BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan ...
VIDEOGRAFI PADA PENCIPTAAN FILM PENDEK “VIOLA”
Transcript of VIDEOGRAFI PADA PENCIPTAAN FILM PENDEK “VIOLA”
Abdul, Videografi Pada Penciptaan Film… 317
VIDEOGRAFI PADA PENCIPTAAN FILM PENDEK
“VIOLA” Videography On The Creation Of The Viola Short Movie
Abdul Rahman, Triadi Sya'dian
Program Studi Televisi dan Film
Fakultas Seni dan Desain, Universtitas Potensi Utama
ABSTRAK
Analisis film pendek Viola terkait dengan sinematografi bertujuan untuk mengetahui konsep
dan teknik sinematografi dalam menvisualkan cerita kedalam film “Viola”. Film Viola diangkat
berdasarkan mitos dan budaya mistis yang ada di Indonesia,budaya mistis yang disangkut pautkan
dengan film Viola ini adalah budaya mistis mandi kembang atau mandi bunga.Didalam film Viola
ini mandi kembang digunakan sebagai media untuk mempercantik diri atau dikenal sebagai susuk.
Metode analisis yang digunakan menjadi tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca
produksi. Teori yang digunakan adalah Five C’s Cinematography (camera angle, continuity, cutting,
close up, dan composisi oleh Joseph V. Mascelli A.s.c dan teori three point lighting (key light, fill
light, dan back light). Konsep dan teknik sinematografi yang digunakan adalah konsep sinematografi
misteri dramatik dengan teknik angle kamera objektif sehingga penonton dapat dengan mudah
memahami dan menikmati jalan cerita pada film. Close up digunakan untuk meperjelas visual.
Komposisi dinamik dan simetris yang memanfaatkan eleme garis agar pandangan mata penonton
langsung pada objek. Gambar yang Continuity membuat penonton lebih nyaman dan Cutting yang
tidak begitu lama mebuat penonton tidak cepat bosan.
Kata Kunci : Sinematografi, film fiksi, dan mandi kembang
ABSTRACT
Viola short film analysis related to cinematography aims to find out cinematographic
concepts and techniques in visualizing stories into the film "Viola". The Viola film is based on myths
and mystical culture in Indonesia, the mystical culture that is related to this Viola film is the mystical
culture of flower baths or flower baths. In this film Viola flower bath is used as a medium to beautify
themselves or known as implants. The analytical method used is three stages: pre-production,
production and post-production. The theory used is Five C's Cinematography (camera angle,
continuity, cutting, close up, and composition by Joseph V. Mascelli Asc and three point lighting
theory (key light, fill light, and back light) .The concepts and techniques of cinematography used are
the concept of dramatic cinematographic mystery with an objective camera angle technique so that
viewers can easily understand and enjoy the storyline in the film, close up is used to clear the visual,
dynamic and symmetrical compositions that utilize line elements to direct the viewer's eyes to the
object. more comfortable and not so long cutting makes the audience not get bored quickly.
Keywords: Cinematography, fiction films, and bathing kembang
1. PENDAHULUAN
Film fiksi yang disebut juga film fiktif adalah sebuah film fiksi yang terikat oleh plot.Dari
segi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep
pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis
dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita yang jelas [8]
318. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
Sebuah film fiksi biasanya diangkat dengan berlandaskan isu-isu budaya yang terdapat disuatu
daerah yang kemudian diramu sehingga menghasilkan suatu cerita fiksi yang kemudian dilanjutkan
dalam bentuk film.
Film independen di Indonesia, disebut sebagai film pendek. Film pendek merupakan film
yang berdurasi tidak panjang, tetapi dengan waktu yang tidak panjang itu, para sineas film harus
lebih efektif mengungkap pesan yang akan disampaikan. Dengan demikian, setiap Shot akan
memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnya.
Film yang akan di jadikan tugas akhir ini berjudul “ Viola “. Viola sendiri di ambil dari nama
bunga, film ini menceritakan seorang suami istri yang mengalami hubungan kurang baik. Seorang
suami yang bernama Rudi tergoda dengan wanita lain dikarenakan Viola dimata Rudi kurang
menarik dan kemudian Viola memberanikan diri melakukan ritual-ritual untuk mendapatkan
kehidupan baru.
Dalam penciptaan karya ini penulis bertugas sebagai seorang sinematografer/videografer.
Videografi merupakan sebuah media untuk merekam suatu momen kejadian atau peristiwa yang
dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat dinikmati dikemudian hari baik sebagai
sebuah kenangan ataupun sebagai bahan kajian [1]
Pada penciptaan film “Viola” ini penulis lebih memperdalam mengenai sinematografi.
Sinematografi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu Kinema yang berarti gerak, Photos
yang berarti cahaya, Graphos yang berarti lukisan/tulisan. Menurut kamus ilmiah serapan bahasa
Indonesia sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film dan seni pengambilan
gambar film dengan sinematograf. Kaitannya dengan penciptaan film, seorang sinematografer
bertanggung jawab atas proses perekaman gambar pada saat melakukan shooting. Seorang
sinematografer bertugas untuk menggambarkan cerita “ Viola “ kedalam frame kamera agar cerita
dan pesan yang diinginkan dapat tersampaikan kepada sasaran. Seorang sinematografer juga
mengolah pencahayaan untuk mendukung konsep yang akan digunakan untuk menampilkan citra
visual yang akan ditampilkan pada film.
Konsep sinematografi yang digunakan pada film fiksi “ Viola “ ini adalah konsep
sinematografi mystery dramatik. Konsep mystery yang dimaksud yaitu konsep visualisasi film yang
membuat penonton merasa menegangkan dan bertanya-tanya apa yang selanjutnya akan dilakukan
oleh pemeran dalam film (Himawan Pratista: 2008, 16).[8] Sedangkan dramatik menurut kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang di lebih-lebihkan atau bersifat drama.
Merealisasikan konsep mistery dramatik ini, sinematografer perlu untuk memperhatikan movemen
atau pergerakan kamera, selain itu juga perlu mengeksplor elemen-elemen sinematografi seperti
komposisi, penataan cahaya, pergerakan kamera, warna film dan angle kamera.
Angle kamera yang digunakan dalam penciptaan film fiksi “ Viola ” ini dominan
menggunakan angle kamera objektif. Angle kamera objektif adalah angle yang menuntun penonton
menyaksikan seperti mata seseorang yang mencuri pandang, melihat melalui mata pengamat yang
tersembunyi [6] Angle kamera objektif memiliki peran untuk membuat penonton bisa menikmati
film dan mempermudah penonton memahami jalan cerita film. Komposisi pada film “ Viola “ banyak
memanfaatkan elemen garis. Elemen garis ditujukan untuk mengarahkan pandangan penonton
kedalam frame sehingga fokus langsung tertuju pada objek yang ingin ditampilkan [6]
Penata cahaya yang digunakan dalam penciptaan ini menggunakan tiga sumber cahaya yang
terdiri dari key light atau cahaya utama, fill light atau pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk
menghilangkan bayangan objek yang dihasilkan oleh key light, dan Back light atau pencahayaan dari
arah belakang objek. Penataan cahaya ini bertujuan memberikan dimensi dan menambahkan kesan
kedalaman objek dan memisahkan objek dari background.
Movemen kamera yang digunakan adalah perpaduan pergerakan statis dan dinamis.
Pergerakan kamera berfungsi untuk mengikuti pergerakan seorang karakter serta objek dan juga
menggambarkan situasi dan suasana sebuah lokasi agar memberikan kesan nyata [8] Perpaduan
pergerakan kamera dinamis dan terkadang statis digunakan untuk membangun mood yang
menunjukan situasi ketegangan, dan konflik yang terjadi pada film. Warna film yang akan
ditampilkan menggunakan nuansa abu-abu di kamera dengan mengatur brightness, color dan kontras
yang rendah agar memudahkan pada saat colour grading.
Film fiksi pendek yang berjudul “ Viola “ menjadi tugas akhir ini dikerjakan oleh tim yang
terdiri dari penyutradaraan, editing dan juga videografi/DOP (director of photography).
Abdul, Videografi Pada Penciptaan Film… 319
Film Viola ini bergenre drama misteri yang berdurasi 30 menit. Film Viola di angkat
berdasarkan mitos dan budaya yang berkembang di Indonesia, mitos yang diangkat yaitu mandi
kembang atau mandi bunga. Mandi kembang atau mandi bunga adalah ritual yang diadegankan pada
filmViola.Masyarakat Indonesia meyakini bahwasaanya mitos mandi bunga dapat membuka aura
positif dan menghilangkan aura-aura negative seperti halnya memandikan benda-benda kramat pada
malam-malam tertentu, ritual mandi bunga pada sepasang suami istri pada saat istri hamil 7 bulan.
Dulu mandi bunga hanya orang yang berbudaya hindu dan budda namun setelah masuknya
hinddu dan budda ke Indonesia masyarakat Indonesia melakukan mandi bunga yang mereka yakini
bahwasaanya mandi bunga dapat membuat merka menjadi percaya diri karena energy positif yang di
dapat dalam bunga tersebut. Kaitannya mandi bunga dengan film Viola ini terdapat konflik disebuah
keluarga dimana seorang suami berselingkuh dengan wanita lain sehingga seorang istri kurang
kepercayaan diri dan untuk mengembalikan kepercayaan diri tersebut ia melakukan ritual-ritual
dengan mandi bunga.
Film Viola ini menampilkan cerita dari seorang karakter yang menjalani kehidupan dengan
melakukan amalan ritual mandi kembang. Karakter ini ialah seorang istri yang di khianati suaminya
sehingga ia mencari cara agar suaminya kembali kepadanya. Perbuatan viola yang melakukan ritual
mandi kembang membuatnya di sukai pria lain sehingga ia mengalami teror dari pemuda kampung
yang membuat sang suami waswas.
Untuk menciptakan sebuah karya film dalam tugas akhir ini perlu melakukan kajian terhadap
sumber penciptaan berupa karya tulis dan karya seni (film) agar dapat menghasilkan karya yang
dapat dipertanggung jawabkan keasliannya. Untuk menunjukan hal itu pencipta akan mengkaji
sumber-sumber penciptaan yang berupa karya tulis maupun karya seni (film) yang ada kaitannya
dengan penciptaan film. Kajian sumber penciptaan karya tulis diantaranya sebagai berikut :
Pratista, Himawan Dalam Bukunya yang berjudul Memahami Film yang diterbitkan tahun
2008 di Yogyakarta.Dalam buku ini menjelaskan tentang bagaimana mendeskripsikan unsure-unsur
pembentukan film dengan lebih sistematis dan rinci.Aspek sinematik dipecah menjadi unsure-unsur
yang lebih spesifik, yakni mise en scene, sinematografi, editing, dan suara.Seluruh aspek tersebut
dalam buku ini dijelaskan secara rinci dengan menggunakan contoh yang tidak sulit dipahami para
pecinta film.
James, M Linda Dalam bukunya yang How To Write Great Screenplays yang diterbitkan
pada tahun 2009 di Cataloguing. Buku yang berjudul How To Write Gread Screenplays yang
diterjemahkan oleh Adi Krishna ini menjelaskan bagaimana mecari ide sampai mengembangkannya
menjadi naskah dan kemudian menjadikan sebuah karya film.
Widada.Dalam bukunya yang berjudul Cara Muda Kreasi Fotografi, Plus Editing Image
yang diterbitkan tahun 2014 di Yogyakarta.Bukuini caramenjelaskan langkah-langkah mudah
berkreasi dalam fotografi, mulai dari fotografi, pencahayaan, komposisi fotografi, sudut pengambilan
gambar, ukuran pengambilan gambar, tips pemotretan, hingga editing image.
Film yang berjudul mati anak di rilis pada tahun 2019 di sutradarai oleh Derby Romero, Film
Mati Anak ini menceritakan wanita rajin dan berkepribadian kuat tinggal disebuah panti asuhan
miskin yang berisi anak-anak yatim piatu.Suatu hari kepala desa membawa seorang anak yang
bernama Andi berumur 8 tahun kepanti asuhan dan di urus oleh Ina.Andi dulunya memiliki keluarga
namun keluarganya sudah meninggal secara misterius dan sadis. Setelah Andi tinggal di panti asuhan
kejadian aneh muncul kemudian ada beberapa pemuja iblis mengambil Andi mereka meyakini Andi
adalah raja iblis sehingga pemuja iblis itu menghidupkan melalui ritual-ritual yang mereka yakini
bahwa raja iblis akan hadir.
Yang membedakan film Mati Anak dengan film yang akan diciptakan adalah dari segi cerita.
Film Mati Anak menceritakan para pemuja iblis ingin menghidupkan roh iblis melalui Tubuh Andi
dengan melakukan ritual air darah di siramkan di tubuh Andi dan membunuh semua orang yang ada
di panti asuhan. Sedangkan film yang akan di ciptakan ini menceritakan sebuah suami istri ingin
berlibur namun terjadi kecelakaan yang mengakibatkan istri meninggal dan seorang suami
mendatangi orang yang bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal dengan kebiasaan ritual-
ritual mandi bunga. Film Mati Anak bergenre Horror dan sedangkan genre yang akan diciptakan oleh
penulis adalah begenre drama misteri.
320. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
2. METODE PENCIPTAAN
a. Persiapan
Pembuatan film berawal dari tercetusnya ide dari sutradara yang ingin membuat film yang belum
pernah dibuat yaitu mistery dramatik.Film ini mengisahkan seorang suami istri yang mengalami
hubungan kurang baik. Seorang suami yang bernama Rudi tergoda dengan wanita lain
dikarenakan Viola dimata Rudi kurang menarik dan kemudian Viola memberanikan diri
melakukan ritual-ritual untuk mendapatkan kehidupan baru.
Setelah ide ini terbentuk dengan melewati proses diskusi dengan tim, selanjutnya ide
dikembangkan menjadi naskah dan kemudian setiap divisi membuat konsep. Divisi
senematografi membuat konsep dan memilih teknik sesui dengan naskah film yang akan dibuat
agar dapat mendukung cerita lebih menarik. Ide penciptaan konsep didapat melalui mengkaji
beberapa pustaka dan meninjau karya yang sudah ada sesui dengan karya yang akan dibuat.
Dalam membuat visual yang menegangkan digunakan perpaduan elemen-elemen sinematografi
seperti angle kamera, komposisi, penata cahaya, warna, dan pergerakan kamera untuk
mendukung konsep yang akan ditampilkan.
b. Elaborasi
Metode ini digunakan karena untuk mempermudah pencipa karya dalam pembuatan film Viola.
Yang dilakukan di metode ini adalah obsevasi kelokasi langsung agar dapat melihat dan meminta
perizinan lokasi yang akan digunakan untuk shooting.
Untuk mewujudkan sebuah karya penciptaan film ada tiga tahap diantaranya yaitu :
1. Pra Produksi
Pra produksi merupakan tahapan persipapan. Pada pra produksi tahapan awal yang dilakukan
adalah pengumpulan ide cerita dan kemudian mengembangkan menjadi cerita yang utuh
sehingga siap untuk di produksi .pada tahap pra produksi harus memikirkan matang-matang
perencanaan untuk memudahkan pada saat proses produksi. Divisi sinematografi bertugas
menyiapkan alat apa saja yang akan digunakan oleh sinematografer untuk pengambilan gambar
shooting pada saat produksi nanti. Merencanakan teknis dilapangan juga harus diperhitungkan
dengan matang, agar saat produksi berjalan dengan lancer.Sinematografer bertugas untuk
membuat konsep sinematografi. Untuk mengetahui konsep yang dirasa tepat diterapkan pada
film “ Viola “ penulis mengkaji karya film dengan genre psycho, mystery, dan horor yang
sekiranya sesuai dengan akan dibuat. Penulis juga membaca buku dan artikel mengenai
sinematografi film untuk menambah referensi teknik dan konsep sinematografi.Output yang
dihasilkan pada tahap ini yaitu berupa naskah, shotlist, dan daftar alat pembuatan film “ Viola.
2. Produksi
Produksi adalah tahapan proses eksekusi, segala persiapan yang telah dilakukan pada saat pra
produksi. Sinematografer bertanggung jawab untuk mengambil gambar sesui dengan shotlist
yang telah dibuat dan mengatur pencahayaan sesuai dengan look dan mood yang ingin
ditampilkan sesuai dengan cerita pada saat pra produksi. Sinematografer bertanggung jawab
untuk segala aspek visual yang ada pada film. Output yang dapat dihasilkan pada tahap ini
berupa potongan-potongan adegan dalam bentuk video dengan format file AVCHD.
3. Pasca Produksi
Pasca produksi adalah tahap penyuntingan gambar.Pada tahap ini penulis sebagai editor
merancang poster film dan trailer film serta Full Movie film “VIOLA”. Penulis bekerjasama
dengan Sutradara, dan Sinematografer untuk melakukan proses cutting atau pemilihan gambar.
Gambar tertata rapi dilanjutkan ketahap selanjutnya yaitu proses editing online seperti
penambahan spesial effect serta grading (pewarnaan). Grading adalah proses perbaikan atau
perubahan warna guna memberi mood pada film. Grading dilakukan setelah picture lock atau
Abdul, Videografi Pada Penciptaan Film… 321
gambar film sudah tersusun tanpa ada perubahan lagi.Output yang dihasilkan pada tahap ini yaitu
berupa potongan video yang telah disusun menjadi satu (film jadi) dengan format mp4.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam proses penciptaan film Viola penulis berfokus pada teknik dan konsep sinematografi,
dimana pada penciptaan film Viola ini penulis lebih mengedepankan visual. Konsep sinematografi
yang digunakan pada film Viola ini adalah konsep sinematografi misteri dramatik, Konsep misteri
yang dimaksud yaitu konsep visualisasi film yang membuat penonton merasa menegangkan dan
bertanya-tanya baigaimana jalan ceritaselanjutnya. Sedangkan konsep dramatik digunakan untuk
menaik turunkan tensi film, memberikan nafas pada film dan membuat penonnton semakin
penasaran.
Dalam penciptaan film Viola ini juga terdapat teknik sinemotografi yang digunakan
diantaranya adalah shot size, angle camera, movement camera dan, komposisi .angle kamera
merupakan suatu sudut yang mewakili penonton. Pengambilan suatu sudut pandang kamera yang
baik akan membuat alur sebuah cerita lebih menarik. Sudut pandang kamera dapat diartikan mata
penonton. Penempatan kamera merupakan sudut pandang penonton dan wilayah yang diliput dalam
sebuah shot. Komposisi adalah suatu cara untuk meletakan objek gambar di layar sehingga gambar
tampak menarik, menonjol, dan juga bisa mendukung alur cerita. Shot Size( ukuran gambar ) adalah
Ukuran gambar biasanya dikaitkan dengan objek manusia, namun ukuran gambar juga bisa
digunakan untuk mengambil gambar pada benda. Movment kamera (perkerakan gambar) adalah
dimana kamera bergerak dari satu titik ketitik lain, dan dari sumbu satu ke sumbu yang satunya.
Gambar 1. scene 1 Viola berdiri di tepi pantai sambil memandang pantai
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu dramatik dengan gambaran dimana seorang perempuan
yang bernama Viola merenung di tepi pantai. Teknik yang digunakan pada scene ini yaitu angle
kamera objektif dimana kamera diletakan dibelakang tokoh Viola (eye level) dengan menggunakan
framing medium close up dan pergerakan kamera till down dengan maksud viola mengungkapkan isi
hatinya. Cahaya yang digunakan bersumber dari cahaya matahari menunjukan suasana disore hari.
Pesan yang ingin disampaikan kesedihan yang ia alami. Komposisi yang digunakan yaitu
simetris/statis dengan menempatkan objek tepat berada ditengah-tengah agar penonton merasakan
tokoh berada sendiri di pantai tersebut.
322. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
Gambar 2. scene 5 Rudi dan Viola di dalam kamar
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu dramatik dengan gambaran raut wajah sang suami datar
dan sang istri tampak sedih. Teknik yang digunakan pada scene ini yaitu angle kamera objektif
dimana kamera diletakan di depan tokoh Viola (eye level) dengan menggunakan framing medium
shot dan pergerakan kamera pan left dan till down atau kamera menoleh kekiri dan kamera
mengangguk kebawahdengan maksud menampakan sang suami yang pulang dengan ekspresi datar
dan wajah Viola tampak sedih. Cahaya yang digunakan bersumber dari lampu rakitan dan lampu
LED. Pesan yang ingin disampaikan suami tidak tertarik lagi dengan istri yang mengakibatkan istri
merasa sedih.
Gambar 3. scene 8 Viola berada ditengah-tengah hutan
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu misteri dengan gambaran suasana sepi dan
membingungkan. Suasana sepi yang dimaksud tampak didalam hutan hanya Viola seorang
diri dan membingungkan tampak dari raut wajah Viola yang sedang kebingungan dengan
lokasi hutan yang belum pernah ia datangi. Teknik yang digunakan pada scene ini yaitu
angle kamera objektif dimana kamera diletakan di depan tokoh Viola (eye level) dengan
menggunakan framing medium close up dan pergerakan kamera pan right dan pan left atau
kamera menoleh kekanan dan kekiri dengan maksud menampakan kebingungan dari tokoh.
Abdul, Videografi Pada Penciptaan Film… 323
Cahaya yang digunakan bersumber dari sinar matahari. Pesan yang ingin disampaikan yaitu
viola merasa bingung dan ia berlari mencari jalan keluar. Komposisi yang digunakan yaitu
dinamik dengan menempatkan objek berada disisi kanan dan kiri dan melebihkan ruang
kosong pada frame disisi kiri dan kanan agar penonton bisa merasakan betapa tokoh
merasakan kebingungan.
Gambar 4. scene 10 Rudi dan Wanita penggoda didepan rumah
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu dramatik dengan penggambaran kedekatan mereka
berdua. Kedekatan mereka tampah terlihat dari mereka menyesali perbuatannya. Teknik yang
digunakan pada scene ini yaitu angle kamera objektif dimana kamera diletakan di depan tokoh Rudi
dan wanita penggoda (eye level) dengan menggunakan framing medium close up seta two shot dan
pergerakan kamera crabe left atau kamera bergeser kekiridengan maksud menampakan kesedihan
dan kesalahan yang telah mereka lakukan terhadap Viola. Cahaya yang digunakan bersumber dari
sinar matahari. Pesan yang ingin disampaikan yaitu Rudi dan wanita penggoda merasa sedih atas apa
yang telah mereka perbuat terhadap Viola. Komposisi yang digunakan yaitu dinamik dengan
menempatkan objek berada disisi kanan dan kiri, melebihkan ruang kosong pada frame disisi kiri
dan kanan agar penonton bisa merasakan betapa bersalahnya mereka melakukan hal itu terhadap
Viola.
Gambar 5. scene 13 Viola berjalan
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
324. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu misteri dengan gambaran suasana sepi dan mencekam.
Suasana sepi yang dimaksud tampak di malam hari ia berjalan sendiri. Teknik yang digunakan pada
scene ini yaitu angle kamera objektif dimana kamera diletakan di belakang tokoh Viola (eye level)
dengan menggunakan framing close up dan pergerakan kamera follow atau kamera mengikuti
pergerakan objek dengan maksud menampakan suasana sepi dan menaikan tensi suasana
menegangkan dan mencekam. Cahaya yang digunakan bersumber dari lampu LED. Pesan yang ingin
disampaikan yaitu agar suaminya kembali lagi kepadanya ia harus pergi kerumah dukun. Komposisi
yang digunakan yaitu simetris/statis dengan menempatkan objek tepat berada ditengah-tengah agar
penonton merasakan tokoh berada sendiri di jalan tersebut.
Gambar 6. scene 22 Viola berjalan
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu dramatik dengan penggambaran kedekatan mereka
berdua. Kedekatan mereka tampah terlihat dari mereka saling tersenyum bahagia. Teknik yang
digunakan pada scene ini yaitu angle kamera objektif dimana kamera diletakan di samping kiri tokoh
Rudi dan didepan tokoh Viola (eye level) dengan menggunakan framing medium close up seta two
shot dan pergerakan kamera still dan hanya saja memainkan fokus puler pada kamera sehingga pada
saat sedang shot Rudi tampak fokus dan ketika sedang shot Viola, Viola tampak fokus Rudi tampak
blur. Cahaya yang digunakan bersumber dari sinar matahari. Pesan yang ingin disampaikan yaitu
Rudi dan Viola merasa senang dan bahagia. Komposisi yang digunakan yaitu simetris/statis dengan
menempatkan objek tepat berada ditengah-tengah agar penonton merasakan apa yang dirasakan oleh
tokoh.
Gambar 7. scene 22 Viola dan Rudi menaiki sepeda motor
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Abdul, Videografi Pada Penciptaan Film… 325
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu dramatik dengan penggambaran penuh kebahagiaan dan
kasih sayang. Kebahagiaan tampah terlihat dari mereka berdua tertawa bersama di dalam perjalanan
dan kasih sayang terlihat dari cara Rudi menuruti kemauan Viola pada saat jumpa Arman. Teknik
yang digunakan pada scene ini yaitu angle kamera objektif dimana kamera diletakan di samping kiri
dan belakang tokoh Viola dan Rudi (eye level) dengan menggunakan framing medium long shot
sampai long shoot dan pergerakan kamera pan left atau kamera menoleh kekiri mengikuti objek
dengan maksud menampakan kebahagiaan yang dirasakan Viola dan Rudi. Cahaya yang digunakan
bersumber dari sinar matahari menunjukan suasana sore hari. Pesan yang ingin disampaikan yaitu
Viola dan Rudi merasa bahagia. Komposisi yang digunakan yaitu simetris dan dinamik dimana objek
diletakan di kanan dan menyisahkan ruang kosong di kiri, dengan seiringnya pergerakan kamera
komposisi pada objek pun berubah menjadi objek terletak ditengah-tengah frame.
Gambar 8. scene 24 foto Rudi dan Viola
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu misteri dengan penggambaran suasana tampak sepi dan
mencekam di rumah Viola. Suasana mencekam dan sepi tampak pada saat shot foto-foto Rudi dan
Viola. Teknik yang digunakan pada scene ini yaitu angle kamera objektif dimana kamera diletakan
di depan foto Viola dan Rudi (eye level) dengan menggunakan framing close up dan pergerakan
kamera crabe left atau kamera bergerak kekiri dan kemudian track in kamera bergerak mendekati
objek dengan maksud menampakan suasana sepi dan mencengkam. Cahaya yang digunakan
bersumber dari lampu LED dan lampu rakitan. Pesan yang ingin disampaikan yaitu ada apa dibalik
foto-foto tesebut. Komposisi yang digunakan yaitu simetris dan dinamik dimana objek diletakan di
kanan dan menyisahkan ruang kosong di kiri, dengan seiringnya pergerakan kamera komposisi pada
objek pun berubah menjadi objek terletak ditengah-tengah frame.
326. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
Gambar 9. scene 33 foto Rudi dan Viola
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu misteri dengan penggambaran suasana yang mencekam .
suasana mencekam tampak terlihat dari lilin-lilin disekeliling. Teknik yang digunakan pada scene ini
yaitu angle kamera objektif dimana kamera diletakan di samping kanan dukun dan depan kiri dukun
dan Viola (eye level) dengan menggunakan framing close up dan medium long shot dan pergerakan
kamera till down kemudian pan leftatau kamera mengangguk dan kamera menoleh kekiri dengan
maksud menampakan suasana mencekam. Cahaya yang digunakan bersumber dari lampu rakitan dan
lampu LED serta lilin yang hidup. Pesan yang ingin disampaikan yaitu Viola melakukan ritual itu
agar suaminya kembali kepadanya.
Gambar 10. scene 43 Arman ingin melukai Viola
(Sumber : Dokumen ambisius pictures, 2019)
Konsep sinematografi pada scene ini yaitu dramatik dengan penggambaran perasaan yang penuh
kesal dan sedih. Perasaan kesal tampak pada raut wajah Arman yang ingin mencelakai Viola dan
sedih tampak dari wajah Viola menangis. Teknik yang digunakan pada scene ini yaitu angle kamera
objektif dimana kamera diletakan di depan tokoh Arman dan di belakang Viola (low angle) dengan
menggunakan framing medium shot seta over the solder dan pergerakan kamera follow dan sengaja
di buat sedikit goyang karena ingin menunjukan tensiatau kamera bergera mengikuti objek dengan
maksud melihat ekspresi kekesalan dan marah Arman serta menunjukan pada saat itu Arman
berkuasa. Cahaya yang digunakan bersumber dari sinar matahari menunjukan suasana di siang hari.
Pesan yang ingin disampaikan yaitu membuat penonton merasa menegangkan.
Abdul, Videografi Pada Penciptaan Film… 327
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hal ini penulis ingin menyimbulkan beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :
a. Konsep sinematografi yang digunakan pada penciptaan film fiksi Viola ini yaitu konsep
misteri dramatik, dimana suasana misteri diciptakan dari suasana film yang tampak sepi,
mencekam, dan menegangkan, di tambah dengan pencahayaan yang membuat suasana
hangat dan makin terasa suasana misterinya. Sedangkan dramatik yang digunakan yaitu
untuk membangun suasana dan membuat tensi film kepada penonton agar penonton tidak
merasa bosan dan jenuh. Dramatik disini digambarkan dengan rasah kasih sayang,
cemburu,kebahagiaan, kekecewaan dan sedih.
b. Taknik yang digunakan pada film fiksi Viola ini menggunakan angle kamera objektif yang
memposisikan kamera sebagai mata penonton seperti eye lefel,high angle, low angle dan
menggunakan type of shot seperti big close up, close up, medium close up,knee shot, long
shot, two shot, full shot, grup shot, dan over the solder untuk menciptakan kesinambungan
pada film. Komposisi yang digunakan pada film fiksi Viola yaitu komposisi simetris dan
dinamis untuk membangun kesan sepi, kecewa, sedih, bahagia, kesal dan tersudutkan.
Adapun cahaya atau lighting yang digunakan pada penciptaan film fiksi Viola ini yaitu
sumber cahaya matahari, lampu LED dan lampu rakitan dengan menggunakan teknik three
point lighting.
5. SARAN
Berdasarka simpulan yang diperoleh penulis ingin sampaikan saran-saran diantaranya
sebagai berikut.
a. Bagi Masyarakat
Masyarakat hendaknya mengetahui sinematografi merupakan sebuah bidang pekerjaan
yang dibutuhkan di dunia industri sehingga membuka peluang pekerjaan.
b. Bagi Mahasiswa
Khusus mahasiswa di bidang pefilman hendaknya harus lebih mengembangkan konsep dan
teknik senematografi agar menciptakan sebuah film yang lebih baik sehingga hasil visual
yang ditampilkan dapat memberikan informasi dan hiburan kepada penonton.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Potensi Utama Medan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdillah, G. A. W. D. F., & Ds, M. (2017). Perancangan Promosi Wisata Bahari Pantai
Menganti Kebumen. Ginanjar Angga W 126010018 (Doctoral dissertation, Desain Komunikasi
Visual).
[2] Dematra, Natasha. (2018). Bikin film itu gampang.Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
[3] Fachruddin, Andi. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakatra: Kencana.
[4] James, M Linda.(2009). How To Write Great Screenplays.Cataloguing : British Library.
[5] KBBI, 2018.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat, (Diakses 30 April 2019).
[6] Mascelli.Joseph V. (2010).The Five C’s Of Cinematography (Terjema oleh H. Misbach Yusa
Birain). Jakarta. IKJ.
[7] Miyarso, E. (2011). Peran Penting Sinematografi dalam pendidikan pada era teknologi
Informasi & Komunikasi. Majalah Pendidikan.
[8] Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerin Pustaka.
[9] Van Der Wijck, T. K. Teknik Sinematografi Dalam Menggambarkan Pesan Optimisme Melalui
Film.
328. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
[10] Widada.(2014). Cara Muda Kreasi Fotografi, Plus Editing Image.Yogyakarta : Gava Media.
[11] Tanjung, M. R. (2019). FOTOGRAFI PONSEL (Smartphone) SEBAGAI SARANA MEDIA
DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT MODERN. PROPORSI: Jurnal Desain,
Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 224-234.
[12] Atika, J., Minawati, R., & Waspada, A. E. B. (2019). IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
PEDULI SAMPAH. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 3(2), 188-
197.
[13] Manesah, D. (2019). REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM FILM “ANAK
SASADA” SUTRADARA PONTY GEA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri
Kreatif, 1(2), 179-189.
[14] Manesah, D. (2019). REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM FILM “ANAK
SASADA” SUTRADARA PONTY GEA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri
Kreatif, 1(2), 179-189.
[15] Manesah, D. (2019). ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA FILM MUTIARA DARI TOBA
SUTRADARA WILLIAM ATAPARY. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri
Kreatif, 2(2), 177-186.
[16] Suryanto, S. (2019). ANALISIS PERBANDINGAN INTERPRETASI PENOKOHAN
ANTARA NOVEL DAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA. PROPORSI: Jurnal
Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 153-164.
[17] Giovani, G. (2019). REPRESENTASI “NAZAR” DALAM FILM INSYA ALLAH SAH
KARYA BENNI SETIAWAN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif,
2(1), 59-70.
[18] Sya'dian, T. (2019). ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM LASKAR PELANGI. PROPORSI:
Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(1), 51-63.
[19] Wahyuni, S. (2019). ANALISIS PENYAJIAN PROGRAM TALK SHOW
“ASSALAMUALAIKUM INDONESIA” DI SALAM TV MEDAN. PROPORSI: Jurnal
Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(1), 64-76.
[20] Sya'dian, T. (2019). BUNKASAI, KAJIAN SEMIOTIKA BUDAYA KONTEMPORER DARI
PENGARUH FILM JEPANG. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif,
2(1), 35-47.
[21] Suprianingsih, S. (2019). IKLAN LAYANAN MASYARAK PEMANPAATAN LOTENG
RUMAH SEBAGAI LAHAN HIDROPONIK. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan
Industri Kreatif, 3(2), 164-175.