Varikokel
-
Upload
ira-septiana -
Category
Documents
-
view
256 -
download
4
description
Transcript of Varikokel
BAB ITINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITANama : Tn. EA
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Gading Karya V/3, Surabaya
Pekerjaan : Pelajar / siswa
Pangkat : Anak dari Sersan mayor
Tanggal MRS : 27 Mei 2014 (pukul 17:06 WIB)
Tanggal Pemeriksaan : 28 Mei 2014
II. ANAMNESA1. Keluhan Utama :
Benjolan di atas testis sebelah kiri
2. Keluhan Tambahan : Terasa nyeri pada testis sebelah kiri
3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli bedah urologi dengan keluhan muncul benjolan
di atas testis sebelah kiri sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan tersebut
teraba seperti umbaian cacing. Saat pasien tidak melakukan aktivftas
berat dan saat berbaring benjolan tersebut tetap teraba. Benjolan
dirasakan semakin membesar dan teraba saat beraktifitas misal
angkat-angkat berat dan latihan.
Pasien juga merasakan nyeri sejak 6 bulan lalu di daerah benjolan
tersebut dan keluhan nyeri bertambah saat beraktifitas misalnya angkat
– angkat berat dan latihan. Nyeri terasa memberat sejak 2 bulan yang
lalu.
1
Pasien mengaku kedua testisnya tidak membesar. Sebelumnya tidak
demam, batuk dan pilek (-), BAB baik, BAK baik, nyeri kencing (-),
batuk lama (-), pasien mengaku sering angkat-angkat barang berat dan
sejak tahun 2011.
Sebelumnya 1 bulan yang lalu, pasien melakukan pemeriksaan
kesehatan di URIKES untuk tes masuk ABRI dan diberitahu bahwa
terdapat varikokel pada testis kiri dan disarankan ke poli urology di
RSAL untuk dioperasi.
a Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma pada testis disangkal
- Riwayat hernia inguinalis disangkal
- Riwayat operasi disangkal
b Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien memiliki keluhan yang sama
c Riwayat Sosial
Pasien belum menikah. Pekerjaan pelajar.
III.PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 28 Mei 2014)Kesadaran : Compos Mentis, GCS 4-5-6
Vital Sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit, regular.
Suhu : 36,4 oC (axilla)
RR : 24x/menit
Status Gizi : Berat badan : 64 kg
Tinggi badan : 176 cm
A. Status Generalis Kepala : Exopthalmus (-)
Conjungtiva anemis ( -/- )
2
Sclera icteric ( -/- )
Kelainan Kongenital ( - )
Jejas ( - )
Leher : Massa ( - )
Deviasi trakea ( - )
Pembesaran KGB ( - )
Struma ( - )
Thoraks :
Inspeksi :
Bentuk thoraks : Normochest
Pergerakan Napas : Simetris
Masa Abnormal : (-)
Jejas : (-)
Palpasi :
Pergerakan Napas : Simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi :
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
Suara nafas tambahan (-)
Cor :
S1S2 Tunggal, Reguler
Suara Tambahan (-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung simetris
Kelainan kulit ( - )
Tumor ( - )
Jejas ( - )
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
3
Palpasi : Hepar, lien dan ren tidak teraba
Nyeri tekan ( - )
Teraba massa ( - )
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat + +
+ +
Oedema - -
- -
B. Status Urologis Ginjal (dengan bimanual palpasi) :
Flank pain (-/-)
Flank Mass (-/-)
Nyeri ketok Costo Vertebral Angle (-/-)
Vesica Urinaria :
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : Tidak teraba massa
Genitalia eksterna :
Penis
Sirkumsisi : (+)
Kelainan kongenital : (-)
Tanda radang : (-)
Uretra
Tanda radang : (-)
Kateter : (-)
Scrotum
Tanda radang : (-/-)
Pembesaran : (-/-)
Testis : (+/+)
4
Testis kanan dalam batas normal
Testis kiri :
Pembesaran testis (-)
Posisi berdiri :
I : tampak pelebaran pleksus pampiniformis, hiperemi (-),
warna seperti kulit
P: teraba pelebaran pleksus pampiniformis
Manuver valsava :
P : Teraba pelebaran pleksus pampiniformis, berkelok
kelok, konsistensi lunak, batas tegas, permukaan
halus, nyeri tekan (-), mobile terhadap permukaan
maupun dasar
Posisi berbaring :
I: tampak pelebaran pleksus pampiniformis, hiperemi (-),
warna seperti kulit
P : teraba pelebaran pleksus pampiniformis
Transluminasi : (-/-)
5
Tampak pelebaran pleksus pampiniformis
IV. Hasil Pemeriksaan PenunjangLaboratorium (22 Mei 2014)DL : Leukosit 5.100/mm3
Eritrosit 5.42x106/uL
Hemoglobin 15.1 g/dl
Hematocrit 48,5%
Trombosit 293.000/mm3
FH : Masa perdarahan 3’30’’
Masa pembekuan 12’00”
V. ResumeAnamnesa:
Laki – laki, umur 18 tahun, status belum menikah.
Benjolan di atas testis sebelah kiri, sejak 2 tahun yang lalu, terlihat
dan teraba saat tidak melakukan aktivitas berat.
Kemeng pada testis sebelah kiri terutama saat beraktivitas, sejak 6
bulan lalu dan terasa memberat sejak 2 bulan lalu.
Pemeriksaan fisik :
Status urologis : Kesan varikokel scrotalis sinistra grade 3
VI. DiagnosisVaricocele scrotalis sinistra grade 3
VII. Planning Planning edukasi
1. Memberi tahu pasien tentang penyakitnya
2. Memberitahu pasien tentang pilihan terapinya : bahwa pilihan
terapi adalah operasi
6
Planning terapi Pro operasi :
1. Informed consent
2. Memberi tahu pasien supaya puasa untuk persiapan
operasi
3. IVFD RL maintenence 500cc/24 jam
4. Inj. Profilaksis ceftriaxon 2 gram (skin test)
5. Puasa 8 jam
Operasi
Vasoligasi tinggi Vena Spermatika Interna dengan metode
Palomo
Pasca operasiMedikamentosa
Inf D5:RL 1:2
Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
Inj. Ketorolac 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Planning monitoring
Keluhan pasien
Vital sign
Kontrol 3 hari post op (untuk luka bekas operasi dan
pemeriksaan testis)
Operasi (28 Mei 2014):- Laporan operasi
1. Informed consent
2. Pasien posisi supine
3. Desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin,
dipersempit dengan duk steril
7
4. Insisi 2 jari medial SIAS sinistra ke arah pusat sepanjang 3
cm
5. Buka lapis demi lapis sampai dengan aponeurosis muskulus
obliqus externus
6. Split otot m.obliqus internus, tranversus abdominalis
7. Sisihkan peritoneal fat ke arah medial
8. Temuan operasi : Dilatasi v. Spermatika interna sinistra,
ligasi 2 tempat (kranial dan kaudal) lalu dipotong
9. Tutup lapis demi lapis
10.Operasi selesai
- Jenis tindakan : metode palomo
8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI Testis adalah sepasang organ genital pria berbentuk ovoid yang
terletak didalam skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4x3x2,5
cm. Testis dibungkus oleh kapsul fibrous tebal yang disebut tunika
albuginea, diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri dari lapisan
viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Testis kiri terletak lebih inferior
dibandingkan testis yang kanan. (3,4,5)
Testis terdiri dari ±250 lobuli dan tiap lobulus terdiri dari tubuli seminiferi.
Didalam tubulus seminiferi terdapat sel sertoli dan sel-sel spermatogonia
sedangkan diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel leydig.(3,5)
Gambar 1: Anatomi testis dan skrotum
(diambil dari http://www.mdguidelines.com/varicocele)
Testis mendapat suplai darah dari 3 komponen mayor arteri yaitu:
arteri testikular, arteri kremaster dan arteri vasal. Walaupun kebanyakan
darah arterial pada testis berasal dari arteri testikular, sirkulasi kolateral
testikular yang kaya akan memberikan perfusi yang adekuat pada testis,
walaupun arteri testikular terligasi atau mengalami trauma. Pembuluh
darah yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
pampiniformis, yang menuju ke vena testikular (spermatika interna), vasal
(diferensial), dan kremaster (spermatika eksternal).(1,2,3,4,5)
9
2.2 VARIKOKEL2.2.1 Definisi varikokel
Varikokel adalah dilatasi (pelebaran) abnormal, pemanjangan dan
berkelok – keloknya pleksus pampiniformis, akibat gangguan aliran balik
vena spermatika interna.(1,2,3,4,5,6)
Gambar 2: Varikokel (diambil dari http://www.mdguidelines.com/varicocele )
2.2.2 Prevalensi varikokelPrevalensi varikokel pada populasi pria dewasa antara 10 – 15%,
dengan individu yang infertil antara 21 – 41%. 50% pria dengan varikokel
memiliki kualitas sperma yang lemah, tetapi banyak pria dengan varikokel
juga fertil.(1,2,3,4,5)
2.2.3 Etiologi 2.2.3.1 Penyebab varikokel
Penyebab varikokel masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada
banyak teori yang dianut, seperti: (1,2,3)
1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya
struktur penunjang/atrofi otot kremaster, kelemahan kongenital, proses
degeneratif pleksus pampiniformis.
2. Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava
inferior.
10
3. Turbulensi dari vena supra renalis kedalam juxta vena renalis internus
kiri berlawanan dengan kedalam vena spermatika interna kiri.
4. Tekanan segmen iliaka pada pangkal vena spermatika.
5. Tekanan vena spermatika interna meningkat, letak sudut turun v. renalis
90 derajat.
6. Sekunder: tumor retroperitoneal, trombus vena renalis, hidronefrosis.
2.2.3.2 Penyebab anatomi (varikokel lebih banyak pada sisi sebelah kiri)Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel,
tetapi dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering
dijumpai daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%).(1)
Jika terdapat varikokel di sebalh kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai
adanya : kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena
tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan, atau adanya situs
inversus. (1,5)
Penyebab varikokel paling banyak terjadi di sebalh kiri antara lain:(1,2,3,4,5)
1. Peningkatan Tekanan Vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri
menyebabkan terpelintirnya vena spermatika interna kiri, dilatasi dan
terjadi aliran darah balik, hal ini disebabkan karena:
Darah vena spermatika interna kanan bermuara ke vena cava
inferior dengan sudut oblique (kira – kira 300). Sudut ini,
bersamaan dengan tingginya aliran vena kava inferior
diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada sisi kanan
(Venturi effect). Sedangkan vena spermatika interna kiri menuju
ke arteri renalis kiri (kira – kira 900).
Vena spermatika interna kiri lebih panjang daripada vena
spermatika interna kanan, sehingga memiliki tekanan hidrostatik
yang lebih panjang dengan peningkatan tekanan dan aliran darah
relatif lebih lambat pada posisi vertikal.
11
Vena renalis kiri terjepit di daerah proksimal diantara arteri
mesenterika superior dan aorta (0.7% dari kasus varikokel), dan
distalnya diantara arteri iliaka komunis dan vena (0.5% dari kasus
varikokel). Fenomena nutcracker ini dapat juga menyebabkan
peningkatan tekanan pada sistem vena testikular kiri.
Gambar 3: Vena testis
(diambil dari http://www.mdguidelines.com/varicocele)
2. Anastomosis Vena Kolateral
Studi anatomi menggambarkan terdapat anastomosis sistem
drainase superfisial dan interna, bersamaan dengan kiri-ke-kanan
hubungan vena pada ureter (L3-5), spermatik, skrotal, retropubik,
saphenus, sakral dan pleksus pampiniformis. Vena spermatika kiri
memiliki cabang medial dan lateral pada level L4-penemuan ini penting
dan harus dilakukan untuk menentukan penanganan varikokel.
Prosedur yang dilakukan diatas level L4 memiliki risiko kegagalan lebih
tinggi karena percabangan multipel dari sistem vena spermatika.
12
3. Katup yang Inkompeten
Katup vena spermatika interna kiri lebih sedikit dan inkompeten.
Kondisi ini dikombinasikan dengan efek grafitasi, menimbulkan
gangguan aliran balik vena terhadap pleksus pampiniformis, sehingga
menyebabkan dilatasi dan pemanjangan vena.
Pada tahun 1966, Ahlberg menjelaskan bahwa pembuluh testis
berisi katup yang protektif terhadap varikokel, dan ini merupakan
kekurangan atau ketidakmampuan pada sisi kiri yang menyebabkan
terjadinya varikokel. Untuk mendukung gagasan ini, ia menemukan
tidak adanya/hilangnya katup pada 40% postmortem vena spermatika
kiri dibandingkan dengan 23% hilangnya pada sisi kanan.
Gambar 4 Katup vena yang normal
(diambil dari: http://www.patient.co.uk/health/varicocele-
leaflet.html )
13
Gambar 5: Katup vena pada varikokel
(diambil dari: http://www.patient.co.uk/health/varicocele-
leaflet.html )
2.2.4 Gambaran KlinisVarikokel biasanya bersifat asimptomatis. Jikapun ada gejala, satu
gejala yang sering dideskripsikan dengan adanya benjolan atau massa di
atas testis yang terasa tidak nyaman, kemeng bahkan sampai terasa
nyeri / “heavy sensation” terutama saat beraktivitas. Rasa ketidaknyaman
ini biasanya dirasakan di daerah inguinal atau skrotum.(1,3,4)
Pada pria dengan varikokel terutama yang telah menikah juga
biasanya mengeluhkan belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah dengan frekuensi coitus normal dengan catatan pihak
perempuan sudah diperiksa dan dinyatakan normal. Karena biasanya
pada pasien dengan varikokel, mengalami infertil. (2,3,4)
2.2.5 Diagnosa2.2.5.1 Anamnesa
Biasanya varikokel bersifat asimptomatis, sehingga dibutuhkan
pemeriksaan fisik. Biasanya didapatkan pasien datang dengan keluhan
adanya benjolan di atas testis yang terasa kemeng atau nyeri terutama
saat beraktivitas. Selain itu, pasien datang ke dokter mengeluh belum
mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah dengan frekuensi
14
coitus normal dan pasangannya telah diperiksa dan dinyatakan normal.(1,3,4,5)
2.2.5.2 Pemeriksaan fisikA. Inspeksi
Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien
dalam posisi berdiri tegak, untuk mencegah kontraksi dari muskulus
dartos dan kremaster.. Jika varikokel tidak terlihat secara visual,
struktur vena harus dipalpasi, dengan atau tanpa valsava manuver.
Hanya pada derajat berat varikokel tampak konsistensi dengan “bag
of worm”.(1,2,3,4,5)
Gambar 6: Varikokel
(diambil dari http://www.mdguidelines.com/varicocele )
B. Palpasi
Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus
dipalpasi, dengan valsava manuver ataupun tanpa valsava, prinsip
pemeriksaan adalah meningkatkan tekanan intraabdominal. Valsava
manuver adalah pembuangan napas (ekspirasi) paksa dengan
15
Tampak pelebaran plexus pampiniformis
menutup bibir dan menutup hidung dengan tujuan untuk
meningkatkan tekanan intrabdominal, bisa juga dengan membungkuk
dan mengerahkan tekanan kebawah seolah – olah memaksa
membuang air besar, batuk, jongkok berdiri ataupun naik turun
tangga. Varikokel yang dapat diraba dapat dideskripsikan sebagai
”bag of worms”. (1,2,3,4,5)
Bagian penting pada pemeriksaan fisik pada semua laki - laki
dengan varikokel adalah penilaian yang akurat tentang volum,
konsistensi dan ukuran testis, dengan membandingkan testis kanan
dengan testis kiri. (1,2,3,4,5,6)
Gambar 7: Palpasi pleksus pampiniformis
(diambil dari http://www ..glowm.com/palpation
_of_pampiniform_plexus.html )
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan / derajat, yaitu : (5,7)
Grade Temuan dari pemeriksaan fisik
Grade I Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava
Grade II Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak terlihat dari kulit
skrotum
Grade III Dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit skrotum
16
Gambar 8: Varikokel grade 1 dan 2
(diambil dari http://www.mdguidelines.com/varicocele )
2.2.5.3 Pemeriksaan penunjangKarena kehadiran varikokel diketahui berhubungan dengan efek
samping pada spermatogenesis. Untuk menilai seberapa jauh
varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi
dilakukan pemeriksaan analisis semen. (3,4,5)
Pemeriksaan analisis sperma adalah merupakan cara
pemeriksaan gangguan spermatogenesis dan siklus hormonal
reproduksi pria. (1,3,4,5)
Syarat pemeriksaan sampel sperma adalah abstinentia (tidak
mengeluarkan sperma) selama 48 – 72 jam, harus dianalisis
maksimal 1 hari setelah pengumpulan. Setiap satu hari abstinentia
(sampai satu minggu), volum air mani meningkat 0,4 ml, konsentrasi
sperma 10 – 15 juta/ml dan jumlah sperma total 50 – 90 juta.
Sedangkan motilitas dan morfologi sperma tidak dipengaruhi dengan
5 – 7 hari abstinentia, tetapi periode yang panjang mempengaruhi
motilitas sperma. (3,4,5)
17
Hasil : (1,4,5)
Normal Abnormal
Volum
ejakulat
1,5 – 5,5 ml - < 1,5 ml (Oligospermia)
- > 5,5 cc (Hiperspermia)
- 0 cc (Aspermia)
Konsentrasi
sperma
> 20 juta
sperma/ ml
(Normozoosper
mia)
- < 5 juta sperma/ml
(Oligozoospermia ekstrim)
- 5 – 20 juta sperma/ ml
(Oligozoospermia)
- > 250 juta sperma/ml
(Hiperzoospermia)
Motilitas > 50% <50%
(Asthenozoospermia)
Morfologi > 30% (Kriteria
WHO)
<30% (Teratozoospermia)
Pemeriksaan menurut McLeod, hasil analisis semen pada
varikokel menunjukkan pola stress yaitu: (3)
Menurunnya motilitas sperma (pada 85% pasien varikokel)
Meningkatnya jumlah sperma muda (immature)
Kelainan bentuk sperma (tapered form) dan meningkatnya sel
amorf.
2.2.5.4 Pemeriksaan penunjang lainnya1. Pemeriksaan dengan orchidometer
Pengukuran volum testis harus secara akurat dan tepat
dengan mengunakan Prader atau disk orchidometer. Pada
beberapa keadaan mungkin kedua testis teraba kecil dan lunak,
karena telah terjadi kerusakan pada sel – sel germinal.(4,5)
18
Gambar 7: Orchidometer diambil dari
http://www.mdguidelines.com/varicocele )
2. Pemeriksaan Transcrotal Ultrasound / Color Doppler Ultrasound
(CDUS)
Transcrotal ultrasound / Color Doppler Ultrasound (CDUS)
biasanya dibutuhkan jika pemeriksaan fisik tidak bisa dilakukan
secara adekuat atau ragu – ragu. Vena spermatika interna
berdiameter lebih dari 3mm dan akan tampak aliran balik vena
(dengan valsava manuver) pada transcrotal ultrasound. (1,2,3,5)
Pengukuran volum testis dengan ultrasound memberikan
sedikit keuntungan dan biaya yang signifikan jika dibandingkan
dengan pengukuran orchidometer. (1,2,3,4)
Sensitivitas sekitar 97% dan spesifisitas sekitar 94%.(3)
3. Venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan
untuk mendeteksi varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari
penemuannya mendemonstrasikan refluks darah vena abnormal di
daerah retrograd menuju ke vena spermatika interna dan pleksus
pampiniformis. Karena pemeriksaan venografi ini merupakan
pemeriksaan invasif, teknik ini biasanya hanya digunakan apabila
19
pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan anatomi dari
vena.(1,3,4,5)
Gambar 8: Venografi
(diambil dari http://www.mdguidelines.com/varicocele )
2.2.6 Diagnosa BandingDiagnosa banding varikokel antara lain sebagai berikut: (7)
1. Epididimitis
2. Hidrokel
3. Hernia skrotalis
4. Torsio testis
5. Tumor testis
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi varikokel dapat menyebabkan adanya gangguan proses
spermatogenesis (cairan semen yang abnormal gagalnya maturasi),
kegagalan pertumbuhan testis, disfungsi sel leydig dan perubahan histologi
diantaranya penebalan tubular dan fibrosis interstisial.(2,3,4)
Fakta – fakta yang dikumpulkan mengatakan bahwa varikokel
menyebabkan injuri yang progresif terhadap fungsi spermatogenesis pada
20
testis dan juga biasanya dihubungkan dengan penurunan volum testis,
kualitas sperma yang menurun dan penurunan fungsi sel leydig. (1,2,3,4,5)
Kehadiran varikokel diketahui berhubungan dengan efek samping
pada spermatogenesis, patofisiologi disfungsi testis ini telah dikaitkan
dengan satu atau kombinasi dari beberapa mekanisme, seperti :(1,2,3,4,5)
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis
mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen
2. Peningkatan suhu skrotum
Suhu skrotum secara fisiologis dipertahankan kurang dari suhu
tubuh. Para peneliti mengungkapkan suhu pada arteri spermatika
dikontrol oleh aliran darah balik pada pleksus pampiniformis.
Gangguan pada pleksus dapat menyebabkan penurunan efektifitas
dalam mengatur suhu testis. Hipertermi konsisten dengan penurunan
jumlah spermatogonal akibat adanya apoptosis.
3. Refluks dari Metabolit renal/adrenal
Karena vena adrenal kiri dan vena testis mengalir dan
berhubungan satu sama lain dengan vena renalis, MacLeod
mengungkapkan bahwa metabolit yang berasal dari ginjal atau adrenal
mungkin refluks ke dalam vena testis. Metabolit yang vasoaktif (seperti
prostaglandin dan katekolamin), diduga memiliki efek buruk pada
fungsi testis. Hal ini telah didokumentasikan oleh peneliti melalui
venografi.
4. Disfungsi bilateral
Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan
kanan, memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari
testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan
spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas. Hal
ini tidak langsung terjadi, tetapi pada varikokel yang dibiarkan, lama
kelamaan hal ini akan terjadi. Hal ini pernah diteliti oleh beberapa
ilmuwan.
5. Perubahan patologis dan endokrin
21
Perubahan jaringan testis dan hypothalamic-pituitary axis pada
laki – laki dengan varikokel telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan.
Apoptosis sel germinal meningkat hingga 10% pada laki – laki dengan
varikokel. Perubahan histologis tampak pada kedua testis dengan
adanya varikokel unilateral termasuk penebalan tubulus, fibrosis
interstisial, penurunan spermatogenesis pada tubulus seminiferus,
perubahan degeneratif pada sel Leydig dan sel sertoli dan kegagalan
pematangan.
Disfungsi sel leydig pada pasien dengan varikokel sebagian dapat
disebabkan karena kurangnya level testosteron intratestis, tetapi level
serum FSH, LH dan testosteron tidak bisa diprediksi keabnormalannya,
dan level darah perifer normal dari hormon ini tidak bisa dipisahkan
dari kemungkinan adanya disfungsi sel leydig.
2.2.8 Penatalaksanaan2.2.8.1 Indikasi Tindakan OperasiTidak perlu operasi. Operasi dilakukakan bila terdapat indikasi yaitu: (3,4)
Gangguan fungsi spermatogenesis.
Hasil analisa sperma menunjukkan adanya penurunan kualitas
dan kuantitas sperma.
Varikokel dengan keluhan yang sangat.
Varikokel dengan komplikasi.
Tujuan dilakukan operasi adalah untuk memperbaiki proses
spermatogenesis.
2.2.8.2 Teknik Operasi Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan
berbagai teknik. Teknik yang paling pertama dilakukan dengan memasang
clamp eksternal pada vena lewat kulit skrotum. Operasi ligasi varikokel
termasuk retroperitoneal, inguinal atau subinguinal, laparoskopik, dan
mikroskopik varikokelektomi.(2)
1. Teknik Retroperitoneal (Modified Palomo atau high ligation)
22
Teknik retroperitoneal disebut juga metode Palomo atau
vasoligasi tinggi dari vena spermatika interna dideskripsikan oleh
Palomo pada tahun 1949. Ligasi ini bertujuan untuk mengeliminasi
refluks dari vena testis dengan cara meligasi vena spermatika
interna.(2,4,5)
Jika terjadi varikokel bilateral, yang di vasoligasi adalah salah
satunya, yang paling sering adalah meligasi sebelah kiri. Hal ini
disebabkan karena 90% penyebabnya dari sebelah kiri, kemudian
aadanya anastomose kolateral antara pleksus pampiniformis kanan
dan kiri. (2,4)
Teknik ini memiliki keuntungan waktu operatif yang singkat,
pemulihan cepat dan mengisolasi vena spermatika interna ke arah
proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena renalis kiri. (2,4)
Kekurangan dari teknik ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh
limfatik karena sulitnya mencari lokasi pembuluh retroperitoneal,
dapat menyebabkan hidrokel post operasi. .(2)
23
Gambar 9: Modified Palomo retroperitoneal approach for
varicocelctomy. Vena spermatika interna ditemukan pada sisi
posterior dari peritoneum
(diambil dari Glenn’s Urologic surgery, Edisi 6, Bab 75, hal. 594).
Teknik operasi dengan metode Palomo atau vasoligasi tinggi dari vena spermatika interna adalah sebagai berikut : (2,4)
Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi.
Insisi secara horizontal pada daerah iliaka dari umbilikus ke
SIAS (sepanjang 7 – 10 cm tergantung besar tubuh pasien).
Aponeurosis m.eksternal oblique diinsisi secara oblique.
Musculus Internal oblique terpisah 1 cm ke arah lateral dari
musculus rectus abdominis dan musculus Transversus
abdominis diinsisi.
Peritoneum dipisahkan dari dinding abdomen dan diretraksi.
Pembuluh spermatika terlihat berdekatan dengan peritoneum,
sangatlah penting menjaganya tetap berdekatan dengan
peritoneum.
Dilanjutkan memotong sepanjang dinding abdomen melalui
posterior menuju musculus psoas posterior.
Retraksi dari peritoneum memudahkan untuk mengindentifikasi
vena spermatika, dan kurang dari 10% kasus arteri spermatika
mudah dilihat, terisolasi dari seluruh struktur spermatik dan
mudah dikenali.
Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada
kasus dengan vena tunggal dan tidak ada kolateral, arteri dapat
dikenali dan hanya akan dijaga apabila tidak bersamaan dengan
vena kecil yang menyatu dengan arteri.
Pada kasus dengan vena multipel, kolateral akan teridentifikasi
dan seluruh pembuluh darah dari ureter menuju dinding
abdomen terligasi. Pembuluh darah spermatika secara umum
24
terinspeksi pada jarak 7 – 8 cm dan diligasi dengan
pemisahan/pemotongan, kemudian dijahit permanen.
Setelah hemostasis dipastikan, M. Oblique internal, M.
Transversus abdominis, dan M. External oblique ditutup lapis
demi lapis dengan jahitan yang dapat diserap.
Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang diserap.
Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.
2. Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal
dengan keuntungan dan kerugian yang hampir sama. Pembesaran
optikal dibutuhkan untuk melakukan teknik ini, untuk memudahkan
menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu
melakukan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena
comitantes bergabung dengan arteri testikular. (2,3,4,5)
Teknik ini memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada
usus, pembuluh darah intraabdominal dan visera, emboli, dan
peritonitis. Komplikasi ini lebih serius dibandingkan dengan
varikokelektomi open. (2,3)
3. Teknik Inguinal (Ivanissevich)
Teknik ini disebut juga vasoligasi rendah vena spermatika
interna. Pada teknik ini banyak jumlah vena yang akan ligasi
sehingga teknik ini sangat membutuhkan doppler sonography untuk
mengidentifikasi arteri testis, karena kemungkinan injuri pada arteri
dapat terjadi.(1,3,4)
Insisi dibuat 2 cm diatas simfisis pubis. Fasia M. External
oblique secara hati – hati disingkirkan untuk mencegah trauma N.
ilioinguinal yang terletak dibawahnya. Pemasangan Penrose drain
pada saluran sperma. Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat
pembuluh darah spermatika. Setiap pembuluh darah terisolasi,
25
kemudian diligasi dengan menggunakan benang yang
nonabsorbable.(2,3)
Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M.
External oblique ditutup dengan benang yang absorbable dan kulit
dijahit subkutikuler. (2,4)
Gambar 10 : Posisi insisi inguinal dan subinguinal
(diambil dari Glenn’s Urologic surgery, Edisi 6, Bab 75, hal 594),
4. Microsurgical varicocelctomy (Marmar-Goldstein)
Mikrosurgikal subinguinal atau inguinal merupakan teknik
terpilih untuk melakukan ligasi varikokel. Saluran spermatika
dielevasi ke arah insisi, untuk memudahkan penglihatan, dan
dengan menggunakan bantuan mikroskop pembesaran 6x hingga
25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan dengan mudah
diligasi, serta ekstraspermatik dan vena gubernakular sewaktu testis
diangkat. (2)
Fasia intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati – hati
dibuka untuk mencari pembuluh darah. Arteri testikular dapat
dengan mudah diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop.
Pembuluh limfatik dapat dikenali dan disingkirkan, sehingga
menurunkan komplikasi hidrokel post operasi.(2)
26
Gambar 11 : Subinguinal approach. Jari telunjuk mengkait ke dalam
cincin inguinal eksternal, saat retraktor Richardson menarik jaringan
lunak ke arah menuju skrotum. Asisten menjepit korda spermatika
dengan “Babcock clamp”.
(diambil dari Glenn’s Urologic surgery, Edisi 6, Bab 75, hal 596)
5. Teknik embolisasi/Transvenous occlusion
Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena
sedasi dan lokal anestesi. Angiokateter kecil dimasukkan ke sistem
vena, dapat lewat vena femoralis atau vena jugularis kanan. Kateter
dimasukan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri (karena
kebanyakan varikokel terdapat di sisi kiri) dan kontras venogram. (3,4,5,6)
27
Gambar 12 : Kontras dimasukkan via kateter pada vena renalis kiri, refluks ke
vena spermatika interna
(diambil dari Nonsurgical Treatment of Varicocele, hal 2)
Gambar 12 : Kontras diinjeksikan ke vena spermatika interna, refluks turun ke
dalam skrotum mengindikasikan varikokel
(diambil dari Nonsurgical Treatment of Varicocele, hal 2)
28
Dilakukan internal spermatic vein (ISV) venogram sebagai “peta”
untuk mengembolisasi vena. Kateter kemudian dimanuver ke bawah vena
menuju kanalis inguinalis internal. Biasanya vena atau cabangnya
terembolisasi dengan injeksi besi atau platinum spring-like embolization coils.
Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi
sakroiliaka.(6)
Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan embolisasi.
Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua cabang ISV
terblok, kemudian kateter dapat dikeluarkan. Dibutuhkan tekanan manual
pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk mencapai hemostasis. Tidak
ada penjahitan pada teknik ini.(6)
Setelah selesai, pasien diobservasi selama beberapa jam, kemudian
dapat dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini mencapai 95%.(6)
Gambar 13 : Vena spermatika interna kiri yang menunjukkan refluks
darah ke skrotum menyebabkan varikokel
(diambil dari Nonsurgical Treatment of Varicocele, hal 3)
29
Gambar 14 : Platinum coil, dimasukkan melalui kateter, diletakkan di vena
spermatika interna dekat cincin inguinal interna, kemudian sclerosing agent di
injeksi untuk mengeblok vena kolateral. Hal ini untuk mencegah kekambuhan.
(diambil dari Nonsurgical Treatment of Varicocele, hal 3)
Gambar 13 : Setelah embolisasi selesai, “coil” mengeblok aliran varikokel.
Setelah embolisasi, analisis air mani pasien menunjukkan parameter yang
normal.
30
(diambil dari Nonsurgical Treatment of Varicocele, hal 2)
2.2.9 Komplikasi OperasiKomplikasi awal saat varikokelectomi yaitu bisa terjadi perdarahan,
ruptur peritoneum dan bahaya struktur yang ada di dekatnya seperti ureter.
Komplikasi dari varikokelektomi yang utama yaitu adanya pembentukan
hidrokel yang disebabkan karena ketidaksengajaan terikatnya pembuluh
limfatik dan kambuhnya varikokel kembali yang disebabkan karena vena-vena
kecil lain yang tidak teridentifikasi dan terlewatkan selama operasi serta atrofi
testis sekunder diakibatkan oleh kerusakan arteri testis.(1,2,3)
2.2.10 Evaluasi PascaoperasiPasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat
beberapa indikator antara lain: (2,3)
Perbaikan hasil analisis semen : konsentrasi sperma, motilitas dan
morfologi
Bertambahnya pertumbuhan testis (terjadi pada remaja)
Pasangan menjadi hamil (30 – 60%).
2.2.11 PrognosisPenatalaksanaan varikokel dengan operasi (ligasi tinggi vena
spermatika) pada individu dengan jumlah sperma yang sedikit dan gangguan
motillitas memberikan hasil yang baik sekitar 70% kasus. Prognosis jangka
panjang baik. (7)
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Basu, SC. 2005. Male Reproductive Dysfunction, First edition. Chapter 7:
Semen Analysis, Chapter 9: Varicocele and Male Infertility. Jaypee
Brothers.
2. Graham, Sam D; Keane, Thomas E; Glenn, James F. 2004. Glenn's
Urologic Surgery, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
3. Kandell, Fouad R. 2007. Male Reproductive Dysfunction, Pathophysiology
and Treatment. Chapter 15: Male Varicoceles. Informa Healthcare USA..
4. Schneck FX, Bellinger MF. 2007. Campbell-Walsh Urology, 9th edition.
Chapter 127 : Abnormalities of the Testes and Scrotum and their Surgical
Management. Saunders Elsevier.
32
5. Tanagho. Emil A, Mc Aninch Jack W. 2008. Smith’s General Urology, 17th
edition. Chapter 45 : Male Infertility. McGraw-Hill Companies.
6. http://varicoceles.com/wp-content/themes/varicoceles/
nonsurgical_varicocele.pdf
7. http://www.mdguidelines.com/varicocele
8. http://www.patient.co.uk/health/varicocele-leaflet.html
9. http://www ..glowm.com/palpation _of_pampiniform_plexus.html
33