Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif akan memiliki dampak seperti tuntutan untuk selalu membangun keunggulan kompetitif, pemutakhirkan peta perjalanan (roadmap) organisasi secara berkelanjutan, penentuan langkah-langkah strategik ke depan, pengerahkan, pemusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf dalam mewujudkan masa depan organisasi. Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi, sehingga menjadi tidak koheren antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang, Implementasi. Sebagian besar organisasi hanya mengandalkan manajemen puncak untuk menyusun perencanaan strategik, sementara manajemen menengah sampai karyawan hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem ini hanya pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa depan organisasi. Dalam pengembangan aktivitas, perguruan tinggi harus melibatkan seluruh unit kerja dan personel didalamnya dalam perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and control menjadi sense 1

Transcript of Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

Page 1: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif akan memiliki dampak

seperti tuntutan untuk selalu membangun keunggulan kompetitif, pemutakhirkan peta

perjalanan (roadmap) organisasi secara berkelanjutan, penentuan langkah-langkah

strategik ke depan, pengerahkan, pemusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf

dalam mewujudkan masa depan organisasi.

Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini hanya mengandalkan anggaran

tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi, sehingga menjadi tidak koheren

antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang,

Implementasi.

Sebagian besar organisasi hanya mengandalkan manajemen puncak untuk

menyusun perencanaan strategik, sementara manajemen menengah sampai karyawan

hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem ini hanya

pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan

untuk memperkirakan masa depan organisasi. Dalam pengembangan aktivitas,

perguruan tinggi harus melibatkan seluruh unit kerja dan personel didalamnya dalam

perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and

control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat

terlihat dan terukur seluruh kinerja organisasi dalam berbagai level.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:

a. Hakekat strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan organisasi

pendidikan

b. Langkah-langkah penyusunan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan

organisasi pendidikan

1

Page 2: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan

organisasi pendidikan

b. Mengetahui langkah-langkah strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan

kegiatan organisasi pendidikan

2

Page 3: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat strategi perumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan kegiatan organisasi pendidikan

1. Visi

Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan

untuk memandu perumusan visi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh

ke depan kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang

diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan

hidup dan perkembangannya.

Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan  yuridis, yaitu

undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya jumlah

pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolahnya dan juga sesuai dengan profil

sekolah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap dalam koridor

kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat

yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional sama tetapi profil sekolah khususnya potensi

dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu

dimungkinkan sekolah memiliki visi yang tidak sma dengan sekolah lain, asalkan tidak

keluar dari koridor nasional yaitu tujuan pendidikan nasional.

Visi juga dapat dilihat sebagai pandangan kedepan dengan memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

Berorientasi kemasa depan yang lebih baik , bukan status quo

Antisipasi tentang kecenderungan perkembangan sejarah , budaya dan nilai-

nilai yang dianut organisasi

Keunikan (kekhasan) dan kompetensi yang ditonjolkan

Standart keunggulan, mewujudkan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang

kuat

Rangsangan insprisasi, antusiasme, dan komitmen

Kejalan atau sebagai arah untuk ,mencapai tujuan.

3

Page 4: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

Sebagai contoh, sebuah sekolah yang terletak di perkotaan, mayorotas siswanya

berasal dari keluarga mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin nelanjutkan ke

sekolah yang lebih tinggi, merumuskan visinya sebagai berikut:

UNGGUL DALAM PRESTASI

BERDASARKAN IMTAQ

Sementara itu sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak lebih maju

dari pada sekolah di perkotaan, merumuskan visinya sebagai berikut :

  TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ

Kedua visi tersebut sama-sama benar sepanjang masih dalam koridor tujuan pendidikan

nasional. Tentu saja, perumusan visi harus disesuaikan dengan tujuan dari setiap jenjang

jenis sekolah sebagaimana dituliskan dalam peraturan pemerintah.

Visi yang pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filiosofis seperti

contoh tersebut, seringkali memiliki aneka tafsir. Setiap orang menafsirkan secara

berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan perselisihan dalamimplementasinya.

Bahkan jika  teerjadi pergantian kepala sekolah yang baru tidak jarang memberi tafsir

yang berbeda dengan kepala sekolah sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan

indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksud oleh visi tersebut. Sebagai contoh, visi

yang dituliskan  UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN

TAQWA, diberi indikator sebagai berikut :

Unggul dalam perolehan NEM,

Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya,

Unggul dalam lomba karya ilmiah,

Unggul dalam lomba kreativitas,

Unggul dalam lomba kesenian,

Unggul dalam lomba olah raga,

Unggul dalam disiplin,

Unggul dalam aktivitas keagamaan, dan

Unggul dalam kepedulian sosial.  

2. Misi

4

Page 5: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena

visi harus mengakomodasi semua semua kelompok kepentingan  yang terkait dengan

sekolah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memnuhi kepentingan

masing-masing kelompok yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus

mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepenting yang

terkait dengaan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi

tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. \

Misalnya, sebuah sekolah yang memiliki visi “UNGGUL DALAM PRESTASI

BERDASARKAN IMTAQ” merumuskan misinya sebagai berikut :

Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap

siswa berkembang secara optimal,sessuai dengan potensi yang dimiliki.

Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga   

sekolah.

Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi      

dirinya,sehingga dapat dikmbangkan secara optimal.

Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga

budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak

Menerapkan manajemen partisiptif dengan melibatkan seluruh warga

sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah

(stakeholders).  

3. Sasaran

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan

merupakan “apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan

“kapan’ tujuan akan dicapai. Jika misi dan misi terkait dengan jangka waktu yang

panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian

tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah

dicanangkan.

Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal),  maka

tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau

belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi

5

Page 6: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

Sebagai contoh sebuah sekolah telah mendapatkan visi dengan indikator sebanyak 9

aspek,  tetapi,  tujuannya sampai tahun 2004 baru mencakup 5 aspek sebagai berikut  :

Pada tahun 2004, gain score achievment (GSA) siswa meningkat +01.

Pada tahun 2004, proposal lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul

minimal 40%.

Pada taghun 2004, memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi finalis

LKIR tingkat nasional.

Pada tahun  2004, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan mampu

menjadi finalis tingkat propinsi.

Pada tahun2004, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara

setingkat kabupaten/kota.  

4. Sasaran / Tujuan Situasional

Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah

selanjutnya adalah memetapkan sasaran /target/ tujuan situasional/ tujuan jangka

pendek. Sasaran adalah penjabaran yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh

sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan

sasaran harus selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan kualitas, efektifitas,

produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau kombinasi). Agar sasaran dapat

dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya,

dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan

namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap

harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.

a. Mengindentifikasi Tantangan Nyata Sekolah

Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa

identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih

(ketidak sesuaian) antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan di

masa yang akan datang (tujuan sekolah). Besar kecilnya ketidak sesuaian antara output

sekolah saat ini (kenyataan) dengan ouput sekolah yang diharapkan (idealnya) di masa

yang akan datang memberitahukan besar kecilnya tantangan kualitas; misalnya, jika

dalam tiga tahun ke depan dicanangkan tujuan untuk mencapai GSA sebesar +2,

sementara saat ini baru mencapai +0,4, berarti tantangan nyata yang dihadapi sekolah

adalah (+2)-(+04) = (+1,6). Misalnya lagi, juara lomba karya ilmiah remaja sekolah saat

6

Page 7: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

ini berperingkat nomor 4 se kabupaten dan diharapkan akan meningkat menjadi

peringkat nomor 1, maka besarnya tantangan adalah 1-4 = -3 (kurang 3). Contoh

tantangan efektifitas; dari 300 siswa yang ikut EBTANAS, yang lulus 270 siswa,

sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10 persen yaitu berasal dari 30 siswa

dibagai 300 siswa.

Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi, karena tersedia

datanya. Akan tetapi bagaimanakah caranya mengindetifikasi output sekolah yang

diharapkan, sehingga output yang diharapkan tersebut cukup realistis? Caranya, perlu

dilakukan analisis prakiraan (forecasting) lengkap dengan asumsi-asumsinya untuk

menemukan kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan di masa depan.

Pada umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat

dikategorikan menjadi empat yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efesiensi.

Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang

menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau

tersirat. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah kualitas output

sekolah yang bersifat akademik (misal; NEM dan LKIR) dan non akademik (misal; olah

raga dan kesenian). Mutu output sekolah dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan

proses persekolahan.

Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah dibanding input sekolah. Baik

output maupun input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input sekolah,

misalnya jumlah guru, model sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah,

misalnya; jumlah siswa yang lulus sekolah setiap tahunnya. Contoh produktivitas,

misalnya, jika tahun ini sebuah sekolah lebih banyak meluluskan siswanya dari pada

tahun lalu dengan input yang sama (jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat dikatakan

bahwa tahun ini sekolah tersebut lebih produktif dara pada tahun sebelumnya.

Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan

waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata

dibagi hasil yang diharapkan. Misalnya, NEM idealnya berjumlah 60, namun NEM

yang diperoleh siswa hanya 45, maka efektivitasnya adalah 45 : 60 = 75%.

Efisiensi dapat diklarifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efesiensi

eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara output sekolah

(pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk

memproses/menghasilkan output sekolah. Efesiensi internal biasanya diukur dengan

biaya – efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektifitas selalu memerlukan dua hal, yaitu

7

Page 8: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil

pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus ekolah). Misanya jika dengan

biya yang sama, tetapi NEM tahun ini lebih baik dari pada NEM tahun lalu, maka dapat

dikatan bahwa tahun ini sekolah yang bersangkutan lebih efisien secara internal dari

pada tahun lalu. Efesiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan

untuk menghasilkan tamatan dan keuntungn kumulatif (individual, sosial, ekonomik,

dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu yang panjang di luar

sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efesiensi

eksternal. Misalnya, dua sekolah SLTP 1 dan SLTP 2 dengan menggunakan biaya yang

sama setiap tahunnya. Akan tetapi, lulusan SLTP 1 mendapat upah yang lebih besar dari

pada lulusan SLTP 2 setelah mereka bekerja. Oleh karena itu dapat diktakan bahwa

SLTP 1 lebih efisien secara eksternal dari pada SLTP 2.

b. Merumuskan Sasaran (tujuan situasional)

Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka dirumuskanlah

sasaran/ tujuan situasional yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran

dirumuskan berdasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun

perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah

merupakan sumber pengertian (sumber referensi) bagi perumusan sasaran sekolah.

Karena itu, sebelum merumuskan sasaran sekolah yang akan dicapai, setiap sekolah

harus memiliki visi, misi dan tujuan sekolah.

c. Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai sasaran

Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah menindentifikasi fungs-

fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti

tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar

mengajar beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum,

fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan

kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah

masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.

d. Melakukan Analisis SWOT

Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran

diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap

fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunity,

8

Page 9: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

and Threat) Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat

kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai

sasaran yang telah ditetapkan.

e. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan

Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih langkah-

langkah pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk

mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada

persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidak siapan fungsi, maka sasaran yang telah

ditetapkan  tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, perlu dilakukan

tindakan-tindakan yang mengubah ketidak siapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan

yang dimaksud lazimnya disebut  langkah-langkah pemecahan persoalan, yang

hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan dan/atau ancaman, agar

menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih

faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang.

f. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama

dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan

jangka panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut.

Sekolah tidak selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi semua

kebutuhan bagi pelaksanaan MPMBS, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk

jangka pendek, menengah, dan panjang.

g. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui

bersama antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu

mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang

tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman- pengalaman masa lalu yang

dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan

kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif

dalam menjalankan program-program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-

9

Page 10: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari

keterikatan-keterikatan birokrastis yang biasanya banyak menghambat penyelenggaraan

pendidikan. 

h. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan

evaluasi pelaksanan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi

jangka pendek dilakukan setiap akhir caturwulan untuk mengetahui keberhasilan

program secara bertahap. Bilamana pada pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-

faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan

program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah

dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui seberapa jauh program

peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan dan kelemahan program

untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.

i. Merumuskan Sasaran Mutu Baru

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, terdahulu hasil evaluasi  berguna untuk

dijadikan alat bagi perbaikan  kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak

kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua peserta

didik untuk merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun yang akan datang.

10

Page 11: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perumusan kebijakan / strategi adalah tanggung jawab yang selalu dimiliki oleh

manajemen puncak. Esensi perencanaan jangka panjang (perencanaan strategik)

adalah pengidentifikasian sistematis dari peluang ancaman yang berada dimasa datang

yang digabungkan dengan data relevan lainnya, memberikan suatu dasar bagi

manajemen untuk mengambil keputusan yang ada dengan cara yang lebih baik

untuk menggunakan peluang dan menghindari ancaman. Disamping itu perencanaan

strategik juga meliputi seluruh proses penentuan kepentingan pihak luar yang

utama yang terfokus pada organisasi; harapan dan kepentinga n orang dalam yang

dominan; informasi mengenai prestasi masa lalu; sekarang dan masa depan;

(action and action plan) dan evaluasi kekuatan serta kelemahan organisasi.

Meskipun sasaran bersumber dari tujuan namun dalam penentuan sasaran yang

mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata

yang dihadapi oleh sekolah.

a. Mengindentifikasi Tantangan Nyata Sekolah

b. Merumuskan Sasaran (tujuan situasional)

c. Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai sasaran

d. Melakukan Analisis SWOT

g. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan

h. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu

g. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

h. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

11

Page 12: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

b. Merumuskan Sasaran Mutu Baru

12

Page 13: Visi Misi Rencana Strategi Organisasi Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Tadjudin, M.K., 2002. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi Program Studi ke Audit Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.

http:/www.qaa.ac.uk

http:/www.bintangbangsaku.com

http://smartsurabaya.com/?p=79

http://pakguruonline.pendidikan.net  

13