sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun...

58
LAPORAN KASUS “LOW BACK PAIN” Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Saraf Diajukan Kepada: Pembimbing: dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, MSc Disusun Oleh: Indah Aprilia Dwi M. H2A013016P KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Transcript of sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun...

Page 1: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

LAPORAN KASUS

“LOW BACK PAIN”

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Saraf

Diajukan Kepada:

Pembimbing: dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, MSc

Disusun Oleh:

Indah Aprilia Dwi M. H2A013016P

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

2018

1

Page 2: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Tn. J

2. Umur : 54 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Ngrawon Lor, Bawen, Kab. Semarang

6. Pekerjaan : Buruh tani dan bangunan

7. Pendidikan : SMP

8. Status : Sudah menikah

9. No CM : 141xxx

10. Tanggal masuk RS : 29 Januari 2018 pukul 09.35 WIB pasien rawat

inap Bangsal Melati

B. DATA DASAR

Dilakukan autoanamnesis, 29 Januari 2018 pukul 19.00 WIB di Bangsal

Melati

1. Keluhan Utama : nyeri punggung bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Tn. J datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan nyeri

punggung bawah bagian tengah sejak 4 hari SMRS. Keluhan muncul

setelah pasien terjatuh saat menaiki tangga dengan tinggi 3 meter dari

lantai. Tn. J jatuh ke arah belakang dan terjatuh pada posisi terduduk.

Saat menaiki tangga Tn J membawa beban 1 kaleng cat dinding di

tangannya. Setelah terjatuh pasien dibawa ke IGD RS di daerah Salatiga

dan mendapatkan penanganan berupa suntikan untuk meredakan nyeri

dan dilakukan pemeriksaan penunjang rontgen daerah punggung. Namun,

keluarga memutuskan untuk dilakukan rawat jalan, pasien mendapatkan

2 macam obat, namun tidak diketahui jenis obat tersebut. Keluhan nyeri

2

Page 3: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

punggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung

masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

sehingga keluarga memutuskan untuk dibawa ke IGD RSUD Ambarawa.

Nyeri punggung dirasakan tajam seperti di tusuk-tusuk dan tidak

menjalar. Jika diberikan skala nyeri, pasien memberikan angka 8 dari 10

untuk nyerinya. Nyeri punggung berdurasi kurang lebih 5 menit. Keluhan

tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri muncul saat pasien

duduk, berjalan dan mengejan, sehingga Tn J hanya berbaring karena

keluhan nyeri yang dirasakan. Nyeri berkurang setelah pasien

mengurangi gerakan pada punggung. Keluhan yang dirasakan juga

berkurang setelah mengonsumsi obat. Tidak terdapat luka pada bagian

punggung dan anggota tubuh lainya. Kesemutan, baal, dan kelemahan

anggota gerak disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien

mengatakan saat BAK aliran kencing lancar, nyeri saat BAK disangkal,

keluarnya pasir saat BAK disangkal. Pasien juga menyangkal adanya

keluhan demam, batuk lama, keringat malam hari, nafsu makan menurun

dan penurunan berat badan sebelum dan selama keluhan nyeri punggung

bawah muncul. Pasien memiliki postur tubuh yang tegap, tidak

membungkuk, terlalu tegak atau melengkung ke samping. Pasien dapat

berkomunikasi dengan baik dan tidak terdapat gangguan orientasi serta

memori atau ingatan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Tn. J mengatakan pernah sakit seperti ini sebelumnya saat 20 tahun

lalu. Keluhan yang dirasakan saat itu adalah nyeri punggung bawah di

daerah yang sama dengan keluhan saat ini. Keluhan muncul setelah pasien

tertimpa bangunan rumah saat bekerja. Keluhan tersebut disertai

kelemahan kedua kaki kanan dan kiri. BAK dan BAB tidak ada keluhan.

Kondisi tersebut mengakibatkan pasien sulit berjalan. Pasien

mendapatkan perawatan rawat inap di RSUD Ambarawa selama dua

minggu. Setelah 2 bulan pasien dapat beraktivitas normal seperti

sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat batuk berdarah atau

3

Page 4: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

batuk lama.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa dengan

pasien. Disangkal adanya riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis

dan batuk lama.

5. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi :

Pasien bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan dengan jam

kerja kurang lebih 8 jam dalam sehari. Pasien mengaku sering

mengangkat beban dengan punggungnya dengan beban kurang lebih 40

kg. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.Pasien terdaftar

sebagai peserta BPJS. Pasien tinggal bersama dengan istri dan anak

ketiganya. Biaya hidup ditanggung oleh diri sendiri dan istri. Kesan

ekonomi kurang.

6. Anamnesis Sistem :

a. Sistem Serebrospinal : Nyeri kepala (-), pingsan (-), kelemahan

anggota gerak bawah kiri (-), wajah merot (-), bicara pelo (-),

kesemutan/baal (-)

b. Sistem Kardiovaskuler :Riwayat hipertensi (-), riwayat sakit jantung

(-), nyeri dada (-)

c. Sistem Respirasi : Sesak napas (-), batuk (-)

d. Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (-), mual (-), muntah (-),

kembung (-), BAB lancar

e. Sistem Muskuloskeletal :nyeri punggung bawah bagian tengah

f. Sistem Integumen : Ruam merah (-)

g. Sistem Urogenital : BAK normal, tidak ada keluhan

C. RESUME ANAMNESIS

Tn. J usia 53 tahun datang dengan nyeri punggung bawah bagian tengah

sejak 4 hari SMRS. Keluhan muncul setelah pasien terjatuh dari tangga

setinggi 3 meter dengan posisi duduk. Nyeri dirasakan tajam seperti ditusuk-

tusuk, durasi kurang lebih 5 menit sengan nilai NRS 8 dari 10. Nyeri muncul

4

Page 5: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

saat mengejan dan perubahan posisi seperti duduk dan berjalan. Nyeri

berkurang mengurangi gerakan pada punggung dan meminum obat. Tidak

terdapat keluhan lain. Kesemutan (-), baal (-), kelemahan anggota gerak (-)

keluhan BAB (-) keluhan aliran BAK kurang lancar (-), nyeri saat BAK (-),

pasir saat BAK (-), demam (-), penurunan berat badan (-).

Keluhan serupa di rasakan saat 20 tahun yang lalu dengan nyeri punggung

dan kelemahan anggota gerak bawah kanan dan kir akibat tertimpa bangunan,

pasien tidak dapat berjalan, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Setelah

mendapatkan perawatan pasien dapat berjalan kembali seperti sebelumnya.

D. DISKUSI I

Berdasarkan autoanamnesis didapatkan gejala berupa nyeri punggung

bawah bagian tengah. Keluhan tersebut disebut juga dengan low back pain.

Keluhan tersebut dirasakan sejak 4 hari SMRS, maka nyeri yang dialami

bersifat akut. Keluhan tersebut muncul setelah pasien terjatuh dari tangga

setinggi 3 meter dengan posisi terduduk, sehingga trauma tersebut dapat

menjadi salah satu penyebab nyeri punggung.

Keluhan tidak disertai dengan gangguan BAK dan BAB, yang

menandakan fungsi vegetatif tidak terganggu. Tidak terdapat nyeri saat BAK

dan kencing berpasir menunjukkan bahwa nyeri punggung bukan berasal dari

gangguan pada saluran kemih seperti batu ginjal atau batu ureter. Keluhan

juga tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak, baal, kesemutan dan

nyeri radikuler dan fungsi BAB BAK baik sehingga menunjukkan tidak

terdapat cedera pada medulla spinalis atau penekanan pada radiks. Keluhan

tidak disertai dengan batuk lama, demam, keringat malam hari dan penurunan

berat badan, sehingga menunjukkan nyeri punggung tidak disebabkan oleh

Spondilitis Tuberculosa. Penurunan berat badan, kelemahan anggota gerak,

baal dan nafsu makan menurun disangkal oleh pasien yang menunjukkan

keluhan tidak berhubungan dengan keganasan.

Terdapat riwayat trauma pada kurang lebih 20 tahun yang lalu dengan

keluhan nyeri punggung bawah dan tidak dapat berjalan. BAB dan BAK

normal. Penangan berupa rawat inap selama 2 minggu. Dalam perkembangan

5

Page 6: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

2 bulan setelah trauma pasien dapat berjalan normal seperti sebelumya.

Kondisi tersebut dapat menjadi faktor yang memperberat keluhan saat ini.

Pasien memiliki faktor resiko yaitu pada pekerjaan dengan mengangkat

beban di punggungnya kurang lebih 40 kg dan bekerja dalam waktu 8 jam

dalam sehari. Mengangkat beban yang terlalu berat dan sering merupakan

faktor risiko nyeri punggung bawah. Aktivitas tersebut mengakibatkan otot

tidak mampu mempertahankan posisi vertebra thoracal dan lumbal dan terjadi

ketidakstabilan stuktur.

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. (International

Association for the Study of Pain, 1994).

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.1

Jika ditinjau dari jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri

nosiseptif, neurogenik, dan psikogenik. Nyeri nosiseptif timbul karena adanya

kerusakan pada jaringan somatik atau viseral sedangkan nyeri neurogenik

adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi, disfungsi atau

gangguan sementara primer pada sistem saraf pusat atau perifer.1 pada kasus

tersebut karena dimungkinkan penyebab keluhan adalah trauma, jadi dapat

dikategorikan sebagai nyeri nosiseptif.1

Menurut Smeltzer & Bare, jenis pengukuran nyeri sebagai berikut :1,

1. Skala intensitas nyeri deskriptif

Skala pendeskripsi verbal (verbal descriptor scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dari “tidak terasa nyeri” hingga “nyeri yang tidak tertahankan”.

Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri.

2. Skala penilaian numerik

6

Page 7: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Skala penilaian numerik (numerical rating scales, NRS) digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 1-10. Skala biasanya digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

3. Skala analog visual

Skala analog visual (visual analogue scale, NRS) merupakan suatu

garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan pasien

kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

Low Back Pain

1. Definisi Low Back Pain

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung

bawah, dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau

keduanya. Menurut International Association for the Study of Pain

(IASP), yang termasuk dalam low back pain terdiri dari :2,3,4

a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:

Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung

prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh

garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus

dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal

tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.

b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh

garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus

spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh garis

transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal

posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka

superior posterior dan inferior.

c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar

spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral

Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan

1/3 atas daerah sacral spinal pain.

7

Page 8: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

b. Anatomi dan Fisiologi5,6,7

Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas:

- Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas

- Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas

- Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas

- Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas

- Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas.

Gambar 1. Tulang Belakang

Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

- Korpus

Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang

mempunyai beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk

konvek dari arah samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal.

Facies superior berbentuk konkaf pada lumbal 4-5.

- Foramen vertebra

Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus

bila dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk

8

Page 9: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

suatu saluran yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh

medula spinalis.

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan

stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

- ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap

diskus dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan

ekstensi.

- Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada

bagian posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini

berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi.

- Ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang

berfungsi melindungi medulla spinalis dari posterior.

- ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang

berfungsi mengontrol gerakan fleksi.

Gambar 2. Anatomi vertebra

Discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu

sama lain dari servikal sampai lumbal atau sacral. Diskus ini

berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock

absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

9

Page 10: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

a) Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

- Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan

menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga

bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled

spring)

- Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

- Daerah transisi.

b) Nucleus pulposus

Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat

semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel

jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan

penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-

pembuluh kapiler.

c) Vertebral endplate

Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra,

membentuk batas atas dan bawah dari diskus.

Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus

pulposus adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka

nyeri adalah :

- Ligamentum longitudinal anterior- Ligamentum longitudinal posterior- Corpus vertebrae dan periosteumnya- Ligamentum supraspinosum- Fasia dan otot

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum

vertical yang terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium

melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi

segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis

(kiri dan kanan) yang terdiri atas :

- 8 pasang saraf servical.

- 5 pasang saraf thorakal.

- 5 pasang saraf lumbal.

10

Page 11: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

- 5 pasang saraf sacral.

- 1 pasang saraf cogsigeal.

2. Etiologi

Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu:8,9

a. LBP Viserogenik

Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau

visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang

dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak

berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang

mengalami nyeri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi

nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih

berbaring diam dalam posisi tertentu untuk menghilangkan

nyerinya.

b. LBP vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat

menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia.

Insufisiensi arteri glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di

daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat

berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip

dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh

presipitasi tertentu misalnya : membungkuk, mengangkat benda

berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna

vertebralis. Kaludikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia

yang disebabkan oleh iritasi radiks.

c. LBP neurogeik

1) Neoplasma:

Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik,

sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu

sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri

berkurang bila penderita berjalan.

11

Page 12: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

2) Araknoiditis:

Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri

timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan

tersebut.

3) Stenosis kanalis spinalis :

Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses

degenerasi discus intervertebralis dan biasanya di sertai

ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio

intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada

walaupun penderita istirahat.

d. LBP spondilogenik

Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di

kolumna vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik,

miogenik dan proses patologik di artikulatio sacroiliaka.

1) LBP osteogenik

Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan

spondilitis tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan

fraktur maupun spondilolistesis, keganasan, kongenital

misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh

iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi,

metabolik mislnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,

hipofosfatemia familial.

2) LBP diskogenik

Spondilosis:

Proses degenerasi yang progresif pada discus

intervertebralis, sehingga jarak antar vertebra menyempit,

menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan kanalis

spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian

posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya

osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong

duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala

12

Page 13: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

neurologik timbul karena gangguan pada radiks yaitu:

gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan

atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS

dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan

(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua vena

jugularis (percobaan Naffziger).

Hernia nucleus pulposus (HNP):

Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol

untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui

annulus fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu

degenerasi discus intervertebralis. Pada umumnya HNP

didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya

mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP

lebih banyak dialami oleh laki-laki dibanding wanita.

Gejala pertama yang timbul yaitu rasa nyeri di punggung

bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan

di tempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot

tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya

lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral

menimbulkan paraparesis flaksid, parestesia dan retensi

urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-

L5 pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat di punggung

bawah, ditengah-tengah antara kedua bokong dan betis,

belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V

kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP

lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di

punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah

bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu

jari kaki berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas

pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena,

menurun. Pada tes laseque akan dirasakan nyeri di

13

Page 14: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan

naffziger akan memberikan hasil positif.

Spondilitis ankilosa:

Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang

kemudian menjalar keatas, ke daerah leher. Gejala

permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu

bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada

foto rontgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas-ruas

bamboo sehingga disebut bamboo spine.

3) LBP miogenik

Ketegangan otot, spasme otot dan kurang latihan

e. LBP psikogenik

Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan

dan depresi atau campuran keduanya.

3. Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai

berikut :10,11,12,13

a. Usia

Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh

siapa saja, pada umur berapa saja.. Biasanya nyeri ini mulai

dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden

tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri

pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur

sekitar 55 tahun.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama

terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun

pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi

timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini

lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus

menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan

14

Page 15: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen

sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

c. Faktor Indeks Massa Tubuh

Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko

timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi

penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

d. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas

mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat

diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan

keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar

yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari.

Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar

resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.

e. Aktivitas atau Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang

yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh

yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk,

berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat

menimbulkan nyeri pinggang

4. Diagnosis

a. Anamnesis14,15

Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh

periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang

terjadinya secara mekanis. Herniasi diskus bisa membutuhkan

waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama

2- 4 minggu.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan

15

Page 16: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

berat, yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa

menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi

diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti

membungkuk atau memungut barang yang enteng.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa

menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan

mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau

berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya

tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk,

bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab

mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa

merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya

suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun

infeksi.

Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan

pencernaan atau gangguan miksi-defekasi, karena bisa merupakan

tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari dengan

teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow

incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-

gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang

memerlukan suatu diagnosis segera dan dekompresi operatif

segera, bila ditemukan kausa yang menyebabkan kompresi.

Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan

adanya suatu penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik,

namun juga harus diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang

adekuat dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun

dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga perasaan

nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.

Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan

dapat diperberat dengan adanya depresi sehingga harus diberi

pengobatan yang sesuai.

16

Page 17: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

b. Pemeriksaan fisik

Inspeksi :

Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap

berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai

adanya suatu herniasi diskus. Gerakan aktif pasien harus dinilai,

diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk

kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya

skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat

disebabkan oleh spasme otot paravertebral. Gerakan-gerakan

yang perlu diperhatikan pada penderita:

o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali

menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis

foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,

karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan

foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf

spinal.

o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan

menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena

adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas

suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada

saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan

pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer

effect).

Palpasi :

o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang

menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan

intervertebralis

o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya

ketidak-rataan (stepoff) pada palpasi di tempat/level yang

terkena.

17

Page 18: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis

dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

Pemeriksaaan Motorik dan Sensorik

Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua

sisi untuk menemukan abnormalitas motoris. Pemeriksaan

Sensorik

Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena

membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru

Refleks

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles

dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk

mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

Pemeriksaan khusus

Tes Lasegue:

Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila

pasien tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan

nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan

terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama

pada herniasi discus lumbalis/ lumbo-sacralis.

Tes Patrick dan anti-patrick:

Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif

jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa

18

Page 19: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul, negative pada

ischialgia.

Tes Naffziger:

Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan

meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah,

timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.

Tes valsava:

Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan

meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat;

laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan

hitung jenis, dan fungsi ginjal.

2) Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun

belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight

albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi

sampai dua kali level normal.

3) Pemeriksaan Radiologis :

a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal

atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan

intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif,

dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral

19

Page 20: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi

yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat

spasme otot paravertebral.

b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila

vertebra dan level neurologis telah jelas dan

kemungkinan karena kelainan tulang.

c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal,

terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi

vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT mielografi

dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk

melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi

nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani

operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan

tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal

vertebralis.

d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada

HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun

para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap

memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana

yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau

jaringan lunak

20

Page 21: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post

operasi

kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

d) Elektromiografi (EMG) :

Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan

elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada

diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan

untuk :

Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks

Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer

Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks

e) Elektroneurografi (ENG)

Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu

saraf perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS)

motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV)

dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks

dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada

gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-

kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga

bila ada neuropati secara bersamaan.

5. Penatalaksanaan17,18,19

Penatalaksanaan Low Back Pain Akut

Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan

kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan

yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali

bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis.

Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back pain :

Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.

Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan

kesalahpahaman tentang nyeri.

Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.

21

Page 22: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Mengidentifikasi Faktor Risiko ke Arah Kronisitas

Pendekatan yang berguna telah dikembangkan di New Zealand.

Bertujuan untuk mengikutsertakan semua pihak (pasien, keluarga,

paramedis, dan yang paling penting atasan pasien).

Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik

Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja

seperti biasanya.

Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa

kasus dapat dilakukan. Tirah baring 2-3 hari pertama untuk

mengurangi nyeri.

Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan

digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau

NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan

opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk

jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.

Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke

aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.

E. DIAGNOSIS SEMENTARA

Diagnosis klinik: Low Back Pain acut

Diagnosis topik : jaringan peka nyeri thoracolumbal

Diagnosis etiologi: LBP spondilogenik DD neurogenik, viserogenik dan

psikogenik

F. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan 29 Januari 2018 pukul 19.30 WIB di Bangsal

Melati

1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. GCS : E4M6V5

4. Berat badan : 55 kg

22

Page 23: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

5. Tinggi badan : 160 cm

6. Status Gizi : normal

7. Vital sign saat masuk RS (29 Januari 2018 jam 9.35 WIB)

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 52 x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup

RR : 21 x/menit

Suhu : 36,8 0 C secara aksiler

Vital sign saat pemeriksaan (29 Januari 2018 jam 19.30 WIB)

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 60 x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,3 0 C secara aksiler

8. Status Internus

a. Kepala : mesocephal

b. Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

isokor (3mm/3mm), edema pupil (-/-), reflek pupil direk (+/+), reflek

pupil indirek (+/+), reflek kornea (+/+), ptosis (-)

c. Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum deviasi (-/-)

d. Telinga : serumen (+/+), sekret (-/-), nyeri mastoid (-/-)

e. Mulut : bibir sianosis (-), karies dentis (-) atrofi papil lidah (-),

lidah deviasi (-)

f. Leher : simetris, pembesaran KGB (-), tiroid (dalam batas normal)

g. Thorax :

1. Cor :

a. Inspeksi : tidak tampak ictus cordis

b. Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS

c. Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

d. Auskultasi: Bunyi jantung I & II (+) normal, bising (-), gallop

(-)

23

Page 24: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

2. Pulmo :

Depan Dextra Sinistra

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Pergerakan simetris,

retraksi (-)

Vokal fremitus normal

kanan = kiri

Sonor seluruh lapang paru

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-)

Pergerakan simetris,

retraksi (-)

Vokal fremitus normal

kanan = kiri

Sonor seluruh lapang paru

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-)

Depan Belakang

SDV (+/+)

h. Abdomen :

1. Inspeksi : dinding abdomen datar, perabaan supel, warna

kulit sama dengan warna kulit sekitar

2. Auskultasi : bising usus (+) normal

3. Perkusi : timpani seluruh regio abdomen, batas hepar

normal, nyeri ketok abdomen (-)

4. Palpasi : nyeri tekan(-), hepar & lien tak teraba

i. Ekstremitas :

1. Atas : Oedem (-/-), CRT (<2 dtk), Akral dingin (-/-)

2. Bawah : Oedem (-/-), CRT (< 2 dtk), Akral dingin (-/-)

9. Status lokalis (punggung): luka terbuka (-), jejas (-), deformitas (-), nyeri

tekan (+) setingga vertebra thoracal 11, 12, lumbal 1, 2.

10. Status Neurologis

a. Sikap Tubuh : Normal

24

Page 25: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

b. Gerakan Abnormal : Tidak ada

c. Cara berjalan : Sulit dinilai

d. Pemeriksaan Saraf Kranial

NERVUS CRANIALIS Kanan KiriN.I Daya Penghidu Normal/NormalN.II

 

 

Daya Penglihatan Normal/NormalPenglihatan Warna Normal/Normal

Lapang Pandang Normal/Normal

N.III

 

 

 

 

Ptosis -/-Gerakan mata ke medial Normal/NormalGerakan mata ke atas Normal/NormalGerakan mata ke bawah Normal/NormalUkuran Pupil + (3 mm) + (3mm)Reflek cahaya Langsung + +Reflek cahaya konsensuil + +

Strabismus divergen -/-

N.IV

 

 

 

Gerakan mata ke lateral bawah +/+

Strabismus konvergen -/-Menggigit Normal/Normal

Membuka mulut Normal/Normal

N.V

 

 

Sensibilitas muka Normal/NormalReflek kornea + +

Trismus -/-

N.VI

 

Gerakan mata ke lateral bawah +/+

Strabismus konvergen -/-N.VII

 

 

Kedipan mata Normal/NormalLipatan nasolabial Simetris/simetrisSudut mulut Simetris/simetrisMengerutkan dahi Normal/NormalMenutup mata Normal/NormalMeringis Normal/Normal

25

Page 26: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

 

 

 

Menggembungkan pipi Normal/Normal

Daya kecap lidah 2/3 depan Normal/Normal

N.VIII

Mendengar suara berbisik +/+Mendengar detik arloji +/+Tes Rinne Tidak dilakukanTes Schawabach Tidak dilakukanTes Weber Tidak dilakukan

N.IX

Arkus Faring Normal/NormalDaya kecap lidah 1/3 belakang Normal/Normal

Reflek muntah +Sengau –Tersedak –

N.X

Denyut nadi 80x/mnt regularArkus Faring Simetris/simetrisBersuara Normal/NormalMenelan Normal/Normal

N.XI

Memalingkan kepala Normal/NormalSikap bahu Normal/NormalMengangkat bahu Normal/NormalTrofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi

N.XII

Sikap Lidah Normal/NormalArtikulasi Normal/NormalTremor Lidah -/-Menjulurkan Lidah Normal/NormalTrofi otot lidah Eutrofi/EutrofiFasikulasi Lidah -/-

e. Pemeriksaan Motorik

G B B K 5 5 Tn N N Tr Eu Eu

26

Page 27: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

RF

+ +

RP

– –

+ + – –

f. Reflek fisiologis : normorefleks

g. patologis : (-)

h. Pemeriksaan tambahan pada LBP :

1) Tes Patrick                       : -/-

2) Tes Contrapatrick            : -/-

3) Tes Laseque                     : -/-

4) Tes Sicard                        : -/-

5) Tes Bragard                     : -/-

6) Tes Door-Bell                  : -

7) Tes Valsava                     : -

8) Tes Naffziger : -

i. Pemeriksaan Sensibilitas: normal

j. Pemeriksaan Fungsi Vegetatif:

1. Miksi : BAK normal, inkontinentia urine (-), retensio urine (-),

anuria (-)

2. Defekasi : BAB cair (-), inkontinentia alvi (-), retensio alvi (-)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah & Kimia klinik (30 Januari 2017)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan SatuanDarah RutinHemoglobin 13,3 13,2 – 17,3 g/dlLeukosit 6,4 3,8 – 10,6 RibuEritrosit 4,61 4,4 – 5,9 JutaHematokrit 40,0 40 - 52 %Trombosit 132 L 150 - 400 RibuMCV 86,7 82 – 98 fLMCH 28,9 27 – 32 pgMCHC 33,3 32 – 37 g/dlRDW 13,5 10 – 16 %MPV 9,2 7 – 11 mikro m3

Limfosit 1,62 1,0 - 4,5 103/mikro m3

Monosit 1,26 H 0,2 - 1,0 103/mikro m3

27

Page 28: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Eusinofil 0,30 0,04 – 0,8 103/mikro m3

Basofil 0,01 0 – 0.2 103/mikro m3

Neutrofil 3,25 1,8 – 7,5 103/mikro m3

Limfosit% 25,2 25 – 40 %Monosit% 19,5 H 2 – 8 %Eusinofil % 4,6 2 - 4 %Basofil % 0,2 0 – 1 %Neutrofil % 50,5 50 - 70 %PCT 0,121 0,2 - 0,5 %PWD 9,5 10 - 18 %Kimia klinikGlukosa puasa

86 82 - 115 mg/dl

Glukosa 2 jam PP 84 < 120 mg/dlSGOT 20 0 – 50 mg/dlSGPT 19 0 – 50 mg/dlUreum 57,1 H 10 – 50 mg/dlKreatinin 0,82 0,62 – 1,1 mg/dlHDLHDL DIRECT 27 L 28 – 63 mg/dlLDL CHOLESTEROL 127,2 < 150 mg/dlAsam urat 4,23 2 -7 mg/dlCholesterol

171

< 200Dianjurkan200 – 239

Risiko Sedang> 240

Risiko tinggi

mg/dl

Trigliserida 84 70 – 140 mg/dlSerologiHbsAg

Non ReaktifNon reaktif -

Pemeriksaan Radiologi (25 Januari 2018)

28

Page 29: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Hasil :

1. Kelungkungan vertebra thoracolumbalis dalam batas normal2. Tampak compresi pada VTh 123. Tak tampak lestesis corpus vertebra4. Discus intervertrebalis relatif tak menyempit5. Tak tampak gambaran paravertebral mass

Kesan :

1. Gambaran axial compresion corpus Vth 12 grade 2

2. Tak tampak gambaran spondilolestesis thoracolumbal

DISKUSI II

Pada pemeriksaan didapatkan postur tubuh normal, indeks massa tubuh

normal, pemeriksaan kekuatan, gerakan, tonus, motorik, sensorik, nervus

cranialis dan fungsi vegetatif dalam batas normal. Pada pemeriksaan khusus

29

Page 30: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

didapatkan hasil negatif. Interpretasi pada pemeriksaan khusus sebagai

berikut :

1) Tes Patrick                       : dapat ditemukan pada Kelainan pada sendi

sacro-ilitis

2) Tes Contrapatrick            : dapat ditemukan pada Kelainan pada sendi

coxitis

3) Tes Laseque                     : dapat ditemukan pada HNP

4) Tes Sicard                        : modifikasi dari tes laseq, dapat ditemukan pada

HNP               

5) Tes Bagard : modifikasi dari tes laseq, dapat ditemukan pada

HNP                     

6) Tes Door-Bell                  : modifikasi dari tes laseq, dapat ditemukan pada

HNP                     

7) Tes Valsava                     : dapat ditemukan pada spondilosis

8) Tes Naffziger : dapat ditemukan pada spondilosis

Dari pemeriksaan diatas, didapatkan hasil negatif sehingga dapat

menyingkirkan diagnosis HNP, spondilosis dan kelainan pada sendi panggul.

Kemudian pada pemeriksaan penunjang radiologi didapatkan adanya

kompresi axial pada vertebra thoracal 12 grade 2. Hasil tersebut sesuai

dengan lokasi nyeri yang dirasakan pasien.

Pembagian Trauma Vertebra

1. BEATSON (1963) membedakan atas 4 grade:

Grade I = Simple Compression Fraktur

Grade II = Unilateral Fraktur Dislocation

Grade III = Bilateral Fraktur Dislocation

Grade IV = Rotational Fraktur Dislocation

2. BEDBROCK membagi atas:

a. Trauma pada vertebra seperti compression, extension dan

flexion rotation injury

30

Page 31: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

b. Trauma medula spinalis seperti : comotio, con-tusio,

stretching, gangguan vaskuler, trombus dan hematoma

Daerah yang paling sering adalah daerah yang mobil yaitu

VC4.6 dan Th12-Lt-2.

Penatalaksanaan

1. Live saving dan kontrol vital sign

2. Perawatan trauma penyerta

Fraktur tulang panjang dan fiksasi interna.

Perawatan trauma lainnya.

3. Fraktur/Lesi pada vertebra

a. Konservatif (postural reduction) (reposisi sendiri) : Tidur telentang

alas yang keras, posisi diubah tiap 2 jam mencegah dekubitus,

terutama simple kompressi. Dapat diberikan terapi farmakologis

seperti analgetik, OAINS dan muscle relaxant.

b. Operatif : Pada fraktur tak stabil terdapat kontroversi antara

konservatif dan operatif. Kalau dilakukan operasi harus dalam waktu

6-12 jam pertama dengan cara: laminektomi, fiksasi interna dengan

kawat atau plate, anterior fusion atau post spinal fusion

c.Perawatan status urologi

Pada fase akut dipasang keteter dan kemudian secepatnya dilakukan

bladder training dengan cara penderita disuruh minum segelas air tiap

jam sehingga buli-buli berisi tetapi masih kurang 400 cc. Diharapkan

dengan cara ini tidak terjadi pengkerutan buli-buli dan reflek detrusor

dapat kembali.

d. Perawatan dekubitus

e.Fisioterapi : Breathing exercise yang adequat, Mencegah kontraktur

DAN Melatih otot yang lemah

31

Page 32: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Indikasi pembedahan pada fraktur vertebra : Intervensi bedah diberikan

pada pasien yang keluhan masih muncul setelah diberikan terapi

konservatif, adanya defisit neurologis pada saat ini atau kecurigaan akan

timbul mendatang, disabilitis dalam kehidupan sehari-hari, kondisi

kompresi vertebra yang parah. Perhatikan juga kondisi pasien seperti usia

dan penyakit yang menyertai. Namun tidak terdapat batasan waktu dalam

pemberian terapi konservatif.19,20,21

Tujuan dari terapi adalah: (1) mengurangi atau menghilangkan nyeri dan

spasme otot-otot lumbal, (2) meningkatkan lingkup gerak sendi

thoracolumbal, (3) meningkatkan kekuatan otot, dan (4) mengembalikan

kemampuan aktifitas fungsional (5) menghindari kontraktur karena

imobilisasi. Program fisioterapi sebagai berikut:22,23

a. MWD

Micro Wave Diathermy (MWD) dapat meningkatkan suhu

permukaan sehingga akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang

dapat meningkatkan sirkulasi dan metabolisme otot sehingga terjadi

reabsorbsi zat iritan dan sisa metabolisme, serta panas secara langsung

memperbaiki fleksibilitas jaringan ikat otot dan myelin, sehingga

nyeri akan berkurang

b. TENS

Transcutaneus Electrical Stimulation Nerve (TENS) Mekanisme

pengurangan nyeri oleh TENS konvensional dimana menghasilkan

efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu dengan

jalan mengaktivasi serabut A-b yang selanjutnya akan menginhibisi

neuron nosiseptif di kornu posterior medula spinalis.

c. Terapi latihan

Intervensi pada William Flexion terjadi gerak dinamis flexi lumbal

yang dilakukan berulang berfungsi untuk menambah ROM,

memulihkan mobilitass dan fungsi lumbal, mengulur otot – otot

erector spine, serta mengurangi penguncian sendi facet. Selain itu

intervensi menggunakan William Flexion dengan dosis 12 kali latihan

32

Page 33: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

dapat menurunkan nyeri punggung bawah akibat spondylosis lumbal.

d. Korset

Bentuk lain yang umum dari pengobatan untuk beberapa jenis

fraktur kompresi vertebral adaalah brace. Brace menyokong postur

punggung dan membatasi gerakan.

H. DIAGNOSIS AKHIR

1. Diagnosis Klinis : Low back pain acut

2. Diagnosis Topis : Vertebra thoracal 12

3. Diagnosis Etiologi : Kompresi axial corpus vertebra thoracal 12

grade 2

I. PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi :

a. Infus Asering 20 tpm

b. Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul

c. Injeksi Ranitidine 2 x 1 ampul

d. Injeksi Meticobalamin 1 x 1 ampul

e. Peroral Diazepam 2 x 2 mg

f. Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg

2. Non-Farmakologi :

a. Rawat inap

b. Tirah Baring

c. Fisioterapi

J. PROGNOSIS

1. Death                : bonam

2. Disease              : bonam

3. Disability           : dubia ad bonam

4. Discomfort        : dubia ad bonam

5. Dissatisfaction  : dubia ad bonam

DISKUSI III

33

Page 34: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul

Ketorolac merupakan suatu analgesic non-opioid. Mekanisme kerjanya ialah

dengan menghambat pelepasan enzim siklooksigenasi 2 yang nantinya akan

menghambat pelepasan prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi.

Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu

penggunaan maksimal selama 5 hari. Ketorolac selain digunakan sebagai anti

inflamasi juga memiliki efek anelgesik yang bisa digunakan sebagai pengganti

morfin pada keadaan pasca operasi ringan dan sedang.

Injeksi Ranitidin 2×1 amp

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja

histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam

lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum  yang  diperlukan  untuk 

menghambat  50%  perangsangan  sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL.

Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam. Ranitidin juga berfungsi untuk

mencegah efek samping dengan obat lain.

Injeksi Mecobalamin 1×1 amp

Meticobalamin adalah golongan cobalamin, bentuk dari vitamin B12. Pada kasus

ini diberikan meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf dari

kerusakan akibat terjadinya inflamasi di organ viseral sekitar saraf.

Peroral Diazepam 2x2mg

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu

potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai

mediator pada sistem syaraf pusat. Diazepam diberikan sebagai muscle relaxant

pada kasus ini.

Peroral Fluoxetin 1x 10 mg

Fluoxetin adalah anti depresan dari golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake

Inhibitor). Fluoxetin memiliki efek sedatif dan antikolinergik.

34

Page 35: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

FOLLOW UP

29/01/2018 30/01/2018

S Nyeri di punggung bawah, BAK dan

BAB lancar, kelemahan anggota gerak

(-), kesemutan (-), kesulitan untuk duduk

dan berjalan

Nyeri di punggung bawah sedikit

berkurang, BAK dan BAB lancar,

kelemahan anggota gerak (-), kesemutan

(-) kesulitan untuk duduk dan berjalan

O KU : compos mentis,

GCS E4M6V5

S : 36,5o C, N: 60x/mnt

RR: 20x/mnt

TD : 100/60 mmHg

NRS : 8

KU : compos mentis,

GCS E4M6V5

S : 36,6o C, N: 84x/mnt

RR: 18x/mnt

TD : 90/50 mmHg

NRS : 7

A Low Back Pain Low Back Pain

P Infus Asering 20 tpm

Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul

Injeksi Ranitidine 2 x 1 ampul

Injeksi Meticobalamin 1 x 1 ampul

Peroral Diazepam 2 x 2 mg

Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg

Infus Asering 20 tpm

Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul

Injeksi Ranitidine 2 x 1 ampul

Injeksi Meticobalamin 1 x 1 ampul

Peroral Diazepam 2 x 2 mg

Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg

35

Page 36: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

DAFTAR PUSTAKA

1. Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta:Penerbit Erlangga;2005

2. Isselbacher KJ, Asdie AH. editors. Harrison: Prinsip – Prinsip Ilmu

Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta:EGC;1999.

3. Ebnezar J. Low Back Pain. India:Sanat Printers;2012

4. Bratton l. Assessment and Management of Acute Low Back Pain. America

Family physicians;1999

5. Czernicski, Im, Goldistein, B. General Consisderations Of Pain In Low

Back, Hips, And Lower Estremities, In Loeser, Id, Editor. Bonica’s

Management Of Pains. Philadolphia Lippincurtt William And Willkins.

2001.

6. Gilgil E, Kacar C, dkk. Prevalence Of Low Back Painin Adeveloping

Urban:Spine;2000.

7. Sholichuddin, M, dkk. Latihan Bagi Pasien. Dikutip dari WartaRSUD dr.

H. Soemarno Sosroatmodjo. Kuala Kapuas. Kuala Kapuas. 2010.

8. Latif, R.A. Nyeri Punggung Bawah. Dikutip dari

http://www.krakataumedika.com/nyeri-punggung-bawah/. Banten:

Krakatau Medika;2011

9. Pinzon, R. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung bawah Akibat hernia

Nukleus Pulposus. Dikutip dari

http://www.kalbemed.com/portals/6/08_198profi%20l%20klinis%20pasie

n%20nyeri%20punggung%20bawah.pdf. Yogyakarta;2012

10. Mengenal Macam Penyebab Nyeri Punggung. Dikutip dari

http://sikkahoder.blogspot.com/2012/05/mengenal-macam-penyebabnyeri-

punggung.html#.uwwyo6jhlpq

11. Nursyarifah, R.S. Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian

Osteoartritis Lutut Di Rsup Dr. Kariadi Semarang [S1 Skripsi].

Semarang:JTPTUNIMUS;2010

44

12. Lilyani, D.I. Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Mioma Uteri Di

36

Page 37: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewpunggung berkurang setelah mengkonsumsi obat, namun nyeri punggung masih dirasakan dan pasien tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya,

Rsud Tugurejo Semarang [S1 Skripsi]. Semarang:JTPTUNIMUS;2010

13. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta:Gajah Mada University

Press;2007

14. Arikunto, Suharsimi. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Rineka

Cipta;2002

15. Sugiyono. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung:Alfabeta;2006

16. Samara D, Basuki B, Dkk. Duduk Statis Sebagai Faktor Risiko Terjadinya

Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Perempuan. Universa Medicina.

Jakarta. 2005

17. Risyanto; Sunarto; Dkk. Pengaruh Lamanya Posisi Kerja Terhadap

Keluhan Subyektif Low Back Pain Pada Pengemudi Bus Kota di Terminal

Giwangan Yogyakart. Naskah Publikasi. FKUI. 2008

18. Fathoni, H; Handoyo; Dkk. Hubungan Sikap Dan Posisi Kerja Dengan

Low Back Pain Pada Perawat Di Rsud Purbalingga. Purbalingga. 2009

19. Cyrus C Wong, Matthew J McGirt. Vertebral compression fractures: a reviewof current management and multimodal therapy. Dovepress. 2013 :vol. 6 No. 205–214.

19. Alexandru D, So W. Evaluation and Management of Vertebral Compression Fractures. The Permanente Journal. 2012;16(4):46-51.

20. Marcucci G, Brandi ML. Kyphoplasty and vertebroplasty in the management of osteoporosis with subsequent vertebral compression fractures. Clinical Cases in Mineral and Bone Metabolism. 2010;7(1):51-60.

21. Eko Budi Prasetyo. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Akibat Kompresi Vertebra Lumbal Ii – V. Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan Unikal. 2010

22. Pungky Widayanti Kusumaningrum. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Low Back Pain Akibat Spondylosis Lumbal Dan Scoliosis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014

37