.
No. 32 tahun 2004 dijabarkan dalam UU. No. 33 tahun 2004 antara lain: (1)
Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah didanai
dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. (2) Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dan
atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. (3) Administrasi pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut dilakukan secara terpisah.55
Berdasarkan kondisi obyektif Kabupaten Tangerang yang sebagian besar
perekonomiannya ditopang oleh sektor industri yang tumbuh di berbagai kawasan,
maka ditetapkan visi Kabupaten Tangerang "Terwujudnya Masyarakat
Tangerang yang Beriman, Maju, Mandiri, Berorientasi Industri dan
Berwawasan Lingkungan".
Kemudian yang dimaksud dengan:
1. Masyarakat Kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala
aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial
budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang
memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya buatan yang ada di
Kabupaten Tangerang;
2. Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
serta hidup rukun antar umat manuisa. Terpenuhinya kebutuhan manusia dari
segi materi memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin
keseimbangan mental dan spiritual;
55 Ibid., h. 62.
lv
3. Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik,
proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan
masing-masing anggota masyarakat;
4. Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung
jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan
oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara
Keasatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD
1945;
5. Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan
ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya
teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri tapi berorietasi pasar;
6. Berwawasan Lingkungan; berarti berorientasi pembangunan
mempertimbangkan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap
pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan
memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan; 56
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi pemerintah
Kabupaten Tangerang sebagai berikut:
1. Memfasilitasi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
beriman, sehat, cerdas, produktif, partisipatif dan kompetitif;
2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif di bidang agrobisnis, manufaktur,
dan jasa serta mewujudkan demokrasi ekonomi bagi pengembangan koperasi,
usaha kecil dan menengah serta sektor informal;
56 www.kabupatenkab.com., 5 Maret 2008.
lvi
3. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan
lingkungan melalui perencanaan pelaksanaan dan pengendalian;
4. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good government) dan kemandirian
otonomi daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.57
Dalam melaksanaan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA)
Kabupaten Tangerang tahun 2003-2007 sebagai pedoman untuk melaksanakan
Rencana Pembangunan Pemerintah Daerah yang merupakan tahapan perencanaan
tahunan dalam rangka mewujudkan Visi Daerah yang telah disepakati bersama
antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat Kabupaten Tangerang, Pemerintah
Daerah menuangkannya ke dalam 5 Kebijakan Umum Pembangunan Kabupaten
Tangerang yang akan dilaksanakan selama sepuluh tahun kedepan salah satu
diantaranya adalah "Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui
Pendidikan Keterampilan, Produktivitas bekerja, Etos Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja serta Peningkatan Kualitas Kesehatan Fisik dan
Mental".58
Sehubungan dengan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
telah menetapkan Peratauran Daerah (Perda) Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Organisai Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang dan dipertegas dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Bupati Tangerang Nomor 25 Tahun 2004
tanggal 19 Juli 2004 tentang tugas pokok, fungsi dan tata kerja Bidang Diklat
Kerja Kabupaten Tangerang membentuk Bidang Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Kabupaten Tangerang yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Diklat
57
Ibid. 58 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lvii
Litbang, yang sebelumnya bernama Unit Pelaksana Teknis Kerja (UPT)
Tangerang.
Bidang Diklat Kerja Badan Pendidikan Pelatihan, Penelitian, dan
Pengembangan Kabupaten Tangerang merupakan lembaga pengelola kegiatan
pelatihan kerja di Kabupaten Tangerang yang berdiri sejak tahun 2004 yang
sebelumnya bernama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan dan Pelatihan
Kerja (Diklat Kerja). Pada awalnya lembaga ini merupkan latihan kerja yang
berada langsung di bawah koordinasi Departemen Tenaga Kerja dengan nama
Kursus Latihan Kerja (KLK). Kemudian pada tauhn 1997 KLK mengalami
perubahan nama menjadi Balai Latihan Kerja Industri (BLKI).
Seiring dengan bergulirnya pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai
dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-undang
No. 33 tahun 2004 revisi dari Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan pengaruh besar terhadap keberadaan
lembaga tersebut.
Gambar III.1
Sejarah Keberadaan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang 59
KLK (KURSUS LATIHAN KERJA)
Tahun 1985 Kepmenaker No. 181
Tahun 1984 s/d 1997
BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI
Tahun 1997 Kepmenaker No. 88 Tahun 1997 s/d 2001
59 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lviii
UPT. DIKLAT KERJA KAB. TANGERANG
Perda No. 11 Tahun 2001 & SK. Bupati no 95 tahun 2001
BIDANG DIKLAT KERJA
BADAN PENDIDIKAN PELATIHAN PENELITIAN & PENGEMBANGAN
(BADIKLATLITBANG) KAB. TANGERANG
Perda No. 16 Tahun 2004 & SK. Bupati No. 25 Tahun 2004
Dalam bagan tersebut, perubahan nama lembaga sering dilakukan. Hal ini
seiring kebijakan pemerintah dalam upaya memberdayakan masyarakat dan untuk
lebih meningkatkan kinerja lembaga tersebut.
Dari tahun 1985 sampai 2001 lembaga ini masih dalam kerangka
pemerintah pusat di bawah naungan Departemen Tenaga Kerja, setelah adanya
Undang-undang tentang otonomi daerah dari tahun 2001 sampai seterusnya
lembaga tersebut dikelola sendiri oleh pemerintahan otonom dalam hal ini
kabupaten. Hal tersebut dimaksudkan agar lembaga tersebut bisa disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan SDM daerah tersebut.
B. Visi, Misi, Tugas Pokok, Fungsi, Sasaran, dan Indikator Kinerja
1. Visi Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang
Visi Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang mengacu pada salah
satu Misi Kabupaten Tangerang yaitu: "Peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang beriman, sehat, cerdas, produktif, partisipasi dan
kompetitif". Berdasarkan kondisi obyektif terhadap seluruh sumber daya
untuk meraih masa depan yang lebih baik, maka Bidang Pendidikan dan
lix
Pelatihan Kerja menetapkan Visi sebagai berikut: "Terwujudnya sumber
daya manusia yang kompeten di bidang Industri 2008".60
2. Misi Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang
Untuk mewujudkan visi di atas, maka ditetapkan misi Bidang Diklat
Kerja Kabupaten Tangerang sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan disesuaikan
dengan perkembangan industri di pasar kerja.
b. Memberikan layanan informasi pendidikan dan pelatihan keterampilan
dibidang industri kepada masyarakat.
c. Menjalin kerjasama dengan pihak ke tiga dalam bidang pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja.
3. Tugas Pokok Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten
Tangerang
Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang mempunyai tugas pokok:
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program Diklat Kerja yang
meliputi penyediaan kurikulum Diklat Kerja, penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan kerja serta mengevaluasi program pendidikan dan pelatihan
kerja.61
4. Fungsi Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten Tangerang
Fungsi Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan bahan kebijakan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja
60
Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang. 61 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lx
b. Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
c. Pelaksanaan seleksi untuk pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
d. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
e. Pelaksanaan perencanaan, monitoring dan evaluasi pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja
f. Penyediaan dan pemeliharaan sarana serta prasarana pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja
g. Pelaksanaan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja
5. Sasaran dan Indikator Kinerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang
Kabupaten Tangerang
Sasaran dan indikator kinerja Bidang Diklat Kerja Kabupaten
Tangerang adalah:
a. Tersedianya sarana dan prasarana Bidang Diklat Litbang yang memadai
sesuai dengan kebutuhan.
Indikator Kinerja:
Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana Bidang Diklat Kerja
Kabupaten Tangerang
b. Tersedianya tenaga terampil yang profesional dan berdaya saing tinggi
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja melalui pendidikan dan pelatihan.
Indikator Kinerja:
1). Meningkatnya jumlah lulusan Bidang Diklat Kerja yang terampil
melalui pelatihan keterampilan dan pemagangan
2). Meningkatnya jenis pelatihan
lxi
3). Tersedianya dokumen perencanaan kebutuhan latihan
C. Fasilitas dan Sarana Latihan
Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang berada di atas lahan dengan
luas total 43.505 m2 yang terletak di daerah Serpong, Kabupaten Tangerang. Luas
tanah tersebut dipergunakan untuk sarana perkantoran dan perumahan dengan
masing-masing luasnya:62
1. Tanah untuk perkantoran : 26.690 m2
2. Tanah untuk perumahan : 16.815 m2
Pada luas tanah perkantoran di bangun beberapa sarana, antara lain:
1. Kantor administrasi : 588 m2
2. Work shop/ruang praktek : 4.123 m2
3. Asrama : 700 m2
4. Rumah dinas : Type 70 (1 unit)
Type 36 (18 unit)
Jumlah ruang work shop/ruang praktek yang terdapat pada Bidang Diklat
Kerja Kabupaten Tangerang berjumlah 7 ruang ditambah dengan 1 ruang teori.
Adapun ruang work shop tersebut antara lain:
1. Work shop teknologi dan mekanik : 6 unit
2. Work shop las : 2 unit
3. Work shop automotive : 3 unit
4. Work shop listrik : 4 unit
5. Work shop elektronika : 4 unit
62 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lxii
6. Work shop bangunan : 1 unit
7. Work shop aneka kejuruan : 1 unit
8. Ruang teori : 5 unit
D. Sumber Daya Manusia Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang Kabupaten
Tangerang
Sumber daya manusia yang terdapat pada Bidang Diklat Kerja Kabupaten
Tangerang berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Tangerang dengan No. 25
Tahun 2004 berjumlah 50 orang PNS (Pegawai Negeri Sipil), 5 orang TKK
(Tenaga Kerja Kontrak), dan 2 TKS (Tenaga Kerja Sukarelawan), dengan struktur
sebagai berikut:63
1. Ka. Bidang Diklat Kerja : 1 orang
2. Kasubid : 3 orang
3. Kelompok Jabatan Fungsional : 30 orang
4. Pegawai Pelaksana : 16 orang
5. TKK : 5 orang
6. Sukwan : 2 orang
Kelompok Jabatan Fungsional/Instruktur yang sudah berpengalaman baik
di dalam negeri/luar negeri yang terdiri dari kejuruan-kejuruan sebagai berikut:
1. Teknologi Mekanik : 10 orang
2. Instruktur Las : 6 orang
3. Instruktur Automotive : 4 orang
4. Instruktur Listrik : 5 orang
63 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lxiii
5. Instruktur Elektronika : 2 orang
6. Instruktur Bangunan : 1 orang
7. Instruktur Tataniaga : 1 orang
8. Instruktur Aneka Kejuruan : 1 orang
Tabel III.2
Jumlah Pegawai Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Terakhir Tahun 200764
Pendidikan Terakhir
Klasifikasi
Strata 2
S-2
Strata 1
S-1
D3
A3
D2
A2
SMU
SMK
KPAA
SLTP
SD
Struktural
Personil
Administrasi
Instruktur:
- Otomotif
- Listrik
- Teknologi
mekanik
- Las
- Elektronika
- Bangunan
- Tata niaga
- Aneka Kejuruan
TKK
Tenaga
Sukwan/Honorer
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
3
14
2
2
6
3
-
-
-
1
-
-
-
1
10
-
3
4
3
-
-
-
-
-
-
-
1
3
1
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
3
8
-
-
-
-
-
-
1
-
5
2
-
4
2
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JUMLAH 2 19 11 4 11 6 1 1 2
64 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lxiv
Dalam bagan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan para pegawai
yang berada di Bidang Diklat Kerja beragam dari tingkat SD sampai S2, dengan
tingkat pendidikan sampai S1 paling banyak diantara tingkat pendidikan lainnya.
E. Pembiayaan Operasional Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang
Kabupaten Tangerang
Dalam melaksanakan aktivitasnya, pihak Bidang Diklat Kerja Kabupaten
Tangerang membutuhkan anggaran dana yang berasal dari APBN, APBD, dan
juga swadana atau dari pihak ke-3. Biaya dari ketiga sumber tersebut digunakan
untuk membiayai pendidikan bagi peserta yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan Bidang Diklat Kerja Kab. Tangerang.
Bagi kegiatan pelatihan yang sumber anggaran dananya dari APBN
maupun APBD di kelola oleh pihak Bidang Diklat Kerja Kab. Tangerang
berdasarkan ketentuan yang ditentukan dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah (Kabupaten Tangerang).
Proporsi dana APBN dan APBD ditentukan berdasarkan perencanaan
APBN dan APBD, sedangkan sumber dana swadana dari pihak ke-3 berasal dari
pihak yang berkepentingan dalam kepelatihan ini.
Sebagaimana dikutip dalam wawancara dengan Pelaksana Subid.
Kesiswaan, Alcaf Mahajaya:
"..sumber dana diperoleh dari 3 sumber APBN, APBD, dan Swadana.
Swadana sendiri adalah sumber yang diperoleh dari peserta didik yang mengikuti pelatihan di sini dengan anggaran dana yang berbeda-beda"65
65 Alcaf Mahajaya, Pelaksana Subid. Kesiswaan, Wawancara Pribadi, Tangerang, 8 April
2008.
lxv
160
280
328
256
169
282
337
197
157
249269
128151
180209
112
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2001 2002 2003 2004
TARGET
REALISASI
LULUSAN
PENEMPATAN
113 109
86
124113 109
86
124
102 100
84
100
0
20
40
60
80
100
120
140
2001 2002 2003 2004
REALISASI
LULUSAN
PENEMPATAN
0
220
304
424
0
227
308
433
0
195
281
356
0
183224
341
0
100
200
300
400
500
2001 2002 2003 2004
TARGET
REALISASI
LULUSAN
PENEMPATAN
Tabel III.3
Sumber Anggaran Dana Bidang Diklat Kerja Tahun 2001-2004 dan Data Kinerja
Bidang Diklat Kerja Tahun 2001-2004.66
APBN
DIPDA/APBD
SWADANA
Keterangan dari bagan tersebut adalah:
1. Target merupakan jumlah yang hendak dicapai dalam penyerapan peserta
didik dengan anggaran yang disediakan baik oleh Pemerintah Pusat
(APBN) ataupun Pemerintah Daerah (APBD).
66 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lxvi
2. Realisasi adalah jumlah peserta yang mengikuti pelatihan (bisa melebihi
atau kurang dari target).
3. Lulusan merupakan jumlah peserta yang berhasil mengikuti pelatihan
sampai pelatihan selesai.
4. Penempatan adalah follow up dari pelatihan, yaitu banyaknya peserta
didik yang kerja di bidang industri (pabrik).
Dalam bagan tersebut dapat dilihat bahwa peran Pemerintah Daerah
(APBD) dari tahun 2001-2003 kurang dapat terlihat. Namun dimulai tahun 2004
peran Pemerintah Daerah sudah mulai kelihatan, hal tersebut dapat dilihat dari
target yang diharapkan oleh pemerintah daerah lebih besar daripada yang
dianggarkan oleh pemerintah pusat (APBN).
Kemudian dari anggaran swadana (anggaran personal peserta didik)
terlihat bahwa minat masyarakat dari tahun ke tahun tidak pernah putus dengan
jumlah peserta di atas rata-rata 100 orang, penurunan terjadi hanya pada tahun
2003.
Terlihat dalam bagan tersebut bahwa adanya sinergi antara kebutuhan
masyarakat dengan anggaran operasional (APBN, APBD, dan swadana).
F. Jenis Pelatihan Kejuruan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlibang
Kabupaten Tangerang
Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang menyediakan 7 bidang
kejuruan dan 1 tata niaga dalam upaya memberikan pelatihan kepada masyarakat,
ke-7 bidang kejuruan dan tata niaga tersebut antara lain:
1. Automotive
a. Mobil bensin
lxvii
b. Mobil diesel
c. Sepeda motor
2. Teknologi Mekanik
a. Kerja dasar
b. Kerja mesin konvensional
c. Kerja mesin CNC
d. Pneumatik dan hidrolik
3. Teknik Pengelasan
a. Kerja plat
b. Las gas
c. Las listrik
d. Las Tig
e. Las Mig
4. Teknik Listrik
a. Instalasi penerangan
b. Instalasi tenaga
c. Teknik pendingin
d. Gulung dinamo
5. Teknik Elektronika
a. Peralatan audio
b. Televisi
c. Teknik digital
d. PLC
e. Control elektro pneumatik
lxviii
6. Teknik Bangunan
a. Furniture
b. Konstruksi kayu
c. Konstruksi batu
d. pembesian
7. Aneka Kejuruan: Menjahit
8. Tata Niaga
G. Bentuk Kerjasama dengan Pihak Lain
Dalam proses pelatihan, Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang tidak melepas siswa didiknya begitu saja. Dalam penempatan kerja
para lulusannya, Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang
menjalin kerjasama dengan dengan sejumlah perusahaan industri di Kabupaten
Tangerang. Proses penempatan kerja dilakukan dengan memperhatikan prestasi
peserta didik dan kebutuhan pihak ketiga. Kerjasama ini dilakukan hanya sebatas
pada penempatan kerja para lulusan peserta pendidikan dan pelatihan di Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, sementara bentuk kerjasama
dalam bentuk lainnya belum terealisasi.
lxix
BAB IV
PENGEMBANGAN MASYRAKAT PADA BIDANG DIKLAT KERJA
BADAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, PENELITIAN, DAN
PENGEMBANGAN (BADIKLATLITBANG) KABUPATEN TANGERANG
A. Kebutuhan Masyarakat akan Program Pelatihan
Kesadaran masyarakat akan kebutuhan pendidikan semakin meluas seiring
dengan munculnya negara-negara yang baru merdeka dengan segala
kekurangannya akibat penjajahan yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Sisi lain yang berpengaruh akan kesadaran kebutuhan pendidikan adalah
kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, dan
banyak hal lain yang hampir melanda semua negara.
Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam keahlian dalam
menyongsong kehidupan yang semakin kompleks dan penuh tuntutan, maka wajar
masyarakat menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-
program keahlian. Berbagai keahlian dalam menyongsong kehidupan tersebut
terkadang kurang mereka dapatkan di lembaga pendidikan formal (sekolah),
bahkan tidak mereka dapatkan sama sekali. Oleh karena itu, banyak siswa dari
lembaga formal tersebut mencari berbagai keahlian tambahan seperti kursus, baik
yang dilaksanakan oleh lembaga swasta maupun pemerintah.
Permasalahan tersebut banyak dialami oleh masyarakat Indonesia, tidak
terkecuali di kota besar seperti Kabupaten Tangerang yang sebagian besar
pendapatan daerahnya dihasilkan oleh bidang industri. Sangatlah wajar jika
masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya menghendaki adanya pelatihan bagi
lxx
mereka minimal untuk menunjang kehidupannya ataupun untuk menghadapi pasar
kerja yang banyak didomisili oleh dunia industri. Seperti dikutip dalam sebuah
wawancara dengan peserta didik yang telah mengikuti pelatihan di Bidang “saya
ikut pelatihan untuk menambah pengetahuan”.67
Dalam wawancara tersebut terlihat bahwa pengetahuan peserta didik lebih
karena kurangnya pengetahuan yang mereka dapatkan di dunia pendidikan formal.
Salah satu lembaga kursus yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk
menambah kemampuan mereka dalam bidang keterampilan khususnya bidang
mesin adalah Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang yang lebih dikenal oleh
masyarakat BLK.
"Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang mengajarkan berbagai keterampilan
kepada masyarakat dalam bidang mesin industri. Masyarakat lebih mengenal lembaga ini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) dengan BLK,
karena penamaan sebelumnya berdasarkan SK Bupati Tangerang. Namun, tidak merubah kinerja badan ini.".68
Dalam penyelenggaraannya, Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang selalu
membuka kelas umum yeng lebih dikenal dengan diklat swadana dimana siswa
mendaftarkan diri berdasarkan kemampuannya dan pembiayaan sendiri. Seperti
dikutip dalam sebuah wawancara pribadi.
"Pelatihan disini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) menunggu
anggaran biaya yang dikeluarkan dari APBN dan APBD. Namun, tidak
menutup bagi siswa yang ingin ikut pelatihan tanpa harus menunggu
anggaran tersebut, karena Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang sendiri
membuka peluang bagi mereka dengan mengadakan pelatihan setiap bulan
yang dimulai setiap tanggal 20 setiap bulannya".69
67
Sri Wardaya, Peserta didik asal BSD-Serpong Lulusan Tahun 2008, Wawancara
Pribadi, Tangerang, 8 Mei 2008. 68
Fachury, Pelaksana Subid. Operasional, Wawancara Pribadi, Tangerang, 2 Juli 2008. 69 Malikin Mubarokah, M.Si., Pelaksana Operasional, Wawancara Pribadi, Tangerang, 8
April 2008.
lxxi
Pernyataan tersebut dipertegas oleh bapak Alcaf Mahajaya bahwa:
"Setiap bulan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang selalu membuka
pendaftaran yang akan dilaksanakan setiap tanggal 20 setiap bulannya dengan jumlah minimal 3 siswa didik".70
Alasan dibukanya pelatihan yang dilaksanakan setiap bulannya di Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang lebih dikarenakan minat masyarakat yang tidak
pernah putus. Seperti dikutip dalam sebuah wawancara dengan Alcaf Mahajaya
ketika ditanyakan jumlah peserta diklat "…setiap bulan pasti ada yang mendaftar
dengan jumlah peserta yang tidak menentu, tapi walaupun sedikit kita tetap
melatihnya".71
Dalam wawancara tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa animo
masyarakat akan pendidikan keterampilan bidang mesin yang di adakan oleh
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang sangat besar. Hal ini yang membuat Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang tidak pernah mundur untuk memberikan pelatihan
kepada mereka (siswa didik) walau jumlahnya sedikit.
Alasan lainnya banyaknya peserta yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang karena adanya asumsi
bahwa Bidang Diklat Kerja melakukan penyaluran kerja walaupun pada tidak
pernah adanya perjanjian dalam hal tersebut.
Seperti dikutip dalam sebuah wawancara pribadi dengan peserta didik
yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Bidang Diklat Kerja ketika
ditanya tentang pendapatnya tentang keberadaan Bidang Diklat Kerja.
70 Alcaf Mahajaya, Pelaksana Subid. Kesiswaan, Wawancara Pribadi, Tangerang, 2 Juli
2008. 71 Ibid.
lxxii
“….membantu masyarakat untuk menambah pengetahuan bidang mesin
juga membantu masyarakat dalam mencari kerja”. 72
B. Bentuk-bentuk Program Pendidikan dan Pelatihan
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, perlu dibedakan antara bentuk program
pendidikan dan pelatihan dengan jenis-jenis kejuruan. Jenis-jenis kejuruan telah
dibahas dalam bab II yang jumlahnya semua ada 8 kejuruan yaitu:
1. Automotive
2. Teknologi Mekanik
3. Teknik Pengelasan
4. Teknik Listrik
5. Teknik Elektronika
6. Teknik Bangunan
7. Aneka Kejuruan
8. Tata Niaga
Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk-bentuk program pelatihan
adalah pola pendidikan dan pelatihan berlangsung dan lebih berdasarkan pada
tempat, anggaran dana ataupun dengan tingkat pelatihan.
Adapun bentuk-bentuk program pendidikan dan pelatihan yang terdapat di
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yaitu:73
1. Program Diklat Institusional
Program pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh keterampilan
tingkat dasar dari berbagai kejuruan yang pelaksanaannya dibengkel/Bidang
72
Sopian, Peserta didik asal Kecamatan Mauk Lulusan Tahun 2008, Wawancara Pribadi,
Tangerang, 8 Mei 2008. 73 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lxxiii
Diklat Kerja untuk tenaga kerja tingkat operator. Latihan dasar ini
dibutuhkan minimal 480 jam (+ 3 bulan) pelatihan. Peserta didik dibuka
untuk umum dan mendapatkan sertifikat.
Pendidikan dan pelatihan pada program ini tidak dipungut biaya,
karena program pelatihan ini dibiayai oleh anggaran dana yang berasal dari
APBN atau APBD.
Dalam sebuah wawancara pribadi dengan Bapak Malikin Mubarokah,
M.Si. (8 April 2008) "program diklat institusional adalah program yang
anggaran dananya berasal dari APBN atau dari APBD dan tidak dipungut
biaya apapun dari peserta didik".74
Program ini sangat positif karena memberikan kesempatan bagi
mereka yang tidak mampu dalam hal ekonomi untuk bisa mengikuti pelatihan
kerja sehingga mereka bisa bekerja dan memperbaiki keadaan ekonomi
mereka.
2. Program Non Institusional
Ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja di daerah
yaitu di lokasi di mana peserta diklat berada, instruktur beserta peralatan dan
bahan akan mendatangi tempat latihan. Pelaksanaan pelatihan di kelurahan-
kelurahan dengan lama latihan 240 jam pelajaran, yang diarahkan untuk
peningkatan produktivitas bagi para pengusahan Home industri/Usaha
Mandiri dengan jenis keterampilan yang menggunakan alat portable.
Ketika ditanyakan kepada Bapak Alcaf Mahajaya tentang pelaksanaan
program non institusional (8 April 2008) beliau menjelaskan:
74 Malikin Mubarokah, M.Si., op.cit., 8 April 2008.
lxxiv
"…program ini perlu adanya partisipasi aktif dari daerah tersebut,
dalam hal ini pemerintah kelurahan. Para instruktur dan peralatannya kami datangkan dari sini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang).
Intinya ada partisipasi aktif dari pemerintah terkait".75
Masyarakat memang sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan kerja
yang seperti ini. Selain tanpa biaya juga masyarakat bisa menggunakan
fasilitas yang diberikan tanpa harus mendatangi ke tempat kursus yang jauh.
3. Program Diklat CBT (Competency Basic Traning)
Program ini merupakan pola pelatihan yang berdasarkan kebutuhan
pasar kerja dengan pendekatan keterampilan spesialis (MES). Program ini
merupakan program spesialisasi, karena peserta didik lebih diarahkan pada
bidang dan keahliannya dan orientasinya lebih kepada teknisi.
Khusus program ini, peserta didik harus benar-benar merupakan
lulusan sekolah kejuruan dengan jurusan tertentu, adapun SLTA haruslah
jurusannya IPA. Khusus program ini pula sertifikat yang diberikan berjumlah
dua buah, 1 sertifkat diberikan karena telah mengikuti pelatihan dan 1
satunya lagi diberikan untuk bidang keahliannya.
Dalam sebuah wawancara pribadi dijelaskan oleh Bapak Alcaf
Mahajaya:
"semua program dibuka untuk umum dan mendapatkan sertifikat
namun untuk program ini lebih bersifat spesialisasi, karena siswa
didik pada dasarnya sudah mempunyai kemampuan tertentu,
pelatihan lebih ditujukan untuk pendalaman saja. Sertifikat yang
diberikannya pun 2 buah, 1 karena telah mengikuti pelatihan dan
satunya lagi karena spesialisasinya, contohnya teknisi AC, TV, dan lain-lain".76
4. Program Diklat Swadana
75 Ibid.
76Alcaf Mahajaya, op.cit., 2 Juli 2008.
lxxv
Diklat ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan
kebutuhan calon peserta. Pilihan jurusan dan biaya telah dibicarakan sebelum
pelatihan dilaksanakan.
Pelatihan pada program ini dilaksanakan setiap tanggal 20 setiap
bulan. Dijelaskan oleh Bapak Alcaf Mahajaya "program ini dilaksanakan
setiap tanggal 20 pada setiap bulan dengan biaya yang berbeda-beda pada
setiap jurusannya…".77
5. Program on The Job Training
Program yang lebih dikenal dengan program Tailor Made ini
merupakan pelatihan singkat untuk peningkatan produktivitas dan
keterampilan bagi tenaga kerja yang sudah memiliki keterampilan tingkat
dasar 50 jam pelajaran sampai dengan 120 jam pelajaran dalam bidang atau
sub kejuruan tertentu. Program ini merupakan program lanjutan dari yang
sudah dilaksanakan oleh peserta didik sebelumnya.
C. Peran Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang
dalam Proses Pengembangan Masyarakat
Seperti dijelaskan dalam bab II, bahwa pengembangan masyarakat adalah
suatu model gerakan dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar dengan
maksud tercapainya suatu keinginan bersama masyarakat tersebut. Sedangkan
peran serndiri berarti ikut ambil bagian di suatu kegiatan.78
77
Ibid. 78
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 855.
lxxvi
Dalam proses pengembangan masyarakat, Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang mempunyai kewajiban mengembangkan
masyarakat Kabupaten Tangerang.
Peran Bidang Diklat Kerja dapat dirasakan oleh masyarakat, hal ini dengan
pendidikan dan pelatihan yang diadakannya ditambah dengan pembinaan mental
bagi peserta didik supaya siap dalam dunia kerja.
Berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan mental bagi
peserta didik, dikutip dalam sebuah wawancara dengan Sopian dan Dedi dari
Kecamatan Mauk lulusan 2007 yang mengatakan “saya yakin dengan kemampuan
saya ini”, ataupun yang di ucapkan oleh Sri Wardaya lulusan tahun 2007 asal
BSD “Insya Allah, saya yakin”. Dalam wawancara tersebut adanya keyakinan
yang tertanam dalam diri mereka, dimana adanya makna tersirat bahwa mereka
puas dengan pendidikan dan pelatihan yang diadakan di adakan dan di pelajari
oleh Bidang Diklat Kerja, juga adanya pembinaan kepada mereka sehingga yakin
dengan kemampuan yang mereka miliki.
D. Analisis SWOT
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori SWOT dimana dicari
faktor Kekuatan (strength), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan
(Opportunities), dan Ancaman (Threat) program pada Bidang Diklat Kerja itu
sendiri.
1. Kekuatan (strength): Kebijakan Otonomi Daerah
Seiring bergulirnya Undang-undang No. 32 tentang otonomi daerah,
membuat pemerintah daerah melakukan berbagai macam kebijakan demi
lxxvii
80
96
64
88100
64
84 88
60
81 80
58
0
20
40
60
80
100
120
2004 2005 2006
TARGET
REALISASI
LULUSAN
PENYERAPAN
88
56
29
85
56
2930 27 28
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006
TARGET
REALISASI
LULUSAN
kemajuan daerahnya masing-masing, tidak terkecuali dengan Kabupaten
Tangerang yang mengeluarkan Perda No. 16 Tahun 2004 dan SK. Bupati No.
25 Tahun 2004 dengan mendirikan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
dengan maksud supaya dapat tersaring SDM yang kompeten di bidang mesin
industri. Kekuatan otonomi daerah tersebut membuka peluang bagi
pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mengembangkan SDM-nya, salah
satunya terlibat dalam penyusunan program pelatihan untuk pengembangan
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang.
Kekuatan lain dalam pengembangan masyarakat di kawasan
Kabupaten Tangerang adalah adanya dukungan dari Pemerintah baik Pusat
maupun Daerah dalam penganggaran biaya operasional.
Tabel III.4
Sumber Anggaran Dana Bidang Diklat Kerja dan Penempatan Kerja Tahun 2004-
2006.79
DIPDA/APBD INSTITUSIONAL
APBN NON INSTITUSIONAL
79 Sumber: Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
lxxviii
88
56
29
85
56
2930 27 28
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006
TARGET
REALISASI
LULUSAN
232216
0
228212
0
0
50
100
150
200
250
2004 2005 2006
REALISASI
LULUSAN
80
96
64
88100
64
84 88
60
81 80
58
0
20
40
60
80
100
120
2004 2005 2006
TARGET
REALISASI
LULUSAN
PENYERAPAN
APBN INSTITUSIONAL DAN PEMAGANGAN
PROGRAM TEKNISI/D.III
SWADANA /S K B
Bagan di atas merupakan bagan berdasarkan program pendidikan dan
pelatihan yang diikuti oleh peserta didik. Target merupakan sasaran yang
ingin di capai oleh Bidang Diklat Kerja dan pemerintah berdasarkan
anggaran baik dari pusat (APBN) ataupun dari daerah (APBD). Dapat terlihat
bahwa terjadi naik-turun jumlah peserta, penurunan drastis terjadi pada tahun
2006 dimana semua program pendidikan dan pelatihan mengalami penurunan
yang lebih parah adalah program swadana /S K B dimana tidak ada peserta
yang mengikuti pelatihan. Anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah
(APBN atau APBD) disesuaikan dengan kinerja dan jumlah peserta tahun
sebelumnya.
lxxix
Namun, dapat diambil kesimpulan bahwa minat masyarakat dalam
mengikuti pendidikan dan pelatihan di Bidang Diklat Kerja walaupun
mengalami penurunan tidaklah pernah surut.
2. Kelemahan (Weaknesses): Output Pendidikan Formal
Pendidikan sekolah yang diharapkan oleh masyarakat tidak dapat
memberikan kontribusi lebih kepada mereka, output dari sekolah-sekolah
tinggi (SMA dan sederajat) kurang dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengenalan mereka di dunia kerja karena minimnya pendidikan tentang dunia
kerja, hal tersebut diperparah dengan banyaknya anak putus sekolah.
Kabupaten Tangerang adalah salah satu kawasan yang penghasilan tertinggi
daerahnya disumbangkan oleh sektor industri.
Hal lain yang menjadi kelemahan adalah minimnya tingkat keaktifan
masyarakat dalam mengikuti segala bidang pendidikan dan pelatihan di
Bidang Diklat Kerja yang merupakan salah satu pintu gerbang pengetahuan
tentang dunia industri.
Kelemahan lainnya berkaitan dengan otonomi daerah adalah
munculnya primordialisme yaitu suatu paham yang menganggap
kelompoknya lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Mengenai
hal ini, pihak Bidang Diklat Kerja semaksimal mungkin berupaya agar
peserta yang mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah peserta yang berasal
dari Kabupaten Tangerang. Walaupun ada peserta dari luar daerah jumlahnya
bisa dihitung.
3. Kesempatan (Opportunities): Peluang Dunia Industri
lxxx
Letak geografis Kabupaten Tangerang yang di apit oleh wilayah DKI
Jakarta dan Kabupaten Bogor memungkinkan wilayah Kabupaten Tangerang
menjadi daerah transit bagi yang melakukan mobilitas di kedua wilayah
tersebut.
Kesempatan lainnya yang terbuka adalah banyak sektor industri yang
berkembang di wilayah Kabupaten Tangerang. Hal ini mengundang
banyaknya investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Tangerang.
Total luas lahan industri di kawasan Kabupaten Tangerang sekitar 3.398 ha.
dengan jumlah perusahan yang beroperasi tercatat mencapai lebih dari 655
perusahaan.80
Jika kesempatan dalam dunia industri di Kabupaten Tangerang dapat
dimanfaatkan maka tidak mustahil maka angka pengangguran di Kabupaten
Tangerang akan berkurang.
Kesempatan itu dapat dibantu dengan mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang yang
mempunyai koneksi ke beberapa pabrik yang berada di kawasan Kabupaten
Tangerang. Walaupun budaya seperti ini tidaklah bagus, namun jika
dilakukan untuk hal-hal positif maka tidaklah menjadi masalah. Unit bidang
industri (pabrik) biasanya lebih melihat peserta yang disalurkan oleh Bidag
Diklat Kerja.
4. Ancaman (Threat)
Hal mendasar yang patut diperhitungkan oleh bangsa Indonesia,
khususnya pemerintah saat ini ialah menjadikan negara besar dalam jumlah
80 www.kabupatenkab.com., 1 Juli 2008.
lxxxi
mutu sumber daya manusianya. Perbaharuan-perbaharuan dalam dunia
pendidikan mesti ditingkatkan untuk menghasilkan output yang siap dalam
dunia pasar kerja. Kabupaten Tangerang adalah salah satu kawasan besar
baik secara geografis maupun tingkat penghasilan daerahnya, haruslah lebih
meningkatkan perannya dalam dunia pendidikan khususnya dalam
penyediaan sarana dan prasarana bagi pendidikan-pendidikan formal yang
berada di kawasan Kabupaten Tangerang agar output yang diharapkan dapat
tereralisasi di Kabupaten Tangerang.
Hal yang juga merupakan ancaman bagi Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang adalah kemajuan bidang industri yang
semakin lama semakin berkembang, hal ini harus dicermati oleh
pemerintahan Kabupaten Tangerang. Hal ini akan meninggalkan kesan
bahwa pendidikan dan pelatihan dengan program dan pelatihan-pelatihan
kejuruan yang diadakan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang sudah tidak
dapat dipakai di dunia pasar kerja industri.
"mesin-mesin di sini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang) sudah ada sejak dulu. Kebanyakan mesin yang digunakan di
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang merupakan
mesin kecil, sedangkan banyak perusahaan yang menggunakan mesin-
mesin besar..".81
5. Kesimpulan Analisis
Jika diambil kesimpulan dari analisis bahwa Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang dengan pendidikan dan pelatihan yang diadakannya
mengalami kemunduran. Hal ini nampak dari kinerja Bidang Diklat Kerja
81 Alcaf Mahajaya, op.cit., 8 April 2008.
lxxxii
dan anggaran yang terus turun walaupun peluang dunia industri yang ada di
kawasan Kabupaten Tangerang sangat luas.
Penurunan tersebut dikarenakan minat masyarakat akan pendidikan
dan pelatihan yang terus menurun hal tersebut berarti menambah tingginya
minat masyarakat untuk tidak terjun di dunia industri keadaan tersebut di
perparah dengan mesin industri yang digunakan sebagai sarana pendidikan
dan pelatihan yang digunakan dalam media pembelajaran di Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang sudah tidak layak pakai.
E. Faktor Pendukung dan Penghambat
Banyak hal yang menjadi faktor pendukung Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan pelatihan:
1. Adanya perhatian pemerintah dengan selalu menganggarkan belanjanya.
Walaupun terkadang terlambat, namun anggaran dari pemerintah khususnya
pemerintah daerah selalu menganggarkan bagi pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang.
Dalam sebuah wawancara dengan Bapak Alcaf Mahajaya "anggaran dari
pemerintah sering terlambat (APBN dan APBD), sehingga pelatihan sering
terlambat..".82
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang kompetitif sehingga membantu
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
82 Ibid., 8 April 2008.
lxxxiii
"sarana dan prasarana di sini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang
Kabupaten Tangerang) disediakan oleh pemerintah daerah dan sudah sebelumnya.."83
3. Adanya kerjasama dengan perusahaan-perusahaan industri yang berada di
kawasan Kabupaten Tangerang.
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan pada Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, antara
lain:
1. Terlambatnya anggaran APBN dan APBD yang mengharuskan kalender
pendidikan mundur.
2. Mesin-mesin industri yang dianggap sudah lama, sehingga sudah tidak sesuai
lagi dengan dunia kerja di saat sekarang.
"mesin-mesin di sini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang) sudah ada sejak dulu. Kebanyakan mesin yang digunakan di
Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang merupakan mesin kecil, sedangkan banyak perusahaan yang menggunakan mesin-
mesin besar..".84
3. Seringnya nama lembaga diganti yang menyebabkan struktur kepengurusan
dan kebijakan berubah-ubah.
Dalam sebuah wawancara dengan Bapak Fachury:
"…ketika nama berubah semua berubah, termasuk kepengurusan. Namun,
visi dan misi serta kerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten
Tangerang masih diarahkan seperti sebelumnya..".85
83 Malikin Mubarokah, M.Si., op.cit., 8 April 2008.
84 Alcaf Mahajaya, op.cit., 8 April 2008.
85 Fachury, op.cit, 2 Juli 2008.
lxxxiv
Perubahan nama pun membuat segala kebijakan pimpinan berubah,
hal ini senada dengan yang diucapkan oleh Bapak Alcaf Mahajaya dalam
sebuah wawancara pribadi:
"perubahan pimpinan membuat perubahan kebijakan dan pola pikir,
pimpinan sekarang mempunyai kebijakan berbeda dengan sebelumnya".86
4. Faktor siswa didik yang menyangkut masalah kedisiplinan, domisili, dan pola
pikir.
"domisili mereka yang jauh sangat berpengaruh, namun itu merupakan
resiko yang mesti mereka hadapi. Terkadang mereka sering terlambat".87
Selain itu Bapak Alcaf Mahajaya juga memberikan faktor lain yang
menghambat pendidikan dan pelatihan yaitu faktor kedisiplinan:
"kedisiplinan anak-anak didik sangat kita tekankan, karena ini
berpengaruh nanti ketika dia bekerja".88
5. Tidak digunakannya asrama yang luasnya 700 m2 yang berada Bidang Diklat
Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang untuk fasilitas kelancaran
pendidikan dan pelatihan, namun untuk kepentingan pemerintah Kabupaten
Tangerang kedepan.
Fasilitas asrama tersebut justru menjadi sia-sia ketika lahan yang
begitu luas namun tidak bisa dimanfaatkan oleh Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang.
Di kutip dalam sebuah wawancara dengan Bapak Malikin:
"Bidang Diklat Kerja Badiklalitbang mempunyai asrama dengan daya
tampung 64 orang, namun belum kami gunakan".89
86 Alcaf Mahajaya, op.cit., 2 Juli 2008.
87 Malikin Mubarokah, M.Si., op.cit., 8 April 2008.
88 Alcaf Mahajaya, op.cit., 8 April 2008.
89 Malikin Mubarokah, M.Si., op.cit., 8 April 2008.
lxxxv
Namun dalam sebuah wawancara dengan Bapak Alcaf Mahajaya
dikatakan tentang keberadaan asrama tersebut "ada wacana yang mengatakan
tahun 2008, fungsi asrama dirubah oleh pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
pra jabatan Pemda".90
90 Alcaf Mahajaya, op.cit., 8 April 2008.
lxxxvi
BAB V
PENUTUP
M. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan pada Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang, penulis menyimpulkan berbagai hal yang
dapat dijadikan kesimpulan akhir dari penulisan ini, antara lain:
1. Masyarakat mengikuti program pelatihan di Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang selain untuk menambah pengetahuan juga karena
mengharapkan adanya penyaluran kerja di Bidang Diklat Kerja.
2. Program-program dan jurusan-jurusan pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan membantu masyarakat dalam mengenal mesin-mesin
industri. Adapun program pelatihan kejuruan yang di adakan adalah:
automotive, teknologi mekanik, teknik pengelasan, teknik listrik, teknik
elektronika, teknik bangunan, aneka kejuruan, dan tata niaga
3. Dalam proses pengembangan masyarakat, Bidang Diklat Kerja
Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang sudah semaksimal mungkin
berupaya untuk mengembangkan masyarakat khususnya masyarakat
Kabupaten Tangerang yaitu melalui program dan jurusan pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakannya.
4. Faktor pendukung: adanya pembiayaan baik APBN maupun APBD,
tersedianya sarana dan prasarana yang kompetitif, dan adanya kerjasama
dengan perusahaan-perusahaan industri. Sedangkan faktor penghambat
tidak bisa mengembangkan sumber dana, seringnya nama badan
lxxxvii
berganti, masalah kedisiplinan, domisili, dan pola pikir peserta didik,
belum berfungsinya asrama bagi siswa didik, anggaran yang minim dari
pemerintah daerah, dan fasilitas mesin lama.
B. Saran-saran
1. Pemerintah agar bisa terus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan oleh Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang dalam bidang
sarana dan prasarana bagi program pelatihan.
2. Lebih mengembangkan kinerja dan fungsinya sebagai lembaga yang
mempunyai fungsi sebagai lembaga pemberdayaan atau
mengembangkan masyarakat.
3. Lebih ditingkatkan lagi promosi ke daerah-daerah yang memang jauh
wilayahnya dengan tidak harus menunggu keaktifan daerah tersebut.
4. Bagi masyarakat agar terus mendukung program pelatihan-pelatihan
yang disponsori oleh pemerintah seperti yang dilakukan oleh Bidang
Diklat Kerja Badiklatlitbang, karena sekecil apapun kontribusi yang
telah dilakukan pemerintah semata-mata untuk pembangunan bangsa
Indonesia baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
lxxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Andreas, Kamus Lengkap 200 Juta; Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,
Surabaya: Fajar Mulya, 1999.
Juwaini, Jazuli, Otonomi Sepenuh Hati, Jakarta: Al-I'tishom Cahaya Umat, 2007.
Kartasasmita, Ginandjar, Pembangunan untuk Rakyat, Jakarta: Cides, 1996.
Machendrawaty, Nanih dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat
Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradiri, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001.
Maleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989.
Muhtadi, Asep Saeful dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003.
Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003.
Partadinata, Andi, ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Aparatur dan
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat Desa", Jurnal
Berdaya 1 no. 6, Juni 2003.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Rukminto Adi, Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
IntervensiKomunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
2003.
Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah, Skripsi, Disertasi,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005.
Suharto, Edi, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: ALFABETA, 2005.
lxxxix
_________, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika
Aditama, 2005.
Ulum, Misbahul, dkk., Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif
Normatif, Filosofis, dan Praktis, Yogyakarta: PMI-Dakwah UIN Sunan
Kalijaga bekerjasama dengan IISEP-CIDA.
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004.
xc
DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN PESERTA
PELATIHAN DI BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG
KABUPATEN TANGERANG
Nama : Sopian
Asal : Mauk, Tangerang
Jurusan : Mesin Perkakas
Waktu : 8 Mei 2008
T : Apa yang menjadi tujuan ikut pelatihan?
J : Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan.
T : Darimana anda mengetahui keberadaan Bidang Diklat Kerja ini?
J : Dari teman yang telah mengikuti pelatihan di sini. Banyak teman-teman dari
Mauk yang ikut pelatihan di sini.
T : Berapa lama ikut pelatihan?
J : Pelatihan yang kami ikuti totalnya 100 jam tepatnya 2 minggu lebih.
T : Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan Bidang Diklat Kerja ini?
J : Bagus, karena banyak membantu masyarakat untuk menambah pengetahuan
bidang mesin juga membantu masyarakat dalam kerja.
T : Apakah anda yakin dengan kemampuan yang telah anda miliki
sekarang?
J : Setelah mengikuti pelatihan, saya yakin dengan kemampuan saya ini.
INTERVIEW
(Sopian)
xci
DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN PESERTA
PELATIHAN DI BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG
KABUPATEN TANGERANG
Nama : Dedi
Asal : Mauk, Tangerang
Jurusan : Mesin Perkakas
Waktu : 8 Mei 2008
T : Apa yang menjadi tujuan ikut pelatihan?
J : Untuk mencari ilmu.
T : Darimana anda mengetahui keberadaan Bidang Diklat Kerja ini?
J : Dari teman di Mauk yang pernah ikut pelatihan.
T : Berapa lama ikut pelatihan?
J : Pelatihan yang kami ikuti totalnya 100 jam tepatnya 2 minggu lebih.
T : Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan Bidang Diklat Kerja ini?
J : Bagus.
T : Apakah anda yakin dengan kemampuan yang telah anda miliki
sekarang?
J : Saya yakin.
INTERVIEW
(Dedi)
xcii
DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN PESERTA
PELATIHAN DI BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG
KABUPATEN TANGERANG
Nama : Sri Wardaya
Asal : BSD, Serpong, Tangerang
Jurusan : Mesin Perkakas
Waktu : 8 Mei 2008
T : Apa yang menjadi tujuan ikut pelatihan?
J : Untuk menambah pengetahuan.
T : Darimana anda mengetahui keberadaan Bidang Diklat Kerja ini?
J : Dari kakak yang ikut pelatihan di sini. Setelah ikut pelatihan di sini dia
langsung kerja.
T : Berapa lama ikut pelatihan?
J : Pelatihan yang kami ikuti totalnya 100 jam tepatnya 2 minggu lebih.
T : Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan Bidang Diklat Kerja ini?
J : Bagus, karena banyak membantu masyarakat untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman.
T : Apakah anda yakin dengan kemampuan yang telah anda miliki
sekarang?
J : Insya Allah, saya yakin.
INTERVIEW
(Sri Wardaya)
xciii
DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN STAF
ADMINISTRASI BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG
KABUPATEN TANGERANG
Nama : Alcaf Mahajaya
NIP : 160 041 805
Pangkat/gol : Penata Muda Tk. I/Pelaksana Subid Kurikulum
Waktu : 8 Mei 2008
T : Metode apa yang digunakan dalam pelatihan?
J : Metode yang kami gunakan adalah pendekatan personal, hal ini agar peserta
didik merasa nyaman dan tidak canggung dalam mengikuti pelatihan.
T : Adakah pembinaan lain selain keterampilan di Bidang Diklat Kerja ini?
J : Dalam melakukan pelatihan kami tidak hanya sebatas memberikan
keterampilan (mesin industri), tetapi kami juga memberikan kepada mereka
pelatihan-pelatihan yang kami singkat PFMD (pembinaan fisik, mental dan
kedisiplinan). Hal ini diperlukan karena peserta didik agar terbiasa dengan
terpaan-terpaan yang akan mereka hadapi nanti. Pembinaan tersebut salah
satunya adalah kerapihan dalam berpakaian, kuku, ataupun rambut. Kami
juga memberikan pembinaan pola pikir, agar mereka bisa lebih maju dalam
berpikir.
T : Apa harapan bapak setelah peserta didik menyelesaikan pelatihan di
Bidang Diklat Kerja?
J : Semua pihak berharap mereka bisa berhasil setelah mengikuti pelatihan.
Minimal setelah mengikuti pelatihan mereka bisa mengembangkan diri
mereka dengan bekal yang telah mereka peroleh. Dalam bahasa kami tidak
ada yang menganggur, artinya jika mereka tidak diterima di perusahaan
tertentu mereka bisa membuka bengkel sesuai dengan bekal yang telah
mereka peroleh di sini.
T : Bagaiman peran Bidang Diklat Kerja dalam penempatan kerja bagi
siswa didik?
J : Sebenarnya dalam penempatan kerja siswa didik, kita (Bidang Diklat Kerja)
mempunyai komitmen akan semaksimal mungkin menyalurkan mereka, itu
xciv
pun jika ada perusahaan yang membutuhkan. Namun, dalam pembicaraan
awal dengan peserta didik kami tidak pernah menyebutkan ada penyaluran
kerja bagi mereka, namun jika ada akan kami hubungi. Hal ini dimaksudkan
agar tidak ada harapan yang terlalu berlebihan dari siswa didik kepada
Bidang Diklat Kerja ini.
T : Bagaimana monitoring yang bapak lakukan bagi siswa didik di
perusahaan tertentu?
J : Monitoring itu perlu, hal ini diperlukan agar kita mengetahui kinerja mereka
yang pernah mengikuti pelatihan. Hal lain juga diperlukan agar Bidang Diklat
Kerja mengetahi kebutuhan perusahaan yang menjalin kerjasama (kebutuhan
pasar).
INTERVIEW
Alcaf Mahajaya NIP. 160 041 805
xcv
DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN KEPALA SUBID
BIDANG DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG KABUPATEN
TANGERANG
Nama : Malikin Mubarokah, M.Si
NIP : 160 024 914
Pangkat/gol : Penata Tk. I (III/d)
Waktu : 8 Mei 2008
T : Apakah penyusunan program pelatihan melibatkan dinas tertentu?
J : Untuk anggaran dana yang bersumber dari APBN dan APBD kesepakatan
pelatihan dibahas bersama antara pemerintah maupun Bidang Diklat Kerja
Kabupaten Tangerang. Hal ini disesuaikan berdasarkan kebutuhan, sehingga
Bidang Diklat Kerja Kabupaten Tangerang kurang bisa mengembangkan
program pelatihan karena sudah ada.
T : Darimana sumber anggaran dana untuk pelatihan-pelatihan di Bidang
Diklat Kerja ini?
J : Pelatihan disini (Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang) menunggu anggaran
biaya yang dikeluarkan dari APBN dan APBD. Namun, tidak menutup bagi
siswa yang ingin ikut pelatihan tanpa harus menunggu anggaran tersebut,
karena Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang sendiri membuka peluang bagi
mereka dengan mengadakan pelatihan setiap bulan yang dimulai setiap
tanggal 20 setiap bulannya.
T : Apakah ada persyaratan tertentu bagi siswa didik yang mengikuti
pelatihan di Bidang Diklat Kerja?
J : Tidak ada persyaratan tertentu untuk mengikuti pelatihan di sini, yang penting
lulusan SMA atau sederajat dan membayar administrasi, selebihnya tidak ada
persyaratan lain.
T : Darimana saja instruktur berbagai jurusan didatangkan?
J : Dalam menunjang pendidikan dan pelatihan, instruktur yang berada di sini
merupakan instruktur yang berpengalaman yang kami sekolahkan atau pun
yang didatangkan dari pusat.
xcvi
T : Dari wilayah mana saja peserta didik yang mengikuti pelatihan di
Bidang Diklat Kerja ini?
J : Peserta didik yang mengikuti pelatihan berasal dari kawasan Kabupaten
Tangerang khususnya, namun banyak juga yang berasal dari luar daerah
seperti Bogor dan daerah lainnya.
INTERVIEW
Malikin Mubarokah, M.Si
NIP. 160 024 914
xcvii
DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) DENGAN KEPALA BIDANG
DIKLAT KERJA BADIKLATLITBANG KABUPATEN TANGERANG
Nama : Fachury
NIP : 160 038 514
Pangkat/gol : Penata Muda/Pelaksana Subid Operasional
Waktu : 2 Juli 2008
T : Apa saja yang diajarkan di Bidang Diklat Kerja?
J : Di sini (Bidang Diklat Kerja) hanya mengajarkan kepada masyarakat
keterampilan di bidang mesin industri.
T : Kenapa sering sekali Bidang Diklat Kerja berganti nama?
J : Walaupun nama lembaga terus berubah namun tetap kinerja lembaga
berorientasi pada bidang ini karena hal ini lebih dibutuhkan dalam dunia
pasar kerja. Bergantinya nama lembaga karena kebijakan pemerintah daerah
yang mempunyai wewenang lebih dalam memberdayakan masyarakat. Ketika
nama berubah semua berubah, termasuk kepengurusan. Namun, visi dan misi
serta kerja Bidang Diklat Kerja Badiklatlitbang Kabupaten Tangerang masih
diarahkan seperti sebelumnya.
T : Bagaimana cara penyaluran kerja peserta didik setelah mengikuti
pelatihan?
J : Kami tidak membuka pernyataan akan menempatkan mereka kerja setelah
lulus, namun kami akan berusaha menghubungi mereka jika ada kesempatan
dari perusahaan yang mengadakan kerjasama dengan kami.
T : Jika ada perusahaan yang membutuhkan. Bagaimana cara pihak Bidang
Diklat menghubungi peserta didik yang sudah lulus tersebut?
J : Sebelumnya kami minta kepada peserta didik nomor handphone mereka, atau
setidak-tidaknya nomor yang bisa dihubungi beserta alamatnya. Hal ini
supaya kami mudah menghubungi mereka.
xcviii
T : Bagaimana menjaga keharmonisan kerja sesama staff, khususnya
Kepala/Pimpinan. Karena kepemimpinan seorang pemimpin bisa
berdampak kepada keharmonisan kerja para bawahannya?
J : Seorang pemimpin itu harus terbuka menerima saran dan kritik bawahannya.
Saya rasa karena pimpinan kami terbuka, keharmonisan kerja masih terjaga
sampai saat ini.
INTERVIEW
Fachury
NIP. 160 038 514