VAT menurut Ahli Hukum, Ekonom, Akuntan.doc
description
Transcript of VAT menurut Ahli Hukum, Ekonom, Akuntan.doc
VAT DALAM PERSEPSI AHLI HUKUM, EKONOM, DAN AKUNTAN
Oleh Sijbren Cnossen
Pendahuluan
VAT (value added tax) merupakan bentuk pajak konsumsi yang diterapkan oleh
150 negara. Kecuali USA, negara lainnya yang merupakan anggota OECD (Organisation
for Economic Cooperation and Development) telah menerapkan VAT, termasuk juga
partner USA dalam NAFTA (North American Free Trade Agreement) yaitu Canada dan
Meksiko.
Negara-negara Uni Eropa, yang terdiri atas 27 negara, wajib mengadopsi VAT
sebagai prasayrat keanggotaan Uni Eropa, sebab VAT diterapkan pada barang impor,
setara dengan barang dan jasa yang diproduksi bagi kebutuhan dalam negeri (domestik),
sedangkan barang ekspor dibebaskan dari VAT.
Ketegasan Ahli Hukum
Ahli hukum (lawyers) menekankan bahwa VAT merupakan pajak atas transaksi –
penjualan dan pembelian – yang dilakukan/dibuat oleh pelaku usaha terdaftar (registered
business). Hal ini memerlukan definisi yang jelas mengenai siapa yang seharusnya
dikenakan pajak (who), atas dasar apa (what), dan bagaimana akan dikenakan (how).
Pada dasarnya, aturan yang tidak ambigu merupakan hal yang esensial jika VAT ingin
diterapkan secara efektif.
Menurut ahli hukum, orang yang dapat dikenakan/mengenakan VAT (taxable
persons), harus terdaftar/mendaftarkan (apply for registration), dan bertanggung jawab
atas seluruh jumlah penerimaan atau piutang atas penyediaan (supply) barang dan jasa
yang dilakukan dalam rangka bisnis, perdagangan, atau aktivitas serupa.
Orang (persons), secara alami (natural) atau hukum (legal), dipertimbangkan
sebagai orang yang dapat dikenakan VAT hanya jika penyediaan barang dan jasa tersebut
1
dilakukan secara independen. ini mencakup “pegawai” dan “agen” yang bertindak untuk
dan atas nama prinsipal yang termasuk dalam kategori taxable persons tersebut.
Hanya taxable persons yang dapat menerbitkan faktur VAT, dan harus membuat
catatan mengenai aktivitas ekonomis mereka, yang akan digunakan sebagai dasar untuk
memverifikasi apakah kewajiban mereka telah terpenuhi.
VAT dikenakan atas “penyerahan (supply) barang dan jasa”, yang berarti
mencakup seluruh aktivitas ekonomi kecuali yang disebutkan secara spesifik tidak
termasuk. “Penyerahan barang” didefinisikan sebagai “perpindahan hak atas barang
berwujud - sebagai pemilik” sebagai suatu konsep hukum perdata. Umumnya barang
berwujud mencakup listrik, gas, pemanas ruangan, pendingin ruangan, dan semacamnya.
Sedangkan “penyerahan jasa”, yang berwujud atau pun tidak berwujud, didefinisikan
sebagai “tiap transaksi yang tidak termasuk dalam pengertian penyediaan barang”. Agar
dapat dikenakan pajakm penyediaan tersebut harus mempertimbangkan “nilai penyerahan
yang dapat dikenakan pajak” (taxable value), yang mencakup seluruh bentuk pembayaran
yang diterima dari penyedia barang dan jasa, dalam bentuk kas atau sejenisnya, kapan
pun dan bagaimana pun cara pembayarannya, tanpa memperhatikan siapa pun yang
membayarnya.
Hadiah atau pemberian (gifts) tidak dikenakan pajak, namun penggunaan jasa
oleh non-bisnis, misalnya konsumsi oleh pegawai, dapat dikenakan pajak jika tersedia
cuma-cuma atau tidak dikenakan biaya (free of charge).
Pandangan Ekonom
Ekonom berargumen bahwa VAT merupakan pajak atas pendapatan
pekerja/pegawai (labour income), dan merupakan komponen dari aliran kas dari capital
income. Tidak seperti Pajak Penghasilan (income tax), VAT tidak termasuk dalam normal
atau hurdle tingkat pengembalian modal (rate of return on capital). Konsekuensinya,
pada margin tersebut, tidak mengganggu/tercampur (interfere) dengan investasi.
Ekonom menganalisis sifat pajak konsumsi dalam persamaan sederhana antara
“sumber daya” (upah dan capital income) dan “penggunaan penghasilan” (konsumsi dan
tabungan) dalam suatu anggaran rumah tangga atau akun anggaran nasional.
2
Y = W + R + C + S
atau
C = Y – S = W + R - I
Y = total penghasilan (total income)
W = penghasilan pegawai (labour income)
R = capital income
S = tabungan (saving)
C = konsumsi (consumption)
R = jumlah yang bebas risiko (risk free) atau pengembalian normal atas modal (normal
return on capital).
W + R – I merepresentasikan “nilai tambah”.
Presisi Akuntan
Menurut akuntan, pajak konsumsi dapat lebih dipahami melalui kerumitan menghitung
keuntungan dan kerugian (profit & loss) dalam penentuan berbagai basis pajak dan
kewajiban (liabilities).
Perhitungan keuntungan dan kerugian merupakan hal utama yang dilaporkan dalam
ringkasan aktivitas bisnis.
Bisnis menjual barang dan jasa yang diproduksi - dengan menambahkan nilai jasa
pegawai mereka serta modal – kepada pembeli atau pengguna jasa.
Meski perhitungan keuntungan dan kerugian serta VAT mencatat transaksi dalam basis
akrual, VAT juga menggunakan akuntansi berbasis kas. Maka, tidak perlu dibuat jurnal
koreksi atas perubahan dalam nilai persediaan. Akuntansi berbasis kas mengimplikasikan
bahhwa pajak atas pembelian mesin dikreditkan segera, berlawanan dengan VAT atas
penjualan.
3
Perlu dicatat bahwa VAT tidak masuk dalam perhitungan keuntungan dan kerugian. VAT
bukanlah biaya bagi bisnis. Namun, VAT akan masuk dalam nilai pembelian. VAT
mungkin akan nampak dalam Neraca sebagai akun Hutang atau Piutang.
4