VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

27
rssN 18s8 - 3636 VOLUME 02 NOMOR 02 MEI AGUSTUS 2006,95 196 IDENELITIAN 1ffi, ffiffiffiffiffi i l:,.- ,+ji. , _ Str ',tr Lingkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan ,; i'...r,', ,, '* Kandunga Mineral dan Maseral Daerah Gattareng ;'l : ,,'13.:: Soppeng, Sutawesi Selatan '"' *ffi -?rl* Irzal Nur, H.Djamaluddin < - :. Metode Geolistrik Di Daerah Buttu Banato ir:i:+ Kecamatan Tapango Kabupaten Polman .'l'1- Provinsi Sulawesi Barat l ;. :'' )i, ,. Mineragrafi Kromit Pada Daerah Jempulu Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan - Ulva Ria ldan, Ratna HL, Yanny -'o Evaluasi Geokimia dan Striping Rasio Tambang Sebagai Koreksi Cadangan Terkira Pada Endapan Besi Daerah Tapango Kabupaten Polman Provinsi Sulawesi Barat Adi Tonggiro < Alterasi dan Mineralisasi Daerah Bakan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Gorontalo - $ufli3din, Ulva Ria Irfan .--o The Occurance Of Melange In Bantimala Area South Sulawesi Adi Maulana -<

Transcript of VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

Page 1: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

rssN 18s8 - 3636VOLUME 02 NOMOR 02

MEI AGUSTUS 2006,95 196

IDENELITIAN1ffi, ffiffiffiffiffii

l:,.- ,+ji. , _ Str ',tr Lingkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan,; i'...r,', ,, '* Kandunga Mineral dan Maseral Daerah Gattareng;'l : ,,'13.:: Soppeng, Sutawesi Selatan

'"' *ffi -?rl* Irzal Nur, H.Djamaluddin <- :. Metode Geolistrik Di Daerah Buttu Banatoir:i:+ Kecamatan Tapango Kabupaten Polman.'l'1- Provinsi Sulawesi Baratl ;. :'')i, ,.

Mineragrafi Kromit Pada Daerah JempuluKecamatan Pujananting Kabupaten Barru

Provinsi Sulawesi Selatan

- Ulva Ria ldan, Ratna HL, Yanny -'o

Evaluasi Geokimia dan Striping Rasio TambangSebagai Koreksi Cadangan Terkira Pada

Endapan Besi Daerah Tapango KabupatenPolman Provinsi Sulawesi Barat

Adi Tonggiro <Alterasi dan Mineralisasi Daerah Bakan

Kecamatan Lolayan Kabupaten BolaangMongondow Provinsi Gorontalo

- $ufli3din, Ulva Ria Irfan .--oThe Occurance Of Melange In

Bantimala Area South SulawesiAdi Maulana -<

Page 2: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

JURNAL PEHELITIAH

GEOSAil NSUMK ffiUOO T'NTVBSITAS HA$ITfl'IIII{

lssN 1858 - 3636Volume 02, Nomor02, Mei - Agustus 2006

Penanggung JawabKetua Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

PlmPinan RedaksiSultan, ST. MT.

SekretarisAsriJaYa HS, ST. MT.

Egota Redaksi

V.Inal Nur, MT.

r Afrnuddin, ST'MGIS

r.rth Farida, ST'['{T.iTonggiro, ST.MT.

k grfriadin, MT.

Itewan Redaksi

Pembantu Umum

Asran Illyas, ST. MT.

Nuhibuddin, sr,Msc.Hendra Fahri, ST.

AdiMaulana, ST.

Purwanto, ST.

Mitra Bestari

}adangAchmadSuriamiharjaDr.Ir._AndangBahtiar,MSC.(IAGI)Dr.lr: H. Haruna Mappa Dr'Ir' Haryadi Permana (uPI)

;s"fri Burhanuddin, DEA'. Dr.Ir. Bambang priadi(rrB)-grdiAo.n*anto,MSc.Dr'DarhartaDahrin(ITB)

Dr.Ir. A.M. Imran

Alamat Surat :

*i lumal Penelitian Geosains Jurusan Teknik Geologi UNHAS

,,En rumik Geologi FT-UH, Kampus universitas Hasanuddin

tp"'inu'KemerdekaanKM.IO,TamalanreMakassar90245Propinsi SulawesFSelatan. Tel p/Fax : 624 1 1-5 80202,

Email : sultan [email protected] ; irzal nur@yahoo'com- nef aanf : llandiri Cab. UNHAS : 152-H0496231-8

Atas Nama : Meutia Farida, ST' MT'

Page 3: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

JUR}IAL Pffiffiffi&*TIAH

GEOSAil NSIBEffi (ffiO(il I'NIVBSTAS IASANUII)IN

tssN 1858'3636Volume 02, Nomor 02, Mei - Agustus 2006

DAFTAR ISI

r Redaksi

ngkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan

rr Mineral dan Maseml Daerah Gattareng

, grlawesi Selatan

; H. Djamaluddin./'----(gs - rts -l

_*-el

i Elijih Besi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

h Buttu Banato Kecamatan Tapango, Kabupatenrrorrinsi Sulawesi Bamt

dpt,lamalRauf

fr Kromit Pada Daerah Jempulu Kecamatan

ip lGbupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan

Irfan, Rahta Hl YannY -.

Geokimh dan Striping Rasio Tambang Sebagai

Hangan Terkira Pada Endapan Besi Daerah

I tGbtrpaten Polman Provinsi Sulawei Barat

Frofur Mineralisasi Daerah Bakan Kecamatan Lolayan

en Bolaang Mongondow Provinsi Gorontalo

+ llw Rb lrfan

119 - 134

135 - 152

153 - L72

173 - 186

IrirflcihresibD

of Melange in Bantimala Area

187 - L96

Page 4: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

-

,, sTUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA

gTNOISNNKAN KANDUNGAN MINERAL DAN MASERAL

;FIiAi GATTARENG SoPPENG, sut-AwEsr SELATAN

t/ to"l Nur 1) dan H' Djamatuddin 2)

ABSTRACT

The research aim to interprete depositional environment of coal in

Gattareng Area, Soppenl'n"g"nty' on the ,base

of mineral and

ffii -*nt"n! rid, i"sutti of petrosraphy analvsis- ytthqtapdied is inductive method, by com-bining resutts from desk study'

HiJ *uav, ano tauoraiorv lnivss' Reseirch, results indicating that

F;iil ,"h0", oi pfattawa Formation which is (15-90) cm. in

iliJutlr"ly northepst-souttreast strike'( 1 5- 1 8)o dip' Macroscopicly

;;';"1 it duil coal - ;t;; coal types' and microscopicly consist of

;*"; in",ti"it", ana e'inite/tintinite macglals; and clay' p-yrirc'. and

-rO""Jt" minerai matters' fypq ol microlithotype are clarite' vitrite'

drrodarite, vitrinertite, and clarodurite'gased on the mineiat mattert by considering their shapel

&ibution,anacontents,itcan-beinterpretedthatdepositionalernrironment or $,e coai'il research area is brackish condition; while

based on the microlithJtyp"t, it in limno-telmatic environment' which

16" inie*"Oiate of telmatic and limnic condition'

This environment is ii"'Sif affected by tidal' Factors caused the

rdatively thin of tn" .*iiiir,e unstable condition of the depositional

eruironmen! anO typls of plants formed the coal which are

dorninated bY bush and clumP'

Ieyvrords : C-oal, minenls, maceral' Gatbreng' microlithotype'

r) Den Tetap pada Program Studi Teknik Pertambanan' Fakultas Teknik UNHAS

D Een Tetap pada Program Studi Teknik Geotogi, Fakultas Teknik UNHAS

?ETDAHULUAN

Kebutuhan akan bahan bakar energi dari tahun ke tahun

tErus rnengalami peningkatan, sedangkan ketersediaan bahan

Utu, "*rgi terutama minyaf dan gasbumi semakin menurun'

lt*uk mengantisipasi hal iersebut, maka perlu adanya energi

&ira* di-luar minyak dan gasbumi yang mampu menyangga

t-,Li{,l'lglPeueIldapanftri(ubaraBerdasa*anKandunganldinemt,...'(lrzalNuri95

/

Page 5: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

kebutuhanenergiduniasaatini,DilndonesiabatubarasebalOiftun bakar fosil, dari segi cadangan, berpotensi besar sebat

-bahae hakar alterrlatif

Peranan batubara sebagai sumber energi altenr

pengganti minyak dan gasbumi tt'lhl besar, terutama der4

menlilgratnyu'p"rounf,rnan di segala .bidang vang mgmerlul

bahan bakar energi Lperi pembangkit tenaga listrik' pd

semen, industri metalurgi, rumah tangga, dan bidang indu

lainnya. eenggunaan-Gt"ubu. memberi andil yang U"ft Ppeningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional'

Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap batuba3

Sulawesi Selatan, uuif kanngun akademisi maupun ry"!"t'lokal dan asing untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatam

Sebagian besai penelitian tersebui menltikberatkan pada qirufitit, seperti kadar kalori, kandungan sulfur dan abunya qaspek geologi seperti posisi stratigrafi, sebaran' serta kdt

struhur geologinya. saLn satu aspek yang juga penup dd

meneliti 6nOapan- batubara, adalah lingkungan pengendaparr

karena lingkungan p"ng"nOupun ini berhubungan erat den

variasi feteUalan lapisan- Uatubara serta tinggi-rendahnya h'dbatubara dari segi kandungan abu dan sulfurnya'

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian geologi' k'-Fdan kualitas batubara sangat dipengaruhi oleh cekungan En

ieiUentufnya abu lingkungan pengendapannya' Kondisi dan

lingkungan pengendafian iii memberikan karakteristik yang ld

;"k;# di [anoun'gan mineral mattermaupun maseral &batubara tersebut, serta. variasi ketebalan endapannya'

Secara administratif daerah peneliUan terletak di tt'it

Desa Gattareng, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Sopp

Provinsi sulawesi selatan (lihat Gambar 1). Dari Peta Topq

(Peta Rupabumi) Skala 1 : 50'000 yang diterbitlan .

BAKOSURTANALedisiItahunlggl,daerahinitermasukdLembar Lalebata dengan batas-batas koordinat 04o321I

04"33'00' Lintang Selitan dan 119o47'00' - 119o51'00' E

Tlmur. Daerah ini terletak di sebelah utara Kota Plala

Oengan jarak * 135 km, yang dapat dicapai dengan kerda

rodJempat melaluiialan poros Makassar - Barru - Soppengt

96 Jumat Penetitian Gewins, Vofime 02, Nonpr 02, Mei - AguSus 2000 (

Page 6: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

b Ho Fqrdb 1610 b4den5d kysHGxdrlsS(€d

Eembar 1. Peta lokasi penelitian Lingkungan Pengendapan Batubara di

Daerah Gattareng, Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan"

ETODE PENELTTIAN

L Pengambilan Data LaPangan

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan

pqrambilan sampel langsung di lapangan yang kemudian

&ralisis di laboratorium.

Tdlap pergumpulan data yang telah dilakukan, adalah :

{ 0

ltE

li -ryt;r1a ?apendapan Batubara Berdasarkan Kandungan Mineral" "'' ( lzal Nur ) 97

Page 7: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

a) Survey ttniau (quick survefl; mengelilingi daerah ptqryuntuk mengetahui batas-batas sebaran batubara secara lebih

akura! untuk pengukuran dan pengambiian sampei'

b) Sampling dan pengambilan data; pada setiap .-stasiun'' dilakuka-n kegiatan pengamatan dan pengukuran, meliputi :

. Pengamatan kondisi morfologi, vegetasi, dan singkapan

batuan dan singkaPan batubara.

. Pengukurah ketebalan lapisan batubara sampai batas/levd

tere-nOan di permukaan, pengukuran kedudukan perlapisan

batubara (strike/dip), pengukuran panjang penyebaran

lateral batubara yang tersingkap di lapangan, pembuata. n

tespit(sumur uji)'serta deskripsi dan pengambilan sam @'. Pengambilan sampel batubara dilakukan dengan meto&

alui(channeD pty Oy pty (lapis;arn perlapisan) berdasadst

perbedaan sifat fisiknya secara makroskopis'

. Pengambilan sketsa/ foto singkapan serta datadata

pendukung lainnYa'

c) Setelah melakukan pengukuran dan pengambilan data pada

stasiunl testpit pertama, Ailanjutkan dengan pengukuran dan

pengambilan data pada stasiunltatpit selanjutnya' dan

ietetusnya hingga keseluruhan areal penelitian ter-olasecara rePresentatif.

2. Kegiatan laboratorium

Sampel batubara yang diperoleh dari lapangan selanjutryt

diolah di iaboratorium dengan metode &n tahapan sebaga

berikut (sebagian kegiatan laboratorium ini, di samping dilakulodi laboratorium mineral optik Jurusan Teknik Geologi universita

Hasanuddin, juga dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dal

Pengembangan Geologi Bandung):

1) Pencucian samPelmaterial pengotor.

untuk membersihkannya dari materid

2) Prepamsi sampel, dilakukan dengan membuat pllet atal' pii5nA sstion da6 contoh batubara untuk diidentifikasi d'bawah

mikroskop. Identifikasi maseral dilakukan secripetrografis menggunakan mikroskop refleksi (pantul) denga

Jumat Penelitian Geosar:ns, Volume 02, Nomor 02, Mei - Agustus 20A6' !fi - tl

Page 8: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

I

metode white tight dan flourescence. White light (sinar

langsung) digunakan untuk mengidentifikasi kelompok

inaseral vitrinite dan inertitnite, sedangkan flucrescence

digunakan untuk mengidentifikasi kelompok maseral

PJngamatan dilakukan pada sejumlah (ratusan titik) pada

*li polished section dan selanjutnya dipersentasikan'

,) Hal yang sama akan dilakukan untuk indentifikasi kandungan' minerall mineral mattefs, baik mineral lempung, mineral pirit

maupun mineral karbonat.

3" Pengolahan/Analisis Data

pada tahap ini dilakukan analisis terhadap datadata hasil

pengamatan petrografis, baik dari kandungan mineral matter

[Uripung, piri! karbon, dan lain) maupun maseralnya, meliputi:

r penentuan persentasi maseral dalam batubara dengan terlebih

dahulu mengurangi kandungan mineralnya'

I pembuatan tabel distribusi mineral-mineral yang terkandung

dalam batubara berdasarkan urutan vertikal dari lapisannya.

. penentuan mikrolitotipe batubara berdasarkan maseral,

menggunakan diagram klasifikasi microlitotype (ICCP, 1963 &

Stac[;1982 dalam Bustin et al, l9B3; Gambar 2)

o Penentuan lingkungan pengendapan batubara dengan cara

memplottipe-tipemikrolitotipekedalamdiagramMarchioni.

HITERAL }IATTE& MASERAL DAN MIKROLITOTIPE

BATUBARA

Batubara (coat1 adalah batuan yang mudah atau bisa

Erbakar (combustibte) yang mengandung lebih dari 50o/o berat

dan lebih'd ari 7ao/o volume material karbonat termasuk inherent

firiiurenYa,Yangterbentukakibatkompaksidanindurasiberbagai jenis sisa lapukan tumbuhan, yang sama dengan yang

rurf.tfortig dalam gambut (Bates & Jackson, 1980)' Proses

pnUut Outuun (coatification) adalah perkembangan gambut-(Ffl menjadi iignit, sub-bituminous dan bituminous coal,

nettiaOi antrasit dan meta-antrasit (Diessel, 1992)'

5Li$ttgrPengendapan Muban Betdasartan Kaflungan MineraL' "'' ( lzal Nur ) 99

Page 9: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

Mineral matter pada batubara dapat diartikan sebagaimineraFmineral dan material an-organik lainnya yang berasosiasi

dengan tratubara Otr4ard, 1986 dalam Iaylor, 199s). Secara

keseluruhan mencakup tiga golongan material yaitu :

r Mineral bentuk partikel diskrit dan kristalin pada batubara. Unsurl senyawa anorganik yang terikat dengan molekul organik

batubara, biasanya tidak termasuk unsur nitrogen dan sulfur. Senyawa anorganik yang larut dalam air pori batubara dan air

permukaan.

Mineral matter pada batubara dapat berasal dari unsur an-organik pada tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara atau

disebut inherent mineral, serta mineral yang berasal dari luar

rawa atau endapan yang kemudian tertransportasi ke dalam

cekungan pengendapan batubara melalui air atau angin yargdisebut utragenuus ata,u adventitious mineml matter (Falcon

and Synman, 1986 dalam Diessel, 1992).

Berdasarkan episode pembentukannya, Mackowsky, 1982

(dalam Taylor, 1998), membagi mineral matter menjadi dua ;

o Syngenetic (primary) mineral matter adalah mineral yargterbentuk pada tahap akumulasi gambut hingga tahap awalpembatubaraan. Mineral syngenetic dapat terbentuk se@aidetrital maupun authigenic Umumnya mineral-mineral inimempunyai ukuran butir lebih kecil dari mineral epigenett&ntersebar secara merata pada batubara.

. Epygenetic (*condary) mineral matter adalah mineralyang terbentuk pada tahap akhir pembatubaraan, setelahkompaksi. Umumnya mineral epigenetic terdapat seba$timaterial pengisicelah rekahan dan kekar pada batubara.

Mineral dalam batubara dapat dibedakan berdasarkan aEkelimpahannya, yang terdiriatas mineral utama (maior minem6l,mineral tambahan (minor minerals) dan mineral jejak (treminerals). Renton, 1982 (dalam Diessell, 1992) menggolongkanmineral utama jika kadarnya >10o/o berat mineral tambahan (1-l})o/o, dan mineraljejak <1olo berat. Mineral lempung dan kuarsaumumnya termasuk mineral utama, sedangkan mineral minayang umum adalah karbonat, sulfida dan sulfat. Komposiimineral dalam batubara dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.

100 Jumal Penelitian Geosains, Volume 02, Nonpr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - , r8

Page 10: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

.Del 1. Mineral dalam batubara (ICCP, 1963; Mackowsky, 1982)

PRIMARY FOR}IATION SECONDARY FORMATION

)aF Detrital ' AuthioenicDeposited in cleat

ractures and cavitier

Iransformation oforimary minerals

kaolinite, illite mixed-laver clavs

seriticsmectites

illite (from otherclavs)

hnab$ siderite, dolomite,

ankerite, calcite

ankerite, dolomitcalcite

f+hiks pynle, marcasite,

melnikovite

pyrite, marcasite,

sphalarite, galena,

cha lnnnvrile

pyrite (from

siderite)

quaru quar2, chalcedony ouarE. chalcedonv

and rutile hematite

limonite

geothite

apatite (phosphorite)

aoatite

zirmn, feldsfar

tourmaline, micas

S.i tabs hydraled iron

sulphates, gypsum{nridation nrodrui)

Secara optik bahan-bahan organik pembentuk batubaraisebut maseral (maceral). Maseral pada batubara analogmgEn mineral pada batuan atau bagian terkecil dari batubaramg hisa diamati dibawah mikroskop. Maseral ini dikelompokkanE rirdi tiga, yaitu vitrinit, eksinit dan inertinit. Pengelompokkani dirJasarkan pada bentuk, morFologi, ukuran, relief, struKur&rn, komposisi kimia, warna pantulan, intensitas refleksi, sertarpkat pembatubaraan (degree of coalifiation).

Yltrinit; berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu(tdy tissues) seperti batang, dahan, akar dan serat daun.kngamatan dengan mikroskop sinar langsung (transmitted'

ryt microscope) menunjukkan warna coklat kemerahan:npai gelap, dan pengamatan dengan mikroskop sinar pantul(rffid light microscope) memberikan warna pantul yang

tsbitr terang, mulai dariabu-abu fua sampaiabu-abu terang.

Binit (liptinit); berasal dari jenis tanaman yang relatifE dah tingkatannya seperti spra {spores), ganggang (algae),hIt luar (culticles), getah tanaman (resin), dan serbuk sari

Ur*n). Berwarna terang, kuning sampai kuning tua di bawahirr lanEsung, abu-abu sarnpai gelap di bawah sinar pantul.

I

YL tgtPengendapan MubaraMasa*anKadunganMinenl....." (lzalNur) 161

Page 11: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

. Inertini$ berasal dari tumbuhan yang sudah tgrbaka(charcrtr,t|dansebagiandariprosesoksidasimaserallainnyaidwr\oxyAffon) yang disebabkan oleh jarnur dan bakteri

(proses biokimia).

Di bawah mikroskop, terdapat suatu asosiasi maseral yarp

disebut mikrolitotiPe, Yang tebalnya minimum 50 mm (fieInternational Commitee for @at Petrolog, 1963 dalam Bustin ef

at, L9B3). Ketiga kelompok utama microlitotype ditandai sebagei

satu maseral, dua maseral, atau tiga maseral(Tabel 2)'

Tabel 2. Jenis-jenis mikrotitotipe (ICCP, 1963 & Sbch, 1982 dalarn

Bustin ef a/, 1983)

MicrolitotypeGonstituent Macerals

Principal GrouPs

of CompositionMaceral Group

Vitrite

Liptite

lnertite

Vitrinite (V)

Liptinite (L)

lnertinirtite (l)

>95% V>95% L>95% I

Clarite

Durite

Vitrinertite

Vitrinite*Liptinite

lnertinitediptiniteVitrinite+lnertite

>95% Vd>9570 ld>95% Vd

BimacerdicBimm#Bimrerdc

Duroclarite

Vitrinertoliptite

Clarodurite

Vitrinite*Liptinite+lnertite

Vitrinitediptinite+lnertiteVitrinite+Liptinitednertite

/,L,leach >S%Vlt

/,L,leach >5%Ll\

V,L,l each >S%lVt

Trimacer*TrimacerdcTrimacerdc

Analisis mikolitotipe sangat penting untuk studi getrc{dan lingkungan pengendapan batubara di suatu daerd!yaitu Oengan mengasosiasikannya denfan maseral unh'l

penentuan klasifi kasinya (Gambar 2).

LTNGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA

Pengendapan batubara tidak dapat dipisahkan d9nrylingkungai di sekelilingnya. Distribusi lateral, keteballt<oirposisi, dan kualitas batubara banyak pula dipengaruhi old

lingkungan pengendapannya' Pada dasarnya lingkurgapengendapan batubara terbagi atas (Diessel, L992) :

102 Jumat Penelitian Geosarns, Volume 02, Norar 02, Mei - Agustus 2006, *5' 1l

Page 12: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

r

Y]IRMIE

Yufie -2:./ i..

+^

tu*/.4

*nbar 2. Diagranr"penentuan klasifikasi microlitotype (ICCP' 1963

& itach, 1982 dalam Bustin efad 1983)

TeimaUc/Terrestial (Terestrial)Lid-dfu;" pengendapan ini menghasilkan gambut yang tidak

E6G, dan timbuh in situ (forest peat, peed peatdan high

nwr moos reaq.

Umnic/Subaquatic (Lingkungan Bawah Air)r-lngkrn'gun telmatis dan iimnis sulit dibedakan, karena pada-fure t'*anp biasanya ada bagian yang berada di bawah air

tW t*uiA. Batubara limnis biasanya mempunyai lapisan

png tipit dengan penyebaran lateralterbatas'

FaYauEtirGtu yang terbentuk pada lingkungan ini mempunyai ciri

G fu,u'ukan abu, unsui S (pirit) dan N, serta mengandung

A,if U,it, lingkungannya sangat dekat dengan laut' Untuk

Ouurah tropis biasanya terbentuk dari mangrove (bakau) dan

faya-sufui (S)' Batu'bara Zaman Karbon yang terbentgt<. na!3

frtrngun ini- mengandung konkresi kalsit (calcitic, dglonitic-eii-ii*"tir) coat bitt. Vitrinitnya tidak mempunyai struktur lagj

mut pH tinggi, sehingga aktivitas baKeri tinggi' Tingginya S

3aut'naiknyJ kemampuan ion sulfat dari air laut dan oleh

#ivitas baKeri anaerobik, yang juga diperkaya oleh material

t rninnyu yang kemudian membenluk perhidrous vitrinite'

fuwtinite dan kemudia n macrinite'

-;;

(a ,' hrociorltc*.161:,q' '

Yljr}lngt Perryendapan ktuban krdasad<at Kandungan Minenl" "'' ( lzal Nur ) 103

Page 13: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

. Ca-rich (Kaya Ca)Batubara yang terendapkan pada lingkungan yang kaya Ca

- mempunyai ciri yang sarna dengan yang terendapkan pada

lingkungan marine. Lingkungan pengendapan ini terjad! p?edaerah-batugamping atau campuran air yang kaya akan Ca dari

daerah sekitarnya. Ca-rich caal terbentuk pada lingkungan

bawah air dengan kondisi oksigen terbatas. Sisa binatang

(tulang yang kaya Ca) terawetkan dengan baik, sehingga pada

batubara yang terendapkan pada lingkungan ini akan banyak

mengandung iosil. Sebagian besar batubara kaya Ca, juga akan

kayJdengan S Oan pirit singenetik' Keberadaan unsur N pada

. batubara -yang

terendapkan pada lingkungan ini juga naik

Disamping itu G-ich ccrrljuga menghasilkan banyak bitumen'

. Penentuan lingkungan pengendapanDapat dilakukan dari kandungan maseralnya, dengan terlebih

dahulu menentukan mikrolitotipe-nya. Hal ini memungkinkan

karena jenis maseral yang terkandung dalam batubara berasd

dari tumbuhan dan dapat menggambarkan kondisi lingkungan

pengendapan tempat batubara tersebut terbentuk (Marchioni,

1980), perhatikan Gambar 3.

. Terestrial; lingkungan pengendapan ini tidak terhfu

dipengaruhi oleh air lau! kondisi air pada lingkungan ini

bersifut perodik bahkan bisa tidak ada sama sekali pengaruh air

laut atau merupakan daerah yang kering' Umumnya ditumbutioleh tumbuhan herbacous.

. Telmatic; lingkungan pengendapan ini " merupakan daerdtyang masih dipengaruhi oleh air laut, kondisi air sangd

dipengaruhi oleh musim, sebagian besar tumbuhannya adalah

tumbuhan connifer.

. Limnic, lingkungan pengendapan ini merupakan daerah yarE

dekat dengan laut, sehingga air laut sangat berpengaruh'Daerah ini selalu tergenang oleh air, walaupun di sini masih

terjadi fluktuasi muka air. Jenis tumbuhan yang paling ymum

hid-up di lingkungan ini adalah tumbuhan perdu/semak dan

sedikit tumbuhan con nifer (ppohonan)'

104 Jumal Penelitian Geosins, Volume 02, Notar 02, Mei - Agustus 200f, 95 - 118

Page 14: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

TERRESRIALB

TELMATIC,- TEl-M ATICA+D

1

LL

Erh =+ a a-_

,J HsE cod- Bar6d Bdg]a cdr B-ffQod^ Eldr&d Exal CdA ()dl Cel

.^1

"/v

LIM N ICA Spddzit + Extoddb + \/lHtEtdiPtlbB- tub Ctdlt +\,ltttrErtlb+ IlEUUbc- Ctalte + Vlirlb + Crfidocr*lb + vlttf lEgteol- GrEdrrb + Drdb + l'*db + csbnltBtb

bmbar 3. Diagram penentuan lingkungan pengendapan batubara

berdasarkan kandungan maseral dan microlitotype(Marchioni, 1980 dalam Bustin ef a/, 1983)

IASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan lokasi geografis dan kesamaan ciri litologinya,

+isan batubara pada daerah penelitian merupakan urutan

+risan anggota Formasi Mallawa, dengan strike perlapisan relatif

inurlaut-baratdaya dan kemiringan (15-18)o. Sampel batubara

arp diambil sebagai contoh berasal dari 5 singkapan dari testpit

L lGrakteristik Batubara

Batubara di daerah penelitian tersingkap dibeberapa lokasi

tengnn ketebalan berkisar (15-90) cffi, berasosiasi dengan

latupasir pada bagian atasnya (atap) dan pada bagian bawah

Etai) berupa batulempung. Dari kelima testpit yang dibuat

em,lian ditentukan urutan stratigrafi vertikalnya berdasarkan

tsdudukan dari lapisan batubara serta lapisan pengapitnya, di

rura testpit V merupakan batubara yang berada pada bagian

tsr&s, kemudian di bawahnya testpit II, I, IV, dan testpit IIIrEruFrakan lapisan pada bagian terbawah-

5 -tdtngal Peryendapan futubara Berdasarkan Kandungan Mineral.. ...' (lrzal Nur ) 105

Page 15: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

7.r. T6pit fiISecara megoskopis batubara oada tepit Itr benrrsrn

hihm sampai kecoklatan, cerat cokla! terkekarkan derEEn hd,densitas sedang-tinggi, kekerasan rapuh-sedang, mengandung

pirit berbentuf framUoidal dan menyebar, kandungan nrytinggi, merupakan batubara ienis dull caal (sampel 04Tg)7D,

o+rsozc dan 04TS07A), dijumpai berlapis dengan baik di rnarn

semakin ke atas batubaranya semakin menyerpih dan berwann

lebih kusam, terdapat tiga lapisan dengan ketebalan (15-90) crn,

disisipi oleh shalty catlengan ketebalan (10-30) cm,.di bagEil

atas tidak Oapat Aifetahui, sedangkan di bagian bawahrya

terdapat batulempung dengan ketebalan yang tak diketahui'

Pada.pengumutun mikroskopis dari 4 sampel, diperokfi

rata-rata kandunlan mineral pirit sekitar 7,1o/o,lempung 11,8595'

dan karbonat 2,559/o serta maseral 78,5o/o' Bentu[ pitframboidal, berukuran kecil, menyebar merata bersama denfimaseral, merupakan pirit singenetik yang terbentuk @a sdproses penggambubn. Xehadimn pirit pada batubara merupalatpungutun OJti uit laut yang banyak mengadung sen)awa. suf*yani mereduksi unsur Fe yang terdapat pada tumbuhan dergrtirnf,run organisme/mikoba (Cohen, 1992 dalam Taylor, 1998)'

Gambar 4. Urutan vertikal lapisan batubara pada testpit III

90 crn

%

106 Jumal Penelitiat Geosairs, Votunc 02, Nonnt 02, Mei - Agudus 2006' fi - lll

Page 16: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

A B c D E F G H I ,

I t

2_

I!:I7

2

3

4

5

6

7

8I

9

10

9

to

A B c D E F G H I ,

ffi 1. Kenampakan mikroskopis batubara testpit III (Sampel 04TS-

07C) yang mengandung mineral pirit berbentuk framboidal

(10H) dan lemPung (9F)'

Kadar lempung relatif tinggi, sekitar V6,45o/o' menunjukkan

roses singeneti'k yang terjadi bersamaan dengan pembentukan

"trG., lni Oiindifaiit<an senagai akibat_percampuran dengan

.*pnrt pada saat proses penggambutan'. Sedangkan kandungan

rrtirui sebesar 2,55o/o kemungkinan akibat pengisian cleatalau

ekahan oleh unsur CaCq dari batuan yang ada di. atasnya

l#;"t")t Dapat dilihat fada foto 1, kenampakan mikroskopis

dd tiour. t"rt"Lut merata dengan maseral pada batubara '

LZ Testpit IV

Seara megaskopis batubara di tespit W berwarna coklat

tetrtaman, ceraicoklat, densitas relatif sedang-tinggi' rekahan

"l'ionroioal, terkekarkan, menyerpih, agak lunak sampai keras'

-n"il ke atas makin berwarna kusam, sulfur dan pirit tersebar'

,pufun batubara ienis dutt coat(2mpel 04TS0BF' 04TS0BD'

OfISOSC dan 04TS0BA), lihat Gambar 5'

5 rr@Jfpan Petryendapan Batuban Berdasartan Kafiungan Mineral" "'' ( lftal Nur ) 107

Page 17: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

A B c D E F G H I J

_a 1

2 2

3 3

4 4

5-5

6 6

7 7

8 8

s 9

10 10

A B c D E F G H I lFoto 2. Kenampakan mikoskopis batubara testpit IV (Sampel fi

08F) yang mengandung mineral pirit berbentuk frambo(sC-H), lempung (78), dan karbonat (5I-J)

Tebal lapisan batubara ini bervariasi (15-55) cm daberselingan clay karbonan dengan $ally c@l yang mempurryrketebalan (7-60)cm, di bagian atas diUtupi oleh srAdan batupaiberbutir halus-sedang, mengandung cangkang moluska dan jepcacing bersifat pararel, ketebalan total sltdln batupasir 230 on.

Pada pengamatan mikroskopis dari empat sampel diperoldkandungan rata-rata dari mineral pirit sekitar L!,82o/o, lemprrq26,450/o, dan karbonat 3,05o/o serh rnaseral 58,7o/o. Bentuk fiiframboidal merupakan pirit singenetik yang terbentuk pada wproses penggambutan. Kehadiran pirit pada batubara merupakapengaruh da.ri air laut yang banyak mengadung senyawa sulfayang mereduksi unsur Fe yang terdapat pada tumbuhan derpubantuan organisme/mikoba. Tingginya kadar lempung batubrasekitar 26,450/o menunjukan proses singenetik yang teriibersamaan dengan pembenhrkan batubara, ini diindikaahsebagai akibat permmpuran dengan lumpur pada saat prdse

108 Jumal Penelitiat Geosains, Vohnc UL ltonnr 02, ttei - Agudus M6, fi - l,

Page 18: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

Egmbutan. Sedangkan kadar karbonat yang terkandung

ffifinin akibat pengisian cteat ata,u rekahan oleh unsur

)r darl=battran yung ;Oi di atasnya (proses epigenetik)' Hal

;";d il i h;i aa ri' t<enam pa kan mikrbskooi:^I1T tidak terseba r

il;"il"; maseral pada batubara, lihat foto 2'

55cm 04TS08H

l5 cm

ru=r-:::lt-:-=

ffi

ilEr; urutan vertikal lapisan batubam pada testpit iV

3.TesnPit ISecara megaskopis batubara pada tespit I benryarna hitam

-H"";; .eiut- .orrbt, tidak beriapis' terkekar dengan kuat'

ffi rrJ ronkoidai' densitas .l*t'f -t"dang- tinggi' resin

ffi nnl -u"tukriun

kecil (0'1 mm)' secara setempat

ffiritr"*" n spot resin, semakin ke. alas seam ini sulfurnya

rdin merimpah, m"mfrnvui P fry^ ::'!!! I!1!9:merupaka n

ds batubara aut cat{'strlmpef o+rsb1F dan 04TS01B)'

- Aan Batubaia Berdasarkan Kadungan Minera'" "'" ( lrzal Nur ) 109

160 cm

* odTsoRG

l5 cm

45 cm

30 cm

?O em

6O cm

l5 cm7cm

55 cm

MTSORF

o4TqnRF

O4TSORr}

n4Tqo*c

o4TCORR

NATS,NRA

Keterangan:

Cnal

Shallv coal

Coallv

BafulemPune

Batunasir

Page 19: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

40 cm

35 cm

5cm

75 cm

l0 cm

O4TSOIG

O4TSOIF

O4TSOIE

O4TSOID

O4TSOIC

O4TSOIB

O4TSOIA

m

-l

t---_-_-lL-------l

Gambar 6. Urutan vertikal lapisan batubara pada testpit I

framboidal (3C) dan

Kenampakan mikroskopis batubara testpit I (Sampe

04TS-01C) yang mengandung mineral pirit berbe*tl

ll0JumalPenelitianGeosains,Volume02,Nonar02'Mei-Agustus2006'95-'x

Page 20: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

Pada pengamatan mikroskopis dari tiga sampel diperoleh

rrdungan rata-rata mineral pirit sekitar 3,Bo/o,lempung 6,870/o,

m i.arbonat 0olo, sefta rnaseral 89,!2o/o. tsentuk pirit framboidai

m tersebar merata bersama dengan maseral batubara yang

rbentuk pada saat proses penggambutan (proses singenetik)'

dradiran pirit pada batubara merupakan pengaruh dari air laut

mg banyak mengadung senyawa sulfat yang mereduksi unsur

= iung terdapat pada tumbuhan dengan bantuan organisme/

*roUa-. Kadar lempung sekitar 6,870/o menunjukkan proses

p{pnetik yang terjadi setelah pembentukan batubara, hal ini

liifasifan seOagii akibat percampuran dengan lumpur pada

aat proses penggambutan' Sedangkan kandungan karbonat

dak dijumpai pada pengamatan mikroskopis, lihat foto 3'

-4. TestPit IISecara megaskopis batubara pada tespit II benruarna hitam

kecoklatan, terkekarkan dengan kua! cerat coklat densitas

ebtif sedang-tinggi, rekahan sub-konkoidal, kekerasan sedang -gak keras, rekanan terisi oleh jarum kalsit dan pirit berbentuk

,.b berukuran kecil (ketebalan sekitar O,2 mm), secara

elernpat memperlihatkan spof resin (O,5-l mm), kandungan

rfnr'Unggi, jenis batubara duttcoal(sampel 04TS02B), di bagian

B dibaGsi oleh clay karbonatan dengan tebal tidak diketahui,

edanglGn di bagian 'bawah

oleh dilapisi clay seteful225 cm, di

trra-uagian bawah dan bagian atasnya lebih bersifat karbonan.

ee'ngamatan mikroskopis menunjukan kandungan lempung

1t,896, piril 2,60/o dan karbonat 1,60lo, serta maseral 81,0olo'

f;-"1 pirit berwarna kuning keemasan, bentuk framboidal dan

,-w"Out merata bersamaan dengan maseral, merupakan pirit

irgo*tif yang terbentuk saat proses penggambutan dan juga

-foirn kecil d'rjumpai mengisi rekahan batubara (epigenetik)'j6,,*-n pirit pada batubara merupakan pengaruh dari air laut

prg banyak mengadung senyawa sulfat yang mereduksi unsur

[ 1..,g terdapat pada tumbuhan dengan bantuan organisme/

*oba. Kadar lempung sekitar 26,450/o menunjukkan proses

lirenetlkyangterjadisetelahpembentukanbatubara,haliniilhasifan sebagai akibat percampuran dengan lumpur pada

E proses Penggambutan.

3 :r*rW Pengendapan futubara Berdasarkan Kandungan Mineral" .''' ( lzal Nur ) 1 1 1

Page 21: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

Gambar 7. Urutan vertikal lapisan batubara pada testpit ii

Mineral karbonat yang ada dalam batubara mungkin akb*pengisian clat atau rekahan oleh unsur CaCO3 dari batuan yarg

uou-oi atasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan mikroskoS*s

yang tidak tersebar merata dengan maseral pada batubara'

1.5. TestpitV

Secara megaskopis batubara pada tespit V berwgmg 9*n-kehitaman, cera[ coklat-hitam, menyerpih, densitas relatif tinggl

terkekarkan kuat, mengandung lapisan tipis pirit fralloi{'kadar sulfur tinggi, leniJUatuUira brown coat(ampl 04IS09)'

ketebalan anb;; (7-so) cm, berselingan dengan shally mdengan ketebalan antari (20-60) cm' Secara umum ketebaht

dan-jenis batubara pada testpit ini cukup baik dan tidak dijumpa

adanya lapisan pengapit, baik batupasir maupun batulempung'

Pengamatan mkroskopis menunlukkan kandungan ka$o0olo, pirit i,Go/o,lempung ZLo/o, dan serta maseral73,4o/o. Minere

pirit'berwarna kuning keemasan pada sinar langsung, ryiramboidal, yang me.upakan pirit epigenetik yang terbentuk pdsaat proses penggambutan. Kehadiran pirit pada but'Fmerupakan intervensi dari air laut yang banyak mengadun

senyawa sulfat yang mereduksi unsur Fe yang terdapat -padtumbuhan dengan bantuan organisme/mikroba' Tingginya ka&

lempung 21olo, ITl€Iluniukkan proses epigenetik yang teriasetelah

-pembentukan batubara, ini diindikasikan sebagai aldr

172 Jumal Penetitian Geoains, Vofune 02, llarnor 02, ltei - Agudus 2M, 95 - 11

Page 22: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

er@mpuran dengan lumpur pada saat proses penggambutan.

edangkan kadar karbonat yang terkandung kemungkinan akibat

ergisian cleat atau rekahan oleh unsur CaCO3 dari batuan yang

da di tasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan mikroskopis

arg tidak tersebar merata dengan maseral pada batubara'

Secara umum distribusi dari mineral pirit, lempung dan

rbonat dari kelima testpit secara vertikal, menuniukkan

Eqpbaran yang tidak merata, kadar lempung (2,0-48,0)o/o, pirit

2p2t,691'to seda ng ka n m i nera I ka rbonata n ( 0-7,8)o/o.

Secara keseluruhan bentuk pirit dari semua sampel yang

ranati berbentuk framboidal dan sebagian kecil sebagai pengisi

r,d.;Elnl ctea t. Ini mengindikasikan kehadira n pirit mencerminkan

rgaruh air laut saat pembentukan batubara, adanya fluktuasi

rle air laut berupa regresi yang menyebabkan ketebalan air

trlnrrang sehingga kandungan oksigen bertambah, yang

snberikan pengaruh pada aktivitas organisme/mikroba untuk

-eduksi sulfat yang terkandung pada tumbuhan asal.

Kadar lempung yang tinggi mencapai 69,60/o (testpit IV)tsrrrgkinan berasal dari proses percampuran dengan suspensi

tsi h.rnpur saat terjadi pembentukan batubara fienis singenetik),

lfr dapat pula diakibatkan kontaminasi oleh lapisan pengapit.

Gambar 8. Urutan vertikal lapisan batubara pada test pit V

Y-rytWnPengendapanhfubaraBerdasarkanKandunganMineral..-.-" llrzalNur) 113

Page 23: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

Kehadiran lempung pada batubara sebagai mineral pengotorturut mempengaruhi rendahnya kualitas suatu batubara.

Kadar karbonat relatif lebih sedikit dibandingkan dengan

mineral lain, kehadiran mineral karbonat terjadi akibat frekuensi

cteadrekahan pada batubara yang cukup tinggi. Dari profil

distribusi kadar karbonat terlihat pada bagian terbawah lapisan

mengandung kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bagian teratas..Ini disebabkan mineral karbonat yang mempunyai

mobilitas tinggi, memungkinkan migrasi unsur yang terakumulasipada bagian terbawah. Tipe karbonat pada batubara merupakan

tipe epigenetik yang terbentuk setelah proses pembatubaraan'

2, Mikrolitotipe

Mikrolitotipe merupakan suatu asosiasi maseral (terlihat di

mikroskop) dengan ketebalan minimum 50 mm. Pembagian jenis

mikrolitotipe didisarkan atas 3 parameter, tergantung komposisi

maseral yang menyusun batubara, yaitu satu jenis maseral

(monomaceral'1, dua jenis maseral (bimacerals), dan tiga jenb

maseral (trimacemls) (Bustin,1983). Jenis maseral yang dijadikan

sebagai acuan dalam penentuan mikrolitotipe batubara yaitu

vitri nite, i nertinite, da n eksin ite/ lipti nite.

Tabel 4. lenis mikrolitotipe batubara pada daerah penelitian

No. Tesoft l(ode % ibserd 6Vlthil % lnerinit )6 Eksk, % tfin€d lfifroe@

V 04-TS09 73,40 93,13 2,17 4,63 26,60 Clarite

2 il M-TSO2A 81,00 86.41 3.21 10,37 1900 Clarib

3 04-TS01C 96,60 88,81 5,79 5,38 3,40 Durodarits

4 04-TS01D 94,38 9335 4.02 2,52 .5.N VfuiE

5 04-TS01F 76.40 87.17 1.57 11 25 23,60 Clarite

6 IV 04-TS08A 30,40 48.13 47.26 4.60 69,60 Clarodudte

7 IV O4.TSOBB 56,40 97.51 0 2,48 43,60 Viffie

I IV 04-TS08C 75,40 90.98 |,Ja 7.69 24,60 Clarite

q IV 04-TS08F 72.60 77.13 0,82 22,03 27.40 Clarile

10 lI 04-TS07A 72,80 8631 5,21 7.96 27,20 Durochrite

ilt 04-TS07B 90,00 94.0 3,34 2,67 10,00 Vitrinertite

12 ilt 04-TS07C 67,60 94.97 2,95 ?07 32.40 VitrineffE

13 lil 04-TS07D 83,60 89,47 1,67 B.B5 16,40 Clarib

t14 Jumal Penelitian Geosains, Valume 02, Nonpr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - 118

Page 24: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

!

Berdasarkankandunganketigamaseraldalambatubara,rka dapat ditentukan jenis mikrolitotipe batubara pada daerah

rnltian (lihat Tabel 4 di atas)"

Analisis Lingkungan Pengendapan Batubara

Analisislingkunganpengendapanbatubaradapatdilakukanrdasarkan miierat matter atau berdasarkan mikrolitotipenya'

,arngun mineral matter pada batubara, baik lempung, pirit

n pu; karbonatnya, berdasarkan karakteristik berupa bentuk

n -AistriUusinya

ai<an memberikan gambaran mengenai kondisi

,gfi.rngun serta genesis terbentuknya batubara tesebut'--- M'ineral Pirit (FeSz) merupakan salah satu mineral yang

enrberikan kontribusi terbesar terhadap kandungan sulfur

&m Gtunura (Maclowsky, 1943 dalam Taylor, 1998). Mineral

O p"O" batubaia biasanya munculdalam bentuk kristal tunggal'|,'-"inrarut, bentuk subhedral pengisi rekahan, dan bentuk

frOoiOut. feiiga bentuk pirit ini memiliki genesis yang berbeda,

*aG; kemu-nculannya dalam batubara dapat dikorelasikan

;# genesis dan lingkungan pengendapan batubara' Secara

ffi dntur. pirit dariiemua contoh batubara daerah penelitian

rrg temmati secara mikroskopis berbentuk framboidal' dan

,i" t Uugian kecil yang berbentuk subhedral yang mengisi

Gnun. Ae.-ntuf framboidil dihasilkan dari organisme/mikroba

fr m"reOuksi sulfur yang dijump-ai^di.air laut dan payau' tidak

ffi*' dalam air tawar (Cohen, 1968 dalam Diessel' 1992)'

Padakondisiregresi,ketebalanairyangrelatiftipisturutEmpercepatreaksiion-ionsulfat.Berdasarkanbentuk,distribusi,r, LnaJngan pirit yang tinggi tersebut, dapat diinterpretasi

d*ra lingkungan pengendapan batubara daerah penelitian '

frfr lingfungan payau yang sangat dekat dengan laut'

frcu*i Jr Ueiupa transgresi turut mempengaruhi kandungan

!Irr* pada batubara ying cenderung. tinggi. Karakteristik di

;rE"; menunjukan lapisan pengapit batubara secara umum

Ei Ltrl"*prng dan batupasir yang sangat dipengaruhi oleh

--tr*nyu mukJ air laut. Indikator lain sebagai pendukung

p,t*n' lingkungan pengendapan batubara yang dipengaruhi

E-a.,rtori-air laut yaitu kehadiran mineral karbonat berupa

E *"ngisi rekahan. Karbonat pada batubara kemungkinan

Y:lTrJl{Et Papaldqan futuban Berdasarkan /(jttdutwan Minenl.. '..' ( lzal Nur ) 1 15

Page 25: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

besar berasal dari batugamping Formasi Tonasa yang berada d[

atas formasi pembawa lgtubara di daerah ini (Formasi Mallawa).

maseralnya, vitrinit, inertinit dan eksinit. Dari semua sampel yargteramati, kandungan vihinit rata-rata > 75o/o.lenis mikrolitotipebatubara yaitu Clarite, Vitrite, Durxlarite, Vitinertite, danClarodurite. Setelah dilakukan plotting pada diagram penentuan

lingkungan pengendapan (Marchioni, 1980), diketahui bahwalingkungan pengendapan batubara di daerah penelitianadalah limno-telmaticyang merupakan daerah di antaralingkungan telmaticdan limnic (Gambar 12). Daerah limtttelmatic ini merupakan daerah yang kondisi airnya sangddipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Adapun jenis tumbuhanyang hidup di sini yang paling umum adalah tumbuhanperdu/semak dan sedikit tumbuhan coniferous (pepohonan).

Berdasarkan pengamatan terhadap lapisan batubara dIapangan yang cenderung mempunyai ketebalan yang bervariaiserta banyaknya variasi lapisan pengapit mencerminkan kondisi

lingkungan pengendapan yang tidak stabil, yang menyebabkanlapisan batubara di daerah ini cenderung ketebalannya tipis.

B

cE!+C

\- \I

..-lNO-Elre

.. El.mC.,A+D.--:.*.'_:_-E_

umo+l,ffic

^ A-Spo,d.+Durc#.+WorPtu- B Fllfr-CH.+Wdtrdtu-ffi--. C,Cld.+lm.+Cd@@c+Wb.: O,C|'odd.+DuA-+xd.+Cffi

D

Gambar 12. Tipe lingkungan pengendapan batubara daerah peneff;ntberdasarkan mikrolitotiPe.

116 Jurnal Penetitian Geosains, Votume 02, Nonrcr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - llt

Page 26: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

GSIIIIPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian mengenai lingkungan pengendapanHubara berdasarkan kandungan mineral dan maseralnya diberah inidapat disimpulkan sebagai berikut :

, Laprsan pembawa batubara yang terdapat daerah penelitianmerupakan anggota Formasi Mallawa dengan ketebalan 15-90ern, strike perlapisan timurlaut-baratdaya dan dip 15-180.

, Secara makroskopis batubara daerah ini termasuk jenis dullml-brown ca[ secara mikroskopis batubara mengandungmaeral berupa vitrinit, inertinit, dan eksinit/liptinit, sertamineral matter ber0pa lempung, pirit dan mineral karbonat.

, Jenis mikrolitotipe batubara daerah penelitian adalah: clarite,yitite, durrclarite, vitrinertite, dan clarodurite.

, Berdasarkan kandungan mineral matter-nya, dengan melihatbentuk, distrusi, dan kandungannya, dapat diinterprestasikanbahwa lingkungan pengendapan batubara daerah ini adalah

@a kondisi payau, sedangkan berdasarkan mikrolitotipenyaberada pada lingkungan limnotelmatig yang merupakanperalihan lingkungan telmatic dan limnic yang sangatdipengaruhi oleh kondisi pasang-surut air laut.

, Faktor yang menyebabkan ketebalan lapisan batubara relatifUpis adalah akibat pengaruh lingkungan pengendapan yang

tidak stabil serta jenis tumbuhan pembentuk batubara yang

didominasi oleh tumbuhan sema(perdu.

Saran - Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kondisi ekonomisbafubara daerah ini, utamdnya surnberdaya dan cadangarurya,

harena meskipun kualitas batubara kurang baik, tapi di lapanganlEjumpai banyak lapisan dengan ketebalan yang bervariasi.

Perlunya penelitian mengenai teknik pemanfaatan,pengolahan, dan pemurnian batubara di daerah ini, sehinggarnampu meningkatkan nilai ekonomis batubara tersebut.

W Lingkungan Pengendapan hfubam furdasarkan Kandungan Minenl-- .-.' ( lzal Nur ) 117

Page 27: VOLUME NOMOR 02 1ffi, IDENELITIAN 196 ffiffiffiffiffi

DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, K., 2000, Genesa Batubara, Teknik PertambanganFak. Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB, Bandung.

Bates, R.L. and Jackson, J.A., 1980, "Glossary of Geology',American Geological Institute, Falls Church, Virginia.

Bustin, R.M., et al, t983, Coal Petrology, fB Principlq'Method and Applications, Geological Association dCanada, Victoria, British Columbia, Canada'

essel, C.F.K., L992, Coal'Bearing Depositional System'' Springer-Verlag,BerlinHeidelberg,Germany.

Merri! R.D., 1986, Coal Exploration, Mine Planning atxDevelopment, Alaska Division of Geological arf,

Geophysical Surveys Fairbanks, Alaska.

Panggabean, H., ZOO4, Sumberdaya Energi Alternatif BahatBakar Fosil di fndonesia, P3G, Bandung'

Sanwani, E., 1998, Pencucian Batubara,llm Pengelola Dan:

IWPL - Pertambangan Umum, LPKM ITB dan DepartererTeknik PerEambangan ITB, Bandung.

Speight, J.G,, 1994, The Chemistry and Technology of Cd,Western Research Institue Laramie, Wyoming, USA.

Sukamto, R., 1982, Peta Geotogi Lembar Pangkaiene fuWatampone Bagian Barat Sulawui, P3G (Pusa

Penelitian dan Pengembangan Geologi), Bandung -

Sukandarrumidi, 1995, Batuhara dan Gambuf Gajah MaIUniversity Press, YogYakarta.

Taylor, et al, 1998, Organic Petrotogy, Gebruder Borntraegrer

Berlin-Stutgart, Germany.

Ward, C.R., 1984, Coat Geology and Coal TechnologtyBlackwell Scientific Publications, UK.

1 18 Jurnal Penelitian Geosarns, Votume 02, Nonwr 02, Mei - Agustus 2006, 95 - 11