€¦ · Web viewBelitkan stagen atau sabuk toros dari bawah keatas mulai pangkal paha menuju...
Transcript of €¦ · Web viewBelitkan stagen atau sabuk toros dari bawah keatas mulai pangkal paha menuju...
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKebudayaan sebetulnya adalah merupakan salah satu ekpresi manusia
dalam mendukung agamanya. Agama sebagai acuan suci tentu menghasilkan
kebudayaan yang pada dasarnya juga suci. Budaya berasal dari suku kata budi
merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari pada fikiran manusia, sebab itu
dicampuri oleh unsur rasa.
Tata rias pengantin Bali adalah unsur budaya yang mendukung budaya
Hindu, yang berkembang di Bali, dan expresi umat mengalami variasi. Variasai
itu dibenarkan sepanjang mengacu pada kemulyaan sebagaimana diajarkan
agama karena itu variasa dalam tata rias pengantin di Bali dikenal kurang lebih
8 macam (daerah), sesuai dengan Kabupaten yang ada di Bali.
Pada kesempatan ini penulis ingin menguraikan tentang salah satu
budaya tata rias pengantin yang ada di Provinsi Bali yaitu Tata Rias Pengantin
Bali Madya yang merupakan salah satu asset seni budaya masyarakat di Pulau
Bali.
Walaupun sudah banyak tenaga ahli rias pengantin di Negara kita
khususnya di Provinsi Bali ini namun jika kita amati praktek di lapangan, masih
banyak yang belum tepat di dalan penerapannya. Karena itu makalah ini
membahas secara khusus tentang Tata Rias Pengantin Bali Madya dari mulai
merias wajah, membuat sanggul moding, teknik pemasangan bunga dan
perhiasan kepala pengantin Bali Madya, pemakaian busana dan
perlengkapannya.
B. TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk para pendidik / perias
khususnya, untuk masyarakat pada umumnya yang tertarik mengetahui
tentang tat arias pengantin Bali Madya yang baik dan benar.
2. Untuk memberikan skill / keahlian bagi peserta didik di bidang tata rias
pengantin.
BAB IITATA RIAS PENGANTIN BALI MADYA
A. MERIAS WAJAH PENGANTIN WANITA1. Perlengkapan untuk merias
Persiapan yang pertama harus dilakukan oleh seorang piñata rias adalah
mempersiapkan perlengkapan merias termasuk memperhatikan kebersihan
maupun mengatur alat-alat kosmetik serta perlengkapannya.
Adapun sarana dan perlengkapan yang diperlukan adalah :
a. Meja rias untuk menaruh semua perlengkapan yang dibutuhkan
b. Kosmetik yang terdiri dari :
- Susu pembersih sesuai jenis kulit pengantin
- Penyegar
- Pelembab
- Alas bedak / foundation
- Bedak bubur dan padat (compact powder)
- Pensil alis berwarna coklat dan hitam
- Eye shador sesuai dengan warga belajar
- Eye liner, mascara, pemerah pipi
- Lip liner
- Lip gloss
- Lipstick
- Kuas
- Kapas
- Tisu
- Spon basah dan spon kering
- Scott tape
2. Tata Cara Merias WajahPatokan :1. Warna foundation dan bedak harus putih kekuning-kuningan
2. Warna perona mata / eye shadow boleh warna apapun sesuai busana
kecuali warna merah
3. Alis harus melengkung indah kecil merupakan ujung yang tidak berakhir
4. Riasan dahi atau serinata tidak boleh memakai pidih tetapi harus
memakai pensil alis hitam
5. Sunggar atau yang disebut semi harus memakai malem tidak boleh
memakai jeli atau sejenisnya, bentuk semi harus serpti tanda Tanya (?)
jatuh dibelakang kuping
6. Membuat gecek diantara alis berbentuk bulat warna merah
7. Untuk ujian uji kompetensi TRP Bali Madya memakai bulu mata palsu.
Langkah - langkah Merias Wajah :a. Pembersihan dan Pelembab
Langkah pertama sebelum merias wajah calon pengantin, wajah
harus dibersihkan dengan susu pembersih menurut jenis kulitnya
sampai merata hingga bagian leher, lalu angkat dengan tissue sampai
bersih. Kemudian beri tonik atau penyegar agar kulit kelihatan segar.
Setelah itu oleskan pelembab atau base foundation secukupnya.
b. Alas Bedak atau Foundation dan BedakDapat diberikan berbagai bentuk alas bedak antara lain cair (liquid),
cream, padat (stick), tahan air (water proof). Untuk mencapai hasil yang
maksimal penggunaan disesuaikan dengan jenis kulit, warna yang
sempurna dan serasi untuk TRP Bali Madya yang mengarah kekuning-
kuningan. Selain wajah bagian yang diolesi alas bedak adalah leher
yang terbuka, tangan, kemudian memakaikan bedak tabur dan bedak
padat sesuai dengan warna kulit.
c. Merias Mata, Pemerah Pipi dan Pemerah BibirMerias mata dapat dimulai dari membentuk garis alis melengkung
indah kemudian membentuk bayangan mata terdiri dari : warna biru /
ungu / hijau / kuning emas / oranye, sesuai warna busana kecuali tidak
boleh menggunakan warna merah, setelah itu memasang bulu mata dan
mascara tak lupa untuk memasang eye liner hitam untuk mempertajam,
kemudian membentuk bayangan hidung agar terlihat mancung. Setelah
riasan mata selesai aplikasikan pemerah pipi sesuai dengan bentuk
wajah calon pengantin dengan warna sesuai dengan warna lipstick /
warna cerah.
Gambar :
d. Membuat Gecek Diantara pangkal garis kiri dan kanan gambar bulatan merah yang
disebut “Gecek”. Bilamana pada saat ujian tidak membuat gecek itu
adalah kesalahan mutlak I.
Gambar membuat gecek :
GECEK
e. Membuat Serinata : Serinata adalah gambaran didahi, untuk membentuk dahi agar
kelihatan lebih bagus dan indah, sesuai dengan tata rias pengantin Bali.
Bentuk serinata ini sangat tergantung dari lebar sempitnya dahi
seseorang.
Cara membuat serinata :1. Ukur dan gecek merah + 4 atau 3 jari tidur keatas beri tanda tengah
dahi sejajar dengan gecek (gambar huruf A)
2. Dari titik A ukur kekiri dan kekanan ukur 2 jari berdiri tegak dapat B1
dan B2
3. Dari titik B1 dan B2 tarik garis bulatan 1 jari tidur dapat titik C1 dan
C2, bilamana belum bisa diperbolehkan membuat kaki dan B1 dan
B2 bantuan sudut keluar lebih pendek dari C1 dan C2 dengan
ukuran lebih kurang sehingga bantuan ini mendapatkan C3 dan C4
4. Dari atas alis tertinggi ukur 1 jari (ibu jari) tidur dan tekan dimiringkan
dan mendapatkan D1 dan D2.
5. Tarik garis lurus dari titik B1 dan B2 melalui titik A dari sudut B1 dan
B2 tarik garis bantuan jari-jari untuk mendapatkan titik C3 dan C4.
6. Dari titik A, C3, C4, C1 dan C2 turun landai menuju titik D1 dan D2
menuju pelipis kiri dan kanan
7. Perbaiki kembali lengkungan kiri kanan harus simetris dan sama kiri
kanannya
8. Dihitamkan dengan pensil hitam menyatu dengan hair line
Ingat : menghitamkan serinata harus memakai pensil alis tidak boleh
memakai pidih bilamana pada ujian uji kompetensi memakai
pidih adalah kesalahan mutlak.
Gambar serinata :
f. Membentuk SemiSemi adalah bentuk rambut bagian depan yang nantinya diberi
“malem” untuk mengimbangi riasan serinata, serta tempat hiasan bunga
= sasak yang dibentuk seperti engkug-engkugan = sunggar =
melengkung kedalam menuju belakang telinga.
Rambut bagian depan ditengah-tengah dibagi menjadi dua kiri dan
kanan yang nantinya pada TRP Bali Madya untuk menaruh bunga
cempaka putih dan cempaka kuning juga menaruh bunga sasak atau
bunga lepas dan pada TRP Bali Madya.
Cara membuatnya :
Setelah rambut dibagi dua kiri kanan, ambil serong dari bagian
depan 1 (satu) jari + 2 jari + 3 jari (lihat dipraktik).
Dari 1 jari, 2 jari bagian dalam, 3 jari membentuk tanda tanya (?) dan
bagian bawah rambut dibelakang telinga setelah terbagi dengan baik
kita beri malem agar membentuk engkug-engkugan (sunggar), panjang
semi harus tepat / sejajar dengan panjang telinga yang nantinya untuk
patokan subeng cerorot, sisa rambut dibelakang semi diangkat keatas
lalu diikat dengan ketinggian lebih kurang 7-8 jari dari hair line bawah,
lalu ikat dengan tali atau karet.
Ratakan “malem” (tidak boleh jeli/hair spray), pada rambut yang
telah dibagi diukur untuk semi agar betul-betul rata harus ditekan
dengan punggung sisir bagian dalam terlebih dahulu dibalik dari luar
dengan tumpuan keempat jari kiri sehingga rambut tidak pecah dan
menghasilkan rambut menjadi lembaran lempeng yang dapat ditekuk
kedalam agar menjadi bentuk semi atau sunggaran yang diinginkan,
yang mana panjangnya dengan cuping telinga kalau semi kepanjangan
dapat digunting tetapi bila kependekan harus disambung dengan rambut
lepas yang telah diisi malem sesuai dengan panjang yang diinginkan
sepanjang cuping telinga tidak lebih dan tidak kurang. Tinggi lengkung
semi sebagai sunggar lebih kurang tiga jari dari telinga atas dan kanan.
Gambar Semi :
B. MEPUSUNGAN / SANGGUL / GELUNG1. Tata Cara Membuat Mepusungan / Sanggul / Gelung
Nama Pusungan / Sanggul = Gelung Moding
A. Merapihkan Rambut di Kepala :Rambut dikepala disisir ke atas, sampai delapan jari dari hair line
depan (dahi), lalu diikat dengan karet. Kalau rambut asli pendek,
tambahkan cemara kecil, buatlah sanggul kerucut yang tegak (ujung
menuju ke atas tidak ke belakang), lalu ketatkan dengan, harnal besar,
jepit dan harnet sampai betul-betul kuat karena sanggul kerucut ini akan
menjadi tempat penahan batun pusungan dan rambut yang pendek-
pendek di belakang harus dirapihkan ke atas dengan baik.
B. Gelung ModingPada zaman dahulu moding dibuat dari ijuk halus atau potongan
rambut pendek-pendek / cemara / hair piece selebar telapak tangan +4.5
jari diberi harnet dan diikat dengan tali sepatu di hari spray dan
dirapihkan bentuknya, moding dipasang sebelah kanan ikatan rambut
disatukan dengan cemara dengan kemiringannya + 75 - 850, kemudian
bentuk batun pusungan diketatkan dengan penyawat + 1 cm, sisa
cemara terurai ke belakang dihias dengan bunga cempaka putih + 7 biji.
Gambar Pusung / Sanggul / Gelung :
C. Pemasangan Bunga Hidup - Satu kuntum mawar merah
- 25-35 kuntum cempaka putih
- 35-45 kuntum cempaka kuning
Caranya:
1. Pilih bunga cempaka yang sama besarnya,lalu kaitkan diselah dalam
semi garis belahan rambut, kaitkan satu helai menurun dengan jarak
yang sam berjumlah ganjil kiri danan s/d lengkungan semi.
2. Bunga mawar merah dipasang tepat ditengah belahan rambut depan
agak mundur dari bunga cempaka putih + 1 jari, diketatkan dengan
jepit.
Gbr. 1
Gbr. 2
3. Bunga cempaka kuning ditusuk dengan semat atau lidi, lalu tumpuk
tepat diatas mawar merah. Menurun kiri kanan dengan meletakkan
lebih kedalam, sedikit dari bunga pertama, hampir sejajar dengan
cempaka putih, tumpuk lagi dimulai dari bagian tengah diatas mawar
dan cempaka kuning s/d habis. Patokan pemasangan cempaka
kuning ,selalu lebih keatas daripada tiga bunga terbawah kiri kanan,
4. Cempaka kuning ditusuk pakai semat, dipasang diatas telinga,
didalam semi, kiri dan kanan masing-masing satu kuntum yang
berfungsi sebagai penahan dari bentuk semi.
Gambar :
d. Memasang Bunga Emas - Bancangan : Dipasang diatas bunga cempaka kuning
- Puspo lembo : Dipasang kiri kanan bancangan yang
jatuhnya tepat dibelakang tengah telinga
- Bunga sandat emas : Disusun sampai 20 bunga dan membentuk
kerucut
- 2 Bunga Kap : Dipasang di puncak, 1 buah menghadap ke
depan, 1 buah menghadap ke belakang
dipasang lebih pendek fungsinya untuk
menutup tangkai bunga luar
- Kompyong : Dipasang di gonjeran ditengah-tengah
pangkal atas
- Diatas Kompyong : Dipangkal moding dipenyawat pasang 5 – 7
kuntum bunga cempaka putih yang ditusuk
lidi
- Di Gonjeran : Dipasang menyebar bunga cempaka putih
dengan jarak yang sama diikat mahkota
bunga di rambut
- Bunga Sasak : 7 buah dipasang dipangkal rambut semi
C. MEMAKAI BUSANA
Terdiri dari :
1. Tapih Prada tidak warna kuning
2. Wastra / kamen songket Bali motif penuh
3. Sabuk Toros 9 m
4. Sabuk Prada 9 m
5. Selendang warna kuning
Model hendaknya telah memakai celana ketat dan longtorso dari rumah
dan memakai sarung juga kebaya.
Cara memakaikan :1. Memakaikan Tapih Prada
Belitkan tapih dan pinggang menutupi ibu jari kaki belahan dibelakang dan
kaki model harus dibuka.(lihat dalam praktek)
2. Memakai Wastra / Kamen
Dibelitkan dipinggang atau ujung wastra kiri diatas, miring diagonal kebawah
menutupi mata kaki (seperti memakai kain panjang biasa). Perlu diingat
wastra tidak boleh lebih atas dari mata kaki dan untuk mendapatkan ujung
wastra yang diagonal dan ujungnya miring / mengecil kebawah kaki harus
tetap terbuka jangan ditarik ketengah dan ujung wastra sebelah kiri diatas
menghadap kekanan dan bentuk harus diagonal.
3. Belitkan stagen atau sabuk toros dari bawah keatas mulai pangkal paha
menuju kedada atas terus dibelitkan, pada bagian susu dibentuk agar
menjadi bagus ujung stagen dikuatkan dengan peniti agar kuat.
4. Sabuk prada dimulai dari atas bentuk buah dada di atas ujung sabuk tersebut
dilipat lebih kurang selebar 1 – 1 ½ jari. Pada bagian kanan pinggang
belakang dan depan dikuatkan dengan peniti agar tidak bisa lepas bilamana
model duduk atau berdiri. Lilitan terakhir sabuk prada dipeniti dan dilipat
serong masuk kedalam dibawah stagen.
5. Memasang selendang
Ukur dari belakang sepanjang lutut dari bahu sebelah kiri motif tetumbakan,
lilitkan selendang dibagian dada bagian depan atas buatkan kupnat dibagian
bawah atau samping di bawah ketiak menuju kebagian belakang kuatkan
dengan peniti. Ujung yang disebelah kanan belitkan ke belakang jangan lupa
membuat kupnat lagi. Untuk menutupi ujung selendang yang pertama lalu
ketatkan dibawah ketiak sebelah kiri, ujung selendang melalui bahu kiri,
dengan ujung / tepi menghadap keluar, tarik yang kencang dan kuatkan
dibelakang sebelah kiri. Perlu diperhatikan simetris kupnat agar bentuk susu
menjadi baik dan bagus.
Memakai stagen polos
Memakai wastra / kamenMemakai
tapih perade
Memakai sabuk / perade
D. PERHIASAN
1. 1 pasang Subeng cerorot
2. 1 pasang Gelang naga satru
3. Cincin mata merah
4. Gecek warna putih di dada 2 baris. 1 baris sebanyak 7 atau 9 titik
Gambar :
Memakai selendang
E. CANANG SARI
1. Bagian BawahDisebut tatakan/aled/taledan.
Kebutuhannya :
1. Potongan janur + 18 cm
2. Merakit disilang lalu di semat / staples
3. Alas tatakan / taledan telah selesai dirakit
4. Diisi dengan pekir dari janur tanpa lidi
5. Membuat uras sari / sampyan uras
Kebutuhan :
Janur dipotong kira-kira 20 – 23 cm
kemudian diukir dari A ke C dan dari C ke C1 dengan jarak kira-kira 7 –
10 cm. dari C ke C1 2½ - 3 jari. Dari B ke B1 kira-kira 2 jari. Jadi AB = 20
s/d 23 cm. (lihat gambar)
dari B1 ke C1 janur diiris ke bawah pada lidinya. Dari B1 ke B janur
dipotong serong, mengecil ke atas (lihat gambar).
Buat potongan janur A B sebanyak + 30 – 35 potong tergantung dari lebar
kecilnya janur kemudian dibentuk seperti gambar.
Janur yang sudah diukir
Janur yang sudah dibentuk
Janur yang sudah dirakit
Hasil akhir
Gambar Tatakan / Taledan
Potongan Janur + 18 cm
Merakit silang lalu disemat disemat / staples
Alas tatakan / taledan selesai dirakit
Diisi dengan pekir janur tanpa lidi
Hasil akhir
2. Menyusun BungaKeperluan : Bunga 4 warna, pandan halus, lidi/kawat kembang
Cara menyusun : semua bunga ditusuk dengan lidi atau kawat kembang.
Bunga pertama berwarna merah melingkar di atas uras sari, yang kedua
disusun di atas bunga pertama berwarna putih susun melingkar, setelah
bunga putih susun lagi bunga warna hijau / kenanga disusun melingkar di
atas bunga kedua, yang terakhir bunga warna kuning mawar / kamboja
kuning. Terakhir ambil pandan harum halus letakkan di atasnya agak
meninggi sehingga canang sari kita ini menyerupai gunung. Lihat gambar
BAB IIIJENIS-JENIS PERKAWINAN DAN UPACARA ADAT
PERKAWINAN DI BALI
A. Jenis – Jenis Perkawinan di BaliSecara keseluruhan untuk masyarakat di Bali terdapat bentuk-bentuk
perkawinan yang unik dan mungkin tidak dijumpai pada daerah-daerah lain di
Indonesia.
Beberapa jenis perkawinan, seperti :
1. Jenis pertama terdiri dari :
1) Meminang / Ngidih / Memadik
2) Dijodohkan / Kejangkepan
3) Merangkat / Kawin Lari / Ngerorod
Walaupun berbeda-beda bentuk dari perkawinan ini, tetapi akibat hukum
ditimbulkan adalah sama, yaitu semua menjadi tanggung jawab pihak laki-laki
/ Purusha.
2. Jenis kedua yaitu Nyentana / Nyeburin. Jenis perkawinan yang kedua ini
akibat hukum yang ditimbulkan berbeda dengan ketiga macam bentuk dari
jenis pertama, yang berperan adalah pihak keluarga wanita.
Jenis I. Meminang / Ngidih / Memadik
Bentuk perkawinan ini pada jaman dahulu biasanya antara calon pengantin
biasanya belum saling kenal, namun calon pengantin laki-lakilah yang berminat
pada calon pengantin wanita. Namun pada saat sekarang biasanya antara
kedua calon pengantin sudah saling kenal dan saling cinta. Bentuk perkawinan
ini didahului dengan tata cara Peminangan / Ngidih yang dilakukan oleh pihak
keluarga laki-laki kepada pihak calon istri/ wanita yang sudah barang tentu
dilakukan pada hari baik. Biasanya sebagai utusan peminangan dilakukan oleh
orang yang dituakan atau yang mengerti tata cara peminangan.
Sebelum peminangan resmi dilakukan dikirim beberapa kali utusan yang
disebut dengan “NGECUB”. Untuk merundingkan hari datangnya utusan resmi
dari pihak keluarga laki-laki.
Jika hari tanggal telah ditentukan, pihak keluarga laki datang membawa
paweweh serta tampinan atau sirih pinang serta gula, kopi yang diserahkan
kepada keluarga pihak wanita. Paweweh berupa uang kepeng yang
melambangkan kejujuran atau kesungguhan hati dari maksud dan tujuan,
sedangkan basan pupur terdiri dari pakaian wanita dan perhiasan. Sirih pinang /
tampinan melambangkan wakil orang tua. Jika pembicaraan sepakat pada saat
itu juga diadakan peadungan pedewasaan atau sama-sama menentukan hari
baik untuk melangsungkan acara perkawinan anak-anak mereka.
Jenis II. Dijodohkan / Kejangkepan
Suatu bentuk perkawinan yang inisiatifnya timbul dari pihak orang tua
kedua calon mempelai. Mereka sebelumnya menghendaki supaya perkawinan
itu dilaksanakan. Biasanya mereka itu adalah yang masih ada ikatan
persaudaraan / persahabatan satu sama lainnya. Dengan maksud untuk
mempererat hubungan kekeluargaan yang sudah terjadi antara mereka tanpa
mempertimbangkan anaknya apakah saling mencintai atau tidak. Sang anak
harus mengikuti kehendak orang tua tentang pelaksanaan upacara dan upacara
sama dengan jenis diatas yaitu tanggung jawab pihak keluarga laki-laki.
Jenis III. Merangkat / Kawin Lari / Ngerorod
Yang dimaksud dengan bentuk perkawinan ini adalah suatu bentu
perkawinan yang dilaksanakan atas inisiatif sendiri kedua calon pengantin. Suka
sama suka, dengan jalan melarikan diri bersama-sama, baik pria maupun wanita
merupakan pelaksana yang aktif. Pada jenis perkawinan ini tampak jelas titik
puncak kedewasaan wanita Bali yang bebas memilih jodoh sendiri.
Namun demikian apabila di gadis dilarikan dengan unsure paksaan (di luar
kehendak si gadis) maka dapat diancam oleh UU (KUHP) hal ini di Bali disebut
“Melegandang” dan dapat dijatuhi hukuman adat tertentu.
Jenis Perkawinan Kedua
Yaitu nyentana / nyeburin, yaitu suatu perkawinan dimana upacara dan
upacara diselenggarakan oleh pihak keluarga wanita dan diselenggarakan di
tempat keluarga istri. Disini laki-laki yang dilepas hubungannya dari keluarganya
dan mengikuti keluarga istri (wanita) dengan otomatis si laki-laki tidak
mempunyai hak atas warisan dan kewajiban apapun yang ada di keluarga,
sedangkan sang istri akan menjadi ahli waris dalam keluarganya dan
menanggung kewajiban yang ada d keluarganya.
Perkawinan dianggap sah apabila :
1. Keluarga wanita tidak mempunyai anak keturunan laki-laki
2. Pihak laki-laki telah ihlas anaknya mengikuti istri
3. Mendapat persetujuan dari kedua belah pihak keluarga calon pengantin dan
disaksikan oleh para pamong Desa, Adat dan Dinas
4. Kedua calon pengantin saling mencintai tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
Sebagaimana diketahui, bahwa di Bali ada berbagai jenis perkawinan, dan
yang amat menonjol ialah jenis perkawinan Ngerorod / Merangkat / Ngelayas,
hal mana mencerminkan kebebasan wanita Bali untuk memilih jodohnya.
Tata Rias pengantin Bali Madya / dilaksanakan kalau yang akan menjalani
pernikahan mereka yang sama derajatnya atau jenis perkawinan yang dilakukan
pada jenis perkawinan “memadik, meminang, atau ngelamar”.
Setelah kesepakatan menentukan hari baik (dewasa), hari baik yang
disesuaikan dengan jam yang cocok dengan hari baik itu, barulah kedua
keluarga itu bersiap-siap melakukan upacara, di Bali yang berlaku adalah
system Patriatchaat jadi semua upacara serta biaya dilakukan dan dilaksanakan
oleh dan pihak laki-laki, kecuali jenis perkawinan “Nyeburin” atau “Nyentana”.
Ditempat calon Pengantin Perempuan :
Sehari sebelum pelaksanaan penjemputan pengantin wanita, calon pengantin
dibuatkan upacara “NGEKEB”, yaitu upacara yang maknanya mempersiapkan diri
untuk melaksanakan perkawinan (dari kehidupan remaja menjadi ibu rumah tangga)
serta mohon kepada Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa, kebahagiaan
dalam mengarungi perkawinan agar langgeng sampai khayat dikandung badan dan
mhon dikaruniai keturunan. Upacara ini dilaksanakan diperkarangan dan dalam
kamar. Calon pengantin seluruh tubuhnya diberikan boreh / lulur yang dibuat dari
daun bunga merak, kunyit atau temu giring, ketumbar, bunga kenanga, segenggam
beras yang telah direndam terlebih dahulu, lalu dihaluskan / digerus, dilulurkan /
disapukan keseluruh badan dengan bertahap. Disediakan air “kumkuman” (air
bunga) untuk mandi dan keramas dengan air merang atau air daun waru atau daun
kembang sepatu. Pada sore harinya melaksanakan upacara dipekarangan, dipimpin
oleh pemimpin upacara mohon karunia Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha
Esa untuk keselamatan dan kebahagiaan menjalani upacara Ngekeb guna
melaksanakan upacara perkawinan (Pawiwahan).
Setelah itu dilanjutkan upacara didalam kamar, yang mana telah disediakan
sesajen untuk upacara ngekeb ini. Setelah selesai melakukan upacara ngekeb,
calon pengantin tidak boleh keluar lagi tetap berada di dalam kamar (gedong),
menunggu calon pengantin laki-laki datang menjemput. Calon pengantin wanita
nanti akan ditutupi kain kuning tipis dari kepala sampai ke ujung kaki, sebagai simbul
bahwa mulai hari itu calon pengantin wanita menjalani kehidupan baru dan
mengubur kehidupan remajanya yang berarti memulai kehidupan berumah tangga
yang harus saling memberi dan menerima serta saling mufakat, sudah tidak boleh
lagi menuruti kemauan sendiri seperti perilaku waktu gadis / rejama.
Di kediaman calon pengantin laki, persiapan yang lebih lengkap dilakukan
persiapan sesajen untuk upacara “Mesegeh Agung”, “Mekala-kalaan”,
“Mewidhiwidana” serta “Mejauman / Ngabe Tipat Bantal”, dll juga menghubungi
keluarga, family serta kerabat dekat untuk turut serta menjemput pengantin. Kadang
kala sampai dua / tiga bus dan beberapa sedan, sekitar 50 sampai 150 orang yang
ikut. Pada hari jam yang telah disepakati calon pengantin laki datang dengan busana
kebesarannya (sesuai dengan desa kala patra yaitu kebiasaan setempat yang
berlaku), ada yang memakai busana jas Bali. Disini diadakan pembicaraan singkat
antara pembicara dari pihak laki-laki dengan pembicara dari pihak perempuan yang
makna singkatnya akan menjemput calon pengantin sesuai kesepakatan yang telah
disetujui. Kalau sudah calon pengantin laki disertai “Malat” (penyanyi tembang Bali)
menuju ke gedong dimana calon pengantin putri berada untuk keperluan mungkah
lawang dengan aparat perlengkapan tandunya.
Mungkah Lawang (Membuka Pintu)
Petugas khusus untuk “Mungkah Lawang” mengetuk pintu kamar beberapa
kali (biasanya 3 kali), lalu petugas malat menyanyikan tembang malat atau
sejenisnya, yang isinya bahwa calon pengantin laki datang untuk menjemput
pengantin perempuan, agar dibukakan pintu lalu dijawab dari dalam oleh tukang
malat pula, yang maknanya bahwa calon pengantin putri telah siap. Begitulah
bersahut-sahutan, yang akhirnya pintu dibuka calon pengantin laki masuk
menggendong pengantin putri langsung didudukkan ditandu yang tertutup dari atas
sampai bawah dengan kain kuning, calon pengantin laki berbicara dulu dengan
keluarga yang menemani calon pengantin putri dikamar / digedong mohon izin untuk
memboyong calon pengantin putri kerumah calon pengantin laki tapi ada kalanya
didepan gedong dimana orang tua calon pengantin putri berada mohon pamit
terlebih dahulu (hal ini tergantung dengan desa kala patra atau adat kebiasaan
setempat yang berlaku) lalu kedua calon pengantin ditandu, sampai ketempat
kendaraan yang akan membawa kedua calon mempelai kerumah kediaman calon
pengantin laki-laki.
Mejauman – Ngabe Tipat Bantal
Upacara ini sebagai lanjutan dari upacara pokok, yang bertujuan untuk
menentukan status dari pihak wanita (pradana) kepihak laki (purusha) dan pada hari
yang telah disepakati bersama antara pihak laki dan perempuan, maka keluarga laki
yang diiringi keluarga, kerabat, family serta teman dekat ikut mengantar kedua
mempelai pulang ketempat kediaman pihak perempuan, untuk mejauman yaitu
mohon pamit kehadapan Dewa Hyang-nya (leluhur) dan keluarganya, ayah, ibu,
saudara serta family lainnya. Bahwa mulai saat itu pengantin putri telah masuk
keluarga pengantin laki dan siwanita menjadi tanggung jawab pihak laki.
Pada saat mejauman ini pihak laki-laki datang dengan membawa banten /
sajen tertentu serta kue-kue tradisional Bali seperti apem, bantal, alem, serorot,
kuskus, sumping (nagasari), kekupa, beras, gula, kopi, teh, sirih pinang
selengkapnya, buah-buahan, lauk khas Bali dll, dengan dua warna putih dan merah.
BAB IVKESIMPULAN
Tata Rias Pengantin Bali Madya memiliki tata urutan dalam pelaksanaannya,
dari mulai mempersiapkan alat dan bahan, merias wajah calon pengantin, membuat
sanggul, memakaikan busana sampai dengan pemasangan bunga dan
perhiasannya.
Teknik pemasangan bunga dan perhiasan kepala pengantin Bali Madya
merupakan hal yang mutlak ditampilkan secara benar karena akan menjadikan
kesempurnaan estetika dan kualitas keilmuan pengantin Bali Madya.
Untuk mencapai hasil yang sempurna maka pemasangan bunga dan
perhiasan kepala pada Tata Rias Pengantin Bali Madya ini dijelaskan lebih rinci dari
mulai persiapan alat sampai urutan pemasangan yang benar.
Diharapkan agar para pendidik dan warga belajar dapat menerapkan hal ini
dengan baik dan benar dalam praktek merias pengantin Bali Madya.
Bandung, 12 Januari 2016
Penyusun
Ketut Sri Utami, S.IP, S.Pd
DAFTAR PUSTAKA
Nyonya. M. Mertami(1993), Tata Rias Pengantin Bali, Denpasar : Upada Sastra.
Made Lilin Gde Luhur, Tata Rias Pengantin Bali Madya Gaya Badung, Bali : DPD
Harpi Melati.
LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN “WIDYA”
TATA RIAS PENGANTINBALI MADYA
Oleh :Ketut Sri Utami, S.IP, S.Pd
Jl. Urea I Blok i No.16 Kav. KujangBeji Timur, Depok, Jawa Barat