VT-29
-
Upload
gloria-ate -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of VT-29
Pembahasan
Anamnesis1
Dari penderita ( auto anamnesis ) atau keluarga penderita (allo anamnesis ), kita
berharap mendapat keterangan tentang keadaan pasien sebagai manifestasi kelainan
yang berkaitan dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu :2
- Identitas pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga
negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah untuk
data rekam medis.
- Keluhan Utama
Dalam mendapatkan anamnesis dari pasien yang kolaps, penting untuk
menentukan adakah kehilangan kesadaran atau tidak.
Penjelasan terinci mengenai kolaps harus didapatkan dari pasien dan setiap saksi yang
ada.Yang perlu kita tanyakan pada pasien atau saksi mata yang melihat pasien kolaps
adalah :
Kapan dan dimana pasien kolaps?
Apa yang sedang dilakukan pasien?
Apa yang dirasakannya tepat sebelum episode?
Adakah gejala prodromal?
Apakah terjadi setelah berdiri, batuk hebat, mual?
Berapa lama yang dibutuhkan pasien untuk pulih?
Apakah pasien tidak sadar?
Selama berapa lama dia tidak sadar?
Adakah gejala yang menunjukkan kehilangan darah?
Ingatan yang baik mengenai episode tersebut menunjukkan bahwa pasien tidak
mengalami penurunan kesadaran. Cedera yang signifikan menandai tak adanya
peringatan dan seringkali disertai penurunan kesadaran. Adakah gejala lain misalanya
mual, berkeringat, palpitasi, nyeri dada, sesak napas dan sebagainya? Adakah gerakan
konvulsif? Menggigit lidah. Inkontinensia urin?
Carilah observasi terperinci dari saksi mengenai peristiwa sebelum, selama, dan
setelah kolaps, anamnesis yang perlu kita tanyakan adalah
1
Apa warna tubuh pasien sebelum, selama, dan sesudah serangan?
Apakah pasien tampak pucat, kemerahan, kebiruan, berkeringat?
Apakah denyut nadi pasien selama serangan teraba?
- Riwayat Penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit kardiovaskuler, penyakit neurologis? Apakah pasien
menggunakan pacu jantung? Adakah riwayat epilepsy?
- Riwayat pengobatan
Apakah pasien mengkonsumsi obat (khususnya yang menyebabkan
hipotensi)? Apakah pasien peminum alcohol?
- Penyelidikan fungsional
Sangat penting untuk menentukan adanya penyakit kardiovaskular sehingga
harus dilakukan penyelidikan fungsional lengkap untuk mencari gejala seperti
palpitasi, nyeri dada, sesak napas, dan sebagainya.
- Riwayat keluarga
Riwayat kematian mendadak di keluarga bisa menunjukkan adanya sindrom
QT panjang atau kardiomiopati turunan.
Pemeriksaan Fisik2
Gambar 1. Pemeriksaan Kegawatdaruratan Medik
Gasglow Comma ScaleGambar 2. Gasglow Comma Scale
2
Yang perlu diperhatikan saat kita melakukan pemeriksaan fisik pada pasien adalah :
- Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
- Sudahkah pasien pulih sempurna?
- Adakah syok, hipotensi, atau deficit neurologis yang berlanjut?
Selain itu, Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan dengan perhatian khusus pada
denyut nadi, TD termasuk pengukuran postural, adanya murmur jantung, dan setiap
tanda neurologis.
Tabel 1.Dignosis Banding kolaps
Kejang Sinkop vagal Penyebab dari
jantung
Pemicu Tidak ada(cahaya
stroboskopik)
Nyeri, olahraga,
stress berdiri lama
Tidak ada
Gejala
pendahuluan
Adakah aura?
Tidak ada
Berkeringat, mual Tidak ada, nyeri
dada, palpitasi
Selama serangan Gerakan ritmik,
inkontinensi urin,
menggigit lidah
Pucat, jarang
bergerak
Pucat, jarang
bergerak
Setelah serangan Disorientasi,
adakah cedera,
tidak sadar >5
menit, nyeri otot
Jarang cedera Adakah cedera
3
Selain takikardia, temuan Ventikel takikardi umumnya mencerminkan tingkat
ketidakstabilan hemodinamik. Tanda-tanda dibawah ini dapat juga membantu dalam
pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada irama jantung, yaitu
Tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
o Hipotensi
o Hipoksemia
o Distensi vena jugularis
Perubahan status mental
o Kegelisahan
o Agitasi
o Kelesuan
o Koma
Pemeriksaan penunjang1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dari ventrikel takikardi adalah :1
a. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber gangguan irama jantung dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana gangguan irama jantung timbul. Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
d. Scan pencitraan miokard : Dapat menunjukkan area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stress latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan gangguan irama jantung.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan gangguan irama jantung.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.
4
h. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan /meningkatnya gangguan irama jantung.
Laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif, contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus untuk gangguan irama jantung.
Diagnosis3
VT memaksudkan ritme yang lebih cepat dari 100 (atau 120) kali per menit yang
muncul di bagian distal dari berkas His. Ritme dapat muncul dari miokard ventrikel
yang bekerja dan/atau dari sistem konduksi distal. VT dapat dicerminkan pada gejala-
gejala seperti sinkop, palpitasi, dan dispnea. Sering kali, tetapi tidak selalu, VT
berhubungan dengan penyesuaian hemodinamik, khususnya jika ventrikel kiri
terganggu atau denyut jantung cepat. Dengan beberapa pengecualian, VT
dihubungkan dengan peningkatan resiko kematian mendadak. VT pada umumnya
merupakan konsekuensi dari penyakit jantung iskemik atau struktural atau karena
defisiensi elektrolit (hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia). Salah satu
penyebabnya adalah obat-obatan yang memperpanjang kompleks QT seperti
antidisritmia tipe IA, droperidol, dan fenotiazin.
Kriteria Irama sinus normal:
Irama : interval P-P teratur, interval R-R teratur.
Frekuensi : 60 – 100 kali/menit
Gelombang P : normal, setiap P selalu diikuti gelombang QRS, T
Interval PR : normal (0,12 – 0,20 detik)
Kompleks QRS : normal (0,06 – 0,10 detik).
Secara umum aritmia adalah irama yang berasal bukan dari nodus SA, irama yang
tidak teratur sekalipun ia berasal dari nodus SA (misalnya sinus aritmia), frekuensinya
kurang dari 60x/menit (sinus bradikardia) atau lebih dari 100x/menit(sinus
takikardia), serta ada hambatan impuls supra atau intraventrikular. Sehingga jelaslah
bahwa untuk membaca irama jantung, disamping frekuensi dan teratur atau tidaknya,
harus dilihat juga tempat asal (fokus) irama tersebut. Nodus SA merupakan focus
irama jantung yang paling dominan, sehingga pada umumnya irama jantung adalah
irama sinus. Bila nodus SA tidak dapat lagi mendominasi focus lainnya, maka irama
5
jantung akan ditentukan oleh focus lainnya itu. Focus irama ini menjadi dasar dari
klasifikasi aritmia.
Beberapa sifat sistem konduksi jantung dan istilah-istilah yang penting untuk
pemahaman gangguan irama jantung :
- Periode refrakter
Dari awal depolarisasi hingga awal repolarisasi sel-sel miokard tidak dapat
menjawab stimulus baru yang kuat sekalipun. Periode ini disebut periode
refrakter mutlak. Fase selanjutnya hingga hampir akhir repolarisasi, sel-sel
miokard dapat menjawab stimulus yang lebih kuat. Fase ini disebut fase
refrakter relatif.
- Blok
Blok ialah perlambatan atau penghentian penghantaran impuls.
- Pemacu ektopik atau focus ektopik
Pemacu ektopik atau fokis ektopik ialah suatu pemacu atau focus di luar sinus.
Kompleks QRS yang dipacu dari sinus disebut kompleks sinus. Kompleks
QRS yang dipacu dari focus ektopik disebut kompleks ektopik, biasa berupa
kompleks atrial, kompleks penghubung –AV atau kompleks ventricular.
- Konduksi tersembunyi
Hal ini terutama berhubungan dengan simpul AV yaitu suatu impuls yang
melaluinya tak berhasil menembusnya hingga ujung yang lain, tetapi
perubahan-perubahan akibat konduksi ini tetap terjadi, yaitu terutama
mengenai periode refrakter.
- Re-entri.
Suatu keadaan dimana suatu impulas yang sudah keluar dari suatu jalur
konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur semula. Dengan
demikian bagian miokard yang bersangkutan mengalami depolarisasi
berulang.
- Mekanisme lolos.
Suatu kompleks lolos ialah kompleks ektopik yang timbul karena
terlambatnya impuls yang datang dari arah atas. Kompleks lolos paling sering
timbul di daerah penghubung AV dan ventrikel, jarang di atria. Jelas bahwa
mekanisme lolos ialah suatu mekanisme penyelamatan system konduksi
jantung agar jantung tetap berdenyut meskipun ada gangguan datangnya
impuls dari atas.
6
Klasifikasi aritmia4
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
1. Gangguan pembentukan impuls
Gangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang
terbentuk secara aktif sering menimbulkan gangguan irama ektopik, dan bila
terbentuk secara pasif seringmenimbulkan irama lolos.
Gangguan pembentukan impuls meliputi:
Gangguan pembentukan impuls di sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
Pembentukan impuls di atria
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Gelepar atrial
4. Fibrilasi atrial
5. Pemacu kelana atrial
Pembentukan impuls di penghubung AV (Aritmia penghubung)
1. Ekstrasistol penghubung
2. Takikardia penghubung
3. Irama lolos penghubung
Pembentukan impuls di ventrikel (Aritmia Ventrikuler)
1. Ekstrasistol ventrikuler(denyut ventrikel prematur)
Secara umum, ekstrasistol yang sering terjadi tetapi tidak berlandaskan
penyakit jantung tertentu, prognosisnya baik dan risiko kematian mendadak
kecil.
2. Takikardia ventrikuler
Disebut takikardia ventrikel bila dijumpai 3 atau lebih ekstrasistol ventrikel
berturut-turut (denyut nadi >100 /menit)
3. Gelepar ventrikuler
4. Fibrilasi ventrikuler
7
5. Henti ventrikuler
6. Irama lolos ventrikuler
Gangguan Penghantaran Impuls
Kelainan irama jantung yang disebabkan oleh hambatan pada hantaran
(konduksi) aliran impuls disebut blok.
Gangguan penghantaran impuls meliputi:
a. Blok sino-atrial
b. Blok atrio-ventrikuler
c. Blok intraventrikuler
Berdasarkan keparahannya
a. Aritmia minor – tidak memerlukan penanganan segera dan umumnya tidak
mempengaruhi sirkulasi. Mereka hanya mencerminkan iritabilitas dari
jantung.
b. Aritmia major – mengurangi efisiensi dari jantung atau tanda dari ancaman
bahaya dan memerlukan pengobatan yang cepat.
c. Aritmia yang mematikan atau lethal arrhythmias- memerlukan resusitasi
segera untuk mencegah ancaman kematian seperti ventrikel takikardia,
ventrikel fibrilasi, ventrikuler asistol, Pulseless Electrical Activity(PEA),
Torsade de Pointes
Untuk memudahkan penilaian klinis, aritmia dapat dibagi menjadi:
a. Takiaritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel > 100 /menit
b. Bradiaritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel < 60/menit.
Kepastian diagnosis Vetrikel Takikardi 1
Dengan melakukan pemeriksaan EKG dengan gambaran sebagai berikut;
Durasi dan morfologi kompleks QRS,
pada VT urutan aktivasi tidak mengikuti arah konduksi normal sehingga
bentuk kompleks QRS menjadi panjang (biasanya lebih dari 0,12 s). pedoman
umum yang berlaku adalah semakin lebar kompleks QRS semakin besar
kemungkinannya suatu VT, khususnya bila lebih dari 0,16 s. pengecualian
adalah VT yang berasal dari fasikel posterior berkas cabang kiri (idiophatic
8
left ventricular tachycardia) yng memiliki kompleks QRS <0,12 s karena
padaVT jenis ini lokasi reentry dekat dengan septum interventrikel seperti
konduksi normal.
Morfologi kompleks QRS bergantung pada asal focus VT. Bila berasal dari
ventrikel kanan akan memberikan gambaran morfologi blok berkas cabang
kiri (left bundle block morphology) dan jika berasal dri ventrikel kiri akan
menunjukkan gambaran blok berkas cabang kanan (Right bundle brnch block
morphology). Kalau morfologi QRS adalah RBBB maka takikardi adalah VT
jika morfologi kompleks QRS adalah monomorfik atau bifasik. Jika morfologi
QRS adalah LBBB maka akan menguatkan diagnosis VT jika adanya takik
gelombang S atau nadir S lambat >70 milidetik.
Laju dan irama,
laju VT berkisar antara 120-300 kali permenit dengan irama yang teratur atau
hampir teratur (variasi antardenyut adalah <0,04 s). jika takikardia disertai
irama yang tidak teratur maka harus dipikirkan adanya AF dengan konduksi
aberan atau preeksitasi.
Aksis kompleks QRS,
aksis kompleks QRS tidak hanya penting untuk diagnosis tapi juga untuk
menentukan asal focus. Adanya perubahan ksis lebih dari 40 derajat baik ke
kiri maupun ke kanan umumnya adalah VT. Kompleks QRS pada sadapan
aVR berada pada posis -210 derajat dengan kompleks QRS negative. Bila
kompleks QRS menjadi positif saat takikardia sangat menyokong adanya VT
yang berasal dari apeks mengarah ke bagian basal ventrikel. Aksis ke superior
pada takikardia QRS lebar dengan morfologi RBBB sangat menyokong ke
arah VT. Adanya takikardia QRS lebar dengan aksis inferior dan morfologi
LBBB mendukung adanya VT yang berasal dari right ventricular outflow
track.
Disosiasi antara atrium dan ventrikel, pada VT nodus sinus terus
memberikan impuls secara bebas tanpa ada hubungan dengan aktivitas
ventrikel sehingga gelombang P yang muncul tidak berkaitan dengan
kompleks QRS. Adanya disosiasi AV sangat khas untuk VT walaupun adanya
asosiasi AV belum dapat menyingkirkn VT. Secara klinis disosiasi AV dapat
dikenal dengan adanya variasi bunyi jantung satu dan variasi TDS.
9
Capture beat dan fusion beat, kadang-kadang saat berlangsungnya VT,
impuls dari atrium dapat mendepolarisasi ventrikel melalui system konduksi
normal sehingga memunculkan kompleks QRSyang lebih awal dengan ukuran
normal (sempit). Keadaan ini disebut capture beat. Fusion beat terjadi bila
impuls dari nodus sinus dihantarkan ke ventrikel melalui nodus
atrioventrikular dan bergabung dengan impuls dari ventrikel.
Capture beat dan fusion beat jarang ditemukan dan sangat khas untuk VT .
Konfigurasi kompleks QRS, adanya kesesuaian dari kompleks QRS pada
sadapan dada sangat menyokong diagnosis VT. Kesesuaian positif kompleks
QRS pada sadapan dada dominan positif menunjukkan asal focus takikardi
dari dinding posterior ventrikel. Kesesuaian negative kompleks QRS pada
sadapan dada negative menunjukkan asal focus dari dinding anterior ventrikel.
Penting diingat untuk selalu membuat EKG lengkap 12 sadapan saat dan sesudah
takikardia
Etiologi4
Penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah sebagai berikut :
- Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi.
Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediator-
mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran
impuls
- Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah
yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi
koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan penghantaran impuls.
- Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat
anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung.
Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan irama jantung.
- Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium
menentukan potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas
10
terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot jantung akan
memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
- Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat
memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara
meninggikan konduktansi ion kalium.
- Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas
simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan depolarisasi spontan.
- Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan
sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
- Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana
jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Pada
gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat
muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
- Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai
dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus
ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
- Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel
otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung
pun terganggu.
Penyebab dari ventrikel takikardia adalah biasanya berasosiasi dengan kelainan pada
jantung, yang meliputi:
Penyakit jantung koroner
Kardiomiopati
Prolaps katup mitral
Kelainan pada katup jantung
Penyebab lain dari ventrikel takikardia adalah :
Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh lainnya)
Medikasi/obat-obatan seperti digitalis dan obat antiaritmia
Perubahan postur, exercise, emosional (stress) atau stimulasi vagal.
Klasifikasi Ventrikel Takikardi5
Secara umum Ventrikel Takikardi dapat dibagi menjadi :
11
VT monomorfik
VT monomorfik memiliki kompleks QRS yang sama pada tiap denyutan dan
menandakan adanya depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama. Umumya
disebabkan oleh adanya focus atau substrat aritmia yang mudah dieliminasi
dengan teknik ablasi kateter.
Gambar. Monomorfik tachycardia ventrikel
VT polimorfik
VT polimorfik ditandai dengan adanya kompleks QRS yang bervariasi dan
menunjukkan adanyaurutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat.
Biasanya VT ini berkaitan dengan jaringan parut (scar tissue) akibat infark
miokard (ischemic VT).
Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila
kurang dari 30 detik disebut non sustained.
Berdasarkan etiologi VT dikelompokkan menjadi:
1. VT idiopatik
- VT idiopatik alur keluar ventrikel kanan: merupakan 90 % dari VT idiopatik.
Pasien umunya adalah perempuan muda. VT dapat dicetuskan oleh
ketegangan , emosi dan aktivitas fisik. Gambaran EKG menunjukkan suatu
takikardia dengan kompleks QRS lebar, morfologi kompleks QRS LBBB pada
sadapan V1, dengan aksis kompleks QRS kea rah inferior atau normal.
Umumnya VT jenis ini disebabkan oleh proses automatisasi, trigerred activity,
dan takikardi dengan perantaraan siklik AMP yang dirangsang oleh saraf
adrenergic dan sensitive terhadap peningkatan kalsium intrasel. Oleh karena
itu dapat diberikan pengobatan dengan calcium channel blocker seperti
verapamil. Sedangkan pda VT jenis lain, obat ini adalah kontraindikasi.
Karena salah satu jenis VT ini dicetuskan oleh latihan/exercise maka bisa juga
diberika B blocker. Dapat diberikan metoprolol sampai dosis maksimal
12
2/100mg/hari. Bila pasien masih bergejala maka dapat diberikan terapi
definitive dengan ablasi kateter
- VT idiopatik ventrikel kiri: istilah lain untu kVT jenis ini adalah takikardi
fasikular karena adanya proses reentry pada fasikel anterior dan posterior
sebagai penyebab takikardi. Umunya diderita pada usia muda. Pada rekaman
EKG permukaan terlihat takikardia dengan morfologi kompleks QRS
berbentuk blok RBBB, dengan aksis superior. Kompleks QRS tidak begitu
lebar karena focus takikardi dekat dengan septum (lokasi jaringan konduksi
normal). Terapi yang diberikan adalah verapamil, adenosi, propanolol. Bila
gagal dapat dilakukan eliminasi dengan ablasi kateter.
2. VT pada kardiomiopati dilatasi non iskemia
- Bundle branch reentrant VT: VT jenis ini ditemukan sekitar 40% pada pasien
kardiomiopati dilatasi idiopatik (noniskemia) dan 6 % dri seluruh jenis VT
yang dirujuk ke lab elektrofisiologi. Secara klinis, VT jenis ini berbahaya
sehingga menyebabkan sinkop atau henti jantung. Takikardia dapat
dihilangkan dengan melakukan ablasi kateter
- Arrhytmogenic right ventricular dysplasia ( ARVD): kelainan ini sangat
jarang, biasanya diderita oleh kelompok usia muda, dimana terdapat infiltrasi
lemak dan jaringan paru pada miokard ventrikel kanan. Karakteristiknya
adalah kompleks QRS dengan morfologi blok berkas. Tatalaksan jenis VT ini
adalah ICD (implantable cardioverter defibrilator) yang efektif mencegah
kematian jantung mendadak.
- VT ischemia: disebabkan oleh penyakit jantung koroner seprti infark miokard
akut. Secara prognostic VT jenis ini sangat penting karena dapat menyebabkan
kemtian jantung mendadak. VT iskemia terjadi karena adanya reentry akibat
adanya jaringan parut disekitar jaringan sehat. Secara umu, semakin luas
jaringan infark semakin besar peluang terjadi reentry. VT iskemia cenderung
bersifat fatal karena dapat berdegenersi menjadi FV dan kematian mendadak.
Terapi VT iskemia umumnya adalah menggunakan obat-obatan.
Patofisiologi
Ada beberapa mekanisme terjadinya aritmia ventrikel, yaitu:
13
Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial
aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya
tercetus pada keadaan infark miokrd akut, gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa dan tonus adrenergic yang tinggi
Reentry merupakan mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dilatasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard
yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk
terbentuknya sirkui reentry. Bila sirkui ini sudah terbentuk maka eritmia
ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian
mendadak.
Triggered activity memiliki gambaran capuran dari kedua mekanisme diatas.
Mekanismenya adalah adanya kebocoran ion positif ked lam sel sehingga terjadi
lonjakan potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari potensial aksi jantung.
Gejala klinis
Pasien dengan VT dapat menunjukkan manifestasi klinik yang merupakan dampak
dari gangguan hemodinamik yang signifikan dan aritmia yang terjadi yaitu berupa
dispneu, angina, hipotensi, oliguria, dan sinkop.
Jika laju ventrikel <160/menit, pasien mungkin tidak menunjukkan gejala atau gejala
yang ringan seperti kelelahan dan pusing. Simptom yang berat terjadi saat diakibatkan
oleh infark miokard
Penatalaksanaan6
Pada prinsipnya, terapi bertujuan untuk :
a. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Penatalaksanaan pada keadaan akut
Bila keadaan hemodinamik stabil, terminasi VT dilakukan dengan pemberian obat-
obatan secara intravena seperti amiodaron, lidokain, dan prokaiamid. Dua obat yang
pertama tersedia di Indonesia. Amiodaron dan prokainamid lebih unggul daripada
lidokain.
14
Amiodaron dapat diberikan dengan dosis pembebanan (loading dose) 15 mg/menit
diberikan dalam 10 menit dan diikuti dengan infuse kontinu 1 mg/menit selama 6 jam,
dan dosis pemeliharaan 0,5 mg/menit dalam 18 jam berikutnya.
Bila gagal dengan obat, dilakukan kardioversi elektrik yang dapat dimulai dengan
energy rendah (10 J dan 50 J).
Dalam tatalaksana akut perlu dicari factor penyebab yang dapat dikoreksi seperti
iskemia, gangguan elektrolit, hkpotensi dan asidosis.
Bila keadaan hemodinamik tidak stabil (hipotensi, syok angina, gagal jantung, dn
gejala hipoperfusi otak) maka pilihan pertama dalah kardioversi elektrik.
Penatalaksanaan Jangka panjang
Tujuan terapi jangka panjang adalah mencegah kematian mendadak. Pada pasien
dengan VT non sustained dan bergejala dapat diberikan B blocker. Bila tidak efektiv
dapt diberikan sotalol dan amiodaron.
Pada pasien dengan riwayat infark miokard akut dan penurunan fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi,35 %), terdapat VT yang dapat dicetuskan dan tidak dapat dihilangkan
dengan menggunkan obat-obatan, maka ICD lebih unggul dalam menurunkan
mortalitas.
Untuk penceghan sekunder kematian mendadak (pasien yang berhasil diselamatkan
dari aritmia fatal) pada pasien pasca IMA dengan penurunan fungsi ventrikel kiri,
ICD telah terbukti lebih unggul daripada amiodaron.
Bantuan hidup lanjutan7
Bila RJP dilakukan di rumah sakit, maneuver BLS biasanya tumpang
tindih dengan bantuan hidup lanjutan (Advanced life support). Tatalaksana ALS dapat
dibagi menjadi tiga tahap: 1. Resuitasi pasien dengan mengembalikan pasokan darah
yang cukup teroksigenasi ke organ vital dengan melakukan kompresi dada dan
bantuan ventilasi udara pernapasan. 2) Restorasi curah jantung spontan, biasanya
dengan defribilasi. 3) Telaah kemungkinan penyebab henti jantung dan pemeriksaan
lebih lanjut yang mungkin diperlukan.
Ventilasi: prinsip untuk menjamin dan memeprtahankan saluran napas
dan ventilasi sama seperti BLS, namun pasien harus diintubasi dengan tabung
endotrakeal bila mungkin. Idealnya dilakukan intubasi namun masker saluran napas
15
laryngeal merupakan alternative yang dengan mudah dapat digunakan. Intubasi hanya
boleh dilakukan oleh orang yang kompeten, jika tidak akan menyebabkan kehilangan
waktu vital dan peningkatan hipokalsemia. Pada keadaan ini pasien lebih baik
mendapat ventilasi udara pernapasan efektif. Jika dilakuakn intubasi, ventilasi adekuat
kedua paru harus dikonfirmasi dengan stetoskop. Selama henti jantung dan resusitasi,
terjadi perubahan karakteristk paru karena peningkatan ruang rugi dan edema paru
yang akan menurunkan komplians paru.
Algoritma Resusitasi8
Algoritme Ventrikel Fibrilasi dan Ventrikel Tachicardia tanpa nadi
1. pendekatan Umum
2. Gambaran Ventrikel Fibrilasi / Ventrikel tachycardia tanpa nadi
3. Lakukan Defibrilasi 360 joule untuk Monophasic / 250 joule untuk Biphasic, kaji
irama setelah dilakukan defibrilasi, bila irama menetap
4. Lakukan Resusitasi jantung paru, berikan Epineprin 1 mg IV bisa di ulang 3 – 5
menit / Vasopresin 40 unit IV dosis tunggal,kaji irama bila irama menetap
5. Lakukan kembali Defibrilasi 360 joule untuk Monophasic / 250 joule untuk
Biphasic, kaji irama setelah dilakukan defibrilasi, bila irama menetap
6. Lakukan kembali Resusitasi Jantung Paru, berikan Epineprin 1 mg IV, kaji irama
bila tetap
7. Lakukan kembali Defibrilasi 360 joule untuk Monophasic / 250 joule untuk
Biphasic, kaji irama setelah dilakukan defibrilasi, bila irama menetap
8. Lakukan kembali Resusitasi Jantung Paru, pertimbangkan pemberian Amiodaron
300 mg bolus IV lambat, dapat diulang dengan dosis 150 mg.
Algoritme Ventrikel Tachicardia Ada nadi
1. Gambaran Ventrikel Tachicardia ada nadi.
2. Cek, tekanan darah,
3. Jika tekanan darah Stabil dan irama VT single QRS berikan amiodaron 150 mg IV
diberikan dalam 10 menit bisa di ulang 2 kali pemberian
4. Jika tekanan darah stabil dan irama VT polymorpic lakukan konsultasi kepada yang
lebih ahli ada kemungkinan koreksi magnesium atau abnormalitas elektrolit
5. Jika tekanan darah tidak stabil dan VT bukan polymorpic lakukan cardiovert mulai
100 – 200 – 300 – 360 Joule yang sebelumnya pasien diberikan sedasi bilamana
16
sadar, bila gambaran tetap berikan amiodaron 150 mg IV dalam 10 menit, gambaran
tetap berikan kembali cardiovert 360 joule.
Pencegahan1
Terapi farmakologi dapat mencegah terjadinya rekurensi. Menurut kardioversi, pasien
harus diberikan profilaksis lidokain intravena, 1-4 mg/menit, namun jika tidak efektif
harus diberikan suplemen dengan kuinidin 0,2-0,6 g peroral 3-5 kali/hari, atau
prokainamid 250-500mg peroral setiap 4 jam. Yang perlu diingat bahwa harus
dihindari penggunaan lidokain dosis besar selama periode yang lama karena dapat
menyebabkan penglihatan kabur, pusing, dan excitement.5
Prognosis1
Ventrikel takikardi/fibrilasi merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak.
Adanya gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin, merupakan penentu
prognosis terpenting. Pingsan akibat ventrikel takikardi biasanya memiliki prognosis
yang buruk.
PenutupPasien dengan penurunan kesadaran dan memiliki riwayat serangan jantung menderita
ventrikel takikardia. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang perlu diperhatikan dengan seksama untuk
mengetahui penyebab penurunan kesadaran pada pasien. Pada kasus ini diagnosis
pasti ditegakkan dengan gambaran EKG pada 12 sadapan.
Ventrikel takikardia merupakan suatu aritmia pada ventrikel yang mengakibatkan
volume sekuncup berkurang bahkan tidak ada akibat kecepatan denyut ventrikel yang
cepat yaitu 160-250 kali/menit. VT adalah duatu keadaan gawat darurat karena kapan
saja bisa terjadi mati mendadak pada pasien yang menderitanya terutama pada pasien
dengan berbagai penyakit jantung yang menyertainya seperti infark miokard. Oleh
karena itu tindakan pengobatan pada pasien VT adalah dengan medikamentosa, ablasi
kateter, dan ICD.
17
Daftar Pustaka
18