WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4...

65
WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN (ANALISIS POLISEMI KATA SYAIKH DARI BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA) Oleh: SITI MARWIYAH NI11: 101024021430 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 I1/200G M

Transcript of WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4...

Page 1: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN

(ANALISIS POLISEMI KATA SYAIKH DARI BAHASA ARAB KE DALAM

BAHASA INDONESIA)

Oleh:

SITI MARWIYAHNI11: 101024021430

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1427 I1/200G M

Page 2: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Wawasan Budaya dalam Penel'jemahan (Analisis

Polisemi Kala Syaiklz dad Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia)" telah

dilljikan dalam sidang munaqosah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Strata I (S I) pada Jurusan

Tarjamah.

Jakarta, 22 Juni 2006

Ketua Merangkap Anggota

CJ7~J.. Dnl. Hj. Tali Harlimah, MA

NIP. 150 240 080

Sidang Munaqosah

Sekretaris Merangkap Anggota

~-------~-ll~'

NIP. ISO 268 589

Drs. . A. Salibi, MANIP. ISO 228 407

Pembimbing

Prof. r. H. Ridlo MasdukiNIP. 150 062 823

Page 3: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

KATA PENGANTAR

(':!'"Y\ ()4>.Y\ .ill I~

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hlldirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, iradah, dan hidayah-Nya skripsi ini dapatterselesaikan. Salawat dan

salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan program strata 1 (S I) Universitas Negeri. Dalam skripsiini penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak penyuswJall skripsi ini tidak mungkin

herhasif. Penulis ucapkan tcrima kasih kcpada hcrbagai pihak yang telahmcmbantu

dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutamakepada:

1. Bapak Dr. H. Abdul Chaer MA, DekanFakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Bapak Drs. Abdullah M.Ag, Ketua Jurusan Tarjlllnah. Drs. Ikhwan Azizi,

Sckrctaris Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Hu:maniora Universitas islam

Negeri Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. H. Ridlo Masduki, selakuDosen PembimbingMateridan

Metodologi Penulisan dalam penyusUtlan skripsi ini.

4. Perpustakaan Adab dan Utama Universitas Islam Negeri Jakaria,yangtelah

menyediakan data-data yang penulis butllhkatl dalampenyusunan skripsiini.

5. Kedua orang tua penu]is, Ayahanda Jayadan Tbujlda Yanih,yangtelah

membesarkan penulis dengan cinta, membiayai studi pellUlis hingga saa.tini.

Page 4: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

Atas segala curahan kasih, kesabaran dan keikhlasan. "Maat1mn 'bidadari

badlmg'l11u ini Pak, Bu, y311g belul11 mal11pu bahagiakanl1111... " kakanda

Masrifah dan suami, atas sayang yang tak terkata. Untuk adik-adik tercinta.

tUjuh warna pe/angi yang selalu l11ewarnai hari-hariku.

6. Ternan-ternan sekelas jurusan T31jamah khususnya angkatan '01. khususnya

buat Deang atas komputer, buku-buku, sharing, diskusi n' guyonannya, Juga

buat Jamal, V'Truck, Mal11ah, Rahrnat, Anis n' teman-telJ:l311 lain yang tak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

7. Sobatku Syifa atas motivasi yang tak terhenti, SEMANGAT!! Tak Iupa buat

Adi, Lalu-ku, Lilis, Eva, Yanti, K Omenxs Gonggoatas editannya.

8. Serta berbagai pihak yang tak dapat penlilis seblltkan satu persatu, terutama

para dosen yang telah memberikan ihnunya kepada penulis semasa kliliah.

Penlilis menyadari meskiplln telah semaksirnal mungkin bemsaha dalam

penyusllnan skripsi ini, tentu masih banyak kekurang31mya, untuk itu kritik

l11embangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya permlis berharap semoga skripsi ini bennanfaat Amin...

Jakarta, !{abi'ul Akhir 1427 H01 Juli 2006 M

PerlUlis

Siti Marwiyah

Page 5: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

DAFfAlRISI

Hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR lSI iii

PEDOMAN TRANSLITERASI v

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan penelitian 7

D. Metode penelitian 8

E. Sistematika Penulisan 8

BAB II KERANGKA TEORI

A. Wawasan Budaya dan Bahasa 9

I. Definisi Budaya 9

2. Definisi Bahasa 12

3. Hubungan antara Bahasa dan Budaya 18

4. Penyesuaian Penerjemahan berdasarkan Faktor Budaya 22

B. Tinjauan Semantik 25

I. Semantik daJam Penedemahan 25

2. Jenis Makna: 26

a. Mak"l1a Leksikal 27

b. Makna Gramatikal 28

Page 6: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

c. Makna Kontekstual 29

d. Makna Idiom 30

e. Makna Denotatif dan Makna Konotatif 30

3. Relasi Makna: PoJisemi 31

BABIII FAKTA YANG MENDUKUNGANALISIS DATA

A. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Bahasa 35

B. Perkembangan Kata :C:;yaikh dad Masa ke Masa :: 37

BAH IV ANALISIS DATA

A. Analisis Makna kata S)'aikh dalam Bahasa dan Budaya Arab 47

B. Analisis Polisemi Kata S)!aikh 50

BAH V PENUTUP

Kesimpulan 53

DAFTAR PUSTAKA 55

Page 7: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber pada pedoman

transliterasi Arab atas keputusan bersan1a Menteri Agama dan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No. 15811) 1987 dan No. 0543 b/u/87.

Daftar Transliterasi Arab-Latin

Konsonan

a/ilu' =.

f

q

k

m

n

w

h

=u z

=<3 s

=.!.I sy

=J s

=~ d

=0 t

=j z

=,

g

=j b =y

=,.>' t =w

>=~=1..>' S

= U"" J =(;:

=<...>"' h =C

=.b kh =t

=.b d = 0

=t z =j

=E;. r = j

y = '-f

Vocal pendek Vokal panjang Tanwin

=a 4=a - =an

=) .,p= ) - =m

. ,=u J!=U - =un

Page 8: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

Keterangan:

1. Kata sandang al- ( JI ) ditulis secara berbeda antara kata sandang yang ditulis

oleh hurufQomariyah dengan kata sandang yag diikuti oJeh hurufSyamsiyah:

a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf Qomariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya yaitu ai-I. Contoh .Jilll lal-Qalamul

b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya yaitu huruf II diganti dengan huruf yang sama dengan

huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Contoh ~\ las-Syaikhul

2. Saddah ditandai dengan huruf kembar. Contoh ~.JI /al-Jannatul

3. Setiap fonem dipisah dengan tanda minus (-) seperti lal-Maktabul

4. BSu: Bahasa Sumber

5. BSa: Bahasa Sasaran

Page 9: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah unsur utama yang perlu diperhatikan dalam kehidupan ini.

Dengan beraneka ragam suku bangsa di dunia yang masing-masing memiliki bahasa

sendiri, maka tereiptalah keanekaragaman suku bahasa di dunia ini. Keanekaragaman

'.bahasa ini menyebabkan kesuJitan dalam berkomunikasi, mengingat bahasa sebagai

alat komunikasi dan ekspresi, Sejarah membuktikan bahwa perkembangan setiap

kebudayaan selaiu berawal daTi keterpengaruhan dan pergescmn dengan kebudayaan

lain. Di sinilah pentingnya penerjemahan sehingga berbagai maeam bahasa dan

kebudayaan saling berinteraksi dan persoaJan komllnikasi teratasi.

Peran penerjemahan dan andit para penerjemahnya tidaklah keeil dalam

kerangka pembangunan kebudayaan Indonesia. PeneJjemahan merupakan peralihan

makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari

bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantik.

Maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedang bentuk boleh diubah.

Larson merumuskan pengertian terjemah secara lebih .lengkap sebagai berikut:

"Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi

komunikasi dan konteks budaya dari bahasa swnber kemudian menganalisis teks

tersebut untuk menemukan maknanya dan menemllkan kembali makna yang sama itu

Page 10: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

2

dengan mengungkapkan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dengan bahasa

sasaran dan konteks budayanya.,,1

Bahasa dan kebudayaan merupakan dua unsur yang saling bertaut dan tidak

dapat dipisahkan satu dengan lainnya Manusia di dalam kehidupannya sehari-hari

menggunakan bahasa untl!k berkomunikasi. Para ahli linguistik dan juga para ahli

antropologi mengutarakan bahwa antar bahasa dan kebudayaan merupakan dua

sistem yang melekat pada manllSia. Hubungan itu dapat !.';erupa hubungan timbal

balik, saling mernpengaruhi dan hubungan satu arah2

Adapun J.e. Cattord mengatak1.iIl da!am bukunya, A. Linguistik llleol)' of

Tronslalion sebagai, ..... l1w replacemenl of le_tll/al in one language by equivalent

textual material in another language. .. (... Penerjemahanadalah penggantian materi

tekstual dalam suatu bahasa dengan rnateri tekstual yang sepadan dalarn bahasa lain).

Melalui pendekatan strukturalnya itll, Catford mcnt:oba menyadarkan pam

peneIjernah bahwa dua bahasa yang sedang ditangani oleh pam peneIjernah itu antam

bahasa sumber dengan bahasa sasaran, sesungguhnya selalu rnempunyai hubungan

limba! balik meskipun hubungan itu tidak selalu simetris. Milksudnya, kedua bahasa

itu bctapapun sangat berbcda struktur bahasanya dan juga budaya masyarakal

pernakainya, ter/ebih jika geografi.snya beIjauhan, meski demikian menumt Catfod

I Mildred L. Larson. Pellcr:jemahall Berdawrkan Alakna: PedOllllw Un/uk Pemadallt111 AlltarBalrasa, (Jakarta: Arcan, 1991), CCI-2, fL 262

i Abdul e1mcr, Sosiolingllistik: Perkenalan Awol, (Jaklarta: Rineka Cipta, 1995). h. 218

Page 11: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

3

kedua bahasa lersebul pasti mempunyai padanan lerjemahannya selama kedua bahasa

itu adalah bahasa rnanusiaJ

PeneIjernahan yang baik hanya bisa dihasilkan oleh seorang penerjernah yang

rnemiliki kualifikasi yang linggi karena proses penerjemahan rnelibatkan dua bahasa,

yaitu bahasa surnber dan bahasa sasaran. Dengan demikian peneIjernahan juga

meJibalkan perhedaan-perbedaan buda)'ll lmluk mengungkapkan ide dan dan mak-na

dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Jadi, dapat dikatakan peneIjernahan

meliputi keseJuruhan proses penemuan makna sualu kebudayaan dan menyampaikan

makna-rnakna ini kepada orang-orang dalam kebudayaanlain.4

Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam

suasana budaya yang ingin diketahui, bahasa, dan poJa pikir yang digunakan dengan

menjadikan simboJ-simboJ dan makna dalam bahasa sasaran sebagai milik seorang

penerjemah. Sernakin sunguh-sungguh seseorang mernahami dan mencema sistem

makna budaya yang dipelajari, semaldn efektifhasiJ dari suatlilerjemahan.

Tligas kedua, seorang penerjernah adalah menyampaikan makna budaya yang

teJah dikelemukan kepada para pembaca yang tidak mengerta) budaya atau suasana

budaya itu, bahasa surnber yang digunakan dalam teks asHnya, pemikiranpengarang

yang mel1ulis teks tersebut lni berarti bahwa seliaI' penerjemah harns

mengernbangkan keahlian menyampaikan dalam bentuktulisan dalam bahasa

sasaran.

, Suhendra Yusut; T<'Ori Tedemah (pengal1lar ke Arah Pe/ldekaloll Ul1bYIISlik d<l/lSosiolingllislik), h. 9

4 James P. Sprndley, Melode Elllograji, (Yogyakarta: P. T. Tiam Wacana Yogya, (997), h. 276

Page 12: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

4

Dalam pengertian yang nyata, sebuah terjemahan yang benar-benar efektif

menuntut snatu pengetahuan yang mendalam mengenai dua bahasa, dna kebudayaan

dan keniampuan menyampaikan dalam bahasa tulisan5

Wawasan budaya dalam peneIjemahan sangat diperlukan karena ketika

seseorang meneIjemahkan ia akan memasllki tidak hanya dua bahasa tapi jllf,'ll dna

kebudayaan yang berbeda, Seperti kata ILI'tad::, dalam budaya Indonesia kata ustadz

bermakna 'gllrulpengajar', sedangkan dalam budaya Arab kata llsfadz bisa bermakna

'profesor', Begitu juga dengan makna kata Syaikh yang akanpenulis bahas dalali} inti

pennasalahan mengenai wawasan budaya dalam peneIjcmahaln.

Kata Syaikh mcmiliki banyak makna, apalagi kctika ia berdampingan dengan

kata-kata yang berbeda, tcrgantung dalam kontcks kalimat scbuah teks Bsu. Di dalam

satu negara saja yang mempunyai banyak suku bangsa, diml1ll3 kata Syaikh terscbut

tclah mcnjadi scbnah istilah, maka ia mcmiJiki makna yang 'berbeda pula. Di siniJah

tugas seotang peneIjemah untuk mampu rnenyelallli budaya suatu ternpat yang

berhubungan dengan tcks BSll.

Kata Syaikh dalalll budaya daerah Jawa bisa berlllakna 'Kiyai', scdang dalam

blldaya Arab kata Syaikh biasanya diartikan dengan 'Syekh' saja atau ketika

berdalllpingan dengan kata .~vaikhul a::har diartikan 'Rektor Universitas al-Azhar'.

Penulis juga ingin memaparkan tentang kata Syaikh yang memiliki banyak makna itu,

yang dalam istiJah selllantiknya dikenal dengan "polisemi", Polisemi mempakan

masalah yang cukup mmit dalam meJakukan proses penerjemahan. Karcna

penerjemah sulit untuk lllenerjelllahkan arti suatu kata denf,'lln tepat tanpa melihat

, Ibid, h, 276-277

Page 13: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

5

konteks secara keseluruhan, karena mungkin saja satu kala memiliki makna yang

safil,>at beragam. Dalam hal ini sangatlah tidak asing terjadi ketika mengkaji bahasa

Arab yang terkenaJ memiliki banyak arti pada setiap keta.

Untuk lebih jelasnya akan penulis bahas dalam pembahasan permasalahan.

OJeh karena itu, penulis mencoba melakukan peneJitiarl skripsi den!,'lln judul

"Wawasan Budaya dalam Penerjemahan (Analsis J'olisemi K.'lta S.l'oikll daTi

Ballasa Arab ke da/am Bahasa Indonesia)".

Yang barns diketahui juga oleh scorang peneIjemah adalah mengetahui subjek

yang akan dilerjemahkan, leon, proses pencrjemahan6 dan pengelahuan yang bersilal

umum7 kondisi-kondisi ini dipertukan bagi pencrjcmah untuk mendapatkan ketcpatan

dalam mentransfer makna dan ide yang ditulis dalam bahasa sumber ke dalam bahas.1

sasaran dengan kondisi-kondisi ini scorang peneIjcmah dapat menggunakannya

secara sad.'lr Imluk meningkatkan kekuat.'lll komunikatif te~ieJiJahan yang dihasilkan.

Pembicaraan tentang teori peneIjemahan tidak pernah bcrhubungan dCI1gan

produk peneJjcmahan, melainkan berkaitan den!,'llIl proses pe:nerjemaharlilu scndiri.

teon peneIjemahan selalu membicarakan bagaimana suartu metode peI1eljernahan

yang tepal d.'Ilam proses pene~iemahan, yang juga berkailarl dengan kategori leks-teks

tertentu yang sesuai dengan metode yang digunakan.8 Bila melihat peneljemahan

sebagai proses, berarti meJihat jalan yang dilaJui peneljemah tmluk sampaipad.'l hasil

akhir, seperti, melihat tabap-tahap apa saja yang barns dilalui SeOlllng penerjemah,

6 Ainin Muhammad, Beherapa A.\pek Teo.-i Teryemalum. datam A.'illlafl Raj{ OIl1lir (ed.).Aspek Peneryemahan dall [fllerpretasi. (Kuala Lumpur: Pusat Baha.-;a Ullivt>r&ty Malaya, (979), II. 53

7 FAR UIN Sya-Hid. At-Turas. Mimbar Sejarafl, Sa~tra, dat, Budaya, (Juli:2003) Vol, 9, No­2. It. 145

8 [bidh. 19

Page 14: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

6

prosedur penerjemahan apa yang dilaluinya, metode apa yang digunal[annya untuk

meneIjemahkan dan mengapa memilih metode tersebul, mengapa memilih suatu

istiJah tertentu untuk meneJjemahkan suatu konsep dan bllkaJ~nya memilih istilah Jain

yang sarna rnaknanya.9

Sekelumit penulis akan berbicara tentang pmsedur penerjemahan.

Pembicaraan lenlang prosedur peneJjemahan berkailan dengan lataran yang Jebih

kedl dari suatu teks yaitu kalirnat, klausa, frase, dan kata, sedangkan metode

penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks sebagaj wacana yang utuh. 1O

Prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark menyerupai proses

penerjemalllUl dalam melode peneJjemahan literal (ltarjiyah), yang diJakukan pada

lataran klausa atau kalimat.

Prosedur peneljemahan menjadi sangat penting dalam taltapan penyerasian

proses peneJjernahan unlu" menyempumakan hasil lerjemahtm. Pengetahuan tenlang

prosedur peneIjemahan bermanfaat dalam proses penerjemahan, agarpeneIjemah

selalu dapal menyesllaikan perllbahan benluk gramalikal yang sesuai dengan mal:na

yang ada dalam bahasa sasaran. II

9 Rochayah MachaJi, Pet/oman Bagi PenCljeJJlah, (Jakarta: Gm,indo, 2000), h.910 FAH UJN SyarifHidayatul1ah, 01'. Cit. h. 81IJ Ibid, hal. 85

Page 15: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

7

B. Pembatasan dan Perumusan lUasaJah

Penulisan skTipsi ini terbatas pada malma kata S:yaikh dalam perspebif

budaya, eli mana pembahasan mengenai wawasan budaya daJam peneJjemahan

penulis allggap sallgat penting, karella tanpa waw'asan budaya seorallg pelleljemah

tidak akan menghasilkan penerjemahan yang baik dan me:miliki kuaJifikasi yang

tillggi. Pellulis juga mengallgkat permasalahan kata Syaikh yang merupakan salah

satu bentuk polisemi sesllai dengan konteksnya masing"masing.

Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan sebagaiberikut:

1. mengapa budaya bangsa dari bahasa sumber berpengaruh dalam bahasa

lerjemahan?

2. Bagaimana perkembangan arti kata Syatkh dalam bahasa Arab dari masa ke

masa?

3. Apa saja makna kata Syaikh sebagai kala Arab berpolisemi yang dapal

diidentifikasi?

C. Tujnan Penelitian.

I. MengetaJllIi bagaimana suatu kala memil iki banyak mal'Tla

2, Mencoba mernbubikan kata Syaikh sebagai kata yang berpolisemi

3. mengetahlli apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang peneJjernah agar

dapat menyampaikan makna budaya BSu ke dalam BSa

Page 16: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

8

D. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analitis. Dalam memperoleh data penulis melakukan studi kepustakaan (library

reseach), yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian daTi buku-buk"l.l,

jumal, majalah dan media lain yang berhubungan dengan penelitian. Dalam

penelitian ini penulisan melakukan pendekatan semantis dalam menganalisa data

yang akan diteliti.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dap.,1t digambarkall sebagai benl:ut

Bab [ berupa pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitiall, metode penelitian serta sistematikapenulisan.

Bab II berupa kerangka teori yang terdiri dari: wawasan bahasa dan budaya: definisi

budaya, definisi bahasa, hubungan antara bahasa dan budaya;penyesuaian

penerjemahan berdasarkan faktor budaya; tinjauan semantik: jenismakna,rnakna

.IeksikaI, makna gramatikal, makna kontekstuaI, makna idiojl1, makna denotatif dan

makna konotatif; relasi makna: polisemi.

Bab HI berupa fakta yang mendukwlg analisis data tentang kata SYl1ikh: faktor yang

mellyebabkan terjadinya perubahan bahasa; perkembanh'llll kata Syaikh dari masa ke

masa.

Bab IV berupa analisis kata Syaikh daJam bahasa dan budaya Arab; analisis polisemi

kata Syaikh.

Bab V penutup berupa kesirnpulan.

Page 17: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

BARIl

KERANGKA TEORI

A. Wawasan Bndaya dan Bahasa

1. Definisi Budaya

Menurut Koentjaraningrat (1980), kala budaya berns'll dari bahasa sansekerta

yaitu: "buddhayah" yang merupakan bentuk jamak darikata "budhi" berarti "budi

atau akaI". Adapun istiIah culture yang mel1lpakan istiIah bahasa asing yang sarna

ar1inya dengan kebudayan, berasal dari bahasa latin, yaitu colore yang berarti

mengoIah tanah. 12 Jadi secara umum kebudayaan dapat diartikan sebagai "segaIa

sesuatu yang dihasilkan oleh aka! budi (pikiran) maI1l.lSia dengan tlljllan untuk

rnengolah tanah atau ternpat tinggalnya; alau dapal pula diartikan segala usaha

manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam

lingkun&'lUlIlya". Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang

dipelajari mengacu pada pola-pola perilaku yang jitularkan secara sosial, yang

merupakan kekhusllsan kelompok sosial tertentll. 13

Koentjaraningrat (1992) mengatakan bahwa kebudayaan itu hanya dimiliki

manusia., dan lwnbllh bersama dengan berkemban!,'lJYa masyarakat manusia, Imlnk

memahaminya Koentjaraningrat meng!,'Unakan sesuatu yang disebutnya kerangka

12 Koentjajaningrat, J'mgalllarA11Iropologi, (Jakarta: VI, 1965), C"'t. Ke-2, lJ. 2513 Widyo Nugroho, Achmad Muchji, 11m" BlIdaya Dasar. (Jakarta: PT Gunadanna. ]994),

Cet. Ke-2, h. 15

Page 18: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

10

kebudayaan yang memiJiki dua aspek toJak yaitu wujlld kebudayaa:n dan lSI

keblldayaan, yang disebut wujud kebudayaan itu berupa:

1. Wujud gagasan

2. Perilaku

3. Fisik atau benda

Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan, siflitnya abstrak, tak dapat

diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. wujud kedua adalah yang

disebut sistem sosial (.weial sistem) yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu

sendiri, sistem sosial ini terdiri ak"tifitas-aJ....tifitas manusia yang berinteraksi satu

dengan yang lainnya dari waktu ke waktu yang selalu memrrut pada pola tertentu.

Sistem sosial ini bersifat konkret sehingga bisa diobservasi dan didokumentasi.

Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya

manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkret berupa benda-benda yang bisa

diraba dan diJihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di ams dalam masyarakat tidak

terpisah satu dengan lainnya.

Wujud kebudayaan di atas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi

manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi

masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya ke.kuatan alam, kekuatan di

dalam masyarakat sendiri, yang tidak selalu baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang

merupakan basil karya, rnsa dan cita manusia dapat digunakan untuk melindungi

manusia dari bencana alamo Di samping itu kebudayaan dapat dipergunakan untuk

Page 19: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

II

mengatur hubungan sesama manusia. Kemudian tanpa kebudayaan, manusia tidak

bisa membentuk peradaban seperti apa yang kita punyai sekarang ini.

Adapun unsur-unsur kebudayaan meJiputi semua kebudayaan di dunia, baik

yang kecillbersahaja dan terisolasi maupun yang besar, kompleks dan dengan

jaringan hubungan yang luas. Menurut kOllsep Maiinowsiid kebudayaan di dunia

memiliki tujuh unsur universal:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manUSia sehari-hari misalnya pakaian,

perurnahan, alat rurnah tangga.

b. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi misalnya: pertanian, sistem

produksi.

c. Sistem kemasyarakatan misalnya kekerabatan, sistem perkawinan.

d. Bahasa sebagai mesin komunikasi baik lisan maupun tulis:an.

e. Pengetahuan.

f Kesenian.

g. Sistem religi

Masing-masing unsur kebudayaan universal illi pasti meI1ielma dalam ketiga

wujud kebudayaan tersebut di atas yaitu sistem budaya, s.osial, dan unsur budaya

fisik. Manusiawi. 14

Ketika kita bicara tentang penerjemahan berarti kita bicara tentang bahasa.,

dan terdapat hubunl,ran yang sangat erat pula antara budaya dan bahasa, oleh

karena itu penulis akan memaparkall sedikit tentang bahasa.

'4 Abu A1unadll/1I111 Solsal Dasar, (Jal"llrta: Hina Aksara, t988), C~'!. Ke-I, h. 53-55

Page 20: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

12

2. Definisi Bahasa

Bahasa dapat didefinisikan dalam berbagai ragam tergantung dari ciri-ciri apa

yang ingin ditonjolkan.

~I"pI ue. rJiJ J$ 4-! .J!"Y ..:.\.,......1 :wlI

'Bahasa adalah bllllyi yang digllllakan oleh setiap bangsa atau masyarakat

untuk mengemukakan ide' ([bnu Jini dalam Hasanain, 1984:35). Definisi tersebut

dapat bersilnt luas, sehingga mencakupi semua bentuk komwlikasi 'atau secara sempit

disampaikan sedemikian mpa sehingga melibatkan seperangkat bahasa saja Berikut

ini disinggllllg isi dua deJinisi bahasa, ada ahli yang beranggapan balm'll bahasa

adalah sebuah simbol yang bersifat manasuka dan dengansistem itu snafu kelompok

sosial bekerja sama (Bloch dan trager, 1942). Namllll, ada juga ahli bahasa yang

beranggapan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berstmk'tur mengenaibunyi dan

urutan bllllyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang diglWakan, atau yang dapat

digunakan dalam komuikasi antar individu oleh sekelompok rMnusia dan yang secara

agak tlllltas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwadan proses­

proses dalam lingkungan hidup manusia (Carrol, 1959).

ApahiJa kedua isi deJinisi tersebut kita bandingkan maka dengan mudah dapat

kita lihat bahwa isi definisi yang diajukan oleh Carrol merupakan definisi yang lebih

luas calrupannya daripada definisi yang dikemukakan oJeh Bloch dan trager.

Demikianjuga, dari isi definisi tersebut kita dapat mengambilbeberap:l hal penting.

Page 21: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

.13

Pertama, bahasa merupakan sistem yang mempunyai struktur (structured

.\)/stem) sebagaimana halnya dengan sistem lain. Bahasa memiliki pola dan

berdasarkan pola itulah bahasa digunakan. Pola (sistem gramatikal) tersebut pada

umumnya bersifat statis; perubahan mendasar jarang tetjadi dan jika terjadi tentu

melaJui proses yang cukup Jama Karena bahasa ilu memiliki pola-pola, maka bahasa

merupakan sebuah sistem, dan karena adanya sistem inilah maka bahasa dapat

dibandingkan, dialihkan, dipelajati dan diajarkan.

Salah satu ciri sistem berstruktur, sebagaimana sistem bahasa, iaJah bahwa

aktifitas berbahasa bergemk ke satu arah dan unsur-unsur yang terlibat <Ii dalamnya

tersusun secara berunlun (berurutan), yakni unsur yang satu diikuti oleh unsur yang

lain, sehingga tidak ada unsur yang muneul atau hadir secam sercntak atau

bersamaan. Kata bahasa, misaJnya, hams diueapkan daJarn nrutan Ib a ha 5 aI dan

urutan tersebut tidak bisa diubah denl,>an tidak mcnimbulkan perubahan atau

penghilanl,>an mak.-na.

Sebagai implikasi lain dari cam pandang bahwa <bahasa. adalah sistem' ialah

bahwa pada umwnnya manusia bisa menl,·tdami, memsakan all/u menyaksikan suatu

peristi\'.;a namun scdikit sekali dati yang dialami itu dapat diungkapkan lewat baJlasa.

Sangat banyak hal-hal lain yang dilmgkapkan tanpa melalui bahasa, misalnya melaJui

isyamt, dan sebagainya.

Kedua, makna lain yang dapat kita ambil dari sisi dua definisi itu lidalah

bahwa baha~a merupakall sistem bunyi yang bersifalmanasuJea. Bllnyi-blmyi b.-lhasa

tereipta secam manasuka (arbitrary) dan bunyi-bunyi ini tidak memiliki makna;

Page 22: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

14

bunyi-bunyi itu kemudian disusun pula secam manasuka (arbitrary) sehingga

kemudian timbul kata yang membawa makna tertentu. Umtan bunyi Irnatal rnembawa

malma tertentu bagi petutur bahasa Indonesia. Akan tetapi, urutan /tmaa/, /mtaa/, dan

sebagainya tidak mempunyai makua apa-apa.

Di samping sifatnya yang manasuka ini maka omng bebas memberi nama

kepada benda atau situasi yang ditemuinya. Dengan kata lain, sejumlah orang dapat

melihat atau merasakan peristiwa yang sama tetapi mereka akan melaporkan secara

berbeda-beda. Sejumlah kata ada kaitannya dengan benda atau perwujudan

(realization) yang diwakilinya seperti kasus onomatopoeia (peniman bunyi). Nama­

nama hewan seperti Si wekwek (bebek) atau Si meong (lueing) menunjukkan

terdapatnya kaitan antara bunyi dan benda atau peristiv,a yang diwakilinya.

Apabila kita berbicara mengenai sebuah benda rnaka konsepsi tentang benda

itulah yang kita miliki, bukan gambar tentang benda-bendaitu sendiri. Apabila kita

mendengar kata jendela maka yang muneuI dalam pi/dran kita bukanlah gambar

sebuah jendela tertentu, tetapi gambaran dari ratusan jendela. Dengan demikian yang

kita miliki ialah konsep dasar tentang jendela tersebut, bukan gambaran tentang

sebuah jendela tertentu. Oleh karena itulah bah~ terrnasuk kata-katanya,

merupakan lambang atau sistem lalllbang.

Ketib>a, lIlakna yang dapl1.t kita ambil dari kedua delinrrsi di muka ialah bahwa

bahasa itu melllwlgkinkan teJjadinya komWlikasi antalpribadi (il1lerpersonal

communication). Komunikasi inilah yang merupakan fungsi utama bahasa. Sebagai

aJat komWlikasi bahasa bertugas untuk lIlenyampaikan infonnasi atau sebagai alat

Page 23: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

15

untuk menenma infonnasi. Dalam poSlsmya seperti 1m bahasa sesungguhnya

mempakan alat kontTol sosial.

Dilihat dari sudut tertentu bahasa bersifat ekslusif; k:Jlidah dan konvensi yang

dimiliki olch scbuah bahas.1 hanya bcrlaku bagi sckclompok manusia, yakni petlltur

bahasa tersebut. Susllnan kata utama dalam bahasa Indonesia adalah SVO (SuNect­

Verb-Object), dan susllnan ini kcbctllian sama dcngan susllnan dalam bahasa Inggris.

Bahasa-bahasa lain belum tentu mengikllti system SYO. Misalnya dalam bahasa

Jepang, sllsunan yang lazim digunakan adalah SOY, sedangkan dalam bahasa Arab

adalah YSO.

lmplikasi dari perbedaan sllSunan ini adalah ba.hwa peneIjemahan harus

melakukan pergeseran struktur ketika penerjemahannya melibatkan bahasa-bahasa

JnJ.

Fungsi-Fungsi Bahasa

Dengan mengj,'Unakan teori Buhler (1935) dan Jakoloson (1960), Newmark

(l988:39ff) menggolongkan fungsi bahasH menjadi enam jenis:

I. Fungsi Ekspresif

Fugsi ekspresif berorientasi pada pembicara atau penulis sebagai sUlUber

penyampai berita. Yang dipentingkan di sini adjJ.1ah pemSllan pengarang,

bukan respons pembaca atau penerima berita. Yang dapat digolongkan dalam

jenis perwujudan fungsi ekspresifantara lain adalah ktuya sastra (puisi, novel,

9rarna dan lain-lain).

Page 24: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

16

2. Fungsi Infonnatif

Inti fungsi infonnatif adalah situasi eksternal: ungkapan yang disampaikan

berorientasi pada fakta suatu topik baJlasan atau reaJita di JUM bahasa,

tennasuk teks lapomn tentang gagasan atau teori tertentu. Teks jenis ini

biasanya menggunakan gaya bahasa kontemporer, nonregionaJ, nonkeJas.

3. Fungsi Vokatif

Yang menjadi pusat perhatian daJam teks jenis vokatif adaJah khaJayak

pembaca atau pellerima berita. Istilah vokatif maksudnya mellgajak atau

menghimbau penerima berita untuk bertindak, berpikir, merasa atau mereaksi

seperti yang dimaksudkan dalam teks.

4. Fungsi Estatik

Tujuan utama dalam teks yang berfungsi estetikadalah untuk memberikan

rasa senang atau puas, baik melalui imma (misalnya bunyi bersajak) maupun

metafora.

5. Fungsi Fatis

FUllgsi fatis biasanya dipakai sebagai alat kontak dan alat berakrab'"3krah

antar para pemakai bahasa.

6. Fungsi metali%'l.tal

FUllgsi metalingual adalah penggunaan bahasa untuk kepentingallbahasa itu

sendiri, misalnya bahasa untuk menjelaskan, mendeJ'inisikan atau menamai.

FUllgsi metalingual sedikit banyaknya bersifat universM.

Page 25: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

17

Ragam Bahasa

Bahasa mempunyai dua aspek utama, yaitu bentuk yang diwakili oleh bunyi,

tuJisan dan struktumya, serta makna, baik makna leksikaJ, fungsionaJ maupun

struktural. Sebagai sebuah bangsa kita memiliki bahasa nasional, yakni bahasa

Indonesia. Dalam penggunaan bahasa tersebut terdapat perbedaan-perbedaan, besar

atau kecil, baik dalam cara pengungkapan, pemilihan kata, maupun tata bahasanya.

Perbedaan-perbedaan yang ada disebut mgam bahasanya (Ianguage·variety).

Menurut Joos (1965), gaya bahasa adalah mgam bahasa yang discbabkan

adanya perbedaan situasi berbahasa atau perbedaan dalam hubungan antara

pembicara (penuJis) dan pendengar (pembaca). Ragam ini dapat dibeda-bedakan Jagi:

1. Ragam beku (frozen), merupakan ragam bahasa yang paling formal (sangat

resmi). \5 Dalam bahasa Arab ragam beku dapat dijumpai dalam salat dan doa.

Salat diawali dengan takbiratul ihram '.)iS1 .ill', danditutup dengan ucapan

salam '~ ~)L.JI'. \6 Ragam beku juga digunakan c1alam situasi-sitUllsi resmi,

atau khidmat. Dokumen-dokumen bersejarah, atauberharga, seperti undang-

undang, peJjanjian dan sebagainya.

2. Ragam resmi (/brmal), merupakan mgam bahasa yang dipakai dalum pidato-

pidato resmi, rapat-rapat resmi, rapat-rapat dinas, dan sebagainya.

" Rochayah Machali, Op.Cit., h. 17 el Seqq16 Imam Asrori, Silllaksis Bahasa Arab' Frasa-KlausCl-Ka/imal'. (Malang: Misykat, 2004),

eel. Ke-l, h. I

Page 26: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

18

3. Ragam operasional (consultative), adalah ragam bahasa yang digunakan di

sekolah, perguruan tinggi, dalam rapat-rapat yang berorientasi kepada

produksi, dan sebagainya. Ragam ini daJam kenyataan al1lat operasionaJ.

4. Ragam santai (casual) ialah ragam bahasa santai yang terjadi antar teman,

l1lisalnya dalam olah raga, rekreasi, dan sebagainya.

5. Ragam akrab (intimate) merupakan ragam baha~a yang dipakai oleh

antartel1lan yang sangat akrab. Bahasa ini ditandai dengan ucapan-ucapan

yang pendck, kalimat-kalimat yang tidak lengkap, pel1lakaian prokel11 dan

sebagainya.

3. Hubungan antara Budaya dan Bahasa

Mengenai hubungan antara budaya atau kebudaylla;~ danbahasa. Apakah

bahasa yang l11erupakan alat kOl11unikasi verbal milik l11anusiaitn merupakan bagian

dari unsur kebudayaan atau bukan. Kalau bahasa merupakan bagian darikebudayaan,

lalu wujud hubungannya itu bagaimana, kalaubukan merupakllnbllgian dari

kebudayaan, wujud hubungannya itu bagaimana pula.

Ada suatu hipotesis yang sangat terkenal l11engenai bilhasa dan kebudayaan.

Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua orang pakar yaitu Edward Safirdan Benjamitl Lee

Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis Safir-Whort) yang mellyatakan bahwa

bahasa l11el11pengaruhi kebudayaan. Atau dengll.l1 lebih jelas,bllhasa itu

l11el11pengaruhi cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi,

bahasa itu l11cnguasai cara berpikir dan bertindak manusia. apa yang dilakukan

manusia selalu dipengaruhi oleh sifat-sifat bahasanya. Misalnya, katanya, dalam

Page 27: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

19

bahasa-bahasa yang mempunyai kategori kala atau waktu, masyarakat penutumya

sangat menghargai dan sangat terikat oleh waktu.

Segala hal yang mereka lakukan selalu sesuai deJlgan waktl! yang telah

dijadwalkan. Tetapi dalam bahasa-bahasa yang tidak JUelnpunyai kategori kala,

masyarakatnya sangat tidak menghargai waktu. Jadwal acara yang telal1 disusun

sering kali tidak dapat dipatuhi waktunya. ItuJah barangkaJi sebabnyakalau Indonesia

ada ungkapan "jam karel", sedangkan di Eropa tidak ada. Hipotesls Safir-Whorf ini

memang tidak banyak diikuti orang; tetapi hingga kini mtlsih banyakdibicarakan

orang termasuk juga dalam kajian antropologi. Yang banyak diikuti orang malah

pendapat yang ll1erupakan kebalikan dari hipotesis Sal'ir-Whorl' itu, yaitu bahwa

kebudayaanlah yang mempengaruhi bahasa. Ull1pamanya,karena masyarakat Inggris

tidak berbudaya makan nasi, maka dalam bahasa Inggris tidak ada kata untuk

menyatakan padi, gabah, beras, dan nasi. Yang ada cuma kata rice untuk keempat

konsep itu. Sebaliknya karena bangsa Indonesia berbudaya makan nasi, maka

keempat konsep itu ada kosakatal1ya. Masyarakat Eskimo yang schari-hari bergelut

dengan salju mempunyai lebih dan sepuluh buah kata ul1tuk menyebut bcrbagai jenis

salju. Sedangkal1 masyarakat Indonesia yang tidak dikenai salju hanyamempunyai

satu kata, yaitu salju. Ilu pun serapan dan bahasa Arab.

Kenyataan juga membuktikan, masyarakat yang kcgiatallilya Sallgat terbatas,

seperti masyarakat suku-suku bangsa yang tcrpcl1cil, hanya mcmpunyai kosakata

yang juga terbatas jUll1lahnya. Sebaliknya ll1asyarakat yangterbuka, yang al1ggota­

anggota masyarakatnya ll1empunyai kegiatan yang Iuas, memilikikosakata yang

Page 28: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

20

sangat banyak. Bandingkanlah, dalam kamus Inggns Webster's terdaftar lebih dan

600.000 buah kata; sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak lebih dari

60.000 buah kata.

Karena eratnya hubungan antara bahasa dengan kebudayan ini, maka ada

pakar yang menyamakan hubungan keduanya itu sebagai bayi kembar siam, dua hal

yang tidak bisa dipisahkan. Atau sebagai sekeping mata uang; sisi yang satu adalah

bahasa dan sisi yang lain adalah kebudayaan. 17

Menurut Koentjaraningrat bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi,

hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di

mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan. Dan ada pendapat lain yang

menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif,

yakni hubllngan yang sederajat yang kedudukannya sama tinggi.

Masinambaouw (1985) malah menyeblltkan bahwa bahasa dan kebudayaan

merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. kalau kebudayaan adalah suatu

sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat maka kebahasaan

adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi tersebut.

Dengan kata lain, hubungan yang erat itu berlaku sebagai: kebudayaan merupakan

sistem yang mengatur interaksi manusia sedangkan kebahasaan merupakan sistem

yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itU. IB

17 Abdul Chaer, Lillguislik [lllIUlll, Op.CiI., h. 7018 Abdul Chaer, Leonie Agustina, SosiolillgJdslik Selmah PellgaJIlar, (Jakarta:PT Rineka

Cipta, 1995), Cel. Ke-I, h. 25

Page 29: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

21

Masyarakat mesti memiliki budaya bahasa karena dengan bahasalah seorang

anak memperoleh sikap, nilai, cara bcrbuat dan lain sehagainya yang kita scbut

dengan kebudayaan. Atau lewat bahasalah ia lllempelajari pola-pala kultural dalam

berpikir dan bcrtingkah laku dalam masyarakat. Nyatalah bahwa budaya itu mesti

dipeJajari, melllpeJajari ini semua adalah proses sosiaJisasi danpada pokoknya

dilakukan lewat bahasa, pertallla di rumah kemudian di sekolah sampai akhir

hayatnya. Nyatalah bahwa bahasa mengantarai individu dengan budayanya. 19

Bahasa selalu berkembang dan merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan

bahasa yang dipcrgunakan, turut serta pengcnalan kcbudayaa.l1 tcrsebar,lcwat bahasa

pula kebudayaan yang terlibat sebagai salah satu bentllk penyebaran bentuk.

Bcrkaitan dcngan kcsatuan ini, Koentjaraningrat (1980) bcrpendapat, bahasa yang

mengansepsikan seluruh isi alam pikiran manusia ke dalam lambang-Iambang yang

berwujud nyata merupakan unsur saka guru dalam liap kebud,ayaan.

Sebagai bagian dad kcbudayaan, bahasa hanya ada dalam kcbudayaan itu

sendiri, dalam ruang lingkupnya. Tctapi bukan berarti bahwa satu bahasa hanya

lllemiliki satu bentuk kcbudayaan, bisa jadi lebih dad satu, misalnya bahasa Spanyol

yag pemakaiannya meluas hingga ke Amerika Latin, ternyata kebudayaan di negara

tersebut tidak persis sama dengan kebudayaan dad mana bahasa itu berasal. Sama

halnya bahasa Inggris yang mcluas ke Australia, Amerika Serikat, Kanada dan yang

lainnya" kendatipun lllereka secara keseluruhan berbicara dalam bahasa yang sama,

'9 A. Chaedar al-Washilah, Pellgalliar Sosiologi Bahasa, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1993)Cet ke-I, h. 73

Page 30: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

22

tapi tak menutup kemungkinan kebudayaan satu dengan Jainnya ada perbedaan.

Walaupun, perbedaan itu tidak selebar antara dua bahasa yang berbeda. Setiap

ungkapan .baik itu berupa kata, frase atau kaJimat hanya berarli sesuai dengan

kebudayaan yang dianutnya. 20

4. Pcnyesnaian Pcncrjcmahan Bcrdasarkan faktor Budllyll

Seliap bahasa mempunyai stmklur dan sistem masing-masing. Dengan

demikian, dalam hal ini penerjemah harus menyesuaikan din: deng~n masing-masing

bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, dan hal yang hams diutamakan dalam

meneIjemahkan adalah pesan yang ada dalam bahasa sumber hams dapat

diterjemahkan kembali dalam bahasa sasaran. Jika perlu, pengungkapan kembaJi ilu

dilakukan dengan menggunakan unsur bahasa yang bentublya tidak sejajar dengan

bentuk dalam bahasa sumber.

Dalam penerjemahan semantik, seorang pencrjemah hams lebih

memperhatikan unsur eSletika, di antaranya adalah keindahanbunyi teks bahasa Arab

dengan ll1engkomproll1ikan makna selama ll1asih dalam batas kewajaran. Selain itu,

kala yang hanya sedikit ll1engandung budaya dapat dite~jemahkan dengan kala yang

netral atau istilah yang fungsional.

Memang setiap bahasa juga mell1punyai ragam-ragam yang ditenlukan oleh

faktor waktu yang bembah-ubah, faktor tempat, faktor sosial budaya, faktor situasi

dan faklor medium penyampaian. Keadaan bahasa yang seperti iniJah yang patut

mendapat perhatian peneIjemah ketika melakukan aktifitasnya. Penerjemah tidak

20 Nurachman Hanafl, Teari dan ~)'eni menerjemahkan, (NTT: Nusa ludah, 1986), Cet-l, h. 32

Page 31: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

23

akan mencoba-coba memaksakan strnktur, bentuk maupun cara berpikir penuJis

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Sebab setiap bahasa mampu menciptakan

gambaran yang lengkap dari fenomena alam yang beragam dan ada di sekelilingnya,

kemudian mengungkapkan sistem perlambangannya bempa gagasan, pesan makna

atau info11llasi dengan caranya sendiri-sendiri21 PersoaJan konteks memiJiki

perbedaan yang mendasar dengan persoalan kosakata. Persoalan kosakata atau

semacamnya rclatif jclas sosok pcrsoalannya dan rclatif llludah ditcmukan langkah­

langkah konkrit pemecahannya, serta merinci modal kemampuan yang diperlukan

untuk mengoperasikannya.

Setiap orang bisa saja sangat ringan ketika berbicara bahwa 'meneljemah itu

harns sesuai dengan konteksnya'. Sesungguhnya persoalankonteks dalam teryemahan

adalah persoalan yang paling pclik dan krusial untuk dijelaiikan dan diilustrasikan.

Apalagi memberikan SOlllSi dengan menyeblltkan langkaJl-latlgkah konkTit, jelas dan

sederhana. Konteks seeara sederhana dapat dimengerli sebagai sesuatu yang

menyertai sebuah teks, sesuai dengan pemaknaan literer kata··kata yang merajut kata

lersebut.

Pcngertian teks di sini bukan hanya sebagai suatu kesatuan leks utuh, namun

juga bagian-bagian teks yang di dalamnya tclah mangandung satuan-satuan makna.

Dcngan dcmikian, sesuatu yang menyertai teks (konteks) dapat pula mencakup (dan

dapat pula dikategorikan sebagai) konteks teks seeara utuh.. konteks kalimat, dan

bahkan konteks yang lebih keeil lagi.

21 Adam Makkai. Idiom SfrucflIre in Ell/dish, (Den Haag: Mouton, 1972), h. 97

Page 32: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

24

Sesuatu yang menyertai teks (konteks) dapat dibagi menjadi dua: konteks

linguistik dan konteks non-lingistik. Konteks linguistik adalah segala sesuatu yang

terkait dengan kebaJJasaan teks, di mana setiap bagian dari kebahasaan saling

membantu menyampaikan pesan utuh teks, saling meqjelaskan apabila terdapat

bagiall-bagian tertentu yang kurang jeJas, dlUl saling membantu untuk meyakinkan

penerjemah apabila terdapat bagian-bagian yang meragukan. Sedangkan teks non

linguistik adalah segala sesuatu yang menyertai teks di luar teks' aspek kebahasaan

teks, yang mencakup teks-tcks sosial politik, budaya, ideologi, sejarah dan lain-lain.

Persoalan konteks non linguistik muncul ke permukaan terutama apabila terdapat

jurang perbedaan yang serius antara latar sosial-budaya dari teks surnber dan teks

sasaran, baik dilihat dari perbedaan tingkatan maupun dari warna budaya tersebut.

Cara penyelesaian problem konteks non linguistik memang tidak mudah,

karena mencakup hal yang sangat luas. Penerjemah dituntut memiliki pemahaman,

pengetahuan atau wawasan global terhadap tema yang diterjemahkan. Setidaknya

penerjemah harus cukuP/tJllliliar istilah-istilah teknis yung terkait22

Menerjemah suall! teks ten tang sebuah percakapan, terdapat kata-kata seperti:

F\ C~, Fi<.L....., kalau tidak mengetahui budaya si pemilik bahasa tersebut

(bahasa Arab) maka diterjemahkan dengan "pagi yang baik, sore yang baik".

Ungkapan terjemahan tersebut tidak sesuai dengan teks yang akan disampaikan oleh

bahasa Arab. Padahal ungkapan tersebut adalah kalimat yang diucapkan oleh orang

22 Ihnu Burdah, Melljadi Pellerjemah, Metade dall Wawasall Me""ljemah Teks Arab.(Yogyakarta, Tiara Wacana,2004), eel. Ke-I, h. 105, et. Seqq

Page 33: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

25

Arab ketika beJjwnpa sesuai dengan wak'tu ketika rnereka berternu, teJjernahan

ungkapan tersebut adalah "selamat pagi dan selamat sore,"

Untuk menerjemahkan peribahasa pun demikian, seorang penerjemah

diberikan kebebasan mutlak untuk menerjemahkan. Artinya, peneJjemah tidak

mengikiIti struktur kalimat bahasa Arab dan artinya secara harfiyah, tetapi rnengambiJ

inti dari kalimat tersebut dengan tidak menyimpang dari pesan atau amanat bahasa

sumber. Seperti:

"Air beriak landa lak da/am"

Terjemahan tersebut rasanya tidak terlalu jauh dari tuntutan naskah stirnber

yang apabila diterjemah secara literer berbunyi sebagai berikut:

"Sh1pa banyak arguJIlenlasi, banyak bieara ..23

Berdasarkan contoh di atas, peribahasa memang hams diterjemahkan secara

idiomatik karena yang dimaksud adaJah kelaziman maknanya bukan makna

satuannya.

B. Tinjauan Semantik

1. Semantik dalam Penerjemahan

Skripsi ini terfokus pada kata Syaikh sebagai h\iian semantik, maka

pembahasan dalam anal isis ini pun berkaitan dangan makna. Dalam mempelajari

tentang makna (semantik) berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa

dalam suatu masyarakat bahasa bisa saling mengelii karena tataran makna dalam

2J Ihicl h. 109

Page 34: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

26

anal isis se1l1antik setiap bahasa 1l1emiliki caranya sendiri'·sendiri dalam me1l1bentuk

makna setiap katanya. Misalnya, kata jyl (al-rlcz) dalllm bahasa Arab diartikan

padi, beras, dan nasi. Sedangkan 1l1asyarakat Indonesia membedakan masing-masing

istilah tersebut dengan definisi sebagai berikut:

Padi adalah tumbuhan yang 1l1enghasilkan beras

Beras adalah padi yang terkupas kulitnyaljenis turnbuhan biji··bijian yang

menjadi nasi setelah ditanak

Nasi adalah beras yang ditanak24

1. Jenis Makna

Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalarn

kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam

bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Meskipun jenis-jenis makna

sangat beragam, penulis hanya akan rnernaparkan enam jenis malum yaitu 1l1akna

leksikal, makna grarnatikal, makna kontekstual, makna idiom, makna denotatif dan

1l1akna konotatif Penulis me1l1andang bahwa keLirna jenis makna inilah yang sangat

berkaitan dengan objek kajian. Oleh karena itu sebagai landasan teoritis ada baiknya

bila hanya enam jenis makna inilah yang dipaparkan.

,., 8yahriaJ 8AR IbraJlim. Kcmllls Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusal Pembinaan danPengambangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h. 323

Page 35: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

27

a. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna unsur-unsur lambang b(~nda, peristiwa, dan lain­

lain25 yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Misalnya

leksem pinsil bermakna leksikal 'sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang'.

Dengan contoh itu dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang

sebenamya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kila, atau makna apa

adanya. 26

Setiap bahasa sebenamya mempunyai keletapan atau kesamaan dalam hal tata

bunyi, tata bentuk, tata kata, kalimat dan tata makna. Tetapi karena berbagai faktor

yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa itu, seperti usia, pendidikalJ,

agama, bidang kegiatan, protesi dan lalar belakang budaya daerah, maka bahasa itu

tidak merljadi seragam benar27 Karena hal itulah terkadang 'teljadi ketidakselarasan

budaya dalam unsur leksikal .

Telah ditekankan bahwa liap kata mempunyai pemusatan kosakata yang

berbeda tergantung pada kebudayaan, lokasi geo!,'Tafis dan wiiwasan masyarakatnya.

Oleh karena itu situasi geografis yang berbeda dalam suatu bahasa mungkin ada

pemusatan kosakata unluk perlanian. dan dalarn bahasa lain ada pel11usatan kosakata

untuk perikanan.

"Peter Salim. Yenny Salim, Kamlls Komemporel' Bahasa Indonesia, (Jakarta: ModernEnglish Press, 2002), Edisi ketiga, h. 1496

26 Abdul Chaer, Lingllislik [111111111, 01'. Cil, h. 28927 Abdul Chaer, 1(,10 Bahasa Praklis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),Cet.

Ke-I, h. 3

Page 36: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

28

Sekilas kata dalam suatu bahasa kelihatan sepadan dengan bahasa Jain, dan

malah kelihatan mempunyai komponen makna inti dan komponen kontrastif yang

sama. Apa yang dianggap komponen insidental dalam satu bahasa dapat menjadi

komponen kontrastif dalam bahasa lain? Hal ini karena perbedaan objekkebudayaan

yang dintiuk.

Penerjemah tidak hanya berhadapan dengan konsep dalam sistem satu bahasa,

tctapi bcrhadapan dcngan konscp dalam dua bahasa. Tiap bahasa mcmbatasi dan

memberi nama daerah realitas atau pengalamannya secara berbeda-bcda. Pcnerjemah

harns mencmukan kata atau frase yang tepat untuk mcmadankan unsur leksikal yang

digunakan dalam teks bahasa sumber.

Kesulitan lain ialah konsep dalam satu sistem sehug tampildalam bentuk

gugus, dan kadang-kadang juga bergabung dengan kelompok kata lain yang ada

hubungannya secara semantis. Makna hanya dapat ditemukan melalui kOlltras

sistematis dengan kata-kata lain yang mempunyai ciri tert,mhJ yang sama Kata-kata

ini juga harns berkontras dalam apa yang dirnjuknya atau dalam situasi

penggunaannya. 28

b. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah hubungan antara unsur-unsur bahasadalam saluan-

satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dengan kata lain dalamfrase

atau klausa29 Makna gramatikal barn ada kalau terjadi proses gramatikal seperti

afiksasi, redupJikasi alau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks

28 mildred L. Larson, 01'. Cif., h.t 0029 Peter Salim, M.A., Yenny Salim, Loc. Cit

Page 37: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

29

ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal 'mengenakan atau memakai

baju'.

c. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atnu kata yang berada di

dalam satu konteks, serta terdapat hubungan antara ujaran dan situasi di mana ujaran

itu dipakai.

Contoh kata kepala dalam kaiimat:

1. Kepalanya luka kena pecahan kaca

2. Kepala kantor itu bukan paman saya

3. Kepala surat biasanya berisi nama dan alamat kantor

4. Kepala jarum itu terbuat dari plastik

5. Yang duduk di kepala meja itu tentu orang penting.

Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, wak-tu,

dan .Iingkungan penggunaan bahasa itu. Contoh:

Kata ~yJ\..»"\ secara leksikal bennakna 'sebutan atau gelar bagi pemimpin umat

Islam atau khalifah' atau secara Irarl/valr bermakna 'pcmimpin orang-orang berirnan'

Sedangkan ketika kila meneljemahkan dalam bahasa Indonesia biasanya cllkup

dengan 'amirul mukminin' sajaJO Contoh lain:

Pertanyaan, tiga kali empat berapa?

Apabila dilontarkan di kelas tiga SO sewaktll mata pelajaran metematika

berlangsung, tentu akan dijawab "dua belas". Kalau dijawab lain, maim jawaban itu

30 DR. Tamam Hasan, AI-LI/gllall al- ArabiYJ,,1I /TIa'lIaha !pa mabllalla, (Mesir: Mathabi' al­Haniah al-Mishriyyah al-Kitabah, 1979), h. 313

Page 38: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

30

pasti salah. Namun kaJau pertanyaan itu diJontarkan kepada tukang foto di tokonya

atau di tempat kerjanya, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab "dua ratus", atau

mungkin juga "tiga ratus", atau mungkin juga jawaban Jain. Mengapa bisa begitu,

sebab pertanyaan itu mengaeu pada biaya pembuatan pasfoto yang berukuran tiga kaJi

empat centimeter.

d. Makna Idiom

Idiom adaJah satuan ujaran yang maknanya tidak c1apat "diramalkan" dari

makna unsur-unsurnya, baik sccara leksikal maupun secara gramatikalll Idiom

secara bahasa diambil dari kata ".J4c dan C)Lh....,1 yang berarti IIllgkapan dan

kesepakaran Dari itu timbullah istiJah ~","",I ".J4c yang oJeh orang Barat disebut

"sellfence and idiom" yang dimiliki oleh setiap bahasa. Idiom seperti kata Munir al-

Ba'Jabaki adaJah ungkapan yang maknanya sudah menyatu, sehingga tidak mungkin

dipahami hanya meJaJui kata demi kata secara terpisah. Makna itu menjadi makna

baJaghah dengan gaya majazi dan kinayah. Contohnya meja hijau dengan makna

'pengadilan'. DaJam bahasa Arab ~L.)\..# 0)\.9 makna asaJnya si A banyak abu

dapumya sedangkan mal;na majazinya si A pemurah (logikanya panjang)32

c. Malma Dcnotatif dan Makna Konotatif

Mal;na denotatif adaJah makna ash, makna asaJ, atau mak'11a sebenarnya san1a

dengan makna JeksikaJ. Sedangkan makna konotatif iaJah makna yang dipenganlhi

emosi, evaluasi, niJai rasa atau gambaran tertentu. Contoh kata 'babi', pada orang

31 Abdul Chaer, Lingl/istilk VillI/III, 01'. Cit., h. 29632 Moh. Mansyur dan Kustiwan, Pedolllan bagi Peneljemah, (Jakarta: PT. Moyo Segoro

Ah'llOg, 2002), h. 142

Page 39: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

31

yang beragama Islam atau di dalam masyarakat Islam me:mpunyai konotasi yang

negatif, ·ada rasa atau perasaan lain yang tidak enak bila mendengar kata ituH

Implikasi dari adanya jenis-jenis makna ini adalah bahwa seorang peneJjemah

hams memperhatikan jenis makna mana yang terlibat dalam 'leks. Perhatiannya harns

terarah dan terJihat dalam hal ini. Baik dalam lahap analisis tcks sunlber maupun

dalam lahap pcngalihan ke dalam bahasa sasaran.

3. Relasi Ma!ma: Polisemi

Yang dimaksud deagan relasi maluJa adalah hubungan semantik yang terdapat

anlara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa di

sini dapat kata, frase, maupun kalimat. Dalam pembicaraan t,entang relasi makna ini

biasanya dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, anlonim, polisemi,

homonimi, hiponimi, ambiguity, dan redudansi.

Rclasi makna yang akan penulis bahas dalam penclitian ini adalah polisemi. J4

Kala poliscmi bcrasal dari polisemy (Bahasa Inggris) yang berm1i makna

ganda (mulliple meaning) sebuah kala yang dikelompokkan dcngan kala lain di dalam

klasifikasi yang sarna berdasarkan makna berbeda, dengan perkataan lain "polisemi"

kala yang sarna mengandllng makna yang berbeda atall lazim diartikan scbagai satuan

bahasa (tcrntama kala, bisajllga prase) yang memiliki makna lcbih dari satu.

Penulis mcndapalkan beberapa pengerlian poliscmi dan bebcrapa linguis, di

antara mcreka yaitu Lyons yang mcnyatakan bahwa Polisemy (multiple meaning) is a

property ofa single lexemes. Palmcr dalam Pateda menyalakan bahwa it also Ihe case

33 Abdul Chaer, LiJlgllislik 1.111111111, 01'. Cil, h. 29234 Ibid, h. 297

Page 40: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

32

that the same word may haaave a set of dt!Jerent meaning. Kata yang sama

mengandung seperangkat kata yang berbeda, atau makna yang ganda. Simpson

mengatakan bahwa the polisemy of word means, than, all t he possible senses the

wooord has, Chaer memberikan arti sebagai "satuan bahasa yang memiliki arti lebih

dari satu. ,,35 Sedangkan penulis Jokal yaitu menurut suparno dahun buku Proyek

Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kerja Kependidikan bahwa polisemi

secara harfiah berarti banyak makna. rolisemi sebagai istilah' berarti bennakna

banyaknya suatu kata atau tanda bahasa dengan catatan Illakna yang banyak itu

Illemiliki hubungan antara satu dan yang lain. ](,

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa polisemi

adalah lekselll yang mengandung Illakna ganda. Karena kegandaan Illakna seperti

itulah Illaka pendengar atau pelllbaca ragu-ral,'U menafsirkan Illakna leksem atau

kalimat yang didengar atau dibacanya. Untuk Illenghindari kesalahpahaman tentu saja

kita harus melihat konteks kalilllatnya, atau kita bertanya lagi kepada pelllbicara

apakah yang ia maksud. Maksudnya, setiap kata hanya Illemiliki salu l11akna, yakni

yang disebut Illakna leksikal atau Illakna yang sesuai dengan referennya. Umpamanya

l11akna leksikal kata IkepalaJ adalah bagian tubuh manusia atau hewan dari leher ke

atas. Makna leksikal ini sesuai dengan referennya (lazil11 disebut orang malGJa asal,

atau makna sebenarnya) mempunyai banyak unsur atau komponen maknaH

" http://www.depdiknas.go.idlJumaIJ35/polisemi-dalam-bahasa-gorontalo.htm36 Suparno, Lingllislik Ulll1Im. Proyek Pembinaan dan Peni/lgkafalr Muhl Tenaga

Kependidikan, (Jakarta: DepDikBud, 1994), h. 24537 Abdul Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), eet- ke-I, h. 190

Page 41: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

33

Proses Terjadinya Polisemi

Proses polisemi bukan hanya terjadi pada tataran morfologi itu sendiri, tetapi

pada tataran frase dan sintaksis. Dalam hal morfoJogi, polisell1i teIjadi baik daJam hal

pelafalan ataupun leksem itu sendiri. 38

TeIjadinya polisell1i karena tiga hal yaitu:

1. Kecepatan melafalkan kata, misal: (ban:tuan) atal! (bantuan). (Apakah ban

kepunyaan tuan ataukah pertolongan).

2. Faktor grall1atikal, misal: pemukul dapat bennakna 'alat yang digunakan

untuk memukul' atau bermakna 'orang yang memukul'.

3. Faktor leksikal yang bersumber dari:

a). sebuah kata yang mengalami perubahan penggunaan sehingga rnemperoleh

makna yang baru, misal: kata makan yang berhubungan dengan kegiatan

manusia, binatang, dan kini dapat berhubungan dengan benda tak

bernyawa (ll1isal: makan angin, makan riba, dimakan api, makan malam,

dan seterusnya).

b). Sebuah kata yang digunakan pada lingkungan yang berbeda, misal: kata

'operasi' bagi dokter bedah (lmtuk mengobati penyakit); bagi militer

'gerakan militer' misal: Jenderal Suharto memimpin operasi penumpasan

gerakan G30SIPKI. Sekarang muncul operasi kebersihan, operasi sapu

jagal.

'R htlp://www.depdiknas.go.id/Jumal/35/poliscmi-dlm-goronlalo.htm

Page 42: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

34

c). Karena manusia pandai berandai-andai, atau akibat adanya met~fora.

Misal: kata 'mata' alat untuk melihat, karena kesamaan makna muncul

makna 'suatu yang menjadi pusat, yang di tengah-tengahatau yang

mempunyai mata'. Bandingkanlah:

Mata acara: 'bagian dari acara'

Mata air; 'sumber air'

Mata angin: 'arahjarum pedoman'

Mata anggaran: 'bagian tertentu dari anggaran belanja'

d). Fak"tor pengaruh bahasa Asing. Misal: kata 'butir' digunakan untuk

mengganti 'unsur' atau dari bahasa Inggris 'item', dan 'butir'bennakna

'barang yang kecil' seperti beras, intan,salah satu dan bagian

keseluruhan, perincian. Dengan demikian, yang digunakan adalah makna

yang terakhir, yang berpadanan dengan item (point)J9

39 Skripsi SaIjana Saslra, Analisis Polisemi dalam Alqul'aJ/; SI/ldi Kasus J'e1jemaJul/1 Kala 01­Sa'all. (Jakarta. Perpus UIN SyarifHidayalUllah, 2005), h. 18, t.d

Page 43: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

BABIII

FAKTA YANG MENDUKUNG ANALISA DATA

A. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya PerubahanBlilhasa

Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tak pernah lepas dari segala

kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk

yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

oleh bahasa. Malah dalam bel1nimpi pun manusia menggunabn bahasa.

Karena keterikatan dan keterkaitanbahasaitu denganmartusia,> sedarigkari

dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatanll1antisia itutidaktetalJ danselalu

berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidaktetap,menjadi

tidak statis, karena itulah bahasa itu disebut dinamis.

Perubahan bahasa terjadi pada semuatataran, baik fonologi,motfologi,

sintaksis, semantik, maupun leksikon. Dalam bidal1g fOllOlogi, .Iuisalnya, bahasa

indonesia dulu belum mengenal fonem !fI, /khl dan Isy/. Ketiga fonem itudianggap

sama dengan fonem Ip/, /kI dan lsi, sehingga kata f1kir dis:uuakandengan bta j'ikir,

kata khabar sama dengan kata kabar, dan kata lIIasyarakal sama dengan. kata

masarakal. Tapi kini keberadaan ketiga fonem itu, yang betbeda denganfonem/p/,

/kI dan lsI dianggap otonom, sebab terdapat pasangan minimal yang membedakannya

fonem IfI dari Ip/, Ikhl dari Ik! dan Isyl dari lsi. Dalam bidang motfologi keberadaan

alomorf menge- yang dulu diharapkan, kini dianggap otonom,karel1akehadirahrlya

berkaidah yaitu pada kata dasar yang ekasuku. Begitu juga bel1tukkatadilnellgerli

Page 44: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

36

yang pada tahun lima puluhan diharapkan para guru, tetapi kini tidak dipersoalkan

lagi.

Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi, adalah pada bidang

Jeksikon dan semantik. Barangkali, hampir setiap saat ada kat.'l-kata baru muneuJ

sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata.-kata liml yangmuncul

dengan makna baru. Hal ini mudah dipahami, karena kata sebagai satuan bahasa

terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung sualu konsep yang ada dalam

masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kcbudayaan, perkembangan

ilmu dan teknologi, lenlu bermunculanlah konsep-konsep bam, yang tentunya diserlai

wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah bam Kalau toh kelahiran

konsep itu belum bisertai wadahnya, maka manusia akan mcm;iptakan istilahnya.

Betapa pesatnya perkembangan leksikon dalam bahasa Indonesia dapat kita

lihal kalau kita membandingkan jumlah kata yang ada dalam kamus Umum Bahasa

Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta yang hanya berjumlah sekitar 23.000

buah, dengan kata yang terdapal di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang

berjumlah lebih dari 60.000 buah. Bukan tidak mustahil dalam waktu yang tidak

terlaJu lama bahasa Indinesia akan mempunyai 100.000 buah kosakata.

Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan

dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami

masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan sosial dan politis

menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak Jagi menggunakan

bahasanya, Jalu menggnakan bahasa lain. Di Indonesia, kabamya, telah banyak

Page 45: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

37

bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penutumya terutama dengan alasan sosiaJ.

Jika ini terjadi terus-menerus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang berada

daJam dokumentasi beJaka, karena tidak ada Jagi penutumya. Contoh yang konkret

adalah bahasa Latin dan bahasa Sanskerta. Masih untung kosakata bahasa Latin dan

Sanskerta tetap dipakai sebagai istilah dalanl bidang iJmu pengetalman40

Sebagaimana kita ketahui bangsa Arab adalah bangsa yang memiliki

peradaban dan kebudayaan yang cukup tinggi yang selalu bembah dari masa ke masa,

otomatis banyak pula perubahan bahasa yang terjadi, seperti kata ~(yaikh yang

berubah makna dalam bidang leksikon dan semantik. Berikut pembahan kata Syaikh

dari masa ke masa yang penulis dapatkan melalui pendekatan historis.

B. Perkembangan Makna Kam Syaikh dari Masa ke Masa

Syekh sebagai gelar kehormatan bagi ulama dan pembesar digunakan dalam

sejarah Arab sebelum dan sesudah Islam. Sebagai gelar kehormatan, syekh juga

dipakai oleh kelompok Hasyayin (pasukan pembunuh kaum Qaramith, dipimpin oleh

Hasan bin Assabah) untuk pimpinan mereka dengan menyebutnya Syaikh aI-Jabal

(syekh di gunung) atau Syaikh al-Fidawiyah (pimpinan pasukan berani mati).

.Sementara itu syekh yang berarti kepala suku (qabilllh) dipakai pada masa pra

Islam dan dinamai Syaikh Ill-qabilah. Syekh suku ini biasanyadipilih dati orang yang

beusia lanjut, tetapi sering juga dari orang muda yang cakap, bijak, kaya, adil, kuat

dan berwibawa. Syekh yang berarti kepala suku juga dipergunakan pada zaman

40 Abdul Chaer, Lillguistik Umlllll, Op. Cit. h. 53-54

Page 46: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

38

Islam, seperti di masa Dinasti Mamluk yang mengangkat syekh suku melalui

keputusan seorang sultan.

Syekh sebagai gelar keagamaan dan pengajaran dipakai dwgan

ll1enall1bahkan kata-kata yang menunjuk pada mata peJajaran dan nama tertentu di

belakangnya. Misalnya Syaikh A/quran. guru mengaji atau ahli Alquran, Syaikh ar­

riwayah atau Syaikh a/-Hat/is yang berarti guru yang mengajar hadis atau i1mu

hikmah, dan c~yaikh al-Madlllb atau Syaikh a/-Ma;;ahib. yakni gelar kehorll1atan bagi

ulama yang mengajar mazhab fikih yang memberi pengarahan pada guru-guru yang

ll1engajar mazhab tertentu dari ernpat rnazhab tikih di sekolah··sekolah agama,

Penggunaan S)Jaikh a/-Ma::hab misalnya terdapat pada prasasti yang bertahun

651 HII253 M pada sebuah sekolah di Darnsyik (Darnaskus) yang menyebut nama

Syall1sudin Abu Makarim Yahya bin Hibatullah bin Hasan Assyafi'i sebagai Syaikh

a/-Ma::ahib dan Abu Abbas sebagai Syaikh a/-Ma;;hab, Syekh sebagai jabatan

tertinggi keagarnaan dikenal juga pada mllsa Turki Usmani (Kerajaan Ot0111an) yaitu

jabatan Syaikh a/-Is/am.

Adapun syekh sebagai orang yang berhak mengeluarkan fatwa disebut Syaikh

a/-Fitya, Mellurut Ibllll Khaldun dalam Muqaddimah Ibn Khaldun. pellaklukan Sicilia

dipimpill oleh Asad al-Furat al-Tunisi. la merupakall Syaikh al-Fitya di masa

Ziyadatullah 1, gubernur Ifiiqiyah dari Dillasti Aglabid (817-8:18).

Syekh sebagai fUllgsionaris tasawuf dipakai dalam kalangan sufi, seperti

!3yaikh a/-Khanqah (a/-Khanqah adalah semacam rempat berkhalwat atau

mengasingkan diri para sufi), Syaikh cc-Zawiyah, Syaikh at-Tariqah (syekh tarekat),

Page 47: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

39

Syaikh as-sujiyah, dan Syaikh as-Syuyukh. Syaikh a::-Zmviyah dalarn tugasnya sarna

dengan Syaikh al-Khanqah, yakni mengurus ::awiyal (tempat khalwat yang berada

jauh dari tempat ramai), mendidik murid-murid zawiyah dan memperkenalkan pada

mereka jalan kepada Allah SWT. c~yaikh al- Tariqah adalah pimpinan dari sebuah

tarekat. Di bawah syekh tarekat terdapat khalifah-khalifah tarekat di desa-desa dan

kota-kota. Setiap khalitah memiliki murid-murid. ,")/(Jikh al-Sliliyah adalah gelar

khusus bagi syekh tasawuf di Khanqah zawiyat atau tarekat. Gelar ini dikenal di

kalangan sufi di Mesir dan Maroko. Pada sebuah kuburan di Kairo, Mesir, yang

be/tahun 612 HJ1215 disebut nama Taqiyuddin Abu Abdillah Muhammad Bin Hasan

Bin Isa As-Sufi yang dikenal sebagai Syaikh as-Sliliyah

Para Syaikh as-Sz!fiyah di masa Oinasti Mamluk memakai pakaian khusus

mmp pakaian para ulama dan berkendaraan baghal (sejenis keledai). ,")Ylikh al­

Syuyukh adalah pnl1plllan tertinggi dari para Syaikh al-Sujiyah dan Syaikh al­

Khanqah. Seorang yang pernah menjadi S'yaikh as-Syz{yukh di negeri Mesir, Syam

(Suriah), dan kerajaan Islam lainnya adalah Ishak al-Qurasyi al-Asfahani. Sebutan ini

tertulis pada prasasti sebuah Khanqah di Kairo yang bertahun 757 HI 1356 M.

Syekh sebagai pengurus pranata keagamaan, misalnya syekh yang mengurus

masjid Jarni' di sebut Syaikh al-Jami' dan masjid al- Haram disebut Syaikh al-Haram.

Oi antara Syaikh al-Haram adalah S:yaikh al-Haram an-Nabawi yang bertugas

mengurus dan mengawasi para petugas di masjid Nabawi di Madinah. Biasanya

jabatan S)lQikh al-Haram dipegang oleh seorang amir (pangeran) dan ditunjuk oleh

seorang sultan pada masa Dinasti Mamluk dan mendapat penghasilan dari negara.

Page 48: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

40

Pada prasasti dari Mekkah bertanggal 25 ZuJkaidah 664 H/27-28 Agustus

1266 disebut bahwa orang yang bergelar Syaikh al-Haramain as-Syar!fain (Syekh

yang bertanggung jawab mengurus masjid al-Haram Mekkah dan masjid Nabawi

Madinah) adalah Afifuddin Abu aI-Muzaffar Mansur Bin Abu al-Fadl al-Bagdadi

yang dijabatnya mulai 624 H sampai wafat.

Syekh sebagai kepala atau ketua dari kelompok prosesi dan kerja digunakan

pada abad pertengahan. Syekh ini bertugas meneliti dan mcngalvasi kelompoknya.

Syekh seperti ini misalnya Syaikh an-Najjarin (ketua para tnkang kayu), S:yaikh as­

SaMagin (ketua para penyamak kulit), dan svaikh al-Tl!l.!ar (pimpinan para

pedagang).

Syekh dalam fungsi kemiliteran digunakan di belahan barat dunia Islam

seperti di Andalusia, misalnya Syaikh al-GlIzal wa al- killjahidin (panglima pasukan

penyerang). Di pulau sicilia sewaktu pemerintahan Arab dan Norl11andia dikenal

adanya S)/lIyukh al- Madinah dan SYlIyukh ai-Salad, yakni pembesar-pembesar

negerildaerah yang l11empunyai kekuasaan l11endal11pingi walikota dan bahkan

berkuasa untuk memilih walikota tersebut. Syekh di Dinasti Muwahhidtm di Tunisia

merupakan jabatan penting sebagai wakil sultan. Syekh I.ni disebut Syaikh al­

Mu 'azzam, berasal dari kalangan militer.

Adapun syekh sebagai jabatan wazlr (perdana menteri) digunakan oleh

Dinasti Bani Hafs di Afrika yang dikenal dengan S)aikh al-Muwahhidill. Syekh ini

Page 49: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

41

mempunyai kekuasaan mengangkat pejabat dan pegawai serta memimpin tentara

dalam peperangan. 41

Syaikh ai-islam aclalah sebuah gelar yang c1igunakan pacla masa pemerintahan

Buwaihiyyah, sebuah periocle yang banyak memuneuJkan s<~Ul11Jah nama clan geJar

yang berlebih-Iebihan, sering nama tersebut cligunakan sebagai gelar penghormatan

kepacla pernimpin agama yang memiliki keduclukan tinggi.

Gelar tersebut berkaitan c1engan sebuah fungsi khusus c1alam masa

pemerintahan Usmani clan akhimya menjadi gelar resrili bagi seorang mufti cli

IstambuJ. Jabatan Syaikh ai-islam ditul1iuk oleh khalifah (penguasa). lstilah yang

berarti "Sesepuh Islam" ini mulai cligunakan seeara meluas pada sekitar abaci ke-l1 (5

H). Seeara konkret terdapat referensi tentang pemakaian gelar Syaikh ai-islam bagi

tokoh-tokoh agama cli Khurasan. Umpamanya Abu Ismail al-Anshari, seorang sufi

clan Ismail bin Abclurrahman, seorang fakih Syafi'i, telah digelari Syaikh ai-islam

oleh para pengikut mereka masing-masing. Kemudian pacla abaci-abaci selanjutnya

ahli teologi (kalam) terkenal Fakhrucl-Din ar-Razi clan at-Tatzari, serta syekh tarekat

kenamaan menclapat gelar Syaikh ai-Islam.

Di Mesir clan Siria S'yaikh al-islalll c1igunakan sebagai gelar kehormatan untuk

para tokoh ulama fikih (fukaha) alau mufti. Scjak zaman pemerintahan Dinasti Buclak

(Mamalik), antara abaci ke-13 sampai 16, kelihatannya geJar Syaikh aI-islam hanya

diberikan kepacla mufti kenamaan dan otoritasnya diakui oleh para fukaha. Sebagai

41 Cyril Glasse, ElIsiklopedi Islam (Jlillgkas), Penerjemah : Ghufron A. Mas'adi, (lakartt: PT.Raja Grafindo Pcrsada, 1999) Ed.I Cet. Ke-2, h. 383

Page 50: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

42

satu iJustrasi menarik dapat dilihat pada kasus penggelaran Syaikh aI-islam kepada

Ibnu Taimiyah. Kendati para pendukungnya telah menganugerahkan gelar Syaikh al-

islam kepadanya, penganugerahan tersebut dianggap tidak pantas dan tidak sah oleh

musuh-musuhnya. Bagaimanapun secara umum di wilayah kekuasaan Mamalik gelar

Syaikh aI-Islam hanya diberikan kepada mufti kenamaan.

Di Persia gelar ,\)'aikh aI-Islam mempunyai konleks yang agak berbeda. Gelar

ini digunakan oleh kepala pengadilan agama lokal yang para anggblanya terdiri dari

ulama, termasuk mullah dan mujlahid.

Pada masa Dinasli Syafawi S~vaikh aI-Islam ditunjuk oleh perdana menteri

(Syaikh as-Sudzn) Sedangkan di kerajaan Mughal (India) gelar Syaikh aI-Islam

digunakan oleh mufti kepala yang dilunjuk oleh S)mikh as-Sudur.42

Dalam perkembangan berikulnya Sywkh al-Is!cJlI1 tidak diberikan kepada

perseorangan, telapi sebagai jabatan yang memimpin deparlemen yang mengurus

masalah-masalah yang lelah disebulkan di alas. Ini lampak pada akhir abad ke-l8

ketika terjadi modernisasi administrasi kerajaan Otoman. Pada periode Tan::imal

(sesudah J839) ,~vaikh al-Islalll menjadi scmacam kolega menleri-mcntcri yang

memimpin deparlemen. Namun sejak sekularisasi di kcrajaan Otoman dilancarkan,

pengaruh Syaikh aI-islam semakin menurun. Peranannya hampir berakhir pada bulan

Nopember 1922 ketika Turki menjadi republik dan kerajaan dihapuskan, kemudian

41 Tim Penulis lAIN SyarifHidayalullah, Ensiklopedi lvlam Indonesia, (Jakarta :PenerbilDjambatan, 1992), Cel.ke-2 h. 903

Page 51: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

43

memiJih mendirikan negara nasianaJ sekular (1928), di bawah plmpman Mustafa

Kemal Ataturk. 43

Di perbatasan Suriah, Libanan, terdapat sebuah gunung puncak ketinggiannya

mencapai 2815 M. Gunung tersebut di ju1uki as-Syaikh atau Harmun. Ada sebuah

tempat Jetaknya berada di dekat jazirah Sina, antara RaJah dan Arisy, tempat itu

dinamakan as-Syaikh Zmvaidah, di dalamnya diteml.lkan berbagai peninggalan dari

peradaban modern Rumania.

S:Vaikh Sa'id: nama sebuah pelabuhan kecil. Jumlah penduduknya mencapai

sckitar 1000 jiwa. 1a bcrada di bagian sclatan jazirah Arab. Orang-orang Pcrancis

menguasainya pada tahun 1734 di Bab al-Mandab di Laut Merah, dan dikuasai oleh

1nggris pada tahun 1837 dengan adanya kesepakatan bersama Turki, sementara Turki

membebaskannya pada tahun 1884. Kemudian Perancis menuntut kembali pada tahun

1886, dan dipertahankan aleh bangsa Yaman pada tahun 1914.

Syaikhu Louis: (1859-1927), seorang rahib Nasrani.. 1a dilahirkan di Mardin,

suatu pu1au keci!. 1a pindah ke Libanon ketika ia mulai memasuki dunia kerahiban

dan tinggal di Beirut. la telah banyak melakukan sejumlah petualangan di Eropa dan

Timur Tengah, serta mengumpulkan sejumlah manuskrip miJik perpustakaan Nasrani

di Beirut. la belajar di Fakultas Qudais Yusuf. la menerbitkan sebuah majalah yang

bernama al-Masyriq, pada tahun 1898. Selain itu, ia telah menulis sejumlah buku, di

antaranya adalah: Syuara' an-Nashraniyyah, Syarh Diwan ai·Khunasa, al- Adab al-

43 Dewan Redaksi EnsikJopedi Islam, El1sikfopedi !.>lam .filid fl·; (Jakarta: PT. !chliar BarlVan Hoeve, 1999), Cet.Ke-4 h. 339

Page 52: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

44

'Arablyyah ft a/- Qam al-Tasl' 'Asyar, a/-Adab a/-Arablyyah fl ar-Rab'l a/-Awwal

mill a/- Qam a/- 'Isyrill, dall M(y'alll a/-Adab. 44

Pada masa kini syekh juga bisa berani rektor perguman tinggi, sepeni Syalkh

al-Jami 'al-Azhar (Rektor Universitas al-Azhar) di Mesir:15 Di Asia Tenggara

keJihatannya pemakaian gelar S:valkh al-Is/alll tidak popuJer. Kendati beberapa

kcsultanan mampu mcnguasai kawasan yang luas, tetapi rupanya mereka beJwn

merasa berhak menunjuk seorang ,~)lalkh al-lsll1lll. Tentunl'a beberapa faktor lokal

seperti taraf keagamaan, kualitas pengetahuan, gelar lokal yang lebih populer,

fragmentasi kekuasaan dan ke1angkaan pakar agama Islam telah ikut mempengaruhi

keasingan konsep :3yalkh al-Islam di Asia Tenggara. Di Indonesia, Syalkh al-Islam

pertama yang tarcatat dalam sejarah ialah Syekh Syamsuddin as-Sumatrani (wafat

1039 HI 1630 M), ulama besar dan tokoh tasawuf di zaman Sultan Iskandar Muda

(1607/1636 M).46

44 Muhammad Syafiq Gharbal. al-A1a/ls/I "It al-Arah~lyaltal-M/lyas.mralt, (Mesir: Dar al­Qalam, 1959), h. 1104

4' Dewan Redaksi EIlsiklopedi Islam, EIISiklopedi islam Jilid V,Loc. Cil.46 Tim Pellulis lAIN SyarifHidayatullah, 01'. Cit. h. 9037

Page 53: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

HAHN

ANALISrS DATA

DaJam penerjemahan, ada satu prinsip universal yang penting, temtama dalalll

menerjemahkan dari dan ke dalam bahasa yang begitll berbeda. seperti bahasa

Indonesia dan bahasa Arab. Prinsip itu ialah bahwa informasi yang diungkapkan

dalalll satu bahasa hams diungkapkan setepat dan sejelas lllungkin daJalll bahasa lain.

Penel:iemah hams teruS-lllenerus menyadari bahwa bukan kata-kata, tetapi

informasilah yang harus disampaikan. Oleh karena itu, urutan kata dan umtan pikiran,

serta latar belakang budaya kata-kata, dapat berbeda sekali antara bahasa Indonesia

dan bahasa lain, keseluruhan informasi sebuah kaJilllat, atau sebetu1nya seluruh

paragraf, hams dimengerti seeara eermat dan mendalam. Sesudah itu hams

diungkapkan dengan ketepatan dan rineian yang sallla dalam bahasa lain dengan sarna

laneamya.

Penerjemah hartls lllengerti sepenuhnya bahasa sumber, eita rasanya, nuansa

dan gaya bahasanya, dan juga mempunyai kemalllpuan untuk mengungkapkan dalalll

bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran, dengan eiri-eiri yang sallla dengan setepat

mungkin sambi! melllpertahankan terjemahan yang terbaca. Pengalihan budaya hams

dipertilllbangkan dengan cemlat, tetapi pengalihan datam bahasa sasaran tidak ho1eh

ber1ebihan sampai-salllpai terjelllahan itu merusak Jatar belakang budaya bahasa

sUlllber. Pertimbangan-pertilllbangan ini penting sekali diperhatikan, apabita antara

bahasa sUlllber dan bahasa sasaran tidak memiliki hubunganbaik secara linguistis

Page 54: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

46

maupun non Iinguistis, sehingga menimbulkan banyak hambatan dalam kedua bahasa

tersebut.

Salah satu hambatannya adalah keslliitan dalam pengalihan leksikal

disebabkan kelalaian peneJjemah Indonesia yang sering rnengalihkan leata, frase,

ungkapan idiomatik, llngkapan figuratif, dan peribahasa yang berdiri sendiri tanpa

konteks. 47

Masalah idiomatika tidak kalah pentingnya dari rnasalah-m'usalah kebahasaan

dari segi semantis, sebab setiap bahasa mempunyai logika dan cara pengllngkapan

yang terkadang berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, seseorang

yang rnenulis dengan bahasa tertentu rnesti mengikuti logika dan cara pengungkapan

yang berlaku dalarn bahasa tersebllt. Ketika ia rneneJjernahkan dari satu bahasa ke

bahasa lain rnaka dalam mernahami bahasa surnber yang akan diterjernahkan ia mesti

menggunakan logika dan cara pengungkapan bahasa tcrsebut untuk kernudian

dipindahkan ke bahasa sasaran dengan menggunakan logika dan cara pengungkapan

yang berlaku pada bahasa sasaran tersebllt.

Telah penulis paparkan pada bab terdahulu arti idiom rnenurnt pendapat

beberapa ahli lingllistik, sedang menurut Sllkamto, yang dimakslld dengan idiom di

sini adalah sekllmpulan kata-kata tertentu yang rnemberi arti bam, berbeda dengan

arti asal kata-kata tersebllt atau ungkapan khas yang dirniliki oleh sesuatu bahasa,

perorangan atau sekelompok orang. Dalam bahasa yang memberi arti barn berbeda

47 FAH UIN SyarifHidayatuliah , AI-lill'as Mimhal" S~jarah, Saslra, Budaya dall Agama,Vol. 9, No, 2, (JuIi: 2003), h, 149

Page 55: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

47

dengan arti asal kata-kata tersebut atau ungkapan khas yang dimiliki oJeh sesuatu

bahasa, perorangan atau sekelompok orang. Dalam bahasa Arab banyak ditemukan

kunlpulan kata-kata tertentu yang mempunyai makna bam yang berbeda dengan

makna lazimnya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa masaJah idiomatika ini juga

terpengaruh oJeh bahasa lain.

Masalah idiomatika bahasa merupakan permasalahan yang mesti dihadapi

oleh penulis berbahasa Arab dari yang berbahasa ibu bahasa Indonesia, jUg,l oJeh para

peneryemah dari bahasa Arab ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya4H Begitu pula

dalam menemukan makna kata S)iaikh yang sedang penulis analisa ini.

Pada Bab IV ini penulis membagi analisis data padaanalisis makna kata

Syaikh menurut makna leksikalnya dan maknanya daJam budaya Arab, serta analisis

polisemi kata Syaikh.

A. Allalisis Makna Kata SYllikh dalam Bahasa dan Budaya Arab

Kata~ berbentuk mashdar, berasaJ dari kata tL:~ yang bermakna menjadi

tua, sedangkan~ bermakna 'orang tua yang Janjut usia', biasanya orang yang sudah

berusia Jima puJuh tahun ke atas ditandai dengan memutihnya rambut (beruban), dan

gigi yang mulai tanggaJ satu persatu49

Dalam kamus Bahasa Arab Kontemporer 'ai- 'Ashri, kata "Syaikh" bisa

bennakna 'orang tua yang lanjut usia' (~Y'), 'pemimpin' (f';lCj), 'ketua', 'syekh',

48 Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, ¥ogyakarta, Tsaqafiyat: JUnlal Bahasa, Peradabandall Infonnasi Islam, Vol. 6, No. I, (Januari-Juli: 2005), h. 52-55

49 Amin Muhamad Abd Wahab, M. Shadiq Ubaidi, Lisan aI-Arab, ( Bernt: Dar al-Ihya Al­Turas AI-Arabi, I997), Cet. Ke-2, h. 254.

Page 56: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

48

'-.Jjjw.. 'senator' anggota DPR, terkadang digunakan untuk panggiJan penghormatan.

Apabila didampingi dengan kata lain, Contohnya ;;\yJl C'~ berarti suami, Al1i.11~

berarti kepala suku, ).lll~ berarti iblis.5<)

Sedangkan makna kata S)'aikh dalam bahasa dan budaya Arab:

I. Orang yang Janjut usia (orang tua)

2. Sebutan bagi orang Arab (temtama yang keturunan sahabat Nabi).

3. Sebutan bagi orang Arab yang yang berasal dari Hadramaut.

4. GeJar kehonnatan bagi alim ulama (hampir sama dengan kiaii l

5. KepaJa suku

6. GeJar keagamaan dan pengajaran

7. Mufti kenamaan

8. Ahli sufi

9. Pengurus pranata keagamaan

10. Ketua kelompok seprofesi dan sekerja

I J. Fungsionaris kemiliteran

12. Perdana menteri

. . 5213. Rektor Umversllas

14. Seblltan lIntllk semua orang yang belajHr agamH bahkan HnHk keeil sekalipun

J5. SebutHn untuk keturunan mja di wilayah TeJuk (Syaikhah)

'0 Atabik Ali, A. Zuhdi Muhdlor, al-Ashr: Kam/ls Bahasa Arab KOII/emporer, (yogyakarta:Multi Karya Gratika, 1998), eet. Kc-8, h. 1155

" Peter Salim, Yenny Salim, 01'. Cit.. h. 91652 ro .....;! ~I~~n_ l~... /',.

Page 57: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

49

16. Sebutan yang di gunakan untuk mengejek seseorang. 53

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa makna sebuah leksem dapat berubah

apabiJa leksem tersebut berada daJam snatu kalimat, atau apabiJa kata tersebut

berdampingan dengan kata lain atau tergantung konteks di mana ujaran itu dipakai.

Contoh daJam kalimat:

Syekh .la'far ash-Shadiq terkenal dengan gelar 'Sunan Qudus'

Telah kita ketahui Syekh .la'far Ash-shadiq adalah salah seorang penyebar

agama Islam di Jawa. Penulis mengartikan kata S'yaikh dengan syekh saja karena

telah dikatakan bahwa salah satu rnakna ,\)Iaikh adalah sebutan untuk alim ularna atau

kiai dan kata Syaikh telah menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia di samping

sebagai penghormatan terhadap beliau.

Para mahasiswa, dosen, pegawai serta siapa saja yang berada dalam aula

rnendengarkan sambutan Rektor Universitas al-Azhar.

Di banyak negara jabatan Rektor Universitas biasanya mernakai istilah ~.J

Kedua contoh di atas adalah peneIjemahan berdasarkan wawasan budaya.

53 Amany Lubis, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Dirasat IslanliyahDIN Syarif HidayatulJah Jakarta, Wawal1cara Pribadi, Jakarta, 23 Maret 2006

Page 58: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

50

B. Analisis Polisemi Kata Syaiklt

Telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa polisemi adalah suatu kata

yang memiJiki banyak arti dan salah satu sebab proses terjadinya polisemi adalah

karena pembahan penggunaan sehingga memperoleh makna yang bam, misalnya kata

"makan" yang berhubungan dengan kegiatan manusia, binatang, dan kini dapat

berhubllngan dengan benda tak bernyawa, misal: makan angin, makan riba, dimakan

api, makan malam dan sebagainya.

PoJisemi, selain dapat berakibat negatifjllga mempakan unsur positif Disebut

berakibat negatifkarena dapat menimbulkan kesaJahan penerimaan informasi; disebut

positif karena justru memperkaya kandungan makna suatu bentuk kebahasaan

sehingga lebih lentur lIntllk digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda. Akibat

negatif itu dapat dihindari apabila pemakai bahasa secara cermat memperhatikan fitur

semantis yang dimiliki bentuk-bentuk polisemi dan menggllnakannya secara laras,

sesuai dengan relasi stmktur maupun konteks pemakaiannya54

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan tentang makna kata Syaikh baik

secara gramatikal mallpun kontekstual (di mana lIjaran tersebut di pakai), penulis

mendapati kata Syaikh memiliki banyak makna sepelti yang telah penulis tuliskan di

atas (dalam anal isis mak,<1a kata Syaikh dalam bahasa dan budaya Arab).

Sedangkan ketika kata Syaikh berdampingan dengan kata lain seperti yang

terdapat dalam Kamus Arab Kontemporer 'al- 'Ashri ia dapat bennakna, di antaranya:

54 Aminuddin, Sema/ltik Pe/lga/lfar: Studi Tenta/lg Malma, (Malang: Sinar Baru, t988), h.124

Page 59: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

51

-~I~ bennakna kepaJa suku

- ;;\yJ\~ bermakna suami

- ).:..1\~ bermakna iblis55

Ketiga contoh kata Syaikh di atas menurut anaJisa penulis termasuk jenis

makna idiom karena tidak dapat "diramalkan" dari makna unsur-unsurnya, baik

secara leksikal maupwl secara gramatikal.

Dalam kaslls pol isemi biasanya makna-makna pada sebuah kata atau ujaran

walallpun telah berada dalam berbagai kalimat masih berkaitan antara yang satu

dengan yang lain, begitu pula dengan kata Syaikh. Kalau kita perhatikan kata Syaikh

dengan segala macam maknanya dari sebuah kata yang polisemi itu masih ada

sangkut pautnya dengan makna asal karena makna-makna itu merupakan penjabaran

dari komponen-komponen makna yang ada pada makna asal kata tersebut, yaitu

'orang tua' adalah orang yang harus dihormati, biasanya lebih banyak mempunyai

pengalaman dan ilmu pengetahuan, seringkali Iebih berhak menjadi pemimpin.

Begitu pula dengan ~\ t~ bermakna kepala suku adalail pemimpin suatu suku,

.\yJ\ & bennakna suami adalah pemimpin keluarga dan )_;J\ & bennakna iblis

adalah pemimpin setan. Sifat-sifat dan fungsi yang seperti inilah yang dijadikan

'benang merah' (makna konotati f) dari makna denotatif kata ,\vaikh.

Akan tetapi seperti telalJ kita ketahui bahwa makna bahasa akan dapat menjadi begitu

berbeda tergantung siapa, bagaimana dan apa maksud si pemakai bahasa tersebut.

" Alabik Ali, A. Zuhdi Muhdlor, Loc, Cit.

Page 60: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

52

Sebagai contohnya kata Syaikh dapat dipakai untuk melecehkan atau mengolok-olok

seseorang, misalnya seseorang yang sifatnya dinisbatkan seperti orang tua meskipun

ia rnasih muda narnun pelupa, identik dengan sifilt orang tua yang sudah pikun,

bungkuk atau sifat-sifat yang lainnya.

Page 61: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

BABV

KESIMPULAN

Pari semua uraian yang telah penuJis paparkan dalam penelitian ini, penulis

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Budaya bahasa sumber (BSu) berpengaruh dalam bahasa sasaran (BSa), karena:

a. Sebagaimana teori yang telah dikemukakan oleh para ahli linguistik seperti

Koentjaraningrat, Masinambouw dan hipotesis Satir-Whorf yang

mengatakan bahwa bahasa dan budaya mempunyai hubungan yang sangat

erat dan tak dap?t dipisahkan, otomatis budaya yang melingkupi teks BSu

berpengaruh dalam penerjemahan.

b. Untuk menghasilkan terjemahan yang efektit: salah sam syarat yang harus

dimiliki oleh penerjemah adalah dapat memahami dan mencerna sistem

makna budaya dalam BSu.

c. Jika makna budaya BSu tidak diterjemahkan dalam Bsa, maka pesan/amanat

yang dimaksud oleh pengarang tidak akan sampai kepada

pendengar/pembaca.

2. Perubahan bahasa terjadi karena berkembangnya kebudayaan dan ilmu

pengetahuan, seperti maklla kata Syaikh yang berubah dari masa ke masa.

Beberapa perubahan fungsi dan makna tersebut yaitu kata Syaikh digunakan

untuk:

Page 62: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

54

a. Kepala suku digunakan pada masa pra lslam

b. Fungsionaris tasawuf(612 Hll215 M) di Mesir.

c. Gelar keagamaan dan pengajaran (651 H/1253 M).

d. Pengurus pranata keagamaan (664 H/1266) padamasa dinasti Mamluk.

e. AhJi fatwa (817 H) pada masa Ziyadatullah 1(Dinasti Aglabid)

f Fungsi kemiliteran (Andalusia).

g. Perdana menteri digunakan pada masa Dinasti Bani Hal's di Afrika.

h. Jabatan tertinggi keagamaan digunakan pada masa pemerintahan Turki

Usmani (akhir abad ke-18).

1. Rektor Universitas yang masih digunakan sampai sekarang di Universitas

al-Azhar.

J. Orang yang lanjut usia berdasarkan makna denotatifilya.

3. Berdasarkan banyaknya maluJa kata Syaikh yang telah disebutkan di atas, maka

kata Syaikh tcrmasuk kata yang berpolisemi (memiliki makna ganda), fakto!'

yang menyebabkan kegandaan makna itu adalahka!'cna fakto!' !,'Tamatikal,

kontekstual, situasi dan budaya. Akan tetapi dari sckian banyaknya makna yang

terdapat dalam kata 5'yaikh itu, terdapat keterkaitan antara mak'TIa-malma yang

berkembang itu dengan makna denotatifnya yaitu 'orang tua' atau makna

konotatifnya 'orang yang dituakan' (pemimpin) walaupun orang itu masih

muda.

Page 63: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

DAFTAR PUSTAKA

Ainin Muhammad, Beberapa Aspek Teori Teljell1ahan, dalall1 Asmah Hl!ji Omar(ed.,), A.lpek Penerjell1ahan dan Interpretasi, Kuala: Lumpur: Pusat BahasaUniversity Malaya 1979,Rineka Cipta,1995

Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor, al-Ashri: Kall1us Bahasa Arab Kontemporer,yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998

Aminuddin, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna, Malang: Sinar Bam, 1988

AI-Rashid Yusuf, Harun, "The usually Scholars 011 Language" and TranslationProblem", dalam Noor Ein Hj.Alohd. Noor dan Atiah Hj. Shalleh (eds.), 1'lJePragmatics l!l Translatiol1:Principles, Practice and Evaluation MovingToward the 21 Century, Kuala LumpurDewan Bahasa dan Pustaka, 1991

Asrori, Imam, Sintaksis Bahasa Arab' l'i'asa-Klausa-Kalimat', Malang: Misykat,2004

Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah, Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab.Yogyakarta, Tiara Wacana,2004

Chaedar al-WashiIah, Ahmad, Pengantar Sosiologi Bahasa, Bandung: PenerbitAngkasa, 1993

Chaer, Abdul, Gramatika nahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

, Linguistik UlI1um, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

. , Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

_____, Leonie Agustina, Sosio!inguistik SelJUah Pengantar, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1995

___---'_, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi islam .Jilid iV, PT. Ichtiar Bari VanHoeve : Jakarta, 1999

FAH UIN Syarif Hidayatullah, AI· Turas, Mimbar Sejarah, sas/ra, budaya danagama, Vol. 9, No.2, JuJi 2003

Page 64: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

56

Fakultas Adab VIN Sunan Ka1ijaga Yogyakarta, TsaqaFvyat, Jurna! Bahasa,Peradahan dan !nfbrmasi Islam, Vol. 6, No.1, Januari-Juni 2005

Gharbal, Muhammad Syafiq, a!-Mausu 'ah al-Arahi)yah al-ivfuyassarah, Mesir: Daral-Qalam: 1959

Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam (Ringkas), Penerjemah Ghufron A. Mas'adi,PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1999 Ed.I

Hanafi, Nurachman leon dan Seni menerlemahkun, NTT: Nusa Indah, 1986

Hasan, Tamam, DR, AI-!,ughah a!- Amb!VFah ma 'naha wamubnaha, Mesir:Mathabi' al-Haniah al-Mishriyyah al-Kitabah, 1979

http://www.dcpdiknas.go.idlJumaI/35/poliscmi_dalam__ bahasa_gorontalo.htm

Imall1uddin, Basuni dan Nashiroh Ishaq, Kumus Kontekstual Amh-Indonesia, FSUI

Ibrahim, Syahrial SAR. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaandan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1979

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: VI, 1965

L. Larson, Mildred, Peneljemahan Berdasarkan A1akna: Pedoman UntukPemadanan Antar Bahasa, Jakarta: Arcan, 1991

Lubis, Amany, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umull1 Fakultas Is1amiyahUrN Syahid Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 23 Maret 2006

Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000

Makkai, Adam, Idiom Structure in English, Den Haag: Mouton, 1972

Mansyur, Moh. dan Kustiwan, 1'edoman bagi 1'enojemal1, Jakarta: PT. Moyo SegoroAgung, 2002

Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT Gunadarma.1994

P. Spradley, James, Metode Etnografi, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997

Salim, Peter, M.A., Drs dan Yenny Salim, B. Sc, Kamus Kontemporer BahasaIndonesia, Jakarta: Modem English Press, 2002

Page 65: WAWASAN BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ......makna-rnaknaini kepada orang-orangdalam kebudayaanlain.4 Penerjemah memilild lugas l,'anda. Perlama, ia dihamskan masuk dalam suasana budaya

57

Simatupang, Maurits, Enam li4aka/ah Tentang PenW'lemah, Jakarta: UKI Press, 1990

Skripsi Sarjana Sastra, Ana/isis Polisemi da/am A/quran: Studi Kasus Ter:jemahanKala A/-Sa 'ah. Jakarta: Perpustakaan Adab UIN Syarif Hidayatullah, 2005,t.d.

Suparno, Linguislik Umum, Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu renagaKependidikan, Jakarta: DepDikBud, 1994

Tim Penulis lAIN Syarif Hidayatullah, Ensik/opedi Is/am Indonesia, PenerbitDjambatan : Jakarta, 1992

Wahab, Abd, Muhamad, Al11in dan M. Shadiq Ubaidi, Lisan a/-Arab. Beirut, Dar al­Ihya AI-Turas AI-Arabi, 1997

Yusuf, Suhendra, Teori Tel'lemah Pengantar ke Arah Pendekatan Lingustik danSosio/inguistik. Bandung: Mandar Maju, 1994