notesiiq.files.wordpress.com · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan...
Transcript of notesiiq.files.wordpress.com · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan...
ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Balita dengan dosen Soffa Abdillah, SST
oleh
KELOMPOK 5
1. ANIPAH A.08.13.00662. IRNA MUTIARA SARI A.08.13.00843. NIA HERNIATI A.08.13.00944. NOVI RATNASARI A.08.13.00985. RINA RAHMAWATY A.08.13.0112
AKADEMI KEBIDANAN CIANJURCIANJUR
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Asuhan Neonatus bayi dan balita”.
Dalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai
macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,
melainkan dijadikan sebagai pelajaran berharga dan gemblengan mental demi
mencapai masa depan yang lebih baik.
Penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Cianjur, September 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................... iDaftar isi.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASANA. Pengertian..................................................................................... 4
B. Epidemiologi.................................................................................. 5
C. Etiopatogenesis............................................................................. 6
D. Patogenesis................................................................................... 8
E. Gambaran Klinik............................................................................ 9
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................11
G. Diagnosis Banding......................................................................... 12
H. Diagnosis....................................................................................... 15
I. Penatalaksanaan........................................................................... 17
J. Terapi............................................................................................ 18
K. Kiat Mengatasi............................................................................... 20
L. Pencegahan.................................................................................. 22
M. Prognosis....................................................................................... 23
BAB III PENUTUPA. Kesimpulan.................................................................................... 24
B. Saran............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema
merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli
menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang
dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk
ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema
numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2%
hingga 5% dari penduduk.
Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS)
atauSeborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan
merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus,
berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang
menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga.
Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah presternal dada.
Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa sekurang–kurangnya
50% pasien HIV terkena dematitis seboroik. Ketombe berhubungan
juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis seboroik. Ada
juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan ketombe.
DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya
mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat
menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan
maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum
pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan
badan. Jamur Pityrosporum ovalekemungkinan merupakan faktor
penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan
penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan
flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan
1
dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk
metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur
itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan
tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat
mempengaruhi onset dan derajat penyakit.
B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang diangkat dalam penyusunan makalah
ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan seborrhea atau dermatitis seboroik?
2. Jelaskan tentang epidemiologi dermatitis seboroik!
3. Jelaskan tentang etiopatogenesis dermatitis seboroik!
4. Jelaskan tentang patogenesis dermatitis seboroik!
5. Bagaimana gambaran klinik dari dermatitis seboroik?
6. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan untuk
mengetahui dermatitis seboroik?
7. Penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis banding
dari dermatitis seboroik?
8. Jelaskan tentang penegakkan diagnosis dari dermatitis seboroik!
9. Jelaskan penatalaksanaan untuk dermatitis seboroik!
10. Terapi apa saja yang dilakukan untuk dermatitis seboroik?
11. Bagaimana kiat mengatasi dermatitis seboroik?
12. Bagaimana cara mencegah terjadinya dermatitis seboroik?
13. Jelaskan tentang pragnosis dari dermatitis seboroik!
C. TujuanTujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari seborrhea atau dermatitis seboroik.
2. Untuk mengetahui tentang epidemiologi dermatitis seboroik.
3. Untuk mengetahui tentang etiopatogenesis dari dermatitis
seboroik.
2
4. Untuk mengetahui patogenesis dermatitis seboroik.
5. Untuk mengetahui gambaran klinik dari dermatitis seboroik.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk mengetahui dermatitis seboroik.
7. Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi
diagnosis banding dari dermatitis seboroik.
8. Untuk mengetahui tentang penegakkan diagnosis dari dermatitis
seboroik.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk dermatitis seboroik.
10. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan untuk dermatitis seboroik.
11. Untuk mengetahui kiat mengatasi dermatitis seboroik.
12. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya dermatitis seboroik.
13. Untuk mengetahui tentang pragnosis dari dermatitis seboroik.
3
BAB IIPEMBAHASAN
A. PengertianSeborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu
kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa
yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni
daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,
selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan
kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering
atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai
ukuran disertai adanya krusta.
Istilah dermatitis seboroik
(D.S.) dipakai untuk segolongan
kelainan kulit yang didasari oleh
factor konstitusi dan bertempat
predileksidi tempat-tempat seboroik.
Dermatitis seboroik (DS)
adalah penyakit kulit dengan
peradangan superfisialis kronis,
dengan predileksi pada area seboroik, yang remisi dan eksaserbasi.
Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar
sebasea (kalenjar lemak) yaitu: kepala (“Scalp”, telinga, saluran
telinga, belakang telinga, leher), muka (alis mata, kelopak mata,
glabella, lipatan nasolabial, bibir, kumis, pipi, hidung, janggut/ dagu),
badan atas ( daerah presternum, daerah interskapula, areolae
mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak, pelipatan bawah mammae,
umbilicus, pelipatan paha, daerah anogenital dan pelipatan pantat).
4
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang
banyak mengandung kelenjar sebasea.
Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit inflamasi di mana
telah terbukti adanya peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit
yang terkena. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang
berlangsung kronik dan kambuhan. Dermatitis seboroik ditandai
dengan kemerahan, gatal, dan kulit bersisik, paling sering mengenai
kulit kepala (ketombe), tetapi juga dapat mengenai kulit pada bagian
tubuh lainnya seperti wajah, dada, lipatan lutut, lengan dan lipat paha.
Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena
hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih
tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi,
masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar
hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami
dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang
mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang
terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang
itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic
bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara
tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai
proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan
sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.
B. EpidemiologiDermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh
hormon androgen.
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis
seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan
dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak
5
pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari
perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis
seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak
perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya
dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan
pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.
Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome), dapat terlihat pada hampir 35% pasien Terdapat
peningkatan insiden pada penyakit Parkinson, paralisis fasial, pityriasis
versicolor, cedera spinal, depresi dan yang menerima terapi psoralen
ditambah ultraviolet A (PUVA). Juga beberapa obat–obatan
neuroleptik mungkin merupakan faktor, kejadian ini sering terjadi tetapi
masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering
lebih parah pada musim dingin yang lembab dibandingkan pada
musim panas.
C. EtiopatogenesisEtiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor
predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana
caranya belum dipastikan. Ini merupakan dermatitis yang menyerang
daerah–daerah yang mengandung banyak glandula sebasea,
bagaimanapun bukti terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari
sebum tidak nampak pada pasien yang terkena dermatitis seboroik
apabila dibandingkan dengan kelompok sehat. Pengaruh hormonal
seharusnya dipertimbangkan mengingat penyakit ini jarang terlihat
sebelum puberitas. Ada bukti yang menyebutkan bahwa terjadi status
hiperproliferasi, tetapi penyebabnya belum diketahui.
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan
glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir,
6
kemudian menjadi tidak aktif selama 8-12 tahun akibat stimulasi
hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi
terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia
sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncaknya pada umur 18-
40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita.
Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan
faktor timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan
langsung secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut dengan
suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis seboroik. Dermatitis
seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat
seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh
faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik,
pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa
pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada
kulit kepala yang normal. Ragi dari genus ini menonjol dan dapat
ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan lipid
sebasea, misalnya kepala dan punggung. Pertumbuhan P. ovale yang
berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk
metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel
jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.
Hubungan yang erat terlihat karena kemampuan untuk
mengisolasi Malassezia pada pasien dengan DS dan terapinya yang
berefek bagus dengan pemberian anti jamur.
Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya tingkat hormon,
infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan
dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin dapat
menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara
spontan, dan muncul kembali setelah puberitas. Pada bayi dijumpai
7
hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan
penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga
didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah
kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen, asam
lemak bebas dan wax ester menurun. Keadaan ini diperparah dengan
peningkatan keringat. Stres emosional memberikan pengaruh yang
jelek pada masa pengobatan. Obat–obat neuroleptik seperti
haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor
iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien defesiensi nutrisi,
contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada penyakit
Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi pyridoxine.
Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan
dermatitis seboroik yaitu:
Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan
Infeksi Pityrosporum ovale
Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus
Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal
Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
Respon emosional terhadap stres atau kelelahan
Proliferasi epidermal yang menyimpang
Diet yang abnormal
Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)
Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
Imunodefisiensi
D. PatogenesisWalaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti
dari dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti.
Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang
tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi
sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-
8
anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan.
Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran besar.
Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan
kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol,
trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam
lemak bebas dan wax ester.
Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum
ovale berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di
permukaan kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam
epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui perantaraan sel
langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah
berkontak dengan serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem
komplemen melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada
anak, selain Pityrosporum ovale, sering pula ditemukanCandida
albicans pada lesi-lesi kulit .
Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik,
menjelaskan mengapa penyakit ini cukup responsif pada terapi
dengan sitostatik. Selain itu, dermatitis seboroik sering berkaitan
dengan kelainan-kelainan neurologik seperti penyakit parkinson pasca
ensefalitis, epilepsi, trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis,
polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia. Kelainan pada sistem
neurologik menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan
bermanifestasi sebagai gangguan fungsi kelenjar sebum.Hal ini
berdasarkan fakta, bahwa beberapa obat yang dapat menginduksi
parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis seboroik,
sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson,
juga lesi kulit dengan dermatitis seboroik.
E. Gambaran KlinikDermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran
berbagai variasi klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi
9
pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle
cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit
Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan
pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit
kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal,
konjungtivitis, pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis),
daerah fleksura (aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha),
badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma,
eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan simetris
berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema
ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.
Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe:
Pityriasis sicca : tipe yang kering,biasanya berawal dari bercak
yang kecil yang kemudian meluas ke seluruh kulit kepala berupa
deskuamasi kering, dan dengan membentuk skuama halus
(ketombe).
Pytiriasis steatoides : tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang
berminyak disertai eritema dan akumulasi krusta yang tebal. Pada
tipe yang berat dapat disertai dengan erupsi psoriasiformis,
eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk. Rambut pada
tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian
verteks dan frontal. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang
hebat.
Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non
eksematous pada kulit kepala (cradle cap) atau di daerah
selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau
bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam
yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan.
Dimana di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan.
Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah
kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke daerah wajah,
10
dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun
dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan
dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang dengan lesi
folikular.
Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis
dengan dasar yang eritema dan gatal. Dapat terjadi marginal
blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi eritem dan
granular. Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering
menutupi kelopak mata.
Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan
bermanifestasi sebagai Cheilitis Eksfoliativa dimana bibir tampak
menjadi kering, kemerahan, berskuama dan pecah-pecah.
F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis
seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya
kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis
atopik atau psoriasis.Gambaran histopatologi tergantung dari stadium
penyakit.
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik
berupa hiperkeratosis, akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis.
Dibedakan dengan psoriasis yang memiliki akantosis yang regular,
rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis dan tidak dijumpai
spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua jenis penyakit.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan
kronik. Pada akut dan sub akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler
berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan hiperplasia
psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh
proses ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama
yang mengandung neutropil yang menutupi ostium folikularis.
11
Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis.
Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan
perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik,
terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada
perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia
psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat
folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil
pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang
khas.Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit
perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada
pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas
yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. 2-4
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk
menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan
kuman lainnya.
Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana
memiliki karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar
kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar
squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
G. Diagnosis BandingDiagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi
dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial
diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.
1. Psoriasis Vulgaris
Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri
yang mirip dengan dermatitis seboroik. Bedanya terdapat skuama
yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin,
Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda, psoriasis
12
sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut,
kuku dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis mengenai scalp, maka
sukar dibedakan dengan DS. Perbedaannya ialah skuamanya lebih
tebal dan putih, seperti mika. Psoriasis inversa yang mengenai
daerah fleksor juga dapat menyerupai DS. Selain itu, pada
pemeriksan histopatologis terdapat papilomatosis.
2. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui
penyebabnya, dimulai dengan lesi inisial berbentuk eritema dan
skuama halus. Lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan,
soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama halus dan
tidak berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat
dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara
terbalik. Tempat predileksinya juga berbeda, lebih sering pada
badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas, jarang pada
kulit kepala.
3. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala
yang disebabkan oleh spesies dermatofit dan biasanya menyerang
anak–anak. Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak
seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang
membingungkan. Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih merata
dan mempunyai lesi kulit yang simetris distribusinya. Pada tinea
kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan
pinggirannya lebih aktif dibandingkan di tengahnya. Pada
pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana terlihat hifa yang
bersekat, bercabang, serta spora. Untuk menyingkirkan tinea
kapitis dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit pada kultur
jamur.
13
4. Liken Simpleks Kronikus
Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang
gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
lebih menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada anak tetapi
pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi
pada bayi dan anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah
kulit kepala bagian posterior atau sekitar telinga.Tempat predileksi
di kulit kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar dibedakan
dengan DS. Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi pada
penyakit ini.
5. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis
dan residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-
anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang
skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis
atopik dapat terjadi likenfikasi.
Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis
seboroik dari dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin
meningkat jumlahnya di daerah dahi dan dagu pada tahap awal,
dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu dermatitis seboroik
biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan
bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan
tanda khas dermatitis atopik.
6. Systemic Lupus Erythematosus
SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut,
multisistemik dan menyerang jaringan konektif dan vaskular. SLE
sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada SLE juga dapat
dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE
berbentuk seperti kupu-kupu, tersering di area molar dan nasal
dengan sedikit edema, eritema dan atrofi. Terdapat gejala demam,
malaise, serta tes antibodi-antinuklear (+).
14
7. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral
wajah (yang menonjol/ cembung). Gambaran histopatologi terdapat
daerah ektasia vaskular, edema dermis dan diorganisasi jaringan
konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan
talangiektasis, disertai episode peradangan yang memunculkan
erupsi, papul, pustul dan edema.
8. Kandidosis
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans.
Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS jika
mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak
yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah pada
kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas
dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada
daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah
yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10
%, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.
Beberapa penyakit kulit lainnya sebagai diferensial diagnosis
dari dermatitis seboroik pada anak:
o Dermatitis kontak iritan
o Dermatitis diaper iritan
o Kandidosis
o Dermatitis kontak alergi
o Dermatofita
o Pedikulosis kapitis
H. DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, riwayat penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari
15
pemeriksaan penunjang. Dari riwayat didapatkan bahwa dermatitis ini
terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan, tampak sebagai
peradangan yang mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan
intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan krusta. Daerah-
daerah lain seperti seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga
dapat terkena. Pada kasus yang berat sering didapatkan bercak-
bercak kemerahan berlapis dan tidak gatal di wajah, badan dan
tungkai.
Penegakkan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:
1. Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan
parietal akan ditutupi dengan krusta yang berminyak, tebal dan
sering dengan fissura ( crusta lactea / milk crust, cradle cap ).
Rambut tidak rontok dan peradangan jarang. Dalam perjalanannya,
kemerahan semakin meningkat dan daerah dengan skuama akan
membentuk bercak eritem yang jelas dan diatasnya dilapisi skuama
berminyak. Dapat terjadi perluasan hingga ke frontal melampaui
daerah yang berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga dan
leher juga sangat mungkin terkena. Otitis eksterna, dermatitis
intertriginosa maupun infeksi-infeksi oportunistik dari C. albicans, S.
aureus, dan bakteri-bakteri lainnya, sering muncul bersama-sama
dengan dermatitis seboroik.
Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan
pada dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik
atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan
oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat
serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan DS
dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis
misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang
disamakan dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang
mengalami penebalan pada liken simpleks.
16
2. Pemeriksaan histopatologi: gambaran dermatitis kronis, spongiosis
lebih jelas. Pada epidermis dapat ditemukan parakeratosis fokal
dengan abses Munro. Pada dermis terdapat pelebaran ujung
pembuluh darah di puncak stratum papilaris disertai sebukan sel-
sel neutrofil dan monosit.
3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau
blastokonidia.
4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).
I. PenatalaksanaanDermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara
spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga
mencapai usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip
mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan
menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur,
mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai
terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus
untuk bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-
5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit
kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal),
pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam
bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan sampo
ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya
yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila
ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh
staphylococcus, dapat diberikan anti biotik oral.
Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan
penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang merugikan,
pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang efektif terus
dilakukan. Beberapa preparat seperti tacrolimus, pimecrolimus dan
17
inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan dermatitis atopik,
ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit dengan
inflamasi lainnya, termasuk dermatitis seboroik.(10,13) Sementara
metronidazole, dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis
seboroik sebagai pengganti ketokonazole.
J. TerapiSecara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik
dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur
dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan
mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus
diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering
kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional,
makanan berlemak, dan sebagainya.
Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:
1. Umum
Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik
dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur
dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder
dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien
harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering
kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional,
makanan berlemak, dan sebagainya. Perawatan rambut, dicuci
dan dibersihkan dengan shampo.
2. Khusus
a) Sistemik
Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.
Vitamin B kompleks.
Kortikosteroid oral dapat menurunkan insiden dermatitis
seboroik. Misalnya Prednison 20-30 mg sehari untuk bentuk
18
berat. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-
lahan.
Antibiotik seperti penisilin, eritromisin pada infeksi sekunder
(dermatitis seboroik).
Preparat azol akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap P.
Ovale, juga dapat memengaruhi berat ringannya dermatitis
seboroik. Misalnya Ketokonazol 200 mg per hari.
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran.
Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran
kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya
terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg
per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4
minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg
per hari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk
mengontrol penyakitnya.
Narrow band UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif.
Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu,
sebagian besar penderita mengalami perbaikan.
b) Topikal
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik
dandandruff kronik pada stadium awal. Terapi yang dapat
digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid solution.
Pada orang dewasa dengan DS dalam keadaan tertentu
menggunakan steroid topikal satu atau dua kali seminggu, di
samping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau
asam salisil dan selenium sulfide 2%, 2 – 3 kali seminggu
selama 5 – 10 menit. Atau dapat diberikan sampo yang
mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 – 2 %. Steroid
topikal potensi rendah dapat efektif mengobati DS pada bayi
dan dewasa pada daerah fleksura maupun DS recalcitrant
persistent pada dewasa. Topikal golongan azol dapat
19
dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari
selama dua minggu) untuk terapi pada wajah. Dapat juga
diberikan salap yang mengandung asam salisil 2%, sulfur 4%
dan ter 2%.Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3% - 5%
dalam minyak mineral.
c) Obat Alternatif
Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree
oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang berasal dari
Australia. Terapi ini dapat efektif bila digunakan setip hari dalam
bentuk sampo 5 %.
K. Kiat MengatasiBila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah
dalam kondisi yang parah, segeralah minta bantuan ahli untuk
mengatasinya. Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dokter
kulit misalnya, sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif.
Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan, ada beberapa
langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih
maksimal:
1. Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami
"ketombean" yang lebih parah kalau cuaca sedang panas. Soalnya
di saat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan meningkat.
Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman tersebut, misalnya
dengan memakai payung bila keluar rumah, menghindari ruangan
yang pengap, menghindari baju yang tebal, dan sebagainya.
Sangat baik bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk
anak.
2. Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada
perintah dokter. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin saja
20
alat yang digunakan tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa lebih
berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik di kepala anak
terlihat banyak dan harus diangkat. Selain itu, terutama pada bayi,
obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah
mengenai kulit kepala.
3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan
produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari
kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul
diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa. Sampo untuk
orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan, bahan
pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan
mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan
bahan-bahan yang bakal membahayakannya. Sampo tersebut
harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi dan anak belum
bekerja secara sempurna.
4. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang
sangat efektif. Namun tidak semua bayi dan anak betul-betul
membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang
muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci
kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan untuk pemakaian sampo
adalah seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo
bayi sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari.
5. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak
mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin
menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya
dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak
setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan
karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus
dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang
21
bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang mengandung
2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk
krim, oleskan sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah
konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif
pengobatan yang lain.
8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit
kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penularan lebih lanjut.
L. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati
menggunakan sabun dan handuk
2. Hindari sabun yang beraroma
3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya
4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi makanan
berprotein tinggi
5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin jangan air
panas
6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang meradang
7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa
penyebab alergi, bi la bisa ditemukan
8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser) . Krim
pelembab dapat digunakan sesering mungkin
9. Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi
10. Menghindari faktor-faktor di l ingkungan yang
memicu atau memperparah eksema, misalnya:
a. Mainan, air l iur, atau makanan di sekitar mulut
b. Bahan sepert i wol aau pelapis cat seat
c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik
d. Kontak dengan bulu hewan
22
11.Mengatasi gatal . Garukan akan memperparah eksema
dan berisiko menyebabkan infeksi.
Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan:
Mengalihkan perhatian anak saat ia mengaruk
Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk ana k
Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas
sebelumnya) sebelum t idur
Memakaikan sarung tangan pada anak saat t idur
Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk
mengurangi gatal di malam hari
Selalu memotong pendek kuku anak
Jika gatal sangat berat, kompres dingin
dan teknik balut basah dapat digunakan untuk
membantu anak tidur.
M. PROGNOSISDermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik.
Dapat sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan
mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun
demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak ,
bukan berarti memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe
dewasa suatu saat nanti.
23
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanSeborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu
kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa
yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni
daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,
selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan
kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering
atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai
ukuran disertai adanya krusta.
Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena
hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih
tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi,
masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar
hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami
dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang
mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang
terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang
itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul /dermatitis seborrheic/
bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara
tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai
proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan
sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.
24
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis
seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan
dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak
pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari
perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis
seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak
perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya
dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan
pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.
Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor
predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana
caranya belum dipastikan.
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan
glandula sebasea. Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya
merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada
hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar
tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis seboroik.
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang
meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai
faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan
oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik,
pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa
pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada
kulit kepala yang normal. Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya
tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik)
berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin
dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang
secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas.
25
Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan
dermatitis seboroik yaitu:
Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan
Infeksi Pityrosporum ovale
Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus
Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal
Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
Respon emosional terhadap stres atau kelelahan
Proliferasi epidermal yang menyimpang
Diet yang abnormal
Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)
Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
Imunodefisiensi
Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang
tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi
sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-
anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan.
Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran besar.
Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan
kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol,
trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam
lemak bebas dan wax ester.
Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale
berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan
kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi
peradangan yang timbul melalui perantaraan sel langerhans dan
aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah berkontak dengan
serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur
aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum
ovale, sering pula ditemukanCandida albicans pada lesi-lesi kulit .
26
Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran
berbagai variasi klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi
pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle
cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit
Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis
seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya
kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis
atopik atau psoriasis.Gambaran histopatologi tergantung dari stadium
penyakit.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara
lain:
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk
menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan
kuman lainnya.
Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana
memiliki karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar
kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar
squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada
lokasi dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial
diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, riwayat penyakit, gambaran klinis maupun hasil
dari pemeriksaan penunjang.
Penegakkan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:
1. Karakteristik skuamanya khas.
2. Pemeriksaan histopatologi
3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau
blastokonidia.
27
4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).
Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri
secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak
rekuren hingga mencapai usia pubertas. Secara umum, terapi
bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni
dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta,
menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan
mengurangi eritema dan gatal.
Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama
dan penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang
merugikan, pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang
efektif terus dilakukan. Beberapa preparat seperti tacrolimus,
pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada
pengobatan dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk
mengatasi penyakit dengan inflamasi lainnya, termasuk dermatitis
seboroik.(10,13) Sementara metronidazole, dilaporkan cukup efektif
dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti ketokonazole.
Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:
1. Umum
Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan
sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan
jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi
sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid
topikal.
2. Khusus
a) Sistemik
Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.
Vitamin B kompleks.
Kortikosteroid oral
Antibiotik seperti penisilin.
Preparat azol
28
Isotretinoin selama beberapa tahun yang ternyata efektif
untuk mengontrol penyakitnya.
Narrow band UVB (TL-01)
b) Topikal
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis
seboroik dandandruff kronik pada stadium awal. Terapi yang
dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid
solution.
c) Obat Alternatif
Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea
tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang
berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila digunakan
setip hari dalam bentuk sampo 5 %.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri
untuk penyembuhan yang lebih maksimal:
1. Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman.
2. Jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada
perintah dokter.
3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo
merupakan produk yang dibuat khusus untuk
membersihkan kulit kepala dari kotoran.
4. Lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci
kepalanya.
5. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo
jenis mild.
6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa
menanganinya dengan mengontrol populasi jamur.
7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak
selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa
29
menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di
apotek.
8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah
menyentuh kulit kepala anak yang terkena infeksi.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati
menggunakan sabun dan handuk
2. Hindari sabun yang beraroma
3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya
4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi
makanan berprotein tinggi
5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin
jangan air panas
6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang
meradang
7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa
penyebab alergi, bi la bisa ditemukan
8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser) . Krim
pelembab dapat digunakan sesering mungkin
9. Menggunakan moisturiser atau ba th oi l untuk
mandi
10. Menghindari faktor-faktor di l ingkungan yang
memicu atau memperparah eksema, misalnya:
a. Mainan, air l iur, atau makanan di sekitar
mulut
b. Bahan sepert i wol aau pelapis cat seat
c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik
d. Kontak dengan bulu hewan
30
11.Mengatasi gatal . Garukan akan memperparah
eksema dan berisiko menyebabkan infeksi.
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis
yang baik. Dapat sembuh sendiri secara spontan dalam 6
hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat
memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena
dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak, bukan berarti
memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe
dewasa suatu saat nanti.
B. SaranDiperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
memahami tentang seborrhea atau dermatitis seboroik, khususnya
mengenai definisi, epidemiologi, etiopatogenesis, patogenesis,
gambaran klinik, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan,
diagnosis banding, penegakkan diagnosis, penatalaksanaan, terapi,
kiat mengatasi, cara mencegah, dan pragnosis dari dermatitis
seboroik.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi, Budimulja Unandar, “Dermatitis Seboroik” dan “Tinea
Kapitis”, dalam Djuanda Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi
Ketiga, Hal 93-95, 183-185, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
2002.
Suparlan, A., G., dkk, “Kandidiasis”, dalam Pedoman Diagnosis dan
Terapi, LAB/ UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD
Dokter Soetomo, Hal 15-18, Surabaya, 1994.
Siregar, R., S., “Dermatitis Seboroika”, dalam Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit, Edisi Kedua, Hal 104-106, Balai Penerbit
EGC, Jakarta, 2002.