materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni...

24
SENI BUDAYA DAN PARIWISATA BALI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata O L E H : Beby Anggreani (120709006)

Transcript of materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni...

Page 1: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

SENI BUDAYA DAN PARIWISATA

BALI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata

O L E H :

Beby Anggreani (120709006)

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN & INFORMASI S-1

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

Page 2: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan

rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada

waktunya yang berjudul “Seni Budaya dan Pariwisata Bali”.

Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata kuliah Seni Budaya dan

Pariwisata Bali, pada Semester VI Program Studi Ilmu Perpustakaan & Informasi-S1 FIB

USU.

Dan dalam penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi baik

saat perencanaan, pelaksanaan, maupun pengolahan. Penulis menyadari bahwa dalam

makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun, untuk penulisan

karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Medan , Mei 2015

Penulis

Page 3: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

PARIWISATA DI GIANYAR BALI DARI WISATA BUDAYA SAMPAI

WISATA WANA

Gianyar merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Daerah ini banyak

diketemukan berbagai macam objek wisata, seperti objek wisata budaya, objek wisata

purbakala, objek wisata remaja, objek wisata bahari, dan objek wisata wana. Masing-masing

objek wisata tersebut memberikan suguhan atraksi wisata yang mempesona.

1. WISATA BUDAYA

Wisata budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-

objek wisata yang berujud hasil-hasil seni budaya setempat. Hasil-hasil seni budaya tersebut

seperti: adat-istiadat, upacara keagamaan, tata hidup masyarakat, dan peninggalan sejarah.

Wisata budaya yang dikembangkan di Gianyar adalah jalur potensi utama yang turut

mempopulerkan Gianyar sebagai daerah tujuan wisata. Jalur wisata budaya di Gianyar dapat

dilihat dalam diagram sebagai berikut.

Diagram Alur wisata di atas dimulai dari Kecamatan Sukawati menuju Kecamatan Ubud,

Kecamatan Tegallalang, Kecamatan Tampaksiring kemudian kembali ke Kecamatan

Sukawati (Diagram: Wahyu Tri Atmojo, 2007).

Kecamatan Sukawati:

Batubulan, Celuk, Singapadu,

Batuan.

Kecamatan Tampaksiring:

Tampaksiring.

Kecamatan Tegallalang:

Sebatu.

Kecamatan Ubud:

Mas, Peliatan, Ubud.

Page 4: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

Berdasarkan alur wisata budaya di atas dapat dijelaskan, bahwa jalur utama yang turut

mendukung potensi wisata budaya dimulai dari Desa Batubulan, Desa Celuk, Desa

Singapadu, dan Desa Batuan yang terkonsentrasi di Kecamatan Sukawati. Desa Mas, Desa

Peliatan, dan Desa Ubud terkonsentrasi di Kecamatan Ubud. Desa Sebatu terkonsentrasi di

kecamatan Tegallalang, dan Desa Tampaksiring terkonsentrasi di Kecamatan Tampaksiring.

Jalur wisata yang telah disebutkan di atas, masyarakatnya mempunyai aktivitas tersendiri

sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Tari Barong terkonsentrasi di

Desa Batuan dan Desa Singapadu. Seni kerajinan perak terletak di Desa Celuk, seni ukir kayu

terkonsentrasi di Desa Batubulan, seni lukis terdapat di Desa Mas dan Desa Ubud, sedangkan

seni kerajinan kayu terdapat di Desa Sebatu, Desa Tegallalang, Desa Tampaksiring, dan Desa

Peliatan.

Sementara itu seni kerajinan yang mengacu pada tradisi terfokus di daerah tertentu. Hal itu

disebabkan tidak semua perajin mampu membuatnya, karena masih harus memperhatikan

hal-hal yang sifatnya sacral, sedangkan seni kerajinan yang bentuknya mengacu pada benda

sakral tetapi sudah dibuat untuk kepentingan pariwisata, terdapat di Desa Pakuduwi,

Tegallalang, Singapadu, Guang, dan Desa Puaya. Desa Pakuduwi merupakan tempat

berkumpulnya para seniman dan berkembangnya seni kerajinan kayu yang mengambil objek

garuda. Desa Singapadu dan Desa Puaya merupakan tempat pembuatan Barong, baik untuk

kebutuhan dalam seni pertunjukan ritual dan wisata maupun sebagai benda seni kerajinan.

Para seniman Gianyar, selain memiliki jiwa yang kreatif juga tanggap terhadap fenomena-

fenomena yang sedang berkembang. Apabila mengacu pada Becker mereka itu digolongkan

seniman yang integrated professional (Becker, 1982), yakni seniman yang tanggap terhadap

tantangan dan perubahan zaman. Mereka berlomba-lomba menciptakan seni kerajinan

sebagai benda cenderamata. Benda cenderamata yang ada biasanya mengacu pada benda-

benda seni tradisi, tetapi perwujudan bentuk-bentuk seni tradisi itu sudah ditinggalkan nilai-

nilai sakral dan magisnya. Bentuknya telah dimodifikasi sedemikian rupa dan mempunyai

ukuran yang relatif lebih kecil sehingga mudah untuk dibawa.

2. WISATA PURBAKALA

Wisata purbakala adalah pengembangan kepariwisataan dengan memperkenalkan potensi

kepurbakalaan dan peninggalan sejarah. Keberadaan purbakala pada umumnya dapat

dijadikan sebagai objek penelitian maupun objek pariwisata. Pada masa prasejarah sudah

Page 5: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

banyak ditemukan berbagai jenis peralatan dan benda peninggalan budaya yang bertalian

dengan keperluan sehari-hari dan keperluan untuk keagamaan yang berlangsung pada waktu

itu. Objek wisata purbakala dan peninggalan sejarah yang terdapat di Gianyar cukup

potensial sebagai objek wisata. Objek wisata Tirta Empul yang menyatu dengan Pura Tirta

Empul terletak di Tampaksiring. Bagi masyarakat setempat meyakini bahwa, apabila mereka

mimpi buruk, usahanya ingin maju, dan lain-lain meluangkan waktu khusus untuk

membersihkan diri dengan cara mandi di Tirta Empul. Mereka meyakini bahwa air yang

berada di Tirta Empul itu air suci. Begitu juga dengan objek wisata purbakala Gunung Kawi.

Objek wisata Gunung Kawi yang terletak di pinggiran sungai Pakerisan itu juga terdapat

candi Tebing yang dipahatkan pada batu cadas di dinding tebing Gunung Kawi. Di bagian

timur deretan candi Tebing terdapat ruangan yang merupakan kompleks vihara. Berdasarkan

paparan A.J. Bernet Kempers, ruangan ini merupakan tempat pertemuan para pendeta atau

ruang makan sebagaimana yang dijumpai pada vihara-vihara yang dipahatkan pada batu di

India (Bernet Kempers, 1956).

Objek wisata purbakala lain yang cukup menarik wisatawan adalah Goa Gajah yang

terletak di Bedulu Gianyar. Objek wisata Goa Gajah tersebut juga menyatu dengan pura Goa

Gajah yang merupakan tempat suci sebagai pusat kegiatan agama Hindu. Pintu masuk

menghadap ke arah selatan yang tingginya kurang lebih dua meter dan lebarnya satu meter.

Di atas pintu masuk dihiasi dengan pahatan kepala kala besar dengan satu tangan yang

diletakkan di samping kanan kepala. Kepala kala itu tampak menyeramkan dengan mata

melotot, mulutnya dibuat sekaligus sebagai mulut goa yang dihiasi dengan giginya yang

besar dengan maksud untuk menolak kekuatan-kekuatan jahat yang akan mengganggu kaum

agamawan yang sedang bertapa dalam goa (Bernet Kempers, 1977).

3. WISATA REMAJA

Youth tourism merupakan kegiatan wisata yang dilakukan oleh kaum remaja.

Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bermotif sosial, seperti: sifat,

ruang lingkup, maupun volume gerakannya. Wisata remaja sebagai pusat kegiatan remaja

merupakan tempat atau ajang untuk menyalurkan keinginannya yang merindukan alam

kebebasan untuk beraktivitas. Hal itu dilakukan sebagai langkah mengantisipasi ekspresi

kaum remaja yang mengalami problem sosial seperti minuman keras, narkotika, dan lain-lain.

Bukit Jati dibangun dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti kolam renang dan

camping ground yang sering digunakan untuk kegiatan pramuka. Mereka dapat menikmati

Page 6: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

kegiatan yang dilakukan di alam terbuka dan sekaligus melakukan aktivitas wisata untuk

mengenal alam lingkungannya. Lokasi lain yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten

Gianyar untuk kepentingan wisata remaja adalah Pantai Lebih dan Batubulan. Kegiatan-

kegiatan wisata remaja yang dikemas biasanya dalam bentuk mass tourism atau semi mass

tourism dengan pertimbangan biaya yang relatif murah.

4. WISATA BAHARI

Pantai merupakan salah satu bagian dari daya tarik bagi komunitas wisatawan. Wisata

bahari atau wisata pantai banyak diketemukan di daerah Gianyar Bali. Pada tahun 1960-an

kawasan Sanur merupakan pantai yang menjadi pusat perhatian komunitas wisatawan, baik

wisatawan domestik maupun mancanegara. Pada dekade 1970-an, wisata pantai bergeser ke

kawasan Kuta yang terkenal di mancanegara. Kuta merupakan tempat wisata pantai yang

tumbuh secara alami. Kawasan Kuta bukanlah hasil rekayasa. Keberadaan pantai Kuta mulai

muncul ke pentas dunia pariwisata internasional ketika kedatangan gelombang kaum hippies

sekitar tahun 1970-an (Philip Frik Mckean, 1975).

Sementara itu pantai Muaya yang terletak di Jimbaran juga mulai diangkat sebagai objek

wisata. Lebih-lebih belakangan ini, bahwa Jimbaran menjadi berita hangat berkaitan dengan

meledaknya bom di pantai itu yang terkenal dengan sebutan bom Bali II yang meledak pada

tanggal 1 Oktober 2005. Pantai Jimbaran tadinya sebuah desa yang diapit oleh gemerlap

pariwisata antara Kuta dan Nusa Dua yang hanya berjarak kurang lebih dua kilometer dari

Bandara Internasional Ngurah Rai.

Menurut pengamatan Putu Fajar Arcana, bahwa pada tahun 1970-an Jimbaran merupakan

daerah pantai yang penduduknya sebagian besar sebagai nelayan. Namun demikian pada

tahun 1990-an Jimbaran telah berubah total seiring dengan merebaknya dunia pariwisata.

Perubahan itu terjadi sebagai jawaban kemiskinan yang dialami oleh komunitas nelayan yang

menghuni di kawasan Jimbaran. Mereka kemudian mencoba usaha dengan membuka warung

makan dengan menu ikan bakar untuk komunitas wisatawan. Warung-warung itu tidak lama

kemudian tumbuh subur sehingga status warung tersebut naik berubah menjadi kafe (Arcana,

2005). Wisata pantai tersebut berkaitan erat dengan kegiatan menikmati pemandangan alam,

yakni pemandangan alam yang berupa pantai dengan pasir berwarna putih. Di pantai ini

komunitas wisatawan bisa menikmati sinar matahari, olah raga air seperti berselancar, perahu

layar, menyelam, dan kegiatan upacara agama bagi umat Hindu. Begitu juga pantaipantai

yang tersebar di wilayah Gianyar, dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata, meskipun situasi

Page 7: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

dan kondisi yang ada memang belum seramai seperti di kawasan Kuta, Sanur, maupun

Jimbaran.

Namun demikian keberadaan pantai yang tersebar di Gianyar juga turut andil dalam

perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar. Seperti yang terdaftar di Monografi

Kabupaten Gianyar, bahwa pantai yang ada di Gianyar juga ramai dikunjungi oleh

wisatawan, meskipun masih didominasi oleh wisatawan domestik, terutama pada hari-hari

raya tertentu, kegiatan keagamaan, dan hari-hari libur lainnya.

5. WISATA WANA

Wisatawan yang datang dan berlibur ke Bali selalu disuguhi berbagai macam atraksi

kesenian maupun keunikan benda-benda budaya yang berakar pada seni tradisi. Namun

demikian pengembangan jalur wisata yang telah terurai di atas dirasa akan terjadi kejenuhan

dan kebosanan, sehingga diperlukan usaha-usaha lain untuk mengatasinya. Sebagai jawaban

dari rasa kejenuhan dan kebosanan itu muncul kawasan wisata wana atau wisata hutan.

Hutan yang berada di Gianyar biasanya dihuni oleh berbagai jenis satwa, seperti kijang

(Muntiacus munchac), harimau (Felis tigris), kera (Macacus cynomolgus), dan lain

sebagainya. Satwa yang paling banyak dan menjadi kebanggaan masyarakat Gianyar adalah

jalak putih (Sturnus melanopterus). Berkaitan dengan jenis satwa yang ada, di desa

Singapadu Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar terdapat taman burung (Bali Bird Park).

Taman burung tersebut menampung komunitas satwa khususnya jenis burung termasuk di

dalamnya burung jalak putih (Sturnus melanopterus).

Taman burung ini dibuat untuk kepentingan pariwisata dan pelestarian burung bertaraf

internasional. Keberadaan taman burung yang mengoleksi berbagai jenis burung itu menjadi

salah satu inspirasi bagi masyarakat Gianyar dalam membuat dan menciptakan karya seni

kerajinan maupun seni lukis yang menampilkan objek burung dengan berbagai macam gaya.

Demikian juga dengan wanara wana (hutan kera) yang terletak di desa adat Padang Tegal,

Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Kera-kera (Macacus cynomolgus) yang lucu, lincah,

dan tidak jarang mau diajak bercanda dengan komunitas wisatawan merupakan atraksi dari

gerak kera yang dapat memberikan hiburan. Komunitas wisatawan yang menikmati objek

wisata wanara wana juga bisa belanja cenderamata yang tersedia di artshop.

Page 8: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

SENI BUDAYA MASYARAKAT BALI

1. OGOH-OGOH

Kebudayaan Bali sangat beraneka ragam, ada yang sudah tersedia sejak dulu dan ada juga

yang lahir melalui kreatifitas manusia sebagai hasil cipta dan karsa manusia melalui proses

internalisasi dan eksternalisasi. Begitu juga halnya dengan tradisi membuat dan mengarak

ogoh-ogoh yang serentak dilakukan hampir diseluruh desa yang ada di Bali pada sehari

sebelum hari raya Nyepi dirayakan. Ada hal menarik yang perlu di baca tentang pemunculan

ogoh-ogoh yang di paparkan oleh Jero Mangku Andhi, 2011 dalam Widnyani, 2012: 3

sebagai berikut:

“Ogoh-ogoh yang sekarang kita kenal sesungguhnya mirip sekali dengan tradisis lama

Masyarakat yang beragama Hindu di Bali yang dikenal dengan Barong Landung di

seluruh Bali, dan atraksi Ndong-nding di Gianyar dan Karangasem. Selain itu, tarian

Sang Kalika dalam wujud Boma mirip dengan ogoh-ogoh pada setiap upacara Ngaben

Ngewangun. Tradisi Barong Landung dan Ndong-nding ini dapat dipakai rujukan

dalam rangka menelusuri cikal bakal keberadaan dan wujud ogoh-ogoh yang

belakangan berkembang di Bali”

Penjelasan tentang ogoh-ogoh yang dikemukakan oleh Jero Mangku Andhi dapat

dijelaskan bahwa ogoh- ogoh tersebut merupakan sebuah proses pengembangan kreatifitas

manusia yakni masyarakat Hindu Bali dalam menciptakan sebuah kebudayaan baru dalam

balutan seni dan kemewahan yang tentunya enak dinikmati. Berawal dari sesuatu yang

sederhana yakni tradisi Barong Landung yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat,

Ndong-nding, tarian Sang Kalika, hingga bentuk wajah Boma, kemudian dipengaruhi dengan

berbagai kecangggihan teknologi berupa bentuk warna, kertas yang beraneka jenis dan

bahan-bahan lainnya yang diciptakan dan disediakan oleh sekelompok Masyarakat yang

memiliki berbagai jenis keahlian, sehingga menghasilkan ogoh-ogoh yang terkesan unik,

mewah, megah namun tetap seram yakni berpijak pada konsep Bhuta Kala. Meminjam

gagasan Berger dalam Samuel, 2012:35 ini merupakan proses internalisasi dimana manusia

mencerap segala sesuatu pada lingkungan yang dihuninya, akhirnya melahirkan masyarakat

yang kreatif sebagai realitas objektif karena adanya berbagai individu yang

mengeksternalisasikan dirinya masing-masing lewat aktivitasnya.

Page 9: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

Ogoh-ogoh yang kini dinikmati tidak saja oleh masyarakat Bali, namun juga masyarakat

luar Bali hingga mancanegara telah memiliki keunikan tersendiri sehingga penampilannya

selalu dapat menjadi daya tarik bagi banyak orang. Disamping itu, karena ogoh-ogoh ini

hanya di pertontonkan pada waktu-waktu tertentu maka hal ini juga membuat masyarakat

selalu menanti kehadirannya, terlebih setiap tahun selalu ada yang baru yang terwujud atas

pemikiran masyarakat Bali yang kreatif dan inovatif. Namun, yang menarik disini adalah

banyak dapat ditemui ogoh-ogoh yang habis diarak pada saat sehari sebelum hari raya Nyepi

atau Pengrupukan, ogoh-ogoh ini tidak langsung di bakar melainkan di pajang di pinggir

jalan. Hal ini mungkin karena untuk mewujudkan sebuah ogoh-ogoh diperlukan dana yang

cukup banyak serta curahan tenaga dan pikiran yang cukup menyita waktu si pembuat,

sehingga ada rasa tidak rela untuk membakar ogoh-ogoh yang besar dan megah. Tentu hal ini

sangat bertentangan dengan konsep dari pembuatan ogoh-ogoh, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Ida Pedanda Made Gunung yang merupakan seorang tokoh agama Hindu

terkemuka di Bali pada Dharma Wacana di Bali TV tanggal 15 Pebruari 2010 jam 17.30 wita

yang dikutip oleh Widnyani, 2012:11 yakni :

“Ogoh-ogoh sebagai perwujudan buta kala harus segera di bakar agar buta kala

berubah menjadi buta hita yakni kekuatan jahat itu berubah menjadi energy

kebaikan yang disebut buta hita. Oleh karena itu, ogoh-ogoh harus segera di

bakar setelah di arak dan diajak menari agar buta kala segera berubah menjadi

buta hita. Dan jangan ogoh-ogoh yang sudah diurip-urip itu di pajang di

pinggir jalan”

Menyimak dengan baik pernyataan yang dikemukakan oleh seorang tokoh agama di atas,

maka ogoh-ogoh ini sangat menarik untuk dikaji mengingat banyak masyarakat sepertinya

kurang memahami makna dan fungsi ogoh-ogoh sehingga masyarakat Hindu Bali banyak

yang justru memajang ogoh-ogohnya setelah di arak keliling desa/kota di pinggir jalan.

Berbagai alasan yang membuat masyarakat memajang ogoh-ogoh di pinggir jalan juga harus

di pahami secara mendalam, selain itu juga dalam tulisan ini juga dipahami dan dianalisis

alasan masyarakat untuk membuat ogoh-ogoh yang mewah bahkan kini yang terjadi tidak

saja berupa buta kala melainkan juga terlahir bentuk-bentuk yang ada pada jaman modern

yang menghadirkan kecanggihan teknologi.

Page 10: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

Hadirnya ogoh-ogoh yang unik, mewah, megah dan kreatif tentu memberikan peluang

tersendiri bagi pengusaha dan penjual bahan-bahan yang digunakan untuk pembuat ogoh-

ogoh serta industri budaya yang kini sudah mulai membuat ogoh-ogoh untuk dijual kepada

masyarakat dari ukuran kecil yang diperuntukkan bagi anak-anak hingga ukuran yang besar

untuk di arak oleh para pemuda keliling desa/kota bahkan untuk lomba. Hal ini menjadi

menarik juga karena, adanya atraksi ogoh-ogoh telah mampu menciptakan industri kreatif

yang tentu memberikan keuntungan yang luar biasa, khususnya pada perayaan hari raya

Nyepi sebagai rejeki musiman yang dapat di panen oleh siapapun yang mau berkreatifitas dan

mau memproduksi ogoh-ogoh sesuai dengan konsumsi masyarakat dan trend yang berlaku di

masyarakat.

Hari raya Nyepi di Bali biasanya identik dengan kehadiran Ogoh-ogoh. Bagi orang awam

seperti kita Ogoh-ogoh mungkin hanya patung-patung berukuran besar, dan tak jarang

berpenampilan menyeramkan, yang diarak sepanjang jalan dan menjadi tontonan masa.

Begitu populernya Ogoh-ogoh sehingga tidak heran menjadi salah satu atraksi wisata.

Memang, Ogoh-ogoh pada dasarnya adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa

menjelang malam sehari sebelum hari raya nyepi, atau dikenal dengan Pangrupukan, yang

kemudian akan dibakar. Pangrupukan sendiri merupakan tahap ketiga sebelum Nyepi

berlangsung. Di tahap ini warga akan menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah

dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul

benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh yang tujuannya

adalah untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan

sekitar.

Menurut Wikipedia Indonesia, Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan

Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta

Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan

tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan

sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.

Ogoh-ogoh yang diarak dan kemudian dibakar memiliki tujuan yaitu mengusir untuk Buta

Kala dari lingkungan sekitar. Mengusir Buta Kala yang diwujudkan dalam bentuk Ogoh-ogoh

bisa diartikan sebagai perlambang upaya untuk mengusir kekuatan jahat yang bisa

menggangu keseimbangan kehidupan.

Page 11: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

Oleh karenanya wujud Ogoh-ogoh bisanya memang selalu berbentuk patung raksasa yang

mengerikan, meski bukan hal yang mutlak juga. Ogoh-ogoh juga kerap berbentuk dalam

wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Surga dan Naraka, seperti: naga, gajah,

Widyadari dan semacamnya. Dalam perkembangannya rupa Ogoh-ogoh juga bisa berbentuk

tokoh-tokoh yang popular, bahkan terkadang berbau politik atau SARA, yang sebenarnya

menyimpang dari tujuan Ogoh-ogoh itu sendiri.

Terlepas dari itu, Ogoh-ogoh merupakan salah satu bentuk karya seni yang patut

diapresiasi, terlepas sebagian besar dari mereka nasibnya berujung di pembakaran api. Ogoh-

ogoh dikerjakan dengan telaten biasanya memerhatikan estetika seni tersendiri serta memiliki

detil dan ornamen yang kaya, sehingga hadir dalam rupa-rupa yang cantik untuk dipandang,

terlepas betapa mengerikan penampakannya.

Ogoh-ogoh biasanya terbuat dari bambu yang dianyam. Namun kini Ogoh-ogoh juga

dimodifikasi oleh sejumlah perajinnya dengan menggunakan gabus yang relatif lebih ringan

dan gampang dikreasikan dalam berbagai bentuk dan rupa yang diinginkan. Modal

mengerjakan Ogoh-ogoh ini juga bervariasi, tergantung detil dan besarnya. Biasanya dengan

minimal Rp. 300 ribu kita sudah bisa membuat segiah Ogoh-ogoh sederhana. Tapi tak jarang

Ogoh-ogoh juga memerlukan modal besar karena memerlukan pengerjaan yang rumit dan

bahan yang tak murah pula, seperti Ogoh-ogoh Nangluk Mrana yang berukuran panjang 13

meter, lebar 2 meter dan tingginya 3 meter. Ogoh-ogoh ini siap untuk memeriahkan

Pangrupukan tahun ini.

Proses pengerjaan Ogoh-ogoh gabus tidak banyak berbeda dengan yang terbuat dari

bambu, hanya saja memerlukan ketelitian yang lebih dalam merancang pola sosok yang akan

dibentuk. Kekurang telitian dalam mengerjakan pola dan memotong gabus akan

menyebabkan bentuk Ogoh-ogoh yang tidak simetris.

Karena relatif lebih cepat dikerjakan serta memilik penampilan yang tak kalah

dibandingkan Ogoh-ogoh anyaman bambu, tidak heran banyak warga yang kemudian

menjadikan Ogoh-ogoh sebagai dekorasi, baik di rumah, bahkan di hotel.

Tidak hanya itu, kabarnya kini di Bali juga sudah ada museum yang khusus menampilkan

berbagai Ogoh-ogoh. Museum ini terletak di sebelah barat Pura Taman Ayun, Mengwi,

Badung berdekatan dengan Museum Yadnya. Dengan nuansa magis yang cukup kental, kita

Page 12: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

bisa menyaksikan berbagai macam dan bentuk Ogoh-ogoh dengan ketinggian rata-rata sekitar

2 hingga 5 meter. Pemandu tidak akan segan-segan bercerita tentang cerita-cerita di balik

setiap Ogoh-ogoh yang dipamerkan, sehingga memberi pengalaman tersendiri saat

mengunjungi museum ini.

Jadi, saat berkunjung ke Bali, terutama sebelum Nyepi, tidak ada salahnya untuk

mengunjungi museum ini, selain menyaksikan arak-arakan Ogoh-ogoh yang memenuhi jalan.

2. NGABEN

Upacara ngaben terdiri atas kata upacara dan ngaben. Menurut Keputusan Pesamuhan

Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat di Denpasar tanggal 4 Nopember 2007

upacara berasal dari bahasa Sanskerta suku kata “upa” yang berarti “hubungan” dan “car”

yang berarti ’gerak’ atau ’action’ mendapat akhiran ’a’ menjadi kata benda ”cara” yang

berarti ’gerakan’. Jadi, upacara adalah sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan

(pelaksanaan) dari suatu yajña (tindakan). Sejalan dengan itu, Titib (1998: 147) menjelaskan

bahwa secara harfiah tata pelaksanaan suatu yadnya disebut upacara. Kata upacara dalam

bahasa Sanskerta berarti mendekati. Dalam kegiatan upacara agama diharapkan terjadinya

suatu upaya untuk mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa, kepada sesama manusia,

kepada alam lingkungan, pitara dan resi. Pendekatan itu diwujudkan dengan berbagai bentuk

persembahan dan tata pelaksanaan sebagaimana yang telah diatur dalam ajaran agama Hindu.

Kesucian adalah sifat Tuhan. Orang harus suci lahir dan batin bila ingin memanjatkan doa

dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Upacara memberikan identitas tersendiri bagi agama-

agama tertentu yang membedakannya dengan agama yang lainnya. Tiaptiap agama memiliki

aturan dalam tata pelaksanaan upacaranya.

Dalam melaksanakan upacara yadnya, umat Hindu (di Bali) menggunakan sarana yang

disebut upakara. Kata upakara berasal dari bahasa Sansekerta suku kata “upa” yang artinya

’hubungan dengan’, “kara” yang artinya ’pekerjaan tangan’. Jadi, upakara berarti segala

sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan tangan yang pada umumnya berbentuk

pengolahan materi, seperti daun, kembang, buah, kayu, air, dan api (Keputusan Pesamuhan

Agung PHDI Pusat, 2007).

Pada umumnya upakara adalah berbentuk materi. Bentuk materi upakara itulah yang

disebut banten (Surayin, 1992:4). Oleh karena banten di Bali merupakan ciri khas yang unik

yang mengaitkan daya cipta yang religius yang mengandung magis, yang mengandung

Page 13: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

budaya seni dan adat, yang berciri desa, kala, dan patra serta nista, madya, dan utama, maka

terungkaplah suatu nilai luhur yang tiada tandingannya. Banten membuat orang terpesona dan

memburu keinginan orang yang mempunyai daya seni dan keagungan yang luhur sehingga

memberi andil untuk menjadikan Bali terkenal di seluruh dunia.

Pemeluk agama Hindu di Bali mengenal sarana-sarana sebagai perlengkapan upacara

agama Hindu. Sarana upacara agama Hindu terdiri atas berbagai jenis lambang yang

mencakup tataran aksara, gambar lambang, dan berbagai jenis bentuk sesaji di dalam banten.

Sarana upacara tersebut diyakini memiliki kekuatan yang berhubungan dengan religiusitas

dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral oleh pemeluk agama Hindu. Upacara

diimplementasikan pelaksanaannya melalui yajña. Pengertian yajña menurut Titib (1998:147)

berasal dari kata ”yaj” (bahasa Sanskerta) yang berarti ”pemujaan, memuja, mengorbankan,

memberi”. Yajña berarti mengorbankan, berkorban. Sebagai suatu pemujaan yang memakai

korban suci, maka yadnya memerlukan dukungan sikap mental yang suci pula, di samping

adanya sarana yang akan dipersembahkan/dikorbankan. Makna dan tujuan pelaksanaan

yadnya adalah sebagai pengejawantahan ajaran Veda, sebagai cetusan rasa terima kasih,

untuk meningkatkan kualitas diri, sebagai salah satu cara untuk menghubungkan diri dengan

Tuhan yang dipuja dan untuk menyucikan.

Jenis atau penggolongan yadnya yang telah umum dikenal adalah berdasarkan tujuan atau

sasaran yadnya itu dipersembahkan. Di bawah ini dipetik penjelasan Agastya Parwa tentang

jenis dan penggolongan yadnya.

”Kunan ikan yajña lima pratekanya, lwirnya: deva yajña, rsi yajña, pitra yajña,

bhuta yajña, menusa yajña; nahan tan panca yajña rin loka. Deva yajña naranya taila

pwa krama ri bhatara siwagni makagelaran in mandala rin bhatara, yeka deva yajña

naranya, rsi yajña naranya, kapujan san pandita mwan san wruh ri kalinganin dadi

wwan ya rsi yajña naranya. Pitra yajña naranya tilemin bwat hyan siwasraddha, yeka

pitra yajña naranya. Butha yajña naranya tawur wwan kapujan in tuwuh ada pamuwan

kunda wulan makadi walikrama, ekadasa dewata mandala, ya bhuta yajña naranya.

Aweh amanan rin kraman ya ta manusa yajña naranya; ika ta liman wiji i sdennin

lokacara manabhyasa ika makabheda lima.”

Terjemahannya: ’Adapun yang disebut yadnya lima bentuknya, yaitu dewa yadnya,resi

yadnya, pitra yadnya, bhuta yadnya, manusa yadnya semuanya disebut panca yadnya. Dewa

Page 14: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

yadnya adalah upacara persembahan kepada api suci Siwa (Siwagni) dengan membuat

mandala yadnya, resi yadnya adalah pemujaan kepada para pendeta dan orang-orang yang

memahami makna hakikat hidup, pitra yadnya adalah pemujaan kepada roh suci leluhur,

bhuta yadnya adalah tawur dan upacara kepada tumbuh-tumbuhan, antara lain dalam bentuk

upacara walikrama dan Eka Dasa Rudra dan memberi makanan kepada masyarakat itu

disebut manusa yadnya; itulah disebut panca yadnya, lima jumlahnya, pelaksanaannya

berbeda satu sama lain.’

Kelima yadnya tersebut dilaksanakan melalui upacara dan upakara sebagai dasar

pengembalian tiga hutang manusia (Tri Rna). Umat Hindu di Bali menganut kepercayaan

adanya roh masih hidup setelah badan kasar takbergerak dan terbentang kaku. Untuk itu

dilaksanakan upacara yang khas yaitu upacara penyelenggaraan jasat yang berpulang yang

disebut Pitra yadnya (Surayin, 2002:1).

Menurut Wiana (2004: 25-27; Purwita, 1992:4) ) upacara ngaben termasuk ke dalam

upacara pitra yajña Ngaben berasal dari bahasa Bali dari asal kata “api” mendapat prefiks

nasal “ng” dan sufiks “an” sehingga menjadi “ngapian”, kemudian mengalami sandi sehingga

menjadi “ngapen”. Terjadi perubahan bunyi konsonan “p” menjadi “b” menurut hukum

perubahan bunyi “p, b, m, w (rumpun huruf bilabial) sehingga kata “ngapen” berubah

menjadi “ngaben”. Kemudian kata ngaben diberi arti ’menuju api’. Dalam ajaran agama

Hindu api adalah lambang kekuatan Dewa Brahma, jadi ”ngaben” berarti ’menuju Brahma’.

Maksud dan tujuan ngaben adalah melepaskan atma dari unsur Panca Maha Butha dan

mengantarkan sang atman menuju alam Brahman atau alam ketuhanan.

Dilihat dari keadaan jasat orang yang di-aben, maka upacara ngaben itu dapat dibagi

menjadi tiga jenis. Ada yang disebut sawa wadana, asti wadana, dan swasta. Perbedaan jenis

ngaben tersebut terletak pada pangawak. Dalam ngaben sawa wadana ada jasat (sawa) orang

yang baru meninggal sebagai pangawak Ngaben asti wadana adalah upacara ngaben yang

menggunakan tulang belulang orang yang sudah lama meninggal dan sudah lama dikuburkan.

Tulang belulang itu diangkat dari kuburan dan tulang belulang yang tersisa itulah yang

dijadikan pangawak. Ngaben swasta adalah upacara ngaben yang tidak ditemukan

jenazahnya, pangawaknya menggunakan simbol dalam bentuk Tirtha atau Kusa ( daun alang-

alang).

Page 15: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

Dalam lontar Sundarigama (Wiana, 2004:27) pe-ngaben-an dalam upacara pitra yadnya

dapat dibedakan menjadi lima tingkatan yang disebut Panca Wikrama. Lima jenis ngaben

tersebut dari yang paling utama sampai yang upacaranya sederhana.

1) Sawa prateka, upacara ngaben ini dari segi bentuk upacaranya merupakan ngaben

yang paling besar secara sekala. Ngaben sawa prateka ini arah surga yang dituju

disebutkan ring daksina artinya ’di Selatan’. Dewatanya Dewa Brahma, wikunya

Bhagawan Rama Parasu, tirtanya Merta Kamandalu, bidadarinya Dewi Gagar

Mayang. Menggunakan wadah atau bade dan damar kurung, patulangan, gamelan

gambang, menggunakan banten teben, panjang ilang yang lengkap.

2) Sawa wedana, menggunakan damar angenan, pengawak kayu cendana, surganya ring

pascima (Barat), dewatanya Dewa Mahadewa, bidadarinya Dewi Sulasih, wikunya

Bhagawan Kanwa, tirtanya Merta Kundalini, gamelan gong trompong, boleh

memakai wadah atau bade dan damar kurung.

3) Pranawa, boleh menggunakan wadah dan juga boleh tidak, memakai banten teben,

damar kurung dan patulangan, pangawak tirta. Cukup memakai bale salunglung,

surganya ring uttara dewatanya Dewa Wisnu, bidadarinya Dewi Tunjung Biru,

wikunya Bhagawan Jenaka, tirtanya Merta Pawitra. Gamelannya Saron.

4) Ngaben swasta, tidak menggunakan wadah atau bade, tidak menggunakan damar

kurung, tanpa banten teben, dan tanpa patulangan. Saji lengkap dengan nasi angkeb,

caru ayam putih lima ekor, sorganya ring wetan (Timur), dewatanya Sang Hyang

Iswara, bidadarinya Dewi Supraba, wikunya Bhagawan Bhrgu. Menggunakan tirta

Maha Merta dan gamelan Turas.

5) Ngaben mitra yajña, dari segi bentuk ngaben inilah yang paling sederhana, tetapi dari

segi spiritual paling utama. Ngaben ini jarang dianjurkan oleh para pendeta kecuali

Ida Pedanda Made Sidemen dari Griya Taman Sanur. Setelah beliau tiada penggunaan

ngaben mitra yajña yang paling sederhana ini hampir-hampir tidak terdengar lagi

dianjurkan oleh para Pandita. Ngaben ini dengan pangawak Daksina, sorganya ring

madhya (tengah), dewatanya Dewa Siwa, bidadarinya Dewi Supini, wikunya

Bhagawan Wararuci, tirtanya Sanjiwani, cukup memakai saji lengkap dan nasi

angkeb.

Page 16: materikuliah6.files.wordpress.com€¦  · Web viewDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni budaya dan pariwisata. O L E H : Beby Anggreani (120709006) ... selain memiliki

Daftar Pustaka

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23598-Wahyu%20Tri%20Atmojo.pdf

http://kopikeliling.com/art/ogoh-ogoh-seni-patung-raksasa-yang-mengagumkan.html

http://www.pps.unud.ac.id/disertasi/pdf_thesis/unud-15-1492312087-bab%20ii

%20disertasi.pdf