Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

12
BAB I PENDAHULUAN Wayang adalah salah satu alat atau media tradisional untuk bercerita di Indonesia. Wayang masuk ke Indonesia sejak ajaran Hindu menyebar di seluruh Nusantara. Diperkirakan kesenian ini dibawa masuk oleh pedagang-pedagang yang berasal dari India. Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, wayang menjadi media yang efektif untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama Hindu. Wayang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pada umumnya, wayang kerap kali disajikan dalam bentuk sebuah pertunjukan seni. Cerita-cerita yang dibawakan saat pertunjukan wayang diambil dari kisah dewa maupun ksatria yang ada dalam agama Hindu di India. Ada berbagai macam jenis wayang yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti Wayang Kulit dari Jawa Timur, Wayang Wong dari Jawa Tengah, Wayang Golek dari Jawa Barat, Wayang Sasak dari Nusa Tenggara Barat, dan berbagai jenis wayang lainnya yang memberikan ciri khas dari daerah tertentu di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat mengenai pertunjukkan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke-4 yang berbunyi si Galigi mawayang. Pada proses penyebarannya, meskipun wayang digunakan sebagai media untuk menyebarkan agama Hindu, namun kesenian ini mampu menyesuaikan dengan kebudayaan yang sudah ada di Indonesia. Demikian pula saat masuknya Islam, ketika pertunjukkan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, 1

description

Kesenian

Transcript of Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

Page 1: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

BAB I

PENDAHULUAN

Wayang adalah salah satu alat atau media tradisional untuk bercerita di Indonesia.

Wayang masuk ke Indonesia sejak ajaran Hindu menyebar di seluruh Nusantara. Diperkirakan

kesenian ini dibawa masuk oleh pedagang-pedagang yang berasal dari India. Ketika agama

Hindu masuk ke Indonesia, wayang menjadi media yang efektif untuk menyebarkan ajaran-

ajaran agama Hindu. Wayang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pada umumnya,

wayang kerap kali disajikan dalam bentuk sebuah pertunjukan seni. Cerita-cerita yang

dibawakan saat pertunjukan wayang diambil dari kisah dewa maupun ksatria yang ada dalam

agama Hindu di India. Ada berbagai macam jenis wayang yang tersebar di seluruh Indonesia,

seperti Wayang Kulit dari Jawa Timur, Wayang Wong dari Jawa Tengah, Wayang Golek dari

Jawa Barat, Wayang Sasak dari Nusa Tenggara Barat, dan berbagai jenis wayang lainnya yang

memberikan ciri khas dari daerah tertentu di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa

didapat mengenai pertunjukkan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke-4 yang

berbunyi si Galigi mawayang.

Pada proses penyebarannya, meskipun wayang digunakan sebagai media untuk

menyebarkan agama Hindu, namun kesenian ini mampu menyesuaikan dengan kebudayaan yang

sudah ada di Indonesia. Demikian pula saat masuknya Islam, ketika pertunjukkan yang

menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang

yang terbuat dari kulit sapi, dimana pertunjukkan yang ditonton hanyalah bayangan saja, atau

sekarang biasa kita kenal dengan wayang kulit.

Wayang sangat terkenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Hal ini tidak luput dari

peran para Wali, pemimpin dan penyebar agama Islam di Jawa pada abad ke-16. Popularitas

wayang juga dapat dilihat pada akhir abad ke-18 dimana pada zaman ini banyak ilustrasi budaya

Jawa lainnya yang dipengaruhi oleh visualisasi dari wayang. Sebagai salah satu warisan budaya

Indonesia, pada tahun 2003 UNESCO menetapkan wayang ke dalam Daftar Representatif

Budaya Takbenda Warisan Manusia. Namun popularitas wayang semakin lama semakin

menurun, bahkan beberapa jenis wayang sudah jarang ditampilkan. Hal ini disebabkan generasi

muda sekarang melihat wayang sebagai budaya yang tidak menarik dan terkesan kuno.

1

Page 2: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Wayang Beber

Wayang beber dikenal pertama kali pada masa Majapahit, tepatnya saat kerajaan Bumi

Trowulan dipimpin Raden Jaka Susuruh. Pada zaman Majapahit, pergelaran wayang beber

purwa di lingkungan istana sudah menggunakan iringan gamelan. Sementara pertunjukan di luar

istana, hanya diiringi oleh rebab (alat musik gesek khas Jawa). Di lingkungan keraton,

pertunjukkan wayang beber diadakan dalam rangka acara-acara khusus, seperti ulang tahun raja,

perkawinan putra-putri raja dan sebagainya. Sementara di tengah-tengah rakyat kebanyakan,

pergelaran wayang beber pada masa itu diadakan untuk kepentingan ritual, seperti ruwatan.

Konon oleh para Wali  di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini

dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang

dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia,

hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil

modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal

sekarang.

2.2 Wayang Beber

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wayang beber adalah sejenis wayang dalam

bentuk lukisan pada gulungan kertas dan dimainkan dengan cara membentangkan gulungan

kertas tersebut, dimana setiap gulungan kertas berisi kisah utama dari pertunjukkan, yang

dinarasikan oleh seorang dalang. Sebagaimana yang telah dijelaskan, wayang beber merupakan

jenis wayang yang istimewa. Tidak seperti jenis wayang lainnya, wayang beber tidak

menggunakan boneka pada pertunjukannya melainkan dengan menggunakan sejumlah gambar

yang saling terangkai membentuk sebuah cerita yang dilukis pada beberapa gulungan. Hal ini lah

yang mendasari penamaan wayang tersebut, karena dalam bahasa Jawa beberan berarti lembaran.

Definisi lainnya dijelaskan oleh Aizid (2012), bahwa wayang beber adalah sebuah

wayang dalam bentuk beberan (lembaran). Setiap beberan berisi penggalan cerita, jika sedang

tidak digunakan wayang akan digulung dan disimpan. Wayang beber adalah jenis kesenian

2

Page 3: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan hingga saat ini masih

berkembang di daerah tertentu di Pulau Jawa. Salah satu jenis dari wayang beber yang masih ada

hingga sekarang adalah wayang beber pacitan. Wayang beber pacitan biasanya menceritakan

tentang kisah Jaka Kembang Kuning, sehingga lebih dikenal sebagai wayang beber Jaka

Kembang Kuning.

2.3 Wayang Beber Pacitan

Menurut Sunggingan (dalam Suharyono, 2005), wayang beber pacitan adalah jenis

wayang beber yang langka namun masih ada hingga sekarang. Suharyono (2005) menjelaskan

lebih lanjut bahwa Wayang Beber kuno ini dilukis dengan teknik sungging dalam lembaran

kertas gedhog, yaitu kertas yang dibuat oleh Orang Jawa dari daerah Ponorogo. Kertas gedhog

ini didapati pada periode terakhir Kerajaan Majapahit. Kertas ini terbuat dari kayu galuga.

Berikut adalah cerita awal mula wayang beber, menurut Marsudi (dalam Susanto, 2012),

berdasarkan cerita dari dalang yang dikenal sebagai pemilik wayang beber:

Pada suatu hari dikenal sebuah daerah bernama Wukir Donorojo, yang terletak di

sekitaran Gunung Kidul, di selatan Pulau Jawa, yang masih merupakan bagian dari Kerajaan

Majapahit. Di daerah itu, ada seorang pertapa besar bernama Naladerma. Pada saat itu, putri Raja

Brawijaya sedang mengalami sakit berat dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Raja

kemudian mengadakan sayembara. Pertapa Naladerma, yang merasa bahwa dirinya mampu

menyembuhkan sang putri, bertemu Tumenggung Buto Ijo dan mereka setuju untuk menghadap

Raja Brawijaya bersama-sama. Naladerma kemudian bermeditasi.

Setelah itu, Putri Raja Brawijaya pulih dari penyakitnya. Raja Brawijaya sangat senang

karena kesembuhan putrinya itu. Sebagai imbalannya, Naladerma diizinkan untuk menyebutkan

keinginannya kepada Raja. Naladerma meminta kepada Raja untuk memberinya pengetahuan.

Akhirnya Raja memberi pelajaran mendalang Wayang Beber kepada Naladerma, lengkap dengan

peralatannya, dengan harapan bahwa pengetahuan tersebut dapat ia gunakan untuk mencari

nafkah sampai generasi berikutnya dari Sang Pertapa. Sejak saat itulah, Wayang Beber dibawa

ke daerah Donorojo, Kabupaten Pacitan.

3

Page 4: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

Cerita yang disajikan dalam Wayang Beber Pacitan, menurut Bodogri (dalam Susanto,

2012), yaitu terdiri dari enam gulungan yang berisi cerita lengkap dari kisah heroic berjudul Joko

Kembang Kuning.

2.4 Dalang Wayang Beber

Wayang Beber adalah warisan yang diturunkan secara turun-temurun oleh keluarga

Naladerma. Naladerma adalah dalang pertama Wayang Beber. Para dalang berikutnya adalah

anak cucu keturunannya. Dalang sekaligus pemilik Wayang Beber yang sekarang bernama

Sumardi, atau yang lebih dikenal dengan Mbah Mardi. Mbah Mardi telah menjadi dalang sejak

tahun 1982 dan masih aktif mendalang hingga kini.

2.5 Instrumentasi dan Peralatan Wayang Beber

Pagelaran Wayang Beber tidak membutuhkan banyak peralatan khusus, alat-alat musik

yang digunakan pun merupakan alat-alat musik yang cukup sederhana dibandingkan dengan

pagelaran wayang lain. Orkestra pada wayang beber hanya terdiri dari rebab, kendang, kethuk,

kenong, kempuk, dan gong. Biasanya, acara Wayang Beber Pacitan diadakan setiap kali ada

peringatan bahaya, wabah, dan lain-lain. Peristiwa ini disebut "ngruwat" (Ismunandar,

1988).Walaupun hanya menggunakan alat-alat music sederhana namun suasana mistik dan sacral

masih dapat cukup kuat dirasakan.

Tempat untuk menancapkan tongkat gulungan Wayang Beber menjadi satu dengan

tempat menyimpan gulungan Wayang Beber tersebut. Bentuk tempat penyimpanan gulungan

Wayang Beber tersebut juga cukup unik dan berkesan sederhana namun sakral. Karena

merupakan warisan turun-temurun, bahan pembuatan gulungan Wayang Beber sampai saat ini

tidak diketahui bahkan oleh pemiliknya sekalipun. Namun duplikat dari gulungan Wayang Beber

ini kertasnya menggunakan kertas merang yang kemudian diolah lagi sehingga permukaannya

dapat digambar dan diwarnai dengan baik.

2.6 Pementasan Wayang Beber

Sebelum melakukan pagelaran Wayang Beber, harus dilakukan semacam ritual untuk

menghormati leluhur. Ritual itu berupa pembakaran dupa dengan adanya persembahan atau

sesajen. Ritual pembakaran dupa tersebut sambil diringi oleh doa yang dilakukan oleh dalang,

4

Page 5: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

baru kemudian Wayang Beber dapat  dimainkan dengan cara dibuka satu pesatu atau

digelar/dibeber.

Adegan pada wayang beber disebut pejagongan. Pada wayang beber dapat di telisik yang

merupakan cara orang awam untuk melihat atau mengikuti alur cerita, di antaranya:

1. Karakter protagonis berada di sisi kiri, dan antagonis pada sisi kanan. Karakter protagonis

diwakilkan oleh para panji yang berwajah tampan, seperti panji Asmara Bangun, dan dewi yang

berwajah cantik, seperti dewi Sekartaji.

2. Karakter antagonis diwakilkan oleh para klono yang berwajah buruk, misalnya Prabu Klono.

3. Posisi kiri juga melambangkan sebagai posisi tuan rumah, jadi ketika terdapat karakter panji

berada di sisi kanan maka mungkin dapat diartikan bahwa karakter tersebut sedang bertamu.

Berikut adalah salah satu adegan dari satu gulung wayang beber dari cerita Jaka Kembang

Kuning yang diberi nama adegan Pejagongan 1:

Sumber: Dokumentasi

Pribadi Salim, M.Sn (2007)

Adegan ini menggambarkan tentang Prabu Brawijaya yang dihadapkan pada para pemimpin

pemerintahan, Sang Prabu sedang bersedih karena putrinya (Dewi Sekartaji) hilang. Datang

utusan Prabu Klana yang diutus untuk mencari Sang Dewi. Jaka Kembang Kuning dipanggil

menghadap untuk menunjukkan pengabdian, dia akan diterima pengabdiannya apabila bisa

menemukan Sang Putri (Dewi Sekartaji).

Dalang menceritakan cerita yang terlukis di gulungan Wayang Beber tersebut dengan

menggunakan Bahasa Jawa dengan posisi membelakangi Wayang Beber, atau menghadap

5

Page 6: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

penonton. Dan untuk menutup pagelaran Wayang Beber ini, dalang mematikan dupa sambil

membaca doa.

Dilihat dari bentuk pertunjukannya, wayang beber termasuk pentas seni tradisional

sederhana yang hanya terdapat beberapa unsur yang menjadi pendukungnya, yakni:

Seperangkat wayang yang terdiri dari enam gulungan dan masing-masing gulungan

terdiri dari empat adegan.

Seperangkat gamelan yang terdiri dari gong, kenong laras slendro, kendang, dan rebab.

Niyaga, terdiri dari empat orang.

Lakon atau cerita wayang beber yang hanya memiliki satu siklus cerita saja.

Urutan pertunjukkan adalah sebagai berikut:

Dalang membakar kemenyan, kemudian membuka kotak dan mengambil tiap

gulungan menurut kronologi cerita.

Dalang membeberkan gulungan gulungannya pertama dan seterusnya, dengan

membelakangi penonton.

Dalang mulai menuturkan janturan (narasi).

Setelah janturan, mulailah suluk (Lagu penggambaran).

Setelah suluk, dimulailah pocapan berdasarkan gambar wayang yang tengah

dibeberkan. Begitu pula seterusnya sampai seluruh gulungan habis dibeberkan dan

dikisahkan.

Lama pementasan hanya sekitar satu setengah jam saja, dapat dilakukan siang hari ataupun

malam hari. Setiap pagelaran wayang beber harus ada sesaji yang terdiri dari kembang boreh,

ketan yang ditumbuk halus, tumpeng dan panggang ayam, ayam hidup, jajan pasar (kue-kue) dan

pembakaran kemenyan. Untuk upacara ruatan atau bersih desa perlu ada tambahan sesaji berupa

sebuah kuali baru, kendi baru dan kain putih baru.

6

Page 7: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

BAB III

KESIMPULAN

Wayang merupakan salah satu pertunjukkan seni yang menjadi media tradisional untuk

bercerita. Pada mulanya, wayang digunakan untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama Hindu

melalui cerita-cerita yang disampaikan oleh seorang Dalang. Salah satu jenis wayang yang unik

di Indonesia ialah wayang beber. Keunikan ini berasal dari cara penyajian wayangnya yang

berbeda dari jenis wayang yang lain. Wayang beber dipentaskan dengan membeberkan atau

menggelar gulungan kertas berupa lukisan dari setiap adegan dalam cerita. Dalam satu kali

pementasan menggunakan enam gulungan kertas dimana satu gulungannya terdiri dari empat

adegan. Setiap gulungan mengandung cerita yang saling berkesinambungan. Setiap pertunjukkan

wayang beber diiringi oleh orchestra dengan alat-alat yang cukup sederhana. Biasanya wayang

beber diadakan setiap kali ada upacara-upacara yang sacral seperti upacara ruwatan.

Pertunjukkan wayang beber tergolong singkat, hanya berlangsung sekitar satu setengah jam saja,

bisa pada siang hari ataupun malam hari. Karena keunikkan dan mengandung unsur-unsur

budaya, sudah sepantasnyalah warisan bangsa berupa wayang beber ini terus dilestarikan.

7

Page 8: Wayang Beber: Sebuah Kesenian Khas Jawa Timur

Daftar Pustaka

Banung, Grahita dkk. 2013. Generating Wayang Beber of Pacitan Character’s Outline Using

Renderman Interface. International Journal of Asia Digital Art&Design.

Mataram, Said. 2014. Tinjauan Wayang Beber sebagai Sequential Art. Surakarta: Akademi Seni

dan Desain Indonesia.

Unknown. Wayang Beber Donorojo. https://pacitanisti.wordpress.com/tentang/sejarah/wayang-

beber-donorojo/ (diakses pada 2 November 2015 pukul 03:17 WIB)

Warto. 2012. Wayang Beber Pacitan: Fungsi, Makna, dan Usaha Revitalisasi. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Yunita, Irva. 2013. The Preservation of Wayang Beber as Indonesian Original Art.

Artikel online:

Wikipedia. Wayang Beber. (https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_beber) diakses pada tanggal 2

November 2015 pukul 03:15 WIB.

Sumber Gambar:

Jurnal online. Tinjauan Wayang Beber sebagai Sequential Art.

(http://www.jurnal.asdi.ac.id/index.php/canthing/article/viewFile/5/5) diakses

pada tanggal 2 November 2015 pukul 06:50 WIB

8