Proposal Penelitian Wahdah

73
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah atau kesehatan tersebut. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Blum (1974) yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu

description

wadhah

Transcript of Proposal Penelitian Wahdah

A

47

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah atau kesehatan tersebut. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Blum (1974) yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melakukan aktivitas memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah (Sarudji dan Keman, 2010).Sampah mempunyai potensi untuk menimbulkan pencemaran dan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Pencemaran dapat terjadi di udara sebagai akibat dekomposisi sampah, dapat pula mencemari air dan tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan leachate Tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi lingkungan fisik dan kimia menjadi tidak sesuai dengan kondisi normal. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah maupun air yang menjadi terlalu asam atau basa. Tumpukan sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembang biak bagi berbagai vector penyakit, misalnya: lalat, tikus, nyamuk, dan lain sebagainya, sehingga dapat menimbulkan penyakit.Sampah apabila tidak dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia (Adnani, 2011).Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.Sampah dapat berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah), maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan. Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, dan sampah industri. Sedangkan berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi dua yaitu: Sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur (organik) dan lain-lain dan Sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng, dan lain-lain. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri, misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira- kira mirip dengan jumlah konsumsi. Laju pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya. Hal inilah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota. Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung mau pun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar tempat penumumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana di antaranya adalah timbulnya berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsung di antaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai. Selain penumpukan di tempat pembuangan sementara (TPS), jumlah sampah pun akan semakin meningkat di tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah yang ada di Kebangkitan Nasional (Batu Layang) tersebut sudah menggununng serta memakan area yang cukup luas. Selain itu sampah yang ada di sana belum dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat.Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada sekarang ini di beberapa kota besar belum lagi memenuhi kriteria sebagai tempat pembuangan sampah yang aman terhadap lingkungan. Beberapa TPA sampah telah ditutup karena letaknya yang dekat dengan pemukiman, sehingga pencemaran udara akibat gas hasil pembusukan sampah dirasakan sangat mengganggu penduduk. Selain itu juga beberapa TPA sampah sudah mempengaruhi kualitas air tanah daerah sekitarnya, demikian pula dengan jalan masuk (acces road) menuju lokasi TPA kurang memadai bahkan terkadang lokasi TPA berada pada suatu daerah yang rawan banjir, (Damanhuri, 2009).Salah satu aspek penting dalam pengelolaan sampah padat perkotaan adalah masalah lindi yang jika dalam pengelolaannya tidak baik akan menyebabkan ancaman serius bagi lingkungan, karena produksi lindi akan memasuki aliran air bawah tanah dan juga air permukaan. Lindi adalah cairan yang mengalir atau 'larut' dari TPA, dengan komposisi yang bervariasi tergantung dari usia TPA dan jenis limbah yang terkandung di dalamnya. Lindi ini biasanya mengandung bakteri terlarut atau dan bakteri yang tidak larut (Azhar, 2008). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh TPA Sampah Batu Layang adalah terutama terhadap kualitas air tanah dangkal. Pencemaran terhadap air tanah dangkal yang diakibatkan oleh perembesan limbah cair dari TPA sampah, dan dapat pula mencemari sumur penduduk di sekitarnya. Pencemaran ini telah dirasakan oleh penduduk sekitar TPA tersebut terutama bagi yang memanfaatkan airt anah bebas sebagai sumber air bersih. Di samping pencemaran air tanah juga polusi udara dengan bau yang menyengat, (Fauzi, 2001).Tuti Haslinda (2011) hasil peneitian yang dilakukan tentang hubungan tempat pembuangan akhir sampah secara sanitary landfill dengan kualitas air. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Arbain (2012) mengatakan kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal pada semua lokasi (L1, L2 dan L3).Hasil pengamatan sementara yang peneliti lakukan terhadap warga masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan TPA yaitu RT. 04 RW. 05 yang merasakan dampak langsung dengan keberadaan TPA tersebut mengalami berbagai macam keluhan penyakit, seperti diare, saluran pernapasan dan panyakit gatal-gatal.Penyakit tersebut timbul karena masyarakat berdampingan dengan TPA yang berakibat tercemarnya air. Informasi dari salah satu warga mengatakan bahwa: apabila hujan turun terkadang banjir dan air dari tumpukkan sampah masuk ke sumur-sumur yang dibuat warga, hal tersebutlah yang membuat air menjadi tercemar dan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti penyakit kulit.

Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Batu Layang sebagai tempat pembuangan, penimbunan sampah dari Kota Pontianak, tidak jauh dari daerah pemukiman penduduk sehingga dikhawatirkan akan dapat mencemari lingkungan, terutama kualitas air tanah dangkal sebagai sumber air yang dimanfaatkan masyarakat sekitarnya. Dan sampai saat ini, penduduk yang bermukim di sekitar TPA Batu Layang yaitu di jalan Kebangkitan Nasional Kecamatan Pontianak Utara, masih memanfaatkan air tanah dangkal (air sumur) sebagai sumber air minum, MCK dan lain sebagainya. MCK dengan rumah warga berjarak sekitar 2 meter, karena hampir semua warganya membuat MCK di luar rumahnya, sedangkan sumur dibuat di samping rumahnya berjarak sekitar 2-3 meter. Sedangkan jarak dari rumah warga dari TPA Batu Layang sekitar 200-400 m.Tujuan penelitian adalah 1) untuk mengetahui konsentrasi parameter pencemar dalam air lindi sampah (leachate) yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Batu Layang, 2) untuk mengetahui pengaruh air lindi sampah (leachate) dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Batu Layang terhadap

kualitas air tanah dangkal yang berada pada jarak 1-375 m dari TPA, 3) untuk mengetahui status kualitas air tanah dangkal yang berada pada jarak 1-375 m dari Tempat Pembuangan Akhir Batu Layang.

Berdasarkan hal itu penulis merasa perlu untuk mengangkat masalah ini karena berhubungan dengan kerusakan alam sekitar dan kesehatan manusia. Dampak yang ditimbulkan dari pencamaran tersebut tidak hanya bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang sebentar melainkan perlu waktu yang lama karena efek negatif yang ditimbulkan akan bersifat permanen. Dengan demikian penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh air lindi TPA sampah Batu Layang terhadap kualitas air tanah dangkal dan kesehatan masyarakat di sekitarya di Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada pengaruh air lindi TPA sampah Batu Layang terhadap kualitas air tanah dangkal dan kesehatan masyarakat di sekitarya di Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak?. Untuk mempermudah penelitian ini peneliti rumuskan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut:1. Bagaimana kualitas kimia air lindi TPA di Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak?2. Bagaimana kualitas air tanah dangkal dilihat dari fisik, kimia dan biologi di TPA Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak?3. Bagaimana permasalahan kesehatan masyarakat di sekitar TPA Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak?1.3. Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh air lindi TPA sampah Batu Layang terhadap kualitas air tanah dangkal dan kesehatan masyarakat di sekitarya di Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menggambarkan kualitas kimia air lindi TPA di Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.2. Menggambarkan kualitas air tanah dangkal dilihat dari fisik, kimia dan biologi di TPA Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.3. Kesehatan masyarakat di sekitar TPA Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi PenelitiPeneliti dapat menambah wawasan mengenai pengaruh air lindi TPA sampah Batu Layang terhadap kualitas air tanah dangkal dan kesehatan masyarakat di sekitarya di Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.1.4.2. Bagi Masyarakat Lingkungan TPA Batu LayangMenambah wawasan tentang pentingnya kesehatan lingkungan untuk menghindari timbulnya berbagai penyakit.

1.4.3. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam penanganan sampah di TPA sehingga dapat mengurangi pencemaran dan penyakit yang diakibatkan oleh sampah

1.4.4. Bagi Fakultas Kesehatan UMPSebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang kesehatan, khususnya sebab kesehatan masyarakat di sekitar TPA Batu Layang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1.1. Air Lindi TPA 1.1.1. Pengertian LindiAir lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak ditangani dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat mencemari air tanah sekitar landfill (Hanafiah, 2003).

Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan limbah atau sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang ada pada timbunan tersebut, sisa dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam timbunan sampah. (Hanafiah, 2003)

1.1.2. Komposisi Lindi

Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada aktivitas secara fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah. Variasi komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam sebab antara lain interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari lahan, iklim, musim, dan air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan tinggi setiap sel, kedalaman keseluruhan timbunan, tanah penutup dan kompaksi sampah juga turut berpengaruh. Setelah lindi keluar diri timbunan sampah, komposisi lindi dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah (Purwoko, 2009).1.1.3. Dampak Lindi terhadap Lingkungan HidupLindi sangat potensial menjadi masalah, karena aliran lindi bergerak secara lateral maupan vertical bergantang pada karakteristik dari material yang berada di sekitarnya (Suriawiria, 2005).Air permukaan yang telah tercemar oleh lindi dapat menyebabkan matinya ikan, hilangnya nilai estetik dan perubahan keseimbangan hidup flora dan fauna di dalam air. Pada kasus pencemaran air tanah, kontaminasi akan berjalan terus menerus dalam periode yang lama. Untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran ini tentunya akan menghabiskan dana yang sangat besar dan khusus untuk kasus pencemaran air tanah, untuk mengembalikan kondisi air ke keadaan semula (tidak tercemar) dibutuhkan waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun. (Suriawiria, 2005).1.1.4. Pengolahan Cairan Air Lindi

Pengolahan air lindi dapat dilakukan dengan berbagai alternative, seperti:

1. Resirkulasi air lindi kembali ke dalam landfill.

2. Pengolahan air lindi dengan menggunakan pengolahan limbah secara biologis.

3. Pengolahan air lindi dengan menggunakan membran.

4. Metode landfill, relatif mudah dilakukan dan bisa menampung sampah dalam jumlah besar. (Suriawiria, 2005)

1.2. Kualitas Air Tanah Dangkal 1.2.1. Definisi Air Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).

1.2.2. Karakteristik Air Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakter tersebut antara lain:

a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) 100o C, air berwujud cair. b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. c. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air. d. Air merupakan pelarut yang baik. e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. f. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan, air didaerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001). Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001).

1.2.3. Siklus Air Bumi

Kuantitas air yang cukup dimungkinkan karena adanya siklus hidrologi, yaitu siklus (daur) alami yang mengatur tersedianya air permukaan dan air tanah. Siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut :Dengan adanya penyinaran matahari, maka air yang terdapat dipermukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin, maka uap air akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi dan dikenal sebagai awan. Oleh angin, awan terbawa makin lama makin tinggi, sedangkan suhu di atas semakin rendah. Akibatnya awan menjadi titik-titik air dan kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi mengalir di atas permukaan tanah. Jika air tersebut menjumpai lapisan yang rapat sehingga peresapan akan berkurang.

Jika air keluar ke permukaan bumi, maka sumber air ini disebut mata air. Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi umumnya berbentuk sungai. Jika air mengalir melalui suatu tempat yang rendah dan cekung, maka air akan berkumpul membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantara air tadi akan mengalir ke laut kembali untuk kemudian mengikuti siklus hidrologi.1.2.4. Kualitas Air

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003)

1.2.4.1. Kualitas Fisik Air

Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut:

1. Kekeruhan Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajad kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit. 2. Tidak Berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Rasanya Tawar

Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rtasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organic maupun asam anorganik.

4. Tidak Berbau

Air yang baik memiliki cirri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.

5. Temperaturnya Normal

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26oC). Air yang secara mencolok mempunyai temperature diatas atau dibawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan energi dalam air.

6. Tidak mengandung zat padatan

Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105 oC. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Fisik Air BersihNoParameterSatuanKadar MaksimumKeterangan

1.

2.

3

4.

5.

6. Bau

TDS

Kekeruhan

Rasa

Suhu

Warna -

Mg/l

NTU

-

0C

TCU -

1500

25

-

Suhu udara 30C

50 Tidak berbau

-

-

Tidak berasa

-

-

Sumber: Depkes RI, 2009.

1.2.4.2. Kualitas Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut:

1. pH netral

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004). 2. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, dan fenolik (Kusnaedi, 2004)

3. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004)

4. Kesadahan rendah

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut didalam air terutama garam Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) (Kusnaedi, 2004)

5. Tidak mengandung bahan kimia anorganik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air adalah sebagi berikut :Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Kimia Air BersihNoParameterSatuanKadar Maksimum

2

3

4

5

6

7

8Air Raksa

Arsen

Besi

Flourida

Kadmium

Kesadahan (CaCO3)

Khlorida

Kromium, val.6 mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L0,001

0,05

1,0

1,5

0,005

500

600

0,05

1.2.4.3. Kualitas Biologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml air.

Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK pedoman kualitas air tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam lima kategori sebagai berikut:

1. Air bersih kelas A kategori baik mengandung total Coliform kurang dari 50

2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung total Coliform 51-100

3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung total Coliform 101-1000

4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung total coliform 1001-2400

5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung total Coliform > 2400.

1.2.4.4. Faktor-faktor Fisik yang Mempengaruhi Kualitas Air1. pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Rino Komaliq, 2009).

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh Kimiawan Denmark Sren Peder Lauritz Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui singkatan apakah "p" pada kata "pH". Beberapa referensi mensugestikan bahwa p berasal dari Power (daya), yang lainnya merujuk pada bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti daya dalam Bahasa Jerman), ada pula yang merujuk pada kata "potential". Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif.

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25C mendekati 7,0. Larutan dengan pH lebih kecil dari 7 dikatakan bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih besar daripada 7 dikatakan bersifat basa atau alkalin. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang medis, biologi, kimia, ilmu makanan, oseanografi, dan bidang-bidang lainnya.

pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan akuatik. pH merupakan kuantitas tak berdimensi. dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi. Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst: dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektroda standar, R tetapan gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang ditransfer. Potensial elektroda E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion hydrogen (Rino Komaliq, 2009).Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektroda dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO 31-8 sebagai berikut: Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani elektroda referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya (standar) diketahui pH (S). pH larutan X oleh karenanya perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH (S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.

Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat asam, memerlukan prosedur khusus. Kalibrasi elektroda pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.

pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0.

Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Klasifikasi nilai pH menurut Heni Efendi (2003: 72) sebagai berikut:

1). pH=7

: Netral

2). 7 < pH < 14: Alkalis (Basa)

3). 0 < pH < 7: Asam

2. Kalsium

a. Pengertian Kalsium

Kalsium adalah unsur kimia dengan simbol Ca dan nomor atom 20. Kalsium adalah abu-abu lembut logam alkali tanah, dan merupakan unsur kelima paling berlimpah oleh massa di kerak Bumi

HYPERLINK "http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Crust_%28geology%29&prev=/search%3Fq%3DCalcium%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3D1KJ&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgSDLVD7h6HAycH5bksvMOrDKKdAg" \o "Kerak (geologi)". Kalsium juga yang kelima yang paling banyak ion terlarut dalam air laut oleh kedua Molaritas dan massa, setelah natrium, klorida, magnesium, dan sulfat (Rino Komaliq, 2009).Kalsium sangat penting untuk hidup organisme, terutama di sel fisiologi, di mana gerakan ion kalsium Ca 2 + ke dalam dan keluar dari sitoplasma berfungsi sebagai sinyal untuk banyak proses seluler. Sebagai bahan utama yang digunakan dalam mineralisasi tulang dan kerang, kalsium yang paling banyak logam oleh massa di berbagai hewan.

Kalsium, dengan massa tertentu 1,55 g / cm 3, adalah yang paling ringan dari alkali earth metals; magnesium (1,74) dan berilium (1,84) lebih berat meskipun mereka lebih ringan dalam massa atom. From strontium on, the alkali earth metals get heavier along with the atomic mass. Dari strontium pada, alkali earth metals mendapatkan berat bersama dengan massa atom.

Kalsium memiliki resistivitas lebih tinggi daripada tembaga atau aluminium. Namun, berat berat, yang memungkinkan untuk kerapatan yang jauh lebih rendah, itu adalah konduktor yang agak lebih baik daripada kedua. Namun, penggunaannya dalam aplikasi terrestrial biasanya dibatasi oleh reaktivitas tinggi dengan udara.

Garam kalsium yang tidak berwarna dari kontribusi apapun kalsium, dan solusi ion kalsium (Ca 2 +) yang tidak berwarna juga. Banyak garam kalsium yang tidak larut dalam air. Ketika dalam larutan, ion kalsium ke selera manusia sangat bervariasi, dilaporkan sebagai sedikit asin, asam, "mineral seperti" atau bahkan "menyejukkan." Hal ini jelas bahwa banyak hewan dapat merasakan, atau mengembangkan sebuah rasa, untuk kalsium, dan menggunakan pengertian ini untuk mendeteksi mineral dalam garam menjilat atau sumber lain. Pada nutrisi manusia, larut dalam garam kalsium dapat ditambahkan ke jus asam tanpa banyak efek ke langit-langit rata-rata.

Kalsium adalah unsur kelima paling berlimpah oleh massa di dalam tubuh manusia, di mana ia adalah utusan Common ion selular dengan berbagai fungsi, dan berfungsi juga sebagai elemen struktural tulang. Ini adalah relatif tinggi-nomor atom kalsium dalam tulang yang menyebabkan tulang menjadi radio-opak. Tubuh manusia komponen padat setelah pengeringan (sebagai contoh, setelah kremasi), sekitar sepertiga dari total massa adalah sekitar satu kilogram dari kalsium yang rata-rata composes kerangka (sisanya kebanyakan fosfor dan oksigen). b. Fungsi Kalsium

Tersedianya kalsium dalam tubuh adalah penting sehubungan dengan peranan-peranannya menurut Marsetyo (1995) dalam pembentukan tulang dan gigi, pada berbagai proses fisiologik dan biokimiawi di dalam tubuh (pada pembekuan darah, eksitabilitas, syaraf otot, kerekatan seluler, transmisi impul-impul syaraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, dan mengaktifkan reaksi enzim dan pengeluaran hormon).

Sehubungan dengan peranan-peranannya itu, maka fungsi zat kapur (Ca) dalam tubuh dapat diringkaskan yaitu bersama fofor membentuk matriks tulang, pembentukan ini dipengaruhi pula oleh vitamin D, membantu proses penggumpalan darah dan mempengaruhi penerimaan rangsang pada otot dan syaraf.c. Kekurangan Kalsium

Menurut Marsetyo (2005), kekurangan unsur kalsium dalam persediannya di dalam tubuh dapat menimbulkan karies dentis atau kerusakan pada gigi, pertumbuhan tulang menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan rakhitis, apabila bagian tubuh terluka maka darah akan sukar membeku sehingga pengeluaran darah bertambah, dan terjadinya kekejangan pada otot.d. Kelebihan Kalsium

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier, 2004).

3. Flour

a. Definisi Flour

Fluorin (F) adalah elemen yang paling ringan dalam kumpulan halogen dan merupakan antara elemen yang paling reaktif. Oleh karena itu, tidak ditemukannya sebagai fluorin di persekitaran. Fluorin adalah elemen yang paling elektronegatif dari semua elemen (Hem,2009) yaitu bermaksud bahwa fluorin mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjadi cas negatif dan menjadi ion F- di dalam larutan.Oleh itu fluorin ditemukan sebagai fluor di persekitaran dan merupakan 0.06-0.09 persen dari kerak bumi. Fluor dijumpai pada konsentrasi yang signifikan pada pelbagai mineral termasuklah fluorspar,batu fosfat, cryolite, apatit, mica,hornblende dan lain-lain (Murray, 2006). Fluorite (CaF2) adalah mineral fluor yang sering ditemukan dengan solubility yang rendah pada batu igneous dan batu sedimen. Fluor biasa dikaitkan dengan aktivitas volkano dan gas fumarolik.Kolam air panas,terutamanya dengan airnya pada kadar pH yang tinggi juga mengandung konsentrasi fluor yang tinggi (Edmunds dan Smedley, 2006).Antara mineral yang digunakan secara komersil termasuklah cryolite dan batu fosfat. Garam fluor cryolite digunakan untuk produksi aluminium (Murray, 2006) dan juga sebagai pestisida (USEPA,1996). Batu fosfat pula dikonversikan kepada pupuk fosfat dengan mengurangkan kadar fluor sehingga 4.2 persen (Murray, 2006). Sementara fluor yang telah di purifikasi (sebagai fluorosilika) merupakan sumber fluor disesetengah negara untuk dimasukkan ke dalam air minum demi untuk mencegah berlakunya karies gigi (Reeves,1986,1994).b. Fungsi Fluor Dalam Menghalang dan Mengkontrol Karies Gigi

Karies gigi adalah disebabkan oleh produk yang dihasilkan oleh bakteri (misalnya asam) yang melarutkan permukaan keras enamel gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak dirawat, bakteria bisa penetrasi enamel,menyerang dentin dan akhirnya sampai ke jaringan paling dalam dimana terdapat serabut saraf dan pembuluh darah. Karies gigi bisa menyebabkan hilangnya struktur gigi, nyeri dan gigi rusak sama sekali dan bisa berlanjut kepada infeksi sistemik yang akut.Bakteri kariogenik yaitu bakteria yang menyebabkan karies gigi berada didalam plak gigi. Plak adalah matriks organik dari bakteri, debris makanan, mukosa sel yang mati dan komponen saliva yang melekat pada enamel gigi. Plak ini juga turut mengandung mineral seperti kalsium dan fosforus dan juga protein, polisakarida, karbohidrat dan lipid. Bakteri kariogenik ini menghasilkan polisakarida yang menguatkan lagi perlekatan antara plak kepada enamel. Jadi pada tahap awal bagaimana karies gigi terjadi adalah apabila bakteria ini memetabolisa substrat dari diet seperti gula dan fermentasi karbohidrat dan asam yang dihasilkan oleh bakteri ini menyebabkan pH rendah dan demineralisasi enamel gigi berlaku. Demineralisasi melibatkan kehilangan kalsium, fosfat dan karbonat. Mineral ini kemudiannya diambil oleh plak disekitarnya dan tersedia untuk reuptake oleh permukaan enamel.Fluor bekerja mengkontrol karies gigi pada tahap awal dengan pelbagai cara. Fluor berkonsentrasi di plak dan saliva menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi enamel yang telah mengalami demineralisasi (Featherstone, 1999; Koulourides, 1990). Apabila asam yang diproduksi oleh bakteri kariogenik menyebabkan penurunan pH pada permukaan gigi-plak, fluor akan dilepaskan dari plak (Tatevossian, 2009). Fluor yang dilepaskan ini dan fluor yang berada didalam saliva bersama-sama kalsium dan fosfat akan diambil oleh gigi yang mengalami demineralisasi untuk memperkuat struktur kristal enamel. Struktur ini lebih resisten terhadap asam dan mengandung lebih banyak fluor dan kurang karbonat (Featherstone, 1999; Chow, 1990; Ericson, 1977; Kidd et al., 1980; Thylstrup, 1990; Thylstrup et al.,1979). Fluor lebih mudah diambil oleh enamel demineralisasi berbanding sound enamel (White, Nancollas, 2009). Siklus demineralisasi dan remineralisasi berlanjut sepanjang hayat gigi tersebut. Fluor turut menghambat karies gigi dengan mengganggu aktivitas bakteri kariogenik. Semasa fluor berkonsentrasi di plak gigi,ia menghambat proses metabolisme karbohidrat oleh bakteria dan mengganggu produksi polisakarida oleh bakteri (Hamilton, 2009).c. Standard dan Garis Panduan Kadar Fluor di dalam Air Minum

Efek fluor sebenarnya lebih bagus diprediksi dengan melihat dosisnya (mg fluor per kg berat badan per hari), durasi pengambilan fluor dan faktor-faktor lain seperti usia (fluorosis gigi). Walaubagaimanapun kebanyakan studi epidemiologi lebih menekankan mengenai efek fluor terhadap gigi dan tulang yang berkolerasi dengan konsentrasi fluor didalam air minum (mg/l fluor) yang dikonsumsi berbanding total pengambilan fluor (Fawell et al., 2006).

Pada 1984,WHO telah melakukan satu review yang ekstensif dan mendapati kekurangan data untuk menyimpulkan fluor menyebabkan kanker dan efek pada janin. Dalam masa yang sama, WHO mendapati bahawa fluorosis gigi berlaku pada kadungan fluor didalam air minum yang melebihi 1.5mg/l dan fluorosis tulang berlaku pada kadar fluor melebihi 10mg/l. Oleh itu,nilai 1.5mg/l telah direkomendasi oleh WHOsebagai kadar dimanan fluorosis gigi adalah minimal (WHO,1984). Nilai 1.5mg/l fluor ini telah dire-evaluasi oleh WHO dan telah disimpulkan bahawa tiada bukti yang menunjukkan nilai ini perlu direvisi semula (WHO,1984).

EPA (1974) pula telah menetapkan Maximum Contaminant Level (MCL) fluor pada air minum yaitu 4.0mg/l atau 4 ppm. MCL ini adalah kadar kontaminasi maksimal di dalam air minum yang tidak akan menyebabkan efek samping kepada kesehatan. Dan menurut Depkes (2010) pula, kadar maksimum fluorida yang diperbolehkan didalam air minum adalah 1,5 mg/liter.

1.3. Kesehatan Masyarakat1.3.1. Pengertian Kesehatan MasyarakatKesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat untuk:

1. Perbaikan sanitasi lingkungan,

2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular,

3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan,

4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan,

5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

1.3.2. Tujuan Kesehatan Masyarakat

1.3.2.1. Tujuan UmumMeningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

1.3.2.2. Tujuan Khusus

1. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.

2. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.

3. Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.

4. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.

5. Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan pra upaya.

1.3.3. Falsafah Kesehatan MasyarakatFilsafat kesehatan masyarakat adalah suatu kecintaan untuk mencapai kebijaksanaan maksimal dalam bidang kesehatan masyarakat. Menurut Anderson & Farlane (2007), menjelaskan bahwa perawat idealnya sebagai seorang advokat individu dan kesehatan keluarga serta terampil dalam membangun hubungan saling percaya, perawatan memiliki pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan pelayanan lokal. Karena pengalaman sebagai advokat kesehatan individu dan keluarga, perawat, dalam suatu model advokasi komunitas, dapat menerjemahkan pengetahuan khusus mereka tentang pelayanan keluarga ke dalam konteks yang lebih besar dari kemitraan komunitas.Falsafah keyakinan terhadap nilai nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut (Subekti, 2005):

1. Pelayanan kesehatan terjangkau dan dapat diperoleh oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.

2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien yang berlangsung secara berkelanjutan.

4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai pelayanan kesehatan menjadi suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan pelayanan kesehatan.

5. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat direncanakan dalam pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.

6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya. Masyarakat juga harus ikut mendorong, mendidik dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.1.3.4. Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat dan Upaya Pelayanan KesehatanMenurut Hendrick L. Blumm (2007), terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu faktor perilaku kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Berikut penjelasannya:1. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Menurut Notoatmodjo dalam Dwi (2010), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari 4 unsur, yaitu: sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

Menurut Nasrul (2008) perilaku kesehatan terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkat-tingkat pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) Contoh: ibu-ibu memasak makanan yang bervitamin dan bergizi untuk keluarga, setiap jumat pagi pegawai negeri sipil melakukan senam pagi bersama.

b. Perilaku pencegahan penyakit (healt prevention behavior). Contoh: Melaksanakan 3 M (menimbun, menanam, ,menguras) untuk mencegah penyakit demam berdarah

c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Contoh: Berobat ke puskesmas, rumah sakit, dan dokter praktik

d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior). Contoh: Seorang penderita hepatitis melakukan diet dengan tidak makan makanan mengandung lemak.Berdasarkan pendapat Ogden dalam Naeru (2008), menentukan tiga bentuk perilaku kesehatan yang meliputi:

a. Perilaku sehat (a health behaviour) yaitu perilaku yang bertujuan mencegah penyakit (seperti makan, diet kesehatan)

b. Perilaku sakit (a illness behaviour) yaitu perilaku mencari pengobatan (seperti pergi ke dokter).

c. Perilaku peran sakit (a sick role behaviour) yaitu tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan kesehaatan (seperti minum obat yang sudah diresepkan, beristirahat).Menurut Green dan Kreuter dalam Dwi (2010), menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama:

a. Faktor-faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung

Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku individu atau organisasi termasuk tindakan/ ketrampilan.. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong

Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini memberikan penghargaan/ insentif untuk ketekunan atau pengulangan perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru, keluarga dan sebagainya.

2. Kesehatan Lingkungan

Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar dari masalah kesehatan itu sendiri. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang brkontribusi 40 persen mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo dalam Ricky, 2005). Sedangkan kesehatan lingkungan menurut WHO adalah ilmu dan keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan/akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya maupun kelangsungan hidupnya.

Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Pentingnya lingkungan yang sehat akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi (Ricky, 2005):

a. Masalah perumahan

Rumah bagi manusia mempunyai arti, yaitu: Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam, Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga, Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini, Sebagai tempat untuk meletakkan barang berharga yang dimiliki.

b. Pembuangan kotoran manusia (tinja)

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti: thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya.Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan, yaitu: tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak menimbulkan bau dan nyaman di gunakan, aman di gunakan pemakainya, mudah di bersihkan, tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.

c. Penyediaan air bersih

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. d. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.

e. Pembuangan sampah

Sampah merupakan sisa dari aktifitas manusia yang tidak di gunakan, pengelolaan sampah merupakan ssesuatu yang harus dilakukan untuk menangani masalah sampah, pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.f. Pembuangan air kotor (air limbah)

Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan hidup.Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya. Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian, minyak goring bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan ada pula yang tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa obat, baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3). Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.3. Pelayanan Kesehatan

Sesorang apabila menderita penyakit atau mersakan suatu kelainan pada bagian tubuhnya akan berusaha dan bertindak untuk mngetahui penyebabnya dan upaya penyembuhannya. Banyak upaya untuk melakukannya, antara lain dengan cara mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan yang tersedia baik milik pemerinta maupun swasta. Tindakan percarian pengobatan oleh seseorang erat kaitannya dengan persepsi seseorang tentang pelayanan kesehatan tersebut. Apabila persepsi seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang ada itu baik maka dia akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut dan dengan segera menkonsultasikan penyakitnya.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan beraneka ragam karena semua ini di tentukan oleh:

a. Pengoganisasian pelayanan, yaitu apakah dilakukan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi.

b. Ruang lingkup kegiatan, yaitu apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kegiatan, peningkatan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegah penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

c. Sasaran pelayanan kesehatan, yaitu apakah untuk perseorangan, kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan (Tri,2013).Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah yang obyektif, karena mrupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di msyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.

Adapun tuntutan kesehatan adalah suatu yang obyektif, oleh karena itu pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan derajat kesehatan, karena sifat yang obyektif, maka tuntutan terhadap kesehatan sangat di pengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri.

Untuk dapat menyelenggarakan kesehatan dengan baik maka banyak hal yang perlu di perhatikan di antaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan secara umum di pengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya merupakan gambaran dari maslah kesehatan yang di hadapi masyarakat tersebut.

4. Genetik

Factor genetic berpengaruh hanya 5 persen terhadap status kesehatan. Genetic biasanya di kaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proposi tubuh dan percepatan perkembangan. Diamsusikan bahwa selain aktifitas nyata dari lingkungan yang menentukan pertumbuhan, kemiripan ini mencerminkan pengaruh gen yang di kontribusi oleh orang tuanya kepada keturunannya secara biologis (Nasrul, 2008).

Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya. Oleh karenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger).

Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

1.4. Kerangka Teori

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak DitelitiBAB III

KERANGKA KONSEPTUAL3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1: Kerangka Konsep Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Dangkal dan Kesehatan Masyarakat.

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel BebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah Air Lindi TPA Sampah Batu Layang3.2.2. Variabel Terikat

Kualitas air dangkal dan kesehatan masyarakat di sekitar TPA Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.3.3. Definisi Operasional

NoVariabelDefini OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

Variabel Bebas

1. Air Lindi TPA Batu LayangAir yang keluar dari timbunan sampah yang telah terkena air hujan, dimana air tersebut telah mengandung zat-zat organik yang merupakan penguraian dari sisa material organik yang terdapat dalam sampahUji Laboratorium

Parameter: Suhu, TDS, Bau, pH, BOD5, COD, DO, Fosfat, Nitrat, Nitrit, NH3, Besi, Klorida, Sulfat, H2S, Fenol dan Total KoliformAmbang BatasOrdinal

2.Kualitas Air DangkalAir yang berasal dari hujan atau dari sumber yang berdifusi di permukaan tanah tampa mengikuti aliran atau saluran tertentu, yang dibedakan dari air dalam arus alami, danau atau kolam, dan tidak membentuk atau terkumpul ke dalam badan air yang lebih pasti bentuknya dibandingkan kolam atau rawa.Uji Laboratorium

Parameter: Suhu, TDS, Bau, pH, BOD5, COD, DO, Fosfat, Nitrat, Nitrit, NH3, Besi, Klorida, Sulfat, H2S, Fenol dan Total KoliformAmbang BatasOrdinal

3.Kesehatan MasyarakatSalah satu metode pengukuran yang dapat digunakan untuk memperkirakan obesitas, dengan rumus yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter)WawancaraObservasi1. Gaya hidup

2. Keturunan

3. Lingkungan (sampah, air udara, tanah, iklim, perumahan)Rasio

3.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka peneliti menggunakan rumusan hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian yaitu:1. Kualitas air lindi TPA Batu Layang berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal pada masyarakat sekitar Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.

2. Kualitas air lindi TPA Batu Layang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat sekitar Batu Layang RT 04 RW 06 Pontianak.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN4.1. Desain Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan pengujian terhadap kualitas air tanah dangkal serta analis kimia lindi. Analisis numerik akan dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer (SPSS).4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Kalimantan Barat. Analisis laboratorium akan dilaksanakan di Laboratorium Universitas Tanjungpura Pontianak. Pengambilan data lapangan akan dimulai pada bulan April 2015. Analisis laboratorium pada bulan Juni 2015 dan pada bulan Juli 2015.4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian (Riduwan, 2002). Sedangkan menurut Saryono, (2009), populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian, yang mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Populasi pada penelitian ini adalah kualitas air lindi, kualitas air tanah dangkal dan kesehatan masyarakat di lingkungan TPA Batu Layang Pontianak.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono, 2009). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan menggunakan cara total sampling. 4.4. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan data ang diperlukan, meliputi:

1. Pengukuran parameter

Teknik ini dilakukan untuk mengukur parameter air tanah (pH, Cl-, COD, DHL, PO4, NH4 dan jumlah zat organik) pada sumur penduduk serta air rembesan TPA sampah, topografi (ketinggian, slope, dan jarak) serta luas areal masing-masing peruntukan lahan.

2. Pengamatan langsung (observasi)

Teknik ini digunakan untuk mendiskripsikan secara cermat dan terperinci data geologi, hidrologi, sifat tanah, penggunaan lahan berdasar pola tata ruang, air permukaan dan bahaya lingkungan sebagaimana keadaan lapangan.4.5. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

4.5.1. TeknikPengolahan data

Teknik pengolahan data dilakukan sesuai dengan proses pengolahan data yang terdiri dari (Notoatmodjo, 2012):

1. Editing

Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan proses editing untuk memeriksa kelengkapan data, memeriksa jawaban dari responden, apakah sudah sesuai dengan maksud pertanyaan yang diajukan.

2. Coding

Setelah semua data selesai dilakukan editing, maka selanjutnya dilakukan proses coding dengan memberi tanda pada hasil uji lab. 3. Entry

Entry adalah proses memasukan data yang telah dilakukan coding ke dalam program komputer. Adapun program komputer yang digunakan adalah program SPSS versi 17.0.4. Cleaning

Cleaning adalah proses pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan proses entry dan sebagainya kemudian dilakukan koreksi.

4.5.2. Teknik Penyajian Data

Untuk mempermudah membaca data penelitian, maka data disajikan dalam bentuk narasi (tekstular) dan tabel (tabular).

4.6. Teknik Analisa Data

Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu air lindi (X), terhadap kualitas air dangkal (Y1) dan kesehatan masyarakat (Y2).

1. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Widarjono (2005: 88) mengemukakan uji pengaruh simultan (Uji F) digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh yang simultan terhadap variabel terikat.

Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis dengan uji statistic F, dengan ketentuan apabila hasil Fhitung>Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Demikian sebaliknya apabila Fhitungttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sebaliknya H0 diterima Ha thitung