WAKAF VANG MENURUT HUKUM ISL.AM DAN UNDANG...
Transcript of WAKAF VANG MENURUT HUKUM ISL.AM DAN UNDANG...
WAKAF VANG MENURUT HUKUM ISL.AM DAN UNDANG-UNDANG N0.41TAHUN2004.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Huk:um Islam (SHI)
Oleh:
Rusdi Ratoni
NIM. 203 044 101 792
KONSENTRASI PERADILAN AGANlA
PROD I AL-AHW AL AS-SY AKHSHIYAH
F AKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUM
UNUVERSIT AS ISLAM NEGRI SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2008 M
WAKAF UANG MENURUT HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG N0.41TAHUN2004
(Studi Perbandingan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas syari'ah dan Hukum
Untulc Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Serjana Hulmm Islam(SHI)
Oleb:
Rusdi Ratoni
NIM: 203044101792
Di Bawah Bimbingan
A
Drs Ahmad Y ani.MA
NIP: 150 289 678
KONSENTRASI PERADILAN AGAlVlA
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428/2008 M
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
Skripsi berjudul "W AKAF UANG MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG
UNDANG N0.41.TAHUN 2004" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Se1jana Hukum Islam· (SHI) pada Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah
(Peradilan Agama)
P ANITIA UJJAN
Ketua
Sekretaris
Pembimbing I
Jakarta 27 Marnt 2008
Mengesahkan,
Prof. R.H. Mu
: Drs. Djawal1ir Heiazziey, SI-I,MA
NIP. 130 789 745
: Drs.H. Ahmad Yani MA
NIP. 150 289 678
: Dra. Hi. Halima Ismail
NIP. 150 075 192
NIP. 150 210 422
Pembimbing II : Ors.Ahmad Yani MA
NIP. 150 289 678
Penguji I
Penguji II
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH.MA
NIP. 130 789 745
: Dra.Maskufa S.Ag
NIP. 150 268 590
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi maha
penyayang Tuhan seru sekalian Alam. Alhamdulillah,dengan taufik, Hidayah dan
inaya11-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan walaupun ditemukan beberapa
kesulitan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Mulianunad SAW , keluarga dan para sahabatnya.
Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus penulis laksanakan
untuk meraih gelar serjana Hukum islam pada Fakultas Syari'ah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Upaya penulisan naskah ini, penulis lakukan setelah
menyelesaikan mata kuliyah yang telah ditetapkan oleh Fakullas.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis merasa berhutang budi kepada
semua pihak yang tanpa bantuan dan uluran tangan mereka skripsi ini tidak akan
terwujud seperti ini. Untuk itu sepantasnyalah penulis mengucapkan banyak terima
kasih .Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada:
1. Bapak. Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH.MA Dekan Fakultas Syari'ah dan
Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Bapalc Drs. H.Basiq Djalil,S.H. selaku Ketua jumsan al-Ahwal as
Asyakhshiyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Elj.Halima Ismail. Selaku dosen Pembimbing di tengah kesibukanya
rela menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan ,arahan serta
ilmunya kepda penulis
4. Bapak Drs. H. Ahmad Yani. MA. Selaku dosen Pembimbing di tengah
kesibukanya rela menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
arahan serta ilmunya kepada penulis.
5. Dosen dan Karyawan dilingkungan Fakultas syari'ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan,pengalaman serta
bantuanya kepada penulis
6. Ayahanda Masrizal bin alunad dan Ibunda Kujai yang tercinta,atas jerih
payah dan kasih sayang merekalah penulis dapat menyelesaikan studi penulis
untuk sementara wakatu.Walaupun Ibunda telah di panggil Oleh Alah SWT.
Tetapi do'a dan Harapan mereka membuat motifasi penulis untuk
menyelesaikan study ini. Semoga Allah Menerima Il1adah Kedua Orang Tua
amba,dan di tempatkan di surga-Nya Amin.
7. Bapak Drs.H. Ambrizal dan Thu Hj. Hafuah yan telah memberikan bantuan
baik secara moril maupun materil, sehingga skripsi ini selesai.
8. KH.Drs. Muhtady Alawi selaku Guru handa sebagi Pengasuh Pondok
Pesantren Soebono Mantofani, yang telah mendidik dan memberikan tempat
tinggal penulis sampai selesainya skripsi ini.
9. Kaka saya Hasnah, Yusuf ,Armansyah yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini, saya mengucapkan terima kasih.
11. Adik-adik saya Dafri, Apri, Habib yang telab menjadikan motifasi penulis
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sabat Rusydi yang telab memberikan duknngan dan ide yang membangnn,
sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
13. Sababat-sababat di Tempat Tinggal penulis Aguz Zaki, M.Riyadhoh,Joshe,
sebagi sababat suka dan duka telab memberikan dukungan do'a hingga
skripsi ini selesai.
14. Seluruh teman-teman seperjuang SAS- PA 2003,penulis merasa bangga telab
menjadi bagian dari komunitas tersebut.
Akhimya,semua bantuan ,dorongan ,do' a serta an1al bakti yang telal1 diberikan
itu,semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allal1 Yang Maha Pemurah. Amin
Y arobbal 'alamin. Dan penulis berharap semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi
ini diipat qermanfaaf bagi S~ll)ll!I pi)11jk teftltan1a penulis sendiri.
Penulis.
-----
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTARISI .................................................................................. ii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ .
g:· Pembatasan Dan Perumusan Masalah . . . . . .. . . . . . . .. . . .. .. . . . . . . . . . . . . .. .. . .. . .... 6
C. Metodologi Penulisan dan Tujuan penulisan...... ............................... 7
D. Sistematika Penulisan 9
BAB. II. SEKJTAR WAKAF UANG DALAM PANDANGAN FIQH ISLAM
A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf....... ... ......................... 11
B. Syarat-syarat Wakaf dan Rukun Wakaf.. .......................................... 21
C. WakafUang Dalarn Pandangan Islam ............................................. 28
D. Hikmah W akaf... .. . . . . . . .. . . . .. . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. .. . . .. . .. . . . . .. .. .. . . . .. . . . 3 3
BAB. III. PERWAKAFAN DI INDONESIA
A. Lintas Sejarah Wakafdi Indonesia ................................................ 36
B. Peraturan dan Ketetapan Perwakafan yang Pernah Berlaku di Indonesia ... 3 9
C. Ketetapan Perwakafan pada UU RI No. 41 Tahun 2004 ........................ 49
D. Wakafuang dalarn pandangan UU Ri No.41Tahun2004 ........................... 52
BAB IV. ANALISA DAN PERBANDINGAN ANTARA KONSEP WAKAF
VANG MENURUT FIQH ISLAM DAN UU RI NO. 41 TAHUN 2004
······················································································ 57
A. Persamaan Konsep Wakaf Uang Menumt Fiqh Islam dan UU RI No. 41
Tahun 2004 ........................................................................... 60
B. Perbedaan Konsep Wakaf Uang Menumt Fiqh Islam dan Undang-Undang RI
No. 41 Tahun 2004 Dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi .................... 64
C. Analisa Penulis ....................................................................... 65
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 70
B. Saran-Saran ............................................................................ 71
DAFT AR PUST AKA ......................................................................... 73
A. Latar Belakang Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
Umat Islam harus yakin bahwa Allah SWT tidak menciptakan manusia seperti
juga tidak menciptakan jin kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Beribadat dalam arti
mengabdi kepadanya secara keseluruhan, baik seluruh sikap hidup dan kehidupan
manusia secara pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat dan sebagai kesatuan
mahkluk pada umumnya.
Dalam pelaksanaan ibadah tersebut, Allah telah mengatur caranya, baik dalam
bentuk ibadat khusus yang telah ditentukan cara, waktu, dan tempatnya, seperti
shalat, puasa, haji, maupun dalam bentuk ibadat secara umum, Ibadat secara umum "
berupa pengabdian kita kepada-Nya melalui pengabdian untuk kepentingan
kemanusiaan dan kemasyarakatan, yaitu untuk kepentingan umum atau kepentingan
jama'ah. Mereka yang mempelajari secara keseluruhan dapat mengerti bahwa jika di
luar bidang peribadatan dikatakan sesuatu hale adalah hak Allah SWT, maka yang
dimaksud ialah hale Jama 'ah atau hak umum. 1
Salah satu amal sosial kemasyarakatan adalah wakaf yang dapat disebut
sebagai salah satu bentuk realisasi ibadat dalam Islam, yang dapat menjadi sumber
dana dakwah telah tumbuh subur dan selalu dilaksanakan oleh bangsa Indonesia.
Wujud perwakafan tersebut banyak macamnya, ada yang berwujud tanah, gedung,
1 Suparman Usman., Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta : Darul Ulum Press, I 995) h. 5
2
pohon dan bentuk wakaflainnya2. Wakaf mernpakan satu bentuk ibadah dengan cara
memisahkan sebagian harta beiada yang kita miliki untuk dijadikan harta milik umum,
yang akan diambil manfaatnya bagi kepentingan orang lain atau umat islam pada
umumnya.
Secara historis, peran wakaf sangat besar, baik secara kualitas maupun
kuantitas, dari segi kwalitas, misalnya di Mesir sampai pada abad 19 jumlah lahan
pe1tanian, hasil wakaf masyarakat mencapai sekitar sepe1tiga dari total jumlah lahan
pertanian yang ada. Sedangkan dari segi pemanfaatan, tanah wakaf mempunyai andil
yang sangat besar dalarn memajukan sektor pendidikan, kesehatan dan kebutuhm1
sosial lainnya. 3.
Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi umat dan negara yang unik,
dalan1 wakaf yang layak untuk di manfaatkan adalah hasil dari perputaran dan
pengelolaan wakaf bukan pokoknya, dengan demikian barang wakaf tidak akan habis.
Keunikan wakaf juga terlihat pada pengembagan hmta yang tidak didasarkan pada
tingkat pencapaian keuntungan bagi pemilik hmta wakaf, tetapi lebih didasarkan pada
target dan didasarkan pada unsur kebajikm1 (birr), kebaikan (ihsan) dan
kerjasamanya. Bisajadi, sebuah harta wakaftidak mendatangkan keuntungan, namun
jika dialokasikan dengan bena~-, sehingga bisa merekrut tenaga pengangguran, maka
harta tadi sudah berguna, dengan begitu wakaf harus dikelola dengan penuh
2 Ibid, h. 6 3 Hasan,Zubairi Membebaskan Keterbe/akangan Umat dengan Wakaf, (Jakarta : Majalah
Peduli Umat, IV, 9 Agustus 2003), h. 6,
~
3
kebersamaan dan transparan, harta wakaf adalah milik umat wajar sekali bila
perputaran uang dibalik harta wakaf hams diketahui oleh Umat.
Prinsip pemilikan harta dalam ajaran Islam menyatakan bahwa haiia tidak
dibenarkan hanya dikuasai oleh sekelompok orang. Penguasaan harta oleh •
sekelompok orang alcan melahirkan eksploitasi si kaya terhadap si miskin akan
menimbulkan kegoncangan sosial akan menjadi penyakit masyarakat mempunyai
akibat-akibat negatif beraneka ragam. Harta tidaklah hanya unruk dinikmati sendiri,
melainkan hams dinilanati bersama. Ini tidak beraiii bahwa ajaran Islam iru
melarang orang untuk kaya raya, melainkan suatu peringatan kepada umat manusia
bahwa Islam mengajarkan fungsi sosial harta. Untuk itu diciptakan lembaga zakat,
shadakah, infag, kafarah, perwakafan, dan lembaga lainnya.
Kajian wakaf sebagai pi;anata sosial memjuk kepada tiga corcus;
Pertama, Wakaf sebagai lembaga keagamaai1
Kedua, W akaf sebagai lembaga yang diatur oleh negai·a
Ketiga, Wakaf sebagai lembaga kemasyarkatan atau suatu lembaga yang hidup
dalam masyarakat. 4
Apabila wakaf ditinjau sebagai lembaga keagamaan dalam ajarai1 Agama Islam,
maka corcus sumber datanya meliputi :
4 Juhaya S Praja" Penvakafan di Indonesia; Sejarah, Pe111ikiran, Huk1-11n dan Perkembangannya, (Bandung: Yayasan Piara, 1995), h. 16
1 Wahyu yakni Al-qur'an
2 Sunah
4
3 Ijtihad, yakni hasil ijtihad para mujahidin dalam upaya menginterpretasikan
Al-Qur'an dan sunah karena ijtihad itu selalu mempertimbangkan situasi dan
kondisi, yang berupa ruang, waktu, manfaat dan tujuan hukum, malca
keragaman pendapat mengenai praktek pranata sosial wakaf ini tidak
terelakan lagi
Kajian wakaf sebagai lembaga yang diatur oleh negara merujuk kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara itu. Di Indonesia, pe1wakafan
telah diatur dalam perundang-undangan sejak tahun 1905, walaupun masih terbatas
pada perwalcafan tanah yang termasuk didalamnya masjid dan rumah-rumah suci.
Peraturan-peraturan tersebut adalah:
I. Bijblad op Het staatsblad (Lembaran Negara) nomor 1698, Bede Huizen
Moskieen, tgl 31 Januari 1905 tentang rumah-rumal1 suci dan masjid (yang
dimaksud di sini adalah· wakaf);
2. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 12573, tanggal 4 Juni 1931 tentang
Bedehizeen Wakaps. Peraturan ini denganjelas menyatakan Wakaf.;
3. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 13380 tanggal 24 Desember 1934 tentang
bedehizeen Bijblad op l-Iet Staatsblad Nomorrijdagdiensten Moskieen, en
wakap;
4. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 13480, tanggal 27 Mei 1935. tentang
Bedehuizeen Vrijdagdiesten Moskien en wakap;
6
7 UU RI No. 41Tahun2004 tentang wakaf.
Kajian wakaf dengan menganggapnya sebagai lembaga kemasyarakatan atau
lembaga yang hidup dalam masyarakat berarti mengkaji wakaf dalam tinjauan sosial,
kajian ini merujuk kepada c~rcus yang meliputi fakta dan data yang ada dalam
masyarakat. Fakta tersebut ditunjang oleh dokumen-dokumen, daftar-daftar, atau list
yang ada didalam kantor, akta-akta, sebelum dan sesudah peraturan perundang-
undangan itu diberlakukan dan dilaksanakan sebagai hukum positif dan benar-benar
hidup dalam masyarakat.
Wakaf merupakan salah satu lembaga yang dianjurkan oleh aJaran Islam
untuk digunakan seseorang sebagi sarana penyaluran rezeki yang di berikan oleh
Allah SWT kepadanya. kendatipun didalamnya Al-Qur'an tidak menyebutkan soal
wakaf seperti halnya dengan zakat tetapi dari beberapa ayat Al-qur'an yang akan
disebutkan, para ahli menyimpulkan bahwa Allah menghendak adanya wakaf.
Dalam kaitan ini penulis ingin memberikan sedikit gambaran dan informasi
tentang wakaf uang serta pengaruhnya terhadap kemaslahatan wakaf di Indonesia.
Berkenaan dengan itu, maka penulis menetapkan judul skripsi ini adalah
"Waka/ Vang Menurut Hukum Islam dan VU RI. Nomor 4I Tahun 2004"
B. Pembatasan dan Rnmusan Masalah .
Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk mem berikan gambaran yang
jelas agar tidak te1jadi salah pengertian terhadap skripsi ini, maka penulis perlu
membatasi istilah yang ada kaitannya dengan pembahasan ini, sebab perbedaan
7
pengertian tentang istilah yang sama akan membawa kepada perbedaan di dalam
pembahasan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
Adapun pembatasan masalah dalam skripsi ini tentang Wakaf Vang yaitu
merujuk pada Hukum Islam dan Hukum positif(Vndang-Vndang No.41.Tahun 2004)
serta membandingkan antara kedua Hukumnya mengenai hukum wakaf uang
terse but.
Adapun Pernmusan Masalalmya :
I. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan VV No. 41 Tahun 2004 terhadap
Hukum WalrnfVang?
2. Apa persamaan dan perbedaan pandangan Hukum Islan1 dan Vndang-undang
No 41 Tahun 2004 mengenai WakafVang?
3. Apa yang melatar belakangi perbedaan konsep wakafVang dalam pandangan
hukum Islam dan Vndll!1g-undang No 41 Tahnn2004?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan antara lain :
1. Memberikan gambaran yang jelas tentang walrnf Vang dalam pandangan fiqh
Islam dan Vndang-undang No 41 Tahun 2004
2. Mengetahui sejauhmana persamaan dan perbedaan kosep wakaf Vang
menurut Fiqh Islam dan Vndang-undang No 41Tahun2004
3. Mengetahui latar belt1kang munculnya perbedaan konsep wakaf Vang
9
E. Sistematika Pembahasan.
Untuk memudahkan gambaran dari isi skripsi 1m, maka perlu · penulis
kemukakan sistematika penuli~annya sebai berikut :
BAB I: Merupakan Pendabuluan yang berisi : Latar belakang permasalahan,
pembatasan dan perumusan masalab, tujuan penelitian, metodologi
penulisan dan sistematika pembahasan.
BAB II Wakaf Uang dalam pandangan Fiqh Islam yang berisi : Tinjauan teroritis
tentang walrnf mengenai : Pengertian Wakaf, dasar hukum wakaf, rukun
dan syarat perwakafan dan hikmal1 wakaf.
BAB III Perwakafan dalam Undang-undang RI Nomor 41 Tahun 2004 Meliputi :
Lintas sejarab wakaf di Indonesia, Peraturan dan ketetapan perwakafan
Uang yang Pernab Berlaku di Indonesia, Ketetapan Perwalrnfan pada
Undang-undang RI Nomor 41 Talmn 2004
BAB IV Analisa Perbandingan antara konsep WakafUang menurut Fiqh Islam dan
Undang-undang Nomor 41 Talmn 2004 Meliputi: Pesamaan Konsep
Wakaf Uang menurut Fiqh Islam dan UU RJ No 4I Tabun 2004,
Perbedaan Konsep Wakaf Uang Menurut Fiqh Islam dan UU RI No 41
Tahun 2004, Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan
BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran penulis.
Selain dari ke lima bah tersebut, dalam penyusunan skripsi ini akan
dilengkapi juga dengan daftar kepustakaan.
BAB II
WAKAF UANGDALAM PANDANGANFIQHISLAM
A. Pengertian Dan Dasar Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari babasa Arab a/-waqf bentuk masdar dari waqafa-
yaqifa-waqfan sama artinya dengan "Hasaba Yahbisu Tahsiban" yang berarti berdiri
atau berhenti atau diam di tempat 1 Pengertian "berhenti" jika di hubungkan dengan
ilmu baca Al-Quran atau ilmu tajwid mengandung malma menghentikan bacaan baik
setemsnya maupun untuk mengambil nafas sementara, dari makna hams dimulai dan
dimana hams berhenti. Pengertian wakaf dalan1 arti "berdiam di tempat" dikaitkan
dengan wukuf yaitu berdiam di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijab ketika menunaikan
ibadah haji. Kata al-waqf semalma dengan al-hasb bentuk masdar dari hasaba-
yasibu-hasban artinya menaban2. Dalam kamus istilab agama Islam dijelaskan babwa
wakaf adalab menahan, yalmi menal1an sesuatu benda yang kekal zatnya dan dapat
dimanfaatkan di jalan kebaikan.
Para Ulama berbeda pendapat dalan1 memberikan pengertian tentang wakaf
diantaranya :
1 Muhammad al-Khatib, a/-Jqna'(Bairut: daiul fvfa'rifah),h,26 dan Wabah Zhuhaili,Al-Fiqhu al- !slan1i wa 'Adillatuhu(Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu'ashir),h.7599
2 Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah (Beirul: Daar El-Fikr, 1981) Ce!. Ke-3, Jilid 3 h. 738.
12
1. Menurut Abu Hanifah:3
Artinya : Menahan benda yang statusnya tetap milik si wakaf (orang yang
mewakafkan) dan yang disedekahkan hanya manfaatnya saja dengan cara yang
benar"
Imam Abu Hanifah memandang akad wakaf tidak mengikat, dalan1 artian
bahwa orang yang berwakaf boleh saJa mencabut wakafoya kembali dan boleh
diperjual-belikan oleh pemilik semula. Dengan demikian mewakafkan harta secara
mutlak menurutnya akad wakaf baru bersifat mengikat apabila:
I. Terjadi sengketa antara yang mewakafkan (waqif) dan pemelihara harta wakaf
(Nadzir) dan hakim memutuskan bahwa wakafitu mengikat.
2. Wakafitu di pergunakan untuk masjid
3. Putusan hakim terhadap harta wakaf itu dikaitkan dengan kematian orang yang
berwakaf.
Alasan Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa wakaf tidak mengikat
adalah sabda Rasulullah yang menjelaskan "Tidak boleh memakan harta yang
merupakan ketentuan-ketentuan Allah" (HR Daruqutni)
Apabila wakaf bersifat melepaskan hak milik, maka akan bertentangan
dengan hadits ini karena pada hai1a itu tergantung hak ahli waris wakif yang termasuk
ketentuan-ketentuan Allah SWT akan tetapi Wahbah Az-Zuhaili (Guru besar fiqh
3 I-Iasbiyallah,. M. Amin Ibnu Abidin, Al-lvfukhtar, (Bai rut: Daar el-Fiqr, l 992) Juz I 0 h 332
13
~:~;·------. N SY1,1-110· N UT.'\MA
JAl<ARTA J -------Islam di Universitas Damascus Suriah) menyatakan bahwa maksud sabda Rasulullah
SAW di atas adalah membatalkan sistem waris yang ada di zaman jahiliyah yang
membatasi hak waris hanya pada kaum pria dewasa saja di samping hadits itu sendiri
adalah daif (lemah)4
Dalam hatia yang sah di wakafkan meurut imam Hanifah:
Benda tidak bergerak. Benda yang tidak bergerak ini di pastikan 'ain-nya
memiliki sifat kekal dan memungkinkan dapat diambil manfaatnya
seterusnya.
Benda bergerak. Pada prinsipnya yang sah di wakafkan adalah benda tidak
bergerak,Ta'bid(tahan lama).Prinsif ini di dejelaskan kembali dengan
memenuhi beberapa hal:Pertama keadaan benda bergerak itu mengikuti
benda tidak bergerak dan ini ada dua macam:(l) barang tersebut
mempunyai hubungan dengan sifat diam di tempat ,missal pohon.(2) benda
bergerak di pergunakan untuk membantu benda tidak bergerak,missal alat
pembajak.Kedua,berdasarkan atsar,miasl wakaf senjata,binatang. Sebagai
mana di riwayatkan Klmlid bin Walid pernah mewakafkan senjatanya di
jalan Allah.Ketiga wakaf bergerak mendatangkan pengetahuan,missal
wakafBuku,kitab-kitab dan mushaf dan tennasuk Dhinar(uang)
4 l'vla!ik bin Anas, ln1ain, al-lviudavvanah a!-Kubra, (Beirut : Daar el-Kutub al-llmiyah, 1994) Juz 10.h.271
14
2. Menurut Malikiyah :5
Artinya : wakaf adalah seorang pemilik yang memperuntukkan manfaat harta
benda miliknya baik berupa sewa maupun hasilnya untuk diserahkan kepada pihak
yang berhak dengan bentuk penyerahan be1jangka waktu sesuai dengan apa yang
dikehendaki o/eh orang yang berwakaf
Menurut teori Imam Malik wakaf itu mengikat dalarn arti lazim, tidak mesti
dilembagakan secara abadi dalam mii mu 'abbad dan boleh saja diwakafkan untuk
tenggang waktu tertentu yang disebut mu 'aqot nmnun demikian, wakaf itu tidak
boleh ditarik ditengah pe1jalanan dengan kata lain, si wakif tidak boleh menarik ikrar
wakafnya sebelum habis tenggang waktu yang telah ditetapkannya, kiranya disini
letak adanya "Kepastian Hukum" (lazim) dalmn perwakafan menurnt Imam Malik,
yaitu kepastian lmkum yang mengikat berdasarkm1 suatu ilaar "hmia atau benda yang
diwakafkm1 adalah benda yang mempunyai nilai ekonomis dan tahan lama. Harta itu
berstatus milik si wakif, akan tetapi si wakif tidak mempunyai hak untuk
menggunakan harta tersebut (Tasharuj) selama masih masa wakafnya belum
berakhir. Jika dalam shigat atau ikrar wakaf itu si wakif tidak menyatakan dengan
tegas waktu perwakafan yang ia kehendaki, maka dapat diartikan bahwa ia
bermaksud mewakafkan harta itu untuk selama-lamanya (Mu 'abbad). Landasan
5 Praja, Juhaya S, Per111akafan di Indonesia; Sejarah, Pen1ikiran, J-Iukum dan Perke111bangannya, (Bandung : Yayasan Piara, 1995) h .. 18.
15
hukum yang dijadikan rujukan Imam Malik dalam hal ini adalah Hadits Ibn Umar
yang berbunyi :
Artinya : ... Umar mempunyai tanah di Khaibar, kemudian Ia datang kepada Rasu/ullah a '/aihi sa/am. Meminta untuk mengolahnya seraya ia Berkata : Ya Rasulallah, aku memiliki sebidang tanah di Khaibar. tetapi aku be/um mengambil manjaatnya, bagaimana aku harus berbuat untuk ? Nabi bersabda : Jika kau menginginkannya, tahanlah itu dan shadaqahkan hasilnya. Tanah tersebut tidak boleh dijual atau diperjual belikan dihibahkan at.au diwariskan. Umar menshadaqahkan (Mewakafakan) tanah di Khaibar itu kepada fakir miskin, /rririb kerabat, budak (Riqab), dan Ibnu Sabi!
Alasan yang dikemukakan Imam Malik mengapa wakaf itu berstatus milik si
wakif berdasarkan kasus Ibn Umar sebagai pemilik benda yang diwakafkan yang
diperintahkan Rasul untuk mengeluarkan miliknya itu. Sementara alasan mengenai
keabsahan wakaf untuk sementara waktu ialah berdasarkan atas kenyataan tidak
adanya dalil yang mengharuskan wakaf itu mu 'ab bad, konsekwensinya apabila wakaf
yang diikrarkan dalam bentuk mu 'a bad sementara manfaat benda itu hanya berlaku
sementara waktu saja, maim wakaf itu boleh dijual dengan pertimbangan al-
mursa/ah. Tehnik pengekalan harta wakaf itu ialah dengan menjual harta wakaf itu
16
yang tidak/kurang mempunyai nilai manfaat hasil penjualannya digunakan untuk
membeli benda lain yang mempunyai nilai atau manfaat yang sama sesuai dengan apa
yang dikehendaki si wakif. Pendapat ini akan nampak sebagai paham hukum yang di
anut dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakapan tanah
"]"k6 ID! I
3. Menurut Syafi'iyah:7
Artinya : Menahan harta yang diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya
barang, dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada
sesuatu yang diperbolehkan oleh agama yang telah disepakati.
Pokok utama Pendapat Imam Syafi'iyah terdapat dalam kitab klasik karya al-
Syafi'I, al-Umm juz III, pada garis besamya kitab ini membahas perbedaan
pandangan Imam al-Syafi'i dengan seseorang atau dua orang Iainnya datang
kepadanya untuk berdialog, mereka itu diperkirakan bennazhab Hanafi atau
sependapat dengan mazhab Hanafi, walaupun dalam kitab tersebut nama-nama orang
itu tidak disebutkan, Ketika kitab itu dibaca, maka akan terkesan secara tidak
langsung bahwa Imam al-Syafi'i itu telah membantah Imam Hanafi atau muridnya-
6 Praja, Juhaya S,, Penvakafan di Indonesia; Sejarah. Pemikiran, Hukum dan Perkembangannya, (Bandung: Yayasan Piara, 1995) h. 18.
7 Muhammad khotibi Syarbini, Mug/mi al- Muhtaz, (Mesir : Musthafa al-Babi al-Halaby, Tt) Juz 2, h. 376.
17
muridnya mengenai "Kepastian hukum" (Mulazamah) wakaf. 8
Imam Syafi'i menamakan wakaf dengan istilah-istilah : al-Shadilqat al-
muharramat al-mauqufat. Selanjutnya ia membagi jenis pembagian wakaf dalam dua
macam : pemberian yang diserahkan si pemberi ketika ia masih hidup dan pemberi
yang diserahkan ketika si pemberi telah wafat. 9
4. Menurut Hanabilah.
11 JI ~_,'.;;; Ji ~;,;~ 0;,a_; ~ j~' a;\\ _, ;; ,, ,, ,,.
Artinya : Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya
yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan semua hale
penguasaan terhadap harta iJu, sedangkan manfaatnya di,oergunakan pada suatu
kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 10
. ----
Mumttut madzhab Syafi' i dan Hanbali, hak pemilikan atas harta wakaf itu
sudah lepas dari orang yang berwakaf dan telah menjadi milik Allah SWT. Dengan
demikian wakaf bersiafat kekal, selama harta tersebut tetap utuh. Suatu wakaf tidak
boleh bersifat sementra dan di tarik kembali.
Demikian beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh imam-imam
mazhab. Pada dasarnya definisi-definisi tersebut mempunyi intisari yang serupa
bahwa wakaf adalah menahan harta yang dimanfaatkan untuk kebaikan. Perbedanya
8. Juhaya S, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pen1ikiran, fluk1on dan Perken1banga1111ya. h. 19
9. Syafi'l, al-Imam, Al-Umm, (Beirut: Darul Fikr, Tt) Jilid 3 h, 512.
'0 Wahbah. Zhuhaili, Fiqh al-Islam Wa 'Adilatuhu, (Beirnt: Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h. 152
18
hanya terletak pada masalah status hruia wakaf, apakah tetap menjadi milik wakif
atau menjadi milik Allah yang tidak boleh lagi dimilild oleh siapapun. Mengenai ha!
ini akan dijelaskan pada bagian tersendiri
b. Dasar Hukum Wakaf
1. Alqur'an
Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalarn ajru·an Islam tidak
dijumpai secara tersurat dalam Alqur'an. Nanmn demikian, terdapat ayat-ayat yang
memberi petunjuk, dan dapat dijadikan sebagai "Sandaran" Sumber hukum
perwakafan. Ayat tersebut ialah Surat Al-an'am ayat 38 yang berbunyi :
Artinya:" Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan"
Ayat diatas memberikari indikasi bahwa dalarri al-Qur'ru1 itu mengandung
pokok-pokok ajaran tentang kehidupan manusia, termasuk didalanmya mengenai
masalah intitusi wakaf. Apalagi ayat ini dihubungkan dengan Surat An-nahl ayat 44 :
Artinya : Dan kepadamu (Muhammad) kami turunkan Alqur 'an, agar kamu
terangkan kepada semua manusia (isi Alqu 'an) yang di turunkan kepada mereka.
Atau dalam Surat Ali Imran ayat 92 yang berbunyi :
20
jt.i :'. ~/\; ci ~ 0~: t t:, 1.f:j ~ft~~ ;,if';..:-~~:-a:; ~r ; .. ~;_ :- :_;, 0~ ,, ,,,, J. ,, ,. ;:> ,, .. J. " ,. ,, ) " "" ,,
Jw ,..:_,~:; '{J ~:; 'l): 'J~·- II 01) y~~I) c.#'.;JI <:j~'>) ~Ip\~~ V,_0:'.i'a:;
( <:f }.,;.,)\ o I J_; J _,...-:.- pi; Li;, Lp ~ J J J_,..l i.i ~ JS'~ L! i 4-JIJ 0" Ji:. C \.:,., 'l ~IJ
Artinya : "Dari Jbnu Umar r.a bahwasanya Umar bin Khattab mendapat bagian sebidang kebun di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta nasehat tentang harta itu. Ia berkata: ''ya Rosulallah, aku telah memperoleh sebidang tanah di Khaibar yang aku belum pernah peroleh tanah seperti itu, apakah nasehat engkau kepadaku tentang tanah itu? Rasulullah menjawab : "jika kamu menginginkan, tahanlah aslinya dan shsdskshkan hasilnya. Maka bershadakahlah umar, tanah tersebut tidak bisa di jual, dihibahkan dan diwariskan./ia menshadakahkan kepada orang-orang fakir, budak-budak, pejuang di jalan Allah, Ibnu sabil, dan tamu-tamu. Tidak ada dosa bagi orang ynag mengurusnya (nazir) memakan sebagian harta itu secara patut atau memberi makna asal tidak bermaksud mencari kekayan (HR Bukhari) "11
b. Hadits riwayat Abu Hurmrah yang berbunyi :
Artinya : "Dari Abu hurairah r.a Bahwasanya rasulullah SAW bersabda : apabila
anak adam meninggal dunia, maka trputuslah amalnya kecuali tiga ha!, sedekah
jariah, ilmu yang bermanfat, dan anak yang saleh yang selalu mendo 'akan orang
tuanya (HR Muslim) "12
Dari dua hadist tersebut dapat diambil kesimpulannya : -a. Wakaf adalah perbuatan ibadah yang mulia dan ajaran Islam pun
menganjurkannya umat Islam untuk berbuat wakaf.
11 Bukhari, Shahih Bukhari,( CD Room Al-Kutub Asy-Syamilah, 2004),h. 186 12 Ibid, h. 8
21
b. Wakaf adalah permanen statusnya artinya tidak boleh dirubah, dijual,
dihibahkan, apalagi diwariskan sesuai sabda dengan Nabi SAW.
c. Jenis wakaf harus kekal dan yang dishadakahkan hams hasilnya atau
manfaatnya saja.
d. Wakaf harus untclc kepentingan umum bukan untuk pribadi yang
dijadikan untuk dijadikan kekayaan.
ltulah kesimpulan dari dua hadist tersebut disyariatkan wakaf sebagai
tindakan hukum, dengan cara melepaskan hak kepemilikan asal barang, dan
menyedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi
guna mencari ridha Allah SWT
B. Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf.
1. Rukun wakaf
a. Wakif.
Para Ulama menetapkan syarat-syarat wakif sebagai berikut. 13
I. orang yang merdeka dan bukan budak
2. balig; tidak syah wakaf anak kecil walaupun ia telah tamyiz karena balig
adalah ukuran bagi kesempmnan aka!.
3. berakal yaitu mempunyai kesempurnaan aka!, maka orang yang hilang
ingatannya tidak syah untuk wakaf.
13 Abu Badran Ainaini, al-Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf, (lskandariyah: Mu'asasah Syabab al-Jami'ah, I 982) h. 286.
22
•
b. Mauquf (benda yang di wakafkan) dalam penetapan syarat bagi mauquf terjadi
perbedaan pendapat ulama diantaranya :
Golongan Hanafiah menetapkan syarat dari benda yang hendak diwakafkan antara
lain: 14
I Hendaklah benda atau harta yang diwakafkan itu merupakan harta yang
dibolehkan untuk dimanfaatkan oleh syara'. Oleh karena itu tidal( syah
mewakafkan hmia yan~ tidak boleh dimanfaatkan okh syara' seperti hal-hal
yang memabukkan.
2 Hendaklah hmia atau benda yang di wakafkan itu jelas keadaannya,
jumlahnya, ukurannya, maka dengan demikian tidak syah mewakafkan harta
atau benda yang tidak jelas keberadaannya
3 Harta atau benda yang akan diwakafkan benar-benm· milik s1 wakif yang
sempuma pada waktu diwakafkan.
4 Harta atau benda yang diwakafkan, harus merupakan benda yang terpisah
dalam arti; bukan harta,benda milik bersama (hmia syarikat).
2. Golongan Malikiyah.
Golongan Malikiyah Menetapkan syarat atas benda yang akan diwakafkan
sebagai berikut : Mauquf tersebut merupakan harta milik yang tidak terkait dengan
hak lainnya, terpisah atau bukan milik syarikat, milik yang sempuma milik si wakif
14 Wahbah Zuhaili, Fiqh al-Islam Wa 'Adilatuhu, (Beirut: Daar El-Fikr, Tt) Juz i haL 184-185.
23
dan dapat diambil manfaatnya serta tidak habis harta itu ketika harta itu
dimanfaatkan. 15
3 . Golongan Syafi'iyah dan Hanabilah
Menetapkan syarat benda yang akan diwakafkan adalah sebagai berikut :
Hendaklah benda wakaf itu jelas adanya sempurna kepemilikannya, dan merupakan
harta atau benda yang dapat diganti baik dijual atau deng.an cara yang lain yang
mungkin dapat diambil manfaatnya, dan tidak syah mewakafkan harta benda yang
tidak ada paedahnya atau manfaat yang tidak tetap atau habis ketika . diambil
manfaatnya16
c. Mauquf 'Alaih (pihak Penerima atau orang yang diserahi wakaf)
Dalam hubungannya dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan mauquf
alaih. Sebagai mana diketahui bahwa sesungguhnya harta ym1g diwakafkan itu tidak
lain untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dalam rangka beribadah kepada-Nya
berkenaan dengan ha! tersebut, maka para ulama Imam Mazhab bersepakat
mensyaratkan bagi mauquf alaih-nya harus jelas apakah ditujukan bagi fakir miskin,
sabilillah, ibnu sabil atau kepentingan umum lainnya.
Wakaf disyaratkan untuk kepentingm1 ketaatan clan kebijakan sehingga
menurut kesepakatan ulama fiqh, wakaf adalah implementasi dari ketaqwaan
seseorang kepada Allah SWT dan menghm·apkan Keridhaan-Nya17
15 Wahbah, Zuhaili, Fiqh al-Islam Wa 'Adi/atuhu, (Beirut: Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h .. 187 16 Wahbah Zuhaili., Fiqh al-Islam Wa 'Adilatuhu, (Beirut: Daar El-Fikr, Tl) Juz 2, h.187-188
24
Wakaf sebagai Implementasi untulc mendekatkan diri kepada Allah, maka
dalam pandangan Islam dapat ditujukan untuk kepentingan fakir rniskin dan orang-
orang yang membutuhkannya. Namun bila ditujukan bukan untuk kepentingan takwa
terhadap Tuhan seperti wakaf tempat be1judi dan maksiat maka menurut Islam wakaf
tersebut tidak syah.
Jadi syarat utama pihak yang menerima wakaf adalah berdimensi keagamaan,
yaitu untuk kepentingan ketaatan dan kebajikan yang perwujudannya berupa bantuan
untuk kepentingan sosial masyarakat.
Wahbah al-Zuhaili lebih jauh lagi dalam mengkategorikan pihak penerima
wakaf Penerima wakaf dibagi kepada dua pihak yaitu pihak tertentu Gelas
jumlahnya) dan pihak tidak tertentu (bersifat umum). 18
Pihak tertentu beberapa orang yang ditentukan sebaga:i penerima wakaf seperti
satu orang, dua orang, atau beberapa orang, sedangkan pihak yang tidak tertentu,
yaitu ditujukan kepada nama, golongan atau status sosial di masyarakat, seperti fakir
miskin, ulama, penghapal al-Qur'an, masjid, sekolah dan lain··lain.
Syarat bagi pihak tertentu adalah cakap untuk menerima hak wakaf, cakap
mene1ima hak wakaf adalah kriteria yang juga berlaku dalam cakap menerima hak
milik.
17 Abu Husain al-Faraj, Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf Fi Syari'ah al-Islamiyah, (lskandariah: Daar al-Ma'buat al-Jami'ah, 1997) h. 260.
25
d. Shigat (Ikrar wakaf atau pemyataan wakaf dari wakif kepada mauquf alaih)
Dalam menentukan syarat yang berkaitan shigat, para ulama Imam Mazhab
sepakat menetapkan syarat bahwa shigat wakaf harus jelas baik dengan ucapan lisan,
tulisan, dengan menggunakan redaksi ( ~- ~- w..i;l- W'3 .J ) atau dengan
lapadz yang menujukan bahwa perperbuatan itu perbuatan mewakatkan. 19
Dengan pernyataan .tersebut maka gugurlah hak wakif atas yang
diwakatkannya dan benda itu menjadi hak milik mutlak mauquf alaih sebagaimana
yang disebut dalam ikrar wakaftersebut.
Berkenaan dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan shigat, para ulama
mensyaratkan atas sigat itu sebagai berikut :
I. Ta 'bid yaitu benda atau harta yang diwakatkan tidak dibatasi mewakatkan
untuk jangka waktu tertentu, dengan demikian tidak sah mewakafkan harta
yang dibatasi waktunya sebagai rnana yang dikemukakan oleh jumhur ulama
selain Malikiyah. Menurut golongan Malikiyah bahwasanya boleh membatasi
wakaf hanya untuk beberapa bulan atau beberapa talmn saja, maka apabila
telah habis waktunya benda atau harta tersebut kernbali menjadi rniliksi
wakif. 20
2. llzam, yaitu tidak menggantungkan wakaf dengan syarat-syarat khiyar, seperti
sesorang hendak mewakatkan sesuatu dan mensyaratkan kepada diri sendiri,
18 Wahbah Zhuhaili., Fiqh al-ls/am Wa 'Adilatuhu, (Beirut : Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h. I 89 19 Muhammad Mugniyah Jawad, Al- Fiqh 'ala Madahibul Arba 'ah, (Beirut : Daar al-Fikr, tt)
h. 640. 20 Wahbah Zhuhaili., Fiqh al-ls/am Wa 'Adilatuhu, (Beirut: Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h. 204-
26
atau kepada orang lairinya agar mengembalikan harta wakaf itu kepadanya
ketika dia menghendaki 21
3. Hendaknya sigat tidak terkait dengan syarat-syarat yang bathil seperti waqif
mensyaratkan agar benda atau harta yang diwakafkan tersebut tetap menjadi
miliknya demikian juga seperti wakif mensyaratkan agar menjual haiia wakaf.
Apakah wakaf memerlukan qobul atau cukup dengan ijab saja atau dengan
kata lain apakah wakaf itu bisa dinyatakan dengan kehendak sepihak atau hai11s ada
kehendak yang bersesuaian ?
Dalfil!1 ha! ini Mazhab empat sepakat, wakaf untuk pihak yang tidak terbatas
tidak membutuhkan qobul, sedaugkan kepada pihak-pihak tertentu, menurut Maliki,
dan Hanbali ha! ini sfil11a sepe1ii wakaf umum ia tidak memerlukan qobul. Sedangkan
Syafi'i menetapkan bahwa wakaf untuk orang-orang tertentu disyaratkan adanya
qobul.22
Dapat disimpulkan bahwa wakaf merupakan Tasharuf tabarru yang selesai
dengan adanya ijab saja tanpa harus diikuti qobul. Jadi wakaf adalah sesuatu yang
datai1g dari wakif yang menyatakan terjadi wakaf.
2. Syarat-Syarat Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila terpenuhi syarat-syarat pada pewakaf, benda
yang diwakafkan, pihak penerima wakaf dan perkataan yang diucapkan saat wakaf.
Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
205. 21 Wahbah Zhuhaili, Fiqh al-Islam Wa 'Adilatuhu, h. 208
27
(1) Perwakafan Benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi
untuk selan1a-lamanya. Wakafyang dibatasi waktunya untuk lima tahun saja
misalnya adalah tidak sah;
(2) TujuaMya -seperti disebutkan diatas- harus jelas. Tanpa menyebutkan
tujuannya secara jelas maka pe1wakafan tidak sah. Namun demikian,
Apabila seorang W akif menyerahkan tanahnya kepada Suatu Badan Hukum
tertentu yang sudah jelas tujuan dan usahanya, Wewenang untuk penentuan
tujuan Wakaf itu berada pada Badan Hukum yang bersangkutan sesuai
dengan tujuan Badan Hukum itu;
(3) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah Ilaar Wakaf dinyatakan oleh
Wakif tanpa menggantungkan pelaksanaaMya pada suatu peristiwa yang
akan te1jadi di masa yang akan datang. Sebabnya adalah lkrar Wakaf itu
menyebabkan lepasnya hubungan pemilikan seketika itujuga, antara Wakif
dengan Wakaf yang bersangkutan. Bila digantungkan pada kematian
seseorang, seperti telah disebutkan di atas, yang berlaku adalah Hukum
Wasiat. Dalam ha! ini tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga) haiia
peninggalan. Bila Wasiat Wakaf itu melebihi sepertiga harta peninggalan,
selebihnya baru dapat dilaksanakan kalau disetujui oleh para ahli waris. Bila
semua Ahli Waris menyetujuinya, semua harta ya11g diwakafkan itu dapat
diolah atau dikerjakai1. Bila semua tidak menyetujuinya, hanya sepertiga
yang dapat dilaksanakan. Selebihnya menjadi batal karena hukum. Kalan
22 Wahbah Zhuhaili., Fiqh al-Islam Wa 'Adilatuhu, h. 65
28
ada yang setuju ada pula yang tidak, yang dapat dilaksanakan hanyalah
bagian mereka yang setuju saja;
(4) Wakaf yang Sah Wajib dilaksanakan, karena Ikrar Wakaf yang dinyatakan
oleh Wakifberlaku seketika dan untuk selama-lamanya.
C. WakafUang Dalam Pandangan Hukum Islam
W akaf merupakan salah satu lembaga sosial islam yang erat hubungannya dengan
sosial ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang
hukumnya sunnah, namun dalam ajaran Islam juga ditegaskan bahwa tujuan
mendirikan suah1 negara antara lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan yang
tercantum dalam kata-kata " baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur "yakni
masyarakat sejahterah dan baik dibawah lindungan keampunan Allah.
Menurut Imam Syafi'i hat1a benda wakaf dalam fiqih klasiknya Al-Umm bahkan
fiqih moderen Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq tidak memperbolehkan wakaf tunai/ uang,
karena di nilai bendanya tidak bisa kekal ketika di manfaatkan. Selain itu, alasan lain
adalah karena jika berdasarkan 'Urf (kebiasaan yang berlaku),maka wakaf uang
hanya berlaku di wilayah-wilayah tertentu dari bekas wilayah kekaisaran Binzantium
(Romawi) saja, ditempat lain tidak berlaku.23
Menurut parn ahli fiqih dahulu menganalisa hukumnya. Bahkan sumber-sumber
menyebutkan bahwa uang telah di terapkan di sebahagian masyarakat islam yang
bermazhab Hanafi. Namun terdapat perbedaan pendapat tentang hukumnya sebagai
29
berikut:
Az-Zhuhri (wafat Tahun 124 H) Imam Bukhori (wafat tahun 252) menyebutkan
bahwa Imam Az-Zhuhri berpendapat boleh mewakafkan dinar dan dirham. Caranya
ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai modal usaha( dagang),kemudian
menyalurkan keuntunganya sebagai wakaf.24
a. Dr. Az-Zuhaili juga menyebutkan bahwa mazhab Hanafi membolehkannya
sebagai pengecualian karena sudah banyak dilakukan masyarakat, sesuai
dengan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin mas'ud yang berbunyi:
:;..;,_ Jii I ~ ~ , L:.;_ J ~\ 'o I ) ) c; , , ,
"Apa yang dipandang kaummuslimin itu baik,di pandang baikjuga oleh Allah
Menurut pendapat Hanafi hukum yang diterapkan berdasarkan 'uruf(adat
kebiasaan)karena 'urf kekuatan hukumnya sama dengan hukum yang diterapkan
berdasarkan nas (teks). Cara mewakafkan uang yaitu denga:n menjadikannya modal
usaha dengan pembagian hasil mudharabah atau mubadha 'ah. Keuntuhgannya
disedekahkan kepada pihak wakaf. Namun Pendapat lbnu 'Abidin wakaf dirham itu
menjadi kebiasaan di wilayah romawi.sedangkan di negeri lain tidak menjadi adat
kebiasaan, atas dasar itu, ia memandang tidak sah.
Sedangkan menurut Imam malik,Mengartikan "keabadian "lebih pada nature
barang yang diwakafkan. Untuk asset tetap seperti tanah unsure keabadianya
42-43.
23 . Farid Wadgdy,Mursyid, Waka/ dan Kesejahteraan Umat,(Jakarta: Pustaka Pelajar,), h.88
24 Depag Rl,Keputusan Pemimpin Proyek Peningkatan Zakat Dan Wakaf,(Depag RI 2003),h.
30
terpenuhi ketika tidak terkena bencana alam yang hitang fisik tanah tersebut,demikian
juga hatnya dengan masjid masjid. Berbeda dengan pendapat Imam Syafi'.i ,Imam
Malik metebar tahan wakaf benda bergerak sepe11i wakaf susu sapi dan buah yang di
ambit manfaatnya. Dengan adanya kerangka pemikiran seperti ini Mazhab Matiki
telah membuka Juas kesempatan untuk memberikan wakaf dalam jenis apa pun.
Di samping itu Menurur Imam Hanafi memperbolehkan wakaf tunai dengan
syarat selama nitai pokok wakafuya dijamin kelestariannya,tidak di jual,tidak di
hibakan dan di wariskan selama digunakan untuk hal-hal yang dihibalcan. Kebolehan
WakafUang golongan Hanabila di dukung oleh fatwa Muhammad bin Abdl)llah AJ
anshari murid dari sufar (sahabat dari Abu Hanifa) bahkan fatwa Al-anshari bukan
Wakaf Uang saja bahkan berwakaf dengan barang-barang bentuk komoditi yang
ditimbang atau ditakar di botehkan karena harta itu di investasikan dan di ambit
Jabanya kemudian hasilnya di sedekahkan.
Bahkan majlis Ulama Indonesia ketika memfatwakan wakaf uang JUga
memperhatikan beberapa pendapat Utama Besar seperti :25
I. Imam Al-Zuln·i (wafat 124 H),membolehkan wakaf uang dengan cara
menjadikan Wakaf Uang terseblit sebagai modal usaha kemudian
keuntungannya di salurkan kepada mauquf 'alaih.
2. Mutaqaqddimin dari Ulama mazhab Hanafi,membotehkan wakaf uang
sebagi pengecualian atas dasar ikhtihsan bi al- 'Urfi.
25 Farid Wadjdy,Mursyid, Wakafdan kesejahteraan Umat,h. 90-91
32
(kebun) saja dan di pelihara kekekalannya, sedangkan yang di manfaatkan adalah
hasilnya. Dari sini dapat kita ambil kesimpulan secarn emplisit bahwa tanpa
mengelola tanah tersebut tidak mungkin dapat di manfaatkan hasilnya.
Dari praktek pengamalan wakaf dewasa ini suatu persepsi tertentu mengenai
Wakaf Pertama: wakaf itu umumnya berwujud benda tidak bergerak, temtama
tanah.Kedua, dalam praktek,di atas tanah wakaf itu biasanya didirikan masjid atau
madrasah. Ketiga, Pengunaan wakaf di dasarkan kepada wasiat pemberi wakaf
(wakif). Selain itu juga te1:dapat penafsiran bahwa untuk menjaga kekekalanya,
tanah wakaf itu tidak boleh di perjual belikan. Akibatnya di Indonesia, bank-bank
di Indonesia tidak mau menerima tanah wakaf sebagai angunan pinjaman.
Padahaljika tanah wakafbisa di gunakan maka organisasi masa (ormas) semacam
NU, Muhammadiyah dan tmiversitas islam akan bisa mendapatkan dana pijaman
yang di putarkan dan mnghasilkan sesuatu. Demikian juga pengunaan tanah wakf
dari wakif yang berbeda tidak bisa di gabungkan, karna seola-olah asset wakaf
telah hilang identitas individual wakifnya. Padahal jika beberapa harta wakaf bisa
dikelola bersama, maka bisa di himpun berbagai macam produksi untuk
investasi , kalau perlu dengan menjual asset wakaf untuk di jadikan modal
financial. Penjualan harta wakaf semacam ini, konon telah di perbolehkan di
libya,dengan catatan dana basil penjualan itu di gabungkan dengan harta lain yang
statusnya masih harta tetap,karna dengan penjualan rnaka harta wakaf secara
bersama-sama dapat menjadi aset.
Adapun Wakafuang dalam pandangan islam tidak dijelaskan secara langsung
33
namun demikian Ketika kita melihat konsep dasar wakaf di mana hukum wakaf
lebih banyak bersifat berijtihadi, maka kita berkesimpulan bahwa wakaf tunai
telah menjadi keniscayaan dalam era yang serba moderen ini. harta yang
diwakafkan tersebut baru sah sebagai hmia wakaf, kalau benda tersebut
memenuhi syarat. Adapun syaratnya-syaratnya itu m1tara lain:
a. Benda yang diwakafkan harus bemilai ekonomis, tetap zatnya dan boleh di
manfaatkan menurut ajaran islam dalam kondisi apapun.
b. Benda yang diwakafkm1 harus jelas wujudnya dan pasti batasnya. Syarat ini
di masukan agar tidak terjadi perselisihan dan permaslahan yang akan terjadi
di kemudian hari setelah hmia tersebut di wakafkan
c. Hmia yang di wakafkan hmus benar-benar kepunyaan wakif secara sempuma
artinya bebas dari segala beban.
d. Benda yang diwakafkan harus kekal. Pada unmmnya para ulama berpendapat
bahwa benda yang di wakafkan zatnya harus kekal.
D. Hikmah Wakaf
Hikrnah wakaf dapat berupa keuntungan-keuntungan seperti yang terdapat
dalam wakaf ahli yang sesuai ·sekali dengan jiwa hukun Islam, yakni walrnf yang di
tujukan untuk menjaga pihak yang diberi wakaf (keluarga) agar tidak jauh dari fakir
miskin . Wakaf jenis ini menghindari penggunaan harta oleh ahli waris secara boros,
dan menghindm·kan dari kemungkinan pemusnahan haiia secara tepat atau tak
34
terkendali yang berarti menghindarkan keluarga agar tidakjatuh miskin.27
Dengan pemberian manfaat atau hasil daii benda wakaf itu pihak mustahik
akan terpelihara dan harta itu tetap utuh sehingga melahirkan produktifitas yang
dinamis dan menjamin kesejahteraan keluarga yang .merupakan tiang penyangga
utama berdirinya suatu masyarakat dan negara yang bahagia.
Pada tingkat yang telah mapan, lembaga ini dapat menjadi equilibre sosial,
ekonomi, bahkan politik sepe11i yang telah dibuktikan oleh lembaga perwakafan
Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir bebrapa waktu yang lalu.
Adapun Direktorat pengembangan zakat dan wakaf memberikari tujuan
tentang adanya lembaga zakat dan wakaf yang merupakan hikmah dari adanya
pensyari'atan zakat dan wakaf antai·a lain :28
Meningkatkan kesadaran kolektif umat Islam untuk mentasarufkan sebgian
dai·i hartanya bagi kepentingan sesama melalui mekanisme zakat dan wakaf
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat dan wakaf
sesuai dengan ketentuan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peran lembaga pengelolaan zakat dan wakaf
didorong untuk menjadi lembaga yang propesional, amanah, transparan dan
27 Juhaya S,Perwakafan di Indonesia; Sejarah Pemikiran ,Hukum dan Perkembangan, h.31
28 Depag RI, Profit Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, (Depag RI, W03) h. 28-29.
---~---- -------..,--.. ,,
35
mandiri.
c. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna zakat dan wakaf dengan
mengoptimalkan pendayagunaannya secara produktif, agar lebih bermanfaat
bagi kesejahteraan un1at.
d. Meningkatkan kepercayaan publik kepada orgamsas1 pengumpul dan
pengelola zakat dan wakaf
e. Memperbaiki dan mengangkat tarafkehidupan kaum dhu'afa.
BAB III
PERWAKAFAN DI INDONESIA
A. Sejarah Singkat Perwakafan Di Indonesia
Sejak datangnya Islam, sebagian besar masyarakat Indonesia melalrnanakan
wakaf berdasarkan paham keagamaan yang di anut sebelum adanya UU No.5 Talmn
1960 tentang: Peraturan dasar pokok Agraria dan peraturan pemerintah No.28 Tahun
1977 tentang: perwakafan tanah milik masyarkat Islam Indonesia masih mengunakan
kebiasaan-kebiasaan keagamaan, seperti melakukan perbuatan hukum wakaf secara
lisan atas dasar saling kepercayaan kepada seseorang atau lernbaga tertentu,kebiasaan
memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai mulia disisi Allah, tanpa
harus melalui prosedur administrative,dan harta wakaf di anggap milik Allah semata
dan siapa saja tidak akan berani mengganggu gugat tanpa seizin Allah.
Menurut para ahli, lembaga sosial yang han1pir sama dengan wakaf telah
dikenal di Indonesia sebelum Islam masuk ke negeri ini, sebagaimana diungkapkan
oleh M. Daud Ali. Dia mengungkapkan bahwa sebelum Islam datang ke Indonesia ini
telah ada lembaga sosial yang kedudukannya hampir sama dengan wakaf, seperti
adanya Tanah Perdikan 1, Tanah Pareman2
, Huma Serang3, dan sebagainya. Maka
1 Tanah Perdikan adalah Sebidang tanah yang n1erupakan pemberian seorang raja kepada seseorang atau sekelompok orang di desa yang telah berjasa kepada raja atau kepada negara. Kegiatan ini terjadi didaerah Jawa Timur
2 Tanah adalah tanah negara yang dibebaskan dari pajak landrente yang diserahkan kepada desa-desa, subak-subak dan juga kepada candi untuk kepantingan bersama. Ini terjadi di daerah Lombok.
3· Huma Serang adalah Ladang-ladang yang setiap tahunnya dikerjakan bersama-sama dan
hasilnya digunakan untuk bersama. Ini te1jadi di daerah baduy, Banten Selatan:
r Pl!PUSTAKAAN UTAMA LHl\l SYAHlf) JAKARTA
37
dapat dimenge1ii bila pemahaman kaum muslimin di Indonesia tentang wakaf selain
didasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, Madzhab-madzhab Fiqh juga oleh hukum
adat. Adat orang Islam Indonesia banyak yang berasal atau dipengaruhi oleh aturan
Islam termasuk diantaranya adat mengenai wakaf.4
Adanya beberapa lembaga yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam
menimbulkan pandangan khusus bagi ahli hukum Indonesia terhadap lembaga wakaf.
Walaupun lembaga wakaf berasal dari Fiqh Islam, namun bagi sebagian ahli hukum
Indonesia memandang masalah wakaf ini sebagai masalah dalam hukum adat. Hal ini
disebabkan sudah meresapnya penerimaan lembaga wakaf ini di kalangan masyarakat
Indonesia dan dianggap sebagai suatu lembaga hukum yang timbul sebagai hukum
Oleh karena itu pula, pengertian wakaf menurut adat banyak persamaannya
dengan pengertian wakaf menurut hukum (fiqh) Islam. Ini dapat dilihat dari
perumusan wakaf dalam hukum adat yang dikemukakan oleh pada ahli hukum adat,
diantaranya menurut Hilman Hadikusmo, wakaf adalah memberikan, menyediakan
sesuatu benda yang dzatnya kekal seperti tanah untuk dinikmati dan dimanfaatkan
kegunaannya bagi kepentingan masyaralcat menurut ajaran Islam6. Tampaknya
pengertian yang dikemnkakan di atas walaupun tidak sama namun sejalan dengan
'' M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UJ Press, 1988) h, 94. 5 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Waka/ di Negara
Kita, (Bandung: Penerbit Alumni, 1979) h, 14. 6 Hilman Hadikusumo, Ensiklopedi Hukum Adat dan Ada! Budaya Indonesia (Bandung :
Penerbit Alumni, 1977) h, 216,
38
pengertian wakaf menurut Fiqh Islam karena pemanfaatannya untulc orang Jain baik
perorangan maupun kelompok dan pemilikannya terlepas dari pemilik semula.
Banyaknya persanman antara pengertian wakaf menurut adat dengan
pengertian wakaf menurut Fiqh Islam menunjukan eratnya hubungan antara adat
dengan Fiqh Islam di Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya lembaga-lembaga
sosial yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam masuk ke Indonesia, hal ini
menyebabkan lembaga wakafyang datang kemudian sejalan dengan masuknya Islam
di Indonesia dapat berkembang dengan baik yang tampak dengan semakin
berkembangnya jumlah perwakafan di Indonesia.
Dari pembahasan yang telah dikemukakan, jelas bahwa wakaf sebagai salah
satu lembaga Islam yang erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat sudah
melembaga di Indonesia sejak dahulu,terlihat banyalmya jumlah perwakafan yang
tumbuh di Indonesia. Akan t(!tapi jumlah perwakafan yang cukup banyak tersebut
pada awalnya tidak diiringi dengan peraturan perundang-undangan yang memadai,
sehingga pada akhirnya melahirkan kesadaran bagi pemerintah, baik pemerintah pada
masa kolonial Belanda sebelum Indonesia merdeka maupun setelah Indonesia
Merdeka - bahkan sampai sekarang - untuk menertibkan tanah wakaf di Indonesia.
Untuk mengetahui sejaulnnana peraturan perundang-undangan tentang wakaf yang
pernah diberlakukan di Indonesia, berikut ini akan dikaji tentunya secara singkat
tentang hal tersebut.
39
B. Peraturan dan ketetapan perwakafan yang pernah berlaku di Indonesia
Wakaf lebih banyak di lakukan oleh bangsa Indon<!sia sejak dahulu jauh
sebelum Indonesia merdeka. Hal ini wajar karena Indonesia banyak berdiri kerajaan
kerajaan Islam sebagaimana kita maklumi bersama. Sekalipun lembaga perwakafan
ini merupakan lembaga yang berasa! dari ajaran agama Islam. Namun kalangan ahli
hukum di Indonesia memandang bahwa perwakafan terse but juga merupakan masalah
dalam hukum adat.
Sebagai suatu lembaga Islam yang erat kaitannya dalan1 masalah sosial
kemasyara!rntan dan adat Indonesia, wakaf sering kali menimbulkan permasalahan di
masyarakat. Kaena tidak mengherankan bila sejak dahulu persoa!an tentang wakaf ini
telah diatur dalam hukum adat dalam bentuk konvensi (tidak tertulis) dengan
mengambil sumber dari hukum. Di samping itu pemerintah kolonial dahulu tela!1
mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur persoalan wakaf, antara lain :
1. Surat Edaran Sekretaris Gubememen Pertama tanggal 31 januari 1905 No.
435, sebagaimana termuat dalam Bijblad 1905 Nomor 6196 tentang Toeziht
Opden bouw van Mohammedaansche bedehuizen. Dalam surat edaran ini
sekaipun tidak diatur secara khusus tentang wakaf, akan tetapi dinyatakan
bahwa pemerintah tidak berma!(Sud melarang atau menghalang-halangi orang
Islam memenuhi keperluan keagamaanya. Dalam ha! pembuatan tempat
Ibadah, baru boleh dilaksanakan apabila benar-benar di kehendaki oleh
kepentingan umum. Surat edaran ini di tujukan kepada para Kepala wilayah di
Jawa dan Madura kecuali daera!1 Swapraja, untuk melakukan pendataan dan
40
pendaftaran tanah-tanah atau tempat ibadah yang ada di kabupaten masing-
masing7•
2. Surat Edaran Sekretaris Gubernemen tanggal 4 Juni Tahun I 931 Nomor
136/ A yang termuat dalan1 Bijblad Nomor 125/3 Tahun 1931 tentang Teozhict
van de Regering op Mohammedaansche Bedehuizen Vrijdagdiensten en
wakafs. Surat edaran ini merupakan kelanjutan dan perubahan dari Bijblad
nomor 6196 yaitu tentang pengawasan pemerintah atas rumah-rumah
peribadatan orang Islam, sembahyang Jum'at, dan wakaf. Pada garis besamya
surat edaran ini memuat ketentuan agar Bijblad Tahun 1905 Nomor 6169
diperhatikan dengan baik dengan maksud supaya mendapatkan suatu register
yang berguna untuk memperoleh kepastian hukum dari harta wakaf. Namun
demikian, untuk mewakafl(an harta tetap diperlukan izin Bupati, yang menilai
permohonan itu hanya dari segi tempat harta tetap dan maksud pendirian.
Bupati memberi perintah supaya wakaf yang izinkannya dimasukan ke dalam
daftar yang dipelihara oleh ketua pengadilan agama. Dari setiap pendaftaran
diberitahukan kepada Asisten Wedana untuk bahan baginya dalam pembuatan
Iaporan kepada kantor Landrente. 8
3. Surat Edaran Gobememen tanggal 24 Desember 1934 Nomor 088/A yang
termuat dalam Bijblad Nomor 13390 Tahun 1934 tentang Teozicht de
7 Dirjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag RI, Pedoman Penge/olaan dan Pengembangan Waka/, 2003, h. 21.
8 Di1jen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag Rl, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Waka/, 2003, h. 21.
41
regering op Mohammedaansche Bedehuizen en Wakafs. Surat edaran ini
hanya mempertegas apa yang disebutkau dalam surat edaran sebelumuya,
yang isinya memberi wewenang kepada Bupati untnk menyelesaikan perkara
jika terjadi persengketaan.9
4. Regering op Mohammedaansche en wakafs. Surat edaran ini pun bersifat
penegasan terhadap surat-surat sebelumnya yaitu mengenai tata cara
pe1wakafan sebagai realisasi dari ketentuan Bijblad Nomor 6169/1905 yang
menginginkan regristrasi dari tanah wakaf tersebut. 10
Peraturan-peraturan tentang perwakafan tanah yang dikelurkan pada masa
penjajahan Belanda tersebut pada masa kemerdekaan Republik Indonesia sejak
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 masih terns cliberlakukan .. Hal ini
berdasarkan bunyi pasal II Aturan peralihan Undang-undang Dasar 1945: "Segala
badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlak:u, selama be/um
diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini "11• Pacla jaman kemerclekaan
masalah wakaf pacla mulanya pemah diurus oleh tiga Departemen ketika masih ada
Departemen/Kementrian Agraria, selain diurus oleh Departemen Agama clan
Departemen Dalarn Negeri, tapi akhimya di urus oleh clua Departemen yang di sebut
terakhir. Sedangkan untuk wakaf benda bergerak (selain tanah) cliurus, diawasi,
didaftarkan oleh Departemen Agama. 12
9 Ibid, h. 22. 10 Ibid, h. 22. 11 BP-7 Pusat, Undang-undang Dasar I 945, P4 dan GBHN, (Jakarta: tp, I 990) h. 9 12 Usman, Suparman, Hukum Penvakafan di Indonesia (Kudus: Darul Ulum Press, I 994) h.9
43
yang ada di Indonesia, bahkan usaha penertiban juga diperlihatkan oleh pemerintah
RI, akan tetapi peraturan-peraturan yang ada kurang memadai dan masih banyak
kelemahan-kelemahannya yaitu belum memberikan kepastian hukum mengenai
benda wakaf khususnya tanah. Oleh karena itu dalarn rangka penertiban dan
pembaharuan sistem hukum Agraria kita, pemasalahan mengenai perwakafan tanah
mendapat perhatian khusus sebagaimana telihat dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUP A) bab II, bagian XI, Pasal
49 yang berbnnyi:
(I) Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan
untuk usaha dalam bidang keagarnaan sosial, diakui dan dilindungi. Badan
tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan
dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.
(2) Untuk keperluan peribadatan dan keperluan snci lainnya sebagai dimaksud
dalam Pasal 14 dapat diberi tanah yang dikuasai lang:mng oleh negara dengan
hakpakai.
(3) Perwakafan tan ah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 15
Dari bunyi ketentuan Pasal 49 ayat (3) tersebut jelas di sebutkan bahwa untuk
melindungi berlangsungnya tanah-tanah wakaf di Indonesia, sekaligus
mene11ibkannya, pemerintah akan memberikan peraturan Pemerintah tersebut baru
dikeluarkan setelah 17 Tahun berlakunya Undang-undang Pokok Agraria tersebut
15 Kanwil Depag DK! Jakarta, Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang perwakqfan Tanah Milik, (Jakarta: Badan Pembinaan Perwakafan DK! Jakm1a, 1981) h. 18-17
,-;:"'.: i:?i::ll I 0:: TA I( A ii. 1\1 I IT .l U ll
45
2. Tanah wakaf sebelumnya tertibnya PP Nomor 28 Tahun 1977 kebanyakkan
belum mempunyai data otentik, sehingga dalam proses penyesuaian dengan
PP tersebut sering menirnbulkan masalah antara Nazhir dengan keluarga
wakif, antara Nazhir dan pemerintah, dan antara Nazhir dengan oknum yang
tidak bertanggungjawab.
3. Terdapat banyak tempat Ibadah, gedung lembaga keagamaan, dan kuburan
yang menempati tanah negara belum tertampung dalam PP Nomor 28 untuk
berubah statusnya menjadi tanah wakaf
4. Terbatasnya dana pernsertifikat tanah wakaf.
Karena alasan di atas maka dikeluarkan seperangkat peraturan perundang-
undangan yang langsung mengenai perwakafan tanah milik untuk mendukung
terlalrnananya PP Nomor 28 Tahun 1977 tersebut. Peraturan perundang-undangan
tersebut yaitu:
!. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tauhn 1977 Tentang Pendaftaran
Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik
2. Peraturan Menteri Agama Nomor I Tahun 1978 tentang Peraturan
Pelaksanaan PP Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.
3. Instruksi Bersama antara Menteri Agama dan Menter!. Dalam Negeri Nomor:
1 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1 Tahun 1978
1977 tentang Perwakafan Tanah Milik
46
4. Peraturan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
Kep/D/75/1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan
peraturan tentang Perwakafan Tanah Milik.
5. Keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1978 tentang Pendelegasian
Wewenang kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi/setingkat di seluruh Indonesia untulc mengangkat atau
memberhentikan setiap Kepala KUA kecamatan sebagai Pejabat Pembuat
Akta Ikrar W akaf.
6. Instruksi Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tanggal 19 Juni 1979 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun I 978.
7. Surat Di1jen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D II/5/Ed/14/1980 tanggal
25 Juni 1980 Tentang Pemakaian Bea Materai dengan Lampiran surat Di1jen
Pajak Nomor S.629/PJ.331/1980 tanggal 29 Mei 1980 yang menentukanjenis
formulir wakaf mana yang bebas materai, dan jenis :formulir yang dikenakan
bea materai dan berapa besar.
8. Surat Dirjen Bimas Islam da urursan Haji nomor D H/5/Ed/0/1981 tanggal 17
Februari 1981 kepala Gubemur kepala daerah Tingkat I di seluruh Indonesia,
tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik dan Permohonan Keringanan
atau pembebasan dari semua pembebanan biaya
9. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D II/5/Ed/1111981 tanggal
16 April tentang Petunjuk Pemberian Nomor pasal Formulir perwakafan
Tanah Milik.
47
Selain peraturan-peraturan yang berlangsung berkenaan dengan masalah
wakaf sebagai disebutkan di atas juga terdapat perundang-undangan yang menyebut
tentang perwakafan tanah milik. Peraturan perundang-undangan itu antara lain:
1. Undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar pokok-pokok
Agraria, tanggal 24 September 1960 Pasal 49 ayat (3) undang-undang tersebut
memberi isyarat bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tanggal 23 Maret 1961 tentang
Pendaftaran Tanah. Peraturan ini berlaku umum artinya semua tanah. Oleh
karena itu peraturan ini juga berlaku untuk tanah wakaf.
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 1961 Tentang Permintaan dan
Pemberian izin Pemindahan Hak atas tana11. Peraturan ini dikeluarkan pada
tanggal 23 September 1961
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan
badan hukun yang dapat memunyai hak milik atas tanah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1978 tentang biaya
pendaftaran tanah.
6. Peraturan Menteri Dalam Nege1i Nomor 2 Tahun 1978 tentang ketentuan
mengenai Biaya Pendaftaran. Tanah untuk Badan-badan hukum tertentu yaitu
untuk badan hukum sosial dan keagamaan sepe1ti wakaf.
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 348 Tahun 1982 tentang
Penyertifikatan tanah bagi badan hukum keagamaan, badan hukum sosial, dan
48
lembaga pendidikan yang menjadi objek Proyek Operasi Nasional Agraria
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: SK.l 78/DJA/1982 tentang
Penunjukan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat sebagai Badan Hukum
yang bisa mempunyai tanah dengan hak milik.
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan
Agama. Pada bah III tentang Kekuasaan Pengadilan, Pasal 49 ayat (1)
menyebutkan bahwa pengadilan betugas dan berwenang memeriksa memutus,
dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang : a. Perkawinan, b. Kewarisan, Wasiat, dan
Hibah yang dilakukan berdasarkan Fiqh Islam, c. Wakaf dan shadaqah
10. Instruksi Bersama Menteri Agama RI dan kepala Badan Pertahanan Nasional
Nomor 4 Tahun 1990 tentang Se1iifikat Tanah wakaf pada tanggal 30 24 Tahun 1990
Nopember 1990 Dengan dikeluarkrumya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan
beberapa peraturan yang mendukung terlaksananya . PP tersebut, maka seluruh
ketentuan dan peraturan perwakafan tanah milik sebagaimana tercantum dalam
Bijblad Nomor 6196 Tahun 1905, Nomor 12573 Tahun 1931, Nomor 13390 Tahun
1934, dan Nomor 13480 Tahun 1935 beserta peraturan pe:laksanaannya sepanjang
yang bertentangan dengan PP Nomor 28 Tahun 1977 ini tidak berlaku lagi. 17
17 Faisal dan A. Saiful Anam, Hukum Waka/ dan Perwakafan di Indonesia, (Pasuruan : PT. Garuda Buana Jndah, 1993) h. 35.
C. Ketetapan Perwakafan pada UU RI No. 41 Tahun 2004
Sejarah Lahimya UU RI No. 41Tahun2004
49
Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, perlu
ditingkatkannya peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan
menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi antara Jain, untuk memajukan kesejahteraan umum,
sehingga perlu dikembangkan pemanfaatanya sesuai dengan prinsip syariah.
Pada kenyataarmya praktik wakaf belum sepenuhnya berjalan tertib dan
efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf tidak terpelihara
sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara
melawan hukum.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka lahirlah UU RI No 41 Tahun 2004 pada
tanggal 27 Oktober 2004, ha! ini untuk memenuhi kebutuhan Jmkum dalam rangka
pembangunan hukum nasional. Pada dasamya ketentuan mengenai perwakafan
berdasarkan syariah dan peraturan penmdang-undangan dicamtumkan kembali dalam
Undang-undang ini, namun terdapat pula berbagai pokok pengaturan yang baru antara
lain sebagai berikut :
I. Untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna melindungi
harta benda wakaf, Undang-undang ini menegaskan bahwa perbuatan hukum
wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam akta ikrar wakaf dan didaftarkan
serta diumumkan yang pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan tata cara yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai wakaf
50
dan harus dilaksanakan. Undang-undang ini tidak mi~misahkan antara wakaf
ahli yang pengelolaan dan pemanfaatan harta benda wakaf terbatas untuk
kaum kerabat ( ahli waris) dengan wakaf khairi yang dimaksudkan untuk
kepentingan masyarakat umum sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.
2. Ruang lingkup wakaf yang selama ini di pabami secara umum cenderung
terbatas pada wakaf benda tidak bergerak seperti tanab dan bangunan,
menurut undang-undang ini wakif dapat pula mewakafkan sebagian
kekayaannya berupa harta benda wakaf bergerak, baik berwujud atau tidak
berwujud yaitu uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayan
intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya. Dalam ha! benda bergerak
berupa uang. Wakif dapat mewakafkan melalui Lembaga Keuangan Syariah.
Yang dimaksud Lembaga Keuangan Syariah adalah badan hukum Indonesia
yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang bergerak di bidang keuangan syariab, misalnya badan hukum di bidang
perbankan syariah
Dimungkinkarmya wakaf benda bergerak berupa uang melalui Lembaga
Keuangan syariab dimaksudkan agar memudahkan Waldf untuk mewakafkan
miliknya.
3. Peruntukan harta benda tidak semata-mata untuk kepentingan sarana ibadah
dan sosial tetapi juga diarahkan untuk memajukan kesejabteraan umum
dengan cara mewujudakan potensi dan manfaat ekonomi hmia benda wakaf.
Hal itu memungkinkan pengelolaan harta benda wakaf dapat memasuki
51
wilayah kegiatan ekonomi dalam arti luas sepanjang pengelolaan tersebut
sesuai dengan prinsip manajemen dan ekonomi syariah.
4. Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak ketiga
yang merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan
profesional Nazhir
5. Undang-undang ini juga mengatur pembentukan Badan Wakaf Indonesia yang
dapat mempunyai perwakilan di daerah sesuai dengan kebutuhan. Badan
tersebut merupakan lembaga independen yang melaksnakan tugas di bidang
perwkafan yang melakukan pembinaan terhadap Nazhir, melakukan
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf bersekala nasional dan
internasional, memberikan persetujuan atas perubahan peruntukan dan status
harta benda wakaf, dan memberikan saran dan pe1iimbagan kepada
Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan
Sistematika UU RI No. 41Tahun2004 tentang Wakaf
UU RI No.41 Tahun 2004 tentang wakaf ini terdiri dari 11 bab dan 71 pasal
dengan sistematika sebagai berikut: 18
Bab I : Ketentuan Umum (terdiri dari satu pasal)
Bab II : Dasar-dasar Wakaf (terdiri dari I 0 bagian dan 30 pasal)
Bab III : Pendaftaran dan Pengumuman Harta Benda Wakaf(terdiri
18 Depag RI, Undang-undang RI Nom01· 41 Tahun2004 Tentang Waka/(Jakai1a: Di1jen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji , 2004.
54
itu akan membantu dari jeratan hutang dan ketergantungan kepada luar negri.
Kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai wakaf uang ditandai dengan
munculnya UU No. 41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006.
Lebih lanjut, Departemen Agama dalam rangka menyahuti keperluan dan alasan itu
di atas, telah menumbuhkan Direktorat Pengembangan zakat dan Wakaf sebagai
upaya untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat dan wakaf demi terciptanya
kesejahteraan sejati, baik di dunia maupun diakhirat kelak 20
Ketentuan wakaf uang dalam undang-undang No. 41 Tahun 2004 dijelaskan
dalam beberapa pasal, yaitu pasal 28 s/d pasal 31, yang berbunyi :21
Pasal 28
Wakif dapat mewakafkan benda bergerak bempa uang melalui lembaga keuangan
syari'ah yang ditunjuk oleh mentri.
Pasal 29
1]. wakaf benda bergerak berupa uang sebagai mana dimaksud dalam pasal 28
dilaksakan oleh wakif dengan pemyataan kehendak wakif yang dilakukan secara
tertulis.
2). Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.
20 Direktoratjendral bimas islam dan penyelenggaraan Haji .2004 :89-90
21• Depag RI, Undang-Undang Nomor No. 41 Tahun 2004 tentang WakafUang, Tahun
2004,h.16-17.
56
Dalam penjelasan pasal 43 ayat 2 pengelolaan wakaf uang hams dilakukan
secarn produktif yaitu: Dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman
modal,produksi,kemitraan perdagangan,agrobisnis,pe1iambangan perindustian
,pengembangan tehnologi, pembangaunan gedung,apartemen ,mm ah
susun,perkantoran,sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan dan usaha-usaha yang
tidak bertentangan dengan syari'ah.
Yang dimaksud lembaga penjamin syaria'ah adalah badan hukum yang
menyelenggarakan kegiatan penjamin atas suatu kegiatan usaha yang dapat dilakukan
antara lain melalui skim asuransi syari 'ah atau skim lain ya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
ANALISA DAN PERBANDINGAN ANTARA KONSEP WAKAF UANG
MENURUT FIQH ISLAM DAN UU RI NOMOR 41 TAHUN 2004
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa wakaf diartikan secara etimologi
adalah mena11an sesuatu yang ada hubungnnya dengan harta kekayaan, sedangkan
secara terminologi terdapat beberapa pendapat dalam perumusan pengertian walcaf
yang di kemukakan oleh para Imam mazhab (Fiqh Islam), sebagaimana telah
dipaparkan di muka.
Pada dasarnya beberapa pendapat Imam Mazhab (Fiqh Islam) mengenai
definisi wakaf mempunyai arti yang sama yaitu menahan suatu benda atau harta dan
manfaat dari harta wakaf tersebut atau harus di,alurkan sesuai dengan maksud wakaf
yang telah ditetapkan oleh wakif. Manfaat benda tersebut harus dipergunakan untuk
kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Perbedanya hanya
terdapat pada masalah status kepemilikan harta apakah tetap menjadi milik si wakif
atau telah menjadi milik Alla11 ? dan apakah wakaf itu harus bersifat kekal atau
sementara saja?. Perbedaan pandangan wakaf diantara para Imam mazhab (Fiqh
Islam) itu kiranya berlatar belakang dari perbedaan konsepsi masing-masing tentang
wakaf.
Adapun pengertian wakaf yang diberlakukan di Indonesia sekarang yaitu
dapat dijumpai dalam Undang-Undang RI No 41 Tahun 2004 tentang wakaf, di BAB
I KETENTUAN UMUM kita bisa melihat pada Pasal I yang berbunyi "wakaf adalah
57
60
hukum tertentu terhadap hartanya di luar permasalahan apakah harta tersebut terlepas
dari hak miliknya atau tidak. Sedangkan "tashadaqa" menunjukan aspek yang
bersifat positif dimana wakif mensedakahkan manfaat .harta tersebut2.
Persamaan antara konsep wakaf menurut Imam Maclzhab (Fiqh Islam) dan
UU R1 No 41 tahun 2004 tentang wakaf, disamping itu terdapat juga perbedaanya
itulah yang membuka jalan untuk menganalisa persamaan dan perbedaan wakaf
secara konsepsional antara yang dikemukakan oleh para imam madzhab (Fiqh Islam)
dan yang terkandung dalam UU RI No. 41 tahun 2004. Namun kriteria yang
disepakati untuk mengukur keabsahan perbuatan hukum berkaitan erat dengan rukun
dan syarat-syarat yang diper!ukan untuk itu, sebagaimana dinyatakan bahwa suatu
perbuatan hukum yang sah dalam bidang ibadal1 dan muamalah ialah telah terpenuhi
rukun-rukun dan syarat-syaratnya sehingga perbuatan hukum itu dianggap benar
menurut hukum.3
1. Pcrsamaan Konsep Wakaf Uang Mcnurut Fiqh Islam dan UU No. 41
Tahun 2004
Dari pembahasan sebelumnya pada bab-bab yang sudah di jelaskan mengenai
wakaf uang menurut imam mazhab (Fiqh Islam) dan Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang wakaf terdapat beberapa persamaan diantara keduanya,
persamaan tersebut antara lain :
2 Praja, Djuhaya S, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum dan Perkembangannya (Bandung: Yayasan Piara, 1995) h. 52-53
3 Khalaf, Abdul Wahab, I/mu Ushul Fiqh, di terjemahkan oleh Masdar Helmi, (Bandung : Gema 1nsan Press, 1997, h. 76
61
I. Legalitas WakafUang
Legalitas wakaf uang dalam perspektif hukum Islam dan Undang-Undang No.41
Tahun 2004 Tentang Wakaf adalah sama-sama membolehkan dan menganggap sah
mewakafkan benda bergerak bernpa uang tunai. Hal ini dilandasi dengan beberapa
dasar hukum dalam masing-masing pandangan tersebut. Pertama; Dalam hukum
Islam dasar kebolehan wakaf uang adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
bah II antara lain adanya sumber-snmber yang menyebutkan bahwa uang telah di
terapkan di sebahagian masyarakat islam yang bermazhab hanafi. Namun terdapat
perbedaan pendapat tentang hukumnya sebagai berikut4:
a. Az-Zhuhri (wafat Tahun 124 H) Imam Bukhori (wafat tahun 252 H)
menyebutkan bahwa imam Az-Zhuhri berpendapat boleh mewakafkan dinar
dan dirham. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagi
modal usaha (dagang),kemudian menyalurkan keuntunganya sebagai wakaf.
b. Dr.Az-Zuhaili juga menyebutkan bahwa mazhab Hanafi
memeperbolehkannya sebagai pengecualian karna sudah banyak dilakukan
masyarakat,sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin mas'ud yang
berbunyi:
"Apa yang dipandang kaum muslimin itu baik,di pandang baik juga oleh Allah".
4• Depag RI,Peningkatan Zakat dan Wakaf (Jakaita: Pembentukan tim penyusun Naskah
Fiqih wakaf, 2003),Hal.42-43
62
Menurut pendapat hanafi hukum yang diterapka berdasarkan 'uruf(adapt
kebiasaan) karna 'urf kekutan hukurnnya sama dengan hokum yang diterapkan
berdasarkan nas (teks). Cara mewakafkan uang yaitu dengan menjadikannya
modal usaha dengan pembagian hasil mudhabah atau mubadha'ah.
Keuntungannya disedekahkan kepada pihak wa\rnf. Namun Pendapat Ibnu
'Abidin wakaf dirham itu menjadi kebiasaan di wilayah romawi. sedangkan di
negri lain tidak menjadi adapt kebiasaan.atas dasar itu,ia memandang tidak sah.
c. Menurut Al-Balcri mengemukakan pendapat mazhab syafi'I wakafuang tidak
boleh, karna dirham dan dinar akan lenyap ketika di bayarkan sehingga tidak
ada wujudnya.
Kedua; Dalam Undang-undang No.41 Tahun 2004 juga membolehkan wakaf
benda bergeral( berupa uang sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 yang
berbunyi "Wakif dapat mewakafkan benda benda bergerak berupa uang melalui
lembaga keuanagan syari 'ah yang di tunjuk oleh Menteri'"
2. Tata cara Pengelolaan WakafUang,
Hal ini berlalm pada proyek penyedia jasa maupun proyek penghasil pendapatan.
Sehingga dengan demikian pada proyek penyedia jasa pun di perlukan persyaratan
menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya pemeliharaan. Dalam konteks wakaf
maka pembiayaan proyek wakaf bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi harta walrnf
sebagai prasarana untuk meningkatkan kualitas dan kehidupan sumber daya insani
63
Menurut Kahf (march 2,4 1998) pembiayaan harta wakaf tradisional dan harta
wakaf institusional:5
a. Model pembiayaan proyek wakaf Tradisional. Yaitu
Pinjaman,hukr(kontrak sewa jangka panjang dengan pembayaran !up
sum yang cukup besar di muka),al Ijarahtain( sewa dengan dua
pembayaran ),Menambah harta wakaf baru dan Penukaran Penganti
(substitusi) harta wakaf.
b. Model pembiayaan baru untuk proyek wakaf produktif secara
institusional.
Pembiayaan yang membolehlcan pengelola wakaf (produkti) memegang
hak enklusif terhadap pengelola seperti Murabahah,Istisna,Ijarah,dan
Mudharabah.sebagai tambahan ada juga yang di sebut berbagai
Kepemilikan atau syari 'atul milk, di mana be:berapa kontaktor yang
berbagai menejemen proyek pada pihak penyedia pembiayaan atau di
sebut dengan model berbagi hasil( aut put sharing) dan model hurk sewa
berjangka panjang ..
5 Direktorat pemberdayaan wakaf,ditoratjenderal Bimbingan Masyarakat Islam.Pedoman Pengelolaan WakafTunai.Tahun 2006.Hal 77.
64
2. Perbedaan Konsep Wakaf Uang dalam Fiqh Islam dan UU No. 41
Tahun 2004 dan Faktor yang Mempengaruhinya
Kosep Fiqih adalah pendapat para ahli hukum fiqih islam yang terdapat dalam
kitab-kitab islam dalam berbagai mazhab. Konsep fiqih islam nampaknya dalam
pengaturan masalah nazir baik mengenai hak maupnn kewajiban dalam system
perwakafan di Indonesia di anggap belum memadai. Oleh karna itu konsef fiqih
memandang wakaf baik benda tidak bergerak maupun benda yang produktif sebagi
salah satu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Yang dilakukan dengan cara
pelepasan hak tanpa hambatan materi dan tanpa ikatan administrasi
Mekanisme pembiayaan wakaf tradisional, paham mayoritas umat islam masih
stagnan(beku) terhadap persoalan wakaf. Pengembangan wakaf dalam kitab fiqih
klasik yakni dengan menjadikan wakaf sebagai lahan pertaniaan, pinjaman Gangka
panjang),sewa dengan dua pembayaran,menambah harta wakaf baru,dan penukaran
pengganti harta wakaf. Dalam pandangan hukum islam pengelolaan wakaf uang di
peruntukan dalam pembiayaan modal usaha perdaganggan . Sedangkan dalam UU
No. 41 Tahun 2004 Sudah ada mekanisme pembiayaan secara bervariasi dan
melembaga,tidak hanya satu jenis usaha saja seperti dalam pandangan hukum islam.
Namun pada perkembangan sekarang wakaf tunai sudah di bakukan di lembaga
perbank syari 'ah. Nazir yang berfungsi sebagai peranan yang mengendalikan proses
investasi mengembagkan harta wakaf dengan di kelola langsung sehingga dalam
peraturan undang-undang No.41 Tahun 2004. Pengaturan masalah nazir mengenai
hale dan kewajiban nampaknya sudah memadai .karna undang-undang No.41 tahun
65
2004 menjadikan wakaf sebagi pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan
menyediakan sarana ibadah namun juga memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi
antara lain memajukan kesejahteraan unrnm. Oleh karna itulah nazir berhak untuk
menagambil hasil dari benda wakaf tersebut 10% dari hasil wakaf sampai sudah
dikeluarkan biaya-biaya operasional dan beban-beban lainya. Selain itu juga dana
wakaf juga akan membantu kalanganggan ekonomi umat,dan bantuan pengembangan
sarana dan prasarana ibadah. tidak menutupi kemungkinan juga di pergunakan untuk
membantu pihak yang memerlukan bantuan seperti pendidikan,bantauan penelitian
dan lai-lain.
C. Analisa Penulis
Persamaan konsep wakaf uang dalan1 fiqh Islam antara UU RI No. 41 talrnn
2004 terletak pada materi hukum yang terkandung didalanmya terutama materi
hukum yang bersifat subtantif, sedangkan perbedaannya terletak pada penekanan
aspek procedural administrative dan pola pengembangannya. Perbedaan antara
keduanya terlihat pada penekanan aspek prosedliral yang menyangkut masalah tata
cara dan prosedur administratif lai11I1ya. Tetapi pandangan imam-imam mazhab yang
lebih tampak adalah lrnkum substansifnya. Sedangkan hal-hal yang ada dalam
Undang-undang NO 41 Tahun 2004 yang bersifat teknis merupakan penjabaran dari
pemahaman dan memperdayakan wakaf tunai di lihat dengan kebutuhan masyralcat .
Melihat masyarakat perkotaan tidak mungkinnya banyak tanah,maka dengan
tidak menunggu menjadi tuan tanah <lulu, lebih membuka peluang untuk mudah
66
mewakafkan sebagian harta mereka untuk kepentingan umat islam Iainnya seki!igus
untuk menyaring moral kesadaran akan solidaritas antar sesama sehingga adanya
keterkaitan antar golongan miskin dengan golongan yang (kaya) maka setiap orang
yang mempunyru kelebihru1 hruia bisa menyumbangkan hartanya tanpa batas
tertentu.
Kemudian Faktor yang mempengaruhi perbedaan antru·a fiqh Islam dan UU
RI No 4 I tahun 2004 adalah perbedaan kondisi sosial masyarakat dan perbedaan
kebutuhan terhdap hukum yang mengatur kedua masa yang b'~rbeda. Pada masyarakat
Indonesia adalah jaminan kepastian hukum terhadap keberadaan harta wakaf
sehingga tujuan wakaf bejalan dengan baik.
Prospek perkembangan wakaf yang diinginkru1 di masa mendatang, antara Iain dapat
diproyeksikan dari substansi UU tersebut.
Ada beberapa substansi penting yang perlu diperhatikan bagi berbagai pihak
yang peduli dengan permasalahan perwakafan dalam UU Wakaf ini :
Pertama:Tentang Nazhir. Nazhir wakaf yang selama ini tradisional, dalam UU ini
mengarah pada Nazhir profesional yang terdiri dari Nazhir perorangan, organisasi,
a tau badan hukum (Pas al 19). Adapun tu gas-tu gas N azhir ad al ah: melakukan
pengadministrasian, mengelola dan mengembangkan sesuai dengan tujuan, fungsi
dan peruntukannya; mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; serta
melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakafindonesia (BWI).
Adapun ruang Iingkup kerja Nazhir dalam mengelola peruntukan harta
benda wakaf meliputi: sarana dan kegiatan ibadah; pendidikan serta kesehatan;
67
bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa; kemajuan dan
peningkatan ekonomi umat; dan/atau kesejahteraan umum. Dalam melaksanakan
tugasnya, Nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf yang besamya tidak melebihi l 0%. Dalam UU
ini terlihat jelas arah perwakafan di Indonesia bukan hanya untuk kepentingan
ibadah saja, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat dengan pengelolaan
wakaf secara ekonomis dan produk dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
Kedua: Berkaitan dengan Barta Benda Wakaf. Barta benda wakaf yang selama ini
barn berupa benda tidak bergerak (tanah milik), dalam UU diperluas sehingga
meliputi benda tidak bergerak dan benda bergeralc. Benda tidak bergerak mencakup:
hak atas tanah, bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah, tanaman
dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah; hak milik atas satuan rumah
susun sesuai dengan ketentuan peraturan UU yang bedaku; dan benda tidak
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan UU yang berlaku.
Sedangkan benda bergerak yaitu harta benda yang tidak bisa habis karena
dikonsumsi, meliputi: uang; logam mulia; surat berharga; kendaraan; hak atas
kekayaan intelektual; hak sewa; dan benda bergeralc lain seperti mushaf, buku dan
kitab.
Di san1ping itu, menyangkut wakaf uang, lebih lanjut diatur bahwa Walcif
dapat mewakafkan uang melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang ditunjuk
oleh Menteri Agama (Pasal 28). Wakaf benda bergerak berupa uang diterbitkan
68
dalam bentuk se1tifikat wakaf uang oleh LKS. LKS ini bisa saja Bank Syaiiah,
Asuransi Syaiiah, atau Manajer Investasi Syariah. Sertifikat wakaf uang atau wakaf
tunai merupakan peluang yang positif dalam upaya menggali dana-dana umat Islam
yang sampai kini masih belum dioptimalkan. UU W akaf juga menetapkan bahwa
seluruh benda wakaf harus didaftarkan kepada Menteri Agama dan BWI serta akan
diumumkan.
Ketiga: Pengelolaan dan pengembangan Harta Benda Wakaf. Dalan1 UU ini tegas
dinyatakan bahwa pengelolaan dan pengembangan harta benda walrnf dilakukan
dengan prinsip syariah. Antara lain dapat dilakukan melalui pembiayaan
mudharabah, murabahah, musharakah, atau ijarah. Selain itu untuk
memproduktifkan harta benda wakaf dimungkinkan dengan cara investasi,
penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,
perindustriai1, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, rurnah
susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana
kesehatan dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah. UU Wakaf
secara eksplisit juga menyebut keberadaai1 lembaga penjamin syariah (asuransi
syariah) untuk menghindari habisnya harta benda wakaf karna kerugian ketika di
investasikan. Menyangkut perubahan status harta benda wakaf, dalam UU ini diatur
bahwa benda yang telah diwakafkan tidak dapat dijadikan jaminan, disita,
dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar, atau dialihkan dalarn bentuk pengalihan hak
lainnya. Perubahan status benda wakaf hanya dimungkinkan apabila untuk
kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) berdasarkan
69
ketentuan UU yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariab. Dan hanya dapat
dilalmkan dengan persyaratan wajib ditukar dengan hruta benda yang manfaat dan
nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan hruta benda wakaf semula, dan surat
izin tertulis dari mentri Agama serta persetujuan dari BWI.
Keempat: Badan Wakaf Indonesia (BWI). BWI yang diamanatkan UU merupakan
lembaga independen, yang akan berkeduclukan di ibukota clan dapat membentuk
perwakilan di provinsi clan/atau kabupaten/kota sesuai clengan kebutuhan. Adapun
BWI memiliki tugas dan wewenang: melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalan1
mengelola clan mengembangkan hruta benda wakaf; melakukan pengelolaan clan
pengembangan hruta bencla wakaf berskala nasional clan internasional, memberikan
persetujuan clan/atau izin atas perubaban peruntukan dan status hruta benda wakaf;
memberhentikan dan mengganti Nazhir, memberikan persetujuan atas penukru·an
hruta benda wakaf; memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam
penyusunan kebijakan perwalrnfan.
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Sebagai bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dan berdasarkan pembabasan
pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan dalam
dalam pembabasan ini, yaitu :
I. Dalam pandangan hukum Islam dan UU No. 41 Tabun 2004, hukum wakaf
benda bergerak berupa uang adalab boleh.Hai ini sesuai dengan hadist lbnu
Umar yang berbunyi :
,; ' " >a
... J.,-ll J.lj .;Ji I ~ ;_,._) y\; )I d J J.'_;ll Jj ,, ,. ,, ,, ,,. ,. - ,, ,, ,, ,.
"tahanlah itu dan shadaqahkan hasilnya. Tanah tersebut tidak boleh dfiual atau
diperjual belikan dihibahkan atau diwariskan. Umar menshadaqahkan
(Mewakafakan) tanah di Khaibar itu kepada fakir miskin, karib kerabat, budak
(Riqab ), dan Jbnu Sabi!"
2. Persamaan konsep wakaf antara Imam mazhab (fiqh Islam) dan UU RI No. 41
tahun 2004 terletak pada materi hukum yang terkandung didalamnya terutama
materi hukum yang bersifat subtantif, sedangkan perbedaannya terletak pada
penekanan aspek prosedural dan administratif saja. Persamaan pandangan
hukum Islam dan UU No. 41 Tahun 2004 keduanya sama-sama membolehkan
terjadinya wakaf benda bergerak berupa uang. Sedangkan perbedaannya hanya
70
71
terletak pada segi prosedural, administratif dan pengelolaan wakaf uang
tersebut. Dalam hukum Islam wakaf tidak diwajibkan melalui mekanisme
lembaga tertentu. Disamping itu peruntukan wakaf uang tersebut juga hanya
terbatas sebagai modal usaha dagang. Sedangkan dalam UU No. 41 Tahun
2004, mekanisme pelaksanaan wakaf uang harus melalui perosedur lembaga
formil yang telah ditentukan oleh Undang-undang, dan peruntukan walcaf uang
tersebut juga tidak hanya digunakan sebagai modal usaha dagang saja, namun
sudah lebih bervariasi dalam bentuk usaha produktif yang lain, seperti investasi,
penanaman modal, produksi, kemitraan perdagangan, agrobisnis, pe1tambangan
perindustian ,pengembangan tehnologi, pembangaunan gedung, apmtemen
,ruma11 susun, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan da11
usaha-usaha ym1g tidak be1tentangan dengan syari' ah.
3. Faktor ym1g mempengaruhi perbedam1 antara Imam mazhab (fiqh Islam) da11
UU RI No 41 tahun 2004 adalah perbedam1 kondisi sosial masym-akat da11
perbedaan kebutuhan terhdap hukum yang mengatur kedua masa yang berbeda.
Pada masyarakat Indonesia adalah jaminan . kepastian hukum terhadap
keberadan wakaf Uang sehingga tujua11 wakaf bejalan dengan baik.
B. Saran-saran
I. Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf adalah sebuah jawaban
dari keseriusa11 para ulama Indonesia dalam memperjuangkan hukum Islam, dan
ini merupakan sebuah contoh kongkrit yang mesti harus terns diperjuangkan
72
sampai selesai. Maka dari itu Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf Uang sangat sesuai dalam konteks perkembangan zaman sekarang.
2. Dalam hal ini pemerintah sebagai pihak pertama yang mengeluarkan UU RI No.
41 tahun 2004 tentang wakaf tidak hanya berhenti pada Undang-undang saja
tetapi alangkah lebih baik untuk terus menerus mengawasi serta mengadakan
pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan perwalcafan,terutama dalam
penegelolaan walcaf uang. Maka dari itu wakaf uang akan berfungsi sebagai
wahana untuk mensejahterakan perekonomian umat terutama umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjemahan'
Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Waka/ di
Negara Kita, (Bandung : Penerbit Alumni, 1979).
Ainaini, Badran Abu al-, Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf, (Iskandariyah: Mu'asasah
Syabab al-Jami'ah, 1982).
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaj; (Jakarta: UI Press,
1995)
Anas, Malik lbn, al-Imam, al-Mudawanah al-Kubra, (Beimt Daar el-Kutub al
Ilmiyah, 1994) Juz I 0
BP-7 Pusat, Undang-undang Dasar 1945, P4 dan OBI-IN, (Jakarta: tp, 1990).
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Fiqh Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Barn Van Hoeve.
1997), Cet. Ke- I
Depag Rl,Undang-Undang Repoblik Indonesia No.41 Tahun 2004 tentang Waka/
(Direktorat Jenderal Bimas haji 2004)
Depag RJ, Profil Direktoral Pengembangan Zakat dan Wakaf, (Depag RI, 2003)
Depag RJ, P aradikma Baru Waka/ di Indonesia (Penerbit : Di rektorat Pengembangan
Zakat dan Wakaf ,2005)
Depag RI, Pedoman Pengelolaan Waka/ Tunai ( Direktorat Pemberdayaan Wakaf
dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam ,2006
82
Dirjen Birnas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag RI, Pedoman Pengelolaan dan
Pengembangan Waka/, 2003
Depag RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia (Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji .2005)
Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI, Undang-nndang RI Nomor
41Tahnn2004 Tentang Wakaf(Jakarta, 2004.)
Hadikusumo, Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia
(Bandung : Penerbit Alumni, 1977)
Haq, Faisal dan A. Saiful Allam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia,
(Pasuruan: PT. Garuda Bnana Indah, 1993)
Hasan, Zubairi, Membebaskan Keterbelakangan Umat dengan Waka/, (Jakarta
Majalah Peduli Umat, IV, 9 Agnstus 2003), H
Hasbiyallah, M. Amin Ibu Abidin, Al-Mukhtar, (Bairut: Daar d-Fiqr, 1992 Juz 10
Husain, Abu al-Faraj, Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf Fi Syari'ah al-Js/amiyah,
(Iskandariah: Daar al-Ma'buat al-Jami'ah, 1997).
Kahlani, Muhammad Bin Islamil al-, Subulus Salam (Indonesia : Maktabah Dahlan,
1995) Juz III,
Kanwil Depag DKI Jakarta, Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang
perwakafan Tanah Milik, (Jakarta : Badan Pembinaan Perwakafan DKI
Jakarta, 1981)
83
.. ----·-------\ t ~EHPUSTAKAAN UTAMA j \ ~v ·' u 1u JAKARI 1-\ ! UIN ;:, ',.,,, --
Khalaf, Abdul Wahab, flmu Ushul Fiqh, di terjemahkan oleh Masdar Helmi,
(Bandung : Gema Insan Press, 1997.
Khotibi, Muhan1mad Syarbini, Mughni Muhtaz, (Mesir : Musthafa al-Babi al-Halaby,
Tt) Juz 2,
Mugniyah, Muh=ad Jawad, Al- Fiqh 'ala Madahibul Arba'ah, (Beirut: Daar al
Fikr, tt)
Praja, Juhaya S, Dr., Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya, (Bandung: Yayasan Piara, 1995)
Sabiq, al-Sayyid, Fiqh Sunnah (Beirut: Daar El-Fikr, 1981) Cet. Ke-3, Jilid 3
Suhadi, Imam, Hukum Waka/ di Indonesia, (Y ogyakarta : Dua Dimensi, 1985) h. 6-7
Sutarmadi dkk, Pedoman Praktis Perwakafan,( Jakaiia : Badan Kesejallteraan
Masjid, 1990),
Syafi'I, al-Imam, Al-Umm, (Beirut : Daiul Fikr, Tt) Jilid 3
Usman, Suparman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Kudus: DaruI Ulum Press,
1994)
Wadjdy Fai·id dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat ( Penerbit : Pustaka
Pelajar, Milik Perpustakaan Fakultas syaria'ah UIN syarifHidayatullah
Jakarta 2 007)
Zain, Satria Effendi M., Mimbar Hukum Analisis Yurisprudensi tentang sengketa
Tanah Wakaf(Jakarta: PT. lntermasa, tt)
Zuhaili, Wahbah Al-., Fiqh al-Islam Wa 'Adilatuhu, (Beirut: Daar El-Fikr, Tt) Juz 2
84
<:;J.&;;ut11St£JZ cf crtwa
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tentang
WAKAFUANG
Korn isi Fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah
MENIMBANG:
A. Bahwa bagi mayoritas umat Islam Indonesia, pengertian
wakaf yang umum diketahul, antara lain, adalah:
~ ,y· · io ...j· · .i.,;, J ,U; .. ..., 'tki~i '.<'''.Jc; '..:.;. C· ,r,_,. ... )~c-'-· .;:: •. t .. ~ V· . , , " , " . (~_r..llJ .}-)1) ·?~.;,_~..;,
yakni "menahait harta yang dapat dirnanfaatkan trrn1'a l.cn)'dl)
bendanya, dengan cara tidak melakukan tindakan liukum terhadap benda tersebut disalurkan pada swwtu yang mubah (tidak haram) yang ada," (al-Ramti, Niliayah al-Mulitaj ila Syarh aI.Minhaj, [Dar aI-Fikr, 1984), juz V, 11. 357; al Kliathib al-Syarbaini, Miigli~i a~Muhtaj, [ Dar al-Fikr,
~
"'"'\
125
ta1na
lua
l. Wakaf Uang (Cash WabnWaqf alNuqud) adalah wakaf yang dilakukan se.seor<lng, kelompok orang, lembagn atau badan hukum dalam bcntuk uang
tun<li.
2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh). 4. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan
dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar'iy.
5. Nilai pokok Wakaf Uang hams dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, clan atau diwa-riskan.
, Fatwa ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diper-baiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Tanggal
' Jakarta 28 Shafar 1423 H 11 Mei 2002 M
KOMISI FA1WA MAJELIS ULAMA INDONESIA
~ K.H. MA'RUF AMIN IN,M.Ag.
Pcngarah
Kettia
Wk. Ketua
Sekrctaris Anggota:
Sekretariat
NOMORD TI-I 2004
TENT ANG PElvIBENTUKAN TIM PENYUSUN BUKU
"PEDOMAN PENGELOLAAN WAI<AF TIJNAI"
' l. Dirjen BIPH 2. Direktttr Pengc111bangan Zakat & Wakaf
3. Sekretaris Ditjen BIPH
: Ors. H. Achmad Djunaidi
~Ors. H. Ma'ruf
, H. Asrory Abdul Karim, SH, MH. !. Drs. H. Idham Khalid Baedawi 2. H. Fauzan, BA 3. Thobieb Al-Asyhar, S. Ag. 4. HM. Cholil Nafis, Le, MA 5. H. Achmad Mu'thi Shofieq, S. Ag. 6. Ahmad Muda Lubls, S~. 7. H. Damiri, BA
' !. H. Mahmud Fauzi 2. Hj. Hernawati 3. H. Andi Pabenteng 4. HM. Syarifuddin
Ditetapkan di Jakarta O-;I- T-~ .......... t '?()()J. L "-'•'~ .< ««55<>• .. ••••••••.,•-VV 1
an. DlREKTlJR JENDERAL . BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
DAN PENYELENGGARAAN HAJl SEKRETARIS,
H. F auzie Amnur, Le NIP. 150 103 420
~ 133