· Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru...

60
AGAMA

Transcript of  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru...

Page 1:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

AGAMA

Page 2:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina
Page 3:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

BAB XVI

A G A M A

A. PENDAHULUAN

Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia sadar bahwa kemerdekaan adalah rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa baik lahir maupun batin sehingga terpelihara keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia, dan antara manusia dengan alam lingkungannya. Dalam pasal 29 UUD 1945 dinyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (ayat 1) dan negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu (ayat 2). Sesuai amanat UUD 1945 tersebut, beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya tanggal 3 Januari 1946, Pemerintah membentuk Departemen Agama dengan tujuan untuk memberikan

XVI/3

Page 4:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

jaminan agar negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak bertentangan dengan agama yang dipeluk masyarakat. Pembentukan Departemen Agama dalam negara Republik Indonesia merupakan ciri khas dari sistem pemerintahan yang berdasarkan Pancasila.

Secara garis besar pembangunan di bidang agama mencakup tiga ruang lingkup kegiatan yaitu menciptakan suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mewujudkan kerukunan hidup umat beragama yang dinamis baik antar dan intern umat beragama serta antara umat beragama dengan pemerintah, dan turut memajukan kesejahteraan masyarakat terutama melalui pendidikan agama dan pendidikan keagamaan serta pengembangan lembaga keagamaan.

Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia sibuk dengan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman kaum kolonial yang masih berupaya untuk melakukan penjajahan kembali. Sejak awal kemerdekaan agama telah menjadi sumber motivasi dan semangat perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai perwujudan dari keimanan dan ketaqwaan. Dalam kurun waktu sejak proklamasi kemerdekaan sampai dengan awal Pembangunan Jangka Panjang Kesatu (PJP I) kehidupan beragama sering mengalami gangguan karena gejolak politik dan pertentangan ideologi. Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, pengkhianatan DI-TII, dan berbagai gejolak lain yang berpuncak pada meletusnya peristiwa G-30-S/PKI pada akhir bulan September 1965 menunjukkan perjalanan yang penuh rintangan dalam kehidupan bangsa Indonesia yang berpengaruh pula pada kehidupan beragama. Dengan bekal keimanan dan ketaqwaan, bangsa Indonesia telah dapat mengatasi berbagai ujian dan cobaan itu sehingga sebagai bangsa yang bersatu telah tumbuh makin kuat. Kehidupan beragamapun semakin ber-kembang.

XVI/4

Page 5:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Perkembangan kehidupan beragama sebagai cerminan keimanan dan ketaqwaan ditunjukkan antara lain dengan banyaknya tempat peribadatan berbagai agama yang dibangun masyarakat sejak kemerdekaan sampai menjelang PJP I. Sampai dengan tahun 1968, tercatat sekitar 381 ribu tempat peribadatan yang terdiri dari 349 ribu masjid, 13,5 ribu gereja Kristen Protestan, 2,5 ribu gereja Katolik, 15 ribu pura dan 520 wihara. Dalam PJP I sampai dengan akhir Repe- lita V, jumlah tempat peribadatan tersebut menjadi lebih dari 652 ribu buah, yang terdiri dari 584 ribu masjid, 30 ribu gereja Protestan, 13 ribu gereja Katolik, 21 ribu pura dan 4 ribu wihara.

Dalam masa sebelum PJP I patut dicatat dibangunnya masjid bertaraf nasional yaitu Masjid Istiglal di ibu kota negara. Pemancangan tiang pertama Masjid Istiglal dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1961 oleh Presiden Soekarno dan selesai dibangun serta diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978. Dalam rangka menumbuhkan kesemarakan kehidupan beragama di Indonesia, mulai tahun 1968 dilaksanakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ). Untuk pertama kali MTQ dilaksanakan di Ujung Pandang dan selanjutnya diselenggarakan secara berkala di tempat-tempat yang berbeda. Di lingkungan masyarakat bukan Islam kehidupan keagamaan juga berkembang semarak antara lain Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) bagi umat Kristen Protestan dan Katolik yang kemudian diubah menjadi Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi), Lomba Baca Lontar bagi umat Hindu, dan Dammapada atau membaca kitab Bagavatgita bagi umat Budha.

Perkembangan kehidupan beragama tidak terlepas dari kerukunan hidup umat beragama. Kehidupan umat beragama yang penuh kerukunan merupakan faktor pendukung yang kuat bagi terwujudnya kehidupan beragama yang semarak. Sejak kemerdekaan sampai memasuki awal PJP I, umat beragama sering dipertentangkan

XVI/5

Page 6:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

sehingga menimbulkan gangguan bagi stabilitas nasional dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Gangguan yang terjadi di dalam lingkungan suatu agama seperti Islam terutama disebabkan oleh adanya perbedaan faham yang sebenarnya hanya bersifat khilafiah atau hanya menyangkut hal-hal yang tidak mendasar. Dengan makin luasnya pemahaman dan penghayatan akan ajaran agama seiring dengan meningkatnya keimanan dan ketaqwaan pertentangan faham tersebut dapat teratasi. Dengan. terbentuknya Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada bulan Juli tahun 1975 kerukunan telah menjadi mantap di antara berbagai faham dan organisasi keagamaan Islam. Di samping berfungsi sebagai wadah komunikasi antar ulama dan cendekiawan Muslim dalam rangka memperkukuh persatuan dan persaudaraan, MUI juga berfungsi sebagai penghubung antara ulama dengan pemerintah (umara), dan dengan umat Islam pada umumnya. Dalam kaitannya dengan umat agama selain Islam, MUI berfungsi sebagai wakil umat Islam dalam melakukan dialog dan musyawarah antarumat beragama.

Terbinanya dialog antarumat beragama telah dapat mengatasi pertentangan antara umat beragama yang banyak terjadi di masa sebelum PJP I. Penyelenggaraan forum-forum dialog pada awalnya tidak mudah dilakukan, namun pada tahun 1980 berhasil dibentuk wadah musyawarah antarumat beragama yang bertujuan untuk menggalang kerukunan antarumat beragama. Wadah ini merupakan forum tetap yang membantu pemikiran terhadap pemecahan berbagai masalah kerukunan beragama dan sosial kemasyarakatan termasuk masalah intern umat beragama itu sendiri yang dapat mengganggu kehidupan beragama. Melalui wadah ini berlangsung dialog antar berbagai organisasi keagamaan yaitu MUI, Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) yang dibentuk tahun 1952 yang kemudian pada tahun 1986 menjadi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI) yang dibentuk tahun

XVI/6

Page 7:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

1955 yang kemudian pada tahun 1987 menjadi Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yang dibentuk tahun 1959, dan Perwalian Umat Budha Indonesia (WALUBI) yang dibentuk tahun 1979. Organisasi-organisasi kema-syarakatan di bidang keagamaan tersebut telah bekerjasama dalam membina kerukunan hidup antarumat beragama sehingga pada akhir PJP I kerukunan antarumat beragama makin mantap. Kemantapan ini antara lain ditunjukkan dengan terselenggaranya Kongres Nasional I Agama-agama di Yogyakarta pada tahun 1993. Kongres tersebut menghasilkan deklarasi yang antara lain menyatakan bahwa "hubungan antarumat beragama yang harmonis merupakan hal yang harus dipelihara dan dikembangkan guna memperkukuh integrasi bangsa dan kelangsungan pembangunan nasional".

Di samping pembinaan kehidupan beragama dan meningkatkan kerukunan hidup antarumat beragama yang dinamis, pembangunan agama juga diutamakan pada upaya untuk turut memajukan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini dilakukan melalui pendidikan agama dan keagamaan serta pengembangan lembaga keagamaan. Pendidikan keagamaan telah berlangsung sejak lama jauh sebelum kemerdekaan diproklamasikan. Bentuk pendidikan yang telah berakar dalam masyarakat antara lain berupa pesantren dan madrasah yang diselenggarakan oleh umat Islam dan bentuk pendidikan lain yang dilaksanakan oleh agama lainnya. Dari lingkungan pesantren ini tumbuh semangat kemerdekaan dan dilahirkan pejuang-pejuang kemerdekaan.

Pada awal kemerdekaan sistem pendidikan yang berlaku masih dualistik, di satu pihak adanya sistem pendidikan yang hanya memberikan pelajaran agama dengan mengabaikan pendidikan umum, di pihak lain ada yang hanya memberikan pendidikan umum tanpa memberikan pendidikan agama. Orientasi pendidikan yang dualistik

XVI/7

Page 8:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

itu mengakibatkan adanya dua kelompok masyarakat yang mempunyai faham dan pandangan berbeda yang memudahkan timbulnya pertentangan. Sejak masa kemerdekaan dualisme pendidikan tersebut mulai diatasi dengan berbagai upaya pembaharuan terutama melalui pembaharuan kurikulum dan metode belajar mengajar. Pada lembaga pendidikan keagamaan seperti madrasah dilakukan pembaharuan kurikulum dengan memasukkan mata pelajaran umum di samping pelajaran agama. Sementara itu, di sekolah-sekolah umum mulai dimasukkan mata pelajaran pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib. Lembaga pendidikan pesantren juga mengalami pembaharuan, sehingga ada beberapa pesantren besar yang telah menerapkan sistem pendidikan modern dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum dan pendidikan keterampilan seperti pertanian, pertukangan, bahasa Inggris, dan lain-lain.

Dalam perkembangan selanjutnya semua lembaga pendidikan mengacu pada satu sistem pendidikan nasional. Pada awal PJP I yaitu tahun 1975 madrasah diakui setara dengan sekolah umum. Perkembangan itu terus berlangsung sehingga pada tahun 1989 lahir Undang-Undang No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Dengan lahirnya UUSPN tersebut pendidikan agama dan pendidikan keagamaan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Madrasah yang merupakan bagian terbesar dari lembaga pendidikan kegamaan sejak itu menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum sekolah umum dengan ciri khas agama. Selain itu di sekolah-sekolah umum diberikan pula pendidikan agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianut oleh masing-masing siswa.

Pendidikan yang diselenggarakan di madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), madrasah aliyah (MA), dan perguruan tinggi agama (PTA) dalam PJP I berkembang dengan pesat terutama berkat adanya peranserta masyarakat yang luas. Jumlah murid MI

XVI/8

Page 9:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

yang pada awal PJP I tercatat sekitar 1,85 juta orang, pada tahun 1993/94 telah meningkat menjadi 3,27 juta orang, walaupun jumlah MI menurun dari sekitar 37 ribu menjadi 24,7 ribu. Dalam kurun waktu yang sama MTs juga berkembang cukup pesat yaitu dari 1,6 ribu madrasah dengan jumlah siswa hanya sekitar 242 ribu orang meningkat menjadi 8 ribu madrasah dengan jumlah siswa 1,23 juta orang. Demikian pula halnya dengan MA yang pada awal PJP I hanya berjumlah 650 madrasah dengan jumlah siswa 63 ribu orang, pada tahun 1993/94 meningkat menjadi lebih dari 2,9 ribu madrasah dengan jumlah siswa sekitar 402,7 ribu orang.

Pada jenjang pendidikan tinggi, perguruan tinggi agama (PTA) juga menunjukan perkembangan yang mengembirakan. Perguruan tinggi agama Islam negeri dengan nama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang didirikan pada tahun 1960 di Jakarta dan Yogyakarta sampai dengan tahun 1968 berkembang menjadi 11 IAIN. Jumlah mahasiswa IAIN pada saat itu adalah sekitar 17,3 ribu orang atau sekitar 33 persen dari 52,2 ribu orang mahasiswa PTA negeri dan swasta. Dalam PJP I, IAIN telah berkembang pesat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jumlah mahasiswa terus meningkat sehingga pada tahun 1993/94 tercatat sebanyak 106,2 ribu mahasiswa di 14 IAIN atau sekitar 49 persen dari 215 ribu orang mahasiswa PTA secara keseluruhan.

Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang pendidikan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata dan makin merata. Peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan penghayatan agama telah meningkatkan hasrat umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji. Penyelenggaraan ibadah haji, pada jaman penjajahan tidak merupakan urusan pemerintah dan bahkan sering dihalang-halangi. Pada masa kemerdekaan Pemerintah mulai menata dan menjadikan ibadah haji sebagai tugas nasional yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah namun juga melibatkan peran serta

XVI/9

Page 10:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

masyarakat secara luas. Jumlah jemaah terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada awal PJP I yaitu tahun 1968 tercatat sekitar 20 ribu orang, maka pada tahun 1993/94 telah meningkat menjadi sekitar 123 ribu orang, atau meningkat lebih dari 6 kali lipat.

Dengan diselenggarakannya berbagai kegiatan dalam pem-bangunan agama yang melibatkan peran serta masyarakat secara luas, kehidupan beragama makin semarak. Tata nilai kehidupan keagamaan yang mendukung semangat pembangunan telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan dan keberhasilan pembangunan yang dicapai di berbagai bidang kehidupan. Kerukunan antarumat beragama makin kukuh dengan makin meluasnya wawasan dan mendalamnya pemahaman keagamaan, yang pada gilirannya telah makin memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa.

Memasuki PJP II, pembangunan agama merupakan upaya utama dalam pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas yang dicirikan antara lain dengan kuatnya keimanan dan ketaqwaan serta kukuhnya moral yang amat diperlukan dalam menghadapi tantangan dunia yang penuh perubahan, keterbukaan dan persaingan.

B. SASARAN, KEBIJAKSANAAN, DAN PROGRAM DALAM REPELITA VI

Sasaran pembangunan bidang agama dalam Repelita VI adalah mantapnya penataan kehidupan beragama yang harmonis, yang tercermin dengan makin meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, makin meningkatnya kerukunan kehidupan umat beragama, makin meningkatnya peran serta umat dalam pembangunan melalui pendidikan di lingkungan keluarga, di masyarakat, dan di sekolah, bersamaan dengan perluasan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan untuk menunaikan ibadah masing-masing.

XVI/10

Page 11:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Sasaran pendidikan agama pada akhir Repelita VI adalah peningkatan angka partisipasi kasar (APK), yaitu untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) menjadi sekitar 14 persen (APK tingkat SD secara keseluruhan pada akhir Repelita VI sekitar 115 persen); untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) menjadi sekitar 11 persen (APK SLTP secara keseluruhan pada akhir Repelita VI sekitar 66 persen); untuk Madrasah Aliyah (MA) menjadi hampir 4 persen (APK pendidikan menengah secara keseluruhan pada akhir Repelita VI sekitar 41 persen); dan untuk perguruan tinggi agama selama Repelita VI akan dipertahankan pada sekitar 1,2 persen (APK pendidikan tinggi secara keseluruhan pada akhir Repelita VI sekitar 13 persen).

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan pokok pembangunan di bidang agama dalam Repelita VI meliputi upaya mengembangkan kehidupan beragama sehingga terbina kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kualitas kerukunan antar- dan antara umat beragama dalam usaha memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; meningkatkan peran serta umat beragama dalam pembangunan; meningkatkan pengamalan kehidupan beragama, baik di dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial kemasyarakatan; meningkatkan pelayanan dan kelancaran penunaian ibadah haji bagi umat Islam sesuai dengan kemampuan masyarakat; dan meningkatkan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, termasuk prasekolah.

Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas digariskan tujuh program pokok yaitu program penerangan, bimbingan dan kerukunan hidup umat beragama, program peningkatan sarana kehidupan beragama, program peningkatan pelayanan ibadah haji, program pembinaan pendidikan agama tingkat dasar, program pembinaan pendidikan agama tingkat menengah, program pembinaan

XVI/11

Page 12:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

pendidikan agama tingkat tinggi, dan program pembinaan kelembagaan dan tenaga keagamaan. Program-program tersebut didukung oleh enam program penunjang, dua diantaranya yang dilaporkan dalam Bab ini adalah program penelitian dan pengembangan keagamaan dan program penyuluhan hukum, sedangkan program penunjang lainnya dilaporkan pada sektor-sektor yang bersangkutan.

C. PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBANGUNAN TAHUN PERTAMA REPELITA VI

Pembangunan bidang agama pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) merupakan kelanjutan, perluasan dan peningkatan pelaksanaan program dari Repelita-Repelita sebelumnya. Penye-lenggaraan pembangunan bidang agama selain ditujukan untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwan serta memantapkan kerukunan umat beragama juga diutamakan pada pendidikan agama dan keagamaan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Pada tahun 1994/95, program pendidikan agama dan keagamaan diprioritaskan pada pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

1. Program Pokok

a. Program Penerangan, Bimbingan dan Kerukunan Hidup Umat Beragama

Program Penerangan, Bimbingan dan Kerukunan Hidup Umat Beragama bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kerukunan umat beragama, meningkatkan peran serta umat beragama, dan menyebar-luaskan syiar agama sehingga makin memperkuat landasan spiritual, moral dan etik bagi pembangunan, serta terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa.

XVI/12

Page 13:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

1) Penerangan dan Bimbingan Agama

Kegiatan penerangan dan bimbingan agama diselenggarakan oleh umat berbagai agama terutama berupa penyuluhan kepada penganut agama masing-masing baik di perkotaan maupun di perdesaan termasuk daerah transmigrasi dan terpencil.

Pada tahun 1994/95 kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama dilaksanakan bagi 694 kelompok umat berbagai agama secara terpisah, yang meliputi 597 kelompok umat Islam, 3 kelompok umat Kristen Protestan, 92 kelompok umat Katolik, serta 2 kelompok umat Hindu dan Budha. Dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang menjangkau 742 kelompok, jumlah kelompok yang mendapat bimbingan dan penerangan pada tahun 1994/95 sedikit menurun. Penurunan ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan Pemerintah diprioritaskan pada daerah transmigrasi dan daerah terpencil. Namun demikian penyuluhan dan bimbingan yang lebih luas dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan dan masyarakat luas. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, kegiatan ini ditunjang dengan penerbitan dan penyebarluasan sekitar 300 ribu eksemplar berbagai bahan penerangan agama dan 13 ribu eksemplar paket dakwah.

2) Kerukunan Hidup Umat Beragama

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka kerukunan hidup umat beragama meliputi musyawarah antar-dan antara pemuka/tokoh agama, musyawarah antara pemuka agama dengan pemerintah dan musyawarah cendekiawan antar agama. Kegiatan musyawarah antar-pemuka agama pada tahun 1994/95 diikuti oleh sebanyak 330 orang, sedangkan kegiatan yang sama antara pemuka dari berbagai agama pada tahun 1994/95 diikuti oleh 480 orang. Peserta kedua kegiatan

XVI/13

Page 14:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

tersebut pada tahun 1994/95 jauh lebih banyak dari peserta kegiatan tahun 1993/94 yang masing-masing hanya diikuti oleh 120 orang.

Musyawarah cendekiawan antar agama yang merupakan kegiatan baru pada tahun 1994/95 diikuti oleh 120 orang cendekiawan berbagai agama. Selain itu dilaksanakan pula kegiatan silaturahmi 30 orang pemuka agama ke Singapura dan musyawarah antar pemuka berbagai agama ASEAN yang diikuti oleh 50 orang peserta.

b. Program Peningkatan Sarana Kehidupan Beragama

Program ini bertujuan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kehidupan beragama serta memanfaatkan pranata keagamaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program peningkatan sarana kehidupan beragama meliputi : 1) bantuan sarana dan prasarana peribadatan; 2) pembangunan Balai Nikah dan Penasihatan . Per-kawinan (BNPP); 3) pengadaan kitab suci; dan 4) pembinaan pranata keagamaan.

1) Sarana dan Prasarana Peribadatan

Peningkatan sarana dan prasarana peribadatan dilakukan dengan memberikan bantuan untuk pembangunan dan rehabilitasi tempat peribadatan guna mendorong peranserta aktif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan tempat peribadatan secara swadaya. Dengan dorongan tersebut jumlah rumah ibadat yang dibangun dan direhabilitasi oleh masyarakat dari tahun ke tahun terus meningkat. Bantuan yang diberikan pada tahun 1994/95 meliputi bantuan sebagian biaya bagi pembangunan dan rehabilitasi pada 2.780 buah sarana ibadat yang terdiri dari 2.019 buah masjid, 217 buah gereja

XVI/l4

Page 15:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Kristen Protestan, 155 buah gereja Katolik, 133 pura, 52 wihara, dan 204 tempat ibadat pada sekolah dan perguruan tinggi. Pada tahun 1993/94 bantuan ini diberikan pada sekitar 2 ribu tempat ibadat. Dengan adanya bantuan tersebut maka pada tahun 1994/95 tempat peribadatan berupa masjid, gereja Kristen Protestan, gereja Katolik, pura Hindu dan wihara Budha secara keseluruhan berjumlah lebih dari 658 ribu buah, meningkat sekitar 6 ribu dari keadaan tahun 1993/94 (Tabel XVI-1).

2) Balai Nikah dan Penasihatan Perkawinan (BNPP)

Pembangunan BNPP bertujuan meningkatkan pelayanan Pemerintah terhadap masyarakat dalam melaksanakan perkawinan. Balai tersebut juga berfungsi sebagai wadah pembinaan kesejahteraan keluarga, penyuluhan Undang-Undang Perkawinan, dan memberikan motivasi keluarga berencana. Melalui BNPP dikembangkan juga upaya peningkatan pelayanan keagamaan kepada masyarakat secara lebih profesional. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pembangunan dan rehabilitasi gedung balai nikah di tingkat kecamatan, peningkatan mutu pegawai pencatat nikah (PPN) dan pembantu PPN dan pelayanan keagamaan kepada keluarga.

Pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan pembangunan 60 gedung balai nikah yang diprioritaskan pada wilayah administrasi baru dan daerah terpencil yang sangat membutuhkan. Dengan demikian, maka secara kumulatif sampai dengan tahun 1994/95 terdapat sekitar 3,2 ribu gedung balai nikah yang tersebar di seluruh propinsi. Selain itu dilakukan pula rehabilitasi sebanyak 43 balai nikah yang rusak berat atau ringan. Untuk meningkatkan kualitas dan kelancaran pelayanan perkawinan dilaksanakan penataran pegawai pencatat nikah (PPN) dan pembantu PPN sebanyak 2.165 orang. Dengan demikian

XVI/15

Page 16:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

jangkauan pelayanan bagi masyarakat dalam urusan nikah, talak dan rujuk diharapkan menjadi lebih luas dan cepat.

3) Pengadaan Kitab Suci

Dalam upaya meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan serta memperluas wawasan keagamaan umat beragama, Pemerintah ikut membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kitab suci berbagai agama (Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha) termasuk terjemahan dan tafsirnya serta buku-buku keagamaan lainnya. Kegiatan ini diharapkan pula akan mendorong para ahli untuk mengembangkan metode penafsiran kitab suci sesuai dengan perkembangan jaman serta tuntutan pembangunan.

Kegiatan pengadaan kitab suci pada tahun 1994/95, meliputi pengadaan sekitar 876 ribu buah kitab suci, yang terdiri dari sekitar 685 ribu buah kitab suci agama Islam, 60 ribu buah kitab suci agama Kristen Protestan, 56 ribu buah kitab suci agama Katolik, 45 ribu buah kitab suci agama Hindu, dan 30 ribu buah kitab suci agama Budha (Tabel XVI-2). Jumlah kitab suci yang diadakan oleh Pemerintah pada tahun 1994/95 ini hanya meningkat sedikit dari tahun 1993/94, namun pengadaan kitab suci berbagai agama oleh masyarakat dan swasta terus meningkat. Dengan makin banyaknya kitab suci yang tersedia, maka kesempatan bagi para pemeluk agama untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan serta untuk memperluas wawasan keagamaannya juga makin besar.

4) Pembinaan Pranata Keagamaan

Pembinaan pranata keagamaan seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf terus ditingkatkan untuk mendorong kegiatan sosial yang produktif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

XVI/16

Page 17:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Selain itu dilakukan pula penerbitan sertifikat tanah wakaf guna mengamankan penggunaan tanah tersebut untuk kepentingan keagamaan dan kesejahteraan masyarakat. Bantuan biaya pensertifikatan tanah wakaf diberikan secara selektif pada daerah-daerah yang rawan masalah tanah.

Pada tahun 1994/95 telah diselesaikan pensertifikatan lebih dari 24 ribu petak tanah wakaf sehingga secara kumulatif berjumlah sekitar 180 ribu sertifikat atau telah mencapai 60 persen dari sasaran keseluruhan. Dengan telah disertifikatkan, tanah wakaf tersebut memiliki kekuatan hukum sehingga pemanfaatannya untuk pengem-bangan kehidupan beragama menjadi tidak terhambat.

c. Program Peningkatan Pelayanan Ibadah Haji

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kelancaran pelaksanaan ibadah haji dan umroh bagi umat Islam agar dapat berlangsung dengan tertib, mudah, aman serta memenuhi rukun agama dan peraturan yang berlaku sehingga dapat terbina jemaah haji yang mabrur, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa pembangunan, menghayati dan mengamalkan Pancasila, serta mampu membina masyarakat lingkungannya.

Jumlah jemaah yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1994/95 tercatat lebih dari 160 ribu orang, atau meningkat sekitar 37,5 ribu orang (30%) jika dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang berjumlah sekitar 123 ribu orang (Tabel XVI-3). Kenaikan tersebut menunjukkan adanya peningkatan kesadaran beragama dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan jumlah jemaah haji dari tahun ke tahun didukung dengan peningkatan pelayanan ibadah haji yang meliputi perbaikan prosedur dan persiapannya di tanah air, pemberangkatan, pelaksanaan ibadah haji di tanah suci, dan pemulangan jemaah

XVI/17

Page 18:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

kembali ke tanah air. Dalam hal ini, pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan pembangunan baru asrama haji di Kupang dan pembangunan lanjutan asrama haji transit di Bengkulu, Palembang, Pontianak, Palu, dan Ambon. Dengan demikian, sampai dengan tahun 1994/95, telah tersedia asrama haji embarkasi dan transit di 25 propinsi. Di samping itu juga dilaksanakan penataran bagi 160 orang pelatih calon haji dan 30 pengelola asrama haji, serta pengadaan alat peraga dan buku-buku haji.

d. Program Pembinaan Pendidikan Agama Tingkat Dasar

Program ini bertujuan meningkatkan kesempatan memperoleh pendidikan dan mutu pendidikan agama tingkat dasar serta memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara yang berkualitas, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pembinaan pendidikan agama pada tingkat dasar sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional mencakup pembinaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan pembinaan pendidikan agama di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

1) Pembinaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Peranan MI dan MTs sangat penting dalam rangka penye-lenggaraan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, karena MI dan MTs merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional pada jenjang pendidikan dasar.

XVI/18

Page 19:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Pada tahun 1994/95 tercatat sebanyak 25.610 buah MI yang terdiri dari 607 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dan 25.003 ribu Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS), serta 8.718 buah MTs yang terdiri dari 582 MTs Negeri (MTsN) dan 8.136 MTs Swasta (MTsS), atau bertambah dengan 925 buah MI dan 705 MTs dari tahun 1993/94.

Peningkatan pendidikan di MI dilaksanakan seiring dengan program Inpres SD yang diselenggarakan sejak tahun 1973, yang kemudian diperkuat dengan program Wajib Belajar Enam Tahun yang dilancarkan sejak tahun 1984. Program-program tersebut telah berhasil memperluas kesempatan belajar secara nyata. Hasil program pendidikan dasar ditunjukkan antara lain oleh angka partisipasi kasar (APK) MI, yaitu rasio jumlah murid MI terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Pada tahun 1994/95 dari sekitar 26,6 juta penduduk usia 7-12 tahun, tercatat sekitar 3,3 juta orang yang menempuh pendidikan di MI, sehingga APK MI adalah sebesar 12,4 persen, meningkat sedikit jika dibandingkan dengan APK tahun 1993/94 sebesar 12,2 persen (Tabel XVI-4).

Dari jumlah murid MI sebanyak 3,3 juta murid yang tersebar pada 25.610 madrasah, sekitar 201 ribu murid diserap oleh MIN dan sisanya diserap oleh MIS. Jumlah MI pada tahun 1993/94 adalah 24.685 buah. Berkat tambahan jumlah MI sebanyak 925 buah tersebut tambahan murid yang dapat ditampung MI bertambah dengan 30 ribu orang.

Sejalan dengan peningkatan pendidikan di MI, pendidikan MTs juga makin berkembang, terutama setelah dicanangkannya program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun pada tanggal 2 Mei 1994. Pada tahun 1994/95 dari sekitar 13,4 juta penduduk usia 13 - 15 tahun, tercatat sekitar 1,3 juta orang yang menempuh pendidikan di MTs, sehingga APK MTs mencapai hampir 10 persen atau

XVI/19

Page 20:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

meningkat jika dibandingkan dengan APK tahun 1993/94 yang sebesar 9,3 persen (Tabel XVI-4).

Perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan pada MI dan MTs dilakukan melalui penyediaan berbagai fasilitas, yaitu pembangunan ruang kelas baru (RKB) dan rehabilitasi ruang kelas yang rusak, pengadaan buku pelajaran dan pedoman guru, pengadaan alat peraga, penataran guru, penyetaraan D-2 dan D-3 guru agama, dan penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan (BOP), serta bantuan sarana peribadatan.

Untuk mengatasi peningkatan jumlah murid dan untuk lebih meningkatkan daya tampung dan perluasan kesempatan belajar, pada tahun 1994/95 dilaksanakan perluasan dan rehabilitasi bagi 375 ruang kelas MIN. Jika dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang hanya meliputi 108 ruang kelas, perluasan dan rehabilitasi MIN pada tahun 1994/95 meningkat dengan 267 ruang kelas. Selain itu untuk meningkatkan mutu MIN dilakukan upaya melalui penambahan jumlah dan jenis buku bacaan dan buku pelajaran, serta pengadaan alat peraga berbagai mata pelajaran dan pedoman guru. Dalam tahun 1994/95 disediakan buku pelajaran dan pedoman guru sekitar 553 ribu eksemplar dan 450 set alat peraga berbagai mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan tahun 1993/94 pengadaan buku pelajaran dan pedoman guru ini meningkat sebanyak 377 ribu eksemplar. Peng-adaan alat peraga sama dengan yang diadakan pada tahun 1993/94.

Dalam rangka meningkatkan mutu MTsN telah bertambah jumlah dan jenis buku bacaan dan buku pelajaran, serta alat peraga berbagai mata pelajaran dan pedoman guru. Dalam tahun 1994/95 disediakan buku pelajaran dan pedoman guru sekitar 31,2 ribu eksemplar. Dibanding pengadaan tahun 1993/94 sebanyak 179,8 ribu eksemplar,

XVI/20

Page 21:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

agak berkurang karena adanya penambahan ruang kelas yang mendesak tahun 1994/95 untuk memenuhi kebutuhan berhubung dengan meningkatnya jumlah murid MTsN. Penambahan pengadaan buku pada tahun 1994/95 diutamakan untuk MIN dan MAN (Tabel XVI-5).

2) Pembinaan Pendidikan Agama di SD dan SLTP

Pembinaan pendidikan agama di SD dan SLTP bertujuan memberikan dasar-dasar pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi peserta didik. Dalam rangka pembinaan pendidikan agama di SD pada tahun pertama Repelita VI dilakukan berbagai kegiatan yang meliputi penataran bagi sekitar 2,5 ribu orang guru dan pembina, pengadaan buku pelajaran agama dan pedoman guru sebanyak 561,4 ribu eksemplar, serta penataran penilik 2.400 orang. Di samping itu untuk meningkatkan mutu pendidikan agama Islam pada SD, sejak tahun 1990/91 dilaksanakan penyetaraan D-2 bagi guru agama Islam SD dan guru agama MI. Pada tahun 1994/95 jumlah guru agama Islam SD dan guru agama MI yang mengikuti penyetaraan D-2 secara keseluruhan berjumlah 111,7 ribu orang, dan telah lulus sekitar 42,3 ribu orang. Pada program penyetaraan ini dilaksanakan pula pengadaan modul penyetaraan, penataran tutor serta pengadaan sarana penunjang lainnya. Di samping itu, penyetaraan D-2 juga dilakukan bagi guru agama selain Islam (Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha) yang pada tahun 1994/95 diikuti oleh lebih dari 8,7 ribu orang peserta atau meningkat 4,4 ribu orang jika dibandingkan dengan tahun 1993/94. Jumlah peserta yang lulus program penyetaraan D-2 tahun 1994/95 adalah sebanyak 1.833 orang terdiri dari 600 orang guru agama Kristen Protestan, 400 guru agama Katolik, 350 guru agama Hindu dan 183 guru agama Budha.

XVI/21

Page 22:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Selain itu untuk meningkatkan mutu pendidikan agama di SLTP, mulai tahun 1994/95 diadakan kegiatan penyetaraan Diploma III (D-3) bagi guru agama. Khusus untuk tahun pertama Repelita VI kegiatan ini Baru dilaksanakan untuk guru agama Islam saja, yaitu sebanyak 10 ribu orang guru agama Islam SLTP dan guru agama MTs. Pada tahun yang akan datang program penyetaraan D-3 ini juga akan dilaksanakan bagi guru agama lainnya. Program penyetaraan ini ditunjang dengan pengadaan modul penyetaraan, penataran tutor serta pengadaan sarana penunjang lainnya. Pada tahun 1994/95 dilaksanakan pula penataran pengawas pendidikan agama Islam sebanyak 935 orang.

e. Program Pembinaan Pendidikan Agama Tingkat Menengah

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan keagamaan pada Madrasah Aliyah (MA) dan sebagai bekal persiapan untuk pendidikan akademik atau menyiapkan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota masyarakat yang berkualitas. Selain itu ditujukan pula untuk meningkatkan pendidikan agama pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). umum. Dengan demikian maka program pembinaan pendidikan agama tingkat menengah meliputi MA dan SLTA.

Pada tahun 1994/95 tercatat sebanyak 2.909 buah MA yang terdiri dari 350 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan 2.559 Madrasah Aliyah Swasta (MAS) dengan jumlah murid sebanyak 439 ribu siswa, yang terdiri dari 209 ribu siswa MAN dan sisanya di MAS. Jika di -bandingkan dengan tahun 1993/94 yang berjumlah 402 ribu siswa, maka jumlah murid MA meningkat sekitar 37 ribu siswa, sedangkan murid MAN saja meningkat sekitar 31 ribu orang.

XVI/22

Page 23:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Untuk lebih meningkatkan daya tampung dan perluasan kesempatan belajar, pada tahun 1994/95 dilaksanakan perluasan dan rehabilitasi bagi 454 ruang kelas MAN. Jika dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang hanya mencakup 120 ruang kelas, perluasan dan rehabilitasi MAN pada tahun 1994/95 meningkat hampir 4 kali lipat. Selain itu, pada tahun 1994/95 jumlah pengadaan buku pelajaran dan pedoman guru ditingkatkan sebanyak 24 kali lipat dari tahun 1993/94 yaitu dari 17,4 ribu tahun 1993/94 menjadi 415 ribu eksemplar tahun 1994/95 (label XVI-5).

Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) dengan pilihan ilmu agama dan Bahasa Arab mulai dilaksanakan pada tahun 1990/91. MAPK tersebut dimaksudkan sebagai upaya rintisan untuk meningkatkan mutu MA Keagamaan. Pada tahun 1994/95 program MAPK ini diselenggarakan di 17 lokasi MAN, yaitu di Ciamis, Yogyakarta, Jember, Padang Panjang, Ujung Pandang, Bandar Lampung, Martapura, Banda Aceh, Solo, Mataram, Palembang dan Jombang, seperti pada tahun sebelumnya. Lulusan MAPK ini dapat, menjadi kader-kader ulama pembina umat yang bermutu dan berdedikasi tinggi, yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Program khusus pada MAN tersebut kemudian diikuti oleh MAS yang saat ini berjumlah 93 buah. Selain MAPK, sejak tahun 1991/92 dikembangkan pula MA Keterampilan, yaitu MA yang kurikulumnya memuat berbagai keterampilan seperti komputer, administrasi perkantoran/kesekretariatan, tata busana, bengkel otomotif, dan elektronika. Sebagai kelanjutan tahun sebelumnya pada tahun 1994/95 MA Keterampilan ini diselenggarakan di 8 lokasi MAN, yaitu di Garut, Kendal, Jember, Medan, Bukittinggi, Banjarmasin, Watampone dan Praya. Lulusan MA Keterampilan ini diharapkan dapat lebih mudah memasuki pasaran kerja, atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

XVI/23

Page 24:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Dalam rangka pembinaan pendidikan agama di SLTA pada tahun 1994/95 telah diadakan penataran bagi 120 orang guru dan disediakan 50 ribu eksemplar buku pelajaran agama.

f. Program Pembinaan Pendidikan Agama Tingkat Tinggi

Tujuan program pembinaan pendidikan agama tingkat tinggi terutama adalah untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan akademik dan kepemim-pinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan sesuai perkem-bangan iptek, berjiwa penuh pengabdian dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara. Untuk itu dilakukan kegiatan yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu tenaga pengajar serta pembinaan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Memasuki tahun pertama Repelita VI pendidikan tinggi agama dari semua agama (Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, antara lain, ditunjukkan oleh tercatatnya berbagai perguruan tinggi agama (PTA) maupun fakultas agama pada beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Perguruan tinggi agama (PTA) yang berstatus Negeri ada 16 buah yaitu 14 Institut Agama Islam Negeri (LAIN), satu akademi pendidikan guru agama Kristen Protestan (APGAKP), dan satu akademi pendidikan guru agama Hindu (APGAH). Pada tahun 1994/95 jumlah mahasiswa PTA tercatat 236,5 ribu orang. Dari jumlah tersebut 115,4 ribu orang di PTAN, sedangkan sisanya di PTAS. Dengan meningkatnya jumlah mahasiswa PTA tersebut maka APK PTA pada tahun 1994/95 meningkat menjadi hampir 1,1 persen dari sebesar 1,0 persen pada tahun 1993/94 (label XVI-6).

XVI/24

Page 25:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

Peningkatan mutu dan Jaya tampung PTA pada tahun 1994/95 dilakukan melalui pembangunan sekitar 21 ribu m2 gedung kuliah, rektorat, perpustakaan dan laboratorium bahasa beserta sarana pendukungnya. Selain itu dilaksanakan pula pengadaan sekitar 85 ribu eksemplar buku ilmiah bagi 14 IAIN.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, dilanjutkan pendidikan pasca sarjana bagi sekitar 210 orang program Magister dan 84 program Doktor baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan makin banyaknya tenaga dosen yang mengikuti pendidikan pasca sarjana diharapkan proses belajar mengajar akan makin bermutu dan pada gilirannya dapat menghasilkan lulusan yang bermutu pula. Selain itu ditingkatkan pula pembinaan penelitian baik yang bersifat individual maupun kelompok berjumlah 118 judul. Dibandingkan dengan tahun 1993/94 kegiatan penelitian ini bertambah 28 judul. Dalam rangka pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari tridharma perguruan tinggi, dilanjutkan kegiatan desa binaan di 24 desa.

Selain pembinaan IAIN pada awal Repelita VI dilakukan pula pembinaan Perguruan Tinggi Agama Swasta (PTAS) yang meliputi PTAS Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha dan Perguruan Tinggi Umum (PTU). Pembinaan tersebut dilakukan antara lain melalui pemberian bantuan rehabilitasi gedung, bantuan penelitian dan bantuan beasiswa bagi dosen agama yang mengikuti program Magister dan Doktor.

g. Program Pembinaan Kelembagaan dan Tenaga Keagamaan

Program pembinaan kelembagaan dan tenaga keagamaan bertujuan meningkatkan peran lembaga keagamaan berbagai agama

XVI/25

Page 26:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

dalam pembangunan dan peningkatan mutu tenaga keagamaan dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan yang dilak-sanakan meliputi pelatihan manajemen bagi pengasuh/kiai, pelatihan remaja masjid, majelis taklim, madrasah diniyah, raudhatul athfal, bantuan prasarana dan sarana serta pelatihan bagi lembaga keagamaan, lembaga dakwah dan organisasi keagamaan.

Kegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95 ,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina raudhatul athfal (RA) serta madrasah diniyah yang diikuti oleh 60 orang, bantuan peralatan buku sebanyak 57 ribu eksemplar dan sarana pendidikan bagi madrasah diniyah.

Selain itu pada tahun 1994/95 juga dilaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan pondok pesantren yang meliputi konsultasi pembina pondok pesantren yang diikuti 50 orang, penataran bagi 30 orang pembina dan 30 orang pimpinan pondok pesantren, serta bantuan untuk pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas dan gedung workshop di 133 pondok pesantren. Kegiatan ini ditunjang pula dengan bantuan pengadaan buku-buku pelajaran dan buku perpustakaan. Dibandingkan dengan tahun 1993/94, jenis dan jangkauan kegiatan tersebut tidak berbeda tetapi jumlah dana bantuan yang disediakan untuk pondok pesantren tersebut adalah lebih besar.

2. Program Penunjang

a. Program Penelitian dan Pengembangan Keagamaan

Tujuan program ini adalah untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, perencanaan, dan penyelenggaraan pembangunan di bidang agama. Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilaksanakan pada

XVI/26

Page 27:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

tahun 1994/95 meliputi penelitian tentang orientasi keagamaan masyarakat, dampak industrialisasi terhadap kehidupan beragama, penelitian naskah kuno, pengkajian Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), pengkajian bimbingan beragama, dan penyusunan peta keagamaan.

b. Program Penyuluhan Hukum

Program ini bertujuan untuk memantapkan kesadaran hukum masyarakat yang menyangkut bidang keagamaan. Di samping itu program ini ditujukan pula untuk meningkatkan peranan hukum dalam lingkungan peradilan agama sebagai pengatur dan pengayom dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga mendukung pembangunan hukum nasional. Kegiatan yang dilak-sanakan meliputi penyuluhan kepada masyarakat mengenai hukum Islam, penataran tenaga peradilan agama, pengadaan buku perpus-takaan dan kompilasi hukum acara peradilan agama, serta peningkatan sarana dan prasarana badan peradilan agama.

Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan peradilan agama, pada tahun 1994/95 telah dilakukan pendidikan bagi calon hakim agama sebanyak 613 orang, pendidikan hakim senior pengadilan agama sebanyak 50 orang, dan penataran bagi 418 orang juru sita pengganti. Selain itu, dilakukan penyuluhan Undang-Undang Peradilan Agama bagi masyarakat yang diikuti 13.800 orang tokoh masyarakat, penyuluhan bagi 510 aparat pemerintah serta pengadaan buku perpustakaan sekitar 13 ribu eksemplar.

Di samping kegiatan penyuluhan hukum, program ini juga meliputi peningkatan sarana dan prasarana hukum sebagai bagian integral dari sistem hukum nasional, terutama melalui perluasan dan rehabilitasi prasarana fisik gedung peradilan agama dan peningkatan

XVI/27

Page 28:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

mutu aparat peradilan agama. Pada tahun 1994/95 dilanjutkan kegiatan rehabilitasi 28 buah pengadilan agama (21 pengadilan agama dan 7 pengadilan tinggi agama) serta perluasan 9 gedung pengadilan agama (8 pengadilan agama dan 1 pengadilan tinggi agama). Kegiatan perluasan dan rehabilitasi gedung serta penataran tersebut akan memperlancar tugas-tugas peradilan agama dalam pelayanan hukum dan penyelesaian perkara bagi masyarakat.

XVI/28

Page 29:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

. TABEL XVI - 1JUMLAH TEMPAT PERIBADATAN MENURUT AGAMA 1)

1968, 1989/90 - 1993/1994, 1994/95(buah)

Awal Repelita V Repelita VIUraian PJP-I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

1993/94 1994/95

Mesjid 349.331 549.378 550.676 564.841 573.983 3) 584.017 589.454

Gereja Protestan 13.449 27.210 28.105 28.147 28.428 30.192 30.449

Gereja Katolik 2.588 12.721 12.896 12.921 13.085 3) 13.415 13.507

Pura Hindu 15.063 68.772 2) 20.581 20.581 20.989 21.005 21.121

Wihara Budha 520 3.029 3.160 3.508 3.700 3.854 3.906

Jumlah 380.951 661.110 615.418 629.998 640.185 652.483 658.437

1) Angka kumulatif2) Termasuk Pura Keluarga3) Angka diperbaiki

XV

I/29

Page 30:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina

TABEL XVI - 2PENGADAAN KITAB SUCI MENURUT AGAMA

1973/74, 1989/90 - 1993/1994, 1994/95(buah)

Akhir Repelita V Repelita Uraian Repelita

I 1)(1973/74)

1989/90

1990/91 1991/92 1992/93

1993/94 1994/95

Islam 553.100 192.000 442.659 563398 622.557

617.968 685.085

Protestan 55331 48.000 51.160 51.000 58.500

58300 60.000

Katolik 16.887 36.000 49.100 50.000 55.000

55.800 56.000

Hindu 24.812 24.625 26.000 29.780 45.000

45.680 44.500

Budha 8.000 12.835 23.930 24.950 30.000

3)29.900 30.000

Jumlah 658.130 313.460 592.849 719.128 811.0 807.648 875.585131.626 2)

1)Angka kumulatif selama 5 tahun2)Angka rata-rata tahunan3)Angka diperbaiki

XV

I/30

Page 31:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina
Page 32:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina
Page 33:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina
Page 34:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina
Page 35:  · Web viewKegiatan yang dilaksanakan .pada tahun 1994/95,banyak yang merupakan kegiatan baru seperti pelatihan manajemen lembaga keagamaan di 5 lokasi, penataran guru dan pembina