· Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun...

181
PENGEMBANGAN USAHA NASIONAL, KOPERASI, DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Transcript of  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun...

Page 1:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

PENGEMBANGAN USAHA NASIONAL,KOPERASI, DAN PERDAGANGAN

DALAM NEGERI

Page 2:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan
Page 3:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

BAB VI

PENGEMBANGAN USAHA NASIONAL, KOPERASI,

DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

A. PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas alas kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Amanat ini memberikan landasan bagi pengembangan usaha nasional atas dasar demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila, yang dalam hal ini produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Oleh sebab itu, perekonomian disusun

VI/3

Page 4:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak, boleh ada di tangan orang seorang.

UUD 1945 menempatkan koperasi pada kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional dan sekaligus sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi, amanat tersebut mengandung makna yang amat penting dan mendalam, yaitu bahwa jiwa dan semangat koperasi harus dimiliki oleh seluruh masyarakat termasuk semua badan usaha yang ada dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Usaha untuk membangun perekonomian berdasarkan amanat konstitusi tersebut, telah menjadi perhatian utama bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga kini.

Dalam perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa yang telah memasuki tahun ke 50, penyelenggaraan perekonomian nasional bergerak mengikuti sistem politik yang dianut, yang juga telah melalui berbagai perkembangan, mulai dari sistem berdasarkan UUD 1945 pada periode perjuangan, sistem liberal pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, kemudian kembali kepada UUD 1945 tetapi dengan demokrasi terpimpin dan akhirnya sampai pada masa Orde Baru, yaitu mengupayakan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

VI/4

Page 5:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Gerakan koperasi telah ada semenjak sebelum kemerdekaan, bahkan is merupakan bagian dari perjuangan melawan penjajahan, melalui bidang ekonomi.

Dalam keadaan menghadapi ancaman penjajah, pada masa perjuangan, gerakan koperasi hidup terus.

Pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya, Jawa Barat diselenggarakan Kongres Koperasi pertama. Kongres tersebut menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain membentuk Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI), menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi, mendirikan Bank Koperasi Sentral, menetapkan asas koperasi adalah gotong royong, menetapkan konsepsi koperasi rakyat desa, dan memperluas pendidikan koperasi. Jumlah koperasi yang ada pada awal tahun 1947 di pulau Jawa saja telah mencapai sekitar 2.160 koperasi yang umumnya bergerak di bidang simpan pinjam, konsumsi dan pertanian. Dapat pula dicatat bahwa Peraturan Umum Perkumpulan-perkumpulan Koperasi telah ada sejak tahun 1949. Dewan Koperasi Indonesia (DKI) sebagai wadah gerakan koperasi nasional terbentuk pada tahun 1953 di Bandung. Peraturan dasar mengenai koperasi ditetapkan pada tahun 1958 dengan Undang-Undang (UU) Nomor 79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi.

Berbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan Nasional Semesta Delapan Tahun (1961-1969). Namun, situasi politik pemerintahan dan keamanan, yang banyak bergejolak pada waktu itu, termasuk adanya pemberontakan-pemberontakan kedaerahan,

VI/5

Page 6:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

tidak memungkinkan pembangunan ekonomi berdasarkan rencana- rencana tersebut dijalankan.

Pada masa sebelum Orde Baru berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki ekonomi, namun dengan sistem terpimpin dimana pemerintah berperan besar, sehingga tidak banyak hasil yang dapat dicapai; yang terjadi bahkan sebaliknya. Keadaan ekonomi menjadi makin buruk, barang-barang kebutuhan pokok makin sulit diperoleh, produksi di berbagai sektor bahkan menurun. Devisa untuk mengimpor kebutuhan hidup termasuk suku cadang untuk industri sangat langka, dan banyak digunakan bukan untuk tujuan produktif.

Suatu program penting dalam masa demokrasi menurut sistem parlemen, adalah apa yang disebut program Benteng, sebagai pelaksanaan dari Rentjana Urgensi Perekonomian yang ditetapkan pada tahun 1950 dan berlaku sampai dengan tahun 1957.

Program Benteng tersebut bertujuan untuk mendorong importir nasional khususnya warga negara Indonesia asli (pribumi) agar mampu bersaing dengan perusahaan importir asing yang pada waktu itu menguasai perdagangan dan perekonomian di Indonesia. Program ini sekaligus membatasi kepemilikan modal pengusaha non pribumi dalam perusahaan importir nasional (perusahaan Benteng) guna melindungi kepentingan para pengusaha pribumi. Program ini menghadapi banyak kendala dalam pelaksanaannya, antara lain karena ketidakstabilan situasi politik dan pemerintahan, kurangnya tenaga ahli pribumi, serta banyaknya penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang dalam pengalokasian lisensi impor.

Pada tahun 1958 ditetapkan undang-undang mengenai Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu UU Nomor 78 Tahun 1958 ,

VI/6

Page 7:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

yang merupakan undang-undang PMA pertama di Indonesia, tetapi tidak dapat dilaksanakan karena segera dibekukan setelah Dekrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959.

Pada masa itu perjuangan pembebasan Irian Barat sedang mencapai puncaknya, dan hubungan dengan Belanda memburuk. Pemerintah kemudian mengambil kebijaksanaan nasionalisasi perusahaan asing khususnya perusahaan Belanda termasuk perusa-haan pertanian dan perkebunan besar, bank dagang, dan perusahaan dagang besar. Perusahaan-perusahaan asing yang dinasionalisasi tersebut kemudian sebagian besar dijadikan perusahaan milik negara. Dalam upaya melindungi pengusaha pribumi pada tahun 1959 telah dikeluarkan pula Peraturan Presiden No. 10 Tahun 1959 tentang Larangan bagi Usaha Perdagangan Ketjil dan Etjeran jang Bersifat Asing Diluar Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I dan II serta Karesidenan. Namun demikian, pada waktu itu koperasi dan pengusaha pribumi belum berhasil sepenuhnya menggantikan posisi ekonomi yang ditinggalkan pengusaha non pribumi tersebut.

Ekonomi terpimpin pada masa yang disebut Orde Lama yang menonjolkan peranan negara itu telah menghambat peranan sektor swasta, dan juga tidak membuat koperasi tumbuh. Karena mekanisme pasar tidak berjalan, banyak terjadi distorsi dalam perekonomian.

Dalam situasi ekonomi yang demikian, pada tahun 1965 terjadi pemberontakan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI), yang bahkan mengakibatkan keadaan ekonomi menjadi lebih buruk lagi.

VI/7

Page 8:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Menghadapi perkembangan demikian, bersamaan dengan upaya penumpasan pemberontakan PKI itu, lahirlah Orde Baru, yang ingin mengembalikan kehidupan berbangsa dan bernegara kepada kemurnian Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945.

Orde Baru mengambil langkah-langkah untuk menata kembali kehidupan politik dan ekonomi, mengembalikan stabilitas, dan setelah mengadakan konsolidasi, melancarkan pembangunan secara berencana dan bertahap.

Pada awal Orde Baru ini pula program stabilisasi yang menyeluruh di semua bidang mulai dilakukan dan dilanjutkan dengan pembangunan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi, diikuti dengan penataan sistem distribusi dan perdagangan yang secara bertahap mulai diarahkan kepada mekanisme pasar, prasarana ekonomi mulai diperbaiki, dan persediaan kebutuhan pokok rakyat diperhatikan dan diupayakan untuk terpenuhi. Sebagai dampaknya, pada awal Orde Baru yaitu menjelang dimulainya Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) laju inflasi telah berhasil diturunkan secara tajam dari 635 persen pada tahun 1966 menjadi 85 persen pada tahun 1968 dan menjadi 10 persen pada tahun 1969. Untuk menggalang investasi masyarakat yang diperlukan bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, pada masa itu pula ditetapkan UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA, UU Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, dan UU Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Pembangunan ekonomi selama PJP I diselenggarakan dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan. Hasilnya telah mengubah sistem ekonomi Indonesia dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi yang terbuka, serta mengubah struktur ekonomi menjadi

VI/8

Page 9:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

lebih seimbang, dimana sektor industri memegang peranan lebih besar dalam produksi nasional, diiringi dengan pertumbuhan sektor pertanian yang mantap, meskipun kontribusinya relatif menurun terhadap produksi nasional.

Dalam upaya lebih memacu pertumbuhan perdagangan, investasi, usaha nasional, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan, sejak awal Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat (Repelita IV) pada tahun 1983 sampai dewasa ini telah dikeluarkan berbagai kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi seperti di bidang perbankan, perpajakan, perdagangan, penanaman modal, dan prosedur administrasi pelabuhan/angkutan laut, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan produktifitas usaha nasional dengan cara mengurangi ekonomi biaya tinggi. Dalam upaya mendorong lebih banyak investasi ke daerah terbelakang terutama di kawasan timur Indonesia, dalam tahun 1990 telah dikeluarkan serangkaian ketentuan pemberian insentif yakni di bidang perpajakan bumi dan bangunan, serta penyusutan yang dipercepat bagi para penanam modal di kawasan tersebut. Deregulasi dan debirokratisasi yang semula diprioritaskan di sektor perbankan, jasa, perdagangan dan investasi, secara bertahap memasuki pula sektor riil (produksi).

Di bidang perkoperasian, pada tahun 1971 telah dirintis pembentukan Badan Usaha Unit Desa (BUUD) dan Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai upaya dasar pembaruan struktur termasuk tatanan kelembagaan koperasi di perdesaan. Untuk lebih menjamin dan memantapkan upaya pengembangan usaha koperasi dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1973 tentang Unit Desa.

VI/9

Page 10:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Sejak saat itu KUD mulai diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk melaksanakan beberapa program penting pemerintah seperti pengadaan pangan nasional, penyaluran pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya, serta penyaluran kredit yang meliputi antara lain kredit pengadaan pangan, kredit Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan Kredit Candak Kulak (KCK). Peran serta KUD dalam pelaksanaan program pengadaan pangan nasional, yang didukung oleh pemberian kredit pangadaan pangan beserta penyediaan jaminan kreditnya, telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya swasembada beras sejak tahun 1984 .

Di bidang permodalan koperasi, telah terbentuk Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) pada tahun 1970, dan kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) pada tahun 1980. Dalam tahun yang sama terbentuk pula Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).

Menjelang akhir PJP I telah diletakkan tonggak sejarah penting yaitu ditetapkannya UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, sebagai landasan hukum baru bagi pembangunan koperasi di Indonesia menggantikan peraturan sebelumnya.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan sampai akhir PJP I, koperasi sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat telah berkembang pesat ke seluruh pelosok tanah air dan telah mulai dapat dirasakan manfaatnya, yakni meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan.

Dalam rangka memajukan produksi dalam negeri, khususnya yang dihasi lkan oleh pengusaha keci l di tempuh kebijaksanaan

VI/l0

Page 11:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

pemberian prioritas kepada pengutamaan penggunaan hasil produksinya dalam kegiatan pemborongan dan pengadaan untuk proyek pembangunan yang dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebijaksanaan tersebut semula dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 14 Tahun 1979 tentang Pelaksanaan APBN, kemudian berturut-turut disempurnakan dengan Keppres Nomor 10 Tahun 1980, Keppres Nomor 14 A Tahun 1980, Keppres Nomor 29 Tahun 1984, dan terakhir lebih ditegaskan dalam Keppres Nomor 16 Tahun 1994. Upaya pemerataan ditingkatkan dengan memacu kegiatan-kegiatan pembangunan antara lain melalui delapan jalur pemerataan.

Perkembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga makin mantap. BUMN telah makin mampu mengemban fungsi sebagai perintis berbagai kegiatan usaha, dan sebagai badan usaha yang turut menjaga stabilitas harga barang dan jasa yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak. Dengan majunya kegiatan BUMN sebagai perintis usaha itu sekaligus telah membuka jalan serta memberikan kesempatan bagi koperasi dan swasta untuk memasuki usaha baru.

Pada akhir PJP I peranan usaha masyarakat telah menjadi penting, dan banyak diantaranya telah mengambil alih atau melengkapi peranan BUMN. Peningkatan peranan masyarakat dan dunia usaha ini ditunjukkan antara lain oleh menurunnya kontribusi relatif investasi Pemerintah yang digantikan oleh investasi masyarakat dan dunia usaha. Selama dasawarsa 1970-an bagian terbesar dari investasi dalam negeri masih berasal dari sektor pemerintah. Keadaan tersebut berbalik secara bertahap sejak bagian kedua dasawarsa 1980-an. Pada akhir PJP I bagian terbesar atau 73,0 persen dari investasi dalam negeri berasal dari masyarakat dan dunia usaha. Meningkatnya peranan masyarakat

VI/11

Page 12:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

dan dunia usaha dalam pembangunan telah memberikan dampak ganda, yaitu meningkatkan lapangan kerja dan menciptakan kesempatan berusaha, serta makin meratanya hasil-hasil pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.

Perdagangan dalam negeri dalam PJP I makin lancar, dengan semakin meratanya persebaran bahan kebutuhan pokok yang strategis, serta semakin stabil dan terkendalinya harga bahan-bahan pokok tersebut pada tingkat yang terjangkau oleh masyarakat banyak.

Secara umum terlihat bahwa pembangunan nasional yang telah dilakukan selama ini telah mampu memicu dan memacu pertumbuhan sekaligus pemerataan dan stabilitas ekonomi di seluruh pelosok tanah air, yang secara nyata telah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional telah berhasil mencapai sasaran-sasaran pokoknya berkat terciptanya iklim politik dan ekonomi yang stabil dan makin demokratis, ditempuhnya berbagai kebijaksanaan yang berlandaskan Trilogi Pembangunan, makin mantapnya prasarana ekonomi nasional, serta makin meningkatnya peranan masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan pembangunan.

Dengan berlandaskan hasil-hasil pembangunan dalam PJP I tersebut, bangsa Indonesia memasuki PJP II, yang diawali dengan Repelita VI.

B. PENGEMBANGAN USAHA NASIONAL

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Dalam Repelita VI, sasaran pengembangan usaha

nasional

VI/12

Page 13:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

adalah terwujudnya kualitas dan kemampuan usaha kecil, informal, dan tradisional yang makin kuat dan makin terorganisasi ke dalam unit usaha formal, terutama koperasi. Dengan demikian dapat terwujud pula usaha menengah dan kecil yang jumlahnya makin besar dan berkualitas serta berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan nilai tambah. Menjadi sasaran pula dalam Repelita VI meningkatnya jumlah pengusaha menengah yang tangguh yang berasal dari tumbuhnya pengusaha baru, dan dari peningkatan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah serta makin meningkatnya kemampuan dan kemandirian lapisan pengusaha kecil dengan peran yang makin besar dalam perekonomian nasional; meningkatnya keterkaitan dan kemitraan usaha yang sejajar antara pengusaha besar, menengah, dan kecil yang saling mendukung dan saling menguntungkan; meningkatnya kemampuan koperasi untuk berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat; serta makin meningkatnya efisiensi dan produktivitas BUMN sehingga makin berperan baik sebagai perintis, penggerak, dan pengarah usaha yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak dan usaha strategis maupun sebagai stabilisator perekonomian nasional serta makin meningkatnya perolehan laba sebagai salah satu sumber penerimaan negara dan makin meningkatnya kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam Repelita VI direncanakan tumbuhnya sekitar 555 ribu pengusaha formal.

Pokok kebijaksanaan pengembangan usaha nasional dalam Repelita VI untuk mencapai berbagai sasaran tersebut adalah menata struktur dunia usaha yang lebih seimbang, merata, berkeadilan, kukuh, dan mandiri, antara lain dengan membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional serta golongan ekonomi lemah dan mengembangkannya menjadi pengusaha kecil yang tangguh; meningkatkan kemampuan pengusaha menengah dan

VI/13

Page 14:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

kecil, yang merupakan bagian terbesar dari pengusaha nasional, melalui peningkatan prakarsa, etos kerja, dan peran sertanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat; meningkatkan daya saing usaha nasional, melalui peningkatan kerja sama, keterkaitan, dan kemitraan usaha yang luas antara badan usaha koperasi, negara, dan swasta; meningkatkan dan menyebarkan investasi dengan memobilisasi dana pembangunan, menciptakan iklim investasi yang mendukung, serta memberikan kemudahan dan insentif fiskal dan moneter yang menarik, terutama untuk investasi di kawasan timur Indonesia dan daerah tertinggal lainnya; meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas serta memantapkan peran BUMN dengan meningkatkan kemampuan penyelenggaraan dan pengelolaannya, termasuk peningkatan daya saingnya, memberi kesempatan kepada BUMN untuk mengembangkan usaha sesuai dengan fungsi dan peranannya secara mandiri, serta mendorong keikutsertaan BUMN dalam mengembangkan dan melindungi usaha menengah dan kecil.

Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan usaha nasional serta melaksanakan kebijaksanaan tersebut ditetapkan program pembangunan yang terdiri dari program pokok dan program penunjang. Program pokok terdiri atas program penataan kelembagaan usaha nasional, program pemupukan dan pendayagunaan dana masyarakat, program pembinaan BUMN, dan program pengembangan usaha menengah dan kecil. Program penunjang terdiri dari program pengembangan informasi usaha nasional, dan program penelitian dan pengembangan usaha nasional.

VI/14

Page 15:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Pelaksanaan kebijaksanaan dan program pengembangan usaha nasional dalam tahun pertama Repelita VI atau tahun 1994/95 pada garis besarnya adalah sebagai berikut.

a. Program Pokok

1) Program Penataan Kelembagaan Usaha Nasional

Program ini bertujuan untuk menata kelembagaan usaha nasional yang lebih berimbang, merata, berkeadilan, kukuh, dan mandiri, dengan menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang sehat dan mendukung berkembangnya usaha nasional. Program ini antara lain dilaksanakan dengan melanjutkan deregulasi dan debirokratisasi dalam sektor moneter dan riil meliputi bidang-bidang perpajakan, perizinan, pemasaran, perkreditan, ketenagakerjaan, dan investasi.

Dalam tahun pertama Repelita VI telah ditetapkan berbagai kebijaksanaan yang mendasar untuk lebih merangsang investasi, termasuk PMA, antara lain dengan lebih diperlonggarkannya kepemilikan saham oleh investor asing dan makin terbukanya bidang usaha bagi penanaman modal, seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam rangka PMA.

Dalam tahun 1994 ditetapkan pula PP Nomor 34 Tahun 1994 tentang Fasilitas Perpajakan atas Penanaman Modal di bidang-bidang usaha tertentu/atau di daerah-daerah tertentu. Dalam PP

VI/15

Page 16:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

tersebut, penanaman modal Baru atau perluasan di bidang usaha atau di daerah tertentu dapat memperoleh fasilitas perpajakan berupa percepatan penyusutan, kompensasi kerugian berturut-turut paling lama 10 tahun. Di samping itu, bagi penanaman modal di bidang perkebunan tanaman keras dan pertambangan di semua lokasi, dapat diberikan fasilitas berupa kompensasi kerugian sampai dengan paling lama 8 tahun.

Untuk lebih memberikan kepastian hukum kepada usaha nasional diterbitkan UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT). UU ini mengatur persyaratan dan tata cara untuk melakukan penggabungan, peleburan, dan pengambilan perseroan, sehingga dapat dicegah terjadinya persaingan yang tidak sehat akibat menumpuknya kekuatan ekonomi pada sekelompok kecil pelaku ekonomi, serta sejauh mungkin mencegah monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat. Dengan demikian kepentingan setiap pemegang saham terutama pemegang saham minoritas dapat dilindungi. Dalam rangka perlindungan kreditor dan pihak ketiga, ditetapkan pula persyaratan mengenai pengurangan modal, pembelian kembali saham, dan pembubaran perseroan.

Dalam rangka menciptakan iklim yang lebih mendukung perkembangan usaha kecil sebagai bagian dari ekonomi rakyat, pada tahun 1994/95 telah dipersiapkan rancangan undang-undang tentang pembinaan usaha kecil.

2) Program Pemupukan dan Pendayagunaan Dana Masyarakat

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan dan pendayagunaan dana masyarakat untuk

VI/16

Page 17:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

pengembangan usaha nasional, khususnya usaha menengah, usaha kecil termasuk usaha informal dan tradisional, serta koperasi. Kegiatan dalam program ini antara lain mengarahkan investasi, baik PMDN maupun PMA, ke berbagai daerah, sektor, dan golongan ekonomi yang memiliki potensi pengembangan ataupun keunggulan komparatif tinggi termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis di perdesaan, dan di wilayah tertinggal khususnya di kawasan timur Indonesia. Untuk mendorong kegiatan investasi dilaksanakan pula pengembangan sektor jasa pendukungnya.

Perkembangan persetujuan PMA dan PMDN pada tahun pertama Repelita VI menunjukkan bahwa sektor pengolahan merupakan sektor yang paling banyak diminati. Dalam rangka PMDN, persetujuan sektor pengolahan pada tahun pertama Repelita VI mencapai 62,7 persen dari total persetujuan PMDN pada tahun yang bersangkutan. Bidang usaha yang mendominasi sektor ini pada tahun tersebut adalah industri mineral bukan logam, industri tekstil, dan industri makanan. Perkembangan persetujuan PMA menunjukkan kecenderungan yang sama, sektor pengolahan pada tahun 1994/95 menempati 71,3 persen dari persetujuan PMA pada tahun yang bersangkutan, dengan bidang usaha yang menonjol meliputi industri kimia, industri kertas, dan industri logam dasar. Sektor jasa PMA pada tahun pertama Repelita VI menunjukkan peningkatan yang besar pula apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, oleh karena adanya peningkatan persetujuan PMA yang cukup besar di bidang listrik dan air, hotel/restoran, dan bidang pengangkutan.

a) Peningkatan PMDN dan PMA

Jumlah proyek dan ni lai persetujuan PMDN pada tahun

VI/17

Page 18:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

1994/95 meningkat cukup besar apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun itu telah disetujui 859 proyek PMDN dengan nilai Rp53,0 triliun atau peningkatan masing-masing sebesar 31,3 persen dan 4,9 persen apabila dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang berjumlah 654 proyek dengan nilai Rp50,5 triliun.

Bidang usaha yang mendapat minat besar investor PMDN pada tahun 1994/95 adalah industri mineral bukan logam, industri tekstil, dan industri makanan, masing - masing 18,7 persen, 11,5 persen, dan 9,6 persen dari total nilai persetujuan PMDN pada tahun yang bersangkutan. Gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan persetujuan PMDN menurut bidang usaha dapat dilihat pada Tabel VI-1.

Pada tahun 1994/95 jumlah proyek dan nilai investasi PMA meningkat cukup besar. Pada tahun itu telah disetujui 557 proyek PMA dengan nilai US$ 33,0 miliar, atau masing-masing meningkat sebesar 56,9 persen dan 311,6 persen apabila dibandingkan dengan tahun 1993/94, yang berjumlah 355 proyek dengan nilai US$ 8,0 miliar.

Bidang usaha yang mendapatkan minat terbesar dari PMA adalah industri kimia, listrik dan air, dan industri kertas, masing -masing sebesar 40,8 persen, 15,4 persen, dan 12,0 persen dari nilai persetujuan PMA pada tahun 1994/95. Gambaran yang lebih terinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Tabel VI-2.

Dilihat dari negara asalnya, pada tahun pertama Repelita VI, persetujuan PMA yang terbesar berasal dari Hongkong, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, masing-masing sebesar 18,5 persen,

VI/18

Page 19:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

10,5 persen, 9,4 persen, dan 9,2 persen dari total persetujuan PMA pada tahun yang bersangkutan (label VI-3).

Realisasi penanaman modal sampai dengan tahun pertama Repelita VI cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan realisasi atas penanaman modal yang telah disetujui pada tahun-tahun sebelumnya. Realisasi total PMDN dan PMA pada tahun pertama Repelita VI adalah 590 proyek dengan nilai sekitar Rp46,0 triliun, atau masing-masing meningkat 1,0 persen dan 25,6 persen apabila dibandingkan dengan tahun 1993/94. Realisasi pada tahun pertama Repelita VI untuk proyek PMDN mencapai 357 proyek dengan nilai Rp27,9 triliun sedangkan realisasi PMA sebanyak 233 proyek dengan nilai US$8,3 miliar (Tabel VI-4).

b) Pemerataan Persebaran PMDN dan PMA

Sejalan dengan makin tersedianya prasarana dan sarana fisik di luar Jawa terutama di Sumatera, dalam tahun pertama Repelita VI, persetujuan penanaman modal baik dalam rangka PMDN maupun PMA di daerah ini cenderung meningkat. Persebaran persetujuan ini terlihat secara lebih terinci pada Tabel VI-5 dan Tabel VI-6.

Pada tahun pertama Repelita VI, persetujuan PMDN di Jawa masih mencapai 64,3 persen dari total persetujuan PMDN pada tahun tersebut, meskipun lebih kecil apabila dibandingkan dengan persentase persetujuan PMDN di Jawa pada tahun 1993/94. Persetujuan PMDN di Sumatera dan di kawasan timur Indonesia pada tahun pertama Repelita VI meningkat, masing-masing menjadi 16,9 persen dan 18,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang masing-masing adalah 12,2 persen dan 17,9 persen dari total persetujuan PMDN pada tahun yang ber-sangkutan.

VI/19

Page 20:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Persetujuan PMDN terbesar pada tahun pertama Repelita VI masih berlokasi di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, masing-masing sebesar 32,0 persen, 13,8 persen, dan 10,4 persen dari total nilai persetujuan PMDN pada tahun yang bersangkutan. Di Pulau Sumatera, daerah yang mendapat minat besar PMDN adalah Riau, Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Untuk kawasan timur Indonesia, persetujuan PMDN yang cenderung meningkat adalah di Maluku, Kalimantan Tengah, dan Irian Jaya.

Persebaran persetujuan PMA juga menunjukkan kecenderungan yang hampir sama. Persetujuan PMA di Jawa pada tahun pertama Repelita VI turun, sedangkan di. Sumatera dan di kawasan timur Indonesia meningkat apabila dibandingkan dengan persetujuan PMA pada tahun sebelumnya .

Persetujuan PMA pada tahun pertama Repelita VI di Jawa mencapai 57,0 persen, jauh menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 80,6 persen dari total persetujuan PMA pada tahun yang bersangkutan. Persetujuan PMA di Sumatera meningkat menjadi 22,9 persen, dan di kawasan timur Indonesia meningkat menjadi 20,1 persen apabila dibandingkan dengan persetujuan PMA pada tahun sebelumnya yang masing-masing adalah 14,3 persen dan 5,1 persen.

Lokasi yang menjadi tujuan utama PMA pada tahun pertama Repelita VI adalah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Riau, masing- masing sebesar 31,0 persen, 13,3 persen, dan 12,1 persen dari total nilai persetujuan PMA pada tahun 1994/95. Untuk kawasan timur Indonesia, terutama di Irian Jaya dan Kalimantan Selatan nilai persetujuan PMA naik dibanding tahun sebelumnya.

VI/20

Page 21:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Realisasi penyerapan tenaga kerja pada proyek-proyek PMDN dan PMA pada tahun 1994/95 adalah sebanyak 429.864 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 292.231 orang atau 68,0 persen diantaranya terserap oleh proyek PMDN dan PMA yang berlokasi di Jawa.

3) Program Pembinaan BUMN

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktivitas BUMN dalam melaksanakan peranannya dalam perekonomian nasional.

Jumlah BUMN sampai dengan tahun pertama Repelita VI adalah 180 perusahaan, berkurang dibandingkan dengan jumlah BUMN pada tahun sebelumnya yaitu 181 buah. Penurunan jumlah ini disebabkan berubahnya status Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP) XIV menjadi anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Sampai dengan tahun tersebut, jumlah Persero sudah mencapai 158 buah termasuk 18 buah Persero Patungan. Jumlah Perusahaan Umum (Perum) 19 buah, sedang Perusahaan Jawatan (Perjan) sudah tidak ada karena Perjan Pegadaian dan Perjan Kereta Api telah dialihkan statusnya menjadi Perum. Perusahaan Negara (PN) yang mempunyai status khusus, dalam arti pembentukannya didasarkan pada undang-undang tersendiri, hanyalah Pertamina; sedangkan PLN berubah status dari Perum menjadi Persero. Pada tahun 1994/95 masih ada satu PN dan satu PT yang belum dituntaskan statusnya.

VI/21

Page 22:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Dalam tahun pertama Repelita VI kegiatan BUMN menunjukkan perkembangan yang makin mantap, terlihat pada total aktiva, penjualan, dan laba sebelum pajak yang semakin meningkat apabila dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya. Total aktiva BUMN pada tahun 1994/95 mencapai Rp285,9 triliun atau meningkat 6,4 persen apabila dibandingkan dengan total aktiva pada tahun 1993/94 yang bernilai Rp268,8 triliun.

Nilai penjualan BUMN pada tahun pertama Repelita VI keseluruhannya berjumlah Rp85,1 triliun, berarti meningkat 5,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu Rp80,6 triliun.

Pendapatan BUMN dari laba sebelum pajak pada tahun pertama Repelita VI mencapai Rp7,9 triliun, atau meningkat 6,8 persen dibandingkan dengan laba sebelum pajak pada tahun sebelumnya sebesar Rp7,4 triliun. Total aktiva, total penjualan dan total laba BUMN tersebut dapat dilihat pada Tabel VI-7.

Salah satu petunjuk peningkatan efisiensi dalam pengelolaan BUMN adalah meningkatnya sumbangan BUMN kepada penerimaan negara yang dinyatakan dalam bentuk pendapatan dari pajak dan pendapatan bukan pajak. Pada tahun 1994/95 pajak perseroan atau pajak penghasilan BUMN mencapai Rp2,3 triliun atau meningkat 15,0 persen apabila dibandingkan tahun 1993/94 sebesar Rp2,0 triliun.

Pada tahun pertama Repelita VI, sumbangan BUMN dalam bentuk penerimaan bukan pajak, yang terdiri atas Dividen, Dana Pembangunan Semesta (DPS), dan Bagian Laba Pemerintah (BLP) mencapai Rpl,4 triliun, atau turun 8,1 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rpl ,5 tr i l iun.

VI/22

Page 23:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Penurunan ini disebabkan oleh adanya keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) beberapa BUMN non-Bank yang menetapkan dividen yang lebih rendah dalam rangka memperkuat struktur permodalan BUMN yang bersangkutan. Apabila penerimaan bukan pajak dari Bank Indonesia tidak dimasukkan maka besarnya penerimaan pada tahun 1994/95 adalah Rp0,9 triliun, atau turun 10,0 persen dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rpl ,0 triliun. Sumbangan BUMN berupa Dividen, DPS, dan BLP pada tahun pertama Repelita VI tersebut merupakan 23,2 persen dari seluruh penerimaan bukan pajak, dan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya turun 38,9 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran swasta dalam menyumbang pajak makin meningkat. Kontribusi BUMN dalam bentuk pajak penghasilan dan dalam bentuk Dividen, DPS, dan BLP tersebut dapat dilihat pada Tabel VI-8.

Realisasi penerimaan negara berupa Dividen, DPS, dan BLP pada tahun pertama Repelita VI didominasi oleh sektor jasa umum dan sektor perbankan. Sumbangan sektor jasa umum menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan sumbangan Dividen, DPS, dan BLP dari sektor perbankan pada tahun 1994/95 mengalami penurunan karena laba yang diperoleh diperuntukkan bagi pemenuhan modal disetor. Gambaran selengkapnya mengenai realisasi penerimaan negara tersebut ditunjukkan pada Tabel VI-9.

Dalam Tabel VI-10 tampak jumlah penyertaan modal pemerintah (PMP) pada BUMN sampai dengan tahun pertama Repelita VI adalah sebesar Rp204,8 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 62,4 persen dibandingkan dengan PMP pada tahun terakhir Repelita V yang mencapai Rp126,1 miliar. Peningkatan dana PMP tersebut adalah untuk membiayai program-

VI/23

Page 24:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

program yang mempunyai prioritas tinggi dalam pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh BUMN yang bersangkutan.

Peran BUMN dalam mendorong pemerataan pembangunan antara lain diwujudkan dalam bentuk pembinaan terhadap pengusaha kecil dan koperasi melalui pemanfaatan dana yang disisihkan dari bagian laba BUMN. BUMN diwajibkan melakukan pembinaan kepada pengusaha kecil dan koperasi dengan memberi bantuan pembinaan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, bantuan modal kerja dan investasi, bantuan pemasaran dan promosi hasil produksi, bantuan jaminan untuk memperoleh kredit perbankan, serta bantuan penyertaan pada perusahaan modal ventura di Daerah Tingkat I. Perkembangan pembinaan BUMN terhadap pengusaha kecil dan koperasi tersebut akan dijelaskan pada sub bab perkembangan usaha kecil dan sub bab perkembangan koperasi.

4) Program Pengembangan Usaha Menengah dan Kecil

Program ini bertujuan untuk mengembangkan usaha menengah dan usaha kecil, termasuk usaha informal dan tradisional di semua sektor kegiatan ekonomi.

Data statistik Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1994 menunjukkan bahwa pada tahun 1992 terdapat sebanyak 32,6 juta unit usaha kecil yang memiliki output/omzet/SHU rata-rata kurang dari Rp50 juta per tahun. Kelompok usaha kecil ini mencapai 97,4 persen dari seluruh usaha rumah tangga dan perusahaan pada tahun 1992 yang jumlahnya 33,5 juta. Usaha kecil yang merupakan usaha ekonomi rakyat tersebut tersebar secara tidak merata di 9 sektor ekonomi, yaitu: pertanian (21,3 juta); perdagangan (5,4 juta); industri pengolahan (2,4 juta); jasa lainnya (1,3 juta);

VI/24

Page 25:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

angkutan (1,2 juta); bangunan/konstruksi (847,6 ribu); pertam-bangan/penggalian (87,2 ribu); keuangan dan asuransi (19,6 ribu); serta listrik, gas dan air (16,5 ribu).

Dalam rangka meningkatkan akses pasar dan pangsa pasar usaha kecil tersebut dalam tahun 1994/95 dilakukan berbagai upaya peningkatan promosi/pameran usaha, penyebarluasan informasi peluang pasar, pengembangan lembaga pemasaran seperti pasar tradisional dan pasar lelang lokal, pendidikan dan pelatihan ekspor, dan peningkatan kemitraan usaha dengan usaha besar melalui pola sub kontrak (keterkaitan usaha), pola dagang umum (vendor), dan pola waralaba (franchise).

Dalam rangka meningkatkan akses usaha kecil terhadap sumber permodalan, fasilitas perkreditan untuk usaha kecil yang telah disempurnakan melalui Paket Kebijaksanaan Januari (Pakjan) 1990 terus diupayakan pemanfaatannya. Fasilitas perkreditan tersebut antara lain meliputi Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Khusus mengenai KUK, melalui Paket Kebijaksanaan Mei (Pakmei) 1993 pagu kredit telah dinaikkan dari Rp200 juta menjadi Rp250 juta.

Meningkatnya jumlah lembaga perkreditan rakyat telah meningkatkan pula akses dan kemampuan permodalan usaha kecil. Sampai dengan Desember 1994 tercatat sebanyak 8.923 buah lembaga perkreditan rakyat, yang terdiri dari 1.600 buah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang bukan berasal dari badan kredit desa (BKD), 5.345 buah BPR yang berasal dari BKD, serta 1.978 buah lembaga dana kredit perdesaan (LDKP). Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah lembaga perkreditan rakyat sebesar 2,4 persen (Tabel VI-11).

VI/2 5

Page 26:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Jumlah kredit perbankan yang disalurkan kepada usaha kecil juga meningkat. Sejak dimulainya program KUK pada tahun 1990 hingga akhir tahun 1994, jumlah KUK yang telah disalurkan perbankan mencapai Rp34,2 triliun atau meningkat sebesar 23,0 persen dari tahun 1993. Jumlah kredit yang disalurkan melalui KUK tersebut merupakan 25,1 persen dari seluruh kredit perbankan dan persentase ini menurun 1,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah nasabahnya meningkat sebesar 6,6 persen dari sebanyak 5,4 juta orang pada tahun 1993 menjadi 5,7 juta orang pada akhir tahun 1994 (Tabel VI-12). Sebagian besar (95,1 persen) nasabah KUK merupakan nasabah kecil dengan pinjaman rata-rata kurang dari Rp25 juta per nasabah. Bagian KUK yang disalurkan kepada nasabah kecil ini pada akhir tahun 1994 mencapai 44,0 persen dari seluruh penyaluran KUK, meningkat 2,8 persen dari tahun sebelumnya. Dilihat dari jenis penggunaannya, 56,8 persen KUK disalurkan sebagai kredit modal kerja dan 14,4 persen sebagai kredit investasi, sedangkan sisanya (28,8 persen) disalurkan sebagai kredit konsumsi. Jika dilihat dari persebaran antarsektor, sektor perdagangan paling banyak menyerap KUK (36,5 persen), sedangkan sektor pertanian dan perkebunan menyerap KUK paling sedikit yaitu hanya 6,3 persen.

Pada Tabel VI-13 dapat dilihat bahwa persebaran KUK masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yang mencapai 67,3 persen dari seluruh KUK. DKI Jakarta merupakan propinsi yang menyerap KUK paling banyak (27,0.persen), sedangkan Timor Timur menyerap KUK paling sedikit (0,1 persen).

Perkembangan Kupedes sampai dengan tahun pertama. Repelita VI menunjukkan peningkatan seperti terlihat pada Tabel VI-14. Pada tahun 1994/95 jumlah Kupedes yang disalurkan

VI/26

Page 27:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

kepada pengusaha kecil mencapai Rp2,6 triliun, atau meningkat sebesar 26,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah nasabah Kupedes juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 9,9 persen dari 1,9 juta orang pada tahun 1993/94 menjadi 2,1 juta orang pada tahun 1994/95.

Sumber dana untuk pembinaan usaha kecil lainnya adalah dana dari penyisihan laba bersih BUMN baik untuk membantu permodalan usaha kecil dengan kredit murah maupun untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengusaha kecil.

Pembentukan lembaga modal Ventura di berbagai daerah terus didorong guna memperluas akses pengusaha kecil terhadap modal penyertaan.

Modal ventura sebagai salah satu sumber pembiayaan telah berkembang. Sampai dengan tahun pertama Repelita VI telah berhasil dibentuk 20 buah perusahaan modal ventura, yang terdiri dari 10 buah perusahaan swasta nasional (3 buah di Jakarta dan masing-masing 1 buah di Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Selatan, dan Lampung) serta 10 buah perusahaan patungan antara perusahaan swasta nasional dengan perusahaan asing, yang keseluruhannya berada di Jakarta.

Guna meningkatkan kemampuan dalam menyusun kelayakan usaha yang menjadi dasar bagi pengajuan kredit kepada lembaga bank dan bukan bank, dilakukan pelatihan, bimbingan dan konsultansi teknis kepada pengusaha kecil. Salah satu upaya pembinaan dalam rangka meningkatkan akses pengusaha kecil terhadap teknologi tepat dan peningkatan kemampuan memanfaatkannya adalah melalui pemanfaatan hasil penelitian perguruan tinggi yang dapat diterapkan kepada usaha kecil. Dalam

VI/27

Page 28:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

tahun 1994/95, kegiatan yang diberi nama program voucher ini dilakukan dalam bentuk proyek percontohan di 2 propinsi yaitu di Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Peningkatan kemampuan teknologi usaha kecil juga dilaksanakan melalui strategi kemitraan usaha dengan usaha besar.

Peningkatan kemampuan organisasi dan manajemen pengusaha kecil terutama dilaksanakan melalui pendidikan, pelatihan, penyuluhan teknis, pemagangan, studi banding, serta bimbingan dan konsultansi secara terpadu. Untuk mendorong berkembangnya kemitraan usaha sebagai sarana yang efektif bagi usaha kecil untuk meningkatkan kemampuan pemasaran, permodalan, teknologi dan manajemennya, disediakan informasi tentang peluang kemitraan usaha serta temu kemitraan usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan usaha besar di daerah, yang diselenggarakan di daerah-daerah baik di daerah tingkat I maupun di daerah tingkat II.

Peran serta BUMN dalam pembinaan usaha kecil dalam tahun pertama Repelita VI dapat dilihat pada Tabel VI-15. Sejak dimulainya program ini di tahun 1990 sampai dengan Desember 1994 jumlah dana penyisihan 1-5 persen laba bersih BUMN yang telah disalurkan untuk pembinaan pengusaha kecil telah mencapai Rp230,3 miliar atau meningkat 27,9 persen dari tahun sebelumnya. Dana tersebut selain digunakan untuk meningkatkan kemampuan manajerial, teknis produksi dan pemasaran, juga digunakan sebagai bantuan modal kerja dan jaminan untuk memperoleh kredit bank bagi pengusaha kecil. Pengusaha kecil yang menerima bantuan BUMN tersebut meningkat jumlahnya dengan 11,0 persen, dari 36.035 orang pada tahun 1993 menjadi 39.993 orang pada tahun 1994.

VI/28

Page 29:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Perkembangan program bapak angkat-anak angkat yang telah dimulai sejak Repelita V dalam rangka membantu industri kecil di bidang pengadaan bahan baku, pemasaran, teknologi produksi, manajemen dan permodalan, juga meningkat. Pelaksanaan program ini terus disempurnakan untuk benar-benar mewujudkan keterkaitan usaha berdasarkan kemitraan yang saling menguntungkan dan saling menghidupi. Sampai dengan tahun 1994/95, tercatat sebanyak 15,2 ribu perusahaan besar baik swasta maupun BUMN selaku bapak angkat dengan mitra usaha 95,1 ribu unit industri kecil.

Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan bimbingan dan konsultansi usaha kepada pengusaha kecil di daerah, dikembangkan pusat/klinik konsultansi pengusaha kecil pada 14 perguruan tinggi di 11 propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Lembaga ini sekaligus berfungsi sebagai fasilitator dalam mewujudkan kemitraan usaha antar pelaku ekonomi nasional.

Dalam upaya memberdayakan pengusaha kecil yang usahanya kurang sehat, dilakukan pembinaan secara intensif, menyeluruh dan terpadu dalam lingkungan inkubator usaha. Pembinaan ini juga dimaksudkan untuk mendorong tumbuhnya pengusaha kecil baru. Diharapkan setelah keluar dari inkubator pengusaha kecil yang bersangkutan dapat berkembang dengan sehat dalam lingkungan usaha yang sesungguhnya dan bahkan mampu membantu pengusaha kecil lain di sekitarnya. Dalam tahun pertama Repelita VI telah dibentuk 7 pusat inkubator usaha kecil di 3 propinsi yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

VI/29

Page 30:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Perhatian khusus kepada pengusaha kecil di daerah tertinggal, transmigrasi, terpencil, lintas batas, dan kawasan timur Indonesia terus diberikan dan ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kemampuan pengusaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan, bimbingan dan konsultansi untuk membantu pengusaha kecil dalam memperoleh sarana usaha dan permodalan, memberikan informasi tentang peluang usaha dan pasar, pembangunan pasar desa, serta mendorong terwujudnya hubungan kemitraan usaha antara pengusaha kecil dengan koperasi dan pengusaha menengah/besar.

b. Program Penunjang

1) Program Pengembangan Informasi Usaha Nasional

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengembangkan sistem informasi usaha nasional dan penyebarannya, terutama untuk usaha menengah dan kecil, antara lain berupa pengembangan jaringan informasi pemasaran dalam negeri ataupun ekspor; informasi ketersediaan modal; informasi untuk mendukung terciptanya kerjasama, keterkaitan dan kemitraan usaha dalam pengembangan usaha menengah dan kecil; serta informasi penanaman modal berupa peta wilayah, profil investasi di daerah dan jaringan informasi penanaman modal.

Dalam tahun 1994/95 telah dilaksanakan studi penyempurnaan pendataan dan pelaporan persetujuan dan realisasi PMA dan PMDN, penyusunan peta komoditi pertanian, penyusunan sistem dokumentasi dan jaringan informasi penanaman modal, pengembangan perangkat lunak sistem informasi kebijaksanaan penanaman modal, serta penyusunan sistem informasi pengendalian proyek penanaman modal yang wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dalam pengembangan usaha kecil, telah

VI/30

Page 31:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan
Page 32:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 1PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL

DALAM NEGERI MENURUT BIDANG USAHA 1)1968, 1989/90 – 1993/94, 1944/95

1) Angka tahunan Proyek baru, Nilai investasi proyek baru dan perluasan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan 31 Maret 19954) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Pertanian Tanaman Pangan5) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Industri Kimia6) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Bangunan7) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Hotel dan Restoran8) Angka ini berbeda dengan Tabel VI – 5 karena ada suatu proyek yang terdapat di beberapa propinsi atau sebaliknya

.. = Data tidak tersedia

VI/31

Page 33:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 1PERSETUJUAN NILAI PMDN MENURUT SEKTOR

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

VI/32

Page 34:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 2PERSETUJUAN PENANAMAN

MODAL ASING MENURUT BIDANG USAHA 1)1967, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka tahunan Proyek baru, Nilai investasi proyek baru dan perluasan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan 31 Maret 19954) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Pertanian Tanaman Pangan5) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Industri Kimia6) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Bangunan7) Sampai dengan tahun 1992/93 termasuk dalam Hotel dan Restoran8) Angka ini berbeda dengan Tabel VI – 6 karena ada suatu proyek yang terdapat di beberapa propinsi atau sebaliknya

.. = Data tidak tersedia

VI/33

Page 35:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 2PERSETUJUAN NILAI PMA MENURUT SEKTOR

1967, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

VI/34

Page 36:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 3PERSETUJUAN PENANAMAN

MODAL ASING MENURUT NEGARA ASAL 1)1967/68, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1)Angka tahunan, Proyek baru. Nilai investasi proyek baru dan perluasan2)Angka diperbaiki3)Angka sementara sampai dengan 31 Maret 1995

VI/35

Page 37:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 4REALISASI PENANAMAN MODAL 1)

1967/68, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka tahunan, Proyek baru, Nilai investasi proyek baru dan perluasan2) Angka sementara sampai dengan 31 Maret 1995

VI/36

VI/36

Page 38:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 5PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL

DALAM NEGERI MENURUT DAERAH TINGKAT I/PROPINSI 1)

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka tahunan Proyek baru, Nilai investasi proyek baru dan perluasan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan 31 Maret 19954) Angka ini berbeda dengan Tabel VI – 1 karena ada suatu proyek yang terdapat di beberapa propinsi atau sebaliknya

VI/37

Page 39:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 3PERSETUJUAN NILAI PMDN MENURUT LOKASI

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

VI/38

Page 40:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 6PERSETUJUAN PENANAMAN

MODAL ASING MENURUT DAERAH TINGKAT I/PROPINSI 1)

1967, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka tahunan Proyek baru, Nilai investasi proyek baru dan perluasan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan 31 Maret 19954) Angka ini berbeda dengan Tabel VI –21 karena ada suatu proyek yang terdapat di beberapa propinsi atau sebaliknya

VI/39

Page 41:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI – 4PERSETUJUAN NILAI PMA MENURUT LOKASI

1967, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

VI/40

Page 42:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI - 7PERKEMBANGAN KEGIATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA 1)

1978, 1989 — 1993, 1994(miliar rupiah)

Akhir R e p e l i t a V Repelita VINo. Uraian Repelita II

(1978) 1989 1990 1991 1992 1993 2) 1994 3)

1. Total Aktiva 4) 26.316 144.455 179.153 201.068 238.008 268.800 285.900

2. Total Penjualan 5) 6.522 47.687 60.990 62.113 76377 80.600 85.100

3. Total Laba 5) 1.006 6.613 8300 6.844 7.746 7.400 7.900Sebelum Pajak

1) Data ini tidak termasuk Bank Indonesia2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan Desember 19944) Angka kumulatif per akhir tahun buku yang bersangkutan5) Angka satu periode tahun buku yang bersangkutan

VI/41

Page 43:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 8KONTRIBUSI BADAN USAHA MILIK NEGARA 1)

1973/74, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Anngka sementara sampai dengan Maret 19954) Termasuk penerimaan dari Bank Indonesia

VI/42

Page 44:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI - 9 REALISASI PENERIMAAN NEGARA

YANG BERASAL DARI LABA BUMN BERUPA DIVIDEN/DPS/BLP 1)

1983/84, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Akhir R e p e l i t a V Repelita VINo. Sektor Repelita

III(1983/84)

1989/90 1990/91

1991/92 1992/93

1993/942)

1994/95 3)

1. Pertanian dan Kehutanan

13,0 95,4 125,7

126,5 130,3 95,3 49,6

2. Industri 27,0 181,8 182,7

165,7 214,4 250,2 241,8

3. Jasa Umum 40,0 178,0 197,6

192,8 304,7 378,1 386,3

4. Jasa Keuangan non Bank

9,0 73,8 102,5

100,3 126,0 152,4 141,5

5. Pertambangan 16,0 89,9 114,4

124,7 165,4 199,6 149,1

6. Perdagangan 0,4 10,3 15,5 20,2 28,4 24,1 40,3

7. Perbankan 4) 65,8 328,8 357,6

581;0 84,0 416,9 384,5

Jumlah 171,2 958,0 1.096,0

1311,2 1.053,2

1516,6 1393,1

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan Maret 19954) Termasuk penerimaan dari Bank Indonesia

VI/43

Page 45:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL V I - 10PENYERTAAN MODAL

PEMERINTAH PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA 1)

1978/79, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(miliar rupiah)

Akhir Repelita V Repelita VINo. S e k t o r Repelita

II (1978/79

1989/90 1990/91

1991/92 1992/93

1993/94 2)

1994/953)

1. Pertanian clan Kehutanan

21,2 - - - - - -

2. Industri 18,5 107,3 257,8 36,9 40,0 - 77,1

3. Jasa Umum 36,5 7,1 10,0 25,2 54,4 4,5 32,0

4. Jasa Keuangan Non Bank

27,0 20,0 22,5 4,2 3,7 71,3 -

5. 6,3 - - - - - -6. Perdagangan 8,3 - - - - - -

7. Perbankan 10,7 - 20,0 700,0 15,0 18,5 80,8

8. Lainnya 4) - 6,4 12,4 105,3 36,9 31,8 14,9

Jumlah 128,5 140,8 322,7 871,6 150,0

126,1 204,8

1)Angka tahunan murni dari APBN2)Angka diperbaiki3)Angka sementara sampai dengan Maret 19954)Iuran Pemerintah RI kepada Organisasi Internasional

VI/44

Page 46:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 11JUMLAH LEMBAGA PERKREDITAN

RAKYAT 1)1968,1989

— 1993,

1994

Awal Repelita V

Repelita VINo. Uraian PJP—

I(196

1989 1990 1991 1992

1993 1994 2)

1. BPR bukan badan kredit desa - BPR Baru - 65 329 594 848 1.045 1219

- Bank Pasar/bank desa - 194 257 174 173 173 163- BKPD - 217 217 217 217 217 217- Pegawai - 1 1 1 1 1 1

2. BPR badan kredit desa- Bank desa 3.17

83279 3.587 3296 328

93.289 3.289

- Lumbung desa 2 2.056 2.591 2.078 2.056 2.056 2.056

3. Lembaga Dana Kredit Pedesaan

- 1.936 1.936 1.936 1.936 1.936 1.978(LDKP)

Jumlah 3.180

7.748 8.918 8.296- 8.520 8.717 8.9231) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 1994

VI/45

Page 47:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 12PERKEMBANGAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) 1)

1968, 1989 – 1993, 1994

1) Angka tahunan, Sebelum tahun 1990 adalah KIK/KMKP, setelah diberlakukannyaPaket Januari 1990 diubah menjadi KUK

2) Angka sementara sampai dengan Desember 1994

VI/46

Page 48:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 13PERKEMBANGAN

PERSEBARAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) 1)

PER 31 MARET

1) Angka tahunan, sebelum tahun 1990 adalah KIK/KMKP, setelahdiberlakukannya Paket Januari 1990 diubah menjadi KUK.

VI/47

VI/47

Page 49:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI—14KREDIT UMUM PERDESAAN (KUPEDES) 1)

1983/84,1989/90 — 1993/94, 1994/95 (milyar rupiah)

Akhir Repelita V

Repelita VINo. Uraian Repelita III

(1983/84) 1989/90 1990/91

1991/92 1992/93 1993/94 1994/952)

1. Investasi 0,6 95,6 147,2 175,8 187,9 325,2 572,1

2. Eksploitasi 30,1 896,9 1304,8 1359,0 1538,4

1.750,8 2.045,5

3. Jumlah 30,7 992,5 1.452,0 1.534,8 1.726,3

2.075,9 2.617,6

4. Nasabah (ribu orang)

161,4 1.688,8 1.914,7 1.937,1 1.837,0

1.921,3 2.111,6

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Pebruari 1995

VI/48

Page 50:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI 15PERKEMBANGAN PENYALURAN DANA BUMN UNTUKPEMBINAAN PENGUSAHA KECIL DAN KOPERASI

1968. 1989 – 1993, 1994

Awal Repelita V Repelita VINo. Uraian PJP - 1

(1968) 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1)

1. BUMN Pembina (buah) 2) — 118 140 136 127 150

2. Mitra Binaan 3)

—1.460 6.432 21.012 36.035 39.993— Pengusaha Kecil (orang)

— Koperasi (buah) — 139 1.009 8.430 16.364 18.791

3. Jumlah Dana BUMN yang Disalurkan 3)

— 3556.000 17.871.000 81.903.000 180.110.000 230.323.000(ribu rupiah)— Pengusaha Kecil— Koperasi — 2.491.000 12577.000 58.646.000 118.720.000 135.681.000

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19942) Angka tahunan

3)

3) Angka kumulatif sejak tahun 1990

VI/49

Page 51:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 5PENYALURAN DANA BUMN

UNTUK PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL DAN KOPERASI1990 - 1993, 1994

VI/50

Page 52:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

disusun rencana induk (master plan) sistem informasi perkoperasian dan pengusaha kecil.

2) Program Penelitian dan Pengembangan Usaha Nasional

Program ini meliputi kegiatan penelitian dan pengembangan penanaman modal dalam rangka peningkatan realisasi dan penyebaran penanaman modal, serta penelitian dan pengembangan usaha menengah, kecil, informal, dan tradisional.

Di bidang penanaman modal, dalam tahun 1994/95 telah di-lakukan penelitian berupa studi keterkaitan PMA dengan perusahaan nasional, studi pengembangan penanaman modal di pantai barat propinsi Sumatera Utara, studi peluang investasi di sektor produksi hortikultura, dan studi pengembangan penanaman modal di bidang agrobisnis dan agroindustri. Dalam rangka pengembangan usaha kecil telah dilakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi studi dalam rangka perintisan pengembangan kemitraan bagi pengusaha kecil, studi payung terpadu untuk pengembangan usaha menengah dan kecil, penelitian tentang evaluasi pola pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia pengusaha kecil, dan perumusan program pengembangan usaha kecil mandiri secara terpadu (self employment and micro enterprise development programme).

C. KOPERASI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan bidang ekonomi dalam Repelita VI diantaranya adalah tertata dan mantapnya kelembagaan dan sistem

VI/51

Page 53:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

koperasi agar koperasi makin efisien serta berperan utama dalam perekonomian rakyat dan berakar dalam masyarakat.

Adapun sasaran pembangunan koperasi dalam Repelita VI di antaranya adalah koperasi yang makin maju, makin mandiri, dan makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Sasaran operasional pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah makin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang berdampak pada makin meningkatnya kemampuan organisasi dan manajemen koperasi, makin meningkatnya partisipasi aktif anggota, serta makin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan teknologi tepat; makin kukuhnya struktur permodalan koperasi; makin kukuhnya jaringan usaha koperasi secara horizontal dan vertikal; serta makin berfungsi dan berperannya lembaga gerakan koperasi. Dengan demikian, diharapkan daya saing koperasi dan kesejahteraan anggota koperasi makin meningkat pula.

Selain sasaran yang bersifat umum itu, ditetapkan pula sasaran pengembangan koperasi di perdesaan dan perkotaan. Sasaran pengembangan koperasi di perdesaan adalah terwujudnya 2.700 KUD mandiri baru dalam rangka terwujudnya minimal satu buah KUD mandiri pada setiap kecamatan; makin mantapnya 5.000 KUD mandiri untuk berfungsi sebagai pusat pengembangan perekonomian di perdesaan sehingga mampu menggerakkan, mengelola, dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal dalam rangka meningkatkan pendapatan, kesempatan usaha, dan lapangan kerja di perdesaan; serta terwujudnya minimal satu buah KUD mandiri inti yang mampu

VI/52

Page 54:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

mengelola komoditas andalan di setiap kabupaten dan berperan sebagai pusat pengembangan koperasi lain di sekitarnya.

Sasaran pengembangan koperasi di perkotaan adalah tumbuhnya 8.000 koperasi karyawan baru pada perusahaan yang belum memiliki koperasi karyawan; terwujudnya 3.000 koperasi karyawan mandiri; serta makin terkonsolidasi dan mantapnya 4.000 koperasi pegawai negeri dan koperasi di lingkungan ABRI, 1.500 koperasi serba usaha, 24.000 koperasi di bidang jasa keuangan, 1.500 koperasi di bidang industri dan ketenagalistrikan, dan 1.000 koperasi pedagang pasar, perumahan, jasa wisata, dan profesi.

Untuk mencapai berbagai sasaran di atas, kebijaksanaan umum pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah meningkatkan prakarsa, kemampuan, dan peran serta gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan dan memantapkan kelembagaan, usaha, dan sistem koperasi untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.

Secara khusus, kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah meningkatkan akses dan pangsa pasar; memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh struktur permodalan, dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal koperasi; meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen; meningkatkan akses terhadap teknologi dan meningkatkan kemampuan memanfaatkannya; dan mengembang-kan kerja sama antarkoperasi dan kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.

VI/53

Page 55:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Mengingat lingkup pembangunan koperasi sangat luas dan terkait dengan berbagai sektor pembangunan lainnya, pelaksanaan kebijaksanaan di atas dilakukan secara terpadu dan selaras dengan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan perkoperasian di sektor tersebut. Berbagai kebijaksanaan tersebut juga dilaksanakan di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.

Dengan bertitik tolak dari sasaran dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan di atas, disusun program pembangunan koperasi dalam Repelita VI yang terdiri atas program pokok dan program penunjang yang dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Program pokok meliputi program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan koperasi; program pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan koperasi; program peningkatan dan perluasan usaha koperasi; program kerja sama antarkoperasi dan kemitraan usaha; dan program pemantapan kelembagaan koperasi. Program penunjang meliputi program pembangunan perkoperasian di daerah tertinggal, program pengembangan informasi perkoperasian, program penelitian dan pengembangan koperasi, program pembinaan dan pengembangan pemuda di bidang perkoperasian, program peranan wanita di bidang perkoperasian, dan program pengembangan hukum di bidang perkoperasian.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Pembangunan koperasi selama ini telah memberikan hasil yang menggembirakan. Hal itu tercermin antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah KUD mandiri,VI/54

Page 56:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

jumlah anggota koperasi, jumlah dan ragam bidang usaha koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai usaha koperasi. Dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi, kemampuan organisasi dan manajemen koperasi telah meningkat pula. Perkembangan pembinaan koperasi khususnya dalam tahun 1994/95 dapat diikuti di bawah ini.

a. Program Pokok

1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan, profesionalisme, keterampilan dan wawasan para anggota, pengurus, karyawan, dan pengawas koperasi, termasuk kemampuan manajemen dan kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha serta mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang yang terbuka bagi pengembangan kegiatan usaha baru. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, pengetahuan, dan keterampilan, serta rasa pengabdian dan tanggung jawab para pembina koperasi agar efisiensi dan efektivitas pembinaan koperasi makin meningkat; dan menumbuhkan rasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab dari seluruh lapisan masyarakat sehingga koperasi benar-benar menjadi gerakan nasional.

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dalam tahun pertama Repelita VI dilanjutkan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian, praktek kerja (magang), dan studi banding bagi para anggota, pengurus, manajer, karyawan, anggota badan pengawas, dan kader koperasi, dengan

VI/55

Page 57:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

menyempurnakan metode dan materinya serta memantapkan pelaksanaannya. Fokusnya adalah pada peningkatan kewirausahaan para pengelola dan efisiensi usaha koperasi antara lain dengan mengembangkan sistem karir dan sistem balas jasa yang menarik bagi pengelola koperasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan pembinaan kepada koperasi, sejak tahun 1989/90 telah dikembangkan sistem Petugas Konsultansi Koperasi Lapangan (PKKL) sebagai penyuluh teknis dan konsultan lapangan bagi koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sejak tahun pertama Repelita VI, PKKL ini ditingkatkan kemampuannya menjadi Petugas Konsultansi Lapangan (PKL) di bidang perkoperasian dan usaha kecil. Kualitas dan profesionalisme PKL terus ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan.

Tabel VI-16 menunjukkan bahwa pada tahun pertama Repelita VI sampai dengan Desember 1994, jumlah pengurus, manajer, karyawan dan kader koperasi yang memperoleh pendidikan dan pelatihan perkoperasian mencapai 10.769 orang. Pelatihan bagi manajer koperasi disempurnakan metode pelaksanaannya, dengan memperbanyak pelatihan di luar kelas dalam bentuk praktek kerja (magang) dan studi banding. Dengan demikian, meskipun kuantitasnya menurun, kualitas kegiatan tersebut ditingkatkan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Secara bertahap penyelenggaraan pelatihan bagi anggota badan pemeriksa diserahkan kepada gerakan koperasi.

Perkembangan di bidang organisasi dan manajemen koperasi dapat pula dilihat dari aspek ketersediaan pengelola usaha yang profesional (Tabel VI-17). Pada tahun pertama Repelita VI, persentase jumlah manajer yang dimiliki koperasi non KUD adalah 12,2 persen, berarti meningkat sebesar 7,5 persen dari tahun

VI/56

Page 58:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

sebelumnya; sedangkan untuk KUD telah mencapai 74,0 persen, berarti meningkat 8,5 persen dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 1994/95 juga telah dididik dan ditempatkan sebanyak 686 orang PKL di seluruh kabupaten/kotamadya, atau 45,7 persen dari rencana pengadaan 1.500 orang PKL selama Repelita VI.

2) Program Pengembangan Lembaga Keuangan dan Pembeayaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemupukan modal dan meningkatkan kemampuan memanfaatkan modal, dalam rangka menyehatkan struktur permodalan koperasi.

Pelaksanaan kebijaksanaan di bidang perkreditan bagi koperasi dan anggotanya telah disempurnakan melalui Pakjan 1990. Dalam tahun pertama Repelita VI upaya itu dilanjutkan dan dimantapkan. Fasilitas perkreditan bagi koperasi meliputi antara lain Kredit kepada KUD (KKUD) sebagai modal kerja KUD untuk pengadaan padi, palawija, cengkeh, pupuk dan hortikultura; Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai modal kerja petani untuk intensifikasi padi, palawija dan hortikultura; serta Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) sebagai modal kerja dan investasi anggota koperasi di bidang usaha produktif di semua sektor ekonomi. Upaya membantu akses permodalan bagi para pedagang kecil/bakul terutama di perdesaan melalui penyaluran kredit modal kerja dengan persyaratan ringan dalam bentuk KCK melalui koperasi, telah dilakukan sejak tahun 1976 dan disempurnakan sejak tahun 1993 guna memperluas jangkauan pelayanannya ke beberapa daerah.

VI/57

Page 59:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Penyuluhan dilakukan pula dalam rangka memperkenalkan dan meningkatkan pemanfaatan secara optimal berbagai fasilitas dan lembaga keuangan untuk koperasi dan anggotanya seperti unit usaha/Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat (KBPR), Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi Asuransi Indonesia (KAI), Perum PKK, dan lembaga modal ventura.

Jumlah simpanan anggota koperasi pada tahun pertama Repelita VI telah mencapai Rp2,3 triliun atau 50,4 persen dari seluruh jumlah modal usaha koperasi. Apabila dibandingkan dengan jumlah simpanan anggota pada tahun 1993, terjadi peningkatan sebesar 26;8 persen. Jumlah modal usaha koperasi pada tahun 1994 mencapai Rp4,5 triliun, meningkat 26,5 persen dari tahun terakhir Repelita V (Tabel VI-18).

Perkembangan perkreditan bagi koperasi dan anggotanya dapat dilihat pada Tabel VI-19. Pada tahun 1994, penyaluran KUT, KKPA, KKUD serta kredit lainnya termasuk Kredit TRI masing- masing mencapai Rp154,9 miliar, Rp361,0 miliar, Rp94,4 miliar, dan Rp155,7 miliar. Dengan demikian umumnya terjadi sedikit penurunan dari tahun sebelumnya kecuali untuk KKPA yang mengalami peningkatan sebesar 15,5 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan KUT terutama disebabkan oleh makin banyaknya KUD yang tidak memenuhi syarat untuk menyalurkan KUT akibat masih banyaknya tunggakan kredit yang bersangkutan. Menurunnya KKUD antara lain disebabkan oleh banyaknya KUD yang tidak memanfaatkan kredit tersebut untuk pengadaan gabah/beras karena harga gabah/beras di pasaran umum dalam musim panen tahun 1994 umumnya lebih tinggi dari harga dasar. Penurunan ini juga disebabkan oleh berkurangnya pemanfaatan KKUD untuk pengadaan pupuk akibat adanya penggunaan pupuk urea tablet untuk menggantikan penggunaan pupuk urea curah.

VI/58

Page 60:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Bagi koperasi yang tidak mampu menyediakan agunan, diberikan bantuan oleh Perum PKK. Dari data sementara terlihat bahwa pada periode April - Desember 1994 jumlah koperasi yang memperoleh jaminan kredit dari Perum PKK mencapai 2.468 koperasi, sedangkan jumlahnya pada tahun 1993/94 adalah sebanyak 2.532 koperasi. Pada periode yang sama dalam tahun 1994 jaminan kredit yang diberikan Perum PKK telah mencapai Rp234,9 miliar, sedangkan nilainya pada tahun 1993/94 mencapai Rp453,3 miliar. Nilai kredit perbankan untuk koperasi yang memperoleh jaminan Perum PKK pada periode yang sama mencapai Rp306,2 miliar, sedangkan nilainya pada tahun 1993/94 adalah sebesar Rp597,0 miliar (Tabel VI-20).

Sampai dengan tahun pertama Repelita VI jumlah koperasi yang menyalurkan KCK mencapai 6.067 koperasi atau naik sebesar 1,5 persen dibandingkan tahun terakhir Repelita V. Sampai dengan tahun yang sama jumlah nasabah yang dilayani mencapai 17,5 juta orang atau meningkat sebesar 1,0 persen dari tahun terakhir Repelita V. Nilai perputaran kreditnya pada tahun yang sama mencapai Rp277,2 miliar, berarti naik sebesar 2,2 persen dari tahun terakhir Repelita V (Tabel VI-21).

KCK telah menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Persebaran jumlah koperasi, jumlah nasabah, dan jumlah dana KCK sejak Nopember 1976 sampai dengan Pebruari 1995 dapat dilihat pada Tabel VI-22. Propinsi di Jawa kecuali DKI Jakarta, Propinsi Sulawesi Selatan, dan Propinsi Sumatera Barat merupakan propinsi-propinsi utama yang memanfaatkan program KCK.

Lembaga keuangan koperasi telah berperan pula dalam meningkatkan permodalan gerakan koperasi melalui KBPR dan

VI/59

Page 61:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

KSP. Hingga Desember 1994 terdapat 49 KBPR, 933 KSP, 4.992 unit usaha simpan pinjam KUD, dan 19.067 unit usaha simpan pinjam koperasi non KUD di seluruh Indonesia.

3) Program Peningkatan dan Perluasan Usaha Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan koperasi kepada anggotanya. Kegiatannya antara lain meliputi penyuluhan peningkatan produktivitas usaha anggota melalui pendekatan kelompok, promosi/pameran usaha di dalam dan luar negeri, penyediaan informasi peluang usaha dan pasar, serta penyediaan sarana dan prasarana pemasaran seperti warung serba ada (waserda) dan tempat pelayanan koperasi (TPK) khususnya di daerah tertinggal.

Hasilnya dapat dilihat dari makin beragamnya bidang usaha yang dikelola oleh koperasi dan makin meningkatnya jumlah koperasi yang menanganinya (Tabel VI-23). Secara keseluruhan, jumlah nilai usaha koperasi pada tahun 1994 mencapai Rp8,2 triliun, sedikit turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel VI-18). Penurunan ini antara lain disebabkan oleh penurunan volume kegiatan usaha koperasi di bidang pengadaan pangan dan penyaluran pupuk.

Perkembangan pengadaan gabah/beras oleh KUD sampai dengan tahun pertama Repelita VI dapat dilihat pada Tabel VI-24. Pada tahun 1994/95 jumlah KUD pelaksana pengadaan pangan mencapai 2.309 KUD atau meningkat 1,5 persen dari tahun sebelumnya. Volume pembelian pada tahun yang sama adalah sebesar 1,0 juta ton atau menurun 44,0 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan yang cukup tajam tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi padi tahun 1994 sebesar 4,2 persen

VI/60

Page 62:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

dibandingkan tahun 1993, sebagai akibat bencana banjir dan kekeringan. Perkembangan harga rata-rata gabah di perdesaan pada musim panen tahun tersebut berada di atas harga dasar yang ditetapkan, sehingga petani memperoleh kesempatan untuk menikmati harga yang lebih tinggi dengan menjual hasil produksinya ke pasar umum.

Penurunan volume pembelian gabah/beras oleh KUD tersebut menyebabkan penurunan volume penjualan gabah/beras oleh KUD kepada Bulog pada tahun 1994/95. Pada tahun tersebut penjualan gabah/beras yang dilaksanakan oleh 2.095 KUD kepada Bulog volumenya mencapai 711,0 ribu ton atau 57,4 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan gabah/beras ke pasar umum melalui Puskud pada tahun yang sama dilaksanakan oleh 1.434 KUD, dengan volume penjualan mencapai 135,9 ribu ton atau meningkat sebesar 0,4 persen dari tahun sebelumnya (Tabel VI-24).

Di bidang pelayanan jasa listrik perdesaan, peranan koperasi menunjukkan peningkatan, tercermin dari meningkatnya jumlah koperasi yang melayani, jumlah pelanggan, serta jumlah desa yang dilayani (Tabel VI-25). Pada tahun 1994 jumlah koperasi yang memasarkan jasa listrik perdesaan sudah mencapai 3.135 koperasi/KUD atau meningkat 16,8 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah desa yang dilayani mencapai 21.427 desa, yang berarti 37,3 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Jumlah pelanggan yang dilayani mencapai 11 juta rumah, berarti 9,0 persen lebih tinggi dari tahun 1993.

Koperasi telah pula meningkatkan penyaluran bahan kebutuhan pokok kepada masyarakat dan anggotanya melalui waserda. Sampai dengan tahun 1994/95 telah terdapat 20.249 unit waserda

Vl/61

Page 63:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

yang terdiri dari 5.062 unit waserda yang dikelola oleh KUD dan 15.187 unit waserda yang dikelola oleh koperasi non KUD di seluruh Indonesia. Keberadaan waserda sangat dirasakan manfaatnya oleh anggota dan masyarakat khususnya di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan transmigrasi karena tujuan usahanya tidak semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapi lebih mengutamakan pelayanan. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan koperasi kepada anggotanya dan kelompok masyarakat desa yang relatif tertinggal secara ekonomi seperti nelayan dan petani kecil, sampai dengan Januari 1995 telah dibangun sebanyak 30.663 unit TPK di tingkat desa di seluruh Indonesia.

4) Program Kerja Sama Antarkoperasi dan Kemitraan Usaha

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan koperasi, baik dalam aspek kelembagaan seperti antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, maupun dalam aspek usaha antara lain dengan memperkukuh jaringan usaha koperasi, meningkatkan keterkaitan usaha, mempercepat proses alih teknologi, meningkatkan kepastian usaha, serta memperluas pemasaran hasil produksi koperasi.

Seiring dengan upaya peningkatan dan perluasan usaha koperasi tersebut dilakukan pula kegiatan pengembangan jaringan usaha koperasi dan temu usaha untuk mendorong terjalinnya kemitraan Usaha antara koperasi dengan BUMN dan usaha swasta. Pemanfaatan dana dari penyisihan laba bersih BUMN untuk pembinaan koperasi, yang telah dimulai sejak Repelita V, terus dimantapkan antara lain dengan meningkatkan koordinasi peren-canaan dan pelaksanaannya di lapangan. Kesempatan pemilikan saham perusahaan swasta yang sehat oleh koperasi telah diperluas.

VI/62

Page 64:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Upaya peningkatan kemitraan usaha antara koperasi dengan BUMN tersebut antara lain terlihat dari makin meningkatnya pemanfaatan jumlah dana bantuan BUMN kepada koperasi (Tabel VI-15). Sampai dengan Desember 1994, dana yang telah disalurkan untuk pembinaan koperasi mencapai Rp135,7 miliar atau meningkat 14,3 persen dari tahun sebelumnya. Dana tersebut telah disalurkan oleh 150 BUMN kepada 18.791 koperasi/KUD atau naik 14,8 persen dari tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir Maret 1995 tercatat sebanyak 180 perusahaan swasta yang telah menjual sekitar 76 juta lembar sahamnya kepada 1.874 koperasi/KUD, berarti meningkat 21,1 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama jumlah koperasi/KUD yang telah memiliki saham meningkat 17,9 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah koperasi/KUD yang telah menerima dividen sampai dengan Maret 1995 adalah sebanyak 1.123 koperasi/KUD dengan nilai sebesar Rpll,2 miliar.

Perkembangan tersebut menunjukkan meningkatnya peran serta dan partisipasi. usaha swasta dan BUMN dalam pengembangan usaha koperasi.

5) Program Pemantapan Kelembagaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk menata dan memantapkan kelembagaan koperasi agar makin sesuai dengan kebutuhan gerakan koperasi dan selaras dengan perkembangan lingkungan yang dinamis.

Kegiatannya antara lain adalah mendorong pembentukan KUD mandiri baru di kecamatan yang belum memiliki KUD mandiri, mengembangkan KUD mandiri inti di setiap kabupaten sebagai

VI/63

Page 65:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

pusat pengembangan koperasi di sekitarnya, mendorong pembentukan koperasi karyawan baru di perusahaan yang belum memiliki koperasi, serta mengembangkan koperasi karyawan mandiri. Upaya penataan kelembagaan koperasi juga ditempuh melalui pemasyarakatan dan penegakkan UU Nomor 25 Tahun 1992 termasuk penyusunan peraturan pelaksanaannya.

Perkembangan jumlah koperasi hingga tahun pertama Repelita VI menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, dan telah menyebar hampir ke seluruh pelosok tanah air. Jumlah koperasi pada tahun 1994 mencapai 44.294 buah, yang terdiri dari 35.273 koperasi non KUD dan 9.021 KUD, naik masing-masing sebesar 1,7 persen dan 6,3 persen dibandingkan jumlahnya pada tahun sebelumnya (Tabel VI-26). Dari 3.812 kecamatan yang ada, 93,9 persen di antaranya atau sebanyak 3.578 kecamatan telah mempunyai KUD. Dengan demikian jangkauan pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat sekitarnya sudah cukup luas dan makin merata.

Peningkatan jumlah koperasi diiringi pula oleh peningkatan jumlah anggota koperasi dan jumlah masyarakat yang memperoleh pelayanan koperasi. Pada tahun pertama Repelita VI jumlah anggota penuh koperasi sudah mencapai 25,4 juta orang, yang terdiri dari 13,0 juta orang anggota KUD dan 12,4 juta orang anggota koperasi non KUD, atau meningkat 2,9 persen dari tahun sebelumnya (Tabel VI-26).

Kualitas kelembagaan koperasi antara lain dapat dilihat dari berfungsinya alat-alat perlengkapan organisasi koperasi, seperti pengurus, pengawas dan Rapat Anggota Tahunan (RAT).

VI/64

Page 66:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Pada tahun pertama Repelita VI sampai dengan Desember 1994, persentase koperasi yang telah menyelenggarakan RAT telah mencapai 60,0 persen, naik 4,7 persen dari tahun sebelumnya (Tabel VI-27). Peningkatan pelaksanaan RAT oleh koperasi tersebut mencerminkan makin meningkatnya tertib organisasi koperasi serta makin luasnya kesempatan dan partisipasi anggota dalam ikut serta menentukan arah pengembangan koperasinya.

Kualitas kelembagaan koperasi terutama KUD secara nasional dapat pula dilihat dari perkembangan jumlah KUD yang telah mencapai tahap mandiri. Pada tahun pertama Repelita VI telah diwujudkan 346 KUD Mandiri baru. Dengan demikian, secara kumulatif sampai dengan tahun pertama Repelita VI telah berhasil diwujudkan 5.240 KUD mandiri yang tersebar di 3.233 kecamatan di seluruh Indonesia, naik 3,5 persen dari tahun sebelumnya. KUD mandiri yang tersebar di hampir semua kecamatan tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan bagi koperasi lain di sekitarnya. Pada tahun yang sama juga telah diwujudkan 118 KUD Mandiri Inti yang berfungsi sebagai pusat pengembangan bagi KUD lain, sebagai tempat magang dan studi banding bagi pengurus dan pengelola KUD lain, serta sebagai pelopor dan inti dari berbagai kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh KUD di sekitarnya.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan koperasi kepada kelompok masyarakat yang berpenghasilan tetap di perkotaan khususnya para karyawan perusahaan swasta dan BUMN, pada tahun pertama Repelita VI telah terbentuk 1.200 koperasi karyawan baru. Dengan demikian, hingga akhir tahun pertama Repelita VI telah ada sebanyak 4.677 koperasi karyawan atau naik 34,5 persen dari tahun sebelumnya. Sebanyak 479 buah di antaranya merupakan koperasi karyawan mandiri. Koperasi

VI/65

Page 67:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

karyawan mandiri ini diharapkan berfungsi sebagai percontohan dan pusat pengembangan bagi koperasi karyawan lain di sekitarnya.

b. Program Penunjang

1) Program Pembangunan Perkoperasian di Daerah Tertinggal

Program ini bertujuan pertama, mendorong tumbuhnya kelompok usaha bersama yang produktif, dan selanjutnya diarahkan untuk berkembang menjadi koperasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat; kedua, meningkatkan kualitas dan kemampuan koperasi yang telah ada sehingga dapat meningkat mutu dan jangkauan pelayanan usahanya kepada anggota dan masyarakat di daerah tertinggal.

Dalam tahun pertama Repelita VI kegiatannya meliputi antara lain penyuluhan kepada 4.000 orang (80 kelompok) pengusaha kecil, penyediaan informasi peluang usaha dan pasar, penempatan tenaga kerja sukarela terdidik (TKST) atau tenaga sarjana dan terdidik lainnya pada koperasi di daerah tertinggal, serta pembangunan 35 unit waserda yang dikelola oleh KUD, 61 unit waserda yang dikelola oleh koperasi konsumsi, dan 47 unit TPK KUD.

2) Program Pengembangan Informasi Perkoperasian

Page 68:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengembangkan sistem informasi kelembagaan dan usaha koperasi yang meliputi informasi tentang. produksi, informasi pemasaran dalam negeri dan ekspor,. informasi

permodalan, serta informasiVI/66

Page 69:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

untuk mendukung terjalinnya kerja sama, keterkaitan, dan kemitraan usaha.

Pelaksanaan program ini dalam tahun pertama Repelita VI masih terpusat pada pendayagunaan dan penyebarluasan informasi usaha dan pasar yang telah tersedia di berbagai instansi/lembaga kepada koperasi dan anggotanya di daerah tingkat II di seluruh Indonesia, melalui media cetak (surat kabar, brosur, leaflet, dan booklet) dan media elektronika (radio, televisi dan film). Kegiatan lainnya adalah penyusunan rencana induk sistem informasi perkoperasian dan pengusaha kecil dalam Repelita VI, yang terdiri dari sistem informasi bagi aparatur pembina koperasi dan sistem informasi bagi gerakan koperasi.

3) Program Penelitian dan Pengembangan Koperasi

Program ini bertujuan untuk menunjang pengembangan koperasi melalui pengkajian kebijaksanaan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia koperasi; peningkatan akses dan pangsa pasar koperasi; peningkatan akses terhadap sumber permodalan dan struktur permodalan koperasi; peningkatan kemampuan dan akses terhadap teknologi; pemantapan kelembagaan, organisasi, dan manajemen; kemitraan usaha, baik antar koperasi maupun antara koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya; serta pengkajian kebijaksanaan untuk mewujudkan pembinaan koperasi secara otonom dalam Repelita VI.

Dalam tahun 1994/95, telah dilakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang meliputi: penyusunan rencana induk (master plan) sistem informasi perkoperasian dan pengusaha kecil, studi kasus prospek pengembangan koperasi fungsional, kajian terhadap persepsi pengembangan perkoperasian dan peraturan perundang-

VI/67

Page 70:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

undangan yang mendukungnya, kajian pengembangan usaha pembibitan sapi perah oleh KUD, kajian prospek pengembangan kegiatan usaha pemasaran beras oleh KUD ke pasaran umum, perintisan pengembangan kemitraan dalam pemasaran komoditas hortikultura melalui koperasi, dan perintisan usaha KUD terpadu di Wonogiri. Pada tahun itu juga dilakukan penyempurnaan nama dan susunan kelembagaan Tim Nasional Pengkajian Perkoperasian (TNPP) menjadi Tim Nasional Pengkajian Perkoperasian dan Pengusaha Kecil (TNP3K).

4) Program Pembinaan dan Pengembangan Pemuda di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kepeloporan generasi muda dalam pembangunan koperasi; serta pewarisan nilai, semangat dan jiwa koperasi pada generasi penerus.

Dalam tahun pertama Repelita VI antara lain telah dilakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan di bidang perkoperasian bagi 1.650 orang pemuda yang berpotensi untuk meningkatkan jiwa wirausaha, terutama kelompok pemuda yang telah berusaha di sektor informal dan bermodal kecil, yang berasal dari daerah perdesaan, transmigrasi dan daerah terpencil untuk berusaha melalui wadah koperasi.

5) Program Peranan Wanita di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan koperasi melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pemberian kesempatan yang luas kepada kaum wanita untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan perkoperasian.

VI/68

Page 71:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Dalam tahun pertama Repelita VI antara lain telah dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan keterampilan wanita di bidang perkoperasian bagi 2.950 orang wanita yang terdiri dari 1.495 orang wanita motivator koperasi dan 915 orang tenaga kerja wanita (Nakerwan) di beberapa perusahaan dan 540 orang wanita pedagang di pasar tradisional, yang berasal baik dari daerah perdesaan maupun perkotaan di 27 propinsi.

6) Program Pengembangan Hukum di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan hukum yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang tangguh, mandiri, berakar dalam masyarakat, serta mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Kegiatan dalam program ini meliputi penyusunan dan perumusan peraturan perundang-undangan di berbagai sektor agar mendukung pembangunan koperasi.

Kegiatan dalam tahun pertama Repelita VI antara lain adalah melakukan bimbingan dan penyuluhan hukum dalam rangka memasyarakatkan UU Nomor 25 'Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan menyusun peraturan pelaksanaannya', melakukan inventarisasi dan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kehidupan koperasi di berbagai sektor, yang meliputi aspek kelembagaan dan usaha. Hasil telaahan tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai masukan dalam rangka penyempurnaan peraturan perundang-undangan termasuk

VI/69

Page 72:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

penyusunan peraturan perundang-undangan baru yang diperlukan.

Page 73:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI - 16JUMLAH PENGURUS, MANAJER, KARYAWAN

DAN KADER KOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN 1)

1973/74,1989/90 - (orang)

Akhir Repelita V Repelita VINo. Peserta Pendidikan Repelit

a I(1973/7

1989/90 1990/91

1991/92 1992/93

1993/94

1994/95 2)

1. Manajer/Karyawan 1322 3.052 4.864 6.078 6.160 5.827 5592

- Manajer 647 2.345 1.149 1.773 2.969 1.769 2.031

- Petugas Tehnis Usaha 675 707 3.715 4.305 3.191 4.058 3561

2. Pengurus 584 1.062 2.786 1263 4.116 5.025 2.974

3. Badan Pemeriksa - 813 1.472 1210 1.425 825 130

4. Kader Koperasi 3) 4.094 3.000 8.873 1.252 204 1.894 1387

5. Petugas Konsultasi Koperasi 4) - 1.583 396 570 600 650 686Lapangan (PKKL)

Jumlah 6.000 9510 18391 10373 12.505 14221

10.769

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 19943) Termasuk leader koperasi dari lingkungan masyarakat4) Dimulai tahun 1989/90, sejak tahun 1994/95 menjadi Petugas Konsultasi Lapangan (PKL)

VI/70

Page 74:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 17

KUD DAN KOPERASI NON KUD YANG TELAH MEMPUNYAI MANAJER 1)1983, 1989

— 1993, 1994

Akhir Repelita V

Repelita VINo

.Uraian Repelita

III(1983)

1989 1990 1991 1992

1993 2) 1994 3)

1. Koperasi Non KUD— Jumlah Koperasi 18,788 27,871 28,168 29,323 32,03

933,188 35,273

Non KUD— Jumlah Manajer 964 1,397 1,447 1,365 1,527 1,570 4297— Persentase 4) 5,1 5,0 5.1 4.7 4.8 4.7 12,2

2. KUD— Jumlah KUD 6,373 8,276 8,334 8,535 8,721 8,873 9,021— Jumlah Manajer 8,364 5,068 5,069 4,843 4,595 5,808 6,677— Persentase 4) 131,2 61,2 60.8 56.7 52.7 65,5 74,0

1) Angka kumulatif sejak tahun 19682) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan Desember 19944) Jumlah manajer dibagi jumlah koperasi pada tahun yang sama

VI/71

Page 75:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

1968, 1989 — 1993,

(miliar

1994

No. UraianAwalPJP—I

Repelita V

Repelita VI

(1968) 1989 1990 1991 1992

1993 1994 2)

1. Jumlah simpanan 0,3 518,0 638,0 706,0 1.421,2 1.803,3 2.286,4

2. Jumlah modal usaha

1.242,9 1.574,6

1.796,0 2.826,0 3.589,0 4.539,5

3. Jumlah nilai usaha 74,0

3.284,1 3.543,3

4.278,6 6.813,5 9.496,3 8.187,3

TABEL VI — 18SIMPANAN ANGGOTA, MODAL DAN NILAI USAHA KOPERASI 1)

1)Angka tahunan2)Angka sementara sampai dengan Desember 1994 .. =Data tidak tersedia

VI/72

Page 76:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 6MODAL DAN NILAI USAHA KOPERASI

1968, 1989 - 1993, 1994

VI/73

Page 77:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

1) Nilai kredit per Desember tahun yang bersangkutanTABEL VI — 19

PERKEMBANGAN KREDIT KEPADA KOPERASI 1)1968, 1989 — 1993, 1994

(miliar rupiah)

Awal Repelita V

Repelita VINo. Uraian PJP—I

(1968) 1989 1990 1991 1992 1993 1994 2)

1. Kredit Usahatani 292,4 164,8 161,0 162,4 156,5 154,9

2.

(KUT)

Kredit kepada Koperasi PrimeruntukAnggotanya (KKPA)

105,1 262,8 290,9 283,0 312,6 361,0

3. Kredit kepada KUD (KKUD)

66,4 78,1 111,2 91,6 97,6 94,4

4. Kredit lainnya 3) 109,4 45,8 57,4 157,2 171,2 155,7

2) Angka sementara sampai dengan Desember 19943) Termasuk Kredit Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

VI/74

Page 78:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 7PERKEMBANGAN KREDIT KEPADA KOPERASI

1989 - 1993, 1994

VI/75

Page 79:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI - 201972/73, 1989/90- 1993/94, 1994/95

Repelita V Repelita VINo. Uraian

1972/73 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/952)

1. KUD/Non KUD 472 3.906 4.610 4.568 2.400 2.532 2.468

2.

Penerima Jaminan Kredit(buah)

Jaminan 0,3 96,0 81,1 82,5 256,2 453,3 234,9

3.

(miliar rupiah)

Nilai kredit 0,3 124,5 98,3 85,5 337,9 597,0 306,2(miliar rupiah)

JUMLAH KUD/NON KUD DAN NILAI KREDIT YANGDIJAMIN OLEH PERUM PENGEMBANGAN KEUANGAN KOPERASI 1)

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 1994

VI/76

Page 80:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 21

PERKEMBANGAN KREDIT CANDAK KULAK 1)1977, 1989 —

1993,1994

Repelita V Repelita VINo. Uraian

1977 1989 1990 1991 1992 1993 1994 2)

1. Jumlah Koperasi Pelaksana

533 5.981 5.979 5.979 5.979 5.979

6.067(buah)

2. Jumlah Nasabah (ribu orang)

239,9 17.524,8

17.048,4 17.150,8 17.276,3 17.299,0

17.475,83. Jumlah Kredit 929,9 253374, 256.259, 263.800,0 270.624, 2713 277227,(juta rupiah)

1) Angka kumulatif sejak Nopember 19762) Angka sementara sampai dengan Desember 1994

VI/77

Page 81:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 22PENYEBARAN KREDIT CANDAK

KULAK (KCK) MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)

sejak Nopember 1976 sampai dengan Desember 1994

No. PropinsiJumlahKoperasi

JumlahNasabah

JumlahKredit

(buah) (orang) (juta rupiah)

1. DI Aceh 155 197.247 2.512;52. Sumatera Utara 325 287.913 6.585,53. Sumatera Barat 325 679.923 20.048,54. R i a u 130 78.448 3.014,15. J a m b i 90 70.905 3.379,46. Bengkulu 110 123.366 2.181,87. Sumatera Selatan 145 125.655 2.008,38. Lampung 209 544.011 6.600,39. DKI Jakarta 193 240.066 7.698,0

10. Jawa Barat 769 2.499.025 25.678,211. Jawa Tengah 840 4.440.206 65.225,712. DI Jogyakarta 180 1.042.195 19.974,413. Jawa Timur 884 4.426.213 51.637,514. B a l i 121 418.570 8.988,515. Nusa Tenggara Barat 138 342.793 5.676,916. Nusa Tenggara Timur 92 57.297 989,817. Timor Timur 12 1.046 99,118. Kalimantan Barat 125 79.466 1.990,519. Kalimantan Tengah 100 71.255 1.620,320. Kalimantan Selatan 153 186.705 5.208,221. Kalimantan Timur 124 55.559 1.306,022. Sulawesi Utara 130 230.512 3.931,223. Sulawesi Tengah 90 98.979 1.201,724. Sulawesi Selatan 385 1.044.041 24.633,825. Sulawesi Tenggara 95 81.842 2.544,426. Maluku 92 32.003 1.791,827. Irian Jaya 55 20.590 700,8

Jumlah 6.067 17.475.831 277.227,2

1)Angka kumulatif

VI/78

Page 82:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 23PERKEMBANGAN JUMLAH KOPERASI/KUD MENURUT BIDANG USAHA 1)

1973/74, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(buah)

Akhir Repelita V

Repelita No.

Bidang Usaha(1973/ 1989/90 1990 1991/92 1992/ 1993 1994/95

1. Pengadaan Pangan 1.558 2341 2.124 2.126 2386 2.274 2.3092. Penyaluran Pupuk 1.623 2.607 2.696 2.923 3.013 3.174 3.1073. Pemasaran Kopra 53 137 129 163 146 175 1814. Pemasaran Cengkeh 35 359 541 832 725 671 6345. Perikanan Rakyat 520 726 726 730 734 739 7116. Peternakan 113 510 568 568 591 623 9757. Produksi Susu 190 196 201 203 203 2068. Kerajinan Rakyat 437 1.379 1.148 1.173 1.23 1.236 1.2389. Industri Logam dan 345 73 168 177 196 20110 Batik dan Pakaian Jadi 154 196 371 385 404 356 35611 Penyaluran Kedele 67 71 73 73 73 73 11312 Angkutan Darat dan 108 319 405 441 477 511 53613 Angkutan Laut - 36 42 60 63 63 6314

.Listrik Perdesaan - 1.136 1.580 1.656 2305 2.685 3.135

1) Angka tahunan. Tidak dijumlah karena satu koperasi dapat mempunyai beberapa bidang usaha.2) Angka sementara sampai dengan Maret 1995

VI/79

Page 83:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI - 2 4PELAKSANAAN PENGADAAN PANGAN (GABAH/BERAS) -GLEE KUD 1)

1973/74,1989/90

— 1993/94,

1994/95

Akhir Repelita V Repelita VINo. Uraian Repelit

a I(19731

1989/90 1990/91

1991/92

1992/93 1993/94

1994195 2)

1. KUD Pelaksana (buah) 1558 2.341 2.124 2.126 2.386 2.274 2.309

2. Jumlah Pembelian 11u3) 281,3 2.166,6 1231,3 1.420,2 2.196 ,4 1.804,9 1.011,6Setara Betas (ribu ton)

1.469- 2.120 1.822 1.820 2.172 1.995 2.095

3. Jumlah PenjualanSetara Beras ke (ribu ton)a. Bulog (Cadangan National)

— Setara Beras (ribu ton)

198,4 2.024,0 1.231,3 1.170,8 2.087,2 1.669,7 711,0b. PUSKUD (Pasaran Umum) 523 1.676 1.499 1.385 1243 1.172 1.434

— Setara Betas (ribu ton)

22,5 123,6 98,5 91,4 78,6 135,3 135,9

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 19943) Tidak dapat dibedakan pelaksanaan oleh KUD secara murni atau secara kerja sama

VI/80

Page 84:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI— 25

PARTISIPASI KOPERASI DALAM

PEMASARAN JASA LISTRIK PERDESAAN 1)1983, 1989

— 1993, 1994

Akhir Repelita V Repelita VINo. Uraian Repelita

III(1983

1989 1990 1991 1992

1993

1994 2)

1. Jumlah Koperasi/KUD (buah)

478 1.136 1580 1.656 2.305 2.685 3.135

2. Jumlah pelanggan yang 183,3 2.478,8 3.209,2 4.687,6 7.097,5 10.069,0 10.980,0

3.

dilayani (ribu rumah)

Jumlah desa (buah) 1.394 8.108 10.112 12.118 15.485 15.606 21.427

1) Angka tahunan, hasil swadaya atau kerjasama dengan PLN 2) Angka sementara sampai dengan Desember 1994

Page 85:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

VI/81

Page 86:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABELVI -26JUMLAH KOPERASI DAN ANGGOTA KOPERASI SELURUH INDONESIA 1)

1968, 1989 - 1993,1994

Awal Repelita V Repelita VINo Uraian PJP-I

(1968)

1989 1990 1991 1992 1993 2) 1994 3)

1. Koperasi Non KUD (buah)

9339 27.871 28.168 29.323 32.039 33.188 35.273

Anggota (ribu orang) 1.509

7.698 10.779 12.479 13213 11.154 12369

2. KUD (buah) - 8.276 8.334 8535 8.721 8.873 9.021

Anggota (ribu orang) - 17.903 18355 20.433 20506 13.493 12.991

Jumlah koperasi (buah) 9339 36.147 36.502 37.858 40.760 42.061 44294Jumlah anggota-(ribu orang) 4)

1.509

25.601 29.134 32.912 33.719 24.647 25360

1) Angka kumulatif sejak tahun 1968.Koperasi mencakup Primer, Pusat, Gabungan dan IndukAnggota meliputi anggota penuh, calon anggota dan masyarakat yang memperoleh pelayanan koperasi

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan Desember 19944) Termasuk anggota penuh koperasi sebanyak 1,5juta (1968); 14,7 juta (1989); 20,7juta (1990);

21,8juta (1991); 24,4juta (1992) Sejak tahun 1993 pencatatan hanya dilakukan terhadap anggota penuh koperasi

VI/82

Page 87:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 8JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA

1968, 1989 - 1993, 1994

Page 88:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

VI/83

Page 89:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 27PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT)

1978, 1989 – 1993, 1994

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19942) Angka kumulatif sejak tahun 19683) Angka tahunan

VI/84

Page 90:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

D. PERDAGANGAN DALAM NEGERI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan perdagangan dalam negeri dalam Repelita VI adalah makin meningkatnya peran pasar dalam negeri dengan pola perdagangan dan sistem distribusi yang makin meluas dan mantap. Sasaran tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan berkembangnya sistem pemasaran dan distribusi nasional yang makin meluas, mantap, efisien, dan efektif; terciptanya iklim perdagangan dalam negeri yang sehat yang mendorong pengembangan dan perluasan usaha perdagangan; berkembangnya pasar lokal dan pasar wilayah di daerah perdesaan, terutama di daerah terpencil, pedalaman, perbatasan, transmigrasi, dan kawasan timur Indonesia; dan berkembangnya peranan usaha perdagangan skala menengah dan kecil, termasuk usaha perdagangan informal, rumah tangga, dan usaha tradisional serta berkembangnya peranan koperasi di bidang perdagangan.

Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sektor perdagangan sebesar 6,6 persen, pertumbuhan kesempatan kerja di sektor perdagangan, termasuk hotel dan restoran dalam Repelita VI adalah rata-rata 3,5 persen per tahun sehingga pada akhir Repelita VI sektor perdagangan mampu menyerap 14 juta orang tenaga kerja atau 15,3 persen dari total kesempatan kerja tersedia. Dengan demikian, dalam Repelita VI sektor perdagangan, termasuk hotel dan restoran akan menyerap tambahan tenaga kerja sekitar 2,2 juta orang.

Kebijaksanaan pembangunan perdagangan dalam negeri dalam Repelita VI pada pokoknya meliputi upaya untuk memantapkan dan

VI/85

Page 91:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

memperluas pasar; meningkatkan perlindungan terhadap konsumen; menciptakan persaingan usaha yang sehat yang melindungi pengusaha dan pedagang menengah dan kecil; mengembangkan kewirausahaan pengusaha dan pedagang menengah dan kecil; dan meningkatkan peran koperasi di sektor perdagangan.

Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan perdagangan dalam negeri dan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut di atas disusun program pembangunan perdagangan dalam negeri yang terdiri dari program pokok dan program penunjang. Program pokok meliputi program pengembangan usaha perdagangan dan distribusi nasional, dan program pengembangan sistem kelembagaan dan informasi perdagangan. Program penunjang meliputi program pengembangan kewirausahaan pengusaha dan pedagang menengah dan kecil, program pembinaan pemuda di bidang perdagangan, program peranan wanita di bidang perdagangan, program pengembangan informasi di bidang perdagangan, program penelitian dan pengembangan perdagangan, dan program pengembangan hukum di bidang perdagangan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Dalam tahun pertama Repelita VI dilanjutkan upaya pengembangan pasar yang makin transparan dan bersaing serta pemerataan distribusi barang dan jasa strategis ke seluruh pelosok tanah air dengan jumlah dan kualitas yang memadai serta harga yang terjangkau oleh daya beli rakyat.

VI/86

Page 92:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

a. Program Pokok

1) Program Pengembangan Usaha Perdagangan dan Distribusi Nasional

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pemasaran dan distribusi, serta memantapkan pengadaan dan penyaluran barang strategis dan bahan kebutuhan masyarakat banyak di dalam negeri.

Kegiatannya antara lain adalah memperluas pasar dalam negeri; mengupayakan pengentasan masyarakat dari kemiskinan; meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem perdagangan barang kebutuhan pokok, barang penting, barang strategis, serta sistem distribusi jasa; mengembangkan pusat kegiatan perdagangan untuk pembinaan dan pengembangan perdagangan skala kecil dalam upaya meningkatkan peran sertanya; mengembangkan kemitraan usaha; meningkatkan kemampuan manajerial dan kewirausahaan pedagang kecil dan menengah; dan memperluas kesempatan kerja di sektor perdagangan.

Dalam upaya untuk menjamin kepastian berusaha serta untuk lebih memacu pengembangan usaha termasuk usaha perdagangan yang dijamin oleh perangkat hukum yang sesuai dengan pertumbuhan pembangunan nasional, telah ditetapkan UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Dalam rangka pemantapan dan perluasan pasar serta mendukung pertumbuhan di berbagai sektor, dalam tahun pertama Repelita VI deregulasi di sektor perdagangan terus dilanjutkan, antara lain dengan ditetapkannya PP Nomor 20 Tahun 1994 dan

VI/87

Page 93:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Paket Kebijaksanaan juni 1994. Dengan paket deregulasi tersebut serta berbagai kebijaksanaan lainnya diupayakan untuk mengurangi hambatan usaha perdagangan melalui penyempurnaan dan penyederhanaan prosedur dan dokumen barang, sehingga menghasilkan peningkatan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan, makin transparannya pasar serta makin mantapnya pengadaan dan penyaluran barang-barang dengan harga yang wajar.

Laju inflasi sebagai indikator ekonomi yang penting, yang menyangkut penyaluran bahan-bahan yang pokok bagi kehidupan rakyat telah dapat dipertahankan tetap terkendali. Pada tahun pertama Repelita VI laju inflasi tingkat nasional adalah 8,6 persen, dan angka inflasi tahun 1993/94 sebesar 7,0 persen. Dari pengamatan terhadap laju inflasi 27 kota di Indonesia, dalam tahun 1994/95 terjadi laju inflasi yang mencapai dua digit di 3 kota.

Data yang diolah dari statistik BPS tahun 1995 menunjukkan bahwa nilai tambah menurut harga konstan 1993 yang dihasilkan oleh sektor perdagangan, termasuk hotel dan restoran, meningkat dari Rp55,3 triliun pada tahun 1993 menjadi Rp60,4 triliun pada tahun 1994, atau naik sebesar 9,2 persen. Seiring dengan peningkatan nilai tambah tersebut telah meningkat pula penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan. Pada tahun 1993 tercatat 11,7 juta orang tenaga kerja di sektor perdagangan, dan pada tahun 1994 meningkat menjadi 14,0 juta orang atau masing-masing sebesar 14,8 persen dan 17,1 persen dari jumlah penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan pada tahun 1994 naik sebesar 19,7 persen dibanding tahun sebelumnya.

VI/88

Page 94:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

a) Menjaga Kemantapan Penyaluran dan Harga Barang

Dalam rangka memantapkan pengadaan dan penyaluran bahan pokok dan strategis, telah dikeluarkan berbagai peraturan antara lain mengenai Harga Jual Pabrik (HJP) dan Harga Pedoman Setempat (HPS) semen, juga dikeluarkan keputusan yang mengatur bahwa garam yang diperdagangkan harus garam beriodium yang memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Nasional Indonesia (SNI), serta wajib dikemas dan diberi label. Mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng sebagai akibat naiknya harga di pasar luar negeri ditetapkan pajak ekspor terhadap bahan baku minyak goreng.

Mantapnya sistem tataniaga pupuk telah memberikan sumbangan yang besar bagi sektor pertanian. Perkembangan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, terutama jenis Urea dan TSP dapat dilihat pada Tabel VI-28. Pada tahun 1994/95 realisasi penyaluran pupuk mencapai 4.479,9 ribu ton, atau naik 3,0 persen dari tahun sebelumnya.

Untuk mengurangi subsidi pupuk pada tahun 1994/95 harga pupuk Urea dan ZA dinaikkan masing-masing menjadi Rp 260/kg dan Rp 295/kg, dari harga tahun 1993/94 bagi kedua harga pupuk tersebut sebesar Rp 240/kg. Penyesuaian harga pupuk tersebut dilakukan bersamaan dengan penyesuaian harga gabah, dan telah diperhitungkan untuk tetap menguntungkan petani.

Perkembangan rata-rata harga eceran besi beton di Jakarta tampak pada Tabel VI-29. Pada tahun 1993/94 perbedaan harga tertinggi dan terendah adalah sebesar 1,3 persen, dan pada tahun 1994/95 menjadi 2,8 persen. Dengan demikian tingkat harga besi beton masih cukup terkendali.

VI/89

Page 95:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Perkembangan rata-rata harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya tampak pada Tabel VI-30. Pada tahun 1993/94 perbedaan harga tertinggi dan terendah di ketiga kota tersebut masing-masing adalah sebesar 6,9 persen, 13,0 persen, dan 29,4 persen. Pada tahun 1994/95 sebagai akibat kelangkaan dalam pengadaan semen terjadi lonjakan harga yang cukup besar, sehingga perbedaan harga yang terjadi di ketiga kota tersebut masing-masing mencapai 20,6 persen, 36,2 persen, dan 35,2 persen. Untuk mengatasinya telah dilakukan impor, baik oleh BUMN maupun swasta.

Perkembangan rata-rata harga eceran minyak goreng di Medan, Jakarta dan Surabaya tampak pada Tabel VI-31. Pada tahun 1993/94 perbedaan antara tingkat harga tertinggi dan terendah di ketiga kota tersebut masing-masing adalah 13,3 persen, 8,3 persen dan 31,7 persen, sedangkan pada tahun 1994/95 angka tersebut masing-masing adalah 25,7 persen, 36,4 persen, dan 27,9 persen. Terjadinya kenaikan dalam perbedaan harga tersebut erat kaitannya dengan kelangkaan pengadaan di dalam negeri dan meningkatnya harga bahan baku minyak goreng di luar negeri. Langkah-langkah telah diambil untuk memantapkan pengadaan dan harga di dalam negeri.

Perkembangan rata-rata harga eceran gula pasir di Medan, Jakarta dan Surabaya tampak pada Tabel VI-32. Pada tahun 1993/94 perbedaan harga eceran tertinggi dan terendah hanya terjadi di Surabaya yaitu sebesar 0,5 persen, namun pada tahun 1994/95 terjadi di 3 kota tadi, yakni masing-masing sebesar 11,5 persen, 2,6 persen, dan 0,8 persen. Tampaknya ada kenaikan harga eceran gula pasir di ketiga kota tersebut, namun masih cukup terkendali.

VI/90

Page 96:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Perkembangan rata-rata harga eceran minyak tanah di Medan, Jakarta, dan Surabaya tampak pada Tabel VI-33. Pada tahun 1993/94 perbedaan harga eceran tertinggi dan terendah hanya terjadi di Surabaya yaitu sebesar 0,9 persen, sedangkan pada tahun 1994/95 tidak terjadi perbedaan harga. Dalam dua tahun terakhir ini harga minyak tanah cukup stabil dan terkendali.

Perkembangan rata-rata harga eceran tekstil kasar di Medan, Jakarta, dan Surabaya tampak pada Tabel VI-34. Walaupun terjadi kenaikan harga tekstil kasar, namun pada umumnya harga tekstil kasar cukup stabil. Dalam tahun 1993/94 dan tahun 1994/95 tidak terjadi perbedaan harga eceran tertinggi dan terendah tekstil kasar di masing-masing kota tersebut.

Penyediaan kertas koran dalam tahun 1994/95 sampai dengan Maret 1995 berjalan lancar, sehingga harga jual kertas koran masih berada pada tingkat yang wajar. Pada tahun 1993 penyaluran kertas koran di dalam negeri berjumlah 150,8 ribu ton, dan pada tahun 1994 turun menjadi 146,7 ribu ton. Menurunnya penyaluran kertas koran pada tahun 1994 menunjukkan berkurangnya penyediaan di dalam negeri sebagai akibat harga di luar negeri yang meningkat.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku susu untuk industri pengolahan susu (IPS) di dalam negeri yang semakin berkembang, pada tahun 1994/95 perbandingan antara penyerapan susu dalam negeri terhadap susu impor oleh IPS dirubah menjadi 1:2 dari 1:1,25 pada tahun sebelumnya. Pada tahun 1994 dilakukan penyesuaian harga jual susu dari Rp580/kg pada tahun 1993 menjadi Rp615/kg.

VI/91

Page 97:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Penyerapan susu dalam negeri oleh IPS telah meningkat dari 308,4 ribu ton, pada tahun 1993 menjadi 319,6 ribu ton pada tahun 1994 atau meningkat 3,6 persen.

b) Memperluas Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Negeri

Pada tahun 1994/95 perluasan pasaran barang-barang hasil produksi dalam negeri dilaksanakan melalui kegiatan pameran dagang, perluasan informasi pasar, dan pemantapan pelaksanaan Keppres Nomor 16 Tahun 1994. Pada tahun 1994/95 penyelenggaraan pameran dagang telah meliputi 27 propinsi dan tersebar di 294 kabupaten/kotamadya. Dengan Keppres Nomor 6 Tahun 1995, pengadaan pemerintah ditingkatkan koordinasinya dalam sebuah Tim, yang salah satu tugasnya adalah mendorong pengutamaan produksi dalam negeri dalam pengadaan pemerintah termasuk BUMN.

c) Pembangunan Prasarana Pasar

Perkembangan sektor perdagangan erat kaitannya dengan tersedianya prasarana fisik perdagangan berupa pasar, pertokoan dan pusat perbelanjaan serta pergudangan. Tersedianya prasarana tersebut secara memadai, selain memperluas kesempatan berusaha dan berkembangnya perekonomian, juga penting untuk pengentasan kemiskinan, terutama di daerah perdesaan. Pembangunan pasar desa sampai dengan tahun 1994/95 berjumlah 174 unit, atau naik 31,8 persen dari tahun sebelumnya, dan tersebar pada 174 kecamatan di 26 propinsi.

Pada tahun 1994/95 dibangun 333 pasar tradisional dan 20 pasar swalayan sehingga sampai dengan tahun 1994/95 jumlah

VI/92

Page 98:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

pasar yang dibangun telah mencapai 8.841 pasar tradisional termasuk pasar Inpres dan 831 pasar modern, yang terdiri dari 477 pasar swalayan dan 354 pusat perbelanjaan-.

d) Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional

Dalam rangka menciptakan persaingan usaha yang sehat serta pengembangan usaha kecil dan menengah telah dilakukan berbagai kegiatan yang mencakup pengembangan informasi, fasilitas perkreditan, serta pelatihan dan penyuluhan bagi pedagang kecil.

Pada tahun 1994/95 telah dilatih sebanyak 4.675 orang pedagang kecil penyalur dan pengecer, naik 6,9 persen dari tahun sebelumnya.

2) Program Pengembangan Sistem Kelembagaan dan Informasi Perdagangan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem kelembagaan dan informasi perdagangan yang efektif guna mendukung pengembangan. usaha perdagangan yang efisien dan produktif. Program ini dilakukan antara lain dengan menghapus berbagai hambatan usaha perdagangan, menyempurnakan sistem kelembagaan perdagangan, serta menyempurnakan sistem informasi pasar dan mengembangkan sistem komunikasi yang efektif dan teratur.

Upaya pemantapan kelembagaan perdagangan dilanjutkan dan ditingkatkan dalam tahun pertama Repelita VI antara lain dalam kemetrologian, pendaftaran perusahaan, pemberian Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan pengendalian kegiatan perusahaan asing di bidang perdagangan distribusi.

VI/93

Page 99:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Kegiatan tera dan tera ulang terhadap alat-alat ukur, alat timbang, takar beserta perlengkapannya (UTTP) yang dipergunakan dalam kegiatan perdagangan terus meningkat, yang menunjukkan meningkatnya kegiatan perekonomian. Kegiatan ini ditunjang oleh pendidikan . dan pelatihan keterampilan. bagi para petugas kemetrologian. Sampai dengan tahun 1994/95 petugas kemetrologian yang telah dididik dan dilatih berjumlah 3.680 orang, atau naik 10,5 persen dari tahun sebelumnya. Pelaksanaan tera terhadap UTTP tersebut ditujukan juga untuk meningkatkan perlindungan terhadap konsumen.

Dalam rangka Wajib Daftar Perusahaan (WDP) sampai dengan tahun 1994/95 terdaftar 1.049,7 ribu perusahaan yang terdiri dari 146,7 ribu PT, 13,3 ribu koperasi, 150,4 ribu CV, 726,9 ribu perusahaan perorangan, 2,9 ribu firma dan 9,5 ribu badan usaha lainnya. Pendaftaran perusahaan sampai dengan tahun 1994/95 tersebut naik 9,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang harus melaksanakan WDP yang diperkirakan sekitar 2,0 juta perusahaan, berarti sampai dengan awal Repelita VI telah tercapai 52,5 persen. Meningkatnya jumlah perusahaan yang melaksanakan WDP tersebut telah meningkat pula informasi yang tersedia bagi pengembangan usaha.

Sejak dilaksanakannya penyederhanaan pemberian SIUP pada tahun 1988, jumlah perusahaan yang memperoleh SIUP terus meningkat. Pada tahun 1994/95 terdaftar sekitar 95,2 ribu tambahan perusahaan yang terdiri dari 9,7 ribu perusahaan besar, 26,0 ribu perusahaan menengah dan 59,5 ribu perusahaan kecil. Tambahan pemberian SIUP pada tahun 1994/95 tersebut naik 7,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

VI/94

Page 100:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

Penghapusan kegiatan perusahaan asing di bidang perdagangan distribusi yang dimulai pada tahun 1977 masih dilanjutkan dengan maksud untuk mendorong berkembangnya usaha nasional. Sampai dengan tahun 1994/95 jumlah perusahaan nasional yang menjadi agen/distributor mencapai 10.973 perusahaan, atau naik sebesar 11,0 persen dibanding tahun sebelumnya.

b. Program Penunjang

1) Program Pengembangan Kewirausahaan Pengusaha dan Pedagang Menengah dan Kecil

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengusaha dan pedagang menengah, kecil, informal, tradisional, dan koperasi yang berkualitas dan mampu mengembangkan kewirausahaan.

Pada tahun 1994/95 pembinaan kepada pedagang kecil ini dilakukan antara lain berupa pelatihan dan penyuluhan. Program ini dilaksanakan bersama dengan program pokok Pengembangan Usaha Perdagangan dan Distribusi Nasional.

2) Program Pembinaan Pemuda di Bidang Perdagangan

Program ini bertujuan untuk membentuk wirausaha muda yang mandiri, dinamis, dan berkemampuan mengelola usaha perdagangan.

Pada tahun 1994/95 jumlah pemuda yang telah mengikuti pelatihan, penyuluhan, dan magang mengenai keterampilan usaha perdagangan adalah 1.680 orang, atau naik 33,3 persen dibanding tahun sebelumnya.

VI/95

Page 101:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

3) Program Peranan Wanita di Bidang Perdagangan

Program ini bertujuan untuk membentuk wirausaha wanita yang mandiri, dinamis, dan berkemampuan mengelola usaha perdagangan.

Pada tahun 1994/95 jumlah wanita pedagang yang telah mengikuti pelatihan, penyuluhan, dan konsultansi usaha perdagangan adalah 5.160 orang. Pada tahun 1994/95 kualitas pembinaan telah ditingkatkan.

4) Program Pengembangan Informasi di Bidang Perdagangan

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengembangkan sistem informasi perdagangan yang andal dan sesuai dengan dinamika pengembangan perdagangan.

Pada tahun 1994/95 kegiatannya antara lain meliputi pengembangan statistik, penyediaan data perdagangan, serta penyebaran informasi peraturan dan kebijaksanaan perdagangan sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas informasi.

5) Program Penelitian dan Pengembangan Perdagangan

Program ini bertujuan untuk melakukan kajian strategis untuk mendukung pengembangan

Page 102:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

perdagangan.

Pada tahun 1994/95 telah dilakukan 9 penelitian yang menyangkut pengembangan pemasaran komoditas, distribusi barang, penyederhanaan prosedur ekspor, analisis dan

prospek ekspor nonmigas, serta tinjauan kebijaksanaan perdagangan.

Vl/96

Page 103:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

6) Program Pengembangan Hukum di Bidang Perdagangan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan hukum yang menunjang pembangunan perdagangan.

Pada tahun 1994/95 antara lain telah dipersiapkan rancangan perundang-undangan mengenai perlindungan konsumen dan persaingan usaha.

VI/97

Page 104:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 28REALISASI PENYALURAN PUPUK OLEH PUSRI DAN KUD 1)

1969, 1989/90 — 1993/94,1994/95(rain ton)

Awal Repelita V Repelita VINo. Jenis Pupuk PJP—I

(1969) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 19931942) 1994195 3)

1. Penyaluran pupuk oleh PUSRI 356.5 4.289. 4365.8 4373.1 4.668.1 4348:0 4.4799

— UREA 307,9 2.982,0 3.116,2 3.070,5 3.414,6 3.155,2 3365,0

—TSP 48,6 1.307,1 1249,6 1.302,6 1253,5 1.192,8 1.114,9

2. Penyaluran pupuk PUSRImelalui KUD - 4.411,9 4268,5 4.140,0 4315,5 92,0 4) 78,64)

3. Persentase the total penyaluran (%) - 102,9 97,8 94,7 92,4 2,1 1,8

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara sampai dengan Maret 19954) Angka ini menuran karena KUD beralih menyalurkan urea tablet

VI/98

Page 105:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI — 29PERKEMBANGAN RATA—RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA

1968,1989/90 — 1993/94,1994/95(Rp/kg)

Awal Repelita V

Repelita VIBulan PIP - I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1)

April 23 621 712 900 754 773 787

Juli 32 621 712 900 "756 773 809

Oktober 70 640 795 900 764 783 809

Januari 12 640 795 761 763 783 809

1) Angka sementara

VI/99

Page 106:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI – 30PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

(Rp/karung)

1) Angka sementara.. = Data tidak tersedia

VI/100

Page 107:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI – 9PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

VI/101

Page 108:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI-31PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

(Rp/botol)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara .. = Data tidak tersedia

VI/102

Page 109:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

GRAFIK VI - 10PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

VI/103

Page 110:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan
Page 111:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI - 32PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIRDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968,1989/90 - 1993/94,1994/95(Rp/kg)

Awal Repelita V Repelita VIKota/Bulan PIP-I

(1968)

1989/90 1990/91

1991/92 1992/93 1993/94

1994/95 1)

MEDANApril 57,1 837,5 1.050, 1.100,0 1.200,0 1.300,0 1300,0Juli 60,5 875,0 1.125, 1.200,0 1.200,0 1.300, 1.300,0Oktober 66,6 950;0 1.125, 1.200,0 1.300,0 1.300,0 1300,0Januari 955,0 1.075,

01.200,0 1.300,0 1.300,0 1.450,0

JAKARTAApril 67,1 880,6 986,8 1.190,0 1.266,7 1.327,8 1.333,3Juli 58,0 900,0 1.077, 1.190,0 1.277,8 1327, 1.300,0Oktober 58,5 981,1 1.077, 1.194,4 1.277,8 1327, 1.300,0Januari 38,5 1.001,1 L077,

81.197,2 1.302,8 1327,

81318,1

SURABAYAApril 73,6 814,0 979,4 1.033,0 1.122,7 1.217,2 1.209,4Juli 61,1 828,9 979,4 1.100,0 1.196,1' 1.218,8 1.207,8Oktober 60,0 901,3 1.050, 1.095,0 1.190,0 1.218,8 1.206,2Januari 35,0 921,2 1.050,

31.084,0 1.199,2 1.212,5 1.199,5

1) Angka sementara.. = Data tidak tersedia

VI/104

Page 112:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI-33

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

(Rp/botol)Awal Repelita Repelita

VIKota/Bulan PJP-1(1968

)1989/9

01990/

911991/9

21992/9

31993/9

41994/951)

MEDANApril 16,5 190,0 190,0 250,0 250,0 350,0 350,0Juli 17,5 190,0 250,0 288,0 250,0 350,0 350,0Oktober 6,5 190,0 250,0 300,0 250,0 350,0 350,0Januari - 190,0 250,0 300,0 325,0 350,0 350,0

JAKARTAApril 6,4 225,0 225,0 250,0 300,0 400,0 400,0Juli 6,3 225,0 250,0 280,0 300,0 400,0 400,0Oktober 6,1 225,0 250,0 300,0 300,0 400,0 400,0Januari 5,4 225,0 250,0 300,0 375,0 400,0 400,0

SURABAYAApril 9,5 202,1 250,0 246,0 287,5 362,5 359,4Juli 17,6 203,1 250,0 271,0 287,5 362,5 359,4Oktober 15,8 207,5 250,0 287,5 287,5 362,5 359,4Januari 9,5 203,1 250,0 287,5 344,5 359,4 359,4

1) Angka sementara.. = Data tidak tersedia

VI/105

Page 113:  · Web viewBerbagai rencana pembangunan diupayakan, baik pada masa demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin antara lain Rencana Lima Tahun (1956-1960) dan Rencana Pembangunan

TABEL VI—34PERKEMBANGAN RATA—RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASARDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1968, 1989/90 1993/94,1994195(Rp/meter)

Awal Repelita V Repelita VIKota/Bulan PIP—I

(1968)

1989/90

1990/91

1991/92

1992/93

1993/94 1994/95 1)

MEDANApril 140,0 1.650,0 1.750,0 1.650,0 2.000,0 2.100,0 2.100,0Juli 135,0 1.650,0 1.750,0 1.900,0 2.050,0 2.100,0 2.100,0Oktober 140,0 1.650,0 1.750,0 1.900,0 2.200,0 2.100,0 2.100,0Januari - 1.650,0 2.000,0 2.100,0 2.200,0 2.100,0 2.100,0

JAKARTAApril 79,1 1.571,8 1.631,3 1.825,0 2.000,0 2.063,0 2.062,5Juli 96,1 1.631,3 1.643,8 1.875,0 2.000,0 2.063,0 2.062,5Oktober 101,6 1.631,3 1.643,8 2.000,0 2.000,0 2.063,0 2.062,5Januari 1.631,3 1.631,8 2.000,0 2.062,5 2.062,5 2.062,5

SURABAYAApril 123,0 1.632,1 1.717,1 1.939,0 2.500,0 2.500,0 2300,0Juli 125,0 1.651,8 1.854,3 1.980,0 2.500,0 2.500,0 2.500,0Oktober 130,0 1.671,3 1.854,32.000,0 2.500,0 2.500,0 2.500,0Januari - 1.717,1 1.854,3 2.029,0 2,500,

02.500,0 2300,0

1) Angka sementara.. = Data tidak tersedia

VI/106