V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA...

25
87 V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM 5.1. Pendahuluan Kalender tanam pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat tani oleh Kementerian Pertanian (Syahbuddin et al. 2007; Las et al. 2007). Di pihak lain, IPB melalui CCROM bekerja sama dengan BMKG, melakukan penelitian yang menghasilkan sebuah Kalender Pertanian Indonesia (Boer et al. 2007). Gaung kalender tanam semakin terdengar, ketika kalender tanam dipromosikan Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 dan dirangkum/direvisi dalam sebuah kalender tanam terpadu mulai akhir tahun 2011 (http://www.katam.litbang.go.id ). Menurut Boer (2002), kalender tanaman merupakan sistem penanggalan yang menunjukkan tingkat kepentingan hubungan antara kondisi lingkungan dengan fase pertumbuhan tanaman. Jadi kalender tanaman akan memperlihatkan kondisi lingkungan yang bagaimana yang tidak diinginkan atau diinginkan tanaman dan pada fase pertumbuhan yang mana tanaman menjadi sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan tersebut. Pendapat Syahbuddin et al. (2007) menyatakan bahwa Kalender tanam adalah suatu informasi yang menggambarkan potensi pola tanam dan waktu tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan air. Kalender tanam ini merekomendasikan alternatif pola tanam. Pada awal perkenalan mengenai kalender tanam yang dikeluarkan Litbang Pertanian, kalender tanam yang ada merupakan tabulasi dari tahun Normal, El- Nino, La-Nina dan existing petani setempat. Namun demikian sudah merekomendasikan pola tanam sampai level kecamatan, meskipun masih bersifat statis. Di lain pihak, kalender pertanian yang diperkenalkan Boer et al. (2007), menyampaikan permulaan teknik-teknik yang menyajikan informasi kalender tanam yang dapat diakses dan digunakan pengguna dengan memasukkan nilai tertentu pada web. Metode yang diperkenalkan dalam hal ini mengarah pada penggunaan kalender tanam dinamik. Kalender tanam perlu dikembangkan ke arah yang berorientasi dinamik, karena dengan dikeluarkannya kalender tanam dinamik, dapat diketahui informasi untuk setiap musim tanam, berdasarkan hasil prakiraan iklim yang dikeluarkan.

Transcript of V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA...

Page 1: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

87

V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM

5.1. Pendahuluan

Kalender tanam pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat tani oleh

Kementerian Pertanian (Syahbuddin et al. 2007; Las et al. 2007). Di pihak lain,

IPB melalui CCROM bekerja sama dengan BMKG, melakukan penelitian yang

menghasilkan sebuah Kalender Pertanian Indonesia (Boer et al. 2007). Gaung

kalender tanam semakin terdengar, ketika kalender tanam dipromosikan

Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 dan dirangkum/direvisi dalam sebuah

kalender tanam terpadu mulai akhir tahun 2011 (http://www.katam.litbang.go.id).

Menurut Boer (2002), kalender tanaman merupakan sistem penanggalan

yang menunjukkan tingkat kepentingan hubungan antara kondisi lingkungan

dengan fase pertumbuhan tanaman. Jadi kalender tanaman akan memperlihatkan

kondisi lingkungan yang bagaimana yang tidak diinginkan atau diinginkan tanaman

dan pada fase pertumbuhan yang mana tanaman menjadi sangat sensitif terhadap

kondisi lingkungan tersebut. Pendapat Syahbuddin et al. (2007) menyatakan

bahwa Kalender tanam adalah suatu informasi yang menggambarkan potensi pola

tanam dan waktu tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi

dan dinamika sumber daya iklim dan air. Kalender tanam ini merekomendasikan

alternatif pola tanam.

Pada awal perkenalan mengenai kalender tanam yang dikeluarkan Litbang

Pertanian, kalender tanam yang ada merupakan tabulasi dari tahun Normal, El-

Nino, La-Nina dan existing petani setempat. Namun demikian sudah

merekomendasikan pola tanam sampai level kecamatan, meskipun masih bersifat

statis. Di lain pihak, kalender pertanian yang diperkenalkan Boer et al. (2007),

menyampaikan permulaan teknik-teknik yang menyajikan informasi kalender

tanam yang dapat diakses dan digunakan pengguna dengan memasukkan nilai

tertentu pada web. Metode yang diperkenalkan dalam hal ini mengarah pada

penggunaan kalender tanam dinamik.

Kalender tanam perlu dikembangkan ke arah yang berorientasi dinamik,

karena dengan dikeluarkannya kalender tanam dinamik, dapat diketahui informasi

untuk setiap musim tanam, berdasarkan hasil prakiraan iklim yang dikeluarkan.

Page 2: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

88

Pengembangan kalender tanam dinamik berfungsi sebagai alat bantu

pengambilan keputusan. Kalender tanam dinamik diharapkan dapat membantu

otoritas lokal untuk mengevaluasi dan menilai tingkat risiko pengambilan

keputusan tertentu pada musim tertentu berdasarkan prakiraan iklim yang

diberikan. Informasi iklim pada musim yang akan datang, memungkinkan petani

mempunyai pilihan apakah akan menanam atau tidak, apa jenis tanaman yang

akan ditanam, varietas apa yang akan ditanam dan lain-lain. Sejalan dengan

pernyataan Buono et al. (2010) yang menegaskan bahwa penyusunan kalender

tanam dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pengguna secara lebih

dinamis, sehingga diharapkan dapat menjadi panduan operasional baik bagi

penyuluh pertanian maupun petani dalam menjalankan usahataninya secara

berkelanjutan. Informasi yang komphrehensif dari berbagai sektor terkait dapat

membantu otoritas lokal untuk mempersiapkan manajemen potensi risiko iklim ke

depan dan membantu petani untuk memperkirakan waktu tanam menyesuaikan

dengan kondisi iklim.

Adapun manfaat Kalender Tanam, secara umum adalah (Runtunuwu et al.

2009):

• Menentukan waktu tanam per kecamatan berdasarkan kondisi iklim (basah-

kering-normal)

• Menentukan pola tanam berdasarkan potensi sumber daya air

• Menetapkan strategi penyediaan & distribusi sarana produksi

• Perencanaan budidaya & pengelolaan tanaman untuk

menghindari/mengurangi resiko iklim

Dalam kaitannya dengan kalender tanam, ada beberapa hal yang

melatarbelakangi mengapa kalender tanam perlu disusun. Hal ini terkait dengan

perlunya pengelolaan risiko iklim. Hal-hal tersebut, yaitu : 1). kejadian bencana

iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada ketersediaan air untuk

pertanian yang merupakan bagian dari risiko iklim, 2). Sebagai perencanaan awal

pertanian kaitannya dengan sistem informasi iklim, 3). teknologi yang digunakan

petani menyangkut pola bertanam petani sebagai bagian teknologi adaptasi yang

perlu disiapkan dan 4). kelembagaan yang menyertai, baik itu kelembagaan pusat

maupun daerah, menyangkut sarana dan prasarana.

Pribadi (2008) yang diacu dalam Lassa et al. (2009) menyatakan bahwa

suatu proses pengelolaan risiko bencana dapat melibatkan secara aktif

Page 3: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

89

masyarakat yang berisiko dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau,

dan mengevaluasi risiko bencana untuk mengurangi kerentanannya dan

meningkatkan kemampuannya. Menurut Abarquez & Murshed (2004), dalam

pengelolaan risiko bencana diperlukan upaya pemberdayaan komunitas agar

dapat mengelola risiko bencana dengan tingkat keterlibatan pihak atau kelompok

masyarakat dalam perencanaan dan pemanfaatan sumber daya lokal dalam

kegiatan implementasi oleh masyarakat sendiri. Gambar 5.1. menyajikan sistem

pengelolaan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia dengan

mengutamakan komunikasi dan koordinasi pada pihak-pihak terkait.

Gambar 5.1 Ilustrasi salah satu pilar utama dalam sistem pengelolaan risiko

bencana dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia (Lassa et al. 2009)

Dalam kaitannya dengan kalender tanam, kegagalan dan keberhasilan

panen merupakan bagian dari pengelolaan risiko iklim. Berbicara mengenai risiko

(risk) berarti berbicara mengenai peluang (Boer 2002). Jadi dalam hal ini pilihan

pola tanam pada kalender tanam diharapkan dapat mengkalkulasi / menentukan

besarnya peluang suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan

kegagalan atau kerusakan.

5.2. Pranata Mangsa, indigenous knowledge cikal bakal kalender tanam

Page 4: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

90

Secara tradisional, kalender tanam telah lama dikembangkan oleh petani

Indonesia. Masyarakat Jawa dan Bali menyebutnya Pranata Mangsa (Sunda),

Pranoto Mongso (Jawa) dan Kerta Masa (Bali). Pranata Mangsa dibutuhkan

sebagai penentuan atau patokan untuk bercocok tanam (Syahbuddin 2007)

Pranata mangsa merupakan pengetahuan indigenous. Menurut Johnson

(1992) yang diacu dalam Sunaryo dan Joshi (2003), pengetahuan indigenous

adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakan oleh sekelompok masyarakat

dari generasi ke generasi yang hidup menyatu dan selaras dengan alam.

Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan inovasi atau uji coba secara

terus-menerus dengan melibatkan masukan internal dan pengaruh eksternal

dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru setempat. Oleh karena itu

pengetahuan indigenous ini tidak dapat diartikan sebagai pengetahuan kuno,

terbelakang, statis atau tak berubah.

Pranata mangsa adalah semacam penanggalan yang dikaitkan dengan

kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau

penangkapan ikan. Pranata mangsa berbasis peredaran matahari dan siklusnya

(setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari) serta memuat berbagai aspek fenologi

dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan

usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah

penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada

waktu-waktu tertentu.

Pranata mangsa berbentuk kalender tahunan yang bukan berdasarkan

kalender Syamsiah (Masehi) atau kalender Komariah (Hijrah/lslam) tetapi

berdasarkan kejadian-kejadian alam yaitu seperti musim penghujan, kemarau,

musim berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh bulan purnama

terhadap pasang surutnya air laut (Wiriadiwangsa 2005). Pranata Mangsa

dibutuhkan pada saat itu sebagai penentuan atau patokan bila akan mengerjakan

sesuatu pekerjaan. Contohnya melaksanakan usaha tani seperti bercocok tanam

atau melaut sebagai nelayan, merantau dan mungkin juga berperang.

Tabel Pranata Mangsa selama setahun dengan sistem pertanaman padi

masih setahun sekali (IP100):

1. Kasa (Kahiji) 22/23 Juni - 2/3 Agustus. Musim tanam palawija.

Page 5: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

91

2. Karo (Kadua) 2/3 Agustus - 25/26 Agustus. Musim kapok bertunas tanam

palawija kedua.

3. Katiga (Katilu) 25/26 Agustus - 18/19 September. Musim ubi-ubian

bertunas, panen palawija.

4. Kapat (Kaopat) 18/19 September-13/14 Oktober. Musim sumur kering,

kapuk berbuah, tanam pisang.

5. Kalima (Kalima), 13/14 Oktober - 9/10 November. Musim turun hujan,

pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda.

6. Kanem (Kagenep) 9/10 November - 22/23 Desember. Musim buah-buahan

mulai tua, mulai menggarap sawah.

7. Kapitu (Katujuh) 22/23 Desember - 3/4 Pebruari. Musim banjir, badai,

longsor, mulai tandur.

8. Kawolu (Kadalapan) 2/3 Februari. Musim padi beristirahat, banyak ulat,

banyak penyakit.

9. Kasonga (Kasalapan) 1/2 Maret - 26/27 Maret. Musim padi berbunga,

turaes (sebangsa serangga) ramai berbunyi.

10. Kadasa (Kasapuluh) 26/27 Maret -19/20 April. Musim padi berisi tapi masih

hijau, burung- burung membuat sarang, tanam palawija di lahan kering.

11. Desta (Kasabelas) 19/20 April - 12/13 Mei. Masih ada waktu untuk

palawija, burung-burung menyuapi anaknya.

12. Sada (Kaduabelas) 121/13 April- 22/23 Juni. Musim menumpuk jerami,

tanda-tanda udara dingin di pagi hari (Sumber: Wiriadiwangsa, 2005 dari

Buku Unak-anik Basa Sunda Th.2000).

Page 6: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

92

Gambar 5.2 Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek

moyang (http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya/130540-teknologi-kuno-bangsa-indonesia-yang-canggih.html)

Teknik membaca mangsa didasarkan atas nampaknya Rasi Waluku

(Orion) Apabila Rasi Waluku terbit pada waktu shubuh, hal ini berarti hari tersebut

adalah permulaan mangsa kasa (mangsa pertama). Dengan terbitnya Rasi Waluku

merupakan pertanda bagi para petani untuk mempersiapkan bajaknya (waluku-

nya). Apabila pada shubuh hari Rasi waluku telah merembang (dekat dengan

zenith) maka berarti permulaan mangsa kapat (mangsa labuh/hujan kiriman).

Apabila waktu shubuh Rasi Waluku mulai tenggelam berarti permulaan mangsa

kapitu (mangsa ketujuh). Pada mangsa kapitu biasanya ditandai dengan musim

hujan rendheng. Apabila pada waktu maghrib Rasi Waluku merembang maka

pertanda permulaan awal mangsa kasanga (mangsa kesembilan). Apabila pada

waktu maghrib Rasi Waluku mulai terbenam maka pertanda awal mangsa desta

(mangsa kesebelas). Pada masa ini orang-orang tidak bisa melihat Rasi Waluku,

sehingga diartikan sebagai masa selo atau apit. Yang artinya meng-apit waluku-

nya (menyimpan bajaknya).

Menurut Supriyono (2012), fenomena mongso untuk penciri dimulainya

pertanaman terbagi ke dalam empat musim, yaitu;

1. Fenomena Mongso Labuh (http://infotani.com/2012/01/05/pranata-mangsa-fenomena-cuaca-pertanian/) Mongso labuh adalah saat dimulainya kegiatan bercocok tanam setelah

musim kemarau yang dimulai pada mongso IV yang diawali dengan kegiatan

Page 7: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

93

pengolahan tanah. Untuk menanam benih, petani menunggu sampai tanah

menjadi dingin dan cukup lembab. Indikasi dinginnya tanah yang dipedomani

petani adalah mulai bertunasnya umbi-umbian, baik yang disimpan di rumah

maupun yang masih berada di kebun, seperti, gadung, uwi, talas dll. Apabila saat

itu tanah masih kering, mereka menunggu pergantian musim yang ditandai dengan

hembusan angin konstan berubah-ubah arah selama beberapa hari dan pada

saat angin berhenti itulah saat pergantian mongso yang sering disertai dengan

turunnya hujan yang disebut sebagai hujan menjelang pergantian mongso (udan

mapag mongso).

Komponen cuaca yang relevan dengan fenomena dinginnya tanah adalah

suhu tanah permukaan setiap jam 13.00 yang mendekati suhu maksimum

hariannya. Rata2 dasarian suhu tanah permukaan mencapai puncaknya pada

dekade ke 28 atau dekade-1 Oktober yang masih masuk mongso IV dan pada

dekade berikutnya yang mulai masuk mongso V suhu tanah permukaan mulai

menurun dan pada perioda tersebut umbi2an mulai bertunas dan rumput mulai

menghijau meskipun hujan belum turun.

Penyimpangan cuaca yang bisa mengacaukan perhitungan ini adalah

curah hujan berkepanjangan pada musim kemarau, terlebih pada saat munculnya

fenomena alam La-Nina, karena penyakit bulai sudah mulai muncul pada mongso

V. Meskipun demikian, pertanaman pada mongso V resikonya tetap lebih rendah.

2. Fenomena Mongso Bedhidhing

Mongso ke II dikenali masyarakat sebagai musim dingin atau mongso

bedhidhing dan masih bisa dijumpai setiap tahun. Fenomena alam yang sering

terjadi pada mongso ini adalah minyak kelapa membeku di pagi hari, banyak ayam

sakit dan mati sehingga sering disebut juga musim aratan atau pagebluk. Kapuk

randu mulai membentuk kuncup bunga sehingga ada masyarakat yang

menyebut bunga kapuk sebagai Karo.

Pada mongso I, bumi berada pada jarak terjauh ke matahari dan

dampaknya mulai dirasakan pada mongso ke II dimana udara malam sangat

dingin. Data cuaca pertanian yang relevan dengan fenomena ini adalah rata2

suhu udara minimum di malam hari, yang setiap tahun mencapai suhu terendah

pada dekade 23 atau dekade-2 Agustus, artinya yang masih bagian dari mongso

karo.

Page 8: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

94

3. Fenomena Mongso Rendengan

Sampai saat ini mongso VI masih diyakini sebagai masa tanam terbaik

untuk padi sawah dan sepanjang situasinya mendukung para petani berupaya

agar bisa tanam pada mongso VI. Kenyataan yang belum berubah sampai saat ini

adalah, padi yang ditanam pada mongso kanem memiliki resiko terendah

terhadap penyakit tanaman disamping produktivitasnya paling tinggi. Selama tiga

dekade pengamatan, dengan jenis padi dan cara tanam yang sama, tanaman

dengan masa panen sekitar mongso IX memiliki produktivitas tertinggi,

sedangkan memasuki mongso X produktivitasnya mulai menurun dan

penurunannya bisa mencapai 50%.

Faktor cuaca pertanian yang berperan disini bukan saja cuaca pada saat

tanam, tetapi juga cuaca menjelang panen, terutama untuk ukuran padi genjah,

yang relevan dengan jenis padi yang ditanam saat ini. Di dalam hal ini suhu tanah

pada kedalaman 1 meter setiap jam 07.00 pagi adalah komponen cuaca yang

paling berperan, terutama di dataran rendah. Suhu tanah ini mencapai puncaknya

pada dekade ke 10 atau dekade 1 April yang masuk mongso ke- X. Pada kondisi

suhu tinggi dari dalam tanah sawah akan keluar cairan berwarna merah pada

malam hari yang pada pagi harinya berubah menjadi kuning kecoklatan dan

dikenal sebagai karat tanah. Cairan inilah yang menyebabkan kerusakan

perakaran tanaman yang potensial dan mengganggu proses fisiologis sehingga

pengisian malai tidak sempurna atau dalam kata lain banyak bulir padi yang

kosong atau hampa.

4. Fenomena Mongso Gadu

Padi sawah yang ditanam pada mongso X – XI pertumbuhannya sangat

lambat dan anakannya kurang sehingga produktivitasnya juga kurang, tetapi yang

jauh lebih penting bagi petani adalah masalah hama tikus. Tanaman yang masa

tanamnya mongso X – XI apabila terserang hama tikus tingkat kepulihannya

<30%, sebaliknya, pertanaman mulai mongso XI pertumbuhannya berangsur-

angsur lebih bagus dan apabila terserang tikus tingkat kepulihan masih bisa >80%.

(Supriyono, 2012 diambil dari http://infotani.com/2012/01/05/pranata-mangsa-

fenomena-cuaca-pertanian/).

Masyarakat Dayak memilah Bulan Berladang atas Bulan-4 sampai Bulan-6

yang menandakan saatnya penyiapan lahan, kemudian dilanjutkan dengan

Page 9: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

95

pembakaran dan Bulan-7 sampai Bulan-9 saatnya menyemai benih. Bulan-4

ditandai apabila buaya mulai naik ke darat untuk bertelur. Bulan-6 ditandai

munculnya “Bintang Tiga” pada dinihari seperti kedudukan matahari jam 9.00 pagi

bertepatan dengan bulan Juli, saat kegiatan penebangan telah selesai. Bintang-

bintang yang ribuan banyaknya diantaranya yang muncul secara periodik juga

diyakini oleh masyarakat, khususnya di Kalimantan sebagai pertanda akan

datangnya air pasang atau mulainya air surut (Wisnubroto dan Attaqi 1997).

Pranata mangsa yang merupakan kearifan lokal ini merupakan kalender

tanam tradisional yang sudah diadopsi petani di suatu wilayah tertentu secara

turun temurun. Suatu tool untuk sinkronisasi kalender tanam dinamik dengan

pranata mangsa akan sangat berguna untuk menggabungkan keduanya.

5.3. Pengembangan Model Kalender Tanam di Indonesia

5.3.1. Kalender Tanam Kementerian Pertanian

Hasil-hasil penelitian mengenai kalender tanam telah dilakukan mulai TA

2007 (Pulau Jawa), tahun 2008 (Pulau Sumatera), tahun 2009 (Pulau Sulawesi

dan Kalimantan) dan 2010 (Bali, Papua Barat, NTB, NTT, Maluku) di Kementerian

Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kalender

tanam Kementerian Pertanian telah menyusun Peta Kalender Tanam Pulau Jawa

dan Sumatera berbasis kabupaten dengan skala 1:1.000.000 dan berbasis

kecamatan dengan skala 1:250.000. Peta ini menggambarkan waktu tanam dan

pola tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika

sumber daya iklim dan air (Las et al. 2007a dan Las et al. 2007b).

Peta kalender tanam tersebut disusun berdasarkan kondisi periode tanam

yang dilakukan oleh petani saat ini, dan berdasarkan tiga kejadian iklim yaitu tahun

basah (TB), tahun normal (TN), dan tahun kering (TK). Dengan demikian kalender

dan pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan masing-masing

kondisi iklim tersebut. Dengan kata lain, dalam penggunaannya kalender tanam

ini bersifat ‘look up table’. Peta kalender tanam dalam atlas ini disusun

sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para penyuluh, petugas dinas

pertanian, kelompok tani dan petani dalam mengatur kalender tanam dan pola

tanam, sesuai dengan dinamika iklim. Atlas ini juga memiliki keunggulan, yaitu

dinamis, karena disusun berdasarkan beberapa kondisi iklim, operasional pada

Page 10: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

96

skala kecamatan, spesifik lokasi, karena mempertimbangkan kondisi sumberdaya

iklim dan air setempat, mudah diperbaharui), dan mudah dipahami oleh pengguna

karena disusun secara spasial dan tabular dengan uraian yang jelas.

Gambar 5.3 Diagram alir penyusunan peta kalender tanam aktual dan potensial (Syahbuddin 2007)

Dalam kalender tanam yang disusun Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

• Pola Tanam (waktu tanam, jenis tanaman, dll) dengan 4 skenario :

Eksisting

CH Normal,

Kering (El-Nino),

Basah (La-Nina)

• Pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi

• Elastisitas ketersediaan air menurut skenario perubahan/anomali iklim

(maju-mundur, Basah, Kering, Normal) awal musim & jumlah CH

• Indeks & tingkat kekeringan, perubahan waktu dan durasi ketersediaan air

• Alternatif pola tanam (waktu tanam, varietas, dan jenis tanaman, dll)

Kalender tanam hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

ditampilkan dalam dua bentuk yaitu :

- Spatial dalam bentuk Peta Kalender Tanam

- Tabular dalam bentuk Tabel Rekomendasi Pola Tanam (& Waktu Tanam) per

Kecamatan, oleh karena itu kalender tanam ini berdasarkan ‘look up table’.

Page 11: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

97

Publikasi dalam bentuk Atlas Kalender Tanam sudah disusun sebanyak 3

volume:

- Volume I : Jawa (+ Madura) (2007)

- Valume II : Sumatera, Kalimantan (2008)

- Valume III : Bali, NTB, Sulawesi,dll (2008/09)

- Volume IV : Papua, Maluku, Malut, Bali, NTT, NTB, dan Makasar (2010)

Kalender Tanam Terpadu

Pada akhir tahun 2011, Badan Litbang Pertanian meluncurkan ”Soft

Launching Kalender Tanam Terpadu”. Pada kalender tanam terpadu sudah

menggabungkan teknologi-teknologi yang mendukung untuk tercapainya produksi

yang optimal, diantaranya varietas dan proporsi benih yang dianjurkan, pemupukan

berimbang, metodologi identifikasi bencana banjir, kekeringan dan OPT serta

menggunakan prediksi musim. Kalender tanam tepadu ditunjang dengan basisdata

yang terorganisir dengan baik. Kalender tanam yang dihasilkan diharapkan dapat

membantu di dalam menetapkan strategi penyediaan dan distribusi sarana produksi

serta perencanaan pola tanam, teknik budidaya pengelolaan tanaman untuk

menghindari/mengurangi resiko iklim pada tanaman pangan lahan sawah. Oleh

karena itu, diharapkan para pengambil kebijakan dapat dengan mudah dan cepat

melakukan perencanaan pertanian tanaman pangan di lahan sawah yang

mempertimbangkan prediksi iklim near real time yang meliputi waktu tanam, luas

tanam, rekomendasi dan kebutuhan pupuk, rekomendasi varietas dan kebutuhan

benih, serta informasi wilayah rawan banjir, kekeringan dan rawan OPT (Ramadhani

et al. 2011). Pengguna dapat mengakses dan juga menambahkan data pada feature

yang sudah disediakan, sesuai lokasi yang ingin diketahui. Akses tersedia di situs

Badan litbang Pertanian, http://www.litbang.deptan.go.id/, klik Kalender Tanam

Terpadu.

Desain sistem kalender tanam terpadu terdiri dari tiga tahapan (Gambar

5.4) (Ramadhani et al, 2011):

1. Desain database, data yang sudah dikumpulkan dalam tahap sebelumnya

disimpan dalam bentuk tabel relasional. Dalam tahap ini, tabel dibuat sesuai

dengan tingkat data administrasi dan data pendukungnya.

Page 12: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

98

2. Desain aplikasi berbasis desktop untuk mendukung kemampuan updating

data secara otomatis, aplikasi desktop ini dibutuhkan sebagai alat penghasil

data dinamis jika data tertentu atau algortima analisis diperbaruhi sewaktu-

waktu, sehingga aplikasi berbasis web dapat menampilkan data atau

informasi yang telah diubah secara cepat dan mudah.

3. Desain aplikasi berbasis web untuk publikasi data, perancangan antar muka

dalam aplikasi berbasis web ini akan terdiri dari peta digital dan interaktif,

data tabular yang mudah digunakan, dan kemampuan menyediakan peta

digital yang sudah di-layout dalam bentuk Portable Document Format (pdf)

dan tabel tabularnya secara dinamis.

Brainstorming

Inventarisirhasil penelitian

Pembuatan desain sistemkalender tanam terpadu

Desain database

Penyusunanalgoritma

analisis

Desainaplikasiberbasis

web

Desainaplikasiberbasisdesktop

Pembuatan sistem informasikalender tanam terpadu

PembuatanAplikasidesktop

Layout petakalender tanam

PembuatanAplikasi

berbasis web

Testing aplikasi berbasis web dan desktop

Instalasi server di tempat colocationVerifikasi lapang

Gambar 5.4 Diagram alir proses pembuatan sistem kalender tanam terpadu

(Ramadhani et al. 2011)

Kalender tanam terpadu ini direncanakan akan diupdate setiap 3 kali

setahun, yaitu untuk informasi awal musim hujan, awal musim kemarau dan

informasi untuk MK II. Update pertama untuk tahun 2012 dilakukan untuk

informasi musim tanam II (MK I).

Adapun pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kalender

tanam terpadu pada dasarnya sama dengan informasi yang dikeluarkan

sebelumnya, yaitu penyusunan peta kalender tanam aktual dan potensial dengan

Page 13: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

99

menggunakan analisis klimatologis. Kalender tanam aktual didasarkan pada

informasi luas baku sawah dan luas tanam dengan menginformasikan kalender

tanam existing petani. Analisis dilakukan dengan menggunakan data luas tanam

rata-rata sepuluh harian per kecamatan untuk periode lima sampai sembilan tahun

terakhir tergantung ketersediaan data di setiap provinsi. Awal tanam MT I

ditentukan pada saat 8% dari luas baku sawah kecamatan yang bersangkutan

telah ditanami padi. Awal tanam MT II ditentukan pada saat 6% dari luas baku

sawah telah ditanami padi. Sedangkan awal tanam MT III ditentukan pada saat 2%

dari luas baku sawah telah ditanami padi (Runtunuwu et al. 2008).

Kalender tanam potensial berdasarkan informasi curah hujan (isohyets,

onset dan indeks pertanaman), informasi yang dikeluarkan berupa kalender tanam

pada kondisi tahun El-Nino, La-Nina dan Normal. Penyusunan kalender tanam

potensial menggunakan informasi iklim/curah hujan sebagai parameter utama di

dalam penentuan onset musim tanam. Komponen utama deliniasi kalender tanam

adalah curah hujan dan ketersediaan air irigasi. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap awal adalah menginventarisasi data sumberdaya iklim, terutama curah

hujan, yang kemudian dianalisis untuk menentukan karakteristik curah hujan, yaitu

variabilitas iklim, zona agroklimat, potensi awal musim tanam (onset), dan

intensitas pertanaman (IP) (Runtunuwu et al. 2008).

Onset Waktu Tanam Potensial Onset mencirikan waktu tanam pada MT I.

Onset dimulai apabila curah hujan telah melebihi 35 mm/dasarian selama tiga

dasarian berturut-turut. Penentuan ini sangat terkait dengan jumlah dasarian (1

dasarian = 10 hari) selama setahun yang memiliki curah hujan lebih dari 35

mm/dasarian (LGP, length growth period).

Karakteristik sumberdaya iklim di atas masih merupakan informasi per

stasiun iklim, sehingga perlu dispasialkan untuk mendapatkan informasi utuh di

seluruh wilayah. Spasialisasi dilakukan berdasarkan tiga variabilitas iklim, yaitu

tahun basah, tahun normal, dan tahun kering. Dari masing-masing variabilitas iklim

tersebut dibuat dua layer zonasi digital, yaitu layer zona agroklimat dan layer

gabungan antara onset kalender tanam potensial dan IP. Kedua layer digital

selanjutnya ditumpangtepatkan (overlay) untuk mendapatkan kombinasi data yang

memiliki karakteristik iklim yang relatif homogen. Agar informasi yang diperoleh

sesuai dengan target, yaitu mengenai sawah, maka kedua layer tersebut juga

ditumpangtepatkan dengan layer distribusi sawah dari setiap kecamatan. Hasil

Page 14: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

100

overlay merupakan basis data kalender tanam yang kemudian digunakan untuk

menentukan onset setiap kecamatan, berdasarkan onset areal sawah yang

terluas.

Pada kalender tanam terpadu ada penambahan informasi baru berupa

informasi hasil prakiraan iklim sebagai input dinamik sekaligus mengembangkan

Atlas Kalender Tanam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian menjadi suatu informasi yang dinamik dan interaktif. Hasil

prakiraan yang dikeluarkan merupakan hasil prakiraan Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hingga Januari 2012, terhadap hasil prakiraan

BMKG ini tidak dilakukan analisis, hanya dilakukan interpretasi saja.

Tabel 5.1 Contoh kalender tanam tanaman pangan (padi) pada tahun normal

Gambar 5.5 Diagram alir kalender tanam dengan menggunakan informasi

prakiraan iklim BMKG

Page 15: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

101

Informasi hasil prediksi musim yang terdiri dari prediksi awal musim,

pergeseran musim dan sifat hujan, serta perkembangan prediksi iklim near real

time dari BMKG sedemikian rupa dimanfaatkan sebagai input dinamik yang akan

menjadi dasar pemilihan skenario anomali iklim pada Kalender Tanam yang akan

diterapkan pada musim yang akan datang. Beberapa hal yang dilakukan antara

lain, mempelajari peluang kejadian skenario anomali iklim dalam 2-3 musim

berurutan, penyetaraan satuan peta dasar terkecil dari zona musim (ZOM) atau

daerah bukan zona musim (Non-ZOM) menjadi berbasis administrasi di tingkat

kecamatan, menterjemahkan informasi prediksi musim dari berbasis ZOM dan

Non-ZOM menjadi berbasis kecamatan, serta menyusun informasi awal tanam dan

luas tanam berdasarkan informasi prediksi musim dan perkembangan prediksi

iklim near real time (Gambar 5.5) (Pramudia et al. 2011).

Pada kalender tanam terpadu, selain dilengkapi dengan hasil informasi

prakiraan iklim, juga dilengkapi dengan informasi identifkasi OPT dan analisis

wilayah rawan banjir dan kekeringan, varietas dan pupuk. Untuk identifikasi

wilayah rawan kekeringan, banjir dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

dilakukan analisis tingkat kerawanan banjir dan kekeringan, analisis wilayah

endemis OPT dan waktu puncak luas serangan banjir, kekeringan dan OPT.

5.3.2. CCROM-IPB dengan BMG Sejalan dengan penyusunan kalender tanam Kementerian Pertanian, pada

tahun yang sama (tahun 2007) Boer et a.l juga melakukan riset terkait kalender

tanam yang disebut sebagai kalender pertanian. Kalender tanam yang dihasilkan

sudah lebih bersifat dinamik, karena sudah memasukkan hasil prakiraan musim,

sebagai alat bantu pengambilan keputusan. Kalender tanam yang dihasilkan

menggunakan Bayesian network dan decision network. Dalam Decision Network

(DN), keputusan pemilihan pola ditetapkan berdasarkan informasi iklim dan

informasi lainnya yang diperoleh sebelum keputusan dibuat (Buono et al 2010).

Informasi dimaksud diantaranya adalah indeks ENSO yang dapat digunakan

sebagai indikator tentang kemungkinan perubahan awal masuk musim hujan,

prakiraan panjang musim hujan atau sifat hujan pada musim tanam.

Page 16: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

102

Dalam penyusunan decision network, ada lima jenis data yang digunakan,

yaitu; data ENSO (dalam kajian ini ialah data SOI Phase), lama musim hujan, sifat

musim, luas tanam dan kejadian kekeringan untuk pengambilan keputusan bentuk

pola tanam dengan tingkat risiko terkena kekeringan minimum. Keterkaitan antara

informasi-informasi ini disusun dalam suatu perangkat lunak SIPOTAN dengan

menggunakan bahasa pemograman PHP berbasis web. Ke lima jenis data ini

disusun dalam bentuk Bayesian Network dan nilai yang digunakan dalam bentuk

kode nilai.

Tabel 5.2 Nilai ke lima peubah yang digunakan dalam penyusunan Bayesian

Network (Boer et al. 2007) No Variabel Nilai Arti Ketersedi

aan Data 1 E-Phase :

SOI Phase Bln Agustus

1 Near Zero Ags ’89 s/d Nov. ’07 2 Consistent Negative, Rapidly Falling

3 Consistent Positive, Rapidly Rising

2 CH : Curah Hujan

1 CH<(0.85*Rataan tahunan) Jan ’89 s/d Sep. ’06 2 (0.85*Rataan tahuan)<CH<1.15*Rataan

Tahunan)

3 CH>(1.15*Rataan Tahunan)

3 SDMH : Sisa Dasarian Musim Hujan

1 Sisa MH <10 dasarian Nov. ’89 s/d Des. ’01 2 Sisa MH : 10, 11, 12, dan 13 dasarian

3 Sisa MH > 13 dasarian

4 LT : Luas Tanam

1 LT<0.85*LT Rataan tahunan Okt. ’89 s/d Sep. ’06 2 0.85*LT Rataan tahunan<LT<1.15*LT Rataan

Tahunan

3 LT>1.15*LT Rataan Tahunan

5 K : Kekeringan

1 Tidak ada lahan kekeringan Jan. ’89 s/d Des. ’04 2 0<luas lahan kekeringan<5000 Ha

3 5000 Ha<luas lahan kekeringan<15.000 Ha

4 luas lahan kekeringan>15.000 Ha

Praproses untuk mentransformasi mendapatkan nilai-nilai setiap peubah kategori tersebut adalah sebagai berikut (Boer et al. 2007):

1. SOI (SOI Phase) : diambil dari situs www.longpadock.qld.gov.au. 2. CH (Curah Hujan) :

Page 17: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

103

a. Dihitung rata-rata tahunan nilai curah hujan untuk setiap bulan (ada 12 bulan)

b. Untuk setiap bulan, nilai CH adalah : CH = 1 jika : Nilai CH < 0.85*Rata-rata Tahunan CH = 2 0.85*Rata-Rata Tahunan<Nilai CH<1.15*Rata-rata Tahunan CH = 3 Nilai CH>1.15*Rata-rata Tahunan

3. SDMH (Sisa Dasarian Musim Hujan) : a. Ditentukan Jumlah Sisa Dasarian pada setiap bulan berdasar

informasi Awal Musim Hujan (AMH) dan Lama Musim Hujan (LMH). b. Nilai SDMH adalah sebagai berikut :

SDMH=1 Jika Jumlah Sisa Dasarian <10 dasarian SDMH=2 Jika Jumlah Sisa Dasarian 10, 11, 12, atau 13 dasarian SDMH=3 Jika Jumlah Sisa Dasarian >13

4. LT (LuasTanam) : a. Dihitung rata-rata tahunan nilai LuasTanam untuk setiap bulan (ada

12 bulan) b. Untuk setiap bulan, nilai Luas Tanam adalah :

LT = 1 jika : Nilai LT < 0.85*Rata-rata Tahunan LT = 2 0.85*Rata-Rata Tahunan<Nilai LT<1.15*Rata-rata Tahunan LT = 3 Nilai LT>1.15*Rata-rata Tahunan

5. K (Kekeringan) : Penentuan kode untuk variabel K adalah mengikuti aturan seperti pada berikut :

1 Tidak ada lahan kekeringan

2 0<luas lahan kekeringan<5000 Ha

3 5000 Ha<luas lahan kekeringan<15.000 Ha

4 luas lahan kekeringan>15.000 Ha

Dari grafik di atas, maka luas lahan kekeringan dibagi menjadi 4 daerah seperti telah disebutkan di atas.

Dalam kajian ini, untuk menentukan tingkat kekeringan terdapat empat

peubah, yaitu SOI Phase, Curah Hujan (CH), Sisa Dasarian Musim Hujan (SDMH)

dan Kejadian Kekeringan (K). Keterkaitan tiga peubah tersebut adalah seperti

dalam Gambar 5.6 berikut (Boer et al. 2007):

Page 18: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

104

Gambar 5.6 Bayesian Network dengan tiga peubah Setelah diperoleh diagram keterkaitan di atas, dengan menggunakan data sample,

maka pada setiap node dihitung tabel peluang bersyaratnya, (Conditional

Probability Table, CPT). Secara lengkap akan diperoleh suatu BN, seperti

digambarkan pada Gambar 5.7 berikut :

CH

K ENSOPhase SDMH

Nilai P(ENSO) 1 0.3630 2 0.3904 3 0.2466

E

P(CH|E) 1 2 3

1 0.3774 0.2075 0.4151 2 0.4737 0.0702 0.4561 3 0.3889 0.1944 0.4167

E

P(SDMH|E) 1 2 3

1 0.6792 0.1132 0.2075 2 0.6316 0.1579 0.2105 3 0.6667 0.0833 0.2500

CH SDMH P(K|CH,SDMH) n 1 2 3 4

1 1 0.6304 0.1957 0.0652 0.1087 46 1 2 1 0 0 0 7 1 3 0.8750 0.1250 0 0 8 2 1 0.8182 0.1818 0 0 11 2 2 1 0 0 0 5 2 3 0.8333 0.1667 0 0 6 3 1 0.8462 0.1538 0 0 39 3 2 1 0 0 0 6 3 3 1 0 0 0 18

Gambar 5.7 Bayesian network

CH

K ENSOPhase SDMH

Page 19: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

105

Kemudian dibentuk decision network untuk membentuk pola tanam (Gambar 5.8)

Gambar 5.8 Decision network

Nilai dari keputusan (D) adalah berupa pilihan pola penanaman, yaitu :

a. D1= padi-padi penanaman dimulai awal musim hujan

b. D2= padi-padi penanaman dimulai satu bulan setelah musim hujan

c. D3= padi-padi penanaman dimulai dua bulan setelah musim hujan

d. D4= padi-padi penanaman dimulai tiga bulan setelah musim hujan

Sedangkan node U adalah fungsi utilitas yang nilainya tergantung dari Keputusan

(D) yang diambil dan kemunculan (outcome) dari node Kekeringan (K). Oleh

karena node K mempunyai 4 kemungkinan nilai (Tabel 3.2) dan D juga mempunyai

4 kemungkinan tindakan, maka node U terdiri dari 4x4=16 kemungkinan/baris.

Dari sini dapat dihitung nilai harapan kerugian yang timbul dari setiap keputusan

yang diambil. Sedangkan penghitungan Fungsi Utilitasnya dengan

menggunakan alur logika sebagai berikut :

a. Penetapan 3 bulan mundur setelah AMH sebagai tanam kedua dari D1,

satu bulan berikutnya adalah tanam kedua dari D2, satu bulan berikutnya

lagi sebagai tanam kedua dari D3, dan satu bulan berikutnya sebagai

tanam kedua dari D4.

b. Penghitungan proporsi luas tanam setiap D1, D2, D3, dan D4 pada bulan

berjalan.

c. Proporsi luas tanam dikalikan dengan total luas lahan kekeringan

CH

K SOI Phase SDMH

D: Pola Tanam

U

Page 20: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

106

5.3.3. I-MHERE B2C IPB

Mulai tahun 2010 riset tentang kalender tanam dilaksanakan oleh

Departemen Geofisika dan Meteorologi dengan CCROM melalui I-MHERE B2C

IPB (Boer et al. 2010). Penelitian ini diberi judul besar “Improving Research

Excellence On Agricultural Adaptation (A)” dengan aktivitas “Increasing The

Resilience Of Agriculture System To Global Warming and Climate Change (A2)”.

Topik ini merupakan salah satu upaya dalam adaptasi terhadap perubahan iklim.

Salah satu rekomendasi untuk mengatasi penurunan produksi padi dalam

menghadapi keragaman dan perubahan iklim adalah dengan pengaturan waktu

tanam. Penelitian pada tahun I telah menghasilkan sistem penentuan kalender

tanam dinamik dan semi-dinamik berdasarkan kondisi iklim yang digambarkan

oleh kondisi ENSO. Penelitian ini merupakan pengembangan dari riset yang

dilakukan tahun 2007. Hasil penelitian tersebut memerlukan verifikasi dan

sosialisi kalender tanam yang telah dihasilkan. Verifikasi dilakukan untuk

mengetahui detail wilayah mana saja yang dapat ditanami pada ketiga musim

tanam dan memverifikasi berapa luas tanam maksimum yang dapat ditanami pada

ketiga musim tanam pada kondisi normal. Sebagai bahan sosialisasi dibuat

modul/panduan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Modul/panduan berupa

booklet dan dapat di download di website, berisi cara menggunakan kalender

tanam dinamik maupun semi-dinamik. Namun demikian pemanfaatan kelendar

tanaman dinamik tidak akan efektif apabila tidak disertai dengan pembangunan

kemampuan kelembagaan daerah untuk memanfaatkannya dalam menyusun

strategi dan program pengelolaan risiko iklim. Penguatan kelembagaan daerah

dalam pengelolaa risiko iklim dilakukan melalui konsultasi dengan pejabat

berwenang, diskusi, workshop dan pelatihan untuk para pemangku kepentingan

terkait serta pembentukan kelompok kerja yang akan berperan dalam melakukan

penataan dan penyusunan perangkat yang diperlukan dalam pengembangan

sistem pengelolaan risiko iklim yang lebih efektif.

Page 21: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

107

Gambar 5.9 Model DN untuk kalender dinamik tanaman (Boer et al. 2010)

Untuk tahun 2011, penelitian dilaksanakan dalam bentuk penelitian lapang

dan desk study. Penelitian lapang dilakukan untuk meninjau langsung

persawahan dan wawancara dengan PPL dan petugas lapangan pelapor

gangguan tanaman di setiap wilayah hujan untuk mendapatkan informasi

mengenai ketersediaan air irigasi dan periode tanam pada bagian wilayah

Page 22: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

108

kecamatan yang mendapat rekomendasi tanam. Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui wilayah mana saja yang dapat ditanami pada ketiga musim tanam dan

memverifikasi berapa luas tanam maksimum yang dapat ditanami pada ketiga

musim tanam pada kondisi normal. Kegiatan lapang juga dilakukan dalam rangka

identifikasi dan penetapan SKPD yang akan menjadi pengguna kalender tanam

dinamik dan semi dinamik serta pelatihan terhadap petugas PPL dan SKPD dalam

memanfaatkan informasi kalender tanam yang telah disusun.

Desk studi dilakukan untuk melakukan validasi, evaluasi sistem

pengelolaan risiko iklim dan menyusun bahan panduan penggunaan kalender

tanam sebagai bahan sosialisasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian tahun

2010. Bahan panduan yang disusun akan di upload di website CCROM_SEAP

dan Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB.

5.4. Pengembangan Model Kalender Tanam Dinamik dalam penelitian ini

Pengembangan kalender tanam dinamik dalam penelitian ini dititikberatkan

pada penambahan decision yang dihasilkan. Decision network yang dihasilkan

menggunakan suatu pemodelan risiko iklim dengan mengukur fungsi utility

sebagai pendekatannya. Dengan demikian, kalender tanam dinamik yang

dikembangkan merupakan sistem informasi yang menyajikan pemilihan

tatalaksana pertanaman (pola, awal penanaman, pemupukan, irigasi, varietas ,

teknik budidaya lain) yang mempertimbangkan kemunculan kejadian iklim yang

bersifat probabilistik untuk mengurangi risiko terkait kejadian iklim tersebut,

dengan menggunakan analisis ekonomi untuk melihat kombinasi pilihan

tatalaksana terbaik.

Pemodelan tersebut dikaitkan dengan strategi teknologi budidaya dalam

hubungannya dengan produktivitas padi, yang dikuantifikasi berdasarkan

komponen-komponen sistem informasi dan kalender tanam dalam hubungannya

dengan produktivitas tanaman. Sehingga decision yang dihasilkan, tidak saja

menyangkut waktu tanam, tetapi juga sudah memasukkan pilihan teknologi

budidaya seperti pupuk, irigasi dan varietas. Mengingat pemilihan pupuk, varietas

maupun penggunaan irigasi akan memberikan produksi yang berbeda pada

tanaman. Disamping itu, juga dilakukan analisis keuntungan dan kerugian yang

dijabarkan melalui penggunaan Sistem Inferensi Fuzzy yang digabung dengan

Page 23: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

109

hasil simulasi DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology Transfer)

(Jones et al. 2003), sehingga berdasarkan pilihan kombinasi pada decision, dapat

diketahui keuntungan atau kerugian akibat pemilihan salah satu jenis atau

kombinasi teknologi tersebut.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pola alternatif tanam ideal yang

menguntungkan secara ekonomi, ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi

(pupuk, irigasi, varietas) suatu usaha tani pada suatu musim tertentu. Kombinasi

teknologi budidaya tersebut diharapkan dapat memberi produksi maksimal dengan

tingkat kerugian yang minimal

Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System) Fungsi utility diharapkan dapat menggambarkan potensi pola tanam dan

waktu tanam tanaman semusim, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika

sumber daya iklim dan air, serta kalkulasi input dan output pada suatu usaha tani,

sehingga diketahui keuntungan dan kerugiannya. Nilai risiko untuk setiap

kombinasi antara keputusan pola tanam dengan kemunculan kejadian peubah

iklim diprediksi sebagai rata-rata dari beberapa tahun kejadian bencana

kekeringan. Dengan demikian, komponen ketakpastian dari data kurang

diakomodasi oleh model. Oleh karena itu, fungsi risiko yang memetakan

kombinasi keputusan dengan kejadian iklim ke nilai kerugian diformulasikan

dengan model Fuzzy Inference System (FIS). Dengan model FIS, tranformasi

dari kombinasi pola tanam dengan kejadian iklim ke nilai risiko dilakukan

berdasarkan kepakaran. Pengetahuan berdasar pakar tersebut selanjutnya

diformalkan dalam dengan aturan atau rule yang berbentuk (Jika ... Maka ...) dan

dinyatakan dalam logika fuzzy. Dengan demikian, faktor ketidakpastian

terakomodasi dan keterbatasan data dapat diatasi.

Pada Gambar 2, x sebagai peubah input dalam penelitian ini terdiri dari 3

peubah, yaitu nilai anomali SST Nino4, Panjang Musim Hujan (PMH), dan Curah

Hujan Musim Kemarau (CHMK). Selanjutnya ketiga input tersebut akan

memasuki rule 1 hingga rule ke r, untuk menghasilkan himpunan fuzzy output

yang merupakan nilai risiko kekeringan. Nilai prediksi risiko ini, yaitu y, dihitung

dengan formula defuzzykasi terhadap himpunan fuzzy aggregate dari hasil semua

rule.

Page 24: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

110

Hasil keluaran dari FIS berupa nilai kekeringan dalam ha. Untuk

mengetahui keuntungan dan kerugian usaha tani per ha, digunakan hasil dari

simulasi DSSAT yang digabungkan dengan hasil analisis usaha tani, sehingga

diperoleh input, output dan keuntungan / kerugian dalam bentuk rupiah. Kombinasi

yang paling menguntungkan itulah yang dipilih sebagai alternatif pola tanam ideal.

Dengan demikian pengembangan penelitian ini dari riset sebelumnya

adalah jumlah decision yang lebih banyak.dengan kombinasi yang bervariasi.

Kombinasi tersebut merupakan gabungan dari teknologi budidaya dengan tanggal

tanam, terutama ketersediaan air Irigasi yang sangat mempengaruhi hasil

tanaman. Hasil riset sebelumnya utility berupa table sehingga nilainya discret dan

data terbatas.

5.5. Simpulan

Riset kalender tanam dimulai sejak tahun 2007 oleh Kementerian Pertanian

yang lebih bersifat ‘look up table” dengan menggunakan tahun-tahun El-Nino,

La-Nina dan Normal yang diperoleh berdasarkan data rata-rata historis jangka

panjang. Prediksi disesuaikan dengan pola yang terbentuk pada tahun-tahun

tersebut dengan panduan peta dan table-tabel.

Riset kalender tanam yang disusun oleh Boer et al, lebih bersifat dinamik, karena

sudah memasukkan hasil prakiraan iklim, dan menggunakan Peluang yang

ditampilkan dalam Bayesian network. Decision yang dihasilkan adalah pilihan pola

tanam.

Pengembangan penelitian ini dari riset sebelumnya adalah jumlah decision

yang lebih banyak.dengan kombinasi yang bervariasi. Kombinasi tersebut

merupakan gabungan dari teknologi budidaya dengan tanggal tanam. Dengan

demikian, kalender tanam dinamik yang dikembangkan merupakan sistem

informasi yang menyajikan pemilihan tatalaksana pertanaman (pola, awal

penanaman, pemupukan, irigasi, varietas, teknik budidaya lain) yang

mempertimbangkan kemunculan kejadian iklim yang bersifat probabilistik untuk

mengurangi risiko terkait kejadian iklim tersebut, dengan menggunakan analisis

ekonomi untuk melihat kombinasi pilihan tatalaksana terbaik.

Page 25: V. PENGEMBANGAN KALENDER TANAM DINAMIK DI INDONESIA …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58906/8/BAB V... · iklim terutama akibat iklim ekstrim dan pengaruhnya pada

111

Berdasarkan state of the art kalender tanam ini, maka pada bab berikutnya

akan dipaparkan mengenai pengembangan decision network yang dioptimasi

dengan sistem inferensi fuzzy untuk penyusunan kalender tanam dinamik.