Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan
-
Upload
eko-wahyudiono -
Category
Documents
-
view
92 -
download
9
Transcript of Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif akan memiliki dampak
seperti tuntutan untuk selalu membangun keunggulan kompetitif, pemutakhirkan peta
perjalanan (roadmap) organisasi secara berkelanjutan, penentuan langkah-langkah
strategik ke depan, pengerahkan, pemusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf
dalam mewujudkan masa depan organisasi.
Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini hanya mengandalkan anggaran
tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi, sehingga menjadi tidak koheren
antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang,
Implementasi.
Sebagian besar organisasi hanya mengandalkan manajemen puncak untuk
menyusun perencanaan strategik, sementara manajemen menengah sampai karyawan
hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem ini hanya
pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan
untuk memperkirakan masa depan organisasi. Dalam pengembangan aktivitas,
perguruan tinggi harus melibatkan seluruh unit kerja dan personel didalamnya dalam
perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and
control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat
terlihat dan terukur seluruh kinerja organisasi dalam berbagai level.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:
a. Hakekat strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan organisasi
pendidikan
b. Langkah-langkah penyusunan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan
organisasi pendidikan
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan
organisasi pendidikan
b. Mengetahui langkah-langkah strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan
kegiatan organisasi pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan organisasi pendidikan
1. Visi
Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan
untuk memandu perumusan visi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh
ke depan kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang
diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan
hidup dan perkembangannya.
Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu
undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya jumlah
pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolahnya dan juga sesuai dengan profil
sekolah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap dalam koridor
kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat
yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional sama tetapi profil sekolah khususnya potensi
dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu
dimungkinkan sekolah memiliki visi yang tidak sma dengan sekolah lain, asalkan tidak
keluar dari koridor nasional yaitu tujuan pendidikan nasional.
Visi juga dapat dilihat sebagai pandangan kedepan dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
Berorientasi kemasa depan yang lebih baik , bukan status quo
Antisipasi tentang kecenderungan perkembangan sejarah , budaya dan nilai-
nilai yang dianut organisasi
Keunikan (kekhasan) dan kompetensi yang ditonjolkan
Standart keunggulan, mewujudkan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang
kuat
Rangsangan insprisasi, antusiasme, dan komitmen
Kejalan atau sebagai arah untuk ,mencapai tujuan.
3
Sebagai contoh, sebuah sekolah yang terletak di perkotaan, mayorotas siswanya
berasal dari keluarga mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin nelanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi, merumuskan visinya sebagai berikut:
UNGGUL DALAM PRESTASI
BERDASARKAN IMTAQ
Sementara itu sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak lebih maju
dari pada sekolah di perkotaan, merumuskan visinya sebagai berikut :
TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ
Kedua visi tersebut sama-sama benar sepanjang masih dalam koridor tujuan pendidikan
nasional. Tentu saja, perumusan visi harus disesuaikan dengan tujuan dari setiap jenjang
jenis sekolah sebagaimana dituliskan dalam peraturan pemerintah.
Visi yang pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filiosofis seperti
contoh tersebut, seringkali memiliki aneka tafsir. Setiap orang menafsirkan secara
berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan perselisihan dalamimplementasinya.
Bahkan jika teerjadi pergantian kepala sekolah yang baru tidak jarang memberi tafsir
yang berbeda dengan kepala sekolah sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan
indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksud oleh visi tersebut. Sebagai contoh, visi
yang dituliskan UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN
TAQWA, diberi indikator sebagai berikut :
Unggul dalam perolehan NEM,
Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya,
Unggul dalam lomba karya ilmiah,
Unggul dalam lomba kreativitas,
Unggul dalam lomba kesenian,
Unggul dalam lomba olah raga,
Unggul dalam disiplin,
Unggul dalam aktivitas keagamaan, dan
Unggul dalam kepedulian sosial.
2. Misi
4
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena
visi harus mengakomodasi semua semua kelompok kepentingan yang terkait dengan
sekolah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memnuhi kepentingan
masing-masing kelompok yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus
mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepenting yang
terkait dengaan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi
tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. \
Misalnya, sebuah sekolah yang memiliki visi “UNGGUL DALAM PRESTASI
BERDASARKAN IMTAQ” merumuskan misinya sebagai berikut :
Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap
siswa berkembang secara optimal,sessuai dengan potensi yang dimiliki.
Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah.
Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi
dirinya,sehingga dapat dikmbangkan secara optimal.
Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga
budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
Menerapkan manajemen partisiptif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
(stakeholders).
3. Sasaran
Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan
merupakan “apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan
“kapan’ tujuan akan dicapai. Jika misi dan misi terkait dengan jangka waktu yang
panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian
tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah
dicanangkan.
Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal), maka
tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau
belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi
5
Sebagai contoh sebuah sekolah telah mendapatkan visi dengan indikator sebanyak 9
aspek, tetapi, tujuannya sampai tahun 2004 baru mencakup 5 aspek sebagai berikut :
Pada tahun 2004, gain score achievment (GSA) siswa meningkat +01.
Pada tahun 2004, proposal lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul
minimal 40%.
Pada taghun 2004, memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi finalis
LKIR tingkat nasional.
Pada tahun 2004, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan mampu
menjadi finalis tingkat propinsi.
Pada tahun2004, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara
setingkat kabupaten/kota.
4. Sasaran / Tujuan Situasional
Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah
selanjutnya adalah memetapkan sasaran /target/ tujuan situasional/ tujuan jangka
pendek. Sasaran adalah penjabaran yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh
sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan
sasaran harus selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan kualitas, efektifitas,
produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau kombinasi). Agar sasaran dapat
dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya,
dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan
namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap
harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.
a. Mengindentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa
identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih
(ketidak sesuaian) antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan di
masa yang akan datang (tujuan sekolah). Besar kecilnya ketidak sesuaian antara output
sekolah saat ini (kenyataan) dengan ouput sekolah yang diharapkan (idealnya) di masa
yang akan datang memberitahukan besar kecilnya tantangan kualitas; misalnya, jika
dalam tiga tahun ke depan dicanangkan tujuan untuk mencapai GSA sebesar +2,
sementara saat ini baru mencapai +0,4, berarti tantangan nyata yang dihadapi sekolah
adalah (+2)-(+04) = (+1,6). Misalnya lagi, juara lomba karya ilmiah remaja sekolah saat
6
ini berperingkat nomor 4 se kabupaten dan diharapkan akan meningkat menjadi
peringkat nomor 1, maka besarnya tantangan adalah 1-4 = -3 (kurang 3). Contoh
tantangan efektifitas; dari 300 siswa yang ikut EBTANAS, yang lulus 270 siswa,
sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10 persen yaitu berasal dari 30 siswa
dibagai 300 siswa.
Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi, karena tersedia
datanya. Akan tetapi bagaimanakah caranya mengindetifikasi output sekolah yang
diharapkan, sehingga output yang diharapkan tersebut cukup realistis? Caranya, perlu
dilakukan analisis prakiraan (forecasting) lengkap dengan asumsi-asumsinya untuk
menemukan kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan di masa depan.
Pada umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat
dikategorikan menjadi empat yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efesiensi.
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang
menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau
tersirat. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah kualitas output
sekolah yang bersifat akademik (misal; NEM dan LKIR) dan non akademik (misal; olah
raga dan kesenian). Mutu output sekolah dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan
proses persekolahan.
Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah dibanding input sekolah. Baik
output maupun input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input sekolah,
misalnya jumlah guru, model sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah,
misalnya; jumlah siswa yang lulus sekolah setiap tahunnya. Contoh produktivitas,
misalnya, jika tahun ini sebuah sekolah lebih banyak meluluskan siswanya dari pada
tahun lalu dengan input yang sama (jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat dikatakan
bahwa tahun ini sekolah tersebut lebih produktif dara pada tahun sebelumnya.
Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan
waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata
dibagi hasil yang diharapkan. Misalnya, NEM idealnya berjumlah 60, namun NEM
yang diperoleh siswa hanya 45, maka efektivitasnya adalah 45 : 60 = 75%.
Efisiensi dapat diklarifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efesiensi
eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara output sekolah
(pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk
memproses/menghasilkan output sekolah. Efesiensi internal biasanya diukur dengan
biaya – efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektifitas selalu memerlukan dua hal, yaitu
7
penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil
pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus ekolah). Misanya jika dengan
biya yang sama, tetapi NEM tahun ini lebih baik dari pada NEM tahun lalu, maka dapat
dikatan bahwa tahun ini sekolah yang bersangkutan lebih efisien secara internal dari
pada tahun lalu. Efesiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan
untuk menghasilkan tamatan dan keuntungn kumulatif (individual, sosial, ekonomik,
dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu yang panjang di luar
sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efesiensi
eksternal. Misalnya, dua sekolah SLTP 1 dan SLTP 2 dengan menggunakan biaya yang
sama setiap tahunnya. Akan tetapi, lulusan SLTP 1 mendapat upah yang lebih besar dari
pada lulusan SLTP 2 setelah mereka bekerja. Oleh karena itu dapat diktakan bahwa
SLTP 1 lebih efisien secara eksternal dari pada SLTP 2.
b. Merumuskan Sasaran (tujuan situasional)
Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka dirumuskanlah
sasaran/ tujuan situasional yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran
dirumuskan berdasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun
perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah
merupakan sumber pengertian (sumber referensi) bagi perumusan sasaran sekolah.
Karena itu, sebelum merumuskan sasaran sekolah yang akan dicapai, setiap sekolah
harus memiliki visi, misi dan tujuan sekolah.
c. Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai sasaran
Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah menindentifikasi fungs-
fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti
tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar
mengajar beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum,
fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan
kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah
masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.
d. Melakukan Analisis SWOT
Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran
diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap
fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunity,
8
and Threat) Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat
kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
e. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih langkah-
langkah pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk
mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada
persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidak siapan fungsi, maka sasaran yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, perlu dilakukan
tindakan-tindakan yang mengubah ketidak siapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan
yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang
hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan dan/atau ancaman, agar
menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih
faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang.
f. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama
dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan
jangka panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut.
Sekolah tidak selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi semua
kebutuhan bagi pelaksanaan MPMBS, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk
jangka pendek, menengah, dan panjang.
g. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui
bersama antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu
mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang
tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman- pengalaman masa lalu yang
dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif
dalam menjalankan program-program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-
9
sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari
keterikatan-keterikatan birokrastis yang biasanya banyak menghambat penyelenggaraan
pendidikan.
h. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan
evaluasi pelaksanan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi
jangka pendek dilakukan setiap akhir caturwulan untuk mengetahui keberhasilan
program secara bertahap. Bilamana pada pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-
faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan
program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah
dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui seberapa jauh program
peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan dan kelemahan program
untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.
i. Merumuskan Sasaran Mutu Baru
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, terdahulu hasil evaluasi berguna untuk
dijadikan alat bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak
kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua peserta
didik untuk merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun yang akan datang.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perumusan kebijakan / strategi adalah tanggung jawab yang selalu dimiliki oleh
manajemen puncak. Esensi perencanaan jangka panjang (perencanaan strategik)
adalah pengidentifikasian sistematis dari peluang ancaman yang berada dimasa datang
yang digabungkan dengan data relevan lainnya, memberikan suatu dasar bagi
manajemen untuk mengambil keputusan yang ada dengan cara yang lebih baik
untuk menggunakan peluang dan menghindari ancaman. Disamping itu perencanaan
strategik juga meliputi seluruh proses penentuan kepentingan pihak luar yang
utama yang terfokus pada organisasi; harapan dan kepentinga n orang dalam yang
dominan; informasi mengenai prestasi masa lalu; sekarang dan masa depan;
(action and action plan) dan evaluasi kekuatan serta kelemahan organisasi.
Meskipun sasaran bersumber dari tujuan namun dalam penentuan sasaran yang
mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata
yang dihadapi oleh sekolah.
a. Mengindentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
b. Merumuskan Sasaran (tujuan situasional)
c. Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai sasaran
d. Melakukan Analisis SWOT
g. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
h. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
g. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
h. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
11
b. Merumuskan Sasaran Mutu Baru
12
DAFTAR PUSTAKA
Tadjudin, M.K., 2002. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi Program Studi ke Audit Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.
http:/www.qaa.ac.uk
http:/www.bintangbangsaku.com
http://smartsurabaya.com/?p=79
http://pakguruonline.pendidikan.net
13