repository.nusamandiri.ac.id · Web viewBAB III ANALISA JARINGAN BERJALAN Tinjauan Perusahaan...

27
BAB III ANALISA JARINGAN BERJALAN 3.1. Tinjauan Perusahaan Sebelum ISDN (Integrated Service Digital Network), ada juga beberapa jaringan konvensional yang digunakan dalam masyarakat yaitu: A. Jaringan Telepon (PSTN = Public Switched Telepon Network) B. Jaringan komunikasi data (PDN = Public Data Network) C. Jaringan Telex (PSTX = Public Switched Telex) Tabel III.1 DATA PERUSAHAAN Nama Perusahaan : PT. Telkom Akses ISO : 5 April 2013 *ISO 9001:2008 Quality Management System CIQS : 18 Feb 2013 *Valid until 17 Feb 2016 TECHNOLOGY OWNER LICENSE (SUPPORT) : Alcatel Lucent, FIBERHOME, HUAWEI, ZTE CERTIFICATION : CCNA, CCNP, PMP, Fiber Optic, Designer, Surveyor, PM Strategic/Service Partner : Fujikura, JF Konsorsium, Huawei, ZTE, FIBERHOME, CISCO, Alcatel Lucent, SKT, Samsung, Konet, Knet Tanggal Didirikan : 12 Desember 2012 20

Transcript of repository.nusamandiri.ac.id · Web viewBAB III ANALISA JARINGAN BERJALAN Tinjauan Perusahaan...

39

BAB III

ANALISA JARINGAN BERJALAN

3.1. Tinjauan Perusahaan

Sebelum ISDN (Integrated Service Digital Network), ada juga beberapa jaringan konvensional yang digunakan dalam masyarakat yaitu:

A. Jaringan Telepon (PSTN = Public Switched Telepon Network)

B. Jaringan komunikasi data (PDN = Public Data Network)

C. Jaringan Telex (PSTX = Public Switched Telex)

Tabel III.1 DATA PERUSAHAAN

Nama Perusahaan

:

PT. Telkom Akses

ISO

:

5 April 2013 *ISO 9001:2008 Quality Management System

CIQS

:

18 Feb 2013 *Valid until 17 Feb 2016

TECHNOLOGY OWNER LICENSE (SUPPORT)

:

Alcatel Lucent, FIBERHOME, HUAWEI, ZTE

CERTIFICATION

:

CCNA, CCNP, PMP, Fiber Optic, Designer, Surveyor, PM

Strategic/Service Partner

:

Fujikura, JF Konsorsium, Huawei, ZTE, FIBERHOME, CISCO, Alcatel Lucent, SKT, Samsung, Konet, Knet

Tanggal Didirikan

:

12 Desember 2012

Akte Pendirian

:

Notaris Siti Safarijah, No. 20, tanggal 26 Nov 2012

Alamat Lengkap Perusahaan

:

Gedung Telkom Jakarta BaratJl. S. Parman Kav. 8 Jakarta Barat 11440Telp. / Fax : +62-21-2933-7000 / +62-21-2933-6000www.telkomakses.co.id

Pengesahan Badan Hukum Perseroan

:

Keputusan MENKUMHAMnomor AHU-60691.AH.01.01.Tahun 2012,tanggal 28 November 2012

SIUP (Menengah)

:

No.  09599-04/PM/1.824.271, tanggal 4 Desember 2012

NPWP

:

No. 03.275.315.4-014.000

Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

:

No. 1-906174-3171-2-04658, tanggal 22 Jan 2013

Sertifikasi Jaringan

:

CIQS 2000:2009, No TCIQS130003, tanggal 18 Februari 2013, Pelaksana Bidang Kontraktor (JARLOKAT, JARLOKAF, JARLOKAR)

Contact

:

PT. TELKOM AKSESemail    : [email protected]      : 021-2933-7000

Sumber: Telkom Akses 2014

3.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Telkom Akses (PTTA) merupakan anak perusahaan PT Telekom Indonesia, Tbk. Sahamnya di miliki sepenuhnya oleh Telkom. PT TA bergerak dalam bisnis penyediaan layanan konstruki dan pengelolaan infrastruktur jaringan, Pendirian PTTA merupakan bagian dari komitmen Telkom untuk terus melakukan pengembangan jaringan broadband untuk menghadirkan akses informasi dan komunikasi tanpa batas bagi seluruh masyarakat indonesia. Telkom berupaya menghadirkan koneksi internet berkualitas dan terjangkau untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bersaing di level dunia. Telkom tengah membangun jaringan backbone berbasis Serat Optik maupun Internet Protocol (IP) dengan menggelar 30 node terra router dan sekitar 75.000 Km kabel serat optik. Pembangunan kabel serat optik merupakan bagian dari program Indonesia Digital Network (IDN) 2015. Sebagai bagian dari strategi untuk mengoptimalkan layanannya, Telkom mendirikan PT. Telkom Akses. Kehadiran PTTA diharapkan akan mendorong pertumbuhan jaringan akses broadband di indonesia. Selain Instalasi jaringan akses broadband, layanan lain yang di berikanoleh PT. Telkom Akses adalah Network Terminal Equipment (NTE), serta Jasa Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan (O&M – Operation & Maintenance) jaringan Akses Broadband.

3.1.2 Struktur Organisasi dan Fungsi

A. Struktur Organisasi

TELKOM AKSES JAKARTA UTARA

Sumber : Telkom Akses 2014

Gambar : III.1 Struktur Organisasi

B. Fungsi

Berikut fungsi struktur organisasi di perusahaan PT Telkom Akses adalah sebagai berikut :

1. Manager

2. Asisten Manager

3. SPV

4. Koordinator

5. Helpdesk

6. Teknisi

3.2. Skema Jaringan Berjalan

Berikut skema jaringan berjalan yang ada pada Noss-F jaringan optik :

3.2.1. Topologi Jaringan

Di bawah ini Topologi jaringan fiber optik Fiber to the Home yang berbasis noss-f :

A. Topologi Ring

Topologi ini digunakan apibila menginginkan sistem yang redundant dan kondisi geografis di lapangan memungkinkan untuk dibuat jaringan feeder berbentuk Ring.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.2 Topologi Ring Fiber Optik

B. Topologi Bus

Topologi ini digunakan apabila kondisi dilapangan tidak memungkinkan di desain menggunakan ring.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.3 Topologi Bus Fiber Optik

C. Topologi Star

Topologi Ring ini digunakan untuk menghubungkan semua kabel dari tiap-tiap ODP ke sental point sebagai konsentrator yaitu ODC.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.4 Topologi Star Fiber Optik

3.2.2. Arsitektur Jaringan

Sistem Jarlokaf paling sedikit memiliki 2 (dua) buah perangkat opto elektronik yaitu 1 (satu) perangkat atau opto elektronik di sisi sentral dan satu lagi (satu) lagi perangkat yang berada di sisi pelanggan yang di sebut Titik Konversi Optik (TKO). Perbedaan letak TKO menimbulkan modus arsitektur Jarlokaf berbeda pula yaitu :

A. Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet dengan kapasitas besar. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilo meter. FTTZ umumnya di terapkan pada daerah perumahan yang letaknya jauh dari sentral atau infrastruktur duct pada arah yang bersangkutan, sudah tidak memenuhi lagi untuk ditambahkan dengan kabel tembaga.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.5 Fiber To The Zone

B. Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, di dalam kabinet dan di atas tiang dengan kapasitas lebih kecil. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO memalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter. FTTC dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis yang letaknya berkumpul di suatu area terbatas namun tidak berbentuk gedung-gedung bertingkat atau bagi pelanggan perumahan yang pada waktu dekat akan menjadi pelanggan jasa hiburan.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.6 Fiber To The Curb

C. Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang jaringan di basement namun juga dimungkinkan diletakkan pada beberapa lantai di gedung tersebut.Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB diterapkan bagi pelanggan bisnis di gedung-gedung bertingkat atau bagi pelanggan perumahan di apartement.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.8 Fiber To The Building

D. Fiber To The Home (FTTH)

Fiber to the Home (disingkat FTTH) merupakan suatu format penghantaran syarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai medium penghantaran. Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat mengantikan penggunaan kabel konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan yang dikenal dengan istilah Triple Play Services yaitu layanan akan akses internet yang cepat, suara (jaringan telepon, PSTN) dan video (TV Kabel) dalam satu infrastruktur pada unit pelanggan.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.8 Fiber To The Home

E. Fiber To The Tower (FTTT)

TKO terletak pada suatu ruangan yang disebut Shelter BTS. Shelter BTS adalah suatu tempat yang disitu terdapat perangkat-perangkat jaringan. Untuk letaknya biasa juga tidak akan jauh dari suatu menara (tower) karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara keduanya, yakni shelter BTS dan Tower. FTTT diterapkan pada suatu BTS dari central office sampai ke tower yang berfungsi untuk menjembatani pengguna seluler satu dengan yang lain yang terhubung dengan koneksi serat optik.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.9 Fiber To The Tower

3.2.3. Skema Jaringan

Berikut ialah Skema Jaringan fiber optik yang ada di sto Muara Karang :

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.10 Skema Jaringan

3.2.4. Keamanan Jaringan

Ada beberapa keamaan jaringan fiber optik sebagai berikut :

1. Pemasangan kabel fiber optik harus standart sesuai spesifikasinya.

2. Pemasangan perangkat harus standart dan spesifikasi.

3.2.5. Spesifikasi Hardware dan Software Jaringan

A. Konektor RJ45.

Konektor RJ45 biasa digunakan dalam jaringan komputer LAN maupun jaringan komputer tipe lainnya. RJ singkatan dari Register Jack adalah standar peralatan pada jaringan yang mengatur tentang pemasangan kepala konektor dan urutan kabel yang digunakan.

Sumber : http://www.sisilain.net/2013/08/pengertian-dan-fungsi-konek.html

Gambar III.11 Konnektor RJ 45

B. Kabel Fiber Optik

Fiber optik adalah sebuah kabel yang terbuat dari serat kaca dengan teknologi canggih dan mempunyai kecepatan transfer data yang lebih cepat daripada kabel biasa, biasanya fiber optik digunakan pada jaringan backbone (tulang punggung) karena dibutuhkan kecepatan yang lebih. Namun pada saat ini sudah banyak yang menggunakan fiber optik untuk jaringan basa baik LAN, WAN maupun MAN karena dapat memberikan dampak yang lebih pada kecepatan dan bandwitch karena fiber optik ini mnggunakan bias cahaya untuk mentransfer data yang melewatinya.

Sumber : http://jaringankomputer.org/httppengertiankabel-fiber-optik-prinsipkerja-fiber-optic/

Gambar III.12 Kabel Fiber Optik

C. Optikal Line Termination (OLT)

OLT sebagai daerah pusat dari sistem jaringan. OLT merupakan gabungan dari CWDM, Gigabit-capable Ethernet dan SONET / SDH yang dipergunakan untuk mentransmisikan suara, data dan video yang melewati GPON.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.13 Optical Line Termination

Persyaratan umum untuk OLT yaitu :

1. Backplane OLT menyediakan sistem backup (redudansi) dan koneksi independent 10 Gigabit Ethernet full duplex untuk masing-masing servis slot.

2. Kemampuan switching fabric OLT mempunyai arsitektur non-blocking 150 Gbps full duplex per shelf.

3. memiliki universal service slot Untuk PON card.

D. Fiber Transminition Management (FTM)

ODF FTM memiliki tinggi 2,2 m (termasuk sepatu rak atau rack Wheels) yang didalamnya terdapat dudukan untuk menempatkan perangkat Fiber Termination BOX (FTB) dengan sistem rak 19’. Kapasitas minimun ODF FTM adalah 7 FTB dan kapasitas setiap FTB maksimal 144 Port sehingga kapasitas total ODF FTM minimal sebesar 1008 port.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.14 Fiber Transminition Mnagement

E. Optical Distribution Cabinet (ODC).

ODC adalah suatu perangkat pasif yang di instalasi diluar STO bisa di lapangan (Outdoor) dan juga bisa didalam ruangan atau di MDF gedung HRB (Indoor), yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai titik terminasi ujung kabel feeder dan pangkal kabel distribusi.

2. Sebagai titik distribusi kabel dari kapasitas besar (feeder) menjadi beberapa kabel yang kapasitasnya lebih kecil lagi (distribusi) untuk flesibilitas.

3. Tempat Spliter.

4. Tempat penyambungan dan terminasi.

.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.15

Optical Distribution Cabinet

F. Optical Distribution Point (ODP)

Sama seperti ODC, ODP dapat diinstalasi diluar STO bisa di lapangan (Outdoor) yang biasa disebut ODP Pole atau Pillar maupun dapat dinstal di dalam gedung (Indoor) yang disebut ODP Wall. Adapun Fungsi dari ODP tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai titik terminasi ujung kabel distribusi dan pangkal kabel Drop Cable.

2. Sebagai titik bagi kabel distribusi menjadi beberapa kabel yang langsung di drop ke pengguna (user) untuk flesibilitas.

3. Tempat Spliter.

4. Tempat penyambungan dan terminasi.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.16 Optical Distribution Point

G. Optical Network Terminal (ONT)

Optical Network Terminal (ONT) berada di sisi pelanggan dari sistem jaringan. Optimate 1000NT (ONT) mempunyai tugas utama yaitu dipergunakan untuk mentransmisikan suara, data dan video yang melewati jaringan Gigabit capable Passive Optikal Network (GPON) kepada para pelanggan dan OLT.

Adapun ONT yang sering dipakai saat ini adalah Produksi vendor ZTE dengan tipe-tipe sebagai berikut :

1. ONT ZXA10 F660.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.17 ONT zxa10 F660

2. ONT ZXA10 F-820/821.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.18 ONT ZXA10 F-820/821

H. Optical Time Domain Reflectomete (OTDR)

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengukur dan mengetest dari serat optik. Sebuah serat optik yang telah di pasang dan berjalan hanya dapat di ukur dan di test oleh OTDR, baik dalam hal panjang gelombang multimode atau single mode. Power meter biasa hanya bisa mengukur total redaman dari fiber optik yang tengah berjalan. OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss, reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi ini pada layer tampilan. OTDR juga dapat memaintain akan redaman maksimum yang diijinkan akibat radius bending baik macro bending (redaman geometri yang terjadi pada saat instalasi) atau microbending (redaman geometri akibat adanya ketidakteraturan pada bidang batas yang idealnya adalah datar terjadi pada saat fabrikasi.) parameter di atas dapat diukur oleh OTDR sehingga dalam penyambungan dapat diantisipasi redaman yang terlalu tinggi.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.19

Optical Time Domain Reflectomemete (OTDR)

I. Perangkat Splitter

Splitter adalah optikal fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam satu path. Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Splitter terdiri dari 2 port dan bisa mencapai dari 32 port. Berdasarkan ITU G.983.1 BPON standar direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun ratio meningkat menjadi 64 berdasarkan ITU-T G.984 GPON standar. Splitter mendukung beberapa pilihan ratio pembagian sinyal. Ratio pembagian dapat menggunakan sebuah alat untuk splitter sebagai contoh pemakaian splitter tunggal 1:32 atau pemakaian splitter secara pararel seperti 1:8 dan 1:4 atau 1:16 atau 1:2.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.20 Perangkat Splitter

J. Fucion Splicer

Alat sambung Serat Optik  dikenal dengan sebutan fucion splicer yaitu suatu alat yang digunakan untuk menyambung core serat optik  yang berbasis kaca yang mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memanasi kaca yang putus pada core sehingga terhubung kembali secara baik. Alat sambung splicer ini harus memiliki keakuratan tinggi sehingga pada saat penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna, karena proses terjadinya pengelasan media kaca terjadi proses peleburan kaca yang menghasilkan suatu media yang tersambung dengan utuh tanpa adanya celah karena memiliki karakter media yang memiliki senyawa yang sama.  Penyambungan bisa saja tidak utuh,  karena tidak mengikuti prosedur penyambungan yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses penyambungan harus diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil-kecilnya (dibawah 0.1 dB).

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.21 Fucion Splitter

K. Pigtal

Seutas serat optik yang pendek untuk menghubungkan dua komponen optik dilengkapi satu konektor pada salah satu ujungnya.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.22 Pigtal

L. Patch Cord

Utas penyambung, kabel interkoneksi, biasanya dengan konektor yang sudah terpasang di kedua ujungnya, digunakan untuk menghubungkan dua perangkat.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.23 Patch Cord

M.OPM ( Optical Power Meter)

OPM untuk mengukur daya yang terjadi pada suatu link tertentu berdasarkan spesifikasi yang digunakan.

Sumber : Modul Telkom Akses 2014

Gambar III.24 Optical Power Meter

3.3 Permasalahan

Berikut permasalahan yang ada pada jaringan fiber optik bebrbasis noss-f :

A. Bila pemasangan kabel fiber optik tidak mengikuti standrisasi dan spesifikasi akan menyebabkan redaman dan link budgeting tinggi

B. Bila pemasangan perangkat fiber optik tidak mengikuti standrisasi dan spesifikasi tidak akan berfungsi dengan baik

C. Jika ada data pelurusan dan tidak sesuai data lapangan sistem noss f akan eror dan tidak akan berjalan dengan baik.

3.4 Alternatif Pemecahan Masalah

A. Harus melalukan pemasangan kabel fiber optik dengan benar dan harus sesuai standarisasi yang telah d tetapkan.

B. Data hasil lapangan harus lurus dengan sistem noss- F agar tidak terjadi kesalahan saat di input maupun d trace dengan sistem.

C. Pada saat terjadi fallout di sistem noss-F data tersebut harus segera di luruskan supaya hasil data lapangan bisa berjalan dengan lurus kembali.

20