Viola Nur Afifah

121
UNIVERSITAS ESA UNGGUL KESALAHAN KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SDN MEKAR BAKTI I Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh : Viola Nur Afifah 201591062 FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

description

Kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar Bakti I

Transcript of Viola Nur Afifah

Page 1: Viola Nur Afifah

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KESALAHAN KALIMAT EFEKTIF

PADA KARANGAN NARASI

SISWA KELAS V DI SDN MEKAR BAKTI I

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Viola Nur Afifah

201591062

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2020

Page 2: Viola Nur Afifah

Kesalahan Kalimat Efektif pada Karangan NarasiSiswa Kelas V SDN Mekar Bakti I

Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang

Viola Nur AfifahFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul, Jakarta

Jalan ArjunaUtara No. 9, Kebon Jeruk, [email protected]

AbstrakPermasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas V dalam menulis karangan narasi dan apa yang menjadi sebab siswa melakukan kesalahan dalam menulis karangan narasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana gambaran penggunaan kalimat efektif serta pembuatan karangan narasi yang menyebabkan kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah cara mengumpulkannya berdasarkan instrumen penelitian berhubung dalam masa pandemi dilakukan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan (1) kalimat tanpa subjek berganda memperoleh kriteria baik dengan persentase 33% yaitu 10 siswa dari 30 siswa, (2) kalimat yang tidak berpredikat mendapatkan sangat baik dengan persentase 13% yaitu 4 siswa dari 30 siswa, (3) pemakaian kata penghubung yang tidak tepat memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30 siswa, (4) penyuntingan kalimat melingkar memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10% yaitu 3 siswa dari 30 siswa, (5) penyuntingan kalimat tidak membosankan memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10% yaitu 3 siswa dari 30 siswa, (6) kalimat berkonstruksi makna ganda memperoleh baik dengan persentase 20% yaitu 6 siswa dari 30 siswa, (7) penyuntingan kalimat mubazir mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30 siswa. Penggunaan kalimat efektif yang masih sangat rendah, siswa terlalu bertele-tele dalam mengungkapkan sebuah ide, banyak kata yang tidak penting menyelingi satu unsur dengan unsur lainnya. Adapun faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan penggunaan kalimat efektif diantaranya adalah: motivasi menulis rendah, kurang kreatif, sulit mengembangkan karangan, sulit untuk berpikir secara runtut, penggunaan bahasa lisan ke dalam tulisan.

Kata kunci: kalimat efektif, karangan narasi

ii

Page 3: Viola Nur Afifah

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i

ABSTRAK ...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................v

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

B. Fokus dan Sub fokus..........................................................................4

C. Rumusan Masalah..............................................................................4

D. Tujuan Masalah..................................................................................5

E. Manfaat Penelitian..............................................................................5

F. Definisi Operasional...........................................................................5

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Kalimat.............................................................................7

B. Ciri-ciri Kalimat Efektif.....................................................................9

C. Unsur-unsur Kalimat Efektif..............................................................11

D. Cara Mengefektifkan Kalimat dan Paragraf.......................................13

E. Keterampilan Menulis........................................................................17

F. Pengertian Karangan Narasi...............................................................18

G. Ciri-ciri Karangan Narasi...................................................................20

H. Jenis-jenis Karangan Narasi...............................................................21

I. Penelitian yang Relevan.....................................................................23

Bab III Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian...............................................................................26

B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................26

C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................27

D. Teknik Analisis Data..........................................................................28

E. Keabsahan Data..................................................................................30

Bab IV Temuan Penelitian

A. Paparan Data Penelitian......................................................................32

iii

Page 4: Viola Nur Afifah

Bab V Pembahasan

A. Pembahasan........................................................................................54

Bab VI Penutup

A. Simpulan....................................................................................................59

B. Saran..........................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

Page 5: Viola Nur Afifah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Taa’la atas limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul: Kesalahan Kalimat Efektif Pada Karangan Narasi Kelas V di SDN Mekar

Bakti 1.

Penulisan ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Esa Unggul.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran,

petunjuk, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA., sebagai Rektor

Universitas Esa Unggul.

2. Ibu Ratnawati Sutanto, S.Pd., MM., M.Pd., sebagai Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Esa Unggul.

3. Bapak Ainur Rosyid, SPdI, MA sebagai ketua jurusan PGSD.

4. Bapak Ezik Firman Syah, M.Pd., sebagai Pembimbing Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Esa Unggul.

5. Dosen-dosen di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan jurusan PGSD.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.

7. Ibu Rohdianah, S.Pd.i., sebagai Kepala SDN Mekar Bakti I.

8. Ibu Dian Indriani, S.Pd., sebagai Wali kelas V SDN Mekar Bakti I.

9. Murid-murid kelas V SDN Mekar Bakti I.

10. Teristimewa untuk Ayahanda Suhermanto dan Ibunda Netty Susilowati

yang selalu menyayangiku, mendoakanku dan membimbingku.

11. Teman-teman angkatan tahun 2015 PGSD.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

demi kesempurnaannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

v

Page 6: Viola Nur Afifah

menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, semua pihak yang

memerlukan dan khususnya kepada penulis sebagai calon guru.

Tangerang, November 2020 Penulis

Viola Nur Afifah

vi

Page 7: Viola Nur Afifah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide,

pendapat, pikiran dan perasaan salah satu keterampilan berbahasa yang

digunakan untuk mengungkapkan isi dalam menyampaikan pesan melalui

bahasa tulis sebagai alat atau medianya agar mudah dipahami oleh pembaca.

Menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang di

mengerti oleh orang lain. Menulis tidak hanya membuat satu kalimat atau

hanya beberapa hal tidak berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian

tulisan yang teratur, saling berhubungan satu dengan yang lain dalam gaya

penulisan tertentu. Pemilihan kata dan tata tulis menjadi salah satu

persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang penulis. Sebagai suatu

keterampilan berbahasa menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena

penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya

serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi

penulisan lainnya.

Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat menulis karena

menulis merupakan kewajiban bagi siswa yang tidak dapat dipisahkan dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran menulis dengan memanfaatkan penulisan

bahasa, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol

sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah

karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat

sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah

karangan yang efektif. Kosakata dan tata kalimat yang digunakan dalam

kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping

itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan

sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas, dengan kata lain hasil

sebuah karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan

berbahasa yang dimiliki seorang penulis.

1

Page 8: Viola Nur Afifah

Pentingnya siswa mempelajari keterampilan menulis, siswa harus

diperkenalkan cara-cara penulisan kata yang baik dan benar. Jenis-jenis

menulis keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

Untuk menyajikan tulisan narasi yang baik adalah merangkai peristiwa

berdasarkan urutan waktu secara jelas untuk memberi arti dari berbagai

kejadian yang ada dan dapat memetik hikmah cerita tersebut. Teknik narasi

dibagi dalam dua bagian yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris. Salah

satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan rangkaian peristiwa

sesuai waktu kejadian dijabarkan dengan urutan awal, urutan tengah, dan

urutan akhir.

Karangan narasi sebagai pengembangan suatu karangan yang

memaparkan berdasarkan alur atau plot, di dalamnya terdapat suatu kejadian,

tokoh, dan konflik. Teknik menulis kejelasan merupakan asas yang pertama

dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan faktawi.

Setiap pembaca betapa pun terpelajarnya menghargai karangan yang dapat

dibaca dan dimengerti secara jelas. Pemakaian kalimat yang panjang harus

diimbangi oleh kalimat-kalimat yang pendek sehingga meningkatkan

kejelasa6n karangan. Hindari kata-kata yang kurang sesuai, setiap kata harus

mempunyai peranan dalam kalimat dan karangan. Kata-kata yang tak perlu

hanya melelahkan pembaca dan melenyapkan perhatian. Mengarang sebagai

cara penulis mengungkapkan, mengesankan para pembaca dalam isi pokok

cerita.

Gaya menulis yaitu kemampuan memanipulasi kalimat dan paragraf

serta kemampuan menggunakan bahasa secara efektif. Kemampuan

mengambil keputusan, yaitu kemampuan menulis dengan gaya yang tepat

untuk tujuan dan untuk pembaca tertentu, serta kemampuan memilih,

mengorganisasi, dan menyusun informasi yang relevan. Pada tahap

prapenulisan kita membuat persiapan-persiapan yang akan digunakan pada

penulisaan dengan kata lain merencanakan karangan. Pemilihan topik adalah

kegiatan yang mula-mula dilakukan jika menulis suatu karangan untuk

2

Page 9: Viola Nur Afifah

menentukan topik. Hal ini untuk menentukan apa yang akan dibahas dalam

tulisan. Ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam memilih topik

yaitu; 1) topik tersebut ada banyak manfaatnya dan layak untuk dibahas. Isi

atau makna, sebagai sumber manfaat terdapat pengertian bahwa pembahasan

tentang topik yang terkandung akan memberikan ilmu dan pengetahuan atau

riwayat hidup seseorang yang dikagumi oleh seluruh masyarakat Indonesia,

atau berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Layak dibahas berarti

topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan pembelajaran

yang ditekuni; 2) topik tersebut menarik perhatian bagi para pembaca dan

pendengar; 3) topik tersebut baik untuk digunakan bahan pembelajaran di

sekolah; 4) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai; 5)

topik tersebut tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Setelah berhasil

memilih topik sesuai dengan syarat-syarat pemilihan di atas maka yang akan

dilakukan selanjutnya membatasi topik tersebut. Langkah awal, ide induk

yang menjadi benih suatu karangan yang akan ditulis hendaknya juga

dikembangkan. Setelah ide induk dikembangkan sampai cukup tuntas,

langkah berikutnya ialah memilih salah satu saja di antara rincian ide-ide

yang muncul itu untuk dijadikan topik karangan. Topik inilah yang kemudian

perlu diolah lebih lanjut dengan membatasi topik dengan sebuah tema

tertentu. Jadi pada topik ini ditentukan salah satu ciri, unsur, atau

keterampilan penulisnya yang dijadikan pembicaraan.

Masalah yang dialami guru ketika pelajaran berlangsung yaitu,

biasanya siswa sulit untuk memahami tentang karangan narasi karena jenis

karangan narasi itu ada konflik, alur cerita, lalu biasanya anak-anak malas

membaca berulang-ulang, siswa merasa bosan saat mulai mendekati jam

istirahat, siswa menjadi tidak konsentrasi saat belajar. Ketika guru

menjelaskan karangan narasi, siswa tidak mendengarkan dan memperhatikan

pembelajaran karangan narasi tersebut.

Masalah guru terhadap kesulitan siswa ketika pelajaran berlangsung

biasanya dari sisi bahasa, siswa menggunakan bahasa yang tidak baku dan

dalam segi penyusunan kalimat yang kurang runtut, kebiasaan siswa dalam

pengggunan bahasa sehari-hari siswa masih kesulitan menyusun alur cerita,

3

Page 10: Viola Nur Afifah

membiasakan siswa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Agar siswa

lebih memahami cerita karangan narasi.

Langkah yang terakhir yang perlu dilakukan pengarang ialah

menguraikan rumusan kalimat ide pokok menjadi sebuah garis besar

karangan. Garis besar, rangka atau disebut juga outline sebagai suatu rencana

kerangka yang menunjukkan ide-ide yang berhubungan satu sama lain secara

tertib untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan yang lengkap

dan utuh. Kalimat efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali

gagasan–gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti pikiran

penulis atau pembicara. Hal ini berarti bahwa proses pembuatan karangan

dalam kalimat efektif harus tersusun secara sadar untuk mencapai daya

informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya. Bila proses

pembuatan karangan tersebut tercapai, maka pembaca akan tertarik kepada

topik yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh pesan yang disampaikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti akan membahas

mengenai sebuah karangan dengan Judul “Kesalahan Kalimat Efektif pada

Karangan Narasi Siswa Kelas V di SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan

Kabupaten Tangerang”.

B. Fokus dan Sub fokus

Fokus penelitian ini yaitu “Mengkaji Penggunaan Kalimat Efektif

pada Karangan Narasi Siswa Kelas V di SDN Mekar Bakti I Tangerang.

Adapun sub fokus penelitian ini sebagai berikut.

1. Memahami pembuatan karangan narasi pada siswa kelas V di SDN

Mekar Bakti I.

2. Mengetahui penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan permasalahannya

sebagai berikut.

1. Bagaimana pembuatan karangan narasi pada siswa kelas V di SDN Mekar

Bakti I?

4

Page 11: Viola Nur Afifah

2. Bagaimana penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I?

D. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan masalahnya

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pembuatan karangan narasi pada siswa kelas V di

SDN Mekar Bakti I.

2. Untuk mengetahui penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan acuan dalam referensi

menggunakan kalimat efektif pada karangan narasi dengan keterampilan

menulis bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru: untuk memberikan masukan dan gambaran kepada guru

mengenai penggunaan kalimat efektif dapat meningkatkan

keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar

Bakti I Tangerang.

b. Bagi siswa: untuk mengetahui kondisi sebenarnya penggunaan

kalimat efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan

narasi.

c. Bagi peneliti: untuk memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengetahui secara langsung penggunaan kalimat efektif dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar Bakti I Tangerang.

F. Definisi Operasional

1. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,

perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud pembicara atau

penulis. Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat menuangkan

kembali gagasan secara tepat dan teratur.

2. Karangan narasi adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata-kata

sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah

5

Page 12: Viola Nur Afifah

wacana yang dapat dibaca dan dipahami. Narasi adalah uraian yang

menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian, tindakan, keadaan secara

berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian

hubungan satu sama lain.

6

Page 13: Viola Nur Afifah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A. Pengertian Kalimat

Menurut Finoza (2018:161) Kalimat merupakan primadona dalam

kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain dengan perantara kalimat

seseorang dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan

bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat

adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata

dan frasa tidak dapat mengungkapkan maksud secara lengkap dan jelas,

kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor misalnya

berupa seruan atau jawaban singkat atas sebuah pertanyaan. Menurut

Mustakim dalam Warsiman (2013:107) Kalimat adalah rangkaian kata yang

mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran yang relative lengkap.

Menurut Fuad, dkk, dalam Dalman (2016:58) Pengertian kalimat adalah yang

disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi penulis terhadap

pembacanya. Kalimat yang disusun harus jelas, sehingga informasi yang

disampaikan mudah diterima oleh pembacanya.

Menurut Dalman (2016:22) Kalimat dikatakan efektif apabila

berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan

sesuai dengan maksud pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus

memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan

katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Kalimat seperti kita ketahui bahwa bahasa terdiri atas dua lapisan. Kalimat

merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai

pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa. Kalimat adalah suatu bentuk

lingustis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena

merupakan suatu konstruksi gramatikal. Setiap kalimat selalu mengandung

dua bagian yang saling mengisi. Bagian yang saling mengisi itu harus dapat

memberikan arti yang dapat diterima secara logis.

7

Page 14: Viola Nur Afifah

Selalu ada yang dikemukakan dan diikuti oleh bagian menerangkan

atau memberikan sesuatu tentang topik dikemukakan tersebut. Bagian yang

dikemukakan dalam bahasa biasa disebut subjek dan bagian yang

menerangkan disebut predikat. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang

terdiri dari dua kata. Kalimat merupakan hubungan dua buah kata atau lebih

yang paling renggang. Karena renggangnya hubungan kata yang membangun

suatu kalimat bisa dibalik susunannya tanpa membawa perubahan arti.

Menurut Hibbert (2012) Kalimat efektif merupakan kalimat yang

dapat menuangkan kembali gagasan secara tepat dan teratur. Sebuah kalimat

disebut efektif jika penulisan kalimat itu telah dirakit dengan baik dan teliti

sehingga pembaca (1) mengerti dengan baik pesan, berita dan amanat yang

hendak disampaikan, (2) tergerak oleh pesan, berita, dan amanat tersebut, (3)

mengetahui serta tergerak berdasarkan pesan, berita, dan amanat tersebut.

Kesempurnaan bahasa Indonesia akan ditentukan oleh kesempurnaan sistem

bahasa masyarakat pemakaianya, baik sistem bunyi, sistem pembentuk kata,

maupun sistem pembentukan kalimat salah satu kesempurnaan bahasa

Indonesia ditentukan adanya sistem pembentukan kalimat.

Menurut Putrayasa (2014:19) Bahasa terdiri dari dua lapisan yaitu

lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan bentuk

tersebut. Bentuk bahasa terdiri atas satuan-satuan yang dapat dibedakan

menjadi satuan gramatikal dan fonologi. Satuan fonologi meliputi fonem dan

suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase,

kata, dan morfem. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang

yang disertai nada akhir turun atau naik. Berdasarkan definisi-definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa klausa

seperti dapat berdiri sendiri, terkandung kalimat yang jelas, dan pemikiran

yang mudah dipahami. Kalimat diucapkan dengan suara naik turun atau keras

lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda

seru.

Berdasarkan uraian tersebut, kalimat adalah kalimat yang disusun

dengan sadar untuk mencapai daya informasi apabila telah berhasil

menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, atau pemberitahuan diucapkan

8

Page 15: Viola Nur Afifah

dengan suara naik turun atau keras lembut serta membuat isi dan maksud

suatu ungkapan tersebut tergambar lengkap agar mudah dipahami dalam

pikiran pendengar atau pembaca.

Jadi, kalimat efektif harus mewakili pikiran penulis dan pembaca.

Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani

timbulnya pikiran yang sama antara penulis, pembaca dan pendengar. Ada tiga

macam kalimat efektif. Pertama, kalimat yang dapat dipahami maknanya.

Kedua, makna kalimatnya tidak sukar dipahami karena bermakna lebih dari

satu (ambigu). Ketiga, kalimat yang dihasilkan tidak terjadi kesalahan dalam

bernalar.

B. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Menurut Sumarni (2018) Kalimat efektif didefinisikan sebagai yang

disusun berdasarkan kaidah-kaidah bahasa tertentu. Untuk mengetahui seperti

apa ciri dari kalimat ini, berikut ditampilkan pembahasan mengenai ciri-ciri

kalimat efektif.

1. Kesepadanan Struktur

Ciri pertama yang melekat pada kalimat efektif adalah adanya

kesepadanan struktur pada kalimat efektif. Adapun kesepadanan struktur yang

dimaksud adalah adanya unsur subjek dan predikat yang jelas dan terkandung

pada kalimat efektif. Misalnya, “Para tamu undangan dipersilakan mencicipi

hidangan yang telah disediakan”. Subjek: para tamu undangan, Predikat:

dipersilakan.

2. Kesamaan Bentuk

Ciri kedua yang melekat pada kalimat efektif adalah adanya

kesamaan bentuk yang ada di dalamnya. Adapun kesamaan bentuk yang

dimaksud adalah adanya kesamaan penggunaan imbuhan pada kata-kata

tertentu di dalamnya. Misalnya, “Untuk mengetahui apakah uang kertas yang

kita pakai itu asli atau palsu, maka kita mesti melihat,

meraba, dan menerawang uang kertas tersebut”. Contoh: Tiga kata yang

9

Page 16: Viola Nur Afifah

dicetak miring di atas mempunyai kesamaan dalam penggunaan imbuhan, di

mana tiga kata tersebut sama-sama menggunakan imbuhan me-“.

3. Ketegasan Makna

Ciri kalimat efektif selanjutnya adalah adanya ketegasan makna di

dalamnya. Maksud dari ciri ini adalah bahwa makna yang terkandung di

dalam kalimat efektif jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Contoh:

Pergilah kamu dari sini! Makna kalimat di atas sangat jelas dan mudah

dipahami, di mana kita memahami bahwa maksud kalimat itu adalah perintah

kepada kamu untuk pergi dari sini.

4. Kehematan Kata

Maksud dari ciri ini adalah kata-kata yang digunakan pada kalimat

ini dipakai sesuai dengan keperluan atau konteks yang hendak disampaikan

dari kalimat efektif. Contoh: Aku menyukai buah apel, aku menyukai buah

pepaya. (bentuk kalimat yang masih belum efektif). Aku menyukai buah apel

dan pepaya. (bentuk kalimat di atas yang telah diubah menjadi kalimat efektif)

5. Kelogisan Makna

Selain tegas, makna yang terkandung pada kalimat efektif mestilah

logis, dalam artian makna yang terkandung dalam kalimat efektif mesti dapat

diterima oleh nalar sehat. Misalnya, “Anni kini sudah besar”. (bentuk kalimat

yang masih belum logis). Anni kini sudah beranjak dewasa. (bentuk kalimat

yang logis)

6. Kepaduan Makna

Ciri kalimat efektif ini masih ada hubungannya dengan ciri kalimat

efektif yang kedua. Jadi, jika suatu kalimat efektif sudah disamakan, maka

makna yang dikandung oleh kalimat efektif pun menjadi kian padu. Misalnya,

“Jika kita hendak mengetahui apakah uang kertas yang kita punyai itu asli atau

tidak, maka kita meski terlihat meraba, dan terterawang uang kertas yang kita

punyai itu”. (kalimat yang masih belum sama bentuknya dan belum padu

maknanya). Jika kita hendak mengetahui apakah uang kertas yang kita punyai

itu asli atau tidak, maka kita mesti melihat, meraba, dan menerawang uang

10

Page 17: Viola Nur Afifah

kertas yang kita punyai itu. (kalimat efektif yang sudah disamakan bentuknya

dan sudah padu maknanya)

7. Kecermatan dan Kesantunan

Ciri terakhir dari kalimat efektif adalah kecermatan dan kesantunan

dalam penggunaan kata di dalamnya. Kecermatan dan kesantunan penggunaan

kata dilakukan agar kata yang digunakan sesuai dengan konteks kalimat dan

tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut, kesepadanan struktur melekat pada

kalimat efektif adalah adanya kesepadanan struktur pada kalimat efektif.

Adapun kesepadanan struktur yang dimaksud adalah adanya unsur subjek dan

predikat yang jelas dan terkandung pada kalimat efektif. Kesamaan bentuk

melekat pada kalimat efektif adalah adanya kesamaan bentuk yang ada di

dalamnya. Adapun kesamaan bentuk yang dimaksud adalah adanya kesamaan

penggunaan imbuhan pada kata-kata tertentu di dalamnya. Ketegasan makna,

maksud dari ciri ini menunjukkan bahwa makna yang terkandung di dalam

kalimat efektif jelas dan dapat dipahami oleh orang lain.

Kehematan kata yang digunakan pada kalimat ini dipakai sesuai

dengan keperluan atau konteks yang hendak disampaikan dari kalimat efektif.

Kelogisan makna terkandung pada kalimat efektif harus jelas, dalam arti

makna yang terkandung dalam kalimat efektif dapat diterima oleh nalar sehat.

Kepaduan makna masih ada hubungannya dengan ciri kalimat efektif yang

kedua. Jadi, jika suatu kalimat efektif sudah disamakan, maka makna yang

dikandung oleh kalimat efektif pun menjadi kian padu. Kecermatan dan

kesantunan penggunaan kata dilakukan agar kata yang digunakan sesuai

dengan konteks kalimat dan tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.

C. Unsur-unsur Kalimat Efektif

Menurut Kridalaksana dalam Putrayasa (2014:63-69) Tiap kata atau

frase dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau

frase lain yang ada dalam kalimat. Fungsi disini adalah hubungan saling

kebergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangkat sedemikian rupa

11

Page 18: Viola Nur Afifah

sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur.

Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase

dalam kalimat. Untuk membuat kalimat efektif seorang penulis harus

mengetahui empat unsur-unsur kalimat efektif seperti di bawah ini:

1. Subjek

Subjek adalah sesuatu bagian yang dianggap bisa berdiri sendiri.

Kata atau frase benda yang merupakan pokok persoalan atau bagian

kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembaca. Subjek dapat

berbentuk kata, benda, frasa kata benda, atau kata kerja.

2. Predikat

Bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri

sendiri atau subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri

sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan

apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja

atau kata keadaan.

3. Objek

Konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat

yang berupa verba transitif pada kalimat. Objek selalu diletakkan setelah

predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memerhatikan

jenis predikat yang melengkapinya, dan ciri khas objek itu sendiri.

Biasanya, verba transitif ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –

kan dan –i serta prefiks meng- umumnya mmerupakan pembentuk verba

transitif.

4. Pelengkap

Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan

pelengkap. Hal ini dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu

memang terdapat kemiripan. Baik objek, maupun pelengkap sering

berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang

sama, yakni di belakang verba.

5. Keterangan

Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan

paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal,

12

Page 19: Viola Nur Afifah

dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan

dalam kalimat bersifat manasuka. Biasanya, konstituen keterangan berupa

frase nominal, frase preposisional, atau frase adverbial.

Berdasarkan uraian tesebut, subjek dapat berbentuk kata, benda,

frasa kata benda, atau kata kerja. Predikat bagian yang memberi

keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek, biasanya

predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Objek dapat dikenali

dengan memerhatikan jenis predikat yang melengkapinya, dan ciri khas

objek itu sendiri. Biasanya, verba transitif ditandai oleh kehadiran afiks

tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks meng- umumnya mmerupakan

pembentuk verba transitif. Pelengkap menunjukkan baik objek, maupun

pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki

tempat yang sama, yakni di belakang verba. Pada umumnya, kehadiran

keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Biasanya, konstituen

keterangan berupa frase nominal, frase preposisional, atau frase adverbial.

D. Cara Mengefektifkan Kalimat dan Paragraf

Menurut Kusumaning (2019:202) Memudahkan pembahasan, cara

mengefektifkan kalimat dibagi menjadi dua sub bab, yakni membetulkan

kesalahan kalimat dan membetulkan rangkaian kalimat. Bagian pertama

khusus memperbaiki kalimat tunggal maupun majemuk. Sementara pada

bagian kedua adalah cara menyunting rangkaian kalimat dan menyusun

paragraf.

1. Membetulkan kesalahan kalimat

a. Kalimat tanpa subjek atau bersubjek berganda

Contoh:

(1) Bagi siswa yang sudah membayar uang SPP dapat memperoleh kartu

ujian. (Salah)

Kalimat pertama salah karena memakai kata bagi pada posisi yang tidak

semestinya sehingga mengaburkan fungsi subjek. Demikian pula pada

kalimat kedua. Pembetulannya, yakni:

13

Page 20: Viola Nur Afifah

(1) Siswa yang sudah membayar uang SPP dapat memperoleh kartu

ujian.

Contoh lain ialah pada kalimat yang bersubjek ganda berikut.

(1) Alif sedang menyampaikan materi di kelas tiba-tiba ia buru-buru

berhenti. (Salah)

(2) Presiden meresmikan acara kemudian beliau menyampaikan pidato di

mimbar. (Salah)

(3) Pembuatan tugas itu saya memperoleh bantuan dari teman-teman

mahasiswa. (Salah)

Jika terdapat subjek ganda, salah satu di antaranya harus dihilangkan sehingga

kalimat sebagaimana contoh, menjadi:

1) Ketika menyampaikan materi di kelas, tiba-tiba Alif buru-buru

berhenti.

2) Presiden meresmikan acara kemudian menyampaikan pidato di

mimbar.

3) Saya memperoleh bantuan dari teman-teman mahasiswa dalam

membuat tugas.

b. Kalimat yang tidak berpredikat

Contoh:

(1) Cut Nyak Dien yang berasal dari Aceh. (Salah)

Pemakaian kata yang dalam kedua kalimat di atas kurang tepat

karena menghilangkan fungsi predikat. Pembetulannya adalah dengan

menghilangkan kata tersebut.

(1) Cut Nyak Dien berasal dari Aceh.

c. Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat.

Contoh:

(1) Perundingan berjalan macet. Sehingga para peserta membubarkan

diri. (Salah)

(2) Tujuan utama politik adalah kesejahteraan rakyat. Sedangkan pada

praktiknya adalah persoalan perebutan kekuasaan. (Salah)

Kata sehingga dan sedangkan termasuk ke dalam kata

penghubung intrakalimat maka tidak dapat diletakkan di depan kalimat. Di

14

Page 21: Viola Nur Afifah

samping itu, pemakaian kata penghubung tersebut membuat kalimat kedua

tidak memiliki subjek. Dengan demikian, perbaikannya seperti berikut.

(1) Perundingan berjalan macet sehingga para peserta membubarkan diri.

(2) Tujuan utama politik adalah kesejahteraan rakyat, sedangkan

praktiknya merupakan persoalan perebutan kekuasaan walaupun

tujuan utamanya demi kesejahteraan rakyat. Pada praktiknya, politik

merupakan persoalan perebutan kekuasaan walaupun tujuan utamanya

demi kesejahteraan rakyat.diadakan pukul 19.00 malam.

d. Penyuntingan kalimat melingkar

Kalimat melingkar adalah nama lain dari kalimat yang bertele-

tele. Ketika menuangkan gagasan pada kalimat, penulis mengungkapkan hal-

hal lain terlebih dahulu yang sebenarnya tidak perlu.

Contoh:

(1) Peristiwa bencana gunung meletus selain kita dapat menyaksikan

beritanya di televisi sebagaimana disiarkan dalam berita-berita, juga dapat

ditemui informasinya melalui media internet. (Salah)

(2) Konflik dan pertikaian selain membuat suasana di antara pihak bertikai

menjadi tidak kondusif juga membuat mereka merugi, baik secara psikis

maupun materiil. (Salah)

Kalimat yang disusun melingkar akan membingungkan dan

memecah konsentrasi pembaca sehingga pada akhirnya gagasan tidak secara

efektif disampaikan. Penyuntingan kalimat melingkar dapat dilakukan

dengan membuang bagian yang tidak diperlukan sehingga menjadi:

(1) Peristiwa bencana gunung meletus dapat disaksikan beritanya di

media televisi dan internet.

(2) Konflik dan pertikaian membuat suasana tidak kondusif dan

menimbulkan kerugian, baik psikis maupun materiil, atau Konflik dan

pertikaian membuat suasana di antara pihak bertikai menjadi tidak

kondusif dan menimbulkan kerugian, baik psikis maupun materiil.

e. Penyuntingan kalimat membosankan

Apabila sebuah kalimat menggunakan dua kata atau bahkan

lebih yang memiliki kata dasar sama dapat membuat pembaca menjadi bosan.

15

Page 22: Viola Nur Afifah

Kalimat tersebut akan terbaca monoton sehingga tidak menarik perhatian

pembaca.

Contoh:

(1) Pertanyaan tentang mengapa kemiskinan ada selalu ditanyakan

berulang-ulang. (Salah)

(2) Kabar peristiwa pembunuhan telah dikabarkan oleh televisi setempat.

(Salah)

(3) Presenter memberitakan berita yang terjadi tadi malam. (Salah)

Kalimat diatas disunting dengan cara dihilangkan salah satu

bagian yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang lain unuk

membuat kalimat menjadi lebih efektif dan menarik.

(1) Mengapa kemiskinan ada adalah pertanyaan yang selalu diulang-

ulang.

(2) Peristiwa pembunuhan telah dikabarkan di televisi.

(3) Presenter memberitakan peristiwa yang terjadi tadi malam.

f. Kalimat berkonstruksi makna ganda

Sebuah kalimat mungkin saja dapat mengandung tafsiran

ganda. Hal ini bisa terjadi karena pemilihan kata maupun karena pemakaian

tanda baca yang kurang tepat. Kalimat yang mengandung tafsiran ganda,

misalnya:

(1) Pemerhati pendidikan menyarankan suatu metode belajar mengajar murid

baru kepada guru baru.

Pada kalimat (1) unsur keterangan baru mengacu kepada

metode belajar mengajar ataukah murid. Apabila yang dimaksud adalah

metode belajar mengajar yang baru, kalimatnya dapat diubah menjadi:

(1) Pemerhati pendidikan menyarankan suatu metode baru belajar

mengajar murid kepada para guru.

g. Penyuntingan kalimat mubazir

Penyuntingan kalimat mubazir dilakukan agar kalimat menjadi

lebih efektif. Penyuntingan dapat dilakukan dengan memilih atau membuang

kata-kata yang memiliki arti serupa, tetapi dipakai bersamaan. Selain itu,

16

Page 23: Viola Nur Afifah

kata-kata yang dipandang tidak perlu dari sudut makna sebaiknya dihindari.

Contoh:

(1) Kardus-kardus kotak ini nanti akan dinaikkan ke atas ke loteng rumah.

(Salah)

(2) Sejak sedari semalam perempuan itu termenung sendirian di tepi

jalan. (Salah)

(3) Walaupun ia termasuk murid pintar, tetapi peringkatnya di kelas tidak

pernah baik. (Salah)

Penyuntingan kalimat mubazir dilakukan dengan cara

membuang kata, frasa, atau bagian yang tidak diperlukan. Perbaikan kalimat-

kalimat di atas menjadi:

(1) Kardus-kardus kotak ini nanti akan dinaikkan ke loteng rumah.

(2) Sejak semalam perempuan itu termenung sendirian di tepi jalan atau

Sedari semalam perempuan itu termenung sendirian di tepi jalan.

(3) Walaupun ia termasuk murid pintar, peringkatnya di kelas tidak pernah

baik.

Pada kalimat (1) terdapat pemborosan frasa dinaikkkan ke atas

karena dinaikkan sudah mengimplisitkan makna ke atas sehingga dapat

dihilangkan salah satu katanya. Begitu juga dengan kalimat (2) dan (3)

berfungsi sama sehingga dapat dipilih salah satunya.

Berdasarkan uraian tersebut, pemakaian kata yang dalam kedua

kalimat di atas kurang tepat karena menghilangkan fungsi predikat. Kata

sehingga dan sedangkan termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat

maka tidak dapat diletakkan di depan kalimat. Kalimat melingkar adalah

nama lain dari kalimat yang bertele-tele. Ketika menuangkan gagasan pada

kalimat, penulis mengungkapkan hal-hal lain terlebih dahulu yang sebenarnya

tidak perlu. Kalimat yang disusun melingkar akan membingungkan dan

memecah konsentrasi pembaca sehingga pada akhirnya gagasan tidak secara

efektif disampaikan. Apabila sebuah kalimat menggunakan dua kata atau

bahkan lebih yang memiliki kata dasar sama dapat membuat pembaca

menjadi bosan.

17

Page 24: Viola Nur Afifah

Kalimat diatas disunting dengan cara dihilangkan salah satu bagian

yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang lain unuk membuat

kalimat menjadi lebih efektif dan menarik. Sebuah kalimat mungkin saja

dapat mengandung tafsiran ganda. Hal ini bisa terjadi karena pemilihan kata

maupun karena pemakaian tanda baca yang kurang tepat. Penyuntingan

kalimat mubazir dilakukan agar kalimat menjadi lebih efektif. Penyuntingan

dapat dilakukan dengan memilih atau membuang kata-kata yang memiliki arti

serupa, tetapi dipakai bersamaan.

E. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis, siswa diperuntukkan untuk terampil dalam

menulis. Menurut Oliver (2013) Keterampilan menulis mempunyai peran

yang sangat penting dalam kehidupan. Selain dapat menunjang kesuksesan

hidup seseorang, juga dapat melibatkan diri dalam persaingan global yang saat

ini terjadi. Pada era globalisasi, semua informasi disajikan secara instan

dengan media yang beragam, termasuk media cetak. Melalui karya tulis

seseorang dapat mengaktualisasikan diri dan ikut menjadi bagian kemajuan

zaman. keterampilan menulis memiliki kedudukan yang sangat penting di

dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Oleh karenanya, perlu adanya upaya untuk meningkatkan

keterampilan menulis. Keterampilan dalam menulis harus dibina dan dikuasai

sejak dini sebagai salah satu keterampilan berbahasa.

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan

berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya keterampilan ini merupakan

keterampilan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan adalah suatu

ketekunan manusia hingga menghasilkan sebuah karya. Menulis adalah

keterampilan berbahasa secara tidak langsung, yang bersifat produktif.

Produktif adalah sesuatu yang dapat menghasilkan, seperti karya tulis.

Keterampilan menulis adalah kecakapan dalam melahirkan pikiran atau

perasaan dalam bentuk karangan atau membuat cerita. Kecakapan adalah

kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas atau misi. Melahirkan

pikiran atau perasaan adalam kemampuan siswa dalam melahirkan atau

18

Page 25: Viola Nur Afifah

mengungkapkan gagasan, ide, pendapat dan perasaannya kepada pihak lain

melalui tulisan.

Karangan cerita adalah merupakan karya tulis hasil dari kegiatan

seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Keterampilan menulis yang

dimiliki seseorang, diperoleh dengan latihan yang intensif. Kemampuan

menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan secara turun temurun, tetapi

merupakan hasil proses belajar dan ketekunan berlatih. Untuk memiliki

keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang

teori menulis, ataupun hanya melafalkan definisi yang terdapat dalam bidang

menulis, tetapi diperlukan proses berlatih secara terus menerus dan

berkelanjutan.

F. Pengertian Karangan Narasi

Menurut Kusumaning (2019:273) Istilah narasi berasal dari kata

narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Maka dari itu, narasi

adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Dengan kata lain,

narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berupaya mengisahkan

peristiwa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri peristiwa tersebut.

Untuk dapat bercerita, narasi memiliki unsur-unsur yakni pertama peristiwa

atau kejadian. Setiap karangan narasi pasti berkisah tentang sebuah peristiwa

atau kejadian. Misalkan, peristiwa kecelakaan lalu lintas antara angkutan

umum dengan sepeda motor. Karangan narasi menceritakan bagaimana

kecelakaan terjadi.

Menurut Bruno (2019) Karangan adalah bahasa tulis yang

merupakan rangkaian kata-kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf,

dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Karangan

terdiri dari beberapa paragraf yang masing-masing berisi pikiran-pikiran

utama dan kemudian diikuti dengan pikiran penjelas. Maka, karangan

merupakan hasil gagasan yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis berupa

beberapa kalimat yang membentuk paragraf yang dapat dibaca dan dipahami

pembaca. Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian

19

Page 26: Viola Nur Afifah

kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir

sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa

paparan yang gayanya bersifat naratif. Contoh jenis karangan ini adalah

biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.

Menurut Finoza (2018:261) Karangan narasi adalah suatu bentuk

tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-

tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau

yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan

narasi adalah cerita yang menyajikan serangkaian peristiwa dalam sebuah

kerangka karangan. Narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berupaya

membuat pembaca seolah-olah mengalami kejadian tersebut. Narasi adalah

cerita. Cerita ini berdasarkan pada urut-urutan suatu (atau rangkaian) kejadian

atau peristiwa. Di dalam kejadian ini, ada tokoh (beberapa tokoh) dan tokoh

ini mengalami dengan menghadapi suatu (serangkaian) konflik dengan

tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan alur. Dengan demikian,

narasi adalah cerita berdasarkan alur.

G. Ciri-ciri Karangan Narasi

Ciri-ciri sebuah karangan narasi yaitu terbagi empat bagian. Menurut

Studi (2011) Ciri karangan narasi yaitu menonjolkan unsur perbuatan atau

tindakan, dirangkai dalam urutan waktu. Narasi dibangun oleh sebuah alur

cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita,

konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi berupa cerita tentang peristiwa

atau pengalaman penulis. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa

peristiwa yang benar -benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau

gabungan keduanya. Berdasarkan konfiks karena tanpa konfiks biasanya

narasi tidak menarik. Memiliki nilai estetika. Menekankan susunan secara

kronologis.

Pengarang akan menceritakan secara jelas peristiwa tentang aturan tempat, aturan waktu, jalan cerita, pemikiran dan perasaan para tokoh, dan lain sebagainya sehingga pembaca seperti mengalami sendiri kisah petualangan tersebut, yaitu:

20

Page 27: Viola Nur Afifah

a. Alur (plot)

Alur merupakan rangkaian pola perjalanan cerita berusaha

memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. Alur dengan

jalan cerita memang tidak terpisahkan, tetapi harus dibedakan.

Jalan cerita memuat kejadian, suatu kejadian ada karena sebabnya

dan alasan. Alur yang menggerakan kejadian cerita. Suatu kejadian

akan dapat disebut narasi jika didalamnya ada perkembangan.

Konflik adalah penyebab terjadinya perkembangan pada suatu

cerita. Contoh: 1) pengenalan, 2) adanya konflik, 3) konflik

memuncak, 4) klimaks, dan 5) pemecahan masalah.

b. Penokohan

Penokohan merupakan salah satu ciri khusus karangan narasi

mengisahkan tokoh bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan

kejadian.

c. Latar

Latar merupakan tempat dan waktu dalam suatu peristiwa

terjadinya perbuatan tokoh atau yang dialami tokoh. Dalam

karangan narasi tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh ketika

tokoh mengalami kejadian tertentu.

d. Sudut pandang

Sudut pandang merupakan arah pandang penulis dalam

menyampaikan sebuah cerita. Dalam karangan narasi penulis harus

menyesuaikan dengan watak tokoh.

Berdasarkan uraian diatas, alur yaitu suatu kejadian akan dapat

disebut narasi jika didalamnya ada perkembangan. Konflik adalah penyebab

terjadinya perkembangan pada suatu cerita. Contoh: 1) pengenalan, 2) adanya

konflik, 3) konflik memuncak, 4) klimaks, dan 5) pemecahan masalah.

Penokohan adalah ciri khusus dari karangan narasi mengisahkan tokoh

bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan kejadian. Latar merupakan

sebuah lokasi dan suasana ketika tokoh mengalami kejadian tertentu dalam

satu waktu. Sudut pandang yaitu arah pandang penulis dalam menyampaikan

21

Page 28: Viola Nur Afifah

sebuah cerita. Dalam karangan narasi penulis harus menyesuaikan dengan

watak tokoh.

H. Jenis-jenis Karangan Narasi

Menurut Fatmawati, Dede & Fatonah (2018) Narasi merupakan satu

jenis wacana berisi cerita yang memiliki unsur-unsur pokok utama, seperti

waktu, pelaku, peristiwa, dan aspek emosi yang dirasakan pembaca atau

penerima. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha

menggambarkan dengan sangat jelas kepada pembaca suatu peristiwa yang

telah terjadi. Jenis karangan narasi terbagi menjadi dua yaitu, Narasi

ekspositoris adalah narasi yang berisi penyampaian informasi secara tepat

tentang suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya dengan memperluas

pengetahuan pembaca tentang kisah seseorang.

Menurut Tresiana Sari Diah Utami (2018) Karangan merupakan

suatu hasil proses berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan

dan perasaan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif.

Pelaksanaan kegiatan menulis menuntut proses berpikir Karena menuntut

proses berpikir kritis dan kreatif, menulis menjanjikan manfaat yang begitu

besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif, kepercayaan diri dan

keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan,

mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.

Dalam praktiknya, hasil tulisan siswa berupa karangan dapat

dianalisis berdasarkan isi dari karangan tersebut dan ketepatan dalam

menggunakan kata, kalimat dan ejaan. Selain itu, dalam karangan siswa yang

berisi kalimat-kalimat terbentuk dari pola-pola struktur gramatika yang

tersusun membentuk makna. Karangan siswa biasanya berbentuk atau berpola

kalimat tunggal. Kalimat yang dihasilkan dalam karangan siswa berupa

karangan sederhana.

Menurut Kunci (2014) Karangan ini berusaha menyampaikan

serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud

memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat

memetik hikmah dari cerita itu dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang

terjadi dalam satu kesatuan waktu.

22

Page 29: Viola Nur Afifah

Tokoh diceritakan mulai dari sejak kecil hingga saat dewasa atau

sampai akhir hidupnya. Contoh paragraf narasi ekspositoris antara lain adalah

biografi, autobiografi, dan riwayat perjalanan. Narasi ekspositoris dapat

bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi

ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan

suatu proses yang umum sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat

pula dilakukan secara berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus adalah

narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas dan hanya

terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat

terulang kembali, cerita karangan narasi ini merupakan pengalaman atau

kejadian pada suatu waktu tertentu seperti berikut.

1. Narasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasi yang

mengutamakan kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan.

Karangan ini menceritakan tokohnya berdasarkan fakta yang dialami si

tokoh. Narasi ekspositoris ini bertujuan memberikan informasi

berdasarkan fakta yang sebenarnya untuk memperluas pengetahuan

dan pengalaman pembaca. Tokoh yang diceritakan benar-benar hidup

dan peristiwa yang dialami tokoh juga benar-benar terjadi.

2. Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil

rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat

dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi

sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran

yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa. Dalam hal ini,

kepandaian seorang pengarang dalam merangkaikan suatu kejadian

atau peristiwa atas tindakan atau perbuatan para tokohnya dapat

merangsang daya khayal para pembaca, sehingga pembaca merasa

berada di tengah-tengah kejadian atau peristiwa yang dialami para

tokoh. Oleh sebab itu, dalam menulis narasi sugestif, seorang

pengarang harus mampu membangkitkan daya imajinasi si pembaca.

Karangan narasi sugestif ini, pengarang diizinkan menggunakan

daya khayal atau daya imajinasinya untuk menghidupkan sebuah cerita.

Dalam hal ini, bahasa yang digunakan juga bahasa konotatif, yaitu bahasa

23

Page 30: Viola Nur Afifah

yang mengandung makna kias. Makna atau amanat yang disampaikan

pengarangnya masih dalam bentuk tersirat, bukan tersurat. Oleh sebab itu,

narasi sugestif ini lebih bersifat estetik atau artistik sehingga menjadi karangan

yang menyenangkan untuk dibaca. Contoh narasi sugestif ini adalah roman,

novel, cerpen, naskah drama, dan lain-lain.

Berdasarkan definisi diatas tersebut, jenis-jenis karangan narasi

terdiri dari dua bagian yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Penelitian

yang akan penliti ambil adalah narasi ekspositoris. Empat hal yang berkaitan

dengan karangan narasi ekspositoris atau bersifat faktual seperti memperluas

pengetahuan, menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian,

didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, bahasanya

lebih condong ke bahasa informative dengan titik berat pada pemakaian kata-

kata denotative.

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam

karangan telah banyak dilakukan, penelitian-penelitian tersebut antara lain

dilakukan oleh Elhami (2004) yang berjudul Kesalahan Berbahasa dalam

Karangan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Ulak Kembang Pemulutan

Ogan Ilir, kesimpulan dari skripsi Elhami tersebut mengatakan bahwa

kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Ulak Kembang Pemulutan Ogan Ilir yaitu kesalahan berbahasa yang

disebabkan penggunaan bahasa pertama (BI) atau bahasa ibu susah

dihilangkan ketika siswa mau belajar menggunakan bahasa Indonesia yang

benar. Persamaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian

sebelumnya yaitu membahas tentang karangan siswa dalam menggunakan

kalimat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

penelitian sebelumnya membahas kesalahan berbahasa siswa dalam kalimat,

sedangkan penelitian ini dibatasi dalam Kajian Kesalahan Kalimat Efektif

pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Mekar Bakti I.

Penelitian yang dilakukan Yunarti (2006) yang berjudul Kesalahan

Bahasa Tulis dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Negeri Palembang, kesimpulan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini

24

Page 31: Viola Nur Afifah

mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa disebabkan oleh pengaruh

bahasa pertama siswa, pengaruh bahasa yang digunakan oleh siswa sehari-

hari, dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Persamaan

penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu

mengenai karangan bahasa Indonesia siswa kelas V sekolah dasar. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu membahas mengenai

kesalahan bahasa dalam menulis, sedangkan penelitian ini ditujukan dalam

Kajian Kesalahan Kalimat Efektif pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN

Mekar Bakti I.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Khoirul Arifin (2013)

yang berjudul Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Kalimat Efektif pada

Karangan Narasi Sekolah Dasar Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin,

kesimpulan dari skripsi ini mengatakan bahwa penggunaan ciri-ciri kalimat

efektif seperti kesepadanan struktur kalimat, keparalelan bentuk kalimat,

ketegasan makna kalimat, kehematan kata kalimat, kecermatan penalaran 

kalimat, kepaduan gagasan  kalimat, kelogisan bahasa kalimat pada karangan

siswa kelas V SD Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin penelitian

diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan kalimat efektif

pada karangan narasi memiliki kekurangan dalam menguasai materi dan siswa

kurang banyak latihan menulis. Persamaan penelitian yang akan penulis

lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membahas tentang

kalimat efektif siswa dalam menggunakan kalimat. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya membahas

kesalahan berbahasa siswa dalam kalimat, sedangkan penelitian ini membahas

tentang kesalahan kalimat efektif.

25

Page 32: Viola Nur Afifah

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penelitian ini adalah analisis isi. Menurut

Titscher (2009:106) analisis isi kualitatif Mayring telah mengembangkan

sebuah model berangkai dan, selama tujuan penelitian masih menjadi

perhatian, mengusulkan tiga prosedur analitis yang berbeda yang bisa

dilaksanakan secara mandiri maupun dikombinasikan tergantung pada

pertanyaan penelitian tertentu, salah satunya eksplikasi melibatkan kegiatan

penjelasan, pengklarifikasian, dan penganotasian materinya.

Sebagai langkah pertama, ditetapkan dulu definisi leksigramatikal,

kemudian ditentukan materi yang akan dijelaskan, dan kemudian diikuti

dengan analisis konteks sempit dan analisis konteks luas. Analisis konteks

sempit meliputi teks (koteks) dan berkaitan dengan makna konteks yang

digunakan dalam analisis percakapan berusaha menemukan prosedur dan

prinsip generatif yang digunakan oleh partisipan untuk menghasilkan struktur

karakteristik dan tatanan dari sebuah situasi komunikatif. Ragam teks naratif

(kisah, cerita, dan sebagainya) bergantung pada prinsip penataan temporal.

Menurut Moleong (2011: 8-13) mengungkapkan beberapa ciri

penelitian kualitatif, yaitu: (1) berlangsung dalam latar yang alami, (2)

manusia sebagai alat (instrumen), (3) analisis data secara induktif, (4)

pengungkapan data dan laporan secara deskriptif, (5) lebih mementingkan

proses daripada hasil, (6) adanya “batas” yang ditentukan oleh fokus, (7)

adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (8) desain yang bersifat

sementara, dan (9) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Mekar Bakti I yang

berlokasi di Jl. Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang

Jl. Wijaya Raya, Graha Pesona, Mekar Bakti, Kecamatan Panongan,

Tangerang, Banten 15710.

26

Page 33: Viola Nur Afifah

2. Waktu penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, terhitung sejak

penyusunan proposal penelitian pada pertengahan bulan April 2019.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

Perencanaan April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Des Jan Feb Mar

Menyusun Bab I

Menyusun Bab II

Menyusun bab III

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa

wawancara dan dokumentasi. Pemilihan jenis ini, peneliti mendeskripsikan

kehidupan individu, mengumpulkan, mengatakan cerita tentang kehidupan

individu, dan menuliskan cerita atau riwayat pengalaman individu tertentu.

Dikatakan studi naratif kualitatif karena penelitian ini berusaha memaparkan

dan memberikan data yang akurat dari wawancara dan dokumentasi tentang

kajian penggunaan kalimat efektif pada karangan narasi siswa SD Negeri

Mekar Bakti 1.

a. Wawancara

Menurut Sugiyono (2017:137) Wawancara terstruktur, yaitu

wawancara terbuka selain itu narasumber telah menyusun jawaban dari

pertanyaan yang akan ditanyakan peneliti sesuai pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya. Oleh karena itu peneliti harus membawa instrumen untuk

pengumpul data dapat dibantu dengan tape recorder, gambar, brosur, dan

material lainnya dalam pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Tujuannya

adalah mengungkapkan peristiwa atau kejadian disesuaikan melalui

27

Page 34: Viola Nur Afifah

pengumpulan data. Wawancara menekankan pada penyesuaian data yang

didapatkan oleh peneliti. Dalam penelitan ini, secara umum wawancara

adalah salah satu syarat untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan

sebagai metode wawancara dan observasi.

b. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2017:240) Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen juga sebagai salah

satu teknik pengumpulan data yang menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tetulis seperti sejarah kehidupan (life

histories), cerita biografi, dan lain-lain. Dalam penelitan ini, dokumentasi

digunakan untuk mendukung data yang diperoleh dari hasil observasi

sehingga data akan semakin kredibel. Dokumentasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah tulisan dan data-data tentang hasil karya siswa serta

foto-foto selama kegiatan berlangsung di kelas V D SDN Mekar Bakti I,

Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.

D. Teknik Analisis Data

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, instrumen penelitian

ini dilakukan oleh (peneliti) sendiri jurusan pendidikan guru sekolah dasar,

peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitan kualitatif tentang

kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi karya siswa kelas V D

SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang. Berikut

instrumen penelitian yang akan dilakukan peneliti.

1. Melakukan observasi kegiatan menulis karangan narasi siswa di dalam

kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten

Tangerang.

2. Memberikan nomor urut pada setiap karangan siswa kelas V D SDN

Mekar Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.

3. Memberikan kode pada setiap karangan narasi dengan kalimat efektif

pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan,

Kabupaten Tangerang.

28

Page 35: Viola Nur Afifah

4. Memberikan suatu kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat

efektif pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan

Panongan, Kabupaten Tangerang.

5. Mengambil karya kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat

efektif pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan

Panongan, Kabupaten Tangerang.

6. Mengkaji tugas kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat

efektif pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan

Panongan, Kabupaten Tangerang.

7. Membaca karangan narasi siswa satu persatu di kelas V D SDN Mekar

Bakti I Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.

8. Menilai karya kegiatan menulis karangan narasi dengan kalimat efektif

pada siswa kelas V D SDN Mekar Bakti I Kecamatan Panongan,

Kabupaten Tangerang.

Tabel 3.2

Analisis Kalimat Efektif

No Aspek Kalimat Efektif Indikator Jumlah Persentase

1 Kalimat tanpa subjek bergandaSiswa mampu membuat kalimat dengan subjek

berganda

2 Kalimat yang tidak berpredikat Siswa mampu membuat kalimat yang berpredikat

3 Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat

Siswa mampu membuat pemakaian kata

penghubung dengan tepat

4 Penyuntingan kalimat melingkarSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat

tidak melingkar

5 Penyuntingan kalimat membosankan

Siswa mampu membuat penyuntingan kalimat tidak membosankan

6 Kalimat berkonstruksi makna ganda

Siswa mampu membuat kalimat tidak

berkonstruksi makna ganda

29

Page 36: Viola Nur Afifah

7 Penyuntingan kalimat mubazirSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat

tidak mubazir

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai

sumber, dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-

macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya

jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan

variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh adalah data kualitatif

sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang

jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan

analisis.

= data kesalahan x 100 % Sudijono (2008:43)

Jumlah siswa

Untuk mengetahui tingkat kriteria tesebut, persentase analisis deskriptif dikonsultasikan dengan kriteria.

Tabel 3.3

Analisis Deskriptif

No Persentase Kriteria

1 0 % - 24 % Sangat baik

2 25 % - 49 % Baik

3 50 % - 74 % Kurang baik

4 75 % - 100 % Tidak baik

E. Keabsahan Data

a. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2011:330) Triangulasi adalah sebuah

penelitian penting dilakukan jika meneliti benar-benar menginginkan

data yang akurat. Dalam pengumpulan data peneliti sering dijumpai

ketidaksamaan antara data yang diperoleh dari narasumber satu dengan

yang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik yang dapat

30

Page 37: Viola Nur Afifah

membuat data yang berbeda tersebut, agar dapat ditarik kesimpulan

yang pasti dan akurat. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka peneliti harus mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibelitas data, yaitu mencocokkan kredibelitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun

triangulasi yang ingin saya gunakan, antara lain:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beerapa

sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu

dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan

tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data

yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut,

kepada number data yang bersangkutan untuk memastikan data

mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena

sudut pandangnya berbeda-beda.

c. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan

data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu jika dalam

rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik

lain dengan waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-

ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

31

Page 38: Viola Nur Afifah

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

Sebagaimana penulis kemukakan pada Bab sebelumnya, di dalam bab

ini

penulis akan memaparkan data yang penulis temukan di SDN Mekar Bakti I.

Dalam Bab ini, penulis mengemukakan analisis data yang diperoleh dari hasil

karangan narasi pada pemilihan kata khususnya siswa kelas V SD.

A. Paparan Data Penelitian

1. Deskripsi Data

a) Kalimat tanpa subjek

Data kesalahan penggunaan kalimat tanpa subjek atau subjek

berganda

Karangan narasi pertama di tulis oleh Rajwa dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Dalam masa pengasingan, Beliau belajar ilmu pendidikan

hingga memperoleh gelar Europeesche akte” Kesalahan kalimat (1) kata

dalam termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat maka tidak

dapat diletakkan di awal kalimat. Subjek tidak didahului preposisi

seperti kata dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai

kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti dari, dalam, di, ke,

kepada, pada di awal kalimat sehingga menyebabkan kalimat-kalimat

yang dihasilkan tidak bersubjek. Kalimat yang sepadan harus memiliki

keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.

Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat

harus mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Dengan demikian,

perbaikannya seperti berikut: Beliau belajar ilmu pendidikan hingga

memperoleh gelar Europeesche akte dalam masa pengasingan.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan kata

dalam berada di awal kalimat. Kata dalam tidak dapat menjadi subjek

karena menyebabkan kalimat tidak efektif.

32

Page 39: Viola Nur Afifah

Karangan narasi kedua di tulis oleh Angel dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal antara lain:

“Seandainya Saya Seorang Erlanda” Kalimat (2) salah karena memakai

kata tulisan pada posisi yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan

fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek kesepadanan. Kalimat

yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan

struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri

kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang

jelas. Kalimat diatas memiliki kata subjek pada tempat yang tidak sesuai

maka penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas

pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk

subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya

siapa. Perbaikan kalimat yang benar yaitu “Ki Hajar Dewantara terkenal

dengan tulisan antara lain: Seandainya Saya Seorang Erlanda”. Kalimat

tersebut efektif apabila satu kata dengan kata yang lain saling

berhubungan seperti adanya kesepadanan struktur yang dimaksud

dengan unsur subjek dan predikat yang jelas.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek kata

tulisan berada di awal kalimat. Kata tulisan tidak dapat menjadi subjek

karena memiliki penempatan kata yang tidak sesuai menyebabkan

kalimat tidak efektif.

Karangan narasi ketiga di tulis oleh Daffa dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Karena Ki Hajar Dewantara sangatlah berjasa dalam

pendidikan maka dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional

Indonesia” Kalimat (3) salah karena memakai kata karena di awal

kalimat yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan fungsi subjek.

Kalimat yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran

33

Page 40: Viola Nur Afifah

(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi

salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan

predikat yang jelas. Subjek dapat berbentuk kata benda atau yang

dibendakan. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata

penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan

sehingga. Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap,

keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam

struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. Perbaikan kalimat yang

benar menjadi: Ki Hajar Dewantara sangat berjasa maka Beliau

dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata

karena berada di awal kalimat. Kata karena tidak dapat berada di awal

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek menyebabkan kalimat

tidak efektif.

Karangan narasi keempat di tulis oleh Alia dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia

sebagai hari Pendidikan Nasional” Kalimat (4) salah karena memakai

kata tanggal pada awal kalimat yang tidak seharusnya sehingga

mengaburkan fungsi subjek. Keterangan tambahan memberi penjelasan

nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi.

Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan,

sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang

diterangkan. Kalimat yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara

pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut

menyalahi salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai

subjek dan predikat yang jelas. Subjek dapat berbentuk kata, benda, frasa

kata benda, atau kata kerja. Perbaikan kalimat yang benar menjadi:

Kelahiran Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai hari Pendidikan

Nasional di Indonesia.

34

Page 41: Viola Nur Afifah

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada predikat kata

tanggal berada di awal kalimat. Kata tanggal tidak dapat berada di awal

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan

kalimat tidak efektif.

Karangan narasi kelima di tulis oleh Raysha dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh

pendidikan untuk para kaum bangsawan” Kalimat (5) salah karena

memakai kata terlahir pada awal kalimat yang tidak seharusnya

sehingga mengaburkan fungsi subjek. Objek yang hanya terdapat dalam

kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari

aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif

menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan

bentuk verba predikatnya. Seharusnya kalimat yang benar yaitu “Beliau

terlahir sebagai bangsawan maka Ia berhak memperoleh pendidikan

untuk kaum bangsawan”.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada predikat kata

terlahir berada di awal kalimat. Kata terlahir tidak dapat berada di awal

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan

kalimat tidak efektif.

Karangan narasi keenam di tulis oleh Musthofa dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal antara lain:

“Seandainya Saya Seorang Inlander” Kalimat (6) salah karena memakai

kata tulisan pada posisi yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan

fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek kesepadanan. Kalimat

yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan

struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri

35

Page 42: Viola Nur Afifah

kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang

jelas. Kalimat diatas tersebut memiliki kata subjek pada tempat yang

tidak sesuai maka penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari

jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu

kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan

kata tanya siapa. Perbaikan kalimat yang benar yaitu “Ki Hajar

Dewantara terkenal dengan karya tulisnya antara lain: “Seandainya Saya

Seorang Inlander”.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek kata

tulisan berada di awal kalimat. Kata tulisan tidak dapat berada di awal

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek menyebabkan kalimat

tidak efektif.

Karangan narasi ketujuh di tulis oleh Dzikri dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Tak berhasil meneruskan pendidikannya di Stovia tak

membuat Ki Hajar Dewantara rapuh beliau pun mulai menulis untuk

beberapa surat kabar sebagai wartawan muda” Kesalahan kalimat (7)

kata tak pada posisi yang tidak seharusnya sehingga kalimat tidak

efektif. Kata tersebut dapat dipindahkan salah satunya yang terdapat di

awal kalimat. Perbaikan kalimat yang benar yaitu “Ki Hajar Dewantara

tidak berhasil meneruskan pendidikan di Stovia namun tidak membuat

Beliau rapuh dan mulai menulis untuk beberapa surat kabar sebagai

wartawan muda”.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada predikat kata tak

berada di awal kalimat. Kata tak tidak dapat berada di awal kalimat

karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan kalimat

tidak efektif.

36

Page 43: Viola Nur Afifah

Karangan narasi kedelapan di tulis oleh Meisya dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Tulisan Ki Hajar Dewantara membangkitkan kesadaran rakyat

Indonesia tentang pentingnya persatuan dan kesatuan” Kalimat (8) salah

karena memakai kata tulisan pada posisi yang tidak seharusnya sehingga

mengaburkan fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek

kesepadanan. Kalimat yang sepadan harus memiliki keseimbangan

antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kalimat

tersebut menyalahi salah satu ciri kesepadanan, yaitu kalimat harus mem

punyai subjek dan predikat yang jelas. Kalimat diatas tersebut memiliki

kata subjek pada tempat yang tidak sesuai maka penentuan subjek dapat

dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang

dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa

manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. Perbaikan kalimat yang

benar menjadi: Ki Hajar Dewantara membangkitkan kesadaran rakyat

Indonesia dengan menulis tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek kata

tulisan berada di awal kalimat. Kata tulisan tidak dapat berada di awal

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan

kalimat tidak efektif.

Karangan narasi kesembilan di tulis oleh Raden dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Kembali ke Indonesia dan mendirikan Taman Siswa

kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung

bergabung sebagai guru sekolah” Kalimat (9) salah karena menggunakan

kata kembali pada posisi yang tidak seharusnya sehingga mengaburkan

fungsi subjek termasuk kesalahan pada aspek kesepadanan. Kalimat

yang sepadan harus memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan

struktur bahasa yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri

37

Page 44: Viola Nur Afifah

kesepadanan, yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang

jelas. Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas

pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk

subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya

siapa. Pemakaian kalimat yang benar menjadi: Ki Hajar Dewantara

mendirikan Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia dan menjadi guru

sekolah pada tahun 1919.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada perdikat kata

kembali berada di awal kalimat. Kata kembali tidak dapat berada di awal

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan

kalimat tidak efektif.

Karangan narasi kesepuluh di tulis oleh Nadya dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Dalam kongres yang berlangsung 31 Agustus 1928 tersebut,

Beliau mengemukakan perlunya pengajaran nasional sebelum bangsa

Indonesia mempunyai pemerintahan nasional sendiri” Kesalahan kalimat

(10) kata dalam termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat maka

tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Kalimat yang sepadan harus

memiliki keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa

yang dipakai. Kalimat tersebut menyalahi salah satu ciri kesepadanan,

yaitu kalimat harus mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Subjek

tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang

sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu

sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

Dengan demikian, perbaikannya seperti berikut: Ki Hajar Dewantara

mengemukakan perlunya pengajaran nasional sebelum bangsa Indonesia

mempunyai pemerintahan nasional sendiri dalam kongres yang

berlangsung 31 Agustus 1928.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata

dalam berada di awal kalimat. Kata dalam tidak dapat berada di awal

38

Page 45: Viola Nur Afifah

kalimat karena tidak menunjukkan fungsi subjek yang menyebabkan

kalimat tidak efektif.

b) Kalimat yang tidak berpredikat

Salah satu diantara unsur-unsur kalimat dalam bahasa

Indonesia adalah unsur predikat. Unsur ini merupakan suatu unsur yang

menerangkan tindakan yang dilakukan atau dikenai pada unsur subjek.

Unsur ini biasanya terbentuk dari verbal/verba (jenis-jenis kata

kerja) atau bisa juga terbentuk dari frasa verbal/verba.

Data kesalahan kalimat yang tidak berpredikat

Karangan narasi pertama di tulis oleh Ghizel dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Langkah besar beliau adalah ketika mendirikan sekolah

Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922” Kesalahan

kalimat (1) kata adalah dalam kalimat di atas kurang tepat karena

menghilangkan fungsi predikat. Predikat kalimat dapat berupa kata

adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat

berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap

tidak jelas. Pembetulannya dengan menghilangkan kata adalah tersebut:

Langkah besar Beliau ketika mendirikan sekolah Perguruan Nasional

Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata

adalah kurang tepat karena dapat menghilangkan fungsi predikat maka

kata adalah sebaiknya dihilangkan.

Karangan narasi kedua di tulis oleh Kyla dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan

Nasional” Kesalahan kalimat (2) kata yang dalam kalimat tersebut

kurang tepat karena menghilangkan fungsi predikat. Kebanyakan subjek

39

Page 46: Viola Nur Afifah

dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan

takrif, biasanya digunakan kata merupakan. Subjek yang sudah takrif

misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama gelar dan

pronomina tidak disertai kata yang. Pembetulannya adalah dengan

menghilangkan kata seperti berikut: Ki Hajar Dewantara adalah Bapak

Pendidikan Nasional.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata

yang dengan kata merupakan tidak dapat digabungkan karena

menyebabkan kalimat tidak efektif.

Karangan narasi ketiga di tulis oleh Althaf dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Langkah besar beliau adalah ketika mendirikan sekolah

perguruan nasional taman siswa pada tanggal 3 Juli 1922” Kesalahan

kalimat (3) kata adalah dalam kalimat di atas kurang tepat karena

menghilangkan fungsi predikat. Predikat kalimat dapat berupa kata

adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat

berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap

tidak jelas. Pembetulannya adalah dengan menghilangkan kata tersebut:

Langkah besar beliau yaitu ketika mendirikan sekolah Perguruan

Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata

adalah kurang tepat karena dapat menghilangkan fungsi predikat maka

digantikan dengan kata yaitu.

Karangan narasi keempat di tulis oleh Nayla dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Beliau adalah ketika mendirikan sekolah Perguruan Nasional

Taman Siswa pada tanggal 3 dapat memperoleh hak pendidikan seperti

priyayi maupun orang Belanda” Kesalahan kalimat (3) kata adalah

40

Page 47: Viola Nur Afifah

dalam kalimat di atas kurang tepat karena menghilangkan fungsi

predikat. Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat

itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang

sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas. Pemakaian

kalimat yang benar menjadi: Beliau dapat memperoleh hak pendidikan

seperti priyayi maupun orang Belanda pada tanggal 3 Juli 1922 ketika

mendirikan sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap kata

adalah berada di awal kata ketika dapat menghilangkan fungsi predikat.

Kata adalah dan ketika tidak dapat digabungkan karena menyebabkan

kalimat tidak efektif.

c) Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat

Kata penghubung atau konjungsi adalah sebuah kata tugas yang

berfungsi untuk menggabungkan klausa dengan klausa, kalimat dengan

kalimat dan paragraf dengan paragraf. Kata penghubung antar klausa

seringkali dijumpai di tengah  suatu kalimat.

Sementara kata penghubung antar kalimat dan antar paragraf

terdapat di awal sebuah paragraf. Berdasarkan fungsinya konjungsi atau

kata penghubung terdiri dari beberapa jenis, yaitu konjungsi aditif atau

gabungan, konjungsi pertentangan, konjungsi pilihan, konjungsi waktu,

konjungsi tujuan, konjungsi sebab, konjungsi akibat, konjungsi syarat,

konjungsi tak bersyarat, konjungsi perbandingan, konjungsi korelatif,

konjungsi penegas, konjungsi penjelas, konjungsi pembenaran,

konjungsi urutan, konjungsi pembatas.

Data kesalahan pemakaian kata penghubung yang tidak tepat

Karangan narasi pertama di tulis oleh Cintya dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Banyak halangan dan rintangan yang diluncurkan oleh

Pemerintah Belanda terhadap beliau. Akan tetapi beliau tetap

memperjuangkan pendidikan. Hingga beliau menciptakan semboyan

41

Page 48: Viola Nur Afifah

yang terkenal sampai sekarang” Kesalahan kalimat (1) kata akan dan

hingga termasuk ke dalam kata penghubung intrakalimat maka tidak

dapat diletakkan di depan kalimat. Di dalam kalimat, keterangan

merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan

dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek

dan predikat. Di samping itu, pemakaian kata penghubung tersebut

membuat kalimat kedua tidak memiliki subjek. Dengan demikian,

perbaikannya seperti berikut: “Banyak halangan dan rintangan yang

diluncurkan oleh Pemerintah Belanda tetapi beliau tetap

memperjuangkan pendidikan sehingga beliau menciptakan semboyan

yang terkenal sampai sekarang”.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan kata

akan dan hingga berada di awal kalimat. Kata akan dan hingga tidak

dapat menjadi kata penghubung yang tepat karena menyebabkan kalimat

tidak efektif.

Karangan narasi kedua di tulis oleh Yumna dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Namun Ki Hajar Dewantara tidak dapat menamatkan

pendidikan karena sakit, Ia memlih menjadi wartawan di beberapa surat

kabar seperti Soeditomo” Kesalahan kalimat (2) kata namun termasuk ke

dalam kata penghubung intrakalimat maka tidak dapat diletakkan di

depan kalimat. Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat

yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di

awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat. Di samping

itu, pemakaian kata penghubung tersebut membuat kalimat kedua tidak

memiliki subjek. Dengan demikian, perbaikannya seperti berikut: Ki

Hajar Dewantara tidak dapat menamatkan pendidikan karena sakit dan Ia

memlih menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Soeditomo.

42

Page 49: Viola Nur Afifah

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu

kata namun berada di awal kalimat. Kata tersebut tidak dapat menjadi

subjek karena menyebabkan kalimat penghubung tidak tepat.

d) Penyuntingan kalimat melingkar

Pada penyuntingan kalimat melingkar atau kalimat bengkok

adalah kalimat yang seharusnya tidak perlu dituangkan dalam karangan

narasi. Kalimat melingkar sebaiknya dihindari penyunting naskah karena

dua hal.

Pertama, “lingkaran” yang timbul dapat memecah konsentrasi

pembaca. Kedua, ada kemungkinan “lingkaran” yang timbul panjang

sehingga kalimat menjadi tidak efektif.

Data kesalahan penyuntingan kalimat melingkar

Karangan narasi pertama di tulis oleh Arya dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional pendidikan Ia

terlahir dengan Raden Mas Soewardi Soejarningrat yang kemudian kita

kenal sebagai Ki Hajar Dewantara” Pemakaian kalimat (1) yang disusun

melingkar akan membingungkan dan mengalihkan konsentrasi pembaca

sehingga pada akhirnya gagasan tidak secara efektif disampaikan.

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan

merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar

kebanyakan tidak bersifat wajib. Penyuntingan kalimat melingkar dapat

dilakukan dengan membuang bagian yang tidak diperlukan sehingga

menjadi: Ki Hajar Dewantara yang kita kenal adalah tokoh nasional

pendidikan, Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soejarningrat.

Kesalahan unsur kalimat efektif pada pelengkap yaitu kata

yang berada di awal kata kemudian dapat mengalihkan konsentrasi

pembaca. Kata yang dan kemudian tidak dapat digabungkan karena

menyebabkan kalimat melingkar.

.

43

Page 50: Viola Nur Afifah

Karangan narasi kedua di tulis oleh Devina dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Disini Ia mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian

digunakan untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang

akan dia dirikan” Kesalahan kalimat (2) kata disini dan yang pada posisi

yang tidak seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat

dihilangkan salah satunya yang terdapat di depan kalimat. Penentuan

subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa

atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat

yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. Berbeda dari

subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur

tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak

bersifat wajib. Pembetulannya adalah dengan mengganti posisi kata

tersebut: Ia mempunyai pengalaman mengajar kemudian digunakan

untuk mengembangkan konsep belajar bagi sekolah yang akan didirikan.

Kesalahan unsur kalimat efektif terbagi dua. Pertama terdapat

pada pelengkap yaitu kata yang berada sebelum kata kemudian. Kedua

terdapat pada keterangan kata disini berada di awal kalimat. Kata disini

tidak dapat dicantumkan karena tidak menunjukkan fungsi subjek

sedangkan kata yang dan kemudian tidak dapat digabungkan karena

menyebabkan kalimat melingkar.

Karangan narasi ketiga di tulis oleh Intan dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Selain itu, dia juga diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional. Selain di

dunia pendidikan, Ia juga merintis penerbitan majalah Hindia Poetra”

Kalimat (3) salah karena memakai kata selain pada dua posisi yang tidak

seharusnya sehingga menyebabkan kalimat tidak efektif. Kata tersebut

dapat dihilangkan atau digantikan posisi kalimat salah satunya yang

berada di awal kalimat. Keterangan pewatas memberikan pembatas

44

Page 51: Viola Nur Afifah

nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap.

Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak

dapat ditiadakan. Perbaikan kalimat yang benar yaitu: Beliau diberi gelar

Bapak Pendidikan Nasional selain di dunia pendidikan Ia juga merintis

penerbitan majalah Hindia Poetra.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada pelengkap yaitu

kata selain berada di awal kalimat dengan dua posisi yang berbeda. Kata

selain tidak dapat dicantumkan karena menyebabkan kalimat melingkar.

e) Penyuntingan kalimat membosankan

Pada penyuntingan kalimat membosankan adalah kalimat yang

mengandung dua buah kata yang berasal dari kata dasar yang sama.

Kalimat seperti ini sebaiknya dihindari oleh penyunting naskah karena

dapat membuat pembaca bosan atau jenuh.

Data kesalahan penyuntingan kalimat membosankan

Karangan narasi pertama di tulis oleh Nabila dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Di Belanda, Ia bergabung dengan Indische Vereeniging (IV)

organisasi pelajar Indonesia di Belanda, serta terus menulis media

massa” Kalimat (4) salah karena memakai kata di pada posisi yang tidak

seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Pemakaian kalimat diatas

disunting dengan cara dihilangkan salah satu bagian yang berkata dasar

sama atau diganti dengan kata yang lain unuk membuat kalimat menjadi

lebih efektif dan menarik. Keterangan tempat berupa frasa yang

menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan

dalam. Pembetulannya yakni: Ia bergabung dengan Indische

Vereeniging (IV) aktif dalam organisasi pelajar Indonesia saat di

Belanda, serta terus menulis media massa.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu

kata di berada di awal kalimat. Kata di tidak dapat menjadi subjek

45

Page 52: Viola Nur Afifah

karena kalimat yang mmbosankan dapat mengalihkan konsentrasi

pembaca.

Karangan narasi kedua di tulis oleh Aura dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional Indonesia yang

berjuang memperjuangkan pendidikan Indonesia” Kesalahan pada

kalimat (2) kata berjuang disunting dengan cara dihilangkan salah satu

bagian yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang lain unuk

membuat kalimat menjadi lebih efektif dan menarik. Objek yang selalu

menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan

kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

Pembetulannya yakni: Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional

yang memperjuangkan pendidikan Indonesia.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada objek yaitu kata

berjuang berada pada bagian yang berkata dasar sama dengan

memperjuangkan. Kata tersebut tidak dapat menjadi objek karena

kalimat yang membosankan dapat mengalihkan konsentrasi pembaca.

Karangan narasi ketiga di tulis oleh Hendriyan dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Di Belanda, Ia bergabung dengan Indische Vereeniging (IV)

organisasi pelajar Indonesia di Belanda, serta terus menulis media

massa” Pemakaian kalimat (3) diatas disunting dengan cara dihilangkan

salah satu bagian yang berkata dasar sama atau diganti dengan kata yang

lain unuk membuat kalimat menjadi lebih efektif dan menarik.

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai

oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam. Pembetulannya yakni: Beliau

bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) aktif dalam organisasi

pelajar Indonesia saat di Belanda, serta terus menulis media massa.

46

Page 53: Viola Nur Afifah

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan

yaitu kata di berada di awal kalimat. Kata di tidak dapat menjadi subjek

karena kalimat yang membosankan dapat mengalihkan konsentrasi

pembaca.

f) Kalimat berkonstruksi makna ganda

Pada penyuntingan kalimat berkonstruksi makna ganda adalah

kalimat ambigu yang berkaitan dengan ujaran. Pertama, sifat atau hal

yang berarti dua kemungkinan yang mempunyai dua pengertian.

Kedua, kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam

sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat. Jadi kalimat ambigu adalah

kalimat yang mempunyai tafsiran lebih dari satu atau bermakna ganda.

Ambigu atau ketaksaan adalah bagian dari makna sebuah pengutaran.

Ambiguitas dapat terjadi dalam berbagai tatanan bahasa, frasa, klausa

dan kalimat.

Data kesalahan kalimat berkonstruksi makna ganda

Karangan narasi pertama di tulis oleh Nadif dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Setelah kembali dari pengasingan dari Belanda pada tahun

1919, Ki Hajar Dewantara bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh

saudaranya” Kesalahan pada kalimat (1) unsur keterangan setelah

mengacu kepada waktu dari belanda ataukah dari pengasingan. Apabila

yang dimaksud adalah kembali dari pengasingan, seharusnya kalimat

dapat diubah menjadi: Ki Hajar Dewantara kembali setelah dari

pengasingan Belanda bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh

saudaranya pada tahun 1919.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu

kata setelah berada di awal kalimat. Kata setelah tidak dapat menjadi

subjek dan kata dari Belanda tidak dapat digabungkan karena

menyebabkan kalimat berkonstruksi makna ganda.

47

Page 54: Viola Nur Afifah

Karangan narasi kedua di tulis oleh Nazwa dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Sebelum beliau mengganti namanya menjadi Ki Hajar

Dewantara nama beliau adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat”

Kesalahan pada kalimat (3) menggunakan kata setelah pada posisi yang

tidak seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat

diganti posisi kalimat salah satunya yang berada di awal kalimat.

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu,

seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.

Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang

menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu

depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh

konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum,

saat, sesaat, sewaktu, dan ketika. Perbaikan kalimat di atas menjadi:

Beliau mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara sebelumnya nama

beliau adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan

yaitu kata sebelum berada di awal kalimat. Kata sebelum di awal kalimat

dapat menghilangkan fungsi keterangan karena menyebabkan kalimat

berkonstruksi makna ganda.

Karangan narasi ketiga di tulis oleh Azahra dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Setelah pulang ke Indonesia maka pada 3 Juli 1922 Ki Hajar

Dewantara medirikan sekolah perguruan nasional taman siswa dari

sekolah ini mendapatkan nama Ki Hajar Dewantara” Kesalahan pada

kalimat (3) menggunakan kata setelah pada posisi yang tidak seharusnya

sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat diganti posisi kalimat

salah satunya yang berada di awal kalimat. Keterangan waktu dapat

48

Page 55: Viola Nur Afifah

berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata

adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok,

sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa

frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin

pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang

berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu,

seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

Perbaikan kalimat di atas menjadi: Ki Hajar Dewantara mendirikan

sekolah perguruan nasional taman siswa setelah pulang ke Indonesia

maka pada 3 Juli 1922 Beliau mendapatkan nama Ki Hajar Dewantara.

Kesalahan unsur kalimat efektif menyatakan pada kata

keterangan yaitu kata setelah berada di awal kalimat. Kata setelah dapat

menghilangkan fungsi keterangan karena menyebabkan kalimat

berkonstruksi makna ganda.

Karangan narasi keempat di tulis oleh Ariya dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Akibat tulisan ini, Ia ditangkap dan diasingkan ke Belanda

pada 1919. Setelah pulang ke Indonesia pada tahun 1918, Ki Hajar

Dewantara ingin mendirikan sebuah sekolah” Kalimat (4) salah karena

menggunakan kata akibat dan setelah pada posisi yang tidak seharusnya

sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat dihilangkan atau

diganti posisi kalimat salah satunya yang berada di awal kalimat.

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab

yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti

oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak

kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran dan keterangan

waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang

berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin,

besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang

berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti

49

Page 56: Viola Nur Afifah

kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu

yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan

waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan

ketika. Pemakaian kalimat yang benar menjadi: Ki Hajar Dewantara

ditangkap dan diasingkan ke Belanda pada 1919 akibat tulisan ini.

Beliau ingin mendirikan sebuah sekolah setelah pulang ke Indonesia

pada tahun 1918.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan kata

akibat dan setelah berada di awal kalimat. Kata akibat dan setelah di

awal kalimat dapat menghilangkan fungsi keterangan karena

menyebabkan kalimat berkonstruksi makna ganda.

Karangan narasi kelima di tulis oleh Murni dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau Bangka. Namun, atas

permintaan mereka sendiri mereka diasingkan ke Belanda” Kalimat (5)

salah karena memakai kata mereka pada dua posisi yang tidak

seharusnya dapat bermakna ganda sehingga kalimat tidak efektif. Kata

tersebut dapat dihilangkan salah satunya yang terdapat di depan kata

keterangan. Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif

(definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek

yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau

nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. Pembetulannya

adalah dengan menghilangkan kata seperti berikut: Ki Hajar Dewantara

dibuang ke Pulau Bangka. Namun, atas permintaan warga mereka

diasingkan ke Belanda.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada subjek kata

mereka memiliki makna ganda. Kata mereka dapat menghilangkan

fungsi subjek karena menyebabkan kalimat berkonstruksi makna ganda.

50

Page 57: Viola Nur Afifah

Karangan narasi keenam di tulis oleh Rizky dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Setelah lulus Ia bersekolah di Stovia (Sekolah Dokter Bumi

Putera) yang saat ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Namun, Ia tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit”

Kesalahan pada kalimat (6) menggunakan kata setelah pada posisi yang

tidak seharusnya sehingga kalimat tidak efektif. Kata tersebut dapat

digantikan posisi kalimat salah satunya yang berada di awal kalimat.

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu,

seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.

Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang

menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu

depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh

konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum,

saat, sesaat, sewaktu, dan ketika. Perbaikan kalimat yang benar menjadi:

Ia bersekolah di Stovia (Sekolah Dokter Bumi Putera) setelah lulus yang

saat ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia namun

tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada keterangan yaitu

kata setelah dan namun berada di awal kalimat. Kata setelah dan kata

namun dapat menghilangkan fungsi keterangan karena menyebabkan

kalimat berkonstruksi makna ganda.

g) Penggunaan kata mubazir

Pemilihan kata dalam menulis karangan narasi dianggap siswa

mudah. Namun, pada kenyataannya siswa masih banyak mengalami

kesalahan. Siswa cenderung menggunakan kata sehari hari yang tidak

sesuai dengan aturan yang berlaku.

Berikut perwakilan kesalahan pemilihan kata pada karangan narasi.

Data kesalahan penggunaan kata mubazir

51

Page 58: Viola Nur Afifah

Karangan narasi pertama di tulis oleh Bagus dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Dunia pendidikan akan selalu berterimakasih terhadap jasa

tokoh pelopor pendidikan sejak zaman penjajahan Belanda” Pemakaian

pada kalimat (1) salah karena menggunakan kata akan dan selalu secara

digabung sehingga membuat kalimat tidak efektif. Penggunaan kalimat

mubazir harus dihindari karena dapat menyebabkan terjadinya

kesalahpahaman terhadap inti kalimat. Keterangan pewatas memberikan

pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau

pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan

pewatas tidak dapat ditiadakan. Perbaikan kalimat di atas menjadi:

Dunia pendidikan berterimakasih terhadap jasa tokoh pelopor sejak

zaman penjajahan Belanda.

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan

yaitu kata akan berada sebelum kata selalu. Kata akan dan selalu tidak

dapat dicantumkan karena menyebabkan kalimat mubazir.

Karangan narasi kedua di tulis oleh Fadel dengan judul

“Perjuangan Ki Hajar Dewantara.” Adapun karangan tersebut akan

dianalisis dalam kalimat efektif sebagai berikut.

“Dunia pendidikan akan selalu berterimakasih terhadap jasa

tokoh pelopor pendidikan sejak zaman penjajahan Belanda” Pemakaian

pada kalimat (2) salah karena menggunakan kata akan dan selalu secara

digabung sehingga membuat kalimat tidak efektif. Penggunaan kalimat

mubazir harus dihindari karena dapat menyebabkan terjadinya

kesalahpahaman terhadap inti kalimat. Keterangan pewatas memberikan

pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau

pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan

pewatas tidak dapat ditiadakan. Perbaikan kalimat di atas menjadi:

Dunia pendidikan berterimakasih terhadap jasa tokoh pelopor sejak

zaman penjajahan Belanda.

52

Page 59: Viola Nur Afifah

Kesalahan unsur kalimat efektif terdapat pada kata keterangan

yaitu kata akan berada sebelum kata selalu. Kata akan dan selalu tidak

dapat dicantumkan karena menyebabkan kalimat mubazir.

Tabel 4.1

Analisis Kalimat Efektif

No Aspek Kalimat Efektif Indikator Jumlah Persentase

1 Kalimat tanpa subjek bergandaSiswa mampu membuat kalimat dengan subjek

berganda  10 33 %

2 Kalimat yang tidak berpredikat Siswa mampu membuat kalimat yang berpredikat 4 13 %

3 Pemakaian kata penghubung yang tidak tepat

Siswa mampu membuat pemakaian kata

penghubung dengan tepat  2 7 %

4 Penyuntingan kalimat melingkarSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat

tidak melingkar  3 10 %

5 Penyuntingan kalimat membosankan

Siswa mampu membuat penyuntingan kalimat tidak membosankan

  3 10 %

6 Kalimat berkonstruksi makna ganda

Siswa mampu membuat kalimat tidak

berkonstruksi makna ganda

  6  20 %

7 Penyuntingan kalimat mubazirSiswa mampu membuat penyuntingan kalimat

tidak mubazir

2 7 %

Keterangan :Persentase tertinggi = 33 % kalimat subjek bergandaPersentase terendah = 7 % kalimat penghubung yang tidak tepat

7 % kalimat mubazir

53

Page 60: Viola Nur Afifah

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kajian kesalahan kalimat

efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SD Negeri Mekar Bakti I ada

beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya sebagai berikut.

Kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V di SD

Negeri Mekar Bakti I analisis dokumen berupa pembelajaran tematik dan hasil

karangan narasi siswa. Hasil karangan narasi siswa belum maksimal karena

beberapa faktor, di antaranya adalah kesulitan membedakan kalimat tanpa

subjek berganda, kalimat yang tidak berpredikat, pemakaian kata penghubung

yang tidak tepat, penyuntingan kalimat melingkar, penyuntingan kalimat tidak

membosankan, kalimat berkonstruksi makna ganda, penyuntingan kalimat

mubazir sehingga dengan kondisi yang demikian maka tujuan dari

pembelajaran menulis karangan narasi belum dapat terpenuhi terutama

mengenai kemampuan menulis karangan menggunakan kemampuan

intelektual untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki.

Analisis kajian kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa

kelas V di SD Negeri Mekar Bakti I penulis menggunakan ciri-ciri kalimat

efektif dan unsur-unsur kalimat efektif. Ciri-ciri kalimat efektif terdapat pada

kesepadanan, kesamaan, ketegasan, kehematan, kelogisan, kepaduan,

kecermatan. Unsur-unsur kalimat efektif terdapat pada subjek, predikat, objek,

pelengkap, keterangan. Data kesalahan kalimat tidak bersubjek ada sepuluh

siswa. Data kesalahan kalimat yang tidak berpredikat ada empat siswa. Data

kesalahan pemakaian kata penghubung yang tidak tepat ada empat siswa. Data

kesalahan penyuntingan kalimat melingkar ada tiga siswa. Data kesalahan

penyuntingan kalimat membosankan ada tiga siswa. Data kesalahan kalimat

berkonstruksi makna ganda ada enam siswa dan data kesalahan penyuntingan

kalimat mubazir ada dua siswa.

Pembagian kriteria persentase pada tabel temuan penelitian yaitu, (1)

kalimat tanpa subjek berganda memperoleh kriteria baik dengan persentase

33% yaitu 10 siswa dari 30 siswa, (2) kalimat yang tidak berpredikat

54

Page 61: Viola Nur Afifah

mendapatkan sangat baik dengan persentase 13% yaitu 4 siswa dari 30 siswa,

(3) pemakaian kata penghubung yang tidak tepat memperoleh kriteria sangat

baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30 siswa, (4) penyuntingan

kalimat melingkar memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10%

yaitu 3 siswa dari 30 siswa, (5) penyuntingan kalimat tidak membosankan

memperoleh kriteria sangat baik dengan persentase 10% yaitu 3 siswa dari 30

siswa, (6) kalimat berkonstruksi makna ganda memperoleh baik dengan

persentase 20% yaitu 6 siswa dari 30 siswa, (7) penyuntingan kalimat mubazir

mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 7% yaitu 2 siswa dari 30

siswa.

Penelitian mengenai kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam

karangan telah banyak dilakukan, penelitian-penelitian tersebut antara lain

dilakukan oleh Elhami (2004) yang berjudul Kesalahan Berbahasa dalam

Karangan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Ulak Kembang Pemulutan

Ogan Ilir, kesimpulan dari skripsi Elhami tersebut mengatakan bahwa

kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Ulak Kembang Pemulutan Ogan Ilir yaitu kesalahan berbahasa yang

disebabkan penggunaan bahasa pertama (BI) atau bahasa ibu susah

dihilangkan ketika siswa mau belajar menggunakan bahasa Indonesia yang

benar. Persamaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian

sebelumnya yaitu membahas tentang karangan siswa dalam menggunakan

kalimat. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

penelitian sebelumnya membahas kesalahan berbahasa siswa dalam kalimat,

sedangkan penelitian ini dibatasi dalam Kesalahan Kalimat Efektif pada

Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Mekar Bakti I.

Hasil penelitian yang saya lakukan memiliki permasalahan kesalahan

kalimat efektif pada karangan narasi siswa. Penelitian yang dilakukan Yunarti

(2006) yang berjudul Kesalahan Bahasa Tulis dalam Karangan Bahasa

Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Palembang, kesimpulan

dalam penelitian ini yaitu penelitian ini mengatakan bahwa kesalahan-

kesalahan berbahasa disebabkan oleh pengaruh bahasa pertama siswa,

pengaruh bahasa yang digunakan oleh siswa sehari-hari, dan kurangnya

55

Page 62: Viola Nur Afifah

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Persamaan penelitian yang akan

penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai karangan

bahasa Indonesia siswa kelas V sekolah dasar. Perbandingan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yaitu membahas mengenai kesalahan bahasa

dalam menulis, sedangkan penelitian ini ditujukan dalam Kesalahan Kalimat

Efektif pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN Mekar Bakti I.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Khoirul Arifin (2013)

yang berjudul Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Kalimat Efektif pada

Karangan Narasi Sekolah Dasar Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin,

kesimpulan dari skripsi ini mengatakan bahwa penggunaan ciri-ciri kalimat

efektif seperti kesepadanan struktur kalimat, keparalelan bentuk kalimat,

ketegasan makna kalimat, kehematan kata kalimat, kecermatan penalaran 

kalimat, kepaduan gagasan  kalimat, kelogisan bahasa kalimat pada karangan

siswa kelas V SD Negeri 15 Air Saleh Kabupaten Banyuasin penelitian

diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan kalimat efektif

pada karangan narasi memiliki kekurangan dalam menguasai materi dan siswa

kurang banyak latihan menulis. Persamaan penelitian yang akan penulis

lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu membahas tentang kalimat

efektif siswa dalam menggunakan kalimat. Perbandingan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya membahas kesalahan

berbahasa siswa dalam kalimat, sedangkan penelitian ini membahas tentang

kesalahan kalimat efektif.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas V dalam menulis

karangan narasi dan apa yang menjadi sebab siswa melakukan kesalahan

dalam menulis karangan narasi. Guna memfokuskan penelitian dan melakukan

berbagai pertimbangan dipilihlah sekolah tersebut untuk pengambilan data

penelitian pada hasil tulisan siswa dalam membuat karangan narasi.

Skor tertinggi 33% 10 siswa dari 30 siswa kalimat efektif terdapat

pada kalimat subjek berganda. Kalimat subjek berganda tidak terdapat pada

kesepadanan struktur. Penyebab kalimat tidak efektif yaitu tidak termasuk

56

Page 63: Viola Nur Afifah

kesepadanan struktur yang dimaksud adalah adanya unsur subjek dan predikat

yang jelas dan terkandung pada kalimat efektif. Jika terdapat subjek ganda,

salah satu di antaranya harus dihilangkan sehingga kalimat sebagaimana

contoh: “Ki Hajar Dewantara sangat berjasa maka dinyatakan sebagai Bapak

Pendidikan Nasional”.

Skor terendah 7% 2 siswa dari 30 siswa kalimat efektif terdapat pada

kalimat mubazir. Kalimat mubazir tidak terdapat pada ketegasan makna.

Penyebab kalimat tidak efektif yaitu tidak termasuk ketegasan makna di

dalamnya. Maksud dari ciri ini adalah bahwa makna yang terkandung di

dalam kalimat efektif jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Penyuntingan

dapat dilakukan dengan memilih atau membuang kata-kata yang memiliki arti

serupa, tetapi dipakai bersamaan. Selain itu, kata-kata yang dipandang tidak

perlu dari sudut makna sebaiknya dihindari sehingga kalimat sebagaimana

contoh, menjadi: “Beliau mengemukakan perlunya pengajaran nasional

sebelum bangsa Indonesia mempunyai pemerintahan nasional sendiri dalam

kongres yang berlangsung 31 Agustus 1928 tersebut”.

Kata-kata yang digunakan pada kalimat ini dipakai sesuai dengan

keperluan atau konteks yang hendak disampaikan dari kalimat efektif.

Misalnya, “Setelah kembali dari pengasingan Belanda Ki Hajar Dewantara

bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh saudaranya pada tahun 1919”.

Selain tegas, makna yang terkandung pada kalimat efektif mestilah logis,

dalam artian makna yang terkandung dalam kalimat efektif mesti dapat

diterima oleh nalar sehat. Misalnya, “Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau

Bangka. Namun, atas permintaan warga mereka diasingkan ke Belanda”.

Kesatuan makna masih ada hubungannya dengan ciri kalimat efektif

yang kedua. Jadi, jika suatu kalimat efektif sudah disamakan, maka makna

yang dikandung oleh kalimat efektif pun menjadi kian padu. Jika terdapat

makna ganda, salah satu di antaranya harus dihilangkan atau digantikan

posisinya sehingga kalimat sebagaimana contoh: “Ki Hajar Dewantara

mendirikan sekolah perguruan nasional taman siswa setelah pulang ke

57

Page 64: Viola Nur Afifah

Indonesia maka pada 3 Juli 1922 Beliau mendapatkan nama Ki Hajar

Dewantara”.

Kecermatan dan kesantunan kalimat efektif digunakan agar kata

sesuai dengan konteks kalimat dan tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.

Jika terdapat kata penghubung tidak tepat, salah satu di antaranya harus

dihilangkan sehingga kalimat sebagaimana contoh: Ki Hajar Dewantara tidak

dapat menamatkan pendidikan karena sakit dan Ia memlih menjadi wartawan

di beberapa surat kabar seperti Soeditomo.

Subjek merupakan aktor, atau orang yang melakukan perbuatan,

kegiatan, tindakan, aktivitas atau pekerjaan tertentu dalam kalimat. Subjek

adalah kata benda, seperti nama orang, hewan, tumbuhan, dan benda. Predikat

merupakan unsur kalimat dalam bentuk tindakan yang dilakukan oleh subjek

dalam kalimat. Predikat dalam bentuk kata kerja (lisan) dalam kondisi tertentu

predikat dapat ditempatkan sebagai kata sifat. Objek merupakan unsur kalimat

yang digambarkan sebagai sesuatu yang patuh pada tindakan atau aktivitas

subjek. Keterangan merupakan fungsi kalimat sebagai penjelasan dimana,

kapan, dan bagaimana suatu peristiwa yang terjadi dinyatakan dalam kalimat.

Berdasarkan kesalahan unsur kalimat siswa belum mampu membuat

subjek dan predikat dengan jelas, siswa belum mampu membuat kalimat kata

penghubung dengan baik dan benar agar mudah dipahami pembaca dan

pendengar, siswa belum mampu membuat kalimat tidak berkonstruksi makna

ganda, siswa belum mampu membuat sistem pembentuk kata seperti kalimat

melingkar dan kalimat membosankan sehingga pembaca atau pendengar tidak

dapat tergerak oleh pesan berita dan amanat tersebut.

58

Page 65: Viola Nur Afifah

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti maka peneliti dapat mengemukakan simpulan ialah bentuk-bentuk

kesalahan kalimat efektif pada karangan narasi siswa kelas V SDN Mekar

Bakti 1 belum mengarah pada keefektifan kalimat, karena ketujuh syarat untuk

mencapai kalimat yang efektif tidak dimiliki. Dari 30 karangan narasi siswa,

ditemukan banyak kesalahan. 10 kesalahan pada kalimat tanpa subjek

berganda, 6 kesalahan pada aspek kalimat berkonstruksi makna ganda, 4

kesalahan pada aspek kalimat yang tidak berpredikat, 3 kesalahan pada aspek

penyuntingan kalimat melingkar dan 3 kesalahan pada aspek penyuntingan

kalimat membosankan, 2 kesalahan pada aspek pemakaian kata penghubung

yang tidak tepat dan 2 kesalahan pada aspek penyuntingan kalimat mubazir.

Hasil persentase jumlah kesalahan terbanyak terdapat pada kalimat

tanpa subjek berganda dalam kalimat yang masih sangat rendah yaitu 33%,

siswa terlalu bertele-tele dalam mengungkapkan sebuah ide, banyak kata yang

tidak penting menyelingi satu unsur dengan unsur lainnya, kata tidak

berpredikat 13% dan kata makna ganda dalam kalimat yang kurang tepat 20%.

Adapun faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan penggunaan

kalimat efektif diantaranya adalah motivasi menulis rendah, kurang kreatif,

sulit mengembangkan karangan, sulit untuk berpikir secara runtut,

penggunaan bahasa lisan ke dalam tulisan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang dilakukan mengenai

“Kesalahan Kalimat Efektif pada Karangan Narasi Siswa kelas V SDN Mekar

Bakti I”, peneliti memberikan saran pada pihak-pihak yang terkait berdasarkan

permasalahan yang terjadi, antara lain:

a. Bagi guru: hendaknya lebih sering meltih siswa dalam pelajaran

menulis, lebih banyak mengalokasikan waktu untuk pelajaran

59

Page 66: Viola Nur Afifah

menulis, penulis berharap guru dapat memberikan contoh kebahasaan

yang baik dan benar serta guru dapat memperhatikan kemampuan

menulis mengenai penggunaan kalimat efektif untuk menunjang

keterampilan menulis siswa kelas V di SDN Mekar Bakti I tentang

karangan narasi, alangkah baiknya guru juga memberikan banyak

pengetahuan mengenai keterampilan menulis, oleh karena itu baik

teori maupun praktik supaya siswa lebih menguasai dan memahami

kalimat efektif dalam karangan narasi.

b. Bagi siswa: penulis berharap siswa dapat melatih dan

mengembangkan kemampuan keterampilan menulis, oleh karena itu

keterampilan menulis akan mempengaruhi penggunaan kalimat

efektif pada hasil karya karangan narasi siswa, penulis berharap siswa

dapat membedakan bahasa ibu atau bahasa sehari-hari dengan bahasa

menurut kaidah yang benar sehingga dari tahun ke tahun prestasi

belajar siswa akan mengalami kemajuan. Siswa dapat mengikuti

arahan yang diberikan oleh guru dan lebih sering melatih

keterampilan menulis agar kualitas karangan narasi semakin bagus.

c. Bagi peneliti: untuk memberikan kesempatan kepada peneliti agar

mengetahui secara langsung kalimat efektif yang digunakan oleh

siswa dalam karangan narasi. Penulis berharap penggunaan kalimat

efektif dapat memberikan contoh dalam aspek kemampuan

keterampilan menulis tentang karangan narasi pada siswa kelas V

SDN Mekar Bakti I. Penulis berrharap siswa dan guru dapat

menggunakan kaidah bahasa dalam menulis karangan narasi.

60

Page 67: Viola Nur Afifah

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Gelora

Aksara Pratama

Bruno, Latour. 2019. “Tono.” Journal of Chemical Information and Modeling

53(9): 1689–99.

Dalman, 2016. Keterampilan Menulis. Depok: Rajawali Persada Grafindo

Fatmawati, Dede & Fatonah, Khusnul. 2018. “Peningkatan Keterampilan Menulis

Narasi Melalui Pembelajaran Kontekstual Kelas IV SDN Sukabumi Utara

04 PAGI.” Jurnal Eduscience 4(1): 38–46.

Finoza, 2018. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Nonjurusan

Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia

Hibbert. 2012. “Metode Pengajaran Bahasa Arab.” Ekonomi Daerah (August): 32.

Kunci, Kata. 2014. “Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca

Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater Cinta Budaya.”

Jurnal Pendidikan Karakter (2): 61–72.

Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Oliver, J. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Narasi Dengan

Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Baturaden.”

Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.

Putrayasa, 2014. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama

_________2012. Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama

_________2014. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama

Ratri, Kusumaning. 2018. Cakap Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

61

Page 68: Viola Nur Afifah

Studi, Program. 2011. Karangan Narasi Dengan Teknik Brainstorming Melalui Media Album Foto Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalisegoro Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sumarni, Ratna. 2018. “7 Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia.” dosenbahasa.com: 1. https://dosenbahasa.com/ciri-ciri-kalimat-efektif.

Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tresiana Sari Diah Utami. 2018. “Perwujudan Pola Struktur Gramatikal Kalimat Pada Karangan Naratif Siswa Kelas vi Sd Palm Kids Palembang.” 1(1): 66-79.

Warsiman, 2013. Bahasa Indonesia Ilmiah untuk Penulisan Laporan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Malang: Universitas Brawijaya Press

62

Page 69: Viola Nur Afifah

Lampiran I.I Wawancara

Saya : Assalamualaikum. Perkenalkan, nama saya Viola Nur Afifah dari

Universitas Esa Unggul. Jurusun Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Maaf

Ibu, saya meminta waktunya sebentar. Bolehkah saya tahu nama Ibu?

Guru : Waalaikumsalam. Nama saya Dian Indriani wali kelas VD SD Negeri

Mekar Bakti 1. Ada yang bisa saya bantu?

Saya : Saya ingin mewawancarai Ibu tentang pembelajaran karangan narasi di

kelas V, SD Negeri Mekar Bakti I

Guru : Oh, iya silahkan

Saya : Apa saja permasalahan itu terjadi ketika Ibu menjelaskan karangan narasi

pada siswa kelas V D?

Guru : Biasanya anak sulit untuk memahami tentang karangan narasi karena jenis

karangan narasi itu ada konflik, alur cerita, lalu juga biasanya anak-anak

malas membaca berulang-ulang

Saya : Kapan permasalahan yang terjadi ketika Ibu menjelaskan karangan narasi

pada siswa kelas V D?

Guru : Biasanya menjelang jam istirahat ketika anak-anak sudah mulai merasa

lapar apalagi yang dari rumahnya tidak sarapan terlebih dahulu dan

cuacanya panas anak jadi sulit untuk konsentrasi

Saya : Mengapa permasalahan itu terjadi ketika Ibu menjelaskan karangan narasi

pada siswa kelas V D?

Guru : Anak-anak sulit konsentrasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi

mereka, pelajaran mengarang cukup membosankan waktu menentukan

kalimat dalam karangan

Saya : Bagaimana cara Ibu mengatasi permasalahan tersebut pada siswa kelas

VD?

63

Page 70: Viola Nur Afifah

Guru : Siswa banyak yang mengobrol, bercanda dengan teman sebangkunya, dan

ada beberapa juga siswa yang mengantuk ketika saya menjelaskan

karangan narasi.

Saya : Apa masalah yang dihadapi oleh siswa saat pembelajaran karangan narasi

yang diberikan Ibu?

Guru : Iya ada, biasanya dari sisi bahasa, siswa menggunakan bahasa yang tidak

baku dan dalam segi penyusunan kalimat yang kurang tepat

Saya : Kapan masalah itu terjadi pada siswa dalam pembelajaran karangan narasi?

Guru : Ketika saya memberikan tugas membuat karangan narasi tentang wisata

study tour

Saya : Mengapa permasalahan itu terjadi pada siswa ketika pembelajaran

karangan narasi?

Guru : Karena kebiasaan siswa dalam pengggunan bahasa sehari-hari. Siswa

masih kesulitan menyusun alur ceita.

Saya : Bagaimana cara Ibu mengatasi masalah yang terjadi pada pembelajaran

karangan narasi?

Guru : Dengan membiasakan siswa menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Saya juga menjelaskan kembali tentang karangan narasi agar siswa lebih

memahami cerita karangan narasi.

Saya : Apa siswa mempunyai masalah ketika membuat kalimat efektif?

Guru : Iya ada

Saya : Kapan Ibu menghadapi permasalahan yang terjadi pada siswa dalam

membuat kalimat efektif?

Guru : Ketika siswa diberikan tugas membuat kalimat efektif dan ternyata masih

banyak siswa yang belum memahami tentang kalimat efektif

Saya : Mengapa siswa mengalami masalah ketika membuat kalimat efektif?

64

Page 71: Viola Nur Afifah

Guru : Karena banyak siswa yang masih menggunakan dua kali subjeknya misal

Ani sakit demam sehingga hari ini Ani tidak sekolah atau masih

menggunakan dua klausa misalnya meskipun dia sakit tetapi dia masih

tetap sekolah

Saya : Bagaimana cara Ibu menghindari permasalahan yang terjadi pada siswa

tentang kalimat efektif?

Guru : Dengan banyak memberikan contoh-contoh kalimat efektif dan

membiasakan diri kepada siswa saat belajar tertulis dan berkomunikasi

secara langsung

65

Page 72: Viola Nur Afifah

66

Page 73: Viola Nur Afifah

67

Page 74: Viola Nur Afifah

68

Page 75: Viola Nur Afifah

69

Page 76: Viola Nur Afifah

70

Page 77: Viola Nur Afifah

Angel

71