Vitamin
-
Upload
vicarioabsalomabbas -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
description
Transcript of Vitamin
BAB I
PENDAHULUAN
Judul percobaan : Vitamin
Tujuan praktikum :
Mengukur kadar suatu vitamin.
Mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap kadar vitamin C.
BAB II
DASAR TEORI
Vitamin adalah bahan organic kompleks yang dibutuhkan dalam percobaan ini,
penentuan kadar vitamin C dilakukan melalui titrasi iodiumdalam jumlah yang sedikit
pada makanan ( relative terhadap zat makanan lainnya kecuali mineral mikro ).
Vitamin-vitamin tersebut esensial dalam arti tidak dapat disintesis dalam jaringan tubuh
manusia semuanya atau dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam
kondisi normal. Beberapa zat makanan yang menyerupai vitamin yang dianggap tidak
esensial karena zat-zat tersebut dapat dibuat oleh jaringan tubuh manusia dalam jumlah
cukup atau sebagian dari vitamin atau zat makanan lain yang dikonsumsi oleh manusia (
vitamin D, kolin, asam lipoik, asam p-aminobenzoik, dan inositol ) ( Linder, 1992 ).
Vitamin yang dibutuhkan untuk diet manusia hanya dalam jumlah milligram atau
microgram per hari, maka vitamin tersebut mikronutrien. Vitamin diperlukan dalam
jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan
transformasi kimia makronutrien yang secar bersama-sama kita sebut metabolisme.
Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat pada konsentrasi yang rendah
di dalam jaringan ( Lehninger, 1982 ).
Vitamin dapat diklasifikasi berdasarkan kelarutannya. Vitamin yang larut dalam
air lebih banyak dibandingkan dengan yang larut di dalam lemak. Umumny, dikatakan
bahwa vitamin-vitamin yang larut dalam air, kecuali B12 tidak disimpan di dalam tubuh.
Vitamin-vitamin tersebut masuk ke dalam tubuh secara bebas, didapatkan dalam cairan
intra/ ekstrasel dan umumnya keluar dari tubuh secara mudah memalui urine. Hampir
semua vitamin yang larut dalam air berfungsi sebagai co-enzim dalam metabolisme
energy, protein / asam amino, dan asam nukleat, serta nerupakan kocubstrat dalam
reaksi enzim seperti asam askorbik dalam proses oksidasi / reduksi, atau sebagai
komponen structural seperti kolin dan inositol dalam fosfolipid ( Linder, 1992 ).
Vitamin yang larut dalam lemak lebih banyak mempunyai aktivitas secara
individu, kecuali vitamin E ( antioksidan lemak yang berspektrum luas ). Vitamin-
vitamin tersebut dapat disimpan kecuali vitamin E, tidak diserap atau tidak diekskresi
semudah vitamin yang larut dalam air. Kecuali vitamin K, vitamin yang larut dalam
lemak tidak bersifat co-enzim seperti halnya vitamin B ( Linder, 1992 ).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
C6H8O6. Dalam bentuk Kristal, tidak berwarna, titik cairnya 190-192 oC. bersifat larut
dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter, dan benzene. Dengan logam akan
membentuk garam. Pada pH rendah, vitamin C akan lebih stabil. Vitamin C mudah
teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase,
sinar temperatur yang tinggi ( Sudarmadji dkk, 1996 ).
Vitamin C tersebar luas di alam, kebanyakan dalam bentuk produk tumbuhan
seperti buah jeruk, sayur hijau, tomat, kentang, dan buah beri. Salah satu sumber
vitamin ini yang berasal dari hewan adalah susu dan hati. Primate yang tidak dapat
mensintesis vitamin C hanyalah manusia dan marmut. Kebutuhan manusia akan vitamin
C tidak diketahui dengan pasti. Angka mulai dari 45-75 mg/hari dicantumkan sebagai
kebutuhan harian. Ketegangan jiwa yang terus-menerus dan terapi obet dapat
meningkatkan kebutuhan vitamin ( Deman, 1997 ).
Peranan vitamin C adalah di dalam pembentukan kolagen intraseluler. Asam
askorbat sangat penting peranannya di dalam proses hidroksitas dua asam amino prolin
dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilin. Penjagaan agar fungsi itu tetap
mantap, banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C di dalam tubuh.
Peranannya adalah dalam proses penyembuhan, serta daya tahan tubuh melawan infeksi
dan stress. Diperkirakan vitamin C juga berperan dalam pembentukkan hormone steroid
dan kolesterol ( Winarno, 2002 ).
Vitamin C merupakan vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan
mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena
kerja logam, terutama tembaga dan besi, dan juga oleh karena enzim. Pendedahan
oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen, dan pembedahan
terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerusakan vitamin C selama pemrosesan termasuk perlakuan panas dan
pendinginan. Tingkat kekerasan kondisi pemrosesan sering dapat dinilai dari persentase
asam askorbat yang hilang ( Linder, 1992 ).
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan vitamin C di atas 60
mg/hari seperti merokok, pemakian kontrasepsi, dan penyembuhan luka. Vitamin tidak
stabil pada pH netral atau alkali, terutama terhadap panas, tetapi sangat stabil terhadap
asam dan cukup stabil selama penyimpanan sementara dalam keadaan dingin dan segar.
Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C dapat menimbulkan masalah, seperti:
1. Pada penderita diabetes yang tergantung pada tes glukosa urine untuk menentukan
kebutuhan insulin, analisis mungkin ke arah positif atau negatif.
2. Dalam menganalisis vitamin B12 serum.
3. Pada penderita antikoagulan tertentu seperti dicoumerol.
Bila terjadi kekurangan vitamin C, akan mengakibatkan dehidrasi dan kerusakan sel-sel
tubuh, terutama sel kulit ( Linder, 1992 ).
Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3,
sehingga ikatan rangkap akan hilang. Reaksinya :
O=C O-C-OH
OH-C OH-C-I
O + I2 →
OH-C OH-C-I
HC H-C-OH
OH-C-H OH-C-H
CH2OH CH2OH
Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan titrasi iodium. Hal ini didasarkan
pada sifat vitamin C yang dapat bereaksi seperti di atas. Indicator yang digunakan
adalah amilum. Akhir titrasi akan ditandai dengan terbentuknya warna biru dari iod-
amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iod, yaitu tiap I ml
iodine 0,01 N ekuivalen dengan 0,88 mg asam karbonat ( Sudarmadji, 1989 ).
Buah belimbing merupakan buah yang berbentuk special. Jika dipotong
melintang, akan membentuk bentukan bintang. Belimbing yang berbentuk inilah yang
sering kita kenal ( Averrhoa carambola ). Belibing memiliki rasa yang manis dan
kadang-kadang sedikit masam. Dalam 100 gr buah belimbing, terkandung setidaknya
33 mg vitamin C, 7,7 gr karbohidrat, 18 RE vitamin A, 0,9 gr serat, 50 gr protein, 70 gr
lemak, dan 8 mg kalsium ( Anonim, 2007 ).
Jambu biji ( Psidium guajava ) memiliki bentuk yang agak bulat dan seikit
lonjong. Di dalamnya terdapat banyak biji kecil-kecil yang keras. Di dalam jambu biji
terkandung banyak sekali zat-zat yang dibutuhkan tubuh, salah satunya yang cukup
terkenal adalah kandungan vitamin C-nya. Ternyata, jambu biji memiliki kandungan
vitamin C yang 4 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah vitamin C di
dalam jeruk. Di dalam 100 gr jambu biji, terkandung 183 mgvtamin C ( Anonim,
2007 ).
BAB III
METODE
Alat dan Bahan
Alat
Pipet ukur
Flow pipet
Erlenmeyer
Buret
Corong
Thermometer
Tabung reaksi
Botol
Inkubator
Lemari es
Bahan
Sari buah belimbing
Sari buah jambu biji
Larutan amilum 1%
Larutan iod 0,01 N
Cara Kerja
1. Pengaruh faktor temperatur
a. Sampel sari belimbing dan jambu biji dimasukkan ke dalam botol sampel
dengan 4 perlakuan ( suhu kamar terbuka, suhu kamar tertutup, lemari es 4oC,
dan incubator 500C ).
b. Sampel dengan masing-masing perlakuan diukur suhu dan kadarnya saat
pengamatan pada hari ke-0 hingga hari ke-5.
c. Setelah itu, grafik kadar vitamin C dan perlakuan dibuat.
2. Pengukran kadar vitamin C
a. 10 ml sari buah diambil, ditambah dengan 2 ml amilum 1%, dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer.
b. Larutan tersebut dititrasi dengan iod 0,001 N hingga berwarna biru.
c. Kadar vitamin C dihitung menggunakan rumus:
Kadar vitamin C = V titran x N iod x 88 mg askorbat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Vitamin C
Perlak
uan
Pengam
atan
Yang
Dilakuk
an
Sari Belimbing 2 Sari Belimbing 4Hari ke- Hari ke-
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Lemar
i
Es (4 oC)
Suhu ( oC )
27o
C
1
ml
5 7 10 7 8
27o
C
6
ml
8 9 8 8 73 0,5 0,3 0,2 0,4 3 3,3 2,8 1,2 1,2,
64
0,4
4
0,2
64
0,1
76
0,3
52
2,
64
2,9
04
2,4
64
1,0
56
1,
40V.iod
( ml ) 47 46 41 48 44 45 46 46 44 43Kadar
vit C4 0,4 0,7 0,8 0,7 3, 3 2,1 1,6 0,3,
52
0,3
52
0,6
16
0,7
04
0,6
16
3,
16
2,6
4
1,8
4
1,4
08
0,
79Inkub
ator
(50 oC)
Suhu ( oC ) 28 27 28 28 29 27 27 28 27 27
V.iod
( ml )
3, 1,3 1,1 0,5 0,6 4 3,2 2,5 2,2 2,3,
26
1,1
44
0,9
68
0,4
4
0,5
28
3,
52
2,8
1
2,2 1,9
36
2,
28Kadar
vit C27 29 28 28 28 26 29 28 26 279 0,6 0,7 0,5 0,7 2 2,6 2,2 2,9 3,Suhu
Kama
r
Terbu
ka
Suhu ( oC )
7,
92
0,5
22
0,1
6
0,4
4
0,6
16
1,
76
2,2
8
1,9
36
2,5
52
2,
72
8
V.iod
( ml )Kadar
vit C Suhu Suhu ( oC )
Kama
r
Tertut
0,8
8
5,2
8
V.iod
( ml )Kadar
vit C
Pembahasan
Vitamin adalah bahan organic kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sedikit pada makanan ( relative terhadap zat makanan lainnya kecuali mineral mikro ).
Vitamin-vitamin tersebut esensial dalam arti tidak dapat disintesis dalam jaringan tubuh
manusia semuanya atau dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam
kondisi normal. Beberapa zat makanan yang menyerupai vitamin yang dianggap tidak
esensial karena zat-zat tersebut dapat dibuat oleh jaringan tubuh manusia dalam jumlah
cukup atau sebagian dari vitamin atau zat makanan lain yang dikonsumsi oleh manusia (
vitamin D, kolin, asam lipoik, asam p-aminobenzoik, dan inositol ) ( Linder, 1992 ).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
C6H8O6. Dalam bentuk Kristal, tidak berwarna, titik cairnya 190-192 oC. bersifat larut
dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter, dan benzene. Dengan logam akan
membentuk garam. Pada pH rendah, vitamin C akan lebih stabil. Vitamin C mudah
teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase,
sinar temperatur yang tinggi ( Sudarmadji dkk, 1996 ).
Peranan vitamin C adalah di dalam pembentukan kolagen intraseluler. Asam
askorbat sangat penting peranannya di dalam proses hidroksitas dua asam amino prolin
dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilin. Penjagaan agar fungsi itu tetap
mantap, banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C di dalam tubuh.
Peranannya adalah dalam proses penyembuhan, serta daya tahan tubuh melawan infeksi
dan stress. Diperkirakan vitamin C juga berperan dalam pembentukkan hormone steroid
dan kolesterol ( Winarno, 2002 ).
Pada percobaan ini, penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrasi
iodometri. Indicator yang digunakan adalah larutan amilum 1% yang bisa mendeteksi
titik akhir dari titrasi tersebut dengan ditandai terbentuknya warna biru. Reaksinya :
O=C O-C-OH
OH-C OH-C-I
O + I2 →
OH-C OH-C-I
HC H-C-OH
OH-C-H OH-C-H
CH2OH CH2OH
Sampel yang digunakan pada percobaan tersebut adalah sari buah jambu biji dan
belimbing. Sampel-sampel tersebut diberi beberapa perlakuan yang berbeda, seperti
ditaruh pada suhu kamar terbuka, suhu kamar tertutup, lemari es 4oC, dan incubator
500C. tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh suhu, penyimpanan, dan udara
terhadap kandungan vitamin C dalam sampel.
Buah belimbing merupakan buah yang berbentuk special. Jika dipotong
melintang, akan membentuk bentukan bintang. Belimbing yang berbentuk inilah yang
sering kita kenal ( Averrhoa carambola ). Belibing memiliki rasa yang manis dan
kadang-kadang sedikit masam. Dalam 100 gr buah belimbing, terkandung setidaknya 33
mg vitamin C, 7,7 gr karbohidrat, 18 RE vitamin A, 0,9 gr serat, 50 gr protein, 70 gr
lemak, dan 8 mg kalsium ( Anonim, 2007 ).
Jambu biji ( Psidium guajava ) memiliki bentuk yang agak bulat dan seikit
lonjong. Di dalamnya terdapat banyak biji kecil-kecil yang keras. Di dalam jambu biji
terkandung banyak sekali zat-zat yang dibutuhkan tubuh, salah satunya yang cukup
terkenal adalah kandungan vitamin C-nya. Ternyata, jambu biji memiliki kandungan
vitamin C yang 4 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah vitamin C di
dalam jeruk. Di dalam 100 gr jambu biji, terkandung 183 mg vitamin C ( Anonim, 2007
).
Pada pengamatan hari ke-0, suhu awal sari buah belimbing dan sari buah jambu
biji adalah 27oC. Sari belimbing memiliki kadar vitamin C sebesar 0,88 mg, sedangkan
kadar vitamin C sari buah jambu biji adalah 5,28 mg. Dari data tersebut, dapat dilihat
bahwa sari jambu biji memiliki kadar vitamin C yang jauh lebih tinggi dari kadar
vitamin C sari belimbing.
Pada pengamatan hari ke-1, didapat suhu sari belimbing di dalam lemari es
sebesar 5 oC dengan kadar vitamin C sebesar 2,64 mg ; pada incubator, bersuhu 47 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 3,52 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 3,26 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 27 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 7,92 mg. Selain itu, sari jambu biji di dalam lemari es
memiliki suhu 8 oC dengan kadar vitamin C sebesar 2,64 mg ; pada incubator, bersuhu
45oC dengan kadar vitamin C sebesar 3,16 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 27 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 3,52 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 26 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 1,76 mg.
Pada pengamatan hari ke-2, didapat suhu sari belimbing di dalam lemari es
sebesar 7 oC dengan kadar vitamin C sebesar 0,44 mg ; pada incubator, bersuhu 48 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,352 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 27 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 1,144 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 29 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,528 mg. Selain itu, sari jambu biji di dalam lemari es
memiliki suhu 9 oC dengan kadar vitamin C sebesar 2,904 mg ; pada incubator, bersuhu
46oC dengan kadar vitamin C sebesar 2,64 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 27 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 2,81 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 29 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 2,28 mg.
Pada pengamatan hari ke-3, didapat suhu sari belimbing di dalam lemari es
sebesar 10 oC dengan kadar vitamin C sebesar 0,264 mg ; pada incubator, bersuhu 41 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,616 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,968 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,616 mg. Selain itu, sari jambu biji di dalam lemari es
memiliki suhu 8 oC dengan kadar vitamin C sebesar 2,464 mg ; pada incubator, bersuhu
46oC dengan kadar vitamin C sebesar 1,84 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 2,2 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 1,936 mg.
Pada pengamatan hari ke-4, didapat suhu sari belimbing di dalam lemari es
sebesar 7 oC dengan kadar vitamin C sebesar 0,176 mg ; pada incubator, bersuhu 48 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,704 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,44 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,44 mg. Selain itu, sari jambu biji di dalam lemari es
memiliki suhu 8 oC dengan kadar vitamin C sebesar 1,056 mg ; pada incubator, bersuhu
44oC dengan kadar vitamin C sebesar 1,408 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 27 oC dengan kadar vitamin C sebesar 1,936 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 26 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 2,552 mg.
Pada pengamatan hari ke-5, didapat suhu sari belimbing di dalam lemari es
sebesar 8 oC dengan kadar vitamin C sebesar 0,352 mg ; pada incubator, bersuhu 44 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,616 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 29 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,528 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 28 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 0,616 mg. Selain itu, sari jambu biji di dalam lemari es
memiliki suhu 7 oC dengan kadar vitamin C sebesar 1,408 mg ; pada incubator, bersuhu
43oC dengan kadar vitamin C sebesar 0,792 mg ; pada suhu kamar terbuka, bersuhu 27 oC dengan kadar vitamin C sebesar 2,28 mg ; pada suhu kamar tertutup, bersuhu 27 oC
dengan kadar vitamin C sebesar 2,728 mg.
Dari pengamatan terhadap hasil yang ada, dapat dikatakan bahwa proses inkubasi
di dalam incubator membuat penuruan kadar vitamin C yang paling cepat, sedangkan
perlakuan pada suhu kamar tertutup menghasilkan penurunan kadar vitamin C yang
paling kecil. Hal ini dikarenakan oleh sifat dari vitamin C yang mudah teroksidasi,
sehingga kadar vitamin C dari sampel akan mudah menurun pada suhu tinggi
( emanasan ) dan pada ruang terbuka ( penuh oksigen ). Jadi, dapat dikatakan bahwa
kadar vitamin C dipengaruhi oleh suhu dan ada tidaknya oksidator. Pada perlakuan
inkubasi tertutup pada suhu ruang, dapat diketahui bahwa lama penyimpanan akan
mempengaruhi juga kadar suatu vitamin C.
Berdasarkan hasil keseluruhan pengamatan, dapat diketahui bahwa kadar vitamin
C tiap sampel dan perlakuan selalu naik turun, sehingga tidak dapat terlihat pengaruh
yang pasti dari perlakuan yang ada. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan
praktikan dalam melakukan titrasi dan memang karean sifat dari asam askorbat sendiri
yang tidak stabil dan mudah teroksidasi. Akan tetapi, jelas dari semuanya itu, kadar
vitamin C sampel cenderung menurun.
KESIMPULAN
1. Penentuan kadar vitamin C dalam percobaan ini dilakukan dengan metode titrasi
iodometri.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C adalah :
Suhu
Ada tidaknya oksidator
Lama penyimpanan
3. Semakin tinggi suhu lingkungan, kadar vitamin C suatu sampel akan semakin
rendah.
4. Semakin banyak terdapat oksidator, kadar vitamin C suatu sampel akan semakin
berkurang.
5. Semakin lama waktu penyimpanan, kadar vitamin C suatu sampel akan semakin
berkurang.
6. Sari jambu biji memiliki kadar vitamin C yang jauh lebih tinggi dibandingkan kadar
vitamin C pada sari belimbing.
7. Perlakuan dalam incubator bersuhu 50oC menghasilkan penurunan kadar vitamin C
yang paling tinggi, sedangkan perlakuan pada suhu kamar yang tertutup
menghasilkan penurunan kadar vitamin C yang paling rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Manfaat Belimbing. http://www.google.com/masenchipz/belimbing. 10
November 2008.
Anonim. 2007. Jambu Biji “ Gudang Vitamin C “.
http://www.google.com/anakku/forum. 10 November 2008.
Deman, J.M. 1997. Kimia Pangan. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Linder, M.C. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
LAMPIRAN
A. Perhitungan Kadar Vitamin C Sari Belimbing
1. Hari ke-0 :
Kadar = V titran (ml) x N Iod x 88
= 1 ml x 0,01 x 88 = 0,88 mg asam askorbat
2. Hari ke-1 :
a. Lemari es : 3 x 0,01 x 88 = 2,64 mg asam askorbat
b. Inkubator : 4 x 0,01 x 88 = 3,52 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 3,7 x 0,01 x 88 = 3,26 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 9 x 0,01 x 88 = 7,92 mg asam askorbat
3. Hari ke-2 :
a. Lemari es : 0,5 x 0,01 x 88 = 0,44 mg asam askorbat
b. Inkubator : 0,4 x 0,01 x 88 = 0,352 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 1,3 x 0,01 x 88 = 1,144 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 0,6 x 0,01 x 88 = 0,522 mg asam askorbat
4. Hari ke-3 :
a. Lemari es : 0,3 x 0,01 x 88 = 0,264 mg asam askorbat
b. Inkubator : 0,7 x 0,01 x 88 = 0,616 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 1,1 x 0,01 x 88 = 0,968 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 0,7 x 0,01 x 88 = 0,616 mg asam askorbat
5. Hari ke-4 :
a. Lemari es : 0,2 x 0,01 x 88 = 0,176 mg asam askorbat
b. Inkubator : 0,8 x 0,01 x 88 = 0,704 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 0,5 x 0,01 x 88 = 0,44 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 0,5 x 0,01 x 88 = 0,44 mg asam askorbat
6. Hari ke-5 :
a. Lemari es : 0,4 x 0,01 x 88 = 0,352 mg asam askorbat
b. Inkubator : 0,7 x 0,01 x 88 = 0,616 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 0,6 x 0,01 x 88 = 0,528 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 0,7 x 0,01 x 88 = 0,616 mg asam askorbat
B. Perhitungan Kadar Vitamin C Sari Jambu Biji
1. Hari ke-0 :
Kadar = V titran (ml) x N Iod x 88
= 6 x 0,01 x 88 = 5,28 mg asam askorbat
2. Hari ke-1 :
a. Lemari es : 3 x 0,01 x 88 = 2,64 mg asam askorbat
b. Inkubator : 3,6 x 0,01 x 88 = 3,16 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 4 x 0,01 x 88 = 3,52 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 2 x 0,01 x 88 = 1,76 mg asam askorbat
3. Hari ke-2 :
a. Lemari es : 3,3 x 0,01 x 88 = 2,904 mg asam askorbat
b. Inkubator : 3 x 0,01 x 88 = 2,64 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 3,2 x 0,01 x 88 = 2,81 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 2,6 x 0,01 x 88 = 2,28 mg asam askorbat
4. Hari ke-3 :
a. Lemari es : 2,8 x 0,01 x 88 = 2,464 mg asam askorbat
b. Inkubator : 2,1 x 0,01 x 88 = 1,84 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 2,5 x 0,01 x 88 = 2,2 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 2,2 x 0,01 x 88 = 1,936 mg asam askorbat
5. Hari ke-4 :
a. Lemari es : 1,2 x 0,01 x 88 = 1,056 mg asam askorbat
b. Inkubator : 1,6 x 0,01 x 88 = 1,408 mg asam askorbat
c. Suhu kamar terbuka : 2,2 x 0,01 x 88 = 1,936 mg asam askorbat
d. Suhu kamar tertutup : 2,9 x 0,01 x 88 = 2,552 mg asam askorba
6. Hari ke-5 :