Variabel Sektor Pertanian dengan Metode Hybrid...
Transcript of Variabel Sektor Pertanian dengan Metode Hybrid...
Pengelompokan Kecamatan di Lamongan Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian dengan Metode Hybrid
Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster
Dosen Pembimbing: Ir. Dwiatmono Agus M.Ikomp
Oleh: Ahmad Kusuma Raharja
NRP. 1309100068
Seminar Tugas Akhir S1
Agenda Seminar Tugas Akhir S1
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metodologi Penelitian
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan
02
PDRB Kabupaten Lamongan
0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000
2006
2007
2008
2009
2010
2011
jasa-jasa
keuangan, persewaan,dan jasa perusahaan
transportasi dankomunikasi
perdagangan, hotel,dan restoran
konstruksi
listrik, gas, air
industri
pertambangan
pertanian
03
Perbandingan antara PDRB sektor pertanian
Kabupaten Lamongan dengan rata-rata PDRB sektor
pertanian kabupaten dan kota di Jawa Timur
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
2006 2007 2008 2009 2010 2011
PDRB pertanian Kabupaten Lamongan
rata-rata PDRB pertanian kabupaten dan kota di Jawa Timur
04
11,64% 12,75%
59,34%
11,46% 8,26%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
Pertumbuhan PDRB sektor pertanian
Kabupaten Lamongan
05
Untuk peningkatan dan pemeliharaan produktifitas sektor pertanian
Potensi daerah
Analisis Kluster
Hybrid Hierarchical Clustering
Via Mutual Cluster
06
Penelitian sebelumnya
Maryani, 2011
• Membahas mengenai pengelompokan kabupaten di Jawa timur berdasarkan sektor pertanian dengan menggunakan metode hybrid hierarchical clustering via mutual cluster.
• Bagaimana karakteristik produksi komoditas sektor pertanian kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lamongan.
• Bagaimana pengelompokan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lamongan berdasarkan variabel sektor pertanian.
• Bagaimana perbandingan antara metode hybrid hierarchical clustering via mutual cluster dengan metode bottom-up clustering (agglomerative) dan top-down clustering (k-means).
07
• Mendiskripsikan karakteristik produksi komoditas sektor pertanian kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lamongan.
• Mengelompokkan dan memetakan kecamatan-kecamatan berdasarkan produksi komoditas sektor pertanian di Kabupaten Lamongan.
• Membandingkan metode hybrid hierarchical clustering via mutual cluster dengan metode bottom-up clustering (agglomerative) dan top-down clustering (k-means) berdasarkan Internal homogeneity dan external homogeneity suatu kelompok serta pendekatan analyze of varians.
08
• dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi pemerintah kabupaten Lamongan mengenai potensi komoditas sektor pertanian di masing-masing kecamatannya.
09
• Variabel yang digunakan hanya mencakup variabel sub sektor tanaman bahan pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
10
Untuk menyatakan suatu observasi atau variabel menpunyai sifat yang lebih dekat dengan observasi tertentu daripada dengan observasi yang lain digunakan fungsi yang disebut jarak (distance) (Johnson and Winchern, 2007).
Suatu fungsi disebut jarak jika bersifat :
1. Tidak negatif dij ≥ 0 dan dij = 0 jika i=j
2. Simetri dij = dji
3. dij ≤ dik + djk panjang salah satu sisi segitiga selalu lebih kecil atau sama-dengan jumlah dua sisi yang lain
11
12
fungsi jarak yang digunakan pada penelitian adalah Jarak korelasi
xyxy rd 1
n
i
i
n
i
i
n
i
ii
yx
xy
xy
yyxx
yyxx
SS
Sr
1
2
1
2
1
)()(
))((
13
Metode hirarki merupakan teknik pengelompokan yang mana jumlah kelompok yang akan dibuat belum diketahui (Johnson and Winchern, 2007).
Tahapan pengelompokan:
1. Menghitung jarak antar obyek
2. Menentukan pasangan kelompok yang memiliki jarak terdekat
3. Menghitung kembali jarak
4. Menentukan kembali pasangan kelompok yang memiliki jarak terdekat
5. Mengulangi tahapan 2 sampai 4 hingga n-1 obyek
14
Metode non hirarki adalah metode pengelompokan yang memiliki tujuan mengelompokkan n obyek ke dalam k melompok (k<n) (Johnson and Winchern, 2007).
Tahapan pengelompokan :
1. Mempartisi obyek sebanyak k cluster
2. Menghitung pusat cluster
3. Menghitung jarak masing-masing obyek dari pusat cluster.
4. Menentukan obyek yang lebih dekat dengan pusat cluster
5. Jika obyek berpindah dari posisi awal tahapan 1, maka pusat cluster harus ditentukan kembali
6. Mengulangi tahapan 2 sampai 4 sampai tidak ada lagi obyek yang berpindah posisi
15
mutual cluster adalah sekelompok obyek dimana jarak terbesar antar obyek dalam kelompok lebih kecil daripada jarak ke obyek terdekat di luar kelompok (Chipman and Tibshirani, 2006).
),(max)(),(,,
,zwdSdiameteryxdSySx
SzSw
16
Hybrid hierarchical clustering merupakan metode yang mengkombinasikan kelebihan dari bottom-up (agglomerative) dan top-down (k-mean),
Tahapan pengelompokan :
1. Menghitung mutual cluster.
2. Melakukan pengelompokan dengan menggunakan metode top-down (via tsvq), dimana setiap mutual cluster harus tetap utuh. ini dilakukan dengan mengganti sementara mutual cluster dari objek dengan titik pusat mutual cluster tersebut.
3. Setelah pengelompokan dengan menggunakan metode top-down selesai, dilanjutkan dengan membagi setiap mutual cluster dan melakukan pengelompokan top-down dalam setiap mutual cluster.
• Hasil pengelompokan suatu metode dapat dikatakan baik jika anggota dari setiap kelompok memiliki internal homogeneity yang tinggi satu sama lain dan perbedaan yang tinggi dengan anggota dari kelompok yang lain (external homogeneity) (Bunkers dkk, 1996).
17
K
k kw SKS1
1
21
2
1
11
K
k kb XXKS
• Pemilihan jumlah kelompok juga bisa ditentukan melalui pendekatan analyze of varians dengan hipotesis sebagai berikut.
• H0 : Antar kelompok tidak terdapat perbedaan antar satu dengan yang lain.
• H1 : Paling tidak ada satu kelompok yang berbeda dengan kelompok yang lain.
• Tolak hipotesis H0 yang berarti terdapat perbedaan antar kelompok jika Fhitung lebih besar dari pada Ftabel.
18
),1,(0 aNaFF
19
Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Lamongan, yakni dalam buku Lamongan dalam angka tahun 2012.
20
sub sektor bahan pangan
var keterangan
x1 luas area panen padi (Ha)
x2 produksi padi (Ton)
x3 luas area panen jagung (Ha)
x4 produksi jagung (Ton)
x5 luas area panen ubi kayu (Ha)
x6 produksi ubi kayu (Ton)
x7 luas area panen kedelai (Ha)
x8 produksi kedelai (Ton)
x9 luas area panen kacang hijau (Ha)
x10 produksi kacang hijau (Ton)
x11 luas area panen kacang tanah (Ha)
x12 produksi kacang tanah (Ton)
sub sektor perkebunan
var Keterangan
x13 luas area panen tebu (Ha)
x14 produksi tebu (Ton)
x15 luas area panen tembakau Virginia (Ha)
x16 produksi tembakau Virginia (Ton)
x17 luas area panen tembakau rakyat (Ha)
x18 produksi tembakau rakyat (Ton)
x19 luas area panen kapas (Ha)
x20 produksi kapas (Ton)
21
sub sektor perternakan
var Keterangan
x21 populasi sapi (Ekor)
x22 populasi kerbau (Ekor)
x23 populasi kambing (Ekor)
x24 populasi domba (Ekor)
x25 produksi daging (Ton)
x26 populasi ayam buras (Ekor)
x27 populasi ayam ras (Ekor)
x28 populasi itik (Ekor)
x29 populasi itik manila (Ekor)
x30 produksi telur (Ton)
sub sektor perikanan
var Keterangan
x31 luas area ikan konsumsi sungai (Ha)
x32 produksi ikan konsumsi sungai (Ton)
x33 luas area ikan konsumsi rawa (Ha)
x34 produksi ikan konsumsi rawa (Ton)
x35 luas area ikan konsumsi kolam (Ha)
x36 produksi ikan konsumsi kolam (Ton)
x37 luas area ikan konsumsi sawah tambak (Ha)
x38 produksi ikan konsumsi sawah tambak (Ton)
x39 luas area ikan konsumsi waduk (Ha)
x40 produksi ikan konsumsi waduk (Ton)
22
Berikut ini adalah langkah-langkah analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian.
1. Melakukan deskripsi statistik untuk menganalisis kondisi sektor pertanian di kabupaten Lamongan padat tahun 2012
2. Mengelompokkan kecamatan di kabupaten Lamongan secara hybrid hierarchical clustering via mutual cluster, top-down clustering, bottom-up clustering berdasarkan kondisis dan produksi komoditas sektor pertanian.
3. Mendapatkan jumlah hasil pengelompokan yang terbaik.
4. Menganalisis hasil pembentukan kelompok.
5. Mendiskripsikan secara statistik untuk setiap kelompok kecamatan di Lamongan.
6. Membandingkan metode hybrid hierarchical clustering via mutual cluster dengan metode bottom-up clustering (agglomerative) dan top-down clustering (k-means) berdasarkan Internal homogeneity dan external homogeneity suatu kelompok serta pendekatan analyze of varians.
23
• Deskriptif Statistik Karakteristik Kondisi Sektor Pertanian Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan
Analisis dan Pembahasan
Sub sektor tanaman bahan bangan
var maks Kecamatan min Kecamatan standart
deviasi rata-rata
luas area panen padi (Ha) 10.600 sugio 548 Paciran 2506,66 4.730
produksi padi (Ton) 54.431 sugio 3.465 Paciran 12657,30 25.112
luas area panen jagung (Ha) 6.630 solokuro 0 Glagah 1590,89 1.917
produksi jagung (Ton) 42.512 solokuro 0 Glagah 9800,25 10.465
luas area panen ubi kayu (Ha) 1.160 brondong 0 Laren 299,75 102
produksi ubi kayu (Ton) 18.937 brondong 0 Laren 4892,49 1.659
luas area panen kedelai (Ha) 4.846 mantup 0 Paciran 1443,82 855
produksi kedelai (Ton) 6.590 mantup 0 Paciran 1922,42 1.139
luas area panen kacang hijau (Ha) 1.404 sekaran 0 Brondong 384,42 227
produksi kacang hijau (Ton) 2.044 sekaran 0 Brondong 520,59 300
luas area panen kacang tanah (Ha) 1.958 brondong 0 Bluluk 537,33 211
produksi kacang tanah (Ton) 2.626 solokuro 0 Bluluk 724,80 283
24
• Deskriptif Statistik Karakteristik Kondisi Sektor Pertanian Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan
Analisis dan Pembahasan
Sub sektor perkebunan
var maks Kecamatan min Kecamatan standart
deviasi rata-rata
luas area panen tebu (Ha) 681 mantup 0 Glagah 188,28 78
produksi tebu (Ton) 61.362 mantup 0 Glagah 15914,71 5.689
luas area panen tembakau virginia (Ha)
1.663 modo 0 Turi 435,28 197
produksi tembakau virginia (Ton)
22.699 modo 0 Turi 5753,98 2.504
luas area panen tembakau rakyat (Ha)
1.628 ngimbang 0 Deket 362,79 128
produksi tembakau rakyat (Ton)
18.559 ngimbang 0 Deket 4232,91 1.516
luas area kapas (Ha) 281 mantup 0 Paciran 56,73 17
produksi kapas (Ton) 25 mantup 0 Paciran 4,92 1
25
• Deskriptif Statistik Karakteristik Kondisi Sektor Pertanian Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan
Analisis dan Pembahasan
Sub sektor peternakan
var maks Kecamatan min Kecamatan standart
deviasi rata-rata
populasi sapi (Ekor) 11.639 sambeng 22 glagah 3472,63 4.097
populasi kerbau (Ekor) 69 sukorame 0 brondong 19,05 12
populasi kambing (Ekor) 7.103 Kembang-
bahu 617 glagah 1711,38 3.200
populasi domba (Ekor) 5.248 pucuk 647 Karang-
binangun 997,84 1.820
produksi daging (Ton) 1.500 babat 83 deket 365,61 446
populasi ayam buras (Ekor) 185.714 sugio 14.019 brondong 47558,00 68.135
populasi ayam ras (Ekor) 3.785.354 solokuro 0 turi 1148566 1.156.881
populasi itik (Ekor) 32.014 turi 252 glagah 7819,01 5.581
populasi itik manila (Ekor) 2.567 kalitengah 30 glagah 748,29 968
produksi telur (Ton) 153 paciran 7 ngimbang 38,81 76
26
• Deskriptif Statistik Karakteristik Kondisi Sektor Pertanian Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan
Analisis dan Pembahasan
Sub sektor perikanan
var maks Kecamatan min Kecamatan standart
deviasi rata-rata
luas area ikan konsumsi sungai (Ha) 267 sekaran 0 maduran 55,28 32
produksi ikan konsumsi sungai (Ton) 330 sekaran 0 maduran 68,41 41
luas area ikan konsumsi rawa (Ha) 4.965 laren 0 deket 965,01 263
produksi ikan konsumsi rawa (Ton) 683 laren 0 deket 132,82 36
luas area ikan konsumsi kolam (Ha) 48 sekaran 0 pucuk 13,76 13
produksi ikan konsumsi kolam (Ton) 462 turi 0 pucuk 88,14 39
luas area ikan konsumsi sawah tambak (Ha)
3.856 turi 0 brondong 1336,51 868
produksi ikan konsumsi sawah tambak (Ton)
7.387 glagah 0 brondong 2045,26 1.155
luas area ikan konsumsi waduk (Ha) 800 sugio 0 paciran 205,45 114
produksi ikan konsumsi waduk (Ton) 242 sugio 0 paciran 60,08 32
27
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Bottom-up Clustering
Analisis dan Pembahasan
kecamatan kode kecamatan kode
Sukorame 1 Sarirejo 15
Bluluk 2 Deket 16
Ngimbang 3 Glagah 17
Sambeng 4 Karangbinagun 18
Mantup 5 Turi 19
Kembangbahu 6 Kalitengah 20
Sugio 7 Karanggeneng 21
Kedungpring 8 Sekaran 22
Modo 9 Maduran 23
Babat 10 Laren 24
Pucuk 11 Solokuro 25
Sukodadi 12 Paciran 26
Lamongan 13 Brondong 27
Tikung 14
28
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Bottom-up Clustering
Analisis dan Pembahasan
29
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Bottom-up Clustering
Analisis dan Pembahasan
K Sw Sb Sw/Sb Fhitung Ftabel
2 31,119 19,444 1,600 0,390 F(0,05,1,25)=4,24
3 24,206 27,937 0,866 1,332 F(0,05,2,24)=3,40
4 22,612 29,422 0,769 1,693 F(0,05,3,23)=3,03
5 22,249 29,856 0,745 1,801 F(0,05,4,22)=2,82
6 20,871 31,460 0,663 2,272 F(0,05,5,21)=2,68
7 17,356 33,435 0,519 3,711* F(0,05,6,20)=2,60
8 16,803 33,116 0,507 3,884* F(0,05,7,19)=2,55
9 16,451 33,453 0,492 4,135* F(0,05,8,18)=2,51
10 13,881 35,724 0,389 6,623* F(0,05,9,17)=2,50
30
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Bottom-up Clustering
Analisis dan Pembahasan
kel kecamatan
1 sukorame, ngimbang, bluluk, modo,
kedungpring
2 sambeng, mantup, kembangbahu,
sarirejo
3 sugio, sukodadi, tikung
4
deket, glagah, karangbinagun, turi,
kalitengah, karanggeneng, babat,
lamongan
5 pucuk, maduran, sekaran
6 laren
7 solokuro, paciran, brondong
31
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Top-down Clustering
Analisis dan Pembahasan
32
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Top-down Clustering
Analisis dan Pembahasan
Kel Sw Sb Sw/Sb Fhitung Ftabel
2 26,041 26,126 0,997 1,007 F(0,05,1,25)=4,24
3 24,084 32,053 0,751 1,771 F(0,05,2,24)=3,40
4 22,455 32,335 0,694 2,074 F(0,05,3,23)=3,03
5 21,897 33,195 0,660 2,298 F(0,05,4,22)=2,82
6 20,884 32,643 0,640 2,443 F(0,05,5,21)=2,68
7 17,521 35,818 0,489 4,179* F(0,05,6,20)=2,60
8 14,607 38,366 0,381 6,898* F(0,05,7,19)=2,55
9 12,613 39,547 0,319 9,830* F(0,05,8,18)=2,51
10 11,064 38,879 0,285 12,349* F(0,05,9,17)=2,50
33
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Top-down Clustering
Analisis dan Pembahasan
kel kecamatan
1
Sukorame, deket, lamongan, glagah,
karangbinagun, kalitengah,
karanggeneng
2 bluluk, modo, kedungpring
3 ngimbang, sambeng, mantup
4 kembangbahu, babat, sukodadi,
tikung, sarirejo, sugio
5 pucuk, maduran, laren, sekaran
6 turi
7 solokuro, paciran, brondong
34
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster
Analisis dan Pembahasan
mutual cluster yang terbentuk sebanyak 7 buah, yakni:
1. Kecamatan Deket dengan Kalitengah
2. Kecamatan Glagah dengan Karang-binangun
3. Kecamatan Pucuk dengan Maduran
4. Kecamatan Solokuro dengan Paciran dan Brondong
5. Kecamatan Bluluk dengan Modo
6. Kecamatan Sugio dengan Tikung
7. Kecamatan Sambeng dengan Mantup.
35
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster
Analisis dan Pembahasan
36
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster
Analisis dan Pembahasan
Kel Sw Sb Sw/Sb Fhitung Ftabel
2 26,041 26,126 0,997 1,007 F(0,05,1,25)=4,24
3 24,084 32,053 0,751 1,771 F(0,05,2,24)=3,40
4 22,455 32,335 0,694 2,074 F(0,05,3,23)=3,03
5 21,897 33,195 0,660 2,298 F(0,05,4,22)=2,82
6 20,884 32,643 0,640 2,443 F(0,05,5,21)=2,68
7 17,521 35,818 0,489 4,179* F(0,05,6,20)=2,60
8 14,607 38,366 0,381 6,898* F(0,05,7,19)=2,55
9 14,633 38,315 0,382 6,856* F(0,05,8,18)=2,51
10 12,882 37,699 0,342 8,564* F(0,05,9,17)=2,50
37
• Pengelompokan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lamongan Secara Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster
Analisis dan Pembahasan
kel kecamatan
1
Sukorame, deket, lamongan, glagah,
karangbinagun, kalitengah,
karanggeneng
2 bluluk, modo, kedungpring
3 ngimbang, sambeng, mantup
4 kembangbahu, babat, sukodadi,
tikung, sarirejo, sugio
5 pucuk, maduran, laren, sekaran
6 turi
7 solokuro, paciran, brondong
38
• Perbandingan Metode Hybrid Hierarchical Clustering Via Mutual Cluster dengan Metode Bottom-up dan Top-down Clustering.
Analisis dan Pembahasan
Jumlah pengelompokan terbaik sebanyak 7 kelompok.
Berikut merupakan perbandingan metode menggunakan nilai Sw dan Sb dengan pengelompokan sebanyak 7 kelompok.
Metode Sw Sb Sw/Sb Fhitung
Bottom-up clustering 17,356 33,435 0,519 3,711
Top-down clustering 17,521 35,818 0,489 4,179
Hybrid Hierarchical Clustering 17,521 35,818 0,489 4,179
39
• Deskriptif karakteristik hasil pengelompokan kecamatan-kecamatan di kabupaten lamongan dengan metode terbaik.
Analisis dan Pembahasan
Kel Kecamatan Karakteristik yang dominan
1
Sukorame, Deket, Lamongan,
Kalitengah, Karangbinangun,
Glagah, Karanggeneng
Populasi kerbau
2 Bluluk, Kedungpring, Modo Luas panen padi, luas panen tembakau virginia,
produksi virginia,
3 Ngimbang, Sambeng, Mantup
Luas panen kedelai, produksi kedelai, luas
panen tebu, produksi tebu, luas panen
tembakau rakyat, produksi tembakau rakyat,
luas panen kapas, produksi kapas, populasi
sapi, populasi kambing
4 Kembangbahu, Babat, Tikung,
Sarirejo, Sukodadi, Sugio
Produksi padi, produksi daging, luas area ikan
konsumsi waduk, produksi ikan konsumsi
waduk
40
• Deskriptif karakteristik hasil pengelompokan kecamatan-kecamatan di kabupaten lamongan dengan metode terbaik.
Analisis dan Pembahasan
Kel Kecamatan Karakteristik yang dominan
5 Pucuk, Maduran, Laren,
Sekaran
Luas panen kacang hiaju, produksi kacang
hijau, populasi domba, populasi ayam buras,
luas area ikan konsumsi sungai, produksi ikan
konsumsi sungai, luas area ikan konsumsi
rawa, produksi ikan konsumsi rawa
6 Turi
Populasi itik, populasi itik manila, produksi
telur, luas area ikan konsumsi kolam, produksi
ikan konsumsi kolam, luas area ikan konsumsi
sawah tambak, produksi ikan konsumsi sawah
tambak.
7 Solokuro, Paciran, Brondong
Luas panen jagung, produksi jagung, luas
panen ubi kayu, produksi ubi kayu, luas panen
kacang tanah, produksi kacang tanah, populasi
ayam ras
41
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada subsektor tanaman bahan pangan, luas area dan hasil panen komoditas padi memiliki nilai rata-rata yang lebih besar jika dibandingkan dengan komoditas yang lain. Pada subsektor perkebunan, komoditas yang paling banyak dihasilkan di Kabupaten Lamongan adalah komoditas tebu. Pada subsektor peternakan populasi ayam ras merupakan populasi ternak terbesar untuk penyumbang produksi telur sedangkan Populasi sapi merupakan populasi ternak terbesar untuk penyumbang produksi daging. Produksi terbesar pada subsektor perikanan terdapat pada komoditas ikan konsumsi sawah tambak.
42
2. Hasil pengelompokan dengan metode bottom-up clustering, top-down clustering, dan hybrid hierarchical clustering sama sama menghasilkan jumlah pengelompokan sebanyak 7 kelompok namun anggota dari masing-masing kelompok tersebut berbeda.
3. metode top-down clustering (k-mean) dan hybrid hierarchical clustering via mutual cluster merupakan metode terbaik pada kasus pengelompokan kecamatan di Kabupaten Lamongan berdasarkan variabel sektor pertanian.
43
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan beberapa penggunaan jarak antar kecamatan yang bisa digunakan dan juga penggunaan metode lain dalam menentukan jumlah kelompok terbaik. penelitian dengan mengelompokkan variabel sektor pertanian di setiap unit kecamatan di Kabupaten Lamongan menggunakan metode hybrid hierachical clustering via mutual cluster bisa diterapkan pada kabupaten-kabupaten yang lain di Jawa Timur.
44
BPS, (2012). Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2012. BPS Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
BPS, (2012). Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2012. BPS Lamongan, Lamongan.
Bunkers, W.J., Miller, J.R., DeGaetano, A.T., 1996. Definition of Climate Regions in the Northern Plains Using an Objective Cluster Modification Technique. J.Climate 9:130-146.
Chipman, H. and Tibshirani, R. (2006). Hybrid Hierarchical Clustering with Applications to Microarray Data. Biostatistics Journal- Oxford England, Vol. 7, Hal. 286-301.
Hair J. F. Anderson, R. E. Black, W. C. Babin, B. J. (2010). Multivariate Data Analysis. Seventh Edition, Pearson Education Prentice Hall Inc.
Johnson, Richard A. and D. W. Wichern. (1998). Applied Multivariate Analysis. Fourth Edition, Prentice Hall Inc. : New Jersey.
45
Mariyani, D. (2011). Penerapan Hybrid Hierarchical Clustering melalui Mutual Cluster Dalam Pengelompokan Kabupaten di Jawa Timur Berdasarkan Variabel Sektor Pertanian. Tugas Akhir. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Vijverberg, A. (2007). Cluster Microarray Data. Department of Mathematics journal, Pomona College.
Walpole, R. E. (1995). Pengantar Statistika, Edisi ke tiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Montgomery, D. C. (2001), Design and Analysis of Experiments, fiveth edition. John Wiley & Sons, New York.