Visi Indonesia 2030

download Visi Indonesia 2030

If you can't read please download the document

Transcript of Visi Indonesia 2030

Mata Kuliah : Filsafat Tanggal : 11 Nama : Novita NIM : Prodi : Ilmu

Ilmu Komputer November 2007 Riesdianingrum 04/181863/PA/10339 Komputer

Visi indonesia 2030? Roadmap 2010? Usaha apa yang dilakukan untuk mencapainya?

Visi Indonesia 2030 merupakan pemikiran Yayasan Indonesia Forum sebagai komponen bangsa yang memimpikan Indonesia sejajar dengan negara-negara besar dunia, dihuni oleh masyarakat yang sejahtera, dengan kemajuan ekonomi yang dinikmati merata oleh setiap warga negara Indonesia. Kerangka Dasar Visi Indonesia 2030 itu, pada 22 Maret 2007, telah disampaikan secara resmi di Istana Negara oleh Ketua Yayasan Indonesia Forum, Chairul Tanjung, di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yayasan Indonesia Forum merupakan organisasi yang dimotori Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dan kajiannya dilakukan sejumlah lembaga penelitian universitas di Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Acara peluncuran buku Kerangka Dasar Visi Indonesia 2030 ini turut dihadiri juga oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Perekonomian Boediono, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menkeu Sri Mulyani, Menpora Adhyaksa Dault, Mentan Anton Apriyantono, Kapolri Jend. Sutanto, Panglima TNI Djoko Suyanto, Anwar Nasution, Arifin Siregar, J.B. Sumarlin, H.M. Aksa Mahmud, M.S. Hidayat serta beberapa duta besar dari negara sahabat. Visi Indonesia 2030 itu menyatakan, pada abad ke-21, Indonesia akan mampu menjadi negara maju dan sejahtera. Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, produktif, memiliki daya saing, serta mampu mengelola seluruh kekayaan alam dan sumber daya lainnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Visi Indonesia 2030 itu mempunyai empat pencapaian : 1. Indonesia akan masuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia dengan tingkat pendapatan per kapita sebesar 18.000 dollar Amerika Serikat (AS) per tahun. Ini berarti Indonesia berada di posisi kelima setelah China, India, AS, dan Uni Eropa. 2. Tahun 2030, sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk daftar 500 perusahaan besar dunia ( Fortune Companies ). 3. Adanya pengelolaan alam yang berkelanjutan. 4. Terwujudnya kualitas hidup modern yang merata. Visi Indonesia 2030 mengasumsikan pencapaian itu terealisasi jika pertumbuhan ekonomi riil rata-rata 7,62%, laju inflasi 4,95%, dan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,12% per tahun. Pada 2030, dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 5,1 triliun dollar AS Untuk mewujudkan visi itu, Yayasan Indonesia Forum mensyaratkan utama tercapainya tiga keharusan: 1. Ekonomi berbasis keseimbangan pasar terbuka dengan dukungan birokrasi yang efektif. 2. Adanya pembangunan berbasis sumber daya alam, manusia, modal, serta teknologi yang berkualitas dan berkelanjutan. 3. Perekonomian yang terintegrasi dengan kawasan sekitar dan global. Pada acara peluncuran itu, Chairul mengatakan bahwa rasa kebangsaan, kerja keras untuk mengoptimalkan seluruh potensi serta kerja sama dari seluruh komponen bangsa merupakan hal penting untuk mewujudkan visi Indonesia 2030. Dengan rasa kebangsaan yang tinggi serta tekad yang bulat akan menumbuhkan optimisme sehingga memperkuat tekad dan semangat menjalani tahapan untuk mencapa Indonesia sebagaimana dicitacitakan dalam Visi Indonesia 2030 dapat tercapai. Sementara itu, Presiden SBY menyambut baik apa yang dikemukakan oleh Yayasan Indonesia Forum. "Bangsa Indonesia barangkali tidak akan memiliki masa depan yang

cerah kalau kita kering akan cita-cita dan idealisme," ujar SBY sambil menyerukan memperluas forum ini dengan melibatkan sebanyak mungkin komponen bangsa untuk diajak bekerja sama membangun bangsa. Tanggapan Presiden sebagaimana dimuat dalam surat kabar adalah bahwa bangsa Indonesia boleh saja mempunyai impian yang indah. Akan tetapi perlu ada kesepakatan antara para pendukung Visi Indonesia 2030 agar tersusun konsep yang mendapat dukungan luas. Memang rakyat Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan bangsanya sejak 1945 untuk mewujudkan kehidupan yang maju dan sejahtera berhak memperoleh keadaan yang jauh lebih baik dari pada yang sekarang dialami. Bahwa gagasan ini bukan tanpa dasar dibuktikan oleh pendapat yang hampir serupa dari Lembaga Intelijen Nasional AS setahun yang lalu. Dilihat dari sudut potensi negara dan bangsa Indonesia, Visi Indonesia 2030 bukan fantasi. Namun untuk menjadikannya kenyataan, haruslah ada perjuangan seluruh bangsa untuk melaksanakan rencana pencapaian tujuan. Harus ada niat dan tekad kuat untuk menjadikan Visi Indonesia 2030 kenyataan karena sesuai dengan keinginan rakyat Indonesia. Selain itu, kalau Visi Indonesia 2030 tidak diperjuangkan menjadi kenyataan maka ini kembali menunjukkan secara gamblang bahwa Manusia Indonesia amat pandai membuat gagasan, konsep dan teori, tetapi amat lemah dalam menjadikan produk pikiran itu kenyataan yang kongkrit. Sudah waktunya kita meninggalkan sifat yang kurang baik itu agar tidak dicemoohkan sebagai bangsa yang hanya pandai omong belaka. MISI UNTUK MEWUJUDKAN VISI Misi Indonesia 2030 mempunyai arti strategis di tengah pesismisme menyongsong Indonesia masa depan dan erosi kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Diawali dengan merumuskan mimpi tentang cita-cita bangsa yang akan dicapai, kemudian mengidentifikasi potensi, kemampuan sumber daya manusia, dan sumber daya alam. Visi Indonesia 2030 diwujudkan melalui sinergi tiga modal bangsa dengan misi masing-

masing: 1. Modal Manusia Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan bebas dari kemiskinan 2. Modal Alam dan Fisik Memanfaatkan kekayaan alam secara optimal dan berkelanjutan 3. Modal Sosial Mewujudkan sinergi kelompok wirausaha, birokrasi dan pekerja menuju daya saing yang global. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan bebas dari kemiskinan. Penduduk Indonesia akan mencapai jumlah 285 juta jiwa pada tahun 2030. Laju pertumbuhan penduduk pada dekade 2020-2030 diproyeksikan sebesar 0,9 persen per tahun. Angkatan kerja akan mencapai 150 juta jiwa atau 52 persen dari jumlah penduduk. Angka ketergantungan (jumlah penduduk usia non-produktif yang ditanggung 100 orang penduduk usia produktif) akan mencapai titik terendah pada tahun 2018. Tahun tersebut menandai akhir dari Bonus Demografi I yang merupakan kesempatan perekonomian mengakumulasi tabungan domestik. Setelah 2018, angka ketergantungan akan naik sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup yang mencapai 74 tahun. Saat ini terbuka kesempatan memperoleh Bonus Demografi II yang akan bersumber dari kelompok lansia yang sehat, berpendidikan dan produktif. Mayoritas penduduk Indonesia (sekitar 70 persen) akan tinggal di daerah perkotaan. Mobilitas akan diwarnai oleh fenomena circular migration. Penduduk yang terkonsentrasi di daerah perkotaan akan kembali ke kota asalnya pada saat-saat tertentu. Hal ini mensyaratkan infrastruktur yang memadai. Pantai utara Jawa akan menjadi daerah perkotaan padat penduduk, dan bisa menjadi salah satu daerah perkotaan terpanjang di dunia pada 2030. Kesejahteraan masyarakat direfleksikan oleh : Pendapatan per kapita yang tinggi Perbaikan kualitas pendidikan

Perbaikan kualitas pendidikan tinggi harus dimulai dengan program wajib belajar 12 tahun, paling tidak sebelum tahun 2010. Di samping itu, seluruh bangsa Indonesia harus bebas dari buta huruf pada tahun 2030 tersebut. Perbaikan status kesehatan. Perbaikan status kesehatan tetap berfokus kepada ibu dan anak, dengan tidak melupakan perbaikan status kesehatan lansia untuk mewujudkan kelompok lansia yang sehat dan produktif. Angka kematian ibu dan bayi harus menurun paling tidak menjadi setengah dari kondisi saat ini. Kualitas hidup juga ditandai oleh meratanya akses kepada berbagai infrastruktur dasar seperti sarana perumahan, air bersih, listrik, transportasi dan komunikasi. Perumahan yang memadai harus tersedia untuk seluruh rumah tangga. Di samping itu, seluruh rumah tangga Indonesia harus memiliki sambungan listrik, dan akses terhadap air bersih. Sinergi sektor publik dan swasta menjadi kata kunci bagi perbaikan kualitas hidup di masa depan. Memanfaatkan kekayaan alam secara optimal dan berkelanjutan. Kekayaan alam Indonesia memiliki tiga dimensi utama, yaitu: (a) posisi geografis yang strategis (b) sumber daya alam sebagai faktor produksi (c) budaya dan keindahan alam. Kekayaan alam ini harus dimanfaatkan secara optimal, melalui sinergi sumber daya manusia dan teknologi, dengan tetap menjaga keberlanjutan pemanfaatannya. Posisi geografis Indonesia terletak di salah satu jalur perdagangan paling padat di dunia, yaitu Selat Malaka. Kedekatan dengan raksasa ekonomi dunia baru, yaitu Cina dan India, akan mewarnai peranan Indonesia dalam globalisasi. Berada di jalur khatulistiwa, Indonesia menikmati sinar matahari sepanjang tahun dengan iklim tropis dan tanah yang subur. Satu dimensi pemanfaatan sumber daya alam sebagai faktor produksi dalam jangka

panjang adalah FEW yaitu food, energy dan water. Istilah few mengingatkan Indonesia untuk mengantisipasi semakin berkurangnya sumber makanan, energi dan air. Pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber energi perlu memperhatikan keberlanjutan penggunannya. Beberapa sumber energi yang tak-terbarukan memiliki umur yang dapat diperkirakan. Di antaranya adalah: Cadangan minyak bumi saat ini sebesar 9 milyar barel. Dengan produksi rata-rata 500 juta barel per tahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu 18 tahun. Cadangan gas alam saat ini sebesar 182 triyun kaki kubik. Dengan produksi rata-rata 3 trilyun kaki kubik per tahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu 61 tahun. Cadangan batubara saat ini sebesar 57 milyar ton. Dengan produksi rata-rata 130 juta ton per tahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu 438 tahun. Untuk keberlanjutan ketersediaan energi, maka Indonesia harus memanfaatkan SDA terbarukan untuk mengamankan pasokan energi. Pasokan energi yang diproduksi secara domestik merupakan sumber perbaikan kesejahteraan bagi sektor pertanian yang ramah lingkungan. Pemanfaatan SDA seperti ini juga berpotensi menghemat devisa. Indonesia juga sangat kaya dengan sumber daya alam hayati. Sumber daya ini dapat diolah lebih lanjut menjadi beragam produk turunan. Hal ini dapat menjadi sumber diversifikasi pangan. Globalisasi membawa peluang pengembangan sektor pariwisata bila didukung dengan pengelolaan aset budaya dan sejarah yang tersebar di Nusantara secara memadai dan terpadu bersama-sama masyarakat. Kunjungan turis asing ke Indonesia diharapkan dapat membukukan peningkatan yang berarti dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Mewujudkan sinergi wirausaha, birokrasi dan pekerja menuju daya saing yang global. Visi bangsa Indonesia 2030 dapat diwujudkan dengan sinergi tiga kelompok besar, yaitu kelompok wirausaha, birokrasi dan pekerja. Sinergi ini mengarah kepada peningkatan daya saing global perekonomian Indonesia.Untuk mewujudkan sinergi tersebut dibutuhkan kontrak sosial baru sebagai perwujudan komitmen bersama untuk maju. Segenap komponen bangsa baik wirausaha, pekerja maupun pemerintah memiliki

tanggung jawab baru dalam bentuk pola hubungan baru sebagai kontrak sosial. Satu dimensi penting kontrak sosial baru ini adalah kepastian hukum dalam arti luas. Dalam hal penegakan kontrak, Indonesia sangat jauh dibandingkan negara lain. Pada tahun 2030, Indonesia harus menjadi salah satu negara dengan kepastian hukum dan kepastian usaha yang paling tinggi. Untuk itu pemberantasan korupsi dan pembenahan sistem dan aparat penegak hukum perlu terus dilanjutkan TANGGAPAN LAIN MENGENAI VISI INDONESIA 2030 Dalam Sidang Pleno Terbuka Majelis Guru Besar ITB hari Sabtu, 26 Mei 2007 diinisiasi oleh Komisi Permasalahan Bangsa Majelis Guru Besar (MGB) ITB yang mengangkat topik Menuju Visi Indonesia 2030, Prof.Dr.(H.C) Ir. Hartarto Sastrosoenarto mengawali paparannya, "Kita harus optimis akan kemampuan bangsa kita sendiri. Sebelumnya, kita telah berhasil mencapai visi bangsa kita yang pertama, kemerdekaan. Dalam laporan private banking terbesar di dunia, UBS, dalam buku tahunan 2007 memprediksikan bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi 10 besar dunia dalam tahun 2025 dengan syarat apabila perkembangan budaya, politik, dan ekonomi mendukungnya". Hartarto yang juga alumni Teknik Kimia ITB Angkatan 1952, menyatakan bahwa perumusan visi bangsa harus dilakukan secara luas dan menjadi komitmen menyeluruh bangsa, sehingga siapapun Presiden/Gubernur/Bupati yang terpilih akan bekerja keras untuk mencapai visi bangsa tersebut. Visi yang dirumuskan pun harus realistis dan down to earth. Hartarto yang dulu sempat menjabat sebagai Menperindag dan berbagai jabatan Menko lainnya di kabinet selama 16 tahun, sejak 1983 s.d. 1999, meringkas Visi Indonesia pada tahun 2030 sebagai berikut: 1. Demokrasi dan otonomi daerah telah mantap/dewasa perkembangannya. 2. Prudent macro economic management dengan balance budget dan inflasi yang rendah 3. Neraca perdagangan yang positif, ekonomi Indonesia tumbuh ratarata 6% pertahun syukur lebih tinggi, didukung investasi 4. Angka pertumbuhan penduduk 0,9%, dengan jumlah 300 juta orang

5. Pendapatan perkapita menjadi US $ 6000 US $ 7000 jumlah penduduk miskin yang rendah 6. Ratio pendapatan pajak terhadap PDB 30%, hutang amat kecil, memiliki kemandirian bangsa dalam administrasi negara, pelaksanaan pembangunan dan pertahanan/keamanan 7. Industri, pertanian dan jasa tumbuh pesat, dan mampu: Mencapai swasembada pangan secara lestari Menjadi bangsa niaga yang maju Jasa yang luas 8. Memiliki pertahanan keamanan yang kuat, disegani di forum internasional. "Harus diakui bahwa kita telah memiliki fundamental yang kokoh, yaitu demokrasi dan otonomi daerah, yang tentu saja kita sadar bahwa pemantapannya memerlukan waktu. Dan bila kita melihat potensi diri bangsa, maka sesungguhnya terdapat 3 kekuatan penggerak. Yang pertama, sumber daya manusia. Kekuatan penggerak kedua adalah penguasaan dan pengembangan iptek. Kekuatan penggerak ketiga adalah peranan dan dukungan pemerintah pusat dan daerah, yaitu moneter, fiskal, dan administrasi negara", tutur Hartarto saat memasuki bagian kedua paparannya tentang bagaimana untuk mencapai visi 2030."Dalam konteks dinamika ekonomi global setidaknya ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan, diantaranya ketidakseimbangan neraca perdagangan antara negara maju dan negara berkembang yang akan mendorong meningkatnya proteksionisme negaranegara maju. Masalah berikutnya adalah perkiraan harga BBM yang lebih tinggi dari harga sekarang sehingga sebisa mungkin kita harus menghentikan ekspor sumber daya mineral tersebut. Lemahnya investasi merupakan hal lain yang harus dikhawatirkan dalam konteks global", tambah Hartarto. Dengan melihat keterbatasan terhadap kemampuan keuangan negara, Hartarto menyarankan beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, menciptakan iklim usaha yang benarbenar kondusif. Kedua, membenahi peranan aparatur pajak. Ketiga, menyisihkan sebagian dana APBN untuk dialokasikan bagi pengembangan bank pemerintah dengan fokus pada pembangunan industri (mesin, perkapalan) dan pertanian (perkebunan, kelautan) dengan bunga rendah. Keempat, pengembangan sektor pertanian

dalam arti luas termasuk pula kehutanan dan kelautan. Kelima, mengembangkan dan melaksanakan strategi dan visi industrialisasi. Selanjutnya kekuatan ekonomi ketiga yang perlu dikembangkan secara terpadu adalah sektor jasa. Kemudian dalam penutupnya, Hartarto berpesan,"Dengan konsisten melaksanakan langkahlangkah tersebut dengan semboyan the impossible is possible, Insya Allah Indonesia akan menjadi bangsa yang maju tidak lama setelah visi 2030 tercapai." Sementara itu, menurut Sayidiman Suryohadiprodjo dalam artikel di internet yang berjudul Manusia Indonesia untuk Visi 2030, syarat utama yang harus ditanamkan dan ditingkatkan dalam diri manusia Indonesia adalah berdisiplin dan kepemimpinan. Berdisiplin YIF menuntut birokrasi efektif sebagai satu syarat utama. Akan tetapi tidak mungkin ada birokrasi efektif selama bangsa Indonesia belum mampu hidup berdisiplin. Di Indonesia sekarang tidak hanya birokrasi yang tidak efektif, hampir seluruh aspek kehidupan kurang efektif karena bagian terbesar masyarakat kita bersikap semau gue. Syarat utama lain yang diminta YIF adalah manusia berkualitas. Mana bisa Manusia Indonesia berkualitas kalau pendidikan di negara kita masih seperti sekarang yang tidak menghasilkan kualitas pada mayoritas bangsa. YIF juga mengajukan syarat utama adanya teknologi yang berkualitas dan berkelanjutan. Itu tidak mungkin tanpa ada usaha riset yang dilakukan secara luas, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, dengan diberikan dana yang memadai. Maka syarat utama masih harus dilandasi syarat pokok yang lebih mendasar. Manusia Indonesia harus mengembangkan dorongan kuat dalam dirinya untuk mencapai keberhasilan dalam apa pun yang dilakukan. Manusia Indonesia harus meninggalkan sifat asal jadi dan semau gue yang sekarang masih merajalela.Manusia Indonesia tidak kalah potensinya dalam kecerdasan dibandingkan dengan Manusia Jepang, China dan lainnya. Akan tetapi karena Manusia Indonesia kurang terdorong dalam dirinya untuk

menghasilkan yang paling baik, potensi kecerdasan tidak berkembang sebagaimanaseharusnya.

Kalau Manusia Indonesia cukup kuat dorongannya untuk menjadi nomer wahid, menjadi juara atau the champion, maka ia akan mendisiplin dirinya sendiri karena sadar bahwa tanpa disiplin ia tidak mampu menjadi nomer wahid. Ia akan bersedia bekerja keras dan mengeluarkan energi banyak. Ia akan mengembangkan sifat kerjasama dalam tim, karena menyadari bahwa tak mungkin prestasi menonjol diperoleh tanpa ada kerjasama dengan orang lain. Kepemimpinan Manusia Indonesia akan kuat cintanya kepada Tanah Air dan Bangsa, satu sikap patriotisme yang tidak rela Indonesia dikalahkan bangsa lain. Dengan begitu akan lenyap sikap yang menganggap segala hal yang datang dari luar negeri, terutama dari Barat, pasti lebih unggul dari yang di Indonesia. Pernah patriotisme di Indonesia kuat, tapi dalam perkembangan zaman dapat ditaklukkan oleh materialisme, hal mana terjadi karena tidak ada dorongan dalam diri Manusia Indonesia untuk menghasilkan excellence. Ada kemungkinan bahwa Visi Indonesia 2030 ditanggapi sementara orang Indonesia secara sinis sebagai satu impian yang indah belaka. Hal itu mungkin sekali terjadi melihat kondisi Indonesia dewasa ini. Akan tetapi di masa lalu ketika menghadapi Belanda yang menjajah secara kejam dan didukung Sekutu Barat yang kuat, kemerdekaan Indonesia tampaknya juga satu fantasi. Apalagi kaum pakar sosiologi Barat, dengan di-amini sementara cendekiawan Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia tidak mungkin menjadi kenyataan, karena secara objektif yang ada Aceh, Batak, Minang, Jawa, Sunda, dsb masing-masing dengan kebudayaannya sendiri. Indonesia hanya ada selama ada Belanda sebagai penjajah semuanya. Begitu Belanda pergi, apa yang menamakan diri Indonesia akan ambyar seperti pasir, begitu kata mereka. Akan tetapi, kita telah membuktikan mereka salah; Indonesia dapat berdiri tegak sekalipun Belanda sudah jauh.

Mewujudkan Visi Indonesia 2030 terutama tergantung dari kepemim-pinan yang berkembang di Indonesia. Kepemimpinan nasional hingga kepemimpinan yang terbawah dan meliputi segenap aspek kehidupan bangsa. Kepemimpinan nasional harus sanggup memotivasi dan menginspirasi segenap kepemimpinan lainnya serta seluruh rakyat dan mengajak mereka semua dalam persatuan yang kokoh berjuang dengan penuh komitmen dan dedikasi untuk mencapai tujuan. Ditimbulkan kesadaran serta keyakinan bahwa tercapainya tujuan adalah kepentingan semuanya dan bukan sekedar segelintir orang. Kepemimpinan di bawah langsung menggarap yang dipimpinnya. Kepemimpinan nasional juga harus mampu mengamankan perjuangan bangsa dari berbagai tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat ditimbulkan oleh pihak-pihak di luar dan dalam negeri yang tidak setuju dengan terwujudnya Visi Indonesia 2030. Adalah kenyataan bahwa selalu ada pihak yang berkepentingan Indonesia berada dalam ketertinggalan, kemiskinan, kebodohan dan kekacauan seperti sekarang. Perilaku dan sikap kebanyakan elit dan partai politik yang amat egosentris adalah salah satu wujud dari tantangan dalam negeri. Sedangkan dari luar negeri adalah perilaku mengambil keuntungan maksimal secara tidak syah dari kekayaan Indonesia, yang dimungkinkan oleh kondisi bangsa yang kacau, tertinggal dan rawan karena kemiskinannya. Kalau hal-hal ini semua dapat kita lakukan, Visi Indonesia 2030 akan menjadi kenyataan sekalipun mungkin tidak tepat menurut angka-angka yang dikemukakan YIF. VISI 2030 DAN ROADMAP 2010 Sebagaimana dimuat dalam surat kabar Suara Karya, Kadin Indonesia optimis dalam 25 tahun mendatang Indonesia tampil menjadi negara industri maju dan bangsa niaga tangguh yang makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran. Optimisme itu berdasar pada sistem politik yang demokratis serta pemilihan presiden langsung setiap lima tahun. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Teknologi, Industri, dan Kelautan Rachmat Gobel mengemukakan hal itu saat memaparkan Visi 2030 dan Roadmap 2010 Industri Nasional, di Jakarta, dalam forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Indonesia. Presiden Yudhoyono menyempatkan hadir dan membuka resmi rapimnas

tersebut. Kadin merekomendasikan 3 Misi Utama Industri Nasional yang tertuang dalam Visi 2030 dan Roadmap 2010 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas tujuh persen: peningkatan daya tarik investasi dan daya saing bangsa penciptaan lapangan kerja penurunan angka kemisikinan restrukturisasi total industri nasional reorientasi arah kebijakan ekspor bahan mentah penataan ulang tata niaga pasar dalam negeri yang difokuskan kepada 10 klaster industri unggulan. Sementara itu, saat menyampaikan pidato di depan forum Rapimnas Kadin, Presiden Yudhoyono mengaku bosan mendengar tudingan soal minimnya realisasi komitmen pemerintah dalam memperbaiki iklim usaha. Karena itu, Presiden menantang dunia usaha untuk buka-bukaan mencari dan menyelesaikan masalah. "Selama ini dibilang pemerintah tidak mendukung dunia usaha. Pemerintah yang mana? Tunjukkan departemen mana dan pemda mana yang mempersulit. Laporkan! Mari kita buka-bukaan. Kalau nggak, capek tiap tahun kita bicara begini," kata Presiden. Menurut Presiden, pemerintah tidak berbasa-basi dalam memperbaiki iklim usaha. Berbagai upaya konkret, katanya, telah dan sedang dilakukan bersama-sama dengan DPR. "Mari kita berbagi tugas dan tanggung jawab agar yang selama ini kita bicarakan dapat dilaksanakan dengan baik," ujar Presiden. Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat mengatakan, memasuki tahun 2007, beberapa hal menunjukkan bahwa fundamental ekonomi nasional sudah semakin kuat. "Perekonomian kita sudah berada pada track yang benar. Ini berkaitan dengan membaiknya indikator makro dan meningkatnya nilai ekspor, cadangan devisa, stabilitas serta penguatan rupiah, terjadinya booming pasar modal dalam negeri, dan tercapainya stabilitas moneter pada tahun 2006," ujarnya. Hidayat menekankan, perbaikan di sektor makro mesti didukung kebijakan-kebijakan di

Itu dapat dilakukan dengan menggunakan tiga ujung tombak kebijakan strategis, yaitu:

sektor mikro. Itu, katanya, tidak bisa ditunda-tunda lagi karena sekarang ini antara persetujuan dan realisasi investasi masih senjang.