amindwinugroho.files.wordpress.com · Web viewPendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk...
Transcript of amindwinugroho.files.wordpress.com · Web viewPendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk...
PROPOSAL PENELITIAN
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAPEL AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF
DI SMA NEGERI 1 BANGSRI
Dosen Pembimbing :
Oleh :
Nama : Amin Dwi NugrohoNIM : 0104510012Prodi : KTP
PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JANUARI 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat
penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia.[1] Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Pendidikan sebagai sebuah program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja
sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. [3] Di
bidang pendidikan dan pengajaran siswa sebagai obyek dan sasaran utama bagi
setiap guru sebagai salah satu komponen pendidikan.[4] Antara siswa yang satu
dengan yang lainnya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang tidak sama , ada
siswa yang dengan cepat dan mudahnya mampu menyerap materi pelajaran, ada
siswa yang membutuhkan waktu yang lama serta perlakuan kusus untuk
memahami atau menguasai materi pelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar
pada semua mata pelajaranatau mata pejaran termasuk mata pelajaran
akuntansi.tidak semua materi akuntansi di ajarkan dengan model ceramah atau
konvensional, pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok
sangatlah penting, demikian juga pemanfaatan media pembelajaran sangat
mondorong siswa tertarik dan mudah menyerap pelajaran.
Salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk
memberikan pengalaman secara langsung adalah model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas pandangan kontruktivis yang
menyatakan bahwa anak secara aktif membentuk konsep, prinsip dan teori yang
disajikan kepadanya. Mereka mengolahnya secara aktif, menyesuaikan dengan
1
skema pengetahuan yang sudah dimilki dalam struktur kogninifnya dan
menambahkan atau menolaknya (Suparno 1997)
1.2 Identifikasi Masalah
Antara siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan dan
kecerdasan yang tidak sama , ada siswa yang dengan cepat dan mudahnya mampu
menyerap materi pelajaran, ada siswa yang membutuhkan waktu yang lama serta
memerlukan perlakuan khusus dari guru untuk dapat memahami atau menguasai
materi pelajaran.Metode ceramah yang selama ini mendominasi dalam proses
mengajar kurang efektif dan kurang bisa membangkitkan semangat dan kreativitas
siswa dalam mengikuti pelajaran,sehingga prestasi belajarnya tidak seperti yang
diharapkan sekolah.setiap materi pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda
, maka pemilihan dan penerapan metode serta pemanfaatan media pembelajaran
mempunyai peranan yang penting dan juga punya peranan sebagaipenentu
keberhasilan siswa dalam belajar.
Disinilah metode dan media mempunyai peranan, yaitu menigkatkan kompetensi
siswa terutama meningkatkan prestasi belajar bagi siswa Hal inilah yang
menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAPEL AKUNTANSI MELALUI
PENERAPAN MODEL STUDEN TEAMS ACHIENMENT DIVISION (STAD)
DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF DI SMA
NEGERI 1 BANGSRI”
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalahnya, maka dapat penulis rumuskan
masalah : “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi
melalui penerapan Metode Student teams Achievenment Divisions (STAD) dan
pemanfaatan media pembelajaran inovativ di SMA Negeri 1 Bangsri.?”
2
1.4 Batasan Masalah
a. Pengertian Prestasi
Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome abstacle, to axarcise power, to strive to do something difficultas
well and as quickly as possible”
“ Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan,
berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan.Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi nelajar dibedakan menjadi
lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, invormasi verbal,
sikap dan ketrampilan.Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto ( 1990:110)
bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada
saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam
penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
b. Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar disini akan diawali dengan
mengemukan definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang
definisi belajar, sebagai berikut :
1. Cronbach memberikan definisi :
“ Learning is shown by a change in behavioras a resultof axprience”
“ Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil atau
pengalaman”
3
2. Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is observe, to read, to initiate, to try samethingthemselve, to listen, to
follow direction”Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba
sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan”
3. Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) mengatakan :
“Learning is a change in performance as aresult of pratice”
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik
Dari ketiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si sunyek
belajar itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik Belajar
sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu
yang dikirim kepdanya oleh lingkungan. Dengan demiklian terjadinya kegiatan
belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus
antara individu dan lingkungan.
c. Pengertian Siswa Atau Peserta Didik
Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melaui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal, in
formal maupun non formal.
Siswa adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam mungkin
meskipun rela maupun tak rela mengeluarkan biaya, segala jerih payah dan lain-
lain, agar mencapai masa depan yang cerah.
d. Pengertian model pembelajaran STAD
Studen Teams Achievenment Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, siswa ditempatkan dalam tm
belajar beranggotakan orang yang merupakan campuran menurut tingkat
4
kinerjanya, jenis kelamin, dan suku.Guru menmyajikan pelajaran kemudian
siswabekerja dalam timuntuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.
e. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran diartikan sebagai sesuatu benda yang menjadi
perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar fungsinya media dapat
berbentuk alat peraga dan sarana.
1. Alat Peraga
a) Pengertian alat peraga
Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajarai.
b) Fungsi alat peraga
Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk meurunkan keabstrakan dari
komsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut.
2. Sarana
a) Pengertian saranaSarana juga merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai
alat Bantu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan
sarana tersebut diharapkan dpat memperlancar kegiatan belajar-mengajar. Contoh
media pembelajaran papan tulis, computer, LCD, LK (Lembar Kerja),LT
(Lembar Tugas),
Adapun yang dimaksud Workshop dan media pembelajaran inovativ pada
penelitian ini adalah suatu metode yang diberikan oleh seorang guru kepada siswa
Kelas XII IPS di SMA Negeri 1 Bangsri yang bertujuan untuk meningkatkan
prestasi belajar.
Dari berbagai pengertian di atas, maka penelitian dengan judul :
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAPEL AKUNTANSI MELALUI
METODE STUDENT TEAMS ACHIEVENMENT DIVISION DAN
5
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF DI SMA NEGERI 1
BANGSRI”
Secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa mata pelajaran Akuntansi yang dilakukan oleh seorang
guru melalui workshop dan pemanfaatan media pembelajaran inovatif di SMA
Negeri 1 Bangsri.
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui
hasil “ peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi melalui Metode
student teams Achievenment Division (STAD) dan pemanfaatan media
pembelajaran inovativ di SMA Negeri 1 Bangsri.”
1.6 Kegunaan Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini akan memberikan kegunaan sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas ,
khususnya guru SMA pengampu mata pelajaran Ekonomi/Akuntansi.
b. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang nilai
ulangannya bawahKKM(KriteriaKetuntasanMinimal).
c. Sebagai bahan guna diadakan kajian dan pembahasan lebih lanjut,
mendalam, dan lebih luas mengenai masalah atau tema yang sama bagi
peningkatan mutu pendidikan
.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan tentang Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya
bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-
prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek
didik (Sardiman, 2004:20). Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu
alas an bahwa dari struktur kognitif dapat mempengaruhi perkembangan afeksi
ataupun penampilan seseorang.
Menurut Slavin, dalam Anni (2004:2) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman
yang dimaksud adalah seperti dalam teori belajar persepsi yang dikembangkan
oleh Arthur Comb dalam Sutarto, dkk (1999:44) menyatakan bahwa belajar
dipengaruhi oleh cara-cara individu dalam menerima dirinya sendiri dengan
lingkungannya. Selain itu, pengertian belajar menurut Morris L Bigge yang
dikutip oleh dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis.
Sedangkan menurut James O Wittaker masih dalam Darsono, dkk (2000:4) belajar
dapat didefinisikan James O Wittaker masih dalam Darsono, dkk (2000:4) belajar
dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku
melalui latihan atau pengalaman. Menurut W. S. Winkel dalam Darsono, dkk.
(2003:4), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam
pemahaman-pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Menurut teori
konstruktivisme, teori belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek didik
belajar membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari sendiri makna dari
sesuatu yang dipelajari (Sardiman, 2004:38). Selain itu, belajar dapat diartikan
juga sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada
kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar (Umar& La Sulo, 2005:51).
7
Dengan demikian, belajar dapat dikatakan sebagai proses penting bagi perubahan
perilaku bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan (Anni, 2004:2).
Beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
merupakan suatu proses terjadinya suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi lingkungan baik lingkungan internal maupun eksternal.
Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti siswa dengan seksama
untuk memahami kualitas anak berpikir di dalam kelas. Deskripsi Piaget
mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan
pelajaran yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa
yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Strategi belajar yang
dikembangkan dari teori Piaget ialah menghadapkan anak dengan sifat pandangan
yang tidak logis. Anak sulit mengerti sesuatu pandangan yang berbeda dengan
pandangannya sendiri (anak itu berkembang dari alam pandangan yang egosentris
ke alam pandangan yang sosiosentris). Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget
menekankan pada transmisi pengetahuan melalui metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan mendorong guru untuk bertindak sebagai katalisator dan siswa
belajar sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan bukanlah
meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungkbukanlah
meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungk inan bagi
anak untuk menemukan dan menciptakan kreativitas sendiri.
Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur-unsur kognisi terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri
manusia ditekankan pada internal dalam berpikir, yakni proses pengolahan
(processing) informasi (Anni, 2004:40). Dengan demikian hasil kinerja seseorang
diperoleh dari hasil belajar dan tidak tergantung pada jenis dan cara pemberian
stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu
mengolah informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon
stimulus yang berada di sekelilingnya. manusia yang bersifat hirarkis yang
dikelompokkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu manusia yang bersifat hirarkis
8
yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu physiological needs,
belongingness actualization (Mulyasa,2004:112). Kebutuhan fisiologi merupakan
kebutuhan yang paling mendasar dan pemenuhannya mendesak, misalnya
kebutuhan akan makan, minum air, udara, dan actualization (Mulyasa,2004:112).
Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan
pemenuhannya mendesak kebutuhan yang mendorong individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan,
misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat individu untuk mengadakan hubungan
efektif atau ikatan emosional dengan individu individu untuk mengadakan
hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu individu untuk
mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu kebutuhan
yang paling tinggi tingkatannya, misalnya seorang pemusik yang menciptakan
komposisi musik Hubungan teori motivasi dengan pembelajaran adalah dapat
digunakan sebagai pedoman, misalnya siswa yang kebutuhan fisiologisnya tidak
terpenuhi dengan baik, maka akan memiliki kecenderungan merasa kekurangan
bahkan tidak memiliki motivasi untuk belajar dan begitu juga apabila kebutuhan
yang lain tidak terpenuhi. Berdasarkan teori motivasi tersebut, maka terdapat
beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa.
Diantaranya adalah : (Mulyasa,2004:114-115):
1. Siswa akan belajar lebih giat jika topik yang dipelajarinya menarik dan
berguna bagi dirinya.
2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan
sehingga siswa mengetahui tujuan belajarnya, dan kemudian dilibatkan
dalam penyusunan tujuan tersebut.
3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya.
4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun
sewaktuwaktu hukuman juga diberikan.
5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita, dan rasa ingin tahu siswa.
6. Usahakan untuk selalu memperhatikan perbedaan siswa.
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan
9
bahwa guru memperhatikan belajar mereka, sehingga mereka
memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman
belajar kearah mereka, mengatur pengalaman keberhasilan, sehingga
mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.
Untuk dapat tercapai suatu perubahan tingkah laku tersebut adalah tergantung
pada berbagai factor yang mempengaruhinya. “Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar adalah factor internal dan faktor eksternal.” (Anni, 2004:11). Yang
termasuk faktor internal mencakup kondisi fisik (kesehatan, organ tubuh), kondisi
psikis (kemampuan intelektual, emosional), dan kondisi sosial (kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungan), sedangkan faktor eksternal antara lain seperti
variasi dan derajat lingkungan), sedangkan faktor eksternal antara lain seperti
variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus), yang dipelajari (direspon), suasana
lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses,
dan hasil belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut dengan pendekatan system
dapat digambarkan sebagai berikut (Djamarah, 2002:142) :
Kegiatan Belajar melalui Pendekatan Sistem Skema di atas menunjukkan bahwa
masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang diolah, dalam hal ini
pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar
berpengaruh juga faktor lingkungan environmental input) dan sejumlah faktor
yang sengaja ditantang dan dimanipulasi (instrumental input) guna menunjang
tercapainya output yang kehendaki.
10
3.1.3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Afirin (1991:3) bahwa “ Prestasi adalah kemampuan,
keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas”. Prestasi
belajar suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi
belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu,
tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan Environmental input
Learning Teaching Process
Selain itu, menurut Cronbach yang dikutip oleh Arifin (1991:4) bahwa “Kegunaan
prestasi belajar adalah sebagai suatu umpan balik bagi pendidik dalam mengajar,
untuk keperluan diagnosis, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk
keperluan penempatan, untuk penentuan isi kurikulum, dan yang menentukan
kebijakan di sekolah”
Menurut Tu’u (2004:75), bahwa prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek kognitifnya
karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka
nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya dicapai seseorang setelah
melakukan suatu proses belajar dengan memperoleh Kesimpulan dari
uraian di atas adalah prestasi belajar merupakan hasil yang pengetahuan
dan keterampilan yang diukur dengan tes.
3.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yang yang
mempunyai indikasi terhadap prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut digolongkan
menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. “Faktor intern adalah suatu
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
11
adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu” (Djamarah, 2002:142)
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa yang dinyatakan
dalam bentuk nilai. Menurut Slameto (1998:54-71), prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh bentuk nilai. Menurut Slameto (1998:54-71), prestasi belajar
siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor intern
yang meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologi
intelegensi, perhatian (, bakat, minat, motif, kematangan, dan kelelahan).
Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan keperluan
keluarga), factor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran), dan faktor masyarakat
(kegiatan siswa dengan dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat). Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar
bahan yang dipelajari Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar
bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Salah satu usaha untuk
mencapai hal itu adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau
“mastery learning”. Maksud utama belajar tuntas adalah usaha dikuasainya bahan
oleh siswa yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas”(Nasution,
2000:36). Menurut Sardiman (2004:167), bahan tertentu secara tuntas”(Nasution,
2000:36). Menurut Sardiman (2004:167), belajar tuntas adalah suatu sistem
belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa belajar tuntas adalah suatu
sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan
instruksional umum (basic learning objectives) dari suatu satuan atau unit
pelajaran secara tuntas. Untuk dianggap tuntas diperlukan standar norma atau
ketentuan yang tertentu. Dalam sistem pengajaran modul (2004), ditetapkan
bahwa 85 % dari populasi siswa di dalam satu kelas harus menguasai sekurang-
kurangnya 70% dari tujuan-tujuan instruksional yang akan dicapai atau siswa
telah mendapat nilai minimal 70. Jadi, untuk siswa yang telah mencapai
12
penguasaan sebesar 70% atau siswa telah mendapat nilai sebesar 70 maka siswa
tersebut berarti sudah dianggap lulus.
2.2 Metode Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha menciptakan interaksi
dengan siswa, interaksi ini bertujuan untuk membuat siswa dapat belajar yang
pada akhirnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Usaha
guru untuk berinteraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, berbagai cara inilah
yang disebut metode pembelajaran. Karena interaksi ini bertujuan siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran, maka metode ini dapat diartikan juga suatu cara
yang dipergunakan pembelajaran, maka metode ini dapat diartikan juga suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2002:76), karena itu penggunaan metode tidak
sembarangan. Ketepatan metode sangat bergantung pada aspek berikut :
a. Anak didik
Anak didik mempunyai perbedaan-perbedaan dari segi biologis, individual dan
psikologis. Dari segi biologis terdiri dari laki-laki dan perempuan, postur tubuh
mereka ada yang tinggi, sedang dan ada pula yang pendek. Dari segi intelektual
ada yang cerdas, sedang, kurang dan ada yang mempunyai kepribadian tertutup
dan ada yang terbuka. Perbedaan -perbedaan tersebut mempengaruhi guru dalam
pemilihan dan penggunaan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
b. Tujuan
Tujuan pembelajaran sangat beragam, hal itu mempengaruhi metode yang
digunakan. Penggunan metode harus sejalan dengan isi atau kemampuan apa yang
yang harus dikuasai anak didik sebagaimana tertuang dalam tujuan.
c. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari
hari ke hari. Hal ini disesuaikan dengan sifat bahan dan kemampuan siswa.
Dengan Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya
13
sama dari hari Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama dari hari demikian guru harus menyesuaikan metode dengan
situasi kegiatan belajar mengajar
d. Fasilitas
Fasilitas sangat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar,
misalnya kurangnya fasilitas pengadaan buku referensi akan menghambametode
latihan t guru menerapkan
e. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda, ada guru yang suka
bicara dan ada t guru menerapkan guru yang kurang suka bicara. Latar
belakang guru pun berbeda, ada yang berlatar pendidikan guru dan ada yang
bukan, hal ini mempengaruhi kompetensi. Guru yang berlatar belakang
pendidikan guru mempunyai berbagai metode, karena memang sudah dibekali.
Selain itu pengalaman mengajar juga mempengaruhi. Ketiga aspek
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode (Bahri, 2002:89-92).
2.2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam
tugastugas yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa
belajar yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa
belajar
dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan
yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar.
Salah satu faktor penunjang dalam usaha peningkatan prestasi belajar
adalah penggunaan metode dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu
menerapkan penggunaan metode dalam proses belajar mengajar. Guru harus
mampu menerapkan metode yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang
maksimal. Menurut Nurhadi metode yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang
maksimal. Menurut Nurhadi (2004:103) bahwa :
14
Ada berbagai model pembelajaran yang memenuhi keriteria dalam mendukung
pelaksanaan kurikulum 2004, antara lain adalah pendekatan kontekstual,
pengajaran berbasis masalah, pengajaran kooperatif, pengajaran berbasis inkuiri,
pengajaran berbasis proyek, pengajaran berbasis kerja, PAKEM, Quantum
Teaching & Quantum Learning, CBSA, serta pengajaran berbasis melayani.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda ke dalam kelompok kecil, dimana menurut Sartono
(2003:32), “Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja
sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa
yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya”.
Pada dasarnya semua pendekatan dan strategi belajar yang
memberdayakan siswa merupakan suatu pendekatan dan strategi yang dianjurkan
diterapkan dalam kurikulum 2004. tidak ada strategi dan pendekatan khusus yang
dianjurkan, kecuali guru tidak menggunakan metode konvensional sebagai satu-
satunya pilihan dalam metode pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112)
bahwa :
Dalam pendekatan konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran
menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi
yang saling asah, asih, dan kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan
interaksi yang saling asah, asih, dan Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang
menggunakan metode kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
15
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajarn dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi.
2.2.2 Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur-
unsur yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut, menurut Nurhadi (2004:12)
adalah saling untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial
yang secara sengaja diajarkan. Sedangkan unsur-unsur metode pembelajaran
kooperatif menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2004:31) yaitu
meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Kelima unsur
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Saling ketergantungan yang positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga tiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Keberhasilan
kelompok tergantung dari usaha setiap anggota. Setiap siswa dapat
memberikan kontribusi kepada kelompok. Hal ini disebabkan pola penilaian
yang unik, yaitu nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh
tiap anggota.
a. Tanggung jawab perseorangan nilai kelompok dibentuk dari poin yang
disumbangkan oleh tiap anggota.
b. Tanggung jawab perseorangan
16
Siswa akan merasa bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.
Hal ini akibat dari pola penilaian cooperative learning. Pembagian tugas yang
jelas akan mengatasi sikap kurang bertanggung jawab siswa, kerana dapat
diketahui dengan mudah siswa tesebut dapat melaksanakan tugasnya atau
tidak. Sehingga rekan-rekannya akan menuntutnya untuk melaksankan tugas
agar tidak menghambat yang lainnya.
c. Tatap muka
Interaksi antar anggota aan menciptakan sinergi yang menguntungkan
kepada semua anggota. Inti sinergi adalah mnghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota.
d. Komunikasi antar anggota
Setiap siswa perlu dibekali ketrampilan berkomunikasi yang efektif seperti
bagaimana menyanggah pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaannya.
Ketrampilan ini memerlukan proses panjang, namun siswa perlu menempuh
proses ini untuk memperkaya pengalaman belajar dan membina
perkembangan mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya siswa
bisa bekerjasama dengan aktif. Cara penilaian prestasi dalam metode
pembelajaran kooperatif dapat dilakuakan sebagai berikut (Hastuti, 2003:33):
a. Kuis lisan
1) Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok
2) Kelompok mendiskusikan jawabannya
3) Guru menunjuk salah satu anggota kelompok untuk menjawab, sementara
anggota kelompok tidak diperbolehkan membantu.
b. Pekerjaan rumah kooperatif
1) Kelompok diminta menjawab pertanyaan atau meringkas pokok bahasan.
2) Nilai ditentukan berdasarkan gabungan hasil kerja tiap kelompoknya.
17
3) Seluruh kelompok menjawab pertanyaan yang sama kemudian
membandingkan jawaban mereka pada pertemuan berikutnya dan menyerahkan
jawaban yang telah diperbaiki semua.
4) Guru memberikan bonus jika seluruh anggota kelompok mengerjakan
pekerjaan rumah yang baik.
c. Penghargaan kelompok
Dalam memberikan skor individu dan skor kelompok dilakukan 2 tahap
perhitungan sebagai berikut :
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok
Skor yang diperoleh siswa digunakan untuk menentukan nilai perkembangan
individu dan untuk menentukan skor kelompok. Perhitungan skor perkembangan
kelompok.
Langkah 1Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberikan skor dasar yang
diperoleh dari nilai rata-rata kuis yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara
individual pada semester sebelumnya. disetiap akhir kegiatan pembelajaran. Skor
terkini dijadikan acuan untuk merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya
dengan Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Siswa memperoleh poin untuk
kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini. Skor ini diperoleh dari hasil tes yang
diberikan guru disetiap akhir kegiatan pembelajaran. Skor terkini dijadikan acuan
untuk merencanakan memperbaiki kelemahan yang ada pada kegiatan
pembelajaran sebelumnya mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.
Dengan adanya skor perkembangan, guru bisa melihat sejauh mana usaha siswa
untuk mencapai hasil yang lebih baik dari masa lalu. mereka. Dengan adanya skor
perkembangan, guru bisa melihat sejauh mana usaha siswa untuk mencapai hasil
yang lebih baik dari masa lalu. mereka. Dengan adanya skor perkembangan, guru
bisa melihat sejauh mana usaha siswa untuk mencapai hasil yang lebih baik dari
masa lalu.
Skor perkembangan Poin
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0
1-10 poin di bawah skor dasar 10
1-10 poin di atas skor dasar 20
18
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30
2) Menghargai prestasi kelompok.
Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok, terdapat tiga tingkat
penghargaan sebagai berikut :
a. Kelompok dengan rata-rata skor 15-19, sebagai kelompok baik (good
team).
b. Kelompok dengan rata-rata skor 20-24, sebagai kelompok hebat (great
team).
c. Kelompok dengan rata-rata skor diatas 25, sebagai kelompok super (super
great team).
Sedangkan menurut Lie (2002:32), hendaknya penilaian dilakukan dengan
cara yang unik dimana setiap siswa mendapatkan nilainya sendiri dan nilai
kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Untuk menjaga
keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas rata-rata mereka. Untuk itu,
evaluasi dalam proses kerja kelompok dan hasil kerja sama perlu direncanakan
oleh guru untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif.
2.2.3 Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai
ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan
kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian
penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi
ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5
orang anggota kelompok yang
memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik,
maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim
19
menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
Sedangkan menurut Rahayu (2003:13) bahwa “STAD adalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus
untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk mendekatkan pendekatan
kooperatif”. Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah bahwa guru menyampaikan
materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas 4 sampai
5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Beberapa komponen dalam pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai
berikut:
1. Presentasi kelas
Sebelum menyajikan materi, guru menekankan arti penting tugas
kelompok dan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep
yang akan dipelajari.
Materi pelajaran yang disajikan sesuai dengan yang akan dipelajari siswa
dalam kelompok. Selama kegiatan ini, siswa diberi pertanyaan-pertanyaan dan
guru memberi umpan balik terhadap jawaban-jawaban siswa.
Penyajian materi dilakukan dengan menggunakan media, dengan metode
ceramah dan diskusi serta tanya jawab. Siswa harus benar-benar
memperhatikan materi yang disajikan, karena akan membantu siswa dalam
mengerjakan tes/kuis. Nilai tes/kuis setiap siswa akan menentukan nilai
kelompok.
2. Tahap kegiatan kelompok
Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor
setiap kegiatan kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap
kelompok untuk dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa
mengerjakan tugas secara mandiri atau berpasangan, kemudian saling
mencocokan jawaban dan saling memeriksa ketepatan jawaban dengan teman
sekelompok. Jika ada anggota yang kurang memahami maka teman
sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan
20
kepada guru. Dalam metode pembelajaran ini siswa belajar secara kelompok yang
akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep ekonomi yang sulit,
disamping itu belajar kelompok juga berguna untuk menumbuhkan kemampuan
bekerja sama, berpikir kritis, dan dapat membantu teman yang kurang memahami
materi. Dalam Suparno (1996) Pieget juga mengemukakan bahwa lingkungan
sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran seseorang. Dalam
perkembangan kognitif yang lebih rendah, pengaruh lingkungan sosial menjadi
lebih berperan dengan teman dan berdiskusi bersama berpengaruh terhadap
perkembangan pemikiran anak. Pieget juga mengemukakan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun berbeda-beda
kecepatannya. Oleh karena itu, guru mengatur kegiatan kelas dalam kelompok
kelompok kecil.
3. Tahap hasil tes belajar
Setiap akhir pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri
untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap
siswa tidak diijinkan untuk saling membantu satu sama lain selama
mengerjakan tes. Setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
mengerjakan materi tes.
4. Tahap perhitungan nilai perkembangan individu
Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap
kelompok untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik bagi
dirinya berdasarkan prestasi sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai
awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara individual pada tes yang telah lalu
atau nilai akhir siswa secara individual dari semester sebelumnya.
5. Tahap penghargaan kelompok
Setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan
perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok
dibagi dengan jumlah anggota. Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa
dalam STAD:
a. Persiapan
1) Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan.
21
2) Menetapkan siswa dalam kelompok.
a) Meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas.
b) Menentukan jumlah kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan4-5orang.
c) Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam
kemampuannya.
3) Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes
yang telah lalu, atau nilai akhir siswa secara individual
b. Tahap pembelajaran
1) Guru menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan TIK.
2) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
diikuti dengan langkah dimana siswa dibawah bimbingan guru bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) atau
tugas.
c. Evaluasi mandiri dan penghargaan kelompok
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau
kuis secara sendiri-sendiri. Setelah selesai guru memberikan skor individu
dan skor tim yang kemudian diumumkan secara tertulis di papan
pengumuman. Skor individu didapat dari nilai tes masing-masing siswa.
Sedangkan skor tim didapat dari jumlah keseluruhan poin yang
disumbangkan masing-masing anggota tim dibagi dengan jumlah anggota
tim (Nur, 2000 : 31-35).
2.2.4 Kebaikan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu
juga dengan cooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21)
cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan
1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun
tes baku.
22
2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan
interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif
menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang amsalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan
orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
a. Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota
kelompoknya.
23
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar
mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat
untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi
menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi
siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor
siswa dalam belajar bekerja sama. Sampai saat ini metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita.
Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa
alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan
pembelajaran kooperatif di kelas yaitu :
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar
jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau
belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.
d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup
mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam
satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang
saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok
akan tampak macet.
24
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,
misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang
aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan
ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam
penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul
secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut
Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang
paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil,
adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga penbelajaran koopertaif memerlukan
waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak
dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu
dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk
melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca
bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian
materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik
2.3 Kerangka berpikir
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan sangat penting
untuk menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan penerapan konsep diri.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan tercermin dalam
peningkatan prestasi dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu perlu adanya
peran aktif seluruh komponen unsur pendidikan terutama siswa yang berfungsi
sebagai input sekaligus sebagai calon output, dan juga guru sebagai fasilitator.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan
25
belajar yang kreatif bagi kegiatan anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang
harus guru lakukan adalah pemilihan metode yang tepat untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan
pengajaran dengan baik bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai
tangguang jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk
membantu perkembangan siswa (Slameto, 2003:79). Kegiatan guru dalam belajar.
Kegiatan guru dalam belajar mengajar petrlu diperhatikan. Kegiatan guru
yang dimaksud adalah berkaitan dengan metode pembelaja ran yang digunakan
sehingga mampu membangkitkan motivasi siswa. Metode pembelajaran adalah
strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai Penggunaan metode yang tepat
dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah. tujuan yang diharapkan. Dalam penggunaan metode
terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa mengajak siswa untuk
aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Siswa dalam kelas dibentuk kelompok-
kelompok kecil yang memungkinkan setiap anggotanya untuk saling berinteraksi.
Dengan adanya interaksi tersebut dapat memungkinkan siswa berpartisipasi aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Mata pelajaran ekonomi dengan kompetensi
kebijakan fiskal dan moneter terdapat tingkatan keterampilan yang harus dicapai
oleh siswa yang berupa level kompetensi kunci yang masing-masing dapat
dikembangkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam
memahami kebijakan fiskal dan moneter siswa dituntut untuk dapat menganalisis
data, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan untuk kecakapan
akademiknya, sehingga hal ini dapat dikembangkan dengan cara saling
ketergantungan yang positif antar siswa untuk saling bekerja sama dengan baik.
Kemudian, dalam memahami kebijakan fiskal dan moneter, siswa juga
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas.
Berbagai penelitian menunujukkan bahwa di samping pembelajaran
kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa, secara
26
bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Slavin dalam
Ibrahim (2001:16) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa penelitian telah
dilaksanakan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi Bahasa,
Geografi, Ilmu Sosial, Sains, Matematika dan Bahasa Inggris. Studi yang telah
ditelaah dilaksanakan di sekolah-sekolah pinggiran dan pedesaan Amerika
Serikat, Israel, dilaksanakan di sekolah-sekolah pinggiran dan pedesaan Amerika
Serikat, Israel, Nigeria dan jerman. Dari 45 laporan 37 menunjukkan bahwa hasil
akademis kelas kooperatif lebih tinggi dibandingkan kelas control. 8 studi
menunjukkan tidak ada perbedaan dan tidak ada satupun studi menunjukkan hasil
negatif.
Menurut Baharudin dalam Tyas (2002:36) merujuk pada penelitian yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1Bangsri pada mata pelajaran Akuntansi kelas XII
IPS 1, menunjukkan bahwa hasil akademis siswa kelas XII IPS 1 mengalami
kenaikan yang cukup memuaskan dibandingkan dengan hasil belajar sebelum
diterapkannya metode kooperatif tipe STAD. dalam belajar sedangkan guru
memperoleh metode pembelajaran baru yang lebih efektif dan efisien dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini membuktikan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok digunakan untuk mata pelajaran
Akuntansi.
Penggunaan metode pembelajan kooperatif tipe STAD juga dilakukan oleh
Styarini (2004:66), yang mengambil lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Bangsri
dengan menerapkan pada mata pelajaran biologi pokok bahasan hewan vetebrata
dan invetebrata. Styarini juga mengungkan bahwa penerapan metode
pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
keaktifan siswa dan kinerja guru.
Respon yang positif oleh siswa dan guru terhadap metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Endy
(2005:83) melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Bangsri pada mata pelajaran
Akuntansi. Menegaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan perestasi belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa
27
menjadi kelompok-kelompok kecil akan memudahkan pembelajaran karena pada
mata pelajaran gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa dan
ketelitian, sehingga mempermudah guru dalam penyampaian materi dan juga
latihanlatihan penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I prestasi belajar
mengalami
Dalam penelitian yang dilakukan pada siwa SMA Negeri 1 Bangsri pada mata
pelajaran akuntansi melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi kas kecil melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi
Berbagai penelitian di atas memberi inspirasi pada penulis untuk melakukan
penelitian menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penulis
merasa tertantang untuk menerapkan metode STAD pada mata pelajaran
Akuntansi. Sebagaimana diketahui, mata pelajaran Akunatnsi lebih banyak
menyuguhkan materi hitungan yang membutuhkan tingkat pemahaman yang
tinggi. Dalam penelitian ini, ada tiga aspek yang akan diteliti yaitu kinerja guru,
keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa.
1. Kinerja Guru
Aspek ini mengkaji mengenai kemampuan dan ketrampilan guru dalam
mengembangkan kegiatan pembelakaran dengan metode pemmbelajaran
kooperatif tipe STAD, apakah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
yang telah disusun. Kinerja guru diukur dengan menggunakan lembar observasi
kinerja
2. Keaktifan siswa
Aspek ini mengkaji mengenai keaktifan siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keaktifan
di sini meliputi aktivitas kesiapan siswa sebelum proses pembelajaran dan
aktivitas guru yang berisi semua aktivitas guru selama proses pembelajaran
yang dinyatakan dengan angka siswa selama proses pembelajaran
28
3. Prestasi belajar Siswa
Aspek ini mengkaji tentang hasil kompetensi dasar yang merupakan indikasi
dari keberhasilan penelitian. Prestasi belajar diukur dengan tes yang dinyatakan
dengan angka. Dari hsil tes tersebut dapat dilihat seberapa besar siswa
memahami materi yang telah disampaikan.
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok
bahasan kebijakan fiskal dan moneter dapat menjadikan siswa berpikir secara
kritis dengan menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang muncul
selama pembelajaran. Siswa juga dapat menggali pemgetahuan mengenai materi-
materi tersebut dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Metode pembelajaran kooperatf tipe STAD juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa dengan indikator-indikator lainnya, seperti menumbuhkan
keterampilan siswa bekerja sama dalam suatu kelompok, meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyampaikan suatu materi, pendapat dan ide serta
memandang suatu masalah dari segi perspektif dan menimbulkan pemikiran
rasional pada siswa.
Mata pelajaran ekonomi dengan pokok bahasan kebijakan fiskal dan
moneter dituntut untuk dapat menganalisis data, merencanakan dan
mengorganisaskan kegiatan untuk peningkatan akademik siswa, sehingga hal ini
dapat dikembangkan dengan saling bekerja sama antar siswa dengan baik. Dalam
memahamikebijakan fiskal dan moeter siswa juga dilatih untuk
mengkomunikasikan ide dan informasi demi kecakapan dalam menggali
informasi.
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada peningkatan kinerja guru SMA Negeri 1 Bangsri dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
pemanfaatan media pembelajaran inovatif.
29
2. Ada peningkatan keaktifan siswa kelas XI IPS 1 dalam belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
pemanfaatan media pembelajaran inovatif.
3. Ada peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
pemanfaatan media pembelajaran inovatif.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Inovativ dengan menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas. Dalam
penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang berbasis kelas, menawarkan
pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung
prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk
perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses
belajar mengajar di kelas.
3.2 Populasi dan sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Sugiyono ( 2008: 117 ) Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kulalitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan.
Penelitian ini mengambil populasi adalah siswa kelas XII IPS SMA
Negeri 1.
Tabel 3.1. Jumlah siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bangsri tahun pelajran 2010/2011
No. Kelas Jurusan Jumlah Siswa
1 XII IPS 120
Data SMA N 1 Bangsri
31
3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi (Sugiyono, 2008: 118).
Sutrisno Hadi ( 2000: 221 ) Sampel adalah wakil dari populasi
dimana pengambilan sampel ini harus benar-benar dapat mewakili
populasi.
Teknik yang digunakan pengambilan populasi ini adalah cluster
proporsional random sampling, yaitu dari populasi ditentukan jumlah
sampel sebagai obyek, yaitu kelas IPS1 SMA Negeri 1 Bangsri Tahun
pelajaran 2010/2011
3.3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau niali dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2008
: 61)
Variabel dalam penelitian pada dasarnya adalah apa yang menjadi
titik perhatian di suatu penelitian. Pada penelitian ini variabelnya adalah
Prestasi belajar dengan sub variabel sebagai berikut :
a. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
b. Pemanfaatan Media Pembelajaran Inovativ.
3.4 Instrumen Penelitian
Indikator ketercapaian prestasi oleh tindakan mrtode pembelajaran
kooperatiftipe STAD ini di ukur secara kuantitatif. Sedangkan indikator
mekanisme atau proses terjadinya perubahan diukur secara kualitatif
diskriptif. Untuk itu, instrumen yang
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
32
3.5.1 Validitas Item
Menurut Arikunto (1990 : 69), instrumen penelitian dikatakan valid
pabila mampu mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui validitas item
soal digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
N ∑xy-( ∑x)(∑Y)
rxy =
N∑X2-(∑)2 (n∑Y2-(∑Y)2
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi item
N = Jumlah siswa
x = Skor item nomor tertentu
y = Skor total
( Arikunto, 1996 : 162 )
Kriteria :
Apabila rxy>r(table) maka dikatan item tersebut tidak valid
3.5.2 Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten
(ajeg). Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus kuder and richardson
(K-R 21) seperti yang tercantum dalam Arikunto (1990 : 96) sebagai berikut:
r 11 = ( k )( k-M )
k-1 - k Vt
Keterangan:
R11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
33
M = skor rata-rata
Vt = varians total
Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5
%. Jika nilai r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
Pengolahan data untuk uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini
menggunakan SPSS 15.00. dari hasil perhitungan menunjukkan hasil sebagai
berikut :
3.6. Uji Pesyaratan Analisis
Sebelum menganalisa data maka perlu dilakukan pengujian
persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas, uji linearitas, danuji
multoltikoliner
3.6.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengtahui apakah data dalam
penelitian berdistribusi Normal atau tidak.
Dalam uji normalitas ini menggunakan analisis SPSS 15.0
Kriteria normalitas apabila p ≥ 0,005 dan batas toleransi α = 0,005
3.7. Teknik Analisis Data
Pada prinsipnya metode analisis data digunakan untuk mengolah
data dengan menggunakan metode statistic yang dapat untuk mencari
kesimpilan dalam penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti, yaitu :
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara
diskriptif.
34
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik diskriptif, misalnya
mencari persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
memberi gambaran tentang ekspresi siswa mengenai tingkat pemahaman
terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa
terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti
pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi
belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif Data-data yang
diperoleh dihitung dengan teknik kuantitatif dengan langkahlangkah
sebagai berikut :
1. Data hasil tes dapat dihitung dengan mengguanakan rumus sebagai
berikut :
Pencapaian = ∑ Skor yang dijawab benar X100%
Skor maksimum
( Arikunto, 2002 : 242)
Nilai = ∑Skor yang dijawab benar X 100%
Skor maksimum
(Arikunto, 2002:242)
Nilai tes merupakan hasil belajar kognitif siswa, yang merupakan
perbandingan antara hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil
belajar siswa sesudah tindakan.
1. Data hasil observasi dihitung dengan menggunakan rumus :
% Pencapaian = ∑Skor yang diperoleh X100%
Skor maksimum
35
3. Nilai yang diperoleh dari hasil observasi merupakan hasil belajar psikomotorik
dan efektif.
4. Menghitung keberhasilan kelas (ketuntasan belajar secara klasikal), yaitu
persentase siswa yang tuntas belajar sesuai dengan indikator keberhasilan,
dihitung dengan rumus :
% Ketuntasa Belajar Siswa =∑Siswa yangtuntas belajarnya X 100%
Banyaknya siswa dalam satu kelas
5. Membuat rekapitulasi nilai hasil belajar siswa
.
Hasil perbandingan ini akan menggambarkan mengenai persentase
peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran ekonomi pokok bahasan jurnal
khusus melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pemanfaatan media
pembelajaran inovativ.
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data non tes, yaitu
data observasi, data angket dan data wawancara. Data observasi dan angket
digunakan untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam wawancara. Sedangkan
data wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk mengatasi siswa yang
mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar
3.7 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila secara
keseluruhan siswa dalam satu kelas mencapai ketuntasan belajar sebesar …..
dengan memperoleh nilai minimal 70 dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar. Nilai minimal 70 dan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar.
36
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2003. Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU
SISDIKNAS. Jakarta : Depag RI.
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka setia.
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nuri, Amat. 2004. Undang-Undang Guru dan Peningkatan Kompetensi
Profesional Guru, Jurnal Insania. Volume 9, Nomor 3, hlm 185-201.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
[24] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hlm. 66
[25] Syamsudin dan Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2006), hln. 108
[26] Suharsini Arikunto, Op. Cit., hlm 234
[29] Syamsudin dan Vismaia, Op. Cit., hlm. 95
[30] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1996), hlm. 40
37
38