VII. ANALISIS FINANSIAL · pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum...
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of VII. ANALISIS FINANSIAL · pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum...
66
VII. ANALISIS FINANSIAL
Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis
ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya.
Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat
dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/periode. Untuk
menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan
perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama
dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF
usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan
penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus
Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin
berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7).
Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan
usahanya selama berada di bawah naungan TMF.
Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci
untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga
kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan
peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan
maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan
terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net
B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi
yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur
ekonomis kandang.
7.1. Inflow (Arus Manfaat)
Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan
sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari
penerimaan dan nilai sisa.
7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam
Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam
broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari
67
jumlah bibit atau DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka mortalitas 4,5
persen, dikalikan dengan harga kontrak rata-rata yaitu Rp 12.500,00/kg. Harga
kontrak Rp 12.500,00/kg merupakan harga kontrak yang paling banyak digunakan
pada usaha peternakan Agus Suhendar pada tahun 2009. Kapasitas pemeliharaan
ayam broiler per periodenya adalah 9.000 ekor. Menggunakan batas angka
mortalitas, dan riwayat kematian ayam di peternakan Agus Suhendar maka angka
mortalitas setiap periode adalah 4,5 persen, sehingga ayam broiler yang dihasilkan
adalah 8.595 ekor, dengan harga tetap Rp 12.500,00/kg, yang diambil dari harga
rata-rata kontrak yang paling sering digunakan TMF dan peternakan Agus
Suhendar dalam perhitungan penjualan ayam broiler hidup. Pemanenan dilakukan
saat ayam berumur 6 minggu, diasumsikan bobot rata-rata telah mencapai 1,6 kg
per ekornya. Dalam satu tahun terjadi 6 kali masa panen. Pembeli langsung datang
ke kandang untuk memanen ayamnya, diawasi oleh PPL dan dibantu oleh kepala
dan karyawan kandang.
Adapun penerimaan penjualan ayam broiler hidup peternakan Agus
Suhendar dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup
Tahun Panen per
periode (ekor)
Bobot
Panen
(kg/ekor)
Harga
(Rp/kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
2 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
3 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
4 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
5 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
Total penerimaan ayam broiler hidup 5.157.000.000,00
Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa
penerimaan yang berasal dari penjualan ayam adalah sebesar
Rp 1.031.400.000,00/tahun. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara jumlah
ayam broiler yang dipanen per periode setelah dikurangi angka mortalitas 4,5
persen yaitu 8.595 ekor dengan bobot panen sebesar 1,6 kg/ekor dengan harga jual
68
tetap Rp 12.500,00/kg dengan jumlah periode yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu
6 periode. Total penerimaan ayam broiler selama 5 tahun adalah sebesar
Rp 5.157.000.000,00.
7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
Penerimaan juga didapat dari penjualan kotoran ayam yang dijual dengan
harga Rp 5000,00/karung atau per 50 kg. Setiap periode rata-rata menghasilkan 40
karung kotoran ayam. Petani daerah sekitar datang dan mengambil sendiri kotoran
ayam yang akan dibelinya. Berikut adalah penerimaan peternakan Agus Suhendar
yang berasal dari penjualan kotoran ayam (Tabel 13) .
Tabel 13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
Tahun Kotoran per
periode
(Karung)
Harga
(Rp/50kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1 40 5.000,00 6 1.200.000,00
2 40 5.000,00 6 1.200.000,00
3 40 5.000,00 6 1.200.000,00
4 40 5.000,00 6 1.200.000,00
5 40 5.000,00 6 1.200.000,00
Total penerimaan penjualan kotoran ayam 6.000.000,00
Berdasarkan data dari Tabel 13 dapat dilihat penerimaan dari penjualan
kotoran ayam per tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Hasil tersebut didapat
dari perkalian antara hasil kotoran ayam per periode yaitu sebanyak 40 karung
dengan harga per karungnya Rp 5.000,00 dan jumlah periode per tahun yaitu
sebanyak 6 periode. Total penerimaan penjualan kotoran ayam selama 5 tahun
adalah sebesar Rp 6.000.000,00.
7.1.3. Penerimaan Insentif
Peternakan Agus Suhendar mendapatkan penerimaan tambahan dari uang
insentif yang diberikan TMF jika memiliki angka mortalitas di bawah atau sama
dengan 4,5 persen yaitu sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup dan angka FCR di
69
bawah angka 1,8 sebesar Rp 190,00/kg bobot hidup. Penerimaan yang berasal dari
insentif mortalitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Penerimaan Insentif Mortalitas
Tahun
Panen per
periode
(ekor)
Bobot panen
(kg/ekor)
Insentif
mortalitas
(Rp/kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
2 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
3 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
4 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
5 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
Total penerimaan insentif mortalitas 12.376.800,00
Penerimaan insentif mortalitas per tahun adalah sebesar Rp 2.475.360,00.
Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595
ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas
Rp 30,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan
insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 12.376.800,00.
Penerimaan insentif, selain berasal dari insentif mortalitas juga didapatkan
dari insentif FCR. Perhitungan penerimaan insentif FCR dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15. Penerimaan Insentif FCR
Tahun Panen per
periode
(ekor)
Bobot panen
(kg/ekor)
Insentif
FCR
(Rp/kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
2. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
3. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
4. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
5. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
Total insentif FCR 78.386.400,00
70
Penerimaan insentif FCR per tahun adalah sebesar Rp 16.657.110,00.
Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595
ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas
Rp 190,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan
insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 78.386.400,00.
7.1.4. Nilai Sisa
Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha
berjalan. Nilai sisa dihitung di akhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen
inflow. Penentuan umur ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman
pengelola dalam pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan
pada harga jual pada tingkat tukang loak. Total nilai sisa pada usaha peternakan
Agus Suhendar adalah sebesar Rp 3.615.000,00. (Tabel 16)
7.2. Outflow (Arus Biaya)
Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha
peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya
operasional.
7.2.1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang
modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha
peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, gudang, tempat
pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum air,
ember, garpu pembalik sekam, sprayer, termometer, timbangan, pisau dan kipas
angin (Tabel 16).
71
Tabel 16. Biaya Investasi, Nilai sisa dan Penyusutan
No. Ket
Umur
teknis
(Thn)
Harga satuan
(Rp) Q
Nilai investasi
(Rp) Penyusutan
Perkiraan nilai
sisa (Rp)
1. Kandang
bertingkat 5 135.000,00/m² 1 58.320.000,00 11.664.000,00 0
2. Kandang
panggung 5 100.000,00/m² 1 30.000.000,00 6.000.000,00 0
3. Instalasi
listrik 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 1.000.000,00
4. Instalasi air 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 500.000,00
5. Tempat
pakan 5 12.000,00 270 3.240.000,00 648.000,00 0
6.
Tempat
minum
otomatis
5 60.000,00 144 8.640.000,00 1.728.000,00 0
7. Feeder
Tray 5 8.000,00 180 1.440.000,00 288.000,00 0
8. Gasolec 5 750.000,00 12 9.000.000,00 1.800.000,00 0
9. Genset 10 4.000.000,00 1 4.000.000,00 400.000,00 1.500.000,00
10. Seng 3 10.000,00 90 900.000,00 300.000,00 315.000,00
(@3500)
11. Drum air 5 80.000,00 2 160.000,00 32.000,00 0
12. Ember 2 10.000,00 4 40.000,00 20.000,00 0
13.
Garpu
pembalik
sekam
5 75.000,00 2 150.000,00 30.000,00 0
14. Sprayer 5 500.000,00 1 500.000,00 500.000,00 0
15. Termo
meter 5 300.000,00 2 600.000,00 300.000,00
16. Timbangan 10 200.000,00 2 400.000,00 40.000,00 300.000,00
(@150.000)
17. Pisau 1 10.000,00 2 20.000,00 20.000,00 0
18. Kipas angin 5 150.000,00 4 600.000,00 120.000,00 0
Total 122.010.000,00 24.290.000,00 3.615.000
Berdasarkan Tabel 16, biaya investasi untuk usaha peternakan Agus
Suhendar adalah sebesar Rp 122.010.000,00 dengan investasi utama adalah dua
buah kandang, yaitu kandang bertingkat yang terdiri dari gudang dan kamar serta
kandang panggung dengan kapasitas ayam 9.000 ekor. Nilai investasi terbesar
adalah untuk pembangunan kandang yaitu sebesar Rp 88.320.000,00. Bangunan
termasuk bangunan tidak permanen karena sebagian besar bahannya terbuat dari
bambu yang memiliki ketahanan terbatas. Bangunan dikategorikan bangunan
tidak permanen dengan umur teknis 5 tahun. Lahan yang digunakan adalah lahan
sewa maka lahan tidak dimasukkan ke dalam biaya investasi, tetapi dimasukkan
ke dalam biaya operasional.
72
7.2.2. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan.
Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis yaitu
biaya tetap dan biaya variabel.
7.2.2.1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak terkait
langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha
peternakan Agus Suhendar terdiri dari gaji kepala karyawan dan karyawan, biaya
listrik dan biaya sewa lahan.
Tabel 17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar
No. Jenis biaya tetap
Jumlah
biaya/periode
(Rp)
Periode per
tahun
Jumlah biaya/tahun
(Rp)
1. Gaji kepala karyawan 675.000,00 6 4.050.000,00
2. Gaji karyawan 5.400.000,00 6 32.400.000,00
3. Listrik 500.000,00 6 3.000.000,00
4. Sewa lahan - - 1.000.000,00
Total 6.575.000,00 6 40.450.000,00
Berdasarkan tabel di atas biaya tetap terbesar pada usaha peternakan Agus
Suhendar adalah untuk gaji karyawan. Gaji karyawan Rp 1.800.000,00 per
periode atau Rp 900.000,00 per bulan. Karyawan pada peternakan Agus Suhendar
terdiri dari tiga orang, sehingga biaya tetap gaji karyawan yang harus dikeluarkan
per periodenya adalah Rp 1.800.000,00 dikali tiga yaitu sebesar Rp 5.400.000,00.
Dalam setahun terjadi 6 kali periode, maka biaya gaji karyawan dalam setahun
Rp 5.400.000,00 dikali dengan 6 yaitu sebesar Rp 32.400.000,00.
Gaji kepala karyawan lebih kecil dibanding dengan karyawan, karena
pekerjaan kepala karyawan lebih ringan dibanding dengan karyawan yang
meliputi seluruh kegiatan manajemen pemeliharaan, seperti memberi makan dan
minum, menjaga suhu terutama pada masa pemanasan, mencegah penyebaran
penyakit, membantu pemanenan dan lain-lain. Tugas kepala karyawan lebih
73
kepada pengawas yang memerintahkan agar segala kegiatan dijalankan dengan
baik sehingga hasil panen baik. Gaji kepala karyawan adalah sebesar
Rp 675.000,00 per periode atau Rp 335.000,00 per bulannya. Dalam setahun
karena terjadi 6 kali periode, maka gaji untuk kepala karyawan Rp 675.000,00
dikali 6, yaitu sebesar Rp 4.040.000,00.
Biaya tetap selanjutnya adalah biaya listrik dengan biaya per periode
kurang lebih Rp 500.000,00 sehingga dalam setahun biaya listrik yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 hasil dari biaya listrik per periode
dikali 6 periode. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk
menjalankan mesin pompa air yang langsung dihubungkan ke tempat minum
otomatis dan lampu, baik sebagai penerang maupun pembantu pengatur suhu,
penggerak sprayer, kipas angin, tv dan lainnya. Terakhir adalah biaya sewa lahan
seluas 1.500 m² yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun.
7.2.2.2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah
produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan Agus Suhendar
terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, sekam dan LPG. Rincian harga dan
biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar
Tahun
Harga
DOC
per ekor
(Rp)
Harga
pakan
(Rp/kg)
Bobot
panen
(kg)
FCR
Biaya
pakan per
ekor (Rp)
Biaya
obat-
obatan per
periode
(Rp)
Biaya
sekam
(Rp/ekor)
Biaya
LPG
(Rp/
ekor)
1 3.303,00 4.565,00 1,6 1,8 13.147,20 900.000,00 200 350
2 3.445,00 4.656,30 1,6 1,8 13.410,14 900.000,00 200 350
3 3.593,00 4.749,43 1,6 1,8 13.678.35 900.000,00 200 350
4 3.750,00 4.844,42 1,6 1,8 13.951,92 900.000,00 200 350
5 3.911,00 4.941,30 1,6 1,8 14.230,94 900.000,00 200 350
Harga DOC pada tahun pertama sebesar Rp 3.303,00/ekor adalah harga
rata-rata DOC pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga DOC
74
meningkat sebesar 4,3 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata
harga DOC yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009.
Harga pakan pada tahun pertama sebesar Rp 4.565,00/kg adalah harga
rata-rata pakan pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga pakan
meningkat sebesar 2 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga
pakan yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. FCR per periode
diasumsikan 1,8 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg bobot ayam dibutuhkan
pakan sebanyak 1,8 kg. Bobot panen adalah 1,6 kg/ekor maka pakan yang
dibutuhkan untuk 1 ekor DOC adalah 1,6 dikalikan 1,8 yaitu sebesar 2.88 kg/ekor,
maka biaya pakan untuk 1 ekor DOC pada tahun pertama adalah kebutuhan pakan
per ekor 2,88 kg/ekor dikalikan harga pakan Rp 4.565,00 yaitu sebesar
Rp 13.147,20.
Biaya obat-obatan per periode adalah Rp 900.000,00, biaya sekam per
ekor DOC adalah Rp 200,00 dan biaya untuk pemanas yang menggunakan bahan
bakar gas per ekor adalah Rp 350,00. Berikut adalah tabel biaya variabel yang
dikeluarkan per tahunnya untuk 9.000 DOC berdasarkan harga dan biaya di atas
(Tabel 19).
Tabel 19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar
Thn Biaya DOC
(Rp) Biaya pakan
(Rp) Biaya obat-obatan (Rp)
Biaya sekam (Rp)
Biaya LPG (Rp)
Total (Rp)
Persen-
tase Kenaikan
(%)
1 178.362.000,00 709.948.800,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 923.410.800,00
2 186.030.000,00 724.147.560,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 945.277.560,00 2,36
3 194.022.000,00 738.630.900,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 967.752.900,00 2,37
4 202.500.000,00 753.403.680,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 991.003.680,00 2,40
5 211.194.000,00 768.470.760,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 1.014.764.760,00 2,40
Berdasarkan Tabel 19 kenaikan harga DOC sebesar 4,3 persen per
tahunnya dan kenaikan harga pakan sebesar 2 persen per tahunnya menyebabkan
peningkatan biaya variabel setiap tahunnya sebesar 2,36, 2,37 persen dan pada
tahun keempat dan kelima kenaikan menjadi 2,40 persen.
75
7.2.3. Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya
operasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan.
Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha
yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow.
Tabel 20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar
Thn Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Laba (Rp) Pajak (Rp) Laba bersih
(Rp)
Persen-
tase
penu-
runan
(%)
1 1.050.752.640,00 988.150.800,00 62.601.840,00 15.650.460,00 46.951.380,00
2 1.050.752.640,00 1.010.017.560,00 40.735.080,00 10.183.770,00 30.551.310,00 35
3 1.050.752.640,00 1.032.492.900,00 18.259.740,00 4.564.935,00 13.694.805,00 55
4 1.050.752.640,00 1.055.743.680,00 -4.991.040,00 0 -4.991.040,00 136
5 1.050.752.640,00 1.079.504.760,00 -28.752.120,00 0 -28.752.120,00 476
Total Laba bersih 57.454.335,00
Laba bersih yang didapatkan pada tahun pertama adalah sebesar
Rp 46.951.380,00, menurun sebesar 35 persen pada tahun kedua menjadi
Rp 30.551.310,00. Pada tahun ketiga laba bersih sebesar Rp 13.694.805,00,
menurun dari tahun sebelumnya dengan persentase 55 persen. Penurunan kembali
terjadi pada tahun keempat sebesar 136 persen yaitu menjadi rugi
Rp 4.991.040,00, dan pada tahun kelima kembali rugi Rp 28.752.120,00, dengan
persentase penurunan sebesar 476 persen. Total laba bersih selama 5 tahun adalah
sebesar Rp 57.454.335,00. Kenaikan harga DOC 4,3 persen dan pakan 2 persen
per tahunnya telah menyebabkan penurunan laba bersih setiap tahunnya, dan pada
tahun keempat dan kelima menyebabkan kerugian.
7.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini dinilai berdasarkan kriteria
NPV (net present value), Net B/C (net benefit cost Ratio), IRR (internal rate of
return), dan payback period. Discount Rate yang digunakan adalah sebesar 6,5
76
persen berdasarkan suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2011,
karena merupakan suku bunga acuan bagi bank-bank di Indonesia. Hasil analisis
kelayakan finansial peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar
Kriteria Hasil
NPV (net present value) Rp 45.021.751,00
Net B/C (net benefit cost ratio) 1,99
IRR (internal rate of return) 41,46 persen
Payback period 1,98627
Berdasarkan hasil analisis kelayakan pada tabel di atas, peternakan Agus
Suhendar memiliki nilai NPV Rp 45.021.751,00. Nilai NPV tersebut bernilai
positif atau NPV > 0, yang artinya peternakan Agus Suhendar layak dijalankan
atau memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate 6,5
persen.
Net B/C bernilai 1,99 atau Net B/C > 1 yang artinya proyek memberikan
keuntungan bahwa setiap pengeluaran selama umur proyek sebesar Rp 1,00 maka
akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,99. Nilai tersebut menunjukkan
peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan.
Hasil IRR (internal rate of return) peternakan Agus Suhendar adalah
41,46 persen, Nilai tersebut lebih besar dari suku bunga 6,5 persen, karena nilai
IRR lebih besar dari suku bunga maka peternakan Agus Suhendar dinyatakan
layak atau memberikan manfaat selama umur proyek yang diperhitungkan.
Payback Period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha
atau modal. Payback Period peternakan Agus Suhendar adalah 1,98627 yang
artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah satu tahun 11 bulan. Umur
proyek usaha peternakan adalah 5 tahun dan tingkat pengembalian modal masih
dalam umur proyek yaitu satu tahun 11 bulan maka usaha dapat dikatakan layak.
Berdasarkan empat kriteria analisis kelayakan finansial NPV, Net B/C,
IRR, dan payback period maka peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.
77
7.4. Analisis Sensitivitas (Switching value)
Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
switching value pada kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual
ayam. Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas atau
kepekaan suatu usaha apabila keadaan diubah. Analisis dilakukan sampai
memperoleh NPV mendekati nol, IRR 6,5 persen dan Net B/C mendekati satu.
Nilai peubah dalam analisis ini adalah kenaikan harga DOC, kenaikan
harga pakan dan penurunan harga jual ayam. Pertimbangan penggunaan nilai
pengganti kenaikan harga DOC dan kenaikan harga pakan didasarkan pada
analisis perubahan harga yang terjadi pada tahun 2009 dimana DOC dan pakan
merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan
peternakan Agus Suhendar dan terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada
Tabel 7 dan penurunan harga jual ayam untuk melihat berapa penurunan harga
jual ayam yang dapat ditoleransi. Analisis Switching value dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar
Perubahan Persentase (%)
Kenaikan harga DOC 16,6
Kenaikan harga pakan 6,1
Penurunan harga jual ayam 1,2
Hasil analisis sensitivitas switching value menunjukkan peternakan Agus
Suhendar sensitif terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan
kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih
dari 1,2 persen.
Penurunan harga jual ayam memiliki persentase rendah dan terendah
diantara persentase kenaikan harga DOC dan pakan, hal ini menunjukkan usaha
sangat sensitif terhadap penurunan harga jual ayam, tetapi karena harga kontrak
tetap peternakan Agus Suhendar berada pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg,
sedangkan penurunan harga jual ayam maksimal 1,2 persen yaitu pada harga
Rp 12.341,52/kg berada di bawah harga kontrak tetap terendah yaitu
78
Rp 12.350,00/kg maka peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan
penurunan harga jual ayam.
Toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis switching value pada
peternakan Agus Suhendar adalah 16,6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan
jika terjadi kenaikan harga DOC diatas 16,6 persen maka usaha peternakan Agus
Suhendar menjadi tidak layak.
Toleransi kenaikan harga pakan berdasarkan analisis switching value pada
peternakan Agus Suhendar adalah 6,1 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan
jika terjadi kenaikan harga pakan diatas 6,1 persen maka usaha peternakan Agus
Suhendar menjadi tidak layak.