warganrga
Transcript of warganrga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdirinya suatu negara harus memenuhi beberapa syarat, yaitu wilayah, rakyat, dan
pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Salah satu unsur Negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu
Negara tersebut merupakan penduduk dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara adalah
bagian dari penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang
bukan merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain yang bukan merupakan
Negaranya.
Rakyat yang menetap di suatu wilayah dalam hubungannya dengan negara disebut
warga negara. Setiap warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan
sekaligus memiliki hak yang wajib diberikan dan dilindungi oleh negara.
Persoalan mengenai warga negara ini menjadi teramat penting setelah beberapa kali
terjadi kasus yang berkaitan dengan status kewarganegaraan. Tidak sedikit warga negara
Indonesia yang melakukan perkawinan dengan warga negara asing dan berakhir dengan
sengketa perebutan anak. Selain itu kasus-kasus warga negara asing yang menyalahgunakan
izin tinggal di Indonesia. Masalah-masalah tersebut perlu segera diatasi dan dicegah jangan
sampai terjadi lagi.
Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah
terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang
bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status
kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara
negara-negara modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena
itu disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih
sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.
1 | P a g e
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya enganut prinsip ‘ ius
sanguinis’,mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan sttus kewarganegaraan
melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan China yang masih
berkewarganegaraan China atau pun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia
dan China, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap
anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan
status kewarganegaraan dari asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai warga negara
Indonesia karena kelahirannya. Kalapunhal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip dasar
yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai
kewaganegaraan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep warganegara, asas dan stelsel kewarganegaraan, dwi-
kewarganegaraan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur kewarganegaraan?
2. Apakah yang dimaksud dengan pewarganegaraan (naturalisasi)?
3. Bagaimanakah persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara?
4. Bagaimanakah cara menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan
ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep warganegara, asas dan stelsel kewarganegaraan, dwi-
kewarganegaraan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui tentang pewarganegaraan (naturalisasi)?
3. Untuk mengetahui persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
4. Untuk mengetahui cara menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa
membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku.
1.4 MANFAAT
Dapat memahami tentang konsep kewarganegaraan, pewarganegaraan (naturalisasi)
terkait pengertian, jenis dan syarat menjadi warga Negara Indonesia beserta peraturannya,
memahami persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara sehingga mampu menciptakan sikap saling menghargai antarsesama.
2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEWARGANEGARAAN
2.1.1 Warganegara
Warganegara merupakan semua warga yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Kewarganegaraan merupakan kewajiban yang
berhubungan dengan warga Negara.
Rakyat merupakan semua orang yang berada dalam wilayah kekuasaan
Negara dan tunduk pada kekuasaan tersebut. Dalam suatu Negara yang telah
merdeka, unsur yang penting untuk terpenuhi adalah adanya rakyat yang menempati
wilayah kenegaraan. Rakyat suatu Negara terdiri atas penduduk dan bukan
penduduk.
Penduduk merupakan orang-orang yang telah memenuhi peraturan Negara
yang bersangkutan dan mempunyai tempat tinggal menetap dalam wilayah Negara
itu. Sedangkan bukan penduduk merupakan orang-orang yang berada dalam
wilayah suatu Negara dan tidak mempunyai tempat tinggal menetap.
Penduduk suatu Negara terdiri atas Penduduk warganegara dan penduduk
bukan warganegara. Penduduk warganegara dapat disebut warganegara karena
mereka mempunyai hak politik, hukum dan hak pendidikan pada suatu Negara.
Sedangkan penduduk bukan warganegara disebut warganegara asing sebab mereka
berada pada suatu Negara tetapi tidak menjadi anggota Negara menurut hukum
namun tunduk pada pemerintah tempatnya berada.
Masalah kewarganegaraan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.12
Tahun 2006 sebagai wujud dari pasal 26 UUD 1945.
Pasal 26 ayat 1 UUD 1945 dan pasal 2 UU No.12 Tahun 2006 menyebutkan
mengenai masalah warganegara. Pasal 26 ayat 2 menyebutkan mengenai penduduk.
Dan pasal 26 ayat 3 menyebutkan bahwa hal-hal mengenai warganegara dan
penduduk diatur dalam Undang-Undang.
Menurut pasal 4 UU No.12 Tahun 2006 yang menjadi warga Negara adalah:
3 | P a g e
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan
perjanjian pemerintah.
b. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah dan ibu warganegara Indonesia.
c. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warganegara Indonesia dan ibu
warganegara asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warganegara asing dan ibu
warganegara Indonesia.
e. Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ibu warganegara Indonesia tetapi ayahnya
tidak berkewarganegaraan.
f. Anak yang lahir dalam tenggang 300 hari setelah ayahnya meninggal dari
perkawinan sah dan ayahnya berkewarganegara Indonesia.
g. Anak diluar perkawinan sah dari ibu warga Negara Indonesia.
h. Anak diluar perkawinan sah dari ibu warga Negara asing yang diakui ayah warga
Negara Indonesia sebelum usia 18 tahun atau belum menikah.
i. Anak yang lahir atau ditemukan di wilayah Indonesia yang tidak jelas status
kewarganegaraan orang tuanya atau tidak diketahui keberadaannya.
j. Anak yang lahir di luar wilayah Indonesia dari ayah dan ibu warga Negara
Indonesia karena ketentuan tertentu memberikan kewarganegaraan pada anak
tersebut.
k. Anak dari ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
namun meninggal dunia sebelum mengucapkan janji.
2.1.2 Asas dan Stelsel Kewarganegaraan
Asas yang menentukan kewarganegaraan secara umum yaitu :
a. Asas Ius Sanguinis, asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut kewarganegaraan orang tuanya.
b. Asas Ius Soli, asas yang menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut
Negara tempat ia dilahirkan.
Asas yang menentukan kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.12 Tahun
2006 :
a. Asas Ius Sanguinis, asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan.
4 | P a g e
b. Asas Ius Soli Terbatas, asas kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran
secara terbatas yaitu berlaku bagi anak-anak yang diatur undang-undang.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal, asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi tiap orang.
d. Asas Kewarganegaraan Ganda, asas yang menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak sesuai undang-undang.
Asas khusus yang menentukan kewarganegaraan menurut UU No.12 Thn. 2006:
a. Asas kepentingan nasional
b. Asas perlindungan maksimum
c. Asas persamaan hukum dan pemerintah
d. Asas kebenaran substantif
e. Asas nondiskriminatif
f. Asas pengakuan dan penghormatan HAM
g. Asas keterbukaan
h. Asas publisitas
5 | P a g e
Stelsel Kewarganegaraan terdiri atas :
a. Stelsel Aktif berarti seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu
untuk menjadi warganegara. Stelsel ini berkaitan dengan hak opsi yaitu hak
untuk memilih kewarganegaraan.
b. Stelsel Pasif berarti seseorang dengan sendirinya menjadi warganegara
tanpa melakukan tindakan hukum. Stelsel ini berkaitan dengan hak repudiasi
yaitu hak untuk menolak kewarganegaraan.
2.1.3 Dwi-Kewarganegaraan
a. A-Patride yaitu seorang penduduk yang tidak memiliki kewarganegaraan.
b. Bi-Patride yaitu seorang penduduk memiliki dua kewarganegaraan.
UU No. 12 Tahun 2006 menyatakan kewarganegaraan ganda diberikan pada
anak sampai usia 18 tahun atau sebelumnya sudah menikah dan setelah 18 tahun
atau setelah menikah diberikan hak memilih kewarganegaraan. Pasal 4 huruf c,d,h,l
dan pasal 5 ( 1 dan 2 ) UU No.12 tahun 2006 berakibat anak berkewarganegaraan
ganda.
2.1.4 Perundangan Kewarganegaraan setelah Indonesia Merdeka di bawah UUD
1945
a. UU No.3 Tahun 1946 menyatakan yang menjadi warganegara Indonesia adalah :
- Penduduk asli daerah RI dan anak-anak dari penduduk asli
- Istri seorang warganegara Indonesia
- Keturunan dari warganegara dengan wanita warganegara asing
- Anak yang lahir di daerah RI yang tidak diakui sah oleh orangtuanya atau tidak
diketahui orangtuanya
- Anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang berkewarganegaraan
RI meninggal
- Orang bukan penduduk asli yang bertempat tinggal di Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dan telah berumur 21 tahun atau telah menikah
- Masuk menjadi warganegara melalui naturalisasi.
b. Konferensi Meja Bundar ( KMB ) menyatakan yang menjadi warganegara RI adalah :
- Penduduk asli Indonesia yaitu golongan Bumiputera dan berkedudukan di RI
6 | P a g e
- Orang Indonesia
- Orang Cina, Arab dan Belanda serta orang asing ( Kawula negara Belanda ) yang
lahir di Indonesia atau bertempat tinggal 6 bulan di wilayah RI dan memilih
warganegara Indonesia dalam waktu 2 tahun sesudah 27 Desember 1949.
c. UU No.62 Tahun 1958 mengatur tentang :
- Orang yang dinyatakan warganegara Indonesia
- Pewarganegaraan dan akibat pewarganegaraan
- Pewarganegaraan istimewa
- Kehilangan kewarganegaraan Indonesia
- Orang yang dinyatakan warganegara asing.
d. UU No.12 Tahun 2006 berisi ketentuan tentang :
- Orang yang menjadi warganegara Indonesia
- Cara dan syarat memperoleh kewarganegaraan RI
- Kehilangan kewarganegaraan RI
- Cara dan syarat memperoleh kembali kewarganegaraan RI
- Ketentuan pidana.
2.2 PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)
Dalam hukum kewarganegaraan di Indonesia, dikenal dua asas memperoleh
kewarganegaraan yaitu asas tempat kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis).
Menurut ius soli, seseorang yang dilahirkan dalam wilayah suatu negara adalah
warganegara. Sedangkan menurut ius sanguinis, seseorang adalah ia menjadi warganegara
karena ia dilahirkan dari orangtua warganegara.
Namun tidak semua negara menggunakan asas ini, karena ada juga yang menerapkan
dwikenegaraan (dilihat dari salah satu turunan warganegara, bisa dilihat dari pihak ayah atau
ibu). Atau ada juga negara yang memiliki kesamaan keturunan dengan negara lain, seperti
Italia dan Argentina karena banyaknya keturunan negara tersebut yang pindah ke neeegara
yang serumpun (Harsono 1992: 3).
7 | P a g e
Dalam hal memperoleh kewarganegaraanpun dikenal adanya stelsel aktif dan stelsel
pasif. Dalam stelsel aktif, seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan dengan melakukan
perbuatan hukum tertentu. Sedangkan stelsel pasif, seseorang dapat memperoleh
kewarganegaraan tanpa melakukan perbuatan hukum tertentu (Hadidjojo 1954: 39).
Indonesia, sesuai ketentuan pada UU No. 62 Tahun 1958 pada prinsipnya
menggunakan asas ius sanguinis, namun asas ius soli juga tidak menjadi tabu untuk dipakai
sebagai aturan (lihat Pasal 1 huruf f, g, h, dan i). Dalam UU ini juga dikenal salah satu cara
memperoleh kewarganegaraan yaitu melalui jalur pewarganegaraan (naturalisasi).
Naturalisasi diperoleh seiring dengan berlakunya Keputusan Menteri Kehakiman yang
memberikan pewarganegaraan tersebut. Pewarganegaraan ini diberikan (atau tidak
diberikan) atas permohonan, sedangkan instansi yang memberikan adalah Menteri
Kehakiman.
Kemudian, seiring dengan reformasi di Indonesia, diadakan revisi pada UU tersebut
menjadi UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Revisi UU terjadi karena
penekanan pada hubungan perdata menyangkut status patrilineal, kemudian dalam UU
terdahulu masih adanya diskriminasi etnis tertentu, dwikewarganegaraan, serta belum
terjaminnya hak-hak kewarganegaraan.
Melihat itu semua, sebenarnya proses naturalisasi tidak memakan proses yang rumit.
Adapun syarat-syarat memperoleh naturalisasi menurut UU No.12 Tahun 2006 adalah:
1. Naturalisasi Biasa
Mengajukan permohonan kepada Menteri hukum dan HAM melalui kantor
pengadilan negeri setempat dimana ia tinggal atau di Kedubes RI apabila di luar negeri
permohonan ini ditulis dalam bahasa Indonesia. Bila lulus maka ia harus mengucapkan
sumpah setia di hadapan pengadilan negeri. Syarat-syaratnya naturalisasi biasa adalah :
1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
8 | P a g e
3) Sehat jasmani dan rohani;
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6) Jika dengan memperoleh Kewarga negaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7) Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap; dan
8) Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
2. Naturalisasi istimewa
Naturalisasi istimewa di negara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang
status kewarganegaraannya dalam kondisi sebagai berikut
a) Anak WNI yang lahir diluar perkawaninan yang sah, belum berusia 18 tahun atau
belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
b) Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun telah secara sah sebagai anak oleh
WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI
c) Perkawinan WNI dengan WNA, baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya
yang WNI atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status
kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda
hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
d) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan
kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagimana ditentukan di dalam
perundangan-undangan.
e) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampikan dalam waktu paling lambat 3
tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin
f) Warga asing yang telah berjasa kepada Negara RI dengan pernyataan sendiri
(permohonan) untuk menjadi warga negara RI atau dapat diminta oleh Negara RI.
Kemudian, mereka mengucapkan sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi semua
syarat sebagaimanan dala naturalisasi biasa) cara ini diberikan oleh Presiden dengan
persetujuan DPR.
9 | P a g e
Akibat Pewarganegaraan
a) Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan sebagai orang asing.
b) Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikaat perkawnian sah,
tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.
c) Anak yang belum berumur 18 tahun atau belum kawin yang mempunyai hubungan
hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan
RI turut memperoleh kewarganegaraan RI
d) Anak yang lahir di wilayah RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang tuanya atau
tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI
e) Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagi anak WNA berdasarkan
pengadilan tetap diakui sebagai WNI
f) Kehilangan kewarganegaraan RI bagi seorang ibu tidak dengan sendirinya berlaku
terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai
anak itu berusia 18 tahun atau sudh kawin.
g) Kehilangan kewarganegaraa Ri bagi seseorang ayah tidak dengan sendirinya berlaku
terhadap anaknya yang mempunyai hukum dengan ayahnya sampai anak itu berusia 18
tahun atau sudah kawin
h) Kehilangan kewarganegaraan RI karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi
seorang ibu yang putus perkawinannya tidak sampai nak tersebut berusia 18 tahun atau
sudah kawin.
3. Syarat Dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan. Menurut Pasal 9 UU No.12 Tahun 2006 permohonan pewarganegaraan
dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat
10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
10 | P a g e
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Selanjutnya, pemohon harus membuat permohonan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM atau Perwakilan RI di luar negeri dengan sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama lengkap;
2. Tempat dan tanggal lahir;
3. Alamat tempat tinggal;
4. Kewargenegaraan Pemohon;
5. Nama lengkap suami atau istri;
6. Tempat dan tanggal lahir suami atau istri, serta;
7. Kewarganegaraan suami atau istri.
Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis
dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri
dan disampaikan kepada Pejabat yang berwenang. Selanjutnya, Menteri meneruskan
permohonan pewarganegaraan disertai dengan pertimbangan kepada Presiden dalam waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima. Dalam
mengajukan permohonan pewarganegaraan, pemohon dikenai biaya yang telah diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan. Jika
permohonan pewarganegaraan dikabulkan, maka ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Keputusan Presiden sebagaimana ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14
11 | P a g e
(empat belas) hari terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan. Jika permohonan
pewarganegaraan ditolak Presiden, harus disertai alasan dan diberitahukan oleh Menteri
kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan
diterima oleh Menteri.
Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraan
berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia. Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan Presiden dikirim kepada
pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia. Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah
atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir
tanpa alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. Dalam hal pemohon
tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah
ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri.
Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dilakukan di hadapan Pejabat yang
berwenang. Pejabat selanjutnya membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah
atau pernyataan janji setia. Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat menyampaikan berita acara
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri.
2.3 PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Dalam bahasa ilmu politik, persamaan kedudukan warga negara biasa disebut dengan
istilah “persamaan politik” (political equality). Persamaan politik adalah keadaan di mana
setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama sebagaimana yang lainnya untuk
berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik negara (Ranney, 1982:280).
Penekanan prinsip persamaan politik adalah persamaan kesempatan untuk
berpartisipasi, bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Sebab, partisipasi nyata
12 | P a g e
warga masyarakat yang satu dengan yang lain tentu saja berbeda-beda, tergantung pada
kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi masing-masing pihak.
Menurut Harold J Laski, prinsip persamaan kedudukan warga negara memiliki dua
dimensi, yaitu:
Tidak adanya keistimewaan khusus
Kesempatan yang sama diberikan kepada setiap orang
Jadi, negara tidak boleh memberikan pengistimewaan khusus kepada individu atau
kelompok tertentu dalam masyarakat, entah itu atas dasar alasan ras, agama, jender, golongan
budaya, suku, ataupun status sosial dalam masyarakat.
Kenyataan di masyarakat memang menunjukkan bahwa banyak terjadi ketidaksamaan,
akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa perlakuan yang tidak sama terhadap warga negara
dibenarkan. Kita harus memperjuangkan persamaan warga negara dalam kehidupan sehari-
hari.
Negara berkewajiban memperlakukan setiap orang dan semua warganya secara sama
dengan cara memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk ikut serta dalam
proses pembuatan keputusan politik. Apa pun ras, agama, jender, golongan budaya, suku,
maupun status sosialnya, semua wara negara yang harus diperlakukan sama. Mereka
memiliki kesempatan yang sama untuk ikut srta dalam proses pembuatan keputusan politik.
Persamaan hidup, merupakan sikap yang mengedepankan nilai-nilai saling
menghormati dan menghargai antar sesama tanpa diskriminasi. Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika, merupakan perekat yang melekat dan tertanam kuat dalam jiwa bangsa Indonesia.
Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)
Nilai kultural yang perlu dilestarikan dalam upaya memberikan jaminan persamaan
hidup :
• Nilai Religius .
• Nilai Gotong Royong .
13 | P a g e
• Nilai Ramah Tamah.
• Nilai Kerelaan Berkorban dan Cinta Tanah Air.
Jaminan Persamaan Hidup Dalam Konstitusi Negara
1) Pembukaan UUD 1945, Pada alinea 1, bahwa ....... kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa ...........
2) Sila-Sila Pancasila,
1. Ketuhanan yang Maha Esa: makna utama dalam sila pertama ini yaitu
adanya pengakuan persamaan jaminan hidup bagi warga negara Indonesia
untuk beragama dan melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan
keyakinan masing-masing.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: menunjukkan ekspresi bangsa
Indonesia yang mempunyai keinginan kuat bahwa dalam aspek-aspek
hubungan antar manusia ada jaminan persamaan hidup dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berdasarkan moralitas yang adil
dan beradab.
3. Persatuan Indonesia: dengan dasar persatuan dan kesatuan Indonesia, maka
setiap bangsa Indonesia mampu meletakkan kepentingan, keselamatan
bangsa dan rakyat di atas kepentingan diri sendiri dan golongan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: keinginan hidup berbangsa dan bernegara
yang demokratis baik dalam arti formal maupun material berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa dan moralitas Kemanusiaan yang Adil dan
Beradabdengan senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan
bangsa.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: dimaksudkan dalam rangka
pengaturan hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, material
maupun spiritual.
14 | P a g e
3) UUD 1945 (Pasal 26 sampai dengan pasal 34) dan
Peraturan Perundangan Lainnya, antara lain:
1. UU No. 40 Tahun 1999, mengeluarkan pikiran & tulisan melalui “Pers”.
2. UU No. 3 Tahun 2002, membela negara melalui “Pertahanan Negara”.
3. UU No. 31 Tahun 2002, mendirikan “Partai Politik”,
4. UU No. 4 Tahun 2004, hak praduga tak bersalah melalui “Kekuasaan
Kehakiman”.
Prinsip persamaan kedudukan warga negara di berbagai bidang:
1. Dalam bidang ekonomi
a. Tidak boleh ada pengistimewaan dan diskriminasi serta semua warga negara
harus memperoleh perlakuan yang sama dalam kegiatan ekonomi.
b. Tercermin dalam UUD 1945:
Pasal 27 ayat 2: pekerjaan dan penghidupan yang layak
Pasal 28C: mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya ....
Pasal 28D ayat 2: berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Pasal 28H ayat 4: berhak atas hak milik pribadi ....
2. Dalam bidang hukum dan politik
a. Tidak boleh ada pengistimewaan dan diskriminasi dalam berbagai urusan hukum
dan politik, dan semua warga negara memperoleh perlindungan hukum yang
sama, serta kesempatan yang sama dalam berbagai aktivitas politik.
b. Tercantum dalam UUD 1945:
Pasal 28D ayat 1: berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Pasal 28D ayat 3: berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
Pasal 28E ayat 3: berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28G: berhak atas suaka politik dari negara lain.
15 | P a g e
c. Contoh persamaan dalam bidang hukum dalam hal proses hukum seperti: proses
peradilan, proses perizinan, pengurusan perjanjian, dan sebagainya.
d. Contoh persamaan dalam bidang politik dalam hal ketentuan mengenai pemilihan
umum, pemilihan kepada daerah, pendirian organisasi kemasyarakatan, pendirian
partai politik, mekanisme unjuk rasa, dan sebagainya.
3. Dalam bidang keagamaan dan bidang sosial budaya
a. Tidak boleh ada pengistimewaan demikian pula diskriminasi dalam berbagai
urusan keagamaan dan sosial budaya, serta semua warga negara harus
memperoleh kesempatan yang sama untuk menjalankan berbagai aktivitas
keagamaan dan sosial budaya.
b. Tercermin dalam UUD 1945:
Pasal 28C ayat 1: berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya ....
Pasal 28E ayat 1: berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran...
Pasal 28E ayat 2: berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya
Pasal 28F: berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi ....
Pasal 28I ayat 3: identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
dihormati ....
Pasal 29 ayat 2: memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu
Pasal 31 ayat 1: berhak mendapatkan pendidikan.
4. Dalam bidang pertahanan dan keamanan
a. Tidak boleh ada pengistimewaan ataupun diskriminasi dalam berbagai urusan
pertahanan dan keamanan, serta semua warga negara memperoleh kesempatan
sama untuk berpartisipasi dalam aktivitas pertahanan dan keamanan.
b. Tercermin pada UUD 1945 pasal 30 ayat 1: berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan.
16 | P a g e
c. Contohnya persamaan sama dalam hal memenuhi persyaratan untuk menjadi
anggota TNI maupun anggota POLRI, juga terlibat dalam menjaga keamanan
lingkungan masing-masing.
2.4 MENGHARGAI PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA TANPA
MEMBEDAKAN RAS, AGAMA, GENDER, GOLONGAN, BUDAYA DAN SUKU
Upaya mewujudkan persamaan kedudukan warga negara bukanlah upaya sekali selesai.
Meskipun konstitusi dan berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur hal itu,
prinsip tersebut belum terwujud secara optimal. Dalam kehidupan sehari-hari masih bisa
ditemui tindakan-tindakan diskriminatif, baik langsung maupun tidak langsung. Sejumlah
peluang dalam mewujudkan prinsip persamaan kedudukan warga negara di Indonesia sebagai
berikut:
a) UUD 1945 hasil amandemen memberikan dasar yang kuat bagi upaya
pemajuan persamaan kedudukan warga negara di Indonesia.
b) Demokrasi semakin diterima
c) Iklim pers yang bebas dan bertanggung jawab
d) Keterbukaan politik
e) Menguatnya masyarakat madani (civil society).
Hambatan dalam upaya pemajuan persamaan kedudukan warga negara di Indonesia
antara lain:
a) Masih ada individu ataupun kelompok yang merasa lebih tinggi kedudukannya.
b) Masih kuatnya budaya politik patron-klien.
c) Masih kuatnya kecenderungan KKN.
d) Berbagai kelemahan sistem hukum di Indonesia.
e) Masih adanya pandangan dan gerakan ekstrem, radikal, dan intoleran dalam
masyarakat.
f) Masih adanya sikap dan perlakuan diskriminatif sejumlah oknum penegak hukum.
Peluang dan hambatan dalam upaya pemajuan persamaan kedudukan warga negara di
Indonesia, menyadarkan kita bahwa mewujudan prinsip persamaan kedudukan warga negara
17 | P a g e
di Indonesia merupakan upaya sepanjang hayat. Upaya itu akan terus ada dan memang harus
terus ada. Perlu dilakukan langkah-langkah/ upaya antara lain:
1. Bagi aparat negara:
a) Implementasi suatu kebijakan atau aturan yang proporsional dan profesional
b) Sosialisasi suatu peraturan atau kebijakan secara memadai
c) Aparatur penyelenggara negara/pemerintah yang bebas dari tindak Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN)
d) Keteladanan dan pembelajaran yang berkelanjutan
e) Aparat penegak hukum, antisipatif terhadap potensi-potensi konflik yang
mengarah pada SARA.
2. Bagi masyarakat:
a) Secara pribadi, bersikap empati, solider terhadap arang lain, taat asas dan taat
aturan
b) Secara sosial, menumbuhkan sikap multikultural, yaitu bersedia menerima adanya
kesederajatan di antara keberagaman budaya.
3. Bagi semua pihak:
a) Secara berkesinambungan berupaya menumbuhkan budaya multikultural dan
gerakan antidiskriminasi di berbagai bidang kehidupan.
18 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Warganegara merupakan semua warga yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Kewarganegaraan merupakan kewajiban yang berhubungan dengan
warga Negara. Dalam hukum kewarganegaraan di Indonesia, dikenal dua asas memperoleh
kewarganegaraan yaitu asas tempat kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis).
Indonesia, sesuai ketentuan pada UU No. 62 Tahun 1958 pada prinsipnya menggunakan
asas ius sanguinis, namun asas ius soli juga tidak menjadi tabu untuk dipakai sebagai
aturan. Dalam hal memperoleh kewarganegaraanpun dikenal adanya stelsel aktif dan stelsel
pasif. Dalam UU ini juga dikenal salah satu cara memperoleh kewarganegaraan yaitu
melalui jalur pewarganegaraan (naturalisasi). Menurut Pasal 9 UU No.12 Tahun 2006
permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
dan disahkan Presiden.
Dalam membangun hidup dalam kewarganegaraan diperlukan sikap persatuan dan
kebersamaan. Persamaan merupakan perwujudan kehidupan di dalam masyarakat yang
saling menghormati dan menghargai orang lain tanpa membeda-bedakan
suku,agama,ras,dan golongan(SARA).Dan persamaan tersebut dijamin dalam suatu
Pembukaan UUD 1945,Sila-sila pancasila,dan UUD 1945 dan Peraturan Perundangan
lainnya.
3.2 SARAN
Berikut upaya-upaya menghargai persamaan kedudukan warga negara:
1. Setiap kebijakan pemerintah hendaknyabertumpu pada persamaan dan menghargai
pluralitas.
19 | P a g e