VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM …/Variasi...Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu...

39
1 VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Keolahragaan Pada Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Diucapakan Di Muka sidang Senat terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal …… Oleh Soedjarwo SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS SURAKARTA 2004

Transcript of VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM …/Variasi...Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu...

1

VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK

Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Keolahragaan Pada Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Sebelas Maret

Diucapakan Di Muka sidang Senat terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Tanggal ……

Oleh

Soedjarwo

SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS SURAKARTA

2004

2

Prof. Dr. Soedjarwo, M. Pd

Guru Besar Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

3

PIDATO PENGUKUHAN JABATAN GURU BESAR Yang terhormat Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat, Para anggota Senat

Universitas Sebelas Maret.

Yang terhormat Ketua dan para anggota Dewan Penyantun Universitas Sebelas

Maret.

Yang terhormat para Pimpinan Fakultas di lingkungan Universitas Sebelas Maret

Yang terhormat para Pembesar Sipil dan militer

Yang terhormat para Sivitas Akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta

Yang terhormat tamu undangan, teman sejawat dan Handai Taulan serta segenap

Hadirin yang saya muliakan,

Assalamu’alaikum warakhmatullahi warakatuh,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu

wata’ala, atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekaliyan

sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang terhormat ini untuk mensyukuri

nikmat dan karunia-Nya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih

kepada Pemerintah khususnya Bapak Menteri Pendidikan Nasioanal Republik

Indonesia, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada saya untuk

diangkat sebagai Guru Besar dalam ilmu Keolahragaan pada Fakulatas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Ucapan terima kasih saya sampaikan

pula kepada Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat dan Komisi E Senat

Universitas Sebelas Maret atas dorongannya, yang akhirnya mengantar saya

mendapat kesempatan memangku jabatan akademik tertinggi, yang pada hari ini

diselenggarakan pengukuhannya.

Selanjutnya perkenankanlah pula saya menyampaikan rasa terima kasih

kepada segenap hadirin dan tamu undangan, yang bersabar diri meluangkan waktu

4

untuk menghadiri dan mendengarkan pidato pengukuhan saya pada acara sidang

senat terbuka Universitas Sebelas Maret hari ini.

Suatu pidato pengukuhan dalam rangka memenuhi kewajiban dan tradisi

akademik yang terpuji, sebagai disyaratkan oleh senat Universitas Sebelas Maret dan

juga merupakan pertanggung jawaban profesional pada diri seseorang pengajar di

Perguruan Tinggi untuk memangku jabatan Akademik tertinggi.

Hadirin yang saya muliakan,

Dalam rangka memenuhi kewajiban dan tradisi akademik tersebut, saya akan

menyapaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Keolahragaan dengan

mengambil pokok pengakajian yang berjudul VARIASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK.

Judul tersebut saya pilih sehubungan dengan kenyataan bahwa anak-anak pada usia

sekolah paling banyak melakukan gerak, ternasuk bermain. Oleh karena itu

hendaknya gerak-gerak yang dilakukan anak tersebut dipantau, dibina dan

dikembangkan agar dapat diarahkan bagi pembinaan bakat dan minatnya.

Setiap individu apapun peranannya dalam masyarakat membutuhkan selama

pendewasaannya suatu keseimbangan dalam perkembangan intelek, fisik, moral dan

estetis yang semua ini harus tercermin dalam kurikulum, pada program pembinaan

dan pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Pendidikan jasmani

merupakan salah satu sarana pendidikan yang sangat penting bagi anak-anak. Gerak

merupakan salah kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam pendidikan

jasmani dapat diciptakan kondisi yang dapat merangsang pertumbuhan dan

perkembangan diri anak secara utuh melalui rangsangan yang bersifat fisik, mental,

sosial dan estetis. Peran pendidikan jasmani pada pengembangan fisik meliputi

peningkatan kesegaran jasmani, peningkatan kesehatan, dan peningkatan kemampuan

kualitas jasmani. Peningkatan kesegaran jasmani dan kesehatan mempunyai

hubungan positif terhadap pengembangan kecerdasan. Kesegaran jasmani bukan

5

hanya sekedar sehat, tetapi juga menjadi dasar aktivitas intelektual yang dinamis dan

kreatif. Namun demikian pengajaran pendidikan jasmani disekolah bukan sekedar

membekali siswa dengan aktifitas fisik dan keterampilan gerak olahraga saja, tetapi

banyak tujuan lain yang ingin dicapai. Salah satu keberhasilan dalam pembelajaran

pendidikan jasmani adalah pengembangan potensi kreativitas siswa agar siswa

memiliki kemampuan menghadapi tantangan masa depan. Oleh karena itu pendidikan

jasmani di sekolah perlu dikelola dengan baik sebagai salah satu bidang studi yang

banyak memberikan sumbangan dalam meningkatkan kreativitas anak.

Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif meskipun dengan kadar

yang berbeda-beda. Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberi

kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang sebagai aktivitas

berpikir yang menghasilkan gagasan atau sesuatu yang baku, serta mempunyai nilai

bagi diri sendiri maupun lingkungan. Kemampuan kreatif dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan

penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru,

berguna dan dapat dimengerti. Baru artinya inovatif, belum ada sebelumnya, segar,

menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna artinya lebih enak, lebih praktis,

mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik,

memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan

hasil banyak dan baik (Cambell, 1986 : 11).

Hadirin yang saya muliakan,

Mengingat pentingnya kreativitas di era globalisasi dan latar belakang

masalah yang telah saya sampaikan diatas, maka akan saya kemukakan lebih lanjut

mengenai pendidikan jasmani dan olahraga, proses kreativitas, serta peran pendidikan

jasmani dalam meningkatkan kreativitas anak.

6

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH

Pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang

harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenjang dan jenis sekolah. Agar

program pendidikan jasmani dapat dilaksanakan dengan baik, perlu dipersiapkan

guru pendidikan jasmani yang berwenang dan berkemampuan. Kewenangan

mengajar dapat diperoleh oleh seorang guru pendidikan jasmani dari lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan seperti IKIP atau FKIP yang memiliki Fakultas

atau Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang pendidikan jasmani, maka perlu

dikaji lebih dahulu dari arti pendidikan itu sendiri. “Pendidikan dalam arti luas

meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada

generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi

hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah”. Sedangkan menurun Undang-

Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan

Nasional dalam pasal 1 di jelaskan, “Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Usaha sadar tersebut

dilakukan oleh para pendidik, yang pertama dan utama adalah dari orang tua di

lingkungan keluarga, di pendidikan formal (sekolah) dan di masyarakat.

Menurut Raka Joni (1981 : 14), hakikat pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan meruapakan proses interaksi manusiawi yang ditandai

keseimbangan antara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik.

2. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi

lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.

3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.

4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.

5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu dan

teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

7

Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan

yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Fungsi Pendidikan Nasional adalah

mengembangkan dan serta meningkatkan kemampuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan mertabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan

Nasional.

Setelah mengetahui hakekat dan makna pendidikan, maka perlu dibahas

lebih lanjut tentang pendidikan jasmani. Istilah pendidikan jasmani sendiri masih

sering dipertanyakan, apakah berarti pendidikan dari jasmani atau pendidikan

,melalui jasmani ? Pakar pendidikan jasmani yang pertama kali berpendapat

adalah dari Amerika, Williams (1964 : 3) yang menyatakan bahwa pendidikan

jasmani adalah pendidikan melalui jasmani yang berupa aktivits manusia yang

dipilih jenisnya dan dilaksanakan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Singer (1976 : 9), pendidikan jasmani sebagai pendidikan dari

jasmani yang berbentuk satu sistem atau program aktivitas jasmani yang intensif,

melibatkan otot-otot besar yang dirancang untuk merangsang organ-organ tubuh

agar bermanfaat bagi kesehatan pelakunya. Memberikan makna pendidikan

jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk satu program aktivitas

jasmani yang medianya gerak tubuh yang dirancang untuk menghasilkan

beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual, keindahan

dan kesehatan.

Pembahasan pendidikan jasmani dalam Undang-Undang tentang sistem

Pendidikan Nasional tidak nampak, tetapi dalam Undang-Undang No. 4 tahun

1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran Bab VI pasal 9 tentang

pendidikan jasmani yang berbunyi: Pendidikan Jasmani menuju kepada

keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan

suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir dan

batin, diberikan kepada segala jenis sekolah “Dalam hal ini juga tidak ada

penjelasan tentang makna pendidikan jasmani, hanya ada tujuan yang ingin

8

dicapai, yaitu untuk keselarasan tumbuhnya badan dan perkembagan jiwa serta

untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat, lahir dan

batin.

Salah satu pendapat tentang pendidikan jasmani dari tokoh olahraga

adalah dari Abdul Gafur (1983 : 6) : “Pendidikan jasmani adalah suatu proses

pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat

yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang

intensif dalam rangka memperoleh peningkatan/kemampuan dan keterampilan

jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”. Jadi hakekat

pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar

melalui kegiatan jasmani yang intensif.

Dalan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomer II/MPR/1988 tentang GBHN sektor pendidikan dapat dipelajari uraian

tentang pendidikan jasmani dan olahraga :

1. Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya

peningkatan kualitas manusia Indonesia.

2. Tujuannya untuk peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh

masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitis serta pengembangan

prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional.

3. Perlu ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga di lingkungan sekolah,

pengembangan prestasi olahraga.

4. Upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta

menciptakan iklim yang lebih mendorong masyakat untuk berpartisipasi

serta bertanggung jawab dalam membina dan mengembangkan olahraga.

Isi GBHN tersebut juga tidak membahas makna pendidikan jasmani

secara khusus, tetapi memberikan penekanan bahwa pendidikan jasmani dan

olahraga perlu ditingkatkan di lingkungan sekolah. Meskipun tidak dijelaskan

tentang perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga, kedua program

tersebut perlu dilaksanakan. Dengan demikian guru pendidikan jasmani

9

mempunyai tugas ganda, yakni mengajarkan pendidikan jasmani sebagai

kegiatan kurikuler dan program olahraga yang bertujuan meningkatkan prestasi

sebagai kegiatan ekstra kurikuler.

Menurut Dewan Internasional Olahraga dan Pendidikan jasmani atau

International Council Of Sport and Physical Education, olahraga adalah aktivitas

jasmani apapun yang memiliki ciri permainan dan ada unsur satu perjuangan

dengan diri sendiri, atau dengan orang lain atau satu tantangan dengan alam.

Selanjutnya dejelaskan bahwa aktivitas ini mempunyai unsur kompetisi dan

dilaksanakan dengan semangat sportivitas atau “Fair play”. Olahraga juga

merupakan alat pendidikan yang baik, bercirikan permainan yang penuh

tantangan dan harus dihadapi secara sportif dan fair play. Olahraga merupakan

bagian integral dari pendidikan keseluruhan peserta didik. Kegiatan olahraga

yang dirancang dan dilaksanakan dilembaga pendidikan harus berimplikasikan

pendidikan. Program-program olahraga yang disusun harus dapat digunakan

untuk mengajarkan nilai-nilai, menggabungkan kepribadian dan perilaku yang

baik, menguasai keterampilan, memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani.

Kegiatan olahraga di sekolah merupakan bagian dari kurikulum, oleh

karena itu harus berkaitan dengan pendidikan, kesejahteraan dan keselamatan

peserta didik lebih diutamakan dari pada sekedar meraih kemenangan demi

gengsi sekolah.

Menurut tiga orang pakar pendidikan jasmani Amerika Siedentop, Mand

dan Tanggart (1986 : 186) “Pendidikan Olahraga” suatu istilah yang tidak asing

lagi di Indonesia, terutam bagi guru pendidikan jasmani yang mengalami

perubahan nama maka pelajaran kegiatan jasmani di sekolah, mulai zaman

penjajahan sampai sekarang, seperti gimnastiek (Belanda), taiso (Jepang), gerak

badan, pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi

pendidikan jasmani dan kesehatan dan akhirnya kembali lagi menjadi pendidikan

jasmani sampai sekarang ini Pendapat dari ketiga pakar tersebut adalah, bahwa

tujuan pendidikan olahraga adalah untuk mendidik peserta didik dalam berbagai

10

macam jenis olahraga, yaitu untuk mengajar menjadi pemain yang sesungguhnya

dalam mengikuti kompetisi formal atau suatu kejuaraan. Selain kompetisi formal,

karakteristik lain dari olahraga adalah adanya pencatatan data atau nilai yang

telah dicapai oleh seorang pemain/altet dalam usaha meningkatkan latihan guna

menunjang prestasi yang diinginkan.

Pendidikan olahraga berusaha untuk memasukkan karakteristik tersebut

ke dalam program pendidikan jasmani guna mengembangkan program olahraga

untuk semua peserta didik disekolah dan bukan antar sekolah (inter scholastic).

Olahraga antar sekolah hanya diikuti bagi pemain-pemain yang baik yang ingin

memperluas pengalamannya bertanding dengan pemain yang baik pula dari

sekolah lain.

Perkembangan ilmu olahraga semakin pesat sejak diadakan pertemuan

tentang olahraga yang diadakan bersamaan dengan penyelenggaraan Olympiade

musim panas yang dimulai pertama kali di Tokyo tahun 1964, selanjutnya dalam

pertemuan “Olympic Scintific Congress”, yang berlangsung di Montreal tahun

1976, ilmu olahraga dinamakan “Exercise Science” dan dikelompokkan oleh

Haag (1983 : 44) sebagai berikut :

1. Ilmu-ilmu biologi (Biological Science) yang terdiri dari (a) fisiologi

olahraga, (b) kedokteran olahraga (Sport Medicine), (c) Biomekanika

olahraga dan (d) Kinantropometri.

2. Ilmu-ilmu perilaku (Behavioral Science), seperti (a) pedagogi olahraga, (b)

psikologi olahraga dan (c) sosiologi olahraga,

3. Humanitas, seperti (a) filsafat olahraga, (b) sejarah olahraga dan (c) teologi

olahraga

4. Ilmu Manageman, seperti (a) managemen olahraga dan (b) infrastruktur

olahraga.

11

PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

Hadirin yang saya muliakan

Semua manusia memiliki potensi untuk menjadi kreatif, dengan kata lain

kreativitas merupakan indikasi dari keberadaan manusia yang membedakaannya

dengan mahkluk hidup lain. Bila manusia terlibat dalam tindakan kreatif, maka hal

tersebut akan lebih menumbuhkan konsep diri yang dimiliki dan akhirnya akan

membuat manusia lebih sadar sebagai individu, sehingga akan memperluas perspektif

yang dimilikinya serta dapat membuka pengalaman-pengalaman baru. Sebaliknya

bila kesempatan berekspresi secara kreatif tidak ada, maka potensi yang dimilikinya

akan menurun dan ini dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan mental

(Carin dan Suad, 1978 : 77).

Potensi kreatif yang demikian seseorang berbeda-beda dalam tingkat untuk

menyadarinya. Banyak orang yang memiliki potensi kreatif tetapi terpendam, kecuali

mereka yang harus menunjukkan dalam kehidupan nyata, dengan menggunakan

sumber kreatif yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan pandangan dari Julius

Chandra (1994 : 12) yang menyatakan, bahwa “Pada dasarnya semua orang

mempunyai potensi kreatif lebih banyak dari yang biasa digunakan. Kesanggupan

mencipta atau mencari pemecahan masalah dengan tepat, tidak terbatas pada orang

yang mempunyai bakat luar biasa saja, melainkan juga dimiliki oleh setiap orang

yang bakatnya mungkin hanya rata-rata. Kemampuan untuk melahirkan ide-ide yang

unik pada saat dibutuhkan, pada umumnya dimiliki oleh orang-orang yang cukup

terlatih dan ini dapat dikembangkan”.

Definisi atau pengertian kreativitas telah banyak dekemukakan oleh para ahli,

misalnya pendapat dari Hurlock (1990 : 2 – 4) yang mengatakan, bahwa “kreativitas

sebagai aktivitas berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru atau cara baru untuk

melihat sesuatu masalah atau situasi, merupakan proses, yaitu proses adanya sesuatu

12

yang baru apakah itu gagasan atau benda, sudah bentuk atau dalam rangkaian yang

baru dihasilkan. Penekanannya pada “tindakan menghasilkan” dari pada “hasil akhir

dari tindakan”, dan hal ini merupakan inti dari konsep kreativitas.

Selanjutnya pengertian kreativitas dari Ausubel (1962 : 98) mengemukakan,

bahwa berfikir kreatif sebagai proses untuk merasakan adanya kesenjangan atau

gangguan, kehilangan unsur-unsur tertentu; membangun gagasan atau hipotesis

mengenai hal tersebut menguji hipotesis dan mengkomunikasikan hasilnya, serta bila

perlu melakukan modifikasi dan pengujian kembali terhadap hipotesis tersebut.

Aspek-aspek fungsi intelektual tersebut tampaknya termasuk dalam ciri-ciri

kompenen kreativitas, yaitu orisinalitas, mendefinisikan kembali, fleksibilatas

adaptif, fleksibilitas spontan, kelancaran menggunakan melalui kata-kata, kelancaran

mengungkapkan melalui ekspresi, kelancaran dalam melakukan asosiasi, dan

kepekaan terhadap masalah.

Kreativitas dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang bersifat divergen

sebab kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara yang baru

dan tidak umum untuk dapat menemukan pemecahan masalah yang unik. Pada

tingkat tertentu intelegensi dibutuhkan untuk dapat kreatif, namun orang-orang yang

sangat tinggi tingkat inteligensinya bukanlah orang yang kreatif (Santrock, 1988 :

273). Perbedaan intelegensi dan kreativitas karena kedua hal terbentuk dirancukan

pengertiannya. Hal ini disebabkan karena kriativitas biasanya dianggap sebagai

atribut yang memiliki nilai “positif” (positive value), Sedangkan. Inteligensi juga

dinilai dengan “ tinggi ” (high value). Nilai “positif dan tinggi ” ini sering dianggap

sejajar. Selanjutnya dinyatakan bahwa bahwa tes intelegensi hanya mendekati

sebagian kecil dari keseluruhan fungsi fikiran. Penekanan tes inteligensi pada berfikir

konvergen sementara tes kreativitas mengukur kemampuan berfikir divergen,

meskipun keduanya adalah bagian dari proses kognitif.

Pengertian kreatifitas berkaitan dengan pemecahan masalah, dikemukakan

oleh Bower, Bootzin, dan Zajonc (1987 : 229 ), bahwa : kreatifitas adalah suatu yang

tidak berwujud atau suatu kualitas yang tak jelas. Namun gagasan kreatif tidak

13

dengan begitu saja muncul. Gagasan ini tergantung pada baiknya percakapan panjang

yang dilakukan oleh para penulis, artis, komposer dan ilmuwan yang profesional.

Hampir disemua bidang orang kreatif membangun dari sesuatu yang telah ada

sebelumnya atau wawasan yang lama. Jadi kreatifitas adalah penjajaran gagasan-

gagasan dengan cara baru dan tidak biasa. Meskipun demikian gagasan kreatif adalah

hal yang lebih dari hanya sekedar sesuatu yang tidak biasa, karena juga harus

merupakan sesuatu yang dapat dipraktekkan atau direlevan dengan tujuan. Bakat

kreatif dimiliki oleh setiap orang tanpa pandang bulu, dan yang lebih penting ditinjau

dari segi pendidikan, bakat kreatif itu dapat ditingkatkan (Munander, 1992 : 54 – 55).

Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberi kesempatan dan rangsangan

oleh lingkungan untuk berkembang.

Perkembangan kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan. Hal ini

nampak pada awal kehidupan anak dan pertama-tama terlekat dalam permainan anak,

kemudian secara bertahap dalam kehidupan lainnya, seperti pekerjaan sekolah,

kegiatan rekreasi dan pekerjaan yang lain. Menurut Hurlock (1990 : 8 – 9), “hasil

kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia 30 tahun dan 40 tahun, setelah itu

tetap mendasar dan secara bertahap menurun sampai terjadinya stagnasi pada usia

menengah sebagai usia krisis.

Selama masa kanak-kanak dan remaja perkembangan kreativitas mungkin

terhambat pada beberapa “periode kritis”. Beberapa anak dipengaruhi oleh faktor

lingkungan yang menyebabkan kebekuan kreativitas mereka pada periode ini,

sedangkan anak yang lain dengan usia yang sama tidak mengalaminya. Anak yang

masuk taman kanak-kanak mungkin menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari

pada anak yang belum masuk sekolah. Hal ini dikarenakan lingkungan taman kanak-

kanak memperkenalkan kreativitas dan tidak begitu terstruktur dan evaluatif

dibanding lingkungan rumah dan sekitarnya.

Periode kritis dalam perkembangan kreativitas anak meliputi :

a) 5 sampai 6 tahun

14

Sebelum anak siap memasuki sekolah mereka belajar bahwa mereka harus

menerima dan menyesuaikan diri dengan peraturan perintah orang dewasa di

rumah dan di sekolah, semakin keras kekuasaan orang dewasa semakin beku

kreativitas anak tersebut

b) 8 sampai 10 tahun

Keinginan untuk diterima sebagai anggota mencapai pada usia ini. Kebanyakan

anak merasa bahwa untuk dapat diterima mereka harus dapat menyesuaikan diri

dengan pola kelompok yang telah di tentukan dan setiap peyimpangan

membahayakan proses penerimaan

c) 13 sampai 15 tahun

Upaya untuk memperoleh persetujuan teman sebaya terutama dari anggota jenis

kelamin yang berlawanan, mengendalikan pola perilaku anak remaja. Seperti

halnya anak yang berada pada usia kelompok remaja menyesuaikan dirinya

dengan harapan untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan.

d) 17 sampai 19 tahun

Pada usia ini upaya untuk memperoleh persetujuan dan penerimaan dan juga

latihan untuk pekerjaan yang diperoleh, mungkin akan mengekang kreativitas

Apabila pekerjaan menuntut konformitas dengan pola standar serta keharusan

mengikuti perintah dan peraturan tertentu, sebagaimana halnya dengan

kebanyakan pekerjaan rutin, hal itu akan membekukan kreativitas.

Selain periode kritis dalam perkembangan kreativitas sebagai pola yang dapat

diramalkan, masih ada beberapa faktor yang ikut menimbulkan variasi dalam pola ini,

antara lain :

- Jenis Kelamin.

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,

terutama setelah berlalunya masa kakak-kakak. Hal ini disebabkan perbedaan

perlakuan, umumnya anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri,

desakan dari teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan dorongan dari

orang tua atau guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

15

- Urutan Kelahiran

Hasil beberapa studi mengenai urutan kelahiran dan pengaruhnya terhadap

perkembangan anak melaporkan, bahwa anak dari berbagai urutan kelahiran

menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Penjelasan mengenai perbedaan

ini lebih menekankan lingkungan dari pada bawaan. Anak yang lahir di tengah,

lahir belakangan, dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama.

Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan

harapan orang tua. Tekanan tersebut lebih mendorong anak untuk menjadi

penurut dari pada pencipta. Demikian pula anak tunggal agak bebas dari tekanan

orang tua dan diberi kesempatan untuk mengembangkan individualitasnya.

- Ukuran Keluarga

Dalam kondisi yang sama, anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif dair

anak keluarga besar. Keluarga besar umumnya mendidik anak dengan cara

otoriter dan kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan mungkin lebih

mempengaruhi perkembangan kreativitas. Anak dari lingkungan yang kekurangan

hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain dan sedikit dorongan

untuk bereksperimen dengan berbagai bahan bermain yang diperlukan dibanding

dengan anak dari lingkungan sosio ekonomi yang lebih baik.

- Lingkungan kota versus lingkungan pedesaan

Anak lingkungan kota cenderung lebih kreatif dan anak pedesaan. Anak pedesaan

umumnya di didik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang

kreativitas dibanding lingkungan kota.

Berdasarkan kajian-kajian sebalumnya maka pengertian kreativitas, adalah

aktivitas berfikir yang menghasilkan sesuatu, baik berupa gagasan atau benda dalam

rangkaian yang bersifat baru, serta mempunyai nilai atau kegunaan bagi diri sendiri

maupun lingkungannya. Kemampuan kreatif dalam digunakan dalam memecahkan

masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia.

16

Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungan, atau sebagai

interaksi sosial-psikologis. Hal ini berarti bahwa dalam pengembangan kreativitas

anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan bermain dimana anak berada.

Berbagai kegiatan termasuk aktivitas gerak dan bermain pada dasarnya dapat

diarahkan untuk kepentingan pengembangan kreativitas anak. Aktivitas gerak dan

bermain merupakan kegiatan yang secara langsung melibatkan anak dengan upaya

mewujudkan gagasan menjadi suatu bentuk nyata. Usaha ini memungkinkan anak

untuk bertindak secara kreatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas

gerak dan bermain memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitas anak.

Keberadaan pedidikan jasmani sebagai rangakaian isi kurikulum sekolah

bukanlah tanpa alasan. Kurikulum yang merupakan seperangkat pengetahuan dan

keterampilan merupakan upaya sistematis untuk membekali anak didik menjadi

manusia lengkap dan utuh. Pendidikan tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan

tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak. Gerak sebagai aktivitas jasmani

merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar untuk mengenal dunia dan dirinya

sendiri. Hal ini juga selaras dengan faham monodualisme yang utuh, sehingga

muncul istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya (Cholik

Mutohir, 1996 : 6).

Budaya memperoleh pengalaman yang bernilai, baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terprogram dan

terarah, perlu disosialisasikan sejak usia dini. Dalam upaya memperdayakan

pendidikan jasmani di sekolah dipelukan inovasi model-model pembelajaran yang

memadai.

Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan, salah satu

diantaranya adalah pendekatan “Movement Education Experiences’. Pendekatan ini

lebih menekankan pada pemahaman dan pengembangan konsep gerak, penyelesaian

masalah dan peningkatan keterampilan, serta mengembangkan kemampuan

intelektual melalui aktivitas jasmani.

17

Kesesuaian dalam memilih model pembelajaran sangat penting, karena proses

pembelajaran pendidikan jasmani itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai pengaruh nyata pada anak didik. Dalam menyusun suatu model

pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor yang saling terkait, selain guru

itu sendiri, yakni faktor pendukung seperti, ruang, alokasi waktu, alat, lingkungan

atau sumber belajar yang lain serta pemilihan metode yang digunakan. Hak ini perlu

diperhatikan, karena fleksibelitas suatu model pembelajaran harus cukup tinggi.

Fakor-faktor tersebut diatas selain saling terkait, juga saling mendukung untuk

menjamin efektivitas model (Grennesky, 1988 : 912).

Sebagai contoh adalah metode pembelajaran untuk untuk tingkat Sekolah

Dasar yang melibatkan rentang usia dalam periode perkembangan, yaitu realisme

intelektual dan realisme visual yang selanjutnya akan mendominasi tingkat

perkembangan daya cipta anak. Dengan demikian metode yang digunakan harus

mengacu pada karakteristik perkembangan tersebut, pada masa realisme intelektual

anak melakukan gerak berdasarkan apa yang mereka ketahui, bukan tentang apa yang

mereka lihat. Oleh karena itu kebebasan berekspresi merupakan faktor yang

memberikan dukungan bagi pengembangan kualitas anak. Kebiasaan memaksakan

gerakan dalam pendidikan jasmani perlu dihindarkan karena akan mematikan

kreativitas anak, sebab bagaimanapun persepsi anak terhadap suatu obyek sangat

berbeda dengan orang dewasa. Dengan membiarkan anak memilih gagasannya

sendiri untuk divisualisaikan dalam bentuk gerakan akan lebih memungkinkan

pengembangan kreativitasnya. Sedangkan bantuan yang diberikan guru yang dapat

memberikan manfaat bagi pengembangan kreativitas adalah bagaimana melatih anak

menggunakan alat dalam memujudkan gagasan yang sesuai dengan pelajaran.

Demikian pula pada jenjang realisme awal yang ditandai dengan kesadaran terhadap

realitas obyek, anak mulai ragu dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk

gerakan, takut berbuat salah, sehingga spontanitas geraknya mulai menurun. Pada

saat itu anak perlu diberi dukungan dan motivasi yang dapat menimbulkan perasaan

18

berani berkarya sehingga kegiatan pendidikan jasmani tetap berfungsi sebagai sarana

pengembangan kreativitas.

Dalam upaya pengembangan kreativitas anak, model pendidikan integratif

yang digambarkan sebagai suatu lingkaran yang dibagi menjadi empat. Setiap bagian

menampilkan suatu fungsi dari otak yang berinteraksi dan mendukung dengan fungsi-

fungsi lain jika anak belajar. Keempat fungsi ini ialah, fungsi berfikir (kognitif),

fungsi perasaan emosi (afektif), fungsi fisik (pengindraan) dan fungsi firasat

(mempunyai insight, kreatif). Garis-garis terputus yang memisahkan fungsi-fungsi itu

melambangkan cara fungsi-fungsi itu bekerja sama (Barbara Clark, 1988:47).

Keadaan kesadaran yang lebih tinggi-tidak dalam alam pikiran sadar rasional, tetapi

diperoleh dari alam pra-sadar atau tidak sadar. Meningkatkan pertumbuhan kearah “enlightenment”

Intuisi (Firasat) Keadaan berpikir Keadaan merasa Rasional , dapat membebaskan energi Diukur. Dapat emosional dari pencipta, Dikembangkan Kreativitas mengalihkan energi ini ke Dengan latihan sadar pengamat memperoleh Dan sengaja respons emosional Berfikir perasaan

Keadaan talenta menciptakan produk baru yang diterima orang lain (dilihat atau didengar).

memerlukan perkembangan fisik atau mental tingkat tinggi, ketrampilan tingkat tinggi dan bidang talenta

Pengindraan

Model Pendidikan Terpadu dari Clark

Fungsi kognitif meliputi kekhususan dari belahan otak kiri yang analitis,

memecahkan masalah, sekuensial, evaluatif, dan kekhususan dari belahan otak kanan

yang lebih berorientasi spasial (keruangan) dan gestalt (keseluruhan). Fungsi afektif

diungkapkan dalam perasaan dan emosi dan merupakan pintu gerbang untuk

meningkatkan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih tinggi. Fungsi fisik meliputi

gerakan, penglihatan, pandangan penemuan, pengucapan dan perabaan yang

menentukan bagaimana kita mengamati realitas. Sedangkan fungsi firasat adalah

19

pemahaman secara menyeluruh, secara langsung memperoleh suatu konsep dalam

keseluruhannya, dan sebagian merupakan hasil dari tingkat sekunder yang tinggi dari

semua fungsi otak.

Kreativitas yang secara sosial bermanfaat mensyaratkan kerjasama yang

sinergis dari seluruh kepribadian, termasuk mekanisme fisik. Salah satu karakteristik

anak kreatif, ialah mempunyai yang siap dipergunakan setiap diperlukan (Clark : 66 –

68).

20

Tahap Dalam Proses Kreatif

Pemahaman proses kreatif akan membantu guru mengidentifikasi parilaku

kreatif dan situasi ini akan memberikan dorongan dan pengembangan

Graham Wallas Dan Bonanno (1979 : 36) mendefinisikan proses kreatif

melalui empat tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verivikasi. DePorter

dan Hernacki (2001) mengemukakan lima tahap dengan menambah langkah kelima

yaitu aplikasi.

1. Persiapan

Persiapan individu menentukan masalah, mengumpulkan fakta dan pada

umumnya belajar masalah sebanyak mungkin. Pada masa ini dapat diartikan

sebagai masa mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.

Pada periode persiapan ini melibatkan semua pengalaman anak

sebelumnya yang berkaitan dengan objek atau situasi tertentu. Pengalaman anak

sebelumnya ini akan berkembang jika masalah tersebut ditentukan yang berkaitan

dengan obyek atau situasi sehari-hari, atau minimal situasi tersebut telah dialami

sekali atau dua kali.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam tahap persiapan ini.

Bertindak sebagai sumber utama, guru dapat membantu anak menentukan masalah,

berani mengambil resiko tentang pencarian jawaban.

2. Inkubasi

Inkubasi merupakan periode individu secara aktif mencari jawaban

terhadap masalah yang dihadapi. Hilangnya waktu tidaklah penting mungkin

memerlukan waktu beberapa detik, beberapa hari, dan beberapa bulan. Meskipun

individu mungkin secara tidak sengaja menyadari pencarian jawaban tersebut,

beberapa peneliti telah mengobservasi bahwa ia tampaknya asyik dengan berusaha

menemukan suatu jawaban. Dalam kondisi ini. Individu seringkali resah atau tidak

menentu. Guru harus berhati-hati selama tahap ini individu seringkali mengalami

21

perasaan rendah diri dan mungkin akan membutuhkan penentraman atau

penenangan hati.

Pada tahap ini pada dasarnya merupakan proses mencerna fakta-fakta dan

mengolahnya dalam pikiran.

3. Iluminasi

Inkubasi berakhir jika menampakkan ide yang bagus. Setelah

menyelesaikan tahap inkubasi, selanjutnya individu memasuki tahap iluminasi.

Tahap ini dikarakterisasikan dengan cara berprestasi. Individu puas dengan ide dan

perasaanya harus disampaikan kepada yang lain.

Tahap ini merupakan tahap munculnya ide-ide atau gagasan-gagasan.

4. Verivikasi

Aktivitas sharing, evaluasi dan menentukan ide atau iluminasi disebut

verivikasi. Verivikasi merupakan tahap akhir dari poses kreatf. Guru harus

bersifat mendukung pada proses ini. Dengan demikian pada tahap ini memastikan

dan menguji apakah solusi ini benar-benar memecahkan masalah

5. Aplikasi

Mengambil langkahp-langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut.

Ciri-Ciri Orang Kreatif

DePorter dan Hernacki (1999 : 293) mengatakan bahwa orang yang kreatif

selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif. Selanjutnya mereka

menyatakan bahwa orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua

memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala

sesuatu dengan cara-cara baru. Pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran

logis dan kreatif.

22

1. Kelincahan mental (mental agility)

Kamampuan untuk bermain dengan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep, lambang,

kata-kata, angka-angka, dan khususnya melihat hubungan-hubungan yang tidak

biasa antara ide-ide, gagasan-gagasan dan sebaginya.

2. Berfikir dari segala arah (covergent thinking)

Kamampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan

berbagai fakta yang penting dan mengarahkan fakta itu pada masalah yang

dihadapi. Dengan cara demikian ada kemungkinan besar bahwa dihasilkan

pemecahan yang tepat mengenai masalah tersebut.

3. Berfikir kesegala arah (divergent thinking)

Kamampuan untuk berfikir dari suatu ide, gagasan, menyebar ke segala arah.

4. Fleksibilitas konseptual (conceptual flexibility)

Kamampuan secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang

tidak berjalan

5. Orisinalitas (originality)

Kamampuan untuk menelorkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak

lazim, bahkan mengejutkan.

6. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas

- Lebih memilih kerumitan daripada kemudahan

- Lebih memilih tantangan daripada tidak menantang.

7. Latar belakang yang menantang ( stimulating background)

8. Kecakapan dalam banyak hal (multiple skills)

Pengembangan kreativitas

E. Paul Torrence dalam Dougherty dan Bonano (1979 : 36) memberikan

saran-saran praktis dalam mengidentifikasikan dan mengembangkan kreativitas :

(1) Menghargai pemikiran kreatif

(2) Membuat anak lebih sensitif terhadap stimulus lingkungan

(3) Mendorong manipulasi objek atau ide

23

(4) Mengajarkan cara-cara menguji setiap ide secara sistematis

(5) Mengembangkan toleransi atau daya tahan terhadap ide baru

(6) Waspada terhadap pola pemaksaan

(7) Membangun dan mengembangkan suasana yang kreatif

(8) Mendidik anak menghargai pemikiran kreatifnya

(9) Mengajarkan ketrampilan-ketrampilan untuk menghindari tekanan-tekanan

teman sebayanya.

(10) Memberikan informasi tentang proses kreatif

(11) Mengahalau rasa kagum terhadap suatu karya

(12) Mendorong dan mengevaluasi belajar yang diawali diri sendiri

(13) Menciptakan hal yang kontroversial atau pertanyaan yang tidak ada

jawabanya yang dapat menghasilkan pemikiran kreatif

(14) Menciptakan kebutuhan akan pemikiran kreatif

(15) Memberiakan untuk aktif dan tenang

(16) Menjadikan sumber-sumber yang ada untuk melatih dan menyusun ide-ide

(17) Mendorong kebiasaan melatih dan menyusun implikasi ide secara penuh

(18) Mengembangkan kritik yang membangun bukan asal memberika kritik

(19) Mendorong perolehan atau kemahiran pengetahuan dalam berbagai bidang

(20) Mengembangkan jiwa berani dan dijiwai pemimpin

Ms. Wilson dalam Dougherty dan Bonanno (1979 : 39) meminta kepada

siswa untuk menciptakan rangakaian gerak dalam olahraga senam dengan

menggunakan kriteria berikut ini.

Tiap rangkaian gerak harus mencakup :

(1) Tiga gerakan rolling

(2) Tiga ketrampilan gerak lokomotor

(3) Dua gerakan transisional

(4) Empat posisi keseimbangan

(5) Satu posisi menelungkup

24

(6) Satu gerakan meroda

Demikian juga Mr. Grant dan Mr. Howart dalam Dougherty dan Bonano

(1979 : 41) mengemukakan metode pembelajaran pendidikan yang dikemas dalam

tiga unsur, yaitu :

(1) Peraturan

Berisi peran atau tugas yang harus dilakukan siswa

(2) Peralatan

Berbagai peralatan yang disediakan oleh guru yang akan digunakan oleh siswa

(3) Tanggung jawab

Peran atau tugas yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran berjalan

sesuai dengan tujuan

Mengajar pendidikan jasmani dengan kreativitas

Alex Oborn dalam Doughterty dan Bonanno (1979 : 45) merancang

sebuah checklist untuk membantu seseorang mengembangkan kemampuanya untuk

menyusun ide-ide kreatif. Bagi guru pendidikan jasmani, teknik ini dapat menjadi

sesuatu yang tak ternilai harganya jika ia mencoba merancang suatu peralatan baru

atau modifikasi yang sudah ada. Osborn menyarankan agar bahwa individu

menanyakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Penggunaan hal baru (new use)

Apakah penggunaan hal baru dapat saya temukan untuk objek ini dalam

kondisi orisinil? Apakah penggunaan hal yang baru dapat saya temukan untuk

objek atau ide ini jika saya memodifikasi hak tersebut ?

2. Kemampuan beradaptasi (adaptibility)

Apakah ide atau objek lain dapat membantu mengingatkanku ?

Apakah ide atau objek lain memenuhi saran ini ?

25

MR. GRANT MR. HOWARD

Aturan :

1. Tiap anak harus terlibat dalam aktivitas

2. Jika aktivitas telah di pilih anda harus

tetap pada area tersebut hingga

terdengar bunyi peluit

3. Jika peluit berbunyi anda harus memilih

aktivitas lain

4. Peralatan hanya dapat digunakan untuk

aktivitas yang ditunjuk

5. Semua aturan pengamanan harus diikuti

Aturan :

1. Tiap anak harus terlibat dalam aktivitas

2. Semua aturan pengamanan harus diikuti

3. Anda tidak dapat meninggalkan area

umum

Peralatan :

1. 6 buah lompat tali

2. 1 buah bola basket

3. 6 buah sepeda dorong

4. Hula-Hoops

5. 2 buah bola playground

6. 3 buah keet/matras

7. 1 buah tempat pijakan

Peralatan :

1. 2 buah kotak lemari es besar

2. 6 buah ban

3. 2 buah tali dengan ukuran 20 kaki

4. 12 buah balon

5. 3 buah bola playground

6. 6 buah kerucut

7. 1 buah kotak kapur

8. 1 set jangkauan (stilt)

9. 12 buah karton susu yang berat

10. 12 buah keset/matras

26

Tanggung jawab :

1. Mendorong siswa terlibat dalam suatu

aktivitas

2. Mendorong anak menggunakan

peralatan dengan tepat

3. Wasitilah (oleh guru) jika diperlukan

4. Membantu siswa meningkatkan

ketrampilan

Tanggung jawab :

1. Mendorong siswa untuk melihat

hubungan antara tiap peralatan yang

berbeda

2. Mendorong siswa menggunakan

peralatan dengan cara tidak menjiplak

3. menciotakan ketenangan dan juga area

aktif untuk bermain

3. Memodifikasi (modify)

Dapatkah saya merubah makna, warna, suara, bau, rasa, bentuk, tujuan…?

4. Memperbesar/menambah (magnify)

Apakah saya dapat manambah? Dapatkan saya membuat yang lebih tinggi , lebih

kuat, lebih panjang, lebih kurus…?

5. Memperkecil/mengurangi (minify)

Apakah saya dapat mengurangi? Dapatkah saya membuat yag lebih pendek, lebih

kecil, lebih ringan, lebih rendah…?

6. Mengganti (subtitute)

Apakah saya dapat mengganti? Apakah saya dapat mengganti dengan bahan,

unsur, tempat, proses, yang lain…?

7. Menyusun kembali (rearrange)

Dapatkah saya menyusun kembali pola, rangkaian, tata letak, jadwal, tempat…?

8. Melakukan kebalikanya (reserve)

Dapatkah saya melakukan kebalikanya peran-peran ?

Ada bermacam-macam tipe checklist yang dapat digunakan untuk

meningkatkan roduktivitas. Kemungkinan cara terbaik adalah guru dapat

27

menggunakan rancanganya sendiri, dimana guru dapat dengan mudah mengingat dan

lebih praktis dalam penerapanya dilapangan

Robert Crawford mengembangkan teknik dengan mendaftar atribut atau

ciri-ciri objek atau ide dalam kata-kata deskriptif dan kemudian meneruskan dengan

memodifikasi satu atau lebih atribut sehingga menjadi lebih baik yang sesuai dengan

kebutuhanya. Berikut contoh daftar atribut sederhana olah raga bola voli :

(1) Bermain pada lapangan segi empat;

(2) Lapangan segi empat dibagi menjadi dua bagian;

(3) Net dipasang melintang panjang lapangan dengan ketinggian sekurang-

kurangnya 7 kaki;

(4) Mainkan dengan dua team (masing-masing team 6 orang);

(5) Mainkan dengan bola kulit yang ringan;

(6) Nilai diperoleh melalui servis;

(7) Satu permainan terdiri dari 15 orang;

(8) Sasaran permainan adalah menjadikan bola jatuh dilapangan lawan; dan

(9) Permainan dimulai dengan pukulan servis.

28

Kesimpulan

Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif meskipun dengan kadar

yang berbeda. Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberikan

kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang sebagai aktivitas

pikir yang menghasilkan gagasan atau suatu yang baru serta mempunyai nilai bagi

diri sendiri maupaun lingkungannya. Kemampuan kreativitas dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-

penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Pengembangan kreativitas anak melalui pendidikan jasmani sudah harus

disiapkan saat perencanaan pelajaran. Tujuan yang ingian dicapai pada setiap

pembelajaran berlangsung harus seimbangan antara kepentingan penguasaan

keterampilan dengan peningkatan kreativitas. Penanganan alat-alat dalam

pembelajaran pendidikan jasmani harus sedapat mungkin memberikan kemudahan

bagi anak untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Guru pendidikan jasmani

harus dapat memberikan bantuan secara individual bagi masalah-masalah spesifik

yang dihadapi setiap anak, sehingga memungkinkan anak dapat dengan lancar

mengungkapkan gagasa kreatifnya melalui pendidikan jasmani. Dengen demikian

metode yang digunakan harus fleksibel, bervariasi, menyesuaikan dengan karateristik

anak, situasi, dan mata pelajaran yang diberikan agar anak menyalurkan imajinasi

kreatifnya secara optimal.

29

Penutup

Hadirin yang saya muliakan

Sebagai penutup pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya sekali lagi

menyampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahkmat dan

barokah kepada saya sekeluarga. Selanjutnya pada kesempatan yang bahagia ini, juga

akan saya gunakan untuk menyampaikan curuhan perasaan yang paling dalam kepada

barbagai pihak yang telah banyak memberikan jasanya di dalam perjalanan hidup

saya meniti karir.

Rasa terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada :

· Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan

kepercayaan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar FKIP-Universitas

Sebelas Maret

· Rektor Universitas Sebelas Maret yang juga Ketua Senat Universitas : Dr. dr. H.

Much. Syamsulhadi, Sp. KJ dan mantan Rektor Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA,

Ph. D. Sekretaris Senat Universitas : Prof. Dr, Sunardi dan mantan sekretaris

Prof. Drs. H. Sukiyo, beserta seluruh anggota Senat Universitas, yang telah

mengusulkan saya untuk memangku jabatan Guru Besar FKIP Universitas

Sebelas Maret.

· Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret yang juga Ketua Senat Fakultas: Bp.Drs.

H. Trisno Martono, M. M beserta seluruh anggota senat Fakultas, yang telah

memberikan kemudahan dan bantuan sehingga pengusulan jabatan guru besar

saya berjalan lancar.

· Para pendidik sejak dilingkungan keluarga yaitu kedua orang tua saya Bapak

Soekodarsono almarhum dan Ibu Kartini almarhumah yang dengan

kesederhanaan dan kasih sayangnya telah mengasuh, mendidik dan membesarkan

saya; Segenap guru-guruj saya sejak jenjang SR/SD, SMP dan SGPD, serta para

dosen saya di STO maupun Pasca Sarjana IKIP Jakarta yang tidak dapat saya

sebut satu persatu nama-nama beliau yang telah turut memberikan sumbangan-

30

sumbangan dalam pengembangan kemampuan akademik saya. Beberapa nama

yang saya ingat dalam penyelesaian studi akhir (S3), adalah para pembimbing

dan penguji, yakni Bp. Prof. Dr. AOB Situmorang MA, Ibu Prof. A. Suhaena

Suparno, Ibu Prof. Dr. Conny R Semiawan, Prof. Dr. Jujun Suriasumantri. , Prof.

Dr. Soetarman dan Prof. Drs. Ratal Wiryo Santoso MP.

· Rekan-rekan sejawat di jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. FKIP

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dorongan dan kesempatan

untuk menempuh Program Pascasarjana, serta para senior saya yang tak henti-

hentinya memberikan semangat dan dorongan untuk maju, yakni Bp. Prof. Drs.

H. Soekiyo, Bp. Prof. Drs. Soemarno almarhum dan Bp. Drs. Sunaryo

Basuki,serta Bp. Prof Dr. Soehardjo Danusastro almahum bahkan semuanya

hadir dan memberi dorongan semangat waktu saya mempertahankan disertasi.

· Secara khusus rasa terimasih yang mendalam saya tujukan kepada keluarga,

almarhumah isteri tercinta dan anak-anak tersayang, karena dukungan dan

pengorbanannya selama saya menempuh studi di samping telah menciptakan

suasana keluarga yang menyejukkan sehingga memungkinkan saya meniti karir

akademik dan mencapai jabatan Guru Besar ini.

Akhirul kalam, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

semua hadirin, yang dengan sabar mengikuti Sidang Senat Terbuka ini sampai

selesai. Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan pahalanya serta memberikan

ganjaran yang berlipat ganda. Amiin.

Wabillahitaufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum warakhmatullahi warabarakhatuh.

31

Daftar Pustaka

Abdul Gafur. (1983). Olahraga : Unsur Pembinaan Bangsa Dan Pembangunan

Negara. Jakarta : Kantor Menteri Negara Pemuda Dan Olahraga.

Ausubel, D.P. (1962). The Psyehology Of Meanigful Verbal Learning : An

Instroduetion To School Learning. New York : Grume & Straston

Barbara Glark (1988). Growing Up Gifted : Developing The Postential Of Children

At Home And At School. Colembus. OH : Merrill Publishing

Company.

Bower, G. H, Bootzin, R. R, dan Lajone, R. B. (1987). Principles Of Psyekology

Today. New York : Random House.

Carin, A dan Sund, R. B. (1978). Creative Questioning And Sensitive Listening

Techniques : A Self Concept Approacl Columbus : Charles E. Marrill

Publishing Company.

Campbell, David. (1986). Mengembangkan Kreativitas. Disadur Oleh. A. M.

Mangunhardjana Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Cerney, J. V. (1987). Berfikir Secara Dinamis, Bandung : C. V. Peonir Jaya.

Chandra, Julius (1994), Kreativitas. Yogyakarta : Kanisius.

Cholik Mutohir, T. dkk. (1996). Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan

Jasmani di SD. Lembaga Penelitian : IKIP Surabaya.

Cholik Mutohir, T. (2000). Pengembangan kurikulum pendidikan jasmani

yang Seimbang dan Efektif. Malang : Panitia Seminar Imiah PON ke – XV

tahun 2000 Jawa Tengah.

De Porter, Bobbi dan Hernachi, Mike (1999). Quantum Learning : Membiasakan

Belajar Nyaman Dan Menyenangkan Terjemahan Alwiyah Abdulrahman.

Bandung : Penerbit Kaifa Grnesky, Steven. (1988). The Teaching And

Learning Of Physical Education For Young Children. JOPED : 59 : 5 : 91 –

94, May – June.

32

Hurlock, E.B. (1990). Perkembangan Anak. Jilid 2 Terjemahan : Tjandrasa,

Meitasari, Jakarta : Erlangga.

Kafie Jamaludin (1989). Berfikir : Apa Dan Bagaimana ? Surabaya : Penerbit Indah.

Mertodipuro, Sumantri (T th). Memperkuat Daya Kemauan. Jakarta : Penerbit

Gunung Jati.

Munandar, S.C.U. (1997). Creative And Educatin A Study Of The Ralationship

Bettwen Measures Of Creativty Thinking And A Number Of

Educational Veriables In Indonesia Primary And Yunior School .

Jakarta : Depdikbud, Derjendikti.

(1980). Masalah Pengembangan Kretivitas Pada Anak. (Sebuah

Tinjauan). Jakarta : Fakultas Psikology Universitas Indonesia.

(1992). Mengembangkan Bakat Krativitas Anak Sekolah. Jakarta :

Gratindo.

Santrock, J.W. (1988). Psychology : The Science Of Mind And Behavior. Dubuque,

Iowa : Wim C. Brown Publishers.

Semiawan, Conny R , Putrawan. I. Made Dan Setiawan, Th I (1988). Dimensi Kreatif

Dalam Filsafat Ilmu. Bandung : C.V. Remaga Karya.

William, J.F. (1964), The Principles Of Physical Education. (4 Th Ed). Philadelphia :

W.B. Sauders Compan. 334s

33

RIWAYAT HIDUP DAN PEKERJAAN

1. Data Pribadi :

Nama : Soedjarwo

Tempat dan tanggal lahir : Blitar, 15 Juli 1939

Agama : Islam

Jabatan/Golongan : Guru Besar / NC

Alamat rumah : Perumahan UNS, Griyan Baru V/26, Baturan,

Surakarta – 57171

Alamat kantor : FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A

Surakarta.

Istri : Sri Sumarwati (Almarhumah)

Anak : 1). Dody Handoko (Almarhum)

2). Yuddy Hanantyo

3). Nova Hendratwati, ST

4). Novi Hendrastuti , ST

5). Bintang Pamungkas Heryunindyo

2. Pendidikan :

a. SR Blitar, tamat tahun 1954

b. SMPB, Blitar, tamat tahun 1957

c. SGPD Surabaya, tamat tahun 1961

d. Sarjana Muda STO Surakarta, tamat tahun 1968

e. Sarjana (S1) STO Surakarta, tamat tahun 1972

f. Magister Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta, tamat tahun 1983

g. Doktor Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta, tamat tahun 1990

34

3. Pekerjaan/Jabatan :

a. - Guru STN di Blitar, tahun 1962 – 1964

- Guru tugas belajar di STO Surakarta, tahun 1964 - 1968

- Asisten Dosen STO Surakarta, tahun 1968 – 1972

- Dosen STO Surakarta, tahun 1972 – 1976

- Dosen FIP – UNS Surakarta, tahun 1976 – 1983

- Dosen FKIP UNS Surakarta 1983 - Sekarang

- Dosen Pasca Sarjana IKIP Jakarta KPK Universitas Sebelas Maret

Surakarta, tahun 1993 – 1999

- Dosen Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, tahun 1999 - Sekarang

b. - Pembantu Dekan I FKIP – Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun

1993 – 1995

- Dekan FKIP – Universitas Sebelas Maret, tahun 1995 – 1998

- Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana – Universitas

Sebelas Maret Surakarta, tahun 2003 – sekarang

4. Kursus dan Penataran :

a. Wasit Hockey tingkat Nasional, tahun 1972 di Jakarta

b. Tes dan Pengukuran, Evaluasi dan Ilmu Coaching Olahraga, tahun 1976 di

Yogyakarta

c. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris tahun 1980 – 1981 di Sukarta

d. P4 Tingkat Propensi Daerah Tingkat I Jawa Tengah di Surakarta, tahun 1980

e. Pelatihan Tenis untuk Yunior dan Dewasa oleh Van Der Meer – Tennis

University, tahun 1983 di Jakarta

f. Program Akta mengajar Lima Format Tatap Muka, tahun 1983 / 1984 di

Jakarta

g. Dosen PGSD Penjaskes, tahun 1991 di Yogyakarta

h. Penatar Tingkat Nasional / Manggala Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila (P-4) tahun 1995 di Istana Bogor

35

5. Piagam Penghargaan :

a. Sebagai penatar cabang olahraga Anggar pada Panataran Ketuadan Pelatih.

b. Sebagai Refree pada kejuaran Tenis Yunior beragu, oleh Pengurus Besar

PELTI di Surakarta, tahun 1985

c. Panitia Pelaksana Pertandingan Anggar dalam penyelenggaraan FESPIC

GAMES IV, 31 agustus – 7 september 1986 di Surakarta oleh Gubernur

Kepala daerah Tinggkat I Jawa Tengah.

d. Satyalacana Kaya Sakya xxx lahan oleh Presiden R.I., tahun 1996.

6. Organisasi :

a. Pengurus KONISurakarta, tahun 1978 – sekarang

b. Pengurus PELTI cabang Surakarta , tahun 1975 – 2000

c. Anggota tim evaluasi kontingan PON XII Jawa Tengah, tahun 1989

d. Pengurus BPOC pusat di Surakarta tahun 1983 – sekarang

e. Pengurus Bapomi Jawa Tengah, tahun 1991 – 1994

f. Ketua Panpel Anggar FESPIC GAMES N di Surakarta, tahun 1986

g. Pelatih kontingen BPOC Indonesia pada FESPIC GAMES di Beijing China

h. Penyunting Jurnal ahli jadwal Dwija Wacana FKIP - Universitas Sebelas

Maret, tahun 2003 - sekarang.

7. Karya Tulis :

a. Permainan Tenis Meja

b. Srategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

c. Penyusunan Rangkaian Tes Kemampuan Gerak Dasar Dan Kesegaran

Jasmani.

d. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Tenis

e. Perkembangan Dan Belajar Gerak

f. Penyusunan Tes Keterampilan Hockey

g. Metode Penelitian

36

h. Metode Kepelatihan Olahraga

8. Mengiluti Seminar / Lokakarya Atau Aktivitas Lain :

a. Peserta Simposium Dan Diskusi Panel Peningkatan Prestasi Olahraga Di

Semarang Tahun 1985

b. Notulis Sedang Simposium Nasional Pembinaan Manusia Indonesia Di

Surakarta, tahun 1986.

c. Peseta Simposium Olahraga Menuju Berat Badan Ideal di Surakarta, tahun

1988

d. Modrator Simposium Tentang Senam Dan Kesegaran Jasmani Di Surakarta,

tahun 1990.

e. Moderator dalam Ceramah Dan Diskusi Model Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tinggi Keolahragaan Indonesia, di Surakarta , tahun 1991.

f. Seminar “Meningkatkan Prestasi Olahraga Dan Menunjang Pariwisata

Melalui Peristiwa Olahraga”, tahun 1991.

g. Penatar dalam Penataran Pelatih Olahraga Cacat Nasional Anggkata Ke III

Di Surakata, tahun 1992.

h. Rapat Koordinasi Nasional Kepemudaan Dan Olahraga Di Jakarta, tahun

1993.

i. Rapat Koordinasi Nasional Bidang Keolahragaan Menyongsong PJPT II

Khusus Pelita VI di Jakarta, tahun 1993.

j. Peserta Temu Karya Pengembangan Lembaga Sumber Belajar, di Jakarta

tahun 1993

k. Peserta Temu Karya FIP – IKIP / FKIP – Univ / STIP se Indonesia, di

Bandung, tahun 1994

l. Peserta Seminar Ilmah Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke 19

Universitas Sebelas Maret tentang Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian

Upaya Peningkatan Kealitas Sumber Daya Manusia Indonesia, tahun 1995

37

m. Peserta Seminar Ilmiah Mental Training dan Tenaga Dalam, di Yogyakarta

tahun 1995

n. Peserta seminar dalam rangka Memperingati Hari Olahraga Nasional XVI,

di Surakarta, tahun 1999

o. Peserta Temu Karya Fakultas / Jurusan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia,

di Jakarta, tahun 1997

p. Rapat Koordinasi Pimpinan FPOK / JPOK se Indonesia, di Padang, tahun

1997

q. Peserta Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Bandung

tahun 1997

r. Peserta Seminar Nasional Pengembangan FKIP sebagai lembaga Pendidikan

Guru di Perguruan Tinggi, di Surakarta tahun 2001

s. Rapar Kerja Nasional Kelembagaan Penelitian dan Kelembagaan

Pengabdian pada masyarakat Perguruan Tinggi dan Koperasi Seluruh

Indonesia, di Jakarta tahun 2001

t. Peserta Seminar / Lokakarya Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu, di

Surakarta tahun 2001

u. Peserta Seminar Paradigma Pendidikan Jasmani, Peningkatan Mutu

Implementasi Pembelajaran, di Surakarta tahun 2002

v. Pemakalah Seminar / Lokakarya Nasional Antisipasi dan Implementasi

Kurikulum Pendidikan Jasmani dalam Menghadapi Era Global dan Otonimi

Daerah, di Surakarta tahun 2002

w. Pemakalah Seminar Nasional Inovasi Pendidikan IPTEK dan Humaniora

Menghadapi abad ke 21, di Jember tahun 1996

x. Peserta Seminar Revitalisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda, di Menado tahun

1996

y. Peserta Semiloka Peran Ilmu Kedokteran dalam Menunjang Prestasi

Olahraga, di Surakarta tahun 1996

38

z. Peserta Seminar Reformasi Pembangunan keolahragaan Nasional, di

Surakarta tahun 1999

9. Penelitian :

a. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Hockey, 1970. Skripsi Sarjana

b. Pengaruh Frekuensi Latihan Senam, Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin

Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Siswa Sekolah Dasar, 1983. Tesis.

c. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Panjang Lengan Dan Panjang

Tarikan Dengan Prestasi Panahan Ronde Perpani Pemanah Pria Jawa Tengah,

1983.

d. Pengaruh Latihan Senam Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar

Anak, 1984

e. Pengaruh Latihan Erobik Terhadap Penurunan Berat Badan Bagi Wanita

Kegemukan, 1989

f. Hasil Belajar Ketrampilan Tenis Ditinjau Dari Kemampuan Motorik, Persepsi

Kenestetik Dan Waktu Reaksi Siswa Sekolah Dasar, 1990

g. Hubungan Waktu Reaksi Dan Kelincahan Dengan Ground Strikes Pemain

Tenis Pemula, 1991.

h. Hubungan Kekuatan Lengan Dan Power Tungkai Dengan Prestasi Tolak

Peluru Mahasiswa Olahraga Dan Kesehatan, 1991

i. Kadar Kecanggihan Perangkat Uji Ketrampilan Olahraga Ujian Masuk

Perguruan Tinggi Keolahragaan, 1992

j. Pengaruh Pegangan Dan Posisi Lengan Bawah Terhadap Daya Tahan

Bergantung Statik Dan Dinamik, 1993

k. Hubungan Persepsi Kinestetik Dengan Hasil Belajar Keterampilan Bulu

tangkis Pemain Putra, 1993

l. Sumbangan Tinggi Badan, Koordinasi Mata Tangan Dan Persepsi Kinestetik

Terhadap Keterampilan Servis Atas Bola Voli, 1994

m. Dampak Tingkah Laku Pimpinan Dan Peran Perbedaan Individual Pada

Produktivitas Pegawai Tata Usaha, 1995

39

n. Tes Jogging 1600 Meter Sebuah Tes Lapangan Sederhana Untuk Menaksir

Besarnya Kapasitas Aerobik Maksimal, 1995

o. TinjauanUnsur-Unsur Fisik Dominan dalam olahraga Panahan, 1996

p. Pengaruh Intensitas Latihan Berbeban Dan Kekuatan Terhadap Peningkatan

Leg Power, 1998.