Warta Buruh Migran. September 2010
-
Upload
tifa-foundation -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Warta Buruh Migran. September 2010
Warta Buruh Migran
SEKILAS PERISTIWAPUSAT SUMBER DAYA BURUH MIGRAN
Pusat Sumber Daya Buruh Migran adalah pusat pengelolaan, pendidikan, dan advokasi yang bertujuan untuk mendukung pelayanan pengelolaan informasi dan advokasi buruh migran dan keluarga buruh migran maupun mantan dan calon buruh migran.
Buruh migran berharap dapat memiliki sumber acuan pengetahuan yang sahih mengenai pelbagai proses terkait dengan migrasi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pelanggaran atas hak-haknya.
Pusat Sumber Daya Buruh Migran dikelola bersama oleh 10 pusat teknologi komunitas (PTK) Mahnettik atas dukungan Yayasan Tifa dan Microsoft.
REDAKSI WARTA BURUH MIGRAN
PenanggungjawabYossy SuparyoPimpinan RedaksiMuhammad Irsyadul IbadTim RedaksiMuhammad Ali UsmanFika MurdianaHilyatul AuliyaFathullohTata LetakFathulloh
Alamat RedaksiJl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378E-mail:[email protected]: http://buruhmigran.or.id
Sumber Foto: http://nonadita.com
KELOMPOK buruh migran Seruni Banyumas manfaatkan remiten so-sial buruh migran untuk memaksimalkan kinerja organisasi. Remiten sosial yang dimanfaatkan berupa kemampuan bahasa asing, penga-laman organisasi, pengetahuan budaya negara tujuan, keterampilan kuliner, dan perlindungan hukum.
Demikian pendapat Aditya Megantara, pegiat Kelompok Seruni Banyu[mas (28/8/2010). Menurutnya, remiten sosial kadang lebih besar dibanding dengan remiten ekonomi yang yang didengung-dengungkan pemerintah–pahlawan devisa.
“Ada beberapa anggota Seruni yang lancar berbahasa Mandarin. Me-reka menjadi guru bagi anggota lainnya. Ada juga yang ahli mema-sak ala China (Chinese food) lalu mereka melatih teman-temannya,” ujar Ode, panggilan akrab Aditya Megantara.
Kegiatan pertukaran ilmu itu terjadi saat pertemuan-pertemuan rutin Seruni. Ada yang direncanakan, ada juga yang muncul secara spontan. Kemampuan-kemampuan di atas diperoleh para anggota saat mereka menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Sayang remiten jenis ini tidak pernah dianggap oleh pemerintah, padahal bila dinilai secara komersil jelas nilainya sangat tinggi.
“Awalnya Seruni tidak menyadari remiten sosial ini. Setelah melihat kesuksesan organisasi buruh migran di kota lain, mereka mulai meng-garap remiten sosial ini sebagai sumber daya organisasi yang bernilai tinggi,” lanjutnya.
Kini, Seruni tengah mencari format pengelolaan remiten sosial yang efektif. Langkah nyata yang baru ditempuh Seruni antara lain me-maksimalkan pertemuan anggota sebagai lingkaran belajar dan berbagi pengetahuan. (Yossy Suparyo)
Seruni Manfaatkan Remiten Sosial Buruh Migran
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
Halaman muka portal Pusat Sumber Daya Buruh Migran
institute for education development,social, religious, and cultural studies
Penerbitan buletin ini atas dukungan:
KL IK w w w.b u ru h m i g ra n .o r. i d
Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common (CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
02 | Sekilas Peristiwa
Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) terlibat dalam kegiatan Jagongan Media Rakyat (JMR) bersama 43 lembaga lainnya di Yogyakarta, 22-25 Juli 2010. JMR merupakan kegiatan pertukaran gagasan dan informasi antarlembaga yang bergelut di dunia media massa.
YogyakartaDok.Lamuk/infest Yogyakarta
Flores Timur
Awal Januari 2010, tepatnya 18 Januari 2010, Keuskupan Larantuka membuka layanan Pusat Teknologi Komunitas (PTK). Kegiatan utama PTK berupa pelatihan komputer dan internet. Layanan yang dikelola oleh Delegasi Sosial (Delsos KPSE) ini memberi nilai lebih bagi pengelolaan program keuskupan, seperti pengarusutamaan gender, penanganan HIV/AIDS, pertanian, dan keuangan mikro.
Keuskupan Larantuka Berdayakan Warga Lewat Teknologi Informasi
http://buruhmigran.or.id/inspirasi/tahun/2010/bulan/06/tanggal/14/710/keuskupan-larantuka-berdayakan-warga-lewat-teknologi-informasi.html
Buruh Migran Ikut Jagongan Media Rakyat 2010
www.buruhmigran.or.id/laporan/tahun/2010/bulan/07/tanggal/26/997/buruh-migran-ikut-jmr-2010.html
Cilacap
Pembuatan berita radio merupakan salah satu kegiatan pelatihan pengelolaan informasi buruh migran di Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnettik Cilacap (29-30 mei 2010). Kegiatan ini menjadi pengalaman menarik para peserta yang sebagian besar adalah calon dan mantan buruh migran di wilayah itu.
Produksi Audio untuk Informasi Buruh Migran
http://buruhmigran.or.id/inspirasi/tahun/2010/bulan/05/tanggal/31/538/produksi-audio-untuk-informasi-buruh-migran.html
Asean Foundation mendukung pengembangan ekonomi usaha kecil (mikro) lewat pelatihan keterampilan komputer. Jenis
keterampilan yang diberikan mendukung para wiraswastawan usaha kecil bisa mengembangkan usahanya dengan cara manajemen modern. Paket aplikasi yang diajarkan adalah pengolah kata, spreadsheet, dan presentasi.
Ci Malang
Asean Foundation Dukung Pengembangan Ekonomi Mikro Buruh Migran
http://buruhmigran.or.id/berita/tahun/2010/bulan/07/tanggal/05/981/asean-foundation-dukung-pengembangan-ekonomi-mikro-buruh-migran.html
Sukabumi
CTC Mahnettik menggelar pelatihan Jurnalistik di Sekretariat Lembaga Penelitian Sosial dan Agama (LENSA) Sukabumi, (6-7/6/2010). Kegiatan ini diikuti oleh puluhan ibu-ibu yang merupakan kader Pusat Pemberdayaan Sumberdaya Wanita (PPSW) Pasoendan wilayah Sukabumi.
Aktivis Perempuan Sukabumi Dilatih Jurnalistik
http://buruhmigran.or.id/kliping/tahun/2010/bulan/06/tanggal/09/670/aktivis-perempuan-sukabumi-dilatih-jurnalistik.html
Dok: infest
Dok: infest
Dok: infest
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
Buruknya Penanganan
Dok.Akhmad Fadli/PTK Mahnetik Cilacap
Kasus meninggalnya tenaga kerja Indonesia (TKI) tidak
hanya menyisakan duka bagi keluarganya, tetapi juga
meninggalkan persoalan asuransi yang cukup pelik.
Ketidaktahuan keluarga korban akan hak asuransi,
menjadi peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk
memanfaatkan uang asuransi tersebut.
Kasus klaim asurani Nadhiroh, warga Cipari Kabupaten
Cilacap yang meninggal di Abu Dhabi tahun 2009 lalu
sampai hari ini juga tidak selesai. Toni, keluarga
Nadhiroh dan orang yang diberi wewenang untuk
mengurus asuransi bahkan sudah merasa lelah pulang
pergi Jakarta-Cilacap untuk mengurus asuransi
tersebut. Tiap kali ia menanyakan klaim asuransi
tersebut, Toni selalu mendapatkan jawaban "sedang
diusahakan".
”Asuransi TKI meninggal memang menyangkut nominal
uang yang cukup besar, jadi seringkali membuat
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
(PPTKIS) maupun perusahaan asuransi enggan
mencairkan hak asuransi tersebut," ungkap Khazam
Bisry, Direktur Lakpesdam NU Cilacap.
Kasus Nadhiroh menjadi kasus yang kontroversial dari segi
pengurusan asuransi. Menurut Toni, Nadhiroh meninggal dua
bulan setelah masa kontrak dua tahun habis. Sehingga
perusahaan menyatakan masa asuransi sudah tidak berlaku
pada waktu Nadhiroh meninggal. Hal itu yang selalu
menjadi alasan pihak PPTKIS maupun perusahaan asuransi
untuk tidak memenuhi hak atas asuransi tersebut. Namun
yang menjadi persoalan adalah, pada waktu kontrak habis,
niat Nadhiroh untuk pulang ke Indonesia selalu di larang
oleh majikan. Ia tidak diperbolehkan pulang. Gajinya
selama enam bulan pun belum dibayarkan.
Kabar kematian Nadhiroh pun simpang siur. Kabar pertama
yang disampaikan majikan, ia meninggal karena bunuh diri.
Kemudian keluarganya mendapatkan penjelasan ulang
bahwa Nadhiroh meninggal ketika berusaha kabur. Nadhiroh
ditemukan polisi sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Hal
ini tentu menjadi catatan tersendiri yang semestinya perlu
dikaji ulang, karena proses pemulangan semestinya menjadi
tanggung jawab PPTKIS.
Sesuai Undang-undang No 39 tahun 2004 pasal 75 ayat 1
bahwa “Kepulangan TKI dari negara tujuan sampai tiba di
03 | Jejak Kasus
Asuransi TKI Akhmad Fadli
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
daerah asal menjadi tanggung jawab
pelaksana penempatan TKI”. Pada kasus di
atas, terlihat sekali bahwa korban selalu
menjadi pihak yang dirugikan. Baik dari
segi pemulangan maupun klaim asuransi
yang menjadi hak keluarga korban.
Kasus tersebut adalah salah satu kasus
asuransi yang belum juga selesai dalam
rentang waktu hampir dua tahun. Pada
bulan Juli lalu, kasus kematian Tenaga
Kerja Indonesia asal Cilacap terjadi lagi di
Singapura. Tri Sulastri, Warga Desa
Gandrungmangu, Kecamatan
Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap
dikabarkan meninggal karena bunuh diri di
luar tempatnya bekerja.
Menurut penuturan pihak PPTKIS, Ia
meninggal di garasi PT. Jack karena
gantungdiri. PT. Jack sendiri bukanlah
agen Tri sulastri ketika pertama ia di
tempatkan bekerja. PT. Jack hanya
rekanan majikan Tri Sulastri.
Hak Asuransi keluarga Tri Sulastri di negara
Singapura secara otomatis gugur, karena
kematian yang disengaja tidak
mendapatkan asuransi di Singapura.
Sedangkan di Undang-undang asuransi
Tenaga Kerja Indonesia, tidak ada
pemisahan jenis kematian yang berhak
mendapat klaim atau tidak.
Seharusnya ahli waris keluarga Tri Sulastri
masih mempunyai hak untuk mendapatkan
jaminan asuransi kematian dari
perusahaan asuransi yang ada di Indonesia
yakni sebesar 40 juta sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi tahun 2009.
Ketika pegiat PTK Mahnettik menelesuri
perkembangan klaim asuransinya Tri
Sulastri, pihak Disnakertrans Cilacap yang
diwakili Bapak Sutiknyo mengatakan
bahwa syarat dan dokumen atas klaim
lengkap dan diterima. Adapun prosesnya
masih diurus oleh PT. Arafah Bintang
04 | Jejak Kasus
Perkasa sebagai perusahaan yang
memberangkatkan Tri Sulastri.
PT. Bintang Arafah Perkasa cabang Cilacap
yang sendiri yang di wakili oleh kepala
Cabangnya Amah Nurhati mengatakan
bahwa mereka masih berkoordinasi dengan
PT. Mitra Sejahtera sebagai perusahaan
asuransi yang menjamin Tri Sulatri untuk
memproses uang jaminan asuransi
tersebut.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat uang
jaminan asuransi tersebut bisa turun. Saya
sendiri tentu berharap selesai dengan
cepat,” ungkap Wiwi, karyawan PT. Arafah
yang membantu mengurus uang jaminan
tersebut.
Proses pencairan asuransi memang tidak
mudah. Karena jumlah uang jaminan yang
cukup banyak tersebut, tentu banyak juga
yang berkepentingan. Walaupun
sebenarnya mungkin bisa di selesaikan
lebih cepat jika dokumennya sudah
lengkap. Jika setiap TKI wajib
mengasuransikan jiwanya sebesar Rp.
400.000,- tiap masa kontrak, kita bisa
berhitung berapa jumlah uang yang masuk
ke kantong perusahaan asuransi tersebut.
"Bahkan kadang ada yang sampai dua
tahun baru selesai lo mas," ungkap
Sutiknyo Kepala Bidang Penempatan
Tenaga Kerja Luar Negeri Disnakertrans
Kabupaten Cilacap.
Kedua kasus asuransi tersebut hanyalah
contoh dari buruknya sistem pelayanan
dan jaminan bagi TKI. Di daerah lain tidak
tertutup kemungkinan kasus serupa
terjadi. Pemerintah seharusnya menjadi
pihak yang mampu menekan perusahaan
asuransi untuk segera mencairkan dana
asuransi bagi TKI. Sebagai pembuat
kebijakan, pemerintah seharusnya mampu
membuat dan mengawasi sebuah sistem
yang mempermudah kepengurusan
asuransi TKI.
Nominal uang yang cukup
besar, membuat PPTKIS maupun perusahaan asuransi enggan mencairkan hak asuransi TKI
Akhmad FadliKoordinator Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnettik Cilacap. Aktif dalam pengembangan media komunitas.
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
Istilah “pahlawan devisa” yang melekat pada buruh
migran Indonesia (BMI) atau tenaga kerja Indonesia
(TKI) adalah sebuah ironi. Kepahlawanan BMI mampu
menjadi penyumbang pendapatan negara selalu tidak
sebanding dengan perlindungan dan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah.
Mengapa pemerintah paling patut disalahkan?
Bagaimana pun, pemerintah adalah pemegang kendali
kebijakan yang memiliki kekuatan dan kemampuan
untuk membuat layanan terpadu bagi kepentingan
BMI.Namun, pemerintah tak kunjung menampakkan
iktikad baik. Bahkan, sumbangan BMI senilai Rp 55,8
Trilyun (2006) dan meningkat menjadi 82,4 Trilyun
(2008), tidak membuat pemerintah serius untuk
memberikan layanan terbaik kepada BMI.
Sejumlah kenyataan menunjukkan ketidakseriusan
pemerintah untuk melindungi dan melayani BMI.
Buruknya pembelaan untuk BMI yang tertimpa
masalah di luar negeri, jaminan keamanan BMI,
lambannya penanganan kasus BMI, serta belum
tersedianya sistem informasi BMI sebagai acuan
pengetahuan BMI, kesemuanya hanya beberapa
contoh ketidakseriusan pemerintah.
Contoh lainnya tampak pada penanganan kasus BMI di
Malaysia. Tingginya angka kekerasan dan pelanggaran
hak BMI dijawab oleh pemerintah dengan target
penempatan 200.000 orang BMI di Malaysia pada 2010.
Lebih disesalkan lagi, pemerintah tidak menyiapkan
sistem yang melindungi BMI di negeri jiran tersebut.
Keseriusan pemerintah untuk menangani kasus BMI
boleh disebut “angin-anginan”. Tanggapan pemerintah
hanyalah upaya menanggapi media dalam bemtuk
penjelasan pers dan janji. Pemerintah acapkali
mengaku-aku telah berhasil mengatasi persoalan-
persoalan tersebut. Namun, sesungguhnya pengakuan
tersebut tidak dapat dibuktikan. Sebagai contoh,
Presiden SBY mengaku telah menjamin hak-hak BMI di
Malaysia melalui kesepakatan dengan pemerintah
tersebut belum lama ini. Pidato SBY tersebut dipandang
sinis oleh banyak kalangan sebab sekedar omong kosong
belaka.
Pengakuan SBY bagi Rieke Diah Pitaloka,salah seorang
Anggota DPR RI, tidak dapat dibuktikan.Hingga saat ini
belum ada keputusan resmi mengenai perubahan akta
kesepakatan kedua belah negara. Sebaliknya,
pemerintah gagal menangani kasus-kasus yang serupa
dari waktu ke waktu, seperti kasus penganiayaan dan
vonis kejahatan kepada BMI di luar negeri.
Selain itu pemerintah tidak bisa menyediakan sistem
informasi lengkap yang dibutuhkan oleh BMI.
Keberadaan sistem informasi tidak boleh dipandang
sebagai sesuatu yang remeh temeh. Hal tersebut
05 | Kajian
Memperjuangkan Buruh Migran
Melalui Teknologi InformasiMuhammad Irsyadul Ibad, Sy
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
terkait dengan keselamatan warga negara. Ketidaksiapan
sistem informasi tersebut mengancam keselamatan BMI
di luar negeri.
Selagi pemerintah belum mampu menyediakan sistem
informasi, organisasi nonpemerintah harus berinisiatif
untuk memulai pengelolaan informasi penting BMI.
Pekerjaan ini tidak terlalu sulit dengan ketersediaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sejak 2009,
Pusat Sumber Daya Buruh Migran Indonesia (PSD-BM)
menyediakan sebuah layanan pusat bantuan (helpdesk)
dalam jaringan (online).
Pemerintah seharusnya mau berkaca dari pengalaman
PSD-BM. Dengan kemampuan pendanaan yang cukup
besar pemerintah sebenarnya mampu menyajikan
pelbagai informasi dasar yang dibutuhkan oleh BMI dalam
bentuk yang mudah dipahami oleh khalayak secara lebih
luas. Dampaknya,BMI memiliki pengetahuan tepat guna
untuk melindungi diri dari pelbagai kemungkinan
pelanggaran atas hak-hak mereka.
Data yang
dilansir
Lembaga Kajian
Pengembangan
Sumberdaya Manusia
Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM-NU) Cilacap, menunjukkan
banyak BMI tidak mengetahui alamat Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di negara tempat bekerja. Hal
ini menunjukkan pemerintah tidak siap untuk melindungi
BMI. Jika pemerintah beriktikad baik, selayaknya
informasi-informasi mendasar tersebut diupayakan untuk
menjadi pengetahuan wajib bagi BMI. Berbeda dengan
kenyataan, selain tidak bisa menyediakan pusat layanan
informasi yang mudah diakses, pemerintah juga tidak
dapat mengawasi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta(PPTKIS) secara maksimal.
Kesenjangan Informasi Lahirkan Diskriminasi
Kesenjangan informasi pada BMI menjadi sebab situasi
buruk yang menimpa BMI. BMI yang tidak mengetahui
prosedur hukum, standar hak-hak dan kebudayaan
negara tempat bekerja menjadi kelompok yang tidak
berdaya dan lemah dalam situasi tertentu. Kesenjangan
informasi tersebut patut dicurigai sebagai salah satu
sebab kewenang-wenangan PPTKIS untuk memberikan
layanan kepada BMI dan diskriminasi yang lain.
Kemalasan pemerintah melanggengkan kemiskinan
informasi pada BMI. Penerapan Undang-Undang No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik juga
Pemerintah dengan terbuka harus membangunsebuah sistem informasi dan pusat bantuan
(helpdesk) yang menyediakan beragam informasi yang dibutuhkan oleh BMI
06 | Kajian
tidak kunjung mendorong pemerintah menyediakan
layanan informasi. Buruknya lagi, pemerintah tidak bisa
secara ketat mengawasi pengelolaan informasi BMI yang
dikelola oleh PPTKIS.
Kemiskinan informasi menempatkan BMI sebagai
kelompok miskin secara sosial dan politik. BMI tidak
memiliki kesempatan untuk berpendapat, juga tidak
pernah mengetahui adanya kebijakan pemerintah yang
menyangkut hak dan nasib mereka. Ketidaktahuan
membuat BMI tidak bisa ikut terlibat dalam pembuatan
kebijakan atas nasib mereka. Sesuatu yang terus
berkembang hanyalah dominasi atas BMI.
Persoalan tersebut hanya bisa diatasi dengan sebuah
pendekatan lengkap. Pemerintah dengan terbuka harus
membangun sebuah sistem informasi dan pusat bantuan
(helpdesk) berisi pelbagai informasi penting BMI.
Penerapan kewajiban PPTKIS untuk menyediakan
informasi juga harus diawasi.
Sebaliknya, BMI dan keluarga juga
perlu mengenal pengetahuan-
pengetahuan yang dibutuhkan,
baik aspek ekonomi, hukum,
kesehatan, sosial, dan budaya.
Mereka juga perlu membekali diri
dengan kemampuan untuk mengakses
pelbagai informasi tersebut secara cerdas dan kritis.
Perlunya Infomobilisasi Buruh Migran
Kesadaran tentang pentingnya informasi perlu
diperkenalkan kepada BMI dan keluarga terkait. BMI
perlu memahami persoalan pokoknya, yakni bahwa
kesenjangan informasi berkemungkinan memberikan
persoalan bagi BMI dan keluarga. Keberaksaraan (literasi)
informasi memungkinkan BMI secara kritis meminta
informasi kepada pihak terkait, mengelola dan
melakukan pertukaran antar sesama BMI atau keluarga.
Keberaksaraan informasi tersebut harus diperkenalkan
dalam sebuah perencanaan yang tersusun (sistematis)
berdasarkan kebutuhan BMI dan keluarga. Prinsip
tersebut adalah intisari dari proses infomobilisasi buruh
migran. Melalui infomobilisasi, BMI tidak hanya diarahkan
untuk mengenali informasi yang diperlukan, tetapi juga
untuk menciptakan informasi guna mendukung proses
interaksi dan pertukaran pengetahuan antar BMI.
Infomobilisasi mempersiapkan BMI untuk dapat
mempergunakan peralatan teknologi informasi dan
komunikasi secara efektif. Hal tersebut mendukung
penguatan kapasitas dan pengetahuan BMI. Melalui
07 | Kajian
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
pendekatan yang partisipatif, BMI tidak menjadi kelompok
pasif sebagai penerima informasi. BMI diharapkan mampu
untuk mengkritisi dan mengelola informasi.
BMI perlu mengelola informasidan pengetahuan secara
mandiri.BMI lebih mengetahui persoalan-persoalan yang
mereka hadapi. Melalui pendekatan ini, BMI memiliki
kesempatan untuk bersuara dan menyampaikan aspirasi.
Namun, sekali lagi, pemerintah tetap tidak bisa lepas dari
tanggung jawab untuk menyediakan informasi-informasi
penting seputar BMI.
Belajar dari pengalaman Pusat sumberdaya Buruh Migran
Indonesia (PSD-BM), proses infomobilisasi buruh migran
sangat membantu proses pendidikan BMI dan keluarga.
Selain itu, proses ini memungkinkan BMI secara aktif
mengarusutamakan pelbagai persoalan yang
dihadapi.Proses saling belajar antar sesama BMI menjadi
salah satu titik tekan pada proses ini.
Melalui portal www.buruhmigran.or.id BMI dalam jaringan
PSD-BM dapat berinteraksi satu sama lain dalam
pertukaran informasi. Portal ini memberikan akses
sebesar-besarnya bagi BMI untuk menemukan informasi
sekaligus selaku pembuat informasi. Portal ini juga
menyediakan pelbagai panduan ringkas (tutorial) BMI,
layanan pengaduan online dan melalui pesan singkat (SMS)
yang memudahkan BMI melakukan pelaporan dalam
pelbagai situasi. Portal ini juga ramah bagi
pengguna.Ketersediaan panduan membuat BMI dengan
kemampuan TIK terbatas dapat menggunakan potal ini ini.
Lebih mudahnya lagi, portal ini dirancang untuk dapat
diakses melalui telepon selular. BMI yang terbiasa
mempergunakan telepon genggam atau dengan lebar pita
data (bandwith) kecil tetap dapat mengakses portal
tersebut.
Sebagai catatan akhir, pengelolaan informasi memang
tidak dapat menyelesaikan keseluruhan persoalan BMI.
Tetapi, pendekatan memiliki kemungkinan menjadi sebuah
pelengekap dalam upaya untuk memperbaiki pelayanan
dan perlindungan BMI.
Aman Mengirim Uang dari Luar Negeri
TKI yang hendak mengirimkan uang ke tanah air harus berhati-hati untuk memilih perusahaan jasa pengiriman uang. Pasalnya tidak semua penyelenggara jasa kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU) tidak memiliki izin resmi dari pemerintah. Bank Indonesia (BI) pihak yang berwenang dalam hal ini, menemukan sekitar 60 penyelenggara KUPU non-bank tidak mengantongi izin resmi.
http://buruhmigran.or.id/panduan/tahun/2010/bulan/08/tanggal/30/1138/aman-mengirim-uang-dari-luar-negeri.html
Buruh Migran Harus Berani Ungkapkan Fakta Kunci
Peristiwa kekerasan dan ketidakadilan acapkali menimpa buruh migran. Namun, mereka kuran mampu memberikan bukti-bukti kunci yang mendukung proses penuntutan. Apabila mereka mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan selalu kalah di proses pengadilan.
http://buruhmigran.or.id/berita/tahun/2010/bulan/09/tanggal/05/1197/buruh-migran-harus-berani-ungkapkan-fakta-kunci.html
Pewartaan Buruh Migran Sebagai Gerakan Sosial
Mengapa buruh migran perlu bersentuhan dengan dunia pewartaan? Permasalahan buruh migran sangat rumit sehingga mereka perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan pewartaan untuk mengurai lingkaran setan yang membelenggu mereka.
http://buruhmigran.or.id/kajian/tahun/2010/bulan/09/tanggal/05/1204/pewartaan-buruh-migran-sebagai-gerakan-sosial.html
REKAM KAJIAN
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
Masalah keuangan sering kali menjadi persoalan
utama di dalam sebuah keluarga. Sumber
persoalannya bukan pada besaran penghasilan,
melainkan pada kebiasaan yang salah dalam
mengelola keuangan. Kita tidak jarang
mendapati sahabat atau orang terdekat kita yang
mengeluhkan kekurangan uang, padahal gajinya lima
kali lipat lebih besar dibanding gaji kita.
Pun demikian, para Tenaga Kerja Indonesia (TKI; buruh
migran) dan para keluarga TKI juga mengalami hal yang
sama. Mereka sering kali “kebobolan” dalam
pengelolaan keuangan. Banyak cerita yang terjadi,
misalnya ada seorang TKI yang telah bekerja bertahun-
tahun di luar negeri dengan gaji yang sangat besar. Akan
tetapi, setelah berhenti menjadi TKI dan kembali ke
kampung halamannya, dia tidak mempunyai tabungan
dana sama sekali. Hasil kerja di luar negeri bertahun-
tahun pun habis tanpa bekas.
Untuk dapat mengelola keuangan dengan baik,
dibutuhkan perencanaan khusus. Oleh karena itu, ada
delapan langkah yang harus dilakukan agar kita dapat
bijak dalam mengelola keuangan keluarga:
Pertama, datalah semua bentuk pemasukan dan
pengeluaran keuangan Anda. Misalnya, dalam sebulan
Anda mendapatkan pemasukan dari mana saja: gaji
bulanan dan keuntungan bisnis. Pengeluaran: tagihan
listrik, telephone, biaya sekolah anak, belanja harian
dan bulanan, serta untuk membayar angsuran kredit.
Kedua, susun rencana keuangan atau anggaran
(misalnya) bulanan. Buatlah daftar rencana keuangan
yang realistis. Perencanaan keuangan yang realistis
akan membantu Anda bersikap objektif dan menghindari
pengeluaran yang berlebihan serta tidak terukur.
Ketiga, bedakan antara pengertian “butuh” dan “ingin”.
Sering kali kita membelanjakan uang untuk hal yang
tidak terlalu penting, atau hanya karena didorong
keinginan, bukan atas kebutuhan riil. Biasakan diri Anda
menulis daftar item yang harus dibeli sebelum pergi
berbelanja. Pisahkan antara daftar belanja berdasarkan
“kebutuhan” dan “keinginan”. Di sini, sekali lagi, Anda
harus mengecek ulang daftar belanja yang harus dibeli dan
tidak.
Keempat, hindari kebiasaan berhutang. Godaan berbelanja
memang sangat besar, namun bukan berarti mengesahkan
Anda untuk berkredit. Tumbuhkan kebiasaan mengelola
keuangan yang sehat, hal itu dimulai dari yang sederhana,
seperti tidak memiliki hutang konsumtif.
Kelima, kurangi belanja konsumtif. Membahagiakan diri
sendiri kadang juga perlu, tetapi bukan berarti harus
dilakukan setiap waktu.
Keenam, tetapkan rencana keuangan jangka panjang.
Susunlah target keuangan yang ingin Anda raih bersama
keluarga. Tetapkan tujuan khusus, realistis, terukur, dan
dalam jangka waktu tertentu. Tujuan ini akan membantu
Anda merancang keuangan. Misalnya, dalam waktu satu
tahun ke depan Anda harus menyiapkan dana sejumlah
tertentu untuk keperluan biaya sekolah anak; atau dalam
waktu 3 tahun harus mempunyai dana sejumlah tertentu
untuk membeli rumah.
Ketujuh, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera
setelah menerima gaji (mendapatkan pemasukan uang),
sisihkan untuk tabungan dengan jumlah yang telah Anda
rencanakan sesuai tujuan keuangan keluarga Anda.
Kedelapan, berinvestasilah. Tentu kita tidak dapat hanya
mengandalkan gaji bulanan, padahal kebutuhan keluarga
semakin besar. Untuk itu, Anda perlu memikirkan
menginvestasikan dana Anda yang terparkir di bank (atau di
rumah). Yang harus menjadi catatan, pahamilah semua
seluk-beluk bidang usaha yang akan Anda jadikan tempat
investasi.
08 | Kajian
KeuanganBijak Mengelola
Muhammad Ali Usman
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
DI TENGAH meningkatnya angka pengangguran dan
lesunya perekonomian global, muncul banyak
kekhawatiran pada ketahanan perekonomian
masyarakat. Belum lagi ditambah oleh lemahnya
tanggung jawab dan minimnya keberpihakan
pemerintah pada ranah ekonomi kerakyatan.
Meskipun begitu, bukan berarti masyarakat harus
pasrah serta menerima apa pun yang terjadi tanpa
bertindak sama sekali.
Saat ini, masyarakat sudah banyak yang kreatif dan
mandiri. Mereka tidak lagi banyak menggantungkan
nasibnya pada program-program pemerintah. Salah
satunya adalah Lily Purwani. Salah seorang mantan
buruh migran. Sejak 11 Juni 2008, ia bersama para
buruh migran lain di Kab. Banyumas menginisiasi
pendirian Paguyuban Peduli Buruh Migran dan
Perempuan yang diberi nama Seruni. Lembaga ini
mempunyai banyak program. Selain program
pendampingan (konseling) terhadap buruh migran
perempuan, calon, mantan, dan keluarga buruh
migran, Seruni juga mempunyai program
pemberdayaan ekonomi buruh migran. Inisiasi
ekonomi dari bawah ini sangat penting, mengingat
angka pengangguran saat ini sekitar 23 juta,
sedangkan jumlah penduduk miskin sebesar 32 juta
dari total jumlah 238 juta orang penduduk Indonesia.
Melihat banyaknya jumlah angka pengangguran dan
kemiskinan di daerahnya, pada bulan April 2010,
Seruni berinisiatif mengumpulkan 25 mantan buruh
migran se-Kabupaten Banyumas dan sekitarnya di Desa
Datar, Kec. Sumbang, Kab. Banyumas. Para mantan
buruh migran yang mayoritas belum mempunyai
pekerjaan lagi ini akhirnya diberi pelatihan membuat
seni kerajinan tangan (handy craft). Untuk
memberikan kemampuan keterampilan secara maksimal,
Seruni sengaja mendatangkan secara khusus seorang
perajin asal Yogyakarta yang telah mempunyai banyak
pengalaman di dunia seni kerajinan.
Pelatihan keterampilan ini merupakan bagian dari program
pemberdayakan ekonomi para mantan buruh migran.
Sebagaimana dinyatakan oleh Sekretaris Seruni, Narsidah
(32), “kegiatan ekonomi ini akan mendorong para buruh
migran untuk lebih produktif. Sebenarnya, pilihan mereka
untuk bekerja di luar negeri lebih dikarenakan oleh
langkanya lapangan pekerjaan di daerah asal. Saya yakin,
jika ada usaha yang produktif dan menghasilkan, mereka
dapat mengurungkan niatnya.”
Setelah empat bulan berjalan, program pemberdayaan
ekonomi ini pun sudah dapat dilihat hasilnya. Berbagai
macam produk kerajinan telah dihasilkan oleh tangan-
tangan kreatif para mantan buruh migran tersebut.
Mereka sudah sangat mahir membuat berbagai barang
kerajinan, di antaranya gantungan kunci berbagai macam
bentuk, dompet, kuncir rambut, kotak tissue, dan frame.
Semua produk ini berasal bahan daur ulang hasil limbah
rumah tangga, antara lain: kain perca, kertas bekas, daun-
daunan, pelepah pisang, dan serbuk kayu.
Dalam meningkatkan kualitas produk, baik bahan maupun
model (desain), mereka biasa melakukan survei pasar untuk
09 | Inspirasi
Pemberdayaan
Ekonomi Buruh Migran
Muhammad Ali Usman
Sum
ber
: ed
uka
si.k
om
pas
ian
a.co
m
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
melihat produk yang sedang tren di pasaran. Selain itu,
mereka juga sering melakukan kreasi sendiri, atau
melihat produk-produk kerajinan di internet. Mereka
sudah sangat akrab dengan teknologi komputer dan
internet karena pihak Seruni telah menyediakannya
secara gratis melalui Program Teknologi Komunitas
(PTK) Mahnetik.
Produk-produk Seruni ini sudah merambah hingga ke
luar propinsi, salah satunya Yogyakarta. Dalam waktu
yang tidak lama, produk-produk ini akan dipasarkan ke
seluruh Indonesia, khususnya Bali. Di sini, setiap
anggota mempunyai hak untuk menjadi marketing.
“Sekarang kita mulai mengembangkan sisi
pemberdayaan ekonomi.
Dengan aktivitas ini, kita berharap para anggota dapat
memperoleh pemasukan dana untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga,” kata Lily Purwani Ketua Seruni.
Bahkan Lily pun mempersilakan kepada siapa saja yang ingin
bekerja sama dalam hal pemasaran untuk langsung datang
ke toko atau workshop art-nya di Desa Datar, Kecamatan
Sumbang, Kab. Banyumas.
Program pemberdayaan ekonomi buruh migran ini
merupakan bagian dari pengembangan industri kreatif yang
dikembangkan oleh masyarakat lokal. Sebenarnya, Indonesia
sangat kaya sumber daya ekonomi yang berbasiskan
kreativitas anak bangsa. Dengan kecerdasan dan kekayaan
intelektual, potensi ekonomi kita sangatlah besar. Apa yang
dikembangkan oleh Seruni merupakan kreativitas berbasis
seni (artistic based).
Andai pemerintah mau serius melirik potensi ini, akan ada
jutaan orang yang dapat diberdayakan. Menurut data
departemen perdagangan, ada sekitar 1,5 juta usaha kecil
dan menengah kreatif di Indonesia yang menyerap 4,5 juta
tenaga kerja. Fakta ini menunjukkan betapa besarnya
potensi industri kreatif jika dikelola dengan baik melalui
kebijakan yang tepat.
10 | Inspirasi
Kerajinan Kain Flanel Karya Pegiat Seruni
Muhammad Ali UsmanPegiat Yayasan Infest Yogyakarta
Bayangkan, manisnya sale pisang dipadu dengan renyahnya kripik pisang yang tipis. Sungguh cemilan mengundang selera. Ini bukan impian belaka. Dengan memadukan teknik pembuatan kedua produk tersebut, kini hadir makanan khas yang begitu lezat dan nikmat dengan label Sale Kripik Madu.
Layaknya namanya, kripik sale madu memiliki rasa yang begitu manis khas pisang masak digoreng. Renyahnya makanan bersal dari teknik irisan yang serupa dengan teknik pembuatan seriping pisang.
“Sebenarnya, Kripik Sale Madu memiliki ide dasar memadukan renyahnya seriping pisang dan manisnya sale,” kata Mahbub (33), perajin kripik sale madu.
Menurut bapak dua anak ini, sale jenis ini masih sedikit pengrajinnya. Alhasil pasar pun masih terbuka luas. Dia mengaku mengalami kenaikan omset berlipat-lipat. Dalam sehari dia mengaku bisa memproduksi hingga 150 kilogram. “Harga grosir perkilogram saya jual dengan harga Rp 13 ribu. Yang sudah dikemas 250 gram saya jual dengan harga Rp 3500,” jelasnya. Itu berarti dalam sehari omsetnya sekitar Rp 200 ribu.
Ini sungguh berbeda dengan omset saat dia masih memproduksi sale biasa. Dalam sehari paling banter omsetnya hanya Rp 50 ribu. (Akhmad Fadli)
Sale Kripik Madu Khas Cilacap
PROFIL USAHA
TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
Pengetahuan Praktis Bagi Buruh Migran
Faktor ekonomi menjadi alasan utama untuk bekerja ke luar negeri atau menjadi buruh migran. Kemiskinan yang ada didaerah asalnya menjadi faktor pendorong bagi banyak perempuan dan laki-laki, alasan utama bekerja ke luar negeri adalah kurangnya peluang untuk mendapatkan penghasilan ditanah air, sementara itu di luar negeri ada peluang untuk mendapat penghasilan yang lebih besar dari pada didalam negeri.
Karena masih adanya ketidaksetaraan jender (perlakuan yang tidak adil antara perempuan dan laki-laki) baik sejak jaman dulu maupun sekarang, untuk masalah pekerjaan perempuan mempunyai sedikit kesempatan kerja jika di bandingkan dengan laki-laki. Bagi perempuan yang sudah menikah, bekerja keluar negeri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, terlebih lagi bila ia adalah tulang punggung keluarga. Bagi perempuan yang belum menikah, alasan bekerja keluar negeri adalah untuk menyenangkan orang tua, atau membantu saudaranya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dengan bertambahnya jumlah buruh migran setiap
tahunnya maka informasi mengenai cara bermigrasi
yang aman (save migration) merupakan faktor yang
sangat penting bagi calon buruh migran dan anggota
keluarganya karena dapat mendukung kesuksesan saat
bekerja di luar negeri serta buruh migran dapat
mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi.
Berikut adalah tahapan yang hendaknya dilakukan
oleh calon buruh migran ketika akan bekerja di luar
negeri:
Yang perlu dilakukan:1. Menentukan alasan Bekerja ke Luar Negeri2. Membandingkan Bekerja / Berusaha di Dalam
Negeri dan di Luar Negeri 3. Mencari informasi Proses Migrasi dan Bahaya–
bahayanya4. Menimbang keuntungan dan Kerugiannya5. Menanyakan Informasi tentang bekerja di luar
negeri pada teman yang sudah berpengalaman bekerja keluar negeri, saudara atau Dinsosnakertrans setempat
6. Waspadai Sponsor/Calo PPTKIS yang Nakal sekalipun itu adalah saudara Anda.
TAHAP PRAPENEMPATAN
Yang perlu dilakukan:1. Usahakanlah memakai jasa sponsor/petugas lapangan
(yang sudah dikenal (warga setempat dan jelas alamatnya) yang memiliki surat tugas dan izin perekrutan dari Dinsosnakertrans setempat.
2. Carilah informasi tentang latar belakang sponsor/calo3. Sebaiknya tidak memilih sponsor/calo dari teman atau
saudara, karena kedekatan hubungan ini membuat buruh migran segan untuk bertanya panjang lebar dan menuntut pertanggungjawaban jika terjadi hal yang tidak diinginkan
4. Pastika sponsor/calo tidak melakukan pelecehan seksual (misal : mencolek, meraba atau menggerayangi bagian tubuh manapun)
5. Pastikan calon buruh migran tidak dilemparkan ke sponsor/calo lain.
6. Anda dapat mendatangi kantor Dinsosnakertrans setempat untuk meminta rekomendasi PPTKIS yang
bertanggung jawab 7. Lakukan tes kesehatan/medical check up terlebih
dahulu sebelum Anda ditampung oleh PPTKIS
TAHAP KELENGKAPAN DOKUMEN
Yang perlu dilakukan:1. Pastikan kelengkapan dokumen Anda
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP)b. Akta Kelahiran Surat Keterangan Kenal Lahirc. Surat Keterangan Sehatd. Surat Perjanjian Penempatan TKIe. Ijasah Pedidikan Terakhirf. Izin Orang Tua / Suami / Istrig. Surat Rekomendasi dari Dinas Tenaga Kerja Banyumash. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)i. Sertifikat Lulus Uji Kompetensi (LUK)j. Surat Perjanjian Kerja (Kontrak Kerja)k. Paspor dan Visa Kerja
2. Setiap buruh migran (TKI) wajib diikut sertakan dalam Program Perlindungan buruh migran Indonesia melalui Asuransi. Asuransi meliputi masa pra penempatan, selama bekerja dan purnapenempatan.
3. Copy semua dokumen dan berikan pada keluarga dirumah dan simpan ditempat yang aman
4. Pastikan tidak ada pemalsuan data pada dokumen Anda.
5. Baca dan Pahami isi Kontrak Kerja
11 | Panduan
Paguyuban Peduli Buruh Migran “Seruni”
Warta Buruh Migran | Edisi ke 1 | September 2010
TAHAP PENAMPUNGAN, PENDIDIKAN, PELATIHAN
Yang perlu dilakukan:1. Pastikan PPTKIS yang menampung calon buruh migran
mempunyai job order 2. Saat di penampungan calon buruh migran wajib
mendapatkan pelatihan sesuai standarisasi yang ada meliputi: pelatihan bahasa negara tujuan, ketrampilan (cara bekerja), pengetahuan adat istiadat dan budaya negera tujuan, peraturan ketenaga kerjaan di Indonesia dan di negara tujuan, serta informasi tentang hak-hak buruh migran.
3. Pada saat ditampung calon buruh migran tidak boleh dipekerjakan di luar PT (di PKL-kan)
4. Bila anda seorang pelayan, pekerja rumah tangga atau buruh pabrik, mintalah surat kontrak kerja, teliti dan pahami isinya, apakah sudah mengandung hak-hak seperti besarnya gaji atau tunjangan lain seperti hari libur, persyaratan dan kewajiban sesuai peraturan di negara setempat, jenis pekerjaan serta alamat jelas dari majikan yang mempekerjakan anda.
5. Saat anda menandatangani perjanjian/kontrak kerja harus di baca dengan teliti dan pahami isinya, tanyakan pada petugas jika ada hal yang tidak dipahami.
6. Mintalah salinan dari setiap surat yang anda tandatangani
7.Jangan biarkan PPTKIS/sponsor/calo/orang lain memalsukan identitas anda
8. Jangan pernah mau untuk menandatangani kertas kosong atau tulisan yang isinya anda tidak mengerti
TAHAP PEMBERANGKATAN
Yang perlu dilakukan:1. Pastikan anda sudah diikutkan asuransi2. Pemberangkatan ke Negara tujuan menggunakan
pesawat 3. Cek Visa anda, visa adalah selembar kertas atau
stempel khusus didalam paspor, yang merupakan tanda anda diijinkan masuk ke suatu negara dengan visa kerja. Jika PPTKIS menguruskan visa turis untuk anda, maka BERHATI – HATILAH, karena agen atau PPTKIS menggunakan jalur yang tidak sah secara hukum dan Anda masuk kategori buruh migran ilegal.
TAHAP KERJA
Yang perlu dilakukan:1. Beradaptasi dengan situasi dan kondisi bekerja di
negara tujuan2. Berkomunikasi dengan baik3. Melakukan negoisasi / lobby
TAHAP KEPULANGAN
TAHAP SETELAH TIBA DI KAMPUNG HALAMAN
Yang perlu dilakukan:1. Gunakan hasil kerja secara produktif2. Mulailah sebuah usaha untuk masa depan3. Kembangkanlah potensi diri Anda melalui
pengalaman yang telah didapat dari menjadi buruh migran
4. Bergabunglah dengan organisasi buruh migran untuk saling berbagi pengalaman
12 | Panduan
Yang perlu dilakukan:1. Pastikan Gaji anda sudah dibayar penuh oleh
majikan. Jika gaji anda belum dibayar uruslah terlebih dahulu sebelum pulang ke Indonesia, bila perlu mintalah bantuan pada kantor ketenaga kerjaan atau Depnaker setempat, Perwakilan Indonesia atau lembaga yang dapat membantu.
2. Kirimkanlah gaji anda sebelum pulang dan bawalah uang secukupnya untuk biaya transport sampai dirumah.
3. Jangan bawa barang berlebihan, jika barang terlalu banyak baiknya anda mengirimkan terlebih dulu.
4.Jika anda pulang dalam kondisi bermasalah (misalnya PHK, Sakit, gaji belum dibayar, mendapatkan kekerasan, dll) laporkanlah pada polisi atau POS pengaduan di bandara dan mintalah bantuan. Selanjutnya laporkan ke Dinsosnakertrans setempat untuk mendapat penyelesaian.
5. Laporkan kepada aparat setempat jika mengalami masalah kepulangan
“Apabila buruh migran memiliki pengetahuan dan keterampilan pewartaan, mereka bisa
membuat laporan dan mengumpulkan bukti (fact) pendukung. Mereka bisa terlibat
mengoreksi kebijakan dan menunjukkan adanya kesalahan atau ketidakberesan.”
Yossy Suparyo, Koordinator Pusat Sumber Daya Buruh Migran
Belajar, Berbagi, Melindungi!