Versi Full Dimas Gulas

download Versi Full Dimas Gulas

of 26

Transcript of Versi Full Dimas Gulas

BAB I PENDAHULUAN

Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terjadi penambahan volume dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan sub arakhnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat produksi cairan serebrospinal yang berlebihan, obstruksi jalur cairan cerebrospinal maupun gangguan absorpsi cairan serebrospinal.1.2.3 Ada dua jenis hidrosefalus yaitu hidrosefalus nonkomunikans dan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus nonkomunikans/hidrosefalus obstruktif merupakan masalah bedah saraf pediatrik yang paling sering ditemukan dan biasanya mulai timbul segera setelah lahir, hidrosefalus obstruktif biasanya disebabkan oleh kelainan kongenital. Hidrosefalus komunikans dimana aliran cairan dari sistem ventrikel ke ruang sub arakhnoid tidak mengalami sumbatan, biasanya terjadi karena lebih banyak produksi CSS dibanding direabsorpsi. 1.2.3 Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. 1 Pada hidrosefalus infantil, 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan dan meningitis, serta kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior. Apabila dicermati, terlihat bahwa dari tahun ke tahun, insiden (kasus baru) maupun prevalensi antara kasus lama dan kasus baru relatif tidak bertambah.1.2.3

1

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai kasus hidrosefalus akut et causa hidrosefalus obstruktif intraventricular yang didiagnosa pada seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan yang menjalani perawatan di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Ulin Banjarmasin.

2

BAB II LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Bangsa Suku Alamat RMK MRS : By. J K : 3 Bulan : Indonesia : Dayak : Jln. Belawang RT. 2 Kab. Barito Kuala : 94.19.06 : 23 Juni 2011

II.

ANAMNESIS 1. Keluhan utama : Kejang 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu pasien mengakui adanya kejang saat pasien berumur 1.5 bulan. Kurang lebih 1.5 bulan sebelum pasien masuk RS. Kejang berlangsung sangat singkat (kurang lebih 3 detik), berlangsung hanya satu kali, dan tampak badan pasien berubah menjadi kebiruaaan. Kejang tidak didahului oleh adanya demam. Selain itu kepala pasien juga dirasakan membesar dan menjadi lembek. Pasien lahir prematur saat umur

3

kehamilan 32 minggu dan lahir normal dengan berat lahir 1900 Kg. Saat lahir pasien tidak langsung menangis dan berwarna kebiruan. Keluarga menyangkal adanya penyakit lain pada pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa, dan sanitasi lingkungan serta gizi pasien terpelihara dengan baik. 3. Riwayat Penyakit Dahulu : Lahir prematur dengan berat lahir 1900 Kg disertai gejala asfiksia. 4. Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (+)

III.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum GCS 2. Tanda vital Nadi Suhu Respirasi 3. Kepala dan leher Inspeksi : Bentuk kepala brakhisefalik Lingkar kepala 41 cm4

: :

Tampak sakit ringan 4-3-4

: : :

130 x/menit 36.7 oC 30 x/menit

Kulit kepala tipis. Pelebaran vena subkutan (+) Konj.anemis (+/+) Ikterik (-/-) Sunset sign bola mata (+) PCH (-) Palpasi Perkusi : Pelebaran sutura (+ ) : Cracked Pot tidak dievaluasi

4. Pemeriksaan thorax Pemeriksaan paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : : : : Gerakan napas simetris, dada simetris. fremitus vokal sulit dievaluasi sonor Rhonki (-), Wheezing (-)

Pemeriksaan jantung Inspeksi Palpasi : : iktus (+), pulsasi jantung (-), iktus (+) ICS V linea midclavicula, pulsasi jantung (+), suara yang teraba (-), getaran / thrill (-) Perkusi : batas kanan ICS IV linea parasternalis, batas kiri ICS IV V linea midclavicula

5

Auskultasi

:

S1 dan S2 tunggal, reguler, tidak ada bising

5. Pemeriksaan abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : : : : cembung hepar, lien dan massa tidak teraba, timpani bising usus (+)

6. Pemeriksaan ekstremitas Akral hangat, edema (+) IV. DIAGNOSA SEMENTARA Hidrosefalus akut e.c hidrosefalus obstruktif intraventricular V. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM HEMATOLOGI Parameter Hasil Pemeriksaan 14 Juli 2011 Hemoglobin Lekosit Eritrosit Hematokrit Trombosit 9.9 9.9 3.32 29 619 Nilai Normal (Satuan) 12,0-16,0 g/dl 4,0-10,5 ribu/ul 3,9-5,50 juta/ul 35-45 vol % 150-450 ribu/ul

6

MCV MCH MCHC RDW-CV

85.8 29.9 34.8 18.0 HITUNG JENIS % # 0.03 0.10 4.97 3.36 1.16

80-97 fl 27-32 pg 32-38 % 11,5-14,7 %

Basofil Eosinofil Neutrofil Limfosit Monosit

0.3 1.1 50.5 34.1 11.7

VI.

DIAGNOSIS KERJA Hidrosefalus akut e.c obstruksi intraventricular

VII.

PROGNOSIS Dubia ad bonam

VIII. PENATALAKSANAAN External Ventricular Drainage (EVD) IVFD D5 NS 20 tpm Injeksi Ceftriaxon 2 x 200 mg-Ceftazidine 100mg/kgBB/hariCefotaxime 2x250 mg/hari-Meropenem 3x250 mg?hari Injeksi Metronidazole 3 x 75 mg Dumin Supp 1x1/2 supp (K/P)

7

-

Sanmol 0.5 cc /hari Xanthone 4x5 cc

8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I.

HIDROSEFALUS Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terjadi penambahan volume

dari cairan serebrospinal (LCS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan sub arakhnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat produksi cairan serebrospinal yang berlebihan, obstruksi jalur cairan cerebrospinal maupun gangguan absorpsi cairan serebrospinal.1.2.3 Hidrosefalus secara umum dibagi menjadi hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus nonkomunikans. Pada hidrosefalus komunikans, cairan mengalir dengan mudah dari sistem ventrikel ke dalam ruang subaraknoid, sementara pada hidrosefalus nonkomunikans, terjadi penyumbatan aliran keluar cairan dari satu ventrikel atau lebih.4 Biasanya hidrosefalus tipe nonkomunikans disebabkan oleh adanya sumbatan pada akuaduktus sylvius, akibat dari atresia (penutupan) sebelum lahir pada beberapa bayi atau akibat tumor otak pada semua umur. Ketika cairan dibentuk oleh pleksus koroideus pada kedua ventrikel lateral dan ventrikel ketiga, volume dari ketiga ventrikel ini akan sangat meningkat. Hal ini akan menekan otak ke tengkorak sehingga menjadi suatu lapisan tipis. Pada bayi yang baru lahir, peningkatan tekanan juga akan juga akan menyebabkan seluruh kepala membengkak karena tulang otak belum menyatu.4

9

Hidrosefalus tipe komunikans biasanya disebabkan oleh sumbatan aliran cairan dari ruang subaraknoid sekitar daerah basal otak atau sumbatan dari vili araknoidalisnya sendiri. Karena itu cairan akan terkumpul di dalam ventrikel dan di luar otak, jika hal ini terjadi pada bayi saat tengkoraknya masih lunak dan dapat teregang, maka akan menyebabkan kepala membengkak luar biasa dan biasanya akan merusak otak dengan cukup berat pada segala umur.4 II. EPIDEMIOLOGI Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.5 III. EMBRIOLOGI Pada umur kehamilan 35 hari terlihat pleksus khoroidalis sebagai invaginasi mesenkhimal dari atap ventrikel IV, lateralis dan ventrikel III. Pada saat kehamilan 50 hari sudah mulai terjadi sirkulasi CSS secara normal, bersamaan dengan tiga peristiwa penting, yakni; perforasi atap ventrikel IV oleh proses aktif diferensiasi, berkembangnya fungsi sekresi pleksus khoroidalis dan terbentuknya ruang subarakhnoid.6.7.8

10

IV.

FISIOLOGI CAIRAN CERESROSPINAL (LCS) Seluruh ruang yang melingkupi otak dan medulla spinalis memiliki

volume kira-kira 1600 sampai 1700 mililiter; dan sekitar 150 mililiter dari volume ini ditempati oleh cairan serebrospinal, dan sisanya oleh otak dan medulla. Cairan ini ditemukan dalam ventrikel otak, dalam sisterna sekitar otak, dan di dalam ruang subaraknoid sekitar otak dan medulla spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan.4 Fungsi utama cairan serebrospinal adalah untuk melindungi otak dalam kubahnya yang padat. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih sama ( hanya berbeda sekitar 4 persen ), sehingga otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan tidak satu bagian npun dari otak yang berubah bentuk akibat adanya benturan tadi.4 Cairan serebrospinal dibentuk rata-rata sekitar 500 mililiter setiap hari, di mana jumlah ini tiga sampai empat kali banyaknya volume total cairan di seluruh sistem cairan serebrospinal. Mungkin dua pertiga atau lebih dari cairan ini berasal dari sekresi pleksus koroideus pada keempat ventrikel, terutama pada kedua ventrikel lateral. Dan selebihnya disekresikan oleh permukaan ependim dari ventrikel dan membran araknoid, dan sebagian kecil berasal dari otak itu sendiri melalui ruang perivaskular yang mengelilingi pembuluh darah yang masuk ke dalam otak.4

11

Cairan serebrospinal mengalir dari pleksus koroideus dan kemudian melewati sistem cairan serebrospinal. Cairan ini kemudian mengalir ke ventrikel ketiga kemudian di sepanjang akuaduktus Sylvius ke dalam ventrikel keempat, di mana sejumlah kecil cairan ditambahkan. Cairan ini kemudian keluar dari ventrikel keempat melalui tiga pintu kecil, dua foramina Luschka di lateral dan satu foramen Magendie di tengah, memasuki sisterna magna, yaitu sebuah ruang cairan yang besar yang terletak di belakang medulla dan di bawah serebelum. Sisterna magna berhubungan dengan ruang subaraknoid yang mengelilingi seluruh otak dan medulla spinalis. Hampir seluruh cairan serebrospinal kemudian mengalir ke atas dari sisterna magna melalui ruang subaraknoid yang mengelilingi serebrum. Dari sini, cairan mengalir ke dalam vili araknoid multiple yang

12

menyalurkannya ke dalam sinus venosus sagitalis yang besar dan sinus venosus yang lain pada serebrum. Akhirnya, cairan tersebut dikosongkan ke dalam darah vena melalui permukaan vili-vili ini.4

V.

PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari adanya ketidak-

seimbangan antara produksi dan absorbs dari LCS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah : A. Disgenesis serebri 46 % hidrosefalus pada anak terjadi akibat malformasi otak dan yang terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan LCS sebagai kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjdai akibat kegagalan pertumbuhan hemisferum serebri.8.9.10 B. Produksi LCS yang berlebihan Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah papiloma pleksus koroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan. 9.10.11 C. Obstruksi aliran LCS Sebagian besar kasus hidrosefalus masuk dalam kategori ini. Obstruksi dapat terjadi di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan beberapa kelainan seperti : perdarahan subaraknoid post trauma atau meningitis,

13

di mana pada kedua proses tersebut terjadi inflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel IV. Sisterna basalis juga dapat tersumbat oleh proses arakhoiditis yang mengakibatkan hambatan dari aliran LCS. Tumor fossa posterior juga dapat menekan dari arah belakang yang mengakibatkan arteri basillaris dapat menimbulakan obstruksi secara intermitten, di mana obstruksi tersebut berhubungan dengan pulsasi arteri yang bersangkutan. 9.10.11

D. Absorbsi LCS berkurang Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorbs LCS, selanjutnya terjadi penimbunan LCS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kejadian tersebut adalah 9.10.11: -Post meningitis

14

-Post perdarahan subarachnoid -Kadar protein LCS yang sangat tinggi E. Akibat atrofi serebri Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul penimbunan LCS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi tersebut. 9.10.11. Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan cairan LCS, yaitu 8.9.10.12: 1. Foramen interventrikularis Monroe Apabila sumbatan terjadi unilateral makan akan menimbulkan pelebaran ventrikel lateralis ipsilateral. 2. Akuaduktus Serebri ( Sylvius ) Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel lateralis dan ventrikel III. Stenosis akuaduktus sylvius pada bayi dan anak yang berumur kurang dari dua tahun, mungkin disebabkan oleh infeksi intrauterine berupa meningoensefalitis virus atau bakteri, anoksia, dan perdarahan intracranial akibat cedera perinatal. 3. Ventrikel IV Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel lateralis, dan ventrikel III dan akuduktus serebri. 4. Foramen mediana magendie dan foramina lateralis luschka

15

Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada kedua ventrikel lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV. Keadaan ini dikenal sebagai sindrom Dandy Walker. 5. Ruang sub arakhnoid di sekitar medulla-oblongata, pons, dan

mesensefalon. Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh sistem ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat mesensefalon maka pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika obstruksi terjadi di tempat lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan LCS di sekitar batang otak akan menekan ventrikel otak dari luar.

VI.

GEJALA KLINIS HIDROSEFALUS Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang

disusul oleh gangguan neurologis akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.12 Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala fronto-oksipital yang semakin membesar, suturan yang meregang dengan fontanel cembung dan tegang. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol.12 Kelainan neurologis berupa mata yang selalu mengarah kebawah (fenomena matahari terbenam), gangguan perkembangan motorik, dan gangguan penglihatan akibat atrofi atau hipotrofi saraf penglihatan.12

16

Bila proses penimbunan cairan serebrospinal dibiarkan terus berlangsung pada bayi, akan terjadi penipisan korteks serebrum yang permanen walaupun kemudian hidrosefalusnya dapat teratasi.12

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSIS Disamping dari pemeriksaan fisik, gambaran klinik yang samar-samar

maupun yang khas, kepastian diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan dengan menggunakan alat-alat radiologik yang canggih. Pada neonatus, USG cukup bermanfaat untuk anak yang lebih besar, umumnya diperlukan CT scanning. CT scan dan MRI dapat memastikan diagnosis hidrosefalus dalam waktu yang relatif singkat. CT scan merupakan cara yang aman dan dapat diandalkan untuk membedakan hidrosefalus dari penyakit lain yang juga menyebabkan pembesaran kepala abnormal, serta untuk identifikasi tempat obstruksi aliran CSS.5 Pada foto rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis, dan sutura melebar, sedangkan pada gambar CT-Scan kepala terlihat jelas dilatasi seluruh sistem ventrikel otak.12

17

Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi ventrikel melalui fontanel mayor, dapat menunjukkan tanda peradangan, dan adanya perdarahan baru atau lama. Pungsi juga dilakukan untuk menentukan tekanan ventrikel.12 Ultrasonografi kepala juga dilakukan melalui fontanel yang tetap terbuka lebar sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran ventrikel, atau perdarahan dalam ventrikel.12 Pengukuran lingkar kepala fronto-oksipital yang teratur pada bayi merupakan tindakan terpenting untuk menentukan diagnosis dini.12 Tabel 1. Ukuran rata-rata lingkar kepala.12 Lahir Umur 3 bulan Umur 6 bulan Umur 9 bulan Umur 12 bulan Umur 18 bulan 35 cm 41 cm 44 cm 46 cm 47 cm 48.5 cm

VIII. PENATALAKSANAAN HIDROSEFALUS Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu 5: a) Mengurangi produksi CSS. b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi. c) Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial. Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi : 1. Penanganan Sementara18

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya. 2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting) Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.13 3. Operasi Pemasangan Pintas (Shunting) Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.14 4. Operasi pemasangan External Ventricular Drainage (EVD) External Ventricular Drainage (EVD) adalah sebuah alat yang digunakan dalam bedah saraf dengan tujuan untuk mengembalikan tekanan intrakanial yang meningkat dan hidrosefalus yang terjadi akibat hambatan aliran cairan serebrospinal. EVD dipasang sebagai terapi sementara pada hidrosefalus. Terdapat 10 tube yang bisa dipasang oleh ahli bedah saraf dan dirawat oleh

19

perawat Intesive Care Unit (ICU) untuk menyalurkan cairan dari sistem ventrikel otak, sehingga terjadi dekompresi, yang secara terus-menerus dikontrol perkembangannya.15

Cairan serebrospinal mengalir dari otak melalui EVD dan masuk kedalam kantung penampung. Kantung penampung diposisikan di ranjang pasien atau di tiang infus. Dokter dan perawat mengevaluasi berapa banyak cairan yang mengalir ke dalam kantung penampung. EVD dilengkapi suatu alat yang

20

memungkinkan untuk mengukur tekanan intra cranial seiring dengan mengalirnya cairan dari EVD. Ini memungkinkan bagi dokter dan perawat untuk mengetahui adanya penurunan tekanan. EVD mempunyai rentang waktu penggunaan dan selanjutnya dikeluarkan / dilepas.15

IX.

PROGNOSIS Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan

neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner.14

21

BAB IV DISKUSI KASUS

Pasien By. JK adalah seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan. Pada laporan kasus kali ini pasien didiagnosa menderita hidrosefalus akut et causa hidrosefalus obstruktif intraventricular. Diagnosa ini ditegakkan melalui data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien. Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien menderita kejang saat berumur 1.5 bulan. Kejang berlangsung hanya sekali dan sangat singkat, namun sampai membuat badan pasien berubah menjadi kebiruan. Selain itu kepala pasien juga dirasakan membesar dan menjadi lembek. Pasien mempunyai riwayat lahir dengan umur kehamilan 32 minggu, lahir normal dengan berat lahir 1900, namun tidak langsung menangis dan berwarna kebiruan. Keluarga menyangkal adanya demam pada pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa, dan sanitasi lingkungan serta gizi pasien terpelihara dengan baik. Tidak terdapat perubahan kepribadian pasien setelah kejang. Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan tanda adanya hidrosefalus yaitu kepala yang membesar (bentuk brakhisefalik) dengan lingkar kepala 41 cm disertai dilatasi vena subkutan. Sunset Sign positif yaitu mata pasien yang selalu mengarah kebawah. Pemeriksaan rangsang meningeal pada pasien ini negatif, yaitu tidak dijumpainya kaku kuduk.

22

Pada pemeriksaan thorax tidak didapatkan adanya kelainan. Suara nafas vesikular tanpa disertai adanya rhonki dan wheezing. Suara jantung tunggal dan tidak ditemukan adanya bising. Pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya kelainan. Abdomen tampak cembung dengan bising usus positif. Tidak ditemukan adanya defans musculair. Pada pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan adanya kelainan. Tidak dijumpai edem dan akral hangat positif. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan kadar hemoglobin yang rendah yaitu 9.9 g/dl. Jumlah leukosit 9.9 ribu/ul. Jumlah eritrosit 3.32 juta/ul. Selain itu terjadi penurunan hematokrit pasien yaitu hanya 29 vol%. Pada pemeriksaan penunjang CT-Scan kepala didapatkan keterangan sebagai berikut : 1. Tanggal 22 Juni 2011 Hasil bacaan adalah Meningitis dengan abses intraventrikel 2. Tanggal 9 Juli 2011 Hasil bacaan adalah Hidrosefalus obstruktif, susp et causa obstruksi aquaductus Sylvii 3. Tanggal 25 Juli 2011 Hasil bacaan adalah Mulitiple cerebral abscess + periventricullitis + subdural hygroma (left fronto-parietal) + obstructive hidrosefalus dengan peningkatan ICP.

23

Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila sirkulasi Liquor Cerebro Spinalis (LCS) terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus Sylvius. Stenosis akuaduktus Sylvius pada bayi dan anak yang berumur kurang dari dua tahun, mungkin disebabkan oleh infeksi intrauterine berupa meningoensefalitis virus atau bakteri, anoksia, dan perdarahan intracranial akibat cedera perinatal. Infeksi dapat menyebabkan inflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel IV.8.9.10.11 Pasien ini mendapat terapi D5 NS 20 tpm sebagai asupan cairan. Selain itu juga mendapat antibiotik spektrum luas ceftriaxone 2x200 mg/ hari yang selanjutnya diganti oleh ceftazidine dengan dosis 100mg/KgBB/hari (mulai tanggal 30/6/2011) kemudian diganti lagi oleh cefotaxim dengan dosis 2x250 mg/hari (mulai tanggal 3/7/2011) dan akhirnya dirubah menjadi meropenem dengan dosis 3x250 mg/hari. Antibiotik ini diberikan untuk menekan infeksi yang terjadi di sistem ventricular otak pasien. Metronidazole juga diberikan sebagai anti bakteri, trikomonas dan protozoa dengan dosis 3x 75 mg/ hari. Dumin Supp mengandung parasetamol dan diberikan pada pasien dengan dosis 1x1/2 supp dengan tujuan untuk mengurangi demam. Dumin diberikan hanya bila perlu (K/P). Sanmol drop dengan dosis 0.5 cc/hari juga diberikan sebagai antipiretik pada pasien. Xanthone diberikan sebagai anti inflamasi, anti mikroba serta anti oksidan dengan dosis 4x5 cc/ hari .

24

Pada pasien ini dilakukan operasi pemasangan External Ventricular Drainage (EVD) sebanyak 3 kali. External Ventricular Drainage (EVD) adalah sebuah alat yang digunakan dalam bedah saraf dengan tujuan untuk mengembalikan tekanan intrakanial yang meningkat dan hidrosefalus yang terjadi akibat hambatan aliran cairan serebrospinal. EVD dipasang sebagai terapi sementara pada hidrosefalus.

25

BAB V PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus hidrosefalus akut et causa hidrosefalus obstruktif intraventricular pada seorang bayi laki-laki berumur 3 bulan. Dari anamnesis didapatkan keluhan utama yaitu bayi mengalami kejang saat berumur 1.5 bulan namun tanpa disertai demam. Ibu pasien juga merasakan kepala pasien menjadi besar dan lunak. Tidak ada riwayat penyakit lain pada pasien sebelumnya. Pasien lahir prematur dengan berat badan lahir rendah dan asfiksia. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran kepala tanpa disertai tanda rangsang meningeal. Pada pemeriksaan CT-Scan kepala didapatkan gambaran hidrosefalus berupa pelebaran sistem ventrikel suspek stenosis akuaduktus Sylvi yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi intraventrikel. Selama perawatan penderita mendapatkan terapi berupa pemasangan External Ventricular Drainage (EVD), terapi cairan parenteral, pemberian antibiotik spektrum luas ( ceftriaxonceftazidine- cefotaxim- meropenem ), metronidazole, dumin supp, sanmol, dan xanthone.

26