Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

download Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

of 20

Transcript of Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    1/20

    Wahdah Islamiyah

    Bantahan KepadaSalafy EkstremBagian VI

    Tim Pembela Kehormatan Ulama

    1/14/2010

    Makalah ini ditulis dan judul sengaja di-edit sesuai kebutuhan sebagai bantahan terhadappara ghulat salafy ekstrem. Sumber makalah ini dapat merujuk ke situs

    www.alinshof.com. Dialihkan ke Word oleh Tim Pembela Kehormatan Ulama AhluSunnah wal Jamaah ([email protected])

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    2/20

    JUDUL ASLI :SILSILAH PEMBELAAN PARA ULAMA DAN DU'AT

    (BAGIAN VI)

    http://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.html
  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    3/20

    Segala puji bagi Allah Ta'ala, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah

    atas qudwah kita, Nabi Besar Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarga, parashahabat dan segenap pengikutnya hingga hari kiamat kelak.

    Pembaca budiman, masih dalam Silsilah Pembelaan para Ulama dan Du'at, maka

    dalam kajian ini kami akan mengangkat isu (baca: syubhat) yang termasuk paling

    banyak diangkat kelompok "salafy" untuk menuding sesat orang lain, yakni masalah

    Pemilu. Baik yang ikut "bertarung" di dalamnya atau sekedar memberi dukungan suara.

    Makanya jangan heran, dalam situs-situs kelompok "salafy" ramai menggelar

    fatwa-fatwa ulama panutan mereka yang mengharamkan ikut Pemilu, termasuk

    memberi hak suara. Dan kami kira dalam hal ini kelompok "salafy" mendapat dukungan

    gerakan Hizbut Tahrir yang mengeluarkan pendapat sama, kendati untuk alasan

    berbeda. Sayangnya, kebanyakan situs-situs tersebut hanya berisi lampiran-lampiran

    fatwa dan bukan suguhan ilmiyah alasan pelarangan tersebut. Lalu dari fatwa-fatwa

    tersebut, mereka jadikan sebagai batu ujian untuk menguji orang lain. Dan yang paling

    anyar dari alasan pengharaman tersebut, dikarenakan Pemilu merupakan hasil produk

    demokrasi, maka siapa yang terlibat di dalamnya dikategorikan sebagai pendukung

    demokrasi yang berseberangan dengan Syari'at Islam !?

    Karenanya, tulisan ini sengaja kami buat secara sistematis, agar pembaca

    sekalian mendapat suguhan jawaban ilmiyah, dan bukan sekedar qila dan qaala atau

    hanya sekedar kumpulan fatwa-fatwa, lalu membangun manhaj darinya, tanpa ambilpeduli terhadap landasan fatwa-fatwa itu sendiri. Dengan dalih husnud dzon terhadap

    sang empunya fatwa, bahwa tidak mungkin fatwa itu keluar dari hawa nafsu dan

    kejahilan. Sangka baik semacam ini ada benarnya, namun sangat rentan menjebak kita

    dalam kubangan ta'asshubhizbiyyah. Na'udzu billah min al-Hizbiyyah al-Madzmumah.

    Sofyan Khalid berkata berkaitan dengan "kesesatan"WahdahIslamiyah:

    Ketiga : Terjun dalam Politik Demokrasi

    Tanggapan:

    Sebelum menjawab tuduhan dan syubhat Sofyan Khalid dalam masalah ini,

    terlebih dahulu kami paparkan secara ringkas hujjah yang berkaitan dengan Pemilu,

    serta mauqif kami terhadap-nya. Sebab, inilah diantara dalih kelompok "salafy"

    menjadikan saudara muslim-nya sebagai bulan-bulanan kezaliman. Yang demikian,

    agar jelas bagi pembaca sekalian, pondasi yang kami jadikan sebagai patokan dalam

    membangun sebuah sikap. Bukan hanya atas ucapan dan klaim seseorang tanpa ada

    http://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.htmlhttp://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://www.alinshof.com/2010/01/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_19.html
  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    4/20

    penjabaran lebih lanjut. Demikian pula agar menjadi jelas perkaranya sebelum masuk

    dalam sesi menjawab tuduhan dan syubuhat.

    Pengangkatan seorang Pemimpin dari sisi realita dan syari'at.

    Secara umum, pengangkatan seorang pemimpin, baik dalam skala nasionalmaupun daerah merupakan hal yang diakui oleh realita dan syari'at. Dari sisi realita,

    adalah sebuah keharusan adanya kepemimpinan yang mengatur suatu wilayah atau

    negara, apakah melalui sistem pemilihan umum, warisan tahta kekuasaan dan

    sebagainya. Sedang dari sisi Syar'iyyah, jika seorang muslim ditawarkan kesempatan

    memberi suara pada sebuah keputusan kekuasaan, wajib baginya memilih yang tegak

    di atas Syari'at Islam. Jika tidak terdapat hal ini pada diri calon-calon yang bertarung,

    maka harus memilih yang paling utama di antara mereka dan paling ringan mudharat-

    nya. Sebab jika selain kaum muslimin atau orang yang kurang baik agamanya

    menduduki tampuk kekuasaan, besar kemungkinan akan melahirkan mudharat bagi

    kaum muslimin.

    Sejarah umat Islam menjadi bukti, bahwa pemilihan dan pengangkatan seorang

    pemimpin telah dikenal dan dianjurkan. Begitu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

    wafat, kaum muslimin sepakat menunjuk Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Khalifah.

    Demikian pula Khalifah Abu Bakar saat menjelang wafat, mengusulkan agar Umar bin

    al-Khattab sebagai penggantinya. Dan seterusnya, hingga para ulama menyimpulkan,

    kepemimpinan itu dapat terwujud melalui tiga keadaan yang telah ma'ruf, yakni:

    Pemilihan yang dilakukan oleh ahlul halli wa al-aqdi, istikhlaf(penunjukan seorang untuk

    menjadi pemimpin setelahnya), kudeta atau penggulingan kekuasaan. Imam Ibnu Hazm

    rahimahullah- bahkan menambah satu hal, yakni mengajak orang memilih dirinya untuk

    menjadi seorang pemimpin.Artinya, jika seorang khalifah meninggal dan tidak menunjukseseorang yang akan menggantikannya, disamping majelis ahlul halli wa al-aqdibelum

    memilih seorang khalifah bagi kaum muslimin, maka menurut Ibnu Hazmrahimahullah-

    dibolehkan bagi seseorang yang terpenuhi padanya syarat-syarat seorang pemimpin

    mengajukan dirinya, dan hal ini tidak ada perdebatan padanya. Jika berhasil menduduki

    tampuk kepemimpinan, waka wajib taat, memberi bai'at, dan menyerahkan ketaatan

    padanya, hal ini sebagaimana dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu-

    tatkala Utsman bin Affan wafat.

    Dari riwayat-riwayat ini-lah, kemudian para ulama menetapkan kaifiyyah

    seseorang mencapai tampuk kepemimpinan yang syar'i. Sebab hal tersebut dilakukan

    dan diamalkan para shahabat yang mulia, sedang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

    bersabda: "Hendaklah kalian mengikuti sunnah-ku dan sunnah Khulafa' al-Rasyidin

    setelahku".

    Namun yang menjadi persoalan pada zaman belakangan ini, khususnya setelah

    runtuhnya khilafah Utsmaniyah di Turki, nyaris tidak ditemukan lagi negara yang

    menerapkan sistem pemilihan bagi pemimpin melalui jalur syar'i. Kebanyakannya

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    5/20

    dibangun atas asas demokrasi hasil produk kaum kuffar. Dimana majelis ahli halli wa al-

    aqdiyang sejatinya diduduki oleh para ulama dan pemuka kaum yang bermusyawarah

    menunjuk seorang menjadi pemimpin tidak ada lagi. Sedang yang menempati posisi

    mereka adalah orang-orang yang berhasil meraup suara terbanyak dalam Pemilu untuk

    duduk dalam Parleman, siapa pun ia tanpa melihat kapasitas dan kadar keshalihannya.

    Demikian pula pemimpin sebuah negara, akan maju mencalonkan diri berdasarkansuara terbanyak yang di raih partai pendukungnya.

    Akan tetapi, bersama dengan fenomena ini, secara badihiydaruryumat manusia

    khususnya kaum muslimin butuh seorang pemimpin yang mengatur sistem kehidupan

    bernegara dan bermasyarakat. Sebab tidak dapat dibayangkan, bagaimana sebuah

    organisasi masyarakat hidup tanpa adanya seorang pemimpin. Karenanya, syari'at

    Islam yang datang demi mewujudkan kebaikan (mashlahat) dan mencegah kerusakan,

    memberi perhatian besar bagi tegaknya sebuah kepemimpinan dalam organisasi

    masyarakat. Meletakkan kaidah-kaidah dan rambu-rambu, baik yang berkaitan dengan

    pemimpin, rakyat, mu'amalah rakyat terhadap pemimpi dan sebaliknya. Termasuk

    diantaranya menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi seorang pemimpin.

    Sebab kebaikan seorang pemimpin adalah kebaikan bagi masyarakat (baca: ummat),

    sedang kerusakan seorang pemimpin adalah kehancuran bagi umat. Olehnya Imam

    Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah- berkata: "Dua golongan manusia, jika

    keduanya baik maka baik pula manusia, namun jika keduanya rusak, maka rusak

    pula manusia. Keduanya adalah penguasa dan ulama". Artinya, mashlahat dan

    kerusakan bagi umat sangat ditentukan oleh kebijakan yang lahir dari seorang

    penguasa. Olehnya, lahir-lah sebuah kesepakatan pada umat ini, perlunya menetapkan

    dan memilih seorang pemimpin yang dapat menciptakan mashlahat bagi umat, atau

    minimal mudharat yang ditimbulkan lebih kecil. Sebab, keberadaan seorang pemimpin

    merupakan sebuah aksiomatik yang tidak dapat dielakkan, di atas sistem apapunorganisasi masyarakat itu hidup.

    Kaidah-kaidah Syar'iyyahsejalan dengan kebolehan berpartisipasi dalam Pemilu

    Dari uraian di atas, maka para ulama menetapkan kaidah-kaidah syar'iyyah bagi

    kebolehan musyarakah (ikut serta) dalam Pemilu, baik dalam arti ikut "bertarung" di

    dalamnya, atau minimal memberi dukungan suara bagi calon yang mampu mengemban

    aspirasi umat, menciptakan mashalahat atau minimal mengurangi mudharat bagi umat

    Islam. Sekali lagi, jika telah jelas bahwa tujuannya adalah mendatangkan manfaat dan

    mencegah kerusakan bagi umat. Diantara kaidah-kaidah syar'iyyah tersebut:

    1.Kaidah Maa Laa Yatimmul Wajib Illa bihi fa Huwa Wajib, [Jika suatu kewajiban

    tidak sempurna lantaran sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib pula]. Adalah

    satu ketentuan, bahwa menciptakan kebaikan dan mashlahat kaum muslimin

    dalam kehidupan dan kebebasan menjalankan syari'at agama Allah merupakan

    sebuah kewajiban. Dan jika kaum muslimin mengabaikan ikut serta memberi

    dukungan dan suara pada pemimpin yang dapat menjamin hal ini, dikhawatikan

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    6/20

    akan naik sebagai pemimpin orang yang jauh dari akhlak Islam, atau bahkan

    orang-orang kafir dan sekuler akan mendominasi parlemen. Maka dapat

    dipastikan akan memberi dampak bahaya bagi kehidupan umat. Olehnya,

    wasilah untuk mewujudkan kemashlahatan umat tersebut juga menjadi wajib

    ditempuh (kendati sebagai kehati-hatian, kami belum sampai menyatakan ia

    sebagai sesesutu yang wajib, minimal sangat dianjurkan).

    2. Kaidah adh-Dharar al-Asyadd Yuzalu bi al-Akhaf, [Kemudharatan yang Besar

    dihilangkan dengan kemudharatan yang lebih ringan]". Tidak disangkal, bahwa

    masuk dan ikut memberi dukungan suara dalam Pemilu mengandung mudharat.

    Sebab ia bersinggungan langsung dengan aturan-aturan yang menyelisihi

    syari'at Islam. Akan tetapi, jika tidak terdapat kaum muslimin yang ikut dan

    masuk ke dalam sistem untuk tujuan memberi perbaikan, menjelaskan

    keunggulan aturan-aturan Islami, memberi perlindungan terhadap kaum

    muslimin dan sebagainya, maka dapat dipastikan akan menimbulkan mudharat

    yang jauh lebih besar. Karenanya, bergabung dan ikut mendukung calon muslim

    yang memiliki ghirah Islam, kendati dikategorikan sebagai sebuah mudharat,

    namun hal tersebut bertujuan mengatasi mudharat yang jauh lebih besar.

    3. Kaidah Ihthiyat Jalbi al-Mashalih wa Daf'i al-Mafasid [Kemungkinan untuk

    mengambil manfaat dan menghilangkan kerusakan]. Kaidah ini jika diaplikasikan

    pada parlemen dan musyarakah memberi dukungan suara pada seorang calon

    muslim yang memiliki ghirah Islam, maka ia masuk dalam kondisi darurat

    kemungkinan memberi manfaat bagi kaum muslimin dan mencegat mudharat

    (kerusakan) bagi mereka, khususnya dalam perkara pembuatan kebijakan dan

    aturan. Imam Izzuddin bin Abdis Salam rahimahullah berkata: "Jika suatu

    wilayah yang luas dikuasai oleh orang-orang kafir, lalu merekamenyerahkan jabatan qadhi kepada seorang (muslim) untuk memberi

    mashlahat bagi kaum muslimin secara umum, maka yang nampak adalah

    hendaknya ia menerima jabatan tersebut demi terciptanya mashlahat bagi

    kaum muslimin secara umum dan mencegah kerusakan yang lebih besar.

    4.Kaidah I'tibar al-Dzaraai' wa an-Nadzar fi al-Ma'aalat, [Memperhatikan kerusakan

    (yang bakal terjadi) serta memandang pada akibat-akibat yang dapat

    ditimbulkan]. Kaidah ini banyak digunakan para fuqaha dalam keputusan hukum.

    Misalnya Umar bin al-Khattab radhiallahu anhumemerintahkan Hudzaifah bin al-

    Yaman radhiallahu anhu menceraikan istrinya yang beragama Yahudi. Hal ini

    agar jangan sampai pasukan yang berada di bawah kepemimpinan Hudzaifah

    mengikuti perbuatannya, hingga berpaling dari wanita-wanita muslimah. Dan ini

    tentunya dapat menjadi fitnah bagi mereka. Karenanya, Imam Izzuddin bin Abdis

    Salam berkata: "Terkadang boleh bekerjasama atas dosa, permusuhan,

    kefasikan, dan maksiat, namun bukan karena keberadaannya sebagai maksiat,

    akan tetapi karena ia merupakan wasilah (sarana) untuk mencapai mashlahat".

    Contohnya, mengorbankan harta yang banyak guna membebaskan tawanan

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    7/20

    perang. Ia haram bagi yang mengambil-nya namun boleh bagi yang

    mengeluarkannya. Jika diperhatikan, sebenarnya maksud dari perkataan beliau

    di atas adalah untuk tujuan menutup pintu kerusakan lebih besar yang bakal

    terjadi atas tawanam muslim.

    5. Kaidah al-Umuur bi Maqashidihaa, [segala tindakan tergantung niat dantujuannya]. Dari kaidah ini, dibangun kebolehan bagi kaum muslimin belajar ilmu

    kimia, kedokteran dan selainnya dari kaum kuffar (jika hal ini tidak ada pada

    kaum muslimin), kendati dalam pelajaran tersebut akan banyak terlihat aurat

    yang diharamkan Islam. Akan tetapi, jika hal tersebut untuk niat khidmat pada

    kaum muslimin serta mengangkat kesulitan bagi mereka, maka ia dibolehkan.

    Demikian pula masuk atau memberi dukungan suara pada parlemen, jika

    diniatkan untuk tujuan mashlahat kaum muslimin serta menghilangkan kesulitan

    bagi mereka, maka ia dibolehkan.

    Adapun dhawabithatau batasan-batasan bagi mereka yang ingin terjun dan bertarung

    dalam Pemilu tersebut, adalah sebagai berikut:

    1.Tidak boleh menyakini bahwa dirinya dan selainnya memiliki hak membuat hukum

    selain Allah Ta'ala. Masalah penentuan hukum atas sesuatu, baik halal atau

    haram, benar atau buruk, seluruhnya merupakan hak prerogatif bagi Allah

    Ta'ala. Olehnya, tidak halal bagi seorang muslim ridha dan mengakui akan hal

    ini, yakni menempatkan dirinya sebagai pembuat undang-undang dan aturan.

    2. Menyakini bahwa keikut-sertaannya untuk tujuan meringankan keburukan atau

    meminimalkan kerusakan (al-mafasid) atau untuk mewujudkan sebagian dari

    mashlahat. Bukan kedudukan di parlemen yang menjadi tujuan. Dan ManhajSyar'i khususnya dalam aturan-aturannya yang universal sangat banyak

    mendukung hal tersebut.

    3. Tidak boleh terlibat dalam hal ini, melainkan setelah tahaqquq (memastikan)

    adanya mashlahatdan tertolaknya kerusakan sesuai kemampuan. Dan ia bukan

    merupakan -apa yang santer selama ini- sebagai program dakwah atau pijakan

    tarbiyah. Demikian pula, tidak boleh bergabung padanya orang-orang lemah

    yang rentan terhadap fitnah atau orang yang sangat tamak dan rakus akan

    kekuasaan. Hanya saja, yang bergelut di dalamnya adalah mereka yang telah

    terpenuhi padanya syarat-syarat sebagaimana ditetapkan para ulama.

    Berangkat dari kaidah-kaidah dan dhawabit di atas, maka kami memandang

    kebolehan ikut dalam memberi dukungan suara pada Pemilu, untuk tujuan mashlahat

    bagi kamu muslimin dan menghindari kerusakan yang lebih besar. Dan bukan karena

    mengakui dan mengganggap benar hukum demokrasi. Sebagaimana Nabi shallallahu

    alaihi wasallam juga masuk dalam jiwar (perlindungan yang didasarkan oleh hukum

    Quraiys saat itu) Abu Thalib paman beliau lalu ke jiwaral-Muth'im bin 'Adiy, demikian

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    8/20

    pula Abu Bakar as-Shiddiq masuk dalam jiwar Ibnu ad-Dugunnah, dan para shahabat

    yang lainnya. Adapun posisi kita dalam pandangan hukum syar'i, berkenaan dengan

    kondisi hidup di bawah hukum yang tidak dibangun di atas landasan Syari'at, seperti

    orang terzalimi. Dan orang terzalimi akan selalu berusaha keluar dari kezaliman atau

    minimal berupaya meminimalisir kezaliman yang lebih besar lagi atas dirinya.

    Fatwa-Fatwa Ulama Ahlu Sunnah Mu'tabar Tentang Pemilu

    Adapun Fatwa-fatwa Ulama Mu'tabar berkaitan dengan masalah pemilu begitu

    banyak, namun kami cukupkan beberapa diantaranya:

    Pertama: Fatwa Lajnah Daimah Tentang Sikap Seorang Muslim Terhadap Partai-

    partai Politik.

    Soal: Sebagian orang mengaku sebagai muslim namun tenggelam dalam partai-

    partai politik, sementara di antara partai-partai itu ada yang mengikuti Rusia dan ada

    pula yang mengekor Amerika. Dan partai-partai ini terbagi menjadi banyak, seperti

    Partai Kemajuan dan Sosialis, Partai Kemerdekaan, Partai Orang-orang Merdeka

    Partai Al Ummah-, Partai Asy Syabibah Al Istiqlaliyyah dan Partai Demokrasi, serta

    partai-partai lainnya yang saling mendekati satu sama lain. Bagaimana sikap Islam

    terhadap partai-partai tersebut, serta terhadap seorang muslim yang tenggelam dalam

    partai-partai itu ? Apakah keislamannya masih sah ?

    Jawaban: Barang siapa yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam, iman

    yang kuat, keislaman yang terbentengi, pandangan yang jauh ke depan, kemampuan

    retorika yang baik serta mampu memberi pengaruh bagi kebijakan partai hingga dapat

    mengarahkan ke arah yang Islami, maka ia boleh berbaur dengan partai-partaitersebut atau bergabung dengan partai yang paling dekat dengan al haq, semoga

    Allah memberi manfa'at dan petunjuk dengannya, sehingga ada yang mendapatkan

    hidayah untuk meninggalkan gelombang politik menyimpang menuju politik syar'i dan

    adil yang dapat menyatukan barisan ummat, menempuh jalan lurus dan benar. Akan

    tetapi jangan sampai ia justru mengikuti prinsip-prinsip mereka yang menyimpang.

    Adapun yang tidak memiliki iman dan pertahanan seperti itu, serta dikhwatirkan

    terpengaruh dan bukan memberi pengaruh, maka hendaknya ia meninggalkan partai-

    partai tersebut demi melindungi dirinya dari fitnah dan menjaga agamanya agar tidak

    tertimpa seperti yang telah menimpa mereka (para aktifis partai itu) dan mengalami

    penyimpangan serta kerusakan seperti mereka.

    Wabillahittaufiq, Washallallahu 'ala Nabiyyina Muhammad wa 'Alihi wa Shahbihi wa

    Sallam.

    Ketua : Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz.

    Wakil Ketua : Abdurrazzaq 'Afifi

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    9/20

    Anggota : Abdullah ibn Ghudayyan

    Anggota : Abdullah ibn Qu'ud.

    Kedua: Fatwa al-Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah

    Tentang Keikutsertaan Dalam Pemilu

    Soal Kedua : Apakah hukum syari memberikan dukungan dan sokongan berkaitan

    dengan masalah yang telah disebutkan terdahulu (maksudnya: pemilihan umum) ?

    Jawaban :Pada saat ini kami tidak menasehati seorang-pun dari saudara-saudara kami

    kaum muslimin untuk mencalonkan dirinya menjadi anggota parlemen yang tidak

    berhukum kepada hukum Allah, kendati (negara) itu mencantumkan dalam undang-

    undangnya "agama negara adalah Islam", sebab teks semacam ini terbukti hanya untuk

    "meninabobokkan" anggota parlemen yang masih baik hatinya!!. Itu disebabkan karena

    ia tidak mampu mengubah satu-pun dari pasal-pasal yang terdapat dalam undang-

    undang yang menyelisihi Islam, sebagaimana telah terbukti di beberapa negara yang

    undang-undangnya memuat teks tersebut (bahwa "agama negara adalah Islam"-pent).

    Ditambah seiring perjalanan waktu, ia kemudian turut menyetujui beberapa hukum yang

    menyelisihi Islam dengan alasan belum tepat waktunya melakukan perubahan.

    Sebagaimana kita saksikan di beberapa negara, sang anggota parlemen mengubah

    gaya penampilan Islami dengan mengikuti gaya barat agar sejalan dengan (gaya) para

    anggota parlemen lainnya!. Padahal ia masuk dalam parlemen untuk tujuan

    memperbaiki orang lain, malah justru ia telah merusak dirinya sendiri. (Seperti kata

    pepatah) hujan itu mulanya hanya setetes namun kemudian menjadi banjir!. Olehnya,

    kami tidak menyarankan seorangpun mencalonkan dirinya (sebagai anggotaparlemen). Akan tetapi saya memandang tidak ada halangan bagi rakyat muslim

    bila dalam daftar calon anggota legsilatif itu terdapat orang-orang yang memusuhi

    Islam dan terdapat pula calon-calon anggota legislatif muslim dari partai yang

    memiliki manhaj yang berbeda-beda, maka -dalam kondisi seperti ini- kami

    menasehatkan agar setiap muslim memilih (calon anggota legislatif) dari kalangan

    Islam saja dan orang yang paling dekat dengan manhaj yang shahih sebagaimana

    telah dijelaskan (manhaj salaf-pent).

    Saya mengatakan ini -walaupun saya yakin bahwa pencalonan dan pemilihan ini tidak

    dapat merealisasikan tujuan yang diharapkan seperti telah dijelaskan terdahulu-

    sebagai suatu upaya untuk meminimalisir kejahatan atau sebagai suatu bentukusaha menolak mafsadah yang lebih besar dengan menempuh mafsadah yang

    lebih kecil sebagaimana dikatakan oleh para fuqaha'.

    Soal ketiga: Apakah hukum keluarnya kaum wanita untuk turut serta dalam pemilihan

    umum ?

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    10/20

    Jawaban : Dibolehkan bagi mereka keluar dengan syarat yang telah diketahui

    bersama yang harus mereka penuhi, yaitu mengenakan jilbab syar'i dan tidak

    bercampur baur (ikhtilath) dengan kaum pria. Ini yang pertama.

    Kemudian mereka hendaknya memilih orang yang paling dekat kepada manhaj

    ilmu yang shahih sebagai suatu upaya menolak kemafsadatan yang lebih besardengan menempuh kemafsadatan yang lebih kecil sebagaimana telah dijelaskan.

    Ketiga: Fatwa Syekh 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah Tentang Dewan/Majelis

    Legislatif

    Soal :Banyak penuntut ilmu syar'i bertanya-tanya tentang hukum masuknya para du'at

    dan ulama ke dalam dewan legislatif dan parlemen, serta turut dalam pemilihan umum di

    negara yang tidak menjalankan syari'at Allah. Maka apakah batasan untuk hal ini ?

    Jawab : Masuk ke dalam parlemen dan dewan legislatif adalah sangat berbahaya.

    Masuk ke dalamnya sangat berbahaya. Akan tetapi barang siapa yang masuk ke

    dalamnya dengan landasan ilmu dan pijakan yang kuat, bertujuan menegakkan yang

    haq dan mengarahkan manusia pada kebaikan serta menghambat kebatilan, dimana

    tujuan utamanya bukan kepentingan dunia atau ketamakan terhadap harta, namun

    benar-benar demi menolong agama Allah, memperjuangkan yang haq dan mencegah

    kebatilan, dengan niat baik seperti ini, maka saya memandang tidak mengapa

    melakukan hal itu, bahkan seyogyanya dilakukan agar dewan dan majelis seperti

    itu tidak kosong dari kebaikan dan pendukung-pendukungnya. (Ini) bila ia masuk

    (dalam perlemen) dengan niat seperti ini dan memiliki pijakan kuat agar dapat

    memperjuangkan dan mempertahankan yang haq serta menyerukan untuk

    meninggalkan kebatilan. Mudah-mudahan Allah memberikan manfa'at dengannyahingga (dewan) itu dapat menerapkan syari'at (Allah). Dengan niat dan maksud seperti

    ini disertai ilmu dan pijakan yang kuat, maka Allah Jalla wa 'Ala akan memberinya

    balasan atas usaha ini.

    Akan tetapi jika ia masuk ke dalamnya untuk tujuan duniawi atau ketamakan menggapai

    kedudukan, maka tidak diperbolehkan. Sebab ia harus masuk dengan niat

    mengharapkan wajah Allah dan negeri Akhirat, memperjuangkan dan menjelaskan yang

    haq dengan dalil-dalilnya agar semoga dewan dan majelis itu mau kembali dan

    bertaubat kepada Allah.

    Keempat: Fatwa Faqihul Ashr Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin rahimahullahTentang Hukum Masuk Ke Dalam Parlemen

    Soal :Fadhilah Asy Syaikh -semoga Allah senantiasa menjaga Anda-, tentang masuk

    ke dalam majelis legislatif padahal negara itu tidak menerapkan syari'at Allah dengan

    sempurna, bagaimana pandangan Anda tentang masalah ini -semoga Allah senantiasa

    menjaga Anda- ?

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    11/20

    Jawaban: Kami pernah menjawab pertanyaan serupa beberapa waktu lalu, yaitu

    bahwa sudah seharusnya (ada yang) masuk dan turut serta dalam pemerintahan.

    Dan hendaknya seseorang dengan masuknya ia ke dalam pemerintahan

    meniatkan untuk melakukan perbaikan bukan untuk menyetujui setiap keputusan

    yang dikeluarkan. Dan dalam kondisi seperti ini, bila ia menemukan sesuatu yang

    menyelisihi syari'at, ia harus berusaha membantahnya. Walaupun pada kali pertamatidak banyak yang mengikuti dan mendukungnya, maka (ia mencoba terus) untuk kedua

    kalinya, atau (bila tidak berhasil pada) bulan pertama, (ia mencoba lagi) pada kedua dan

    ketiga, atau (bila tidak berhasil) pada tahun pertama, (ia mencoba lagi) pada tahun

    keduamaka di masa yang akan datang akan ada pengaruh yang baik.

    Sebab jika (pemerintahan) itu dibiarkan lalu kesempatan diberikan kepada orang-

    orang yang jauh dari (cita-cita) penerapan syari'at, maka ini adalah sebuah

    kelalaian yang besar yang tidak seharusnya seseorang itu melakukannya.

    Dalam kesempatan lain beliau ditanya: "Apakah anda memberi fatwa akan kebolehan

    ikut dalam Pemilihan Umum? Dan apa hukumnya?

    Beliau menjawab: "Iya, kami memberi fatwa demikian dan ini harus dilakukan-,

    sebab jika hilang suara kaum muslimin sama artinya kita memberi (kursi) majelis

    pada ahli keburukan. Namun jika kaum muslimin bergabung dalam Pemilihan

    Umum, mereka akan memilih siapa yang layak untuk demikian, dan dengannya

    akan tercapai kebaikan dan berkah".

    Kelima: Fatwa Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah Seputar Menjadi Anggota

    Parlemen

    Soal :Bagaimana hukum menjadi anggota parlemen ?

    Jawaban:Apa yang akan terealisasi dengan masuknya ia menjadi anggota parlemen?

    Kemashlahatan bagi kaum muslimin?, Bila hal itu berdampak bagi kemashlahatan kaum

    muslimin dan mengupayakan perubahan terhadap parlemen itu menuju Islam, maka ini

    adalah perkara yang baik. Setidak-tidaknya mengurangi bahaya dan kemudharatan

    bagi kaum muslimin dan mendapatkan sebagian kemashlahatan jika tidak

    memungkinkan meraih semua kemashlahatan, walaupun hanya sebagian saja.

    Soal:Tapi hal itu terkadang mengharuskan seseorang untuk mengorbankan beberapa

    hal yang ia yakini?

    Jawaban: Mengorbankan, maksudnya melakukan tindakan kufur kepada Allah atau

    apa?

    (Yang hadir menjawab ):Mengakuinya.

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    12/20

    Jawaban:Tidak, pengakuan ini tidak boleh dilakukan. Yakni ia meninggalkan agamanya

    dengan alasan untuk berda'wah ke jalan Allah, ini tidak benar. Bila mereka tidak

    mempersyaratkan ia harus mengakui hal-hal (yang kufur) itu dan ia tetap berada di atas

    keislaman, aqidah dan diennya, lalu dengan masuknya ia (dalam parlemen) terdapat

    kemashlahatan bagi kaum muslimin, dan bila mereka tidak mau menerimanya, ia pun

    meninggalkan mereka; apa yang akan ia lakukan? Memaksa mereka? Tidak mungkinmemaksa mereka. Yusuf alaihissalammasuk ke dalam jajaran kementrian seorang raja

    di zamannya, lalu apa yang terjadi? Anda sekalian tahu atau tidak apa yang terjadi pada

    Nabi Yusuf alaihissalam? Apa yang dilakukan Yusuf ketika beliau masuk? Ketika sang

    raja mengatakan bahwa engkau hari ini telah menjadi orang yang terpercaya dan

    memiliki posisi kuat dalam pandangan kami, maka beliau mengatakan : "Angkatlah aku

    sebagai bendaharawan negara, sebab saya adalah orang yang pandai menjaga lagi

    berpengetahuan." Lalu kemudian beliaupun masuk (ke pemerintahan) hingga akhirnya

    kekuasaan berada di tangan Yusuf alaihissalam. Beliau kemudian menjadi raja Mesir.

    Salah seorang nabi Allah menjadi raja Mesir.

    Maka bila masuknya membuahkan hasil yang baik, ia hendaknya masuk. Namun jika

    hanya sekedar menerima dan tunduk kepada apa yang mereka inginkan, dan tidak ada

    kemashlahatan bagi kaum muslimin dengan masuknya ia, maka tidak dibolehkan

    menjadi anggota parlemen. Para ulama mengatakan: Mendatangkan maslahat atau

    menyempurnakannya, artinya, bila maslahat itu tidak dapat diraih seluruhnya, maka

    tidak mengapa walaupun hanya sebagian yang dapat dicapai, dengan syarat tidak

    menyebabkan terjadinya kerusakan yang lebih besar.

    (Para ulama) mengatakan, bahwa Islam datang guna meraih kemashlahatan dan

    menyempurnakanya, serta menolak kemafsadatan dan menguranginya. Artinya, bila

    kemafsadatan itu tidak dapat ditolak seluruhnya, setidaknya ia berkurang dan lebihringan. (Dengan kata lain) menempuh kemudharatan yang paling ringan di antara dua

    kemudharatan demi mencegah terjadinya kemudharatan yang lebih besar.

    Ini semua bergantung pada maksud dan niatnya serta hasil yang akan dicapai. Dan bila

    masuknya ia sebagai anggota parlemen hanya karena ketamakan pada kekuasaan dan

    harta, lalu kemudian mendiamkan (kebatilan) atau menyetujui (kebatilan) yang mereka

    kerjakan, jelas ini tidak diperbolehkan. Dan bila masuknya mereka demi kemashlahatan

    kaum muslmin dan da'wah ke jalan Allah sehingga semuanya dapat berpangkal pada

    kebaikan kaum muslimin, ini adalah perkara yang harus dilakukan, tentu saja bila tidak

    mengakibatkan ia harus mengakui kekufuran. Sebab bila demikian maka ini tidak

    dibolehkan. Tidak dibenarkan mengakui kekufuran walaupun dengan tujuan yang mulia.

    Seseorang tidak boleh menjadi kafir lalu mengatakan bahwa tujuan saya adalah mulia,

    saya ingin berda'wah ke jalan Allah; ini tidak diperbolehkan.

    Keenam: Fatwa Fadhilatus Syaikh al-Allamah Abdullah bin Jibrin rahimahullah

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    13/20

    Soal: Negara telah menetapkan Pemilihan Umum dan keikutsertaan warga negara

    untuk memilih calon-calon yang bakal duduk di Parlemen. Kesempatan memilih

    diberikan kepada warga negara dalam memberi keputusan untuk memilih yang paling

    baik dari calon-calon yang memiliki kredibilitas dan pengalaman untuk duduk dalam

    parlemenBagaimana pendapat anda ikut serta dalam pemilihan umum ini?

    Jawaban: Melihat kepentingan dan pengaruh Pemilihan Umum ini dalam kebaikan

    negara, dan memilih apa yang merupakan kepentingan dan mashlahat bagi negara dan

    umat, maka kami memandang penting ikut serta dalam pemilihan umum tersebut

    untuk memilih siapa yang paling afdhal dari para calon dari kalangan orang yang

    berpengalaman, memiliki pengetahuan dan kebaikan guna memberi pelayanan

    bagi program-program negara. Dan sebagai harapan, bahwa calon-calon termasuk

    dari kalangan baik dan menginginkan perbaikan, serta bekerja pada apa yang menjadi

    sebab istiqamah (dalam agama), memilih apa yang sesuai dengan negara, orang-orang

    yang shalih dan memperbaiki, dan mereka yang hanya mengharapkan (pahala) dari

    Allah dan negeri akhirat. Memberi nasehat bagi pemimpin dan rakyat. Dan apa yang

    disumbangkan oleh orang yang memiliki pengetahuan, pengalaman, istiqamah (pada

    agama) berupa partisipasi memilih siapa yang memiliki kebaikan dan pengetahuan,

    maka yang demikian adalah merupakan kebaikan di dunia dan akhirat. Wallahu a'lam.

    Pembaca budiman, sebenarnya masih banyak fatwa-fatwa dari para Ulama Kibar

    umat ini. Alhamdulillahkami telah kumpulkan ada sekitar 36 ulama yang mengeluarkan

    fatwa sejenis. Semoga menjadi penerang bagi kelompok "salafy" utamanya Sofyan

    Khalid, agar tidak tergesa menjatuhkan vonis sesat hanya lantaran menyelisihi pendapat

    ulama panutan mereka dalam hal kebolehan ikut Pemilu. Sebab vonis tersebut akan

    berindikasi pula pada Ulama Kibar mu'tabar yang mengeluarkan fatwa kebolehannya.

    Sebagai tambahan, kami pun telah mengumpulkan fatwa-fatwa ulama panutankelompok "salafy" yang menyelisihi hal ini. Dan memang Wallahu A'lam- yang

    menelurkan pendapat seperti ini kebanyakan berasal dari kelompok ulama panutan

    "salafy". Alasannya pun klasik sekali. Tidak dibangun atas persoalan waqi'umat (realita

    umat) dan petimbangan mashlahat dan mafsadat, sebagaimana dikemukan oleh Kibarul

    Ulama di atas. Yang penting jika menurut asumsi mereka, -hingga pada tataran

    Pemilihan Umum- bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa,

    maka dikatakan sebagai hal terlarang. Dan bukan memandang dan mengutamakan

    kondisi dan mashlahat umat. Dan kalau tokhharus memilih, menurut Ust. Abdul Qadir,

    maka pilih-lah calon yang masih berkuasa saat itu, sebagai bentuk ketaatan pada

    pemerintah!?, dan bukan calon yang dipandang baik agamanya, lebih dekat pada Islam

    atau minimal mudharatnya bagi umat lebih kecil. Padahal tidak demikian yang dipahami

    oleh pemerintahan sistem demokrasi. Wallahul musta'an.

    Sofyan Khalid berkata :

    Hal ini terbukti pada pemilu 2004 di TPS dekat kampus STIBA, bahwa PKS mendapat

    suara yang cukup signifikan, sehingga membuat masyarakat sekitar terheran-heran

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    14/20

    karena di daerah tersebut hampir tidak ada bendera PKS, karena yang mencoblos

    adalah para santri STIBA.

    Tanggapan:

    Sebelum menanggapi penyataan Sofyan Khalid ini, ada beberapa catatan yangmasih terkait dengan ungkapan Sofyan sebelumnya, yang akan kami kemukakan,

    diantaranya:

    1. Pernyataan tersebut merupakan sekian dari bukti ketergesaan kelompok "salafy"

    menarik kesimpulan hukum atas orang lain. Parahnya, kesimpulan hukum tersebut

    hanya diambil berdasarkan fatwa ulama panutan mereka yang hendak dipaksakan

    pada orang lain, tanpa mau melirik landasan dan alasan bagi perbuatan orang lain.

    Pokoknya, jika menyelisihi mereka, maka langsung dicap sesat atau ahli bid'ah.

    Termasuk diantaranya masalah klasik ini, yang selalu dijadikan senjata menjatuhkan

    kelompok lain, yakni Pemilu. Begitu mudahnya kelompok "salafy" menjatuhkan vonis

    hukum atas seseorang atau jama'ah tertentu sebagai Ahlu Bid'ah, atau

    mengeluarkan mereka dari barisan Ahlu Sunnah hanya lantaran masalah Pemilu.

    2. Pada pernyataan ini, Sofyan berusaha menggiring opini pembaca, bahwa mereka

    yang ikut Pemilu termasuk kami, sebagai golongan yang menghalalkan Demokrasi

    hasil produk kaum kuffar. Sementara di sisi lain justru mereka begitu getol

    mendukung hasil dari Pemilu tersebut. Dan yang paling kami khawatirkan jika

    tuduhan ini berindikasi terhadap para ulama Kibar yang berfatwa akan kebolehan

    Pemilu.

    3.Kalimat hiperbola Sofyan yang merupakan ciri unik kelompok "salafy" begitu tercium,"Terjun dalam Politik Demokrasi", seakan ia hendak menipu pembaca, bahwa

    Wahdah Islamiyah terjun dalam arti masuk, ikut bertaruh dan lain sebagainya.

    Karena kalimat yang disuguhkan Sofyan di atas, adalah kalimat yang santer nongol

    di surat-surat kabar yang memberi makna tersebut. Padahal, yang benar adalah

    menganjurkan [bukan mewajibkan] ikut serta memberi dukungan suara pada calon

    muslim yang dekat dengan perjuangan mashlahat bagi umat. Taruh-lah, jika

    memang demikian adanya, maka kami-pun tidak ragu mengatakan bahwa kelompok

    "salafy" juga Terjun Dalam Politik Demokrasi, sebab mereka adalah kelompok yang

    berada pada garda terdepan memberi dukungan dan mengawal hasil demokrasi,

    serta menjadi kanvas bagi siapa yang mencoba menggoyang hasil demokrasi

    tersebut.

    Berkaitan dengan pernyataan di atas, bahwa PKS mendapat suara signifikan di TPS

    dekat kampus STIBA, maka kami akan suguhkan satu ayat dalam al-Qur'an yang

    banyak tidak dipahami hikmahnya oleh banyak orang, kecuali yang dirahmati oleh Allah

    Ta'ala. Ayat tersebut adalah firman Allah Ta'ala dalam surah al-Ruum ayat 1 5: "alif

    lam mim, telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka

    http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/
  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    15/20

    sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah

    urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa

    Romawi) itu bergembiralah orangorang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia

    menolong siapa yang dikehendaki, dan Dialah yang perkasa lagi Maha Penyayang".

    Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, ia berkata:(Bangsa Romawi) dikalahkan dan mengalahkan. Lalu ia melanjutkan: "Kaum musyrikin

    Quraisy sangat mengharapkan kemenangan bagi bangsa Persia, karena mereka adalah

    penyembah berhala. Sedangkan kaum muslimin mengiginkan kemenangan bagi bangsa

    Romawi karena mereka adalah ahlul kitab. Bahkan Abu bakar as-Shiddiq radhiallahu

    anhusiap bertaruh akan (kepastian) kemenangan bagi pasukan Romawi atas Persia.

    Perhatikan hikmah dari ayat dan tafsirnya ini. Persia terkenal sebagai agama musyrik

    yang menyembah api, sedang bangsa Romawi adalah ahlul kitab. Betapa kaum

    muslimin bersedih hati menyaksikan kekalahan bangsa Romawi, lalu bergembira hati

    kala Romawi menaklukkan Persia, padahal Romawi adalah bangsa kufur (kristen). Dan

    tak satu pun dari kalangan umat Islam menyatakan bahwa kegembiraan kaum muslimin

    tersebut adalah pembenaran bagi agama bangsa Romawi dan hukum negara mereka

    yang di bangun atas asas kristen tersebut. Akan tetapi , pertimbangan di sini adalah

    lantaran bangsa Romawi lebih dekat pada Islam sebab keduanya merupakan agama

    samawi. Adapun bangsa Persia lebih dekat dengan kaum kuffar Quraisy, olehnya kaum

    muslimin berharap bangsa Romawi memenangkan pertempuran tersebut. Tentu saja

    ayat yang mulia ini bukan hanya sekedar mendikte sebuah sejarah, namun juga

    membangun sebuah manhaj tentang al wala' wal bara'. Dan kenyataannya, bahwa PKS

    (baca: Ikhwnul Muslimin) adalah partai Islam yang paling dekat dengan Ahlus Sunnah,

    dan paling jelas mashlahatnya bagi umat. Dimana tidak dipungkiri, mereka memiliki

    saham besar dalam memperjuangkan norma-norma Islam dari rongrongan sekulerismedan liberalisme, ketimbang partai-partai sekuler lainnya. Anehnya, Sofyan justru heran

    (baca: tidak setuju) jika PKS yang meraih suara terbanyak tersebut. Bukannya malah

    bersyukur, sebab partai yang lebih dekat dengan Ahlu Sunnah tersebut yang menang.

    Semantara, di tempat-tempat lain dimana partai-partai sekuler bahkan kafir mendulang

    suara mayoritas tidak dipermasalahkan olehnya. Aina al-wala' wa al-bara', dimanakan

    al-wala dan al-bara' itu??. Perhatikan kegembiraan kaum muslimin terhadap

    kemenangan bangsa Romawi di atas. Padahal, bangsa Romawi adalah bangsa kafir,

    namun karena mereka lebih dekat dengan Islam maka kaum muslimin senang dan

    gembira atas kemenangan mereka. Kalau terhadap golongan kafir saja (dimana mereka

    lebih dekat dengan Islam, mashlahat bagi kaum muslimin lebih besar, serta mudharat

    lebih kecil) kaum muslimin boleh bergembira, maka bagaimana dengan kelompok yang

    telah jelas sebagai seorang Muslim Ahlu Sunnah, yang nampak memperjuangkan

    kehormatan dan harga diri Islam dan kaum muslimin??

    Sofyan Khalid berkata:

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    16/20

    Diantara bentuk terjunnya mereka dalam politik demokrasi, ada seorang dai Wahdah

    Islamiyahmenjadi caleg PBB pada Pemilu 2009. Sebagian diantara mereka ada yang

    menjadi tim sukses dalam sebuah pemilu.

    Tanggapan:

    Alhamdulillah, sikap kami terhadap Pemilu telah jelas, sebagaimana telah kami

    paparkan di atas. Akan tetapi, mura'atterhadap mashlahat dakwah, khususnya Dakwah

    Ahlus Sunnah, secara kelembagaan Wahdah Islamiyah tidak menetapkan sebuah

    keharusan masuk secara langsung bertarung dalam Pemilihan Umum. Akan tetapi jika

    ada kader atau da'i (sebagaimana perkataan Sofyan) yang ingin terjun dalam hal ini,

    maka sikapWahdah Islamiyah-pun jelas, yakni menon-aktifkan kader tersebut, dan tidak

    boleh sama sekali mengusung nama dakwah Wahdah Islamiyah, dalam artian bahwa

    terjun-nya ia ke dalam politik praktis atas anjuran dan sokonganWahdah Islamiyah. Dan

    hal ini (yakni, penon-aktifan) setelah menempuh fase-fase tertentu, diantaranya nasehat

    bagi kader tersebut, serta mengingatkan akan dhawabityang harus dipenuhi bagi setiap

    yang ikut terlibat dalam pertarungan di Pemilu. Dan kalau Sofyan Khalid mengatakan

    hanya seorang, maka kami katakan bahkan lebih dari seorang, namun bukan di sini

    tempat untuk menyebutkan satu persatu dar kader-kader tersebut.

    Sofyan Khalid berkata:

    Adapun bermajelis dengan para ahli bidah dalam seminar dan lainnya, maka perkara ini

    telah masyhur bagi semua orang. Ini semua merupakan bukti lemahnya manhaj wala

    dan baro mereka.

    Tanggapan:

    1. Sekali lagi, bagi kami definisi Ahli Bid'ah versi kelompok "salafy" masih

    bermasalah dan rancu. Dan kami tidak tahu Ahli Bid'ah mana yang Sofyan

    Khalid maksudkan.

    2. Kalau yang ia maksudkan adalah Syi'ah, sebagaimana terjadi belum lama ini

    antara Ust. Rahman Abdur Rahman, Lc, MA dan Jaluluddin Rahmat, atau antara

    Ustadaz Ikhwan Abdul Jalil, Lc versus Qasim Mathar, maka semua ini al-

    hamdulillahdalam rangka membela akidah dan lahir dari rasa cemburu terhadap

    kemurnian agama. Intinya, majelis tersebut bertujuan membantah dan

    menjelaskan penyimpangan dan kesesatan mereka, bukan bermesra-mesraanapalagi bekerja sama dalam kebatilan. Dan ini kami yakini sebagai bentuk jihad

    bil lisanyang sangat ditekankan. Lihatlah Nabi Musa alaihis salamdatang dan

    mendebat Fir'aun, Nabi Ibrahim alaihis salam mendebat kaum dan Rajanya

    yang terus bergelimang dalam kungkungan syirik, shahabat Ibnu Abbas

    radhiallahu anhumadatang mendebat kelompok khawarij hingga setengah dari

    mereka kembali pada jalan kebenaran, juga Imam Ahmad bin Hambal duduk

    http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/
  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    17/20

    dan mendebat Ibnu Abi ad-Du'ad, dan masih banyak lagi. Adapun kelompok

    "salafy", lantaran kerdilnya pemahaman terhadap masalah hajr terhadap Ahli

    Bid'ah dan penerapan kaidah hajr -dimana tidak boleh berbicara, duduk,

    mengucapkan salam dan lain sebagainya- kepada mereka yang terkesan

    serampangan dan asal tampil beda, menjadikan dakwah mereka ibarat katak

    dalam tempurung, yang buta akan waqi'dan kebutuhan mendesak bagi umat.Pintarnya hanya mengkritik, menyalahkan dan mencemooh saudara-saudaranya

    yang berusaha berjuang mematahkan hujjah dan dalih Ahli Bid'ah, lalu dikata-

    katai sebagai muslim yang lemahnya manhaj al-wala wa al-baro'-nya. Tidak ada

    rasa hormat atau ucapan terima kasih, alih-alih memberi bantuan minimal doa

    agar tetap diberi at-tsabatoleh Allah Ta'ala. Wallahul musta'an..

    3. Namun jika yang dimaksud oleh Sofyan Khalid Ikhwanul Muslimin yang telah

    mereka tuding sebagai Ahli Bid'ah, maka hal itu dalam rangka membantah

    agama Syi'ah yang telah jelas sebagai Ahli Bid'ah dan sesat. Dan dalam kondisi

    ini, tidak mengapa duduk bersama mereka (itu-pun kalau anggapan mereka

    benar terhadap Ikhwanul Muslimin) yang lebih dekat dengan Ahli Sunnah untuk

    membantah Ahlu Bid'ah besar yang telah nyata berbahaya bagi umat ini. Sebab,

    bid'ah dan Ahli bid'ah dalam tataran syari'at tidak berada dalam satu derajat,

    namun tingkatannya berbeda-beda. Dan agar kelompok "salafy" tidak salah

    persepsi, bahwa dalam kondisi ini, yakni duduk bersama mereka untuk

    membantah Ahli Bid'ah besar semisal Syi'ah, tidak bermakna meridhoi

    kekeliruan yang barangkali mereka lakukan. Karenanya Syaikhul Islam Ibnu

    Taimiyah rahimahullah berkata: "Jika terhalang penegakkan kewajiban-

    kewajiban berupa ilmu, jihad dan selainnya melainkan dengan bantuan

    seseorang yang pada dirinya ada bid'ah, dimana mudharatnya tidak

    sampai seperti mudharat meninggalkan kewajiban-kewajiban tersebut, danpencapaian mashlahat itu wajib bersama dengan kerusakan yang marjuh

    (tidak dianggap), maka itu lebih baik dari pada sebaliknya. Olehnya

    pembahasan masalah ini terdapat perincian padanya". Wallalhu Ta'ala

    A'lam.

    . al-Fashlu fi al-Milal wa Ahwa' wa al-Nihal, IV/131.

    .Ibid.

    . HR. Abu Daud no. 4609 dan at-Tirmidzi no. 2676.

    . I'laam al-Muwaqqien, I/10.

    . Lihat: Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, I/99.

    . Lihat: Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, I/170.

    . Lihat: Fathul Bari, VII/233.

  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    18/20

    . HR. Al-Bukhari, no. 2297.

    . Lihat: Fatwa Lajnah ad-Daimah, XII/384.

    . Kelompok "salafy" berusaha semaksimal mungkin mentakwil fatwa Syaikh al-Albani

    tersebut, namun ala kulli hal, yang menjadi penegas bagi sikap beliau tersebut adalah apayang dikatakan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'y saat beliau melakukan klarifikasi

    kepada Syaikh al-Albani. Syaikh Muqbil bertanya: "Mengapa anda membolehkan

    Pemilihan Umum?". Syaikh al-Albani menjawab: "Saya tidak membolehkan, namun hanya

    memandang (mengambil) yang paling ringan mudharatnya". (Lihat:

    http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1).

    Perhatikan pembaca budiman, Syaikh al-Albani menggunakan kaidah yang makruf ini

    saat mengizinkan ikut serta Pemilihan Umum di Aljazair.

    . Fatwa ini adalah bagian dari faksimili yang dikirimkan oleh Syekh Muhammad

    Nashiruddin Al Albany rahimahullah kepada Partai FIS Aljazair, tertanggal 19 JumadilAkhirah 1412 H. Dimuat di majalahAl Ashalah edisi 4 hal 15-22.

    . Fatwa ini dimuat dalam majalah Al Ishlah edisi 242-27 Dzulhijjah 1413 H/23 Juni 1993 M.

    Adapun terjemahan ini dinukil dari buku Ash-Shulhu Khairterbitan Jama'ah Anshar As

    Sunnah Al Muhammadiyah di Sudan.

    . Fatwa ini dimuat dalam majalah Al Furqan edisi 42-Rabi' Ats Tsani 1414 H/Oktober 1993

    M. Adapun terjemahan ini diambil dari bukuAsh Shulhu Khairterbitan Jama'ah Anshar As

    Sunnah Al Muhammadiyah di Sudan.

    . (http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1

    . Fatwa ini berasal dari sebuah kaset yang direkam dari Syaikh, lalu dimuat dalam buku

    Ash-Shulhu Khairterbitan Jama'ah Anshar As Sunnah Al Muhammadiyah di Sudan.

    .http://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=12080

    . Lihat selengkapnya dalam artikel tulisan Ust. Abd. Qadir "Terlarangkah memakai

    Nisbah as-Salafiy atau al-Atsariy ?, dan bantahan kami, "Siapa Bilang Nisbat pada

    as-Salafiy dan al-Atsariy terlarang?". Pembaca budiman, penyataan ini begitu aneh.

    Tatkala para Ulama Kibar menyampaikan udzur dan alasan ikut serta dalam PemilihanUmum kendati hukum yang berlaku adalah hukum selain Syari'at Islam, yakni

    memandang mashlahat umat serta upaya memperkecil mudharat bagi mereka, justru yang

    menjadi perhatian kelompok "salafiy" adalah "mashlahat" penguasanya. Yang penting

    selama ia masih berkuasa, maka pilihan kita kalau tokh harus memilih- adalah

    pemimpin yang masih berkuasa, bagaimana pun kondisi agama dan akhlak penguasa

    tersebut, dalihnya adalah ini merupakan bentuk ketaatan pada penguasa. Artinya,

    dapat dipahami, menurut logika kelompok "salafy", bahwa Pemilihan Umum itu

    http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1http://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=12080http://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=12080http://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=12080http://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.alinshof.com/2010/01/siapa-bilang-nisbah-pada-as-salafiy-dan.htmlhttp://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=12080http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1http://www.elkhabar.com/quotidien/lire.php?idc=30&ida=87671&key=1&cahed=1
  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    19/20

    menyelisihi konsep ketaatan pada pemerintah !!, padahal tidak ada satu pun baik dari

    kalangan ulama dan politikus yang beranggapan demikian. Justru, kalau mau

    menggunakan logika ini, ikut Pemilihan Umum justru yang merupakan bentuk ketaatan

    pada Pemerintah muslim. Sebab yang mengeluarkan aturan dan perintah ikut dalam

    Pemilu adalah pemerintah. Bahkan jauh sebelum hari pemilihan, setiap hari di seluruh

    stasiun televisi disebarkan sosialisasi pemerintah berupa anjuran ikut Pemilu. Dan yangtak kalah aneh lagi, bersamaan dengan fatwa haramnya ikut Pemilu yang dikeluarkan

    kelompok "salafy", justru mereka-lah yang kemudian berada pada garda terdepan

    mengawal dan membela hasil demokrasi tersebut. Menyerang dan menuduh khawarij

    pemberontak bagi mereka yang "macam-macam" pada hasil demokrasi itu. Sekali lagi,

    sebagai bentuk ketaatan pada pemirintah, bagaimana pun kondisinya. Padahal sekali lagi

    kami tegaskan, bahwa ikut dalam Pemilu-lah yang merupakan bentuk ketaatan pada

    pemerintah demi merealisasikan mashlahat bagi penguasa dan umat ini. Wallahi ayyuhal

    Ikhwah, kami bingung sekali, atas landasan berpikir apa manhaj ini di bangun??!!.

    . Lihat Tafsir Ibnu Katsir, surat ar-Rum.

    . Sebenarnya kalau mau jujur, ada sesuatu yang amat sangat samar antara kelompok

    "salafy" dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Kadang kami juga heran dan bertanya-

    tanya, mengapa kelompok "salafy" ini begitu getol "memerangi", menyerang dan

    memojokkan kelompok Ikhwanul Muslimin dan tokoh-tokohnya, namun tidak pada

    kelompok-kelompok lain yang barangkali jauh lebih "sesat" menurut istilah kelompok

    "salafy" daripada mereka. Bukan hanya bagi mereka yang jelas menyatakan diri sebagai

    bagian dari Ikhwanul Muslimin, bahkan yang punya kaitan atau yang dikait-kaitkan

    dengan mereka, bakal ikut tertuding, contohnya Ihya' at-Turotsy dan juga gerakan

    dakwah Wahdah Islamiyah, yang menjadi korban "kait-kaitan" kelompok "salafy".Perkara ini sampai pada kenyataan, seolah inti dakwah kelompok "salafy" tersebut

    adalah, muharabatul ikhwanil Muslimin dan muharabarul Muwazanah (Perang terhadapIkhwanul Muslimin dan Manhaj Muwazanah), kalau pembaca sekalian ingin bukti,

    silahkan jelajahi seluruh situs-situs kelompok "salafy" baik yang ada di dalam maupun

    luar negeri, dengarkan pula ceramah-cerama para ulama panutan kelompok ini serta

    ustadz-ustadz lokal mereka, sungguh sangat sarat dengan serangan dan cercaan pada

    Ikhwanul Muslimin dan siapa saja yang tertuding memiliki hubungan dengan mereka.

    Hingga pada tataran mentahdzirsegala hal-hal punya kaitan dengan Ikhwanul Muslimin.

    Karenanya Syaikh Abu Hasan al-Ma'ribiy (seorang ulama yang pernah sangat dekat

    dengan Syaikh Rabi' al-Madkhali hafidzahullah, dalam kitabnya ad-Difa' 'an Ahli al-

    Ittiba', berseru lantang, apakah jika kelompok Ikhwanul Muslimin menegakkan shalatlantas kita harus meninggalkan shalat, agar dapat menyelisishi mereka? Sebab

    diketahui, bahwa Ikhwanul Muslimin menegakkan shalat lima kali sehari semalam.

    Demikian pula, fitnah terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin baru santer sekitar

    awal-awal tahun 90-an, dan sebelumnya tidak pernah ada permasalahan. Apakah selama

    kurun waktu, sejak lahirnya Ikhwanul Muslimin hingga sebelum tahun 90-an, para ulama

    Ahlu Sunnah tertidur dan tidak menangkap kesesatan Ikhwanul Muslimin sebagaimana

    yang berhasil dibongkar oleh kelompok "salafy" saat ini? Padahal, sebagaimana yang

    telah kami singgung dalam tulisan kami,Fenomena "Salafy" dan Manhaj Mengkritik

    http://wahdah.or.id/http://wahdah.or.id/http://www.alinshof.com/2009/12/fenomena-salafy-dan-manhaj-kritik.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/fenomena-salafy-dan-manhaj-kritik.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/fenomena-salafy-dan-manhaj-kritik.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/fenomena-salafy-dan-manhaj-kritik.htmlhttp://wahdah.or.id/
  • 8/14/2019 Wahdah Islamiyah - Bantahan Kepada Salafy Ekstrem - Bagian VI

    20/20

    Terhadap Orang Lain, bahwa Syaikh al-Allamah Rabi' bin Hadi al-Madkhaly, juga

    pernah menjadi anggota aktif bahkan menjadi tokoh (baca: Syaikh) dalam barisan

    Ikhwanul Muslimin selama 13 tahun, apakah rentan waktu yang begitu lama, beliau buta

    dari berbagai penyimpangan yang begitu besar hingga layak dieliminasi dari barisan Ahlu

    Sunnah, dan baru beliau singkap akhir-akhir ini??

    Wallahi akhi karim, kami tidak ada hubungan apa-apa dengan gerakan Ikhwanul

    Muslimin. Hanyasaja, ini merupakan bagian dari pembelaan kami terhadap saudara-

    saudara muslim (ulama dan du'at) yang terzalimi. Dan membela seorang muslim yang

    terzalimi kendati ia seorang Ahli Bid'ah, merupakan perkara yang dianjurkan oleh

    Syari'at. Lihatlah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kala membela harga diri al-Hallaj dan

    menafikan perkataan-perkataan batil yang dinisbatkan padanya. Dan semua kita tentu

    mengenal siapa al-Hallaj tersebut. Beliau rahimahullah berkata: "Perkataan ini

    wallahu a'lam- apakah ia shahih dari al-Hallaj atau tidak? sungguh dalam sanad

    (tersebut) ada orang orang (rawi) yang tidak diketahui keadaannya. Aku telah

    menyaksikan banyak sekali yang dinisbatkan pada al-Hallaj, baik dalam buku-

    buku, perkataan serta risalah, merupakan kedustaan atasnya, tidak ada keraguanpadanya". (Lihat: al-Istiqamah, I/119). Maka apakah lantaran pembelaan Syaikhul

    Islam terhadap al-Hallaj merupakan pembenaran terhadap akidah (wihdatul wujud)nya??

    Dan apakah lantaran pembelaan beliau ini lantas kita menuding Syaikhul Islam sebagai

    Ahli Bid'ah lantaran membela seorang Ahli Bid'ah?! Perhatikan pula pengingkaran al-

    Hafidz adz-Dzahabi rahimahullah terhadap Yahya bin 'Ammar al-Sijistaniy: "Sungguh

    ia terlampau keras terhadap Ahli Bid'ah dan Jahmiyah, hingga menyebabkan

    beliau melampaui jalan (manhaj) salaf, padahal Allah Ta'ala menjadikan segala

    sesuatu menurut ukurannya. Namun diakui beliau memiliki kemuliaan yang

    mengagungkan di Harat, pengikut serta para pendukung". (Lihat: Siyar al-A'lam an-

    Nubala', XII/481). Maka apakah pengingkaran al-Hafidz ad-Dzahabi terhadap Yahya bin

    Ammar al-Sijistaniy, lantaran terlalu keras terhadap ahli bid'ah dan Murji'ah sebagai

    pembenaran terhadap keduanya?? Atau kita pun menuding adz-Dzahabi sebagai Ahli

    Bid'ah lantaran membela Ahli Bid'ah?! Fa'tabiru Ya Ulil Abshaar!

    . Silahkan lihat penjelasan akan hal ini dalam Silsilah Pembelaan Para Ulama dan

    Du'at, bag. II.

    . Lihat: Majmu' al-Fatawa, XXVIII/212.

    http://www.alinshof.com/2009/12/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_18.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_18.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_18.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_18.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_18.htmlhttp://www.alinshof.com/2009/12/silsilah-pembelaan-para-ulama-dan-duat_18.html