VII. ANALISIS FINANSIAL · pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum...

13
66 VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/periode. Untuk menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7). Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan usahanya selama berada di bawah naungan TMF. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur ekonomis kandang. 7.1. Inflow (Arus Manfaat) Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari penerimaan dan nilai sisa. 7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari

Transcript of VII. ANALISIS FINANSIAL · pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum...

66

VII. ANALISIS FINANSIAL

Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis

ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya.

Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat

dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/periode. Untuk

menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan

perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama

dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF

usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan

penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus

Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin

berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7).

Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan

usahanya selama berada di bawah naungan TMF.

Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci

untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga

kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan

peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan

maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan

terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net

B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi

yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur

ekonomis kandang.

7.1. Inflow (Arus Manfaat)

Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan

sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari

penerimaan dan nilai sisa.

7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam

Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam

broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari

67

jumlah bibit atau DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka mortalitas 4,5

persen, dikalikan dengan harga kontrak rata-rata yaitu Rp 12.500,00/kg. Harga

kontrak Rp 12.500,00/kg merupakan harga kontrak yang paling banyak digunakan

pada usaha peternakan Agus Suhendar pada tahun 2009. Kapasitas pemeliharaan

ayam broiler per periodenya adalah 9.000 ekor. Menggunakan batas angka

mortalitas, dan riwayat kematian ayam di peternakan Agus Suhendar maka angka

mortalitas setiap periode adalah 4,5 persen, sehingga ayam broiler yang dihasilkan

adalah 8.595 ekor, dengan harga tetap Rp 12.500,00/kg, yang diambil dari harga

rata-rata kontrak yang paling sering digunakan TMF dan peternakan Agus

Suhendar dalam perhitungan penjualan ayam broiler hidup. Pemanenan dilakukan

saat ayam berumur 6 minggu, diasumsikan bobot rata-rata telah mencapai 1,6 kg

per ekornya. Dalam satu tahun terjadi 6 kali masa panen. Pembeli langsung datang

ke kandang untuk memanen ayamnya, diawasi oleh PPL dan dibantu oleh kepala

dan karyawan kandang.

Adapun penerimaan penjualan ayam broiler hidup peternakan Agus

Suhendar dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup

Tahun Panen per

periode (ekor)

Bobot

Panen

(kg/ekor)

Harga

(Rp/kg)

Jumlah

periode

Penerimaan

(Rp)

1 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00

2 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00

3 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00

4 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00

5 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00

Total penerimaan ayam broiler hidup 5.157.000.000,00

Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa

penerimaan yang berasal dari penjualan ayam adalah sebesar

Rp 1.031.400.000,00/tahun. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara jumlah

ayam broiler yang dipanen per periode setelah dikurangi angka mortalitas 4,5

persen yaitu 8.595 ekor dengan bobot panen sebesar 1,6 kg/ekor dengan harga jual

68

tetap Rp 12.500,00/kg dengan jumlah periode yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu

6 periode. Total penerimaan ayam broiler selama 5 tahun adalah sebesar

Rp 5.157.000.000,00.

7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam

Penerimaan juga didapat dari penjualan kotoran ayam yang dijual dengan

harga Rp 5000,00/karung atau per 50 kg. Setiap periode rata-rata menghasilkan 40

karung kotoran ayam. Petani daerah sekitar datang dan mengambil sendiri kotoran

ayam yang akan dibelinya. Berikut adalah penerimaan peternakan Agus Suhendar

yang berasal dari penjualan kotoran ayam (Tabel 13) .

Tabel 13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam

Tahun Kotoran per

periode

(Karung)

Harga

(Rp/50kg)

Jumlah

periode

Penerimaan

(Rp)

1 40 5.000,00 6 1.200.000,00

2 40 5.000,00 6 1.200.000,00

3 40 5.000,00 6 1.200.000,00

4 40 5.000,00 6 1.200.000,00

5 40 5.000,00 6 1.200.000,00

Total penerimaan penjualan kotoran ayam 6.000.000,00

Berdasarkan data dari Tabel 13 dapat dilihat penerimaan dari penjualan

kotoran ayam per tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Hasil tersebut didapat

dari perkalian antara hasil kotoran ayam per periode yaitu sebanyak 40 karung

dengan harga per karungnya Rp 5.000,00 dan jumlah periode per tahun yaitu

sebanyak 6 periode. Total penerimaan penjualan kotoran ayam selama 5 tahun

adalah sebesar Rp 6.000.000,00.

7.1.3. Penerimaan Insentif

Peternakan Agus Suhendar mendapatkan penerimaan tambahan dari uang

insentif yang diberikan TMF jika memiliki angka mortalitas di bawah atau sama

dengan 4,5 persen yaitu sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup dan angka FCR di

69

bawah angka 1,8 sebesar Rp 190,00/kg bobot hidup. Penerimaan yang berasal dari

insentif mortalitas dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penerimaan Insentif Mortalitas

Tahun

Panen per

periode

(ekor)

Bobot panen

(kg/ekor)

Insentif

mortalitas

(Rp/kg)

Jumlah

periode

Penerimaan

(Rp)

1 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00

2 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00

3 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00

4 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00

5 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00

Total penerimaan insentif mortalitas 12.376.800,00

Penerimaan insentif mortalitas per tahun adalah sebesar Rp 2.475.360,00.

Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595

ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas

Rp 30,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan

insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 12.376.800,00.

Penerimaan insentif, selain berasal dari insentif mortalitas juga didapatkan

dari insentif FCR. Perhitungan penerimaan insentif FCR dapat dilihat pada Tabel

15.

Tabel 15. Penerimaan Insentif FCR

Tahun Panen per

periode

(ekor)

Bobot panen

(kg/ekor)

Insentif

FCR

(Rp/kg)

Jumlah

periode

Penerimaan

(Rp)

1. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00

2. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00

3. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00

4. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00

5. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00

Total insentif FCR 78.386.400,00

70

Penerimaan insentif FCR per tahun adalah sebesar Rp 16.657.110,00.

Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595

ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas

Rp 190,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan

insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 78.386.400,00.

7.1.4. Nilai Sisa

Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha

berjalan. Nilai sisa dihitung di akhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen

inflow. Penentuan umur ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman

pengelola dalam pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan

pada harga jual pada tingkat tukang loak. Total nilai sisa pada usaha peternakan

Agus Suhendar adalah sebesar Rp 3.615.000,00. (Tabel 16)

7.2. Outflow (Arus Biaya)

Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha

peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya

operasional.

7.2.1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang

modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha

peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, gudang, tempat

pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum air,

ember, garpu pembalik sekam, sprayer, termometer, timbangan, pisau dan kipas

angin (Tabel 16).

71

Tabel 16. Biaya Investasi, Nilai sisa dan Penyusutan

No. Ket

Umur

teknis

(Thn)

Harga satuan

(Rp) Q

Nilai investasi

(Rp) Penyusutan

Perkiraan nilai

sisa (Rp)

1. Kandang

bertingkat 5 135.000,00/m² 1 58.320.000,00 11.664.000,00 0

2. Kandang

panggung 5 100.000,00/m² 1 30.000.000,00 6.000.000,00 0

3. Instalasi

listrik 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 1.000.000,00

4. Instalasi air 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 500.000,00

5. Tempat

pakan 5 12.000,00 270 3.240.000,00 648.000,00 0

6.

Tempat

minum

otomatis

5 60.000,00 144 8.640.000,00 1.728.000,00 0

7. Feeder

Tray 5 8.000,00 180 1.440.000,00 288.000,00 0

8. Gasolec 5 750.000,00 12 9.000.000,00 1.800.000,00 0

9. Genset 10 4.000.000,00 1 4.000.000,00 400.000,00 1.500.000,00

10. Seng 3 10.000,00 90 900.000,00 300.000,00 315.000,00

(@3500)

11. Drum air 5 80.000,00 2 160.000,00 32.000,00 0

12. Ember 2 10.000,00 4 40.000,00 20.000,00 0

13.

Garpu

pembalik

sekam

5 75.000,00 2 150.000,00 30.000,00 0

14. Sprayer 5 500.000,00 1 500.000,00 500.000,00 0

15. Termo

meter 5 300.000,00 2 600.000,00 300.000,00

16. Timbangan 10 200.000,00 2 400.000,00 40.000,00 300.000,00

(@150.000)

17. Pisau 1 10.000,00 2 20.000,00 20.000,00 0

18. Kipas angin 5 150.000,00 4 600.000,00 120.000,00 0

Total 122.010.000,00 24.290.000,00 3.615.000

Berdasarkan Tabel 16, biaya investasi untuk usaha peternakan Agus

Suhendar adalah sebesar Rp 122.010.000,00 dengan investasi utama adalah dua

buah kandang, yaitu kandang bertingkat yang terdiri dari gudang dan kamar serta

kandang panggung dengan kapasitas ayam 9.000 ekor. Nilai investasi terbesar

adalah untuk pembangunan kandang yaitu sebesar Rp 88.320.000,00. Bangunan

termasuk bangunan tidak permanen karena sebagian besar bahannya terbuat dari

bambu yang memiliki ketahanan terbatas. Bangunan dikategorikan bangunan

tidak permanen dengan umur teknis 5 tahun. Lahan yang digunakan adalah lahan

sewa maka lahan tidak dimasukkan ke dalam biaya investasi, tetapi dimasukkan

ke dalam biaya operasional.

72

7.2.2. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan.

Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis yaitu

biaya tetap dan biaya variabel.

7.2.2.1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak terkait

langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha

peternakan Agus Suhendar terdiri dari gaji kepala karyawan dan karyawan, biaya

listrik dan biaya sewa lahan.

Tabel 17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar

No. Jenis biaya tetap

Jumlah

biaya/periode

(Rp)

Periode per

tahun

Jumlah biaya/tahun

(Rp)

1. Gaji kepala karyawan 675.000,00 6 4.050.000,00

2. Gaji karyawan 5.400.000,00 6 32.400.000,00

3. Listrik 500.000,00 6 3.000.000,00

4. Sewa lahan - - 1.000.000,00

Total 6.575.000,00 6 40.450.000,00

Berdasarkan tabel di atas biaya tetap terbesar pada usaha peternakan Agus

Suhendar adalah untuk gaji karyawan. Gaji karyawan Rp 1.800.000,00 per

periode atau Rp 900.000,00 per bulan. Karyawan pada peternakan Agus Suhendar

terdiri dari tiga orang, sehingga biaya tetap gaji karyawan yang harus dikeluarkan

per periodenya adalah Rp 1.800.000,00 dikali tiga yaitu sebesar Rp 5.400.000,00.

Dalam setahun terjadi 6 kali periode, maka biaya gaji karyawan dalam setahun

Rp 5.400.000,00 dikali dengan 6 yaitu sebesar Rp 32.400.000,00.

Gaji kepala karyawan lebih kecil dibanding dengan karyawan, karena

pekerjaan kepala karyawan lebih ringan dibanding dengan karyawan yang

meliputi seluruh kegiatan manajemen pemeliharaan, seperti memberi makan dan

minum, menjaga suhu terutama pada masa pemanasan, mencegah penyebaran

penyakit, membantu pemanenan dan lain-lain. Tugas kepala karyawan lebih

73

kepada pengawas yang memerintahkan agar segala kegiatan dijalankan dengan

baik sehingga hasil panen baik. Gaji kepala karyawan adalah sebesar

Rp 675.000,00 per periode atau Rp 335.000,00 per bulannya. Dalam setahun

karena terjadi 6 kali periode, maka gaji untuk kepala karyawan Rp 675.000,00

dikali 6, yaitu sebesar Rp 4.040.000,00.

Biaya tetap selanjutnya adalah biaya listrik dengan biaya per periode

kurang lebih Rp 500.000,00 sehingga dalam setahun biaya listrik yang

dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 hasil dari biaya listrik per periode

dikali 6 periode. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk

menjalankan mesin pompa air yang langsung dihubungkan ke tempat minum

otomatis dan lampu, baik sebagai penerang maupun pembantu pengatur suhu,

penggerak sprayer, kipas angin, tv dan lainnya. Terakhir adalah biaya sewa lahan

seluas 1.500 m² yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun.

7.2.2.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah

produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan Agus Suhendar

terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, sekam dan LPG. Rincian harga dan

biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar

Tahun

Harga

DOC

per ekor

(Rp)

Harga

pakan

(Rp/kg)

Bobot

panen

(kg)

FCR

Biaya

pakan per

ekor (Rp)

Biaya

obat-

obatan per

periode

(Rp)

Biaya

sekam

(Rp/ekor)

Biaya

LPG

(Rp/

ekor)

1 3.303,00 4.565,00 1,6 1,8 13.147,20 900.000,00 200 350

2 3.445,00 4.656,30 1,6 1,8 13.410,14 900.000,00 200 350

3 3.593,00 4.749,43 1,6 1,8 13.678.35 900.000,00 200 350

4 3.750,00 4.844,42 1,6 1,8 13.951,92 900.000,00 200 350

5 3.911,00 4.941,30 1,6 1,8 14.230,94 900.000,00 200 350

Harga DOC pada tahun pertama sebesar Rp 3.303,00/ekor adalah harga

rata-rata DOC pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga DOC

74

meningkat sebesar 4,3 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata

harga DOC yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009.

Harga pakan pada tahun pertama sebesar Rp 4.565,00/kg adalah harga

rata-rata pakan pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga pakan

meningkat sebesar 2 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga

pakan yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. FCR per periode

diasumsikan 1,8 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg bobot ayam dibutuhkan

pakan sebanyak 1,8 kg. Bobot panen adalah 1,6 kg/ekor maka pakan yang

dibutuhkan untuk 1 ekor DOC adalah 1,6 dikalikan 1,8 yaitu sebesar 2.88 kg/ekor,

maka biaya pakan untuk 1 ekor DOC pada tahun pertama adalah kebutuhan pakan

per ekor 2,88 kg/ekor dikalikan harga pakan Rp 4.565,00 yaitu sebesar

Rp 13.147,20.

Biaya obat-obatan per periode adalah Rp 900.000,00, biaya sekam per

ekor DOC adalah Rp 200,00 dan biaya untuk pemanas yang menggunakan bahan

bakar gas per ekor adalah Rp 350,00. Berikut adalah tabel biaya variabel yang

dikeluarkan per tahunnya untuk 9.000 DOC berdasarkan harga dan biaya di atas

(Tabel 19).

Tabel 19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar

Thn Biaya DOC

(Rp) Biaya pakan

(Rp) Biaya obat-obatan (Rp)

Biaya sekam (Rp)

Biaya LPG (Rp)

Total (Rp)

Persen-

tase Kenaikan

(%)

1 178.362.000,00 709.948.800,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 923.410.800,00

2 186.030.000,00 724.147.560,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 945.277.560,00 2,36

3 194.022.000,00 738.630.900,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 967.752.900,00 2,37

4 202.500.000,00 753.403.680,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 991.003.680,00 2,40

5 211.194.000,00 768.470.760,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 1.014.764.760,00 2,40

Berdasarkan Tabel 19 kenaikan harga DOC sebesar 4,3 persen per

tahunnya dan kenaikan harga pakan sebesar 2 persen per tahunnya menyebabkan

peningkatan biaya variabel setiap tahunnya sebesar 2,36, 2,37 persen dan pada

tahun keempat dan kelima kenaikan menjadi 2,40 persen.

75

7.2.3. Analisis Laba Rugi

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha

dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya

operasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan.

Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha

yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow.

Tabel 20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar

Thn Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Laba (Rp) Pajak (Rp) Laba bersih

(Rp)

Persen-

tase

penu-

runan

(%)

1 1.050.752.640,00 988.150.800,00 62.601.840,00 15.650.460,00 46.951.380,00

2 1.050.752.640,00 1.010.017.560,00 40.735.080,00 10.183.770,00 30.551.310,00 35

3 1.050.752.640,00 1.032.492.900,00 18.259.740,00 4.564.935,00 13.694.805,00 55

4 1.050.752.640,00 1.055.743.680,00 -4.991.040,00 0 -4.991.040,00 136

5 1.050.752.640,00 1.079.504.760,00 -28.752.120,00 0 -28.752.120,00 476

Total Laba bersih 57.454.335,00

Laba bersih yang didapatkan pada tahun pertama adalah sebesar

Rp 46.951.380,00, menurun sebesar 35 persen pada tahun kedua menjadi

Rp 30.551.310,00. Pada tahun ketiga laba bersih sebesar Rp 13.694.805,00,

menurun dari tahun sebelumnya dengan persentase 55 persen. Penurunan kembali

terjadi pada tahun keempat sebesar 136 persen yaitu menjadi rugi

Rp 4.991.040,00, dan pada tahun kelima kembali rugi Rp 28.752.120,00, dengan

persentase penurunan sebesar 476 persen. Total laba bersih selama 5 tahun adalah

sebesar Rp 57.454.335,00. Kenaikan harga DOC 4,3 persen dan pakan 2 persen

per tahunnya telah menyebabkan penurunan laba bersih setiap tahunnya, dan pada

tahun keempat dan kelima menyebabkan kerugian.

7.3. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini dinilai berdasarkan kriteria

NPV (net present value), Net B/C (net benefit cost Ratio), IRR (internal rate of

return), dan payback period. Discount Rate yang digunakan adalah sebesar 6,5

76

persen berdasarkan suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2011,

karena merupakan suku bunga acuan bagi bank-bank di Indonesia. Hasil analisis

kelayakan finansial peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar

Kriteria Hasil

NPV (net present value) Rp 45.021.751,00

Net B/C (net benefit cost ratio) 1,99

IRR (internal rate of return) 41,46 persen

Payback period 1,98627

Berdasarkan hasil analisis kelayakan pada tabel di atas, peternakan Agus

Suhendar memiliki nilai NPV Rp 45.021.751,00. Nilai NPV tersebut bernilai

positif atau NPV > 0, yang artinya peternakan Agus Suhendar layak dijalankan

atau memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate 6,5

persen.

Net B/C bernilai 1,99 atau Net B/C > 1 yang artinya proyek memberikan

keuntungan bahwa setiap pengeluaran selama umur proyek sebesar Rp 1,00 maka

akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,99. Nilai tersebut menunjukkan

peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan.

Hasil IRR (internal rate of return) peternakan Agus Suhendar adalah

41,46 persen, Nilai tersebut lebih besar dari suku bunga 6,5 persen, karena nilai

IRR lebih besar dari suku bunga maka peternakan Agus Suhendar dinyatakan

layak atau memberikan manfaat selama umur proyek yang diperhitungkan.

Payback Period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha

atau modal. Payback Period peternakan Agus Suhendar adalah 1,98627 yang

artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah satu tahun 11 bulan. Umur

proyek usaha peternakan adalah 5 tahun dan tingkat pengembalian modal masih

dalam umur proyek yaitu satu tahun 11 bulan maka usaha dapat dikatakan layak.

Berdasarkan empat kriteria analisis kelayakan finansial NPV, Net B/C,

IRR, dan payback period maka peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.

77

7.4. Analisis Sensitivitas (Switching value)

Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

switching value pada kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual

ayam. Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas atau

kepekaan suatu usaha apabila keadaan diubah. Analisis dilakukan sampai

memperoleh NPV mendekati nol, IRR 6,5 persen dan Net B/C mendekati satu.

Nilai peubah dalam analisis ini adalah kenaikan harga DOC, kenaikan

harga pakan dan penurunan harga jual ayam. Pertimbangan penggunaan nilai

pengganti kenaikan harga DOC dan kenaikan harga pakan didasarkan pada

analisis perubahan harga yang terjadi pada tahun 2009 dimana DOC dan pakan

merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan

peternakan Agus Suhendar dan terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada

Tabel 7 dan penurunan harga jual ayam untuk melihat berapa penurunan harga

jual ayam yang dapat ditoleransi. Analisis Switching value dapat dilihat pada

Tabel 22.

Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar

Perubahan Persentase (%)

Kenaikan harga DOC 16,6

Kenaikan harga pakan 6,1

Penurunan harga jual ayam 1,2

Hasil analisis sensitivitas switching value menunjukkan peternakan Agus

Suhendar sensitif terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan

kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih

dari 1,2 persen.

Penurunan harga jual ayam memiliki persentase rendah dan terendah

diantara persentase kenaikan harga DOC dan pakan, hal ini menunjukkan usaha

sangat sensitif terhadap penurunan harga jual ayam, tetapi karena harga kontrak

tetap peternakan Agus Suhendar berada pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg,

sedangkan penurunan harga jual ayam maksimal 1,2 persen yaitu pada harga

Rp 12.341,52/kg berada di bawah harga kontrak tetap terendah yaitu

78

Rp 12.350,00/kg maka peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan

penurunan harga jual ayam.

Toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis switching value pada

peternakan Agus Suhendar adalah 16,6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan

jika terjadi kenaikan harga DOC diatas 16,6 persen maka usaha peternakan Agus

Suhendar menjadi tidak layak.

Toleransi kenaikan harga pakan berdasarkan analisis switching value pada

peternakan Agus Suhendar adalah 6,1 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan

jika terjadi kenaikan harga pakan diatas 6,1 persen maka usaha peternakan Agus

Suhendar menjadi tidak layak.