Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

36

Transcript of Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

Page 1: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014
Organisasi
Typewritten text
ISSN 2356-3516
Page 2: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014
Page 3: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

1

WARTA Ditjen PP dan PL

M ERS-CoV merupakan penyakit baru yang

masih banyak belum diketahui,

khususnya mekanisme penularannya.

Kasus yang ditemukan pertama kali di

Saudi pada bulan September 2012 ini meningkat

jumlahnya terutama mulai April 2014 di Jazirah Arab.

Orang Indonesia hampir setiap saat dalam jumlah banyak

berada di sana untuk umroh, bekerja, ibadah haji, belajar,

wisata dan bisnis, sehingga orang Indonesia yang berada

di sana mempunyai risiko untuk tertular dan membawa

virus ke Indonesia.

Upaya apa saja yang dilakukan oleh Ditjen PP dan PL

dalam menghadapi MERS-CoV di Indonesia kami

ketengahkan di rubrik warta utama. Selain itu, Redaksi

juga mengetengahkan sebagian kesan-kesan Prof. Tjandra

Yoga Aditama selama hampir lima tahun menjadi Dirjen PP

dan PL dan selamat datang Prof. Agus Purwadianto sebagai

Pelaksana Tugas Dirjen PP dan PL dalam rubrik Potret.

Tak ketinggalan kami suguhkan pula berita-berita lain

dalam rubrik seputar kita, serta rubrik lain yang menarik

untuk pembaca.

Segenap redaksi majalah WARTA PP dan PL edisi I di

bulan yang fitri ini kami mengucapkan Selamat Hari Raya

Idul Fitri 1435 H, mohon maaf lahir dan bathin. Tak lupa

kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan dalam penerbitan majalah ini. Kami sadar warta

ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran

yang membangun selalu kami nanti untuk perbaikan pada

edisi yang akan datang. Harapan kami semoga tulisan

yang sederhana ini tidak hanya sederhana manfaatnya,

melainkan memiliki manfaat yang besar bagi kita semua.

SUSUNAN REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB : Sri Handini, SH, MH, M.Kes | REDAKTUR : drg. Yossy Agustina, MH.Kes, dr. Ita Dahlia, MH.Kes,

Imam Setiaji, SH | EDITOR/PENYUNTING : Risma, SKM, dr. Romadona Triada, Muji Yuswanto, S.Kom | DESIGN GRAFIS

dan FOTOGRAFER : Devy Nurdiansyah, AMKL, Bukhari Iskandar, SKM, Sri Sukarsih, Amd, Putri Kusumawardani, ST,

Eriana Sitompul | SEKRETARIAT : Dewi Nurul Triastuti, SKM, Firman Septiadi, SKM, Indah Nuraprilyanti, SKM, Aditya

Pratama, SI.Kom, Ni Nengah Yustina, SKM, Ira Vitria Sari, SE, Nurul Badriyah, SKM, Frans Landi, SKM, Budi Hermawan,

Amd, Hastha Meytha, SST, S.Si, Rizky Ndry Anggoro, SH, Rr. Tri Hastati | ALAMAT REDAKSI : Bagian Hukormas, Gedung A

Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 10560 | TELEPON : 021-

4247608 | FAKSIMILI : 021-4207087 | EMAIL : [email protected], [email protected] | WEBSITE : www.pppl.depkes.go.id

SALAM REDAKSI

REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL: [email protected]

Penyakit Menular

dan Dampaknya

Page 4: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

2

WARTA Ditjen PP dan PL

DAFTAR ISI

– Indonesia dan Ancaman MERS-CoV

– Mengenal Lebih Dekat MERS-CoV

– Ancaman MERS-Cov Bagi Dunia

– Apa Kata Kepala Balitbangkes Mengenai MERS-CoV

– Indonesia Bebas Polio

– Apa Itu Zoonosis

– SANITASI, Hari Gini Masih Kerja Sendiri?

– Hilangkan Mitos Tentang Kanker

– Cara Sehat Bekerja Dengan Komputer

– Tips Sehat Mudik Lebaran

– Eradikasi Polio di Indonesia

– Menkes Lantik Dua Pejabat Eselon I Kementerian Kesehatan

– APEC Workshop on the Prevention of NCDs Risk Factors

Control Through Community Based Intervention

– Saatnya Eliminasi Malaria

– Temukan dan Sembuhkan Pasien TB

– Peningkatan Kapasitas Jiwa Korsa

– Pengendalian Rabies Dengan Polda Jawa Timur

– Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH)

Page 5: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

3

WARTA Ditjen PP dan PL

S ejumlah atribut atau alat

peraga kampanye tampak

memenuhi setiap sudut

kota Jakarta. Bahkan tidak

hanya di Jakarta, pemandangan

serupapun dapat kita lihat pada

daerah-daerah lain di seluruh

Indonesia. Ya, itu semua terjadi

karena demam Pemilu 2014 sedang

melanda Indonesia dan menjadi fokus

perhatian seluruh masyarakat

Indonesia saat ini. Berbagai media

pun, baik cetak maupun elektronik

ramai dengan pemberitaan seputar

Pemilu 2014.

Berbagai isu diangkat dalam

kampanye-kampanye yang berjalan.

Berdasarkan pemantauan yang ada,

untuk mendapat perhatian dari

masyarakat, pada umumnya

kampanye lebih mengangkat isu

pendidikan dan kesehatan gratis.

Sementara persoalan mendasar dalam

kehidupan, yaitu sanitasi, air minum,

dan kesehatan lingkungan belum

menjadi pilihan dan belum dianggap

sebagai isu penting dalam kampanye

Pemilu 2014. Yah, mungkin dirasa

tidak terlalu 'seksi', padahal itu sangat

penting dan dibutuhkan masyarakat.

Kepala Sub Direktorat Air dan

Sanitasi Dasar Kementerian

Kesehatan, Eko Saputro

mengemukakan, “Saat ini jumlah

penderita diare masih cukup tinggi,

yaitu 214 orang per 1.000 penduduk

dan penyakit diare ini sangat erat

kaitannya dengan sanitasi, air minum,

dan kesehatan lingkungan.

Karena itu, dengan mengangkat isu

dan upaya solusi mengenai hal

tersebut dalam kampanye-kampanye

yang berjalan, masyarakat pemilih

sekaligus diedukasi mengenai

pentingnya penanganan persoalan

tersebut. Apalagi hal itulah yang

dihadapi masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari. Bagaimana

membuat jamban yang baik dan

memenuhi persyaratan kesehatan,

pengolahan air minum yang baik,

bagaimana membuang air di jamban

dan tidak sembarangan serta

persoalan penyehatan lingkungan

lainnya," ungkapnya.

Menurutnya, memang hal-hal tersebut

merupakan tugas Kementerian

Kesehatan, tetapi derajat kesehatan

masyarakat terbantu peningkatannya

kalau hal-hal tersebut menjadi salah

satu isu kampanye. Perlu proses

panjang menuju hal tersebut.

Mengingat para calon pemangku

kebijakan saja masih mempunyai

konsep berpikir hilir daripada hulu.

Lihat saja “tawaran” pengobatan

gratis yang diusung pada berbagai

kampanye. Jadi tidak heran jika

masyarakat masih lebih memilih

pengobatan gratis daripada

mengupayakan lingkungan yang

sehat.

Pemilu 2014

dan Kesehatan Lingkungan

Page 6: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

4

WARTA Ditjen PP dan PL

M ERS-CoV merupakan

ancaman bagi dunia

saat ini. Penyakit

infeksi yang

disebabkan oleh virus corona mulai

berjangkit di Arab Saudi dan menye-

bar ke Eropa serta menyebar ke

Negara lain sekitar tahun 2012 dan

dilaporkan meningkat di pertengahan

bulan maret 2014, terutama di Arab

Saudi dan Uni Emirat Arab.

Hasil investigasi Balitbangkes Ke-

menkes yang dilaporkan sampai

dengan 01 Juni 2014 di Indonesia

sebanyak 127 kasus (124 kasus

negatif, 1 tidak diambil specimen, 2

dalam proses pengambilan pengi-

riman/pemeriksaan), namun ber-

dasarkan pemeriksaan didapatkan

semua kasus dalam investigasi negatif

MERS-CoV.

Indonesia merupakan negara

dengan jumlah penduduk muslim

terbesar di dunia yang melakukan

perjalanan ibadah haji dan umroh ser-

ta lebih dari satu juta tenaga kerja

yang berangkat ke Arab Saudi tiap

tahunnya, hal ini mempunyai risiko

yang cukup besar untuk terinfeksi

MERS-CoV dan berpeluang untuk

membawanya ke tanah air.

Melihat situasi MERS-CoV saat ini,

WHO menganjurkan untuk melanjut-

kan surveilans infeksi saluran perna-

pasan akut berat (Severe Acute Respir-

atory Syndrom- SARI) namun tidak

merekomendasikan untuk membatasi

perjalanan haji dan umroh tetapi ke-

waspadaan tetap harus dilakukan.

Kementerian Kesehatan dalam

melindungi jemaah haji dan umroh

memberikan saran berupa:

1. Menjaga perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS)

2. Cukup istirahat

3. Jangan merokok

INDONESIA DAN ANCAMAN

MERS-CoV

Page 7: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

5

WARTA Ditjen PP dan PL

4. Rajin mencuci tangan dengan

sabun

5. Bila mungkin menghindari keru-

munan bila tidak menggunakan

masker

6. Bila batuk agar tutup mulut

dengan tisu atau lengan

Kalau ada infeksi saluran perna-

pasan agar berobat ke fasilitas

kesehatan terdekat

Selain itu, Kementerian

Kesehatan melalui Direktorat Jen-

deral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP

dan PL), dalam kewaspadaan

menghadapi ancaman MERS-CoV

telah melakukan upaya:

1. Peningkatan kegiatan peman-

tauan di pintu masuk Negara

(Point of Entry)

2. Penguatan surveilans epidemi-

ologi termasuk surveilans pneu-

monia.

3. Pemberitahuan ke seluruh

Dinkes Provinsi mengenai

kesiapsiagaan MERS-CoV, sudah

dilakukan sebanyak tiga kali.

4. Pemberitahuan ke 100 RS Ru-

jukan Flu Burung, RSUD dan RS

Vertikal tentang kesiapsiagaan

dan tatalaksana MERS-CoV.

5. Penyiapan dan pembagian lima

dokumen terkait persiapan pe-

nanggulangan MERS-CoV, yang

terdiri dari:

a. Pedoman umum MERS-CoV

b. Surveilans dan respon

kesiapsiagaan

c. Pengambilan spesimen dan

pemeriksaan laboratorium

d. Tatalaksana klinis

e. Pencegahan dan pengendali-

an infeksi selama perawatan

6. Sosialisasi pedoman MERS-CoV

7. Peningkatan kesiapan laborato-

rium termasuk penyediaan rea-

gen dan alat diagnostik

8. Pembekalan TKHI dalam pe-

nanggulangan MERS-CoV

9. Penyiapan pelayanan kesehatan

haji di 15 debarkasi (KKP)

10. Diseminasi informasi ke

masyarakat terutama jemaah

haji dan umroh serta petugas

haji Indonesia.

11. Peningkatan koordinasi lintas

program dan lintas sektor sep-

erti BNP2TKI, Kemenhub, Ke-

menag, Kemenlu, Kemenkeu dll

tentang kesiapsiagaan

menghadapi MERS-CoV

12. Pelaksanaan koordinasi dengan

pihak kesehatan Arab Saudi.

13. Peningkatan hubungan inter-

nasional melalui WHO

14. Sosialisasi ke asosiasi penye-

lenggara ibadah haji dan umroh.

Page 8: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

6

WARTA Ditjen PP dan PL

P enyakit Middle East Res-

piratory Syndrome Coro-

na Virus (MERS-CoV)

adalah penyakit akibat

virus yang di tahun 2014 ini sangat

marak terutama terdapat beberapa

kasus yang mengakibatkan kematian

pada penderitanya, sehingga perlu

mengenal lebih lanjut gejala penyakit,

tanda-tanda dan cara pencegahannya.

MERS-CoV adalah penyakit sin-

drom pernafasan yang disebabkan

oleh virus corona yang menyerang

saluran pernafasan mulai dari yang

ringan sampai yang berat.

MERS-CoV suatu strain baru dari

virus corona yang pertama kali di

laporkan pada Maret 2012 di Arab

Saudi. Merupakan virus yang belum

pernah dijumpai menjangkit manusia

sebelumnya. Pada sebagian besar

kasus menyebabkan penyakit yang

berat. Kematian telah terjadi pada

sebagian dari kasus.

Gejala MERS-CoV yang sering

dijumpai adalah penyakit saluran

nafas akut yang serius dan disertai

demam, batuk, sesak, biasanya pasien

memiliki kormobiditas dan penyakit

penyerta.

Masa inkubasi dari MERS-CoV

adalah 2-14 hari. Berdasarkan data

yang ada saat ini, pasien masih dapat

melepaskan virus setelah gejala

menghilang.

MERS-CoV ini dapat menular an-

tar manusia secara terbatas. Baik

secara langsung maupun tidak lang-

sung. Penularan secara langsung me-

lalui percikan dahak (droplet) pada

saat pasien batuk atau bersin. Penu-

laran secara tidak langsung yaitu

kontak dengan benda yang ter-

kontaminasi virus.

Dari kajian literatur WHO yang

dirilis pada 27 Maret 2014 diduga

penularan MERS-CoV pada manusia

adalah terkait dengan pajanan ter-

hadap unta yang terinfeksi baik

secara langsung atau tidak langsung

serta adanya penularan terbatas dari

manusia ke manusia.

Saat ini tidak ada vaksin dan anti-

virus spesifik untuk MERS-CoV

karena masih dalam proses

penelitian. Pengobatan sebagian be-

sar bersifat suportif dan harus

didasarkan dari kondisi klinis pasien.

Mengenal Lebih Dekat

MERS-CoV

Page 9: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

7

WARTA Ditjen PP dan PL

Cara pencegahan penyakit

MERS-CoV :

1. Selalu menjaga kesehatan dengan

melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih Sehat (PBHS), seperti

makan makanan bergizi, cukup

istirahat, tidak merokok, dll;

2. Rajin mencuci tangan dengan

sabun (Cuci Tangan Pakai Sabun/

CTPS) dan air mengalir;

3. Bila tidak memungkinkan

menghindari kerumunan orang,

disarankan untuk menggunakan

masker;

4. Hindari kontak erat dengan orang

yang mengalami gejala sakit

pernapasan;

5. Apabila memiliki penyakit kronik

(penyakit jantung paru kronik,

gangguan ginjal, dan lainnya),

disarankan untuk menunda per-

jalanan ke negara-negara di kawa-

san Timur Tengah,dan disarankan

untuk melakukan pemeriksaan ke

dokter. Bagi penderita penyakit

kronik disarankan agar obat rutin

tetap digunakan secara teratur.

6. Menutup hidung dan mulut

dengan masker, tisu/sapu tangan

atau lengan baju bila batuk dan

bersin. Buang tisu yang telah

terpakai di tempat sampah ter-

tutup;

7. Apabila selama berada di negara-

negara Timur Tengah terdapat

keluhan batuk, demam, sesak

nafas yang cepat (dalam 1-2 hari)

memburuk, segera konsultasi

kepada petugas kesehatan;

8. Apabila dalam kurun waktu 14

hari sampai di Tanah Air men-

galami keluhan batuk-batuk,

demam, sesak nafas yang cepat

memburuk dalam 1-2 hari, segera

konsultasikan kepada petugas

kesehatan dan beritahukan bah-

wa anda baru kembali dari negara

-negara Timur Tengah.

9. Apabila terdapat rencana untuk

melakukan ibadah umroh atau

bepergian ke negara-negara ka-

wasan Timur Tengah, agar selalu

mengikuti berita mengenai

perkembangan MERS-CoV ini.

Page 10: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

8

WARTA Ditjen PP dan PL

M ERS-CoV adalah

singkatan dari Mid-

dle East Respiratory

Syndrome Corona

Virus. Virus ini merupakan jenis baru

dari kelompok Corona virus (Novel

Corona Virus). Virus ini pertama kali

dilaporkan pada bulan September

2012 di Arab Saudi.

Virus SARS tahun 2003 juga meru-

pakan kelompok virus Corona dan

dapat menimbulkan pneumonia berat

akan tetapi berbeda dari virus MERS

CoV.

MERS-CoV adalah penyakit sin-

drom pernapasan yang menyerang

saluran pernapasan mulai dari yang

ringan sampai dengan berat. Gejalan-

ya adalah demam, batuk dan sesak

nafas, bersifat akut, dan biasanya

pasien memiliki penyakit ko-morbid.

Kasus MERS – CoV sudah terjadi

di beberapa Negara

Sejak April 2012 sampai 9 Mei

2014, telah dilaporkan kepada WHO

sebanyak 536 kasus MERS-CoV ter-

konfirmasi laboratorium, termasuk

145 kematian (CFR : 27%).

Kasus yang dilaporkan berasal dari

Timur tengah termasuk : Yordania,

Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia,

Uni Emirat Arab, Yemen; di Asia

adalah Malaysia dan Filipina; di Afrika

adalah Mesir dan Tunisia; di Eropa

adalah Perancis dan Jerman; di Ameri-

ka Utara adalah USA. 65,6% kasus

MERS-CoV merupakan laki-laki dan

umur median kasus 49 tahun (umur

kasus MERS-CoV berkisar antara 9

bulan- 94 tahun).

Kasus MERS-CoV terkonfirmasi

laboratorium yang dilaporkan kepada

WHO meningkat tinggi sejak pertenga-

han bulan Maret 2014, terutama di

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, di-

mana terjadi outbreak di fasilitas

kesehatan.

Kasus MERS-CoV terus berkem-

bang ke beberapa negara lainnya.

Pada tanggal 15 Mei 2014 Dutch Na-

tional Institute for the Public Health

and the Environment (RIVM)

melaporkan kasus kedua MERS–CoV

setelah sehari sebelumnya

melaporkan kasus pertama MERS–

CoV di Belanda. Kedua pasien tersebut

merupakan anggota keluarga yang

sama (1 laki-laki dan 1 perempuan).

Ancaman MERS-CoV Bagi Dunia

Page 11: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

9

WARTA Ditjen PP dan PL

Terakhir pada tanggal 26 Mei

2014 The National IHR Focal Point of

the Islamic Republic of Iran

melaporkan ke WHO bahwa telah

terjadi kasus baru MERS–CoV yang

menimpa 2 orang wanita bersaudara

di Provinsi Kerman.

Tinjauan MERS-CoV dari sudut

Epidemiologi

Dari sudut epidemiologi MERS–

CoV maka data yang ada menunjuk-

kan bahwa umur rata-rata (median)

pasien adalah 49 tahun, yang paling

muda 9 bulan dan pasien paling tua

tercatat berusia 94 tahun, dan dua

pertiganya (65.6%) adalah laki-laki.

Data juga menunjukkan bahwa

63,4% pasien menderita ISPA berat.

Sebagian besar pasien MERS-CoV

(76%) ternyata memang sudah pu-

nya penyakit kronik lain sebelumnya,

misalnya gagal ginjal kronik (13,3%),

diabetes (10%), penyakit jantung

(7,5%), selain juga penyakit paru

kronik dan gangguan imunologik.

Upaya Penanggulangan kasus

MERS-CoV oleh WHO

Sejak kemunculan virus ini WHO

telah bekerja melalui mekanisme

Peraturan Kesehatan Internasional

(International Health Regulation/IHR

2005) untuk mengumpulkan bukti

ilmiah agar lebih memahami hal

terkait virus dan memberikan infor-

masi kepada negara anggota.

Langkah-langkah yang dilakukan

WHO dalam upaya penanggulangan

MERS-CoV, antara lain :

1. Melakukan pertemuan di Kairo

untuk mengkaji hasil penelitian

ilmiah dan respon Internasional

terhadap MERS-CoV pada Januari

dan Juni 2013.

2. Bekerja sama dengan Negara ter-

jangkit dan mitra Internasional

untuk mengkoordinasikan respon

kesehatan global, mencakup

penyediaan informasi termuta-

khir dari situasi, panduan kepada

otoritas kesehatan dan agensi

teknis mengenai rekomendasi

interim untuk surveilans,

pemeriksaan laboratorium, pen-

gendalian infeksi dan tata laksana

klinis.

3. Mendorong semua Negara ang-

gota untuk meningkatkan survei-

lans terhadap kejadian infeksi

saluran pernapasanakut berat

(SARI) dan mengkaji secara teliti

adanya pola tidak biasa pada ke-

jadian SARI atau Pneumonia.

4. Menyerukan kepada Negara ang-

gota untuk memberikan laporan

atau melakukan verifikasi kepada

WHO terhadap adanya kasus

probable atau konfirmasi MERS-

CoV.

5. Merekomendasikan peningkatan

kemampuan deteksi laboratorium

(guideline), praktik pengendalian

infeksi di rumah sakit dan fasilitas

kesehatan lain, serta tata laksana

klinis sesuai dengan panduan

WHO.

6. Merekomendasikan Negara ang-

gota untuk terus meningkatkan

upaya peningkatan kesadaran

masyarakat akan MERS-CoV teru-

tama pada peziarah atau orang

yang melakukan perjalanan ke

negara yang terjangkit MERS-CoV.

Tanpa perlu adanya screening

khusus pada points of entry

(pelabuhan, bandara, lintas batas

darat) serta tidak merekomen-

dasikan adanya pembatasan per-

jalanan maupun perdagangan.

7. Merekomendasikan bagi orang

dengan risiko (penderita penyakit

kronik) harus berhati-hati dan

menerapkan kewaspadaan apabi-

la kontak dengan unta dan produk

yangb berasal dari unta serta

menjaga kebersihan makanan.

8. Melakukan kerjasama dengan

mitra terkait dengan kesehatan

hewan dan keamanan pangan,

mencakup FAO, OIE dan otoritas

nasional setempat

Page 12: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

10

WARTA Ditjen PP dan PL

M ERS-CoV menjadi

isu penting terkait

kesehatan akhir-

akhir ini, karena itu

untuk menjawab keingintahuan

redaksi mengenai MERS-CoV, redaksi

pun mendatangi Prof. Tjandra Yoga

Aditama, selaku Kepala Balitbangkes

Kemenkes RI saat ini.

Mengawali topik pembicaraan

beliau, menjelaskan mengenai apa

yang dimaksud dengan Middle East

Respiratory Syndrome-Corona Virus

(MERS-CoV). MERS-CoV adalah

penyakit infeksi paru dan saluran

pernapasan, yang dapat berakibat

fatal pada sepertiga penderita

penyakit tersebut. Penyakit yang

bermula dari Jazirah Arab ini

disebabkan oleh “novel Corona Virus”,

yang mulai dikenal sejak 2012 dan

juga merupakan virus penyebab

penyakit Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS), selain bentuk yang

lebih ringan seperti selesma dan lain-

lain. Karena penyakit ini bermula dan

berkembang di Jazirah Arab, maka

tentu menjadi perhatian penting.

Mengingat jumlah jamaah umroh, haji

dan Tenaga Kerja Indonesia yang

cukup banyak di negara tersebut,

ungkap suami dari Sri Susilawati

Aditama ini.

Sejauh ini belum terlalu jelas

bagaimana cara penularannya. Virus

ini selain ditemukan pada manusia,

juga ditemukan pada unta dan

kelelawar. Beberapa kasus penularan

terjadi di Rumah Sakit dan rumah

tangga yang memperkuat dugaan

penularan antar manusia langsung,

tanpa ada kontak dengan binatang

sebelumnya, ujar mantan Dirjen PP

dan PL ini.

Sampai saat ini, belum ditemukan

terapi yang tepat. Belum ada anti viral

yang spesifik sehingga penanganan

pasien pada dasarnya masih

mengikuti prosedur penanganan

intensif pasien kritis gawat pada

umumnya.

Mengingat hal tersebut, pria

kelahiran 3 September 1955 ini,

menghimbau para peneliti untuk

meneliti lebih jauh mengenai MERS-

CoV ini agar penguasaan ilmu

pengetahuan di bidang MERS-CoV ini

dapat semakin berkembang, baik dari

sudut epidemiologi, klinik, zoonosis

dan lain-lain.

Sebagai pencegahan dini, ayah dari

tiga anak ini, menyampaikan 8 tips

kesehatan bagi masyarakat yang akan

melakukan perjalanan ke Jazirah Arab :

1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

3. Penggunaan masker

4. Bagi penderita penyakit kronik

(DM, penyakit jantung, ginjal atau

penyakit kronik lain) maka

dihimbau untuk memeriksakan

diri ke dokter sebelum berpergian

ke Jazirah Arab.

5. Segera konsultasi kepada petugas

kesehatan jika mengalami keluhan

batuk, demam, sesak yang cepat

dan memburuk dalam 1-2 hari.

6. Bila dalam kurun waktu 14 hari

setibanya di tanah air, mengalami

keluhan seperti pada poin 5,

segera konsultasi ke petugas

kesehatan dan beritahu bahwa

Anda baru kembali dari Arab.

7. Tidak melakukan kontak langsung

dengan unta.

8. Selalu mengikuti perkembangan

berita terkait MERS-CoV.

Apa kata Kepala Balitbangkes

mengenai MERS-CoV

Page 13: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

11

WARTA Ditjen PP dan PL

I ndonesia sebagai salah satu

dari 11 negara South East

Asia Regional (SEAR) yang

menerima sertifikat BEBAS

POLIO dari WHO. Penyerahan

sertifikat BEBAS POLIO diberikan

oleh Dr. Poonam Khetapral Singh

(WHO-SEAR Regional Director) dan

Dr. Supamit Chunsuttiwat (Ketua

SEA-RCCPE) kepada dr. H. M.

Subuh, MPPM (Sesditjen PP dan PL,

mewakili pemerintah Indonesia) dan

Prof. Rusdi Ismail (anggota

Chairperson NCCPE dari Indonesia)

pada 27 Maret 2014 di Hall World

Health Organization, South-East Asia

Regional Office, New Delhi, India.

Beberapa Menteri Kesehatan

Negara-negara SEAR hadir pada

acara ini yaitu:H.E. Mr Zahir Maleque

(Ministry of Health and Family

Walfare Bangladesh), H.E. Lyonpo

Tandin Wangchuk (Minister of

Health Bhutan), H.E. Dr Kang Ha Guk

(Hon’ble Health Minister DPR Korea),

H.E. Mr Ghulam Nabi Azad (Minister

of Health and Family Welfare India),

H.E. Dr Mariyam Shakeela (Minister

of Health and Gender Maldives), H.E.

Mr Khaga Raj Adhikara (Minister of

Health and Population Nepal), H.E.

Prof Pe Thet Khin (Union Minister of

Health Myanmar). Perwakilan SEA-

RCCPE Dr Supamit Chunsuttiwat

(Ketua), Prof Ismoedijanto Moejito

(salah satu anggota SEA-RCCPE dari

Indonesia) dan 9 anggotanya. Dari

NCCPW Chairpersons 13 anggota

termasuk Prof. Rusdi Ismail dari

Indonesia, para perwakilan Duta

Besar Negara-negara SEAR,

perwakilan WHO (termasuk Dr

Khanchit Limpakarnjanarat).

Perwakilan lembaga donor

seperti; Dr Chris Elias (President of

Global Development Programme Bill

and Melinda Gates Foundation), Dr.

Robert Scott (Chairman International

Polio Plus Committee Rotary

International), Perwakilan UNICEF,

Dr Tom Frieden (Director Centers for

Disease Control and Prevention, US-

CDC), dan mitra lainnya, Jepang,

Jerman, USAID dan GAVI Alliance (Dr

Ranjana Kumar).

Dr. Supamit Chunsuttiwat (Ketua

SEA-RCCPE) menyatakan “ Mulai 27

Maret 2014 kawasan South East Asia

BEBAS POLIO”. Pada kesempatan

yang sama, Dr. Poonam Khetapral

Singh selaku WHO SEAR Regional

Director menegaskan bahwa

pemberian sertifikat ini bukan

berarti kita menurunkan upaya kita

untuk mengimunisasi semua anak-

anak kita dan surveilens AFP, tetapi

sebagai suatu langkah untuk terus

meningkatkan cakupan imunisasi

dan penguatan surveilens AFP.

Penerimaan sertifikat BEBAS POLIO

menjadi bentuk komitmen Indonesia

untuk terus meningkatkan cakupan

imunisasi polio termasuk proses

perubahan vaksin menjadi bOPV dan

IPV serta terus menjamin

terlaksananya surveilans AFP di

seluruh Indonesia, sehingga benar –

benar mewujudkan dunia bebas dari

polio.

Indonesia Bebas Polio

Page 14: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

12

WARTA Ditjen PP dan PL

Z oonosis adalah penyakit

dan infeksi yang

ditularkan secara alami di

antara hewan vertebrata

dan manusia (WHO). Menurut UU

Nomor 18/2009 tentang Peternakan

dan Kesehatan Hewan, dan Perpres

Nomor 30/2011 tentang

Pengendalian Zoonosis, zoonosis

adalah penyakit yang dapat menular

dari hewan kepada manusia atau

sebaliknya.

Sesuai dengan yang tertuang dalam

Perpres Nomor 30/2011 tentang Pen-

gendalian Zoonosis, Subdit

Pengendalian Zoonosis di Kemenkes

mempunyai kegiatan prioritas yang

meliputi program pengendalian Flu

Burung, Rabies, Leptospirosis, Antraks

dan Pes.

Flu Burung (FB) atau Avian

Influenza (AI)

FB/AI adalah suatu penyakit men-

ular pada unggas yang disebabkan

oleh virus influenza tipe A dengan

subtipe H5N1. Sejak tahun 2003, Flu

Burung pada manusia yang disebab-

kan oleh Virus Influenza A subtipe

H5N1 telah menyebar ke berbagai

negara di dunia termasuk Indonesia

(16 negara). Menurut data WHO

jumlah kumulatif kasus FB pada

manusia di dunia sampai tahun 2013

adalah 649 kasus dan diantaranya 385

kasus meninggal (CFR 59,3%).

Secara umum gejala klinis FB adalah:

Demam/panas tinggi ≥ 38 °C; batuk;

sakit tenggorok; pilek; sakit kepala;

sesak nafas; sampai disertai diare.

Oseltamivir merupakan antivirus

untuk kasus FB.

Rabies

Rabies adalah penyakit infeksi

sistem saraf pusat akut pada manusia

dan hewan berdarah panas yang

disebabkan oleh virus rabies (Lyssa

virus) dan merupakan zoonosis

penting karena hingga kini belum

ditemukan obatnya. Jika gejala rabies

telah timbul, maka akan selalu

menyebabkan kematian pada hampir

semua penderita rabies baik manusia

maupun hewan.

Di Indonesia, sejauh ini 25 provinsi

telah tertular rabies dan hanya 9

provinsi masih bebas rabies (Provinsi

Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI

Jakarta, Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Papua dan

Papua Barat).

Apa Itu Zoonosis

Page 15: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

13

WARTA Ditjen PP dan PL

Cara penularan rabies melalui

gigitan dan non gigitan (goresan

cakaran) yang mengandung virus

rabies melalui air liur. Masa inkubasi

bervariasi yaitu berkisar antara 2

minggu sampai 2 tahun, tetapi pada

umumnya 3-8 minggu.

Usaha yang paling efektif adalah

mencuci luka gigitan dengan air

mengalir dan sabun atau deterjen

selama 10-15 menit, kemudian diberi

antiseptik (alkohol 70%, sabun, cairan

antiseptik dan lain-lain).

Pemberian vaksin anti rabies (VAR),

serum anti rabies (SAR) sesuai

indikasi. Vaksin anti tetanus,

antibiotika untuk mencegah infeksi

dan analgetika dapat diberikan.

Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit

yang disebabkan oleh infeksi bakteri

dari genus leptospira yang patogen

yang dapat menyerang manusia dan

hewan, yang diduga paling luas

penyebarannya di dunia. Pada tahun

2013 tercatat ada 7 provinsi yang

melaporkan kasus leptospirosis yaitu

Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta,

Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.

Hewan-hewan yang menjadi

sumber penularan Leptospirosis ialah

rodent (tikus, tupai), babi, sapi,

kambing, domba, kuda, anjing, kucing,

serangga, burung, insektivora (landak,

kelelawar). Tikus dicurigai sebagai

sumber utama infeksi pada manusia di

Indonesia.

Masa inkubasi Leptospirosis

antara 2 - 30 hari, biasanya rata - rata

7 - 10 hari. Gejala klinis berupa

conjungtival subfusion, ikterus,

manifestasi perdarahan, anuria/

oliguria, sesak nafas, atau aritmia

jantung.

Antraks

Penyakit antraks termasuk salah

satu zoonosis yang disebabkan oleh

Bacillus anthracis. Antraks dapat

digunakan sebagai senjata bio-

terorisme yang menimbulkan kegeli-

sahan masyarakat. Kuman antraks

dapat menyerang manusia melalui 3

cara yaitu melalui kulit yang lecet,

abrasi atau luka, dapat melalui

pernafasan (inhalasi) dan melalui

mulut karena makan bahan ma-

kanan yang tercemar kuman an-

traks misalnya daging yang terinfeksi

yang dimasak kurang sempurna.

Masa inkubasi dari penyakit an-

traks adalah 7 hari, tetapi umumnya

berkisar antara 2 - 5 hari.

Pes (Plague)

Penyakit ini disebabkan oleh

bakteri Yersinia pestis yang terdapat

pada binatang pengerat/rodensia

seperti tikus/bajing dan dapat

menular antar binatang pengerat

melalui gigitan pinjal dan ke manusia

melalui gigitan pinjal. Fokus Pes di

Indonesia adalah Kabupaten Pasuruan

(Jawa Timur), Kabupaten Boyolali

(Jawa Tengah), Kabupaten Sleman (DI

Yogyakarta).

Pes ditularkan dari tikus ke

manusia, melalui gigitan pinjal yang

merupakan vektor dari penyakit ini.

Jenis pinjal yang dikenal sebagai

vektor Pes antara lain pinjal tikus

yaitu: Xenopsylla cheopis, Neopsylla

sondaica, Stivalius cognatus. Garis

besar penularan Pes dari hewan ke

manusia dapat terjadi bila :

1. Manusia memasuki daerah enzootic

di daerah sylvatic zone.

2. Masuknya tikus hutan yang

membawa pinjal infektif ke

pemukiman sehingga pinjal

tersebut menyerang tikus/

binatang pengerat domestik

maupun manusia.

3. Terjadinya kontak binatang

pengerat dan atau pinjalnya dengan

sumber Pes di daerah silfatik

(sylvatic), yang dapat menimbulkan

wabah pada hewan (epizootik) dan

wabah pada manusia (epidemi).

Masa inkubasi Pes mempunyai

tipe:

1. Tipe Pes Bubo dengan masa

inkubasi 2-6 hari

2. Tipe Pes Paru dengan masa

inkubasi 2-4 hari

Page 16: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

14

WARTA Ditjen PP dan PL

B elasan anggota Pokja Air

Minum dan Penyehatan

Lingkungan (AMPL) Kota

Cimahi dan masyarakat

serta pihak swasta mengikuti

workshop dalam rangka menyiapkan

strategi implementasi STBM yang

terintegrasi. “Sekarang sudah bukan

zamannya terintegrasi, jangan mau

kalah sama transportasi. Sekarang

pesawat terintegrasi kreta dan bus”,

kata Ibu Teti yang merupakan

anggota pokja AMPL dari Dinas

Kesehatan Kota Cimahi. Mungkin itu

yang menjadi “passion” –nya dalam

menerapkan IPP STBM (Implementasi

pilar-pilar PPSP melalui STBM). Ya,

sebab IPP STBM merupakan “tools”

bagi stake holder dalam menerapkan

STBM yang terintegrasi dengan

program sanitasi lainnya.

IPP STBM bukanlah suatu

program yang baru, bukanlah sesuatu

yang berbeda dengan STBM atau

bahkan tandingan STBM. IPP STBM

adalah “biro jodoh” antara STBM

dengan perencanaan sanitasi yang

ada di Kab/Kota. Seperti yang kita

ketahui bersama, STBM (sejak

Kepmenkes No. 856 tahun 2008

hingga diubah menjadi Permenkes

No.3 tahun 2014-red) telah menjadi

program nasional yang

diimplementasikan pada 34 provinsi

di Indonesia dan berhasil mencatat

17ribu desa yang melaksanakan

STBM. Saat masyarakat telah memiliki

RKM (rencana kerja masyarakat)

yang dihasilkan dari pemicuan, tentu

perlu ada kerjasama dengan berbagai

pihak untuk mengimplementasikan

rencana tersebut. Siapa berbuat apa,

membiayai apa, kapan dan dimana?

Tentu saja telah banyak bukti

bahwa masyarakat telah berdaya dan

mandiri menjalankan rencana (RKM-

red) tersebut. Namun tentu saja

intervensi dari luar sangat

dibutuhkan, terutama pada tingkat

lanjut dimana masyarakat memiliki

keterbatasan. Sebut saja ketika

masyarakat telah sadar, mau dan

mampu membangun jamban

pribadinya tentu saja perlu

penyambungan ke tanki septik

komunal dan terkelola. Tentu saja

program dari pemerintah sektor

pekerjaan umum dapat meningkatkan

status jamban dari “unimprove”

menjadi “improve” tanpa

meninggalkan prinsip-prinsip STBM

yang non subsidi. Atau contoh lain,

ketika masyarakat telah terpicu untuk

memilah sampah organik dan

anorganik di tingkat rumah tangga,

diperlukan program bank sampah

dari program CSR (corporate sosial

responsibility) atau program

pemerintah sektor lingkungan hidup.

Jika kita melihat dari sudut pandang

yang berbeda. Sebenarnya program

sanitasi yang bersifat pembangunan

fisik sangat memerlukan STBM dalam

pra konstruksi untuk mendapatkan

dukungan masyarakat dalam

perubahan perilaku higiene sanitasi

dan kontribusi masyarakat terutama

dalam keberlanjutan dan

pemeliharaan sarana. Sehingga IPP

STBM benar-benar menjadi jembatan

penghubung antara lintas program di

sektor sanitasi.

SANITASI

hari gini masih kerja sendiri?

Page 17: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

15

WARTA Ditjen PP dan PL

Perencanaan sanitasi yang terintegrasi telah berproses

dalam program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman) dan terdokumentasi dalam Buku Putih (yang

dilengkapi dengan Studi EHRA-red), Strategi Sanitasi

Kabupaten/Kota (SSK) dan MPSS (Memorandum Program

Sektor Sanitasi). Dalam IPP STBM, anggota pokja AMPL

(termasuk Dinkes kab/kota) dimampukan untuk

menggunakan dokumen tersebut dalam pelaksanaan STBM.

Mulai dari pemilihan desa yang akan dilakukan pemicuan

berdasarkan hasil studi EHRA (Environmental Health Risk

Assesment-Kajian Risiko Sanitasi terhadap Kesehatan)

sampai “fund chanelling” tindak lanjut RKM.

Sampai dengan tahun 2013 pelaksanaan Program PPSP sudah memasuki tahun ke 4. 225 Kabupaten/Kota sudah mempunyai dokumen Buku Putih dan SSK, 121 Kabu-paten/Kota sudah mempunyai dokumen MPS, dan 124 Kabupaten/Kota sudah tahap implementasi. Dengan potensi sebesar itu, perlu ada upaya advokasi dan

sosialisasi IPP STBM. Hal ini dimulai dengan “pilot project” di Kota Cimahi dan Lhokseumawe. Diharapkan pada tahun 2014 dan seterusnya, setiap pokja AMPL/Sanitasi kabupaten/kota dapat menerapkan IPP STBM sehingga akan semakin banyak stake holder yang berkata : “Sanitasi, hari gini masih kerja sendiri?”

Skema Besar IPP STBM

Approach STBM (Community Based)

SE Menkes no 132 tahun 2013 tentang Pelaksanaan STBM

IUWASH, High Five, PLAN, USRI, SIMAVI, PAMSIMAS, Plan, CD Bethesda, Yayasan Rumsram,

Yayasan Dian Desa, WSP

5 Pilar STBM

Target Tahun 2014 : 20.000 desa melakukan STBM

Fokus pilar 1 dan 2

Tantangan untuk di perkotaan ?

PPSP Prinsip PPSP : 1. Dari, oleh dan untuk

Kabupaten/Kota 2. Komprehensive dan

terintegrasi 3. Top Down dan Bottom Up 4. Skala Kabupaten/Kota

Tahapan PPSP : 1. Kampanye, Edukasi dan

Advokasi 2. Penguatan Kelembagaan 3. Penyusunan BPS dan SSK 4. Penyusunan MPS 5. Implementasi 6. Monev

Sinkronisasi STBM dalam PPSP Implemented in Strategy : Programing - Budgeting

High Risk Area (3,4) : Peri Urban, Urban

IRS (Indek Resiko

Sanitasi) 5 pilar STBM

BPS : Area Beresiko

HASIL STUDI EHRA

SSK : Zona Sanitasi , Strategi,

perkiraan anggaran

Air limbah Domestik, Persampahan,

Drainase lingkungan PHBS/Prohisan

Strategi : Community

Empowerment

MPS: Prioritas Program,

Komitmen Daerah

Air limbah Domestik, Persampahan,

Drainase lingkungan PHBS/Prohisan

Lokasi : Kelurahan terpilih

PIU - AE

Kepmenkes no . 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM

LANGKAH-LANGKAH Implementasi PPSP melalui Penguatan Pilar-pilar STBM

1 2 3 4 5 6

1

Persiapan :

Cek dokumen Buku Putih, SSK

dan MPS , Sosialisasi pada Pokja Kab/Kota

2

Komitmen :

Pastikan ada Alokasi Anggaran kegiatan

Pemberdayaan masyarakat/STBM

baik APBD, BOK, CSR

3

Tentukan Desa/Kelurahan (Area Beresiko

Tinggi Sanitasi) dan Sosialiasi kepada desa/Kelurahan

terpilih

4

Pelatihan : Sanitarian, Staf Promkes, Staf

Bapermas, Toma/Toga,

Kader

5

Pendampingan Masyarakat (Pemicuan, Opsi teknologi,

RKM, Prohisan, Pengorganisasian masyarakat dalam pembangunan dan

pemeliharaan sarana, aturan lokal )

6

Monitoring dan Evaluasi : Oleh

Pokja mengacu kepada SSK dan oleh masyarakat

secara partisipatif

Page 18: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

16

WARTA Ditjen PP dan PL

P enyakit akibat bekerja

lama dengan komputer

biasa dirasakan tidak

secara langsung. Contoh

penyakit yang sering muncul adalah

mata lelah, sakit leher, dan punggung

akibat posisi tubuh yang salah saat

melakukan pekerjaan.

Berikut ini beberapa saran untuk

mengurangi dampak tidak baik

bekerja dengan komputer (dari

berbagai sumber):

1. Hindari kontraksi otot yang kaku

Letakkan monitor Anda sejajar

dengan keyboard dan mouse bersebe-

lahan. Atur tubuh anda sehingga Anda

merasa bisa merilekskan bagian atas

punggung, leher, pundak dan lengan

atas. Gunakan postur lengan dan tan-

gan Anda sealami mungkin.

2. Dekatkan kursi Anda

Dengan mendekatkan kursi Anda, an-

da dapat bekerja tanpa terus menerus

bersandar atau menggapai. Pastikan

atur kursi Anda setiap Anda duduk.

3. Hindari menopang telepon

dengan kepala Anda saat di depan

komputer

Untuk waktu yang lama, gunakan tan-

gan atau pengeras suara atau headset.

4. Istirahatkan Mata Anda

Dengan menutup mata Anda secara

teratur dalam beberapa detik,

kemudian lihat objek yang jauh. Ambil

langkah-langkah untuk mengen-

dalikan layar monitor yang kabur.

5. Rendahkan monitor Anda

Coba duduk 20 hingga 30 inci dari

monitor Anda.

6. Hindari penggunaan komputer

yang berlebihan

Hindarilah penggunaan komputer ber-

lebihan untuk pekerjaan komputer

yang terus menerus setiap hari.

Gunakan keyboard yang standar dan

mouse untuk meningkatkan kenya-

manan, kecepatan dan akurasi.

7. Hindari menekan telapak tangan

dan pergelangan tangan pada sisi

yang tajam saat sedang bekerja

Gunakan gel pereda telapak tangan

dan pelapis mouse yang lembut untuk

melindung Anda dari pinggiran meja.

8. Letakkan barang yang sering

digunakan di area yang mudah An-

da jangkau

Jangan membuat barang-barang terse-

but menyebabkan masalah postur

yang dapat mengakibatkan kelelahan.

9. Lepaskan gelang atau jam yang

memiliki sisi yang tajam jika men-

usuk pergelangan atau lengan An-

da.

Dengan mengimplementasikan tips-

tips di atas, diharapkan dapat

mengurangi dampak tidak baik saat

sedang bekerja di depan komputer.

Cara Sehat Bekerja

dengan Komputer

Page 19: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

17

WARTA Ditjen PP dan PL

Mudik sudah menjadi budaya bagi masyarakat khu-

susnya menjelang lebaran. Untuk itu perjalanan mudik ha-

rus dipersiapkan dengan baik agar tiba sampai tujuan dalam

keadaan sehat dan selamat. Berikut ini Tips Mudik agar

terhindar dari penyakit :

1. Istirahat cukup sebelum berangkat terutama bagi pem-

udik yang menggunakan jalan darat, mengingat waktu

sampai ke tempat tujuan tidak bisa diprediksi.

2. Bagi pemudik yang membawa kendaraan sendiri,

sebaiknya ada beberapa anggota keluarga yang siap

membawa kendaraan secara bergantian.

3. Manfaatkan tempat istirahat untuk bisa melakukan olah

raga kecil dan bisa melakukan gerakan relaksasi khu-

susnya kaki, tangan dan leher.

4. Manfaatkan juga tempat istirahat untuk buang air kecil

agar jangan sampai menahan kencing yang dapat

mengakibatkan infeksi saluran kencing.

5. Bagi para pemudik yang tetap ingin melakukan ibadah

puasa, usahakan agar perjalanan mudik pada saat habis

berbuka puasa.

6. Jangan membeli makanan dan minuman di pinggir jalan

karena belum tentu terjaga dengan baik kualitasnya

akibat terpapar dengan panas.

7. Bagi para pemudik yang akan membawa makanan un-

tuk bekal selama perjalanan usahakan membawa ma-

kanan kering, apabila membawa makanan basah

perhatikan waktu konsumsi sebaiknya kurang dari 6-8

jam setelah pembuatan.

8. Jangan lupa membawa obat-obatan sederhana (obat

anti diare, sakit kepala, anti alergi, dan anti mual).

9. Jangan lupa membawa obat-obat rutin dikonsumsi un-

tuk penderita penyakit kronis (penderita kencing ma-

nis, hipertensi, asma, kolesterol tinggi, dan asam urat).

10. Mudik pada malam hari merupakan pilihan yang tepat

mengingat suhu udara yang lebih dingin dan perjalanan

yang lebih lengang.

11. Hindari membawa barang bawaan berlebihan.

SELAMAT MUDIK DAN MUDIK DENGAN SELAMAT!

TIPS SEHAT MUDIK LEBARAN

Page 20: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

18

WARTA Ditjen PP dan PL

“Without immunization, an average of

three out of

every hundred children born will die

from measles.

Another will die from tetanus. One

more will

die from whooping cough. One out of

every two hundred

will be disabled by polio.

It is therefore essential that all

parents know

why, when, where, and how many

times,

their infants should be immunized.”

I ndonesia berhasil

menghapuskan

penyakit dari bumi

sebanyak dua kali.

Pertama, dengan

dihilangkannya penyakit

cacar, dan kedua, penyakit

polio yang berhasil

dieradikasi. Keberhasilan

tersebut adalah upaya dan

langkah panjang dalam

membangun kesehatan

Indonesia.

Polio adalah penyakit yang sangat

menular disebabkan oleh virus,

menyerang sistem saraf, dan dapat

menyebabkan kelumpuhan total.

Individu yang terkena polio

mempunyai gejala demam disertai

lumpuh layuh mendadak dan pada

pemeriksaan tinja ditemukan virus

polio. Sekitar 4 sampai 8 persen in-

feksi virus polio tidak menimbulkan

gejala serius, hanya gejala minor sep-

erti sakit tenggorokan, demam,

lemah, gangguan pencernaan

(sembelit) dan gejala umum lainnya

seperti pada penyakit yang disebab-

kan oleh virus. Virus ini menular

melalui air dan kotoran manusia dan

selalu menyerang anak balita.

Pencegahan dan pemberantasan

virus polio sebenarnya sangat

mudah karena sudah ada vaksin

yang bagus dan efektif yaitu vaksin

oral (OPV) dan vaksin polio inaktif

(IPV). Oleh karena itu Polio tidak

dapat diobati, penyakit ini hanya bisa

dicegah melalui imunisasi.

Pada sidangnya yang ke 42 tahun

1988, the World Health Assembly

(WHA) mencanangkan

pemberantasan penyakit ini secara

total. Bila berhasil, maka polio

merupakan penyakit kedua setelah

cacar yang dapat dimusnahkan dari

muka bumi ini.

Sejarah Program

Pemberantasan Penyakit Polio di

Indonesia

Indonesia sudah menyelenggarakan

kegiatan imunisasi polio sejak tahun

1975. Imunisasi diberikan pada bayi

usia 2, 3 dan 4 bulan. Untuk

memantau dan memberikan

rekomendasi pelaksanaan strategi

tersebut, Kementerian Kesehatan

menetapkan Tim Eradikasi Polio

Nasional yang diketuai oleh Direktur

Jenderal PP dan PL.

Pengamatan penyakit terhadap

polio dimulai dengan pelaporan

gejala klinis dan surveilans berbasis

laboratorium tahun 1991. Pada

tahun 1995, Indonesia mulai

melaksanakan surveilans aktif Acute

Flacid Paralysis (AFP) yaitu mencari

semua kasus lumpuh layuh

mendadak, yang mirip kelumpuhan

pada polio dan dibuktikan dengan

pemeriksaan laboratorium. Tahun

1997 dilakukan intensifikasi

surveilans aktif AFP.

Dengan sistem surveilans AFP,

pada tahun 1995 ditemukan kasus

polio tipe 1 pada seorang anak

berumur 27 bulan di Kabupaten

Probolinggo Jawa Timur, dan kasus

pada anak yang kontak dengan

penderita virus polio liar tipe 3 di

Medan, Sumatera Utara.

Semenjak tahun 1995 tidak

ditemukan lagi infeksi virus Polio liar

yang asli dari Indonesia (indigenous

wild Polio virus).

Dalam rangka melindungi seluruh

balita dan mencapai target eradikasi

polio maka diperlukan upaya

tambahan untuk menjangkau bayi

dan anak-anak yang luput dari

pemberian imunisasi rutin Polio.

ERADIKASI POLIO DI INDONESIA

Page 21: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

19

WARTA Ditjen PP dan PL

Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

dan mop-up merupakan kegiatan

imunisasi tambahan untuk memutus

penyebaran virus polio liar. PIN

maupun mop-up tidak dapat

menggantikan imunisasi rutin. Oleh

sebab itu walaupun anak sudah

mendapatkan PIN lebih 4 kali,

imunisasi rutin tetap harus

diberikan.

Pada kegiatan PIN, seluruh balita

baik yang sudah pernah

mendapatkan imunisasi Polio rutin

maupun yang belum, diberikan 2

tetes vaksin Polio Oral pada putaran

pertama dan 2 tetes lagi pada

putaran berikutnya. Di Indonesia,

PIN telah dilakukan pada tahun

1995, 1996, 1997.

Pada tahun 1997, dilakukan Joint

National International AFP

Surveillance Review

merekomendasikan bahwa

Indonesia tidak perlu melakukan

PIN, namun Indonesia tetap harus

melaksanakan beberapa putaran sub

PIN di beberapa daerah risiko tinggi

sejak tahun 1998 hingga 2001. Pada

pertemuan Technical Consultative

Group (TGC) tanggal 22 – 25 Oktober

2001 di New Delhi India

merekomendasikan agar Indonesia

sekali lagi melakukan PIN pada

tahun 2002.

KLB Polio Tahun 2005

Sepuluh tahun sejak dilaporkannya

kasus polio terakhir dan 3,5 tahun

setelah pelaksanaan PIN terakhir,

pada tanggal 21 April 2005

dilaporkan satu kasus polio liar tipe

1 di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

yang berdasarkan hasil laboratorium

polio rujukan global di Mumbai dan

Atlanta, virus tersebut merupakan

importasi dari Afrika Barat melalui

Timur Tengah. Penyakit ini

menyebar dengan cepat ke 10

provinsi dan 47 Kabupaten dengan

total 305 kasus.

Pemerintah menyatakan kondisi

Kejadian Luar Biasa (KLB), untuk

mengatasi penyebaran virus Polio

liar berlanjut, telah dilakukan upaya

sebagai berikut:

1. Di daerah terjangkit dilakukan

ORI (Outbreak Response

Immunization) yaitu suatu upaya

untuk segera memberikan

perlindungan terhadap anak

disekitar penderita agar tidak

menderita kelumpuhan.

2. Melakukan Mopping Up yaitu

suatu upaya yang dilakukan

untuk menyetop penyebaran

virus Polio liar dengan jangkauan

daerah yang lebih luas (daerah

penyangga). Walaupun telah

dilakukan ORI pada bulan April

dan Mopping Up pada bulan Mei

dan Juni 2005, namun karena

masih muncul kasus Polio di

beberapa propinsi (Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Lampung,

Riau, NAD, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan, Jawa Timur,

DKI Jakarta) akibat tingginya

mobilitas manusia, maka

dilakukan PIN.

3. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

adalah upaya yang dilakukan

secara nasional dengan

memberikan imunisasi kepada

seluruh Balita di Indonesia. Setiap

PIN dilakukan sebanyak 2

putaran, berselang minimal satu

bulan.

Selain itu peningkatan imunisasi

rutin polio merupakan salah satu

kunci keberhasilan mencegah

masyarakat terjangkit penyakit ini.

Untuk meyakinkan bahwa tingkat

imunitas masyarakat cukup tinggi

dalam mencegah terjadinya

importasi polio dari negara lain

dilakukan beberapa kali kampanye

polio bersamaan dengan kampanye

pemberian campak.

Langkah ke Depan

Indonesia dan 10 negara lainnya di

kawasan WHO SEAR telah

dinyatakan bebas polio,

kewaspadaan terhadap

kemungkinan terjadinya penularan

dari negara endemis tetap

diperlukan dengan :

1. Tetap memastikan bahwa setiap

bayi mendapatkan imunisasi

polio secara lengkap;

2. Secara bertahap dilakukan

perubahan vaksin polio menjadi

bOPV dan melakukan introduksi

IPV untuk menghilangkan strain

hidup di lingkungan;

3. Meningkatkan sensitivitas

surveilans AFP dengan mencari

secara aktif kasus lumpuh layuh

lebih dari 2/100.000 anak usia

dibawah 15 tahun per tahunnya

dan melakukan pemeriksaan

spesimen kontak terhadap kasus

AFP yang sangat mengarah pada

polio (Hot Case);

4. Melakukan pengamanan virus

polio di laboratorium terhadap

semua spesimen agar tidak

terjadi penularan dan

pencemaran (laboratory

containment);

5. Melaksanakan International

Health Regulations (IHR) dengan

ketat baik di Pintu Masuk Negara

maupun di wilayah;

6. Meningkatkan kesadaran dan

akses sanitasi – air bersih di

masyarakat.

Page 22: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

20

WARTA Ditjen PP dan PL

J akarta (Warta PP dan PL) - Menteri Kesehatan dr.

Nafsiah Mboi, SpA, MPH, melantik dua orang

pimpinan tinggi madya atau pejabat eselon I di Kantor

Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat (2/5).

Pejabat yang dilantik yakni Prof. dr. Tjandra Yoga

Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE sebagai Kepala

Badan Penelitian dan

Pengembangan

Kesehatan dan dr. Sri

Henni Setiawati

sebagai Staf Ahli

Menteri bidang

Perlindungan Faktor

Risiko Kesehatan.

Sementara Dr. dr.

Trihono, MSc yang

sebelumnya menjabat

sebagai Kepala

Balitbangkes dilantik

menjadi Ketua Majelis

Tenaga Kesehatan

Indonesia (MTKI).

Usai upacara

pelantikan dan

pembacaan sumpah

jabatan, para pejabat yang baru dilantik menandatangani

Pakta Integritas di hadapan Menkes.

Menteri Kesehatan mengatakan bahwa pejabat yang

telah dilantik hendaknya dapat bekerja dengan baik,

memiliki prestasi, dan menghindari praktek korupsi, kolusi,

dan nepotisme

"Oleh karena itu, saya yakin dan percaya bahwa para

pimpinan tinggi madya atau pejabat eselon I yang dilantik

hari ini adalah pribadi pilihan yang mampu menghasilkan

kinerja terbaik melalui pelaksanaan jabatan yang

dipangkunya dan penggerakkan unit kerja yang

dipimpinnya", ujarnya.

Lebih lanjut Menkes mengatakan bahwa para pejabat

yang dilantik saat ini memiliki berbagai prestasi dan

pencapaian yang dapat di banggakan.

Selain melantik dua orang pejabat Eselon I, Menkes juga

mengukuhkan 28 orang anggota MTKI dan 10 orang

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Kedua unit non

struktural ini sangat penting untuk meningkatkan akses

masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif

dan bermutu yang diperkuat dengan pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN).

Menkes Lantik Dua Pejabat Eselon I

Kementerian Kesehatan

Page 23: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

21

WARTA Ditjen PP dan PL

B ali, (29-30/4) - Indonesia

dihadapkan dengan

beban ganda masalah

kesehatan masyarakat di

mana penyakit menular terus

menurun secara signifikan sementara

pada saat yang sama morbiditas dan

mortalitas yang disebabkan oleh

Penyakit Tidak Menular (PTM)

mengalami peningkatan.

Data menunjukkan bahwa telah

terjadi penurunan angka kematian

yang disebabkan oleh penyakit

menular dari 44,2% pada tahun 1995

menjadi 28,1% pada tahun 2007 dan

peningkatan kematian akibat PTM

dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi

59,5% pada tahun 2007.

Riset Kesehatan Dasar Indonesia

pada tahun 2013 menunjukkan

prevalensi diabetes 2,1%, hipertensi

25,8%, stroke 12,1 per mil, penyakit

jantung koroner 1,5%, kanker 1,4 per

mil dan penyakit paru obstruktif

kronik 3,8 %.

Pemerintah Indonesia

berkomitmen penuh pada kebijakan

yang komprehensif dan terintegrasi

untuk pencegahan dan pengendalian

PTM dengan pengendalian faktor

risiko yang dikembangkan melalui

tiga strategi khusus yaitu : penguatan

kapasitas sistem kesehatan dan

aksesibilitas; pengembangan jejaring

kemitraan termasuk pemberdayaan

masyarakat, bekerja dengan sektor

swasta, dan keterlibatan profesional

serta perawat kesehatan; dan

memperkuat surveilans Faktor

Resiko PTM.

Pengendalian PTM akan lebih

efektif dan efisien jika program

monitoring dan evaluasi dimulai

pada fase awal penyakit. Untuk itu

dikembangkanlah model

pengendalian PTM berbasis

masyarakat yakni POSBINDU PTM.

Kegiatan Posbindu PTM mencakup

deteksi dini dan tindak lanjut

terhadap faktor risiko PTM.

Faktor risiko PTM diidentifikasi

melalui wawancara dan pengukuran

indeks massa tubuh, lingkar

pinggang, glukosa darah, dan lipid

darah.

Tindak lanjut meliputi pendidikan

kesehatan dan konseling yang

mencakup informasi tentang

bagaimana untuk mempertahankan

berat badan yang ideal, aktivitas fisik,

diet sehat, dan cara mengelola stres.

Dalam forum Health Working

Group (HWG) APEC, Indonesia

melalui Direktorat PTM

mendapatkan kesempatan untuk

memperkenalkan model

pemberdayaan masyarakat Posbindu

PTM melalui workshop sebagai forum

untuk berbagi pengalaman di antara

para ahli kesehatan, akademisi dan

pembuat kebijakan dari negara-

negara APEC.

APEC Workshop on the Prevention

of NCDs Risk Factors Control Through

Community Based Intervention

diselenggarakan pada tanggal 29- 30

April 2014 di Nusa Dua, Bali. Dihadiri

oleh 10 negara APEC economies

(Chile, Peru, Filipina, Rusia, Thailand,

Jepang, China, Malaysia, Vietnam, dan

Indonesia).

Pertemuan dibuka oleh Dirjen

Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan Prof.

Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K),

MARS, DTM&H dan dihadiri Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr. I

Ketut Suarjaya, MPPM.

Narasumber pada pertemuan ini

berasal dari WHO Country Office

Indonesia, Mr. Sharad Adhikary

sebagai NCDs Coordinator, dan Prof.

Maximilian de Courten, Director

Centre for Chronic Disease Prevention

and Management, Victoria University,

Australia.

Pertemuan ini menghasilkan

“Conclusion and Recommendation for

Economies and APEC” serta

menyelesaikan “Framework on

Community Based Intervention To

Control Non Communicable Diseases

Risk Factors” yang akan diupload

kedalam database APEC website.

APEC Workshop on the Prevention of NCDs Risk Factors Control Through Community Based Intervention

Page 24: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

22

WARTA Ditjen PP dan PL

M embebaskan

masyarakat dari

malaria (eliminasi

malaria) merupakan

komitmen global yang disepakati

pada sidang majelis kesehatan

sedunia (WHA) ke 60 tanggal 25

April 2007. Bebas malaria

merupakan investasi bangsa karena

dapat meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, mengatasi

kemiskinan, kebodohan dan

ketertinggalan.

Untuk mencapai eliminasi

malaria, Pemerintah telah

menetapkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 293/Menkes/SK/IV/2009

tanggal 28 April 2009 tentang

Eliminasi Malaria di Indonesia

dengan lampiran Pedoman Eliminasi

Malaria di Indonesia sebagai acuan

pelaksanaannya. Dalam pedoman

tersebut ditetapkan target-target

sasaran wilayah eliminasi yang

harus dicapai secara bertahap mulai

dari tahun 2010 sampai 2030

seluruh wilayah Indonesia bebas

malaria.

Tujuan umum dari peringatan

Hari Malaria Sedunia (HMS) 2014 ini

adalah meningkatnya komitmen pe-

merintah daerah dan pemangku

kepentingan terkait serta peran aktif

seluruh komponen masyarakat un-

tuk mewujudkan Indonesia bebas

malaria. Sedangkan tujuan

khususnya adalah meningkatnya

komitmen pemerintah daerah dalam

mewujudkan wilayahnya bebas

malaria, meningkatnya peran aktif

dan aksi nyata sektor swasta/ dunia

usaha dan pemangku kepentingan

terkait dalam penyelenggaraan

program eliminasi malaria di

Indonesia, meningkatnya peran aktif

organisasi kemasyarakatan dalam

pemberdayaan masyarakat untuk

mewujudkan Indonesia bebas

malaria, dan meningkatnya peran

serta masyarakat dalam pelaksanaan

program eliminasi malaria.

Tahun ini puncak peringatan

HMS digabungkan dengan

peringatan Hari Kesehatan Dunia

(HKS) dimana penggabungan kedua

acara ini selain berdampak pada

efisiensi sumber daya, juga akan

memperkuat pesan HKS dan HMS

tahun 2014 yang memberikan

perhatian khusus pada Pengendalian

Penyakit Tular Vektor atau Vector

Borne Disease Control. “Pesan ini

sangat relevan dengan upaya besar

kita dalam mengendalikan berbagai

penyakit menular yang ditularkan

vektor, terutama dalam mencapai

Eliminasi Malaria di Tanah Air”,

ungkap Menteri Kesehatan, dr.

Nafsiah Mboi, SpA, MPH.

Acara dibuka oleh Menkes dan

dilanjutkan dengan Seminar HKS-

HMS. Dalam kegiatan ini diadakan

juga pameran terkait kesehatan.

Pada puncak acara, Menkes

menyerahkan sertifikat eliminasi

malaria bagi 212 Kabupaten/Kota

yang memenuhi syarat eliminasi dan

menyerahkan paket akselerasi

pengendalian malaria kepada

Kadinkes Provinsi Papua, Papua

Barat, Maluku, Maluku Utara dan

Nusa Tenggara Timur.

SAATNYA ELIMINASI MALARIA

Page 25: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

23

WARTA Ditjen PP dan PL

H ari TB Sedunia

(HTBS) yang di-

peringati setiap 24

Maret menjadi mo-

men untuk meningkatkan komitmen

dan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya pengendalian penyakit

TB.

Peringatan HTBS Tahun 2014

mengusung tema global “Reach 3

Millions: Find, Treat and Cure TB”,

yang diadopsi dalam tema nasional

“Temukan dan Sembuhkan Pasien

TB” bertujuan mengajak seluruh

lapisan masyarakat bergerak bersa-

ma mendukung pengendalian Tu-

berkulosis sehingga dunia terbebas

dari penyakit TB serta membantu

memastikan bahwa semua penderita

TB memiliki akses untuk

memperoleh diagnosis dan

pengobatan yang standar.

Rangkaian kegiatan HTBS

diantaranya temu media yang

diselenggarakan pada 21 Maret

2014 di Hotel Puri Denpasar, Jakarta

bertujuan menginformasikan

rangkaian kegiatan HTBS Tahun

2014, paparan dari Dirjen PP dan PL

terkait situasi TB saat ini, testimoni

mantan pasien TBMDR sekaligus

launching lomba blog TB.

Talkshow live dilaksanakan tanggal

24 Maret di ANTV dengan narasum-

ber dr. Erlina Burhan, Sp (P), dr. Yeni

dari Layanan Kesehatan Cuma-Cuma

(LKC) dan mantan pasien TB, serta

tanggal 30 Maret 2014 di Metro TV

dengan Narasumber Menkes RI, dr.

Nafsiah Mboi, Sp. A, MPH dan man-

tan pasien TB MDR.

Kegiatan lainnya adalah blog

competition yang mengajak insan

media untuk berpartisipasi mem-

berikan kontribusinya dalam bentuk

ide, gagasan, berupa tulisan/artikel

yang informatif dan inspiratif terkait

TB.

Periode kompetisi diselenggarakan

pada 24 Maret – 12 Juli 2014. Pasti-

nya terdapat hadiah mingguan/

serial sebesar 1 juta rupiah bagi

yang terpilih sebagai pemenang.

Selain itu, terdapat hadiah utama

untuk peserta kompetisi yaitu mac-

book, handphone merk Samsung gal-

axy 3 dan Samsung galaxy grand.

Puncak peringatan HTBS Tahun

2014 (29/3) di Menara 165 Jakarta,

dilaksanakan Simposium Nasional

sebagai hasil kerja sama Kementeri-

an Kesehatan dengan FKUI-RSCM.

Tercatat sekitar 2300 peserta hadir

mengikuti simposium nasional ini

baik dari kalangan profesi, maha-

siswa, dan NGO. Peserta juga

mendapatkan sertifikat yang di-

akreditasi oleh IDI, PPNI dan IAI,

serta update topik-topik yang

disajikan.

Acara semakin meriah dengan adan-

ya pameran dan bazar yang diikuti

oleh Kementerian Kesehatan, WHO,

KNCV, FHI, NGO/CSO TB, produsen

obat dan alat kesehatan TB.

TEMUKAN dan SEMBUHKAN PASIEN TB

Page 26: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

24

WARTA Ditjen PP dan PL

C ibubur (Warta PP dan PL) -Direktorat

Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan

Matra Ditjen PP dan PL bekerja sama dengan

Komando Latihan Komando Armada Barat TNI

AL menyelenggarakan Diklat Jiwa Korsa Tahun 2014 bagi

petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) seluruh Indo-

nesia di Bumi Perkemahan, Cibubur.

Pelatihan Jiwa Korsa yang dilaksanakan selama 2 bulan

sejak Maret sampai dengan April ini bertujuan untuk

meningkatkan integritas dan kredibilitas, sikap, kerjasama,

disiplin, serta ketahanan mental dan fisik seluruh peserta

diklat.

Diklat yang terdiri dari tiga

angkatan (Angkatan IX, X, dan XI) diselenggarakan secara

berturut-turut pada tahun ini bertujuan meningkatkan

kapasitas SDM KKP dalam menjalankan tugas dan

fungsinya sebagai cegah tangkal penyakit dan masalah

kesehatan, serta kegiatan pengendalian penyakit

dan penyehatan lingkungan di wilayah kerjanya.

Sekretaris Ditjen PP dan PL dr. H. M. Subuh, MPPM

menyampaikan dalam sambutannya sekaligus membuka

diklat tersebut bahwa kegiatan ini jangan hanya dilihat

dari aspek seremonialnya saja, tetapi ada semangat dan

hikmah yang terkandung didalamnya.

Melalui acara ini, ada beberapa pesan yang

disampaikan oleh dr. Subuh yakni gunakan kesempatan

mengikuti pelatihan ini sebagai momentum perubahan

untuk bekerja lebih baik, lebih berdisiplin dan

berintegritas, mengikuti semua materi dan proses

pelatihan dengan penuh semangat, dan jadikan kegiatan ini

sebagai proses belajar untuk membangun kekompakan,

kemandirian dan kerjasama tim serta empati kepada

teman sejawat.

dr. Subuh juga berharap agar Program Peningkatan

Kapasitas Jiwa Korsa dan Kekarantinaan Kesehatan ini

dapat terus diselenggarakan sehingga seluruh petugas

memiliki kompetensi dan kemampuan yang sama di

seluruh KKP yaitu tangguh, prima, dan bertanggung jawab

sesuai dengan visi dan semangat KKP.

PENINGKATAN KAPASITAS JIWA KORSA

Page 27: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

25

WARTA Ditjen PP dan PL

S urabaya (Warta PP dan PL)

– Sebanyak 43 polisi satwa

di Polda Jawa Timur

mendapatkan suntikan

Vaksinasi Anti Rabies/Pre Exposure

Prophylaxis oleh tenaga medis dari

Poldokkes bekerjasama dengan

Subdit Pengendalian Zoonosis

Direktorat Pengendalian Penyakit

Bersumber Binatang.

Hadir pada pertemuan tersebut

Kapolda Jawa Timur, Kadiv Humas

Polri, Direktur Pengendalian

Pengendalian Bersumber Binatang

dan para jajaran kesehatannya.

Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto,

SH,M.Si,Sp.F(K) mengatakan bahwa

Rabies ditularkan melalui gigitan,

cakaran dan jilatan hewan penular

rabies yang menderita rabies, dimana

virus rabies terdapat pada air liur

hewan penular rabies, pada

sambutannya di acara Pengendalian

Rabies di Polda Jawa Timur,

Surabaya, Jumat (23/5).

Menurutnya, di Indonesia terdapat

25 provinsi tertular rabies dan ada 9

provinsi bebas rabies yakni Provinsi

Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI

Jakarta, Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Papua dan

Papua Barat. Rabies ditularkan oleh

Anjing sebesar 98 % dan sisanya

ditularkan oleh kucing dan kera.

Provinsi Jawa Timur sendiri

merupakan provinsi yang telah

berhasil dibebaskan dari Rabies.

Prof. Agus mengingatkan apabila

seseorang mengalami luka akibat

gigitan hewan penular rabies tidak

otomatis mengakibatkan kematian

sebab masa inkubasi rabies berkisar 2

minggu hingga 2 tahun bahkan ada

yang sampai 3 tahun. Itu artinya kita

masih diberi kesempatan untuk

mencegah jalannya virus dari luka

gigitan menuju otak.

Cara yang cukup efektif yaitu

dengan mencuci luka secepatnya

dengan sabun/ deterjen pada air

mengalir selama 15 menit lalu diberi

antiseptik. Kemudian segera ke

Rabies Center atau puskesmas atau

rumah sakit yang terdekat untuk

mendapatkan pertolongan sesuai

standar operasional prosedur.

Kegiatan ditandai dengan

penyuntikan secara simbolis kepada

Pawang Anjing staf Polda Jawa Timur

oleh Dirjen PP dan PL sebagai

perlindungan terhadap orang-orang

yang mempunyai faktor risiko tinggi

tertular rabies seperti; pekerja

laboratorium yang berurusan dengan

virus rabies, petugas vaksinator,

dokter/perawat yang merawat pasien

rabies, dan dokter hewan serta orang-

orang yang terlibat dalam kegiatan

apapun yang kontak langsung dengan

hewan penular rabies pawang anjing

dan lain-lain.

PENGENDALIAN RABIES

DENGAN POLDA JAWA TIMUR

Page 28: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

26

WARTA Ditjen PP dan PL

Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH)

J akarta, (30-31/5) - Sebanyak

400 peserta hadir dalam ICTOH

yang merupakan sebuah ajang

konferensi tingkat nasional di

bidang pengendalian tembakau di

Hotel Royal Kuningan, Jakarta, 30 –

31 Mei 2014. Konferensi nasional ini

mempertemukan para pihak yang

terlibat dalam upaya pengendalian

tembakau di Indonesia untuk

tercapainya generasi berkualitas

bebas asap tembakau. Pemerintah,

Organisasi Kemasyarakatan,

Akademisi, Peneliti dan berbagai

pihak lainnya hadir dalam konferensi

tersebut guna mengkaji berbagai isu

pengendalian tembakau

secara komprehensif sebagai suatu

langkah investasi jangka panjang bagi

kesejahteraan bangsa.

Menteri Kesehatan, dr. Nafsiah

Mboi, SpA, MPH secara resmi

membuka kegiatan ini pada Jumat,

(30/5). Konferensi yang pertama

kalinya diselenggarakan di Indonesia

ini mengangkat pesan “Tobacco

Control : Save Lives, Save

Money”.Kegiatan ini merupakan suatu

bentuk rangkaian kegiatan dalam

rangka peringatan Hari Tanpa

Tembakau Sedunia (HTTS) tahun

2014 yang mengusung tema “Naikkan

Cukai Rokok, Lindungi Generasi

Bangsa” yang diselenggarakan oleh

Tobacco Control Support Center –

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia (TCSC – IAKMI), Indonesia

Tobacco Control Network,

bekerjasama dengan Kementerian

Kesehatan RI, International Union

Against Tuberculosis and Lung Disease

(IUATLD) dan World Health

Organization (WHO).

Dalam sambutannya, Menkes, dr.

Nafsiah Mboi mengatakan bahwa kita

semua perlu meningkatkan dan

menyukseskan upaya pengendalian

tembakau agar dampak buruk

kesehatan yang diakibatkan

tembakau dapat ditekan serendah

mungkin atau bahkan dihapuskan

sama sekali di Tanah Air kita

Indonesia. Selain itu, masalah

konsumsi tembakau jika dibiarkan

dikhawatirkan dapat menyebabkan

kemiskinan berkelanjutan antar

generasi, yaitu pemiskinan berlanjut

dari generasi sekarang ke generasi

berikutnya.

Dampak buruk akibat tembakau

dan merokok pada kesehatan

masyarakat di Indonesia tampak jelas

pada hasil kajian Badan Litbangkes

tahun 2013. Hasil kajian

menunjukkan bahwa telah terjadi

kenaikan kematian

prematur akibat penyakit terkait

tembakau dari 190.260 (2010)

menjadi 240.618 kematian (2013),

serta kenaikan penderita penyakit

akibat konsumsi tembakau dari

384.058 orang (2010) menjadi

962.403 orang (2013).

Menkes menyebutkan regulasi

penting yang menjadi dasar

pengaturan tentang pengendalian

dampak buruk kesehatan akibat

tembakau adalah Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Undang-Undang ini

dijabarkan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012

tentang Pengamanan Bahan yang

Mengandung Zat Adiktif berupa

Produk Tembakau. Peraturan

Pemerintah tersebut juga

mengamanatkan tentang keharusan

mencantumkan Pictorial Health

Warning (PHW) atau peringatan

kesehatan bergambar pada setiap

kemasan rokok. PHW akan

diberlakukan sejak tanggal 24 Juni

2014 mendatang.

Page 29: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

27

WARTA Ditjen PP dan PL

“Untuk itu pemerintah bersama

masyarakat telah melakukan

berbagai upaya dalam menyikapi

besarnya tantangan dalam

pengendalian dampak buruk

kesehatan akibat konsumsi tembakau

yang telah dilaksanakan sejak

beberapa dasa warsa lalu yaitu

dengan melakukan advokasi,

sosialisasi, dan penerbitan regulasi

serta diperkuat dengan pelembagaan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) sebagai bagian dari upaya

promotif-preventif dalam

Pembangunan Kesehatan. Indikator

keberhasilan PHBS mencakup tidak

merokok di dalam rumah tangga,

tempat kerja, dan di tempat-tempat

umum”, ungkap Menkes.

Pada kesempatan ini, Menkes

menyampaikan pernyataan di

hadapan para Kepala Daerah yang

hadir bahwa Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

belum menerbitkan regulasi Kawasan

Tanpa Rokok (KTR) segera

mengambil langkah untuk

menerbitkannya. Langkah ini sangat

penting demi melindungi masyarakat

dari ancaman gangguan kesehatan

akibat lingkungan yang tercemar asap

rokok.

Apresiasi juga disampaikan

kepada jajaran Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

telah menunjukkan dukungan dan

komitmen kuat bagi suksesnya

pengendalian tembakau di Tanah Air.

Sampai saat ini telah ada 127

Kabupaten/Kota di 32 Provinsi yang

memiliki Peraturan Daerah (Perda)

terkait KTR.

Selaras dengan hal tersebut,

Menkes mengingatkan bahwa sesuai

amanat Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah, pada tanggal 1

Januari 2014 pajak rokok daerah

mulai diberlakukan. Dengan

demikian, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota

memperoleh sumber pendanaan baru

bagi pembangunan di daerahnya

masing-masing, termasuk

pembangunan kesehatan.

Sebagaimana diketahui, pasal 31

undang-undang tersebut

mengamanatkan agar minimal 50 %

dari pajak yang diterima Pemda

diperuntukkan bagi upaya kesehatan

masyarakat dan penegakan aspek

hukum, seperti:pemberantasan

peredaran rokok ilegal dan

penegakan aturan sesuai peraturan

perundang-undangan berlaku.

ICTOH 2014 yang diselenggarakan

selama 2 hari ini juga melaksanakan

berbagai kegiatan berupa Pra

Konferensi Forum Pemuda yang

mempertemukan para pemuda dari

berbagai perguruan tinggi dari

berbagai penjuru tanah air guna

membahas persoalan pengendalian

tembakau di Indonesia dari sudut

pandang para pemuda. Selain itu,

dalam kegiatan pra konferensi juga

diadakan workshop akademisi “

Penguatan Peran Perguruan Tinggi

dalam Pengendalian Tembakau di

Indonesia”. Kegiatan utama berupa

pleno yang diadakan 3 kali dengan

menghadirkan pembicara dalam dan

luar negeri antara lain Dr. Ehsan Latif

(Direktur The Union

International), Prof. Savas Alpay, Ph.D

(Dirjen SESRIC), dan Prof. Dr.

Hasbullah Thabrany, MPH. Ph.D

(Guru Besar FKM-UI). Dua satellite

meeting yaitu seminar “Aliansi Bupati

Walikota dalam Pengendalian

Dampak Kesehatan Akibat Tembakau

dan Penyakit Tidak Menular” dan

“Koalisi Profesi Kesehatan Anti

Rokok”.

Dari 10 simposium dan 48

presentasi oral serta 54 poster yang

di daftarkan, diberikan penghargaan

penyajian makalah terbaik yang

diserahkan secara resmi oleh Plt.

Direktur Jenderal PP dan PL

Kemenkes, Prof. Dr. dr. Agus

Purwadianto, SH, MSi, SpF(K) kepada

2 (dua) orang pemenang yaitu Ida

Leida M. Thaha dari Universitas

Hasanudin, Makasar dengan judul

makalah “Analisis Sosio Psikologis

terhadap Kejadian Kekambuhan

(Relaps) Merokok di Kecamatan

Tamalate Makassar” dan Deni

Purnama dari RSUD R. Syamsudin, SH

Kota Sukabumi dengan judul makalah

“ Implementasi Kawasan Tanpa

Rokok di RSUD R. Syamsudin, SH”.

Pada penutupan konferensi ini

juga dihasilkanrekomendasi

upaya pencegahan dan pengendalian

penggunaan tembakau di Indonesia.

Salah satunya adalah meminta

pemerintah untuk menaikkan pajak

produk tembakau dan meminta DPR

RI mengamandemen Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai

khususnya menghapus ketentuan

tentang tarif paling tinggi cukai

rokok. Dalam rekomendasi tersebut

juga disebutkan poin-poin mengenai

aksesi FCTC, pembatalan RUU

Pertembakauan, pengetahuan bahaya

merokok dalam kurikulum

pendidikan, peningkatan riset oleh

pemerintah dan akademisi, larangan

iklan dan promosi rokok, mencegah

intervensi industri rokok, dan

pelaksanaan PHW (Pictoral Health

Warning) serta KTR (Kawasan Tanpa

Rokok).

Pada konferensi ini digelar juga

berbagai pameran kesehatan yang

turut meramaikan acara yang diikuti

oleh Pusat Promosi Kesehatan

(Promkes) Kemenkes RI, Direktorat

Jenderal PP dan PL, Direktorat

Pengendalian Penyakit Tidak

Menular,TCSC – IAKMI,

Muhammadiyah Tobacco Control

Center, dan Pemerintahan Daerah

terkait lainnya.

Page 30: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

28

WARTA Ditjen PP dan PL

Kepindahan Prof. Dr. Tjandra

Yoga Aditama, SpP(K), MARS,

DTM&H, DTCE menyebabkan terjadi

kekosongan jabatan Direktur

Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (PP dan PL).

Untuk itulah Menteri Kesehatan, dr.

Nafsiah Mboi, SpA, MPH harus

menunjuk Pelaksana Tugas (Plt)

Direktur Jenderal PP dan PL agar

dapat menjalankan tugas sampai

dipilih kembali Direktur Jenderal PP

dan PL definitif. Pilihan tersebut

jatuh kepada Prof. Dr. dr. Agus

Purwadianto, SH, M.Si, SpF(K) Staf

Ahli Menteri Bidang Tekhnologi

Kesehatan dan Globalisasi.

Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto,

SH, M.Si, SpF(K) adalah seorang

dokter Spesialis Forensik sekaligus

sarjana hukum di Universitas

Indonesia. Beliau juga mengenyam

pendidikan Pasca Sarjana (S2)

jurusan sosiokriminologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan

mengambil program Doktor Filsafat

di Fakultas Budaya yang semuanya

lulusan dari Universitas Indonesia.

Anak sulung dari sepuluh

bersaudara yang lahir di Yogyakarta,

9 November 1954 ini baru

mengetahui kalau dirinya ditugaskan

sebagai Plt Dirjen PP dan PL pada

saat setelah pelantikan Pejabat

Eselon I oleh Menteri Kesehatan.

Jabatan ini merupakan kali kedua

Beliau menjabat sebagai pelaksana

tugas yang sebelumnya sebagai plt

Kepala Balitbangkes. Saat ini Beliau

menjabat dua jabatan sekaligus

sebagai Plt Dirjen PP dan PL dan Staf

Ahli Menteri Bidang Tekhnologi

Kesehatan dan Globalisasi.

Pria alumni lulusan dari empat

fakultas di Universitas Indonesia ini

mengatakan bahwa jabatan Dirjen

adalah jabatan yang tidak mudah dan

sangat membutuhkan banyak

perhatian karena mempunyai tugas-

tugas khusus terkait birokrasi

sehingga tugas-tugas sebagai Staf Ahli

Menteri yang cenderung lebih banyak

menelaah menjadi terkalahkan.

Namun masalahnya tugas-tugas SAM

tidak bisa didelegasikan sehingga

harus tetap dikerjakan di luar-luar

jam kerja.

Suami dari drh. Harli Nofriyani

seorang peneliti di Balitbankes yang

telah dikaruniai tiga orang anak dan

dua orang cucu, memulai karirnya

bekerja di Kementerian Kesehatan

pada tahun 2007 sebagai Kepala Biro

Hukum dan Organisasi selama 2,5

tahun. Beliau lalu menjabat sebagai

Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM di

Kementerian Koperasi dan

Kesejahteraan Rakyat selama hampir

8 bulan, dan jabatan ini merupakan

jabatan terakhir di Kemenko Kesra

karena setelah saya tidak ada lagi

jabatan tersebut. Kemudian Beliau

ditarik kembali ke Kemenkes dan

ditempatkan di Balitbangkes selama

2 tahun sebelum akhirnya saya

ditunjuk untuk menjadi Staf Ahli

Menteri. “Saya adalah Staf Ahli

Menteri yang paling senior dan sudah

menjabat hampir 4 tahun”, ujar Prof

Agus.

Selain jabatan karir, Prof Agus

pernah menjabat sebagai Pembantu

Dekan (Pudek) III dan Ketua IDI

Wilayah. Pada saat menjabat sebagai

Pudek III itulah Beliau mengambil

kuliah lagi di Universitas Indonesia

fakultas hukum jurusan administrasi

negara (kelas extension) dan menjadi

lulusan tercepat selama 3 tahun. “Di

fakultas tersebut saya mempelajari

masalah etika kedokteran, lalu saya

dipaksa untuk menyelenggarakan

Kongres Majelis Kode Etik

Kedokteran (MKEK) Nasional oleh

Prof. dr. Samil, SpOG sekaligus Guru

Besar Etika Kedokteran di UI.

Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, SpF(K)

PLT DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL

T anggal 2 Mei 2014 pukul 09.10 Menteri Kesehatan mengumumkan Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE sebagai Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan menggantikan Dr. dr. Trihono, MSc yang telah memasuki masa pensiun.

Page 31: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

29

WARTA Ditjen PP dan PL

Kebetulan pada saat itu saya

menjabat sebagai Ketua IDI Wilayah

sehingga saya banyak menangani

kasus. Namun karena waktu itu

memang belum ada Standar

Operasional Prosedur (SOP)

penanganan masalah etika

kedokteran, jadi bisa dibayangkan

pada tahun 1997 itu MKEK masih

bersifat ad hoc”, ungkap Prof Agus.

Menurut penuturan kakak

kandung dari mantan Menteri

Keuangan RI, Sri Mulyani bahwa

dirinya sebelum bertugas di biro

hukum Kemenkes sempat aktif di

Komnas Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI). Beliau sudah

tertarik cukup lama dengan program-

program di Ditjen PP dan PL, salah

satunya pada saat WHO melakukan

training dan Beliaulah yang

mengusulkan aspek medikolegalnya.

Pada tahun 2008 Beliau juga pernah

menulis tentang aspek hukum

program imunisasi.

Pria yang terpaut usia 10 tahun

dengan Sri Mulyani ini berpendapat

bahwa antara Ditjen PP dan PL dan

Balitbangkes sebenarnya ada hal-hal

yang bisa bertautan satu sama lain,

artinya bila ke depan diadakan re-

organisasi, keduanya bisa lebih

diefektifkan dan dipersatukan

sebagai penanganan program yang

tangguh. “Kesan pertama sebagai Plt

saya mesti belajar tentang program –

program di PP dan PL karena selama

menjadi SAM saya terbiasa bekerja

sendiri/fakultatif, dan sekarang saya

harus memimpin jadi harus diatur

dan disesuaikan kembali

chemistrynya”, ujar Prof. Agus.

Program PP dan PL dimensinya

dari perorangan sampe global

sehingga harus ditata dengan baik.

Secara manajemen dengan adanya

puluhan penyakit sebaiknya harus

ditetapkan penyakit mana yang

menjadi skala prioritas untuk

dikendalikan dalam bentuk eradikasi

atau eliminasi atau bahkan bebas

sama sekali. Terminologi-terminologi

ini yang harus dipahami oleh orang-

orang teknis dan hukum di PP dan PL,

karena hukum-hukum yang sifatnya

program yang semestinya menjadi

roh dalam Undang-Undang

Kesehatan belum kelihatan. “Oleh

karena itu, sebagai Plt semampu saya

artinya semua keputusan strategis

yang sudah diputuskan oleh Pejabat

yang lama tinggal kita teruskan, kita

dorong, dan kita fasilitasi sesuai

dengan Norma Standar Prosedur

Kriteria (NSPK) di Pusat dan harus

banyak turbinwas (pengaturan

pembinaan dan pengawasan)”,

ungkapnya.

Page 32: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

30

WARTA Ditjen PP dan PL

Ketika ditanya pandangannya

terkait berita yang sedang merebak

tentang MERS CoV, Prof. Agus

mengatakan bahwa PP dan PL dalam

menghadapi masalah ini secara

alertness dan rapid respon sudah

cukup bagus, namun dengan

pengalaman kasus flu burung yang

lalu seharusnya booster untuk MERS

CoV bisa lebih cepat didapat.

Infrastruktur yang ada di daerah-

daerah harus disiapkan dengan

munculnya PHEIC, sehingga dengan

pengalaman-pengalaman yang ada

suatu saat bila dijalankan dengan

profesional bukan tidak mungkin kita

bisa menjadi konsultan di banyak

negara. MERS CoV merupakan

problem dunia, walaupun tindakan

yang telah kita lakukan bersifat lokal,

namun perlu kita sadari bahwa

tindakan ini berskala dunia. Aparatur

negara mesti siap dalam menghadapi

virus MERS CoV ini. Semua yang

sifatnya pengumuman-pengumuman,

protap-protap yang lintas sektor

harus dikoordinir secara baik.

Diingatkan dengan cara adanya

pelatihan simulasi pandemi, juga

adanya tambahan tentang public

health concern yang harus lebih

ditekankan.

Di akhir wawancaranya dengan

Warta PP dan PL Prof. Agus

mengatakan bahwa peranan Ditjen

PP dan PL dalam menghadapi MERS

CoV adalah sebagai koordinator

utama dan kita sebaiknya mengikuti

apa yang sudah ditetapkan dalam

International Health Regulation

(IHR). Perlu kita sadari bahwa

kesiapan petugas di setiap core

kompetensinya berbeda-beda, oleh

karena itu kita harus mampu

menyelesaikan setiap permasalahan

yang terjadi, supaya apabila

infrastruktur bagus, bentuk

alertnessnya bagus, maka orang-

orangnya juga akan lebih bagus.

Lebih menarik apabila dikaitkan

dengan program FETP+ sehingga

sudah selayaknya aparatur negara/

profesi harus berbekal FETP+.

Pemberdayaan surveilans, Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP), serta

balai-balai pemeriksaan yang ada di

daerah. Pemberdayaan masyarakat

oleh petugas juga sangat diperlukan

melalui cara advokasi dan promotif

yang sifatnya spesifik. Sebuah

program haruslah bermutu, mujarab,

mudah dan murah (4mu), karena

apabila suatu program mahal

otomatis tidak dapat dijangkau oleh

masyarakat.

Page 33: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

31

WARTA Ditjen PP dan PL

J akarta, (Warta PP dan PL) -

Mengusung tema “Hilangkan

Mitos Tentang Kanker”,

Kementerian Kesehatan

menggelar seminar sehari dalam

rangka puncak Peringatan Hari

Kanker Sedunia Tahun 2014 di Kantor

Kementerian Kesehatan Jakarta,

Kamis (8/5).

Sebanyak 400 peserta seperti

dokter umum, bidan, tenaga

kesehatan di puskesmas, LSM peduli

kanker, organisasi profesi, serta

pegawai Kemenkes hadir dalam

seminar yang bertujuan

mensosialisasikan program

pengendalian kanker di Indonesia

bagi tenaga kesehatan serta

meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman bagi tenaga kesehatan

tentang pengendalian kanker.

Sesuai dengan tema Hari Kanker

Sedunia Tahun 2014, ada empat mitos

terkait kanker yang harus dihilangkan

yaitu 1) Kita tidak perlu tahu tentang

kanker, 2) Tidak ada tanda dan gejala

kanker, 3) Tidak ada yang dapat

dilakukan terkait kanker, dan 4) Tidak

ada hak dalam pelayanan kanker.

Faktanya, kita harus tahu tentang

kanker karena kanker dapat dicegah,

diobati dan disembuhkan jika

diketahui lebih dini, dan kanker bukan

penyakit kutukan. Kanker juga dapat

diketahui tanda dan gejalanya, banyak

hal yang dapat dilakukan masyarakat

mulai dari pencegahan dan

penanggulangan kanker, serta setiap

orang berhak atas pelayanan kanker.

Di Indonesia, prevalensi

penyakit kanker juga cukup tinggi.

Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi tumor/kanker di Indonesia

adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau

sekitar 330.000 orang. Kanker

tertinggi di Indonesia pada

perempuan adalah kanker payudara

dan kanker leher rahim. Sedangkan

pada laki-laki adalah kanker paru dan

kanker kolorektal.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal

PP dan PL Prof. Dr. dr. Agus

Purwadianto, SpF(K) dalam

sambutannya sekaligus membuka

acara Seminar mengatakan bahwa

saat ini Penyakit Tidak Menular

(PTM), termasuk kanker menjadi

masalah kesehatan utama baik di

dunia maupun di Indonesia.

“Pembiayaan penanganan kanker

di Indonesia cukup tinggi. Dimana

pembiayaan kanker pada Jamkesmas

tahun 2012, untuk pengobatan kanker

menempati urutan ke-4 setelah

hemodialisa, thalassemia, dan TBC

sebesar Rp 144,7 miliar”, ujar Prof.

Agus. Hal ini dikarenakan penanganan

kanker relatif lebih mahal dibanding

penanganan penyakit lainnya.

Prof. Agus juga turut

menyampaikan pesan pokok Hari

Kanker Sedunia di Indonesia tahun ini,

yaitu : 1) Ayo cegah dan atasi kanker

dengan menghindari faktor risiko

(merokok, kurang aktivitas fisik, dan

diet tidak sehat), mengenali tanda dan

gejala, serta melakukan deteksi dini,

2) Ayo lakukan deteksi dini kanker

payudara dengan periksa payudara

sendiri (SADARI) dan pemeriksaan

klinis payudara/Clinical Breast Exami-

nation (CBE), serta deteksi dini kanker

serviks dengan Inspeksi Visual dengan

Asam Asetat (IVA), dan 3) Ayo kenali

tanda dan gejala kanker pada anak.

Pada kesempatan yang sama, ikut

diluncurkan Buku Panduan Layanan

Integrasi Infeksi Saluran Reproduksi

(ISR)/ Infeksi Menular Seksual (IMS)

dan deteksi dini kanker leher rahim

dengan Inspeksi Visual menggunakan

Asam Asetat (IVA), serta deteksi dini

kanker payudara. Hal tersebut sebagai

upaya Kemenkes dalam peningkatan

pelayanan di fasilitas kesehatan.

HILANGKAN MITOS TENTANG KANKER

Page 34: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014

32

WARTA Ditjen PP dan PL

BUKU MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME CORONA VIRUS (MERS-COV)

Judul : Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV)

Penerbit : Universitas Indonesia (UI-Press)

Tahun : 2014

Tebal : 37 halaman

Buku ini dapat menjadi acuan dalam mendeteksi dini virus

MERS-CoV yang sedang merebak, termasuk gejala MERS-

CoV serta gambaran lainnya dibicarakan lebih lanjut.

Diagnosis kasus MERS-CoV pada buku ini juga diulas secara

rinci menjadi tiga yaitu kasus dalam penyelidikan, kasus

probable dan kasus konfirmasi beserta pengobatan yang

dapat dilakukan. Rekomendasi WHO serta pendapat para

ahli kemungkinan terjadinya pandemi dijabarkan secara

singkat dan padat. Penutup adalah tips kesehatan yang

mencakup 8 anjuran kesehatan bagi masyarakat yang akan

pergi umrah atau akan pergi ke Jazirah Arab.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Judul : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Penerbit : Kementerian Kesehatan RI

Tahun : 2014

Tebal : 40 halaman

Permenkes Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat sebagai pengganti Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM). Permenkes ini mengatur tentang penyelenggaraan

STBM yang bertujuan untuk mewujudkan perilaku

masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Page 35: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014
Page 36: Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014