· Web viewJarak Fisik (Clearence) antar Fisik jaringan dengan utilitas transportasi (kendaraan...

46
Daftar isi 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Alat Kerja 1.2.2. Alat Kerja Pendukung 1.2.3. Alat Keamanan Kerja (K3) 1.2.4. BoQ dan Service Level Agreement 1.3. Dokumentasi 1.4. Direksi Pekerjaan 1.5. Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) 1.6. Scope of Work 1.7. Pembagian Wilayah Kerja 1.8. Alat Kerja 1.8.1. Alat Kerja 1.8.2. Armada Kendaraan 1.9. Metode Pelaksanaan Penarikan dan Penyambungan Kabel FO SUTM / TR 1.10. Prosedur Instalasi Jaringan FO SUTT / SUTET 1.11. Tahap Sebelum Pelaksanaan Proyek 1.12. Pembuatan Laproan & Penagihan ================================================================================== =================CV KJT

Transcript of  · Web viewJarak Fisik (Clearence) antar Fisik jaringan dengan utilitas transportasi (kendaraan...

1.2.4. BoQ dan Service Level Agreement
1.3. Dokumentasi
1.6. Scope of Work
1.7. Pembagian Wilayah Kerja
1.9. Metode Pelaksanaan Penarikan dan Penyambungan Kabel FO SUTM / TR
1.10. Prosedur Instalasi Jaringan FO SUTT / SUTET
1.11. Tahap Sebelum Pelaksanaan Proyek
1.12. Pembuatan Laproan & Penagihan
1.1. Scope of Work
Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab tim Kalijaya Teknik adalah:
1. Lingkup instalasi FOT dan FOC untuk kegiatan aktivasi penyambungan pelanggan
2. Penyediaan material dan jasa sesuai item pada BoQ.
3. Penyediaan tim manajemen proyek (sebagai project manajer) sebagai kordinator regional dan admin proyek.
4. Penyediaan anggota tim sebagai berikut:
Dengan anggota yang terdiri dari:
a. Koordinator 1 orang
c. Team Stringing 3 orang
d. Team Jointer 1 orang
e. Driver 1 orang
5. Penambahan tim bila diminta.
6. Menunjuk rekanan lain untuk pengalihan pekerjaan apabila poin 1,3 dan 4 tidak dapat dilaksanakan.
7. Penyelesaian perijinan berbentuk ormas atau perorangan menjadi tanggung jawab Kalijaya Teknik jika dibawah nilai yang ditentukan di kontrak, jika lebih besar daripada nilai di kontrak maka akan dibicarakan dengan pihak ICON+.
8. Pengambilan material di gudang ICON+.
9. Instalasi FOC pada TM atau TR, galian tanah, rojok alur, boring (jika diperlukan) termasuk penarikan indoor gedung.
10. Instalasi FOT pada lokasi pelanggan (CPE), distribution point (tiang), dan PoP ICON+.
11. Integrasi system dengan system eksisting berupa penyambungan FO pada JB/Splitter/ODF/OTB.
12. Tracing core dari PoP, JB, hingga JB terakhir.
13. Site Acquisition (SITAC)
15. Test and Commsioning.
16. Perbaikan bila ada complain dari gedung, pelanggan maksimal 7 hari.
17. Perbaikan bila ada ketidaksesuaian material dengan standar ICON+.
Pekerjaan aktivasi sambungan pelanggan dengan fiberoptik sendiri terbagi menjadi beberapa tahap. Berikut tahapan-tahapan secara garis besarnya:
a. Penarikan Kabel Fiber Optik Outdoor (OSP)
b. Penarikan Kabel Fiber Optik Indoor dan Perangkat Pasif (ISP)
c. Pemasangan Perangkat Aktif (Terminal)
d. Integrasi Sistem
Dalam melaksanakan pekerjaan penyambungan (aktivasi) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, untuk itu tim aktivasi Kalijaya Teknik telah memahami hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang bebas lintas (Right Of Way-ROW)
2. Jarak aman (Savety Distance) terhadap fisik bangunan,pohon,benda benda yang terhubung dengan bumi dengan bagian jaring yang bertegangan.
3. Jarak Fisik (Clearence) antar Fisik jaringan dengan utilitas transportasi (kendaraan mobil,kereta api,transportasi air.)
4. Jarak aman jarring distribusi tenaga listrik terhadap utilitas alin didalam tanah,khusus nya Pipa gas,danFondasi bangunan yang memberikan efek getaran/Vibrasi.
5. Perlindungan terhadap lingkungan beraliran listrik;saluran udara atau bawah tanah.
6. Pengaruh Induksi magnetik dan medan listrik pada benda benda bersifat logam.
Selain itu ada beberapa kriteria yang wajib dipenuhi, tim Kalijaya Teknik telah sangat mahfum dengan kriteria-kriteria berikut:
1. Letak Pemasangan Pada Tiang TM/TR:
Letak pemasangan FO di tiang dengan trafo
Letak penanaman FO di dalam tanah
Gambar saluran fiberoptik bawah tanah bersimpangan dengan kabel listrik bawah tanah (1)
2. Ketentuan Jarak Aman dari tanah maupun jaringan ketenagalistrikan:
Lokasi Pemasangan
1 meter
4 meter
3. KONSTRUKSI TIANG AWAL
Konstruksi tiang awal adalah konstruksi yang digunakan pada tiang pertama setelah lokasi perangkat berada. Contoh aplikasinya adalah tiang pertama setelah lokasi Point of Presence (PoP), gantry, lokasi kantor pelanggan atau setelah kabel bawah tanah.
Pada konstruksi ini memakai komponen:
• Tension Bracket
• Tension Clamp
Catatan :
Bagian dari fiber optik yang digunakan dalam instalasi dengan tiang untuk pemasangan adalah bagian bagian messenger wire (kawat penguat).
4. KONSTRUKSI TIANG TENGAH/PENUMPU (LINE POLE)
Tiang tengah / penumpu (line pole) adalah tiang yang posisinya berada di tengah jalur lintasan. Dimana sudut antara tiang tersebut dengan tiang sebelum dan sesudahnya kurang dari 15 o
Pada tiang tengah bisa menggunakan konstruksi seperti berikut :
Pada konstruksi ini memakai komponen-komponen:
• Suspension Bracket
• Suspension Clamp
• Plastic Strap/Plastic
Konstruksi ini dapat dipakai pada kontruksi tiang sudut dengan sudut lintasan tidak lebih dari 15o.
5. KONSTRUKSI TIANG SUDUT BESAR (150-900)
Tiang sudut besar termasuk bagian dari tiang tengah / penumpu (line pole) yaitu tiang yang posisinya berada di tengah jalur lintasan. Namun perbedaannya ada pada sudut antara tiang tersebut dengan tiang sebelum dan sesudahnya yang besarnya lebih dari 15 o
Konstruksi tiang dengan sudut besar bisa menggunakan konstruksi seperti berikut :
Pada konstruksi ini memakai komponen :
• Pole Bracket
• Strain clamp
6. KONSTRUKSI TIANG PEREGANG (TENSION POLE)
Konstruksi tiang peregang digunakan untuk tiang dengan posisi yang sama dengan posisi tiang tengah akan tetapi pada tiang ini diperlukan penguatan karena posisinya yang sudah cukup jauh dari posisi awal tiang dan akhir tiang.
Pada konstruksi ini terpasang komponen-komponen :
• Tension Bracket
• Stopping Buckle + Stainless Steel
7. KONSTRUKSI SAMBUNGAN KABEL
Pada akhir dari panjang kabel fiber optik perlu dilakukan dilakukan proses penyambungan dengan kabel optik yang baru. Proses penyambungan kabel optik memerlukan perangkat tambahan yang dinamakan joint box. Pemasangan joint box di atas tiang bertegangan ini memerlukan konstruksi khusus. Berikut konstruksi pemasangannya:
Sambungan kabel memakai jenis konstruksi sama dengan pada tiang peregang, namun dengan tambahan penopang/jointing kabel fiber optic dan bulusan (joint protector) sambungan kabel.
1.2. Pembagian Wilayah Kerja
Wilayah kerja yang menjadi bagian dari Kalijaya Teknik adalah sebagai berikut:
1. Regional SBU Surabaya
· Fusion Splicer
Fusion Splicer
1.11. METODE PELAKSANAA PENARIKAN DAN PENYAMBUNGAN KABEL FO SUTM / TR
1. Pasang roll dan tali pancing yang akan digunakan. Biasanya roll atau tali pancing bisa digunakan untuk 12 hingga 20 tiang bergantung medan.
2. Penarikan dimulai dari bagian tengah (1/2 panjang maksimal lintasan) ke setiap arah. Drum jack diletakan di tengah jalur lintasan (contoh : asumsi panjang lintasan 4km maka drum jack dipasang di km.2).
3. Penarikan dimulai dengan pemasangan tali pancing yang diikatkan ke kabel optik. Tariklah tali pancing tersebut hingga kabel optic masuk ke dalam roll.
4. Setelah melewati roll, kabel dilempar ke bawah. Selanjutnya tali pancing dihubungkan pada whinch kemudian dilakukan penarikan terhadap kabel FO.
5. Untuk menjaga keamanan dan kualitas pemasangan FO, perlu diperhatikan spesifikasi kabel optik yang akan dipasang. Spesifikasi seperti tensile strength, bending radius dan berat kabel persatuan panjang perlu menjadi perhatian lebih.
Pemasangan Asesoris Dead-End
1. Pemasangan dilakukan dari tiang atau pole pada posisi ujung.
2. Pasangkan bracket pada tiang tersebut dengan 2 steelband.
3. Pasangkan tracker pada bracket, lalu ikatkan came-a-long pada sling.
4. Tarik hingga tension cukup dan jangan melebihi tensile strength dari kabel fiber optik yang digunakan.
5. Potong sling pada sisi pole.
6. Pasang turn buckle pada bracket.
7. Ikatkan sling pada turn buckle lalu kunci dengan bulldog grip.
8. Lepaskan tracker.
9. Lanjutkan ke tiang berikutnya.
10. Konfigurasi dead-end dipasangkan pada tiang ujung atau pada tikungan dengan sudut >30 maksimal per 8-10 tiang (200-300 meter).
Pemasangan Asesoris Suspension
2. Belah/pisahkan sling dengan scrap lalu tambatkan pada suspension.
3. Kencangkan baut terkait.
DO’s
1. Instalasi kabel FO jenis ADSS dan instalasi pada Tower SUTT wajib menggunakan roller untuk menghindari terjadinya kerusakan pada permukaan kabel (jaket luar). Hal ini untuk menghindari potensi Dry Band.
Roller yang digunakan harus mempunyai bantalan karet pada V groove nya serta memenuhi perhitungan minimum radius atau garis tengah roller* dengan formula : 20 x D (20 x diameter kabel).
*) Lihat Lampiran 1 Gambar Roller.
2. Instalasi kabel FO yang diperkirakan dapat membahayakan bagi pemasang atau pun pihak lain dimohon untuk menyampaikan ijin pemadaman dengan berkoordinasi dengan petugas PLN setempat.
3. Instalasi kabel FO pada jalur transmisi tegangan rendah (220 VAC dan 380 V AC) dan transmisi tegangan menengah 20 kV diharuskan dilakukan pemasangan steger/perancah* khususnya bila melalui area perlintasan.
*) Lihat Lampiran 2 Gambar Steger.
4. Gunakan steger/ perancah* pada instalasi kabel FO yang berada di tepi lintasan jalan baik itu jalan raya yang dilalui kendaraan roda empat ataupun lintasan kereta api.
*) Liat Lampiran 2 Gambar Steger.
5. Gunakan roller* dalam proses penarikan kabel fiber optik pada setiap pole maupun tower SUTT.
*) Lihat Lampiran 1 Gambar Roller.
6. Gunakan mur baut dengan pemakaian ring plat dan ring per pada klem U* khususnya pada proses peregangan atau pengencangan.
Penggunaan mur baut dengan spesifikasi ini untuk menghindari terjadinya pengenduran akibat getaran yang terjadi pada tower SUTT karena getaran dari kelistrikan, angin, hujan dan penyebab lainnya.
*) Lihat Lampiran 3 Gambar Mur Baut.
7. Instalasi perangkat kabel FO pada tower fitmen yang menggunakan klem (U klem) diwajibkan menggunakan kedua ring yaitu ring plat dan ring per yang berfungsi untuk mempertahankan kekencangan baut tersebut.
8. Pada rute kabel yang telah diinstalasi diberikan labeling atau penandaan yang berisi informasi rute kabel, lokasi asal (dari) dan lokasi tujuan (menuju) untuk memudahkan tracing saat terjadi gangguan.
*) Lihat Lampiran 4 Format Labelling kabel FO.
9. Gunakan marking pada kabel FO dengan informasi kepemilikan dan kapasitas core.
10. Gunakan aksesoris (bracket-bracket) khusus seperti Dead end Accessories pada saat melakukan instalasi kabel FO pada pole JTR/JTM dan pemakaian tower fitment pada tower SUTT dengan kondisi khusus. Definisi kondisi khusus seperti :
· adanya jalur pole dengan sudut lebar,
· start /end pole
· penggunaan pole penopang trafo baik single maupun double,
· pole akhir tarikan kabel,
· instalasi pada jarak yang upnormal,
*) Lihat Lampiran 5 Gambar aksesoris kabel FO.
11. Penamaan atau penandaan logo perusahaan pada beton man hole dan sejenisnya dibuat atau dicetak sebaik mungkin karena berkenaan dengan image perusahaan.
DON’Ts
1. Tidak diperbolehkan membuat pelubangan pada tower fitment dengan kondisi apapun, khususnya pada tower transmisinya. Hal ini untuk menghindari terjadinya korosi pada tower fitment dikarenakan adanya titik non galvanis yang timbul saat pelubangan dilakukan.
2. Proses penarikan pada saat dilakukan instalasi kabel fiber optik jenis ADSS tidak boleh melebihi tensile strength yang sudah di tentukan karena akan mempengaruhi kondisi dan kemampuan inti serat. Tarikan melebihi tensile strength akan menyebabkan turunnya performa hingga kemungkinan terjadi crack atau putus core.
3. Pada saat instalasi kabel FO, diperlukan adanya tali atau tambang sebagai pilot (pancing) atau sering disebut pulling rope. Tali atau tambang yang dipergunakan sebagai pulling rope ini tidak boleh memiliki tingkat elastisitas yang terlalu tinggi karena tingkat elastisitas yang terlalu tinggi akan memberikan efek pemuaian yang berlebihan. Proses pemuaian berlebih akan mengakibatkan hentakan pada kabel optik tersebut yang bisa mempengaruhi kondisi inti serat FO.
4. Pada saat melakukan proses instalasi kabel FO keluar dari drum, proses penarikannya tidak boleh tidak sejajar atau berlawanan arah dengan alur keluarnya kabel. Saat penarikan kabel FO keluar dari drum tidak boleh dengan cara ditidurkan. Atau pun dengan cara berkebalikan seperti misalnya dibuat angka delapan. Karena akan menyebabkan kabel berpuntir.
Untuk mencegah kabel berpuntir bisa digunakan alat kompensir momen puntir yang disebut “Swivel”.
*) Lihat Lampiran 6 Gambar Swivel.
5. Tidak boleh memaksakan instalasi kabel FO pada kondisi tiang dengan ketinggian yang kurang ideal khususnya ketinggian dari permukaan tanah ke kabel optik. Jika menemukan instalasi pada tiang seperti ini maka bisa dilakukan penggantian tiang atau penambahan/ penyambungan tiang untuk mencapai ketinggian yang diharapkan.
6. Dilarang menggunakan tambang plastik, tali atau pengikat seadanya untuk mengikat kabel spare dalam instalasi kabel FO. Sebaiknya menggunakan kabel ties atau steel band ukuran lebar yang sedikit lebih kecil dari ukuran yang dipakai untuk pengikat bracket untuk mengikatnya.
7. Dalam satu pole, dilarang memakai bracket yang sama untuk dua kabel tarikan yang berbeda khususnya bracket jenis suspension.
8. Tidak boleh mengurangi ketentuan standard kedalaman penggalian yang telah ditentukan khususnya untuk instalasi Direct Buried maupun untuk instalasi sub ducknya karena bisa mempengaruhi performa media kabel FO tersebut.
9. Tidak boleh mengurangi pemenuhan standard kualitas material yang telah ditentukan.
10. Di dalam pekerjaan tidak boleh mengabaikan Quality Control (QC) atas seluruh pekerjaan. Disarankan untuk selalu membuat Berita Acara Pekerjaan Selesa sebagai bukti telah dilakukannya QC.
11. Instalasi perangkat kabel FO pada tower fitmen yang menggunakan klem (U klem) tidak boleh hanya menggunakan Ring plat.
1.10. PROSEDUR INSTALASI JARINGAN FO SUTT / SUTET
II. PENDAHULUAN
Sistem Proteksi merupakan system kendali industri berbasis computer yang dipakai untuk pengontrolan sebuah proses seperti proses industry, proses infrastruktur dan proses fasilitas.
III. PERALATAN PENDUKUNG DAN AKSESORIS KABEL OPTIK JENIS ADSS
A. Peralatan Pendukung
Sebelum melaksanakan instalasi harus dipastikan alat alat penunjang pekerjaan ini lengkap sesuai ketentuan dan ukuran dan fungsi serta memiliki kualitas yang baik, adapun peralatan yang harus disediakan untuk instalasi kabel optic ADSS adalah sebagai berikut:
No
Peralatan
Keterangan
1
Roler
Roller harus memenuhi diameter minimal 20x kabel, dan ada bantalan karetnya pada V groovenya agar tidak merusak lapisan anti tracking pada jaket kabel tersebut tsb
2
Pulling Rope (Tali penarik kabel optic)
Tali pancing harus terbuat dari nylon dan berdaya tarik tinggi namun tingkat toleransi pemuaiannya kecil
3
Swivel
Untuk mengkompensir adanya momen puntir pada kabel tsb saat dilakukan penarikan yang berlebihan
4
Wire Mesh/ Cable Grip
Untuk pemegang kabel saat proses penarikan agar satu sumbu dengan kabel optik dan tidak merusak kabelnya
5
Berfungsi untuk penarik kabel dan dihubungkan ke pulling ropenya bila menggunakannya yang terkopel dengan kabel tersebut, sehingga kabel tidak langsung merasakan regangan saat ditarik
6
7
Radio Transceifer, (Base Station to Handy talky)
Untuk komunikasi antar pekerja, satu bicara yang lain bisa mendengar semua
8
Tensioner
Alat ini berfungsi untuk menahan adanya laju kabel dari Drum Cable agar kabel tetap meregang dan tidak mengalami hentakan dari mesin penarik (Winch)
9
Chain Hoist / Stand Break
Alat ini untuk membantu tarik hope atau gawang tertentu, baik untuk menaikkan sagging atau untuk memudahkan pemasangan fitting
10
11
Teropong Binocular
Untuk membantu penglihatan jarak jauh pada sat melihat kesesuaian sagging FOC yang dikehendaki
12
B. Aksesoris Kabel Optik ADSS
Aksesoris kabel Optik ADSS digunakan untuk instalasi kabel optic ke Tower PLN 150 Kv, penggunaan aksesoris pada tower tergantung pada fungsi tower tersebut terhadap kabel FO yang dipasang.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan jumlah Aksesories kabel optic ADSS adalah sebagai berikut:
1. Keadaan topologi jaringan Tower PLN 150Kv untuk mengetahui jumlah Fitting tension dan fitting suspention
2. Span kabel (jarak antar tower)
Aksesoris kabel Optik ADSS terdiri dari:
· Fitting Tension
· Fitting Suspention
· Vibration damper
a. Survey
Sebelum melaksanakan instalasi kabel FO ADSS harus dilakukan survey sesuai rencana yang telah dituangkan dalam Asbuilt, Survey dimaksudkan untuk melakukan inventarisasi keadaan lapangan yang sesungguhnya sehingga mendapatkan gambaran untuk pelaksanaan instalasi kabel optic ADSS tersebut.
Hasil survey sesuai dengan rencana instalasi kabel ADSS harus menjelaskan dengan rinci keadaan di lapangan yang meliputi:
· Jumlah tower yang digunakan
· Tipe tower di lapangan
· Letak geografis setiap Tower
· Rintangan, Crossing Jalan Tol, Rel KA, Sungai dan Fasilitas umum lainnya
· Daerah yang memerlukan stagger
· Penempatan Join Box
Apabila dari hasil survey tersebut terdapat kesulitan penarikan FOnya ( masalah perijinan, topografi agar dilakukan evaluasi dahulu hingga mendapatkan solusi tepat dan dapat diimplementasikan saat dilapangan.
b. Perijinan – perijinan
Setiap pekerjaan penarikan kabel FO terutama ADSS yang akan dilakukan harus sudah mendapatkan perijinan dari pihak terkait, diantaranya:
· PLN (persero)
· PT. Indonesia Comnets
· Jasa Marga atau Instansi lainnya jika pekerjaan tersebut melintasi jalan Tol.
· PT. Kereta Api Indonesia jika pekerjaan tersebut melintasi Jalur Kereta Api
· Masyarakat setempat jika diperlukan
c. Drawing Plan
Untuk menghindari ketidak sesuaian dan kesalahan dalam instalasi FO ADSS maka dibuatlah Drawing Plan sesuai hasil survey sehingga akan memudahkan saat pelaksanaan pekerjaan nantinya.
V. PEMASANGAN BARU KABEL OPTIK ADSS
Dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi ADSS tentunya akan banyak menimbulkan resiko jika dibawah lintasn tower terdapat perumahan, lintasan Kereta Api, Jalan Raya, Jalan Tol dll, untuk itu perlu pengaman agar saat pelaksanaan instalasi tersebut terhindar dari resiko resiko yang mungkin ditimbulkan, pengamanan itu diantaranya:
a. Pemasangan Stagger di tempat yang diperlukan.
Dianjurkan memasang stagger pada lintasan yang padat kegiatan, dengan tujuan untuk menghindari dan mengurangi dampak resiko yang ditimbulkan. Stagger sebaiknya terbuat dari bahan yang bersifat isolator guna menghindari hantaran listrik dan memudahkan dalam proses pekerjaan.
b. Pemasangan Fitting Tension, fitting Suspention dan Roller.
Pemasangan fitting suspention dan fitting tension harus sesuai dengan keadaan tower dan penetapan fungsi tower sesuai dengan drwing paln.
Tension harus dipasang sesuai dengan fungsinya sebagai:
· Penempatan Join box
Sedangkan untuk fitting Suspention dipasang pada tower yang tidak difungsikan tersebut diatas, hanya dilalui kabel FO ADSS saja.
c. Pemasangan tali pancing (pulling rope)
Tali pacing yang digunakan harus terbuat dari nylon yang berdaya tarik tinggi, dan dipasang pada posisi permulaan tarikan FO.
Posisi peletakan tali pancing ini harus benar yaitu pada roller yang telah dipasang sebelumnya, agar mempermudah proses penarikan dan selalu diawasi untuk tetap pada posisinya.
Apabila tali pancing dipasang melintasi jalan raya, jalan tol, lintasan Kereta Api, pastikan stagger terpasang dengan benar. Perlu ditempatkan minimal 2 orang untuk melakukan recovery jikatali pancing tersebut terjatuh kebawah melampaui stagger tersebut
d. Penempatan kabel optic yang akan dipasang
Sesuai dengan hasil survey yang telah diketahui jarak tarikan maka perlu ditentukan tower mana yang akan dipasang fitting tension dan tower mana yang akan dipasang join box sehingga kabel FO ADSS dapat ditempatkan pada lokasi tersebut.
e. Penarikan kabel FO ADSS
Setelah tali pancing terpasang sesuai dengan jarak yang akan dilakukan penarikan dan kabel FO ADSS sudah siap, ujung tali dipasang pulling rope atau cable grip dan swivel, selanjutnya pulling atau cable grip disambungkan ke kabel FP ADSS.
Winch/ motor penarik ditempatkan pada posisinya (target akhir penarikan kabel) dan disambungkan pada ujung tali pancing pada winch. Sebelumnya pastikan bahwa operator winch mendapat instruksi dari pengawas sebagai komando dan menerima informasi kesiapan personil yang berada pada drum kabel maupun beberapa personel di tower sebagai pengamat jalannya kabel yang akan dan sedang ditarik.
Posisi pengawas dianjurkan pada area terbuka sehingga mudah melihat situasi sepanjang jalan terikan dan mudah dilihat operator winch maupun personel drum, komunikasi antra petugas menggunakan Radio Komunikasi/HT.
Untuk operator yang berada pada drum kabel FO ADSS sebelum melakukan penarikan pastikan bahwa pulling grip, swivel, tali pancing dan kabel FO ADSS sudah tersambung dan terpasang dengan benar, hindari penarikan ulang yang diakibatkan terlepasnya sambungan tali pancing dengankabel FO.
Besarnya kekuatan tarik FO ADSS berkisar antara 250 – 300 Newton
Saat penarikan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
· Ketegangan kabel akibat adanya tarikan
· Posisi kabel pada tensioner
· Kecepatan tarikan
· Drum Kabel FO harus berputar dengan baik
Gambar Struktur Penarikan kabel FO ADSS pada tower PLN 150 Kv
Setelah ujung kabel FO ADSS pada target penarikan pastikan ujung optic masih dalam keadaan terikat pada drum kabel dan winch (hal ini untuk memudahkan pengukuran saging pada kabel).
f. Pengukuran dan Pemeriksaan Saging
Saging atau lengkung ke bawah diijinkan sampai dengan 1% dari panjang kabel yang terbentang antar tower dan posisinya sejajar dengan kawat transimisi phase S yang sudah terpasang.
g. Pelepasan Roller dan pemindahan kabel FO ADSS ke fitting
· Pemindahan kabel optic dari roller ke fitting suspension.
Lepaskan kabel FO dari roller dan pindahkan ke fitting suspension yang telah terpasang pada tower, pastikan fitting sudah terpasang dengan benar.
· Pemasangan Fitting Tension
Satu Tower dipasang sepasang fitting tension dengan posisi sebagai berikut:
· Satu buah dari arah datangnya kabel FO ADSS
· Satu buah lagi arah tujuan kabel dari tower tersebut
Fitting Tension untuk menempatkan kabel FO ADSS pada tower itu juga sebagai pengatur saging FO ADSS tersebut, oleh karena itu tata caranya harus benar.
· Pemasangan Join Box
Joinbox digunakan untuk menyambung kabel FO. Penempatannya dipasang di salah satu pilar tower terletak kurang lebih 2 meter dibawah ketinggian kabel FO yang terpasang dan mountingnya dengan menggunakan steel band atau klem dari besi galvanis. Dan gulungan FOnya ditempatkan di tempat yang aman (tidak terjangkau oleh binatang/ sejenisnya) dan tidak menjadi tempat singgah/ rumah binatang/ sejenisnya.
h. Instalasi FA
Kabel optic FA ini di gelar didalam bordes ada di area Gardu Induk PLN yang menghubungkan kabel FO ADSS dengan terminasi didalam ruangan.
Adapun titik sambung dari kabel optic ADSS dengan FA terminasinya di Gantry
VI. PENYAMBUNGAN KABEL OPTIK
Setelah semua kabel terinstal dengan baik dan kabel FA sudah tertanam dengan benar, dilanjutkan penyambungan kabel FO (splicing).
Peralatan dan perlengkapan splicing terdiri dari:
No
2
3
4
6
Tissue
Untuk memanaskan protector sleeve ketika akan dilekatkan pada sambungan core optik
Hal hal yang perlu diperhatikan saat melakukan penyambungan kabel optic adalah:
· Pastikan core optic terbebas dari kotoran
· Pemotongan Core optic dengan menggunakan cleaver
· Mesin splicer berfungsi dnegan baik
· Warna core harus sesuai saat penyambungan.
Penyambungan diupayakan attenuasinya tidak lebih dari 0,05 dB, jika lebih dari 0,05 dB harus diulang kembali penyambungannya.
Semua sambungan yang tersambung kita susun di tempat core (cassette) dan di install di Joinbox, Gantry box atau di ODF/OTB. Perhatikan posisi gulungan jangan melampaui radius banding yang ditentukan
VII. PENYELESAIAN INSTALASI KABEL OPTIK ADSS
a. Pengukuran kabel
b. Pembongkaran Stagger
Pembongkaran Stagger dilakukan setelah semua pekerjaan pemasangan kabel optic selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemasangan stagger kembali akibat dari permasalahan dengan kabel tersebut.
c. Pelepasan Material Pendukung
Material yang bersifat sebagai pendukung dalam instalasi kabel optic, pada saat pekerjaan instalasi kabel optic sudah selesai harus diturunkan dari tower dan dikumpulkan untuk disimpan dan digunakan selanjutnya.
VIII. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
a. Tujuan dan ruang lingkup
Proposal ini disusun untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan pada pemasangan kabel optic yang baik, efektif dan efisien. Sehingga dapat mengurang resiko yang mungkin timbul saat pekerjaan berlangsung. Mengingat saat pekerjaan penarikan kabel tidak ada pemadaman yang dilakukan PLN terkecuali ada masalah emergency.
b. Definisi – definisi
Bahaya adalah suatu kondisi dimana hal hal yang berpotensi menyebabkan kerugian atau kerusakan baik manusia, lingkungan, harta benda ataupun proses produksi.
APD adalah alat pelindung yang digunakan oleh karyawan untuk meminimalisasi potensi bahaya yang ada dan untuk menghindari kontak dengan bahaya secara langsung.
Surveyor adalah pihak yang ditugaskan oleh perusahaan untuk mengetahui letak instalasi FOC yang tengah mengalami gangguan maupun untuk mensurvey rencana pemasangan rute instalasi baru FOC pada suatu area tertentu.
c. Tanggung jawab
Supervisor bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya pekerjaan secara aman, efisien dan sistematis. Dalam hal ini, supervisor dapat melimpahkan wewenangnya kepada koordinator lapangan.
Koordinator Lapangan
Ground Man
Ground man wajib untuk memperhatikan langkah langkah kerja yang diambil oleh lines man selama berada di ketinggian, untuk meyakinkan tidak adanya potensi bahaya yang menghampiri lines man
Lines man
Lines man wajib untuk mengikuti instruksi yang diberikan oleh koordinator lapangan baik sebelum maupun selama berada di ketinggian.
Bagian K3
Bagian K3 wajib mengingatkan untuk selalu menghimbau kepada karyawan agar selalu memperhatikan setiap aspek K3 didalam alur kerja yang ada.
Memantau pekerjaan agar sesuai dengan SOP secara berkala dan memberikan pertimbangan tindakan pengendalian jika terdapat bahaya
d. Prosedur
Alur Kegiatan Survey
Pelaksanaan tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih spesifik kondisi rute kabel yang mengalami gangguan atau melihat perkiraan rute untuk pemasangan instalasi kabel FO yang baru. Pada tahapan ini soorang surveyor harus mampu menemukan letak kesulitan pelaksanaan penarikan berikut anomaly anomaly lainnya yang terjadi pada rute kabel tersebut.
Hasil survey ini akan menjadi pedoman pelaksanaan bagi pemasangan instalasi kabel FO tersebut.
Pada kegiatan ini, surveyor wajib mensurvey juga hal – hal yang berhubungan dengan aspek aspek K3, seperti tingkat bahaya medan yang akan dihadapi, kondisi lingkungan sekitar lokasi dll, setelah itu berkoordinasi dengan Supervisor dan bagian K3 untuk melakukan konsultasi.
Alur Kegiatan Administratif dan Perijinan
Alut ini adalah kegiatan yang mencakup kebutuhan administrative dan keuangan guna pelaksanaan pekerjaan. Serta kegiatan koordinasi pelaksanaan pekerjaan termasuk perijinan dari pemilik ROW dan operasional kelistrikan.
Pada saat kegiatan perijinan berlangsung, jika pekerjaan pemasangan akan dilakukan pada instalasi tegangan tinggi, maka coordinator lapangan wajib mengisi form kesiapan pelaksana pada pekerjaan di Instalasi tegangan Tinggi.
Pekerjaan dapat dihentikan jika kondisi fisik lapangan kurang mendukung, dan mempunyai waktu untuk normal kembali dalam waktu yang lama.
Alur Pelaksanaan Pekerjaan
Alur ini saat pelaksanaan pekerjaan, sebagai pendamping kerja coordinator lapangan sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Pendamping tersebut diminta untuk melakukan pengawasan terhadap K3 dan operasioanal system kelistrikan, dan teknis pelaksanaan pekerjaan.
Tidak dianjurkan untuk tetapa melaksanakan pekerjaan jika cuaca alam disekitar lokasi tidak mendukung seperti hujan, terjadi petir dll.
Jika oleh karena sesuatu dan lain hal pekerjaan itu harus dilakukan malam hari maha harus disediakan penerangan yang cukup dan pengawasan cukup ketat oleh koordinator lapangan.
Koordinator harus melakukan pengecekan ulang kondisi alat pelindung diri yang akan digunakan sebelum memulai pekerjaan.
Koordinator harus melakukan pengecekan dan meyakinkan kondisi pekerja dalam keadaan sehat dan prima sebelum memutuskan untuk bergabung dalam pekerjaan.
Jika terjadi kecelakaan dinas yang sifatnya ringan koordinator segera mengambil tindakan pertolongan pertama pada korban. Dan jika kecelakaan bersifat berat maka korban segera dilarikan ke Rumah sakit atau Balai pengobatan terdekat untuk pertolongan medis segersehingga dapat mengurangi penderitaan korban.
Koordinator melaporkan segera jika terjadi segala bentuk kecelakaan dinas dalam 1 x 24 jam kepada Bagian K3 secara lesan dan tertulis.
Alur Penyelesaian Pekerjaan
1.11. Tahapan Sebelum Pelaksanaan Proyek
a. Penerimaan SPK atau WO dari ICON+ dengan desain yang telah disetujui.
b. Survey Lokasi
c. Pengambilan Barang
Tahap Pelaksanaan
b. Proses penarikan
c. Pemasangan aksesories
c. Berita Acara
)