Vektor a Individu

17
I. Pengertian Vektor dan Binatang Pengganggu Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatn masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas. Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatn manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu menyerang, ataupunmenularkan penyakit terhadap manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah semua usaha yang dilakukan untuk melenyapkan atau menurunkan populasi vektor dan binatang pengganggu II. Vektor dan Binatang Pengganggu 2.1. Jenis-jenis Vektor. Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesarjumlahnya karena hampir meliputi ± 75% dari seluruh jumlah binatang. Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas : 1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang 2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu Page | 1

description

D-IV tk.1 semester 2

Transcript of Vektor a Individu

Page 1: Vektor a Individu

I. Pengertian Vektor dan Binatang Pengganggu

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatn masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.

Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatn manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes.

Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu menyerang, ataupunmenularkan penyakit terhadap manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah semua usaha yang dilakukan untuk melenyapkan atau menurunkan populasi vektor dan binatang pengganggu

II. Vektor dan Binatang Pengganggu

2.1. Jenis-jenis Vektor.

Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesarjumlahnya karena hampir meliputi ± 75% dari seluruh jumlah binatang.

Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah :

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat- Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria- Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah- Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur- Lalat kuda sebagai vektor penyakit Anthrax

b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal- Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes

c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala- Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.

Page | 1

Page 2: Vektor a Individu

Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagaibinatang pengganggu antara lain :

- Ordo hemiptera, contoh kutu busuk- Ordo isoptera, contoh rayap- Ordo orthoptera, contoh belalang- Ordo coleoptera, contoh kecoak

Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat sebagai sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Tikus besar (Rat)Contoh :

- Rattus norvigicus (tikus riol )- Rattus-rattus diardiil (tikus atap)- Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)

2. Tikus kecil (mice)Contoh :

- Mussculus (tikus rumah)

III. Pengertian Pengendalian

Pengendalian adalah semua usaha yang di lakukan untuk menurunkan /menekan populasi atau densitas vector dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan oleh vector atau gangguan-gangguan yang di akibatkan oleh vector.

IV. Malaria

4.1. Cara Penularan Penyakit Malaria

Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:

1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles.

2. Penularan yang tidak alamiah. a. Malaria bawaan (congenital).

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.

b. Secara mekanik.

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).

c. Secara oral (Melalui Mulut).

Page | 2

Page 3: Vektor a Individu

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh Penyakit Malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang manusia Infeksi malaria pada waktu yang lalu sengaja dilakukan untuk mengobati penderita neurosifilis yaitu penderita sifilis yang sudah mengalami kelainan pada susunan sarafnya cara ini sekarang tidak pernah lagi dilakukan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.

4.2. Penyebaran Malaria

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.

Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di daerah endemisitas. Khususnya di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -30 hari tergantung pada species parasit, paling pendek pada plasmodium Falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita.

Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi. Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium maJariae setelah 40 hari lebih.

Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah sebagai berikut :

• Plasmodium Falciparum 12 hari. • Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13 -17 hari. • Plasmodium maJariae 28 -30 hari.

Beberapa strain dari Plasmodium vivax mempunyai masa inkubasi yang jauh lebih panjang yakni sampai 9 bulan. Strain ini terutama dijumpai didaerah Utara dan Rusia nama yang diusulkan untuk strain ini adalah plasmodium vivax hibernans.

Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya.

Page | 3

Page 4: Vektor a Individu

Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat.

Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.

Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.

4.3. Gejala Klinis

Adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :

Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. Nafsu makan menurun. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium

Falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol

adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.

Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (cold stage). 2. Stadium demam (Hot stage). 3. Stadium berkeringat (sweating stage).

Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit malaria.

4.4. Vektor malaria di Indonesia

Indonesia merupakan daerah yang sangat luas yang terdiri dari pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke. Vektor penyakit malaria di Indonesia melalui nyamuk anopheles. Anopheles dapat disebut vektor malaria disuatu daerah, apabila species anopheles tersebut di daerah yang bersangkutan telah pernah terbukti positif mengandung sporosoit didalam kelenjar ludahnya.

Disuatu daerah tertentu apabila terdapat vektor malaria dari salah satu species nyamuk anopheles, belum tentu di daerah lain juga mampu menularkan penyakit malaria.

Page | 4

Page 5: Vektor a Individu

Nyamuk anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila memenuhi suatu persyaratan tertentu diantaranya seperti yang di sebutkan dibawah ini.

1. Kontaknya dengan manusia cukup besar. 2. Merupakan species yang selalu dominan. 3. Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga memungkinkan

perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga menjadi sporosoit 4. Ditempat lain terbukti sebagai vektor

Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya. 1. An. Aconitus. 2. An. Sundaicus. 3. An. Maculatus. 4. An. Barbirostris.

V. Demam Berdarah Dengue

5.1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.

5.2. Vektor Penular

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan

5.3. Mekanisme Penularan

Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.12 Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius. 5 Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.

Page | 5

Page 6: Vektor a Individu

Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.13 Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.13 Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue.12 Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.

VI. Chikungunya

6.1. Definisi

Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).

6.2. Pencegahan

Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada pengobatan spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat dititikberatkan. Upaya ini lebih menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk penular dengan cara membasmi jentik nyamuk. Individu yang menderita demam chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah penularannya ke orang lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan menggunakan obat nyamuk dan repelan tetapi pencegahan yang sebaiknya berupa pemberantasan sarang nyamuk penular. Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan pada seluruh kawasan perumahan bukan hanya pada beberapa rumah sahaja. Untuk itu perlu diterapkan pendekatan terpadu pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan (Depkes RI, 2003).

VII. Japanese enchepalitis

7.1. Pengertian

Penyakit Japanese Encephalitis adalah penyakit infeksi yang menyerang susunan syaraf pusat (otak), mengakibatkan radang otak mendadak yang disebabkan oleh virus.

7.2. Penyebab

Penyebab Penyakit Japanese Encephalitis adalah viruis yang disebut virus Japanese Encephalitis (JE).

Page | 6

Page 7: Vektor a Individu

7.3. Cara Penularan

Manusia tertular Penyakit Japanese Encephalitis melalui gigitan nyamuk Culex sp. Yang mengandung virus Japanese Encephalitis, berasal dari hewan babi yang mengandung virus Japanese Encephalitis. Nyamuk penular Penyakit Japanese Encephalitis biasanya menggigit pada malam hari.

7.4. Masa Tunas atau Masa Inkubasi

Masa tunas atau masa inkubasi (masa dari masuknya bibit penyakit sampai munculnya gejala penyakit) Penyakit Japanese Encephalitis rata-rata 4 hari sampai 14 hari.Baca Selengkapnya..

7.5. Tanda-tanda Penyakit

• Tahap Awal (1 – 3 hari)- panas mendadak- sakit kepala yang berat- mual dan muntah

• Tahap Lanjut (4 – 7 hari)- panas tinggi- kaku leher- kekakuan otot- gemetaran- gangguan keseimbangan- kejang-kejang- kesadaran menurun mulai dari gelisah sampai koma atau tidak sadar.

• Tahap Akhir- gangguan mental- emosi tidak stabil- perubahan kepribadian- lambat berbicara- lumpuh pada sebagian tubuh

VIII. Filariasis

FILARIASIS atau penyakit kaki gajah merupakan salah satu jenis penyakit menular berbahaya dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Meskipun tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi dapat menimbulkan serangan akut. Akibat leb ih lanjut yang ditimbulkan-penyakit ini dapat mengakibatkan filariasis.

Penyebab penyakit filariasis ini adalah cacing gelang (nematoda) yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia timori, Brugia malayi di dalam darahnya. Penyebaran filarias disebabkan oleh gigitan nyamuk Culex pipiens, Culex fatigans, Culex quequfasciatus dan beberapa spesies nyamuk Anopheles. Berkurangnya kemampuan kerja. Filariasis ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria pada kelenjar/saluran getah bening, menimbulkan gejala Diagnosa kl inis dari filariasis ini ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis akut atau kronis, ditunjang basil positif laboratorium yaitu dengan mikrifilaria dalam darah. Gejala akut menandakan adanya demam yang timbul secara berulang setiap klinik akut berupa demam berulang, peradangan. Kelenjar / saluran, getah bening, edema dan gejala

Page | 7

Page 8: Vektor a Individu

klinik kronis berupa elephantiasis, hidrokel. Terjadinya elephantiasis tungkai (kaki gajab) adalah tanda klinik yang paling jelas terlihat di tcngah masyarakat, dan dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menetukan adanya penularan 1-2 bulan sekali, selama 3-5 hari, dernam terjadi setelah pekerjaan fisik yang agak berat, tidak jarang timbul abses pada kelenjar dan saluran limfe.

Kemudian akan memecah dan menjadi ultus berlangsung beberapa minggu, pembengkakan di pelipatan paha/kctiak terasa nycri, pembekakan payudara/buah pelir. Untuk filariasis menahun/kronis, kemungkinan sudah adanya pembendungan cairan oleh c:acing maria pada bagian tuhuh tcrtentu. Dari sini, kemudian tcrlihal membesar/membcngkak. Contohnya pada kaki, lengan membengkak, cacat tubuh lainnya scperti pcmbesaran buah pelir (hidrokel) dan payudara. Gejala menahun tejadi perlabanlahan, setelah gejala akut berlangsung agak lama lebih dari 2-3 tahun, yang menyebabkan penderitaan fisik.

Mekanisme peoularan Seseorang mendapatkan penularan filariasis bila digigit oleh vektor nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Mekanisme penyebarannya. Nyamuk yang menghisap darah orang yang mengandung microfilaria. Caranya, microfilaria yang terhisap bersama darah menembus dinding perut nyamuk, tinggal di otot-otot dada. Kemudian berkembang menjadi larva yang selanjutnya pindah ke proboscis. Pada saat nyamuk menghisap darah orang, larva ini masuk ke dalam darah orang tersebut. Tempat potensial bagi penularan filariasis dapat teljadi di daerahdaerah endemis filariasis. Ia akan mcmbentuk kantong filariasis di tengab masyarakat dan mcrupakan satu kesatuan ekologis tau epidemiologis yang khas bagi penyebaran filariasi. Kantong filariasis ini biasanya terdiri dari dataran rendah yang berawa dan di kelilingi hutan belukar. Pada umumnya terdapat di wilayah pedesaan di luar pulau Jawa-Bali yang keadaan ekonominya buruk dan didukung pula sanitasi yang buruk.

IX. Scrub typhus

9.1. Identifikasi

Penyakit yang disebabkan oleh rickettsia yang ditandai dengan munculnya ulcus primerpada kulit dengan bentuk “punched out” pada bagian kulit yang digigit oleh larva ngengatyang terinfeksi. Beberapa hari kemudian muncul demam, sakit kepala, keringatberlebihan, injeksi konjungtiva, limfadenopati. Seminggu setelah demam berlangsungmuncul erupsi pada kulit yang berbentuk makulopapuler berwarna merah gelap padabagian tubuh, menyebar ke tungkai dan menghilang dalam beberapa hari. Sering disertaidengan batuk dan pada pemeriksaan radiologis pada paru ditemukan pneumonitis. Tanpadilakukan pengobatan dengan antibiotika yang tepat demam hilang pada hari ke 14.568 CFR penderita yang tidak mendapat pengobatan berkisar antara 1 – 60%, tergantungdimana orang itu terkena, jenis rickettsia yang menginfeksi dan tergantung pula padariwayat orang tersebut terhadap infeksi sebelumnya. Namun CFR selalu lebih tinggi padausia yang lebih tua.

9.2. Penyebab penyakit

Orientia tsutsugamushi yang secara serologis ditemukan ada banyakstrain yang berbeda.

9.3. Distribusi penyakit

Page | 8

Page 9: Vektor a Individu

Penyakit ini tersebar di Asia bagian Tengah, Timur dan Tenggara. Kemudian ditemukan tersebar mulai dari Siberia tenggara, Jepang bagian utara sampai pada kewilayah bagian utara Australia dan Vanuatu, palestina bagin barat, lereng Himalaya sampai ketinggian 10.000 kaki dan banyak ditemukan terutama di Thailand bagian utara. Biasanya manusia mendapatkan infeksi dari tempat yang ukurannya relatif sangat kecil bahkan dalam ukuran meter persegi dimana ditempat tersebut rickettsia, vektor dan rodentia hidup berkoeksistensi dengan baik. Tempat yang terbatas tersebut dinamakan “typhus islands”. Distribusi penyakit menurut jender sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan. Orang dewasa yang bekerja pada daerah endemis tifus scrub dan didaerah yang densitas populasi ngengatnya tinggi kemungkinan tertular sangat besar. Misalnya mereka yang bekerja pada pembukaan lahn dihutan, daerah padang pasir yang diirigasi. KLB tifus dapat terjadi apabila mereka yang rentan masuk kedaerah endemis, terutama pada waktu dilakukan operasi militer, 20 – 50% dari mereka akan terinfeksi dalam beberpa minggu atau dalam beberapa bulan.

9.4. Reservoir

Yang menjadi reservoir adalah stadium larva dari ngengat jenis Leptotrombidium abamushi, L. Deliensis dan species jenis lain tergantung wilayahnya. Species tersebut yang paling umum diketahui sebagai vektor trhadap manusia. Siklus penularan pada ngengat berlangsung melalui rute transovarian.

9.5. Cara penularan

Melalui gigitan larva dari ngengat yang terinfeksi stadium nimfe danngengat dewasa tidak hidup dari hospes vertebrata.

9.6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi bisanya berlangsung 10 – 12 hari; bervariasi antara 6 – 21hari.

9.7. Masa penularan

Tifus scrub tidak ditularkan dari orang ke orang

X. Yellow fever

10.1 . Definisi

Demam Kuning merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus Yellow Fever.

X.2. Gejala Klinis

Demam, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot, mual, muntah, perdarahan, badan menjadi kuning, gangguan fungsi hati, ginjal, jantung, otak, pencernaan, gangguan kesadaran. Angka kematian sampai 80 %

X.3. Cara Penularan

Page | 9

Page 10: Vektor a Individu

Vektor utama dari penyakit Yellow Fever adalah nyamuk Aedes aegypty. Masa Inkubasi : 3 sampai 6 hari Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan yang spesifik. Terapi ditujukan langsung untuk mengoreksi cairan dan mempertahankan stabilitas hemodinamik

XI. Plaque/PES

Tinjauan tentang Penyakit Pes

Pes atau yang juga dikenal dengan nama Pesteurellosis atau Yersiniosis/Plague merupakan penyakit Zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan infeksi pada hewan pengerat liar yang ditularkan dari satu hewan pengerat ke hewan lain dan kadang-kadang dari hewan pengerat ke manusia karena gigitan pinjal. Vektor dari penyakit pes ini adalah pinjal. Ada 4 jenis pinjal di Indonesia yaitu Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Penyebab penyakit pes ini adalah hama penyakit basil pes yang disebut juga Pasteurella pestis. Basil ini ditemukan oleh Kitasato dan Yersin di Hongkong pada tahun 1894. Setelah hasil itu (basil) diberi warna menurut Loefler terlihat, bahwa pewarnan pada kedua ujungnya adalah lebih tebal, dan basil itu disebut berkutub dua atau bipolar. Besarnya lebih kurang 2 mikron. Basil pes ini dapat dibunuh oleh sinar matahari. Larutan karbol 1% sublimate 1% dan susu kapur dapat membunuh basil ini dalam beberapa menit. Bila di atas tanah, basil ini akan mati selama 24 jam.

Mekanisme Penularan Penyakit Pes Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.

Page | 10

Page 11: Vektor a Individu

DAFTAR PUSTAKA

Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu, APKTS Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta

Depkes RI. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman, Jakarta 1995.

Gilles. H.M. Management of Severe and Complicated Malaria. WHO Geneva 1991.

Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberantasan vektor malaria, sanitas. Puslitbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Sutawanir. D., Metode Survei Sampel. Penerbit Karunika, UT, Jakarta 1986.

The Clinical Management of Acute Malaria, WHO Regional Publications, South -East Asia Series No. 9. 1986.

https://penyakitdalam.wordpress.com/category/manual-pemberantasan-penyakit-menular/tifus-scrub/ (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

http://uptlabdinkeslamongan.blogspot.com/2010/05/penyakit-je.html (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

http://www.kerjanya.net/faq/3873-pes.html (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

http://lenkabelajar.blogspot.com/2012/09/penyakit-pes.html (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

https://yuesuf.wordpress.com/2013/04/16/makalah-penyakit-malaria/ (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

http://www.diskes.baliprov.go.id/id/PENYAKIT-DEMAM-CHIKUNGUNYA (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23166/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

http://www.scribd.com/doc/109042246/Laporan-Praktik-Pengendalian-Vektor#scribd (diakses pada tanggal 8 maret 2015)

Page | 11