warganrga

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdirinya suatu negara harus memenuhi beberapa syarat, yaitu wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu unsur Negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Negara tersebut merupakan penduduk dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara adalah bagian dari penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang bukan merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain yang bukan merupakan Negaranya. Rakyat yang menetap di suatu wilayah dalam hubungannya dengan negara disebut warga negara. Setiap warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sekaligus memiliki hak yang wajib diberikan dan dilindungi oleh negara. Persoalan mengenai warga negara ini menjadi teramat penting setelah beberapa kali terjadi kasus yang berkaitan dengan status kewarganegaraan. Tidak sedikit warga negara Indonesia yang melakukan perkawinan dengan warga negara asing dan berakhir dengan sengketa perebutan anak. Selain itu kasus-kasus warga negara asing yang menyalahgunakan izin tinggal di Indonesia. Masalah-masalah tersebut perlu segera diatasi dan dicegah jangan sampai terjadi lagi. 1 | Page

Transcript of warganrga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdirinya suatu negara harus memenuhi beberapa syarat, yaitu wilayah, rakyat, dan

pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Salah satu unsur Negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu

Negara tersebut merupakan penduduk dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara adalah

bagian dari penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang

bukan merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain yang bukan merupakan

Negaranya.

Rakyat yang menetap di suatu wilayah dalam hubungannya dengan negara disebut

warga negara. Setiap warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan

sekaligus memiliki hak yang wajib diberikan dan dilindungi oleh negara.

Persoalan mengenai warga negara ini menjadi teramat penting setelah beberapa kali

terjadi kasus yang berkaitan dengan status kewarganegaraan. Tidak sedikit warga negara

Indonesia yang melakukan perkawinan dengan warga negara asing dan berakhir dengan

sengketa perebutan anak. Selain itu kasus-kasus warga negara asing yang menyalahgunakan

izin tinggal di Indonesia. Masalah-masalah tersebut perlu segera diatasi dan dicegah jangan

sampai terjadi lagi.

Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah

terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari

kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang

bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status

kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara

negara-negara modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena

itu disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses

pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih

sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.

1 | P a g e

Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya enganut prinsip ‘ ius

sanguinis’,mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan sttus kewarganegaraan

melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan China yang masih

berkewarganegaraan China atau pun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia

dan China, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap

anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan

status kewarganegaraan dari asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai warga negara

Indonesia karena kelahirannya. Kalapunhal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip dasar

yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai

kewaganegaraan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah konsep warganegara, asas dan stelsel kewarganegaraan, dwi-

kewarganegaraan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur kewarganegaraan?

2. Apakah yang dimaksud dengan pewarganegaraan (naturalisasi)?

3. Bagaimanakah persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara?

4. Bagaimanakah cara menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan

ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep warganegara, asas dan stelsel kewarganegaraan, dwi-

kewarganegaraan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur kewarganegaraan

2. Untuk mengetahui tentang pewarganegaraan (naturalisasi)?

3. Untuk mengetahui persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara

4. Untuk mengetahui cara menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa

membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku.

1.4 MANFAAT

Dapat memahami tentang konsep kewarganegaraan, pewarganegaraan (naturalisasi)

terkait pengertian, jenis dan syarat menjadi warga Negara Indonesia beserta peraturannya,

memahami persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara sehingga mampu menciptakan sikap saling menghargai antarsesama.

2 | P a g e

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEWARGANEGARAAN

2.1.1 Warganegara

Warganegara merupakan semua warga yang ditetapkan berdasarkan

peraturan perundang-undangan. Kewarganegaraan merupakan kewajiban yang

berhubungan dengan warga Negara.

Rakyat merupakan semua orang yang berada dalam wilayah kekuasaan

Negara dan tunduk pada kekuasaan tersebut. Dalam suatu Negara yang telah

merdeka, unsur yang penting untuk terpenuhi adalah adanya rakyat yang menempati

wilayah kenegaraan. Rakyat suatu Negara terdiri atas penduduk dan bukan

penduduk.

Penduduk merupakan orang-orang yang telah memenuhi peraturan Negara

yang bersangkutan dan mempunyai tempat tinggal menetap dalam wilayah Negara

itu. Sedangkan bukan penduduk merupakan orang-orang yang berada dalam

wilayah suatu Negara dan tidak mempunyai tempat tinggal menetap.

Penduduk suatu Negara terdiri atas Penduduk warganegara dan penduduk

bukan warganegara. Penduduk warganegara dapat disebut warganegara karena

mereka mempunyai hak politik, hukum dan hak pendidikan pada suatu Negara.

Sedangkan penduduk bukan warganegara disebut warganegara asing sebab mereka

berada pada suatu Negara tetapi tidak menjadi anggota Negara menurut hukum

namun tunduk pada pemerintah tempatnya berada.

Masalah kewarganegaraan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.12

Tahun 2006 sebagai wujud dari pasal 26 UUD 1945.

Pasal 26 ayat 1 UUD 1945 dan pasal 2 UU No.12 Tahun 2006 menyebutkan

mengenai masalah warganegara. Pasal 26 ayat 2 menyebutkan mengenai penduduk.

Dan pasal 26 ayat 3 menyebutkan bahwa hal-hal mengenai warganegara dan

penduduk diatur dalam Undang-Undang.

Menurut pasal 4 UU No.12 Tahun 2006 yang menjadi warga Negara adalah:

3 | P a g e

a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan

perjanjian pemerintah.

b. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah dan ibu warganegara Indonesia.

c. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warganegara Indonesia dan ibu

warganegara asing.

d. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warganegara asing dan ibu

warganegara Indonesia.

e. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ibu warganegara Indonesia tetapi ayahnya

tidak berkewarganegaraan.

f. Anak yang lahir dalam tenggang 300 hari setelah ayahnya meninggal dari

perkawinan sah dan ayahnya berkewarganegara Indonesia.

g. Anak diluar perkawinan sah dari ibu warga Negara Indonesia.

h. Anak diluar perkawinan sah dari ibu warga Negara asing yang diakui ayah warga

Negara Indonesia sebelum usia 18 tahun atau belum menikah.

i. Anak yang lahir atau ditemukan di wilayah Indonesia yang tidak jelas status

kewarganegaraan orang tuanya atau tidak diketahui keberadaannya.

j. Anak yang lahir di luar wilayah Indonesia dari ayah dan ibu warga Negara

Indonesia karena ketentuan tertentu memberikan kewarganegaraan pada anak

tersebut.

k. Anak dari ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,

namun meninggal dunia sebelum mengucapkan janji.

2.1.2 Asas dan Stelsel Kewarganegaraan

Asas yang menentukan kewarganegaraan secara umum yaitu :

a. Asas Ius Sanguinis, asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang

menurut kewarganegaraan orang tuanya.

b. Asas Ius Soli, asas yang menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut

Negara tempat ia dilahirkan.

Asas yang menentukan kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.12 Tahun

2006 :

a. Asas Ius Sanguinis, asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan.

4 | P a g e

b. Asas Ius Soli Terbatas, asas kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran

secara terbatas yaitu berlaku bagi anak-anak yang diatur undang-undang.

c. Asas Kewarganegaraan Tunggal, asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi tiap orang.

d. Asas Kewarganegaraan Ganda, asas yang menentukan kewarganegaraan

ganda bagi anak sesuai undang-undang.

Asas khusus yang menentukan kewarganegaraan menurut UU No.12 Thn. 2006:

a. Asas kepentingan nasional

b. Asas perlindungan maksimum

c. Asas persamaan hukum dan pemerintah

d. Asas kebenaran substantif

e. Asas nondiskriminatif

f. Asas pengakuan dan penghormatan HAM

g. Asas keterbukaan

h. Asas publisitas

5 | P a g e

Stelsel Kewarganegaraan terdiri atas :

a. Stelsel Aktif berarti seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu

untuk menjadi warganegara. Stelsel ini berkaitan dengan hak opsi yaitu hak

untuk memilih kewarganegaraan.

b. Stelsel Pasif berarti seseorang dengan sendirinya menjadi warganegara

tanpa melakukan tindakan hukum. Stelsel ini berkaitan dengan hak repudiasi

yaitu hak untuk menolak kewarganegaraan.

2.1.3 Dwi-Kewarganegaraan

a. A-Patride yaitu seorang penduduk yang tidak memiliki kewarganegaraan.

b. Bi-Patride yaitu seorang penduduk memiliki dua kewarganegaraan.

UU No. 12 Tahun 2006 menyatakan kewarganegaraan ganda diberikan pada

anak sampai usia 18 tahun atau sebelumnya sudah menikah dan setelah 18 tahun

atau setelah menikah diberikan hak memilih kewarganegaraan. Pasal 4 huruf c,d,h,l

dan pasal 5 ( 1 dan 2 ) UU No.12 tahun 2006 berakibat anak berkewarganegaraan

ganda.

2.1.4 Perundangan Kewarganegaraan setelah Indonesia Merdeka di bawah UUD

1945

a. UU No.3 Tahun 1946 menyatakan yang menjadi warganegara Indonesia adalah :

- Penduduk asli daerah RI dan anak-anak dari penduduk asli

- Istri seorang warganegara Indonesia

- Keturunan dari warganegara dengan wanita warganegara asing

- Anak yang lahir di daerah RI yang tidak diakui sah oleh orangtuanya atau tidak

diketahui orangtuanya

- Anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang berkewarganegaraan

RI meninggal

- Orang bukan penduduk asli yang bertempat tinggal di Indonesia selama 5 tahun

berturut-turut dan telah berumur 21 tahun atau telah menikah

- Masuk menjadi warganegara melalui naturalisasi.

b. Konferensi Meja Bundar ( KMB ) menyatakan yang menjadi warganegara RI adalah :

- Penduduk asli Indonesia yaitu golongan Bumiputera dan berkedudukan di RI

6 | P a g e

- Orang Indonesia

- Orang Cina, Arab dan Belanda serta orang asing ( Kawula negara Belanda ) yang

lahir di Indonesia atau bertempat tinggal 6 bulan di wilayah RI dan memilih

warganegara Indonesia dalam waktu 2 tahun sesudah 27 Desember 1949.

c. UU No.62 Tahun 1958 mengatur tentang :

- Orang yang dinyatakan warganegara Indonesia

- Pewarganegaraan dan akibat pewarganegaraan

- Pewarganegaraan istimewa

- Kehilangan kewarganegaraan Indonesia

- Orang yang dinyatakan warganegara asing.

d. UU No.12 Tahun 2006 berisi ketentuan tentang :

- Orang yang menjadi warganegara Indonesia

- Cara dan syarat memperoleh kewarganegaraan RI

- Kehilangan kewarganegaraan RI

- Cara dan syarat memperoleh kembali kewarganegaraan RI

- Ketentuan pidana.

2.2 PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)

Dalam hukum kewarganegaraan di Indonesia, dikenal dua asas memperoleh

kewarganegaraan yaitu asas tempat kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis).

Menurut ius soli, seseorang yang dilahirkan dalam wilayah suatu negara adalah

warganegara. Sedangkan menurut ius sanguinis, seseorang adalah ia menjadi warganegara

karena ia dilahirkan dari orangtua warganegara.

Namun tidak semua negara menggunakan asas ini, karena ada juga yang menerapkan

dwikenegaraan (dilihat dari salah satu turunan warganegara, bisa dilihat dari pihak ayah atau

ibu). Atau ada juga negara yang memiliki kesamaan keturunan dengan negara lain, seperti

Italia dan Argentina karena banyaknya keturunan negara tersebut yang pindah ke neeegara

yang serumpun (Harsono 1992: 3).

7 | P a g e

Dalam hal memperoleh kewarganegaraanpun dikenal adanya stelsel aktif dan stelsel

pasif. Dalam stelsel aktif, seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan dengan melakukan

perbuatan hukum tertentu. Sedangkan stelsel pasif, seseorang dapat memperoleh

kewarganegaraan tanpa melakukan perbuatan hukum tertentu (Hadidjojo 1954: 39).

Indonesia, sesuai ketentuan pada UU No. 62 Tahun 1958 pada prinsipnya

menggunakan asas ius sanguinis, namun asas ius soli juga tidak menjadi tabu untuk dipakai

sebagai aturan (lihat Pasal 1 huruf f, g, h, dan i). Dalam UU ini juga dikenal salah satu cara

memperoleh kewarganegaraan yaitu melalui jalur pewarganegaraan (naturalisasi).

Naturalisasi diperoleh seiring dengan berlakunya Keputusan Menteri Kehakiman yang

memberikan pewarganegaraan tersebut. Pewarganegaraan ini diberikan (atau tidak

diberikan) atas permohonan, sedangkan instansi yang memberikan adalah Menteri

Kehakiman.

Kemudian, seiring dengan reformasi di Indonesia, diadakan revisi pada UU tersebut

menjadi UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Revisi UU terjadi karena

penekanan pada hubungan perdata menyangkut status patrilineal, kemudian dalam UU

terdahulu masih adanya diskriminasi etnis tertentu, dwikewarganegaraan, serta belum

terjaminnya hak-hak kewarganegaraan.

Melihat itu semua, sebenarnya proses naturalisasi tidak memakan proses yang rumit.

Adapun syarat-syarat memperoleh naturalisasi menurut UU No.12 Tahun 2006 adalah:

1. Naturalisasi Biasa

Mengajukan permohonan kepada Menteri hukum dan HAM melalui kantor

pengadilan negeri setempat dimana ia tinggal atau di Kedubes RI apabila di luar negeri

permohonan ini ditulis dalam bahasa Indonesia. Bila lulus maka ia harus mengucapkan

sumpah setia di hadapan pengadilan negeri. Syarat-syaratnya naturalisasi biasa adalah :

1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara

Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10

(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;

8 | P a g e

3) Sehat jasmani dan rohani;

4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;

6) Jika dengan memperoleh Kewarga negaraan Republik Indonesia, tidak menjadi

berkewarganegaraan ganda;

7) Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap; dan

8) Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

2. Naturalisasi istimewa

Naturalisasi istimewa di negara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang

status kewarganegaraannya dalam kondisi sebagai berikut

a) Anak WNI yang lahir diluar perkawaninan yang sah, belum berusia 18 tahun atau

belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.

b) Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun telah secara sah sebagai anak oleh

WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI

c) Perkawinan WNI dengan WNA, baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya

yang WNI atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status

kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda

hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.

d) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan

kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagimana ditentukan di dalam

perundangan-undangan.

e) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampikan dalam waktu paling lambat 3

tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin

f) Warga asing yang telah berjasa kepada Negara RI dengan pernyataan sendiri

(permohonan) untuk menjadi warga negara RI atau dapat diminta oleh Negara RI.

Kemudian, mereka mengucapkan sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi semua

syarat sebagaimanan dala naturalisasi biasa) cara ini diberikan oleh Presiden dengan

persetujuan DPR.

9 | P a g e

Akibat Pewarganegaraan

a) Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan sebagai orang asing.

b) Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikaat perkawnian sah,

tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.

c) Anak yang belum berumur 18 tahun atau belum kawin yang mempunyai hubungan

hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan

RI turut memperoleh kewarganegaraan RI

d) Anak yang lahir di wilayah RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang tuanya atau

tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI

e) Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagi anak WNA berdasarkan

pengadilan tetap diakui sebagai WNI

f) Kehilangan kewarganegaraan RI bagi seorang ibu tidak dengan sendirinya berlaku

terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai

anak itu berusia 18 tahun atau sudh kawin.

g) Kehilangan kewarganegaraa Ri bagi seseorang ayah tidak dengan sendirinya berlaku

terhadap anaknya yang mempunyai hukum dengan ayahnya sampai anak itu berusia 18

tahun atau sudah kawin

h) Kehilangan kewarganegaraan RI karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi

seorang ibu yang putus perkawinannya tidak sampai nak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin.

3. Syarat Dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia

Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui

pewarganegaraan. Menurut Pasal 9 UU No.12 Tahun 2006 permohonan pewarganegaraan

dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara

Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat

10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;

c. Sehat jasmani dan rohani;

10 | P a g e

d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;

f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi

berkewarganegaraan ganda;

g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan

h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Selanjutnya, pemohon harus membuat permohonan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen

Hukum dan HAM atau Perwakilan RI di luar negeri dengan sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama lengkap;

2. Tempat dan tanggal lahir;

3. Alamat tempat tinggal;

4. Kewargenegaraan Pemohon;

5. Nama lengkap suami atau istri;

6. Tempat dan tanggal lahir suami atau istri, serta;

7. Kewarganegaraan suami atau istri.

Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis

dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri

dan disampaikan kepada Pejabat yang berwenang. Selanjutnya, Menteri meneruskan

permohonan pewarganegaraan disertai dengan pertimbangan kepada Presiden dalam waktu

paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima. Dalam

mengajukan permohonan pewarganegaraan, pemohon dikenai biaya yang telah diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan. Jika

permohonan pewarganegaraan dikabulkan, maka ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Keputusan Presiden sebagaimana ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak

permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14

11 | P a g e

(empat belas) hari terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan. Jika permohonan

pewarganegaraan ditolak Presiden, harus disertai alasan dan diberitahukan oleh Menteri

kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan

diterima oleh Menteri.

Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraan

berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan

janji setia. Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan Presiden dikirim kepada

pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji

setia. Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah

atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir

tanpa alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. Dalam hal pemohon

tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah

ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah atau

menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri.

Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dilakukan di hadapan Pejabat yang

berwenang. Pejabat selanjutnya membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah

atau pernyataan janji setia. Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal

pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat menyampaikan berita acara

pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri.

2.3 PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA  DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

Dalam bahasa ilmu politik, persamaan kedudukan warga negara biasa disebut dengan

istilah “persamaan politik” (political equality). Persamaan politik adalah keadaan di mana

setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama sebagaimana yang lainnya untuk

berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik negara (Ranney, 1982:280).

Penekanan prinsip persamaan politik adalah persamaan kesempatan untuk

berpartisipasi, bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Sebab, partisipasi nyata

12 | P a g e

warga masyarakat yang satu dengan yang lain tentu saja berbeda-beda, tergantung pada

kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi masing-masing pihak.

Menurut Harold J Laski, prinsip persamaan kedudukan warga negara memiliki dua

dimensi, yaitu:

Tidak adanya keistimewaan khusus

Kesempatan yang sama diberikan kepada setiap orang

Jadi, negara tidak boleh memberikan pengistimewaan khusus kepada individu atau

kelompok tertentu dalam masyarakat, entah itu atas dasar alasan ras, agama, jender, golongan

budaya, suku, ataupun status sosial dalam masyarakat.

Kenyataan di masyarakat memang menunjukkan bahwa banyak terjadi ketidaksamaan,

akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa perlakuan yang tidak sama terhadap warga negara

dibenarkan. Kita harus memperjuangkan persamaan warga negara dalam kehidupan sehari-

hari.

Negara berkewajiban memperlakukan setiap orang dan semua warganya secara sama

dengan cara memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk ikut serta dalam

proses pembuatan keputusan politik. Apa pun ras, agama, jender, golongan budaya, suku,

maupun status sosialnya, semua wara negara yang harus diperlakukan sama. Mereka

memiliki kesempatan yang sama untuk ikut srta dalam proses pembuatan keputusan politik.

Persamaan hidup, merupakan sikap yang mengedepankan nilai-nilai saling

menghormati dan menghargai antar sesama tanpa diskriminasi. Semboyan Bhinneka Tunggal

Ika, merupakan perekat yang melekat dan tertanam kuat dalam jiwa bangsa  Indonesia.

Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)

Nilai kultural yang perlu dilestarikan dalam upaya memberikan jaminan persamaan

hidup :

• Nilai Religius .

• Nilai Gotong Royong .

13 | P a g e

• Nilai Ramah Tamah.

• Nilai Kerelaan Berkorban dan Cinta Tanah Air.

Jaminan Persamaan Hidup Dalam Konstitusi Negara

1) Pembukaan UUD 1945, Pada alinea 1, bahwa ....... kemerdekaan itu ialah hak

segala bangsa ...........

2) Sila-Sila Pancasila,

1. Ketuhanan yang Maha Esa: makna utama dalam sila pertama ini yaitu

adanya pengakuan persamaan jaminan hidup bagi warga negara Indonesia

untuk beragama dan melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan

keyakinan masing-masing.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: menunjukkan ekspresi bangsa

Indonesia yang mempunyai keinginan kuat bahwa dalam aspek-aspek

hubungan antar manusia ada jaminan persamaan hidup dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berdasarkan moralitas yang adil

dan beradab.

3. Persatuan Indonesia: dengan dasar persatuan dan kesatuan Indonesia, maka

setiap bangsa Indonesia mampu meletakkan kepentingan, keselamatan

bangsa dan rakyat di atas kepentingan diri sendiri dan golongan.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan: keinginan hidup berbangsa dan bernegara

yang demokratis baik dalam arti formal maupun material berdasarkan

Ketuhanan yang Maha Esa dan moralitas Kemanusiaan yang Adil dan

Beradabdengan senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan

bangsa.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: dimaksudkan dalam rangka

pengaturan hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, material

maupun spiritual.

14 | P a g e

3) UUD 1945 (Pasal 26 sampai dengan pasal 34) dan

Peraturan Perundangan Lainnya, antara lain:

1. UU No. 40 Tahun 1999, mengeluarkan pikiran & tulisan melalui “Pers”.

2. UU No. 3  Tahun 2002, membela negara melalui “Pertahanan Negara”.

3. UU No. 31 Tahun 2002, mendirikan “Partai Politik”,

4. UU No. 4  Tahun 2004, hak praduga tak bersalah melalui “Kekuasaan

Kehakiman”.

Prinsip persamaan kedudukan warga negara di berbagai bidang:

1. Dalam bidang ekonomi

a. Tidak boleh ada pengistimewaan dan diskriminasi serta semua warga negara

harus memperoleh perlakuan yang sama dalam kegiatan ekonomi.

b. Tercermin dalam UUD 1945:

Pasal 27 ayat 2: pekerjaan dan penghidupan yang layak

Pasal 28C: mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya ....

Pasal 28D ayat 2: berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

Pasal 28H ayat 4: berhak atas hak milik pribadi ....

2. Dalam bidang hukum dan politik

a. Tidak boleh ada pengistimewaan dan diskriminasi dalam berbagai urusan hukum

dan politik, dan semua warga negara memperoleh perlindungan hukum yang

sama, serta kesempatan yang sama dalam berbagai aktivitas politik.

b. Tercantum dalam UUD 1945:

Pasal 28D ayat 1: berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum.

Pasal 28D ayat 3: berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.

Pasal 28E ayat 3: berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat.

Pasal 28G: berhak atas suaka politik dari negara lain.

15 | P a g e

c. Contoh persamaan dalam bidang hukum dalam hal proses hukum seperti: proses

peradilan, proses perizinan, pengurusan perjanjian, dan sebagainya.

d.  Contoh persamaan dalam bidang politik dalam hal ketentuan mengenai pemilihan

umum, pemilihan kepada daerah, pendirian organisasi kemasyarakatan, pendirian

partai politik, mekanisme unjuk rasa, dan sebagainya.

3. Dalam bidang keagamaan dan bidang sosial budaya

a. Tidak boleh ada pengistimewaan demikian pula diskriminasi dalam berbagai

urusan keagamaan dan sosial budaya, serta semua warga negara harus

memperoleh kesempatan yang sama untuk menjalankan berbagai aktivitas

keagamaan dan sosial budaya.

b. Tercermin dalam UUD 1945:

Pasal 28C ayat 1: berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya ....

Pasal 28E ayat 1: berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran...

Pasal 28E ayat 2: berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya

Pasal 28F: berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi ....

Pasal 28I ayat 3: identitas budaya dan hak masyarakat tradisional

dihormati ....

Pasal 29 ayat 2: memeluk agama dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya itu

Pasal 31 ayat 1: berhak mendapatkan pendidikan.

4. Dalam bidang pertahanan dan keamanan

a. Tidak boleh ada pengistimewaan ataupun diskriminasi dalam berbagai urusan

pertahanan dan keamanan, serta semua warga negara memperoleh kesempatan

sama untuk berpartisipasi dalam aktivitas pertahanan dan keamanan.

b. Tercermin pada UUD 1945 pasal 30 ayat 1: berhak dan wajib ikut serta dalam

usaha pertahanan dan keamanan.

16 | P a g e

c. Contohnya persamaan sama dalam hal memenuhi persyaratan untuk menjadi

anggota TNI maupun anggota POLRI, juga terlibat dalam menjaga keamanan

lingkungan masing-masing.

2.4 MENGHARGAI PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA TANPA

MEMBEDAKAN RAS, AGAMA, GENDER, GOLONGAN, BUDAYA DAN SUKU

Upaya mewujudkan persamaan kedudukan warga negara bukanlah upaya sekali selesai.

Meskipun konstitusi dan berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur hal itu,

prinsip tersebut belum terwujud secara optimal. Dalam kehidupan sehari-hari masih bisa

ditemui tindakan-tindakan diskriminatif, baik langsung maupun tidak langsung. Sejumlah

peluang dalam mewujudkan prinsip persamaan kedudukan warga negara di Indonesia sebagai

berikut:

a) UUD 1945 hasil amandemen memberikan dasar yang kuat bagi upaya

pemajuan persamaan kedudukan warga negara di Indonesia.

b) Demokrasi semakin diterima

c) Iklim pers yang bebas dan bertanggung jawab

d) Keterbukaan politik

e) Menguatnya masyarakat madani (civil society).

Hambatan dalam upaya pemajuan persamaan kedudukan warga negara di Indonesia

antara lain:

a) Masih ada individu ataupun kelompok yang merasa lebih tinggi kedudukannya.

b) Masih kuatnya budaya politik patron-klien.

c) Masih kuatnya kecenderungan KKN.

d) Berbagai kelemahan sistem hukum di Indonesia.

e) Masih adanya pandangan dan gerakan ekstrem, radikal, dan intoleran dalam

masyarakat.

f) Masih adanya sikap dan perlakuan diskriminatif sejumlah oknum penegak hukum.

Peluang dan hambatan dalam upaya pemajuan persamaan kedudukan warga negara di

Indonesia, menyadarkan kita bahwa mewujudan prinsip persamaan kedudukan warga negara

17 | P a g e

di Indonesia merupakan upaya sepanjang hayat. Upaya itu akan terus ada dan memang harus

terus ada. Perlu dilakukan langkah-langkah/ upaya antara lain:

1. Bagi aparat negara:

a) Implementasi suatu kebijakan atau aturan yang proporsional dan profesional

b) Sosialisasi suatu peraturan atau kebijakan secara memadai

c) Aparatur penyelenggara negara/pemerintah yang bebas dari tindak Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN)

d) Keteladanan dan pembelajaran yang berkelanjutan

e) Aparat penegak hukum, antisipatif terhadap potensi-potensi konflik yang

mengarah pada SARA.

2. Bagi masyarakat:

a) Secara pribadi, bersikap empati, solider terhadap arang lain, taat asas dan taat

aturan

b) Secara sosial, menumbuhkan sikap multikultural, yaitu bersedia menerima adanya

kesederajatan di antara keberagaman budaya.

3. Bagi semua pihak:

a) Secara berkesinambungan berupaya menumbuhkan budaya multikultural dan

gerakan antidiskriminasi di berbagai bidang kehidupan.

18 | P a g e

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Warganegara merupakan semua warga yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Kewarganegaraan merupakan kewajiban yang berhubungan dengan

warga Negara. Dalam hukum kewarganegaraan di Indonesia, dikenal dua asas memperoleh

kewarganegaraan yaitu asas tempat kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis).

Indonesia, sesuai ketentuan pada UU No. 62 Tahun 1958 pada prinsipnya menggunakan

asas ius sanguinis, namun asas ius soli juga tidak menjadi tabu untuk dipakai sebagai

aturan. Dalam hal memperoleh kewarganegaraanpun dikenal adanya stelsel aktif dan stelsel

pasif. Dalam UU ini juga dikenal salah satu cara memperoleh kewarganegaraan yaitu

melalui jalur pewarganegaraan (naturalisasi). Menurut Pasal 9 UU No.12 Tahun 2006

permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan

dan disahkan Presiden.

Dalam membangun hidup dalam kewarganegaraan diperlukan sikap persatuan dan

kebersamaan. Persamaan merupakan perwujudan kehidupan di dalam masyarakat yang

saling menghormati dan menghargai orang lain tanpa membeda-bedakan

suku,agama,ras,dan golongan(SARA).Dan persamaan tersebut dijamin dalam suatu

Pembukaan UUD 1945,Sila-sila pancasila,dan UUD 1945 dan Peraturan Perundangan

lainnya.

3.2 SARAN

Berikut upaya-upaya menghargai persamaan kedudukan warga negara:

1. Setiap kebijakan pemerintah hendaknyabertumpu pada persamaan dan menghargai

pluralitas.

19 | P a g e

2. Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperan serta dalam

pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan sara, gender budaya dan lain sebagainya.

3. Produk hukum atau perundang-undangan harus menjamin persamaan warga Negara.

20 | P a g e