hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah...

267
1. PENDAHULUAN Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah pemerataan, mutu dan relevansi serta efektivitas manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistik yang kita laksanakan selama pemerintahan Orde Baru, dipandang kurang mendorong terjadinya demokratisasi pengelolaan pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistik tidak dapat mengakomodasi perbedaan keragaman atau kepentingan baik untuk daerah, sekolah maupun peserta didik, serta mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas telah dilakukan, di antaranya pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan pada prinsip desentralisasi manajemen pendidikan. Salah satu langkah yang dilaksanakan adalah menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu konsep pengelolaan sekolah yang berawal dari kemampuan, inisiatif, dan kreativitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolahnya, dan tidak tergantung pada petunjuk dari pemerintah pusat. Semua kegiatan pengambilan keputusan, perencanaan dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan sepenuhnya berasal dari inisiatif sekolah itu sendiri dan bukan berasal dari birokrasi diatasnya. Melalui manajemen berbasis sekolah maka kemandirian sekolah dapat terwujud melalui upaya-upaya maksimal dari guru, kepala sekolah dan partisipasi masyarakat PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Transcript of hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah...

Page 1: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1. PENDAHULUAN

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah pemerataan,

mutu dan relevansi serta efektivitas manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan

yang sentralistik yang kita laksanakan selama pemerintahan Orde Baru, dipandang

kurang mendorong terjadinya demokratisasi pengelolaan pendidikan. Manajemen

pendidikan yang sentralistik tidak dapat mengakomodasi perbedaan keragaman atau

kepentingan baik untuk daerah, sekolah maupun peserta didik, serta mematikan

partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan.

Berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas telah dilakukan, di

antaranya pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan pada

prinsip desentralisasi manajemen pendidikan. Salah satu langkah yang dilaksanakan

adalah menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah

merupakan suatu konsep pengelolaan sekolah yang berawal dari kemampuan, inisiatif,

dan kreativitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolahnya, dan tidak

tergantung pada petunjuk dari pemerintah pusat. Semua kegiatan pengambilan

keputusan, perencanaan dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan sepenuhnya

berasal dari inisiatif sekolah itu sendiri dan bukan berasal dari birokrasi diatasnya.

Melalui manajemen berbasis sekolah maka kemandirian sekolah dapat terwujud

melalui upaya-upaya maksimal dari guru, kepala sekolah dan partisipasi masyarakat

(stakeholders) dalam penyelenggaraan pendidikan.

Disamping itu untuk mewujudkan pengelolaan sekolah yang baik, perlu adanya

kepala sekolah yang memiliki kemampuan sesuai tuntutan tugasnya. Untuk itu didalam

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan, pasal 38

disebutkan kriteria menjadi kepala SMP/MTs/ SMA/MA/ SMK/ MAK meliputi:

Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK;

1. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

2. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di

SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan

3. Memiliki kemampuan kepemimpinanan dan kewirausahaan di bidang

pendidikan.

Selanjutnya di dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah ada 3 (tiga) hal

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Page 2: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

yang perlu dilaksanakan yaitu: (1) manajemen sekolah baik fungsi maupun

substansinya dalam kerangka MBS; (2) pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAKEM); serta (3) peningkatan peran serta masyarakat dalam

mendukung program sekolah.

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, telah diamanatkan

dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8

disebutkan “masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan evaluasi program pendidikan”, dan pada pasal 9 berbunyi “

masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan

pendidikan”.

Masyarakat mau mendukung program sekolah apabila sekolah menyelenggarakan

manajemen pendidikan yang transparan, utamanya transparansi dalam manajemen

keuangan. Sesuai dengan prinsip akuntabilitas, maka masyarakat berhak mengetahui

pendayagunaan apa yang telah disumbangkannya kepada lembaga pendidikan, baik

tingkat efektivitas maupun tingkat efisiensinya. Dengan demikian kepala sekolah perlu

memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan secara transparan,

akuntabel, efektif dan efisien. Untuk membekali calon kepala sekolah agar nantinya

dapat menjadi kepala sekolah yang mampu mengelola keuangan secara baik, maka

pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan perlu dilakukan secara sistematis.

2. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti

tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja

managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa

Inggeris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan

manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.

Manajemen menurut Mary Parker (Stoner & Freeman, 2000) ialah seni

melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through

people). Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai

pandangan dan pendekatannya masing-masing seperti: Barnard (1938), Terry (1960),

Gray (1982), Manullang (1983), Gitosudarmo (1984), Sukiswa (1986), Siregar &

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2

Page 3: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Samadhi (1997), Hitt,et.al. (1989), Schermerhon (1996), Wright & Noe (1996), Fattah

(1996), Matteson & Ivancevich (1996), Handoko (2003), Gibson (2003), Dressler

(2003) dan Casio (2003); namun tidak satupun yang memuaskan. Walaupun demikian,

esensi manajemen dapat dianggap baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas

(task).

Fungsi manajemen menurut Taylor adalah: Planning, Directing, and Organizing

of work (PDO). Menurut Fayol, ada empat fungsi manajemen yaitu: Planning,

Commanding, Coordinating, and Controlling yang disingkat PCCC. Sedangkan

menurut Gulick, fungsi manajemen adalah Planning, Organizing, Staffing, Directing,

Coordinating, Reporting, and Budgeting dengan akronim POSDCoRB. Terry

menyatakan fungsi manajemen adalah Planning, Organizing, Actualizing, and

Controlling (POAC).

Manajemen (pengelolaan) sebagai fungsi meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, kepemimpinan, pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak

lanjut hasil (Gibson, 2003 & Husaini Usman, 2007). Tetapi liputan manajemen ini

dapat lebih disederhanakan menjadi Perencanaan, Pelaksanaan, dan

Pengawasan (P3). Karena pengorganisasian dan kepemimpinan dapat dimasukkan

dalam pelaksanaan. Sedangkan pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak

lanjut hasil pengawasan dapat dimasukkan ke dalam pengawasan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 3

Page 4: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

3. PERENCANAAN PENDIDIKAN

Pemikiran yang meletakkan sumber daya manusia sebagai titik sentral usaha

pembangunan meletakan posisi pendidikan dalam peran yang kuat dalam usaha

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul. Pendidikan yang

berperan begitu penting itu perlu dioptimasikan sehingga dalam penyelenggaraannya

secara efektif dan efisien terarah dan terkoordinasikan secara terpadu pada

pengembangan kualitas sumber daya manusia seperti yang diinginkan. Salah satu

jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool)

pembangunan pendidikan, yang berarti pula pembangunan kualitas sumber daya

manusia. Optimasi pembangunan kualitas sumber daya manusia di sekolah (dalam hal

ini Tenaga pendidk dan Kependidikan) ini perlu direncanakan secara baik dan

komprehensif hingga usaha pendidikan dapat dijadikan aset nasional dan

pembangunan nasional.

A. Konsep Dasar Perencanaan

Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan

dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi

(peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan

(intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya).

Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud

menjadi kenyataan di masa yang akan datang, yaitu dalam jangka waktu 1, 3, 5, 10, 15,

25, 40, atau 50 tahun yang akan datang.

Gambaran tentang harapan (das sollen) masa depan itu mungkin baru merupakan

impian atau sekedar cita-cita saja, atau mungkin pula sudah ada ancar-ancar jangka

panjang (10, 15, 25, 40 tahun) ukuran waktunya, yang biasa disebut dengan visi.

Sedangkan tugas yang akan dilakukannya disebut dengan misi, yaitu untuk

menghasilkan bidang hasil pokok (key result areas) dengan ukuran standar normatif

tertentu (values) dan dengan jalan tertentu (strategy) yang dapat diterima oleh semua

pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Jarak dan jurang kesenjangan (gaps) atau perbedaan (differences) dan

ketimpangan (disparities) antara harapan dan kenyataan itulah yang lazimnya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 4

Page 5: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

diidentifikasi sebagai permasalahan strategis (strategic issue), yang membutuhkan

pemecahan melalui program-program pembangunan yang terarah sasaran bidang

garapannya. Tugas dan tenaga pendidik dan kependidikanan untuk mendeteksi

seberapa besar atau seberapa jauh sebenarnya kemungkinan terdapatnya kesenjangan

antara kebutuhan-kebutuhan ideal (masa depan) dengan kebutuhan yang ada saat ini

pada dasarnya merupakan esensi dari perencanaan pendidikan.

Beberapa unsur penting yang terkandung di dalam perencanaan pendidikan, yaitu:

1. Penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan

pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Perencanaan

pendidikan dewasa ini telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan

metodologinya yang cukup kompleks dan sulit.

2. Proses perkembangan pendidikan, artinya bahwa perencanaan pendidikan itu

dilakukan dalam rangka reform pendidikan, yaitu suatu proses dari status

sekarang menuju ke status perkembangan pendidikan yang dicita-citakan.

Perencanaan merupakan suatu momen dalam proses yang kontinyu.

3. Prinsip efektivitas dan efisiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan itu

pemikiran secara ekonomis sangat menonjol, misalnya dalam hal penggalian

sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan

dengan tenaga pendidik dan kependidikan, hubungan pengembangan

pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi.

4. Kebutuhan dan tujuan murid-murid dan masyarakat, artinya perencanaan

pendidikan itu mencakup aspek internal dan eksternal daripada sekolah sistem

pendidikan.

Empat persoalan yang dibahas dalam mendefinisikan perencanaan pendidikan,

yaitu:

1. Tujuan, apakah yang akan dicapai dengan perencanaan itu?.

2. Status sistem pendidikan yang ada, bagaimanakah keadaan yang ada sekarang?.

3. Kemungkinan pilihan untuk mencapai tujuan.

4. Strategi, penentuan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan.

Secara konsepsional bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh

cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam masalah ini

terdapat banyak komponen yang ikut berproses didalamnya. Adapun komponen-

komponen yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan ini, antara lain:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 5

Page 6: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1. Tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil keputusan dalam

rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang pendidikan. Target yang hendak

dicapai dengan meletakkan tujuan pendidikan nasional yang akan berarti cara

menyampaikannya pun akan juga mempengaruhi didalamnya. Misalnya,

waktu pelaksanaan, pertahapan, taktis, dan strategi dalam meletakkan jalur

kebijakan ke mana akan dibawa pendidikan itu.

2. Masalah strategi adalah termasuk penanganan policy (kebijakan) secara

operasional yang akan mewarnai proses pelaksanaan daripada perencanaan

pendidikan. Maka ketepatan peletakkan strategi ini adalah sangat penting

adanya. Dalam hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan

policy (kebijakan) ini adalah berkenaan dengan:

Sifat dan kebijakan nasional pendidikan.

Proses sosial yang dalam tingkat sedang berkembang.

Cara pendekatan yang dipergunakan sebagai watak sistem

perencanaannya.

Jadi dalam penentuan kebijakan sampai kepada pelaksanaan perencanaan

pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti: siapa yang

memegang kekuasaan (penguasa), siapa yang menentukan keputusan, dan

faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal tadi dapat diketahui melalui output atau hasil sistem dari pelaksanaan

perencanaan pendidikan itu sendiri.

Dalam sistem pengambilan keputusan sebagaimana diuraikan tadi pada

beberapa negara mempunyai cara yang berbeda-beda, seperti: di negeri

Belanda (Nederland) dikenal dengan istilah-istilah Private Decision

(Keputusan bukan Pemerintah atau Swasta dan atau Keputusan Individual).

Di Yugoslavia dengan sistem Syndicatisme, di Perancis dikenal dengan

“Projective and Inductive Planning”, yakni perpaduan antara kegiatan dari

pejabat negara dan bukan pejabat negara dalam proses tersebut.

3. Jenis dan tingkat kemajuan negara apakah negara berkembang atau negara

terbelakang atau negara industri. Karena dari beberapa sifat negara tersebut,

terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan.

Selanjutnya dalam masalah persiapan perencanaan dalam definisi yang

dikemukakan tersebut ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 6

Page 7: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Perencanaan itu kegiatan untuk masa yang akan datang.

Suatu masalah kuncinya adalah bentuk dan isi “strategis” dan hal ini yang

harus mendapatkan perhatian.

Perencanaan bukan mesalah kira-kira, manipulasi, atau teoritis tanpa

fakta atau data yang kongkrit, maka dalam prinsipnya harus telah benar-

benar diperhatikan hal-hal tersebut.

Persiapan perencanaan harus dinilai dari pengertian-pengertian yang

benar tentang kebijakan, arah kebijakan, dan dalam kondisi yang

bagaimana pelaksanaannya dan sebagainya.

Suatu tindakan nyata dalam pelaksanaannya, sehingga dapat diartikan

sebagai contoh dari yang lainnya.

Menurut C. E. Beeby (mantan Menteri Pendidikan Selandia Baru dan pernah

menjabat sebagai Konsultan UNESCO di Paris), bahwa

Perencanaan Pendidikan adalah suatu kegiatan melihat masa depan dalam hal menentukan kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan negara dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.

Dari beberapa rumusan tentang Perencanaan Pendidikan tadi bahwa masalah yang

menonjol adalah suatu proses untuk menyiapkan suatu konsep keputusan yang akan

dilaksanakan di masa depan. Untuk jenis masyarakat bagaimana, untuk macam

kepemimpinan politik, intelektual dan sosial yang bagaimana, atau untuk jenis

kemampuan-kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan bagaimana pendidikan itu

diarahkan?

Semakin jauh seseorang dapat melihat masa depan, semakin jelas arah tujuan

seseorang. Suatu rencana jangka panjang atau perspektif yang dapat menemukan dan

menjelaskan arah dan garis-garis besar dengan demikian adalah suatu alat yang sangat

berguna.

Dari beberapa rumusan definisi oleh para ahli tersebut ada beberapa hal yang

menonjol yang merupakan atribut atau ciri-ciri dari perencanaan pendidikan, yaitu:

1. Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang

berkesinambungan dalam menganalisa, merumuskan dan menimbang serta

memutuskan, keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 7

Page 8: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

azas) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan

lain baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain

dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan.

Dan ada tidak harus satu kegiatan mendahului dan didahulukan oleh kegiatan

lain.

2. Perencanaan pendidikan selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi,

dan tujuan kebutuhan, keadaan perekonomian, keperluaan penyediaan dan

pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan bagi pembangunan nasional

serta memperhatikan faktor-faktor sosial dan politik merupakan aspek dari

perencanaan pembangunan yang menyeluruh.

3. Tujuan dari perencanaan pendidikan adalah menyusun kebijaksanaan dan

menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah

(menyusun alternatif dan prioritas kegiatan) yang menjadi dasar pelaksanaan

pendidikan pada masa yang akan datang dalam upaya pencapaian sasaran

pembangunan pendidikan.

4. Perencanaan pendidikan sebagai perintis atau pelopor dalam kegiatan

pembangunan harus bisa melihat jauh ke depan bersifat inovatif, kuantitatif

dan kualitatif.

5. Perencanaan pendidikan selalu memperhatikan faktor ekologi (lingkungan).

Dengan demikian, Perencanaan Pendidikan dalam pelaksanaannya tidak dapat

diukur dan dinilai secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya

dalam kegiatan atau bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut

kepentingan nasional. Hal ini tentu dapat dengan mudah dimengerti karena pendidikan

adalah suatu kegiatan pranata sosial yang hasilnya baru dapat diukur dan dinilai dalam

waktu yang relatif lama, kecuali dalam jenjang pendidikan tertentu, seperti halnya jenis

pendidikan tinggi atau jenis pendidikan tertentu, seperti halnya jenis pendidikan latihan

atau penataran yang bersifat profesional.

Karakteristik perencanaan pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman

tentang pendidikan. Pendidikan mempunyai ciri unik dalam kaitannya dengan

pembangunan nasional dan mempunyai ciri khas karena yang menjadi garapannya

adalah manusia.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 8

Page 9: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Dengan mempertimbangkan ciri-ciri pendidikan dalam perannya dalam proses

pembangunan, maka perencanaan pendidikan mempunyai ciri-ciri seperti tercantum di

bawah ini:

1. Perencanaan pendidikan harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi, karena

pendidikan itu membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya

dan masyarakatnya.

2. Perencanaan pendidikan harus memberikan kesempatan untuk

mengembangkan segala potensi anak didik seoptimal mungkin.

3. Perencanaan pendidikan harus memberikan kesempatan yang sama bagi setiap

anak didik.

4. Perencanaan pendidikan harus komprehensif dan sistematis dalam arti tidak

praktikal atau sigmentaris tapi menyeluruh dan terpadu serta disusun secara

logis dan rasional serta mencakup berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

5. Perencanaan pendidikan harus diorientasi pada pembangunan dalam arti bahwa

program pendidikan haruslah ditujukan untuk membantu mempersiapkan man

power yang dibutuhkan oleh berbagai sektor pembangunan.

6. Perencanaan pendidikan harus dikembangkan dengan memperhatikan

keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistemstis.

7. Perencanaan pendidikan harus menggunakan resources secermat mungkin

karena resources yang tersedia adalah langka.

8. Perencanaan pendidikan haruslah berorientasi kepada masa datang, karena

pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi masa

depan.

9. Perencanaan pendidikan haruslah kenyal dan responsif terhadap kebutuhan

yang berkembang di masyarakat tidak statis tapi dinamis.

10. Perencanaan pendidikan haruslah merupakan sarana untuk mengembangkan

inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus menerus berlangsung.

Bila ciri-ciri tersebut dikaji dengan lebih seksama, maka akan terlihat bahwa

perencanaan pendidikan itu mempunyai keunikan dan kompleksitas yang tidak dimiliki

oleh jenis perencanaan lainnya dalam pembangunan nasional. Ciri-ciri tersebut

diwarnai oleh pandangan terhadap pendidikan dan hakekat pembangunan suatu

bangsa.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 9

Page 10: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Perencanaan pendidikan mengenal prinsip-prinsip yang perlu menjadi pegangan

baik dalam proses penyusunan rancangan maupun dalam proses implementasinya.

Prinsip-prinsip ini adalah sebagai tercantum di bawah ini:

1. Perencanaan itu interdisiplinair karena pendidikan itu sendiri sesungguhnya

interdisiplinair terutama dalam kaitannya dengan pembangunan manusia.

2. Perencanaan itu fleksibel dalam arti tidak kaku tapi dinamis serta responsif

terhadap tuntutan masyarakat terhadap pendidikan. Karena itu planners perlu

memberikan ruang gerak yang tepat terutama dalam penyusunan rancangan.

3. Perencanaan itu obyektif rasional dalam arti untuk kepentingan umum bukan

untuk kepentingan subyektif sekelompok masyarakat saja.

4. Perencanaan itu tidak dimulai dari nol tapi dari apa yang dimiliki. Ini berarti

segala potensi yang tersedia merupakan aset yang perlu digunakan secara

efisien dan optimal.

5. Perencanaan itu wahana untuk menghimpun kekuatan-kekuatan secara

terkoordinir dalam arti segala kekuatan dan modal dasar perlu dihimpun

secara terkoordinasikan untuk digunakan secermat mungkin untuk

kepentingan pembangunan pendidikan.

6. Perencanaan itu disusun dengan data, perencanaan tanpa data tidak memiliki

kekuatan yang dapat diandalkan.

7. Perencanaan itu mengendalikan kekuatan sendiri, tidak bersandarkan pada

kekuatan orang lain, karena perencanaan yang bersandarkan kepada kekuatan

bangsa lain akan tidak stabil dan mudah menjadi obyek politik bangsa lain.

8. Perencanaan itu komprehensif dan ilmiah dalam arti mencakup seluruh aspek

esensial pendidikan dan disusun secara sistematik dengan menggunakan

prinsip dan konsep keilmuan.

B. Analisis Posisi Perencanaan Pendidikan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10

Page 11: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Perencanaan pendidikan pada dasarnya berpusat pada tiga komponen utama, yaitu:

1. Apakah yang harus dicapai?

2. Bagaimanakah perencanaan itu dimulai?

3. Bagaimanakah cara mencapai yang harus dicapai itu?

Pertanyaan pertama, mempersoalkan tujuan yang merupakan titik usaha yang

harus dicapai. Tujuan adalah arah yang mempersatukan kegiatan pembangunan, tanpa

tujuan kegiatan pembangunan pendidikan akan tidak terarah dan tidak terkendalikan.

Tujuan merupakan cita-cita dan merupakan hal yang absolut dan tidak dapat ditawar.

Pertanyaan kedua, mempersoalkan titik berangkat pembangunan sebab

pembangunan harus dimulai dari titik berangkat yang pasti dalam arti tidak dimulai

dari nol sama sekali tapi dimulai dari tingkat yang telah dicapai selama ini. Titik

berangkat haruslah ditentukan berdasarkan evaluasi atau kajian terhadap apa yang

telah diperbuat bukan apa yang harus diperbuat.

Pertanyaan ketiga, merupakan alternatif cara atau upaya untuk mencapai tujuan

dari titik berangkat yang telah ditentukan itu. Upaya ini dapat saja berbentuk

pendekatan, kebijakan atau bahkan strategi yang kemungkinannya amat banyak

tergantung kepada kemampuan untuk memilih mana yang paling tepat dan efektif

untuk mencapai tujuan tersebut.

Pola dasar di atas pada kenyataannya tidak sederhana karena pendidikan itu

sendiri amatlah kompleks. Pengembangan pola dasar ini hanyalah merupakan modal

yang dapat dipergunakan oleh planners sebagai salah satu pila pikir yang meletakkan

perencanaan secara tepat pada posisi dan fungsi yang diinginkan.

Pembangunan pendidikan memerlukan resources yang perlu diatur secermat

mungkin karena resources itu amat langka. Pengertian ini perlu dikaitkan dengan misi

dan tujuan pembangunan pendidikan, arah pembangunan pendidikan, orientasi

pembangunan pendidikan, keseluruhan prioritas, jenis, dan jenjang pendidikan serta

fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Kesemuanya ini perlu

dirancang secara komprehensif, akurat, cermat dan efisien serta berdasarkan

perhitungan yang matang. Tanpa perencanaan yang sistematik dan rasional upaya

pembangunan pendidikan ini mustahil dapat dilaksanakan dengan efektif. Perencanaan

atau perancangan dalam hal ini berfungsi sebagai tool sebagai guide line for actions,

sehingga apa yang harus dilakukan sudah diatur dan ditata terlebih dahulu.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 11

Page 12: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Dalam perancangan usaha yang terpadu, koordinasi, pemanfaatan sumber-sumber

daya, urutan prioritas, dapat disusun secara sistematis dan komprehensif. Arah dan

tujuan pembangunan pendidikan dapat diatur pencapaiannya dalam kurun waktu

tertentu. Distribusi wewenang dan tanggung jawab, pengawasan dan pengendalian

dapat diatur sedini mungkin hingga segala susuatu yang akan dikerjakan dapat

diketahui, dan dihitung terlebih dahulu dengan lebih cermat. Dengan

memperhitungkan hal-hal inilah para ahli ekonomi memandang perencanaan ini

sebagai vehicle pembangunan bukan hanya untuk suatu sektor pembangunan tertentu

saja, tapi juga untuk seluruh sektor pembangunan. Indonesia memandang perencanaan

itu sebagai suatu hal yang indisible dan perannya amat defisive, hingga amatlah sulit

dibayangkan bagaimana mungkin kegiatan pembangunan nasional Indonesia dapat

dilaksanakan tanpa perencanaan.

Perencanaan itu dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan

yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Keputusan-keputusan itu disusun secara sistematis, rasional dan dapat

dibenarkan secara ilmiah karena menerapkan berbagai pengetahuan yang diperlukan.

Perencanaan itu dapat pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian

kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang telah ditentukan. Kebijakan-

kebijakan itu disusun dengan memperhitungkan kepentingan masyarakat dan

kemampuan masyarakat. Perencanaan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk

memadukan antara cita-cita nasional dan resources yang tersedia yang diperlukan

untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Dalam proses memadukan itu dipergunakan

berbagai cara yang rasional dan ilmiah hingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Perencanaan tidak berakhir hanya pada draft blue print tapi harus

mencakup proses implementasinya. Karena itu segala sesuatu yang dimasukkan di

dalam putusan kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan dengan secermat mungkin

fasibilitas atau kelayakannya. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dapat

dilaksanakan.

Dengan memahami arti atau definisi perencanaan seperti yang diuraikan di atas,

dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu sebenarnya alat peubah dan alat pengendali

perubahan. Pembangunan itu mengandung arti merubah untuk maju dan berkembang

menuju arah tertentu, dan perencanaan adalah rumusan yang mengandung semua

perubahan itu serta petunjuk untuk mewujudkannya. Karena itu pembangunan dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 12

Page 13: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

perencanaan dalam pengertian ini tidak dapat dipisahkan karena memang saling

melengkapi dan saling membutuhkan. Ini berarti setiap upaya pembangunan

memerlukan perencanaan, dan setiap perencanaan adalah untuk mewujudkan upaya

pembangunan.

C. Mekanisme dan Prosedur Perencanaan Pendidikan

Perencanaan pendidikan terdiri dari beberapa jenis tergantung dari sisi melihatnya.

Dari tinjauan cakupannya, perencanaan pendidikan ada yang bersifat nasional atau

makro, ada pula yang bersifat daerah atau regional, ada juga yang bersifat lokal dan

ada pula yang bersifat kelembagaan atau institusional.

Perencanaan pendidikan pada tingkat nasional mencakup seluruh usaha

pendidikan untuk mencerdaskan atau membangun bangsa termasuk seluruh jenjang,

jenis, dan isinya. Pembangunan sektor pendidikan di Indonesia diatur dalam

perencanaan pendidikan yang bersifat nasional ini.

Perencanaan pendidikan regional adalah perencanaan pada tingkat daerah atau

provinsi yang mencakup seluruh jenis dan jenjang untuk daerah atau propinsi itu. Pada

sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mungkin ini dikenal dengan sistem

wilayah, bilamana wilayah itu secara operasional mencakup suatu daerah atau provinsi

tertentu. Perencanaan pendidikan lokal adalah perencanaan pendidikan yang mencakup

berbagai kegiatan untuk Kota atau Kabupaten tertentu saja.

Perencanaan pendidikan kelembagaan adalah perencanaan pendidikan yang

mencakup satu institusi atau lembaga pendidikan tertentu saja, seperti: perencanaan

sekolah, atau perencanaan universitas tertentu.

Ditinjau dari posisi dan sifat serta karakteristik perencanaan, perencanaan

pendidikan itu ada yang bersifat terpadu, dan yang bersifat komprehensif, ada yang

bersifat transaksional dan ada pula yang bersifat strategik.

Perencanaan pendidikan terpadu atau Integrated Educational Planning

mengandung arti bahwa perencanaan pendidikan itu mencakup seluruh aspek esensial

pembangunan pendidikan dalam pola dasar perencanaan pembangunan nasional. Ini

berarti bahwa perencanaan pendidikan pada tingkat makro atau nasional hanyalah

merupakan bagian integral dari keseluruhan perencanaan pembangunan nasional.

Kedudukan perencanaan pendidikan ini sama dengan kedudukan perencanaan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 13

Page 14: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

pembangunan ekonomi, atau perencanaan pembangunan sektor pembangunan lainnya.

Keterpaduan pola pikir yang diterangkan dalam perencanaan ini menerapkan konsep

General Systems Theory yang memandang upaya pembangunan sebagai suatu sistem

yang terdiri dari berbagai komponen yang dalam hal ini berbagai sektor pembangunan.

Pembangunan setiap sektor haurs terpadu dan saling mempunyai keterkaitan erat

hingga sumber-sumber daya yang dipergunakan dapat secara optimal diatur dalam

pemanfaatannya hingga efektif.

Perencanaan pendidikan komprehensif mengandung konsep keseluruhan yang

disusun secara sistemik dan sistematik. Seluruh aspek penting pendidikan mencakup

dan disusun secara teratur dan rasional hingga membentuk satu keseluruhan yang

lengkap dan sempurna. Kelengkapan dan keteraturan dalam pola dasar yang sistemik

inilah yang merupakan ciri utama perencanaan pendidikan yang komprehensif.

Perencanaan strategik adalah perencanaan yang mengandung pendekatan Startegic

Issues yang dihadapi dalam upaya membangun pendidikan. Kalau isu pokok

pembangunan pendidikan dewasa ini tentang Quality Declining, maka perencanaan

pendidikan yang mengambil fokus atau prioritas pembangunan kualitas pendidikan,

maka perencanaan yang dikembangkan untuk mewujudkan prioritas ini disebut

perencanaan strategik pembangunan pendidikan. Perencanaan pendidikan strategik ini

bertitik tolak dari gagasan untuk menanggulangi National Emerging Issues dan bertitik

tolak dari pikiran bahwa sumber-sumber daya itu amat langka, karena itu

penggunaannya harus diatur secermat dan seefisien mungkin hingga output yang

diharapkan memang merupakan keluaran yang efektif.

Ditinjau dari sisi metodologi, perencanaan pendidikan itu dapat disebut Rational

atau Systematic Planning, karena perencanaan ini menggunakan prinsip-prinsip dan

teknik-teknik berpikir sistematis dan rasional ilmiah. Comprehensive Planning Model

Schiefelbein, Integrated Planning menurut Asia Model umpamanya dapat disebut

sebagai Systematic Planning atau Rational Planning yang bercirikan keterikatan pada

ketentuan dan peraturan perhitungan yang rasional dan teliti dan sebagai hasil kalkulasi

komputer umpamanya. Prinsip System dan Rational Decision Making jelas terlihat

dalam planning seperti di atas.

Planning yang mencoba menciptakan linkage yang kuat dan serasi antara

rancangan yang telah ditetapkan dengan kenyataan implementasi rancangan oleh

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 14

Page 15: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

administrator disebut dengan Transactional Planning. Transactional Planning

menurut Warwick (1980) adalah:

“To forge strong links between the planning and implementation of development programs. Transactional Planning is chosen to highlight the essentially interactive and political nature of effective development planning and program implementation”.

Menurut survei (Warwick, 1980) ternyata kebanyakan negara berkembang

terdapat kesenjangan antara The Myth Planning dan The Reality of The Plan.

Kesenjangan ini terutama disebabkan terutama oleh keengganan administrator dan

politisi untuk terlalu terikat kepada planning yang sudah ada, karena Rational

Planning ternyata terlalu ketat hingga planning kehilangan kemampuannya untuk

merespon terhadap berbagai tantangan yang muncul. Transactional Planning mencoba

menampung aspirasi administrator dan politisi untuk mencoba menciptakan hubungan

yang nyata antara Planning Theory dan Planning Practice.

Secara konseptual Transactional Planning terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama,

komponen environment yang juga terdiri dari remote environment, proximate

environment, operating environment. Kedua, plan formulation yang mencakup process

dan contents. Dan Ketiga, plan implementation yang mencakup facilitating conditiond

dan impeding conditions. Keterkaitan antara ketiga komponen atau bagian ini disajikan

dalam gambar seperti berikut ini:

Gambar 1. Transactional Planning

Data dasar atau base line data untuk perencanaan pendidikan mempunyai fungsi

yang amat penting, sebab tanpa data perencanaan atau planners tidak mungkin dapat

mengembangkan perencanaan pendidikan yang diperlukan. Data dasar ini mencakup

berbagai aspek bukan saja tentang pendidikan tetapi juga data di luar pendidikan yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 15

Plan Environment

Remote Environment

Proximate Environment

Operating Environment

Plan Formulatio

n

ProcessContents

Plan Implementati

on

Fasilitating Conditions

Impeding Conditions

Plan Evaluation

MonitoringReportingEvaluation

Page 16: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

mempunyai keterkaitan erat dengan pendidikan. Karateristik data yang diperlukan

untuk pengembangan perencanaan pendidikan ini sesuai dengan sifat perencanaan

pendidikan yang multi disiplinair. Adapun data dasar yang diperlukan dapat

dikelompokkan seperti berikut ini:

Kependudukan mencakup struktur penduduk, distribusi penduduk menurut daerah,

pertumbuhan penduduk, populasi usia sekolah yang ada di dalam sistem

persekolahan dan yang berada di luar sistem, dan struktur angkatan kerja

berdasarkan kategori kerja dan pendidikan. Data ini diperlukan untuk

menentukan cakupan populasi yang perlu memperoleh kesempatan

pendidikan dalam kaitannya dengan kebutuhan pada berbagai sektor

pembangunan.

Data ekonomi mencakup anggaran pendapatan dan belanja negara, GNP, Revenue

Sources, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi per tahun

serta jumlah dan kecenderungan investasi terhadap pendidikan. Data ini

diperlukan dalam kaitannya dengan kemampuan ekonomi pemerintah untuk

memperluas kesempatan pendidikan dan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pendidikan dalam penggunaan sumber dana yang tersedia.

Kebijakan nasional yang merupakan keputusan politik mencakup falsafah dan

tujuan nasional, keputusan badan legeslatif negara yang harus menjadi

pegangan upaya pembangunan untuk seluruh sektor, dan falsafah pendidikan

yang dianut.

Data kependidikan mencakup enrollment untuk setiap jenjang dan jenis, personel

pendidikan yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, lulusan, drop

out, perpindahan, kenaikan dari kelas atau tingkat yang satu ke tingkat yang

lain, kurikulum fasilitas pendidikan, dana pendidikan, manajemen, dan output

pendidikan.

Data ketenagakerjaan mencakup jumlah dan jenis Man Power yang diperlukan

dalam setiap sektor pembangunan, persyaratan kerjaan, kelompok jenis kerja

yang langka tapi amat diperlukan, dan kemampuan pasaran kerja dalam

merespon terhadap lulusan untuk memberikan kesempatan kerja kepada

mereka.

Nilai dan sosial budaya mencakup agama dengan pemeluknya, sistem nilai yang

berlaku dan dipegang oleh masyarakat, berbagai jenis dan bentuk kebudayaan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 16

Page 17: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

yang ada atau mungkin yang dapat digali dan dikembangkan. Data ini perlu

sebagai imbangan terhadap data kuantitatif dalam rangka pengembangan

berbagai program akademik yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan yang luhur.

Pengumpulan data yang diperlukan di atas, dilakukan melalui survei dengan

kontrol yang ketat untuk memelihara kualitas data. Kegiatan pengumpulan data ini

dikaitkan dengan tahapan dalam proses perencanaan untuk menentukan titik berangkat

perencanaan. Dengan adanya data ini segala keberhasilan, kekuatan, kesulitan,

kelemahan dapat ditelusuri sedemikian rupa hingga planner dapat mengembangkan

titik berangkat perencanaan sesuai dengan tahap yang telah dicapai. Kegiatan ini lazim

disebut dengan Assessment of Needs kegian mengkaji kebutuhan yang perlu dipenuhi

dalam pembangunan pendidikan untuk periode berikutnya.

Penerapan teknik-teknik untuk mengkaji berbagai aspek-aspek kuantitatif

pendidikan dan untuk memproyeksi kecenderungan masa depan tidak dapat dilakukan

tanpa data dasar yang lengkap. Secara praktis tanpa data kegiatan untuk menyusun

perencanaan yang baik tidak dapat dilaksanakan. Uraian ini menunjukkan bahwa

kedudukan data dasar dalam proses perencanaan begitu penting, hingga planner tidak

mempunyai piliahan lain kecuali memiliki data tersebut dalam mewujudkan tugasnya

sebagai perencana.

Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistemik sequensial, dan karena itu

kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan perencanaan

memerlukan tahapan-tahapan sesuai dengan karakteristik perencanaan yang sedang

dikembangkan. Banghart mengembangkan tahapan perencanaan sebagai berikut ini:

Proloque: pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulainya suatu kegiatan perencanaan.

Identifying educational planning problems yang mencakup: (a) delineating the scope of educational problem atau menentukan ruang lingkup permasalahan perencanaan, (b) studying what has been atau mengkaji apa yang telah direncanakan, (c) determining what has been versus what should be artinya membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai, (d) resources and contraints atau sumber-sumber daya yang tersedia dan keterbatasannya, (e) estabilishing educational planning parts and priorities artinya mengembangkan bagian-bagian perencanaan dan prioritas perencanaan.

Analizing planning problem area artinya mengkaji permasalahan perencanaan yang mencakup: (a) Study areas and systems of subareas artinya mengkaji permasalahan dan sub permasalahan, (b) gathering date artinya pengumpulan data tabulating data atau tabulasi data, (c) for casting atau proyeksi.

Conceptualizing and designing plans, mengembangkan rencana yang mencakup: (a) identifying prevailing trends atau identifikasi kecenderungan-

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17

Page 18: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

kecenderungan yang ada, (b) estabilishing goals and objective atau merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, (c) designing plans, menyusun rencana.

Evaluasting plan, menilai rencana yang telah disusun tersebut yang mencakup: (a) planning through simulation, simulasi rencana, (b) evaluating plan, evaluasi rencana, (c) selecting a plan, memilih rencana.

Specifying the plan, menguraikan rencana yang mencakup: (a) problem formulation, merumuskan masalah, (b) reporting result atau menysusun hasil rumusan dalam bentuk final plan draft atau rencana terakhir.

Implementing the plan, melaksanakan rencana yang mencakup: (a) Program preparation, persiapan rencana operasional, (b) plan approval, legaljustification, persetujuan dan pengesahan rencana, (c) organizing operational units, mengatur aparat sekolah.

Plan feedback, balikan pelaksanaan rencana yang mencakup: (a) monitoring the plan, memantau pelaksanaan rencana, (b) evaluation the plan, evaluasi pelaksanaan rencana, (c) adjusting, altering or planning for what, how, and by whom yang berarti mengadakan penyesuaian, mengadakan perubahan rencana atau merancang apa yang perlu dirancang lagi bagaimana rancangannya, dan oleh siapa (Banghart & Trull, 1973).

Gambaran tentang proses dan tahapan seperti berikut ini memberikan penjelasan

yang lebih komprehensif bukan saja keseluruhan proses dan komponen yang terlibat

didalamnya, tapi juga keterkaitan antar kegiatan berbagai komponen dan unsur-unsur

yang ada dalam proses tersebut. Chesswas juga mengungkapkan proses dan tahapan

perencanaan dalam bentuk yang lebih sederhana dan logis. Proses dan tahapan tersebut

adalah seperti tercantum berikut ini:

Need assessment artinya kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan, sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber yang perlu disediakan, aspirasi rakyat yang berkembang terhadap pendidikan, harapan, dan cita-cita yang merupakan dambaan masyarakat. Kajian ini penting artinya karena membandingkan antara what has been dan should be, yang merupakan pangkal tolak kegiatan perencanaan.

Formulation of goals and objective: perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang merupakan arah perencanaan serta merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.

Policy and priority setting: penentuan dan penggarisan kebijakan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan sebagai muara need assessment.

Program and project formulation: rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.

Feasibility testing dengan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini terutama sumber dana. Biaya suatu rencana yang disusun secara logis dan logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk tingkat kelayakan rencana. Rencana dengan alokasi biaya yang tidak akurat atau mengandalkan sumber daya luar negeri umpamanya, dianggap tingkat feasibilitas yang kecil, karena tidak dibangun di atas dasar kekuatan sendiri.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 18

Page 19: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Plan implementation: pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan atau actions. Penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang menentukan apakah suatu rencana itu feasible, baik dan efektif.

Evaluation and revision for future plan: kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan feedback untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti ini perencana memperoleh iniput yang berharga untuk meningkatkan rencana untuk tahun-tahun berikutnya (Chesswas, 1973).

Proses perencanaan yang diuraikan oleh Banghart lebih kompleks dan detail

dibandingkan dengan proses perencanaan yang dikembangkan oleh Chesswass. Yang

tersebut terakhir ini lebih sederhana tapi menuju sasarannya.

Berdasarkan telaah terhadap tahapan dalam proses perencanaan yang

dikemukakan oleh kedua ahli di atas tampaknya secara sederhana proses perencanaan

terdiri beberapa komponen utama yang esensial yang secara prinsipil tidak dapat

ditinggalkan. Komponen-komponen itu adalah sebagai berikut:

1. Kajian terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan periode

sebelumnya sebagai titik berangkat perencanaan.

2. Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan arah

yang harus dapat dijadikan titik tumpu kegiatan perencanaan.

3. Rumusan kebijakan atau posisi yang kemudian dapat dijabarkan ke dalam

strategi dasar perencanaan yang merupakan respon terhadap cara mewujudkan

tujuan yang ditentukan.

4. Pengembangan program dan proyek sebagai operasionalisasi prioritas yang

ditetapkan.

5. Schedulling dalam arti mengatur menemukan dua aspek yaitu keseluruhan

program dan prioritas secara teratur dan cermat karena penjadwalan ini secara

makro mempunyai arti tersendiri yang amat strategik bagi keseluruhan

pelaksanaan perencanaan.

6. Implementasi rencana termasuk didalamnya proses legalisasi dan persiapan

aparat pelaksana rencana, pengesahan dimulainya suatu kegiatan, monitoring

dan controlling untuk membatasi kemungkinan tindakan yang tidak terpuji

yang dapat merupakan hambatan dalam proses pelaksanaan rencana.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 19

Page 20: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

7. Evaluasi dan revisi yang merupakan kegiatan evaluasi untuk menentukan

tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk mengadakan penyesuaian-

penyesuaian terhadap tuntutan baru yang berkembang.

Bila ketiga model proses yang diuraikan di atas dibandingkan, maka terlihat

dengan nyata adanya unsur-unsur esensial yang sama dalam proses pengembangan

rencana pembangunan pendidikan. Dengan adanya unsur-unsur yang sama tersebut,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peoses perencanaan adalah suatu proses yang

diakui perlu dijalani secara sistematik dan berurutan karena keteraturan itu merupakan

proses rasional sebagai salah satu property perencanaan pendidikan.

D. Evaluasi dan Monitoring dalam Perencanaan

Walaupun perencanaan sudah sejak lama mempunyai fungsi penting dalam

perumusan kebijakan dalam berbagai bentuknya, namun sebagai bidang spesialisasi,

baru muncul sejak dua puluh lima tahun terakhir terutama bila dikaitkan sebagai tool

untuk pembangunan pendidikan. Menurut beberapa hasil survei negara-negara OECD

(1980), hingga saat ini terdapat proses evolusi alam berpikir tentang perencanaan dari

satu tahap menuju tahap lain.

Tujuan pendidikan yang sifatnya eksternal adalah:

1. Pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan.

2. Pemerataan kesempatan pendidikan.

3. Meningkatkan efisiensi.

Tujuan pertama menempati prioritas utama, karena tanpa dukungan tenaga

pendidik dan kependidikan terampil pembangunan ekonomi amat sukar dilaksanakan.

Tujuan kedua, merupakan aspirasi pembebasan yang sifatnya politik dan merupakan

tuntutan demokratik atau kerakyatan. Compulsary Education atau wajib belajar,

merupakan perwujudan dari tujuan kedua ini. Tujuan ketiga, merupakan prasyarat

untuk mewujudkan tujuan pertama dan kedua dalam usaha utilisasi dana secermat

mungkin. Tiga tujuan eksternal ini membuka kemunculan tiga pendekatan klasik

dalam perencanaan pendidikan, yaitu:

(a) pendekatan ketenagaan atau Man Power Approach dan pendekatan keuntungan ekonomi atau Rate of Return Approach. Pendekatan pertama dan kedua menguasai alam pikiran pembangunan pendidikan hingga tahun enam puluhan. Pendekatan-pendekatan ini menampilkan dua jenis perencanaan pendidikan yang disebut: (b)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 20

Page 21: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Technocratic Planning, dan (c) Political atau Conflictual Education Planning (OECD, 1980).

Technocratic Educational Planning memisahkan secara konseptual dan praktis

fungsi perencanaan dan pembuat keputusan atau antara Planning Team dengan Policy

Making Group. Pembuat kebijakan menentukan tujuan atau sasaran strategis,

sedangkan perencana menjabarkan tujuan strategis ini ke dalam rumusan yang lebih

operasional merumuskan cara-cara yang tepat untuk mewujudkan tujuan itu.

Political Education Planning tidak mempertimbangkan kehadiran pembuat

kebijakan dalam menentukan sasaran strategis, tetapi tujuan-tujuan tersebut sebenarnya

produk Pressure Group atau Lobbist yang kuat, hingga menghasilkan rumusan-

rumusan tersebut. Fungsi perencana dalam hal ini adalah ini adalah bukan menyusun

rencana untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang dihasilkan oleh Pressure Group itu tapi

sebagai perantara antara berbagai Interest Groups yang bersaing dan terlihat. Adalah

Planner yang harus menguasai perbedaaan-perbedaan Interest Groups tersebut agar

dapat mengakomodasikan semua interest hingga mengembangkan policy sebagai

produk semua tekanan-tekanan tersebut. Pendekatan politik ini kurang memperhatikan

perencanaan jangka panjang, tapi hanya memperhatikan perencanaan jangka pendek

saja.

Pada tahun enam puluhan telah terjadi perubahan yaitu penggarapan atau Shift dari

Man Power Approach menuju Social Demand Approach. Perubahan ini didasarkan

atas asumsi bahwa melalui Social Demand Approach, secara otomatis kebutuhan akan

ketenagaan akan terpenuhi dan mengesampingkan faktor-faktor yang tak dapat

diramalkan pada pasaran kerja.

Shift di atas juga didasarkan atas keyakinan bahwa tujuan pendidikan eksternal

yaitu pemerataan pendidikan hanya dapat dicapai melalui pendekatan sosial yang terus

menerus menyelenggarakan usaha perluasan kesempatan pendidikan bagi setiap warga

negara. Sistem pendidikan juga telah berusaha mencapai tujuan internalnya melalui

System Growth, walaupun ini tidak berarti secara langsung dapat mewujudkan

pencapaian tujuan pendidikan yang lain yaitu kebutuhan ketenagaan dan efisiensi.

Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa internal Goals sistem pendidikan

yaitu Growth dan Well Being itu menggunakan planning untuk menciptakan

consistency dalam perluasan pendidikan, dibandingkan dengan sebagai alat perubahan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21

Page 22: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Perubahan alam berpikir politis turut membawa pengaruh terhadap praktek

perencanaan. Pemerintahan suatu negara yang merupakan hasil pemilihan mayoritas

rakyat, dalam praktek mengembangkan Quantitative dan Authoritative Planning atau

yang disebut Rational Planning. Sedangkan pluralisme politik (seperti pemerintahan

koalisi) mempunyai kecenderungan untuk seoptimal mungkin mengikutsertakan

berbagai kekuatan politik dalam menentukan kebijakan-kebijakan mendasar,

memerlukan apa yang disebut Participatory Planning atau Perencanaan Partisipasif.

Gerakan perencanaan partisipasif ini terutama terasa kuat pada akhir tahun enam

puluhan ketika dimana-mana bermunculan protes rakyat, khususnya mahasiswa

tentang kebijakan pendidikan. Mereka dengan didukung oleh kekuatan politik,

menyatakan bahwa keputusan-keputusan tentang pendidikan tidak mencerminkan

aspirasi pendidikan mereka. Protes-protes baik langsung maupun tidak, kelompok-

kelompok masyarakat ini menggerakkan kekuatan politik untuk lebih aktif dalam

proses pengambilan keputusan, karena Participatory Planning memperoleh giliran

untuk naik ke permukaan.

Trend sekarang adalah di negara-negara dengan sistem pemerintahan yang

sentralistis, dengan pemerintah hasil pemilihan mayoritas, Participatory Planning

tidak berhasil untuk menggeser Quantitative-Authoritative Planning. Sebaliknya di

negara-negara yang sistem pemerintahannya desentralisasi, Participatory Planning

mendapat tempat yang baik terutama pada tingkat lokal.

Kogan (OECD, 1980) mengemukakan bahwa Participatory Planning ini muncul

dengan asumsi sebagai berikut:

1. Perluasan struktur kekuatan dalam usaha meningkatkan kemampuan pusat-pusat pembuat keputusan untuk merespon terhadap kebutuhan pendidikan dan aspirasi rakyat dengan lebih efektif lagi.

2. Pengayaan informasi dasar untuk pembuatan keputusan yang efektif dengan jalan memberikan kesempatan kepada rakyat secara langsung atau melalui badan-badan atau kekuatan politik yang ada untuk mengutarakan nilai-nilai, tujuan, harapan, dan aspirasi pendidikan.

3. Nilai edukatif dari keikutsertaan dalam proses Decision Making baik bagi rakyat, kekuatan politik mapun sistem pendidikan itu sendiri.

Dengan asumsi di atas tampak bahwa Participatory Planning merupakan gerakan

demokratis, yang memunculkan tipe baru planning dengan sebutan Bottom Up

Planning. Persoalan pokok yang muncul adalah pemisahan antara Planning dari Policy

Making Process dalam struktur kekuasaan, mempengaruhi Participatory Planning ini.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 22

Page 23: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Esensi Participatory Planning adalah agar perencanaan dan Policy Making dapat

menyatu hingga dalam praktek, kesulitan-kesulitan yang muncul dapat dihindarkan.

Pemisahan seperti di atas dalam Technocratic Planning begitu jelas, hingga acap kali

timbul konflik antara Policy Making Group dengan Plan.

Kecemasan terhadap kemunculan Participatory Planning adalah orientasinya yang

bersifat jangka pendek yang tidak cocok dengan proses pendidikan yang merupakan

proses jangka panjang yang menentukan generasi mendatang. Orientasi jangka pendek

dari sisi ini jelas tidak menguntungkan pertumbuhan generasi mendatang.

Adapun kritik terhadap Technocratic Planning adalah terlalu menekankan pada

model Quantitave Analysis dengan ketentuan yang ketat hingga mengurangi

fleksibilan sistem pendidikan dalam merespon terhadap segala perubahan-perubahan

yang terjadi di masyarakat.

Perbedaan antara Technocratic Planning dan Participatory Planning merupakan

dilemma karena kedua jenis planning ini mempunyai asumsi yang valid. Persoalan

yang muncul adalah sejauh mana Quantitative Analysis itu dapat dikurangi dan sejauh

mana orientasi jangka pendek dari Participatory Planning dapat dieliminir hingga

planning tetap bukan alat untuk mewujudkan kepentingan politik tertentu tapi alat

untuk membangun bangsa. Perpaduan antara kedua jenis planning yang tumbuh dalam

praktek ini diperlukan karena akan menentukan posisi dan peran perencanaan

pendidikan pada masa mendatang.

Dari kajian yang telah diungkap dari evolusi Educational Planning baik secara

teori mapun praktek, tampak beberapa faktor penting yang berperan dalam proses

evolusi ini. Faktor-faktor tersebut adalah: (a) interest berbagai kekuatan politik dalam

sistem politik yang dianut yang masing-masing negara, (b) struktur sistem manajemen

pendidikan yang dianut, (c) berbagai disiplin ilmu yang mewarnai corak praktek

Educational Planning.

Struktur politik berpengaruh pada kemunculan Technocratic Planning dan

Participatory Planning dan perannya dalam Policy Decisions untuk pembangunan

pendidikan seperti telah diuraikan terdahulu. Sistem administrasi pendidikan nasional

menentukan secara praktis tempat dan posisi planning. Pada negara dengan sistem

pemerintahan yang sentralistis, umpamanya, letak planning berada pada Kemeterian

Pendidikan di tingkat nasional. Keterkaitan antara Planning dan Policy Decision dapat

terlihat dengan jelas pada tingkat nasional ini. Sebaliknya pada negara dengan sistem

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 23

Page 24: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

desentralisasi, planning terletak pada tingkat pusat dan tingkat daerah (lokal), dengan

tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan pembagian kekuasaan yang ada.

Berbagai disiplin ilmu tampak jelas mempengaruhi substansi planning dalam

proses pertumbuhannya. Disiplin ekonomi mula-mula mendominir perencanaan,

kemudian muncul sosiologi dalam proses evolusi teori perencanaan.

Operation Research dan Systems Theory mempengaruhi teknik Quantitative

perencanaan pada Technocratic Planning. Terakhir pendidikan dan ilmu politik masuk

ke dalam perencanaan dan menyebabkan adanya Shift (pergeseran) dari Technocratic

Planning dengan orientasi kuantitatif menuju Conflictual Planning dengan orientasi

pada aspek kualitatif.

Evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu pentingnya perencanaan pendidikan

dan hasil-hasil potensialnya sesuai dengan kebutuhan, lebih jauh sebaiknya evaluasi

muncul sepanjang proses perencanaan. Pada sejumlah kasus evaluasi parsial dibuat

dengan menggunakan uji-uji kuantitatif atau pembenarannya didasarkan pada

pengalaman untuk menolak, memodifikasi, mengkombinasi, atau menerima hasilnya.

Perencana pendidikan harus mengetahui nilai-nilai relatif yang dimasukkan ke

dalam berbagai sasaran yang dibuat untuk perencanaan. Tidak hanya mengetahui nilai-

nilai yang menjadi fokus perhatian, tetapi juga yang ada pada latar belakang yang

sebaiknya tidak mengganggu sementara itu sasaran-sasarannya tercapai. Karena itu,

teknik evaluasi tidak sederhana.

Salah satu kunci yaitu bagaimana seorang perencana disiapkan untuk

mengorbankan pandangannya untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu agar mencapai

sasaran-sasaran lainnya lebih baik. Jenis evaluasi ini sangat susah dan membuat

banyak kesulitan bagi perencana yag tidak akrab dengan manfaat teori.

Beberapa evaluasi komparatif dibuat jika sebuah perubahan muncul yang

diakibatkan oleh tindakan yang direncanakan. Akibatnya mungkin dapat diantisipasi

atau tidak dapat diantisipasi, tetapi mungkin dapat dievaluasi hanya berkaitan dengan

hasil-hasilnya. Ini pada akhirnya dapat diungkapkan pada banyak kesempatan sebagai

keuntungan atau biaya tergantung pada model-model kepentingan masyarakat yang

terlibat. Sasaran-sasaran kepentingan masyarakat ini sebagai sebuah tujuan tunggal

terakhir.

Di dalam situasi yang demokratis sebuah kepentingan umum mungkin terlihat

samar-samar, untuk masyarakat yang beragam dapat diterapkan tanpa memandang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 24

Page 25: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

kepentingan individu. Dengan demikian evaluasi dapat muncul dalam tiga cara, yaitu:

(a) cara pandang utilitarian, kepentingan publik dapat ditentukan oleh pendapatan dan

pengeluaran, bergantung pada apa yang sangat penting bagi individu yang berbeda, (b)

cara quasi utilitarian menganggap manfaat untuk individu relevan dengan jumlahnya,

tetapi nilai terbesar diberikan kepada beberapa orang yang tertarik daripada yang

lainnya, (c) cara individu yang berkualitas, dalam hal lain menganggap bahwa akhir

dari kepentingan publik sebagai pertimbangan dari banyak pilihan kelas-kelas tertentu

yang mempertimbangkan dengan tepat.

Mekanisme sebaiknya dipilih untuk pengevaluasian,sehingga hasilnya menjadi

sangat memuaskan. Mula-mula evaluasi mengenai nilai harus dijalankan, bentuk dasar

harus ditentukan dan sasaran harus dikurangi kesamarannya, sehingga menjadi

kongkrit. Kedua, pandangan waktu ke depan harus tepat. Dalam perencanaan jangka

pendek penggunaan niali-nilai yang dipilih harus diterima secara politis, sehingga

perencanaan dapat diimplementasikan. Perencanaan jangka menengah maksudnya

menyeleksi nilai-nilai hasil pendidikan atau Public Relation yang dapat ditolak, yang

tentu saja menjadi kepentingan masyarakat. Perencanaan jangka panjang harus

dievaluasi di dalam bentuk baku, baru atau program radikal dari efektivitas pendidikan

sesuai dengan keinginan masyarakat.

Beberapa metode identifikasi nilai untuk evaluasi telah tersedia. Ini berisi

mengenai opini masyarakat, survei antrapologi, dan dengar pendapat, interview dengan

pemimpin non formal, analisis yang menekankan isi, belajar ukuran dan undang-

undang pembelajaran yang baru, tingkah laku administratif dan pembelajaran dan

anggaran sekolah terdahulu.

Karena evaluasi menggunakan keseluruhan urutan pendidikan, gagasan berkaitan

dengan sasaran yang tepat sangat tergantung pada inti masalah tugas perencana

pendidikan. Jadi evaluasi terhadap sasaran-sasaran ini harus diberikan pertama-tama

dengan menekankan pada proses perencanaan pendidikan yang komprehensif.

Banyak kerja pada bidang evaluasi diakui dan berada pada level filosofis yang

tinggi. Aspek praktis dari sasaran-sasaran membawa pada definisi-definisi dan detail

operasional masalah evaluasi. Metode teknis yang dibahas lebih dapat diterima dan

makin sering digunakan oleh para perencana pendidikan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 25

Page 26: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

4. LANDASAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SEKOLAH

Sebagai pengelola satuan pendidikan, seorang kepala sekolah harus mendasarkan

semua kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan di sekolah pada semua kebijakan

pendidikan yang berlaku baik secara nasional, propinsi, maupun kebupaten/kota.

Adalah suatu keharusan bagi setiap pemimpin satuan pendidikan untuk memahami

dengan seksama setiap kebijakan yang berlaku di bidang pendidikan itu. Pemahaman

ini akan sangat membantu kepala sekolah untuk memiliki wawasan dalam skala

nasional maupun regional dan lokal, kemudian mewujudkannya dalam tindakan-

tindakan nyata pada tingkat satuan pendidikan yang dipimpinnya. Dengan demikian,

setiap langkah dan kebijakan yang dilakukan di sekolah benar-benar terilhami dan

didasari oleh kebijakan nasional di bidang pendidikan dan akan mengarah pada cita-

cita pendidikan nasional yang dituangkan dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan

nasional.

Untuk memberikan pemahaman secara umum mengenai berbagai kebijakan

tersebut, berikut diuraikan dua peraturan perundang-undangan pokok yang erat

kaitannya dengan perencanaan pengembangan sekolah dan sedang banyak digunakan

sebagai landasan bagi penentuan kebijakan pendidikan lainnya. Peraturan perundang-

undangan dimaksud meliputi Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Uraian difokuskan pada hal-hal pokok yang diatur dalam dua

peraturan perundang-undangan itu yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan

sekolah. Namun demikian, para pemimpin pendidikan masih diharapkan terus

mengikuti perkembangan kebijakan pendidikan lainnya baik dalam skala nasional,

propinsi, maupun kabupaten/kota. Pemahaman terhadap dua kebijakan tersebut pasti

belum cukup bagi setiap pemimpin pendidikan untuk mampu menentukan segala

kebijakan tingkat satuan pendidikan yanng benar-benar sejalan dengan cita-cita

pendidikan nasional.

A. Visi Pendidikan Nasional

Visi adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan

berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 26

Page 27: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah.

B. Misi Pendidikan Nasional

1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh

sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat

belajar;

3) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai

pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan

nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan

5) memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

C. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Fungsi pendidikan nasional adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan

pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

D. Sistem Pengelolaan Pendidikan

Berkaitan dengan sumber daya pendidikan, hal-hal yang perlu dijadikan acuan

dalam perencanaan pengembangan sekolah adalah pasal-pasal dalam UU Sisdiknas

nomor 20 tahun 2003 yang mengatur tentang pendidik dan tenaga kependidikan (pasal

39 sampai dengan pasal 44), sarana dan prasarana pendidikan (pasal 45), dan

pendanaan pendidikan (pasal 46 sampai dengan pasal 49).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 27

Page 28: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Pasal 51 ayat (1) UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 merupakan pasal penting

yang harus dijadikan pijakan dalam perencanaan pengembangan sekolah. Pasal ini

menentukan bahwa pengelolaan sekolah harus menerapkan manajemen berbasis

sekolah, sebagaimana ditegaskan: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar

pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.”

E. Peran Serta Masyarakat

Berkenaan dengan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,

hal-hal penting yang harus dipahami oleh perencana pengembangan sekolah meliputi

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 54,

55, dan 56. Pasal 54 mengatur bentuk dan ruang lingkup peran serta masyarakat,

sebagai berikut:

1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,

kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi

kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan

pendidikan.

2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna

hasil pendidikan. 

 Pasal 55 UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 mengatur prinsip-prinsip pendidikan

berbasis masyarakat. Dalam pasal ini ditetapkan bahwa:

1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada

pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan

sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

2. Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan

pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.

3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari

penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber

lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 28

Page 29: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis,

subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah.

Selain hal-hal pokok yang diuraikan di atas, para perencana pengembangan

sekolah juga perlu untuk mengkaji dan memahami secaha komprehensif ketentuan-

kentuntuan lain yang diatur dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 agar setiap

keputusan yang dimbil tidak bertentangan dengan kebijakan nasional di bidang

pendidikan.

F. Standar Nasional Pendidikan

Sasaran minimal pengembangan sekolah yang dituangkan dalam setiap rencana

pengembangan sekolah haruslah menggunakan standar penyelenggaraan pendidikan

yang berlaku secara nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan merupakan ketentuan rinci mengenai standar-standar

nasional pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun

2003. Peraturan Pemerintah ini menetapakan arah reformasi pendidikan nasional

dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. PP nomor 19 tahun

2005 menetapkan delapan standar yang meliputi:

a. standar isi;

b. standar proses;

c. standar kompetensi lulusan;

d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;

e. standar sarana dan prasarana;

f. standar pengelolaan;

g. standar pembiayaan;dan

h. standar penilaian pendidikan.

Di antara standar-standar tersebut, standar pengelolaan pada tingkat satuan

pendidikan merupakan standar terpenting yang harus djadikan acuan dalam

perencanaan pengembangan sekolah. Untuk itu berikut diuraikan kententuan-

ketentuan yang berkaitan dengan standar pengelolaan dan pengambilan keputusan

sebagaimana ditetapkan dalam pasal 49 sampai dengan pasal 58 PP nomor 19 tahun

2005

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 29

Page 30: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Pasal 49 ayat (1) pada Peraturan Pemerintah ini menyatakan: “Pengelolaan satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen

berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,

keterbukaan, dan akuntabilitas.” Berkaitan dengan penerapan manajemen berbasis

sekolah itu di tingkat satuan pendidikan, PP nomor 19/2005 tersebut menetapkan

sejumlah standar pengelolaan yang mencakup pengambilan keputusan, pedoman

pendidikan, rencana kerja, prinsip-prinsip dasar pengelolaan satuan pendidikan,

pengawasan, pemantauan, supervisi, dan pelaporan. Secara ringkas standar-standar

pengelolaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Pengelolaan satuan pendidikan harus berpegang pada prinsip-prinsip kemandirian,

efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan

pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah.

Terkait dengan Pengambilan Keputusan, beberapa hal penting yang diatur dalam

Peraturan Pemerintah tersebut meliputi bidang-bidang pengambilan keputusan,

prosedur pengambilan keputusan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan

keputusan itu. Pengambilan keputusan bidang akademik dilakukan melalui rapat

Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah. Sedangkan bidang non-akademik

pengambilan keputusan dilakukan oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh

kepala sekolah. Rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah dilaksanakan atas

dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan

pendidikan.

Rencana kerja yang harus dibuat oleh satuan pendidikan meliputi Rencana Kerja

Jangka Menengah (4 tahun) dan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kerja Satuan

Pendidikan dasar dan Menengah harus disetujui rapat dewan pendidik setelah

memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah.

Pengawasan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan mencakup

pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.

Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah

atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara

teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas

satuan pendidikan. Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 30

Page 31: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan

pendidikan dan kepala satuan pendidikan.

Standar pengelolaan tersebut mengisyaratkan bahwa sejak saat ini sekolah sebagai

satuan pendidikan memiliki peran, wewenang dan tanggung jawab yang sangat

strategis dan jauh lebih luas di bandingkan masa sebelumnya. Sekolah dituntut untuk

lebih mandiri, lebih mampu membangun hubungan kemitraan dengan dan memperkuat

partisipasi semua pemangku kepentingan (stakeholders), bersikap lebih terbuka dan

akuntabel.

Kewenangan yang begitu luas yang diberikan kepada sekolah pada gilirannya

menuntut setiap sekolah mereformasi dirinya. Setiap sekolah harus beralih dari budaya

dan manajemen yang bersifat “menunggu dan bertindak sesuai kebijakan atas” yang

bersifat konvensional kepada sebuah budaya dan manajemen baru yang menempatkan

hasil evaluasi diri sebagai titik awal usaha pengembangan, kemandirian dan

akuntabilitas sebagai instrumen utama dalam proses pengembangan dirinya, dan

peningkatan mutu sebagai muara dan tujuan utama dari setiap usaha pengembangan

itu.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 31

Page 32: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

5. PENGERTIAN DAN MODEL-MODEL PERENCANAAN

PENGEMBANGAN SEKOLAH

A. Pengertian Perencanaan Pengembangan Sekolah

Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau

memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi-

fungsi yang harus dijalankan dalam proses manajemen. Jika digambarkan dalam

sebuah siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari keseluruhan proses

manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara

fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya dalam proses

manajemen bermula dari perencanaan. Daft (1988:100) menyatakan: “When planning

is done well, the other management functions can be done well.”

Perencanaan pada intinya merupakan upaya pendefinisian kemana sebuah

organisasi akan menuju di masa depan dan bagaimana sampai pada tujuan itu. Dengan

kata lain, perencanaan berarti pendefinisian tujuan yang akan dicapai oleh organisasi

dan pembuatan keputuan mengenai tugas-tugas dan penggunaan sumber daya yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan rencana (plan) adalah hasil dari

proses perencenaan yang berupa sebuah cetak biru (blueprint) mengenai alokasi

sumber daya yang dibutuhkan, jadwal, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan

dalam rangka pencapaian tujuan.

Dalam pengertian tersebut, tujuan dan alokasi sumber daya merupakan dua kata

kunci dalam sebuah rencana. Tujuan (goal) dapat diartikan sebagai kondisi masa depan

yang ingin diwujudkan oleh organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini terdiri dari

beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan pada tingkat yang tertinggi disebut dengan tujuan

strategis (strategic goal), kemudian berturut-turut di bawahnya dijabarkan menjadi

tujuan taktis (tactical objective) kemudian tujuan operasional (operational objective).

Tujuan strategis merupakan tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang,

sedangkan tujuan taktis dan tujuan operasional adalah tujuan jangka pendek yang

berupa sasaran-sasaran yang terukur.

Dalam organisasi sekolah, tujuan strategis merupakan tujuan tertinggi yang akan

dicapai pada tingkat sekolah. Tujuan ini bersifat umum dan biasanya tidak dapat

diukur secara langsung. Tujuan-tujuan taktis merupakan tujuan-tujuan yang harus

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 32

Page 33: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

dicapai oleh-oleh bagian-bagian utama organisasi sekolah, misalnya bidang kurikulum,

kesiswaan, atau kerja sama dengan masyarakat. Untuk SMK tujuan-tujuan taktis ini

dapat berupa tujuan-tujuan yang harus dicapai pada tingkat jurusan atau program

keahlian. Sedangkan tujuan operasional merupakan tujuan yang harus dicapai pada

bagian-bagian yang secara struktur yang lebih rendah dari bagian-bagian utama

sekolah tersebut. Tujuan mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, misalnya,

dapat dikategorikan sebagai tujuan operasional.

Masing-masing tingkatan tujuan tersebut terkait dengan proses perencanaan.

Tujuan strategis merupakan tujuan yang harus dicapai pada tingkat rencana strategis

(strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing-masing merupakan

tujuan-tujuan yang harus dicapai pada rencana taktis (tactical plan) dan rencana

operasional (operational plan).

Perlu dicatat bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, ada atau diadakan atas

dasar asumsi, keyakinan, sistem nilai dan mandat tertentu. Dalam kaitannya dengan

perencanaan, dasar-dasar keberadaan ini disebut dengan premis organisasi. Secara

formal permis-premis perencanaan itu biasanya disajikan dalam bentuk rumusan visi,

misi, dan nilai-nilai fundamental organisasi. Visi dapat dipandang sebagai alasan atas

keberadaan lembaga dan merupakan keadaan “ideal” yang hendak dicapai oleh

lembaga; sedangkan misi adalah tujuan utama dan sasaran kinerja dari lembaga.

Keduanya harus dirumuskan dalam kerangka filosofis, keyakinan dan nilai-nilai dasar

yang dianut oleh organisasi yang bersangkutan dan digunakan sebagai konteks

pengembangan dan evaluasi atas strategi yang diinginkan.

Premis-premis tersebut harus menjadi titik-tolak dalam perencanaan. Tujuan dan

cara untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam rencana harus berada dalam kerangka

premis-premis itu. Untuk memudahkan pemahaman, Gambar 2 mengilustrasikan

hubungan antara premis organisasi, herarkhi tujuan, dan bentuk rencana sebagaimana

diuraikan di atas.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 33

Page 34: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Gambar 2 Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana

Perencanaan pengembangan sekolah (school development planning) merupakan

proses pengembangan sebuah rencana untuk meningkatkan kinerja sebuah sekolah

secara berkesinambungan. Perbedaan pokok rencana pengembangan dengan rencana

lainnya terletak pada tujuan. Sedangkan herarkhi tujuan dan rencana sebagaimana telah

diuraikan di atas juga berlaku dalam rencana pengembangan. Tujuan yang akan

dicapai dalam rencana pengembangan merupakan hasil-hasil yang lebih baik dari apa

yang selama ini telah dicapai oleh sekolah. Rencana pengembangan sekolah disusun

agar sekolah terus-menerus meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, selain

didasarkan pada visi dan misi sekolah, perencanaan pengembangan harus didasarkan

atas pemahaman yang mendalam tentang keberadaan dan kondisi sekolah pada saat

rencana pengembangan itu disusun. Pemahaman semacam ini dapat dilakukan melalui

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 34

Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar

(Premis Organisasi)

Manajemen Puncak(Tingkat Sekolah)

Tujuan Strategis

Rencana Strategis

Manajemen Menengah

(Jurusan, Prog. Keahlian)

Tujuan Taktis Rencana Taktis

Manajemen Bawah(Mapel, Individu Guru)

Tujuan Operasional

Rencana Operasional

Tujuan (hasil)

Rencana (alat)

Page 35: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

kajian dan telaah mendalam terhadap kondisi internal maupun lingkungan eksternal

dimana sekolah itu berada.

B. Kerangka Umum Perencanaan Pengembangan Sekolah

Kerangka umum proses perencanaan pengembangan sekolah sebenarnya dapat

digambarkan sebagai sebuah siklus yang bergerak mengelilingi sebuah titik pusat.

Siklus itu terdiri dari empat langkah kunci: Telaah (Review) atau evaluasi diri (self

evaluation), Rancangan Strategi (Strategy Design), Implementasi (Implementation),

dan evaluasi. Sedangkan titik pusatnya terdiri dari: Visi, Misi, dan Tujuan. Kerangka

tersebut dapat diilustrasikan dalam diagram sebagai Gambar 2.

Untuk mengoperasionalkan siklus tersebut, langkah-langkah dalam proses

perencanaan dapat diubah menjadi sejumlah pertanyaan pokok. Masing-masing

langkah dapat direpresentasikan dengan sebuah pertanyaan pokok yang dijabarkan

menjadi pertanyaan-pertanyaan khusus. Pertanyaan-pertanyaan khusus ini kemudian

digunakan untuk menentukan tugas-tugas utama yang harus dilaksanakan dalam proses

perencanaan pengembangan.

Tabel 3 merangkum operasionalisasi siklus tersebut. Uraian lebih rinci mengenai

langkah-langkah pelaksanaan dari masing-masing operasi tersebut disajikan pada bab-

bab selajutnya dalam bahan pelatihan ini.

Gambar 3 Kerangka Umum Proses Perencanaan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 35

Page 36: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 1 Langkah-langkah, Pertanyaan Pokok, Pertanyaan Khusus, dan Tugas dalam

Proses Perencanaan Pengembangan

LANGKAH

PERENCANAA

N

PERTANYAAN

POKOK PERTANYAAN KHUSUS

TELAAH

(REVIEW)

Dimanakah posisi

sekolah kita

sekarang?

Sejauh mana kita melakukan hal-hal yang

berkaitan dengan:

pencapaian visi, misi, dan tujuan kita?

kinerja kita sebelumnya?

praktik-praktik terbaik (best practices)?

pemenuhan kebutuhan siswa?

pemenuhan kebutuhan orang tua dan

masyarakat?

tindak lanjut terhadap tujuan pendidikan

nasional?

pengelolaan perubahan (baik internal

maupun eksternal)?

Kemana kita akan

membawa sekolah

ini pada akhir

siklus

perencanaan?

Apa yang dapat kita raih lebih dari apa

yang kita capai sekarang?

Perubahan apa yang harus kita lakukan?

Apakah prioritas pengembangan kita?

RANCANGAN

(DESIGN)

Bagaimana kita

akan membawa

sekolah agar

mencapai apa yang

kita inginkan?

Bagaimana kita akan melakukan

perubahan?

Apa persisnya yang ingin kita capai?

Tindakan-tindakan apa yang tersedia dan

dapat kita pilih untuk memampukan kita

mencapai tujuan kita?

Tindakan terbaik mana yang sesuai untuk

mencapai tujuan?

Sumber daya apa yang kita butuhkan?

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 36

Page 37: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

LANGKAH

PERENCANAA

N

PERTANYAAN

POKOK PERTANYAAN KHUSUS

Siapa yanng akan melaksanakan

tindakan-tindakan itu?

Bagaimana kemajuan tindakan akan

diukur?

Bagaimana kita memastikan bahwa tujuan,

kebijakan, prioritas, dan rencana sekolah

diketahui dan didukung oleh semua warga

sekolah?

IMPLEMEN-

TASI (IMPLE-

MENTAION)

Apa yang

seharusnya kita

kerjakan untuk

menghantarkan

sekolah sampai

pada apa yang kita

inginkan?

Bagaimana seharusnya usaha kita sehari-hari

mencerminkan visi, misi, dan tujuan sekolah?

Bagaimana kita dapat mendorong kemajuan

yang terkait dengan prioritas sekolah?

Apa yang harus kita lakukan untuk menjamin

keberhasilan implementasi Rencana

implementasi program pengembanganan?

Monitoring dan

Telaah Formatif

Selama implemen-

tasi, bagaimana

kita akan

mengecek apakah

kita telah

membawa sekolah

ke arah yang kita

inginkan?

Kemajuan apa yang kita capai untuk

mencapai tujuan kita?

Apakah tujuan khusus masih tepat dalam

kaitannya dengan tujuan umum dan prioritas

kita?

Apakah tugas-tugas kita:

Fisibel

Tepat

Tersedia sumber daya yang memadai?

Apakah biaya yang dianggarkan:

termanfaatkan?

mampu memanfaatkan?

Berdasarkan pengalaman, apakah rentang

waktu yang ditetapkan dapat diterima/cukup

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 37

Page 38: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

LANGKAH

PERENCANAA

N

PERTANYAAN

POKOK PERTANYAAN KHUSUS

beralasan?

Penyesuaian-penyesuaian apa yang

dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan

Rencana Sekolah Kita?

Telaah dampak

(outcomes)

Pada akhir siklus

perencanaan,

bagaimana kita

akan mengetahui

apakah kita telah

membawa sekolah

ke tempat yang

kita inginkan?

Sampai dimana yang telah kita capai?

Sejauh mana kita telah:

Mencapai tujuan (objectives) dari rencana

implementasi program pengembanganan

yang kita buat?

Mengembangkan prioritas yang kita

tetapkan?

Mengimplementasikan kebijakan yang

kita tetapkan?

Memperluas misi, visi, dan tujuan

sekolah kita?

Tujuan Umum

(Purpose)

Dengan cara apa

kita kelak

mengetahui bahwa

kita telah memilih

arah yang benar?

Apakah kita telah berjalan pada jalur yang

benar? Dalam kaitannya dengan perubahan

social budaya, sejauh mana ketepatan:

Misi, visi, dan tujuan kita?

Kebijakan kita?

Prioritas pengembangan kita?

Sasaran-sasaran (objectives) kita?

Proses Bagaimana kelak

kita akan

mengetahui bahwa

kita telah memilih

kendaraan yang

paling sesuai?

Apakah kita telah menggunakan metode

terbaik untuk sampai ditujuan?

Seberapa sesuaikah model proses

perencanaan yang kita pilih?

Seberapa efektifkah kita

mengimplementaiskan model itu?

Apa sajakah yang membantu dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 38

Page 39: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

LANGKAH

PERENCANAA

N

PERTANYAAN

POKOK PERTANYAAN KHUSUS

mengemhambat kemajuan?

Rekomendasi Kemana

hendaknya kita

menuju dari

kondisi sekarang

ini?

Berdasarkan pengalaman kita:

Perubahan apa yang seharusnya kita

lakukan terkait dengan model proses

perencanaan kita?

Aspek kehidupan sekolah yang mana

yang harus menjadi focus pada siklus

perencanaan kita berikutnya?

C. Model-Model Alternatif Perencanaan Pengembangan Sekolah

Standar nasional pendidikan sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya

menunjukkan bahwa proses perencanaan menjadi perangkat yang esensial dalam

pengelolaan sekolah. Dalam kaitannya dengan standar pengelolaan satuan pendidikan,

sistem perencanaan pengembangan lembaga yang diterapkan pada setiap sekolah harus

mampu memfasilitasi dan mengakomodasi lima pilar utama yang digariskan dalam

standar pengelolaan itu : kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan

akuntabilitas.

Model perencanaan strategis (strategic planning) hingga saat ini dipandang sebagai proses perencanaan yang demikian itu. Dengan menerapkan pendekatan perencanaan strategis, diharapkan sekolah akan terdorong untuk melakukan perencanaan secara sistematis. Sekolah diharapkan akan menyediakan waktu untuk mentelaah dan menganalisis dirinya sendiri dan lingkungannya, mengidentifikasi kebutuhannya untuk mendapatkan keunggulan terhadap yang lain, dan melakukan komunikasi dan konsultasi secara terus-menerus dengan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar lingkungan lembaga selama berlangsungnya proses perencanaan. Di samping itu perencanaan strategis juga diharapkan akan mendorong sekolah untuk menyusun langkah-langkah dalam rangka mencapai tujuan strategis, secara terus-menerus memantau pelaksanaan rencana itu, dan secara teratur melakukan pengkajian dan perbaikan untuk menjaga agar perencanaan yang dibuat tetap relevan terhadap berbagai kondisi yang terus berkembang (Nickols dan Thirunamachandran, 2000).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 39

Page 40: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses managemen strategis yang

terkait dengan proses identifikasi tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau

organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah

yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan pemantauan

(monitoring) kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi di masa

depan (Nickols dan Thirunamachandran, 2000). Secara historis, perencanaan strategis

bermula dari dunia militer. Perkembangan selanjutnya, perencanaan strategis diadopsi

oleh dunia usaha pada tahun 1950-an dan berkembang pesat dan sangat populer pada

tahun 1960 hingga 1970-an, dan berkembang kembali tahun 1990-an Mintzberg (1994)

sebagai "process with particular benefits in particular contexts."

Penerapan perencanaan strategis di dunia pendidikan baru berkembang sekitar satu dekade yang lalu. Saat mana lembaga-lembaga pendidikan dipaksa harus berhadapan dengan berbagai perubahan baik di dalam maupun di luar lingkungan lembaga, dan dipaksa harus tanggap terhadap berbagai tantangan yang timbul seperti halnya menurunnya dukungan keuangan, pesatnya perkembangan teknologi, dan berubahnya struktur kependudukan, dan tertinggalnya program-program akademik. Sebagai dampak dari kondisi ini, sejumlah lembaga pendidikan kemudian menggunakan perencanaan strategis sebagai alat untuk “meraih manfaat dan perubahan strategis untuk menyesuaikan diri dengan pesatnya perubahan liungkungan (Rowley, Lujan, & Dolence, 1997).

Diantara model-model perencanaan strategis yang berkembang, yang hingga saat

ini masih banyak diterapkan pada lembaga pendidikan antara lain: Model Dasar

(Foundational Model), Perencanaan Tindakan Tahap Permulaan (Early Action

Planning Model), dan Model Tiga-Unsur Sejajar (The Three-Strand Concurrent

Model). Berikut diuraikan secara singkat masing-masing model yang tersebut. Pada

bagian akhir bab ini diurai sebuah model perencanaan pengembangan sekolah yang

pernah diterapkan di Indonesia dalam kerangka Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah.

1. Model Dasar (Foundational Model)

Sesuai dengan namanya, model dasar ini pertama-tama difokuskan pada peletakan

landasan-landasan yang diperlukan dalam perencanaan pengembangan dan

pengembangan prasarana yang tepat, sebelum melangkah pada perencanaan

pengembangan pada skala yang menyeluruh. Model ini didasarkan pada premis bahwa

perencanaan pengembangan akan terlaksana lebih efektif apabila tujuan dan nilai-nilai

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 40

Page 41: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

fundamental sekolah telah diklarifikasi sehinga dapat menjadi kerangka acuan, dan bila

perlu memampukan tersusunnya struktur rencana pengembangan. Model tersebut

terdiri dari urutan kegiatan sebagai berikut:

a. Pembentukan/pengkajian struktur kolaborasi dan konsultasi dalam tahap

persiapan.

b. Perumuskan/pembaharuan rumusan visi, misi, dan tujuan.

c. Perumuskan/pembaharuan Kebijakan Umum Sekolah yang terkait dengan

bidang-bidang kunci kehidupan sekolah, seperti kedisiplinan, kesehatan dan

keselatan, dan pemeliharaan kehidupan beragama.

d. Perumuskan/pembaharuan kebijakan dan prosedur yang terkait dengan

perencanaan terkoordinasi dalam bidang belajar mengajar yang dilakukan oleh

guru, jurusan, kelompok-kelompok lintas kurikulum.

e. Evaluasi/revisi kebijakan dan prosedur yang terkait dengan anggaran serta

spesifikasi dan pengalokasian sumber daya.

f. Merancang dan adaptasi model perencanaan pengembangan sekolah.

g. Penerapan struktur umum dan prosedur yang sistematis dari operasi dasar

perencanaan pengembangan: kaji, rancang, implementasi termonitor, dan

evaluasi.

h. Penerapan model perencanaan pengembangan.Setelah evaluasi, kembali ke

langkah pertama dan ulangi proses

Gambar 3.3. Model Dasar Perencanaan Pengembangan Sekolah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 41

Page 42: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Gambar 4. Model Dasar Perencanaan Pengembangan Sekolah

Bagi sekolah yang baru pertama kali melaksanakan perencanaan strategis, untuk

menyelesaikan langkah a sampai dengan e di atas kemungkinan diperlukan waktu

selama 18 bulan. Akan tetapi apabila sekolah telah memiliki rencana strategis dan

hanya perlu melakukan penyesuaian atau perubahan-perubahan, langkah a sampai

dengan e dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang sangat singkat, karena

kemungkinan hanya memerlukan sekedar perubahan-perubahan minor terhadap apa-

apa yang sudah ada. Namun demikian, langkah-langkah itu tidak dapat diabaikan

begitu saja. Model dasar itu dapat diilustrasikan dalam bentuk diagram sebagaimana

Gambar 4.

2. Model Perencanaan Tindakan Tahap Permulaan (Early Action Planning

Model)

Model Perencanaan Tindakan Tahap Awal (Early Action Planning Model)

pertama-tama menitik beratkan pada identifikasi cepat sejumlah kecil prioritas jangka

pendek dan inisiatif rencana implementasi program pengembanganan untuk mencapai

prioritas itu. Model ini didasarkan pada premis bahwa cara terbaik untuk mendorong

keberterimaan (acceptance) dan penyatuan Perencanaan Pengembangan Sekolah

adalah memastikan kelancaran tindakan dan capaian pada tahap permulaan sebagai

penguatan yang positif bagi partisipan dalam proses perencanaan. Pengalaman berhasil

pada tahap permulaan ini akan menjadi bukti kemanfaatan perencanaan pengembangan

sekolah. Dengan demikian, akan terjadi penguatan yang dapat mengurangi

kecenderungan munculnya berbagai keluhan seperti: “kita hanya bicara dan bicara,

akan tetapi tidak ada yang menjadi kenyataan dan tidak pernah terjadi perubahan”.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 42

Page 43: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Gambar 5. Model Perencanaan-Tindakan Tahap Permulaan bagi Perencanaan

Pengembangan Sekolah

Selain itu juga akan memperkuat komitmen terhadap proses perencanaan dan

menjadi insentif bagi keteribatan dalam prosedur perencanaan yang lebih kompleks.

Model permulaan tersebut dapat mencakup tahap-tahap kegiatan (1) Perencanaan

Tindakan Awal; (2) Refleksi, dan (3) Perencanaan Terelaborasi.

3. Model Tiga-Unsur Sejajar (The Three-Strand Concurrent Model)

The Three-Strand Concurrent Model memfokus pada kerangka waktu perencana-

an. Model ini mengakui bahwa pengembangan sekolah memiliki dimensi-dimensi

jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Model itu didasarkan pada

premis bahwa tiga dimensi waktu itu harus dicapai secara bersama-sama oleh sekolah

jika sekolah memang memberikan respon yang efektif terhadap kebutuhan lingkungan

yang dinamis. Model itu menyarankan sebuah kerangka yang terdiri dari tiga langkah

kegiatan perencanaan yang saling terkait namun berbeda-beda yang memampukan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 43

Page 44: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

sekolah untuk mengatasi perubahan-perubatah yang rumit dan tidak dapat

diprediksikan.

Gambar 6. The Three-Strand Concurrent Model untuk Perencanaan Pengembangan

Sekolah

Model itu meliputi unsur-unsur: (1) Berfikir Masa Depan untuk mengatasi dimensi

jangka panjang dalam perencanaan sekolah (5-15 tahun), (2) Niatan Strategis dan

Tujuan Strategis untuk mengatasi dimensi jangka menengah (3-5 tahun), dan

Perencanaan Operasional untuk mengatasi dimensi jangka pendek (1-3 tahun). Three-

Strand Concurrent Model tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram

sebagaimana Gambar 6.

4. Model Perencanaan Pengembangan Sekolah di Indonesia

Digulirkannya konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

pada tahun 1999 sebenarnya merupakan rintisan diterapkannya perencanaan strategis

di lembaga pendidikan menengah di Indonesia. Konsep manajemen ini menawarkan

kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung

jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan

pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis

dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber

daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi

kebijakan makro pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 44

Page 45: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

kekurangannya) untuk kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus

memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program-program

prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan

sesuai dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target

mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih

dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang

memadai, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang

dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat (Umaedi, 1999).

Kemiripan MPMBS dengan perencanaan strategis sebagaimana diuraikan

sebelumnya sangat tampak pada strategi pelaksanaan yang digariskan pada tingkat

sekolah. Secara singkat langkah-langkah yang ditetapkan itu diuraikan sebagai berikut.

i. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Sekolah (Tujuan Situasional

Sekolah)

j. Mengidentifikasi Fungsi-Fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran

k. Melakukan Analisis SWOT

l. Mengembangkan Langkah Pemecahan Persoalan

m. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

n. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

o. Merumuskan Sasaran Mutu Baru

D. Menumbuhkan Budaya Pengembangan Berencana Di Sekolah

Perencanaan pengembangan sekolah pada dasarnya merupakan proses yang

berlangsung terus-menerus, bukan merupakan kegiatan “sekali jadi”. Agar

perencanaan pengembangan itu efektif dalam memampukan (enabling) sekolah untuk

menghadapi tantangan ganda yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan

pengelolaan perubahan, perencanaan pengembangan harus menjadi “modus operandi”

normal bagi setiap sekolah. Bagi sekolah pada umumnya, perencanaan pengembangan

yang sistematis akan memerlukan perubahan mendasar dari kondisi yang ada sekarang.

Bab ini memaparkan tantangan inovatif yang harus diatasi dengan cermat untuk

menjamin keberhasilan pengintegrasian perencanaan pengembangan ke dalam

kehidupan sekolah, sehingga perencanaan akan menjadi budaya dalam manajemen

sekolah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 45

Page 46: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Berdasarkan penelitian internasional terhadap perubahan pendidikan pada

umumnya, penumbuhan budaya perencanaan pengembangan sekolah dibagi menjadi

tiga tahap:

Pemulaan (Inisiation): tahapan ini meliputi penetapan keputusan untuk memulai

perencanaan pengembangan sekolah, menumbuhkan komitmen terhadap proses

perencanaan, dan penyiapan partisipan.

Pembiasaan (Familirialisation): tahap ini mencakup siklus awal dari perencanaan

pengembangan sekolah, dimana masyarakat sekolah belajar bagaimana

melaksanakan proses perencanaan pengembangan itu.

Penyatuan (Embedding): tahap ini terjadi ketika perencanaan pengembangan

sekolah telah menjadi bagian pola kehidupan sekolah sehari-hari dalam

melaksanakan segala sesuatu.

1. Tahap Pemulaan (Inisiasi)

Secara formal semua pengelola sekolah bertanggung jawab atas inisiatif

perencanaan pengembangan sekolah untuk menjamin bahwa keputusan untuk

menyusun rencana pengembangan sekolah benar-benar terlaksana dan terwujud. Akan

tetapi, pada praktiknya, inisiatif itu pada umumnya diambil oleh kepala sekolah atau

komite sekolah.

Komitmen guru terhadap inovasi sekolah merupakan hal yang esensial bagi

keberhasilan dalam inovasi sekolah. Mereka harus benar-benar memahami hal-hal

pokok berkaitan dengan apa, mengapa, dan bagaimana perencanaan pengembangan

sekolah dilakukan. Guru-guru harus disadarkan tentang peran yang harus mereka ambil

dalam proses perencanaan dan manfaat apa yang dapat mereka peroleh dari proses itu.

Pemahaman mereka harus difokuskan pada keterkaitan antara proses dengan isu-isu

yang penting bagi guru pada umumnya, sehingga relevansi proses perencanaan dan

kebutuhan sekolah dapat disampaikan dengan jelas. Penjelasan serupa juga harus

dilakukan kepada semua mitra kerja yang ada di lingkungan sekolah agar proses

perencanaan pengembangan sekolah memperoleh dukungan dari mereka.

Kegiatan-kegiatan berikut merupakan cara-cara yang dapat membantu warga

sekolah untuk mempersiapkan partisipasinya dalam proses perencanaan pengembang-

an sekolah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 46

Page 47: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

a. Membaca berbagai panduan, buku-buku pegangan dan laporan-laporan hasil

penelitian mengenai perencanaan pengembangan sekolah.

b. Mencari saran-saran, masukan dan dukungan dari lembaga-lembaga yang

peduli terhadap pendidikan yang ada di sekitar sekolah.

c. Menghadiri seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan yang relevan dengan

perencanaan pengembangan sekolah.

d. Menghubungi sekolah-sekolah lain yang dipandang lebih maju di bidang

perencanaan pengembangan sekolah untuk menggali dan belajar dari

pengalaman yang mereka miliki.

e. Mengundang pembicara dari luar untuk menyajikan paparan tentang

perencanaan pengembangan sekolah di hadapan guru, pengelola sekolah,

komite sekolah, dan orang tua, baik secara bersama-sama atau terpisah.

f. Mengundang tokoh-tokoh kunci di lingkungan sekolah untuk memaparkan

pentingnya perencanaan pengembangan sekolah dan mendorong partisipasi

semua pihak.

g. Memanfaatkan fasilitator dari luar untuk membantu memulai dan mengimple-

mentasikan perencanaan pengembangan sekolah.

Keluaran yang dicapai dari tahap pemulaan meliputi:

a. Telah dibuatnya keputusan untuk mengawali (mengintroduksi) perencanaan

pengembangan sekolah.

b. Semua guru memiliki pemahaman yang benar mengenai perencanaan

pengembangan sekolah dan memiliki komitmen terhadap proses itu.

c. Semua mitra sekolah telah diberi penjelasan pada tahap awal proses tersebut.

d. Terpilihnya fasilitator untuk membantu melaksanakan proses tersebut.

2. Tahap Pembiasaan (Familirialisation)

Pada tahap pembiasaan—biasanya merupakan langkah pertama dari siklus

perencanaan pengembangan sekolah secara utuh—masyarakat sekolah berada dalam

proses belajar dari pengalaman bagaimana melaksanakan proses perencanaan tersebut.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tumbuh berdasarkan pengalaman dan

struktur kolaborasi yang berkembang. Hasil dari tahapan ini adalah

terkonsolidasikannya dan menguatnya komitmen terhadap proses perencanaan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 47

Page 48: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Selama berlangsungnya tahap ini, fasilitator yang terampil, koordinasi yang

cermat, dan dukungan yang cukup dan berkelanjutan, termasuk di dalamnya pelatihan

dalam jabatan, akan sangat membantu keberhasilan proses perencanaan. Perhatian

khusus harus diberikan agar timbul penguatan yang positif di kalangan guru.

3. Penyatuan (Embedding)

Tahap penyatuan terjadi ketika perencanaan pengembangan telah menjadi bagian

dari cara-cara yang biasa dilakukan sekolah dalam melaksanakan segala sesuatu.

Tatanan manajemen sekolah telah berkembang menjadi pendukung yang baik terhadap

pengembangan maupun pemeliharaan sekolah yang bersangkutan, dan menjadi bagian

dari pola prilaku yang berterima (acceptable) bagi semua pihak. Terdapat begitu luas

ragam penggunaan rencana implementasi program pengembanganan oleh guru. Dalam

hal ini rencana pengembangan sekolah harus berfungsi sebagai kerangka acuan bagi

perencanaan-perencanaan yang terkoordinasi yang dilakukan oleh guru secara

individual, unit-unit yang ada sekolah, tim-tim lintas kurikulum, dan dampaknya akan

tampak pada praktik-praktik pembelajaran dalam kelas. Seluruh proses tersebut pada

saat itu telah menjadi “cara kita melakukan segala sesuatu di sekolah ini” atau "the

way we do things around here."

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 48

Page 49: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

6. KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

A. Pengertian Manajemen Keuangan

Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar, efektif dan

efisien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang

baik. Keuangan di sekolah merupakan bagian yang amat penting karena setiap

kegiatan butuh uang. Keuangan juga perlu diatur sebaik-baiknya. Untuk itu perlu

manajemen keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen

pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau

pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan

menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana (Lipham, 1985; Keith,

1991), pelaporan, pemeriksaan dan pertanggung jawaban. Di dalam manajemen

keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas terdiri dari perencanaan program

sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan

program, pengesahan dan penggunaan anggaran sekolah. Manajemen keuangan dapat

diartikan sebagai tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi

pencatatan , perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan

(Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2000). Dengan demikian manajemen keuangan sekolah

merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,

pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.

B. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah

Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan

sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan,

dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan

efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah

2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.

3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 49

Page 50: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai

dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara

benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

C. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-

undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan

berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas

masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan

efisiensi.

1. Transparansi

Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti

adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang

manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen

keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,

rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa

memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi

keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua,

masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di

sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik

antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan

informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan

memadai.

Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan

orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS)

bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha

sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah

mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima

sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan

informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 50

Page 51: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas

performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi

tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan

uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku

maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab.

Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah.

Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1)

adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan

mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah , (2) adanya standar

kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan

wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif

dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang

murah dan pelayanan yang cepat

3. Efektivitas

Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya

efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil

yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by

qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes.

Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang

dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka

mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

4. Efisiensi

Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency

”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan

yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran(out put) atau antara daya dan hasil.

Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut

dapat dilihat dari dua hal:

a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 51

Page 52: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang

sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.

Ragam efisiensi dapat dijelaskan melalui hubungan antara penggunaan waktu,

tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar.6 berikut ini:

D

C

B

A

Hasil Tertentu

Banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya

Penggunaan waktu, tenaga, dan biaya lebih sedikit

Paling sedikit menggunakan waktu, tenaga, dan biaya

Gambar. 6 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya dan Hasil

yang Diharapkan

Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan hasil D yang paling

efisien, sedangkan penggunaan daya A dan hasil D menunjukkan paling tidak

efisien.

b. Dilihat dari segi hasil

Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan

biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun

kualitasnya. Ragam efisiensi tersebut dapat dilihat dari Gambar 7 berikut ini:

Gambar. 7 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya tertentu dan Ragam

Hasil yang Diperoleh

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 52

A

D

C

B Hasil terkecil

Hasil besar

Penggunaan waktu, biaya, dan tenaga tertentu

Hasil sedang

Page 53: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil B

paling tidak efisien. Sedangkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil D

paling efisien.

Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya

pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan sumber

daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 53

Page 54: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

7. PERENCANAAN DAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN SEKOLAH

A. Proses Perencanaan Keuangan Sekolah

Secara umum proses manajemen keuangan sekolah meliputi: perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggung-jawaban. Perencanaan

merupakan langkah awal dalam proses manajemen keuangan. Perencanaan adalah

suatu proses yang rasional dan sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan

yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian

tersebut mengandung unsur-unsur bahwa di dalam perencanaan ada proses, ada

kegiatan yang rasional dan sistematis serta adanya tujuan yang akan dicapai.

Perencanaan sebagai proses, artinya suatu kejadian membutuhkan waktu, tidak dapat

terjadi secara mendadak. Perencanaan sebagai kegiatan rasional, artinya melalui proses

pemikiran yang didasarkan pada data yang riil dan analisis yang logis, yang dapat

dipertanggungjawabkan, dan tidak didasarkan pada ramalan yang intuitif. Perencanaan

sebagai kegiatan yang sistematis, berarti perencanaan meliputi tahap-tahap kegiatan.

Kegiatan yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya. Tahapan kegiatan tersebut

dapat dijadikan panduan sehingga penyimpangan dapat segera diketahui dan diatasi.

Sedangkan tujuan perencanaan itu sendiri arahnya agar kegiatan yang dilaksanakan

tidak menyimpang dari arah yang ditentukan. Yang perlu diperhatikan di dalam

perencanaan keuangan sekolah antara lain menganalisis program kegiatan dan

prioritasnya, menganalisis dana yang ada dan yang mungkin bisa diadakan dari

berbagai sumber pendapatan dan dari berbagai kegiatan.

Perencanaan keuangan sekolah disesuaikan dengan rencana pengembangan

sekolah secara keseluruhan, baik pengembangan jangka pendek maupun jangka

panjang. Pengembangan jangka pendek berupa pengembangan satu tahunan.

Pengembangan jangka panjang berupa pengembangan lima tahunan, sepuluh tahunan,

bahkan dua puluh lima tahunan. Berdasarkan rencana pengembangan sekolah, baik

jangka pendek maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan keuangan sekolah

baik perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

Kalau dianalisis pembuatan perencanaan keuangan, Garner( 2004) merumuskan

sikuensi perencanaan keuangan yang strategis sebagai berikut: 1) misi (mission), 2)

tujuan jangka panjang (goals), 3) tujuan jangka pendek (objectives), 4) program,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 54

Page 55: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

layanan, aktivitas (programs, services, activities), tujuan jangka panjang, tujuan jangka

pendek berdasarkan kondisi riil unit sekolah (site-based unit goals & objectives), 5)

target: baik outcomes maupun outputs, 6) anggaran (budget), dan 7) perencanaan

keuangan yang strategis (strategic financial plan). Selanjutnya proses penyiapan

perencanaan keuangan yang strategis dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini:

Misi, tujuan jangka panjang dan jangka pendek

perencanaan keuangan yang Strategis berdasarkan kondisi riil unit sekolah

tujuan jangka panjang, pendek dan target berdasarkan kondisi riil unit sekolah

perencanaan keuangan yang Strategis

Gambar 8. Perencanaan Keuangan yang Strategis

Siklus tersebut menunjukkan bahwa pembuatan rencana strategis memerlukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Misi, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek perlu dirumuskan

pimpinan sekolah

2. Tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, dan target yang ingin dicapai

berdasarkan kondisi riil sekolah perlu dipahami oleh seluruh warga sekolah.

3. Berdasarkan kondisi riil sekolah, maka dirumuskan perencanaan keuangan

yang strategis.

4. Perencanaan keuangan strategis sudah dirumuskan, menjadi bahan masukan

pada pengembangan misi dan tujuan sekolah pada periode berikutnya.

Proses perumusan perencanaan keuangan yang strategis, memerlukan kajian

secara cermat tentang evaluasi diri lembaga pendidikan yang bersangkutan, visi, misi,

tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek lembaga pendidikan. Kemudian

ditetapkan program kegiatan dan berbagai layanan yang dilaksanakan lembaga

pendidikan yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan pendek serta target yang

akan dicapai baik output maupun outcomes-nya, dan disusunlah anggaran sehingga

jadilah perencanaan keuangan yang strategis sesuai dengan kondisi sekolah.

Visi sekolah menjadi pedoman dalam pengembangan program sekolah. Visi

adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah, pandangan jauh kedepan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 55

Page 56: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

kemana sekolah akan dibawa. Visi sekolah digunakan untuk memandu perumusan misi

sekolah dan perumusan tujuan sekolah. Contoh rumusan visi sekolah, yaitu

terwujudnya siswa yang berkualitas dan lulusan yang unggul sehingga mampu

bersaing di tingkat daerah, nasional dan internasional.

Bertolak dari rumusan visi sekolah selanjutnya dirumuskan misi sekolah. Misi

merupakan kegiatan yang harus diemban untuk menjawab pencapaian visi yang

ditetapkan. Contoh perumusan misi sekolah, yaitu terlaksananya kegiatan belajar

mengajar yang kondusif dalam lingkungan sekolah yang aman, tertib, disiplin, bersih

yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai ; terciptanya hubungan yang

harmonis antar personil di sekolah. Selanjutnya rumusan tujuan jangka panjang dan

jangka pendek dan target pencapaiannya diselaraskan dengan visi dan misi sekolah.

Disamping memperhatikan program pengembangan sekolah, perencanaan

keuangan sekolah juga mengacu pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara

keseluruhan. Kepmendiknas Nomor 056/U/2001 menyebutkan penyelenggaraan

pendidikan di sekolah meliputi (1) pelayanan yang bersifat teknis edukatif untuk

proses belajar mengajar baik teori maupun praktek untuk seluruh mata pelajaran dan

penilaian hasil belajar; (2) pelayanan yang bersifat penunjang untuk operasionalisasi

ruang belajar dan kegiatan ekstra kurikuler; (3) pengadaan dan perawatan buku

pelajaran, peralatan pendidikan, alat pelajaran, peralatan laboratorium, perpustakaan

dan peralatan praktik keterampilan serta bahan praktik laboratorium dan keterampilan;

(4) pengadaan dan perawatan sarana kegiatan penunjang seperti sarana administrasi,

gedung sekolah, ruang kelas, fasilitas sekolah dan lingkungan; (5) penyediaan daya

dan jasa seperti listrik, telepon, gas dan air; (6) perjalanan dinas kepala sekolah dan

guru; (7) pelayanan kemasyarakatan, pemberdayaan Komite Sekolah, kegiatan sosial;

(8) penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru; (9) pelayanan habis pakai

untuk keperluan sekolah seperti surat kabar; (10) penyediaan gaji guru dan non-guru,

tunjangan, honorarium, lembur, transportasi, insentif dan lainnya yang menunjang

pendidikan. Berdasarkan komponen penyelenggaraan pendidikan tersebut, tiap kepala

sekolah menentukan program prioritas yang perlu dilaksanakan dalam satu tahun

anggaran, kemudian dijadikan program kegiatan yang perlu mendapatkan dana.

Pada tahap perencanaan, analisis kebutuhan pengembangan sekolah dalam kurun

waktu tertentu menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan. Kebutuhan dalam satu

tahun anggaran, lima tahun, sepuluh tahun, bahkan dua puluh lima tahunan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 56

Page 57: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Perencanaan dibuat oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah dan pengurus komite

sekolah. Mereka mengadakan pertemuan untuk menentukan kebutuhan dan

menentukan kegiatan sekolah dalam waktu tertentu.

Berdasarkan analisis ini diperoleh banyak kegiatan yang perlu dilakukan sekolah

dalam satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun. Untuk

itu perlu diurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari yang paling penting sampai

kegiatan pendukung yang mungkin bisa ditunda pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan

tersedianya waktu, keberadaan tenaga dan jumlah dana yang tersedia atau yang bisa

diupayakan ketersediaannya. Analisis sumber-sumber dana dan jumlah nominal yang

mungkin diperoleh, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan hasil analisis

yang dilakukan. Perpaduan analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu

pelaksaannya ini seringkali menghasilkan apa yang dinamakan Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS

sebagaimana diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan hendaknya

memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja

satu tahun;

RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai

sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah

kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya

dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian RAPBS berisi tentang ragam sumber

pendapatan dan jumlah nominalnya baik rutin maupun pembangunan, ragam

pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam satu tahun anggaran.

Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran antara lain:

1. Asas kecermatan

Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar

dari kekeliruan dalam penghitungan.

2. Asas Terinci

Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja

yang jelas serta dapat membantu unsur pengawasan.

3. Asas Keseluruhan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 57

Page 58: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu

organisasi secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir tahun anggaran.

4. Asas Keterbukaan

Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait

dengan sumber pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang tertuang

dalam penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya.

5. Asas Periodik

Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.

6. Asas Pembebanan.

Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu

diperhatikan. Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan kepada anggaran

ataupun suatu penerimaan menguntungkan anggaran perlu diperhitungkan

secara baik.

Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah sebaiknya membentuk tim yang

terdiri dari dewan guru dan pengurus komite sekolah. Setelah tim dan Kepala Sekolah

menyelesaikan tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja sekolah, Kepala

Sekolah menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengurus komite sekolah ini akan

diperoleh rencana yang mantap, dan secara moral semua guru, kepala sekolah dan

pengurus komite sekolah merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana

tersebut.

Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai

berikut:

Gambar. 9 Proses Penyusunan RAPBS

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 58

Kepala sekolah mempelajari visi, misi, program utama sekolah yang telah ada

Kepala sekolah bersama guru dan Pengurus Komite Sekolah membahas draft dan menetapkan RAPBS

Kepala sekolah mengundang guru dan Pengurus Komite Sekolah untuk menyusun draft RAPBS

RAPBS sudah siap dilaksanakan

Page 59: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu diperhatikan yaitu unit

cost (satuan biaya) dan volume kegiatan. Setiap program dan penganggarannya perlu

memperhatikan kedua hal tersebut. Misalnya untuk anggaran rutin, SBP (Sumbangan

Biaya Pendidikan), BKM(Bantuan Khusus Murid), jenis kegiatan dan satuan biayanya

sudah ditentukan. Kepala Sekolah bersama guru dan pihak lain yang terlibat langsung

misalnya komite sekolah diharapkan menyusun prioritas penggunaan dana per-mata

anggaran secara cermat.

Secara rinci langkah penyusunan RAPBS, yaitu:

1. Inventarisasi kegiatan untuk tahun yang akan datang, baik kegiatan rutin

maupun kegiatan pembangunan/pengembangan berdasarkan evaluasi

pelaksanaan kegiatan pada tahun sebelumnya, analisis kebutuhan tahun

berikutnya, dan masukan dari seluruh warga sekolah maupun Komite

Sekolah.

2. Inventarisasi sumber pembiayaan baik dari rutin maupun pengembangan.

3. Penyusunan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) yang lengkap berdasarkan

Langkah poin (1) dan (2). Kepala Sekolah membuat tabel RKS yang terdiri

dari kolom-kolom nomor urut, uraian kegiatan, sasaran, kolom-kolom

perincian dana dari berbagai sumber, dan kolom jumlah. Tabel tersebut diisi

sesuai kolom yang ada.

4. Penyusunan RAPBS. Kepala Sekolah membuat tabel RAPBS yang terdiri dari

kolom-kolom, yaitu kolom rencana penerimaan dan jumlahnya, kolom

rencana pengeluaran dan jumlahnya. Tabel tersebut diisi kemudian

ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah dan diketahui

oleh Kepala Dinas Pendidikan setempat.

B. Sumber-Sumber Pendapatan Sekolah

Kebutuhan dana untuk kegiatan operasinal secara rutin dan pengembangan

program sekolah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola lembaga

pendidikan. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan sekolah semakin banyak dana

yang dibutuhkan. Untuk itu kreativitas setiap pengelola sekolah dalam menggali dana

dari berbagai sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan program sekolah

baik rutin maupun pengembangan di lembaga yang bersangkutan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 59

Page 60: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan

menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat.

Berdasarkan tuntutan kebutuhan di sekolah tersebut utamanya kebutuhan

pengembangan pembelajaran yang sangat membutuhkan biaya yang relatif banyak,

maka sumber pendapatan diupayakan dari berbagai pihak agar membantu

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, disamping sekolah perlu melakukan usaha

mandiri yang bisa menghasilkan dana. Hal ini akan terwujud apabila menajemen

sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di samping kreativitas sekolah juga

menjadi andalan utama. Berbagai perkembangan yang ada di abad 21, (Garner, 2004)

mengungkapkan adanya pengaruh langsung maupun tidak langsung dalam

meningkatkan perolehan keuangan sekolah, yaitu

Praktek pembukuan yang sesuai dengan akuntansi (accounting), sekolah yang memiliki piagam (charter schools), daya tarik sekolah (magnet school), privatisasi sekolah (the privatization of school), vouchers, sistem yang terbuka dalam mengelola sekolah (open systems), dan manajemen berdasarkan kondisi riil sekolah (site-based management).

Untuk itu sekolah perlu memenuhi poin-poin tersebut agar perolehan dana bisa

lebih ditingkatkan. Hal ini terjadi karena masyarakat sangat mempercayai keunggulan

sehingga mereka merasa respek terhadap lembaga pendidikan.

Sumber-sumber pendapatan sekolah bisa berasal dari pemerintah, usaha

mandiri sekolah , orang tua siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain seperti hibah

yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yayasan

penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta, serta masyarakat luas.

Berikut ini disajikan rincian masing-masing sumber pendapatan sekolah.

Sumber keuangan dari pemerintah bisa berasal dari pemerintah pusat,

pemerintah kabupaten/ kota. Sumber keuangan pendidikan yang berasal dari

pemerintah pusat dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), sedangkan yang berasal dari pemerintah kabupaten dan kota dialokasikan

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selanjutnya melalui

kebijakan pemerintah yang ada, di tahun 2007 di dalam pengelolaan keuangan dikenal

sumber anggaran yang disebut Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA

meliputi Administrasi Umum, yaitu alokasi dari Pemerintah yang bersumber APBN

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 60

Page 61: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

penerimaan dari pajak , dan Penerimaan Negara Bukan Pajak(PNBP) yang bersumber

dari dana masyarakat

Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri sekolah yang bisa

menghasilkan pendapatan sekolah antara lain : (1) pengelolaan kantin sekolah, (2)

pengelolaan koperasi sekolah, (3) pengelolaan wartel, (4) pengelolaan jasa antar

jemput siswa, (5) panen kebun sekolah, (6) kegiatan yang menarik sehingga ada

sponsor yang memberi dana, (7) kegiatan seminar/ pelatihan/ lokakarya dengan dana

dari peserta yang bisa disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah, (8) penyelenggaraan

lomba kesenian dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang sebagian dana bisa

disisihkan untuk sekolah.

Pengelolaan kantin sekolah memiliki manfaat tersedianya makanan dan

minuman yang sehat dan bergizi, harganya yang terjangkau oleh warga sekolah, juga

memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah. Hasil penjualan atau sewa

tempat penjualan dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima pihak

sekolah.

Pengelolaan kantin sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tempat kantin strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga sekolah

untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau oleh pengelola sekolah.

2. Bangunan kantin didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga

menyenangkan pengunjungnya.

3. Menu makanan dan minuman bervariasi sesuai selera pembeli dan

berkualitas baik, namun harganya diusahakan yang semurah mungkin.

4. Keuangan kantin atau hasil pengelolaan kantin dikelola secara transparan.

Selain pengelolaan kantin sekolah, usaha yang bisa dilakukan sekolah untuk

menambah pendapatan sekolah yaitu pengelolaan koperasi sekolah. Adanya koperasi

sekolah disamping memiliki manfaat tersedianya kebutuhan pokok dengan harga yang

terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi

sekolah. Terkait dengan kebutuhan siswa, usaha koperasi bisa berupa toko yang

menyediakan seragam sekolah, buku tulis dan cetak, alat tulis dan kebutuhan belajar

lainnya. Terkait dengan kebutuhan guru, koperasi bisa menyediakan seragam guru, alat

tulis dan kebutuhan rumah tangga misalnya penyediaan sembako dan kebutuhan

lainnya. Selain toko yang menyediakan kebutuhan guru, koperasi bisa mengelola usaha

simpan pinjam dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga di bank

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 61

Page 62: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

agar guru dan pegawai sekolah tertarik serta merasa diuntungkan oleh adanya koperasi

di sekolah. Usaha kavling tanah dan perumahan juga bisa diusahakan oleh sekolah

kalau memang sekolah mampu melakukannya. Tentu saja pengurus koperasi harus

bekerja sma dengan perbankan agar diperoleh modal yang sesuai kebutuhan.

Pengelolaan koperasi sekolah yang efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Tempat koperasi strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga

sekolah untuk mengunjunginya, serta dapat terpantau oleh pengelola sekolah.

2. Bangunan koperasi didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga

menyenangkan pengunjungnya.

3. Ragam barang yang dijual di koperasi bervariasi sesuai kebutuhan pembeli

dan berkualitas baik, namun harganya diusahakan yang semurah mungkin.

4. Keuangan koperasi atau hasil pengelolaan koperasi dikelola secara

transparan dan sesuai dengan standar pembukuan koperasi. Hasil usaha

koperasi dikumpulkan sehingga menjadi sumber rutin yang diterima pihak

sekolah.

Pengelolaan wartel yang tepat juga bisa merupakan pemasukan pendapatan

rutin bagi sekolah. Dalam hal ini perlu ditunjuk petugas yang mampu mengelola

kegiatan secara tertib, teliti dan memiliki tingkat kejujuran yang tinggi.

Pengelolaan jasa antar jemput bagi siswa, barangkali bisa dilakukan bagi

sekolah yang lokasinya jauh dari jalur transportasi umum, meskipun usia anak

SMA/SMK mungkin kurang berminat menggunakannya. Tetapi tidak ada salahnya

kalau pihak sekolah menjajagi kemungkinan banyak siswa yang berminat

menggunakannya.

Sekolah yang masih memiliki lahan luas bisa mengelola lahannya dengan

menanam tumbuhan yang hasilnya bisa dijual dan bisa menjadi pemasukan pendapatan

bagi sekolah. Tentunya sekolah perlu bekerja sama dengan penggarap tanah di sekitar

sekolah, agar semua kegiatan berjalan lancar

Sekolah bisa menyelenggarakan kegiatan yang menarik warga di dalam sekolah

dan perusahaan di sekitar sekolah, sehingga ada sponsor yang memberi dana ke

sekolah. Kegiatan ini bisa berupa gerak jalan sehat, pertandingan sepak bola antar

sekolah atau kegiatan yang sejenis. Apabila ada dana yang masuk, sekolah bisa

menyisihkan sebagian untuk sekolah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 62

Page 63: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Kegiatan seminar, pelatihan, lokakarya dengan dana dari peserta yang bisa

disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah. Penyelenggaraan kegiatan ini tentunya

harus dipilih tema yang hangat, perkembangan terkini sehingga menantang peserta

mengikutinya. Apabila ada dana yang masuk, sekolah bisa menyisihkan sebagian

untuk sekolah.

Penyelenggaraan gelar dan lomba kesenian antar sekolah dengan biaya dari

peserta atau perusahaan yang berminat membantunya. Sebagian dana bisa disisihkan

untuk sekolah.

Selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada sumber pembiayaan alternatif

yang berasal dari proyek pemerintah baik yang bersifat block grant maupun yang

bersifat matching grant(imbal swadaya). Di tahun anggaran 1997 sampai dengan 2003,

sumber alternatif itu dikucurkan oleh Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu

Pendidikan melalui mekanisme block grant maupun yang bersifat matching grant.

Terdapat 13 kegiatan Proyek di sekolah yang dapat didanai dengan sumber anggaran

tersebut ( Imron, 2004).

Sumber dana yang berasal dari orang tua siswa dapat berupa sumbangan

fasilitas belajar siswa, sumbangan pembangunan gedung, iuran BP3, dan SPP. Selain

itu bisa juga sekolah mengembangkan penggalian dana dalam bentuk:

1. Amal jariyah

2. Zakat mal

3. Uang tasyakkuran

4. Amal Jumat

Sumber dana dari dunia usaha dan industri dilakukan melalui kerja sama dalam

berbagai kegiatan, baik bantuan berupa uang maupun berupa bantuan fasilitas sekolah.

Sumber dana dari masyarakat demikian juga bisa berupa uang maupun berupa bantuan

fasilitas sekolah.

Untuk memperoleh dana dari berbagai pihak utamanya dari dana hibah atau

block grant, kepala sekolah perlu menyusun proposal yang menggambarkan kebutuhan

pengembangan program sekolah. Komponen proposal dapat disusun sebagai berikut:

rumusan visi, misi, dan tujuan sekolah, identifikasi tantangan nyata yang dihadapi

sekolah, sasaran, identifikasi fungsi-fungsi sasaran, analisis SWOT, alternatif langkah-

langkah pemecahan persoalan, rencana dan Program Peningkatan mutu, anggaran dan

rincian penggunaannya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 63

Page 64: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

C. Masalah-Masalah Terkait dengan Penyusunan RAPBS

Salah satu implikasi dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sebagaimana

diamanatkan dalam perundang-undangan sistem pendidikan adalah diharuskannya

pimpinan sekolah (terutama Kepala Sekolah) untuk mengemban tanggung jawab yang

lebih besar dalam proses pengembangan RAPBS. Oleh karena itu disarankan agar

pimpinan itu menyadari berbagai masalah yang harus mereka hadapi untuk

melaksanakan tanggung jawab yang besar itu. Berikut ini diuraikan beberapa masalah

yang sering muncul dalam proses penyusunan RAPBS.

1. Anggaran diusulkan didasarkan uang yang tersedia dan tidak didukung

pengetahuan yang memadai

Sekolah yang melibatkan guru atau pihak lain dalam penyusunan anggaran

kadang-kadang mendapati usulan anggaran dari orang-orang yang tidak benar-benar

membutuhkan apa yang mereka minta atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai barang-barang itu atau bagaimana mereka akan menggunakannya. Banyak

guru, misalnya, mengusulkan produk-produk baru komputer yang mereka ketahui

hanya melalui cerita dari mulut ke mulut bahwa produk itu efektif membantu kegiatan

belajar siswa.

Untuk mencegah masalah ini disarankan agar kepala sekolah meminta semua

pihak yang mengajukan anggaran untuk membuat alasan-alasan tertulis pada setiap

butir usulan, bagaimana akan digunakan, dan sejauh mana calon pengguna itu telah

memahami pengetahuan yang diperlukan untuk memanfaatkan barang yang diusulkan

itu atau pengetahuan atau keterampilan apa yang ia perlukan agar dapat

memanfaatkannya dengan baik. Selain itu pengusul juga perlu diminta menunjukkan

apakah usulannya tersebut benar-benar dibutuhkan atau bersifat esensial.

2. Kurang lengkapnya penjelasan tentang pentingnya usulan anggaran untuk

meningkatkan belajar siswa

Usulan anggaran dapat dimaksudkan untuk penggantian atau penambahan

barang yang dimiliki. Masalah yang sering muncul berkaitan dengan ini adalah bahwa

ketidakjelasan keterkaitan antara item-item yang diusulkan itu dengan peningkatan

kegiatan beajar siswa dan bagaimana peningkatan itu akan diukur. Untuk mencegah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 64

Page 65: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

hal ini kepala sekolah perlu meminta para pengusul untuk memberikan alasan-alasan

yang kuat bagaimana barang-barang yang diusulkan akan membantu meningkatkan

belajar siswa dan bagaimana peningkatan belajar itu akan diukur.

3. Penurunan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun

Kebijakan wakil rakyat, kondisi perekonomian, pergantian pemimpin politik

(bupati, wali kota, gubernur) di daerah atau program-program kemasyarakatan lain

sering berdampak pada pengurangan anggaran pendidikan yang disediakan oleh

pemerintah. Selain beberapa kondisi eksternal itu, penurunan anggaran juga sering

terjadi karena faktor internal sekolah. Penurunan jumlah siswa merupakan kondisi

internal yang paling dominan penurunan anggaran sekolah. Kemungkinan terjadinya

pengurangan semacam ini sangat beragam antara daerah yang satu dengan daerah yang

lain. Namun demikian tidak ada satu daerahpun yang dapat menjamin terbebas dari

hal itu.

Apabila terjadi, penurunan anggaran semacam itu bukan merupakan persoalan yang sederhana. Pengurangan itu dapat berakibat pada modifikasi atau eliminasi program, pengurangan staf, penundaan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas, yang dapat berdampak pada timbulnya frustrasi, kekecewaan dan penurunan moral kerja. Meskipun tidak semua dampak pengurangan anggaran itu dapat dihindarkan, namun akibatnya dapat diminimalkan apabila pendekatan panganggaran yang digunakan rasional dan adil. Salah satu pendekatan yang tampaknya dapat membantu mengatasi dampak tersebut adalah pendekatan yang disebut “zero-base budgeting” atau penganggaran tanpa pertumbuhan yang dikenal dengan ZBB (Gorton dan Schneider, 1991).

ZBB berusaha untuk menghindarkan penganggaran yang tidak menentu, dalam

mana anggaran yang ada tidak dipersoalkan dan perhatian difokuskan hanya pada

anggaran yang baru atau anggaran tambahan yang akan diberikan. Selain itu, ZBB juga

mempertimbangkan keseluruhan anggaran dan memerlukan perbandingan antar semua

bidang anggaran. Mundt, Olsen, dan Steinberg (dalam Gorton dan Schneider,

1991:163) mendefinisikan ZBB sebagai

“a process in which ‘decision packages’ are prepared to describe the funding of existing and new programs at alternative service levels, both lower and higher than current level, and funds are allocated to program based on rankings of these alternatives”

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 65

Page 66: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Dengan kata lain, dalam penerapan ZBB, sekolah harus melakukan justifikasi

yang ketat terhadap setiap butir anggaran yang diusulkan setiap tahun. Justifikasi itu

harus mencakup rasional, tujuan dan sasaran, kriteria evaluasi, dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi level-level alternatif layanan pada masing-masing program. Langkah-

langkah umum ZBB meliputi:

a. Identifikasi unit-unit pengambilan keputusan (dibatasi pada program-program

yang membutuhkan sumber daya).

b. Analisis paket-paket keputusan (dokumen yang memaparkan tujuan, kegiatan,

sumber daya dan anggaran masing-masing keputusan).

c. Membuat peringkat paket keputusan.

d. Pengalokasian anggaran.

e. Penyiapan anggaran resmi.

Selain langkah-langkah di atas, Hudson dan Steinberg (dalam Gorton dan

Schneider, 1991) menyarankan biang-bidang sebagai berikut sebagai pertimbangan

dalam penentuan prioritas.

a. Budget Pad. Pada anggaran yang baik biasanya terdapat marjin pengaman. Jika kondisi memaksa dilakukan pengurangan anggaran, pada alokasi ini yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan penghematan.

b. Pengurangan jumlah kelas. Apabila penurunan jumlah siswa terjadi pada kelas tertentu atau, di SMK, pada program keahlian tertentu hingga mencapai angka kurang dari batas minimal, pelajaran-pelajaran yang bersifat duplikasi dapat dikurangi tanpa mengurangi kualitas atau standar yang ditetapkan dalam KTSP.

c. Fungsi-fungsi layanan non-pembelajaran. Karena terjadi pengurangan anggaran, perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap kegiatan-kegiatan non-pembelajaran seperti pemeliharan, transportasi, premi asuransi, prosedur pengadaan yang lebih efisien, tanpa mengurangi program pembelajaran.

d. Rencana bidang prasarana. Jika anggaran tepaksa harus dikurangi, perlu dilakukan peninjauan kembali rencana-rencana renovasi atau pembangunan gedung atau pengadaan prasarana lainnya.

e. Layanan pendukung pembelajaran. Penurunan jumlah siswa dapat berdampak pada menurunnya kebutuhan bahan, staf layanan khusus seperti bimbingan konseling, media pembelajaran, dan kegiatan administrasi. Oleh karena itu dipertimbangkan pengurangan pada kebutuhan-kebutuhan itu tanpa mengurangi standar kualitas.

f. Program pembelajaran. Pengurangan program ini dapat dilakukan hanya jika pengurangan anggaran tidak teratasi dengan semua usaha yang disebutkan di atas.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 66

Page 67: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

4. Kurangnya kemampuan dalam mengevaluasi usulan anggaran

Kepala sekolah biasanya seorang generalis yang bekerja bersama sekelompok

guru yang merupakan para spesialis mata pelajaran tertentu. Kepala sekolah ada

kalanya juga memiliki spesialisasi di bidang-bidang tertentu. Akan tetapi kecil

kemungkinannya seorang kepala sekolah mampu menguasai dengan baik semua

bidang dalam program pendidikan. Konsekuensinya, selama penyusunan RAPBS,

kepala sekolah sering menerima usulan anggaran pada bidang-bidang yang ia hanya

memiliki pengetahuan yang sangat terbatas.

Untuk mengurangi dampak negatif dari keterbatasan tersebut, kepala sekolah

dapat melakukan satu atau lebih dari alternatif-alternatif berikut. Pertama, kepala

sekolah dapat meminta guru yang memiliki keahlian yang cukup untuk membantu

melakukan justifikasi usulan yang kepala skeolah tidak memiliki cukup pengetahuan.

Dampak negatif dari alternatif ini adalah kepala sekolah dapat dipandang hanya

sebagai tukang stempel atas usulan anggaran yang dibuat guru.

Alternatif kedua adalah kepala sekolah berusaha meningkatkan

pengetahuannya tentang hal-hal yang ia belum tahu. Meskipun cara ini fisibel dan

harus diusahakan semaksimal mungkin oleh kepala sekolah sebagai bagian dari

tanggung jawab yang diembannya, meskipun cara itu tetap tidak akan mampu

menjawab semua masalah di atas.

Alternatif ketiga adalah memanfaatkan jasa konsultansi dari orang-orang yang

ada di lingkungan sekolah yang dapat membantu kepala sekolah, seperti pengawas

mata pelajaran, atau ahli dari universitas untuk mengevaluasi usulan anggaran yang

bersifat khusus di atas. Dengan asumsi bahwa konsultan semacam itu dapat diperoleh,

kepala sekolah harus tetap hati-hati dalam memilih konsultan agar obyektivitas

penilaian usulan anggaran benar-benar terjamin.

5. Permintaan untuk membeli barang bermerk tertentu atau ancaman

sentralisasi anggaran

Banyak pihak yang mengusulkan anggaran menuntut merk-merk tertentu

karena mereka yakin bahwa merk itu memiliki kualitas dan kesesuaian yang tinggi

dengan kebutuhan mereka. Terkait dengan usulan semacam ini muncul karena hal itu

terlarang dalam proses pengadaan yang menggunakan anggaran pemerintah.

Pengadaan melalui tender melarang penyebutan merk tertentu atas barang atau jasa

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 67

Page 68: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

yang akan diadakan dengan maksud agar diperoleh harga terrendah dalam rangka

efisiensi penggunaan uang negara.

Untuk mengatasi hal itu, pengusul anggaran harus berusaha keras agar barang

yang diperoleh terjaga kualitas, keawetan, dan kebermanfaatanya dengan cara

menyebutkan secara rinci spesifikasi barang atau jasa yang diusulkan. Selain itu

keterlibatan para pengguna dalam penentuan usulan anggaran juga merupakan cara

yang dapat membantu mengatasi permasalahan merk tersebut. Keterlibatan pengguna

ini juga akan mendorong optimalisasi pemanfaatan ketika barang itu telah tersedia.

Selain itu, kecenderungan menggunakan barang dengan merk tertentu juga

dapat bermasalah ketika harus terjadi pergantian staf. Staf pengganti akan mengalami

kesulitan jika sebelumnya ia tidak pernah mengoperasikan barang dengan merk

tertentu itu.

6. Kurangnya pembinaan, komunikasi dan konsultasi dengan pihak-pihak

terkait

Oleh karena proses penyusunan RAPBS sangat rumit, maka diperlukan

pembinaan dan konsultasi yang intensif dari pihak terkait, misalnya Dinas Pendidikan

Kota/Kabupaten. Konsultansi semacam itu penting untuk semua aspek manajemen

sekolah, akan tetapi jauh lebih penting berkaitan dengan proses penganggaran. Namun

sayangnya, persoalan kurangnya pembinaan dan konsultasi ini paling sering dijumpai

di berbagai tempat.

Kurangnya konsultasi dan komunikasi tersebut dapat terjadi pada dua periode:

(a) tahap awal, dan (2) tahap setelah usulan anggaran dikirimkan ke pihak yang lebih

atas (Dinas Pendidikan atau Yayasan). Persoalan yang sering terjadi pada tahap awal

adalah kurangnya informasi yang diperoleh sekolah mengenai kebijakan anggaran

yang berlaku di suatu wilayah dimana sekolah berada. Kebijakan dimaksud dapat

mencakup jumlah dan alokasi anggaran, prosedur dan mekanisme perencanaan dan

pengusulan anggaran, dan parameter-parameter pengelolaan keuangan lainnya. Bahkan

sering dialami sampai dengan saat tahun pelajaran telah berlangsung, pihak sekolah

belum mendapatkan gambaran yang pasti mengenai informasi-informasi tersebut.

Sekolah juga sering menerima informasi yang penuh ketidak-pastian mengenai

kebijakan anggaran daerah atau pusat.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 68

Page 69: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Persoalan komunikasi sering juga terjadi saat usulan anggaran sekolah telah

diserahkan kepada pengambil keputusan di tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi mata

anggaran, pemangkasan alokasi anggaran, atau perubahan-perubahan lain sering

dilakukan oleh pengambil keputusan itu tanpa dikomunikasikan lebih dahulu dengan

sekolah.

Persolan rendahnya derajat komunikasi juga dapat terjadi karena kurangnya

inisiatif sekolah untuk berkonsultasi dengan pihak di atasnya. Selain itu berbagai

tekanan yang berasal dari pihak-pihak di luar Dinas Pendidikan, seperti Dewan

Pendidikan, Kepala Daerah, DPRD, dan pihak-pihak lain juga sering membuat pihak

Dinas Pendidikan terpaksa melakukan perubahan usulan anggaran sekolah tanpa

memiliki cukup waktu untuk membahasnya dengan sekolah pengusul. Satu-satunya

cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi persoalan komunikasi tersebut adalah

pihak sekolah harus selalu proaktif untuk mendapatkan informasi yang cukup

mengenai parameter-parameter penganggaran yang harus dijadikan pegangan dalam

proses penyusunan RAPBS dan juga terus memantau perkembangan proses penetapan

anggaran yang telah diserahkan kepada pengambil keputusan tersebut.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 69

Page 70: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

8. PELAKSANAAN PEMBELANJAAN DAN PEMBUKUAN KEUANGAN

SEKOLAH

A. Pembelanjaan Keuangan Sekolah

Pelaksanaan kegiatan pembelanjaan keuangan mengacu kepada perencanaan

yang telah ditetapkan. Mekanisme yang ditempuh di dalam pelaksanaan kegiatan harus

benar, efektif dan efisien. Pembukuan uang yang masuk dan keluar dilakukan secara

cermat dan transparan. Untuk itu tenaga yang melakukan pembukuan dipersyaratkan

menguasai teknis pembukuan yang benar sehingga hasilnya bisa tepat dan akurat.

Penggunaan anggaran memperhatikan asas umum pengeluaran negara, yaitu

manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama apabila uang tersebut

dipergunakan sendiri oleh masyarakat. Asas ini tercermin dalam prinsip-prinsip yang

dianut dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, seperti prinsip

efisien, pola hidup sederhana, dan sebagainya. Setiap melaksanakan kegiatan yang

memberatkan anggaran belanja, ada ikatan-ikatan yang berupa: pembatasan-

pembatasan, larangan-larangan, keharusan-keharusan dan prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan setiap petugas yang diberi wewenang dan kewajiban mengelola uang

negara.

Ketentuan yang berupa pembatasan dan larangan-larangan terdapat dalam

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara

antara lain: Undang-Undang Perbendaharaan Negara pasal 24, 28,30, yaitu

pengeluaran yang melampaui kredit anggaran atau tidak tersedia anggarannya, tidak

boleh terjadi. Kredit-kredit yang disediakan dalam anggaran tidak boleh ditambah baik

langsung maupun tidak langsung karena adanya keuntungan bagi negara. Barang-

barang milik negara berupa apapun tidak boleh diserahkan kepada mereka yang

mempunyai tagihan terhadap negara. Ketentuan-ketentuan tersebut pada hakikatnya

mengacu pada hal yang sama yaitu membatasi penggunaan anggaran oleh pemerintah

dalam jumlah seperti yang diterapkan tercantum dalam anggaran dan hanya untuk

kegiatan seperti yang dimaksud dalam kedit anggaran masing-masing (Widjanarko,

Sahertian, 1996/1997).

Di dalam bab IX pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan disebutkan standar pembiayaan meliputi:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 70

Page 71: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya

personal.

2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya

manusia, dan modal kerja tetap.

3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti

proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

melekat pada gaji,

b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri

berdasarkan usulan BSNP.

Penjabaran program di tingkat sekolah mengacu pada standar minimal yang

telah disebutkan di atas

Di tingkat nasional, alokasi anggaran pemerintah terdiri dari anggaran rutin dan

pembangunan. Sebagian besar anggaran rutin di Departemen Pendidikan Nasional

digunakan untuk membayar gaji guru dan pegawai. Hasil penelitian Dedi Supriyadi di

tahun 1998/1999 sampai dengan 2000/2001 yang ditulis di tahun 2004 menyebutkan

74-78% dari total anggaran RAPBS SMA Negeri digunakan untuk membayar gaji

guru dan pegawai , selebihnya untuk non-gaji terutama untuk membiayai kegiatan

belajar mengajar . Di SMK Negeri 78-80% dari total anggaran RAPBS digunakan

untuk membayar gaji guru dan pegawai , selebihnya untuk non-gaji terutama untuk

membiayai kegiatan belajar mengajar. Dibandingkan dengan SMA Negeri, proporsi

anggaran untuk SMK Negeri lebih tinggi yang disebabkan antara lain oleh lebih

banyaknya jumlah guru dan pegawai di SMK Negeri bila dibandingkan dengan di

SMA Negeri.

Kesimpulan yang bisa diambil dari temuan tersebut, sebagian besar anggaran

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 71

Page 72: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

yang ditetapkan di RAPBS, baik SMA Negeri maupun SMK Negeri terserap untuk

gaji guru dan karyawan di sekolah. Sedangkan sebagian kecil lainnya untuk

membiayai kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya.

Pelaksanaan pengeluaran anggaran di sekolah disesuaikan dengan sumbernya,

yaitu dana rutin, OPF, BP3 dan sebaginya. Contoh rincian penggunaan anggaran

tersebut diuraikan sebagai berikut:

Anggaran rutin digunakan untuk:

1. gaji dan tunjangan (M.a. 5110)

2. tunjangan beras (M.a. 5120)

3. uang lembur (M.a. 5150)

4. keperluan sehari-hari perkantoran (M.a. 5210)

5. inventaris kantor (M.a. 5220)

6. langganan daya dan jasa (M.a. 5230)

7. pemeliharaan gedung kantor (M.a. 5310)

8. lain-lain yang berupa pengadaan kertas dll (M.a. 5250)

9. lain-lain yang berupa pemeliharaan/ perbaikan ruang

kelas/gedung sekolah (M.a. 5350)

Anggaran OPF digunakan untuk:

1. kegiatan operasional pendidikan (misal pengadaan tinta , kertas, buku pegangan

guru, bahan praktek, pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler, pembelian buku

perpustakaan, pengadaan lemari buku, pengadaan alat praktek keterampilan).

2. Kegiatan perawatan (misal pemeliharaan mesin ketik, komputer, overhead

projector, mesin stensil).

Sedang untuk dana BP3 dan dana dari unit usaha sekolah dipergunakan untuk:

1. menunjang kegiatan rutin

2. pembangunan gedung

3. pembelian peralatan.

Apabila dirinci anggaran tersebut digunakan untuk:

1. Kegiatan peningkatan mutu pendidikan, antara lain peningkatan kemampuan

profesional, supervisi pendidikan, dan evaluasi.

2. Kegiatan ekstra-kurikuler, antara lain usaha kesehatan sekolah (UKS),

pramuka, olahraga, kreativitas seni.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 72

Page 73: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

3. Bahan pengajaran praktek, keterampilan, antara lain penambahan sarana

pengajaran, bahan praktek.

4. Kesejahteraan Kepala Sekolah, guru dan pegawai.

5. Pembelian peralatan kantor dan alat tulis kantor.

6. Pengembangan perpustakaan.

7. Pembangunan sarana fisik sekolah.

8. Biaya listrik, telepon, air dan surat menyurat.

9. Dana sosial seperti bantuan kesehatan, pakaian seragam.

10. Biaya pemeliharaan gedung, pagar dan pekarangan sekolah.

Selanjutnya melalui Kebijakan Pemerintah yang ada, di tahun 2007 dalam

pengelolaan keuangan dikenal sumber anggaran yang disebut Dana Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA). DIPA meliputi Administrasi Umum, penerimaan dari pajak, alokasi

dari pemerintah yang bersumber dari APBN,dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) yang bersumber dari dana masyarakat. Sumber dana DIPA digunakan untuk:

1. Belanja Pegawai, berupa:

- Pengelolaan Belanja Gaji dan Honorarium

2. Belanja Barang, berupa:

- Penyelenggaraan Operasional Perkantoran

- Perawatan Gedung Kantor

- Perawatan Sarana Prasarana Kantor

- Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan

- Penyusunan Program Kerja / Rencana Kerja

- Pengembangan Sistem Apresiasi Keuangan

- Penelitian dan Pengembangan Ilmu dan Teknologi

- Peningkatan tata Ketentuan dan SDM

3. Belanja Modal, berupa:

- Pembangunan gedung Pendidikan

- Pengelolaan Kendaraan

- Penyediaan Sarana Prasarana

- Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Unit Dasar

4. Belanja Bantuan Sosial

- Beasiswa

- Peningkatan SDM

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 73

Page 74: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Pengeluaran anggaran tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan jenis mata

anggaran keluaran (MAK) sebagai berikut:

1. Belanja Pegawai

MAK 511111 Belanja Gaji Pegawai

MAK 512311 Belanja Honorarium Pegawai

2. Belanja Barang

MAK 521111 Keperluan Sehari-Hari Perkantoran

MAK 521114 Belanja Barang ATK

MAK 522111 Langganan Daya dan Jasa

MAK 523111 Pemeliharaan Gedung Kantor

MAK 523121 Pemeliharaan Peralatan dan Mesin

MAK 524111 Biaya Perjalanan Dinas

3. Belanja Modal

MAK 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin

MAK 533111 Belanja Modal Gedung dan Bangunan

4. Belanja Sosial

MAK 571111 Belanja bantuan sosial, berupa Penyediaan Beasiswa dan

peningkatan Sumber Daya Manusia

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah, perlu pengelolaan

sumber daya terpadu antara sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta dana.

Ketiganya saling terkait satu sama lain. Dalam hal ini kepala sekolah dituntut untuk

mengatur keuangan sekolah dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada kegiatan yang

semestinya mendapat prioritas pendanaan tapi tidak memperoleh anggaran.

Selanjutnya Bendaharawan sekolah dalam mengelola keuangan hendaknya

memperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Hemat dan sesuai dengan kebutuhan

2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana

3. Tidak diperkenankan untuk kebutuhan yang tidak menunjang proses belajar

mengajar, seperti ucapan selamat, hadiah, pesta.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diterapkan manajemen yang tertib meliputi

tertib program, tertib anggaran, tertib administrasi, tertib pelaksanaan, dan tertib

pengendalian dan pengawasan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 74

Page 75: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

B. Penyelenggaraan Pembukuan Keuangan Sekolah yang Transparan

Transaksi penerimaan dan pengeluaran uang yang dilakukan oleh

bendaharawan sekolah senantiasa terjadi dari hari ke hari. Agar semuanya bisa lancar

maka setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan hendaknya dicatat dan

dibukukukan secara tertib sesuai dengan pedoman dan peraturan yang berlaku. Untuk

itu salah satu tugas dari bendaharawan sekolah adalah mengadakan pembukuan

keuangan sekolah.

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, orang atau badan yang menerima,

menyimpan, dan membawa uang atau surat-surat berharga milik negara diwajibkan

membuat catatan secara tertib dan teratur. Peraturan yang perlu dipahami dalam

pengelolaan keuangan antara lain:

Undang-undang Dasar RI Tahun 1945

1. Undang-undang

- Nomor 20 tahun 1997, tentang Penerima PNBP

- Nomor 17 tahun 2003, tentang Keuangan Negara

- Nomor 1 tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara

2. Peraturan Pemerintah

- Nomor 12 tahun 1997, tentang Jenis dan Penyetoran PNBP

- Nomor 73 tahun 1999, tentang tatacara Penggunaan sebagian Dana PNBP

yang bersumber dari kegiatan tertentu

- Nomor 1 tahun 2004, tentang tatacara Penyetoran Rencana dan Pelaporan

Realisasi PNBP

- Nomor 21 tahun 2004, RKAKL

- Nomor 80 tahun 2005, tentang Pemeriksaan PNBP

3. Keputusan Presiden

- Nomor 17 tahun 2000, tentang APBN

- Nomor 42 tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan APBN

- Nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang

Jasa Pemerintah

4. Peraturan Presiden

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 75

Page 76: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

- Nomor 8 tahun 2006, tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor

80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa

Pemerintah

5. Peraturan Menteri Keuangan

- Nomor 55 / PMK. 2 / 2006, tentang Petunjuk dan Pengesahan RKAKL

Berdasarkan pada peraturan yang ada maka kepala kantor, satuan kerja,

pimpinan proyek, bendaharawan, dan orang atau badan yang menerima, menguasai

uang negara wajib menyelenggarakan pembukuan. Sekolah sebagai penerima uang

dari berbagai sumber juga harus mengadakan pembukuan. Pembukuan yang lengkap

mencatat berbagai sumber dana beserta jumlahnya, dan distribusi penggunaannya

secara rinci. Kalau ada beban pajak yang harus dikeluarkan juga harus disetor sesuai

aturan yang berlaku.

Pembukuan setiap transaksi yang berpengaruh terhadap penerimaan dan

pengeluaran uang wajib dicatat oleh bendaharawan dalam Buku Kas. Buku Kas bisa

berupa Buku Kas Umum (BKU) dan Buku Kas Pembantu (BKP). BKU merupakan

buku harian yang digunakan untuk mencatat semua penerimaan dan pengeluaran uang

atau yang disamakan dengan uang. BKP merupakan buku harian yang digunakan

untuk membantu pencatatan semua penerimaan dan pengeluaran uang menurut jenis

sumber pembiayaan. Pencatatan di BKU dan BKP dilakukan sepanjang waktu setiap

ada transaksi penerimaan dan pengeluaran uang. Pembukuan dilakukan di BKU,

kemudian pada BKP. BKU dan BKP ditutup setiap akhir bulan atau sewaktu-waktu

jika dianggap perlu, misalnya setelah ada pemeriksaan oleh petugas yang berwenang,

pada waktu serah terima dari pejabat lama ke pejabat baru baik kepala sekolah maupun

bendaharawan pemegang BKU dan BKP.

Berdasarkan narasi di atas, maka pembukuan anggaran baik penerimaan

maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib, teratur, dan benar. Pembukuan

yang tertib, akan mudah diketahui perbandingan antara keberadaan sumber daya fisik

dan sumber daya manusia. Setiap saat pembukuan harus dapat menggambarkan mutasi

yang paling akhir. Dari pembukuan yang baik, tertib, teratur, lengkap, dan “up to

date” akan dapat disajikan pelaporan yang baik, lengkap, dan bermanfaat. Pembuatan

laporan dilakukan secara teratur dan periodik dan dipertanggungjawabkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya untuk menunjang terlaksananya pengelolaan keuangan yang baik,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 76

Page 77: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

kepala sekolah hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu sekolah memiliki tempat khusus

untuk menyimpan perlengkapan administrasi keuangan, memiliki alat hitung,

dan memiliki buku-buku yang dibutuhkan.

2. RAPBS, yaitu sekolah memiliki RAPBS yang telah disyahkan oleh Kepala

Sekolah, Ketua Komite Sekolah, serta pejabat yang berwenang misalnya

Kepala Dinas Pendidikan setempat, serta memiliki program penjabarannya

sebagai acuan dalam setiap penggunaan dan pelaporan keuangan sekolah.

3. Pengadministrasian keuangan, yaitu sekolah memiliki catatan logistik (uang

dan barang) sesuai dengan mata anggaran dan sumber dananya masing-

masing, sekolah memiliki buku setoran ke Bank/KPKN/yayasan, memiliki

daftar penerimaan gaji/honor guru dan tenaga kerja lainnya, dan yang terakhir

sekolah memiliki laporan keuangan triwulan dan tahunan (dikembangkan dari

Ditdiknas,1995/1996)

Untuk melaksanakan tugas tersebut maka di tiap lembaga pendidikan memiliki

pengelola keuangan yang disebut Bendaharawan. Bendaharawan adalah orang yang

diberi tugas penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang atau

kertas berharga. Bendaharawan berkewajiban mengirimkan kepada Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) tentang perhitungan mengenai pengurusan yang dilakukan.

Bendaharawan sekolah memiliki tugas menerima, mencatat dan mengeluarkan

keuangan sesuai dengan anggaran yang disetujui kepala sekolah. Pengurusan

kebendaharawanan yang dilakukan oleh bendaharawan dalam bentuk perbuatan

menerima, menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang atau kertas berharga

dan barang-barang, baik milik negara maupun milik pihak ketiga yang pengurusannya

dipercayakan kepada negara.

Di tiap sekolah ada beberapa bendaharawan. Menurut objek pengurusannya ada

dua macam bendaharawan, yaitu bendaharawan uang dan bendaharawan barang.

Bendaharawan uang membukukan keuangan sesuai dengan sumber yang diterima

sekolah, misalnya bendaharawan rutin, SPP-DPP, OPF, BP3, dan sebagainya.

Disamping itu ada bendaharawan barang yang bertugas menerima pembelian barang

dan bahan habis pakai, misalnya alat tulis kantor.

Menurut sifat tugasnya ada dua macam bendaharawan uang, yaitu

bendaharawan umum dan bendaharawan khusus.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 77

Page 78: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1. Bendaharawan umum adalah bendaharawan yang diserahi tugas pengurusan

kebendaharawanan seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam pelaksanaan

APBN.

2. Bendaharawan khusus adalah bendaharawan yang diserahi tugas pengurusan

kebendaharawanan uang di setiap instansi yang mempunyai anggaran.

Bendaharawan khusus terdiri dari bendaharawan khusus penerimaan dan

bendaharawan khusus pengeluaran.

a. Bendaharawan khusus penerimaan.

Bendaharawan ini diserahi tugas pengurusan kebendaharawanan Uang

khusus penerimaan negara saja dalam pelaksanaan APBN. Bendaharawan

tersebut merupakan mata rantai penghubung antara pihak pembayar/

wajib bayar pendapatan negara tertentu dengan kas negara.

b. Bendaharawan khusus pengeluaran.

Bendaharawan ini diserahi tugas pengurusan kebendaharawanan Uang

khusus pengeluaran negara saja dalam pelaksanaan APBN.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 78

Page 79: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

9. PENGAWASAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN

KEUANGAN SEKOLAH

A. Konsep Pengawasan Keuangan Sekolah

Pengawasan keuangan di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan instansi

vertikal di atasnya, serta aparat pemeriksa keuangan pemerintah. Terkait dengan

pengawasan dari luar sekolah, kepala sekolah bertugas menggerakkan semua unsur

yang terkait dengan materi pengawasan agar menyediakan data yang dibutuhkan oleh

pengawas. Dalam hal ini kepala sekolah mengkoordinasikan semua kegiatan

pengawasan sehingga kegiatan pengawasan berjalan lancar.

Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian hasil yang dicapai baik di

bidang teknis administratif maupun teknis operasional dengan peraturan yang

ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan dan

organisasi) secara efesien dan efektif, dan (d) sistem yang lain atau perubahan sistem

guna mencapai hasil yang lebih sempurna.

Tujuan pengawasan keuangan ialah untuk menjaga dan mendorong agar: (a)

pelaksanaan anggaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan, (b)

pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan instruksi serta asas-asas yang telah

ditentukan, (c) kesulitan dan kelemahan bekerja dapat dicegah dan ditanggulangi atau

setidak-tidaknya dapat dikurangi, dan (d) pelaksanaan tugas berjalan efesien, efektif

dan tepat pada waktunya.

B. Langkah-langkah Pengawasan

Sebagaimana telah dikatakan bahwa pengawasan itu terdiri dari berbagai

aktivitas yang bertujuan agar pelaksanaan menjadi sesuai dengan rencana. Dengan

demikian pengawasan itu merupakan proses, yaitu kegiatan yang berlangsung secara

berurutan.

Menurut Pigawahi (1985), proses pengawasan mencakup kegiatan berikut:

pemahaman tentang ketentuan pelaksanaan dan masalah yang dihadapi,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 79

Page 80: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

menentukan obyek pengawasan, menentukan sistem, prosedur, metode dan teknik pengawasan, menentukan norma yang dapat dipedomani, menilai penyelenggaraan, menganalisis dan menentukan sebab penyimpangan, menentukan tindakan korektif dan menarik kesimpulan atau evaluasi.

Sedangkan Kadarman dan Udaya (1992), Manullang (1990) maupun Swastha

(1985) menyebutkan langkah pengawasan itu meliputi:

Menetapkan standar, mengukur prestasi kerja dan membetulkan penyimpangan. Dilakukannya penetapan standar, mengingat perencanaan merupakan tolok ukur untuk merancang pengawasan, maka hal itu berarti bahwa langkah pertama dalam pengawasan adalah menyusun rencana. Akan tetapi perencanaan memiliki tingkat yang berbeda dan pimpinan tidak mengawasi segalanya, maka ditentukan adanya standar khusus. Selanjutnya mengukur atau mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan dan membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika ada penyimpangan dapat segera dan cepat dilakukan pembetulan.

C. Sasaran dan Jenis Pengawasan

1. Sasaran Pengawasan

Sasaran pengawasan dapat dikelompokkan berdasarkan dimensi berikut ini.

a. Dimensi kuantitatif, yaitu untuk mengetahui sampai seberapa jauh maksud

program atau kegiatan dalam ukuran kuantitatif telah tercapai.

b. Dimensi kualitatif, yaitu sampai seberapa jauh mutu dan kualitas pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan ukuran dan rencana.

c. Dimensi fungsional, yaitu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tujuan atau fungsi yang telah

direncanakan semula.

d. Dimensi efisiensi, yaitu seberapa jauh kegiatan pelaksanaan pekerjaan dapat

dikerjakan secara hemat dan cermat.

2. Jenis Pengawasan

Pengawasan dapat dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Berdasarkan subyeknya, meliputi:

1) Pengawasan intern, yaitu pengawasan terhadap semua unit dan bidang

kegiatan yang ada di dalam organisasi.

2) Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur

pengawasan dari luar organisasi yang mempunyai wewenang mengawasi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 80

Page 81: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

b. Berdasarkan waktunya, meliputi:

1) Pengawasan terus menerus, yaitu pengawasan yang tidak tergantung pada

waktu tertentu, lebih merupakan kegiatan pengawasan rutin.

2) Pengawasan berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan setiap jangka

waktu tertentu, berdasarkan rencana yang ditujukan terhadap masalah

umum.

3) Pengawasan insidental, yaitu pengawasan yang dilaksanakan secara

mendadak di luar rencana kerja rutin atau berdasarkan keperluan.

3. Perangkat Aparat Pengawasan Negara

a. Aparat pengawasan fungsional konstitusional

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga tinggi negara yang

bertugas memeriksa pertanggungjawaban keuangan negara. BPK memeriksa

tanggung jawab pemerintah tentang keuangan yang terlepas dari pengaruh dan

kedudukan pemerintah sebagai penguasa dalam pengurusan keuangan negara.

b. Aparat pengawasan fungsional pemerintah

1) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

2) Inspektorat Jenderal Departemen/Lembaga Pemerintahan Non-

departemen (ITJEN). Instansi ini bertugas:

a) melakukan pemeriksaan terhadap semua unsur/instansi di

lingkungan departemen.

b) melakukan pengujian serta penilaian atas laporan berkala atau

sewaktu-waktu dari setiap unsur/instansi di lingkungan

departemen.

c) melakukan pengusutan mengenai kebenaran laporan atau tentang

hambatan, penyimpangan, penyalahgunaan wewenang di bidang

administrasi atau keuangan yang dilakukan oleh unsur/ instansi di

lingkungan departemen.

d) melakukan pemeriksaan dalam rangka opstib.

3) Aparat Pengawasan Lainnya

a) Aparat Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat dilakukan oleh pimpinan/ atasan langsung

dari unit/ satuan organisasi kerja terhadap bawahan .

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 81

Page 82: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

b) Aparat Pengawasan Proyek Sektoral Tugas aparat ini antara lain:

(1) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan proyek-proyek

pembangunan yang meliputi proyek-proyek dalam rangka

program sektoral

(2) melakukan penelitian dan peninjauan pada proyek-proyek

tersebut diatas dan menyampaikan laporan atas hasil

tugasnya.

Pengawasan keuangan memiliki fungsi mengawasi perencanaan keuangan dan

pelaksanaan penggunaan keuangan. Walaupun perencanaan yang baik telah ada, yang

telah diatur dan digerakkan, belum tentu tujuan dapat tercapai, sehingga masih perlu

ada pengawasan. Pada dasarnya pengawasan merupakan usaha sadar untuk mencegah

kemungkinan-kemungkinan penyimpangan pelaksanaan dari rencana yang telah

ditetapkan. Apakah pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat yang tepat,

apakah cara bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah berjalan sesuai dengan pola

organisasi. Kalau terdapat kesalahan dan penyimpangan, maka segera diperbaiki. Oleh

sebab itu setiap manajer pada setiap tingkatan organisasi berkewajiban melakukan

pengawasan.

Untuk melakukan pengawasan yang tepat, kepala sekolah dituntut untuk

memahami pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana administrasi keuangan,

memahami peraturan pemerintah yang mengatur penggunaan dan pertanggungjawaban

serta pengadministrasian uang negara, yang antara lain:(1) kelengkapan administrasi

keuangan (DIK/DIP/DIPA, buku kas umum, buku register SPM, buku pembantu, (2)

cara menghitung pajak, batas pembelian kena pajak, PPh, PPN.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi organisasi yang bermaksud untuk

menjaga agar segala kegiatan pelaksanaan senantiasa sesuai dengan perencanaan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan kegiatan harus disesuaikan

dengan: (a) ketentuan atau peraturan yang berlaku, (b) kebijakan pimpinan dan (c)

kondisi setempat.

Pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan, yaitu tindakan

membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya..

Pemeriksaan kas adalah suatu tindakan membandingkan antara saldo kas baik berupa

uang tunai, kertas berharga maupun giral yang berada dalam pengurusan pemegang

kas dengan tata usahanya. Petugas pemeriksaan harus mempunyai persyaratan antara

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 82

Page 83: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

lain:

1. Integritas, yaitu kepribadian yang dilandasi unsur kejujuran, keberanian,

kebijaksanaan, dan bertanggung jawab sehingga menimbulkan kepercayaan

dan rasa hormat.

2. Objektivitas, yaitu kemampuan untuk menyampaikan apa adanya, tanpa

dipengaruhi oleh pendapat pribadi.

3. Keahlian, yaitu suatu kemampuan khusus yang dimiliki seseorang yang

diakui mampu dalam teori dan praktek untuk melaksanakan tugas.

4. Kemampuan teknis, yaitu kesanggupan dan kecakapan seseorang dalam

melaksanakan tugas.

4. Pelaksanaan Pemeriksaan Kas Bendaharawan

Pemeriksaan kas dilakukan untuk mengetahui pengurusan, pembukuan,

pencatatan, penyimpanan uang kas, pengaturan dokumen keuangan apakah sesuai

dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Prosedur pemeriksaan kas:

a. Pemeriksa memperlihatkan Surat Tugas dan Tanda Bukti Diri yang

diperlihatkan kepada Bendaharawan yang bersangkutan.

b. Melaksanakan penghitungan semua isi brankas di hadapan Bendaharawan (kas

tunai dan surat berharga yang diizinkan), serta bukti dokumen mengenai uang

yang ada di bank yang dilengkapi dengan Bukti Saldo Rekening Koran

c. Melakukan penutupan Buku Kas Umum untuk menetapkan Saldo Kas

d. Membuat Berita Acara Pemeriksaan Kas yang merupakan hasil Kas opname

dan penjelasan jika ditemukan perbedaan Kas yang ditandatangani oleh

Pemeriksa dan Bendaharawan.

e. Mengisi Daftar Pemeriksaan Kas pada halaman terakhir Buku Kas Umum.

5. Pemeriksaan Tatausaha Keuangan Bendaharawan

a. Prosedur Pemeriksaan:

1) Memeriksa apakah seluruh transaksi telah dicatat ke dalam Buku Kas

Umum maupun ke dalam Buku Kas Pembantu secara tepat jumlah dan tepat

waktu.

2) Meneliti apakah seluruh pencatatan telah didukung dengan bukti yang sah

dan lengkap

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 83

Page 84: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

3) Memeriksa apakah dokumen/ data yang berhubungan dengan keuangan

telah disampaikan dan dicatat secara tertib.

b. Langkah kerja pemeriksaan organisasi

1) Pemeriksa meminta fotokopi SK Pengangkatan bendaharawan Belanja

Rutin dan atasan langsung Bendaharawan Belanja Rutin.

2) Periksa apakah Bendaharawan merangkap jabatan yang dilarang dalam

pasal 78 ICW

3) Dapatkan struktur organisasi keuangan dan perlengkapan, serta teliti apakah

telah ada uraian tugas yang mencerminkan pembagian tugas, wewenang,

dan tanggung jawab yang jelas.

c. Langkah kerja pemeriksaan bukti/ data keuangan

1) Meneliti kesesuaian pembayaran atas pengadaan barang/ pekerjaan

pemeliharaan dengan rencana dan kebutuhan masing-masing unit kerja

dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas

2) Mengelompokkan cara pelaksanaan barang/ pekerjaan pemeliharaan untuk

memeriksa kebenaran prosedur.

3) Meneliti apakah ada pengadaan yang dipecah-pecah untuk menghindari

pelelangan.

4) Memeriksa apakah rekanan yang melaksanakan pengadaan barang,

pekerjaan pemeliharaan telah memenuhi syarat untuk pekerjaan yang

dilaksanakan.

5) Memeriksa apakah SPK/ kontrak telah memenuhi syarat

6) Memeriksa apakah dalam setiap pengadaan barang/ pekerjaan pemeliharaan

telah menggunakan barang/jasa hasil produksi dalam negeri sepanjang telah

dapat diproduksi dalam negeri.

7) Memeriksa apakah harga barang/pekerjaan sudah merupakan harga yang

paling rendah dan menguntungkan bagi negara.

8) Memeriksa apakah penerimaan barang, penyelesaian pekerjaan dibuatkan

berita acara penerimaan penerimaan barang/penyelesaian pekerjaan

9) Memeriksa apakah bukti pembayaran/ kuitansi telah memenuhi syarat.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 84

Page 85: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

d. Langkah Kerja Pemeriksaan Fisik:

1) Memeriksa apakah pelaksanaan pengadaan barang/ pekerjaan telah sesuai

dengan SPK/ kontrak yang bersangkutan, yaitu dari segi kuantitas, kualtas,

jenis, spesifikasi, waktu penyerahan barang/ penyelesaian pekerjaan.

2) Jika dari temuan tersebut terjadi ketidaksesuaian, maka tentukan siapa yang

bertanggung jawab atas kerugian negara tersebut.

3) Jika terjadi kelambatan penyerahan barang/ pekerjaan, periksalah apakah

telah dipungut dendanya sesuai dengan SPK yang bersangkutan

e. Langkah kerja Pemeriksaan Pungutan Pajak

1) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan kewajibannya memungut

PPh pasal 21 atas honorarium yang dikeluarkan.

2) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan kewajibannya memungut

PPh pasal 22 atas penyerahan barang/ jasa yang dilakukan.

3) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan kewajibannya memungut

PPN dari pengusaha Kena Pajak

4) Meneliti apakah Bendaharawan telah menyetorkan hasil pungutan tersebut

ke kas negara secara tepat waktu.

f. Langkah kerja Pemeriksaan Pengawasan Atasan Langsung

1) Memeriksa apakah atasan Langsung Bendaharawan telah melakukan

pemeriksaan kas terhadap Bendaharawan sedikitnya tiga bulan sekali.

2) Meneliti apakah pejabat yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan

perlengkapan telah melakukan pemeriksaan penyimpanan barang inventaris

yang dikelolanya, baik secara langsung melihat fisik barangnya maupun

melalui pembukuannya.

Pemeriksaan kas sewaktu-waktu dan penutupan buku kas umum secara

bulanan merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Pemeriksaan kas ini

didasarkan pada buku kas umum yang dipergunakan oleh bendaharawan untuk

mencatat transaksi kas yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Adapun

beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan kas adalah: (1) periksa

bukti-bukti pengeluaran. (2) sisa kas apakah sama dengan sisa di buku kas umum.

Sisa kas terdiri dari uang tunai, saldo di bank, surat berharga lainnya. (3) setelah

selesai pemeriksaan kas maka perlu dibuat Register Penutupan Kas. (4) Buku Kas

Umum ditutup dan ditandatangani oleh Bendaharawan dan Kepala Sekolah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 85

Page 86: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah

Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua siswa dan masyarakat

dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. Pelaporan dan

pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari usaha mandiri sekolah dilakukan

secara rinci dan transparan kepada dewan guru dan staf sekolah. Pertanggungjawaban

anggaran rutin dan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai

berikut:

1. Selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan Bendaharawan mengirimkan

Surat Pertanggungjawaban (SPJ) kepada Walikota/Bupati melalui Bagian

Keuangan Sekretariat Daerah.

2. Apabila tanggal 10 bulan berikutnya SPJ belum diterima oleh Bagian

KeuanganSekretariat Daerah maka tanggal 11 dikirimkan Surat Peringatan I.

3. Apabila sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya SPJ juga belum

dikirimkan pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, maka dibuatkan Surat

Peringatan II.

4. Kelengkapan Lampiran SPJ:

a. Surat pengantar

b. Sobekan BKU lembar 2 dan 3

c. Daftar Penerimaan dan Pengeluaran per pasal/komponen

d. Daftar Penerimaan dan Pengeluaran UUDP

e. Laporan Keadaan Kas Rutin/Pembangunan (LKKR/LKKP) Tabel I dan II

f. Register penutupan Kas setiap 3 bulan sekali.

g. Fotokopi SPMU Beban Tetap dan Beban Sementara

h. Fotokopi Rekening Koran dari bank yang ditunjuk.

i. Daftar Perincian Penerimaan dan Pengeluaran Pajak (Bend.15)

j. Bukti Setor PPN/PPh 21, 22, 23 (fotokopi SSP)

k. Daftar Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pajak

l. Bukti Pengeluaran/kuitansi asli dan lembar II beserta dengan bukti

pendukung lainnya, disusun per digit/ komponen.

5. Bukti Pendukung/Lampiran SPJ

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 86

Page 87: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

a. Biaya perjalanan dinas dilampiri

- Kuitansi/ bukti pengeluaran uang

- Surat Perintah Tugas (SPT)

- Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) lembar I dan II

b. Penunjukan langsung barang dan jasa

- Sampai dengan Rp 1.000.000,- dilampiri kuitansi dan faktur pajak

- pembelian diatas Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,-

dilampiri: Surat penawaran, Surat Pesanan, Kuitansi, faktur pajak,

berita acara serah terima/penyelesaian pekerjaan.

- Diatas Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 15.000.000,- dilampiri: Surat

penawaran, Surat Penunjukan Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah

Kerja (SPK), Berita acara Pemeriksaan Barang, kuitansi, faktur/nota,

berita acara serah terima/ penyelesaian pekerjaan. Pemimpin proyek/

Atasan Langsung Bendaharawan diwajibkan menyusun/ melampirkan

OE/HPS sebagai acuan melakukan negosiasi baik harga maupun

kualitas barang/ jasa yang dibutuhkan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 87

Page 88: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

10. KEUANGAN PENDIDIKAN (Education Finance)

Keuangan Pendidikan (Education Finance) terdiri dari tiga bagian yang erat

kaitannya dengan arah pembangunan pendidikan yang telah digariskan oleh

pemerintah, yaitu peningkatan akses, mutu dan akuntabilitas. Modul penghitungan

biaya pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) diharapkan dapat menjadi acuan

bagi berbagai pihak dalam menghitung kebutuhan dana pendidikan dalam rangka

mendorong peningkatan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah-sekolah. Saling

melengkapi dengan tentang pengalokasian dana pendidikan berbasis formula (Formula

Funding) yang merupakan cara untuk mengalokasikan dana berdasarkan formula,

sehingga pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan secara transparan dan adil

proposional (equitable) yang merupakan bagian penting dari tata kelola sekolah

(school governance), yaitu transparansi dan akuntabilitas manajemen sekolah.

Sementara itu, modul laporan keuangan terpadu di sekolah diharapkan dapat menjadi

pedoman penyusunan laporan keuangan untuk mendorong sekolah agar mampu

menggunakan dana secara efektif, efisien dan akuntabel.

Keuangan Pendidikan (Education Finance) ini disusun berdasarkan pengalaman

program Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE) dalam

melakukan pendampingan bagi 12 kabupaten mitranya. Secara garis besar,

pendampingan dilakukan pada dua level, yaitu level sekolah dan level

kabupaten/pemerintah daerah. Keuangan pendidikan merupakan bagian dari program

pendampingan di tingkat kabupaten pada tahun 2009/2010, dimana yang menjadi

kelompok sasaran utama adalah para penentu kebijakan di lingkungan pemerintah

daerah.

Tujuan utama pendampingan keuangan pendidikan adalah untuk meningkatkan

kapasitas pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan (dalam hal ini: kebijakan

keuangan pendidikan) yang baik. Kebijakan yang baik tidak hanya dapat

dipertanggungjawabkan substansinya, tetapi juga disusun secara transparan dan

partisipatif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dengan kata lain,

proses penyusunan kebijakan dipandang sebagai komponen penting yang tidak kalah

pentingnya dengan substansi kebijakan. Materi ini terdiri dari tiga bagian utama,

yaitu: 1) Penghitungan Biaya Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Sekolah, 2)

Pengalokasian Dana Pendidikan Berbasis Formula (Formula Funding), dan 3)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 88

Page 89: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Penyusunan Laporan Keuangan Terpadu. Gambaran umum ketiga modul tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Modul Penghitungan Biaya Pencapaian SPM di Sekolah Modul bagian ini disusun

berdasarkan pengalaman pendampingan pada tahun 2009, atau ketika SPM masih

dalam bentuk draft. Hal itu dapat terwujud terutama karena adanya kerjasama yang

baik antara Tim MGP-BE dengan Tim Penyusun SPM yang bernaung di bawah

ADB. Melalui penghitungan biaya pencapaian SPM, semua pihak dapat mengetahui

apakah dana-dana yang selama ini ada di sekolah sudah cukup untuk memenuhi

berbagai indikator yang ada dalam SPM. Modul bagian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran metode yang digunakan untuk melakukan penghitungan

tersebut, juga proses yang perlu dilalui oleh pemerintah daerah dalam penyusunan

kebijakan terkait dengan pemenuhan SPM di sekolah.

2. Modul Pengalokasian Dana Pendidikan Berbasis Formula (Formula Funding) Secara

sederhana, Formula Funding (FF) merupakan metode pengalokasian dana secara

transparan dan adil-proporsional (equitable). Pengetahuan tentang metode ini sangat

diperlukan oleh (dalam hal ini) pemerintah daerah yang memiliki alokasi dana

APBD untuk sekolah-sekolah. FF juga dapat digunakan untuk mendorong

tercapainya SPM di sekolahsekolah. Selain berisi informasi tentang ide dasar,

tujuan dan manfaat FF, modul bagian ini memberikan gambaran tentang bagaimana

proses penyusunan FF, termasuk variabelvariabel apa yang sebaiknya dimasukkan

ke dalam formula agar tujuan FF dapat tercapai.

3. Modul Penyusunan Laporan Keuangan Terpadu Laporan keuangan, atau secara

umum: pertanggungjawaban keuangan, merupakan hal yang tak terpisahkan dengan

pengalokasian dana kepada sekolah. Tanpa adalah system dan mekanisme

pelaporan yang baik, efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas penggunaan dana di

sekolah akan sangat tergantung pada “integritas” pengelola keuangan di sekolah,

khususnya Kepala Sekolah. MGP-BE berpendapat, bahwa Laporan Keuangan

Terpadu merupakan sistem pelaporan dapat meminimalkan penyalahgunaan uang di

sekolah. Modul bagian ini berisi informasi tentang teknik penyusunan Laporan

Keuangan Terpadu, termasuk di dalamnya bagaimana mekanisme pelaporannya.

Ada beberapa catatan bagi berbagai pihak yang berminat untuk menggunakan

modul ini, terutama jika digunakan untuk kegiatan replikasi atau penyebarluasan,

yaitu:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 89

Page 90: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1. Sangat dianjurkan untuk menyampaikan paket kegiatan secara utuh, tidak dikurangi

atau hanya diambil sebagian, karena modul ini sudah mengandung tiga komponen

utama yang paling esensial, yaitu: kebutuhan dana di sekolah, alokasi dana untuk

sekolah dan pertanggungjawaban keuangan oleh sekolah. Akan tetapi, tidak ada

masalah jika yang dilakukan adalah penambahan.

2. Di luar catatan di poin pertama tersebut di atas, modul ini terbuka untuk modifikasi,

terutama agar dapat disesuaikan dengan perkembangan terbaru dan juga konteks

kegiatan secara keseluruhan yang mungkin sekali berbeda dengan MGP-BE

3. Dalam melakukan pendampingan, urutan yang dianjurkan adalah: Penghitungan

Biaya Pencapaian SPM, disusul dengan Formula Funding dan terakhir adalah

Laporan Keuangan Terpadu. Perubahan urutan mungkin akan membingungkan

kelompok sasaran pendampingan.

A. ARTI PENTING SPM

Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pendidikan dasar ditetapkan melalui

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang “Standar

Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota”. SPM merupakan tolok

ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang

diselenggaran oleh daerah (kabupaten/ kota). SPM mempunyai fungsi yang sangat

penting, khususnya diera otonomi daerah (desentralisasi) dimana penyelenggaraan

pendidikan dasar merupakan kewenangan pemerintah daerah (kabupaten/kota).

Dengan adanya SPM, diharapkan ada jaminan bahwa semua warga negara, di daerah

mana pun dia tinggal, akan mendapatkan pelayanan minimal yang sama.

Dengan demikian, kesenjangan pelayanan pendidikan dasar antar daerah

diharapkan tidak terlalu besar. Jika ada daerah yang mampu memberikan pelayanan

lebih dari SPM, tentu saja diperbolehkan. Sesuai dengan ketentuan Permendiknas

Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 2, penyelenggara pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM

pendidikan merupakan ke wenangan kabupaten/ kota. Penyelenggaraan pelayanan

pendidikan tersebut terdiri dari dua komponen utama, yaitu pelayanan pendidikan

dasar oleh kabupaten/kota (14 indikator) dan pelayanan pendidikan dasar oleh satuan

pendidikan (13 indikator). Karena pemenuhan SPM bersifat “wajib”, maka dengan

adanya SPM para pengelola pendidikan dasar dapat menyusun skala prioritas dalam

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 90

Page 91: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

rencana kerjanya. Di sisi lain para pemangku kepentingan (stakeholder) sektor

pendidikan juga dapat menggunakan informasi yang ada dalam SPM untuk memonitor

perkembangan penyelenggaraan pendidikan dasar di daerah. SPM juga dapat

digunakan oleh pemerintah (pusat) untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan pendidikan dasar yang menjadi kewajibannya. Selain itu, secara

substantif, SPM juga merupakan salah satu tahapan menuju Standar Nasional

Pendidikan (SNP) sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005. Melalui berbagai proses tersebut, pada gilirannya, pendidikan dasar

diharapkan akan mengalami peningkatan dari berbagai aspek, terutama akses, kualitas

dan akuntabilitasnya.

B. PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM

Ada dua aspek pembiayaan yang diatur oleh Permendiknas Nomor 15 Tahun

2010, yaitu: (1) pembiayaan terkait dengan penyusunan kebijakan, dan (2) pembiayaan

terkait dengan penerapan SPM. Aspek pembiayaan yang pertama, yaitu penyusunan

kebijakan SPM, menjadi tanggung jawab pemerintah (pusat) dan dibiayai dengan

menggunakan APBN Kementerian Pendidikan Nasional. Sementara itu, aspek

pembiayaan kedua, yaitu pembiayaan penerapan SPM, menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah melalui APBD. Meskipun dalam Pasal 16 dinyatakan bahwa pada

masa transisi, pencapaian SPM di sekolah dapat dibiayai melalui APBN, tetapi

ketentuan pembiayaan tersebut jelas menunjukkan adanya tanggung jawab yang sangat

besar bagi pemerintah daerah untuk membiayai pencapaian SPM, baik SPM di tingkat

sekolah maupun SPM di tingkat kabupaten/kota.

Oleh karena itu, sangat penting bagi daerah untuk menghitung besarnya biaya

yang diperlukan untuk mencapai SPM. Selanjutnya, jika sudah diketahui besarnya

biaya untuk mencapai SPM, pemerintah daerah perlu melihat potensi pendanaan yang

mereka miliki, untuk selanjutnya menyusun strategi untuk memenuhi kebutuhan

pembiayaan SPM tersebut.

Untuk indikator SPM di tingkat kabupaten/kota, penghitungan pencapaiannya

pasti tidak menjadi masalah bagi pemerintah daerah, karena sudah biasa dilakukan.

Selain itu, setiap pemerintah daerah juga biasanya sudah mempunyai standar biaya

satuan (unit cost), sehingga penghitungan akan lebih mudah dilakukan. Yang menjadi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 91

Page 92: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

masalah adalah penghitungan biaya untuk pencapaian SPM di tingkat satuan

pendidikan (sekolah), paling tidak karena tiga alasan. Pertama, kondisi sekolah sangat

bervariasi, sehingga tidak mudah untuk melakukan generalisasi tentang kebutuhan

masingmasing sekolah. Kedua, informasi atau data tentang profil semua sekolah terkait

dengan pencapaian SPM biasanya belum tersedia. Ketiga, ketersediaan dana di setiap

sekolah juga mungkin berbeda, sehingga dengan kondisi yang sama, kebutuhan

tambahan dana di setiap sekolah untuk mencapai SPM juga mungkin berbeda.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan atau metode khusus yang secara

sederhana mampu memberikan gambaran kepada pemerintah daerah tentang dana yang

diperlukan agar sekolahsekolah di daerahnya mampu memenuhi SPM. Selanjutnya,

berbekal informasi tersebut, pemerintah daerah dapat menyusun kebijakan atau strategi

pemenuhan kebutuhan pendanaan yang diperlukan, sebagai satu kesatuan dengan

strategi atau kebijakan pemenuhan kebutuhan pendanaan untuk pencapaian SPM

tingkat kabupaten/kota.

C. PENGHITUNGAN BIAYA PENCAPAIAN SPM DI SEKOLAH

Secara umum, penghitungan biaya untuk mencapai SPM di tingkat satuan

pendidikan diawali dengan penilaian tingkat kesenjangan antara standar yang ada

dalam SPM dengan kondisi nyata di sekolah (Gambar 1). Berdasarkan kesenjangan

inilah sekolah dapat menghitung berapa biaya yang diperlukan untuk memenuhi SPM

di tingkat sekolah. Secara garis besar, biaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi

dua: biaya investasi dan biaya operasional.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 92

Page 93: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

D. LANGKAH-LANGKAH PENGHITUNGAN

Untuk menghitung biaya yang diperlukan untuk mencapai SPM, yang

dilakukan pertama adalah melakukan identifikasi (assessment) tentang kesenjangan

antara SPM dengan kondisi nyata sekolah di kab/kota yang didampingi. Penilaian ini

dilakukan oleh sekolah yang menjadi peserta lokakarya atau yang menjadi sampel.

Tabel 1. Data Guru dan Murid Suatu Sekolah

Tabel 2. Instrumen untuk Mengukur Kesenjangan Pencapaian SPM

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 93

Page 94: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 94

Page 95: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 3. Contoh Menghitung Set Buku

Tabel 3 menunjukkan bagaimana menghitung jumlah set buku dan jumlah

kekurangan buku per maple per kelas. Jumlah set buku mata pelajaran untuk setiap

kelas sama dengan jumlah minimal buku mata pelajaran yang tersedia. Sebagai contoh

jumlah set buku pelajaran untuk kelas satu adalah 10 karena dari keempat mata

pelajaran jumlah buku IPA yang tersedia paling sedikit, yaitu 10 buku. Jumlah set

buku yang dimiliki sekolah berjumlah 30 set buku sedangkan kekurangannya

berjumlah 98 set buku. Rincian kekurangan total dan kekurangan setiap kelas untuk

setiap mata pelajaran di tunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 4. Kesenjangan Pencapaian SPM yang Telah Diisi (untuk SD/MI)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 95

Page 96: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Penghitungan Biaya

Langkah berikutnya adalah menghitung biaya yang diperlukan oleh setiap

sekolah untuk menutup kesenjangan antara kondisi nyata dengan SPM. Biaya di sini

dibagi menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Secara umum, yang

masuk kategori biaya investasi adalah biaya-biaya untuk pembelian barang tahan lama

dan biaya untuk pengembangan sumberdaya manusia (SDM), sedangkan biaya

operasional adalah biaya-biaya untuk barang/bahan habis pakai, biaya pemeliharaan

ringan, biaya untuk daya dan jasa, dan sebagainya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 96

Page 97: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 5. Rincian Perhitungan Perkiraan Biaya untuk Pencapaian 100%

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 97

Page 98: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 6. Perkiraan Biaya Pencapaian SPM yang Sudah Terisi (untuk SD/MI)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 98

Page 99: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 7. Rekapitulasi Capaian SPM untuk 14 SD/MI

Ket: 1 = tercapai, 0 = belum tercapai

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 99

Page 100: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Baris terakhir pada Tabel 8 menunjukkan persentase capaian seluruh No. SPM bagi

setiap SMP/MTs. Nilai 90.9% pada tabel tersebut menunjukkan bahwa sekolah

bersangkutan telah memenuhi sepuluh No. SPM atau No. SPM 2 saja yang belum

terpenuhi.

Tabel 8. Rekapitulasi Capaian SPM untuk 7 SMP/MTs

No. SMP mana saja yang belum banyak dipenuhi sekolah, kurang dari 50%, dapat

dilihat pada grafik Gambar 3 dan 4. Kedua grafik ini memberikan informasi bahwa No.

SPM yang belum banyak dipenuhi oleh SD/MI adalah No. SPM 1, 3, 5, 7, 13

sedangkan untuk SMP/MTs adalah No. SPM 2, 4, 7, dan 13.

Gambar 3. Persentase Capaian Setiap Nomor SPM untuk 14 SD/MI

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 100

Page 101: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Rekapitulasi kebutuhan dana tambahan untuk mencapai SPM 100% ditunjukkan pada

Tabel 2.8 dan 2.9. Tabel 2.8 menunjukkan rekapitulasi kebutuhan tambahan dana

investasi dan operasional setiap SD/MI. Dana tambahan yang diperlukan setiap

sekolah bervariasi bergantung pada kondisi sekolah. Rata-rata dana tambahan yang

dibutuhkan SD/MI untuk dana investasi sebesar Rp 12.885.520,- dan untuk dana

operasional sebesar Rp 3.105.500,-.

Sedangkan rata-rata dana tambahan yang dibutuhkan SMP/MTs untuk dana

investasi sebesar Rp 69,810,955,- dan untuk dana operasional sebesar Rp 7,047,214,-.

Tampak bahwa kebutuhan dana untuk pencapaian SPM bagi SMP/MTs lebih tinggi

dari SD/MI.

Tabel 9. Rekapitulasi Kebutuhan Dana Tambahan SD/MI

Tabel 10. Rekapitulasi Kebutuhan Dana Tambahan SMP/MTs

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 101

Page 102: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

E. KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DANA UNTUK

PENCAPAIAN SPM DI SEKOLAH

Setelah diketahui nilai rata-rata biaya yang diperlukan oleh setiap sekolah

untuk mencapai SPM, pemerintah daerah dapat menghitung berapa total biaya yang

diperlukan untuk semua sekolah di daerahnya. Angka itu diperoleh dengan mengalikan

nilai rata-rata tersebut dengan jumlah sekolah yang ada.

Selanjutnya, setelah mengetahui jumlah dana yang diperlukan, pemerintah

daerah perlu menyusun kebijakan untuk bagaimana memenuhinya. Kebijakan tersebut

sangat tergantung pada kekuatan keuangan daerah, dan juga penilaian atas jumlah dana

yang sudah tersedia di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa pilihan

kebijakan, antara lain: realokasi anggaran, alokasi dana APBD, dan mobilisasi dana

masyarakat.

Realokasi Anggaran Sekolah

Ini merupakan kebijakan yang paling “murah”, karena tidak memerlukan

dana/anggaran baru. Jika pemerintah daerah menganggap bahwa dana yang tersedia di

sekolah sebenarnya sudah cukup, tetapi selama ini digunakan oleh sekolah untuk

keperluan yang seharusnya tidak menjadi prioritas, maka pemerintah dan pemerintah

daerah dapat mengeluarkan kebijakan agar sekolah memprioritaskan pengalokasian

anggarannya untuk memenuhi SPM. Tentu saja kebijakan ini harus didahului, atau

dibarengi, dengan penyebarluasan informasi tentang indikator apa saja yang ada

adalam SPM.

Alokasi Dana APBD

Jika untuk mencapai SPM sekolah memerlukan tambahan dana, dan

pemerintah daerah mempunyai dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

tidak ada salahnya pemerintah daerah mengalokasikan sebagian APBD-nya untuk

keperluan tersebut. Kebijakan tersebut harus dilengkapi dengan ketentuan penggunaan

dana, agar dana yang dialokasikan tersebut benarbenar digunakan oleh sekolah untuk

memenuhi SPM, bukan untuk keperluan yang lain. Salah satu alternatif cara

pendistribusian dana yang dapat diambil adalah dengan menggunakan Formula

Funding sebagaimana dijelaskan dalam modul keuangan pendidikan lain.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 102

Page 103: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Mobilisasi Dana Masyarakat

Jika uang yang ada di sekolah dianggap tidak cukup, tetapi pemerintah daerah

juga tidak mempunyai dana yang cukup untuk menutup kebutuhan pemenuhan SPM di

sekolah, maka kebijakan yang dapat diambil adalah melakukan mobilisasi dana

masyarakat. Langkah ini dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, atau oleh sekolah

sendiri. Jika mobilisasi dana dilakukan oleh sekolah, maka diperlukan payung hukum

yang memadai. Payung hukum tersebut tidak hanya menjadi dasar bagi sekolah untuk

melakukan pengumpulan dana, tetapi juga mengatur penggunaannya, yaitu untuk

pemenuhan SPM di sekolah.

Pada prakteknya, pilihan kebijakan tersebut di atas tidak bersifat mutually

exclusive, atau harus dipilih salah satu. Pemerintah daerah dapat mengkombinasikan

berbagai pilihan kebijakan tersebut, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di

daerah. Sangat disarankan, penyusunan kebijakan tersebut dilakukan melalui proses

partisipatif yang melibat semua pemangku kepentingan, khususnya sekolah. MGP-BE

melakukannya melalui penyelenggaran sebuah Lokakarya Penyusunan Kebijakan di

semua daerah yang didampingi.

LAMPIRAN BAGIAN 1

Lampiran 1: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15

Tahun 2010

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR

DI KABUPATEN/KOTA

Pasal 2, Ayat 2

a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 103

Page 104: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 104

Page 105: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 105

Page 106: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 106

Page 107: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

F. FORMULA FUNDING

Formula funding adalah cara membagi dana yang tersedia untuk sekolah secara

adil proporsional (equitable). “Adil proporsional” yang dimaksud di sini adalah

sekolah yang membutuhkan dana lebih besar akan mendapatkan bagian dana yang

lebih besar dan sebaliknya. Kebutuhan dana di sekolah diartikan sebagai kebutuhan

untuk melayani siswa. Dengan pengertian ini pembagian dana secara merata (setiap

sekolah mendapatkan dana yang sama) tidak dapat disebut sebagai adil proporsional.

Pada umumnya dana pemerintah kabupaten/kota yang dialokasikan dengan

formula funding merupakan dana untuk mencukupi sebagian kebutuhan rutin sekolah

diluar gaji. Formula funding diterapkan berdasarkan jumlah total dana yang telah

tersedia, bukan berdasarkan nilai kebutuhan atau usulan setiap sekolah. Dengan

demikian formula funding tidak berpretensi untuk membiayai semua kebutuhan

sekolah.

Pembagian dana dengan formula funding ini dapat diterapkan untuk setiap

jenjang sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Formula funding untuk setiap

jenjang sekolah disusun secara terpisah. Meskipun sekolah negeri dan swasta dapat

dimasukkan ke dalam satu formula funding, hal itu tidak selalu berarti sekolah negeri

dan swasta akan menerima dana yang sama.

Hal itu sangat tergantung pada kebijakan masing-masing daerah dalam

memperlakukan sekolah swasta. Dana yang diberikan ke sekolah melalui formula

funding dikelola oleh sekolah dengan prinsip block grant atau semi block grant.

Dengan prinsip ini sekolah mendapatkan keleluasaan membelanjakan uang sesuai

kebutuhannya dengan tetap berpegang pada koridor kebijakan yang ada.

Syarat dan Manfaat

Penerapan formula funding memerlukan dua syarat pokok sebagai berikut.

1. Adanya kebijakan pembiayaan pendidikan, khususnya menyangkut jumlah dana

yang dialokasikan, alokasi antar jenjang sekolah, perlakuan terhadap sekolah negeri

dan swasta, perlakuan terhadap madrasah, dan sebagainya.

2. Tersedianya data pendidikan per sekolah secara lengkap dan akurat, khususnya

terkait dengan variable-variabel yang akan digunakan sebagai kriteria alokasi dana.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 107

Page 108: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Penggunaan formula untuk mengalokasikan dana mempunyai beberapa

keunggulan.

1. Pengalokasian dana dilakukan secara transparan dengan menggunakan kriteria yang

jelas. Semua pihak dapat mengetahui mengapa satu sekolah dapat menerima dana

dalam jumlah yang berbeda. Dengan formula funding dapat dihindari

pertimbangan-pertimbangan ‘non teknis’ (tekanan politis, kedekatan pribadi, dana

kick back, dan sebagainya) dalam pengalokasian dana.

2. Pengalokasian dana dilakukan secara adil proposional. Seperti yang dijelaskan di

atas sekolah dengan kebutuhan dana lebih besar akan mendapatkan dana yang lebih

besar pula. Dengan demikian potensi konflik yang muncul akibat ‘kecemburuan’

antar sekolah dapat diminimalkan.

3. Mendorong sekolah untuk menerapkan MBS. Prinsip dasar MBS adalah sekolah

diberi kewenangan dan kepercayaan yang lebih besar untuk mengurus dirinya

sendiri. Dengan dana block grant atau semi block grant yang didistribusikan melalui

formula funding sekolah dapat mengimplementasikan rencana pengembangan

sekolah yang telah disusun sebelumnya. Dana ini dapat bersifat saling melengkapi

dengan dana lain yang penggunaannya sudah ditentukan secara rinci oleh pemberi

dana.

FORMULA DASAR

Formula dasar yang digunakan adalah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 108

Page 109: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Meskipun di dalam formula dasar terdapat komponen flat dan komponen

variabel, dalam praktik bisa saja komponen flat nilainya sama dengan nol, artinya

semua dana dibagi berdasarkan variabel. Akan tetapi tidak diperbolehkan semua dana

dibagi secara flat (sama rata)

Penerapan Formula Dasar

Setidaknya ada lima langkah pengimplementasian formula funding, yaitu

1. informasi tentang jumlah dana yang dialokasikan untuk formula funding,

2. penetapan variabel,

3. pembobotan setiap variabel,

4. perumusan formula, dan

5. penghitungan.

Penetapan variabel juga harus memperhatikan ketersediaan data di tingkat

sekolah. Sepenting apapun sebuah variabel, tidak dapat digunakan dalam formula

funding kalau datanya tidak tersedia.

Langkah 1: Informasi Jumlah Dana

Misalkan suatu kabupaten/kota memiliki dana sebanyak 750 juta yang akan

didistribusikan ke SMP negeri dan swasta.

Langkah 2: Penetapan Variabel

Dana sebanyak D ini (750 juta) akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu

1. sama rata (flat) untuk SMP negeri dan swasta

2. berdasarkan variabel, yaitu jumlah murid SMP negeri dan swasta.

Langkah 3: Pembobotan

Adapun pembobotannya adalah sebagai berikut.

1. 10% dari D diberikan ke sekolah dengan jumlah yang sama rata (flat).

2. 90% dari D diberikan ke sekolah berdasarkan jumlah muridnya.

Langkah 4: Perumusan Formula

Rumus yang digunakan untuk mendistribusikan dana sebanyak D ke sekolah-sekolah

adalah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 109

Page 110: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 110

Page 111: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

FORMULA PENGEMBANGAN

Formula funding juga dapat dikembangkan untuk tujuan khusus misalnya

memberikan perhatian kepada siswa miskin, sekolah di daerah terpencil,

pengembangan profesi guru, dsb. Berikut contoh pengembangan formula dasar.

Membantu Siswa Miskin

Langkah 1: Informasi Jumlah Dana

Misalkan dana yang tersedia sama seperti contoh sebelumnya yaitu Rp 750 juta yang

akan didistribusikan ke seluruh SMP negeri dan swasta.

Langkah 2: Penetapan Variabel

Dana sebanyak D ini (750 juta) akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu

1. sama rata (flat) untuk semua SMP negeri dan swasta,

2. berdasarkan variabel, yaitu jumlah murid dan jumlah murid miskin.

Langkah 3: Pembobotan

Adapun pembobotannya adalah sebagai berikut.

1. 30% dari D diberikan ke sekolah dengan jumlah yang sama rata (flat).

2. 50% dari D diberikan ke sekolah berdasarkan jumlah muridnya,

3. 20% dari D diberikan ke sekolah berdasarkan jumlah murid miskinnya.

Langkah 4: Perumusan Formula

Rumus yang digunakan untuk mendistribusikan dana sebanyak D ke sekolah-sekolah

adalah

Langkah 5: Penghitungan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 111

Page 112: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Contoh penghitungan dengan formula pada persamaan (4) ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Contoh Penggunaan Formula Pengembangan untuk Membantu Siswa Miskin

Disesuaikan dengan Kebijakan Tertentu

Formula funding dapat juga disesuaikan dengan kebijakan tertentu. Misalkan

kebijakan untuk mengalokasikan komponen flat hanya untuk sekolah negeri,

sedangkan sekolah swasta hanya menerima dana dari komponen variabel. Kebijakan

lain yang dapat diakomodir adalah kebijakan untuk memberikan perhatian kepada

sekolah terpencil. Berikut contoh penghitungannya.

Langkah 1: Informasi jumlah dana

Terdapat dana sebanyak 1,000,000,000 yang akan dibagikan ke SMP.

Langkah 2: Penetapkan variabel

Dana sebanyak D ini (Rp 1,000,000 juta) akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu

1. sama rata (flat) untuk semua sekolah negeri,

2. berdasarkan variabel, yaitu jumlah guru, jumlah murid, dan lokasi sekolah.

Langkah 3: Pembobotan

1. Dana dibagi flat hanya untuk sekolah negeri sebanyak 30%

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 112

Page 113: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2. Dana dibagi menurut jumlah siswa sebanyak 40%

3. Dana dibagi menurut jumlah guru sebanyak 20%

4. Dana dibagi menurut letak sekolah (kota, pinggiran, terpencil) sebanyak 10%

Langkah 4: Perumusan Formula

Langkah 5: Penghitungan.

Contoh penghitungan dengan formula pada persamaan (5) ditunjunkkan pada Table 13.

Tabel 13. Contoh Penggunaan Formula Pengembangan yang Disesuaikan dengan

Kebijakan Tertentu

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 113

Page 114: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Mendorong Pencapaian SPM di Tingkat Sekolah

Formula funding dapat juga disesuaikan dengan kebijakan untuk mendorong

pencapaian SPM di tingkat sekolah. Dari hasil lokakarya keuangan pendidikan,

khususnya tentang biaya pencapaian SPM, diketahui bahwa secara umum ada dua

indikator SPM yang pencapaiannya di sekolah masih rendah, yaitu ketersediaan buku

teks untuk siswa dan ketersediaan alat peraga IPA. Jika pemda memutuskan untuk

mengalokasikan APBDnya untuk membantu sekolah mencapai SPM, formula funding

dapat digunakan untuk memutuskan jumlah dana yang akan dibagikan ke sekolah-

sekolah.

Jika tersedia data lengkap (untuk semua sekolah) tentang pencapaian SPM di

tingkat sekolah, indikator SPM tertentu (misalkan ketersediaan buku dan alat peraga)

dapat dimasukkan ke dalam formula. Contoh dapat dilihat dalam Lampiran. Jika tidak

tersedia data lengkap, upaya tersebut dapat dilakukan melalui ketentuan tentang

penggunaan dana yang merupakan bagian tak terpisahkan dari formula funding.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 114

Page 115: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Ketentuan yang dimaksud misalnya dana yang diterima sekolah wajib diprioritaskan

untuk pembelian buku teks (untuk siswa) dan/atau alat peraga IPA.

LAMPIRAN BAGIAN 2

Contoh Penggunaan Formula Pengembangan untuk Mendorong Pencapaian

SPM di Tingkat Sekolah

Langkah 1: Informasi jumlah dana

Jumlaha dana yang akan didistribusikan adalah 1,000,000,000

Langkah 2: Penetapkan variabel

1. sama rata (flat) untuk SD dan MI negeri dan swasta,

2. berdasarkan variabel, yaitu jumlah murid, Pemenuhan SPM No 15, dan Pemenuhan

SPM

No. 17.

Langkah 3: Pembobotan

1. Dana dibagi flat untuk SD dan MI negeri & swasta sebanyak 20%

2. Dana dibagi menurut jumlah murid sebanyak 20%

3. Dana dibagi untuk pencapaian SPM No. 15 sebanyak 40%

4. Dana dibagi untuk pencapaian SPM No. 17 sebanyak 20%

Langkah 4: Perumusan Formula

Langkah 5: Penghitungan

Contoh penghitungan dengan formula pada persamaan (6) ditunjukkan pada Tabel 14.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 115

Page 116: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 15. Contoh Penggunaan Formula Pengembangan untuk Mendorong Pencapaian

SPM di Tingkat Sekolah (Lanjutan)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 116

Page 117: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

G. LAPORAN KEUANGAN TERPADU

Akuntabilitas keuangan sekolah merupakan suatu hal yang tidak dapat

dipisahkan dengan pemberian dana untuk sekolah-sekolah. Di satu sisi, sekolah

“dipercaya” untuk menggunakan uang sesuai dengan kebutuhannya, di sisi lain perlu

dikembangkan sistem/mekanisme pertanggungjawaban yang meminimalkan

penyalahgunaan uang di tingkat sekolah.

Melalui MGP-BE, Pemda diajak untuk mengembangkan sistem akuntabilitas

keuangan sekolah yang berlandaskan pada penyusunan Laporan Keuangan Terpadu

(LKT). Laporan Keuangan Terpadu adalah laporan yang mencatat semua jenis

penerimaan dari berbagai sumber dana dan semua jenis pengeluaran yang dilakukan.

Selain itu, laporan keuangan terpadu juga dapat dikaitkan dengan perencanaan dan

anggaran sekolah untuk melihat konsistensi antara apa yang direncanakan dan

dianggarkan dengan apa yang dibiayai oleh sekolah. Karena dalam Laporan Keuangan

Terpadu seluruh sumber dan pengeluaran keuangan sekolah dilaporkan secara

terkonsolidasi, maka selain turut menciptakan situasi akuntabilitas di sekolah, LKT

juga dapat menyederhanakan kegiatan pelaporan keuangan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 117

Page 118: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Laporan keuangan terpadu merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan

sekolah untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satu indikator

SPM menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), termasuk sekolah harus menyusun laporan

sekolah.

Tujuan Laporan Keuangan Terpadu

Laporan keuangan terpadu disusun agar terjadi transparansi dan akuntabilitas

dalam pengelolaan keuangan di sekolah.

Transparansi

Sejalan dengan berkembangnya pengelolaan sekolah, ada perkembangan

kebutuhan akan transparansi dalam manajemen keuangan sekolah.

1. Keterbukaan ini dalam banyak kasus telah mampu menumbuhkan kepercayaan dan

pada gilirannya partisipasi masyarakat; kesediaan banyak orang berpartisipasi

dalam program stasiun TV swasta untuk sumbangan musibah bencana alam yang

pengelolaannya sangat terbuka adalah salah satu contoh keberhasilan transparansi

dalam menggalang partisipasi masyarakat.

2. Laporan Keuangan Terpadu dengan cakupannya yang menyeluruh dan dalam

bentuknya yang sangat ringkas dan sederhana memenuhi tujuan transparansi dalam

pengelolaan keuangan sekolah. Dengan menyeluruh maka segenap pemasukan dan

pengeluaran dilaporkan secara tunggal; dengan ringkas maka laporan ini dapat

tersampaikan kepada stakeholders dengan praktis, bahkan ditempel pada papan

pengumuman sekolah.

Akuntabilitas

1. Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik

pemerintahan yang mempunyai beberapa arti antara lain. Akuntabilitas sering

digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat

dipertanggungjawabkan (responsibility),yang dapat dipertanyakan (answerability),

yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai ketidakbebasan

(liability).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 118

Page 119: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2. Akuntabilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola pemerintahan.

Akuntabilitas dapat digambarkan sebagai sebuah pertanggungjawaban kepentingan

atau sebuah kewajiban untuk memberitahukan dan menjelaskan tiap tindakan dan

keputusan agar dapat disetujui maupun ditolak bilamana diketemukan adanya

penyalahgunaan kewenangan

3. Dengan demikian akuntabilitas pada dasarnya merupakan suatu pertanggung

jawaban kepada pihak-pihak terkait tentang tindakan dan keputusan yang diambil.

4. Akuntabilitas tidak hanya pertanggungjawaban secara administrasi, tetapi juga

pertanggungjawaban secara substantif yang akan melihat apakah penggunaaan uang

sudah dilakukan secara tepat sesuai dengan tujuan, fungsi dan kebutuhan sekolah.

5. Akuntabilitas dari manajemen sekolah dapat dicapai antara lain melalui Laporan

Keuangan Terpadu karena keterpaduan memungkinkan dihindarinya pencatatan

ganda oleh sekolah.

Prinsip-Prinsip Laporan Keuangan Terpadu

Penyusunan Laporan Keuangan Terpadu dalam kegiatan ini hanya

memasukkan “dana yang dikelola” oleh sekolah. Adapun dana yang tidak dikelola

sekolah (tetapi dikelola oleh Komite dan atau Yayasan) disajikan secara tersendiri.

Yang dimaksud “dana dikelola” disini adalah bahwa pengeluaran dan

pengadministrasian dana tersebut menjadi otoritas sekolah. Dana tersebut tidak sekedar

dipungut, diadministrasikan sekolah tetapi penggunaannya juga menjadi otoritas

sekolah. Dimana sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Laporan Keuangan Terpadu

sebagai berikut :

1. Mencatat Semua Pengeluaran untuk kegiatan di sekolah yang didanai dengan

berbagai sumber dana. Sesuai dengan namanya laporan ini mengkonsolidasikan

seluruh pemasukan dan pengeluaran uang untuk keperluan sekolah, baik investasi

maupun operasional. Termasuk dalam pemasukan sekolah adalah dana dari

pemerintah daerah tingkat I dan II serta pemerintah pusat, baik yang bersifat rutin

maupun proyek, dana dari orang tua atau masyarakat, atau penghasilan sekolah

lainnya. Untuk sekolah atau madrasah besarnya gaji pegawai (pendidik dan tenaga

kependidikan) yang akan diterima sebaiknya juga dimasukkan sebagai unsur

penerimaan maupun pengeluaran.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 119

Page 120: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2. Pencatatan disertai dengan bukti yang sah. Dalam penyusunan LKT Pencatatan yang

dilakukan harus disertai bukti yang sah. Pengeluaran harus dilakukan pada harga

yang wajar serta barang yang diperoleh dapat dibuktikan keberadaan dan

penggunaannya.

3. Mencatat kesesuaian antara anggaran dan realisasi. Sejalan dengan akuntabilitas,

penerimaan dan khususnya pengeluaran sedapat mungkin sesuai dengan yang

dianggarkan. Kalau ada realisasi pengeluaran yang tidak sesuai dengan anggaran,

perlu ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

4. Sederhana. LKT disusun dalam format yang sederhana agar dapat dibaca dan

dimengerti, bahkan untun orang awam sekalipun. Kesederhanaan bentuk laporan

juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya multi interpretasi.

Sumber Dana di Sekolah dan Pola Pengelolaannya

Sumber Dana

Dana yang diterima oleh sekolah berasal dari beberapa sumber, berbeda-beda

menurut jenjang dan jenis sekolah. Beberapa variasi sumber pendanaan sekolah dapat

diuraikan sebagai berikut.

1. Biaya Operasional Sekolah (BOS)

Untuk Sekolah SD/MI dan SMP/MTs sumber pendanaan umumnya hanya berasal

dari satu sumber yaitu berasal dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

2. APBD Kabupaten/Kota

Di beberapa Kabupaten/Kota ada pula kebijakan memberikan dana ke sekolah

(SMP/MTs dan SD/MI) yang berasal dari APBD II. Penamaan pemberian dana

tersebut bermacam-macam ada yang menyebut dana operasional rutin, dana

operasional sekolah (DOS), Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dan

sebagainya.

3. Komite Sekolah/Orang Tua

Di beberapa sekolah sumbangan orang tua murid bahkan lebih besar dibanding

dengan sumber dana lain.

4. Yayasan

Untuk SD/MI dan SMP/MTs Swasta, sumber dana selain berasal dari BOS, ada

juga yang berasal dari Yayasan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 120

Page 121: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

5. Sumber lain

Yang dimaksud dengan sumber lain adalah sumber dana yang berasal dari pihak

lain yang punya kepedulian tinggi terhadap pendidikan atau dari lembaga

internasional yang membantu.

Tabel 16 menggambarkan tentang kemungkinan sumber-sumber pendanaan yang

dimiliki oleh sekolah.

Tabel 16. Kemungkinan Sumber Pendanaan Sekolah

Dalam penyusunan Laporan Keuangan Terpadu, semua dana yang diterima dari

berbagai sumber tersebut perlu diintegrasikan dan disajikan menjadi satu dalam

Laporan Keuangan. Oleh karena itu sebelum menyusun LKT terlebih dahulu perlu

diidentifikasi sumber-sumber pendanaan yang ada di sekolah.

Pola Pengelolaan

Pola pengelolaan keuangan secara umum berbeda-beda untuk masing-masing

sumber.

dana dari BOS, pola pengelolaan dan penyusunan laporannya sudah standar sesuai

dengan

Pedoman yang ada. Demikian pula pengelolaan dana yang berasal dari APBD II dan

APBN, pada umumnya sudah ada pedoman yang standar.

Sementara untuk dana yang berasal dari pungutan/sumbangan dari orang tua

murid/komite dapat berbeda-beda antar sekolah. Dari hasil uji coba ditemukan

beberapa pola pengelolaan dana yang berasal dari orang tua/ komite sekolah sebagai

berikut.

1. Dana dikumpulkan oleh sekolah dan diberikan kepada Komite sekolah untuk

pengelolaan/ penggunaan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 121

Page 122: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2. Dana dikumpulkan oleh sekolah dan dikelola bersama antara pihak sekolah dan

komite sekolah

3. Dana dikumpulkan oleh sekolah dan diberikan kepada Yayasan (swasta) dan

sekolah mendapat dana dari Yayasan sesuai kebutuhan untuk

pengelolaan/penggunaan

4. Dana dikumpulkan oleh Komite sekolah dan dikelolaan/penggunaan dilakukan oleh

Komite sekolah

Jangka Waktu dan Manfaat Pelaporan

Laporan Keuangan Terpadu dibuat dalam kurun waktu triwulanan. Hal itu

dilakukan karena sesuai dengan laporan keuangan dari dana BOS. Namun demikian

jika dianggap perlu maka Laporan Keuangan Terpadu dapat dibuat setiap bulan. Tidak

dianjurkan untuk membuat Laporan Keuangan Terpadu lebih jarang dari triwulanan.

Manfaat laporan keuangan terpadu:

1. Bagi Sekolah

a. Dapat digunakan sebagai alat monitoring keuangan sekolah, sehingga sekolah

dapat melakukan penyesuaian pengeluaran jika diperlukan;

b. Dengan transparan dan akuntabel, terbuka peluang lebih besar untuk mengakses

sumber pendanaan lain.

2. Bagi Pemda

a. Dapat mendorong penggunaan dana di sekolah agar lebih efektif dan efisien;

b. Dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pengalokasian dana ke sekolah.

3. Bagi Masyarakat

a. mengetahui bagaimana penggunaan uang di sekolah;

b. peluang lebih besar untuk berpartisipasi (bagi yang mampu).

Bentuk Laporan Keuangan Terpadu

Ada tiga format Laporan:

1. FORM LKT 1 adalah format laporan keuangan yang menyajikan realisasi

pengeluaran menurut sumber dana (Lihat LAMPIRAN 1)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 122

Page 123: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2. FORM LKT 2A adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan

antara anggaran dengan realisasi penerimaan sekolah dari berbagai sumber (Lihat

LAMPIRAN 2A)

3. FORM LKT 2B adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan

antara anggaran dengan realisasi pengeluaran per jenis pengeluaran (Lihat

LAMPIRAN 2B).

FORM LKT 1

FORM LKT 1 berisikan penerimaan dana menurut sumber dan alokasi

pengeluaran menurut kelompok penggunaannya, yang dirinci seperti pada Lampiran 1.

Dalam FORM LKT 1 laporan realisasi penggunaan dana disajikan menurut sumber

dana. Semua pengeluaran dana yang berasal dari berbagai sumber disajikan dalam

Format ini. Untuk mengisi kolom sumber dana disesuaikan dengan dana yang diterima

sekolah dari sumber-sumber yang ada. Dari uraian pada sub bab sebelumnya bahwa

sumber dana sekolah dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu BOS, APBD

Kabupaten/Kota, Komite Sekolah (sumbangan orang tua murid), Yayasan, APBN dan

sumber lain.

Cara mengelompokan jenis pengeluaran berdasarkan pengelompokan yang

dilakukan dalam RKAS sehingga masing-masing daerah berbeda sesuai kebijakan

yang ada. Sedangkan

pengeluaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:

I. Biaya Operasional dan Pemeliharaan

a. Belanja Pegawai, yang termasuk biaya pegawai:

- Gaji dan tunjangan lainnya

- Tunjangan beras

- Honorarium guru dan pegawai

- Uang lembur

b. Belanja Barang, Jasa dan Pembelajaran antara lain:

- Belanja ATK

- Belanja bahan habis pakai

- Belanja daya dan jasa

- Belanja KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

- Belanja Pengembangan potensi siswa (kegiatan Pramuka, UKS, PMR , olimpiade dll)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 123

Page 124: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

- Belanja pengembangan profesi guru

- Belanja untuk perpustakaan

c. Belanja Pemeliharaan dan Rehabilitasi Ringan

- Pemeliharaan gedung kantor dan sekolah

- Pemeliharaan rumah dinas, asrama atau mess

- Pemeliharaan kendaraan

- Pemeliharaan inventaris kantor dan sekolah

d. Biaya Lain-lain

- Perjalanan dinas atau transport

- Penerimaan siswa baru

- Peringatan hari besar nasional (PHBN) dan agama

- Rapat komite sekolah

- Pentas seni

- Iuran kegiatan di tingkat kecamatan

II. Biaya Investasi/Belanja Modal

a. Termasuk dalam belanja ini:

- Pembangunan gedung atau ruang baru

- Pembelian peralatan

- Rehabilitasi berat

- Dan lain-lain

b. Kolom terakhir adalah jumlah pengeluaran untuk masing-masing kelompok

pengeluaran

dari berbagai sumber dana. Sedangkan baris terakhir berisi jumlah pengeluaran untuk

masing-masing sumber pengeluaran.

FORM LKT 2A

FORM LKT 2A berisi pengeluaran-pengeluaran menurut sumber dananya.

Nilai-nilai dari barisbaris sub-total pada Kolom 5 form ini semestinya akan sama

dengan nilai-nilai kelompok yang sama pada Kolom 9 Form LKT 1.

- Kolom 1 adalah nomor.

- Kolom 2 adalah sumber pendanaan.

- Kolom 3 adalah anggaran untuk 1 tahun menurut sumber dana, yang nilainya adalah

seperti yang tercantum pada anggaran sekolah (APBS/RKAS). Bila APBS/RKAS

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 124

Page 125: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

mengalami revisi maka isian pada kolom ini diubah sesuai dengan nilainya pada

revisi tersebut.

- Kolom 4 adalah realisasi sampai dengan triwulan lalu. Kolom ini berisi nilai yang

telah terealisasikan secara kumulatif pada triwulan sebelumnya. Jadi isinya adalah

nilai pada

Kolom 6 untuk laporan triwulan sebelumnya. Bila laporan yang disusun adalah yang

pertama dalam tahun anggaran sekolah maka nilainya adalah nol.

- Kolom 5 adalah realisasi triwulan ini yang berisikan pengeluaran yang terjadi pada

triwulan pelaporan ini.

- Kolom 6 adalah jumlah sampai dengan triwulan ini. Kolom ini berisi penjumlhasn

antara kolom 4 dan 5.

- Kolom 7 adalah saldo yang berisi selisih antara kolom 3 dan kolom 6.

FORM LKT 2B

FORM LKT 2B berisi pengeluaran-pengeluaran menurut kelompok yang lebih

rinci tanpa menghiraukan sumber dananya. Nilai-nilai dari baris-baris sub-total pada

Kolom 5 formulir ini semestinya akan sama dengan nilai-nilai kelompok yang sama

pada Kolom 9 Form LKT 1.

- Kolom 1 adalah nomor. Kolom ini juga dapat diisi dengan Kode. Mengenai kode ini

bisa disesuaikan untuk masing-masing Kabupaten/Kota. Alangkah baiknya jika kode

ini dibuat secara seragam untuk satu kabupaten/kota sehingga akan memudahkan

bagi Dinas Pendidikan jika akan membandingkan antara laporan keuangan sekolah

yang satu dengan sekolah yang lain. Tentang bagaimana cara pengkodean dapat

diformulasikan masingmasing oleh Kabupaten/Kota. Yang terpenting dalam

pemberian kode adalah sifatnya yang unik untuk setiap kode dan konsisten dalam

mengelompokkannya.

- Kolom 2 adalah jenis pengeluaran.

- Kolom 3 adalah anggaran untuk 1 tahun, yang nilainya adalah seperti yang tercantum

pada anggaran sekolah (APBS/RKAS). Bila APBS/RKAS mengalami revisi maka

isian pada kolom ini diubah sesuai dengan nilainya pada revisi tersebut.

- Kolom 4 adalah realisasi sampai dengan triwulan lalu. Kolom ini berisi nilai yang

telah terealisasikan secara kumulatif pada triwulan sebelumnya. Jadi isinya adalah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 125

Page 126: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

nilai pada Kolom 6 untuk laporan triwulan sebelumnya. Bila laporan yang disusun

adalah yang pertama dalam tahun anggaran sekolah maka nilainya adalah nol.

- Kolom 5 adalah realisasi triwulan ini yang berisikan pengeluaran yang terjadi pada

triwulan pelaporan ini.

- Kolom 6 adalah jumlah sampai dengan triwulan ini. Kolom ini berisi penjumlhasn

antara kolom 4 dan 5.

- Kolom 7 adalah saldo yang berisi selisih antara kolom 3 dan kolom 6.

- Namun harus berhati-hati dalam melakukan evaluasinya karena beberapa pos

mungkin memang sudah akan habis pada waktu relatif awal dari periode

perencanaan; sebaliknya, beberapa pos mungkin memang masih mempunyai saldo

besar walaupun sudah menjelang akhir periode perencanaan karena memang rencana

pengeluarannya adalah pada akhir periode perencanaan.

FORM LKT 1, FORM LKT 2A dan FORM LKT 2B inilah yang hendaknya

disampaikan kepada masyarakat sebagai upaya transparansi manajemen sekolah.

Caranya bisa dengan ditempel pada papan pengumuman sekolah atau paling tidak pada

ruang guru. Bila memang dikehendaki mungkin anggota Komite Sekolah bisa

mendapat satu kopi setiap bulan.

Teknik Penyusunan Laporan Keuangan Terpadu

Pengisian Buku Kas Menurut Sumber Dana

Buku Kas menurut Sumber Dana berisi tentang transaksi penerimaan dan

pengeluaran menurut sumber dana. Format buku Kas Per Sumber Dana sebagai

berikut.

BUKU KAS PER SUMBER DANA (dalam ribuan rupiah)

SUMBER DANA: .............................................

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 126

Page 127: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Format tersebut di atas bukan merupakan format baku dan banyak variasi di sekolah.

Pengisian FORM LKT 1, LKT 2A dan LKT 2B Berdasarkan Buku Kas

Setelah melakukan pengisian buku kas menurut sumber dana, langkah

berikutnya adalah mengisi LKT 1. Pengisian dilakukan berdasarkan buku kas untuk

tiga bulan terakhir, karena LKT disusun untuk setiap triwulan.

LAMPIRAN BAGIAN 3: KONSEP DASAR DAN PROSES PENYUSUNAN

Form LKT 1

LAPORAN KEUANGAN TERPADU

SEKOLAH : _________________________

TRIWULAN : I / II / III / IV

TAHUN AJARAN : _________________________

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 127

Page 128: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Lampiran 2A: Form LKT 2A

Form LKT 2A

LAPORAN KEUANGAN TERPADU

SEKOLAH : _________________________

TRIWULAN : I / II / III / IV

TAHUN AJARAN : _________________________

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 128

Page 129: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Lampiran 2B:

Form LKT 2B

LAPORAN KEUANGAN TERPADU

SEKOLAH : _________________________

TRIWULAN : I / II / III / IV

TAHUN AJARAN : _________________________

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 129

Page 130: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Lampiran 3: Contoh FORM LKT 1 yang Sudah Terisi

Lampiran 4A: Contoh FORM LKT 2A yang Sudah Terisi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 130

Page 131: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Lampiran 4B: Contoh FORM LKT 2B yang Sudah Terisi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 131

Page 132: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

11. RENCANA OPERASIONAL

A. Pengertian Rencana Operasional

Rencana Operasional (Renop) sekolah merupakan rencana implementasi

Rencana Stratejik sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Renop sering juga disebut

Rencana Tahunan. Renop berisi langkah-langkah operasional yang akan ditempuh

selama satu tahun oleh sekolah, unit-unit, dan atau individu-individu staf dalam rangka

mencapai tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan jabaran dan tahapan-

tahapan untuk mencapai tujuan stratejik.

Renop disusun oleh unit-unit atau individu staf yang ada dalam struktur

organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing. Renop pengembangan kegiatan kurikuler, renop pengembangan

kegiatan kesiswaan, renop peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan sebagainya

merupakan contoh-contoh Renop yang dapat dikembangkan. Renop berfungsi sebagai

alat yang digunakan oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin

bahwa program pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah

sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan kegiatan semesteran, bulanan, mingguan, dan

harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja tahunan.

B. Komponen-Komponen Rencana Operasional

Komponen-komponen Renop sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Program

Pengembangan yang dirumuskan dalam dokumen Renstra. Perbedaan pokok antara

keduanya terletak pada kurun waktu kegiatan dan rincian dari masing-masing

komponen itu. Komponen-komponen Renop meliputi:

1. Latar Belakang dan Rasional:

alasan atau argumentasi yang mendasari kegiatan yang diusulkan.

2. Sasaran:

hasil yang akan peroleh pada akhir kegiatan operasional

3. Indikator Kinerja:

tolak ukur kuantitatif pencapaian sasaran

4. Rancangan Kegiatan:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 132

Page 133: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

jenis dan tahap-tahap pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan operasional selama satu tahun.

5. Sumber Daya dan Dana Yang dibutuhkan:

a. jenis dan kualifikasi sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan

informasi yang dibutuhkan dalam implementasi kegiatan.

b. jumlah dan sumber dana yang dibutuhkan untuk pengadaan,

peningkatan kualitas, pemeliharaan, dan pengoperasian sumber daya

yang dibutuhkan.

6. Jadwal Kegiatan:

kapan pekerjaan sesungguhnya dilaksanakan dan batas waktu tugas harus

diselesaikan

7. Penanggung Jawab Kegiatan:

Pejabat atau staf yang bertanggung jawab keterlaksanaan Renop

Berikut diuraikan penjelasan rinci masing-masing komponen Renop tersebut.

Latar Belakang dan Rasional

Latar Belakang dan Rasional ini menguraikan secara ringkas dan padat

mengenai alas atau argumentasi yang mendasari kegiatan yang diusulkan.

Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam bagian ini meliputi:

a. Penjelasan mengenai akar permasalahan yang telah berhasil

diidentifikasi pada telaah diri saat menyusun Renstra, yang akan

diselesaikan dengan melaksanakan Renop ini. Masalah tersebut harus

dijelaskan sedemikian rupa, sehingga tergambar permasalahan

tersebut secara utuh dan menyeluruh (termasuk cakupannya,

berat/ringannya, faktor-faktor yg berpengaruh pada permasalahan

tersebut).

b. Kebijakan dan tujuan yang dirumuskan dalam Rencana Tindak

dalam dokumen Renstra

c. Apabila Renop yang disusun untuk tahun kedua dan seterusnya dari

siklus implementasi Renstra, dalam latar belakang juga perlu

dikemukakan:

1) capaian-capaian tujuan jangka panjang yang telah diperoleh

pada tahun-tahun sebelumnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 133

Page 134: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2) Masalah dan kendala yang dihadapi yang belum terselesaikan

pada tahun sebelumnya.

3) Praktik-praktik baik (good practices) yang diperoleh pada

tahun sebelumnya dan perlu dipertahankan pada Renop yang

sedang disusun

d. Argumentasi (alasan) tentang mengapa uraian Renop yang akan

dilaksanakan adalah pilihan yang paling tepat untuk menyelesaikan

akar permasalahan tersebut diatas. Argumen/alasan tersebut dapat

didasarkan pada pembenahan faktor-faktor yang berpengaruh pada

akar permasalahan tersebut atau dapat berdasarkan teori ilmiah dan

pengalaman dalam menghadapi akar permasalahan tersebut.

Sasaran (Objective)

Sasaran merupakan penjabaran atau diturunkan dari tujuan. Sasaran adalah

penggambaran hal yang ingin diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang

diambil sekolah guna mencapai tujuan (target terukur). Sasaran adalah hasil yang

akan dicapai secara nyata oleh sekolah atau unit yang ada di sekolah dalam

rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat

keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan.

Setiap sasaran disertai target masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat

dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan

dengan tujuan yang ditetapkan.

Rumusan sasaran yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Sasaran harus sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku setta sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pusat,

propinsi, maupun kabupaten/kota.

b. Sasaran ditetapkan mengacu pada dan merupakan milestone

pencapaian visi, misi, tujuan sekolah, strategi, serta kebijakan dan

tujuan yang dituangkan dalam Renstra Sekolah.

c. Sasaran harus dapat dijabarkan ke dalam sejumlah indikator kinerja.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 134

Page 135: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

d. Sasaran harus mengacu pada masalah-masalah yang teridentifikasi

dalam telaah diri dan merupakan upaya yang dikembangkan untuk

menjawab isu-isu stratejik.

e. Sasaran harus merupakan tindak lanjut dari pengalaman atau

permasalahan yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya.

f. Spesifik, sasaran menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, dan

bukan cara pencapaiannya.

g. Dapat dinilai dan terukur, sasaran harus terukur dan dapat digunakan

untuk memastikan apa dan kapan pencapaiannya.

h. Menantang namun dapat dicapai, tetapi tidak boleh mengandung

target yang tidak layak.

i. Berorientasi pada hasil, sasaran harus mensepesifikasikan hasil yang

ingin dicapai.

j. Dapat dicapai dalam waktu tahun tertentu.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan

diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja

baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, tahap setelah kegiatan selesai dan

berfungsi, serta untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari organisasi/unit

kerja yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka dan atau menuju

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja sulit bagi kita

untuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan) sekolah atau unit

kerja yang ada di bawahnya. Secara umum indikator kinerja memiliki fungsi:

a. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan

dilaksanakan.

b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait

untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan.

c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja

sekolah atau unit kerja yang ada di dalamnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 135

Page 136: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Indikator kinerja yang baik hendaknya memenuhi beberapa syarat sebagai

berikut:

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada

kemungkinan kesalahan interpretasi

b. Dapat diukur secara obyektif baik secara kuantitatif maupun

kualitatif.

c. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif

yang relevan dengan sasaran yang ingin dicapai.

d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan

keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dampak, dan proses.

e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan.

f. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang

bersangkutan dapat dikumpulkan dan dianalisis.

Terdapat enam jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam

pengukuran kinerja sekolah, yaitu :

a. Indikator masukan (input): segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan pendidikan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran

yang diinginkan. Indikator ini dapat berupa kualitas siswa baru,

kelekatan persaingan dalam seleksi siswa baru, relevansi kurikulum

dengan kebutuhan dunia kerja, kualitas Renstra yang disusun

sekolah, dan sebagainya.

b. Indikator proses (process): merupakan gambaran mengenai

perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan dalam

proses pendidikan di sekolah. Contoh indikator ini antara lain,

tingkat kehadiran siswa, tingkat keterlibatan siswa dalam

pembelajaran, penerapan PAKEM dalam pembelajaran, tingkat

pemanfaatan laboratorium, jumlah siswa yang berkunjung ke

perpustakaan, dan sebagainya.

c. Indikator keluaran (output): sesuatu yang diharapkan langsung

dicapai dari kegiatan pendidikan. Indikator-indikator seperti

peningkatan rata-rata NUN, peningkatan peringkat rata-rata NUN di

tingkat kabupaten/kota, atau peningkatan jumlah siswa yang lulus

UN, dapat digolongkan sebagai indikator output.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 136

Page 137: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

d. Indikator dampak (outcome): segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek

langsung). Inikator ini biasanya sulit dicapai dalam kurun waktu

Renop (1 tahun), akan tetapi harus sudah terukur setelah masa siklus

Renstra (4-5 tahun) selesai atau hampir selesai. Jumlah siswa yang

diterima di jurusan favorit di perguruan tinggi ternama, jumlah siswa

yang langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus, semakin

pendeknya masa tunggu siswa untuk mendapatkan pekerjaan pertama

setelah mereka lulus, adalah contoh-contoh indikator outcome.

e. Indikator akibat (impact): segala sesutu yang merupakan akibat

dari outcomes. Peningkatan popularitas sekolah akibat banyaknya

siswa cepat mendapatkan pekerjaan, meningkatnya jumlah siswa

yang mendaftar sebagai siswa baru akibat dari banyak nya siswa

yang diterima di perguruan tinggi unggulan, cepatnya promosi atau

perkembangan karir lulusan di dunia kerja merupakan contoh-contoh

indikator akibat tersebut.

Untuk mengukur keberhasilan capaian Indikator Kinerja, maka dalam

Renop harus dicantumkan kondisi saat disusunnya Renop dan kondisi yang

diharapkan dicapai setelah kegiatan dilaksanakan. Kondisi saat disusunnya

Renop digunakan sebagai baseline. Selain itu, jika indikator bersifat spesifik

maka perlu dijelaskan bagaimana dan kapan indikator itu akan diukur.

Tabel 2 Contoh Penyajian Indikator Kinerja

Sasaran Indikator Base-line TargetMetode

Pengukuran

Meningkatnya

relevansi

kompetensi siswa

di bidang TIK

dengan kebutuhan

dunia kerja

Rata-rata nilai

hasil Uji

Kompetensi

yang dilakukan

Asosiasi Profesi

(output)

6,75 8,00 Rata-rata nilai

semua peserta

uji kompetensi

Jumlah siswa

yang lolos Uji

65% 100% Jumlah yang

lulus dibagi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 137

Page 138: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Kompetensi oleh

Asosiasi Profesi

(output)

jumlah peserta

uji kompetensi

Jumlah lulusan

yang bekerja di

bidang TIK

(outcomes)

Tidak

diketahui

100% Studi sampling

setelah mereka

lulus

Rancangan Kegiatan

Rancangan kegiatan menjabarkan rincian, tahapan, dan langkah-langkah

kegiatan (sub-kegiatan) yang akan dilaksanakan dalam satu tahun. Pada setiap

langkah (sub-kegiatan) harus dijelaskan, maksud dan tujuannya yang ingin

dicapai secara ringkas dan jelas. Rancangan kegiatan yang efektif harus

memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.

a. Kegiatan tersebut bukan merupakan investasi atau pengadaan

sumberdaya. Namun harus berupa dampak dari investasi atau upaya

pemanfaatan investasi. Kegiatan dapat berlangsung terus-menerus

sementara investasi merupakan implikasi dan hanya merupakan

tahap paling awal dari sebuah kegiatan.

b. Kegiatan tersebut tidak kompleks, sehingga dapat dipahami dengan

mudah dan dapat dilaksanakan dengan baik.

c. Kegiatan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilannya. Untuk itu

perlu ditetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang

dapat diukur. Indikator keberhasilan kegiatan, umumnya berupa

indikator keluaran (output), namun dimungkinkan untuk

mencantumkan indikator keberhasilan dampak (impact/ outcomes).

d. Cakupan kegiatan tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, karena

cakupan ini akan berkaitan dengan beban kerja seorang penanggung

jawab. Cakupan kegiatan yang terlalu luas akan meningkatkan beban

kerja penanggungjawab.

e. Keluaran (output) maupun dampak (impact/outcomes) kegiatan

mempunyai kontribusi yang cukup bermakna (significant) terhadap

rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 138

Page 139: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

f. Keterkaitan antar bagian kegiatan/sub-kegiatan harus terlihat dengan

jelas.

g. Keberlangsung kegiatan tergambarkan dengan jelas.

Untuk memudahkan kita dalam merancang kegiatan dan membedakannya

dengan investasi, Tabel 3 memberikan contoh keduanya.

Tabel 3 Contoh Kegiatan dan Investasi

Kegiatan Investasi

Peningkatan kualitas penelitian tindakan

kelas (output)

Pelatian penelitian tindakan kelas

untuk guru.

Penyediaan jumlah referensi

penunjang PTK

Peningkatan peringkat dalam kejuaraan

Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) di

tingkat Kabupaten (outcome)

Pelatihan pembimbingan LKIR bagi

guru.

Penyediaan karya ilmiah siswa

sekolah lain yang telah berhasil

memenangi LKIR

Peningkatan keberterimaan siswa dalam

Prakerin (impact).

Penyesuaian peralatan lab dengan

standar industri.

Peningkatan Networking dengan

DU/DI

Peningkatan relevansi antara RPP yang

disusun guru dengan SKL dan SI

(output)

Lokakarya penyusunan RPP di

sekolah;

Konsultan pengembangan KTSP dan

RPP

Peningkatan keefektifan pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi guru TIK di bidang

jaringan.

Penambahan peralatan laboratorium.

Perluasan daya tampung

laboratorium komputer

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 139

Page 140: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Sumber daya yang dibutuhkan

Sumber daya yang dicantumkan dalam Renop merupakan uraian rinci

mengenai jenis, kualifikasi, dan kuantitas sumber daya yang dibutuhkan agar

kegiatan/sub-kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan dijaga

keberlangsungannya (sustainability). Sumber daya ini dapat meliputi SDM, pra-

sarana dan sarana pendidikan, buku-buku perpustakaan, keahlian, informasi,

teknologi, sistem manajemen, networking, bahan habis pakai untuk kegiatan

manajemen.

Pemilihan dan penetapan sumber daya yang dibutuhkan hendaknya

memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Uraian harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan untuk

melaksanakan kegiatan.

b. Harus dijelaskan asal sumber daya tersebut, misal: membeli,

menyewa, meminjam, memperbaiki yang telah ada, atau

meningkatkan kapasitas.

c. Sumber daya tidak hanya dapat diperoleh melalui siswa atau orang

tua siswa, namun juga bisa didapatkan dari sumber lain, termasuk

sumber dana yang berasal dari non-pemerintah.

d. Setiap kegiatan atau sub-kegiatan dimungkinkan membutuhkan lebih

dari satu sumber daya.

e. Dimungkinkan adanya juga kegiatan yang tidak membutuhkan

penambahan sumber daya baru, tetapi menggunakan sumber daya

yang sudah ada, sehingga pada bagian ini tidak ada sumber daya

yang dibutuhkan.

f. Pada bagian ini harus disebutkan secara ringkas, tentang jenis,

kualifikasi, spesifikasi, dan jumlah masing-masing sumberdaya yang

diperlukan (contoh: komputer dengan spesifikasi tertenu, guru atau

staf dengan kompetensi tertentu, alat laboratorium, jenis informasi,

peraturan di bidang tertentu, konsultan di bidang tertentu);

g. Mencantumkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk mengadakan,

perbaikan, peningkatan kapasitas sumber daya tersebut;

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 140

Page 141: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

h. Apabila sumber daya diusulkan kepada donor atau pemerintah, asal

sumber dana yang akan digunakan harus sesuai dengan Komponen

Pembiayaan Yang Boleh Diusulkan (Eligible Cost Component).

Keterkaitan antara kegiatan, sub-kegiatan, sumber daya dan sumber dana

yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Keterkaitan Antara Kegiatan, Sub-Kegiatan,

Sumber Daya dan Sumber Dana

Kegiatan/Sub-

kegiatan

Sumber Daya

Yang dibutuhkanInvestasi Jumlah Biaya

Sumber

Dana

Peningkatan

keefektifan

pembelajaran

TIK

Peningkatan

Rancangan

pembelajara

n TIK

2 orang guru

yang kompeten

dalam

penyusunan

Silabus dan RPP

TIK yang efektif

Lokakarya Rp. 2.500.000 DIK

Silabus dan RPP

Pembelajaran

TIK yang efektif

Supervisi

Penyusunan

Silabus/RPP

- -

Peningkatan

keefektifan

kegiatan

praktikum

2 orang guru

yang kompeten

di bidang Web

Master,

Jaringan, dan PC

Hardware

Pelatihan Rp.10.000.000 DPP

15 Unit

Komputer

berkecepatan

tinggi dan

Perbaikan

yang sudah

komputer

Rp.10.000.000 Blockgran

t

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 141

Page 142: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Kegiatan/Sub-

kegiatan

Sumber Daya

Yang dibutuhkanInvestasi Jumlah Biaya

Sumber

Dana

jaringan

20 set

Komponen PC

untuk kegiatan

praktikum

Pengadaan

Barang

Rp.40.000.000 Pemkab

C. Jadwal Pelaksanaan

Bagian ini berisi uraian ringkas tentang jadwal pelaksanaan kegiatan selama satu

tahun, dalam bentuk tabel (bar diagram). Sub kegiatan atau tahapan kegiatan yang

dicantumkan pada bagian ini, harus sama dengan sub kegiatan atau tahapan kegiatan

yang diuraikan pada bagian Rancangan Kegiatan. Untuk contoh kegiatan “Peningkatan

keefektifan pembelajaran TIK” di atas, jadwal pelaksanaannya dapat disajikan sebagai

berikut.

Tabel 5 Contoh Jadwal Kagiatan dalam Renop

Kegiatan/Sub-kegiatanBulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Peningkatan keefektifan

pembelajaran TIK

Peningkatan

Rancangan

pembelajaran TIK

Peningkatan

keefektifan kegiatan

praktikum

Evaluasi kompetensi

berskala industri

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 142

Page 143: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

12. PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

SEKOLAH (RAPBS)

Pembahasan tentang Rencana Anggaran pendapatan dan Belanja Sekolah

(RAPBS) berikut ini didasarkan pada asumsi bahwa sistem penganggaran di sekolah

menggunakan pendekatan yang disebut sistem penganggaran berbasis sekolah atau

School-based Budgeting System. Dengan sistem ini alokasi anggaran sekolah bersifat

lump-sum atau kita kenal juga dengan sistem hibah blok (block grant). Sistem ini

memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menggali, mengalokasikan dan

mengelola anggaran sesuai dengan kebutuhan baik untuk operasional sehari-hari

maupun untuk pengembangan sebagaimana direncanakan dalam Renstra maupun

Renop.

Spear (dalam Gorton dan Schneider, 1991) mengidentifikasi beberapa

keunggulan sistem penganggaran berbasis sekolah itu meliputi:

(1) sekolah dapat menunjukkan keunikan kebutuhan masing-masing sekolah (2) kajian yang bersifat kooperatif terhadap program-program dan praktik-praktik yang telah berjalan, (3) keterlibatan guru dalam penentuan status finansial sekolah dan pembatasan penggunaan anggaran, (4) hubungan yang lebih akrab antara guru dengan orang tua, dan (5) keputusan yang diambil lebih dekat dengan kebutuhan siswa.

Selain itu, sistem penganggaran berbasis sekolah juga memiliki beberapa

kelemahan yang perlu diantisipasi oleh pihak sekolah, komite sekolah, pengurus

yayasan, atau dinas pendidikan.

Pertama, sekolah akan menjadi semacam “kerajaan-kerajaan” kecil yang dapat

berdampak pada terhambatnya kerjasama antar satu sekolah dengan yang

lain.

Kedua, sekolah memerlukan waktu yang lebih banyak baik untuk menyusun RAPBS

maupun untuk keperluan pengawasan dan pemeriksaan keuangan.

Ketiga, karena sistem tersebut harus melibatkan semua warga sekolah, guru-guru harus

meluangkan waktu khusus untuk melibatkan diri dalam penyusunan

RAPBS, dan ini dapat berdampak terkuranginya konsentrasi guru terhadap

tugas profesionalnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 143

Page 144: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

A. Sistem Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran (Planning,

Programing, and Budgetting System)

Sebuah pendekatan sistematis dalam perencanaan anggaran yang perlu dipahani

oleh kepala sekolah adalah apa yang disebut Sistem Perencanaan, Pemrograman, dan

Penganggaran (Planning, Programing, and Budgetting System atau PPBS). Secara

sederhana PPBS merupakan “pemintaan sumber daya yang didasarkan dengan tujuan,

program, dan sasaran organisasi alih-alih dengan barang atau jasa yang akan dibeli,

SDM, atau bahan-bahan lainnya. Jika tujuan disetujui oleh pengambil keputusan, maka

apapun pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu akan disetujui.”

Meskipun pendekatan tradisional dalam penganggaran juga menekankan pada

perencanaan dan pemrograman, proses penganggaran ini tidak diorganisasikan pada

derajat yang sama untuk semua program dan tujuan sebagaimana diterapkan dalam

PPBS. Pendekatan tradisional juga tidak menerapkan derajat evaluasi yang sama untuk

semua program maupun tujuan.

Ubben dan Hughes (dalam Gorton dan Schneider, 1991) mengidentifikasi

langkah-langkah paling sederhana dalam PPBS:

1. Perumusan tujuan yang harus dicapai.2. Idetifikasi sasaran untuk mencapai tujuan tersebut.3. Pengembangan program dan proses yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan dan sasaran tersebut.4. Melakukan praktik-praktik evaluasi formatif dan sumatif.5. Telaah dan prosedur bersiklus yang menunjukkan apakah, atau sejauh

mana, program dan proses berhasil mencapai tujuan dan sasaran; dan jika tidak, untuk membantu menentukan prosedur, proses, atau program lain.

Untuk memudahkan memahami PPBS, kita dapat membandingkannya dengan

pendekatan tradisional sebagaimana diuraikan pada Tabel 6

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 144

Page 145: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 6 Perbandingan PPBS dan Pendekatan

Penganggaran Tradisional

PPBS

Tahapan:

Pendekatan Tradisional

Tahapan:

1. Menilai (assess) kebutuhan

pendidikan

1. Menentukan kebutuhan guru mengenai

barang-barang, buku, dan sebagainya.

2. Merumuskan tujuan dan kriteria

dan metode yang digunakan untuk

mengevaluasi sasaran

2. Menentukan tingkat kepentingan usulan

anggaran guru berdasarkan hasil

penilaian kebutuhan yang dilakukan

oleh pengambil keputusan.

3. Menentukan program dan prioritas

untuk mencapai tujuan

3. Melakukan estimasi usulan anggaran

guru.

4. Menentukan dan mengestimasi

biaya yang diperlukan untuk

menyediakan sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan

program

4. Mengorganisasikan anggaran

berdasarkan kategori kebutuhan,

misalnya: perangkat belajar-mengajar,

buku, pelatihan, dan sebagainya.

5. Mengorganisasikan anggaran

menurut bidang program dan

tujuan

Tampak pada Tabel 6 bahwa PPBS memberi penekanan yang sangat besar pada

perumusan dan evaluasi tujuan program dan pada keterkaitan pendanaan dengan

kebutuhan yang diajukan sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan itu, dari pada

mementingkan item-item yang akan didanai.

Persoalan yang paling sering dihadapi sekolah dalam penerapan PPBS adalah

kebutuhan waktu yang cukup panjang. Selain itu, penekanan hubungan antara alokasi

anggaran dengan tujuan yang dapat dirumuskan dengan jelas serta penentuan tujuan-

tujuan pendidikan terbukti bukan hal yang mudah untuk dilakukan dan bahkan sering

mendatangkan keputus-asaan. Persoalan lainnya terkait dengan sulitnya dicapai

kesepakatan di antara pihak yang terlibat mengenai data dan proses yang harus dilalui

dalam proses pelaksanaannya dan juga keterbatasan kemampuan pimpinan sekolah

terkait dengan teknik-teknik pengambilan keputusan yang beorientasi sistem tersebut.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 145

Page 146: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Namun demikian, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa PPBS tetap memiliki

keunggulan dibandingkan dengan pendekatan tradisonal. Di era yang dilingkupi

keterbatasan sumber dana dan tuntutan akuntabilitas yang terus meningkat saat ini,

tidak ada pilihan lain bagi sekolah kecuali menerpkan sistem penganggaran yang

sistematis seperti ditawarkan dalam PPBS tersebut.

B. Masalah-Masalah Terkait Dengan Penyusunan RAPBS

Salah satu implikasi dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sebagaimana

diamanatkan dalam perundang-undangan sistem pendidikan kita adalah diharuskannya

pimpinan sekolah (terutama Kepala Sekolah) untuk mengemban tanggung jawab yang

lebih besar dalam proses pengembangan RAPBS. Oleh karena itu disarankan agar awal

sedari para pimpinan itu menyadari berbagai masalah yang harus mereka hadapi untuk

melaksanakan tanggung jawab yang besar itu. Berikut ini diuraikan beberapa masalah

yang sering muncul dalam proses penyusunan RAPBS dengan menggunkan

pendekatan sistematis dalam konteks disentralisasi pendidikan tersebut.

Anggaran diusulkan didasarkan uang yang tersedia dan tidak didukung

pengetahuan yang memadai

Sekolah yang melibatkan guru atau pihak lain dalam penyusunan anggaran

kadang-kadang mendapati usulan anggaran dari orang-orang yang tidak benar-

benar membutuhkan apa yang mereka minta atau tidak memiliki pengetahuan

yang cukup mengenai barang-barang itu atau bagaimana mereka akan

menggunakannya. Banyak guru, misalnya, mengusulkan produk-produk baru

komputer yang mereka ketahui hanya melalui cerita dari mulut ke mulut bahwa

produk itu efektif membantu kegiatan belajar siswa.

Untuk mencegah masalah ini disarankan agar kepala sekolah meminta

semua pihak yang mengajukan anggaran untuk membuat alasan-alasan tertulis

pada setiap butir usulan, bagaimana akan digunakan, dan sejauh mana calon

pengguna itu telah memahami pengetahuan yang diperlukan untuk

memanfaatkan barang yang diusulkan itu atau pengetahuan atau keterampilan

apa yang ia perlukan agar dapat memanfaatkannya dengan baik. Selain itu

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 146

Page 147: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

pengusul juga perlu diminta menunjukkan apakah usulannya tersebut benar-

benar dibutuhkan atau bersifat esensial.

Kurang lengkapnya penjelasan tentang pentingnya usulan anggaran untuk

meningkatkan belajar siswa

Usulan anggaran dapat dimaksudkan untuk penggantian atau penambahan

barang yang dimiliki. Masalah yang sering muncul berkaitan dengan ini adalah

bahwa ketidakjelasan keterkaitan antara item-item yang diusulkan itu dengan

peningkatan kegiatan belajar siswa dan bagaimana peningkatan itu akan diukur.

Untuk mencegah hal ini kepala sekolah perlu meminta para pengusul untuk

memberikan alasan-alasan yang kuat bagaimana barang-barang yang diusulkan

akan membantu meningkatkan belajar siswa dan bagaimana peningkatan belajar

itu akan diukur.

Penurunan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun

Kebijakan wakil rakyat, kondisi perekonomian, pergantian pemimpin

politik (bupati, wali kota, gubernur, bahkan presiden) di daerah atau program-

program kemasyarakatan lain sering berdampak pada pengurangan anggaran

pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Selain beberapa kondisi eksternal

itu, penurunan anggaran juga sering terjadi karena faktor internal sekolah.

Penurunan jumlah siswa merupakan kondisi internal yang paling dominan

penurunan anggaran sekolah. Kemungkinan terjadinya pengurangan semacam ini

sangat beragam antara satu daerah dengan daerah yang lain, antara satu sekolah

dengan sekolah yang lain. Namun demikian tidak ada satu daerahpun yang dapat

menjamin terbebas dari hal itu.

Apabila terjadi, penurunan anggaran semacam itu bukan merupakan

persoalan yang sederhana. Pengurangan itu dapat berakibat pada modifikasi atau

eliminasi program, pengurangan staf, penundaan pemeliharaan dan perbaikan

fasilitas, yang dapat berdampak pada timbulnya frustrasi, kekecewaan dan

penurunan moral kerja. Meskipun tidak semua dampak pengurangan anggaran

itu dapat dihindarkan, namun akibatnya dapat diminimalkan apabila pendekatan

panganggaran yang digunakan rasional dan adil. Salah satu pendekatan yang

tampaknya dapat membantu mengatasi dampak tersebut adalah pendekatan yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 147

Page 148: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

disebut “zero-base budgeting” atau penganggaran tanpa pertumbuhan yang

dikenal dengan ZBB (Gorton dan Schneider, 1991).

ZBB berusaha untuk menghindarkan penganggaran yang tidak menentu,

dalam mana anggaran yang ada tidak dipersoalkan dan perhatian difokuskan

hanya pada anggaran yang baru atau anggaran tambahan yang akan diberikan.

Selain itu, ZBB juga mempertimbangkan keseluruhan anggaran dan memerlukan

perbandingan antar semua bidang anggaran. Mundt, Olsen, dan Steinberg (dalam

Gorton dan Schneider, 1991:163) mendefinisikan ZBB sebagai

“a process in which ‘decision packages’ are prepared to describe the funding of existing and new programs at alternative service levels, both lower and higher than current level, and funds are allocated to program based on rankings of these alternatives”

Dengan kata lain, dalam penerapan ZBB, sekolah harus melakukan

justifikasi yang ketat terhadap setiap butir anggaran yang diusulkan setiap tahun.

Justifikasi itu harus mencakup rasional, tujuan dan sasaran, kriteria evaluasi, dan

sumber daya yang dibutuhkan bagi level-level alternatif layanan pada masing-

masing program. Langkah-langkah umum ZBB meliputi:

a. Identifikasi unit-unit pengambilan keputusan (dibatasi pada program-

program yang membutuhkan sumber daya).

b. Analisis paket-paket keputusan (dokumen yang memaparkan tujuan,

kegiatan, sumber daya dan anggaran masing-masing keputusan).

c. Membuat peringkat paket keputusan.

d. Pengalokasian anggaran.

e. Penyiapan anggaran resmi.

Selain langkah-langkah di atas, Hudson dan Steinberg (dalam Gorton dan

Schneider, 1991) menyarankan biang-bidang sebagai berikut sebagai

pertimbangan dalam penentuan prioritas.

a. Budget Pad. Pada anggaran yang baik biasanya terdapat marjin pengaman. Jika kondisi memaksa dilakukan pengurangan anggaran, pada alokasi ini yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan penghematan.

b. Pengurangan jumlah kelas. Apabila penurunan jumlah siswa terjadi pada kelas tertentu atau, di SMK, pada program keahlian tertentu hingga mencapai angka kurang dari batas minimal, pelajaran-pelajaran yang bersifat duplikasi dapat dikurangi tanpa mengurangi kualitas atau standar yang ditetapkan dalam KTSP.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 148

Page 149: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

c. Fungsi-fungsi layanan non-pembelajaran. Karena terjadi pengurangan anggaran, perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap kegiatan-kegiatan non-pembelajaran seperti pemeliharan, transportasi, premi asuransi, prosedur pengadaan yang lebih efisien, tanpa mengurangi program pembelajaran.

d. Rencana bidang prasarana. Jika anggaran tepaksa harus dikurangi, perlu dilakukan peninjauan kembali rencana-rencana renovasi atau pembangunan gedung atau pengadaan prasarana lainnya.

e. Layanan pendukung pembelajaran. Penurunan jumlah siswa dapat berdampak pada menurunnya kebutuhan bahan, staf layanan khusus seperti bimbingan konseling, media pembelajaran, dan kegiatan administrasi. Oleh karena itu dipertimbangkan pengurangan pada kebutuhan-kebutuhan itu tanpa mengurangi standar kualitas.

f. Program pembelajaran. Pengurangan program ini dapat dilakukan hanya jika pengurangan anggaran tidak teratasi dengan semua usaha yang disebutkan di atas.

Kurangnya kemampuan dalam mengevaluasi usulan anggaran

Kepala sekolah biasanya seorang generalis yang bekerja bersama

sekelompok guru yang merupakan para spesialis mata pelajaran tertentu. Kepala

sekolah ada kalanya juga memiliki spesialisasi di bidang-bidang tertentu. Akan

tetapi kecil kemungkinannya seorang kepala sekolah mampu menguasai dengan

baik semua bidang dalam program pendidikan. Konsekuensinya, selama

penyusunan RAPBS, kepala sekolah sering menerima usulan anggaran pada

bidang-bidang yang ia hanya memiliki pengetahuan yang sangat terbatas.

Untuk mengurangi dampak negatif dari keterbatasan tersebut, kepala

sekolah dapat melakukan satu atau lebih dari alternatif-alternatif berikut.

Pertama, kepala sekolah dapat meminta guru yang memiliki keahlian yang cukup

untuk membantu melakukan justifikasi usulan yang kepala sekolah tidak

memiliki cukup pengetahuan. Dampak negatif dari alternatif ini adalah kepala

sekolah dapat dipandang hanya sebagai tukang stempel atas usulan anggaran

yang dibuat guru.

Alternatif kedua adalah kepala sekolah berusaha meningkatkan

pengetahuannya tentang hal-hal yang ia belum tahu. Meskipun cara ini fisibel

dan harus diusahakan semaksimal mungkin oleh kepala sekolah sebagai bagian

dari tanggung jawab yang diembannya, meskipun cara itu tetap tidak akan

mampu menjawab semua masalah di atas.

Alternatif ketiga adalah memanfaatkan jasa konsultansi dari orang-orang

yang ada di lingkungan sekolah yang dapat membantu kepala sekolah, seperti

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 149

Page 150: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

pengawas mata pelajaran, atau ahli dari universitas untuk mengevaluasi usulan

anggaran yang bersifat khusus di atas. Dengan asumsi bahwa konsultan semacam

itu dapat diperoleh, kepala sekolah harus tetap hati-hati dalam memilih konsultan

agar objektivitas penilaian usulan anggaran benar-benar terjamin.

Permintaan untuk membeli barang bermerk tertentu atau ancaman

sentralisasi anggaran

Banyak pihak yang mengusulkan anggaran menuntut merek-merek tertentu

karena mereka yakin bahwa merek itu memiliki kualitas dan kesesuaian yang

tinggi dengan kebutuhan mereka. Terkait dengan usulan semacam ini muncul

karena hal itu terlarang dalam proses pengadaan yang menggunakan anggaran

pemerintah. Pengadaan melalui tender melarang penyebutan merk tertentu atas

barang atau jasa yang akan diadakan dengan maksud agar diperoleh harga

terrendah dalam rangka efisiensi penggunaan uang negara.

Untuk mengatasi hal itu, pengusul anggaran harus berusaha keras agar

barang yang diperoleh terjaga kualitas, keawetan, dan kebermanfaatanya dengan

cara menyebutkan secara rinci spesifikasi barang atau jasa yang diusulkan.

Selain itu keterlibatan para pengguna dalam penentuan usulan anggaran juga

merupakan cara yang dapat membantu mengatasi permasalahan merek tersebut.

Keterlibatan pengguna ini juga akan mendorong optimalisasi pemanfaatan ketika

barang itu telah tersedia.

Selain itu, kecenderungan menggunakan barang dengan merek tertentu

juga dapat bermasalah ketika harus terjadi pergantian staf. Staf pengganti akan

mengalami kesulitan jika sebelumnya ia tidak pernah mengoperasikan barang

dengan merek tertentu itu.

Kurangnya pembinaan, komunikasi dan konsultasi dengan pihak-pihak

terkait

Oleh karena proses penyusunan RAPBS sangat rumit, maka diperlukan

pembinaan dan konsultasi yang intensif dari pihak terkait, misalnya Dinas

Pendidikan Kota/Kabupaten. Konsultansi semacam itu penting untuk semua

aspek manajemen sekolah, akan tetapi jauh lebih penting berkaitan dengan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 150

Page 151: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

proses penganggaran. Namun sayangnya, persoalan kurangnya pembinaan dan

konsultasi ini paling sering dijumpai di berbagai tempat.

Kurangnya konsultasi dan komunikasi tersebut dapat terjadi pada dua

periode: (a) tahap awal, dan (2) tahap setelah usulan anggaran dikirimkan ke

pihak yang lebih atas (Dinas Pendidikan atau Yayasan). Persoalan yang sering

terjadi pada tahap awal adalah kurangnya informasi yang diperoleh sekolah

mengenai kebijakan anggaran yang berlaku di suatu wilayah dimana sekolah

berada. Kebijakan dimaksud dapat mencakup jumlah dan alokasi anggaran,

prosedur dan mekanisme perencanaan dan pengusulan anggaran, dan parameter-

parameter pengelolaan keuangan lainnya. Bahkan sering dialami sampai dengan

saat tahun pelajaran telah berlangsung, pihak sekolah belum mendapatkan

gambaran yang pasti mengenai informasi-informasi tersebut. Sekolah juga sering

menerima informasi yang penuh ketidak-pastian mengenai kebijakan anggaran

daerah atau pusat.

Persoalan komunikasi sering juga terjadi saat usulan anggaran sekolah

telah diserahkan kepada pengambil keputusan di tingkat yang lebih tinggi.

Modifikasi mata anggaran, pemangkasan alokasi anggaran, atau perubahan-

perubahan lain sering dilakukan oleh pengambil keputusan itu tanpa

dikomunikasikan lebih dahulu dengan sekolah.

Persolan rendahnya derajat komunikasi juga dapat terjadi karena

kurangnya inisiatif sekolah untuk berkonsultasi dengan pihak di atasnya. Selain

itu berbagai tekanan yang berasal dari pihak-pihak di luar Dinas Pendidikan,

seperti Dewan Pendidikan, Kepala Daerah, DPRD, dan pihak-pihak lain juga

sering membuat pihak Dinas Pendidikan terpaksa melakukan perubahan usulan

anggaran sekolah tanpa memiliki cukup waktu untuk membahasnya dengan

sekolah pengusul. Satu-satunya cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi

persoalan komunikasi tersebut adalah pihak sekolah harus selalu proaktif untuk

mendapatkan informasi yang cukup mengenai parameter-parameter

penganggaran yang harus dijadikan pegangan dalam proses penyusunan RAPBS

dan juga terus memantau perkembangan proses penetapan anggaran yang telah

diserahkan kepada pengambil keputusan tersebut.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 151

Page 152: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

C. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

Pendapatan dan belanja sekolah merupakan dua komponen pokok dalam

RAPBS. Pendapatan sekolah adalah segala penerimaan yang diperoleh sekolah yang

berupa uang atau setara uang (buku, peralatan, bahan-bahan, dan lain-lain) dalam satu

tahun anggaran. Sedangkan belanja sekolah adalah segala pengeluaran yang dilakukan

sekolah dalam bentuk uang atau setara uang dalam satu tahun anggaran.

Pendapatan Sekolah

Sumber Pendapatan

Setiap sekolah memiliki sumber-sumber pendanaan yang berbeda-

beda. Untuk sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah (sekolah

negeri) sumber pendapatan utama berasal dari pemerintah dan siswa.

Sedangkan untuk sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat sumber

pendapatan biasanya berasal dari yayasan penyelenggaranya, siswa, dan

pemerintah. Pendapatan dari masing-masing sumber tersebut biasanya

masih dirinci lagi menjadi beberapa jenis anggaran. Tabel 7 menunjukkan

beberapa contoh jenis anggaran dari masing-masing sumber pendapatan

sekolah.

Tabel 7 Sumber Pendapatan Sekolah

Sumber Pendapatan Sekolah Anggaran

Pemerintah APBN

APBD Propinsi

APBD Kabupaten/Kota

Orang Tua Siswa/Komite Sumbangan Pelaksanaan Pendidikan (SPP)

Sekolah Bantuan Pengembangan Pendidikan (BPP)

Biaya Pendaftaran Murid Baru

Biaya Ujian Akhir Semester

Biaya Ujian Akhir Sekolah

Iuran Ekstra Kurikuler

Iuran Perpustakaan

Bantuan-bantuan lain yang ditentukan sekolah

Yayasan Penyelenggara Biaya Operasional Sekolah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 152

Page 153: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Sumber Pendapatan Sekolah Anggaran

Biaya Pengembangan Sekolah

Donatur Bantuan sukarela masyarakat umum insidental

Bantuan sukarela masyarakat umum rutin

Bantuan alumni

Hasil Usaha Sekolah Kantin Sekolah

Koperasi Sekolah

Unit Usaha sekolah

Penyewaan gedung dan fasilitas milik sekolah

Lain-lain Bunga tabungan sekolah

Sesuai dengan kebijakan dan ketentuan sekolah

maisng-masing

*) Penentuan sumber pendanaan sekolah harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perhitungan Pendapatan Sekolah

Frekuensi penerimaan selama satu tahun dari masing-masing sumber

pendapatan berbeda-beda, sekali dalam satu tahun, rutin setiap bulan,

setiap semester, bahkan ada yang tidak dapat dipastikan. Sekolah

umumnya tidak banyak kesulitan untuk menghitung perkiraan pendapatan

yang bersifat rutin, akan sering mengalami kesulitan dalam memperkirakan

pendapatan yang bersifat insidental atau tidak menentu. Tabel 3 dapat

membantu sekolah menghitung anggaran pendapatan dalam penyusunan

RAPBS.

Belanja Sekolah

Jenis Anggaran Belanja Sekolah

Menurut Pasal 62 Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan biaya pendidikan di sekolah meliputi

biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi

biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya

manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasi sekolah meliputi: (1) gaji

pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat

pada gaji, (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan (3) biaya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 153

Page 154: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,

pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Biaya personal meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti

proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Dari tiga macam

biaya tersebut, dua diantaranya harus dicantumkan dalam setiap RAPBS

yang disusun sekolah.

1) Biaya Investasi Sekolah

Anggaran investasi dapat juga diartikan sebagai alokasi

anggaran yang dibutuhkan sekolah untuk meningkatkan pelaksanaan

misinya melalui perbaikan atau peningkatan kinerjanya. Anggaran

ini biasanya digunakan untuk meningkatkan kapasitas (kemampuan)

sumber daya yang dimiliki sekolah dalam mendukung peningkatan

atau perbaikan kegiatan pendidikan. Berikut ini beberapa contoh

mata anggaran yang termasuk dalam anggaran pengembangan

sekolah.

a) Peningkatan kapasitas dan kompetensi guru dan staf

sekolah: pelatihan, MGMP, PKG, magang, seminar.

b) Peningkatan sarana dan prasarana sekolah: pengadaan

sarana atau prasarana baru, peningkatan kapasitas sarana-

prasarana yang telah ada, renovasi fasilitas fisik untuk

merubah atau meningkatkan fungsi atau kapasitasnya.

c) Pengadaan bahan-bahan referensi untuk siswa maupun

guru.

d) Pengembangan sistem atau perangkat lunak sekolah:

pengembangan KTSP, penngembangan kebijakan,

aturan, atau sistem baru dalam rangka peningkatan

kinerja sekolah, pengembangan model-model

pembelajaran yang baru melalui PTK atau PTS, dan lain-

lain.

e) Biaya operasional manajemen dan bahan habis pakai

untuk mendukung kegiatan-kegiatan pengembangan di

atas.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 154

Page 155: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

2) Biaya Operasi atau Biaya Rutin

Biaya operasi adalah alokasi biaya yang dibutuhkan sekolah

agar dapat mempertahankan atau meningkatkan sedikit demi sedikit

pelaksanaan misi utamanya melalui pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya sehari-hari. Dalam Peraturan pemerintah nomor 19 tahun

2005 biaya operasi didefinisikan sebagai bagian dari dana pendidikan

yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan

pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang

sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.

Anggaran operasional ini dapat mencakup:

a. Gaji guru dan pegawai tetap

b. Honorarium guru/pegawai tidak tetap atau tenaga pendukung lainnya.

c. Biaya operasional, pemeliharaan, perawatan dan perbaikan sarana-

prasarana sekolah sehingga dapat berfungsi secara normal.

d. Biaya pengadaan bahan habis pakai pendukung kegiatan sekolah yang

bersifat rutin.

e. Biaya tagihan berlanggaran: listrik, air, telepon, sambungan internet.

f. Biaya operasional pimpinan dan staf sekolah

Perhitungan Anggaran Belanja Sekolah

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian awal bab ini bahwa

perhitungan biaya sekolah harus didasarkan pada rencana program dan

kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Operasional Sekolah

(Renop). Namun demikian prinsip fisibilitas implementasi program dan

efisiensi penggunaan anggaran harus juga dipertimbangkan pada saat

melakukan perhitungan belanja sekolah untuk dituangkan dalam RAPBS.

Dalam bahasa yang sederhana, anggaran biaya yang dialokasikan untuk

setiap kegiatan yang diusulkan harus cukup namun sama sekali tidak

dibenarkan terjadi pemborosan. Ketepatan dan kecermatan perhitungan

anggaran dalam RAPBS menjadi pra-syarat terwujudnya prinsip-prinsip

itu. Beberapa langkah berikut dapat membantu sekolah untuk mendapatkan

hasil perhitungan yang tepat itu.

Volume pekerjaan yang akan dilaksanakan harus telah terdefinisikan

dengan jelas. Untuk melaksanakan pelatihan guru, misalnya, harus sudah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 155

Page 156: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

dipastikan berapa orang yang akan mengikuti pelatihan, berapa lama, dan

dimana pelatihan yang akan laksanakan. Dari data ini akan mudah

diperhitungkan biaya pelatihan yang harus dibayar ke tempat pelatihan,

biaya perjalanan, biaya hidup, dan biaya pendukung lainnya.

1) Spesifikasi dan kualifikasi barang atau jasa yang akan diadakan harus

jelas dan rinci.

2) Sekolah harus memiliki informasi yang dapat dipercaya mengenai biaya

satuan (unit cost) untuk setiap barang atau jasa yang akan diadakan.

Pemanfaatan berbagai media informasi dan komunikasi akan sangat

membantu mendapatkan informasi ini.

3) Biaya-biaya tambahan seperti pajak, kenaikan harga karena inflasi,

biaya pengiriman, biaya pemasangan, dan lain-lain harus

diperhitungkan dengan cermat. Hal ini penting karena harga yang

ditawarkan oleh penyedia barang atau jasa biasanya belum termasuk

biaya-biaya ini.

4) Untuk memudahkan proses pengadaan barang atau jasa dengan

menggunakan anggaran pemerintah, sekolah harus memahami dengan

baik peraturan perundang-undangan mengenai prosedur pengadaan

barang dan jasa. Dengan pemahaman ini sekolah akan dapat mencegah

terhambatnya implementasi kegiatan yang telah diprogramkan yang

diakibatkan oleh prosedur pengadaan barang/jasa itu.

5) Masing-masing sumber pendapatan biasanya telah ditetapkan untuk

mendanai kegiatan atau pengadaan barang/jasa tertentu. Penyusun

RAPBS harus memahami dengan baik ketentuan-ketentuan tentang

komponen-komponen anggaran yang diperbolehkan untuk masing-

masing sumber pendapatan itu.

6) Penyusun RAPBS harus memahami dengan baik ketentuan pembiayaan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari

pemerintah pusat maupun daerah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 156

Page 157: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

13. PENYUSUNAN PROPOSAL DAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN

A. Penyusunan Proposal Pengembangan Sekolah

Proposal berasal dari kata to propose artinya mengusulkan. Proposal pada

umumnya berisi rencana yang bersifat sekali pakai (single-use plan) yang

dikembangkan untuk mencapai serangkaian tujuan yang tidak mungkin diulang-ulang

di masa depan. Usulan kegiatan dalam proposal dapat berupa program atau proyek.

Yang dimaksud program dalam hal ini adalah serangkaian sasaran (objectives) dan

rencana untuk mencapai satu tujuan yang dipandang penting dan bersifat sekali capai

(one-time goal). Program dirancang untuk melaksanakan sejumlah kegiatan untuk

kepentingan organisasi sekolah. Program merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat

pokok, yang kadang kala memerlukan waktu beberapa tahun untuk menyelesaikannya,

serta sering memerlukan dibentuknya organisasi yang terpisah. Program memiliki

ruang lingkup yang luas dan terdiri dari atau terkait dengan sejumlah proyek.

Proyek pada prinsipnya sama dengan program, akan tetapi memiliki jangka

waktu yang lebih pendek dan ruang lingkup yang lebih spesifik. Dengan kata lain,

proyek merupakan serangkaian tujuan jangka pendek dan rencana dalam ruang lingkup

yang sempit untuk mencapai satu tujuan yang dipandang penting dan bersifat sekali

capai (one-time goal). Proyek seringkali merupakan bagian dari program. Peningkatan

pembelajaran berbasis satuan pendidikan merupakan contoh sebuah program.

Pengembangan KTSP, pengembangan silabus muatan lokal, dan identifikasi kearifan

lokal untuk diadopsi menjadi nilai-nilai yang dikembangkan dalam interaksi belajar-

mengajar merupakan proyek-proyek yang menjadi bagian dari program peningkatan

pembelajaran berbasis satuan pendidikan tersebut.

Proposal sebenarnya merupakan dokumen yang berisi paparan tertulis yang

dimaksudkan untuk meyakinkan pihak lain sehingga bersedia memberikan dukungan

(biasanya berupa dana) terhadap implementasi program atau kegiatan yang diusulkan.

Proposal penelitian mahasiswa, misalnya, biasanya diajukan untuk mendapatkan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 157

Page 158: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

persetujuan dari pimpinan jurusan atau dosen pembimbing untuk kemudian menjadi

proyek penelitian dalam rangka menyelesalaikan skripsi, tesis, atau disertasi.

Disamping untuk mendapatkan persetjuan, proposal juga diajukan untuk mendapatkan

pendanaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan yang diusulkan.

Kegiatan untuk pengembangan sekolah biasanya diusulkan kepada pemerintah, komite

sekolah, yayasan, atau pihak donor yang lain untuk disetujui dan untuk mendapatkan

pendanaan.

Proposal diajukan atas dasar permintaan pihak lain (penyedia dana) atau atas

inisiatif dari pembuat proposal itu sendiri. Porposal yang dibuat atas dasar permintaan

pihak lain biasanya telah disertai ketentuan mengenai substansi dan format yang harus

diikuti oleh sekolah pengusul. Sekolah tidak banyak mengalami kesulitan berkaitan

dengan isi dan format yang harus dituangkan dalam proposal.

Persoalan sering muncul apabila sebuah kegiatan yang dituangkan dalam

proposal murni atas inisiatif sekolah itu sendiri atau oleh pihak lain akan tetapi tidak

disertai panduan yang rinci tentang cara-cara menyusun proposal. Dalam hal yang

demikian ini, sekolah harus mampu menuangkan gagasan pengembangannya kedalam

sebuah proposal yang mampu meyakinkan pihak lain bahwa kegiatan yang diusulkan

benar-benar dibutuhkan oleh sekolah dan layak untuk diberi dukungan. Uraian berikut

ini memberikan pemahaman bagaimana menuangkan inisiatif pengembangan sebuah

sekolah dituangkan dalam bentuk proposal sehingga dapat meyakinkan pihak lain yang

berkepentingan agar bersedia mendukung implementasi kegiatan yang diusulkan itu.

Uraian difokuskan pada prinsip-prinsip penyusunan proposal yang baik, sistematika

proposal, dan proses penyunanan proposal yang efektif.

Prinsip-Prinsip Penyusunan Proposal

Urgensi, relevansi, dan fisibilitas merupakan tiga prinsip penting yang

harus dipegang teguh dalam dalam penyusunan proposal pengembangan sekolah.

Kegiatan yang diusulkan dalam sebuah proposal harus bersifat urgen atau

mendesak. Kemendesakan ini dapat dilihat dari dua hal. Pertama, kegiatan

dikatakan mendesak untuk dilaksanakan apabila kegiatan itu benar-benar

dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang sangat penting dan mendesak

untuk dipecahkan oleh sekolah. Masalah terjadi ketika sekolah gagal mencapai

apa tujuan yang telah dirumuskan. Kinerja sekolah tidak memuaskan pihak-pihak

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 158

Page 159: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

yang berkepentingan. Ketika sekolah menetapkan sasaran pengembangan adalah

untuk mencapai rata-rata NUN sebesar 7,50 namun dalam kenyataannya angka

yang dicapai di bawah 7,50, dapat diartikan bahwa sekolah menghadapi masalah.

Kedua, adanya peluang untuk pengembangan. Peluang ada ketika sekolah

memandang adanya potensi sekolah untuk mencapai hal-hal yang lebih dari apa

yang telah ditetapkan dalam tujuan. Dari contoh tentang NUN di atas, sekolah

dapat dikatakan memiliki peluang apabila sekolah berhasil mencapai rata-rata

NUN 7,50 akan tetapi dilihat dari potensi yang dimiliki, sebenarnya sekolah itu

mampu mencapai rata-rata NUN di atas 7,50.

Prinsip kedua untuk menghasilkan proposal yang baik adalah adanya

relevansi eksternal dan internal kegiatan yang diusulkan. Relevansi eksternal

adalah relevansi kegiatan yang diusulkan dengan visi, misi, tujuan, kebijakan dan

program pengembangan yang tertuang dalam Rencana Stratejik Sekolah.

Relevansi internal adalah relevansi antar komponen-komponen dalam proposal

itu.

Apapun yang diupayakan dalam rangka pengembangan sekolah harus tetap

dalam kerangka pencapaian tujuan stratejik sekolah. Visi, misi, tujuan, kebijakan

dan program pengembangan yang tertuang dalam Rencana Stratejik Sekolah

harus menjadi rujukan utama dalam penyusunan proposal pengembangan

sekolah. Tujuan dan kegiatan yang diusulkan dalam sebuah proposal harus

mencerminkan kebutuhan sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan stratejik

sekolah tersebut. Tujuan-tujuan stratejik sekolah tersebut harus digunakan

sebagai pijakan dan tolak ukur (benchmark) utama dalam identifikasi dan

analisis masalah atau peluang yang merupakan cikal-bakal disusunnya sebuah

proposal pengembangan.

Relevansi internal sebuah proposal pengembangan dapat dilihat dari

adanya hubungan fungsional dan sistematis antar komponen yang disajikan

dalam proposal. Setiap proposal pengembangan sekolah sekurang-kurangnya

harus mencakup komponen-komponen: identifikasi masalah atau peluang,

tujuan pengembangan, deskripsi kegiatan, rancangan implementasi, dan rencana

anggaran. Dengan demikian sebuah proposal yang memiliki relevansi internal

yang baik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 159

Page 160: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

a. Tujuan kegiatan harus mencerminkan apa yang ingin dicapai untuk

memecahkan masalah atau memanfaatkan peluang yang

teridentifikasi. Tujuan harus juga berdampak pada pemberian

manfaat yang sebesar-besarnya bagi belajar siswa.

b. Pencapaian tujuan harus terukur. Oleh karena itu, sasaran dan

indikator keberhasilan yang dirumuskan harus merupakan penjabaran

rinci dari tujuan yang ingin dicapai sehingga keduanya merupakan

tolok ukur yang tampak dari pencapaian tujuan.

c. Deskripsi kegiatan harus sesuai dan terkait dengan tujuan yang akan

dicapai dan harus merupakan pilihan terbaik dari sekian alternatif

kegiatan yang mungkin dapat dilaksanakan.

d. Organisasi pelaksana kegiatan, jadwal kegiatan, dan rancangan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam

rancangan implementasi kegiatan harus terkait dengan deskripsi

kegiatan yang diusulkan. Susunan kepanitiaan atau satgas berikut

jumlah personalia, waktu yang dialokasikan, dan prosedur serta

teknis evaluasi dan monitoring yang akan diterapkan dalam

pelaksanaan kegiatan harus sesuai dengan ruang lingkup cakupan

kegiatan yang diusulkan.

e. Anggaran pembiayaan yang diusulkan harus mempertimbangkan

prinsip-prinsip efisiensi. Komponen-komponen pembiayaan yang

diusulkan harus sesuai dengan kebutuhan kegiatan yang diusulkan.

Prinsip ketiga dalam penyusunan proposal adalah prinsip keterlaksanaan.

Sekolah dapat saja mengusulkan kegiatan untuk mencapai tujuan dalam

tingkatan yang paling ideal. Akan tetapi sekolah harus tetap memperhatikan

kemampuan sumber daya yang dimiliki baik yang berupa SDM, fasilitas, waktu,

informasi maupun dana. Keterbatasan sumber daya yang tersedia akan

menentukan keterlaksanaan kegiatan yang diusulkan dan keberhasilan

pencapaian tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, sebuah kegiatan yang baik

harus terjamin keterlaksanaannya melalui dukungan sumber daya yang mampu

disediakan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 160

Page 161: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Struktur Proposal Pengembangan Sekolah

Sebenarnya tidak ada format baku dalam penyusunan proposal

pengembangan. Sekolah kegiatan harus mengembangkan sendiri proposal

sedemikian rupa sehingga proposal dapat memberikan informasi yang lengkap

mengenai mengapa, untuk apa, bagaimana, oleh siapa, kapan, dan dengan

sumber daya apa sebuah kegiatan akan dilaksanakan. Namun demikian, pada

umumnya setiap proposal pengembangan selalu mencakup bagian-bagian pokok

sebagai berikut.

a. Informasi umum tentang sekolah

b. Telaah situasi dalam rangka identifikasi masalah yang dihadapi oleh

sekolah

c. Rancangan program pengembangan

d. Indikator keberhasilan

e. Rencana implementasi program

f. Rangkuman kebutuhan sumber daya dan anggaran biaya

g. Lampiran-lampiran

Berikut diuraikan secara singkat ruang lingkup dari komponen-komponen

proposal tersebut.

Informasi Umum

Bagian ini dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada

pihak ke mana proposal yang diajukan mengenai profil sekolah, rencana

pengembangan sekolah, dan perkembangan sekolah selaman beberapa

tahun terakhir. Profil sekolah yang dipaparkan dapat mencakup

1) Identitas sekolah, yang meliputi nama, alamat lengkap, nama

kepala sekolah, dan lain-lain.

2) Sejarah singkat sekolah;

3) Status akreditasi;

4) Jumlah siswa;

5) Jumlah guru;

Rencana pengembangan sekolah yang disajikan harus merupakan

ringkasan Rencana Stratejik Sekolah. Uraian ini dimaksudkan untuk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 161

Page 162: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

menunjukkan keterkaitan antara rencana pengembangan yang akan

diuraikan dalam proposal yang bersangkutan dengan rencana

pengembangan sekolah secara keseluruhan sebagaimana diuraikan dalam

Renstra sekolah. Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam bagian ini antara

lain meliputi:

1) Visi, misi, tujuan dan strategi yang ditetapkan oleh sekolah;

2) Kebijakan dan prioritas yang akan dikembangkan;

3) Kebijakan/rencana operasional yang telah dan akan diambil

untuk mewujudkan rencana strategis tersebut.

Bagian terakhir dari komponen proposal ini adalah uraian singkat

mengenai kemajuan atau prestasi yang dicapai sekolah terkait dengan

implementasi Renstra selama kurun waktu tertentu (misal 3 tahun). Hal-hal

yang diuraikan dalam bagian ini sekurang-kurangnya harus mencakup:

1) Strategi, program, atau kegiatan yang telah dilaksanakan;

2) Hasil-hasil (output) yang dicapai melalui pelaksanaan Strategi,

program, atau kegiatan tersebut;

3) Dampak dari hasil tersebut terhadap proses dan hasil

pembelaran serta terhadap kualitas dan daya saing lulusan

untuk melanjutkan studi atau mendapatkan pekerjaan;

4) Praktik-praktik baik (good practices) yang perlu dipertahankan

untuk memelihara kesinambungan pengembangan sekolah;

5) Kebijakan, program, kegiatan yang belum atau masih harus

dilanjutkan, serta masalah-masalah yang timbul dan perlu

penanganan dengan segera;

Telaah Situasi Sekolah

Telaah Situasi merupakan titik tolak semua kemajuan. Karena itu

peningkatan kemampuan dan komitmen untuk melakukan Telaah Situasi

secara benar dan terus menerus merupakan budaya yang harus dimiliki

oleh setiap organisasi. Tatacara Telaah Situasi yang baik dan benar dapat

dilihat dalam bab sebelumnya yang pelaksanaannya disesuaikan dengan

tingkat kemampuan sekolah dan jenis Program yang diusulkan. Prinsip-

prinsip telaah situasi yang baik meliputi:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 162

Page 163: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1) Pelaksanaannya melibatkan semua pihak yang berkepentingan

(stakeholders) dengan sekolah;

2) Didukung dengan data-data yang akurat, lengkap dan mutakhir;

3) Analisis dilakukan secara mendalam sehingga mampu

mengidentifikasi akar penyebab timbulnya berbagai masalah di

sekolah; dan

4) Telaah bersifat komprehensif menyangkut semua aspek

keberlangsungan sekolah.

Telaah Situasi untuk pengembangan sekolah perlu dimulai dengan

mengemukakan secara benar hal-hal sebagai berikut.

1) Latar Belakang

Berisi penjelasan tentang proses pelaksanaan Telaah Situasi,

termasuk penjelasan tentang bagaimana berbagai sumber data dan

informasi diidentifikasi dan data serta informasi yang diperoleh dari

sumber-sumber itu digunakan, serta seberapa besar keterlibatan dan

kontribusi dari semua warga sekolah dalam penyusunan Telaah

Situasi.

2) Kondisi Eksternal

Berisi penjelasan tentang kondisi eksternal (peluang dan

tantangan) yang berpengaruh terhadap eksistensi sekolah. Uraian

tentang mengapa Sekolah ini harus ada dari sudut pandang

stakeholders sangat diharapkan untuk dikemukakan.

3) Kondisi Organisasi dan Kelembagaan

Bagian ini menjelaskan tentang bagaimana sistem organisasi

dan tata kerja yang diterapkan di Sekolah serta bagaimana

keterkaitannya dengan komite sekolah, yayasan, atau instansi lain

yang relevan. Perlu dijelaskan tentang berbagai kelemahan dan

keunggulan sistem tata kerja yang diterapkan tersebut.

4) Program Pembelajaran

Penjelasan bagian ini perlu difokuskan pada analisis tentang

seberapa besar efisiensi, produktivitas dan efektivitas

penyelenggaraan program pembelajaran yang ada, serta kelemahan

dan keunggulannya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 163

Page 164: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

5) Manajemen Sumberdaya

Bagian ini berisi telaah tentang ketersediaan dan pengelolaan

sumberdaya (manusia, finansial/uang, fasilitas fisik) yang ada di

Sekolah. Perlu dijelaskan tentang analisis berbagai kelemahan dan

keunggulan sistem manajemen sumberdaya yang diterapkan tersebut.

6) Permasalahan dan Alternatif Penyelesaiannya

Bagian ini harus menjelaskan hubungan antara isu strategis,

akar permasalahan yang sudah teridentifikasi, solusi alternatif,

pengembangan potensi-potensi yang ada, rencana dan target

peningkatan kualitas dan perbaikan kelemahan yang ada, sesuai

dengan hasil analisis situasi. Dalam hal ini sekolah harus memilih

program yang paling tepat yang akan dilakukan dari berbagai

penyelesaian alternatif yang ada.

Pada sisi lain, program yang diusulkan tersebut, harus dapat

memanfaatkan potensi dan peluang yang telah di identifikasi,

sehingga pada akhirnya dapat memperbaiki kinerja dan kualitas dari

program pembelajaran. Dengan demikian, semua program yang

sedang berjalan maupun yang sedang diusulkan untuk dilaksanakan

dalam jangka waktu tertentu ke depan harus menyertakan sumber

daya yang dibutuhkan. Tiap program dapat ditabulasi seperti terlihat

pada Tabel 7 dibawah ini dan harus mempunyai hubungan yang

jelas antara permasalahan yang diidentifikasi, alternatif

penyelesaikan masalah, dan kegiatan perencanaan beberapa tahun ke

depan

Tabel 8 Matrik permasalahan, alternatif pemecahaan,

dan program yang diusulkan

Masalah Alternatif Pemecahan

Program Yang

Diusulkan

Sumber Pembiayaan Keterangan

1 2 3 4 5

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 164

Page 165: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Keterangan:

Kolom 1 diisi masalah-masalah yang teridentifikasi dalam telaah situasi;

Kolom 2 diisi kemungkinan solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah;

Kolom 3 diisi solusi yang dipilih untuk mengatasi masalah denan mempertimbangkan

sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah atau yang sedang diusulkan melalui proposal

yang disusun.

Kolom 4 diisi sumber pembiyaan untuk mendukung program terpilih, misalnya komite

sekolah, SPP, BPP, donor, atau yang lain.

Rancangan program pengembangan

Komponen proposal ini sebenarnya merupakan penjabaran lebih rinci

dari usulan program yang telah diidentifikasi pada bagian akhir telaah

situasi. Penjabaran masing-masing usulan program itu sekurang-kurangnya

mencakup: (1) latar belakang dan rasional, (2) tujuan, (3) mekanisme dan

rancangan kegiatan, (4) sumber daya dana yang dibutuhkan, (5) jadwal

pelaksanaan, (6) indikator keberhasilan, dan (7) rancangan keberlanjutan.

Bagian-bagian proporsal tersebut pada dasarnya tidak berbeda

dengan bagian-bagian Renop yang diuraikan pada Bab 1 yang diuraikan

pada awal bahan diklat ini. Oleh karena itu, rincian dan ruang lingkup

masing-masing bagian tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

penjelasan pada Bab 1 tersebut. Hal yang membedakan keduanya adalah

pijakan yang dijadikan rujukan dalam pengembangan program atau

kegiatan. Dasar pengembangan Renop adalah hasil telaah yang dilakukan

untuk penyusunan Renstra, sedangkan dasar dalam pengembangan

proposal adalah hasil telaah situasi yang dilakukan saat proposal itu di

kembangkan. Kedua hasil telaah tersebut dimungkinkan berbeda karena

dilaksanakan pada waktu dan fokus yang berbeda.

Indikator keberhasilan

Untuk memudahkan pembaca mengetahui apa yang menjadi tolak

ukur pencapaian tujuan semua program yang diusulkan, selain untuk pada

masing-masing program yang diusulkan, penyusun proposal perlu

menyajikan sejumlah indikator keberhasilan program secara keseluruhan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 165

Page 166: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Indikator keberhasilan ini dapat berupa indikator kunci (key performance

indicator) dan indikator pendukung atau indikator tambahan. Indikator

kunci biasanya merupakan indikator keberhasilan kegiatan secara

keseluruhan, dan sulit dicapai oleh program-program yang diusulkan

secara terpisah-pisah. Peningkatan persentase atau jumlah siswa yang lulus

UNAS, tingkat keberhasilan siswa diterima pada jurusan favorit di

perguruan tinggi ternama, kecepatan siswa mendapatkan pekerjaan,

misalnya, hanya dapat dicapai melalui berbagai program pengembangan

sekolah yang dilaksanakan secara terintegrasi. Oleh karena itu angka-angka

yang menunjukkan parameter-paremeter tersebut dapat dijadikan sebagai

indikator kunci pengembangan sekolah. Indikator-indikator seperti tingkat

kehadiran siswa di kelas, tingkat penggunaan laboratorium untuk, tingkat

kunjungan siswa ke perpustakaan, transaksi bahan pustaka dengan siswa,

dan sebagainya adalah faktor-faktor yang dapat dicapai oleh program-

program pengembangan khusus. Oleh karena itu indikator-indikator

semacam ini dapat digunakan sebagai tambahan atau pendukung

pencapaian indikator kunci.

Untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi kemajuan yang

dicapai sekolah secara bertahap, dianjurkan indikator keberhasilan tersebut

disajikan secara serial dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu yang

biasa dipakai adalah saat awal (sebelum program yang diusulkan dalam

proposal dilaksanakan) yang digunakan sebagai landasan awal atau

baseline, saat pertengahan implementasi program atau midterm, dan saat

program telah berakhir atau final. Penyajian itu dapat dilakukan dalam

bentuk tabel sebagaimana Tabel 9

Tabel 9 Indikator Keberhasilan

Indikator Awal Program (Baseline)

Capaian Tengah (Mid)

Akhir

Program

(Final)

Idikator Kunci

Kelulusan Ujian akhir (%)

Rata-Rata NUN

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 166

Page 167: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Jumlah Siswa yang diterima di PT Favorit

Persentase Kenaikan kelas (%)

Lama tunggu mendapatkan pekerjaan pertama (bulan)

dst.

Indikator Pendukung/Tambahan Penggunaan laboratorium

IPA untuk per minggu (jam) Tingkat kehadiran siswa

dalam kelas (%) Rata-rata transaksi bahan

pustaka dengan siswa (per hari)

Dst

Rencana Implementasi Program

Bagian ini terdiri dari tiga bagian sebagai berikut.

1) Organisasi Program

Organisasi ini harus dibentuk untuk melaksanakan program

yang diusulkan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.

Organisasi ini harus sesuai dengan struktur organisasi yang ada di

sekolah, artinya struktur yang dibangun tidak saling tumpang-tindih

atau bertentangan dengan struktur organisasi sekolah. Akan lebih

baik jika disertakan juga bagan organisasinya, deskripsi tugas dan

tanggung jawab masing-masing, serta daftar nama pelaksana yang

terkait (Ketua Pelaksana, Wakil Ketua Bidang A, Wakil Ketua

Bidang B, dsb, dan penanggung jawab masing-masing program).

Untuk lebih meyakinkan pihak-pihak yang terkait, perlu disertakan

(dalam lampiran, misalny) curiculum vitae masing-masing

pelaksana. Dalam organisasi ini harus tampak juga keterkaitannya

dengan struktur organisasi yang ada di sekolah.

2) Program dan Penjadwalan

Jadwal implementasi keseluruhan program/kegiatan perlu

dibuat tersendiri agar memudahkan pelaksanaannya dan juga

memberi pemahaman kepada pembaca proposal kapan setiap

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 167

Page 168: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

program yang diusulkan akan dilaksanakan. Jadwal dalam bentuk

bagan seperti tabel di bawah ini (Tabel 10) akan lebih memudahkan

mehamai jadwal pelaksanaan tersebut.

Tabel 10 Program dan Penjadwalan

Program Sub-Program atau

Kegiatan

Jadwal Pelaksanaan*

Tahun 2008 Tahun 2009

TW

1

TW

2

TW

3

TW

4

TW

1

TW

2

TW

3

TW

4

1. Program

1

1.1 Sub-Program 1.1

1.2 Sub-Program 1.2

1.3 Sub-Program 1.3, dst.

2. Program

2

2.1 Sub-Program 2.1

2.2 Sub-Program 2.2

2.3 Sub-Program 2.3, dst.

Catatan:TW = Triwulan*) = Bila kegiatan dilaksanakan dalam setahun, jadwal dapat dibuat bulanan; jika

kegiatan dilaksanakan dalam 6 bulan atau kurang, jadwal dibuat dalam mingguan

3) Mekanisme Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah bagian yang penting dari

manajemen program agar implementasi program dapat berjalan dan

dapat mencapai target yang sudah ditetapkan. Jelaskan mekanisme

monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan.

Rangkuman kebutuhan sumber daya dan anggaran biaya

Selain jadwal, kebutuhan sumber daya dan anggaran pendukung

pelaksanaan program juga harus dirangkum menjadi satu. Rangkuman ini

mencakup semua kebutuhan sumber daya dan anggaran yang telah

diuraikan pada masing-masing program yang diusulkan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 168

Page 169: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Lampiran-Lampiran

Untuk lebih meyakinkan pembaca, proposal harus benar-benar valid

dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu setiap proposal

pengembangan sekolah harus didukung dengan data atau informasi yang

relevan, sahih, mutakhir, dan dalam takaran yang cukup. Data-data yang

demikian ini biasanya tidak mungkin disertakan dalam dokumen inti

proposal. Oleh karena itu data atau informasi ini dapat dikumpulkan dalam

lampiran proposal. Data atau informasi yang dilampirkan itu dapat

meliputi:

1) Dokumen resmi pendukung penyelenggaraan sekolah: piagam

pendirian sekolah, piagam akreditasi, sertifikat tanah;

2) Data tentang keberhasilan selama beberapa tahun terakhir

terkait dengan implementasi Renstra Sekolah;

3) Dokumen dan data pendukung telaah situasi sekolah:

perkembangan jumlah, jumlah guru, tingkat kehadiran siswa,

tingkat kehadiran guru, jenis dan jumlah sarana pembelajaran,

nilai hasil ujian siswa, dan data-data lain yang dibutuhkan

untuk memperkuat hasil analisis dalam analisis situasi;

4) Data pendukung justifikasi anggaran biaya: spesifikasi rinci

komponen anggaran yang diusulkan, spesifikasi barang atau

jasa yang diadakan, atau kerangka acuan kegiatan yang

menjabarkan secara rinci komponen anggaran tertentu seperti

pelatihan guru, loka karya dan seminar, studi banding, dan

sebagainya.

B. Penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan

Kerangka Acuan atau Term of Reference disingkat TOR dibutuhkan saat sekolah

akan mulai mengimplementasikan semua kegiatan yang dirancang dalam Renop dan

RAPBS atau Proposal Pengembangan Sekolah. TOR ini dibutuhkan agar realisasi

setiap komponen anggaran yang dituangkan dalam RAPBS atau Proposal

Pengembangan dapat berjalan efisien dan efektif. TOR pada intinya berisi jabaran rinci

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 169

Page 170: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

dan sangat teknis mengenai mengapa, untuk apa, oleh siapa, bagaimana, kapan, dan

dimana sebuah mata anggaran akan direalisasikan. TOR berfungsi sebagai pedoman

teknis dan pengendali yang digunakan oleh tim atau panitia untuk melaksanakan

sebuah event atau kegiatan. Beberapa mata anggaran yang memerlukan TOR antara

lain:

1. Pengembangan kompetensi staf: pelatihan, penataran, permagangan,

seminar, lokakarya, studi banding.

2. Pengembangan kebijakan atau dokumen-dokumen pendukung pendidikan

seperti KTSP, Kebijakan Disiplin Siswa, Kebijakan Kesehatan

Lingkungan, dan sebagainya.

3. Kegiatan-kegiatan seremonial atau seperti peringatan hari-hari besar, Masa

Orientasi Siswa (MOS), pelatihan kepemimpinan siswa.

4. Kegiatan-kegiatan lain yang dipandang memerlukan penjelasan rinci.

Sebenarnya tidak ada format baku dalam penyusunan TOR. Penanggung jawab

kegiatan harus mengembangkan sendiri TOR untuk masing-masing kegiatan

sedemikian rupa sehingga siapapun yang diberi tugas melaksanakan kegiatan akan

merealisaikan kegiatan sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara umum TOR berisi

komponen-komponen sebagai berikut.

1. Judul

2. Latar Belakang dan Rasional

3. Tujuan

4. Hasil yang diharapkan

5. Ruang lingkup kegiatan

6. Rincian anggaran biaya

7. Jadwal kegiatan

8. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

9. Pelaksana/penangung jawab kegiatan

Pada halaman berikut ini diuraikan secara singkat komponen-kompoenen TOR

tersebut.

Judul TOR

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 170

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

(TERM OF REFERENCE)

Nama Program/Kegiatan : .......................................................

Mata Anggaran : .......................................................

Kode Anggaran dalam RAPBS : .......................................................

Tahun Anggaran : .......................................................

Page 171: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Semua keterangan dalam judul tersebut dikutip langsung dari Renop atau

Proposal yang menjadi dasar disusunnya TOR yang bersangkutan.

Latar Belakang dan Rasional

Pada bagian ini perlu uraikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penjelasan permasalahan yang telah berhasil diidentifikasi pada telaah

diri/situasi saat menyusun Renstra dan Renop atau Proposal

Pengembangan, yang akan diselesaikan dengan melaksanakan komponen

anggaran ini. Masalah tersebut harus dijelaskan sedemikian rupa, sehingga

tergambar secara utuh dan menyeluruh (termasuk cakupannya,

berat/ringannya, faktor-faktor yg berpengaruh pada permasalahan

tersebut).

b. Pemarapan kemendesakan atau pentingnya pemecahan masalah diatas yang

mencakup dampak negatif yang akan timbul jika tidak dipecahkan dan

dampak positif yang diperoleh jika sebaliknya.

c. Argumentasi (alasan) tentang mengapa kegiatan yang akan dilaksanakan

adalah pilihan yang paling tepat untuk menyelesaikan akar permasalahan

tersebut diatas. Argumen/alasan tersebut dapat didasarkan pada

pembenahan faktor-faktor yang berpengaruh pada akar permasalahan

tersebut atau dapat berdasarkan teori ilmiah dan pengalaman dalam

menghadapi akar permasalahan tersebut.

Tujuan

Pada bagian ini diuraikan tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan

komponen anggaran dimaksud.

Hasil Yang Diharapkan

Hasil atau output kegiatan merupakan uraian rinci mengenai yang

mencakup jumlah, kualifikasi, atau karakteristik keluaran yang diharapkan

diperoleh melalui anggaran yang bersangkutan. Tabel 11 menyajikan contoh

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 171

Page 172: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

tujuan dan hasil yang diharapkan dari beberapa komponen mata anggaran yang

biasa diusulkan dalam RAPBS atau Proposal Pengembangan Sekolah.

Tabel 11 Contoh-contoh rumusan tujuan dan hasil yang

diharapkan

Komponen Anggaran Tujuan Hasil Yang diharapkan

Pelatihan Guru Meningkatkan kompetensi guru di bidang ...

Tiga orang guru memiliki kompetensi di bidang .... yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh lembaga/instansi ...

Lokakarya KTSP Meningkatkan pemahaman warga sekolah terhadap KTSP

Dihasilkannya KTSP beserta semua perangkat pendukungnya (Silabus, RPP, Kalender Pendidikan, dsb) yang sesuai dengan Visi, Misi, Tujuan dan karakteristik Sekolah

Mengembangkan KTSP sesuai dengan Visi, Misi, Tujuan, dan karakteristik Sekolah

Ruang Lingkup Kegiatan

Yang dimaksud ruang lingkup kegiatan dalam bagian ini adalah batasan-

batasan mengenai orang, waktu, substansi, dan pihak-pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan. Setiap mata anggaran memiliki ruang lingkup yang

berbeda-beda. Tabel 12 menyajikan contoh hal-hal yang perlu diuraikan dalam

Ruang Lingkup Kegiatan.

Tabel 12 Contoh Uraian Ruang Lingkup Untuk Beberapa Komponen Anggaran

Komponen Anggaran Uraian Dalam Ruang Lingkup Kegiatan

Pengembangan staf 1. Bentuk kegiatan: pelatihan, magang.2. Jumlah, kualifikasi, dan prosedur seleksi calon peserta

pelatihan3. Pokok-pokok materi atau kompetensi pelatihan4. Lamanya pelaksanaan pelatihan5. Nama dan kualifikasi tempat/lembaga pelatih

Loka karya/Seminar 1. Pokok materi 2. Pokok-pokok Kegiatan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 172

Page 173: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Komponen Anggaran Uraian Dalam Ruang Lingkup Kegiatan

3. Jumlah dan spesifikasi/kualifikasi peserta4. Jumlah dan kualifikasi nara sumber5. Lamanya kegiatan (hari atau jam)6. Tempat pelatihan (jika diperlukan tempat khusus)

disertai justifikasi pemilihan tempat.Studi Banding 1. Jumlah dan karakteristik tujuan studi

2. Pokok-pokok materi dan kegiatan yang dikaji di tempat studi.

3. Pihak-pihak yang ditemui di tempat studi4. Jumlah dan kualifikasi peserta.5. Lamanya kegiatan

Biaya

Biaya yang dicantumkan dalam TOR harus cukup rinci dan sesuai dengan

ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan. Estimasi anggaran biaya harus

diperhitungkan secara cermat dan detail sehingga tidak ada satupun kebutuhan

yang terlewatkan sehingga akan mengganggu tercapainya tujuan dan hasil yang

diharapkan. Namun demikian, prinsip efisien penggunaan anggaran harus tetap

diperhatikan. Agar dapat melakukan estimasi anggaran yang demikian itu,

penyusun TOR harus cermat dalam mengidentifikasi jenis kebutuhan serta biaya

yang diperlukan untuk masing-masing kebutuhan. Paparan ruang lingkup

kegiatan yang cermat dan rinci dan diskusi dengan sesama anggota tim penyusun

TOR akan sangat membantu memudahkan estimasi biaya ini.

Jadwal Kegiatan

Terdapat dua macam jadwal yang disajikan dalam TOR: Persiapan hingga

pelaporan dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Tabel 13 menyajikan contoh Jadwal

Kegiatan Pelatihan. Selain jadwal ini, pihak pelaksana pelatihan juga harus

memberikan jadwal kegiatan yang harus diikuti peserta selama pelatihan

berlangsung.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 173

Page 174: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Tabel 13 Contoh Jadwal Persiapan Pelatihan

No KegiatanWaktu

Agustus September1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan TOR

2. Persetujuan TOR oleh Kepala Sekolah

3. Seleksi peserta pelatihan

4. Negosiasi dengan tempat penyelenggara pelatihan

5. Kontrak

6. Pelaksanaan pelatihan

7. Monitoring pelatihan

8. Pelaporan oleh peserta

9. Pelaporan oleh penangung jawab kepada kepala sekolah

Monitoring dan Evaluasi

Bagian ini memuat prosedur dan teknik monitoring dan evaluasi yang akan

dilaksanakan selama dan setelah kegiatan dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi

dilakukan untuk menjamin bahwa kegiatan berjalan sebagaimana rencana yang

telah dibuat. Monitoring dilakukan untuk mengidentifikasi kemajuan

pelaksanaan kegiatan dan kendala-kendala yang timbul mungkin selama

berlangsungnya kegiatan. Dengan demikian setiap hambatan yang timbul dapat

segera diatasi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.

Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap dua hal. Pertama, evaluasi dilakukan

terhadap seluruh kegiatan, sejak dari persiapan sampai dengan berakhirnya

kegiatan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi apakah semua

target kegiatan telah tercapai sesuai dengan rencana dan juga untuk

mengidentifikasi berbagai kendala yang tidak teratasi untuk digunakan sebagai

dasar penentuan langkah pada kegiatan serupa di lain waktu. Evaluasi ini dapat

dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan atau oleh pihak lain yang ditunjuk

untuk itu. Kedua, evaluasi terhadap kesesuaian hasil yang dicapai dengan yang

direncanakan. Untuk kegiatan pelatihan, misalnya, evaluasi ini dapat dilakukan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 174

Page 175: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

oleh pihak pelaksana pelatihan. Laporan tertulis merupakan sumber informasi

yang efektif untuk kepentingan evaluasi kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brodjonegoro, S.S. (2003). Higher Education Long Term Strategy 2003-2010. Directorat General of Higher Education, Ministry of National Education Republic of Indonesia.

Bryson, J. M. (1995). Strategic Planning For Public and Nonprofit Organizations. San Francisco: Jossey-Bass Publishers

Campbell, Roald F., Edwin M.Bridges, dan Raphael O.Nystrand. 1983. Introduction to Educational Administration. 5th edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc

Canavan, N. & Monahan, L. (2000). School Culture and Ethos: Releasing the Potential. A resource pack to enable schools to access articulate and apply ethos values. Dublin: Marino Institute of Education,

Collins U. (1996). Developing a School Plan: A Step by Step Approach. Dublin: Marino Institute of Education.

Colman H.& Waddington D. (1996). Synergy. Australia: Catholic Education Office.Daft, Richard L. (1988). Management. Chicago: The Dryden Press.Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan.Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Keuangan. Materi Pelatihan Terpadu

untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama

Direktorat Pendidikan Dasar. 1995/1996. Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar. Ditdikdasmen Depdikbud

Directorat General of Higher Education. (2003). Technological and Professional Skills Development Sector Project (TPSDP) Batch III: Guidelines for Sub-Project Proposal Submission. Jakarta: Directorat General of Higher Education, Ministery of National Education.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 175

Page 176: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2006). Panduan Penyusunan Proposal Program Hibah Kompetisi. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikas

Duke, Daniel L. & Canady, Robert L. (1991). School Policy. New York: MacGraw-Hill, Inc.Dwyer, B. 1986. Catholic Schools at the Crossroads.Victoria: Dove Communications, Furlong, C. & Monahan L. 2000. School Culture and Ethos. Dublin: Marino Institute of

Education Gorton, Richard A. & Schneider, Gail T. (1991). School-Based Leadership: Callenges and

Opportunities. Dubuque, IA: Wm. C. Brown PublishersGovernment of Ireland. (1999). School Development Planning – An Introduction for Second

Level Schools. Dublin: Department of Education & Science, Hargreaves, A. & Hopkins, D. (1991). The Empowered School: the Management and Practice

of Developmental Planning. London: Cassell, Hargreaves, D. and Hopkins, D. (1993). School Effectiveness, School Improvement and

Development Planning, in Margaret Preedy (ed.) Managing the Effective School, London: Paul Chapman Publishing.

Hope A., Timmel S. (1999). Training for Transformation. London: The Intermediate Technology Group.

Imron, Ali 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Kadarman, A.M. dan Udaya, Jusuf.(1992). Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kavanagh, A. (1993). Secondary Education in Ireland: Aspects of Changing Paradigm. Tullow: Patrician Brothers Generalate.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 056/U/2001 tentang Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta: CV Tamita Utama

Koontz, Harold dan O’Donnel, Cryill. (1984). Principles of Management: An Analysis of Managerial Functions. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.

Lerner,  A.L. (1999). A Strategic Planning Primer for Higher Education. Northridge. California: College of Business Administration and Economics, California State University.

Lyddon, J.W.(1999). Strategic Planning In Smaller Nonprofit Organizations: A Practical Guide for the Process. Michigan: W.K. Kellogg Foundation Youth Initiative Partnerships (in Website: http://www.wmich.edu/ nonprofit/Resource/index.html)

Manullang, M. 1990. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.Mintzberg, H. (1994). The Rise and Fall of Strategic Planning. New York, NY: The Free

Press. Mohrman, S.A., and Wohlstetter, P. (Ed.). (1994). School Based Management: Organizing

High Performance. San Francisco: Jossey-Bass PublisherMorrison, James L., Renfro, William L., and Boucher, Wayne I. (1984). Futures Research And

The Strategic Planning Process: Implications for Higher Education. ASHE-ERIC Higher Education Research Reports

Nickols, K. and Thirunamachandran, R. (2000). Strategic Planning in Higher Education: A Guide for Heads of Institutions, Senior Managers and Members of Governing Bodies. In Website: www.hefce.ac.uk.

Pemerintah Kota Malang. 2002. Kutipan Buku Pedoman Kerja dan Penekanan Tugas. Malang: Dinas Pendidikan Kota Malang

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional PendidikanPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang

Standar Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan NasionalPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan. 2005. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departeman Pendidikan Nasional.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 176

Page 177: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

Prayogo, Joko. 2007. Rencana Stratejik. Makalah disajikan pada Pendidikan dan pelatihan Kemitaraan Kepala Sekolah yang diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependikan, Ditjen PMPTK, Depdiknas di Jakarta, Juli 2007.

Rowley, D. J., Lujan, H. D., & Dolence, M.G. (1997). Strategic Change in Colleges and Unviversities. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers.

School Development Planning Initiative. (1999). School Development Planning: Draft Guidelines for Second Level Schools. Dublin: SDPI,

Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sutarsih, Cicih. Tanpa tahun. Administrasi Keuangan Sekolah. Jakarta: Swastha, Basu. 1985. Azas-azas Manajemen Modern. Yogyakarta: Liberty.Timan, Agus, Maisyaroh, Djum Djum Noor Benty. (2000). Pengantar Manajemen Pendidikan.

Malang: AP FIP Universitas Negeri Malang. Tuohy, D. (1997). School Leadership and Strategic Planning. Dublin: A.S.T.IUmaedi. (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru

Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah, Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.  

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Tamita Utama

Undang-undang No 22 tahun 1999, yang direvisi dengan Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Widjanarko, M. dan Sahertian, P.A. (1996/1997). Manajemen Keuangan Sekolah. Bahan Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SMU se- Indonesia di Malang

KURIKULUM VITAE PENULISHENDRA PRIJATNALAHIR DI CIREBON 15 JULI 1968AGAMA : ISLAMALAMAT : KOMP. BUMI PANYILEUKAN BLOK C. 22 NO. 11

BANDUNGNOMOR HAND PHONE : 081 394 77 999 3KANTOR : SMP SWASTA KEMALA BHAYANGKARI BANDUNGALAMAT KANTOR : JL. PALASARI 46 BANDUNG (Tlp.022 7312139)RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL :SD NEGERI SADAGORI 1 CIREBON TAHUN 1977 - 1983SMP NEGERI 1 CIREBON TAHUN 1983 - 1985SMA NEGERI 1 CIREBON TAHUN 1985 – 1987IKIP BANDUNG JURUSAN PENDIDIKAN DUNIA USAHA - FAKULTAS PIPS TAHUN 1987 -1992

RIWAYAT PENDIDIKAN NON FORMAL :1. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN (PRAMUKA PENEGAK GARUDA)

TINGKAT DAERAH (JAWA BARAT) TAHUN 19862. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA FPIPS IKIP

BANDUNG TAHUN 19883. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERS DAN JURNALISTIK MAHASISWA TINGKAT

NASIONAL DI IKIP BANDUNG TAHUN 19894. BREVAT PAJAK (ADVANCE LEVEL) NASIONAL TAHUN 19925. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INSTRUKTUR PEMBINA DAN PENGEMBANG

SEKOLAH TINGKAT NASIONAL DI P3GT TAHUN 20006. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GURU PENGEMBANG KURIKULUM IPS TERPADU

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2002RIWAYAT PEKERJAAN :

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 177

Page 178: hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewSalah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah menjadikan perencanaan sebagai alat (tool) pembangunan pendidikan, yang berarti

1. MARKETING MANAGER PT. KELAPA GADING co. Ingg. Kosel (PMA) WEST JAVA - INDONESIAN DIVISION TAHUN 1993 – 1998.

2. GURU PNS DI SMP NEGERI TOMO SUMEDANG TAHUN 1998 -2000 : PEMBINA OSIS SMP N TOMO – SUMEDANG TAHUN 1998/1999 STAF KURIKULUM SMP N TOMO – SUMEDANG TAHUN 1999/2000

3. GURU PNS DI SMP NEGERI 42 BANDUNG TAHUN 2000 – 2004. WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN 2000 – 2004 KETUA PERUMUS RENSTRA SMP N 42 TAHUN 2000 KETUA PROGRAM MPMBS SMP N 42 TAHUN 2001. KETUA PROGRAM BOMM SMP N 42 TAHUN 2002. KETUA TEAM PROGRAM SEKOLAH BINAAN P3GT DI JAWA BARAT TAHUN

2002 – 2004. KETUA PROGRAM SCHOOL GRAND SMP N 42 TAHUN 2003. KETUA PROGRAM BLOCK GRAND SMP N 42 TAHUN 2004.

4. FASILITATOR/PEMBINA DALAM PROGRAM SEKOLAH BINAAN P3GT SE-JAWA BARAT TAHUN 2004.

5. GURU DPK (PNS) DI SMP SWASTA KEMALA BHAYANGKARI, TAHUN 2005 – SEKARANG. PKS KURIKULUM TAHUN 2005 – 2006 & 2008 - 2009. KEPALA SEKOLAH TAHUN 2009 – 2010.

6. TEAM PENILAI BUKU PELAJARAN SMP (BALAI PUSTAKA & PUSKUR) NASIONAL 2008.7. NARA SUMBER DALAM “PTK” GURU SMP SE-KOTA BANDUNG 2009.8. PENYAJI “IMPLEMENTASI MANAJEMEN RENSTRA DI PERSEKOLAHAN” DALAM

SEMINAR NASIONAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH UPI BANDUNG 20089. DOSEN LUAR BIASA DI PRODI (PROGRAM STUDI) P IPS (S1) UNIVERSITAS BALE

BANDUNG (UNIBBA) TAHUN 2008 – SEKARANG.10.PENYAJI “TIPS MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN IPS” DALAM SEMINAR

NASIONAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH UNIBBA 2009.11. ASISTEN DOSEN PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN (S2) SEKOLAH PASCASARJANA DI

STKIP GANECHA JAKARTA TAHUN 2010 – SEKARANG.

BUMI PANYILEUKAN, 13 DESEMBER 2010

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 178