Vol 3 - Pokja REDD Berau
-
Upload
pokja-redd-kaltim -
Category
Documents
-
view
238 -
download
1
description
Transcript of Vol 3 - Pokja REDD Berau
Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD
Juli—Agustus 2009 Volume 3
S istem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi berbasis komputer yang
mampu digunakan untuk meng-input data spatial termasuk data citra satelit,
untuk selanjutnya dianalisis, dimanipulasi, disimpan dan ditampilkan dalam ben-
tuk informasi yang lebih jelas seperti peta, grafik maupun tabel. SIG memiliki 5
komponen utama yakni perangkat keras komputer (Monitor, CPU, input devices dan out-
put devices), perangkat lunak (software), sumber data, manusianya sebagai operator SIG
dan seperangkat metode yang digunakan.
Ada banyak perangkat lunak SIG yang tersedia di pasaran. Salah satunya yang cukup
dikenal adalah ArcGIS 9x produksi ESRI. Penguasaan perangkat lunak SIG adalah kunci
penting dalam pemanfaatan SIG dalam lingkup yang lebih kecil khususnya dalam bidang
kerja sehari-hari. Diperlukan minimal 3 tahap untuk menguasai aplikasi ini yakni tahap
pengenalan (introduction), analisis
hingga pembuatan geo-database.
Pengetahuan dan keterampilan peng-
gunaan aplikasi ini sangat penting bagi
anggota-anggota Kelompok Kerja REDD
Kabupaten Berau yang nantinya akan
berfungsi dalam pengolahan dan pen-
gambilan keputusan pada implementasi
program karbon hutan Berau.
Melalui pelatihan ini setiap peserta diharapkan akan
mampu dan memiliki pemahaman konsep remote sens-
ing (RS) dan GIS secara baik dan dapat diterapkan sesuai dengan peruntukannya serta mampu mem-
praktekkan penggunaan ArcGIS 9x dengan baik sesuai kebutuhannya masing-masing pada bidang ker-
janya.
Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dititikberatkan pada praktek (80%)
sehingga dalam pelaksanaannya banyak berlatih dengan data dan in-
formasi spatial yang ada. Pelatih memberikan gambaran tentang kon-
sep dasar dari Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografi pada
hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan konsep bidang proyeksi
permukaan bumi.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 27—31 Juli 2009 dengan
diikuti oleh 12 orang peserta dari Dinas Kehutanan (6 orang); Dinas Pertambangan (1 orang); Dinas Tata
Ruang dan Perumahan (1 orang); Dinas Perkebunaan (1 orang); PT Inhutani (1 orang); Yayasan Bestari (1
orang); TNC (1 orang); Sekretariat Pokja (1 orang) dengan 2 orang pelatih dari Yayasan Serasi Kelola
Alam (SEKALA) yaitu Bagas dan Cicik. (Adji R)
Edisi kali ini:
Mengenal lebih
dekat GIS melalui
Pelatihan GIS Dasar
bagi Pokja REDD
1
Kajian Kebijakan dan
Kelembagaan Pro-
gram Karbon Hutan
2
Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten Berau
3
Presentasi TNC men-
genai Program REDD
4
Agenda ke depan 6
Pelatihan Pen-
ginderaan Jauh “Wall
to wall Mapping”
5
Workshop Me-
todologi REDD: Pem-
belajaran dari Dem-
onstration Activities
6
P aska Conference of The Parties (COP) ke-13 UNFCCC di Bali pada akhir tahun 2007 yang lalu, Indonesia me-
mutuskan untuk menjadi bagian dari pergerakan negara-negara berkembang yang berkomitmen dan beru-
paya untuk melindungi luasan dan kualitas hutannya bagi pengembangan suatu mekanisme insentif oleh negara
-negara maju. Menyusul komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan sejumlah kebijakan
seperti Pembentukan Dewan Nasional Perubahan Iklim me-
lalui Peraturan Presiden No. 46 tahun 2008 dan Komisi REDD
serta Penyelenggaraan Demonstration Activities Penguran-
gan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan me-
lalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P.68/Menhut-II/2008
serta penetapan Tata Cara Pengurangan Emisi dari Defor-
estasi dan Degradasi Hutan dalam Kerangka REDD (Reducing
Emission From Deforestation and Forest Degradation) dalam
Kerangka Konvensi Perubahan Iklim.
Pemerintah dan berbagai pihak yang memiliki program dan
perhatian untuk isu-isu konservasi dan perlindungan hutan di
Indonesia melihat betapa REDD merupakan suatu terobosan
penting sekaligus memberi peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan kualitas hutannya, dan adanya peluang memperoleh kompensasi bagi upaya-upaya pelestarian
hutan. Namun disisi lain langkah-langkah bagi implementasi REDD tersebut juga membutuhkan berbagai
perangkat pendukung terkait dengan isu-isu tertentu yang relevan seperti isu kebijakan, hukum, kelembagaan,
keuangan dan mekanismenya, maupun menyangkut aspek-aspek teknis dan khusus di lapangan. IHSA juga
mencatat misalnya bahwa REDD juga bersinggungan dengan sejumlah aspek seperti masyarakat, pembangunan,
tata ruang, pertumbuhan penduduk, (potensi) tindak pidana maupun berbagai aspek perdata. Bahkan REDD,
sekaligus menjadi sangat terkait dengan komitmen global sehingga dapat pula dikatakan ia memiliki dimensi
internasional.
The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Berau bermaksud untuk
menindaklanjuti komitmen Pemerintah RI tersebut dengan mengembangkan program REDD dalam suatu pilot
project atau program karbon hutan dengan judul program ”Berau Forest Carbon Program’’ yang selanjutnya
disingkat BFCP. Dalam kaitan itu Institut Hukum Sumberdaya Alam (IHSA) kemudian turut bergabung untuk
melakukan kajian dalam rangka menyusun basis kebijakan, hukum dan kelembagaan.
Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk memberikan
usulan bentuk landasan hukum yang kuat berdasarkan
hukum yang dikenal dan berlaku di wilayah Republik
Indonesia serta model kelembagaan yang memadai bagi
pelaksanaan BFCP yang akan dikembangkan di kawasan
hutan lindung, hutan produksi maupun di kawasan
perkebunan.
Dalam melaksanakan kajian ini, IHSA juga bekerja sama
dengan Universitas Balikpapan dalam sebuah tim. Tim ini
kemudian melakukan diskusi intensif dengan berbagai
pihak di Kabupaten Berau seperti Pemerintah Kabupaten,
BKSDA Wilayah Berau serta dari kalangan swasta. Selain
itu juga mengumpulkan berbagai dokumen terkait dengan
kebijakan, tugas dan fungsi dari tiap lembaga baik pemerintah maupun lembaga lainnya sebagai bahan analisis.
Proses ini dilakukan pada tanggal 27 Juli hingga 5 Agustus 2009. (diolah dari TOR Pengembangan Kerangka
Hukum dan Kelembagaan Program Karbon Hutan di Berau dalam Konteks Tata Kelola Hutan yang Lestari/Iwied)
Halaman 2 Volume 3
Kajian Kebijakan dan Kelembagaan Program Karbon Hutan Berau
S alah satu aspek penting dalam pengembangan program karbon hutan Berau
adalah pengukuran emisi karbon pada beberapa tipe penggunaan lahan
yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Berau. Tujuan pengukuran dan
pengambilan data ini adalah untuk mengetahui potensi emisi karbon yang dihasil-
kan pada tiap penggunaan lahan, juga untuk mengetahui sejarah perubahan lahan
yang akan berpengaruh pada perubahan emisi karbon serta untuk mengetahui pen-
yebab utama perubahan-perubahan tersebut (sering disebut dengan “driver fac-
tor”).
Kegiatan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan bekerja sama dengan
World Agroforestry Center (WAC/ICRAF), Center for Social Forestry Unmul (CSF UN-
MUL) beserta The Nature Conservancy (TNC) yang dilaksanakan sejak tanggal 27 Juli
– 21 Agustus 2009. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan status, ak-
sesibilitas dan topografi pada beberapa tipe penggunaan lahan. Objek penelitian di
lapangan adalah mulai dari tumbuhan bawah seperti serasah, bio-
massa, nekromassa yang diambil samplenya masing-masing untuk dila-
kukan analisis lebih jauh di Laboratorium kemudian juga tumbuhan
tingkat atas yang berupa pohon diambil data diameter pohon.
Tipe-tipe lahan dan jenis-jenis pohon yang dijadikan sampel penelitian
antara lain: Kebun kopi; Kebun kakao; Kebun kelapa; Kebun karet; Ke-
bun sawit; Hutan Tanaman Industri (Sengon, Akasia, Jati dan Gmelina);
Hutan Primer; Hutan Bekas Tebangan (Kerapatan rendah, sedang dan
tinggi) serta Ladang (umur 1 tahun, 2 tahun dan 7 tahun).
Berbagai tipe lahan tersebut terdapat di desa Bangun, Meraang, Batu-
batu, Gurimbang, Laba-
nan, sedangkan untuk wilayah konsesi HPH terdapat di PT Suma-
lindo Lestari Jaya IV, PT Amindo Wana Persada, PT Tanjung Redeb
Hutani dan perkebunan PT Dwi Wira Lestari.
Tim WAC dan Unmul juga memberikan pelatihan pengukuran stok
karbon kepada anggota Pokja REDD Berau pada tanggal 18 Agustus
2009 di Sekretariat dan Areal PT Inhutani 2 (bekas kantor BFMP).
Dalam pelatihan ini dijelaskan metode yang digunakan dalam pen-
gumpulan data serta ringkasan data awal yang telah dikumpulkan
oleh tim lapangan. (Iwied)
Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten Berau
Halaman 3 Volume 3
Halaman 4 Volume 3
T he Nature Conservancy (TNC) bersama-sama dengan tim kerja Program Karbon Hutan Berau mendapat-
kan kesempatan melakukan presentasi kepada Menteri Kehutanan dan jajaran eselon I Departemen
Kehutanan untuk menyampaikan kemajuan program REDD di Berau sekaligus mendiskusikan tantangan
-tantangan yang ada, serta rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan.
Acara yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 bertempat di Departemen Kehutanan ini diawali dengan
penjabaran mengenai organisasi TNC dan program kehutanan di TNC Indonesia termasuk penjelasan mengenai
program REDD di Berau. TNC memandang REDD sebagai salah satu alat untuk mencapai Sustainable Natural
Resource Management melalui peningkatan kapasitas institusi, perbaikan tata ruang dan penghitungan karbon
di tingkat kabupaten. Hal ini terkait dengan pengelolaan sumber daya alam yang semuanya berujung pada pen-
capaian pembangunan yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Penjelasan mengenai program REDD di
Berau mencakup alasan-alasan pemilihan Berau sebagai demonstrasi program REDD di TNC, struktur kerja dan
mekanisme, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, progres kegiatan yang sedang berlangsung serta ren-
cana kegiatan yang akan datang. Ditekankan juga bahwa peran TNC lebih banyak sebagai fasilitator dan advisor
dan sama sekali tidak mempunyai niat atau rencana untuk mendapatkan keuntungan atau bagian dari dana
yang nantinya didapatkan melalui penjualan karbon.
Selain TNC, Pemda Berau dan para mitra dalam program ini juga melakukan presentasi terkait dengan peran
dan progres kegiatan mereka, serta penjelasan-penjelasan teknis. Para mitra tersebut adalah, Universitas Mula-
warman, World Education, World Agroforestry Center (ICRAF) dan Institut Hukum Sumber Daya Alam (IHSA).
Terdapat banyak masukan, saran dan juga beberapa pertanyaan baik dari Bapak Menteri maupun para peserta
pertemuan. Beberapa hal penting yang dibahas pada pertemuan ini antara lain:
Pemahaman tentang REDD: Dalam lingkup nasional, di Indonesia masih banyak terdapat pemahaman yang
berbeda mengenai REDD terutama yang dimaksud dengan skema pendanaan REDD sebagai salah satu sarana
pemberian insentif yang diberikan untuk mendanai kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan mengenai
definisi REDD terutama kepada pemerintah daerah khususnya mengenai mekanisme pemberian insentif.
Landasan hukum: TNC melalui mitranya IHSA mengusulkan pembuatan SK Khusus Penunjukkan untuk
pelaksanaan model pengembangan REDD di Berau sebagai lokasi demonstration activity agar memudahkan
proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. SK Khusus ini sebaiknya dibuat dengan melalui
proses konsultasi dengan para pemangku kepentingan.
Tata ruang: Masih banyak status quo pada tata ruang. Terdapat juga banyak perbedaan atau hal-hal yang belum
terintegrasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Terdapat potensi ‘leakage’ mengingat Indonesia
adalah negara kepulauan. Kepastian kawasan baik di kawasan kehutanan dan non kehutanan juga menjadi
sangat penting untuk menghindari permasalahan di depan ketika kita menetapkan kawasan tersebut sebagai
area yang berpartisipasi untuk program REDD terutama terkait dengan pembagian insentif.
Pendanaan: Saat ini masih terdapat ketidak jelasan mengenai sumber dana untuk pelaksanaan REDD. Pemben-
tukan Indonesia Trust Fund sedang dalam proses dan secara prinsip telah disetujui.
Mekanisme pemberian insentif atau keuntungan: Perlu kejelasan dalam bentuk regulasi mengenai mekanisme
pemberian insentif jika REDD diimplementasikan. Yang perlu diperhatikan adalah insentif untuk negara,
propinsi, kabupaten dan juga masyarakat. Tanpa keterlibatan masyarakat lokal, eksploitasi hutan masih akan
dilakukan (oleh masyarakat lokal). Jadi yang harus diutamakan adalah benefit atau keuntungan untuk mereka.
Masyarakat lokal harus mendapat bagian yang semestinya dari insentif yang diberikan. Dalam hal ini,
pemerintah harus mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa masyarakat mendapatkan insentif
atau keuntungan. Kita harus menempatkan masyakarat sebagai prioritas utama. Tanpa mereka REDD tidak
akan berhasil. (Alfan S.)
Presentasi TNC mengenai Program REDD kepada Menteri Kehutanan
Halaman 5 Volume 3
Pelatihan Penginderaan Jauh “Wall to wall Mapping”
Salah satu komitmen kerjasama yang dibangun oleh SEKALA
dengan POKJA REDD Berau adalah adanya transfer
pengetahuan terutama di bidang pengelolaan data spatial
yang bisa diaplikasikan dalam kegiatan REDD di Berau.
Sebagai lanjutan dari seri pelatihan yang dilakukan, kali ini
dilaksanakan pelatihan Pemetaan Sejarah Perubahan Lahan
Hutan dengan Penginderaan Jauh (Wall To Wall Mapping
dengan Metode Decision Tree Data Mining) yang
dilaksanakan pada tanggal 24-27 Agustus 2009 di
Sekretariat Sekala, Canggu, Bali. Kegiatan ini diikuti 13
peserta dari berbagai daerah terutama daerah yang
menjalin hubungan kerjasama dengan Sekala baik dari
instansi pemerintah maupun NGO. Dari Instansi Pemerintah
terdapat perwakilan dari BAPPEDA Kab. Kapuas Hulu Prop.
Kalbar, BPKH Wil. X Jayapura, DISHUT Kab. Berau Prop. Kaltim. Sedangkan Perwakilan dari NGO terdapat
perwakilan KKI-Warsi Jambi, POKJA REDD Kab. Berau, PPSDAK Pancur Kasih Pontianak, WA TALA Lampung, Forest
Watch Indonesia, Java Learning Center (Javlec), serta Fauna Flora International.
Pelatihan yang dibuka langsung oleh Bapak Ketut Deddy selaku
Direktur SEKALA ini menyampaikan beberapa metode yang efektif
guna memantau perubahan hutan, laju kerusakan hutan (deforestasi
dan degradasi hutan), dan atau sebaliknya memantau keberhasilan
hutan tanaman dan pertumbuhan hutan (reforestasi). Program ini
dapat juga digunakan secara luas pada bidang lain, misalnya
penyusunan baseline skenario dalam REDD (Reduced Emissions from
Avoided Deforestation and Degradation). Materi juga disampaikan
oleh Matt Hansen yang secara khusus mejelaskan bagaimana sebuah
citra dapat memberikan sebuah in-
formasi per pixel berdasarkan
pendekatan tree algoritma.
Materi inti pelatihan ini adalah Mapping and monitoring Intact Forest Landscapes
(IFL) yang disampaikan oleh Mark Broich dari The Geographic Information Science
Center of Excellence (GIScCE) South Dakota State University.
Pada tahap pelatihan peserta diharapkan dapat menyatukan persepsi tentang se-
buah informasi dalam sebuah citra dan kemudian melakukan update IFL tahun
2000 dan 2005 yang dibuat Greenpeace dengan beberapa informasi penting yang
perlu diperhatikan seperti jalur logging, jalan, pemukiman baru, pembukaan lahan
baik untuk perkebunan maupun sektor kehutanan. Untuk jalur logging dan jalan
ada perlakuan khusus yaitu buffer 1 km. Untuk hari 2-4 kami melaksanakan update
IFL untuk Pulau Kalimantan yang dibagi dalam 3 kelompok, analisis data meng-
gunakan program ArcGis 3.3.
Materi tambahan lainnya adalah bagaimana menghilangkan awan pada sebuah citra karena prosesnya sangat lama
serta membutuhkan space computer yang sangat tinggi terpaksa peserta hanya bisa melihat bagaimana prosesnya,
akan tetapi metodenya atau logikanya bisa diserap peserta dimana pada setiap citra memiliki nilai (digital number)
perpixelnya nanti pixel yang memiliki digital number sama dengan awan akan terhapus. Pada sesi terakhir panitia
mengharapkan saran dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan ini, dan kemungkinan besar masih akan ada lagi
pelatihan lanjutan mengenai pengelolaan data spatial. (Adji R.)
Agenda bulan September 2009
Informasi lebih lanjut
mengenai REDD Program,
kontak :
Iwied Wahyulianto
Koordinator Sekretariat
POKJA REDD Kab. Berau
Jln. Anggur No 265 Tanjung
Redeb, Berau
Telp/Fax. 0554 - 21232
email:
Hamzah As-Saied
Dinas Kehutanan Kab.
Berau Jl. Pulau Sambit No 1
Tanjung Redeb
Email:
Fakhrizal Nashr
Berau Program Leader
The Nature Conservancy
JL. Cempaka No. 7 - RT 07/
RW 07 Berau 77311
Tel. +62 - 554 23388
Hp.: +62-812-5408141
Email : [email protected]
Alfan Subekti
REDD Field Manager
The Nature Conservancy
Jalan Polantas No. 5,
Markoni, Balikpapan,
76112,
Telp.: +62-542-442896
Fax.: +62-542-745730
Email : [email protected]
1. Pertemuan dan Diskusi dengan rombongan Agence France Development (AFD) dan
CIRAD
2. Pertemuan pimpinan kelompok bersama dengan mitra dan konsultan
3. Pelatihan REDD Kaltim kerjasama TNC dengan GTZ
Untuk mendapatkan kompensasi melalui skema REDD (reduced emissions from defor-
estation), Negara-Negara berkembang memerlukan metodologi yang efektif (diterima
secara luas, kredible dan bersifat ilmiah) dalam pengukuran dan monitoring pelak-
sanaan REDD tersebut. Untuk mencapai tujuan ini harus disepakati bersama me-
todologi dalam menentukan baseline. Metodologi-metodologi ini harus dapat diterap-
kan secara efektif dalam melihat perubahan potensi karbon pada berbagai tipe tutu-
pan hutan dan juga dapat diimplementasikan dengan melibatkan partisipasi masyara-
kat lokal.
Pertanyaan kunci yang muncul adalah bagaimana memastikan kegiatan implementasi
yang berhasil di tingkat proyek atau daerah (sub nasional) dan dilakukan pada tingkat
nasional. Pembelajaran dari pengembangan demonstration activities yang dilakukan
berbagai daerah sangatlah penting dalam rangka menyusun program bersama di ting-
kat nasional.
Workshop ini digagas oleh Center for Climate Risk and Opportunity Management
(CCROM) in Southeast Asia and Pasific bekerjasama dengan Center for International
Forestry Research (CIFOR) bertempat di IPB Convention Center Bogor pada tanggal 26-
27 Agustus 2009. Kegiatan yang dihadiri dari berbagai utusan daerah seperti Aceh,
Kaltim, Kalteng, Papua, Jambi; perwakilan dari lembaga-lembaga non pemerintah
yang peduli pada isu perubahan iklim, Departemen Kehutanan dan kalangan
akademisi ini juga sekaligus merupakan peresmian (launching) CCROM yang dipimpin
oleh Bapak Rizaldi Boer.
Dalam kegiatan ini disampaikan beragam pengalaman dari berbagai pihak sudah me-
mulai program REDD di daerahnya masing-masing dengan pendekatan yang berbeda-
beda. Aceh menyampaikan pengalamannya dalam pengembangan program di kawa-
san hutan Ulu Masen; Papua dengan berbagai kawasan hutannya yang masih bagus
bekerjasama dengan berbagai lembaga konservasi; juga ada pengalaman dari Latin
yang dilakukan di Taman Nasional Meru Betiri. Sedangkan Untuk program karbon hu-
tan Berau dipresentasikan oleh bapak Wahyudi Wardoyo dari The Nature Conser-
vancy. Beliau menyampaikan berbagai tahapan program yang disusun bersama dan
capaian sampai saat ini. (iwied)
Workshop Metodologi REDD: Pembelajaran dari
Demonstration Activities
Pokja REDD Updates merupakan lembar informasi internal bagi seluruh anggota Pokja REDD
Kabupaten Berau yang diterbitkan oleh Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau setiap akhir
bulan untuk memberikan berbagai perkembangan program REDD di Kabupaten Berau
Sekretariat menerima tulisan dari semua pihak yang ingin terlibat aktif dalam program REDD di
Kabupaten Berau.
Foto-foto: Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau (halaman 1 dan 5); Tim IHSA (halaman 2)
dan Tim CSF-Unmul (halaman 3)