Violis Idol

3
VIOLIS IDOL Nama Tokoh : - Muhammad Angki -Mona -Pak Arif -Adika -Hendi -Alfa -Yohan Muhammad Angki adalah seorang pria berusia dua puluh tahun. Dua tahun yang lalu Ayahnya meninggal dunia karena kanker paru- paru saat Ia masih duduk dibangku kelas 3 SMAN 66. Hanya warisan berupa rumah dan usaha warung yang Ayahnya tinggalkan. Kini Ia tinggal bersama Ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah salah satu tetangganya. Setelah lulus sekolah, Angki hanya bekerja membantu Ibunya menjaga warung. Usai makan siang, Angki masuk ke dalam kamarnya. Di kamar mungilnya yang ditutupi selembar tirai batik lusuh, Angki merebahkan diri. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Bayangan bapak terlintas dipikirannya. Angki beranjak dari tempat tidur dan mengambil sebuah kotak hitam besar di sudut kamar. Ia membuka barang berharganya itu. Tampak dari dalam koper hitam itu sebuah biola kuno lengkap dengan penggeseknya. Pernis biola itu sudah hilang. Benang-benang di penggeseknya tipis karena banyak yang copot. Bahkan senar E di biola itu sudah putus. Angki memainkan biolanya, terdengar lagu Serenade to Springs. Begitu merdu dimainkan . Angki tenggelam dalam nada-nada indah yang dimainkannya. Inilah cita-citanya. Menjadi seorang violis. Keesokan harinya Angki berangkat ke Blok M menggunakan angkutan umum untuk mengamen setelah meminta izin dan pamit kepada Ibunya. Setibanya di blok M, Angki melihat sepasang pengemis tua, Angki bergegas mencari tempat lain yang nyaman untuk melancarkan aksinya. Setelah menemukan tempat yang pass Ia pun kembali membuka kotak hitam berisi biolanya dan langsung memainkannya. Kebanyakan pengamen memainkan lagu-lagu Indonesia tapi Angki tidak, Ia lebih suka memainkan lagi-lagu barat nostalgi seperti Here There and Everywhere dan When I see you smile atau Here We Are. Pendapatan dari hasil mengamen lumayan, Angki bertekad akan

description

sastra indonesia, puisi dan naskah drama

Transcript of Violis Idol

VIOLIS IDOLNama Tokoh: - Muhammad Angki Mona Pak Arif Adika Hendi Alfa Yohan

Muhammad Angki adalah seorang pria berusia dua puluh tahun. Dua tahun yang lalu Ayahnya meninggal dunia karena kanker paru-paru saat Ia masih duduk dibangku kelas 3 SMAN 66. Hanya warisan berupa rumah dan usaha warung yang Ayahnya tinggalkan. Kini Ia tinggal bersama Ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah salah satu tetangganya. Setelah lulus sekolah, Angki hanya bekerja membantu Ibunya menjaga warung. Usai makan siang, Angki masuk ke dalam kamarnya. Di kamar mungilnya yang ditutupi selembar tirai batik lusuh, Angki merebahkan diri. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Bayangan bapak terlintas dipikirannya. Angki beranjak dari tempat tidur dan mengambil sebuah kotak hitam besar di sudut kamar. Ia membuka barang berharganya itu. Tampak dari dalam koper hitam itu sebuah biola kuno lengkap dengan penggeseknya. Pernis biola itu sudah hilang. Benang-benang di penggeseknya tipis karena banyak yang copot. Bahkan senar E di biola itu sudah putus. Angki memainkan biolanya, terdengar lagu Serenade to Springs. Begitu merdu dimainkan . Angki tenggelam dalam nada-nada indah yang dimainkannya. Inilah cita-citanya. Menjadi seorang violis.Keesokan harinya Angki berangkat ke Blok M menggunakan angkutan umum untuk mengamen setelah meminta izin dan pamit kepada Ibunya. Setibanya di blok M, Angki melihat sepasang pengemis tua, Angki bergegas mencari tempat lain yang nyaman untuk melancarkan aksinya. Setelah menemukan tempat yang pass Ia pun kembali membuka kotak hitam berisi biolanya dan langsung memainkannya. Kebanyakan pengamen memainkan lagu-lagu Indonesia tapi Angki tidak, Ia lebih suka memainkan lagi-lagu barat nostalgi seperti Here There and Everywhere dan When I see you smile atau Here We Are. Pendapatan dari hasil mengamen lumayan, Angki bertekad akan mengamen hari-hari berikutnya. Hari telah sore, Angki berjalan ke masid di samping peruri untuk melaksanakan shalat Ashar, dalam perjalanan ke masjid Angki melihat seorang lelaki tua menggunakan jas hitam dan berkaca mata hitam. Di masjid Angki melenggang ke kamar mandi untuk berwudhu dan meletakkan kotak biolanya di dekat dinding. Setelah shalat Angki bergegas mengambil biolanya namun sayang, biolanya dicuri oleh sepasang suami istri yang berprofesi sebagai pengemis.Keesokan harinya Angki kembalik ke Blok M untuk mencari pengemis-pengemis yang telah mengambil biolanya namun Ia tidak menemukannya. Saat berjalan menelusuri tangga, Ia bertemu dengan sosok misterius yang kemarin Ia lihat saat perjalanan ke masjid. Tiba-tiba bapak tuayang bernama Pak Arif itu menanyai Angki lalu memberikan kartu nama dan menyuruh Angki datang ke rumahnya.Ke Esokan harinya Angki datang bersama Mona. Pak Arif langsung mengajak Angki ke sebuah ruangan yang berisi belasan macam biola kemudian menyuruh Angki untuk memilih biola yang Ia sukai lalui meminta Angki untuk mengikuti audisi orkestra remaja. Angki kemudian pergi ke sekola musik pelita Ia bertemu dengan Yohan yang berajah angkuh sehingga membuat Angki merasa segan. Selain Yohan Angki juga bertemu dengan Tissi, Noni, Dike, dan Hendi. Saat Audisi Angki memang merasa sangat gerogi sehingga permainannya kurang baik tapi Ia lulus dalam audisi itu. Yohan merasa tidak suka kepada Angki berubah menjadi baik, karena pada suatu ketika Angki, Yohan,Hendi, dan Altair di satukan dalam tim dan harus tampil memainkan biola dihadapan puluhan orang. Pada saat itu Shoulder Stand milik Yohan patah, akhirnya Angki meminjamkan Shoulder Stand miliknya.

Rupanya Angki tidak lama menyandang status siswa di sekolah pelita, Angki dikeluarkan karena Pak Arif menudu Angki mencuri kotak alto. Awalnya Angki memergoki Pak Arif sedang berada di ruang bawah tanah yang terdapat di rumah Pak Arif bersama puluhan orang. Nampaknya Ia sedang melelang biola kuno namun Nampak bersejarah. Teman-temannya yang mengetahu hal itu merasa tidak percaya dan langsung menemui Angki di rumahnya. Angki pun menceritakan kejadian yang sebenarnya dan merasa tidak percaya bahwa Pak Arif akan melakukan hal ini kepadanya. Yohan, Handi, dan Alfa sepakat untuk menyelidiki masalah ini. Hingga akhirnya mereka menemukan titik terang ternyata biola yang dilelang di rumah Pak Arif adalah biola curian. Pak Arif yang sudah merasa bahwa kelakuan bususknya sudah mulai tercium langsung berangkat ke bandara untuk ke luar negari dengan membawa sebuah biola curiannya untuk dilelang di luar negeri tapi Yohan, Angki, Hendi, dan Alfa berhasil menemukan Pak Arif sebelum Ia lolos ke luar negeri. Pak Arif pun tertangkap dan Angki yang terbukti tidak bersalah kembali menjadi siswa di sekolah pelita dan menjadi violis idol.