thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah....

134
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, 2003. pasal 1). Inti dari pendidikan adalah proses pembelajaran, yaitu suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan karakter yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman interaksi dengan lingkungannya. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh sistem yang didalamnya terdapat sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain

Transcript of thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah....

Page 1: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan,  pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

(Sisdiknas, 2003. pasal 1). Inti dari pendidikan adalah proses pembelajaran,

yaitu suatu  usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh  perubahan

karakter yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman interaksi

dengan lingkungannya. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh sistem yang

didalamnya terdapat sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain

kurikulum, tenaga pengajar, perumusan tujuan, pemilihan dan penyusunan

materi, penggunaan strategi pembelajaran yang efektif, penggunaan media

yang tepat, dan pelaksanaan evaluasi yang benar.

Kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk mengukur dan menilai

keberhasilan proses pembelajaran, khususnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi disebabkan

oleh berbagai faktor. Seperti proses pembelajaran di kelas selama ini masih

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan metode ceramah

Page 2: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

2

menjadi pilihan utama guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan

metode tidak bervariasi dalam pembelajaran cenderung menghasilkan

kegiatan belajar mengajar yang tidak maksimal dan membosankan.

Disamping strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, pelajaran yang

disampaikan cenderung teoritis dan jarang di kaitkan dengan dunia nyata,

tidak menggunakan media yang tepat untuk menyajikan informasi.

Keberhasilan dalam belajar akuntansi dapat dilihat dari hasil belajar

siswa yang diperoleh  dalam  kegiatan pembelajaran. Proses belajar

mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa atau siswa

dengan siswa. Komunikasi yang terjadi hendaknya merupakan komunikasi 

timbal balik yang diciptakan sedemikian rupa sehingga pesan yang

disampaikan dalam bentuk materi pelajaran berlangsung efektif dan efisien.

Mata pelajaran ekonomi standar kompetensi akuntansi dalam pelaksanaan

pembelajaran di SMA biasanya dengan penggunaan metode ceramah yang

akan membuat siswa hanya mendengar secara guru sehingga siswa

mengantuk dan sering tidak konsentrasi dalam pelajaran. Pada hal, pada

dalam pembelajaran akuntansi siswa harus memberi pengalaman dengan

banyak membuat latihan. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran

merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran

akuntansi, sebab disamping untuk pencapaian tujuan juga harus

mempertimbangkan karakteristik dan setting pembelajaran akuntansi

tersebut.

Page 3: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

3

Meningkatkan mutu pembelajaran akuntansi secara khusus diperlukan

perubahan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran materi akuntansi

perusahaan jasa saat ini masih menggunakan cara konvesional yaitu guru

dalam menjelaskan materi menggunakan papan tulis dan kapur atau spidol.

Pencatatan bukti transaksi seperti nota pembelian, buku penerimaan kas dan

pengeluaran kas dan lainnya dicatat dan digambarkan dipapan tulis terkesan

tidak menarik dan tidak membawa siswa pada situasi pencatatan transaksi

seperti layaknya di perusahan jasa. Metode pembelajaran cerama merupakan

pilihan guru dalam pembelajaran akuntansi sehingga tidak memberikan

kesempatan siswa untuk latihan mencatat transaksi. Pada masa lalu proses

belajar mengajar untuk mata pelajaran akuntansi kurang fokus pada siswa.

Selain harus fokus pada siswa tujuan pembelajaran perlu diubah dari sekedar

memahami konsep dan prinsip, siswa juga harus memiliki kemampuan

untuk berbuat sesuatu dengan mengunakan konsep dan prinsip yang telah

dipahami serta karakter wirausaha yang telah terbentuk.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 1

Dekai, pada tiga tahun terakhir ini pada kelas XII semester 1 diperoleh

bahwa kondisi obyektif yang terjadi dilapangan, bahwa  nilai pelajaran

masih kurang berhasil , dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini :

Tabel 1. Nilai Rata-rata Akuntansi Siswa Kelas XII Semester 1. SMA

Negeri 1 Dekai

Page 4: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

4

Tahun Pelajaran 2008/2009 2009/2010 2010/2011

Kelas XI XI XI

Semester I I I

Nilai rata-rata 60,50 60,80 60,20Sumber: SMA Negeri 1 Dekai

Dalam pembelajaran siswa tidak bersungguh – sungguh dalam

mengikuti pembelajaran karena guru kurang mampu menciptakan kondisi

belajar menyenangkan bagi siswa, yang interaktif. Guru belum dapat

membelajarkan siswa dengan baik dan mempersiapkan bahan ajar yang baik

dengan mengorganisasikan materi pembelajaran dengan jelas dan terarah,

selama proses pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan , guru

jarang mengunakan media. Proses pembelajaran sering terjadi kegagalan

komunikasi, artinya materi pelajaran atau pesan yang disampaikan tidak

diterima oleh siswa secara baik, guru tidak dapat mengarahkan pembelajaran

untuk mencapai tujuan.

Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar sering menyebabkan

kegagalan dalam belajar dan hasil belajar yang tidak optimal. Keberhasilan

guru dalam mengaktifkan siswa, mampu membangkitkan semangat dan

kegiatan siswa untuk belajar masih belum maksimal. Siswa tidak memiliki

sifat positif dan tidak aktif terhadap pelajaran akuntansi yang disampaikan

oleh guru, mereka sering beranggapan bahwa belajar akuntansi itu susah dan

membosankan, sehingga proses belajar mengajar yang berlangsung menjadi

kurang menyenangkan dan tidak berkesan. Dalam pelaksanaan proses

Page 5: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

5

pembelajaran, guru masih belum bisa merubah cara mengajar, dan proses

pembelajaran masih bersifat teacher centered. Guru masih kurang dalam

mengelolah, memilih media dan strategi yang tepat dalam pembelajaran

untuk pembentukan karakter siswa terhadapa pelajaran ekonomi.

Tujuan pembelajaran Ekonomi di SMA antara lain adalah (1)

membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi

yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara,

(2) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional

maupun internasional. Dari dua tujuan pembelajaran ekonomi ini telah

jelas bahwa pembelajaran ekonomi di SMA hendaknya lebih pada

pembentukan karakter siswa yang mampu bersaing, beretika, bermoral,

sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat selanjutnya peserta didik

sangat perlu disiapkan membekali diri untuk mempunyai kesiapan

menjalani kehidupan baru setelah menyelesaikan studinya. Mengingat

kondisi masyarakat Indonesia yang berpenduduk sangat besar tentunya

lulusan sekolah lanjutan atas mereka sangat perlu dikuatkan pada

pembentukan karakter memiliki jiwa kewirausahaan.

Proses pembelajaran sekarang ini menuntut guru tidak lagi hanya

mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun

pengetahuannya. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan

memberi makna melalui pengalaman nyata. Sesuai dengan konstruktivisme,

Page 6: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

6

siswa dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah

dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru berperan sebagai

manajer di kelas agar siswa belajar. Pengelolaan proses pembelajaran dalam

kelas oleh guru, hendaknya menciptakan situasi dikelas yang

menyenangkan, menciptakan situasi kehidupan di masyarakat dalam kelas

sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga siswa merasakan bahwa yang

dipelajarinya adalah yang akan dihadapinya suatu kelak.

Pendidikan karakter di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-

nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan

penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-

hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun

di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan

pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi

(materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik

mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan

menjadikannya sebagai bekal dasar mencapai tujuan yang lebih besar

bermanfaat bagi hidupnya.

Untuk mewujudkan harapan di atas dilakukan dengan pembuatan

laboratorium Tinzania. Tinzania berasal dari keberhasilan program Kidzania

yang berada di Jakarta. Kidzania Jakarta adalah sebuah theme park jenis

edutainment yang berlokasi di Pacific Place, Jakarta Selatan, Indonesia.

Kidzania adalah model laboratorium mini yang dibuat menyerupai kondisi

sesungguhnya. Disana anak-anak dapat melakukan kegiatan sesuai bidang

Page 7: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

7

pekerjaan yang ada didalam masyarakat seperti menjadi koki masak,

menjadi dokter, menjadi polisi dan lain sebagainya. Ide tersebut akan

diterapkan dalam penelitian ini pada populasi siswa SMA dalam rangka

pembentukan pendidikan karakter terintegrasi kewirausahaan. Karena

populasi penelitian ini adalah siswa SMA maka diberi nama Teenager-

Zania (disingkat Teenzania). Tinzania disini dapat dibentuk sebagai

laboratorium mini yang menyerupai transaksi kejadian, atau bentuk

transaksi langsung di lapangan bila kondisi pembelajaran memungkinkan

dilakukan oleh sekolah.

Dengan metode pembelajaran STAD sebagai salah satu dari metode

cooperative learnig diharapkan siswa aktif untuk bekerja sama dalam

kelompok dengan menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai

pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu

yang lebih lemah, dan sebagainya. Selama ini guru hanya menggunakan

metode cerama/metode langsung sebagai pilihan utama dalam pembelajaran

tanpa latihan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok sebagai

kegiatan elaborasi dalam pembelajaran, membuat siswa yang belum

memahami mendapat kesulitan untuk melanjutkan meteri berikut, tidak akan

menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran, terhadap sesama siswa, dan

kepada guru.

Penelitian ini dilakukan untuk menciptakan efektivitas pembelajaran

dengan metode pembelajaran STAD dan membuat skenario pembelajaran

yang berbasis karakter di laboratorium teenzania.

Page 8: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

8

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini diidentifikasi  bahwa yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya komunikasi antara siswa dengan guru atau siswa dengan

siswa pembelajaran akuntansi di kelas

2. Siswa belajar sebatas pemahaman konsep dan prinsip tanpa memiliki

kemampuan berbuat

3. Siswa tidak memiliki sikap yang positif untuk menyenangi mata

pelajaran ekonomi khusus pokok bahasan akuntansi

4. Guru belum dapat membelajarkan siswanya untuk membentuk karakter

wirausaha

5. Guru belum dapat mempersiapkan bahan ajar yang baik

6. Kegiatan pembelajaran pada umumnya dilakukan dengan metode

ceramah

7. Siswa kurang memiliki semangat untuk belajar karena metode kurang

menarik bagi siswa

8. Pendekatan model pembelajaran yang digunakan guru tidak

menimbulkan minat belajar siswa.

9. Kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan strategi dan metode

pembelajaran yang tepat untuk terbentuknya karakter wirausaha sesuai

tujuan pembelajaran ekonomi SMA.

Page 9: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

9

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran ekonomi dengan metode STAD berbasis

pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA dalam materi

akuntansi perusahaan jasa pada siswa kelas XI SMA Negeri Dekai dapat

mencapai ketuntasan belajar?

2. Apakah keaktifan siswa dan ketrampilan siswa pada pembelajaran

dengan metode STAD berbasis pendidikan karakter di laboratorium

TEENZANIA berpengaruh positif terhadap pencapaian prestasi belajar?

3. Apakah prestasi belajar siswa di kelas yang berlakukan pembelajaran

ekonomi dengan metode STAD berbasis pendidikan karakter di

laboratorium TEENZANIA dalam materi akuntansi perusahaan jasa

(kelas eksperimen) akan lebih baik daripada prestasi belajar siswa di

kelas yang berlakukan pembelajaran dengan metode konfesional (kelas

control)?

1.4 Definisi Operasional

Supaya  tidak terjadi perbedaan pendapat terhadap istilah-istilah kunci yang

digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional dari

istilah-istilah tersebut:

Page 10: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

10

1. Efektivitas berarti usaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah

ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai dengan

rencana, baik dalam penggunaan data, sarana maupun waktunya atau

berusaha melalui aktifitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik dan

secara kualitatif maupun kuantitatif untuk memperoleh hasil belajar secara

maksimal. Efektivitas merupakan biasanya berkaitan erat dengan

perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah

disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang

direncanakan (Mulyasa, 2008:173).

2. Model Pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar mencapai

batas tuntas prestasi belajarnya yaitu 70, keatifan siswa dan ketrampilan

belajar siswa berpengaruh positif terhadap penacapian prestasi belajar,

eksperimen lebih baik dari pada prestasi belajar kelas kontrol.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran ekonomi dengan metode STAD

berbasis pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA dalam

materi akuntansi perusahaan jasa pada siswa kelas XI SMA Negeri

Dekai dapat mencapai ketuntasan belajar

2. Untuk mengetahui apakah keaktifan dan ketrampilan proses belajar

siswa dengan metode STAD berbasis pendidikan karakter di

Page 11: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

11

laboratorium TEENZANIA perpengaruh positif terhadap prestasi belajar

siswa

3. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa di kelas yang

berlakukan pembelajaran ekonomi dengan metode STAD berbasis

pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA dalam materi

akuntansi perusahaan jasa (kelas eksperimen) akan lebih baik daripada

prestasi belajar siswa di kelas yang berlakukan pembelajaran dengan

metode konfesional (kelas kontrol).

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Pengambil keputusan di Dinas Pendidikan Kabupaten Yahukimo dalam

upaya peningkatan hasil belajar siswa yang berkualitas.

2. Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan untuk atau informasi dalam

upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Dekai,

3. Guru, sebagai bahan informasi dalam pelayanan peserta didik pada

pelaksanaan pembelajaran dan dapat mendorong untuk dapat lebih

profesional dalam mendidik dan membimbing siswa.

4. Siswa, sebagai sumbangan informasi mengenai pentingnya keaktifan

dalam pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal.

5. Bagi peneliti lainnya sebagai bahan informasi dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

Page 12: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

12

BAB. II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Konsep Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan,

hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun

Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan

(skills). Karakter menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan

nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang

yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang

berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah

moral disebut dengan berkarakter mulia.

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang

berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya,

sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada

umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan

disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

Page 13: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

13

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen

(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen

pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan

sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan

sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga

sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai

suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan

harus berkarakter.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala

sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta

didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup

keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau

menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait

lainnya.

Menurut Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.

Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang

baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria

manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang

baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai

Page 14: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

14

sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan

bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks

pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai

luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka

membina kepribadian generasi muda.

Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas

pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan

tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni

meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian

massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota

besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat

meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah

resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan

peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui

peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.

Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya

upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal.

Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka

tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan

pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-

pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat,

seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai,

Page 15: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

15

dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan

penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai

sosial tertentu dalam diri peserta didik.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010),

secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri

individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,

afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural

(dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang

hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan

sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual

and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah

Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa

dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik

dapat digambarkan sebagai berikut.

Olah Pikir

cerdas

Olah Hati

Jujur, Bertanggung Jawab

Olah Raga

Bersih, sehat, menarik

Olah rasa dan karsa

Peduli dan kreatif

Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan

moral. Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang

berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan

pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi

Page 16: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

16

nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku

sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989)

mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni:

pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku.

Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi

tumpuan kajian psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan

karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

2.1.2. Pembelajaran Kewirausahaan

Inovasi dalam pembelajaran yang akhir-akhir ini dikembangkan oleh para

ahli pendidikan adalah pembelajaran yang lebih memacu peserta didik untuk

belajar secara kontekstual. Namun, pada kenyataannya berbagai produk benda

dan fenomena alam yang ada di sekitar kehidupan manusia belum dieksploitasi

sebagai sumber belajar secara optimal. Oleh karena itu, pembelajaran materi

sebaiknya dikembangkan dari objek atau fenomena nyata yang ada di sekitar

kehidupan peserta didik (Hardy, 2003). Dengan demikian, peserta didik akan

merasa bahwa ilmu yang dipelajari itu ada di sekitar kehidupannya dan nyata,

tidak abstrak berada jauh di angkasa.

Page 17: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

17

Menurut Supartono (2005) konsep pembelajaran kewirausahaan

adalah suatu pendekatan pembelajaran kontekstual suatu materi tertentu

yang dikaitkan dengan obyek nyata sehingga selain mendidik,

memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan

menjadi produk yang bermanfaat, dan menumbuhkan jiwanya untuk berfikir

pada suatu nilai ekonomi.

Dengan pendekatan pembelajaran ini, menjadikan pelajaran materi itu

lebih menarik, menyenangkan dan lebih bermakna. Salah satu teori belajar

konstruktivisme yang terkenal adalah teori perkembangan kognitif anak yang

meliputi empat tingkatan, yaitu: tingkat sensori motoris, tingkat praoperasional,

tingkat operasi konkret dan tingkat operasi formal. Siswa mulai jenjang

pendidikan sekolah lanjutan berada pada tingkat operasi formal dan memiliki

sifat-sifat antara lain: pola berfikirnya sudah sistematis, mampu memecahkan

masalah dengan berpikir secara hipotetis, deduktif, rasional, abstrak dan reflektif

mengevaluasi informasi. Setiap siswa senantiasa mempertahankan pengetahuan

atau gagasan sebagai suatu kebenaran. Hal ini terjadi karena pengetahuan yang

dimiliki siswa terkait dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah

terbangun dalam wujud struktur kognitif. Pengetahuan peserta didik dibangun

dalam pikirannya melalui proses asimilasi dan akomodasi (Dahar, 1996). Dalam

pendekatan pembelajaran materi ajar dengan kewirausahaan, peserta didik diberi

kesempatan untuk mempelajari konsep-konsep dan proses-prosesnya yang

melandasi terjadinya suatu produk atau fenomena-fenomena alam, sehingga

mereka mendapatkan kesimpulan yang bermakna. Kesimpulan bermakna ini

Page 18: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

18

dapat berupa produk-produk baru yang bermanfaat, teknologi-teknologi yang

terkait dan rekomendasi-rekomendasi tertentu.

Untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan kewirausahaan

diperlukan guru yang dapat mendesain dan melaksanakannya dengan

prinsip-prinsip pembelajaran yang tentunya berbeda dengan pembelajaran

materi lainnya. Guru harus mengetahui secara pasti materi-materi yang

tepat dan sesuai dengan pendekatan yang dipilihnya, pembuatan desain

pembelajarannya harus sesuai antara obyek atau fenomena yang dipelajari

dengan kegiatan siswa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendekatan

kewirausahaan menuntut potensi peserta didik untuk belajar secara

maksimal sehingga mampu menampilkan kompetensi tertentu. Proses

belajar siswa tidak lagi berorientasi kepada banyaknya materi pelajaran

akuntansinya (subject-matter oriented), tetapi lebih berorientasi kepada

kecakapan yang dapat ditampilkan oleh peserta didik (life-skill oriented).

Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian sejumlah kompetensi

dapat dicapai, proses belajar-mengajarnya menjadi lebih menarik, peserta

didik terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh

serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna (D’amore et al., 2003).

2.1.3 Pembelajaran di Laboratorium Teenzania

Laboratorium Teenzania adalah suatu nama dari pengkondisian suatu ruang

belajar yang digunakan dalam penelitian ini. Dimana ruang belajar peserta

didik dirubah menjadi suatu bentuk labratorium yang lengkap dengan pernik-

pernik dan fasilitas yang berhubungan erat dengan materi yang dipelajari

Page 19: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

19

khususnya pada pelajaran ekonomi pada materi pokok transaksi akuntansi

perusahan jasa. Ruang belajar berkonsep stad bentuk menyerupai peruhaan

jasa yang memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk

bereksplorasi terhadap pengetahuannya. Selain itu peserta didik juga

berkesempatan untuk memainkan peran sebagai kasir, pemilik dan konsumen

pada perusahaan jasa serta elaborasi didalam kelompok dalam

menyelesaikan tugas.

Nama Teenzania mengadopsi dari KidZania, yang telah sukses dengan

konsep edutainmentnya di Jakarta. Dalam situs websitenya di

http://www.kidzania.co.id menyatakan KidZania adalah sebuah pusat

rekreasi berkonsep edutainment yang unik bagi anak-anak usia 2-16 tahun

serta orang tuanya. KidZania juga disebut sebagai sebuah kota kecil yang

memiliki kegiatan dan fasilitas seperti halnya kota sungguhan dengan konsep

edutainment. Fasilitas-fasilitas yang ada di tempat ini, seperti rumah sakit,

pos pemadam kebakaran, bank, counter pajak, stasiun radio, supermarket,

restoran, teater, salon kecantikan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Bangunan-bangunan yang ada di KidZania dibangun khusus dalam ukuran

anak-anak, lengkap dengan jalan raya, ritel, juga berbagai kendaraan yang

berjalan di sekeliling kota.

Ari Kartika, Ministry of Marketing Communication KidZania menyatakan

dalam http://www.kidzania.co.id bahwa di tempat ini (Kidzania), ada lebih

dari 100 jenis profesi, setiap anak akan disibukkan oleh beragam aktivitas

profesi dan pekerjaan yang biasa di dunia nyata hanya ada dilakukan oleh

Page 20: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

20

orang-orang dewasa. Mereka akan memainkan peran orang dewasa sambil

memelajari berbagai profesi. Misalnya, menjadi seorang dokter, pilot,

pekerja konstruksi, detektif swasta, arkeolog, pembalap F1, dan yang baru-

baru ini diresmikan adalah sebagai ilmuwan persembahan dari PT Yakult

Indonesia Persada (Yakult).

KidZania Indonesia sudah mulai beroperasi dan menjadi alternatif permainan

yang sangat erat dengan nilai-nilai edukatif. Di Negara Asia, hanya Jepang

dan Indonesia yang baru membukanya. Gagasan bermain peran ala KidZania

sendiri berasal dari Meksiko, sebuah negara yang terletak di kawasan

Amerika Latin. Permainan peran atau role play di KidZania tidak hanya seru

dan menghibur, di tempat ini anak-anak dapat memelajari hal-hal baru,

menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah. Anak-anak juga

belajar menghargai kegiatan dan pekerjaan yang mereka jalankan di masing-

masing paviliun yang terdapat di KidZania.

Terinspirasi dari keberhasilan KidZania inilah, maka dalam penelitian ini

digunakan istilah TeenZania. Teen yang diambil dari kata Teenager, yang

merujuk pada sasaran dalam penelitian ini yaitu peserta didik Sekolah

Menengah Negeri 1 Dekai. Konsep pembelajaran juga mengadopsi konsep

edutainment yang tetap mengutamakan edukasi selama proses belajar. Dan

tak kalah penting, edutainment yang diangkat hanyalah pada tema materi

yang bersangkutan untuk lebih mengoptimalkan hasil belajar peserta didik.

Laboratorium TeenZania dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta didik

akan merasa berada pada situasi perusahaan jasa dengan aktivitas mencatat

Page 21: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

21

transaksi akuntansi perusahan jasa. Ruang belajar yang terpenuhi dengan

bukti transakasi seperti nota, kwintansi, memo, buku kas dan jurnal serta

menciptakan aktivitas kelompok sesuai dengan pilihan peruhaan jasa masing-

masing seperti salon, tylor, bengkel, dan jasa angkutan, sebagai aplikasi

konsep transaksi perusahaan jasa. Disini peserta didik juga diberikan

kesempatan untuk melakuan transaksi sesuai dengan kegiatan perusahaan

jasa yang dipilih. Sehingga peserta didik akan mampu mengembangkan

kreatifitas serta berpikir aktif selama pembelajaran.

2.1.4. Pembelajaran Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang

menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan

akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono,

2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar

dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan

kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi

dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan

sebagainya.

Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang

berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja

dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat

temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing

Page 22: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

22

menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan

seluruh siswa.

1. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning

Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu

ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah

sebagai berikut :

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”

b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan

yang sama.

d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama

besarnya diantara anggota kelompok.

e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan

ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Page 23: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

23

Sementara itu, menurut Nur (2001:3) pembelajaran yang

menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan

jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

2.1.5. Kooperatif Tipe Student Teams Achiement Division (STAD)

Pembelajran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari

model pembelajaran koopertinf dengan menggunakan kelompok-kelompok

kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara

heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian

materi, kegiatan kelompok, den penghargaan kelompok.

Slavin (dalam Trianto,2007:52) menyatakan bahwa pada STAD siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Dalam

pembelajaran STAD guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa

bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

Page 24: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

24

menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang

materi tersebut, pada saat tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan

yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, sehingga

tercapai tujuan yang diharapkan. Trianto mengemukakan beberapa langkah-

langkah dalam mempersiapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai

berikut:

a. Persiapkan perangkat pembelajaran (meliputi RPP, buku siswa, LKS,

beserta lembar jawaban)

b. Membentuk kelompok kooperatif

Penentuan anggota kelompok sebaiknya kemampuan siswa yang

herterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok

lainnya relatif homogen.

c. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat diipergunakan dalam pembelajaran kooperatif

adalah nilai ulangan sebelumnya. Hasil tes masing-masing individu dapat

dijadikan skor awal.

d. Pengaturan tempat

e. Kerja kelompok

Agar tercapai tujuan pembelajaran perlu ada latihan kerjasama kelompok

sehingga dapat mengenal masing-masing individu dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama

Page 25: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

25

sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan

oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti

presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes

berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam

kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan

masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki

miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya

dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, c) Tes. Setelah

kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes

secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan

saling membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota

kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e)

Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor

tertinggi, diberikan pengghargaan.

f. Penghargaan Kelompok

Guru memberikan penghargaan pada kelompokberdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes

setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan

sebagai berikut.

Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:

Page 26: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

26

a. menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar

(awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai

ulangan sebelumnya;

b. menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa

bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata

nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan

nilai kuis terkini;

c. menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal)

masingmasing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Kriteria Nilai peningkatan Kriteria Nilai peningkatan

Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal 10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan

yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat

cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk, 2000):

a. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-

rata nilai peningkatan kelompok < 15)

Page 27: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

27

b. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 <

rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)

c. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan

25 (20 < rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)

d. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama

dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan kelompok > 25).

2.1. 6. Metode STAD berbasis Pendidikan Karakter berorientasi

kewirausahaan di Laboratorium Teenzania

STAD merupakan salah satu tipe dari metode pembelajaran

kooperatif yang merupakan suatu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya

menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran ini adalah hasil

belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial.

Melalui pembelajaran model STAD pada pokok bahasan akuntansi

perusahan jasa setiap individu didalam kelompok berkerja sama

mengerjakan latihan sehingga menumbuhkan perilaku yang baik, jujur,

kreatif, dan trampil secara individu maupun kelompok dengan bimbingan

guru sebagai manajer kelas, motivator, fasilitator dan mediator. Metode ini

siswa akan menerima penghargaan atas keberhasilan kelompok dengan

cara menghitung skor individu menjadikan skor kelompok kemudian

siswa akan menerima hadiah atau pengakuan. STAD menawarkan

Page 28: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

28

keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok maka setiap individu

dalam kelompok bekerja sama, aktif dan kreatif dalam membuat transaksi

perusahan jasa.

Dalam pembelajaran akuntansi perusahan jasa tiap kelompok

melakukan transaksi pembelian, investasi, penjualan dan lain sebagainya

yang selayaknya aktivitas perusahan jasa dalam bentuk miniatur di kelas

yang disebut dengan nama Teenzania. Metode pembelajaran seperti ini,

siswa tidak hanya belajar teori, konsep atau prinsip transaksi secara

abstrak, namun siswa aplikasikan konsep pencatatan transaksi tersebut

dengan berperan sebagai kasir, pemilik modal, atau pengguna jasa di

laboratorium teenzania. Ruang belajar dirancang sedemikian rupa,

sehingga peserta didik merasa berada di perusahaan jasa dengan aktivitas

melakukan dan mencatat bukti transaksi pembelian, penjualan jasa, dan

sebagainya sesuai pilihan perusahaan jasa seperti salon, tylor, bengkel

sehingga menumbuhkan jiwa yang percaya diri, berani mengambil resiko,

berorientasi tugas dan hasil (laba).

2.1.7 Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvesional adalah pembelajaran yang berpusat pada

guru (teacher centered). Keseluruhan aktivitas pembelajaran cenderung

dimonopoli oleh guru dalam bentuk penyampaian informasi satu arah. Cara

mengajar dengan cerama ini dapat dikatakan pula sebagai teknik kuliah

yaitu suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan

Page 29: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

29

atau informasi, atau uraian tentang satu pokok persoalan secara lisan. Guru

akan menggunakan teknik cerama ini agar siswa memperoleh informasi

tentang suatu pokok pemasalahan tertentu.

Dalam pembelajaran konvesional biasanya guru tidak mencari

informasi tentang pengetahuan awal siswa. Guru tidak mendiagnosis

keadaan siswa. Latar belakang siswa yang berbeda memungkinkan siswa

telah memahami materi yang diberikan guru sebelum proses pembelajaran.

Guru menempatkan diri sebagai orang yang paling menguasai materi dan

siswa adalah “botol kosong” yang harus diisi. Sehingga selama

pembelajaran berlangsung siswa tidak tertarik lagi pada materi yang

diinformasikan guru. Terlebih dalam pembelajarannya, guru tidak mengajak

mengaktifkan fungsi otaknya untuk berpikir. Dalam proses pembelajaran,

guru hanya bertugas menyampaikan informasi. Hal demikian sering kali

menyebabkan kejenuhan dan hilangnya motivasi dan konsentrasi siswa

untuk belajar.

Mengajar seharusnya, bukan hanya menyampaikan informasi materi

pelajaran. Mengajar seharusnya melatih kemampuan siswa untuk berpikir,

menggunakan keseluruhan kognitifnya secara terarah. Materi pelajaran

jangan digunakan sebagai tujuan pengajaran, melainkan alat untuk melatih

struktur kognitif siswa. Mengajar harus membuat siswa untuk melatih

kemamapuan berpikir agar terbantuknya kecerdasan siswa yang memiliki

kemampuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Page 30: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

30

Dalam pembelajaran konvesional yang bersifat teacher centered, guru

merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru tidak menjalankan

fungsinya sebagai pengelola pembelajaran dengan optimal. Penyampaian

pengetahuan dari guru tidak berupa menanamkan pengetahuan seperti yang

dikemukakan oleh Smith (dalam Sanjaya, 2010:96) bahwa mengajar adalah

menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is importing

knowledge or skill). Dalam kegiatan belajar konvensional, peran guru

sangat penting. Peran guru sebagai perencana dilaksanakan ketika guru

mulai menyiapkan materi pelajaran, media yang dapat digunakan, dan cara

penyampaian. Sebagai penyampai informasi, umumnya guru menggunakan

metode cerama, dan sebagai evaluator, guru menentukan alat evaluasi

dengan kriteria yang mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang

telah diinformasikan, umumnya alat evaluasi yang digunakan adalah tes

tertulis (paper and pencil test).

Dengan proses pengajaran demikian, siswa diposisikan sebagai objek

belajar. Siswa dianggap sebagai individu yang pasif yang sama sekali belum

mengetahui materi yang akan diberikan oleh guru. Dengan demikian,

kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat

dan bakatnya sangat terbatas, karena segalanya sudah diatur oleh guru.

Pembelajaran konvensional umumnya dibatasi oleh ruang kelas.

Pembelajaran biasanya hanya berlangsung di dalam ruang kelas dengan

jadwal tertentu. Situasi telah diatur sedemikian rupa untuk membatasi ruang

Page 31: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

31

gerak siswa, agar tetap di tempat duduknya sementara informasi

disampaikan. Bahan ajar yang didapatkan siswa menjadi terputus-putus,

tidak nampak kesinambungan antara satu materi dengan materi lainnya.

Siswa kadang tidak paham dengan tujuan yang mempelajari suatu mata

pelajaran, karena tidak mengetahui manfaat implementatif bagi dirinya dan

kehidupannya.

Menilik uraian di atas, maka perlu memahami peradigma dalam

mengajar. Mengajar tidak dapat dianggap hanya sebagai penyampaian ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan siswa dapat ditemukan

dimana saja melalui media yang beragam. Fungsi guru menjadi semakin

kompleks, karena selain harus dapat menunjukkan informasi yang mereka

butuhkan, cara mendapatkannya, dan manfaatnya bagi mereka; guru juga

harus mampu menimalisir dampak negatif dari berbagai sumber belajar

yang digunakan oleh siswa. Guru harus dapat membuat siswa mampu

memanfaatkan kemajuan peradaban, dan bukan menghafal informasi

tentang pengetahuan kemajuan beradapan.

Pemilihan strategi dan media pembelajaran turut mendukung

berlangsungnya proses pembelajaran. Umumnya dalam pembelajaran yang

disebut dengan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah

dan tanya jawab, untuk semua bahan ajar. Sebenarnya tidak ada yang salah

dengan metode ceramah dengan tanya jawab. Tetapi menjadi salah ketika

gabungan kedua metode itu digunakan untuk semua bahan ajar. Pemilihan

metode harus mengikutui prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan

Page 32: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

32

metode dengan tepat. Permasalahannya, apakah guru benar menguasai lebih

banyak metode selain cerama dan tanya jawab?

Penggunaan metode cerama dalam pembelajaran dimungkinkan

dengan pertimbangan jumlah siswa dalam kelas dengan jenis materi yang

akan disampaikan. Dengan jumlah yang cukup banyak, metode cerama

klasikal akan efektif, karena akamn mampu mengontrol situasi kelas dengan

mudah. Jika materi yang disampaikan berupa pengetahuan yang cukup

untuk dihafalkan, metode cerama memberi kelebihan dalam

penggunaannya. Dalam metode ceramah demikian, siswa terlibat aktif

secara mental, tetapi dibatasi ruang gerak fisiknya (Roestiyah,2008:138).

Metode ceramah klasikal yang biasa digunakan guru dalam

pembelajaran konvensional sehari-hari, tiadak melibatkan siswa secara

keseluruhan, yaitu fisik, mental, emosional, dan sosial. Kekurangan dari

metode cerama inilah yang menjadikan pembelajaran konvensional tidak

memberikan hasil belajara yang optimal.

2.1.8. Spektrum Pendidikan di Sekolah

Spektrum Pendidikan di sekolah adalah suatu program yang

menggambarkan kegiatan pendidikan bermuatan akademik, karakter

vocational skill, dan terintegrasi keduanya yang didasarkan pada kebutuhan

sasaran peserta didik. Pelaksanaan spektrum pendidikan merupakan

tanggung jawab sekolah bersama dengan masyarakat, yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, yang ditujukan untuk

Page 33: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

33

memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan bermakna bagi diri dan

lingkungannya.

Pengembangan spektrum pendidikan diarahkan kepada pelaksanaan

program pada usaha mencapai dua aspek yaitu program yang berbasis

pengetahuan (knowledge base) dan ekonomi (economy base). Kedua aspek

ini harus menjadi muatan pokok dalam program pendidikan di sekolah agar

lulusan pendidikan sekolah lanjutan tidak menambah jumlah pengangguran.

Pendekatan spektrum di sekolah diperlukan untuk menjamin kekhasan

penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal yang memiliki

karakteristik khusus. Pendidikan Integrasi Kewirausahaan (PIK) disini

merupakan integrasi yang menyajikan berbagai menu sekaligus, dan ini

merupakan model paling ideal dalam implementasi pendidikan sekolah

berbasis karakter berorientasi kewirausahaan. Hal ini dapat diselenggarakan

bagi mereka yang membutuhkan kompetensi akademik dan juga

memerlukan kompetensi pembentukan karakter untuk memperoleh

keterampilan dan kepribadian untuk kehidupan sehari-hari dan atau

memperoleh pekerjaan serta bekerja/berusaha mandiri.

2.1.9. Pengembangan Kurikulum Terintegrasi

Dengan kebijakan pemerintah sistem pendidikan dengan KTSP,

diharapkan kurikulum menjadi lebih dekat dengan tuntutan kehidupan

peserta didik, lebih luwes, dan memberi toleransi terhadap adanya

keragaman kebutuhan.

Page 34: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

34

1. Prinsip Pengembangan Kurikulum

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mendukung

pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik

disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan Terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jalur, jenjang serta jenis

pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta

status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen

muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara

terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna

dan tepat antar substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena

Page 35: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

35

itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti

dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni

d. Berpusat pada kehidupan

Menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,

termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia

kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan

berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan

vokasional merupakan keharusan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan demensi kompetensi,

bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan

secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

g. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan

dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan

formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan

tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan

manusia seutuhnya.

Page 36: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

36

h. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan

nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan

kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan

dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

i. Partisipatif

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) agar tercipta rasa memiliki dan

bertanggungjawab dalam melaksanakannya.

i. Tematik

Kurikulum dikembangkan dengan mengorganisasikan pengalaman-

pengalaman secara menyeluruh dalam tema-tema kontekstual yang

mendorong terjadinya pengalaman belajar baru yang meluas dan tidak

tersekat-sekat oleh pokok-pokok bahasan sehingga dapat mengaktifkan

aktifitas mental peserta didik sekaligus aktifitas sosial yang menumbuhkan

kerjasama.

2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

Page 37: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

37

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, karakteristik,

perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi

yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh

kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan

menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu :

belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu

melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup bersama

dan berguna bagi orang lain dan, belajar untuk membangun dan

menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik

dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta

didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan

pendidik yang demokratis, saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka, dan hangat, dengan prinsip ing ngarsa sung tulada, ing madya

mangun karsa, tut wuri handayani.

Page 38: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

38

e. Kurikulum dilaksanakan dalam pendekatan multistrategi dan multimedia,

sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam

takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di

masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta

dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kekayaan, keunggulan

dan kearifan lokal untuk, keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh

bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam

keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan

memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

h. Kurikulum dilaksanakan secara fleksibel dalam ruang, waktu dan strategi

pembelajaran, serta menghargai pengalaman belajar peserta didik yang

diperoleh dalam kehidupan.

i. Kurikulum dilaksanakan secara konstruktif yang memberikan pengakuan

bahwa peserta didik mempunyai pandangan sendiri terhadap ”dunia” dan

alam sekitarnya untuk membangun makna berdasarkan pengalaman

individu dalam menghadapi dan menyelesaikan situasi yang tidak tentu.

j. Kurikulum dilaksanakan secara induktif dengan membangun

pengetahuan melalui kejadian dengan fenomena empirik yang

Page 39: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

39

menekankan pada kemampuan belajar yang berbasis pengalaman

langsung.

2.1.10 Hasil Belajar

Ciri terakhir dari proses pembelajaran adalah adanya penilaian.

Penilaian disini tidak hanya menekan penilaian yang dilakukan oleh guru

tetapi melibatkan siswa. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian proses

dan hasil. Siswa dapat menilai sendiri mengenai pekerjaannya maupun

temuannya. Hal akan membangkitkan motivasi dan aktivitas siswa lebih

baik lagi, karena pekerjaan mereka dibicarakan terbuka di depan kelas atau

didepan teman-temannya. Self assesment ini akan mengevaluasi tujuan, dan

mereka mempelajari sesuatu dengan pencapaian diakhiri pembelajaran.

Belajar bukan sekedar menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi

belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki

ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Menurut Hamalik (2009:36),

belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

dan (learning is deviden as the modification or strengthening of behavior

through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Secara

sederhana mengungkapkan bahwa belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Sehingga hasil belajar

tampak sebagai terjadinya perubahan tingka laku pada diri siswa, yang dapat

Page 40: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

40

diamati, dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan (Hamalik,2008:154).

Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang

diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Bukti bahwa seseorang telah

melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingka laku pada orang

tersebut, yang sebelumnya tidak ada, atau tingka lakunya tersebut masih

lemah atau kurang. Menurut  Mulyasa (2008:97) mengemukakan bahwa

hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan

yang menjadi indicator, kompetensi, dan perubahan tingkah laku yang

bersangkutan.

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai

indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran dibawah

kondisi yang berbeda. Menurut Slameto (1995:2) menyatakan bahwa hasil

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan

nasional mengguanakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom

yang membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotor. Dengan demikian hasil belajar dapat berupa perubahan

dalam kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik, tergantung pada

tujuan pembelajarannya.

Page 41: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

41

2.1.10.1 Taksonomi hasil belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam

kawasan kognisi. Oleh karena belajar melibatkan otak, maka perubahan

perilaku akibatnya juga terjadi di dalam otak. Hasil belajar kognitif

diklasifikasikan dalam enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam jenjang itu bersifat

hierarkikal dimulai dari jenjang yang paling bawah yaitu pengetahuan

sampai jenjang yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Dalam penelitian ini, hasil belajar kognitif menjadi sasaran peneliti

untuk mengambil kesimpulan dari hipotesis penelitian ini. Hasil belajar

kognitif yang diamati adalah pada prestasi belajar siswa. Dimana prestasi

belajar ini akan berhubungan dengan kognisi peserta didik melalui metode

tes. Dengan metode tes maka akan diketahui hasil belajar kognitif yang

ditunjukkan pada prestasi belajar siswa.

2.1.10.2 Taksonomi hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif diklasifikasikan dalam 5 tingkatan  yaitu

penerimaan, pemberian, respon, penghargaan, pengorganisasian,

karakterisasi. Penerimaan (receiving) adalah kesediaan menerima

rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi (responding) adalah

kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi. Penilaian atau

penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan menentukan pilihan sebuah nilai

dari rangsangan tersebut. Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan

Page 42: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

42

nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam

perilaku.

Internalisasi nilai atau karakterisasi adalah menjadikan nilai-nilai

yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi

juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari (Purwanto,

2009: 52). Dalam penelitian ini hasil belajar afektif yang diteliti adalah

panerimaan (receiving) dan partisipasi (responding) yang digeneralisasikan

dalam keaktifan peserta didik. Jadi pada hasil belajar afektif yang menjadi

objek penelitian ini adalah keaktifan.

2.1.10.3 Taksonomi hasil belajar psikomotorik

Hasil belajar psikomotor adalah hasil belajar yang berkaitan dengan

ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. yaitu persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Hasil belajar psikomotorik dalam

penelitian ini akan menjadi objek penelitian ini adalah ketrampilan proses.

untuk hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar adalah

merupakan perwujudan perubahan tingkah laku dalam domain kognitif,

afektif, dan psikomotor yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran.

Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan disetiap domain.

Page 43: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

43

2.1.11. Keaktifan Siswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan,

kesibukan (Tim Pustaka Phoenix , 2009 : 25), sedangakan belajar adalah

perubahan tingka laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman

(Hamlik,2008:154). Jadi keaktifan belajar adalah kegitan individu yang

membawah perubahan tingka laku yang relatif mantap berkat latihan dan

pengalaman.

Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan

pada diri individu baik tingka laku maupun kepribadian yang bersisfat

kecakapan , sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan, dan

berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat

interaksi antara situasi sistimulus dengan isi memori, sehingga perilaku

siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus

tersebut. Selama proses belajar mengajar siswa dituntut untuk aktivitasnya

untuk mendengarkan, memperhatikan dan menerima pelajaran yang

diberikan guru, disampign itu sangat dimungkinkan para siswa balikan

berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Guru

hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk

itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman dan kondusif dalam belajar.

Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan

membimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar

serta mampu mendorong siswa untuk belajar.

Page 44: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

44

Menurut Marno dan M. Idris (2009:151) siswa akan belajar secara

aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan

siswa, baik secara sukarela maupun terpaksa, menuntut siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran. Tipe siswa belajar aktif secara umum

menurut Marno dan M. Idris adalah

1. Visual, diamana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar

dengan cara malihat atau mengamati.

2. Auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan

3. Kinestik, dimana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar

dengan melakukan.

Keaktifan belajar adalah aktifitas yang yang bersifat fisik maupun

mental (Sardiman.2001:99) Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut

harusb terkait, sehingga akan menghasilkan aktifitas belajar yang optimal.

Macam-macam keaktifan yang dilakukan siswa di sekolah antara lain:

1. Visual Activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar,

memperhatikan demonterasi orang lain.

2. Oral Activites, seperti : mengatakan, merumuuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview,

diskusi interupsi.

3. Listening Avtivities, seperti : mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, pidato.

4. Writing Activities, seperti: menulis: cerrita, karangan, la[poran, tes,

angket, menyalin.

Page 45: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

45

5. Drawing Aktivities, seperti: membuat: grafik, peta, diagram

6. Motor Acvtivities, seperti: melakukan percobaan, membuat

konstruksi model dan meresapi.

7. Mental Aktivities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotoinal Activities, seperti : menaru minat, merasa bosa, berani,

gembira, gugup, senang.

Hampir sama dengan diatas Soemanto (2003:107), mempertegaskan

macam-macam keaktifan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa dalam

beberapa situasi sebagai berikut:

1. Mendengarkan

2. Memandang

3. Meraba, mencium, dan mencicipi

4. Menulis atau mencatat

5. Membaca

6. Membuat ringkasan

7. Mengamati tabel, diagram dan bagan

8. Menyusun kertas kerja

9. Mengingat

10. Berpikir

11. Latihan atau praktek

Page 46: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

46

Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil

beranekaragam bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati

sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.

1. Kegiatan fisik yang mudah diamati diantaranya dalam bentuk:

- Membaca

- Mendengarkan

- Menulis

- Meragakan,

- Mengukur

2. Kegiatan psikis seperti:

- Mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya,

- Menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam

memecahkan masalah yang dihadapi,

- menyimpulkan hasil eksperimen,

- membandingkan sustu konsep dengan konsep yang lain,

- dan kegiatas psikis lainnya. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 114)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam

pembelajaran adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam

kegiatan pebelajaran, selanjutnya dalam merealisasikanny a membutuhkan

keterlibatan langsung berbagai bentuk keaktifan fisik.

Page 47: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

47

2.1.12 Ketrampilan Proses

Ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang diperoleh dari

latihan kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-

kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama

kelamaan akan menjadi suatu ketrampilan. Menurut Richard Dunne & Ted

Wragg (1996:42) ketrampilan kemampuan melakukan sesuatu, secara fisik

maupun mental, yang secara relatif mudah dipraktikan secara terpisah.

Ketrampilan dalam belajar akuntansi adalah kemampuan mengerjakan

siklus akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan dengan benar.

Ketrampilan akuntansi ini merupakan salah satu obyek langsung dalam

belajar akuntansi bersama konsep-konsep dan teori dalam akuntansi itu

sendiri. Obyek tak langsungnya dapat berupa sikap positif terhadap

akuntansi, kemampuan pemecahan masalah, ketelitian, kemandirian dan

sebagainya.

Suatu prinsip menentukan pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui

proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang

bermakna. Menurut Hamalik (2008: 149), Pendekatan pembelajaran yang

diarahkan untuk mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental

sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada

diri peserta didik adalah pendekatan ketrampilan proses . Ketrampilan

proses merupakan cara yang khas dalam menghadapi pengalaman yang

berkenaan semua segi kehidupan yang relevan. Ketrampilan proses ada

dua jenis, yaitu ketrampilan-ketrampilan dasar (basic skills) dan

Page 48: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

48

ketrampilan terintegrasi (integrated skills). Ketrampilan dasar meliputi

mengobservasi, mengklarifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan

dan mengkomunikasikan.Sedangkan ketrampilan terintegrasi mencakup

mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data,

menggambar keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah

data, menganalisi, merancang penelitian dan melaksanakan uji coba

perangkat. Menurut Syah (2003: 121), Ketrampilan proses merupakan

kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang kompleks

dan tersusun rapi secara minus dan sesuai dengan keadaan strategi

pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu. Selanjutnya

dijelaskan bahwa ketrampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja

melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat produk .

Menurut Sukestiyarno (2008: 5), Dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan ketrampilan berproses akuntansi adalah suatu tuntutan

kualitas proses aktif peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan secara

motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang dilakukan

oleh peserta didik dan dirancang secara sistematis strategi

pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh suatu produk

ketrampilan tertentu secara optimal.

2.1.13 Prestasi belajar

Prestasi belajar siswa pada penelitian ini merupakan hasil belajar

kognitif yang diperoleh melalui metode tes. Tes yang diberikan kepada

siswa berguna untuk mengetahui tingkat belajar kognitif siswa baik dari segi

Page 49: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

49

hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, maupun evaluasi. Prestasi

belajar yang merupakan hasil belajar kognitif ditunjukkan dengan nilai hasil

tes siswa yang berupa angka.

Menurut Winkel (2007: 42), Prestasi belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan

belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini

prestasi belajar meliputi keaktifan, ketrampilan proses, juga prestasi

belajar . Prestasi belajar merupakan sesuatu yang harus dapat diukur

(measurable). Mengukur prestasi belajar berarti mengukur atau melakukan

penilaian mengenai seberapa besar pencapaian kompetensi dasar yang

diperoleh peserta didik. Menurut Arikunto (2002: 4), menjelaskan bahwa

pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar merupakan

hasil dari kegiatan belajar mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas

kegiatan belajar mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi

hasilnya. Pada umumnya tes prestasi menilai apa yang diperoleh setelah

peserta didik itu diberi suatu pelajaran. Di dalam penyusunan tes prestasi

belajar usaha-usaha digunakan untuk menentukan pengetahuan dan

ketrampilan yang sudah diajarkan di berbagai tingkat pendidikan dan

butir-butir tes diperuntukkan bagi penilaian materi. Prestasi belajar dapat

diukur setelah peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan

suatu tes prestasi. Pengukuran ini selanjutnya diberi nama variabel prestasi

belajar. Seperti dijelaskan di atas bahwa secara teori apabila keaktifan dan

ketrampilan berproses seseorang menunjukkan adanya perkembangan,

Page 50: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

50

maka akan dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap prestasi

belajarnya.

Prestasi belajar digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini guna

menarik kesimpulan serta menjawab hipotesis dari penelitian ini. Dalam

Nana Sudjana (2009:39) hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Kemampuan

siswa merupakan faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri. Kemampuan

kognitif yang ditunjukkan dengan prestasi belajar mencerminkan

keefektifan pembelajaran yang dilakukan, meskipun hanya pada bagian

hasil belajar kognitif.

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilaksanakan berdasar kajian dari beberapa penelitian

terdahulu, antara lain: Penelitian tentang pembelajaran Matematika dan IPA

berbasis aplikasi teknologi dan berorientasi pada analisis kebutuhan bagi

siswa TK hingga SMA. Penelitian ini bertujuan membawa peserta didik

termotivasi belajar membuat relasi antara materi M-IPA yang abstrak ke

dunia nyata yakni ke dalam penerapan kehidupan sehari-hari (aplikasi

teknologi), dan pembelajarannya dilaksanakan berdasar analisis kebutuhan

(analisis SWOT) . Dimaksudkan membelajarkan materi apapun disesuaikan

dengan analisis kondisi kekuatan dan kelemahan yang ada disekolah serta

memperhatikan ancaman dan peluang yang dimiliki sekolah (Sukestiyarno,

2008:2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa termotivasi dengan

sungguh karena mereka belajar selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-

Page 51: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

51

hari, disamping itu mereka belajar dengan memanfaatkan media yang ada di

sekitarnya, akibatnya hasil belajarnyapun terjadi peningkatan yang baik. Hal

ini menjiwai penelitian ini apabila mengajarkan dengan benar dengan

merelasikan setiap materi dengan pembentukan karakter kejujuran,

tanggungjawab, kreatif dan akhlak mulia akan mencapai tujuan yang

diinginkan.

Selanjutnya penelitian tentang pembelajaran kimia dengan metode

chomoenterpreneurship mampu meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar

siswa. Pada penelitian tersebut juga dapat mengantarkan siswa memiliki

jiwa kewirausahaan yang tinggi, mereka merasa lebih siap memasuki dunia

kerja setelah menyelesaikan studi di SMA (Supartono, 2007), 3). Penelitian

ini mendasari penelitian ini tentang upaya pembentukan karakter yang

diintegrasikan dengan jiwa kewirausahaan. Dimana dalam membelajarkan

materi selalu direlasikan dengan dunia usaha yang terkait dengan untung

dan rugi. Selanjutnya penelitian tentang kepemimpinan, keteladanan, budi

pekerti dapat ditumbuhkan dari pemaknaan keteladanan tokoh pewayangan

(Lestari, 2006).

Selanjutnya penelitian tentang Cooperative Student Assessment

Method: an Evaluation Study, menyajikan metode Cooperative Student

Assessment (CSA) (Grasso dan T. Roselli, 2006). Telah terbukti bahwa

model pembelajaran Cooperative self-assessment meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, meningkatkan ketelitian/

kecermatan dalam mengerjakan tugas dan membantu mengawasi siswa

Page 52: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

52

dalam mengerjakan tugas, dan merencanakan kegiatan selanjutnya. Hasil

penelitian tersebut digunakan sebagai acuan bagaimana melakukan

pembentukan karakter yang berjiwa wirausaha dimulai dari bentuk

keteladanan yang jelas dengan praktek pelaksanaan yang dapat dilakukan

oleh siswa sendiri di laboratorium yang dinamakan Laboratorium

Teenzania, akan membantu percepatan pencapaian tujuan yang diinginkan.

2.3. Materi Penelitian

Materi pada penelitian ini adalah tahap pencatatan pada siklus akuntansi

perusahaan jasa pada pokok-pokok bahasan sebagai berikut:

a. Bukti Transaksi

1) Kuitansi dan Sus Kuitansi

2) Cek dan Sus Cek

3) Faktur

4) Nota Kontan (Nota Tunai)

5) Nota Debit dan Nota Kredit

Page 53: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

53

Contoh Bukti transaksi yang dibuat oleh perusahaan sendiri, sebagai

berikut:

1.Bukti Kas Masuk

2. Faktur penjualan/Bukti Penjualan/Laporan Pengeluaran Brang

Page 54: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

54

3. Bukti Memorial/Bukti Umum

Contoh Penulisan bukti transaksi

Tanggal 20 Januari 2012 dibeli peralatan bengkel secara tunai sebesar

Rp300.000,00 (BKK 03)

Penyelesaian:

Dibukukan oleh: .........................................Tanggal: ...................................

KOTRE service motorJl. Hubla No.4 Dekai

No.BM : 008Tanggal : 20 April 2012

Transaksi : Dikirim kembali (retur) kepada Toko Braza 2 set peralatan bengkel sesuai dengan Nota Kredit (terlampir) sebesar Rp 10.000,00

Bukti Memorial

Mengetahui,

.......................

Yang membuat,

.......................

Dibukukan oleh: .........................................Tanggal: ...................................

KOTRE service motorJl. Hubla No.4 Dekai

No.BKM : 004Tanggal : 20 April 2012

Dibayar kepada : Toko Braza Jl.Ngalik, No. 20 DekaiUang sebanyak : Rp 20.000,00Terbilang : Dua puluh ribu rupiahKeterangan : Pembayaran peralatan bengkel, sesuai faktur No. 123 ( terlampir)

Bukti Kas Keluar

Mengetahui,

.......................

Kasir,

.......................

Penyetor,

......................

Page 55: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

55

b. Jurnal Umum

1) Fungsi Jurnal

2) Bentuk Jurnal

Tanggal No. SB Akun dan Keterangan Ref Debet Kredit

3) Cara megerjakan Jurnal

Contoh : Dalam bukti transaksi kas keluar No. 004 sebagai berikut:

Tanggal 20 April 2012 membayar peralatan bengkel sebesar

Rp300.000,00

Penyelesaian:

Tanggal No. SB Akun dan Keterangan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)

201220 4 004 Peralatan bengkel 409 300.000,00 -

Kas 101 - 300.000,00

c. Buku Besar (Posting ke buku besar)

1) Pengertian buku besar

2) Bentuk Buku Besar

Tanggal Keterangan Ref Debit KreditSaldo

Debit Kredit

Page 56: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

56

3) Langkah-langkah posting

Contoh : Posting dari Jurnal umum

Tanggal No. SB Akun dan Keterangan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)

201220 4 004 Peralatan bengkel 409 300.000,00 -

Kas 101 - 300.000,00

Penyelesaian:

Tanggal Keterangan Re

fDebit(Rp)

Kredit(Rp)

SaldoDebit(Rp) Kredit(Rp)

201220 4 J1 - 300.000,00 - 300.000,00

Tangga Keterangan Ref Debit Kredit Saldo

Nama akun: Kas No. Akun: 101

Nama akun: Peralatan Bengkel No. Akun: 409

Hal: 1

Page 57: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

57

l (Rp) (Rp) Debit(Rp) Kredit(Rp)2012

20 4 J1 300.000,00 - 300.000,00 -

d. Neraca Saldo

2.3. Kerangka Pikir

Untuk mewujudkan spektrum pendidikan yang mengintegrasikan

pendidikan karakter termasuk karakter jiwa kewirausahaan. Studi

difokuskan pada kegiatan pembuatan silabus dan rencana pembelajaran

terhadap konsep pendidikan karakter. Agar pendidikan karakter dapat

menjadi basis kehidupan peserta didik SMA pada tingkat pertama

diupayakan pada karakter nilai religius dan nilai pengenalan diri. Disini

pendidikan karakter jiwa kewirausahaan diberikan pada konsep dasar

bagaimana mengubah mainset (pola pikir) peserta didik dari pemikiran

tradisional murni akademik ke pemikiran akademik yang berelasi dengan

usaha-usaha bisnis kecil yang ada disekitar kehidupannya.

Apabila karakter nilai kejujuran, kreatif, tanggungjawab dan akhlak

mulia terintegrasi dengan jiwa kewirausahaan sudah dimasukkan dalam

silabus dan selanjutnya disusunlah perangkat pembelajaran berupa modul

akan menjadikan kelengkapan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang

dibuat tersebut akan direvisi berulang setelah mendapatkan masukkan dari

teman sejawat maupun dari tim ahli kurikulum. Disinilah perangkat valid

akan tercapai.

Page 58: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

58

Implementasi pembelajaran perangkat yang valid tersebut akan

dilaksanakan di laboratorium Teenzania dengan metode STAD. Kegiatan

dimulai dengan pemberian tugas terstruktur, dimaksudkan siswa dapat

tumbuh melaksanakan kegiatan mandiri. Pada kegiatan apersepsi yang

menagih hasil studi mandiri melalui tanya jawab akan dapat membantu

siswa saling berkomunikasi antar siswa dan juga berkomunikasi dengan

guru. Kegiatan dilanjutkan dengan berpraktek di laboratorium Tinzania akan

membantu siswa benar-benar mengalami sendiri kejadian yang harus

dilakukan siswa. Laboratorium Tinzania dibuat sebagai miniatur sesuai

dengan tujuannya. Misalnya akan melakukan transaksi jual beli untuk

melatih kewirausahaan dengan karakter kejujuran, tanggung jawab dapat

dilatihkan di laboratorium tersebut. Nantinya akan disusun modul-modul

kegiatan yang dilakukan di laboratorium Tinzania. Apabila memungkinkan

laboratorium Tinzania dapat berupa tempat kegiatan riil dilapangan

misalnya di pasar, atau di perusahaan jasa yang ada dilingkungan sekolah

dan lain sebagainya. Pada kegiatan tersebut akan terjadi interaksi yang baik

antar siswa atau antara siswa dan guru.

Pada prinsipkan pendidikan karakter pada umumnya dan karakter

kewirausahaan khususnya sudah ada dalam setiap mata pelajaran. Pada

tahap pertama mendesain modul-modulnya baik secara parsial mata

pelajaran maupun secara terintegratif. Pada tahap kedua melakukan uji coba

perangkat dan pada tahap ke tiga melakukan diseminasi.

Page 59: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

59

Pada proses pembelajaran, efektivitas metode pembelajaran ini dapat

dilihat dari ketuntasan belajar siswa pada aspek keaktifan, ketrampilan

proses dan prestasi belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas

dan ketrampilan proses siswa secara mandiri akan sangat berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

prestasi belajar hendaknya meningkatkan aktivitas belajar (keaktifan

belajar) siswa pada pembelajaran dan meningkatkan ketrampilan dengan

memberikan tugas terstruktur untuk mengerjakan secara mandiri.

Meningkatnya prestasi belajar pada kelas eksperimen yang signifikan

memberikan perbedaan prestasi belajar dengan kelas kontrol.

Penerapan metode STAD berbasis pendidikan karakter di laboratorium

TeenZania dalam penelitian ini memuat langkah-langkah sebagai berikut.

a) Pemberian Tugas Terstruktur Sebelum Pembelajaran

Sebelum memulai pertemuan tatap muka dalam pembelajaran,

siswa diberikan tugas terstruktur yang memuat langkah ketiga dalam

STAD yaitu mencatat transakasi. Selain itu peserta didik diberikan tugas

untuk mempelajari materi pada pertemuan selanjutnya. Tujuannya adalah

untuk menumbuhkan keaktifan belajar siswa dan ketrampilan proses

sebelum pembelajaran serta menanamkan karakter kewirausahaan.

Dengan situasi seperti itu, siswa secara tak langsung telah melakukan

kegiatan eksplorasi dan menumbuhkan keaktifan serta menemukan

ketrampilan pada dirinya sendiri.

Page 60: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

60

Pemberikan tuugas terstruktur tersebut akan menumbuhkan

keaktifan belajar siswa untuk membaca dan mencari sumber belajar baik

secara sadar maupun terpaksa dan ketrampilan mengerjakan tugas

tersebut dengan benar. Peserta didik juga dapat memanfaatkan

laboratorium Teenzania sebagai rujukan mencatat transaksi. Dengan tugas

terstruktur sebelum pembelajaran akan mengidentifikasi keaktifan belajar

dan ketrampilan siswa yang siap mengikuti pembelajaran atau belum. Jika

hal ini dibiasakan dalam setiap pembelajaran, maka siswa akan merasakan

dampak positif bagi proses pembelajaran selanjutnya.

b) Apersepsi

Pada awal pembelajaran, dilakukan tanya jawab dan review tugas

terstruktur. Dalam kegiatan ini akan terjadi saling tanya siswa satu sama

lain. Dalam situasi inilah terjadi proses elaboraasi antar siswa. Akan

timbul suatu proses yang melibatkan siswa harus berinteraksi dengan

yang lain. Dari kegiatan tersebut dapat terlihat siswa yang telah aktif dan

juga yang belum aktif, yang terampil maupun yang belum terampil.

Bagi siswa yang telah aktif dan terampil , mereka akan menguatkan siswa

yang kurang aktif dan kurang terampil. Dan yang kurang aktif dan kurang

terampil, mereka akan berusaha bertanya untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari guru maupun dari pencatatan transaksi yang dilakukan

oleh siswa yang lain. Sehingga akan tercipta penguatan keaktifan,

ketrampilan dan elaborasi yang baik dalam proses pembelajaran.

Page 61: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

61

c) Memainkan metode STAD berbasis pendidikan karakter kewirausahaan di

laboratorium TeenZania.

Setelah kegiatan apersepsi, pada kegiatan inti pembelajaran guru

memberikan materi yang sebisa mungkin menumbuhkan keaktifan siswa

untuk mengkonstruk pengetahuan mereka. Melalui kelompok yang

dibentuk antara antara 4-5 siswa saling bekerjasama, saling toleransi,

teliti, dan cermat yang merupakan aspek pendidikan karekter, siswa

mencoba menggali pengetahuan mereka. Dan adanya fasilitas

laboratorium TeenZania, siswa akan memainkan peran sebagai seorang

teler untuk mencatat transaksi sehingga menumbuhkan jiwa yang percaya

diri, berani mengambil resiko, berorientasi tugas dan hasil (laba) sebagai

karakter wirausaha.

Setelah siswa mampu mengkonstruk pengetahuan, siswa secara

kelompok mepelajari informasi dan mengerjakan latihan yang tersedia

dalam LJK atau CD Interaktif. Anggota kelompok yang mengetahui

jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok. Setelah

itu, siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.

Selanjutnya, pembahasan kuis atau memberikan umpan balik kepada

siswa dengan memberi penguatan dalam bentuk lesan kapada siswa yang

telah menjawab kuis/pertanyaan, memberi konfirmasi pada hasil

pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh siswa serta memberikan motivasi

kepada peserta didik yang kurang aktif dan kurang terampil dalam

Page 62: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

62

materi mencatat transaksi. Dengan kegiatan ini akan terjadi proses

konfirmasi dan penyempurnaan keaktifan peserta didik.

c) Refleksi

Pada kegiatan refleksi, peserta didik akan menarik kesimpulan

selama proses pembelajaran. Disini dapat memunculkan kegiatan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Selain itu sangat menunjukkan

keaktifan siswa dalam setiap merespons stimulus yang diberikan oleh

guru dengan memanfaatkan laboratorium TeenZania. Dalam kegiatan

refleksi juga memunculkan rasa percaya diri siswa sebagai salah satu

indikator dalam pendidikan karakter.

d) Pemberian Tugas Rumah

Tugas rumah merupakan hal yang hampir wajib dalam

pembelajaran akuntansi. Tugas rumah yang diberikan berupa membuat

transaksi yang relevan dengan pembelajaran yang telah berlangsung.

Selain itu mempelajari materi yang akan dipelajari sekaligus membuat

permasalahan dari materi yang akan dipelajari. Tugas rumah juga dapat

berupa aplikasi materi terhadap kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat

memperkuat manfaat penggunaan laboratorium Teenzania selama proses

pembelajaran. Karena peserta didik telah mampu berperan sebagai

petugas teiler pada perusahaan jasa untuk mencatat setiap transaksi

sebagai aplikasi materi yang mereka pelajari.

2.4 Hipotesis Penelitian

Page 63: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

63

Sehubungan dengan hal yang telah diuraikan peneliti dan berdasarkan

kerangka berpikir maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran ekonomi dengan metode STAD berbasis pendidikan

karakter di laboratorium TEENZANIA dalam materi akuntansi

perusahaan jasa pada siswa kelas XI SMA Negeri Dekai dapat mencapai

ketuntasan belajar.

2. Keaktifan siswa dan ketrampilan siswa pada pembelajaran dengan metode

STAD berbasis pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA

berpengaruh positif terhadap pencapaian prestasi belajar.

3. Apakah prestasi belajar siswa di kelas yang berlakukan pembelajaran

ekonomi dengan metode STAD berbasis pendidikan karakter di

laboratorium TEENZANIA dalam materi akuntansi perusahaan jasa (kelas

eksperimen) akan lebih baik daripada prestasi belajar siswa di kelas yang

berlakukan pembelajaran dengan metode konfesional (kelas control)

BAB. III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Page 64: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

64

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksprimen yang menggunakan

dua kelas yaitu kelas eksprimen dan kelas kontrol. Pengambilan jenis

penelitian quasi eksprimen karena peneliti mengambil kelas-kelas yang

sudah ada untuk melakukan penelitian dan tidak membuat kelas baru sebagai

kelas eksprimen. Untuk kelas eksprimen diberi perlakuan dengan metode

STAD berbasis pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA dan kelas

kontrol dengan penerapan model pembelajaran konfesional. Penelitian

dilakukan di kelas XI SMA Negeri 1 Dekai yakni siswa kelas XI IPS.1

sebagai kelas eksprimen dan siswa kelas XI.IPS.2 sebagai kelas kontrol.

Penetapan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan

sekolah.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Dekai yang terdiri dari 2 kelas yaitu XI IPS1 dengan jumlah siswa

32 orang dan XI IPS2 dengan jumlah siswa 34 orang. Sampelnya dipilih

dengan cara random sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan

cara acak sederhana. Dari pengacakan yang dilakukan peneliti, maka

diperoleh siswa kelas XI.2 sebagai kelas eksprimen dan kelas XI. 1 sebagai

kelas kontrol.

Daftar Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dekai

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. XI IPS.1 24 8 32

Page 65: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

PRETEST PRETEST

Pembelajaran dengan metode STAD berbasis pendidikan

karakter di laboratorium TEENZANIA

Pembelajaran dengan metode konvesional (langsung)

65

2. XI IPS.2 22 12 34

Sumber : SMA Negeri 1 Dekai

3.3 Variabel Penilitian

Variabel merupakan objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian menarik

kesimpulan darinya. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel bebas (x)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas

adalah keaktifan belajar dan ketrampilan proses.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah prestasi belajar.

3.4 Rancangan Eksperimen

Pelaksanaan penelitian ini dirancang untuk penerapan metode STAD

berbasis pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA kepada setiap

kelompok guna mempelajari dan melakukan sesuai dengan pesan yang

terdapat dalam modul dan model Pembelajaran langsung.

Rancangan penelitian

Page 66: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

66

3.5 Teknik pengumpulan data

3.5. 1. Metode Tes

Page 67: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

67

Untuk mengukur ketercapaian belajar siswa terhadap materi pembelajaran

Akuntansi yang diberikan, dengan metode STAD berbasis pendidikan

karakter di laboratorium TEENZANIA maupun metode pembelajaran

langsung, maka dilakukan test. Test yang diberikan berupa postest dalam

bentuk pilihan ganda. Penskoran test objektif ini menggunakan rumus

Arikunto (1999:228) yaitu:

3.5.2 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam

dan bila responden tidak terlalu besar. (Sugiono,2010: 203). Dalam

penelitian ini untuk mengukur keaktifan siswa dan ketrampilan proses

belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan metode STAD

berbasis pendidikan karakter di laboratorium TEENZANIA.

3.6. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Meliputi studi kepustakaan, pembuatan proposal, instrument penelitian,

dan penentuan kelas yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Skor = jawaban yang benarjumlah soal ×100

Page 68: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

68

Tahap pelaksanaan diawali dengan pelaksanaan pretest pada kelas

eksprimen dan kelas kontrol, kemudian melaksanakan pembelajaran

dengan metode STAD berbasis pendidikan karakter di laboratorium

TEENZANIA untuk kelas ekprimen dan metode pembelajaran langsung

(Direct Instruction) untuk kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran

dilaksanakan oleh peneliti sendiri yang juga sebagi pengajar  guru bidang

studi Ekonomi di SMA Negeri 1 Dekai. Pelaksanaan penelitian dimulai

pada pertengahan Maret sampai dengan pertengahan bulan April 2012.

I. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru/peneliti melakukan apersepsi yang bertujuan

untuk memantau sejauh mana keaktifan belajar yang dimiliki siswa

dengan  menghubungkan pembelajaran yang lalu dengan pembelajaran

yang akan diberikan. Setelah apersepsi guru memotivasi siswa dengan

cara menjelaskan pentingnya belajar akuntansi kaitkan dengan

kehidupan sehari-hari. Terakhir guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, yang memang harus diketahui siswa agar pembelajaran

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

II. Kegiatan inti

Langkah-langkah model pembelajaran Student Teams Achievement

Divisions (STAD) sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang

b. Guru membagikan modul kepada tiap kelompok masing-masing

satu buku.

Page 69: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

69

c. Guru menyajikan petunjuk pembelajaran bentuk laboratorium

TEENZANIA yang telah dirancang di dalam kelas.

d. Siswa secara kelompok mempelajari informasi dan mengerjakan

latihan yang tersedia dalam modul dengan cara melakukan transaksi

didalam kelompok atau antar kelompok. Anggota kelompok yang

memahami pencatatan transaksi memberikan penjelasan kepada

anggota kelompok.

e. Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab

pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.

f. Pembahasan kuis

g. Pemberian penghargaan terhadap individu dan kelompok

III. Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan

materi     pembelajaran.

3. Tahap Akhir

Setelah dilaksanakan penelitian pembelajaran dengan 8 kali pertemuan

dengan metode STAD berbasis pendidikan karakter di laboratorium

TEENZANIA pada kelas eksprimen dan metode pembelajaran langsung

untuk kelas kontrol, maka pada pertemuan 9 diadakan postest  untuk

menguji penguasaan materi pembelajaran. Kegiatan ini diakhiri dengan

reorganisasi data, anlisis data, dan penarikan kesimpulan untuk dilaporkan.

Page 70: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

70

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Pembuatan Instrumen Penelitian

Sebuah instrumen yang valid apabila mampu mengukur tujuan yang

diinginkan (Arikunto, 2010:211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

dapat mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi redahnya

tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Dan dalam

Suharsimi Arikunto (2010 : 221) suatu tes dikatakan reliabel artinya dapat

dipercaya dan dapat diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada instrumen

yang cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Suatu tes yang sudah baik biasanya reliabel.

Langkah-langkah dalam menyusun instrumen adalah sebagai berikut.

a. Menentukan tujuan tes.

Tujuan dari tes pada penelitian ini adalah untuk mengukur

kemampuan siswa dalam memahami materi pencatatan transaksi

setelah diberi perlakuan yang berbeda.

b. Menentukan ruang lingkup tes.

Page 71: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

71

Ruang lingkup tes ini berupa materi yang disampaikan dalam proses

pembelajaran ini yaitu materi pokok pencatatan transaksi, jurnal, buku

besar dan neraca saldo.

c. Menentukan tipe soal.

Tipe soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal

pilihan ganda.

d. Membuat kisi-kisi soal.

e. Melaksanakan uji coba tes.

f. Menganalisis hasil uji coba, baik validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda butir tes.

g. Menggunakan soal yang telah diperbaiki dalam tes.

Selain faktor tersebut, instrumen juga berperan sangat penting dalam

kemampuan belajar peserta didik. Karena instrumen diperlukan, instrumen

itu harus baik dan baiknya suatu instrumen itu akan diketahui bila

dicobakan terlebih dahulu (Russefendi, 1998: 24). Instrumen yang

dicobakan aka dilihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembedanya seperti langkah f diatas.

3.7.2 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen merupakan langkah yang sangat penting dalam

proses pengembangan instrumen, karena dari uji coba inilah diketahui

informasi mengenai kualitas instrumen yang digunakan. Uji coba dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada kelompok

Page 72: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

72

yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan kelas lain yang

masih satu populasi, serta kelompok uji coba ini harus normal dan

homogen.

Adapun analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen ini

meliputi validitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.

Langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut :

a. Validitas Instrumen Tes

Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah intrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap

data dari variabel yang diteliti secara tepat. (Arikunto, 2010:211). Dalam

penelitian ini akan menggunakan teknik validitas internal. Instrumen yang

memiliki validitas internal bila kriteria yang ada di dalamnya instrumen

secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.

Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi

construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi)

sedangkan untuk instrumen yang non tes yang digunakan untuk mengukur

sikap cukup memenuhi validitas kontruksi. Sutrisno Hadi,1986 (dalam

Sugiono, 2010:176)

Untuk menguji validitas instrumen yang berupa tes digunakan

rumus Pearson Product Moment Corelation

r xy=N ∑ XY −¿¿¿

(Arikunto,2010: 213)Keterangan:

Page 73: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

73

r xy : koefisien korelasi skor item dan skor total

n : banyaknya subyek

∑ x : jumlah skor item

∑ y : jumlah skor total

∑ xy : jumlah perkalian skor item dengan skor total

∑ x2 : jumlah kuadrat skor item

∑ y2 : jumlah kuadrat skor total

Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan

5%. Jika rxy > rtabel maka instrumen tersebut dikatakan valid.

Variabel yang dikorelasikan adalah skor tiap item jawaban siswa

dengan skor total yang diperoleh tiap siswa. Dengan diperolehnya indeks

validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah

yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Berdasarkan

informasi tersebut, peneliti dapat mengganti atau merevisi butir-butir yang

belum valid.

b. Daya beda (d)

Cara menentukan daya pembeda (nilai D) untuk kelompok kecil

(kurang dari 100) yaitu seluruh kelompok test dibagi dua  sama  besar,

50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes,

dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu dibagi dua

(Arikunto,2008:212).

Page 74: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

74

Analisis daya beda, bertujuan untuk melihat kemampuan soal

membedakan antara siswa yang kemampuannya di atas rata-rata dengan

siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata, dengan rumus:

Keterangan:

J = jumlah peserta

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang dapat menjawab soal

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang dapat menjawab

soal dengan benar

Daya beda test hasil belajar berkisar antara 0,000 – 0,750

D = BA BB

J A J B = PA PB

(Arikunto,1999)

PA=BA

J A=proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB=BB

J B= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Page 75: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

75

c. Tingkat kesukaran

Analisis indeks kesukaran bertujuan untuk melihat apakah suatu

soal mudah atau sukar. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

IK = 0.00 – 0,30 = Sukar

IK = 0,31 – 0,70 = Sedang

IK = 0,71 – 1,00 = Mudah

Indeks kesukaran test antara 0,464 – 0,857

d. Reliabilitas

Reliabilitas test berhubungan dengan masalah ketetapan. Untuk

mencari reliabilitas test menggunakan rumus Kuder Richardson (KR 20)

yaitu:

(Arikunto,2010: 232)

Keterangan:

r11 = reliabilitas test secara keseluruhan

k = jumlah item soal

V t = Varians Total

p  = proporsi subyek yang menjawab betul pada sesuatu butir

(proporsi subyek yang mendapat skor 1)

q  = Proporsi peserta menjawab dengan salah (1 – p) (q = 1 – p)

IK= Jumla hsiswa yang menjawabbenarjumlah siswa yangmemberikan jawaban

r11=¿( k

k−1 )¿ ¿

Page 76: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

76

Instrumen pengetahuan awal siswa diperoleh dari tes objektif,

dianalisis untuk mencari validitasnya dengan menggunakan rumus Product

Moment dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor soal, dan untuk

reliabilitas instrument digunakan rumus Alpha Cronbach.

3.8 Teknik analisis data

3.8.1 Analisis Data Tahap Awal

Sebelum kelompok sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol)

diberikan perlakuan yang berbeda terlebih dahulu dilakukan analisis data

awal. Analisis data awal digunakan untuk mengetahui apakah kelompok

sampel (kelas eksperimen dam kelas kontrol) berasal dari kondisi awal

yang sama. Hal ini diketahui dengan adanya varians dan rata-rata yang

dimiliki kelompok sampel tidak berbeda secara signifikan. Data awal

diperoleh dari nilai ulangan harian peserta didik pada materi sebelumnya.

Langkah-langkah dalam tahap awal adalah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kenormalan

distribusi data variabel terikat. Uji normalitas data pada penelitian ini

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis yaitu:

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Page 77: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

77

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan SPSS untuk

memudahkan dalam memperoleh hasil akhir. Kriteria dalam penggunaan

SPSS ini adalah jika nilai signifikansi ≥ 0,05 (α ), maka HO diterima dan

jika nilai signifikansi ¿ 0,05 (α ), maka HO ditolak.

Rumus yang dipakai untuk perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov

adalah sebagai berikut.

D=maksimum|F0(x)−SN(x )|

Keterangan:

F0(x): fungsi berdistribusi frekuensi kumulatif yang sepenuhnya

ditentukan, yakni distribusi kumulatif teoritis di bawah HO

artinya untuk harga N yang sebesar besarnya, harga F0(x)

adalah proporsi kasus yang diharapkan mempunyai skor yang

sama atau kurang dari x.

SN(x ): distribusi frekuensi yang diobservasi dari suatu sampel random

dengan N observasi. Dimana x adalag sembarang skor yang

mungkin, SN ( x )= kN , dimana k sama dengan banyak observasi

yang sama atau kurang dari x.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah kelompok sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) mempunyai

Page 78: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

78

varians yang sama atau tidak. Jika kelas-kelas tersebut mempunyai varians

yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.

Hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut.

Ho : σ

12=σ22 (Varians antar kelompok tidak berbeda/data homogen).

Ha :σ 12 ≠ σ1

2¿varians antar kelas tidak sama/ data tidak homogen)

Berdasarkan data yang direncanakan, ukuran kedua sampel sama

yaitu sebanyak n sehingga untuk menguji homogenitasnya digunakan uji F

sebagai berikut.

F=Varians terbesarVarians terkecil

Hasil perhitungan dibandingkan dengan F1

2α (v 1 , v2 ) yang diperoleh

dari daftar distribusi F dengan peluang ½, sedangkan derajat kebebasan

v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut serta

= 0.05. Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika F≥F1

2α (v 1 , v2 )

(Sudjana, 2002:250).

c. Uji Kesamaan Rata-rata

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji t untuk menguji

hipotesis:

H 0 : μ1=μ2

H 1: μ1≠ μ2

μ1= nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen

μ2= nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol,

Page 79: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

79

Maka untuk menguji hipotesis diatas digunakan rumus:

t=x1−x2

s .√ 1n1

+ 1n2

dengan

s2=(n1−1 ) s1

2+( n2−1 ) s22

n1+n2−2

dimana

x1= nilai rata-rata matematika awal kelas eksperimen

x2= nilai rata-rata matematika awal kelas kontrol

n1= banyaknya peserta didik di kelas eksperimen

n2= banyaknya peserta didik di kelas kontrol

s1= simpangan baku kelas eksperimen

s2= simpangan baku kelas kontrol

s= simpangan baku gabungan

Kriteria pengujian dalam uji t ini adalah: terima H 0jika –ttabel < t hitung < ttabel

dengan derajat kebebasan d(k) =n1+n2−2 dn tolak H 0 untuk harga t

lainnya.

Page 80: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

80

3.8.2 Analisis data tahap akhir

Setelah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka

dilakukan uji hipotesisi tahap akhir.

a. Uji Normalitas

Langkah–langkah pengujian normalitas tahap ini sama dengan langkah-

langkah uji normalitas pada tahap awal.

b. Uji Homogenitas

Untuk pengujian homogenitas pada tahap ini sama dengan langkah-

langkah uji homogenitas pada tahap awal.

c. Uji Beda Dua Rata-rata satu pihak: uji pihak kanan

Hipotesis untuk uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah:

H 0 : μ1=μ2

H 1: μ1>μ2

dengan μ1= rata-rata skor tes hasil belajar kelas eskperimen

μ2= rata-rata skor tes hasil belajar kelompok kontrol

Dan pengujiannya menggunakan rumus:

t=x1−x2

s .√ 1n1

+ 1n2

dengan

s2=(n1−1 ) s1

2+( n2−1 ) s22

n1+n2−2

Page 81: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

81

dimana

x1= nilai rata-rata skor tes matematika pada kelas eksperimen

x2= nilai rata-rata skor tes matematika pada kelas kontrol

n1= banyaknya peserta didik di kelas eksperimen

n2= banyaknya peserta didik di kelas kontrol

s1= simpangan baku kelas eksperimen

s2= simpangan baku kelas kontrol

s= simpangan baku gabungan

Dengan dk=(n1+n2−2), kriteria pengujiannya tolak H ojika t h itung≥ t tabel

dengan menentukan taraf signifikan 5%. (Sudjana, 2002: 243)

d. Uji ketuntasan belajar

Pada uji ketuntasan belajar, peneliti menggunakan hipotesis sebagai

berikut.

H 0 : μ1≥ μ0

H 1: μ1<μ0

dengan

μ1= rata-rata skor tes hasil belajar kelas eksperimen

μ0= kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75)

Sedangkan rumus yang digunakan untuk uji ketuntasan pada penelitian

ini adalah:

Page 82: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

82

t=x−μ0

s√n

dengan

x= rata-rata skor tes pemahaman konsep

s= simpangan baku

n=¿ banyaknya peserta didik (kelas eksperimen)

Kriteria pada uji pihak kanan adalah terima H 0 jika t h itung> t (1−α ) ,(n−1)

(Sugiyono, 2010: 250).

e. Analisis Regresi

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Regresi sederhana untuk

populasi dengan sebuah variabel bebas yang dikenal dengan regresi

linear sederhana mempunyai bentuk:

μy . x=θ1+θ2 x

dalam hal ini parameternya adalahθ1danθ2.

Berdasarkan sebuah sampel, persamaan regresi populasi akan

ditentukan, atau lebih tepat akan ditaksir. Ini dapat dilakukan dengan

menaksir parameter θ1 dan θ2. Jika θ1 danθ2 ditaksir oleh a dan b, maka

regresi berdasarkan sampel adalah:

Y = a + b X

Keterangan:

X = variabel bebas,

Page 83: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

83

Y = variabel terikat,

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan),

b = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan atau penurunan variabel terikat yang didasarkan variabel

bebas. Bila b (+) maka naik dan bila b(-) maka terjadi penurunan.

Koefisien-koefisien regresi a dan b dihitung dengan rumus:

a =

(∑Y i )(∑ X i2 )−(∑ X i )(∑ X i Y i¿

n∑ X i2−(∑ X i )

2 ¿ dan

b =

n∑ X i Y i−(∑ X i )(∑ Y i )

n∑ X i2−(∑ X i)

2

Korelasi dapat dihitung dengan rumus berikut:

r xy=N ∑ XY −(∑ X ) (∑Y )

√ {N ∑ X2−(∑ X )2}{N ∑Y 2−(∑ Y )2}Harga r tersebut kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan

dk = n dan taraf kesalahan 1% dan 5%. Jika rhitung > rtabel baik untuk

kesalahan 1% maupun 5%, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan

yang positif sebesar rhitung (Sugiyono, 2005: 243-250).

Koefisien determinasinya r2 (dengan mengkuadratkan harga r)

menentukan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel

terikat dalam %.

Page 84: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

84

DAFTAR PUSTAKA

Allyn and Bacon. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Paractice. Amerika.

Anas Sudijono, 2009, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Rajawali Pers, JakartaArikunto Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

________________. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Asyhar,H.R, 2011. Kreatif mengembangkan media pembelajaran, Gaung Persada(GP) Press Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Standar Isi untuk Satuan  Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar. Pusat Kurikulum Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Panduan Penyusunan Hibah Kompetisi.Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pengelolaan Kurikulum di tingkat Sekolah. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta

Dunne, R. dan Wragg, T. 1996. Pembelajaran efektif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

_____________.2009. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Grasso dan Roselli.T. 2006. Cooperative Student Assessment Method: an Evaluation Study. http://www.i-jet.org/iJET – (diunduh 2 Januari 2012)

Ihsan, M. 2006. Prinsip Pengembangan Media Pendidikan - Sebuah Pengantar . Jurnal Pendidikan.

Lestari,NDW. 2007. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia dengan Pendekatan Chenoentrepreneurship (CEP) pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA Kesatrian 2 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007.

Page 85: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

85

Skripsi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.

Lestari, W. 2002. Memberdayakan swasta dalam kesenian. Harmonia.

Lestari, W. 2009. Seni pembebasan estetika sebagai ketrampilan seni tari. Harmonia

Lestari, W. 2009. Kepemimpinan Etik Lakon Wayang Murwakala Bagi Pembudayaan Industri Kreatif Sebagai Salah Satu Peningkatan Ekonomi Kerakyatan. Laporan Penelitian DP2M Dikti.

Marno dan Idris M. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. JogJakarta. Ar-Ruzza Media

Nasution. 1994. Teknologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 1990.  Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Russefendi, H. E. T. 1998. Satatistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.

Bandung: IKIP Bandung Press.

Ruseffendi. 1989. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung: Tarsito.

Sadiman, Arief S.(dkk). 2009. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Sangarimbun, M. 1989. Teori Kemasyarakatan: Perubahan tingkah laku. Erlangga Jakarta.

Sanjaya .W .2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Sardiman, A.M.2001. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Rajawali Pers

Sidi, Indra Djati.2001. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina dengan    Logos Wacana Ilmu

Siregar, N. 2004. Dasar Wacana Argumenatif Dari Hiperteks Ilmiah Untuk Meningkatkan Pemanfaatannya oleh Komunitas Akademik. Laporan Penelitian Hibah Bersaing UPI Bandung.

Slameto. 2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soemanto,W. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT.Rineka Cipta

Page 86: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

86

Sudjana, N. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo.

_________. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

__________. 2005. Metoda Statistika. Edisi ke-6 Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sugiyono,2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

__________. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sukamadinata, Nana Syaodih. 1997.Pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukestiyarno dan Waluyo. 2005. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Media Dan Permaian Simulasi Dalam Mengajarkan Materi Matematika Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Laporan Penelitian Due Like UNNES.

Sukestiyarno dan Supriyono. 2002. Mengefektifkan Pembelajaran Teori Peluang Dan Statistika Dasar Dengan Memerankan Media Untuk Tingkat Dasar Dan Memerankan Problem Posing Dan Tugas Terstruktur Untuk Tingkat Menengah Dan Perguruan Tinggi. Laporan Penelitian Due Like UNNES.

Sukestiyarno, Supartono dan Marwoto. 2006-2008. Pengembangan Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi dengan Orientasi Analisis Kebutuhan (SWOT) di Pendidikan Menengah dalam Menunjang Pola Manajemen Keahlian. Laporan Hibah Pascasarja.

Sugiyarto, Sukestiyarno dan Hidayah. 2009. Pengembangan Model Kelompok Kerja Guru (KKG) mandiri di Gugus Kota Semarang. Laporan Hibah Pascasarjana.

Supartono, 2006. Peningkatan Hasil Belajar dan Kreativitas Peserta didik melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Laporan Penelitian Hibah PHK.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:  Rajagrafindo Persada

Syukur, Fatah. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail Media Group

Page 87: thinusyel.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

87

Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial.2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Kencana Prenada Media Group

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik; konsep, landasan teoritis – praktis dan implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno Hamzah.B .2009. Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Usman, W. 1989, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Winarti, Dwijanto, Sukestiyarno, dan Walid. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan VCD di SD. Laporan Penelitian Due Like UNNES.