w
-
Upload
cheras-yezia-kharismia-sjarfi -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of w
PATOFISIOLOGI
DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
Pembimbing :
dr. Tri Yanti , Sp.A
Disusun Oleh :
Cheras Yezia Kharismia Sjarfi
030.11.058
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 16 MEI – 23 JULI 2016
VENTRICULAR SEPTAL DEFCT
1
I. DEFINISI1
VSD merupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikular.
VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital) berupa terdapatnya lubang pada
septum interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara ventrikel
kanan dan kiri. Secara normal lubang tersebut akan menutup selama akhir minggu keempat
massa embrio. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi
septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. VSD merupakan penyakit kelainan
bawaan yang paling sering ditemukan sekitar 30,5 %.1 buku ajar kardiologi lily I Rilantono
Ventricular Septal Defect merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) berupa defek atau
lubang yang berada pada setiap bagian septum ventrikel. (5 rahasia)
II. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB tidak diketahui. Pelbagai jenis obat, penyakit ibu,
pajanan terhadap sinar Rontgen, diduga merupakan penyebab eksogen penyakit jantung bawaan.
Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilan dapat menyebabkan PJB pada bayi. Di
samping faktor eksogen terdapat pula faktor endogen yang berhubungan dengan kejadian PJB.
Pelbagai jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu erat berkaitan dengan kejadian PJB seperti
sindrom Down, Turner, dan lain-lain.1,5Allen HD, Franklin WH, Fontana ME. Congenital heart disease: untreated and operated. Dalam:
Emmanoulides GC, Riemenschneider TA, Allen HD, Gutgesell HP, penyunting. Moss and Adams heart disease in infants, children, and adolescents. Edisi ke-5. Baltimore:
Williams & Wilkins; 1995. h. 657-64
III. EPIDEMIOLOGI
VSD merupakan PJB yang paling sering, angka ini berkutang pada usia dewasa dimana
terjadi penutupan spontan. VSD sedikit lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki, yaitu 5: 4. Banyak penderita VSD yang berhubungan dengan kelainan kromosom
seperti trisomi 13, trisomi 18, dan trisomi 21. VSD terjadi pada 8-10 bayi diantara 1000 bayi
lahir hidup. Penyakit ini merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi (kira-kira
30% dari seluruh kelainan bawaan), dan paling sering menimbulkan kematian khususnya
pada neonatus. Setengah dari kasus PJB semestinya sudah dapat dideteksi pada bulan
pertama kehidupan, karena memperlihatkan tanda-tanda yang memerlukan pertolongan
segera.
2
IV. KLASIFIKASI
Secara garis besar penyakit jantung bawaan dibagi 2 kelompok, yaitu penyakit
jantung bawaan sianotik dan penyakit jantung bawaan nonsianotik. Penyakit jantung
bawaan sianotik ditandai oleh adanya sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri,
sebagai contoh tetralogi Fallot, transposisi arteri besar, atresia trikuspid. Termasuk dalam
kelompok penyakit jantung bawaan nonsianotik adalah penyakit jantung bawaan dengan
kebocoran sekat jantung yang disertai pirau kiri ke kanan di antaranya adalah defek septum
ventrikel, defek septum atrium, atau tetap terbukanya pembuluh darah seperti pada duktus
arteriosus persisten. Selain itu penyakit jantung bawaan nonsianotik juga ditemukan pada
obtruksi jalan keluar ventrikel seperti stenosis aorta, stenosis pulmonal dan koarktasio
aorta.1 Ventricular Septal Defect terbagi atas 3 jenis, yaitu:
1) Perimembranous, bila lubang terletak didaerah septum membranous dan
sekitarnya. Merupakan tipe paling sering, 60% bila lubang terletak di daerah pars
membranaceae septum interventricularis. Defek pada jaringan membranus disebut
sebagai defek septum ventrikel tipe membranus. Sering defek ini melebar sampai
jaringan muskuler sekitarnya. Oleh karena itu banyak yang menyebutnya defek
septum tipe perimembranus. Dan karena letaknya di bagian superior septum, kadang-
kadang dikenal pula sebagai defek septum ventrikel tipe tinggi. Tipe perimembran
terbagi atas perimembran inlet, outlet, dan trabekuler.(5 rahasia)
2) Subarterial Doubly commited, bila lubang terletak didaerah septum
infundibuler. Infundibuler dan sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan
jaringan ikat katup aorta dan katup pulmonal. Defek septum ventrikel tipe muskuler
sangat jarang terjadi (5-7% dari seluruh VSD pada populasi Caucasi, tetapi mencapai
30% pada populasi oriental(5 rahasia). Kadang-kadang defek ini disebut sebagai
defek septum ventrikel tipe rendah (low ventricular septal defect).
3) Muskuler , tipe ini mencapai 5-20% dari seluruh VSD, sering kali
lubangnya beberapa buah (multiple, lazim disebut swiss cheese). VSd semacam ini
sulit ditutup dengan pembedahan.
Klasifikasi VSD bedasarkan derajatnya:
1. Defek Septum ventrikel kecil:
3
Defek berdiameter sekitar < 0.5 cm2 , tekanan sistolik ventrikel kanan < 35 mmHg dan rasio
aliran darah pulmonal dengan sistemik < 1.75. terdapat suara murmur pansistolik di sekitar
sela iga 3-4 kiri sternum pada waktu pemeriksaan fisik. Semakin kecil ukuran defek septum
ventrikel, maka murmur pansistolik terdengar makin keras dan murmur ini dikenal sebagai
murmur Roger. Bunyi jantung ke-1 dan ke-2 normal. Ukuran jantung pun relative masih
normal pada pemeriksaan elektrokardiografi dan foto torak. Vaskularisasi paru tidak nyata
meningkat. Pertumbuhan anak normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran
pernafasan. Toleransi latihan normal, hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih
cenderung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. DSV kecil tidak memerlukan
tindakan bedah karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan resiko operasi lebih
besar daripada resiko terjadinya endokarditis. Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis
baik dan dapat hidup normal. Tidak diperlukan pengobatan. Bahaya yang mungkin timbul
adalah endokarditis infektif. Operasi penutupan dapat dilakukan bila dikehendaki oleh orang
tua. Pasien dengan DSV kecil diperlakukan seperti anak normal dengan pengecualian bahwa
kepada pasien harus diberikan pencegahan terhadap endokarditis.
2.Defek Septum ventrikel moderat :
Pada defek ini, diameter defek biasanya 0.5 – 1.0 cm2, dengan tekanan sistolik ventrikel
kanan 36-80 mmHg (lebih kurang separo tekanan sistemik) dan rasio aliran darah pulmonal
dengan sistemik > 3. Perjalanan defek septum ventrikel yang moderat ini sangat bervariasi.
Anak akan lebih mudah sesak nafas, aktivitas terbatas , mudah terkena batuk pilek dan
tumbuh kembang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal.
Pada pemeriksaan fisik terdengar intensias bunyi jantung ke-2 yang meningkat, murmur
pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada daerah katup
pulmonal. Murmur pansistolik terdengar kasar dank eras. Pada elektrokardiografi,
pembesaran jantung bias berupa hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kiri dan ventrikel
kiri, atau hipertrofi biventrikuler, karena beban volume berlebih. Terdapat hipertensi
pulmonal yang hiperkinetik, dengan resisitensi pulmonal yang relative masih normal. Dengan
demikian, gambaran hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh beban tekanan berlebih,
biasanya belum tampak pada elektrokardiografi.
Foto torak menunjukkan pembesaran relative ventrikel kiri, atau kanan, dengan pinggang
jantung rata dan konus pulmonal menonjol. Konus aorta tampak normal atau sedikit agak
kecil. Vaskularisasi paru tampak meningkat.
4
3. Defek Septum Ventrikel Besar:
Diameter DSV lebih dari setengah ostium aorta atau lebih dari 1 cm2, dengan tekanan sistolik
ventrikel kanan > 80 mmHg (atau menyamai tekanan sistemik). Curah sekuncup jantung
kanan seringkali lebih dari 2 kali sekuncup jantung kiri. Aliran darah melaui pirau
interventrikuler tercampur tanpa hambatan, menyebabkan berbagai keluhan sejak anak masih
kecil. Gejal-gejala gagal jantung bias menonjol sewaktu-waktu. Dan resistensi pulmonal bias
berkembang melebihi resistensi sistemik, sehingga tampak sianosis karena pirau dari kanan
kekiri. Pada pemeriksaan fisik, intensitas bunyi jantung ke-2 terdengar meningkat, karena
adanya hipertensi pulmonal. Terdengar bunyi murmur pansistoik pada sela iga 3-4 kiri
sternum dan murmur ejeksi sistolik pada daerah pulmonal di sela iga 2-3 kiri sternum, serta
murmurmid-diastolikpadamitral.
V. ANATOMI JANTUNG
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada
dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih
kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis,
sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding
lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi
sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi
menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke
paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan
memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang
kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar
yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan
lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan
terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium.
VI. FISIOLOGI JANTUNG
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran
darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi
5
(diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium
terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial.
Lama kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi
kedua atrium pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya
dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh
untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga
memompakan darah yang sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-
paru ketika tekanannya lebih rendah.
Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada
keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan
ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di
tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume
sekuncup. Dengan demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung
per menit. Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel,
hanya sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini
dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung
pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih
kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.
Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem parasimpatis
dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60 hingga 80 denyut
per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan,
tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada waktu banyak pergerakan, kebutuhan
oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga
kecepatan jantung bisa mencapai 150 x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit.
Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel
kiri sama sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak
seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-
vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik
dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.
Gangguan fungsi jantung ditinjau dari efek-efeknya terhadap perubahan 3 penentu
utama dari fungsi miokardium yaitu freeload (beban awal) yaitu derajat peregangan
serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Afterload (beban akhir)
yaitu besarnya tegangan dinding ventrikel yag harus dicapai selama sistol untuk
memompa darah. Kontraktilitas miokardium yaitu perubahan kekuatan kontraksi.
6
Hemodinamik
Jantung sebagai pompa, berfungsi memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
memenuhi tubuh akan kebutuhan metabolisme. Sebagai pompa darah, kinerja jantung
dipengaruhi oleh beban diastolik (preload), beban sistolik (afterload), kontraktilitas dan laju
jantung. Secara anatomis jantung terdiri dari 4 ruang yang terpisah oleh sekat yaitu 2
serambi (atrium) dan 2 bilik (ventrikel). Pembuluh nadi utama (aorta) keluar dari bilik kiri,
sedangkan pembuluh nadi paru (arteri pulmonal) keluar dari bilik kanan jantung. Pembuluh
balik besar (vena kava) yang menampung darah dari seluruh tubuh, masuk ke dalam atrium
kanan sedangkan pembuluh balik paru (vena pulmonalis) masuk ke dalam atrium kiri. Darah
yang mengandung oksigen tinggi dari ventrikel kiri, melalui aorta akan dipompakan ke
seluruh tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh. Selanjutnya darah dengan saturasi
rendah yang berasal dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke dalam atrium kanan
yang kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan untuk selanjutnya dipompakan ke paru
melalui arteri pulmonal untuk dibersihkan di paru. Darah yang mengandung oksigen tinggi
dari paru, melalui vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, kemudian dialirkan ke ventrikel
kiri untuk selanjutnya dipompakan ke seluruh tubuh. Penyakit jantung bawaan dapat berupa
defek pada sekat yang membatasi ke dua atrium atau ventrikel sehingga terjadi
percampuran darah pada tingkat atrium atau ventrikel, misalnya defek septum ventrikel
atau defek septum atrium. Dapat juga terjadi pada pembuluh darah yang tetap terbuka yang
seharusnya menutup setelah lahir seperti pada duktus arteriosus persisten. Kelainan lain
berupa kelainan yang lebih kompleks seperti tertukarnya posisi aorta dan arteri pulmonalis
atau kelainan muara vena pulmonalis. Petunjuk Praktis Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 155 - 162 156 Sari Pediatri, Vol. 2,
No. 3, Desember 2000
VII. PATOFISIOLOGI
Kelainan jantung bawaan merupakan kelainan yang sudah terbentuk sejak
dalam janin dan nampak ketika bayi tersebut lahir. Defek kongenital pada waktu
masih berupa janin dapat ditoleransi dengan baik karena sifat paralel sirkulasi janin
dari ibu. Ketika lahir, sudah tidak tergantung ibu sehingga kelainan anatomi menjadi
lebih tampak.
Adanya lubang pada septum interventrikular memungkunkan terjadinya aliran
dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, sehingga aliran darah yang ke paru bertambah.
Presentasi klinis tergantung besarnya akliran pirau melewati lubang VSD dan ini
ditentukan oleh ukuran VSD serta besarnya tahanan pembuluh darah paru. (buiku ajar
7
kardiologi ) Pada saat lahir, pengembangan mekanik paru-paru dan kenaikan PO2
arterial menyebabkan penurunan tahanan vaskuler pulmonal cepat. Secara serentak,
penghentian sirkulasi plasenta bertahan rendah mengakibatkan penambahan tahanan
vaskuler sistemik. Curah darah dari ventrikel kanan sekarang mengalir seluruhnya ke
dalam sirkulasi pulmonal, dan karena tahanan vaskuler pulmonal lebih rendah
daripada tahanan vascular sistemik, shunt melalui duktus arteriosus berbalik dan
menjadi dari kiri ke kanan. Selama perjalanan beberapa hari, PO2 arterial yang tinggi
mengkontriksi duktus arteriosus dan ia menutup, akhirnya menjadi ligamentum
arteriosum. Kenaikan volume aliran darah dari pulmonal yang kembali ke atrium kiri
menaikkan volume dan tahanan atrium kiri cukup untuk secara fungsional menutup
foramen ovale, walaupun foramen dapat tetap terbuka dengan probe-paten selama
bertahun-tahun.
Ventrikel kiri sekarang dirangkaikan dengan sirkulasi sitemik tahanan tinggi,
dan ketebalan dinding dan massanya mulai bertambah. Ventrikel kiri ini akan
memompa darah ke seleruh tubuh melalui aorta. Kemudian darah akan dibawa oleh
vena kembali ke jantung masuk ke atrium dekstrum. Darah kemudian dipompakan ke
ventriculus desktra lalu mendapatkan oksigenasi ke pulmo melalui arteri pulmonalis.
Setelah terjadi pertukaran gas menjadi darah yang kaya oksigen, darah akan dialirkan
ke atrium sinistrum melalui vena pulmonalis lalu dipompakan ke ventrikel sinistra.
Besar dan arah shunty tergantung 2 hal, yaitu besar kecilnya defek dan
tekanana pulmonal (Robbins, 2007). Adanya lubang pada septum interventrikuler
memungkinkan terjadinya aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, sehingga aliran
darah yang ke paru bertambah. Bila aliran pirau kecil biasanya tidak menimbulkan
keluhan, tetapi bila besar akan memberikan keluhan seperti kesulitan waktu minum
atau makan karena cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi
saluran nafas ulang. Ini mengakibatkan pertumbuhan lambat. (buku ajar)
Penderita VSD dengan aliran pirau yang besar biasanya terlihat takipneu.
Aktifitas ventrikel kiri meningkat dan dapat terba thrill sistolik. Komponen pulmonal
bunyi jantung kedua mengeras bila terjadi hipertensi pulmonal. Terdengar bising
holosistolik yang keras disela iga 3-4 parasternal kiri yang menyebar sepanjang
parasternal dan apeks. Pada aliran pirau yang besar, dapat terdengar bising
middiastolik didaerah katup mitral akibat aliran yang berlebihan. Tanda-tanda gagal
jantung kongestif dapat ditemukan pada bayi atau anak dengan aliran pirau yang
besar.
8
Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan Sindrom Eisenmenger, penderita
tampak sianosis dengan jari-jari berbentuk tabuh, bahkan mungkin disertai tanda-
tanda gagal jantung kanan.
Adanya lubang pada septum interventrikularis memungkinkan terjadinya
aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan oleh karena gradien tekanan
sehingga aliran darah ke paru bertambah. Gambaran klinis tergantung dari besarnya
defek dan aliran darah (shunt) serta besarnya tahanan pembuluh darah paru. Apabila
defek kecil atau restriktif tidak tampak adanya gejala (asimptomatik). Pada defek
kecil gradien tekanan ventrikel kiri dan kanan sebesar > 64 mmHg, tekanan sistolik
ventrikel kanan dan resistensi pulmonal normal. Pada defek moderat dengan restriksi
gradien tekanan ventrikel kiri dan kana berkisar 36 mmHg, resistensi pulmonal dan
tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat namun tidak melebihi tekanan sistemik.
Pada keadaan ini, ukuran ventrikel kiri dan atrium kiri dapat membesar akibat
bertambahnya beban volume. Defek besar non-restriktif akan ditandai dengan tekanan
systole ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga terjadi penurunan aliran
darah dari kiri ke kanan, bahkan dapat terjadi aliran darah dari kanan ke kiri. Pada
keadaan ini memberikan keluhan seperti sesak napas dan cepat capek serta sering
mengalami batuk dan infeksi saluran napas berulang. Hal ini mengakibatkan
gangguan pertumbuhan. Dalam perjalanannya, beberapa VSD dapat menutup secara
spontan (tipe perimembranous dan muskuler), terjadi hipertensi pulmonal, hipertrofi
infundibuler, atau prolaps katup aorta yang dapat disertai regurgitasi (tipe subarterial
dan perimembranous).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bising holosistolik (pansistolik) yang
terdengar selama fase sistolik, keras, kasar di atas tricuspid di sela iga 3-4 parasternal
kiri menyebar sepanjang parasternal dan apex cordis. Bising ini sudah dapat terdengar
selama defek VSD kecil. Bising mid-diastolik dapat didengar di apex cordis akibat
aliran berlebihan. Pada VSD sering bersifat non-sianotik kecuali apabila terjadi
eisenmengerisasi (terjadi aliran shunt kanan ke kiri). pada penderita VSD dengan
aliran shunt yang besar bias any terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat
dan dapat teraba thrill sistolik. Apabila terjadi aliran shunt dari kanan ke kiri dengan
defek besar akan tampak stenosis dengan jari-jari tabuh (clubbing of finger). Pada
defek cukup besar dapat terjadi komplikasi berupa stenosis infundibuler, prolaps
katup aorta, insufiensi aorta, hipertensi pulmonal dan gagal jantung.4
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan kardiomegali dengan pembesaran
9
ventrikel kiri., vaskularisasi paru meningkat (plethora) dan bila terjadi penyakit
vaskuler paru tampak pruned tree (seperti pohon tanpa ada cabang-cabangnya),
disertai penonjolan a. pulmonal. Pada elektrokardiogram dapat ditemukan hipertrofi
ventrikel kiri dan mungkin hipertrofi atrium kiri. bila terdapat hipertrofi kedua
ventrikel dan deviasi sumbu QRS ke kanan maka perlu dipikirkan adanya hipertensi
pulmonal atau hipertrofi infundibulum ventrikel kanan. Dengan ekokardiografi M-
mode dapat ditemukan dimensi ventrikel kiri, atrium dua dimensi untuk menentukan
ukuran dan lokasi defek Doppler dan berwarna, menentukan arah dan besarnya aliran
yang melewati defek.4
Secara klinis, perubahan hemodinamik defek septum ventrikel dipengaruhi
oleh besarnya defek dan tingginya resistensi pulmonal. Sewaktu fetus dalam
kandungan, resistensi pulmonal memang tinggi, karena paru belum berkembang dan
tunika media pembuluh darah paru masih hipertropi. Pada saat lahir, resistensi
pulmonal langsung turun karena berkembangnya paru waktu bayi mulai bernafas.
Tunika media pembuluh darah paru mengalami atropi dan proses ini secara normal
berlangsung sampai usia 6 bulan. Apabila terdapat defek pada septum
interventrikuler, aliran darah yang membanjir ke ventrikel kanan dan arteri pulmonal
akan menghambat proses alamiah itu.
Pada defek septum ventrikel, terjadi beban volume berlebih pada ventrikel kiri, atrium
kiri dan ventrikel kanan, karena pirau aliran darah dari kiri ke kanan. Pada mulanya,
ventrikel kanan akan mengalami dilatasi, disusul oleh hipertropi ventrikel kiri dan
atrium kiri, atau sebaliknya. Dan pirau dari kiri ke kanan ini lama-lama akan
mempengaruhi resistensi paru dan tekanan dalam arteri pulmonal. Apabila hipertensi
pulmonal makin tinggi-dan ini merupakan beban tekanan berlebih bagi ventrikel
kana-maka pirau aliran darah pelan-pelan akan beralih menjadi bidireksional.
Resestensi pulmonal dapat melebihi resistensi sistemik pada waktu melakukan
exercise, sehingga pirau beralih dari kanan ke kiri; sedangkan pada waktu istirahat
masih terjadi pirau yang kecil dari kiri ke kanan.
Tekanan dalam ventrikel kanan makin tinggi, sehingga hipertropi ventrikel kanan
yang disebabkan oleh beban tekanan berlebih tampak makin dominant. Sementara itu
ventrikel kiri tampak “regresi”, karena tak lagi ada lairan melewati pirau pada saat
tekanan dalam ventrikel kanan kian menyamai tekanan dalam ventrikel kiri. Pada
stadium lanjut, pirau kemudian sepenuhnya dari kanan ke kiri.
Pada jantung yang normal, sebagian septum interventrikuler terdiri dari jaringan
10
muskuler dan hanya sebagian kecil merupakan jaringan membranus yang berada di
bawah akar aorta. Bagian anterior dan posterior jaringan membranus ini dikelilingi
oleh jaringan muskuler yang meluas ke superior. Bagian anterior septum
interventrikuler merupakan bagian dari outlet (infemdibulum) ventrikel kiri dan
ventrikel kanan, dibawah katup semiluner. Bagian posterior septum interventrikuler
meliputi inlet ventrikel kiri dan ventrikel kanan, di bawah katup atrio-ventrikuler.
Dengan demikian, klasifikasi anatomic berbagai tipe defek septum ventrikel
ditentukan oleh lokasi defek pada jaringan septum interventrikuler itu.
VIII. MANIFESTASI KLINIS
Pada VSD kecil, pasien biasanya asimptomatik. Bila VSD besar terjadi gejala
aliran darah pulmoner berlebih, seperti kesulitan menyusu, sering infeksi saluran
napas bagian bawah, dan pertumbuhan badan kurang. Gejala gagal jantung kongestif
akibat VSD besar sering terjadi pada bayi. Bila sudah terjadi penyakit vaskular
pulmoner obstruktif yang irreversible, aliran pirau berbalik dari kanan ke kiri, pasien
sianotik dan kapasitas fungsionalnya menurun. (5 rahasia)
Gambaran klinis dari anak yang menderita DSV adalah:
1. Bayi dengan VSD kecil pertumbuhannya normal dan asianosis.
2. Tetapi bila VSD besar, gagal jantung kongestif bisa terjadi sebelum usia 2-3
bulan. Bayi mengalami kesulitan menyusu, gagal tumbuh, dan ssering terjadi
infeksi paru.
3. Dada membonjol dan hiperaktifitas prekordial terlihat pada VSD besar.
4. Pada anak yang lebih besar, sianosis dan jari tabuh ( clubbing) terlihat bila sudah
terjadi hipertensi pulmoner/penyakit vaskular pulmoner obstruktif ( sindrom
Eisenmenger).
5. Komponen pulmonal bunyi jantung kedua (P2) terdengar keras bila terjadi
hipertensi pulmoner.
6. Turbulensi aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui VSD menimbulkan
bising yang terdengar di tepi kiri sternum bawah pada seluruh fase sistolik
( holosistolik) derajat 2-5/6. Bila intensitasnya keras (≥4/6) teraba getaran (thrill)
sistolik di area tersebut. Pada bayi baru lahir, bising tersebut mungkin tidak
terdegar, karena resistensi pulmoner yang masih tinggi.
7. Bising diatsolik rumble di apeks ( akibat stenosis mitral relative), terdengar pada
pirau kiri ke kanan yang besar.
11
Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan
pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik, gangguan
pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan ini juga dapat
timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB. (tatalaksana sari pediatric 2000)
Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru
sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung anak
karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB
yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak.
Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan alasan anak
dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya
dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada
pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga
menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis. tatalaksana sari pediatric 2000)
Pada pemeriksaan EKG dapat ditemui EKG yang normal pada VSD kecil. Bila VSD
ukuran sedang terlihat hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin disertai hipertrofi atrium kiri.
Pada VSD yang besar, terlihat hipertrofi biventricular dengan/ tanpa hipertrofi atrium kiri.
Gambaran hipertrofi ventrikel kanan terlihat bila sudah terjadi penyakit vaskular pulmoner
obstruktif.
Pada rontgen thorax terlihat kardiomegali, akbat dilatasi atrium dan ventrikel kiri kadang
dilatasi ventrikel kanan. Segmen pulmonal yang menonjol disertai vaskularisasi paru yang
meningkat ( plethora). Bila terjadi penyakit vaskular pulmoner obstruktif cabang utama
arteri pulmoner dan cabang-cabangnya di hilus melebar, tetapi di bagian perifer paru sepi
(pruning)
Pemeriksaan echocardiography merupakan sarana diagnostic utama karena dapat
memperlihatkan letak, ukuran dan julah lubang VSD, serta mengestimasi tekanan arteri
pulmoner.
12
IX. TATALAKSANA
Umumnya tata laksana penyakit jantung bawaan meliputi tata laksana non-bedah dantata
laksana bedah. Tata laksana non-bedah meliputi tata laksana medikamentosa dan kardiologi
intervensi. tatalaksana sari pediatric 2000) Tata laksana medikamentosa umumnya bersifat
sekunder sebagai akibat komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan
lain yang menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi medikamentosa untuk menghilangkan gejala
dan tanda di samping untuk mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat-obatan
tergantung pada jenis penyakit yang dihadapi. Hipoksemia, syok kardiogenik, dan gagal jantung
merupakan tiga penyulit yang sering ditemukan pada neonatus atau anak dengan kelainan
jantung bawaan.
Pada penderita VSD tidak diperlukan pembatasan aktifitas fisik, kecuali bila terjadi hipertensi
pulmoner. Jaga hygiene mulut dan berikan pencegahan endokarditis infetif pada setiap tindakan
yang mengakibatkan perlukaan mukosa mulut. Pada bayi dengan gagal jantung kongestif perlu
diberikan obat-obat anti-kongestif (digoxin, vasodilator, diuretic) untuk mengurangi gejala
bahkan kemungkinan menutup spontan. Bila dalam tempo 2-4 bulan gangguan pertumbuhan
tidak teratasi, maka perlu intervensi non bedah/bedah. Pemberian minum dengan formula tinggi
kalori yang diberikan via nasogastric tube atau per-oral seringkali menolong pertumbuhan bayi.
Jika didapatkan anemia maka koreksi dengan preparat besi per-oral.
Penutupan VSD dianjurkan bila aliran pirau cukup bermakna, yaitu terlihat tanda-tanda
pembebanan volume pada ventrikel kiri (Qp : Qs ≥ 1.5 atau terlihat dilatasi ventrikel kiri), dan
pulmonary vascular resistance indeks ≤10 units/m2, ≤7 units/m2 dengan tes oksigen ata
vasodilator.
Penutupan VSD dapat dilakukan dengan intervensi bedah ata non bedah. Intervensi non
bedah dimungkinkan dengan berbagai jenis device yang sekarang tersedia. Sedangkan intervensi
bedah dilakukan pada :
1. Bayi-bayi dengan VSD yang mengalami gagal jantung kongestif dan tak berhasil ditangani
dengan obat-obatan , perlu dilakukan penutupan VSD.
2. Bayi dengan hipertensi pulmoner tetapi tak ada tanda gagal kongestif dan tumbuh
normal, pada usia 6-12 bulan perlu dilakukan penyadapan jantung sebelum operasi.
3. Sesudah usia 1 tahun , VSD dengan Qp: Qs ≥ 2:1 perlu ditutup, meskipun tekanan arteri
pulmoner rendah.
4. VSD dengan Qp : Qs < 1,5 : 1 tidak perlu ditutup
13
5. VSD dengan prolaps katup aorta disertai regurgitasi perlu ditutup, meskipun derajat
regurgitasu minimal dan Qp : Qs < 2:1
6. Penutupan VSD tidak boleh dilakukan bila resistensi pulmoner : resistensi sistemik ≥ 0,5,
atau penyakit vaskular pulmoner obstruktif dengan aliran pirau terutama dari kanan ke
kiri.
Pada pasien PJB dengan gagal jantung , tata laksana yang ideal adalah memperbaiki kelainan
struktural jantung yang mendasarinya. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk memperbaiki
perubahan hemodinamik, dan harus dipandang sebagai terapi sementara sebelum tindakan
definitif dilaksanakan. Pengobatan gagal jantung meliputi (1) penatalaksanaan umum yaitu
istirahat, posisi setengah duduk, pemberian oksigen, pemberian cairan dan elektrolit serta
koreksi terhadap gangguan asam basa dan gangguan elektrolit yang ada. Bila pasien
menunjukkan gagal napas, perlu dilakukan ventilasi mekanis (2) pengobatan medikamentosa
dengan menggunakan obat-obatan. Obatobat yang digunakan pada gagal jantung antara lain (a)
obat inotropik seperti digoksin atau obat inotropik lain seperti dobutamin atau dopamin.
Digoksin untuk neonatus misalnya, dipakai dosis 30 µg/kg. Dosis pertama diberikan setengah
dosis digitalisasi, yang kedua diberikan 8 jam kemudian sebesar seperempat dosis sedangkan
dosis ketiga diberikan 8 jam berikutnya sebesar seperempat dosis. Dosis rumat diberikan setelah
8-12 jam pemberian dosis terakhir dengan dosis seperempat dari dosis digitalisasi. Obat
inotropik isoproterenol dengan dosis 0,05-1 µg/kg/menit diberikan bila terdapat bradikardia,
sedangkan bila terdapat takikardia diberikan dobutamin 5-10 µg/ kg/menit atau dopamin bila
laju jantung tidak begitu tinggi dengan dosis 2-5 µg/kg/menit. Digoksin tidak boleh diberikan
pada pasien dengan perfusi sistemik yang buruk dan jika ada penurunan fungsi ginjal, karena
akan memperbesar kemungkinan intoksikasi digitalis. (b) vasodilator, yang biasa dipakai adalah
kaptopril dengan dosis 0,1-0,5 mg/kg/hari terbagi 2-3 kali per oral. Terakhir (c) diuretik, yang
sering digunakan adalah furosemid dengan dosis 1-2 mg/kg/ hari per oral atau intravena.1,9,10
Bedah Jantung Kemajuan dalam bidang perinatologi memungkinkan bayi dengan keadaan
umum yang buruk dapat bertahan hidup. Sementara itu perkembangan teknologi diagnostik
telah mampu mendeteksi kelainan jantung secara dini pada bayi baru lahir, bahkan sejak dalam
kandungan dengan ekokardiografi janin. Di dalam bidang bedah jantung, kemampuan untuk
melakukan operasi ditunjang oleh (1) teknologi pintas jantung-paru yang sudah semakin aman
untuk bayi dengan berat badan yang rendah, (2) tersedianya instrumen yang diperlukan, (3)
perbaikan kemampuan unit perawatan intensif pasca bedah, dan (4) pengalaman tim dalam
mengerjakan kasus yang rumit. Pada prinsipnya penanganan penyakit jantung bawaan harus
dilakukan sedini mungkin. Koreksi definitif yang dilakukan pada usia muda akan mencegah
14
terjadinya distorsi pertumbuhan jantung, juga mencegah terjadinya hipertensi pulmonal.
Operasi paliatif saat ini masih banyak dilakukan dengan tujuan memperbaiki keadaan umum,
sambil menunggu saat operasi korektif dapat dilakukan. Namun tindakan paliatif ini seringkali
menimbulkan distorsi pertumbuhan jantung, di samping pasien menghadapi risiko operasi dua
kali dengan biaya yang lebih besar pula. Oleh karena itu terus dilakukan upaya serta penelitian
agar operasi jantung dapat dilakukan pada neonatus dengan lebih aman. Kecenderungan di
masa mendatang adalah koreksi definitif dilakukan pada neonatus tatalaksana sari pediatric
2000)
Penutupan duktus arteriosus persisten dilakukan dengan menggunakan umbrella, coil dan
ADO (amplatzer ductal occluder); sedangkan untuk defek septum atrium ditutup dengan
menggunakan ASO (amplatzer septal occluder).14 Di Royal Children,s Hospital Melbourne,
Australia telah dilakukan penutupan defek septum ventrikel tipe muskular yang sulit dioperasi
dengan amplatzer device.
KOMPLIKASI
Sindrom Eisenmenger. Komplikasi ini terjadi pada PJB non-sianotik yang
menyebabkan aliran darah ke paru yang meningkat. Akibatnya lama kelamaan pembuluh
kapiler di paru akan bereaksi dengan meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di arteri
pulmonal dan di ventrikel kanan meningkat. Jika tekanan di ventrikel kanan melebihi
tekanan di ventrikel kiri maka terjadi pirau terbalik dari kanan ke kiri sehingga anak mulai
sianosis. Tindakan bedah sebaiknya dilakukan sebelum timbul komplikasi ini.
15