Vhandy Ramadhan Artikel

15
Tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap preeklampsia di RSUP dr. Mohammad Hoesin Vhandy Ramadhan 1 , Iskandar Zulqarnain 2 , Kms Yakub Rahadiyanto 3 1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, 2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Mohammad Hoesin, Palembang, 3. Kepala Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl. Dr. Mohd. Ali, Kompleks RSMH, KM. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia Telp/Fax: +62711316671/+62711373438 Email: [email protected] Abstrak Latar Belakang: Kematian ibu hamil yang disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan belum dapat diturunkan karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi preeklampsia berat. Pengetahuan ibu hamil mengenali tanda-tanda preeklampsia bermanfaat untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap preeklampsia. Metode: Penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif observasional. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dari bulan Oktober sampai November 2014. Subjek penelitian ini sebanyak 50 ibu hamil. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data didapatkan dengan kuesioner. Hasil: Dari 50 responden, 60% berpengetahuan kurang, sedangkan 40% berpengetahuan baik. Terdapat 68,8% subjek yang tidak mengetahui faktor risiko preeklampsia, 64% subjek tidak mengetahui gejala dan tanda, 64% subjek tidak mengetahui pencegahan preeklampsia, dan 48% subjek tidak mengetahui tatalakasana preeklampsia. Subjek berpengetahuan kurang paling banyak adalah kelompok pendidikan dasar (83,3%), kelompok usia <20 tahun (88,9%), jumlah anak 2-5 (50%), diagnosis PEB (63,3%). Simpulan: Tingkat pengetahuan ibu hamil yang dirawat mengenai preeklampsia paling banyak dalam kategori kurang. . Kata Kunci: Preeklampsia, pengetahuan ibu, usia Abstract Background: Maternal mortality caused by preeclampsia can not be lowered due to lack of knowledge. Patients often seek for help late after clinical symptoms developing preeclampsia. Maternal knowledge to recognize the early signs of preeclampsia was very useful for the prevention of

description

artikel

Transcript of Vhandy Ramadhan Artikel

Page 1: Vhandy Ramadhan Artikel

Tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap preeklampsia di RSUP dr. Mohammad Hoesin

Vhandy Ramadhan1, Iskandar Zulqarnain2, Kms Yakub Rahadiyanto3

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya,2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Mohammad Hoesin, Palembang,

3. Kepala Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas SriwijayaJl. Dr. Mohd. Ali, Kompleks RSMH, KM. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

Telp/Fax: +62711316671/+62711373438

Email: [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Kematian ibu hamil yang disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan belum dapat diturunkan karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi preeklampsia berat. Pengetahuan ibu hamil mengenali tanda-tanda preeklampsia bermanfaat untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap preeklampsia. Metode: Penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif observasional. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dari bulan Oktober sampai November 2014. Subjek penelitian ini sebanyak 50 ibu hamil. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data didapatkan dengan kuesioner. Hasil: Dari 50 responden, 60% berpengetahuan kurang, sedangkan 40% berpengetahuan baik. Terdapat 68,8% subjek yang tidak mengetahui faktor risiko preeklampsia, 64% subjek tidak mengetahui gejala dan tanda, 64% subjek tidak mengetahui pencegahan preeklampsia, dan 48% subjek tidak mengetahui tatalakasana preeklampsia. Subjek berpengetahuan kurang paling banyak adalah kelompok pendidikan dasar (83,3%), kelompok usia <20 tahun (88,9%), jumlah anak 2-5 (50%), diagnosis PEB (63,3%). Simpulan: Tingkat pengetahuan ibu hamil yang dirawat mengenai preeklampsia paling banyak dalam kategori kurang..

Kata Kunci: Preeklampsia, pengetahuan ibu, usia

Abstract

Background: Maternal mortality caused by preeclampsia can not be lowered due to lack of knowledge. Patients often seek for help late after clinical symptoms developing preeclampsia. Maternal knowledge to recognize the early signs of preeclampsia was very useful for the prevention of its morbidity and mortality. The purpose of this study was to determines the maternal level of knowledge about preeclapmsia. Methods: This study is descriptive observasional survey. The research was done from October until November 2014 at dr. Mohammad Hoesin Hospital. The sample size was 50. The sampel is obtained with consecutive sampling. Data is obtained with questionnaire. Results: from 50 responden, 60% maternal have less knowledge about preeclampsia while other 40% have a good level of knowledge. 68,8% maternal who do not know about the risk factors of preeclampsia, 64% do not know about symptoms and signs. 64% do not know about prevention, and 48% do not know about the management. Subjek have less knowledge about preeclampsia are most in basic education group (83,3%), age group <20 years (88,9%), number of childre 2-5, and PEB diagnosis (63,3%). Conclusion: Maternal level of knowledge about preeclampsia in are most common in the poor category

Keywords: Preeclampsia, pregnant women knowledge, age

Page 2: Vhandy Ramadhan Artikel

1. Pendahuluan

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals ke 5 yaitu, meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu (WHO, 2013). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Angka ini pun semakin menjauhi target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai sebelum tahun 2015, yaitu menurunkan AKI sebanyak 125 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2013). AKI di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012 mencapai 148 kasus (Depkes Prov. Sumsel, 2013).

Tiga penyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri di Indonesia pada tahun 2011 adalah perdarahan (32%), hipertensi dalam kehamilan (25%) dan infeksi (5%) (Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kemenkes RI, 2012). Dalam perjalanannya, berkat kemajuan dalam bidang anastesia, teknik operasi, pemberian cairan infus dan transfusi dan peranan antibiotik yang semakin meningkat, maka penyebab kematian ibu karena perdarahan dan infeksi dapat diturunkan dengan nyata. Sebaliknya pada penderita preeklampsia, karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi preeklampsia berat dengan segala gejala klinis dan komplikasinya, angka kematian ibu bersalin belum dapat diturunkan (Roeshadi, 2006).

Pengetahuan ibu hamil mengenali tanda-tanda preeklampsia bermanfaat untuk pencegahan terjadinya morbitas dan mortalitas (ACOG, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Menzies et al (2007), yang membandingkan efek terhadap ibu hamil yang telah mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai preeklampsia dengan ibu hamil yang belum mendapatkan pengetahuan preklampsia. Menghasilkan kesimpulan bahwa ibu hamil yang mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai preeklampsia, efek samping morbiditas dan mortalitas (0,7%) lebih rendah dibandingkan ibu hamil yang belum mengetahui mengenai tanda dan gejala, faktor risiko, dan penatalaksanaan preeklampsia (5,1%).

Penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil mengenai preeklampsia saat ini belum ditemukan di kota Palembang, mengingat pengetahuan yang baik berpotensi untuk mengurangi risiko komplikasi dan kematian pada ibu hamil. Untuk itu diperlukan data

mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap preeklampsia di RSMH Palembang agar dapat bermanfaat bagi praktisi kesehatan dan pemerintah untuk melakukan edukasi dan penyuluhan mengenai preeklampsia di kota Palembang.

2. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian survei observasional deskriptif, dengan menggunakan pendekatan survei. Penelitian ini dilakukan di RSMH Palembang. Pemilihan lokasi ini dikarenakan RSMH merupakan merupakan rumah sakit rujukan dengan angka kejadian Preeklampsia berat yang cukup banyak pada tahun 2013 dengan total 298 kasus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling dan didapatkan 50 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu, usia ibu, usia kehamilan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan informasi. Setelah pencatatan dilakukan, data diolah dengan SPSS 16.0 for window. Selanjutnya, data hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

3. Hasil

Karakteristik Responden

Usia responden yang termuda adalah 18 tahun dan yang tertua 43 tahun. Psia terbanyak responden adalah 34 tahun. Rata-rata usia ibu hamil pada penelitian ini adalah 30(SD ± 6) tahun. Pada karakteristik Usia kehamilan berkisar antara 23 sampai 40 minggu, dengan responden terbanyak pada usia kehamilan 36 minggu. Rata-rata usia kehamilan ibu pada penelitian ini adalah 34 (SD ± 4) minggu. Karakteristik tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden, sebagian besar responden tamat pendidikan dasar ( SD dan SMP atau sederajat) sebesar 66%, sedangkan responden yang tamat pendidikan menengah (SMA atau sederajat) terdapat 13 responden (26%). Responden yang tidak sekolah (4%) dan tamat pendidikan tinggi (4%) masing-masing terdapat 2 responden. Pada karakteristik jumlah anak yang dimiliki ibu sebagian besar ibu memilik anak 1, yaitu sebanyak 25 responden (50%). Karakteristik ibu lainnya adalah pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu sebanyak 49 responden (98%) dan ibu hamil yang bekerja di perusaahan swasta hanya 1 responden (2%). Karakteristik penghasilan keluarga perbulan sebagian besar responden mempunyai pendapatan rendah, yaitu pendapatan keluarga <Rp5.000.000 per bulan sebanyak 45 responden (90%), sedangkan responden yang mempunyai pendapatan menengah (Rp5.000.000-Rp10.000.000) sebanyak 5 responden (10%).

Page 3: Vhandy Ramadhan Artikel

Tabel 1. Distribusi Umum Karakteristik Responden Ibu Hamil di Instalasi Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi

RSMH Palembang

Karakteristik Responden n %Usia ibu

< 20 tahun20 – 35 tahun> 35 tahun

92912

185824

Usia Kehamilan0 – 12 minggu13 – 27 minggu28 – 40 minggu

0347

0694

Jumlah Anak12 – 5>6

25241

50482

Pekerjaan ibuIbu Rumah TanggaPNSSwasta

4901

9802

PendidikanTidak sekolahTamat SDTamat SMP atau

sederajatTamat SMA atau

sederajatPerguruan Tinggi

21716132

43432264

Penghasilan Keluarga<Rp5.000.0000Rp5.000.000-

Rp10.000.000>Rp10.000.000

4550

90100

DiagnosisPEBNon PEB

2525

5050

Informasi IyaTidak

1634

3268

Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Preeklampsia

Tabel 2. Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Preeklampsia

PertanyaanJawaban Responden

Sangat Setuju

Setuju Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Pengetahuan ibu hamil tentang faktor risiko preeklampsia

35(14%) 43(17,2%)

67(26,8%) 105(42%)

Pengetahuan ibu

49(19,6%)

45(18%) 69(27,6%) 87(34,8%)

hamil tentang gejala dan tanda preeklampsiaPengetahuan ibu hamil tentang pencegahan preklampsia

17(17%) 19(19%) 30(30%) 34(34%)

Pengetahuan ibu hamil tentang tatalaksana preeklampsia

43(21,5%)

45(22,5%)

36(18%) 75(37,5%)

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala likert 1 – 5. Nilai untuk jawaban sangat setuju adalah 5 dan jawaban sangat tidak setuju adalah 1. Kuisoner ini terdiri dari pertayaan mengenai faktor risiko, gejala dan tanda, pencegahan, dan tatalaksana mengenai preeklampsia, dibuat berdasarkan buku Obstetri Williams edisi ke-23 tahun 2010. Kuesioner ini telah dilakukan validasi sehingga memenuhi syarat sebagai instrumen penelitian (validasi terlampir). Hasil dari penelitian didapatkan persentase ibu hamil yang menjawab sangat tidak setuju mengenai faktor risiko preeklampsia cukup besar yaitu 42% dibandingkan ibu yang menjawab sangat setuju yaitu sebesar 14%. Untuk pertanyaan mengenai gejala dan tanda preklampsia ibu yang menjawab sangat tidak setuju lebih besar persentaseya dibandingkan ibu yang menjawab sangat setuju dan setuju. Pada pertanyaan mengenai pencegahan dan tatalaksana, Ibu hamil yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju lebih besar persentasenya dibandingkan jawaban setuju atau sangat tidak setuju.

Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Faktor Risiko Preeklampsia

Tabel 3. Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Faktor Risiko Preeklampsia

PertanyaanJawaban responden

SS S TS STSKehamilan anak pertama merupakan salah satu penyebab preeklampsia.

6(12%) 7(14%) 16(32%)

21(42%)

Kelebihan berat badan atau

8(16%) 9(18%) 13(26%)

20(40%)

Page 4: Vhandy Ramadhan Artikel

obesitas merupakan penyebab preeklampsia.Usia ibu lebih dari 35 tahun merupakan salah satu faktor risiko preeklampsia.

10(20%) 12(24%) 12(24%)

16(32%)

Ibu dengan kehamilan kembar berisiko mengalami preeklampsia.

5(10%) 8(16% 12(24%)

25(50%)

Ibu yang mengalami preeklampsia sebelumnya berisiko mengalaminya lagi.

6(12%) 7(14%) 14(28%)

23(46%)

Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gejala dan Tanda Preeklampsia

Tabel 4. Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gejala dan Tanda

Preeklampsia

PertanyaanJawaban responden

SS S TS STSPada preeklampsia terdapat peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

14(28%) 7(14%) 16(32%) 13(26%)

Pada preeklampsia terdapat gejala mual dan muntah pada preeklampsia..

9(18%) 2(4%) 15(30%) 24(48%)

Pandangan kabur merupakan salah satu gejala preeklampsia.

7(14%) 13(26%) 11(22%) 19(38%)

Bengkak pada wajah, lengan, dan perut merupakan tanda preeklampsia..

8(16%) 13(26%) 15(30%) 14(28%)

Nyeri pada perut kanan atas merupakan tanda preeklampsia

11(22%) 10(20%) 12(24%) 17(34%)

Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pencegahan Preeklampsia

Tabel 5. Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pencegahan Preeklampsia

PertanyaanJawaban responden

SS S TS STSIbu hamil yang berisiko preeklampsia harus mengonsumsi buah dan sayuran yang mengandung banyak vitamin C.

7(14%)

9(18%)

16(32%) 18(36%)

Ibu hamil yang terdapat tanda- tanda preeklampsia harus melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas/bidan/dokter tiap bulan.

10(20%)

10(20%)

14(24%) 16(32%)

Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tatalaksana Preeklampsia

Tabel 4.6 Distribusi Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tatalaksan Preeklampsia

PertanyaanJawaban responden

SS S TS STS

Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat jalan tanpa diberikan obat antihipertensi

14(28%) 10(20%) 8(16%) 18(36%)

Ibu hamil dengan preeklampsia berat harus dirawat dirumah sakit

10(20%) 14(28%) 10(20%) 16(32%)

Ibu hamil dengan preeklampsia dilakukan tindakan operasi sectio sesaria pada persalinannya.

8(16%) 11(22%) 11(22%) 20(40%)

Ibu hamil dengan preeklampsia harus dilakukan induksi persalinan.

11(22%) 10(20%) 7(14%) 21(42%)

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Preeklampsia

Tabel 7. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Preeklampsia di Instalasi rawat inap Obstetri

dan Ginekologi RSMH Palembang

Pengetahuan ibu n %Baik 20 40Kurang 30 60Total 50 100

Page 5: Vhandy Ramadhan Artikel

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu

Tabel 8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu

Usia Ibu

Pengetahuan IbuKurang Baik Total

n % n % n %

< 20 8 88,9 1 11,1 9 10020 – 35 15 51,7 14 48,3 29 100>35 7 58,3 5 41,7 12 100Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 responden (51,7%) yang berusia 20 – 35 tahun, 8 responden (88,9%) pada usia < 20 tahun dan 7 responden(58,3%) yang berusia > 35 tahun memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai preeklampsia.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Tabel 9. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan

Pengetahuan IbuKurang Baik Total

n % n % n %

0 – 12 0 0 0 0 0 013 – 27 1 33,3 2 66,7 3 10028 – 40 29 61,7 18 38,3 47 100Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil yang kurang mengenai preeklampsia berdasarkan usia kehamilan terbesar pada usia kehamilan 28 – 40 minggu sebesar 61,7% dan pada usia kehamilan 13 – 27 minggu terdapat 33,3%.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Jumlah Anak.

Tabel 10. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah anak

Pengetahuan IbuKurang Baik Total

n % n % n %

1 14 46,7 11 55 25 502 – 5 15 50 9 45 24 48>6 1 3,3 0 0 1 2Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 responden (50%) mempunyai 2 – 5 anak, 14 responden (46,7%) mempunyai 1 anak dan 1 responden (3,3%) memiliki lebih dari 6 anak memiliki pengetahuan yang kurang mengenai preeklampsia.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 11 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan

PekerjaanPengetahuan Ibu

Kurang Baik Totaln % n % n %

IRT 30 61,2 19 38,3 49 100PNS 0 0 0 0 0 100SWASTA 0 0 1 100 1 100Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 responden (61,2%) yang tidak bekerja/ibu rumah tangga mempunyai tingkat pengetahuan kurang mengenai preeklampsia.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan

Tabel 12. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan

PendidikanPengetahuan Ibu

Kurang Baik Totaln % n % n %

Tidak Sekolah

2 6,7 0 0 2 4

Dasar 25 83,3 5 25 30 60Menengah 3 10 13 65 16 32Tinggi 0 0 2 10 2 4Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 83,3% ibu hamil berpengetahuan kurang hanya tamat pendidikan dasar, 10% tamat pendidikan menengah dan 6,7% tidak sekolah.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Penghasilan.

Tabel 1.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Penghasilan

PenghasilanPengetahuan Ibu

Kurang Baik Totaln % n % n %

<Rp5.000.000 29 96,7 16 80 45 90Rp5.000.000 – 1 3,3 4 20 5 10

Page 6: Vhandy Ramadhan Artikel

Rp10.000.000> Rp10.000.000

0 0 0 0 0 0

Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasilan terdapat 29 responden (96,7%) mempunyai penghasilan rendah dan 1 responden (3,3%) berpenghasilan sedang berpengetahuan kurang mengenai preeklampsia.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Informasi

Tabel 14 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Informasi

InformasiPengetahuan Ibu

Kurang Baik Totaln % n % n %

Iya 8 26,7 8 40 16 32Tidak 22 73,3 12 60 34 64Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tedapat 73,3% ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai preeklampsia tidak mendapat informasi.

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Beradasarkan Diagnosis

Tabel 15 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Beradasarkan Diagnosis

DiagnosisPengetahuan Ibu

Kurang Baik Totaln % n % n %

PEB 19 63,3 6 30 16 32Non PEB 11 36,7 14 70 34 64Total 30 60 20 40 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 63,3% ibu hamil yang menderita PEB memiliki tingkat pegetahuan kurang, sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami PEB yang berpengetahuan kurang adalah 36,7%.

4. Pembahasan

Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Instalasi Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang mengenai preeklampsia paling banyak berada dalam kategori kurang.

Dilihat dari hasil kuesioner, pada pertanyaan pertama sampai kelima mengenai faktor risiko preeklampsia terdapat 66,8 % ibu hamil yang menjawab tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Sedangkan ibu hamil yang menjawab sangat setuju mengenai risiko preklampsia sebesar 14%. Ini bearti masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui mengenai faktor risiko preeklampsia yaitu yaitu primigravida, obesitas, gemeli, usia ibu hamil >35 tahun dan riwayat preeklampsia (Sarwono, 2010).

Pada pertanyaan keenam sampai ke sepuluh mengenai tanda dan gejala preeklampsia terdapat 34,2% jawaban sangat tidak setuju dan 27,6% tidak setuju sedangkan jawaban sangat setuju 19,6% dan setuju 18%. Dari jawaban ini dapat dilihat cukup banyak ibu hamil yang belum mengetahui tanda dan gejala preeklampsia. Tanda dan gejala preeklampsia diantaranya adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg yang muncul setelah usia gestasi 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan terdapat proteinuria. Pada preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah (Sarwono, 2010).

Pada pertanyaan kesebelas dan keduabelas mengenai pencegahan preeklampsia ibu yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju masih cukup banyak yaitu sebesar 34% dan 30% dibandingkan yang menjawab setuju dan sangat setuju yaitu sebesar 19% dan 17%. Dari jawaban ini dapat dilihat bahwa ibu hamil masih belum mengetahui pencegahan mengenai preeklampsia.

Pada pertanyaan ketigabelas hingga keenamambelas mengenai penatalaksanaan preeklampsia terdapat 37,5 % dan 18% responden yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, sedangkan yang menjawab setuju dan sangat setuju hanya 22,5 % dan 21,5%. ini bearti ibu hamil yang belum mengetahui tentang tatalaksana preeklampsia masih cukup banyak dibandingkan ibu yang telah tahu.

Menurut Mubarok (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain, pendidikan, informasi, pekerjaan, usia, pengalaman, dan minat. Pada penelitian ini didapatkan hasil ibu hamil yang tamat pendidikan dasar (83,3%) yaitu SD dan SMP memilik tingkat pengetahuan kurang dibandingkan ibu hamil yang tamat pendidikan menengah atau SMA (10%) dan ibu yang tidak sekolah (6,7%). Hal ini menunjukkan ibu yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang kurang mengenai preeklampsia. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang (Keraf & Michel, 2001).

Page 7: Vhandy Ramadhan Artikel

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuan yang dimilikinya, sehingga semakin mudah pula seseorang menelaah suatu hal dalam bertindak. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang dengan pendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak hanya mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Notoatmojo, 2007).

Slamet (1999) dalam Ritonga (2007), menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengetahuan ibu hamil semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah akan berdampak pada pengetahuan ibu mengenai suatu penyakit.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan kurang ibu hamil yang tidak mendapatkan informasi mengenai preeklampsia sebesar 73,3% lebih besar dibandingkan ibu hamil yang mendapatkan informasi yaitu sebesar 26,7%. Menurut teori, Informasi adalah suatu keterangan, penerangan, atau data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan untuk masa yang akan datang (Jajang, 2005). Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak & Chayatin, 2009). Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat,2007). Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti berasumsi bahwa ibu yang tidak mendapatkan informasi mengenai preeklampsia memiliki pengetahuan kurang. Perlu ditekankan juga walaupun ibu hamil pernah mendapatkan informasi tentang preeklampsia tetapi tingkat pengetahuan ibu tersebut masih kurang, hal ini mungkin disebabkan karena informasi yang didapat sangat terbatas dari media massa maupun media elektronik, dan untuk mendapatkan informasi tentang hal tersebut sangat ditentukan oleh peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil sehingga pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia menjadi baik.Kecanggihan keterbatsan informasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu multipara berpengetahuan kurang mengenai preeklampsia paling besar yaitu 50%. Bila dibandingkan dengan ibu primipara sebesar 46,7% maka dapat disimpulkan yaitu bahwa semakin banyak paritas ibu maka pengetahuannya akan semakin kurang. Penelitian ini tidak sejalan dengan teori jika dikaitkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain, seorang ibu hamil yang telah mempunyai paritas dia akan mempunyai pengalaman sebelumnya jika dibandingkan dengan mereka yang belum mempunyai paritas (Notoatmodjo, 2003).

Pengalaman ibu terhadap kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu akan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan ketika hamil berikutnya. Pengalaman seseorang mencakup apa saja yang dialaminya hal-hal yang terjadi atau yang ada di lingkungan sekitar yang dihasilkan melalui panca indera (Notoatmodjo, 2003). Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pemeriksaan kehamilan.

Selanjutnya Usia ibu, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 responden (51,7%) yang berusia 20 – 35 tahun, 8 responden (88,9%) pada usia < 20 tahun dan 7 responden (58,3%) yang berusia >35 tahun memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai preeklampsia. Jika dikaitkan dengan hasil penelitian pada usia <20 tahun ibu lebih banyak memiliki pengetahuan yang kurang mengenai preeklampsia, sejalan dengan pendapat Nursalam (2001) bahwa semakin cukup umur, maka tingkat daya tangkap dan pola pikir seorang akan lebih matang dalam berpikir sehingga pengetahuan yang diperolehnya semaking membaik. Menurut kepustakaan dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya, juga mengetahui akan pentingnya antenatalcare, semakin muda umumnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (Suprida, 2012). Usia ibu yang kurang dari 20 tahun mengindikasikan bahwa ibu tersebut telah melakukan pernikahan di usia dini. Pengetahuan ibuUsia muda nikah muda?sosial budaya

Pada variabel pekerjaan menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak bekerja/ibu rumah tangga mempunyai tingkat pengetahuan kurang mengenai preeklampsia sebesar 61,2%. Menurut penelitian Jouhari (2009), tidak ada hubungan antara pekerjaan dan pengetahuan, karena pekerjaan dapat membatasi seseorang dalam mencari dan mendapatkan informasi selain dari hal yang berhubungan dengan hal yang dialaminya sehari-hari. Hal ini bearti ibu hamil yang tidak bekerja memliki pengetahuan yang kurang bukan karena faktor pekerjaan, seperti penelitian yang dikemukakan jika

Page 8: Vhandy Ramadhan Artikel

pekerjaan dapat membatasi informasi selain hal yang dikerjakan seseorang, tetapi dilain hal pekerjaan berhubungan dengan tingkat penghasilan.

Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang mempunyai penghasilan rendah mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebesar 96,7% sedangkan ibu yang berpenghasilan menengah sebesar 3,3%. Penghasilan ini berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, apabila penghasilan suatu keluarga sedang ataupun tinggi, pendidikan juga akan tinggi, diiringi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi (Notoadmodjo, 2007). Ibu hamil dengan tingkat ekonomi keluarga yang baik akan lebih perhatian kepada kehamilannya dengan cara lebih sering melakukan konsultasi kehamilan dengan dokter ahli sehingga akan berdampak pada informasi yang diterima yang menjadi sumber pengetahuan bagi ibu hamil.

Selanjutnya dari diagnosis ibu hamil, ibu hamil yang mengalami PEB lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami PEB. Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Australia yang mengemukakan bahwa ibu hamil dengan cacat intelektual lebih banyak yang mengalami preeklampsia berat (McConnel, 2008). Sebuah studi intervensi di Jamaika mengemukakan bahwa distribusi piktorgram yang menggambarkan preeklampsia dapat mengurangi dampak buruk bagi kehamilan ibu (MacGillivray, 2004).

Penelitian ini, memberikan data bahwa masih banyak ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang mengenai preeklampsia. Penelitian lebih lanjut mengenai keadaan ibu hamil yang memilliki pengetahuan kurang tentang preeklampsia mungkin dapat dilakukan, intervensi dalam penelitian yang akan datang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan melihat hubungan antara intervensi yang dilakukan dengan hasil yang didapatkan.

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan diantaranya adalah belum ditemukan alat ukur yang tepat untuk mengukur tingkat pengetahuan, sehingga perlu instrumen yang telah baku untuk digunakan. Tempat penelitian adalah ruang rawat inap kelas 3, dimana sebagian besar kelas sosial ekonomi menengah kebawah dan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang homogen. Pada kuesioner hanya menanyakan mengenai tentang status pekerjaan dan tidak mengeksplorasi jenis pekerjaan ibu lainnya yang dapat menjadi penghasilan tambahan.

5. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Tingkat pengetahuan ibu hamil di Instalasi Rawat

Inap Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang mengenai preeklampsia paling banyak dalam kategori kurang.

2. Ibu hamil masih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai faktor risiko preeklampsia.

3. Ibu hamil masih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai gejala dan tanda preeklampsia.

4. Ibu hamil masih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai pencegahan preeklampsia.

5. Ibu hamil masih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai tatalaksana preeklampsia.

6. Kelompok usia yang memiliki tingkat pengetahuan kurang adalah kelompok usia <20 tahun.

7. Tingkat Pendidikan yang terbanyak memiliki pengetahuan kurang adalah ibu yang tamat pendidikan dasar.

8. Ibu hamil yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memiliki pengetahuan kurang dibanding pasien yang bekerja.

9. Ibu yang tidak mendapatkan informasi mengenai preeklampsia memiliki pengetahuan yang kurang mengenai preeklampsia dibandingkan ibu yang mendapatkan informasi.

10. Pasien dengan diagnosis PEB lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan kurang dibandingkan pasien yang tidak mengalami PEB

Daftar Acuan

1. Drake LJ, Bundy DAP. Multiple helminth infections in children: impact and control. Parasitol 2001; 122Suppl: 73-78.

2. Sandjaja B. Helminthologi Kedokteran Buku 2 Cetakan Ke-I. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

3. World Health Organization. Soil-Transmitted Helminthiases: Eliminating Soil-Transmitted Helminthiases as a Public Health Problem in Children: Progress Report 2001-2010 and Strategic Plan 2011-2020. http://whqlibdoc.who.int/publications/2012/9789241503129_eng.pdf. 2012

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 424 Tahun 2006. Pedoman Pengendalian Cacingan. http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20424%20ttg%20Pedoman%20Pengendalian%20Cacingan.pdf. 2006.

5. Jelliffe DB. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. TerjemahanOleh: Windy MT. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006: 70.

Page 9: Vhandy Ramadhan Artikel

6. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008: 4-24.

7. Zulkarnain M. Worm Infection Among Primary School Children in Palembang City, South Sumatera, Indonesia. Thesis. Centre for Clinical Epidemiology and Biostatistics, University of Newcastle, Austalia, 1994.

8. Novariza M. Prevalensi dan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Siswa SD Negeri 1 Talang Bungin Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Tahun 2010. Skripsi Sarjana. Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, 2010.

9. Fadhilah A. Prevalensi Infestasi STH pada Siswa SD di Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten a utOgan Ilir. Skripsi Sarjana. Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, 2012.

10. Wagiyati T, Nuansa T. Bimbingan Kesehatan di Sekolah. Bandung: Medium, 2007: 86.

11. Gandahusada S, Illahude HD, dan Pribadi W. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2004: 7-23.

12. Jalaluddin. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Tesis. Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, 2009.

13. Prismasari E. Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat dengan Prevalensi Infestasi STH (Soil Transmitted Helminths) Pada Siswa SD di Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi Sarjana. Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, 2012.

14. Ezeamama AE, Friedman JF, Acosta LP, Bellinger DC, Langdon GC, Manalo DL, et al. Helminth infection and cognitive impairment among Filipino children. Am J Trop Med Hyg 2005; 72(5): 540-548.

15. Rahmawati, Soeyoko, Sumarni S. Hygiene, sanitation and the soil transmitted helminths (STH) infection among elementary school students in West Lombok. J Med Sci 2014; 46(2): 94-101.

16. Supriastuti. Infeksi soil-transmitted helminth: ascariasis, trichiuriasis dan cacing tambang. Universa Medicina 2006; 25(2): 84-93.

17. Ratag BT, Maramis FRR, Dareda K. Hubungan Antara Higiene Perorangan dengan Infestasi Cacing Usus pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 119 Manado. Buletin IDI Manado, 2012: 19-25.

18. Dly RRZ. Hubungan Higiene Perorangan Siswa dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga. Tesis. Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, 2008.

19. Bariweni, PA, Ekweozor IKE. Assessment of nonzoonotic soil-transmitted helminth levels in soils in Yenagoa Metropolis, Niger Delta. Journal of Environmental Health 2014; 76(6): 108-112.

20. Stephenson LS, Holland CV, dan Cooper ES. The Public Health Significance of T. trichiura. Parasitol 2000; 121Suppl: 73-95.

21. Winita R, Astuty H, Mulyati. Upaya pemberantasan kecacingan di sekolah dasar. Makara Kesehatan 2012; 16(2): 65-71.

22. Winahyu DSD. Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Anak Sekolah Dasar di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi (Studi di SDN Tawangrejo 1 dan SDN Hargomulyo 4 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi). Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia, 2008.

23. Sali L, Abdullah AZ, Suriah. Faktor risiko infestasi soil transmitted helmiths pada anak usia sekolah. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia 2013; 2(1): 32.

24. Mardiana, Djarismawati. Prevalensi cacing usus pada murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan 2008; 7(2):769-774.

25. Kementerian Kesehatan. Health Statistics. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013: 47.

Page 10: Vhandy Ramadhan Artikel