VAGINAL SMEAR.docx
-
Upload
laila-andini -
Category
Documents
-
view
61 -
download
6
Transcript of VAGINAL SMEAR.docx
VAGINAL SMEAR
Oleh :
Nama : Laila AndiniNIM : B1J012053Rombongan : IIIKelompok : 1Asisten : Sumartika Yismatria
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan bereproduksi untuk
menghasilkan keturunan yang baru, mempertahankan jenisnya, dan
melestarikannya agar tidak punah. Reproduksi merupakan suatu proses menghasilkan
individu baru dari organisme sebelumnya. Organisme bereproduksi dengan dua cara
yaitu reproduksi seksual dan aseksual. Reproduksi seksual umumnya melibatkan
persatuan sel kelamin (gamet) dari dua jenis individu yang berbeda jenis kelamin
yaitu jantan dan betina. Mamalia merupakan salah satu kelas yang menggunakan
reproduksi seksual sebagai cara bereproduksi. Oleh karena itu mamalia mempunyai
aktivitas seksual yang menyertai sepanjang hidupnya. Aktivitas seksual tersebut
selalu berubah-ubah, kadang tinggi dan kadang juga rendah. Siklus estrus merupakan
salah satu penyebab perubahan aktivitas seksual tersebut.
Vaginal smear merupakan salah satu metode untuk mengamati tipe sel dan
proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan vagina. Hasil yang
didapatkan dari pengamatan tersebut dapat menentukan fase yang sedang dialami
oleh hewan betina yang diuji. Metode ini didasarkan pada kenyataaan bahwa pada
saat fase estrus, sel-sel epithel vagina mengalami kornifikasi sebagai akibat dari
kadar estrogen yang tinggi. Hewan yang ingin diketahui fase pada siklus estrusnya
adalah hewan betina yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Siklus estrus
terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Banyak hewan
yang memiliki daur estrus setahun sekali, disebut monoestrus. Ada pula yang
memiliki daur beberapa kali dalam setahun, disebut polyestrus. Daur ini pada
umumnya terdapat pada Rodentia dan hewan yang sudah turun-temurun dipelihara.
Syarat hewan yang akan diuji dengan vagina smear adalah hewanbetina
yangtelah masak kelaminnya dan tidak dalam kondisi hamil. Praktikum ini
digunakan mencit betina yang berumur minimal 8 minggu. mencit dipilih sebagai
preparat praktikum ini karena selain ukuran tubuhnya yang tidak terlalu kecil
ataupun yang tidakterlalu besar, mencit juga memiliki siklus estrus yang berlangsung
dalam waktu yang singkat dan fase estrusnya mudah untuk diamati.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat melakukan prosedur
pembuatan preparat apus vagina, mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam preparat
tersebut, dan menentukan fase dalam siklus estrus berdasarkan hasil vaginal smear.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah adalah objek glass,
cover glass, pipet tetes, cotton bud, bak preparat, mikroskop, dan tissue.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum vaginal smear adalah mencit
betina (Mus musculus) yang telah masak kelamin namun tidak dalam keadaan hamil,
larutan NaCl fisiologis, larutan alkohol 70%, air kran, dan pewarna methylen blue
1% akuosa.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Mencit betina yang akan diperiksa dipegang dengan tangan kanan dan
ditelentangkan di atas telapak tangan, sementara tengkuk dijepit oleh ibu jari dan
telunjuk. Ekor dijepit di antara telapak tangan dan jari kelingking.
2. Ujung cotton bud yang telah dibasahi dengan larutan NaCl fisiologis, kemudian
secara perlahan dimasukan ke dalam vagina mencit sedalam kurang lebih 5 mm
dan diputar secara perlahan dua hingga tiga kali.
3. Ujung cotton bud diapuskan dua sampai tiga baris dengan arah yang sama pada
objek glass.
4. Apusan vagina tersebut ditetesi dengan larutan methylen blue 1% sambil
sesekali dimiringkan agar pewarna merata pada permukaan ulasan, dan ditunggu
kurang lebih 5 menit. Pewarna yang berlebihan dibersihkan dengan cara
membilas dengan menggunakan akuades atau air mengalir, kemudian
dikeringkan lalu ditutup dengan cover glass.
5. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian
perbesaran kuat. Tipe dan proporsi sel dalam preparat apusan diperhatikan
(identifikasi).
6. Preparat digambar dan didokumentasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
2 1
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 : Mikroskopis Siklus Estrus Fase Estrus Awal Perbesaran 400 x
Gambar 2 : Skematis Siklus Estrus Fase Estrus Awal
Keterangan Gambar:
1. Sel epitel terkornifikasi
2. Sel leukosit
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan preparat apus vagina yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa sel yang tampak merupakan fase estrus awal. Hal ini dilihat dari sel
epitel yang terkornifikasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada preparat apus
vagina terdapat sel epitel poligonal dengan proporsi banyak, sel leukosit dengan
proporsi sedikit, dan epitel muda dengan proporsi sedikit. Fase estrus terbagi menjadi
dua tahap, yaitu estrus awal dan estrus akhir. Pada estrus awal, epitel berinti yang
terlihat lebih dominan, meskipun masih terdapat sedikit sel leukosit dan epitel muda.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Gilbert (1994), yaitu fase estrus memiliki
karakteristik penampangan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel – sel
superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang
menampakan sel – sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate. Akhir dari fase
estrus ditandai oleh adanya pelepasan sel epitel yang terkornifikasi, meskipun
beberapa tetap bertahan, terutama sekali berbatasan dengan pembukaan vagina. Jadi,
jika ada dominasi sel epitel terkornifikasi, maka fase masih disebut estrus
(Westwood, 2008).
Estrus adalah suatu fase kenaikan daya penerimaan, selektifitas, dan
atraktifitas seksual betina. Keadaan ini biasa terjadi pada mamalia, termasuk non
primata. Betina yang mendekati masa yang paling subur sebelum ovulasi, lebih
atraktif kepada pria Mamalia primata memiliki siklus menstruasi yang sama dengan
siklus estrus. Tidak seperti mamalia primata, beberapa hewan tidak mengalami
pendarahan yang disebut menstruasi (Frandson, 1993). Siklus estrus terdiri atas 4
fase yang berturut-turut yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Hong et al.,
2009).
Metode vaginal smear menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan
identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukaan vagina sehingga
apabila terjadi perubahan kadar esterogen, maka sel epitel merupakan sel yang paling
awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Sel epithel ditandai dengan bentuknya
yang oval atau poligonal. Sel leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di
seluruh bagian individu. Sel leukosit dapat ditandai dengan bentuknya yang bulat dan
berinti. Sel epitel dan sel leukosit didapatkan dengan cara membuat olesan yang
diambil dengan cara memasukkan cotton bud yang sudah diolesi dengan NaCl ke
dalam vagina marmut dengan cara memutar searah jarum jam. Fungsi dari NaCl
adalah untuk menjaga sel-sel atau organ-organ yang ada dalam marmut tidak rusak.
Hasil olesan vagina dioleskan ke objek glass yang telah dibersihkan dengan alkohol,
setelah itu diberi methylen blue. Fungsi methylen blue untuk memberi warna pada
olesan vagina. Olesan dibiarkan mengering kemudian diamati di bawah mikroskop.
Metode vaginal smear menggunakan sel epitel dan sel leukosit sebagai bahan
identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukaan vagina, sehingga
apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling
awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Sel leukosit di vagina berfungsi
membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum (Nalbandov, 1976).
Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina dengan cara mengamati
tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan (Caligioni,
2010). Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim
(serviks) dengan menggunakan mikroskop (Manuaba,2004). Tujuan tes pap smear
menurut Dalimarta (2004) adalah pemeriksaan penyaringan dan pelacak adanya
perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan pra kanker dapat
terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa
kesimpulan bahwa:
1.Vaginal smear adalahsuatu metode yang digunakan untuk mengetahui fase-fase
dalam siklus estrus.
2.Praktikum vaginal smear untuk kali ini didapatkan fase estrus pada mencit
betina yang ditandai dengan sel epitel yang telah menanduk dan sudah tidak adanya
sel leukosit.
B.Saran
Saran terhadap praktikum yang dilakukan ialah pada saat memasukkan cotton
buds ke dalam vagina mencit diharapkan hati-hati. Saat mengalirkan air dalam
membersihkan preparat dari metilen blue sebaiknyadilakukan dengan hati-hati, debit
air yang kecil dan airtidak menetes secara ke langsung preparat.Saat pengamatan
yang dilakukan di bawah mikroskop hendakya dilakukan dengan teliti, mengetahui
secara pasti bentuk dari sel epitel dan sel leukosit.
DAFTAR REFERENSI
Caligioni. 2010. Assessing Reproductive Status/Stages in Mice. Curr Protoc Neurosci. Author Manuscript: available in PMC (2010) : 1-11
Dalimarta,setyawan. 2002. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Penebar Swadaya, Jakarta.
Frandson, R. D. 1993. Anatomy and Physiology of Frm Animal. Lea Febigur, Philadelphia.
Gilbert, S. F. 1994. Development Biology. Sianuar Associates inc. Publisher, Massachusetts.
Hong H, Yen Y and Brockmeyer A. 2009. Changes in the Mouse Estrus Cycle in Response to Brca1 Inactivation Suggest a Potential Link Between Risk Factor Familial and Sporadic Ovarian Cancer. American Association for Cancer Research.
Manuaba, IBG. 2004. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan. EGC, Jakarta.
Nalbandov, A.V. 1976. Reproductive Physiology of Mammals and Birds : The Comparative Physiology of Domestic and Laboratory Animals and Man. W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
Westwood, F.Russel. 2008. The Female Rat Reproductive Cycle : A Practical Histological Guide to Staging. Global Safety Assessmen Vol. 36 : 377-378