VARICELLA patofisiologi

13
VARICELLA DEFINISI Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox. Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik- bintik merah yang kemudian mengandung cairan. Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. (Rampengan, 2008) Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kulit yang tidak berkembang sampai vesikel. June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama

description

patof

Transcript of VARICELLA patofisiologi

Page 1: VARICELLA patofisiologi

VARICELLA

DEFINISI

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal

dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken –

pox. Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella

Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang

disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul

bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan

oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh

adanya vesikel-vesikel. (Rampengan, 2008)

Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi

pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster.

Varicella pada anak mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang

pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul,

vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kulit yang

tidak berkembang sampai vesikel.

June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh

virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya

menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit

berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel

selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).

Sedangkan menurut Adhi Djuanda varisela yang mempunyai sinonim cacar air

atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang

kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit

polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).

Epidemiologi

Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga

menyerang orang dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan

lebih kurang 7 hati dihitung dari timbulnya gejala kulit.

Etiologi

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok

Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri

Page 2: VARICELLA patofisiologi

dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang

(L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162

capsomir dan sangat infeksius.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam

darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari

Fibroblast paru embrio manusia.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes

Zoster. Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan

bila terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga

Varicella sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.

Patofisiologi

Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di

sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus

bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250 – 500

benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka,

kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim.

Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan

bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang

mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini

berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari

batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung

dengan kulit yang terinfeksi.

Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian

tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan

menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami

pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua

membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.

Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin

empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada

umumnya penyakit ini tidak begitu berat.

Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan

orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas

usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan

dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

Page 3: VARICELLA patofisiologi

Sign / Symtoms

Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.

Pusing.

Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.

Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit

yang terangkat karena terbakar).

Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.

Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa

tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari

kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.

Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan

(makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit),

papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan

akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi

infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa meninggalkan abses.

Tanda dan Gejala

Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari.

Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantaraan

percikan liur. Pada umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.

( Rampengan,2008 )

Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:

Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala

panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa

berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada

kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya menghilang

dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau

gangguan imunitas.

Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam

beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu

menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated

dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk

ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/”air mata”.

Page 4: VARICELLA patofisiologi

Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara

sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit

ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel,

krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah

lesi pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih

sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk

krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16

(hari ke-7 sampai ke-34)

Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan

penyembuhan, biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler.

Bila terjadi infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta

cairan vesikel yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel

tidak hanya terdapat pada kulit, melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata,

dan faring.

Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun

defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan,

bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada

penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya

limfopenia.

Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat menimbulkan beberapa

masalah pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu,

antara lain:

Varisela neonatal

Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada saat

ibu kena varisela dan persalinan.

Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah

partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi

terinfeksi transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena

belum cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada keadaan ini,

bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela berat dan menyebar. Perlu

diberikan profilaksis atau pengobatan dengan varicella-zoster immune

globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat, angka

kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat pneumonia berat dan

hepatitis fulminan.

Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu

mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat

diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan

Page 5: VARICELLA patofisiologi

karena pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu. Pengobatan dengan

VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat dipertimbangkan pemakaiannya,

bergantung pada keadaan bayi.

Sindrom varisela congenital

Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang menderita varisela pada

umur kehamilan trimester I atau II dengan insidens 2%.

Manisfestasi klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan intrauterine,

mikrosefali, atrofi kortikalis, hipoplasia ekstremitas, mikroftalmin, katarak,

korioretinitis dan scarring pada kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak

berhubungan dengan beratnya penyakit pada ibu. Ibu hamil dengan zoster tidak

berhubungan dengan kelainan pada bayi.

Zoster infantile

Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini

disebabkan karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit

ini sering menyerangg pada saraf dermatom thoracis.

Patogenesis

Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian

replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama )

kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui

pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.

Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial

pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan

glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya

makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta.

Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan

berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum

dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.

Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana

kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A.

Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf.

Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.

Komplikasi

Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang

dewasa.

1. Infeksi sekunder

Page 6: VARICELLA patofisiologi

Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan

menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan

pada kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya

infeksi sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari

atau bahkan memburuk

2. Otak

Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute

postinfectious cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang

paling ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya

pada 2-3 minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai

dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun

ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat

mengalami inkoordinasi atau dysarthria.

“Ensefalitis” dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan

gejala ataksia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8

setelah timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal.

3. Pneumonitis

Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan,

neonatus, imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi

13 hari dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.

Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk,

sesak napas, takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hemoptoe. Pada

pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada

kedua paru.

4. Sindrom Reye

Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut,

yaitu nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.

5. Hepatitis

Dapat terjadi tetapi jarang.

6. Komplikasi lain

Page 7: VARICELLA patofisiologi

Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis.

Penderita perlu dikonsulkan ke spesialis bila dijumpai adanya gejala-gejala

berikut:

Varisela yang progesif atau berat

Komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti pneumonia, ensefalitis

Infeksi bakteri sekunder yang berat terutama dari golongan grup A

Streptococcus yang dapat memicu terjadinya nekrosis kulit dengan cepat

serta terjadi “Toxic Shock Syndrome”

Penderita dengan komplikasi berat perlu dirawat di Rumah Sakit atau bila

perlu ICU

Indikasi rawat di ICU/NICU antara lain:

- Penurunan kesadaran

- Kejang

- Sulit jalan

- Gangguan pernapasan

- Sianosis

- Saturasi oksigen menurun

Semua neonatus lahir dari ibu yang menderita varisela kurang dari 5 hari

sebelum melahirkan atau 2 hari setelah melahirkan.

Pencegahan

Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara

imunisasi pasif atau aktif.

Imunisasi aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live

attenuated) yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan

tingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama. Dapat

diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk

penderita pascakontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan maksud

sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.

Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata

cukup aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi yang

sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan.

Page 8: VARICELLA patofisiologi

Efek samping:

Efek samping biasanya tidak ada, tetapi bila ada biasanya bersifat ringan.

Imunisasi pasif

Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun

Plasma (ZIP).

Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer antibody

yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes

zoster. Dosis Zoster Imuno Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan

sebanyak 5mL dalam 72 jam setelah kontak. Indikasi pemberian Zoster

Imunoglobulin ialah:

Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2

hari setelah melahirkan.

Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya belum

divaksinasi.

Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.

Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti kortikosteroid.

Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau penyakit

keganasan lainnya, pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak menyebabkan

pencegahan yang sempurna, lagi pula diperlukan Zoster Imun Globulin (ZIG) dengan

titer yang tinggi dan dalan jumlah yang lebih besar.

Zoster Imun Plasma (ZIP) adalah plasma yang berasal dari penderita yang

baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3

mL/kg BB. Pemberian Zoster Imun Plasma (ZIP) dalam 1-7 hari setelah kontak

dengan penderita varisela pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia, atau

penyakit keganasan lainnya mengakibatkan menurunnya insiden varisela dan

merubah perjalanan penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela

untuk kedua kalinya.

( http:/www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varicella/klinis.html )

Page 9: VARICELLA patofisiologi

HERPES