Volume 258.pdf

2
IPB P a r i w a r a PARIWARA IPB/ Agustus 2015/ Volume 258 Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Ahsan S Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaludin, Waluya S, Nabila Rizki A Layout : Devi Fotografer: Cecep AW, Bambang A, Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at Institut Pertanian Bogor (IPB) siap menjadi mitra desa dalam perencanaan, evaluasi dan pelaporan program desa. Demikian disampaikan Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Dr. Dodik R Nurrochmat, saat Jumat Keliling (Jumling) IPB, (21/8), di Desa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hal tersebut disambut baik oleh Kepala Desa Benteng H. Faka Harika beserta jajaran. Ia pun berujar, pihaknya tidak akan segan untuk meminta pendapat kepada para pakar di IPB bagaimana cara mengolah dana desa yang akan segera turun dari pemerintah pusat secara bertahap itu. “Agar tepat sasaran untuk pembangunan desa secara menyeluruh,” imbuhnya. Selanjutnya, kepada puluhan warga yang hadir, Faka mengimbau agar warga memanfaatkan apa yang telah diberikan oleh IPB, baik itu pendampingan, pelatihan, ilmu pengetahuan tentang pertanian, dan semua peralatan untuk pendidikan dan kesehatan. Sementara untuk generasi muda harus banyak belajar, harus ada keinginan dan motivasi untuk bisa belajar di IPB. Kegiatan Jumling IPB di Desa Benteng ini juga diisi pemberian santunan untuk anak yatim, pemberian peralatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), peralatan Posyandu dan pemberian bibit untuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Turut hadir dalam rombongan Jumling IPB kali ini adalah Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr. Hartoyo, perwakilan Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) LPPM IPB, Warcito, SP, MM, Agrianita IPB, dan tim humas IPB. (Awl) Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali mewisuda lulusannya di Grha Widya Wisuda (GWW) kampus IPB Dramaga, Bogor, Rabu‐Kamis (26‐27/8). Sebanyak 1.419 lulusan Program Pendidikan Diploma diwisuda sebagai Ahli Madya pada Wisuda dan Penyerahan Ijazah Tahap I Tahun Ajaran 2014/2015 ini. Wisuda dibuka dan dipimpin secara langsung oleh Rektor IPB, Prof.Dr Herry Suhardiyanto. “Atas nama seluruh sivitas akademika IPB, saya menyampaikan selamat kepada para lulusan atas keberhasilan menyelesaikan pendidikan. Ucapan selamat juga saya sampaikan kepada keluarga dan handai taulan yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil bagi keberhasilan para lulusan,” papar Rektor dalam sambutannya. Dalam kesempatan ini Rektor juga mengingatkan kepada para lulusan agar siap menghadapi dunia kerja, terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah di depan mata. “Dengan adanya arus bebas tenaga kerja terampil, dapat dipastikan persaingan pada pasar tenaga kerja akan semakin ketat. Warga negara ASEAN dapat keluar masuk dari satu negara ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju,” terang Rektor. “Tantangan‐tantangan tersebut hendaknya menjadi semangat bagi para lulusan untuk mengembangkan diri. Saya berharap para lulusan dapat terus meningkatkan kapasitas, keterampilan, termasuk juga kemampuan berbahasa asing yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan bursa tenaga kerja yang semakin ketat,” harap Rektor. Dalam kesempatan yang sama, Prof.Dr Aunur Rofiq mewakili Himpunan Alumni IPB menyerukan kepada lulusan untuk berwirausaha. “Indonesia perlu tenaga entrepreneur. Kami berharap adik‐adik untuk memulai usaha di bidang agribisnis. Kami juga berharap agar para wali mendukung anak‐anaknya untuk berwirausaha,” terangnya. Adapun lulusan Ahli Madya terbaik pada wisuda Program Diploma Tahap I ini antara lain Neng Nurhasanah dari Program Keahlian Akuntansi sekaligus lulusan terbaik Program Pendidikan Diploma IPB, Munira Intan Sari lulusan terbaik Program Teknologi dan Manajemen Ternak, Asri Nurhayati lulusan terbaik Program Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian, Nova Lita Sri Maryam lulusan terbaik Program Analisis Kimia, Fernalia Halim lulusan terbaik Program Manajemen Informatika, Basilia Yuliani lulusan terbaik Program Manajemen Industri, Dinah Rafidah lulusan terbaik Program Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Tyas Annisa Nur Ashri lulusan terbaik Program Komunikasi, Imas Rahayu lulusan terbaik Program Paramedik Veteriner, Ferdiana Ayu Cahyaningtyas lulusan terbaik Program Keahlian Teknologi Industri Benih serta Yusuf Rahmat Sholeh lulusan terbaik Program Teknik dan Manajemen Lingkungan. (as) IPB Wisuda 1.419 Ahli Madya IPB Siap Dampingi Desa dalam Kelola Dana Desa

Transcript of Volume 258.pdf

Page 1: Volume 258.pdf

IPBP a

r i

w a

r a

PARIWARA IPB/ Agustus 2015/ Volume 258

Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Ahsan S

Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaludin, Waluya S, Nabila Rizki A Layout : Devi Fotografer: Cecep AW,

Bambang A, Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat

Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at

Institut Pertanian Bogor (IPB) siap menjadi mitra desa dalam perencanaan, evaluasi dan p e l a p o r a n p r o g r a m d e s a . D e m i k i a n disampaikan Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Dr. Dodik R Nurrochmat, saat Jumat Keliling (Jumling) IPB, (21/8), di Desa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hal tersebut disambut baik oleh Kepala Desa Benteng H. Faka Harika beserta jajaran. Ia pun berujar, pihaknya tidak akan segan untuk meminta pendapat kepada para pakar di IPB bagaimana cara mengolah dana desa yang akan segera turun dari pemerintah pusat secara bertahap itu. “Agar tepat sasaran untuk pembangunan desa secara menyeluruh,” imbuhnya.

Selanjutnya, kepada puluhan warga yang hadir, Faka mengimbau agar warga memanfaatkan apa yang telah diberikan oleh IPB, baik itu pendampingan, pelatihan, ilmu pengetahuan tentang pertanian, dan semua peralatan untuk pendidikan dan kesehatan. Sementara untuk generasi muda harus banyak belajar, harus ada keinginan dan motivasi untuk bisa belajar di IPB. Kegiatan Jumling IPB di Desa Benteng ini juga diisi pemberian santunan untuk anak yatim, pemberian peralatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), peralatan Posyandu dan pemberian bibit untuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Turut hadir dalam rombongan Jumling IPB kali ini adalah Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr. Hartoyo, perwakilan Pusat Pengembangan Sumberdaya Manus ia (P2SDM) LPPM IPB, Warcito, SP, MM, Agrianita IPB, dan tim humas IPB. (Awl)

Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali mewisuda lulusannya di Grha Widya Wisuda (GWW) kampus IPB Dramaga, Bogor, Rabu‐Kamis (26‐27/8). Sebanyak 1.419 lulusan Program Pendidikan Diploma diwisuda sebagai Ahli Madya pada Wisuda dan Penyerahan Ijazah Tahap I Tahun Ajaran 2014/2015 ini. Wisuda dibuka dan dipimpin secara langsung oleh Rektor IPB, Prof.Dr Herry Suhardiyanto. “Atas nama seluruh sivitas akademika IPB, saya menyampaikan selamat kepada para lulusan atas keberhasilan menyelesaikan pendidikan. Ucapan selamat juga saya sampaikan kepada keluarga dan handai taulan yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil bagi keberhasilan para lulusan,” papar Rektor dalam sambutannya. Dalam kesempatan ini Rektor juga mengingatkan kepada para lulusan agar siap menghadapi dunia kerja, terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah di depan mata. “Dengan adanya arus bebas tenaga kerja terampil, dapat dipastikan persaingan pada pasar tenaga kerja akan semakin ketat. Warga negara ASEAN dapat keluar masuk dari satu negara ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju,” terang Rektor.

“Tantangan‐tantangan tersebut hendaknya menjadi semangat bagi para lulusan untuk mengembangkan diri. Saya berharap para lulusan dapat terus meningkatkan kapasitas, keterampilan, termasuk juga kemampuan berbahasa asing yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan bursa tenaga kerja yang semakin ketat,” harap Rektor. Dalam kesempatan yang sama, Prof.Dr Aunur Rofiq mewakili Himpunan Alumni IPB menyerukan kepada lulusan untuk berwirausaha. “Indonesia perlu tenaga entrepreneur. Kami berharap adik‐adik untuk memulai usaha di bidang agribisnis. Kami juga berharap agar para wali mendukung anak‐anaknya untuk berwirausaha,” terangnya. Adapun lulusan Ahli Madya terbaik pada wisuda Program Diploma Tahap I ini antara lain Neng Nurhasanah dari Program Keahlian Akuntansi sekaligus lulusan terbaik Program Pendidikan Diploma IPB, Munira Intan Sari lulusan terbaik Program Teknologi dan Manajemen Ternak, Asri Nurhayati lulusan terbaik Program Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian, Nova Lita Sri Maryam lulusan terbaik Program Analisis Kimia, Fernalia Halim lulusan terbaik Program Manajemen Informatika, Basilia Yuliani lulusan terbaik Program Manajemen Industri, Dinah Rafidah lulusan terbaik Program Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Tyas Annisa Nur Ashri lulusan terbaik Program Komunikasi, Imas Rahayu lulusan terbaik Program Paramedik Veteriner, Ferdiana Ayu Cahyaningtyas lulusan terbaik Program Keahlian Teknologi Industri Benih serta Yusuf Rahmat Sholeh lulusan terbaik Program Teknik dan Manajemen Lingkungan. (as)

IPB Wisuda 1.419 Ahli Madya IPB Siap Dampingi Desa dalam Kelola Dana Desa

Page 2: Volume 258.pdf

Pada tahun 1960‐an, Indonesia memiliki U n d a n g ‐ U n d a n g (UU) Pokok Agraria. Pada zaman orde baru, karena alasan p e r t u m b u h a n ekonomi, Presiden S o e h a r t o m e n g e l u a r k a n berbagai macam UU y a n g s i f a t n y a sektoral. Ada UU K e h u t a n a n , U U Transmigrasi, U U

Pertanian dan sebagainya. Yang menjadi masalah adalah semua UU tersebut mengatur lahan sehingga berbenturan dengan UU Agraria. Selain itu, di Kawasan Indonesia Timur, masyarakatnya memberlakukan pengaturan tanah yang turun temurun, tidak tertulis.

Saat jumlah penduduk meningkat dengan beragam kebutuhan, pengalokasian lahan sudah tidak memungkinkan lagi dilakukan dengan cara tradisional. Perlu dilakukan evaluasi sumberdaya lahan dan dilanjutkan perencanaan penggunaan lahan.

Perencanaan penggunaan lahan bisa dilakukan dari skala kecil hingga besar untuk mengatasi permasalahan di kota dan pinggiran, konversi pertanian ke non pertanian.

“Konversi lahan terjadi karena adanya perbedaaan nilai ekonomi lahan. Penggunaan lahan pertanian jauh lebih rendah dari non pertanian, sawah satu hektar selama empat bulan hanya menghasilkan 2‐3 juta rupiah, bandingkan kalau dijadikan rumah atau ruko maka 100 meter dapat lebih banyak dari itu,”.

Penghasilan bersih yang dapat diperoleh dari sebidang lahan paling kecil adalah sawah sehingga kalau dibenturkan maka penggunaan sawah sangat mudah dikonversi. Contohnya di daerah Sindang Barang Bogor, pada tahun 60‐70‐an masih ada sawah yang baik, begitu kampus IPB ada di Darmaga maka lahan sawah tidak kuat lagi menahan alih fungsi. Lahan sawah kini berubah menjadi toko, indekos, hotel dan rumah makan. Hal yang sama terjadi di wilayah Jabodetabek, terjadi percepatan kawasan terbangun di wilayah tersebut. Dengan adanya pertumbuhan penduduk terjadi perombakan pengunaan lahan menjadi kawasan terbangun. Ini yang mengakibatkan munculnya berbagai masalah lingkungan.

Proses konversi lahan pertanian di Indonesia adalah di Jawa, sawah menjadi perumahan 58,7%, sawah menjadi non sawah 21,8%. Di luar Jawa, sawah menjadi perumahan 16,1%, sawah menjadi non sawah 48,6%.

Dalam penataan ruang dan penggunaan lahan wilayah diperlukan landasan ilmiah yaitu evaluasi lahan dan perencanaan penggunaan lahan agar penggunaan lahan wilayah dapat optimal secara berkelanjutan. Di masa mendatang sangat diperlukan pengintegrasian penataan keagrariaan dan penataan ruang dalam sistem perencanaan tata ruang.(zul)

Kebutuhan kayu bulat untuk industri perkayuan Indonesia pada tahun 2013 mencapai sekitar 40 juta meter kubik yang dipenuhi sekitar 60 persen dari hutan tanaman. Kayu dari hutan tanaman umumnya lebih rentan diserang rayap tanah. Oleh karena itu, perlu usaha meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan bio‐deteriorasi, khususnya rayap.

Untuk memperpanjang masa pakai kayu, umumnya dilakukan teknik pengawetan dengan bahan kimia beracun. Bahan pengawet ini memberikan efek samping yakni berbahaya bagi kehidupan organisme di sekitarnya, termasuk manusia. “Di Fakultas Kehutanan IPB dilakukan teknik pengawetan kayu yang lebih ramah lingkungan yaitu melalui modifikasi kimia kayu. Ada beberapa metoda yang dilakukan seperti metoda pengasapan, asetilasi, furfurilasi, kayu plastik, maupun komposit kayu plastik (Wood Plastic Composite, WPC),”.

Asap belum dimanfaatkan dengan baik padahal mengandung bahan kimia fenol, aldehid, keton, asam organik, alkohol, ester, hidrokarbon, dan berbagai bahan heterosiklis. Phenol dan turunannya mempunyai sifat racun terhadap bakteri, rayap maupun jamur sehingga asap bisa digunakan untuk pengawetan kayu. Kayu sengon, sugi dan pulai setelah diasapi dengan asap kayu mangium selama tiga hari menjadi sangat tahan terhadap rayap tanah (dari kayu kelas V menjadi kayu kelas I).

Contoh lain adalah kayu WPC. WPC merupakan produk generasi terakhir dari kelompok biokomposit. Pada pembuatannya kayu dibuat serbuk halus, kemudian dicampur dengan plastik pada suhu lelehnya, lalu diekstrusi menjadi produk WPC berupa lempengan seperti papan maupun bentuk lainnya sesuai kebutuhan.

Warna W P C dapat disesuaikan dengan permintaan pasar karena dalam pembuatannya bisa ditambahkan pigmen atau warna. Kelebihan lainnya, WPC cukup kuat, tahan air, dan tahan terhadap bio‐deteriorasi. Di Indonesia sudah ada pabriknya dan produknya sudah ada di pasaran, serta WPC ini telah digunakan di beberapa tempat misalnya untuk menutup saluran air di sekitar kolam renang. Kalau di Amerika biasanya digunakan untuk bagian rumah yang terkena pengaruh cuaca.

Produk kayu yang diawetkan dengan teknik pengawetan ramah lingkungan ini sangat menjanjikan pada masa yang akan datang. Walau produk ini belum populer di Indonesia pada saat ini, namun di negara maju sudah banyak diproduksi dan dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. (zul)

K e a m a n a n p a n g a n adalah prasyarat dasar produk pangan, sehingga penjaminan keamanan pangan harus melekat pada upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Tidak r e l e v a n b e r b i c a r a kuantitas dan kualitas pangan, j ika pangan tersebut tidak aman. K o n d i s i k e a m a n a n p a n g a n d u n i a j u g a I n d o n e s i a m a s i h m e m p r i h a t i n k a n .

“Kondisi keamanan pangan Indonesia ini tidak berubah. Kondisi saat ini masih dengan kondisi sekitar tahun 80‐an. A r t i nya a d a m a s a l a h p e n ge l o l a a n . Ya n g l e b i h mengkhawatirkan adalah permasalahan ini terjadi pada Industri Kecil Menengah (IKM), dan IKM pangan ini memiliki kuantitatif paling besar. Masyarakat kita terpapar dengan makanan yang potensial berbahaya.

Ada sekitar 33% (jumlah yang besar) IRT yang belum mampu menerapkan cara‐cara industri yang baik. Kondisi ini sungguh memprihatinkan karena IKM mendominasi struktur industri pangan Indonesia, dimana 99% adalah industri kecil, sisanya industri besar. Sementara itu, ketika produk tersebut terpilih menjadi produk kualitas ekspor, ketika diekspor malah ditolak. Ada berbagai macam alasan penolakan produk asal Indonesia. Ditolak 36% karena kotor, misalnya ada bulu tikus, 30% karena Salmonela. Uni Eropa tidak terlalu banyak kasus, sekitar 64 kasus. Kenapa, karena Eropa bukan partner yang besar. Di Eropa, produk kita diklaim ada mikro toksin (kapang, jamur). Ini menarik karena negara tersebut memperketat standarnya.

Oleh karenanya, Indonesia mengalami tantangan ganda yakni tantangan keamanan pangan domestik dan tantangan keamanan pangan global. Ini menjadi beban bagi kesehatan dan ekonomi. Tantangan pertama, IKM kita modalnya lemah dan tidak mampu meng‐upgrade fasil itas industrinya, misal tidak punya akses air bersih. Banyak IKM kita tidak punya air bersih dan ingredient yang tidak aman, sehingga industri terpaksa menggunakan bahan‐bahan yang tidak boleh digunakan, selain itu juga masalah sumberdaya manusianya. Tantangan kedua, keamanan pangan muncul dari globalisasi perdagangan yang melahirkan tantangan baru. Semakin ketatnya standar internasional keamanan pangan, dimana batas‐batas masksimum cemaran menjadi semakin kecil (fenomena “chasing zero”). Tantangan lainnya adalah berkaitan dengan pemalsuan pangan, atau kontaminasi yang disengaja (intentional contamination) dengan berbagai motifnya.

Tantangan ganda ini perlu dijawab dengan pembenahan sistem keamanan pangan nasional. Indonesia memiliki momentum bagus dengan adanya Undang‐Undang Pangan No 18/2012 Tentang Pangan, yakni perlunya dibentuk lembaga pemerintah yang menangani bidang pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Lembaga ini hendaknya digunakan sebagai momentum pembenahan sistem keamanan pangan nasional termasuk kemungkinan adanya Otoritas Nasional Keamanan Pangan. Disamping itu, rekayasa proses pangan juga mempunyai peran penting untuk memberikan solusi bagi tantangan ganda keamanan pangan ini.

Terakhir, siapapun yang bergerak di bidang pangan, baik sebagai peneliti, industri, maupun regulator sebetulnya mempunyai misi mulia dan strategis yaitu menjamin keamanan pangan dan meningkatkan kualitas pangan sehingga akan berdampak pada meningkatnya kualitas kesehatan yang selanjutnya meningkatkan keaktifan dan produktivitas masyarakat. (zul)

Prof.Dr. Santun R.P. Sitorus: Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian

Evaluasi Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan Landasan Ilmiah Pemantau Ruang dan Penggunaan Lahan Wilayah

Prof.Dr Yusuf Sudo Hadi, M.AgrGuru Besar Tetap Fakultas Kehutanan

Memperpanjang Masa Pakai Kayu Tanpa Bahan Pengawet

Prof.Dr Purwiyatno Hariyadi: Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian

Tantangan Ganda Keamanan Pangan Indonesia:Peranan Rekayasa Proses Pangan

Pada 29 Agustus 2015, IPB menggelar Orasi Ilmiah tiga Guru Besar. kegiatan yang difasilitasi oleh Direktorat Administrasi Pendidikan ini bertempat di Auditorium Andi Hakim Nasoetion. Berikut ringkasan orasi ilmiah tersebut :

ORASI ILMIAH GURU BESAR