notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan...

55
ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Balita dengan dosen Soffa Abdillah, SST oleh KELOMPOK 5 1. ANIPAH A.08.13.0066 2. IRNA MUTIARA SARI A.08.13.0084 3. NIA HERNIATI A.08.13.0094 4. NOVI RATNASARI A.08.13.0098 5. RINA RAHMAWATY A.08.13.0112

Transcript of notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan...

Page 1: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Balita dengan dosen Soffa Abdillah, SST

oleh

KELOMPOK 5

1. ANIPAH A.08.13.00662. IRNA MUTIARA SARI A.08.13.00843. NIA HERNIATI A.08.13.00944. NOVI RATNASARI A.08.13.00985. RINA RAHMAWATY A.08.13.0112

AKADEMI KEBIDANAN CIANJURCIANJUR

2014

Page 2: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan Makalah dengan judul

“Asuhan Neonatus bayi dan balita”.

Dalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai

macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

melainkan dijadikan sebagai pelajaran berharga dan gemblengan mental demi

mencapai masa depan yang lebih baik.

Penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cianjur, September 2014

Penulis

i

Page 3: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... iDaftar isi.................................................................................................. ii

BAB  I PENDAHULUANA. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................ 2

BAB  II PEMBAHASANA. Pengertian..................................................................................... 4

B. Epidemiologi.................................................................................. 5

C. Etiopatogenesis............................................................................. 6

D. Patogenesis................................................................................... 8

E. Gambaran Klinik............................................................................ 9

F. Pemeriksaan Penunjang................................................................11

G. Diagnosis Banding......................................................................... 12

H. Diagnosis....................................................................................... 15

I. Penatalaksanaan........................................................................... 17

J. Terapi............................................................................................ 18

K. Kiat Mengatasi............................................................................... 20

L. Pencegahan.................................................................................. 22

M. Prognosis....................................................................................... 23

BAB  III PENUTUPA. Kesimpulan.................................................................................... 24

B. Saran............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

BAB  IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema

merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli

menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang

dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk

ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema

numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2%

hingga 5% dari penduduk.

Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS)

atauSeborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan

merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus,

berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang

menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga.

Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah presternal dada.

Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa sekurang–kurangnya

50% pasien HIV terkena dematitis seboroik. Ketombe berhubungan

juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis seboroik. Ada

juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan ketombe.

DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya

mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat

menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan

maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum

pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan

badan. Jamur Pityrosporum ovalekemungkinan merupakan faktor

penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan

penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan

flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan

1

Page 5: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk

metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur

itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan

tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat

mempengaruhi onset dan derajat penyakit.

B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang diangkat dalam penyusunan makalah

ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan seborrhea atau dermatitis seboroik?

2. Jelaskan tentang epidemiologi dermatitis seboroik!

3. Jelaskan tentang etiopatogenesis dermatitis seboroik!

4. Jelaskan tentang patogenesis dermatitis seboroik!

5. Bagaimana gambaran klinik dari dermatitis seboroik?

6. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan untuk

mengetahui dermatitis seboroik?

7. Penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis banding

dari dermatitis seboroik?

8. Jelaskan tentang penegakkan diagnosis dari dermatitis seboroik!

9. Jelaskan penatalaksanaan untuk dermatitis seboroik!

10. Terapi apa saja yang dilakukan untuk dermatitis seboroik?

11. Bagaimana kiat mengatasi dermatitis seboroik?

12. Bagaimana cara mencegah terjadinya dermatitis seboroik?

13. Jelaskan tentang pragnosis dari dermatitis seboroik!

C. TujuanTujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari seborrhea atau dermatitis seboroik.

2. Untuk mengetahui tentang epidemiologi dermatitis seboroik.

3. Untuk mengetahui tentang etiopatogenesis dari dermatitis

seboroik.

2

Page 6: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

4. Untuk mengetahui patogenesis dermatitis seboroik.

5. Untuk mengetahui gambaran klinik dari dermatitis seboroik.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

untuk mengetahui dermatitis seboroik.

7. Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi

diagnosis banding dari dermatitis seboroik.

8. Untuk mengetahui tentang penegakkan diagnosis dari dermatitis

seboroik.

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk dermatitis seboroik.

10. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan untuk dermatitis seboroik.

11. Untuk mengetahui kiat mengatasi dermatitis seboroik.

12. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya dermatitis seboroik.

13. Untuk mengetahui tentang pragnosis dari dermatitis seboroik.

3

Page 7: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

BAB  IIPEMBAHASAN

A. PengertianSeborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu

kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa

yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni

daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,

alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,

selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan

kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering

atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai

ukuran disertai adanya krusta.

Istilah dermatitis seboroik

(D.S.) dipakai untuk segolongan

kelainan kulit yang didasari oleh

factor konstitusi dan bertempat

predileksidi tempat-tempat seboroik.

Dermatitis seboroik (DS)

adalah penyakit kulit dengan

peradangan superfisialis kronis,

dengan predileksi pada area seboroik, yang remisi dan eksaserbasi.

Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar

sebasea (kalenjar lemak) yaitu: kepala (“Scalp”, telinga, saluran

telinga, belakang telinga, leher), muka (alis mata, kelopak mata,

glabella, lipatan nasolabial, bibir, kumis, pipi, hidung, janggut/ dagu),

badan atas ( daerah presternum, daerah interskapula, areolae

mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak, pelipatan bawah mammae,

umbilicus, pelipatan paha, daerah anogenital dan pelipatan pantat).

4

Page 8: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang

banyak mengandung kelenjar sebasea.

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit inflamasi di mana

telah terbukti adanya peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit

yang terkena. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang

berlangsung kronik dan kambuhan. Dermatitis seboroik ditandai

dengan kemerahan, gatal, dan kulit bersisik, paling sering mengenai

kulit kepala (ketombe), tetapi juga dapat mengenai kulit pada bagian

tubuh lainnya seperti wajah, dada, lipatan lutut, lengan dan lipat paha.

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena

hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih

tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi,

masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar

hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami

dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang

mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang

terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang

itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic

bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara

tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai

proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan

sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

B. EpidemiologiDermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih

banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin

disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh

hormon androgen.

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis

seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan

dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak

5

Page 9: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada

wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari

perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis

seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak

perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya

dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan

pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.

Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency

Syndrome), dapat terlihat pada hampir 35% pasien Terdapat

peningkatan insiden pada penyakit Parkinson, paralisis fasial, pityriasis

versicolor, cedera spinal, depresi dan yang menerima terapi psoralen

ditambah ultraviolet A (PUVA). Juga beberapa obat–obatan

neuroleptik mungkin merupakan faktor, kejadian ini sering terjadi tetapi

masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering

lebih parah pada musim dingin yang lembab dibandingkan pada

musim panas.

C. EtiopatogenesisEtiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor

predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana

caranya belum dipastikan. Ini merupakan dermatitis yang menyerang

daerah–daerah yang mengandung banyak glandula sebasea,

bagaimanapun bukti terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari

sebum tidak nampak pada pasien yang terkena dermatitis seboroik

apabila dibandingkan dengan kelompok sehat. Pengaruh hormonal

seharusnya dipertimbangkan mengingat penyakit ini jarang terlihat

sebelum puberitas. Ada bukti yang menyebutkan bahwa terjadi status

hiperproliferasi, tetapi penyebabnya belum diketahui.

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan

glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir,

6

Page 10: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

kemudian menjadi tidak aktif selama 8-12 tahun akibat stimulasi

hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi

terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia

sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncaknya pada umur 18-

40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih

sering terjadi pada pria daripada wanita.

Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan

faktor timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan

langsung secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut dengan

suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis seboroik. Dermatitis

seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat

seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor

predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh

faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.

Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik,

pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa

pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada

kulit kepala yang normal. Ragi dari genus ini menonjol dan dapat

ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan lipid

sebasea, misalnya kepala dan punggung. Pertumbuhan P. ovale yang

berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk

metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel

jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.

Hubungan yang erat terlihat karena kemampuan untuk

mengisolasi Malassezia pada pasien dengan DS dan terapinya yang

berefek bagus dengan pemberian anti jamur.

Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya tingkat hormon,

infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan

dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin dapat

menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang secara

spontan, dan muncul kembali setelah puberitas.  Pada bayi dijumpai

7

Page 11: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan

penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga

didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah

kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen, asam

lemak bebas dan wax ester menurun. Keadaan ini diperparah dengan

peningkatan keringat. Stres emosional memberikan pengaruh yang

jelek pada masa pengobatan. Obat–obat neuroleptik seperti

haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor

iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien defesiensi nutrisi,

contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada penyakit

Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi pyridoxine.

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan

dermatitis seboroik yaitu:

Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan

Infeksi Pityrosporum ovale

Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus

Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal

Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)

Respon emosional terhadap stres atau kelelahan

Proliferasi epidermal yang menyimpang

Diet yang abnormal

Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)

Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)

Imunodefisiensi

D. PatogenesisWalaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti

dari dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti.

Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang

tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi

sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-

8

Page 12: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan.

Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran besar.

Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan

kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol,

trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam

lemak bebas dan wax ester.

Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum

ovale berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di

permukaan kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam

epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui perantaraan sel

langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah

berkontak dengan serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem

komplemen melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada

anak, selain Pityrosporum ovale, sering pula ditemukanCandida

albicans pada lesi-lesi kulit .

Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik,

menjelaskan mengapa penyakit ini cukup responsif pada terapi

dengan sitostatik. Selain itu, dermatitis seboroik sering berkaitan

dengan kelainan-kelainan neurologik seperti penyakit parkinson pasca

ensefalitis, epilepsi, trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis,

polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia. Kelainan pada sistem

neurologik menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan

bermanifestasi sebagai gangguan fungsi kelenjar sebum.Hal ini

berdasarkan fakta, bahwa beberapa obat yang dapat menginduksi

parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis seboroik,

sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson,

juga lesi kulit dengan dermatitis seboroik.

E. Gambaran KlinikDermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran

berbagai variasi klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi

9

Page 13: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle

cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit

Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan

pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit

kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal,

konjungtivitis, pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis),

daerah fleksura (aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha),

badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma,

eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan simetris

berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema

ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.

Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe:

Pityriasis sicca : tipe yang kering,biasanya berawal dari bercak

yang kecil yang kemudian meluas ke seluruh kulit kepala berupa

deskuamasi kering, dan dengan membentuk skuama halus

(ketombe).

Pytiriasis steatoides : tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang

berminyak disertai eritema dan akumulasi krusta yang tebal. Pada

tipe yang berat dapat disertai dengan erupsi psoriasiformis,

eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk. Rambut pada

tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian

verteks dan frontal. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang

hebat.

Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non

eksematous pada kulit kepala (cradle cap) atau di daerah

selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau

bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam

yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan.

Dimana di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan.

Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah

kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke daerah wajah,

10

Page 14: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun

dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan

dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang dengan lesi

folikular.

Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis

dengan dasar yang eritema dan gatal. Dapat terjadi marginal

blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi eritem dan

granular. Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering

menutupi kelopak mata.

Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan

bermanifestasi sebagai Cheilitis Eksfoliativa dimana bibir tampak

menjadi kering, kemerahan, berskuama dan pecah-pecah.

F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis

seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya

kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis

atopik atau psoriasis.Gambaran histopatologi tergantung dari stadium

penyakit.

Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik

berupa hiperkeratosis, akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis.

Dibedakan dengan psoriasis yang memiliki akantosis yang regular,

rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis dan tidak dijumpai

spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua jenis penyakit.

Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan

kronik. Pada akut dan sub akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler

berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan hiperplasia

psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh

proses ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama

yang mengandung neutropil yang menutupi ostium folikularis.

11

Page 15: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis.

Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan

perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik,

terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada

perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia

psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat

folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil

pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang

khas.Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit

perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada

pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas

yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. 2-4

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:

Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk

menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan

kuman lainnya.

Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.

Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana

memiliki karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar

kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar

squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

G. Diagnosis BandingDiagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi

dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial

diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.

1. Psoriasis Vulgaris

Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri

yang mirip dengan dermatitis seboroik. Bedanya terdapat skuama

yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin,

Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda, psoriasis

12

Page 16: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut,

kuku dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis mengenai scalp, maka

sukar dibedakan dengan DS. Perbedaannya ialah skuamanya lebih

tebal dan putih, seperti mika. Psoriasis inversa yang mengenai

daerah fleksor juga dapat menyerupai DS. Selain itu, pada

pemeriksan histopatologis terdapat papilomatosis.

2. Pitiriasis Rosea

Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui

penyebabnya, dimulai dengan lesi inisial berbentuk eritema dan

skuama halus. Lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan,

soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama halus dan

tidak berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat

dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara

terbalik. Tempat predileksinya juga berbeda, lebih sering pada

badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas, jarang pada

kulit kepala.

3. Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala

yang disebabkan oleh spesies dermatofit dan biasanya menyerang

anak–anak. Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi

bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi

gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak

seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang

membingungkan. Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih merata

dan mempunyai lesi kulit yang simetris distribusinya. Pada tinea

kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan

pinggirannya lebih aktif dibandingkan di tengahnya. Pada

pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana terlihat hifa yang

bersekat, bercabang, serta spora. Untuk menyingkirkan tinea

kapitis dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit pada kultur

jamur.

13

Page 17: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

4. Liken Simpleks Kronikus

Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang

gatal, sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak

lebih menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada anak tetapi

pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi

pada bayi dan anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah

kulit kepala bagian posterior atau sekitar telinga.Tempat predileksi

di kulit kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar dibedakan

dengan DS. Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi pada

penyakit ini.

5. Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis

dan residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-

anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang

skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis

atopik dapat terjadi likenfikasi.

Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis

seboroik dari dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin

meningkat jumlahnya di daerah dahi dan dagu pada tahap awal,

dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu dermatitis seboroik

biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan

bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan

tanda khas dermatitis atopik.

6. Systemic Lupus Erythematosus

SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut,

multisistemik dan menyerang jaringan konektif dan vaskular. SLE

sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada SLE juga dapat

dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE

berbentuk seperti kupu-kupu, tersering di area molar dan nasal

dengan sedikit edema, eritema dan atrofi. Terdapat gejala demam,

malaise, serta tes antibodi-antinuklear (+).

14

Page 18: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

7. Rosasea

Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral

wajah (yang menonjol/ cembung). Gambaran histopatologi terdapat

daerah ektasia vaskular, edema dermis dan diorganisasi jaringan

konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan

talangiektasis, disertai episode peradangan yang memunculkan

erupsi, papul, pustul dan edema.

8. Kandidosis

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh

spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans.

Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS jika

mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak

yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah pada

kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas

dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada

daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah

yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10

%, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.

Beberapa penyakit kulit lainnya sebagai diferensial diagnosis

dari dermatitis seboroik pada anak:

o Dermatitis kontak iritan

o Dermatitis diaper iritan

o Kandidosis

o Dermatitis kontak alergi

o Dermatofita

o Pedikulosis kapitis

H. DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis, riwayat penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari

15

Page 19: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

pemeriksaan penunjang. Dari riwayat didapatkan bahwa dermatitis ini

terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan, tampak sebagai

peradangan yang mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan

intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan krusta. Daerah-

daerah lain seperti seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga

dapat terkena. Pada kasus yang berat sering didapatkan bercak-

bercak kemerahan berlapis dan tidak gatal di wajah, badan dan

tungkai.

Penegakkan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:

1. Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan

parietal akan ditutupi dengan krusta yang berminyak, tebal dan

sering dengan fissura ( crusta lactea / milk crust, cradle cap ).

Rambut tidak rontok dan peradangan jarang. Dalam perjalanannya,

kemerahan semakin meningkat dan daerah dengan skuama akan

membentuk bercak eritem yang jelas dan diatasnya dilapisi skuama

berminyak. Dapat terjadi perluasan hingga ke frontal melampaui

daerah yang berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga dan

leher juga sangat mungkin terkena. Otitis eksterna, dermatitis

intertriginosa maupun infeksi-infeksi oportunistik dari C. albicans, S.

aureus, dan bakteri-bakteri lainnya, sering muncul bersama-sama

dengan dermatitis seboroik.

Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan

pada dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik

atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan

oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat

serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan DS

dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis

misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang

disamakan dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang

mengalami penebalan pada liken simpleks.

16

Page 20: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

2. Pemeriksaan histopatologi: gambaran dermatitis kronis, spongiosis

lebih jelas. Pada epidermis dapat ditemukan parakeratosis fokal

dengan abses Munro. Pada dermis terdapat pelebaran ujung

pembuluh darah di puncak stratum papilaris disertai sebukan sel-

sel neutrofil dan monosit.

3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau

blastokonidia.

4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

I. PenatalaksanaanDermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara

spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga

mencapai usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip

mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan

menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur,

mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.

Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai

terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus

untuk bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-

5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit

kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal),

pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam

bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan sampo

ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya

yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila

ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh

staphylococcus, dapat diberikan anti biotik oral.

Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan

penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang merugikan,

pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang efektif terus

dilakukan. Beberapa preparat seperti tacrolimus, pimecrolimus dan

17

Page 21: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan dermatitis atopik,

ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit dengan

inflamasi lainnya, termasuk dermatitis seboroik.(10,13) Sementara

metronidazole, dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis

seboroik sebagai pengganti ketokonazole.

J. TerapiSecara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik

dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur

dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan

mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien harus

diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering

kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional,

makanan berlemak, dan sebagainya.

Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:

1. Umum

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik

dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur

dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder

dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid topikal. Pasien

harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering

kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional,

makanan berlemak, dan sebagainya. Perawatan rambut, dicuci

dan dibersihkan dengan shampo.

2. Khusus

a) Sistemik

Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.

Vitamin B kompleks.

Kortikosteroid oral dapat menurunkan insiden dermatitis

seboroik. Misalnya Prednison 20-30 mg sehari untuk bentuk

18

Page 22: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

berat. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-

lahan.

Antibiotik seperti penisilin, eritromisin pada infeksi sekunder

(dermatitis seboroik).

Preparat azol akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap P.

Ovale, juga dapat memengaruhi berat ringannya dermatitis

seboroik. Misalnya Ketokonazol 200 mg per hari.

Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran.

Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran

kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya

terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg

per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4

minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg

per hari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk

mengontrol penyakitnya.

Narrow band UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif.

Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu,

sebagian besar penderita mengalami perbaikan.

b) Topikal

Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik

dandandruff kronik pada stadium awal. Terapi yang dapat

digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid solution.

Pada orang dewasa dengan DS dalam keadaan tertentu

menggunakan steroid topikal satu atau dua kali seminggu, di

samping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau

asam salisil dan selenium sulfide 2%, 2 – 3 kali seminggu

selama 5 – 10 menit. Atau dapat diberikan sampo yang

mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 – 2 %. Steroid

topikal potensi rendah dapat efektif mengobati DS pada bayi

dan dewasa pada daerah fleksura maupun DS recalcitrant

persistent pada dewasa. Topikal golongan azol dapat

19

Page 23: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari

selama dua minggu) untuk terapi pada wajah. Dapat juga

diberikan salap yang mengandung asam salisil 2%, sulfur 4%

dan ter 2%.Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3% - 5%

dalam minyak mineral.

c) Obat Alternatif

Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree

oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang berasal dari

Australia. Terapi ini dapat efektif bila digunakan setip hari dalam

bentuk sampo 5 %.

K. Kiat MengatasiBila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah

dalam kondisi yang parah, segeralah minta bantuan ahli untuk

mengatasinya. Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dokter

kulit misalnya, sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif.

Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan, ada beberapa

langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih

maksimal:

1. Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami

"ketombean" yang lebih parah kalau cuaca sedang panas. Soalnya

di saat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan meningkat.

Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman tersebut, misalnya

dengan memakai payung bila keluar rumah, menghindari ruangan

yang pengap, menghindari baju yang tebal, dan sebagainya.

Sangat baik bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk

anak.

2. Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada

perintah dokter. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin saja

20

Page 24: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

alat yang digunakan tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa lebih

berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik di kepala anak

terlihat banyak dan harus diangkat. Selain itu, terutama pada bayi,

obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah

mengenai kulit kepala.

3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan

produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari

kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul

diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa. Sampo untuk

orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan, bahan

pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan

mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan

bahan-bahan yang bakal membahayakannya. Sampo tersebut

harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi dan anak belum

bekerja secara sempurna.

4. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang

sangat efektif. Namun tidak semua bayi dan anak betul-betul

membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang

muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci

kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan untuk pemakaian sampo

adalah seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo

bayi sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari.

5. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak

mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin

menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.

6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya

dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak

setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan

karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.

7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus

dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang

21

Page 25: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang mengandung

2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk

krim, oleskan sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah

konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif

pengobatan yang lain.

8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit

kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk

menghindari penularan lebih lanjut.

L. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati

menggunakan sabun dan handuk

2. Hindari sabun yang beraroma

3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya

4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi makanan

berprotein tinggi

5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin jangan air

panas

6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang meradang

7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa

penyebab alergi, bi la bisa ditemukan

8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser) . Krim

pelembab dapat digunakan sesering mungkin

9. Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi

10. Menghindari faktor-faktor di l ingkungan yang

memicu atau memperparah eksema, misalnya:

a. Mainan, air l iur, atau makanan di sekitar mulut

b. Bahan sepert i wol aau pelapis cat seat

c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik

d. Kontak dengan bulu hewan

22

Page 26: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

11.Mengatasi gatal .  Garukan akan memperparah eksema

dan berisiko menyebabkan infeksi.  

Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan:

Mengalihkan perhatian anak saat ia mengaruk

Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk ana k

Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas

sebelumnya) sebelum t idur

Memakaikan sarung tangan pada anak saat t idur

Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk

mengurangi gatal di malam hari

Selalu memotong pendek kuku anak

Jika gatal sangat berat, kompres dingin

dan teknik balut basah dapat digunakan untuk

membantu anak tidur.

M. PROGNOSISDermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik.

Dapat sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan

mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun

demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak ,

bukan berarti memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe

dewasa suatu saat nanti.

23

Page 27: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

BAB  IIIPENUTUP

A. KesimpulanSeborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu

kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa

yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni

daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,

alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,

selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan

kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering

atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai

ukuran disertai adanya krusta.

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena

hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih

tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi,

masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar

hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami

dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang

mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang

terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang

itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul /dermatitis seborrheic/

bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara

tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai

proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan

sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

24

Page 28: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis

seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan

dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak

pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada

wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari

perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis

seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak

perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya

dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan

pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.

Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor

predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana

caranya belum dipastikan.

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan

glandula sebasea. Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya

merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada

hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar

tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis seboroik.

Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang

meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai

faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan

oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.

Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik,

pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa

pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada

kulit kepala yang normal. Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya

tingkat hormon, infeksi jamur, defisit nutrisi, dan faktor neurogenik)

berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah hormonal mungkin

dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi, hilang

secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas.

25

Page 29: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan

dermatitis seboroik yaitu:

Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan

Infeksi Pityrosporum ovale

Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus

Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal

Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)

Respon emosional terhadap stres atau kelelahan

Proliferasi epidermal yang menyimpang

Diet yang abnormal

Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)

Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)

Imunodefisiensi

Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang

tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi

sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-

anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan.

Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran besar.

Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan

kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol,

trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam

lemak bebas dan wax ester.

Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale

berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan

kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi

peradangan yang timbul melalui perantaraan sel langerhans dan

aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah berkontak dengan

serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur

aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum

ovale, sering pula ditemukanCandida albicans pada lesi-lesi kulit .

26

Page 30: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran

berbagai variasi klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi

pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle

cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata (penyakit

Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis

seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya

kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis

atopik atau psoriasis.Gambaran histopatologi tergantung dari stadium

penyakit.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara

lain:

Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk

menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan

kuman lainnya.

Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.

Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana

memiliki karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar

kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar

squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada

lokasi dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial

diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis, riwayat penyakit, gambaran klinis maupun hasil

dari pemeriksaan penunjang.

Penegakkan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:

1. Karakteristik skuamanya khas.

2. Pemeriksaan histopatologi

3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau

blastokonidia.

27

Page 31: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri

secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak

rekuren hingga mencapai usia pubertas. Secara umum, terapi

bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni

dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta,

menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan

mengurangi eritema dan gatal.

Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama

dan penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang

merugikan, pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang

efektif terus dilakukan. Beberapa preparat seperti tacrolimus,

pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada

pengobatan dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk

mengatasi penyakit dengan inflamasi lainnya, termasuk dermatitis

seboroik.(10,13) Sementara metronidazole, dilaporkan cukup efektif

dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti ketokonazole.

Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:

1. Umum

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan

sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan

jamur dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi

sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid

topikal.

2. Khusus

a) Sistemik

Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.

Vitamin B kompleks.

Kortikosteroid oral

Antibiotik seperti penisilin.

Preparat azol

28

Page 32: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

Isotretinoin selama beberapa tahun yang ternyata efektif

untuk mengontrol penyakitnya.

Narrow band UVB (TL-01)

b) Topikal

Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis

seboroik dandandruff kronik pada stadium awal. Terapi yang

dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal steroid

solution.

c) Obat Alternatif

Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea

tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang

berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila digunakan

setip hari dalam bentuk sampo 5 %.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri

untuk penyembuhan yang lebih maksimal:

1. Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman.

2. Jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada

perintah dokter.

3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo

merupakan produk yang dibuat khusus untuk

membersihkan kulit kepala dari kotoran.

4. Lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci

kepalanya.

5. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo

jenis mild.

6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa

menanganinya dengan mengontrol populasi jamur.

7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak

selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa

29

Page 33: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di

apotek.

8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah

menyentuh kulit kepala anak yang terkena infeksi.

                     Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati

menggunakan sabun dan handuk

2. Hindari sabun yang beraroma

3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya

4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi

makanan berprotein tinggi

5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin

jangan air panas

6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang

meradang

7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa

penyebab alergi, bi la bisa ditemukan

8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser) . Krim

pelembab dapat digunakan sesering mungkin

9. Menggunakan moisturiser atau ba th oi l untuk

mandi

10. Menghindari faktor-faktor di l ingkungan yang

memicu atau memperparah eksema, misalnya:

a. Mainan, air l iur, atau makanan di sekitar

mulut

b. Bahan sepert i wol aau pelapis cat seat

c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik

d. Kontak dengan bulu hewan

30

Page 34: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

11.Mengatasi gatal . Garukan akan memperparah

eksema dan berisiko menyebabkan infeksi.  

Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis

yang baik. Dapat sembuh sendiri secara spontan dalam 6

hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat

memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena

dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak, bukan berarti

memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe

dewasa suatu saat nanti.

B. SaranDiperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam

memahami tentang seborrhea atau dermatitis seboroik, khususnya

mengenai definisi, epidemiologi, etiopatogenesis, patogenesis,

gambaran klinik, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan,

diagnosis banding, penegakkan diagnosis, penatalaksanaan, terapi,

kiat mengatasi, cara mencegah, dan pragnosis dari dermatitis

seboroik.

31

Page 35: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

32

Page 36: notesiiq.files.wordpress.com  · Web viewDalam penyusunan makalah lini, penulis tentu menemukan berbagai macam kesulitan. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti,

DAFTAR  PUSTAKA

Djuanda Adhi, Budimulja Unandar, “Dermatitis Seboroik” dan “Tinea

Kapitis”, dalam Djuanda Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi

Ketiga, Hal 93-95, 183-185, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

2002.

Suparlan, A., G., dkk, “Kandidiasis”, dalam Pedoman Diagnosis dan

Terapi, LAB/ UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD

Dokter Soetomo, Hal 15-18, Surabaya, 1994.

Siregar, R., S., “Dermatitis Seboroika”, dalam Atlas Berwarna Saripati

Penyakit Kulit, Edisi Kedua, Hal 104-106, Balai Penerbit

EGC, Jakarta, 2002.