Waria Dalam Sains Dan Islam

32
WARIA DALAM SAINS DAN ISLAM Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Keterpaduan Iptek dan Islam Dosen Pengampu: Lulu Choirunnisa, S.Si, M.Pd dan Luthfiyah, M.SI Oleh: Aris Septian Rahmat Isnani (1135110 03 ) Imroatun ni’mah ( 113 5 11046 ) Nailatul Yusro (1135110 53 ) Siti Munafiah (1235110 61 ) Eli Kusuma (1235110 7 0) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

description

Makalah Keterpaduan iptek dengan islam

Transcript of Waria Dalam Sains Dan Islam

WARIA DALAM SAINS DAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Keterpaduan Iptek dan Islam

Dosen Pengampu: Lulu Choirunnisa, S.Si, M.Pd dan Luthfiyah, M.SI

Oleh:

Aris Septian Rahmat Isnani (113511003)

Imroatun nimah(113511046)

Nailatul Yusro(113511053)

Siti Munafiah(123511061)

Eli Kusuma(123511070)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2014

I. PENDAHULUAN

Pada dasarnya, Allah menciptakan manusia untuk mengakui adanya takdir Yang Maha Kuasa. Namun, seiring berkembangnya zaman banyak terjadi pengingkaran terhadap takdir tersebut. Bentuk pengingkaran tersebut misalnya yang telah digambarkan didalam Al-Quran adalah yang dilakukan oleh kaumnya Nabi Luth yaitu menyukai sesama jenis. Akibat dari pengingkaran tersebut mereka di timpa musibah yang sangat dahsyat. (dejelaskan Ana musibah apa itu)

Fenomena adanya kaum waria merupakan suatu paparan yang nyata dan tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk beluk kehidupan kaum waria. Kebanyakan orang hanya melihat kulit luar semata. Lebih disayangkan lagi, ketidaktahuan kebanyakan orang atas fenomena tersebut sehingga membuat kebanyakan orang bukannya mencoba belajar tentang apa, bagaimana, siapa, dan mengapa melainkan justru melakukan penghakiman yang sering kali mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya pemaparan untuk mengetahui kehidupan kaum waria yang sebenarnya dann bagaimana pandangan Islam dan Sains terhadap kaum waria.

II. TUJUAN

A. Menelaah Waria secara umum

B. Mengidentifikasi Waria dalam Sains

C. Mengidentifikasi Waria dalam Islam

D. Menguak legalitas Waria dalam hukum dan MUI

III. PEMBAHASAN

A. TELAAH WARIA

1. Definisi & Sejarah Waria

Waria merupakan laki-laki yang menunjukkan karakteristik/ sifat, penampilan yang menyerupai wanita. Waria biasa disebut wanita pria atau dalam kehidupan sehari-hari disebut bencong. Menurut Bastaman dkk: transeksual[footnoteRef:1] adalah keinginan untuk hidup dan diterima sebagai anggota kelompok lawan jenis, biasanya disertai rasa tidak nyaman sesuai dengan jenis kelaminnya sendiri, dan menginginkan untuk membedah jenis kelamin serta menjalani terapi hormonal agar tubuhnya sepadan mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan. Kartono (1989:226) mengatakan bahwa transeksual yaitu gejala merasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya.[footnoteRef:2] Sedangkan menurut Koewinarno mengatakan bahwa seorang transeksual secara psikis merasa dirinya tidak cocok dengan alat kelamin fisiknya sehingga mereka memakai pakaian/atribut dari jenis kelamin lawannya. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa waria atau transeksual adalah seseorang yang merasa tidak nyaman, tidak tenang, dan tidak sesuai dengan kelaminnya sendiri sehingga ia menginginkan berganti kelamin sesuai kenyamanan yang ia rasakan. [1: seseorang yang percaya bahwa dia secara psikologis mirip dengan lawan jenis dan merasa terjebak dalam jenis kelamin biologisnya (berganti alat kelamin). (http://kamuskesehatan.com/arti/transeksual/ : Jumat, 04 April 2014 pkul 12:28)] [2: Psykology.mania.2012.Pengertia Waria. www.psychologymania.com. 4 April 2014 pukul 20:30.]

Dalam sejarah, waria belum pernah dicatat secara pasti kapan dan dimana kebudayaan waria mulai muncul. Namun, pada zaman Nabi Luth telah ada namanya penyimpangan seks yang disebut sodomi atau liwath. Dalam dakwah Nabi Luth di kota Sadum, beliau berseru kepada kaum Sadum agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan homosek dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam menciptakan manusia menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita.[footnoteRef:3] Selain itu, sejarah bangsa Yunani juga tercatat adanya kaum waria pada abad ke XVII yaitu munculnya beberapa waria kelas elite seperti Raja Henry III dari Prancis, Abbe de Chicy Duta Besar Prancis di Siam, serta Gubernur New York tahun 1702, Lord Cornbury. Pada tahun 1969, mulai muncul organisasi waria yang bernama Himpunan Madan Djakarta (HIWAD). Organisasi tersebut merupakan organisasi waria pertama di Indonesia di Jakarta yang difasilitasi oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta Raya. Dari tahun ke tahun organisasi tersebut semakin banyak di Indonesia. Diantara organisasi tersebut Forum Komunikasi Waria (FKW) dan Yayasan Srikandi Sejati (YSS) di Jakarta, Ikatan Waria Kota Malang (IWAMA) di Malang, dan di Semarang sendiri ada Yayasan Tiara Bangsa, Persatuan Hidup Baru Dalam Kasih (PHBK), serta Persatuan Waria Kota Semarang (PERWARIS).[footnoteRef:4] [3: Gunawan.2013. Cerita Nabi Luth as dan Kisah Kaumnya yang Sesat kena Azab. Ceritaislami.net 4 April 2014, pukul 21:52] [4: thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-1-00009-PL%20BAB%202.pdf, 4 April 2014, pukul 22:03]

Jadi, waria bukan prduk (produk) modernisasi. Budaya waria telah ada sejak zaman dahulu dan berkembang sesuai zamannnya.

2. Jenis dan ciri-ciri waria

Kemala Atmojo menyebutkan jenis-jenis waria :

a. Transeksual yang aseksual yaitu seorang transeksual yang tidak berhasrat atau tidak mempunyai gairah seksual yang kuat.

b. Transeksual homoseksual, yaitu seorang transeksual yang memiliki kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama sebelum ia sampai ke tahap transeksual murni.

c. Transeksual heteroseksual, yaitu seorang transeksual yang pernah menjalani kehidupan heteroseksual sebelumnya.[footnoteRef:5] [5: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), Hlm. 48-49.]

Sedangkan ciri-ciri waria, menurut Maslim (2003:111), ciri-ciri transeksual adalah (ini ikut siapa?)

a. Identitas transeksual harus sudah menetap selama minimal dua tahun, dan tidak mengalami gangguan jiwa.

b. Mempunyai hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, hal tersebut dikarenakan ia merasa tidak nyaman dengan anatomi seksualnya sendiri.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.[footnoteRef:6] [6: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), Hlm. 51.]

(kiat siapa?) Menurut Naele Davidson & Kring transeksual memiliki karakteristik :

a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis

b. Pada anak-anak seringkali memaksakan diri untuk menjadi lawan jenis, lebih suka memakai pakaian lawan jenis, suka berperan sebagai lawan jenis dalam bermain, suka melakukan permainan lawan jenis, dan suka bermain dengan teman lawan jenisnya.

c. Pada orang dewasa memiliki keinginan untuk menjadi lawan jenis, berpindah ke kelompok lawan jenis, ingin diperlakukan sebagai lawan jenis, dan meyakini bahwa emosinya adalah tipikal dari lawan jenis.

d. Rasa tidak nyaman secara terus menerus dengan jenis kelaminnya sendiri.

e. Menyebabkan stress dalam fungsi sosial dan pekerjaan.[footnoteRef:7] [7: thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-1-00009-PL%20BAB%202.pdf, 4 April 2014, pukul 22:03]

B. WARIA DALAM SAINS

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu cabang ilmu yang mengkaji berbagai masalah dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah mengakaji tentang terjadinya transeksual. Dalam hal ini, banyak sekali faktor-faktor yang mendorong terjadinya transeksual dalam kajian ilmu pengetahuan. Faktor biologis, faktor sosiologis, dan faktor psikologis.

1. Faktor Biologis (fora diratakke?)

Manusia secara kodrat dilahirkan sebagai laki-laki dan perempuan. Manusia sempurna memiliki kromosom 22 AA + XY untuk laki-laki,dan perempuan 22AA + XX. Namun, dalam mutasinya banyak sekali terjadi perubahan-perubahan genetis yang menyebabkan penyimpangan atau kelainan kromosom sehingga seseorang yang terlahirlaki-laki berciri-ciri fisik seperti wanita, atau bertindak seperti wanita. Berikut adalah macam-macam kelainan kromosom seks yang terjadi pada manusia.

a. Sindrom Truner

Sindrom truner adalah kelainan yang terjadi pada gonosom, dimana ia kehilangan salah satu kromosom seks sehingga hanya mempunyai satu kromosom X. Sindrom truner memiliki kariotipe 22AA=XO dengan jumlah kromosomnya 45 dan biasanya terjadi pada wanita. Ciri-ciri Sindrom truner adalah bertubuh pendek, kehilangan lipatan kulit disekitar leher, wajah menyerupai anak kecil, dada berykuran kecil, dll.[footnoteRef:8] [8: Anna C.Pai. Foundation of Genetics di terjemahkan oleh Muchidin Apandi, Dasar-Dasar Genetika, (Jakarta: Erlangga, 1985), Hlm. 248-249.]

b. Sindrom Klinefelter

Sindrom klinefelter adalah jika sperma nondisjungsi membuahi suatu telur yang mengandung X normal dan jika XX yang timbul dari non disjungsi pada oogenesis dibuahi oleh sperma yang mengandung Y normal maka akan menghasilkan XXY yang mengakibatkan ia kelebihan kromosom. Tipe katiotipenya adalah 22AA+XXY. Sindrom klinefelter memiliki cri-ciri testis mengecil, payudara membesar, dan tinggi tubuh berlebihan.[footnoteRef:9] [9: Anna C.Pai. Foundation of Genetics di terjemahkan oleh Muchidin Apandi, Dasar-Dasar Genetika, (Jakarta: Erlangga, 1985), Hlm. 250-251.]

c. Sindrom Trisomi

Sindrom trisomi adalah wanita yang fenotipenya normal atau mendekati normal meskipun frekuensi keterbelakangan mental menjadi lebih tinngi daripada wanita normal. Kariotipe dari sindrom ini adalah 22AA+XXX dengan jumlah kromosomnya 47 terdiri dari 44 autosom dan 3 kromosom kelamin wanita. Sindrom trisomi biasanya dijuluki WANITA SUPER .

Demikian juga pada laki-laki yang dijuluki LAKI-LAKI SUPER. Ia biasa disebut sindrom Y ganda. Individu ini berfenotipe normal dan memiliki 47 kromosom yang berkariotipe 22AA+XYY. Pria seperti ini memiliki kepribadian yang berat dengan risiko melakukan kejahatan dengan kekerasan. Ia juga lebih agresif, kasar, memperlihatkan watak kriminal, dan bertubuh tinggi.[footnoteRef:10] [10: Agus Hery Susanto, Genetika, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2011), Hlm. 114.]

d. Transeksual dan Hermafrodit

Transeksual adalah orang yang menjalani pembedahan bagi perubahan fenotipe seksual dimana orang ini mempunyai problem psikologi yang parah mengenai jenis kelamin yang tidak dikehendakinya. Sedangkan HERMAFRODIT adalah individu yang mempunyai ovarium dan testis. Kelainan tersebut timbul karena adanya primordia bagi kedua perangkat organ-organ reproduksi pada minggu-minggu pertama kehidupan embrio. Secara normal, satu dari kedua perangkat itu tidak berkembang, bergantung pada genotipe kromosom seks individu tersebut. Hermafrodit atau kelamin ganda biasanya dapat diketahui setelah bayi dilahirkan. Pada penderita kelamin ganda, alat kelamin tidak tumbuh sempurna atau bayi tersebut mempunyai dua buah alat kelamin, yaitu alat kelamin laki laki dan perempuan. Pada penderita kelamin ganda, alat kelamin yang ada di luar tubuh mungkin tidak sama dengan jenis alat kelamin yang ada di dalam tubuh. Misalnya, meskipun diluar seperti alat kelamin perempuan, namun tubuh bagian dalam tidak punya rahim atau indung telur.[footnoteRef:11] [11: Anna C.Pai. Foundation of Genetics di terjemahkan oleh Muchidin Apandi, Dasar-Dasar Genetika , (Jakarta: Erlangga, 1985), Hlm 254-255.]

Gejala dari kelamin ganda (ambigous genitalia), pada bayi yang secara genetika seorang perempuan (kedua chromosome XX), maka terlihat clitoris yang membesar yang sering dikira sebagai penis, bibir bawah yang tertutup atau seperti lipatan hingga dikira sebagai scrotum, benjolan dibawah kelamin yang dikira sebagai testis. Pada bayi yang secara genetis adalah laki laki, maka gejalanya adalah: saluran kencing tidak sampai ke depan penis (berhenti dan keluar ditengah atau dipangkal penis), penis sangat kecil dengan lubang saluran kencing dekat dari scrotum, testis tidak ada atau hanya ada satu buah.

Ambiguous genitalia perlu ditangani oleh dokter spesialis dalam suatu tim, antara lain terdiri dari ahli penyakit anak, ahli urologi, ahli genetika, ahli bedah dan psikolog. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti: pemeriksaan darah untuk memeriksa tingkat hormon dan genetika (XX atau XY), pemeriksaan USG di pinggang untuk melihat organ dalam seperti adanya rahim atau vagina dan testis yang tidak turun.Berdasar pemeriksaan tersebut dokter akan bisa menentukan jenis kelamin sang anak dengan melihat potensi kedepannya.[footnoteRef:12] [12: Gunawan. Setiadi. 2012. Ambiguous Genitalia (Kelamin ganda). www.klinik-umiyah.com. 4 April 2014 23:05.]

Kelainan-kelainan tersebut merupakan salah satu penyebab seseoarang berperilaku tidak sesuai dengan jenis kelamin genetisnya. Bagi seorang Waria, secara intensif belum banyak ditemukan diantara mereka yang mau melakukan diagnosa kromosom, sehingga sulit untuk mengetahui apakah para waria benar-benar mengalami kelainan kromosom atau tidak. Dikarenakan kebanyakan dari mereka senantiasa menggunakan penyuntikan hormon-hormon tertentu untuk memacu perkembangan bagian tubuhnya, seperti payudara. Ditambah lagi untuk melakukan tes kromosom haraganya mahal, sehingga tidak semua waria mampu melakukannya.[footnoteRef:13] Seperti halnya Mbak Iva[footnoteRef:14] yang sejak kecilnya suka bermain pasar-pasaran dan membantu ibunya nutu pari. Hal yang kebanyakan dilakukan oleh kaum perempuan, justru ia lakukan. Semenjak menjadi Waria, ia pun belum pernah melakukan tes kromosom karena pengetahuannya tentang sains sangat minim. Hal tersebut dikarenakan pendidikan Mbak Iva yang sangat rendah. Sekolah dasar saja ia tidak lulus, bahkan ia tergolong sebagai anak yang mbeling. Kenyamanannya menjadi waria membuat ia tidak ingin menjadi laki-laki sejati. Apalagi ia juga melakukan suntik silikon pada bagian-bagian tertentu tubuhnya karana rasa nyaman menjadi seperti wanita. [13: Koeswinarno, Hidup Sebagai Waria, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2004), Hlm. 20.] [14: Mbak Iva adalah salah satu seorang waria yang kami wawancarai di Banjar Kanal timur pada 5 April 2014 sekitar pukul 20.00 yang berasal dari Purwodadi.]

2. Faktor Psikologis

Dalam aspek psikologis, faktor terjadinya waria disebabkan oleh sosial budaya yaitu pola asuh lingkungan yang membesarkannya.[footnoteRef:15] Menurut Skinner manusia dibentuk oleh lingkungan. Manusia lahir dengan potensi yang bisa dikembangkan ke arah mana saja. Melalui proses pembentukan, manusia bisa menjadi sosok tertentu dengan kepribadian tertentu. [footnoteRef:16] [15: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Pusat Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2010), hlm. 56-57] [16: s2psikologi.tarumanegara.ac.id/07-04-2014:09.43]

Pada prinsipnya, manusia bukanlah organisme yang pasif, tetapi aktif mencari akibat-akibat konsekuensi yang menyenangkan. Manusia membentuk lingkungan dan dunianya sendiri. Lingkungan mempunyai posisi kuat dikarenakan lingkungan menyediakan penguatan.

Menjadi seorang waria bukanlah secara tiba-tiba keinginan tersebut muncul. Tentunya dalam menjalani hidupnya ada faktor-faktor mendukung dari dirinya untuk menjadi seorang transeksual. Berikut adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang menjadi transeksual, menurut Sue dkk (1989:339) yaitu :

a. Orang tua selalu mendorong anak bertingkah laku seperti wanita dan tergantung dengan orang lain.

b. Perhatian dan perlindungan dari seorang ibu yang berlebihan.

c. Tidak adanya kakak laki-laki sebagai contoh.

d. Tidak adanya figur ayah.

e. Kurang mendapatkan teman bermain laki-laki.

f. Dukungan pemakain pakaian yang menyimpang.[footnoteRef:17] [17: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), Hlm. 52.]

Sedangkan menurut Nadia (2005:26), secara umum faktor-faktor pendorong seseorang menjadi waria adalah :

a. Susunan kepribadian dan perkembangan kepribadian seseorang telah menyimpang sejak dalam kandungan.

b. Menetapnya kebiasaan perilaku yang dianggap menyimpang.

c. Kekuatan dirinya untuk memepertahankan perilaku menyimpang tersebut.

d. Sikap, pandangan, dan persepsi seseorang terhadap gejala penyimpangan perilaku.[footnoteRef:18] [18: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), Hlm. 53.]

C. WARIA DALAM ISLAM

1. Telaah waria Dalam Islam

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia dalam dua jenis saja yaitu laki laki dan perempuan, sabagaiamana firman Allah SWT:

QS. An-Najm ayat 45 (kurang rata)

Artinya: 45. dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.

QS. Alhujurat ayat 13

Artinya: 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (kurang rata n miring)

Dari kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia hanya terdiri dari dua jenis yaitu laki laki dan perempuan. Akan tetapi dalam kenyataannya sering dijumpai seseorang yang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki laki dan bukan perempuan. Dalam hal ini islam akan mengkaji seseorang yang tidak jelas statusnya atau dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai waria.

Waria dalam islam biasa disebut Al-Mukhannas yaitu lakilaki yang menyerupai perempuan dalam kelembutan, cara bicara, melihat, dan gerakannya. Al-Mukhannas di bedakan menjadi 2 jenis: pertama, kodratnya sejak lahir, yaitu memiliki postur tubuh yang menyerupai wanita, gaya bicara mirip wanita, dll. Kedua, dilahirkan secara normal seperti laki-laki kemudian berusaha untuk berbicara, bergerak, bertabiat dan berhias seperti wanita.

Jenis yang pertama, ia tidak berdosa, dan tidak mendapatkan hukuman. Dikerenakan hal tersebut telah ada sejak lahir, dan orang tersebut justru wajib untuk mengubahnya menjadi laki-laki sejati. Apabila tidak merubahnya, bahkan mengikuti kedaan tersebut dan menjadi waria, maka ia berdosa. Telah dijelaskan dalam hadits Bukhori :

Artinya : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (HR. Abu Daud No. 4098)

Makna laknat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam terhadap satu golongan adalah doa beliau agar golongan tersebut ditolak dan dijauhkan dari Rahmat Allah Subhana Wa Taala (Al-Qoulul Mufied,1/427).[footnoteRef:19] Sedangkan hukuman bagi Al-Mukhannas adalah diasingkan atau dikurung sampai ia bertobat. Sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW dalam hadits Abu Hurairah yang artinya : Sesungguhnya didatangkan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam seorang Al-Mukhonats, dan dia telah mewarnai tangan dan kakinya dengan hina (Pewarna alami untuk kuku,rambut atau kulit. Pent). Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam berkata ; Ada apa dengan orang ini ?? maka diakatakan pada beliau, Wahai Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dia menyerupai wanita. Maka beliau memerintahkan (hukuman) dan kemudian orang tersebut diasingkan ke An-Naqie. Maka para sahabat berkata : Wahai Rasulullah , Apakah tidak kita bunuh ??? maka beliau menjawab, Sesungguhnya aku dilarang untuk membunuh orang-orang yang sholat (HR. Abu Dawud No. 4928 Dishohihkan oleh Al-Albani Rahimahullahu). [19: http://assamarindy.wordpress.com/2011/09/19/waria-dalam-syariat-islam, 4 April 2014 pukul 22:07. Jare World Press ora oleh?]

Sedangkan hukum bagi wanita yang menikah dengan Al-Mukhannas adalah tidak diperbolehkan kecuali setelah ia bertobat. Apalagi Al-Mukhannas seorang pelaku homoseksual, hal tersebut sangat dilarang Allah. Seperti pada hadits Ahmad:

(AHMAD - 2677) : Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Zuhair dari 'Amru yakni Ibnu Abu 'Amru, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah melaknat orang yang menyembelih bukan karena Allah, Allah melaknat orang yang mengubah batas-batas tanah, Allah melaknat orang yang menyesatkan orang buta dari jalanan, Allah melaknat orang yang mencela orang tuanya, Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.

Demikian adalah paparan mengenai waria atau Al-Mukhannas. Perlu digaris bawahi bahwa Al-Mukhannas berbeda dengan khuntsa. Khuntsa dari kata khanitsa yang secara bahasa artinya lemah dan lembut. Sehingga disebut Khannatsa Ar Rajulu Kalamau yaitu laki laki yang bicaranya seperti perempuan, yaitu lemah dan halus.

Al Khuntsa secara istilah adalah seseorang yang mempunyai dua kelamin yaitu laki laki dan perempuan atau orang yang tidak mempunyai salah satu dari dua alat vital tersebut, tetapi ada lubang untuk keluar air kencing. (al mawardi, al hawi al kabir:8/168, wahbah az zuhaili, al fiqh al islami wa adilatuhu :8/426)

Dari keterangan tersebut bisa dinyatakan bahwa waria bukanlah Khuntsa. Karena waria statusnya sudah jelas, yaitu laki laki, sedang khuntsa statusnya masih belum jelas. Khuntsa terbagi menjadu dua macam yaitu

a. Khuntsa Ghoiru Muskyil (Khunsta yang Mudah di tentukan Statusnya)

(kurang alenia) Cara menetapkan Khuntsa Ghoiru Muskyil (menurut para ulama) yaitu :

1. Melihat cara keluar air kencingnya

Bila air kencingnya keluar dari penis maka orang tersebut dihukumi sebagai laki laki. Sebaliknya jika air kencingnya keluar dari vagina maka mak ia dihukumi sebagai perempuan. Jika air kencingnya keluar dari keduanya maka ditentuan dengan yang terlebih dahulu kelurnya dari mana.

2. Melihat cara keluarnya sperma atau air mani

Bila sperma khuntsa keluar dari alat kelamin laki laki maka status hukumnya laki laki dan bila keluar dari vagina maka statusnya perempuan. Jika keluarnya berubah ubah, kadang dari penis atau pun vagina maka dikategorikan sebagai khuntsa musykil.

3. Keluarnya darah haid

Bila seorang khuntsa mengeluarkan darah haid dari kemaluannya, maka dikategorikan perempuan, karena lakilaki tidak akan keluar darah haid dari kemaluannya. Jika dia mengeluarkan darah haid dari vaginanya tetapi dia mengeluarkan kencing dari alat kelmain laki laki maka dalam hal ini dikategorikan sebagai khuntsa musykil.

4. Kehamilan dan melahirkan

Bila seorang khuntsa hamil dan melahirkan, maka dihukumi sebagai perempuan.

5. Pertumbuhan organ tubuh

Bila khuntsa tersebut berkumis atau berjenggot dan menyukai perempuan maka dihukumi sebagai laki - laki. Dan sebaliknya jika payudaranya tumbuh dan montok serta menyukai lakilaki maka ia dihukumi sebagai perempuan.

b. Khuntsa Musykil (khuntsa yang sulit ditentukan statusnya)

Yaitu seseorang yang ditakdirkan Allah mempunya fisik yang mendua atau memiliki dua jenis kelamin yaitu laki laki dan perempuan dan keduanya sama sama dominan. Untuk khuntsa musykil seperti ini para ulama berbeda pendapat akan statusnya, terutama di dalam menentukan jatah warisan, cara menikah dll.

2. Cara Pembagian Warisan Khuntsa Dalam Islam

Cara menentukan besarnya bagian warisan bagi khuntsa yaitu :

a. Dengan cara menentukan kejelasan jenis kelamin orang yang bersangkutan dengan melihat jenis kelamin yang dominan, jika sulit menentukan jenis kelamin yang dominan maka menurut para ahli hokum islam dalam menentukan status hukumnya atau dengan cara mengidentifikasi fisik yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Ketika Nabi Muhammad menimang anak banci dari kaum anshar dan ditanya tentang hak warisnya, beliau berkata : berilah anak khuntsa ini (seperti bagian anak laki laki atau perempuan)mengingat alat kelamin mana yang digunakan untuk buang air (ahmad rofiq,1993:137)[footnoteRef:20] [20: Suhrawardi Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hlm. 71.]

b. Dengan cara meneliti tanda tanda kedewasaannya, karena lazimnya antara seorang laki laki dan seorang perempuan memiliki tanda tanda kedewasaannya yang khas.

c. Seandainya keduanya tidak dapat ditentukan atau samar samar, maka para ahli hkum islam tidak ada kesepakatan bagaimana cara untuk menentukannya, sehingga dalam hal ini lahir beberapa doktrin diantara nya sebagai berikut :

1) Memberikan bagian terkecil dari perkiraan laki laki atau perempuan kepada khuntsa dan memberi bagian terbesar kepada ahli waris yang lain.(imam hanafi, Muhammad Asy Syaibani dan abu yusuf)

2) Memberikan bagian terkecil dari dua perkiraan lakilaki dan perempuan kepada khuntsa dan ahli waris lainnya, dan sisa harta ditangguhkan pembagiannya sampai ada kejelasan atau penyelasaiannya diserahkan sepenuhnya kepada kesepakatan bersama para ahli waris.(syafiiyah, abu daud, abu saur, dan ibn jarir)

3) Memberikan separuh dari dua perkiraan laki - laki dan perempuan kepada khuntsa msykil dan ahli waris lain. pendapat ini diwakili oleh hukum Malikiyah, Hanabilah, Syiah zaidiyah dan Syiah imamiyah.[footnoteRef:21] [21: Suhrawardi Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hlm.72 ]

3. Perilaku Keagamaan

Perilaku keagamaan dapat diukur dengan melihat bagaimana seseorang memahami dan mengamalkan agamanya. Menurut Joachim Wach pengalaman keagamaan dapat dikenal dalam tiga bentuk ekspresi, yaitu:

a. Ekspresi teoritis yang meliputi sistem kepercayaan, mitologi dan dogma dogma.

b. Ekspresi praktis yaitu meliputi sistem peribadatan ritual maupun upacara agama.

c. Ekspresi dalam persekutuan meliputi pengelompokan dan interaksi social umat beragama.[footnoteRef:22] [22: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), Hlm.72 ]

Sementara itu Emile Durkheim juga membedakan pengalaman keagamaan dalam empat dimensi, yaitu :

a. Emosi keagamaan, yaitu aspek yang paling mendasar yang ada dilubuk hati manusia, yang menyebabkan manusia beragama menjadi religious atau tidak religious.

b. Sistem kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat tuhan, tentang keberadaan alam gaib, makhluk halus dan kehidupan abadi setelah kematian.

c. Sistem upacara keagamaan, yang bertujuan mencari hubungan yang baik, antara manusia dengan tuhan, dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib

d. Umat yaitu kesatuankesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan dan yang melakuka upacara upacara keagamaan.[footnoteRef:23] [23: Tafsir, Perilaku Keagamaan Kaum Waria, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), Hlm. 73]

D. LEGALITAS WARIA

1. Peranan legalitas

Di dalam realita kehidupan, hukum berperan sebagai sebuah aturan yang diakui dan berlaku di masyarakat. Hukum terbagi menjadi dua yaitu hukum positif dan hukum norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun dalam penerapannya para penegak hukum tidak hanya mendasarkan keputusan pada hukum positif tetapi juga harus mempertimbangkan norma-norma. Sehingga diharapkan keputusan hukum tidak hanya memenuhi unsur kepastian hukum tetapi juga keadilan dan kemanfaatan.[footnoteRef:24] [24: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal. 29]

Tindakan medis berupa operasi penggantian kelamin memiliki konsekuensi, serta implikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Implikasi tersebut berupa konflik yang dialami pada penderita transeksual, orang di lingkungan terdekat, serta masyarakat. Untuk menjaga ketertiban dan kedamaian dimasyarakat maka diperlukan adanya aturan atau keputusan yang memastikan posisi hukum terhadap tindakan operasi tersebut.[footnoteRef:25] [25: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (justifed) (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal. 29]

Kejelasan jawaban hukum atas tindakan operasi penggantian kelamin akan bermanfaat baik bagi penderita transeksual maupun masyarakat. Bagi penderita transeksual kejelasan hukum akan menjadi acuan mereka bagaimana sikap yang seharusnya diambil terkait dengan kasus yang dialaminya. Sementara bagi masyarakat akan menjadi acuan bagaimana memperlakukan para penderita transeksual ini agar tidak menjadi gejolak di masyarakat, khususnya agar tidak melanggar hak-hak yang dimiliki para penderita transeksual.[footnoteRef:26] [26: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal. 29-30]

2. Legalitas hakim Pengadilan Negeri Batang tentang operasi ganti kelamin penderita transeksual

Legalitas (legal reasoning) dalam masalah ini diperoleh dengan 4 komponen didasarkan teori IRAC. Unsur itu meliputi isu hukum (issues), aturan hukum yang terkait (rules), analsisis hakim (analiys), dan kesimpulan hukum hakim (conclusion).[footnoteRef:27] [27: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 91]

a. Isu hukum (legal issue)

Berdasarkan salinan putusan pengadilan negeri batang dalam perkara nomor 19/Pdt.P/2009/PN.Btg. ditambah wawancara dengan ibu Widyatinsri Kuncoro Yakti selaku hakim yang menangani perkara oleh AW, diperoleh ringkasan fakta sebagai berikut:

AW berjenis kelamin laki-laki, namun sejak balita ia bertingakah laku seperti perempuan. Sedangkan secara fisik alat kelaminnya berukuran lebih kecil, tidak dapat ereksi dengan sempurna (lembek) walaupun masih dapat melakukan ejakulasi, serta tanda kelelakiannya tidak tumbuh. Setelah diperiksakan ke dokter, ternyata kromosom perempuan lebih dominan. dilakukan pemeriksaan lanjutan secara intensif pada diri pemohon meliputi tes psikologi, tes hormonal, tes kepribadian, tes kesehatan yang dilakukan oleh ahli-ahli seperti psikiater, psikolog, bedah, penyakit dalam, genetikal, obstetry dan ginecology dan dinyatakan layak untuk melakukan operasi ganti kelamin. Melalui pemeriksaan tersebut ia dinyatakan layak untuk operasi ganti kelamin.[footnoteRef:28] Setelah berhasil melakukan operasi, maka AW merubah identitas formal jenis kelamin agar terjadi kesesuaian antara jenis kelamin yang tercatat dalam administrasi kenegaraan dengan jenis kelamin fisiknya.[footnoteRef:29] [28: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 92-93] [29: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 93]

Dari fakta-fakta tersebut di atas disimpulkan bahwa isu hukum yang muncul dalam kasus AW adalah:

a) Status hukum perubahan jenis kelamin yang disebabkan oleh operasi ganti kelamin yang dilakukan oleh pemohon.

b) Status hukum perubahan identitas data kependudukan atas nama pemohon sebagai dampak dari perubahan kelamin yang terjadi pada diri pemohon[footnoteRef:30] [30: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 94]

Dalam kasus tersebut perubahan identitas yang terjadi pada pemohon disebabkan oleh kejadian lain yakni adanya tindakan operasi ganti kelamin. Keadaan ini menjadikan hakim dituntut untuk juga mencari kebenaran materil dari tindakan operasi ganti kelamin.

b. Aturan hukum yang terkait (Rules)

Berdasarkan pengetahuan dan analisis hakim terhadap perkara tersebut, kasus perubahan status hukum jenis kelamin seseorang yang berjenis kelamin laki-laki menjadi seorang yang berjenis perempuan atau sebaliknya yang disebabkan oleh adanya tindakan operasi ganti kelamin, sampai saat ini belum ada aturan hukumnya secara spesifik dalam hukum positif di Indonesia. Namun perkara ini bisa dikaitkan dengan beberapa aturan hukum:

1) Pasal 16 UU No. 4 tahun 2004 tetang kekuasaan kehakiman yang menyatakan bahwa pengadilan tidak boleh menolak memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadili.

2) UUD 1945 Pasal 27 menjamin bahwa setiap Negara memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Dalam pasa 28 salah satunya diatur bahwa pengakuan sebagai pribadi di hadapan hukum adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dihalangi.

3) Pasal 21 dan pasaNo. 29 UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asai manusia menyatakan bahwa hak setiap orang atas keutuhan dirinya baik jasmani maupun rohani dan setiap orang berhak atas pengakuan hukum untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan keadaan pribadinya.

4) Pasal 2 UU No. 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan mengatur hak tiap penduduk untuk memperoleh dokumen kependudukan yang berdasarkan pasal 58 UU No. 23 tahun 2006 ini menjelaskan bahwa administrasi kependudukan meliputi data pribadi termasuk jenis kelamin sesuai dengan keadaan tiap penduduk.

5) Pasal 77 UU No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Di dalamnya juga diatur bahwa tidak seorangpun dapat merubah /mengganti/menambah identitas dirinya tanpa ijin pengadilan

6) Negara melalui pengadilan negeri telah beberapa kali mengesahkan keberadaan sebagaimana pemohon. Salah satunya adalah penetapan hakim No. 26/1985/SP yang mengesahkan perubahan jenis kelamin terhadap Sdr. Boedi Wibowo[footnoteRef:31] [31: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 96-97]

c. Analisis hakim terhadap perkara

Berdasarkan konsideran[footnoteRef:32], diperoleh analisis hakim sebagai berikut: [32: ]

1) Perubahan jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan sampai saat ini belum ada pengaturan dalam hukum. Namun, hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena pada dasarnya hukum tercipta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam kondisi seperti ini hakim terikat dengan suatu ketentuan dalam pasal 16 UU No.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman yang menyatakan bahwa pengadilan tidak boleh menolak memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara yang diajukan dengan dalil bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadili.

2) Latar belakang AW sebagai seorang transeksual dalam pandangan hakim memang di masyarakat terdapat beberapa individu mengalami kasus sama yaitu suatu kondisi yang menurut medis menderita suatu kelainan perkembangan biologis dalam tubuhnya.

3) Menimbang, bahwa untuk melakukan operasi kelamin bukanlah sesuatu yang mudah.

4) Pengakuan AW dikuatkan dengan bukti dan keterangan saksi dokter bahwa AW telah melalui serangkaian tes medis.[footnoteRef:33] [33: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 98-101 ]

5) Keberadaan golongan transeksual tidak dapat dipungkiri dan golongan tersebut merupakan warga negara Indonesia yang hak-haknya dijamin baik oleh UUD 1945 maupun perundangan dibawahnya.

6) Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 2 UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan, tiap penduduk berhak memperoleh dokumen kependudukan yang berdasarkan Pasal 58 UU No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan meliputi data pribadi termasuk jenis kelamin sesuai dengan keadaan tiap penduduk sehingga UU No. 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan membuka peluang dalam sejumlah pasal yang ada di dalamnya yang mengatur mengenai cara melakukan perubahan data kependudukan yang menjadi dasar keluarnya dokumen kependudukan.

7) Pada sisi lain dalam pandangan hakim, secara sosiologis kemajuan budaya dan pandangan terbuka sebagian masyarakat telah menerima keberadaan golongan transeksual, terbukti banyak golongan transeksual yang dapat berprestasi diberbagai bidang dan diakui keberhasilannya oleh masyarakat.

8) Menimbang bahwa pembagian jenis kelamin yang diakui dalam pencatatan dokumen kependudukan hanyalah mengenal laki-laki dan perempuan dan tidak mengenal golongan lain.[footnoteRef:34] [34: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 102-105]

d. Kesimpulan hukum

Berdasarkan analisis tersebut, hukum menyatakan bahwa perubahan kelamin yang dilakukan oleh AW sah menurut hukum dan jenis kelamin pemohon adalah perempuan sejak operasi ganti kelamin berhasil dilakukan. Namun demikian secara formil Negara baru mengakui perubahan status kelamin pemohon sejak ketetapan dibacakan dalam sidang pengadilan.[footnoteRef:35] [35: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 105-106 ]

3. Legalitas komisi fatwa MUI tentang hukum operasi ganti kelamin penderita transeksual.

a. Isu hukum

Isu hukum yang ada dalam fatwa MUI No. 03/MUNAS-VIII/2010 bahwa tidak muncul kasus spesifik yang terjadi pada AW. Fatwa ini muncul berupa fenomena praktek peggantian alat kelamin dari jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Artinya fatwa MUI ini menjawab secara umum kedudukan hukum penderita transeksual yang telah melakukan operasi penggantian kelamin sekaligus memberikan sudut pandang hukum Islam terhadap operasi kelamin yang telah disahkan oleh pengadilan negeri (hukum perdata).[footnoteRef:36] [36: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 107-108]

b. Dalil-dalil yang terkait

Berbeda dengan hukum perdata, sumber pokok rujukan hukum Islam yaitu al-Quran dan Al-Sunnah. MUI mencatat cukup banyak ayat al-Quran dan Hadits, juga kaidah-kaidah hukum Islam yang menyinggung langsung maupun tidak langsung terhadap hukum operasi kelamin. Dalil-dalil yang tercantum dalam fatwa MUI No. 03/MUNAS-VIII/MUI/2010 tersebut adalah:

1) Firman Allah SWT

Surat an-nisa:119

Artinya: 119. dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya[351], dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya[352]". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

[351] Menurut kepercayaan Arab jahiliyah, binatang-binatang yang akan dipersembahkan kepada patung-patung berhala, haruslah dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti ini tidak boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja.

[352] Meubah ciptaan Allah dapat berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri binatang. ada yang mengartikannya dengan meubah agama Allah.

Surat ar-rum :30

Artinya: 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

2) Hadits Nabi SAW

:

( )

Artinya:Dari Abdullah ibn Masud RA, ia berkata:Allah SWT melaknat orang-orang perempuan yang membuat tato dan yang meminta membat tato, memendekkan rambut, serta yang berupaya merenggangkan gigi supaya kelihatan bagus, yang merubah ciptaan Allah.( HR-Bukhori)

3) Kaidah

Artinya: Dharar itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan dharar

Mencegah mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan dari pada mengambil kemaslahatan[footnoteRef:37] [37: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 108-113 ]

c. Analisis

Analisis MUI tentang operasi ganti kelamin penderita transeksual diawali dengan penjelasan tentang konsep jenis kelamin yang ada dalam hukun Islam. Bahwa jenis kelamin dalam studi hukum Islam ada dua yaitu laki-laki dan perempuan. Islam tidak mengenal jenis kelamin ketiga. Baik seseorang dengan tampilan yang sering disebut waria, wadam, maupun transeksual. Menurut MUI, penentuan jenis kelamin seseorang adalah hak prerogratif Tuhan. Penjelasan ini secara langsung dan jelas dari pemaham lafadz khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa (QS. Al-Hujurat:13).

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Artinya Allah yang telah menciptakan manusia lengkap dengan jenis kelaminnnnya, apakah laki-laki atau perempuan. Dalam kajian fiqh Islam dikenal istilah khuntsa. Cara menentukan jenis kelamin khuntsa berbeda-beda sesuai dengan kasusnya. Namun untuk semua kasus khuntsa penentuan jenis kelamin tetap berdasarkan indikasi fisik, yakni berdasarkan kecenderungan terbesar organ kelamin yang dimilikinya. Apa yang sekarang dikenal degan istilah waria, wadam, atau transeksual tidak termasuk dalam kategori khuntsa. Karena ketiga-ketiganya secara fisik telah sempurna menunjukkan jenis kelamin tertentu.

Menurut MUI, apa yang saat ini semakin banyak dijadikan alternatif oleh para penderita transeksual yaitu melakukan operasi perubahan kelamin jelas tidak tepat dan merupakan kesalahan yang fatal akibatnya.[footnoteRef:38] [38: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 113-124 ]

d. Kesimpulan

Forum MUNAS secara tegas berkesimpulan bahwa Islam tidak mengenal adanya pergantian kelamin. Tindakan operasi ganti kelamin apapun sebabnya melanggar ketentuan syariat. Kelainan kejiwaan seseorang yang merasa dirinya sebagai jenis kelamin yang berbeda dengan kelamin fisiknya (transeksual) tidak bisa menjadi alasan kebolehan operasi penggantian kelamin dari organ laki-laki menjadi organ kelamin perempan dan juga sebaliknya.[footnoteRef:39] [39: Asep Dadang Abdullah,Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual, (Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo, 2012), hal 124 ]

E. SIMPULAN

1. Waria adalah seseorang yang berjenis kelamin laki-laki tetapi berwatak, berkarakteristik seperti wanita. Kemunculan waria dimulai ketika kaum Nabi Luth melakukan penyimpangan seksual yaitu menyukai sesama jenis (homoseks), dan berlanjut pada zaman Yunani abad ke XVIII dengan munculnya beberapa waria kelas elite yaitu Raja Henry II, dkk.

2. Waria dalam sains dibedakan ke dalam 3 aspek, yaitu: aspek biologis, aspek sosial, dan aspek psikologis. Aspek biologis mengidentifikasi waria dari segi penyimpangan-penyimpangan dalam gen waria tersebut. Mutasi gen atau perubahan kromosom dapat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam bersikap, berkarakter, dan dalam bergaul. Aspek psikologi waria disebabkan oleh faktor sosial budaya yaitu pada pola asuh lingkungan. Sedangkan aspek sosiologi dipengaruhi oleh kecenderungan seksual abnormalitas.

3. Waria dalam islam disebut Al-Mukhannas yaitu lakilaki yang menyerupai perempuan dalam kelembutan, cara bicara, melihat, dan gerakannya. Al-Mukhannas di bedakan menjadi 2 jenis: pertama, kodratnya sejak lahir, yaitu memiliki postur tubuh yang menyerupai wanita, gaya bicara mirip wanita, dll. Kedua, dilahirkan secara normal seperti laki-laki kemudian berusaha untuk berbicara, bergerak, bertabiat dan berhias seperti wanita. Al-Mukhannas berbeda dengan khuntsa. Khuntsa dari kata khanitsa yang secara bahasa artinya lemah dan lembut. Sehingga disebut Khannatsa Ar Rajulu Kalamau yaitu laki laki yang bicaranya seperti perempuan, yaitu lemah dan halus.

4. Secara hukum pergantian kelamin disetujui dengan bukti-bukti yang jelas bahwa ia memang benar-benar mempunyai kelainan pada tubuhnya. Dalam sains bisa disebut sebagai sindrom klinefelter. Ia laki-laki mempunyai kromosom XXY, yang didominasi oleh sikap atau karakter perempuan. Menurut kami, operasi kelamin itu boleh saja agar ia mempunyai kenyamanan dalam hidup dan tidak melanggar norma agama. Dikarenakan operasi kelamin justru akan menjadi lebih baik dibandingkan ia menjadi seorang waria (kaum homoseksual) yang justru dilaknat olleh Allah.

F. PENUTUP

Demikianlan makalah ini kami susun, kami sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun penyampaian dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah selanjutnnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka

Abdullah, Asep Dadang. 2012. Legal Reasoning Hukukm Operasi Ganti Kelamin Penderita Transeksual. Semarang:Lembaga Penelitian IAIN Walisongo.

Gunawan. Setiadi. 2012. Ambiguous Genitalia (Kelamin ganda). www.klinik-umiyah.com. 4 April 2014 23:05.

Gunawan.2013. Cerita Nabi Luth as dan Kisah Kaumnya yang Sesat kena Azab. Ceritaislami.net. 4 April 2014, pukul 21:52

Koeswinarno. 2004. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.

Lubis , Suhrawardi dan Komis Simanjuntak. 2008. Hukum Waris Islam, Jakarta: Sinar Grafika.

Pai, Anna C. Foundation of Genetics di terjemahkan oleh Muchidin Apandi, 1985. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.

Psykology.mania.2012.Pengertia Waria. www.psychologymania.com. 4 April 2014 pukul 20:30.

s2psikologi.tarumanegara.ac.id/07-04-2014:09.43

Susanto, Agus Hery Susanto. 2011. Genetika. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Tafsir. 2010. Perilaku Keagamaan Kaum Waria, Semarang: Puslit IAIN Walisongo.

thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-1-00009-PL%20BAB%202.pdf, 4 April 2014, pukul 22:03

Wordpresnya Gg ikut?

8