Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari...

30
Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Transcript of Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari...

Page 1: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 2: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

DAFTAR ISI

Hal

BAB I PENDAHULUAN . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ............ 1

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . ….. 4

A. Sistem Perbankan Indonesia .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ........... 4

B. Bagi Hasil Dalam Perbankan Syari’ah ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ........... 6

1. Pengertian Dasar ........... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ........... 6

2. Operasional Prinsip Bagi Hasil dalam Perbankan Syari’ah .............. 8

3. Pembagian Keuntungan dan Pertanggungjawaban Kerugian……….. 14

C. Prinsip Utama Perbankan Syari’ah: Prinsip Non-Riba . . ....................... 15

1. Definisi Riba ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....... ... ... ... ... ... ... ....... .......... 16

2. Jenis Riba..... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .......... 17

3. Larangan Islam Terhadap Riba ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .......... 18

D. Riba dan Sistem Perbankan Konvensional . . ... ... ... ... ... ... ... .... ......... 20

E. Hukum Bermuamalah dengan Bank Konvensional ... ... ... ... ... ... ......... 22

F. Perbedaan Antara Riba (Bunga) dan Bagi Hasil . .. ... ... ... ... ... ... ......... 24

BAB III PENUTUP . . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ......... 26

DAFTAR PUSTAKA . .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ........ 28

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 3: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

BAB I

PENDAHULUAN

Lembaga keuangan syari’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap

persoalan pertentangan antara bunga bank dan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam

Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan

lahirnya bank syariah di Indonesia. Bank Syariah yang lahir di Indonesia pada sekitar tahun

1990-an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Nasional yang di dalamnya menyebutkan salah satu bentuk sebuah bank yang beroperasi

dengan sistem bagi hasil. Kekuatan hukum ini kemudian diperkuat dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, sebagai revisi dari UU No.7 Tahun 1992 tersebut.

Timbulnya pertanyaan mendasar, mengapa Lembaga Keuangan Syari’ah (Bagi

Hasil) timbul dan beroperasi? Ada situasi dan keadaan yang menuntut lahir dan

beroperasinya Lembaga Keuangan Syariah (Bagi Hasil). Masalah pokoknya adalah

berkenaan dengan perangkat bunga yang telah dikembangkan oleh bank konvensional. Sebab

apabila ditelusuri lebih jauh, bahwa persoalan bunga bank di Indonesia sendiri sudah lama

menjadi ganjalan bagi umat Islam yang harus segera ditemukan pemecahannya.

Reaksi keras pertama kali dalam meng-counter terhadap persoalan bunga bank

adalah terdapat dalam tujisan K.H.Mas Mansur di Majalah Tablig Siaran pada

1

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 4: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

tahun 1973, bahwa bunga bank menjadi permasalahan yang sangat serius bagi umat

Islam. Namun karena pada saat itu belum ada deregulasi moneter dan perbankan, maka

reaksi tersebut belum menemukan jawaban. Baru setelah adanya deregulasi moneter dan

perbankan pada tahun 1983, sedikit mendapatkan jawaban terhadap permasalahan bunga

bank tersebut.

Membahas persoalan Lembaga Keuangan Syari’ah (Bagi Hasil), pada dasarnya

bersumber pada konsep uang dalam Islam. Sebab bisnis Lembaga Keuangan tidak dapat

lepas dari persoalan uang. Di dalam Islam, uang dipandang sebigai alat tukar, bukan

suatu komoditi. Diterimanya peranan uang ini secara meluas dengan maksud

melenyapkan ketidak adilan, ketidak jujuran, dan pengisapan dalam ekonomi

tukar-menukar. Sebagai alat tukar-menukar, peranan uang sangat dibenarkan, namun

apabila dikaitkan dengan persoalan ketidak adilan, di dalam ekonomi tukar-menukar

uang digolongkan sebagai riba al-Fadl. Oleh karena itu, di dalam Islam uang sendiri

tidak menghasilkan suatu papun. Dengan demikian, bunga (riba) pada uang yang

dipinjam dan dipinjamkan dilarang (apabila ada tambahannya).

Kaitan antara lembaga keuangan dengan uang dalam suatu unit bisnis adalah

penting, namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidak adilan,

ketidak jujuran dan penghisapan dari satu pihak ke pihak yang lain (lembaga keuangan

dengan nasabahnya). Kedudukan lembaga keuangan Islam dalam hubungannya dengan

para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedang dalam hal bank pada

umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur atau

2

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 5: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

debitur. Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut maka dalam menjalankan

pekerjaannya, lembaga keuangan Islam menggunakan berbagai teknik dan metode investasi

seperti kontrak mudharabah.

Di samping itu, lembaga keuangan Islam juga terlibat dalam kontrak Mudharabah.

Mekanisme lembaga keuangan Islam yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas

bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada para depositor atau pembebanan

suatu bunga dari para klien tidak timbul.

3

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 6: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Perbankan Indonesia

Lembaga keuangan kita secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan perbankan

terdiri dari Bank Sentral dan Bank Umum, baik Devisa maupun nonDevisa. Sebelum tahun

1992 sistem perbankan Indonesia masih menganut sistem tunggal. Baru kemudian pada tahun

1992 Indonesia menganut dua sistem, yaitu sistem bunga dan bagi hasil atau juga biasa

dikenal dengan Interest Free Banking System. Prinsip bagi hasil ini dijalankan berdasarkan

pada prinsip-prinsip syari’ah.

Latar belakang lahirnya perbankan tanpa bunga ini adalah dilandasi adanya pandangan

sebagian umat Islam yang menganggap bunga bank termasuk riba, oleh karena itu termasuk

yang diharamkan oleh Islam dan harus ditinggalkan. Pandangan seperti ini bukan hanya

beredar dan berkembang di kalangan muslim di Indonesia. Upaya untuk mencarikan lembaga

keuangan yang dapat menjalankan fungsi-fungsi perbankan konvensional, tetapi tetap

mematuhi rambu-rambu syari’ah telah banyak dilakukan oleh ekonom muslim dan ulama

dengan merujuk pada kitab-kitab fiqh dan literatur Islam lainnya. Prinsip-prinsip operasional

telah diatur oleh Islam dan telah dituliskan dalam literatur-literatur tersebut. Yang diperlukan

sekarang adalah pengembangannya agar memfasilitasi keperluan perbankan ini.

4

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 7: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Landasan dimungkinkannya perbankan dijalankan berdasarkan pada prinsip syari’ah

di Indonesia adalah UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan Nasional yang mencakup

pengakuan sistem bagi hasil, dan dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1992

tentang Bank berdasarkan Bagi Hasil. Berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah

tersebut Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank pertama yang beroperasi atas dasar

bagi hasil dan prinsip syari’ah didirikan. Perkembangan ekonomi Indonesia maupun tuntutan

masyarakat terhadap perbankan tanpa bunga semakin besar. Sehingga pada tahun 1998

disahkan UU No.10 tahun 1998 sebagai penyempurnaan atas UU No.7 tahun 1992, dan

kemudian diikuti dengan ketentuan pelaksanaannya melalui Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia tanggal 12 Mel 1999, yaitu tentang Bank Umum, Bank Umum berdasarkan Prinsip

Syari’ah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan BPR Syari’ah telah memberikan dasar hukum

yang lebih pasti dan memungkinkan perbankan syari’ah untuk berkembang. Undang-undang

ini memberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan bank dengan

prisnsip syari’ah, termasuk kesempatan untuk membuka kantor cabang khusus syari’ah bagi

bank konvensional atau mengkonversinya.

Dengan dibolehkannya praktek perbankan dijalankan dalam dua sistem, yaitu sistem

dengan bunga dan tanpa bunga, maka diperlukan perangkat perundang-undangan yang dapat

memfasilitasi keperluan kedua sistem tersebut secara adil. Penilaian terhadap kinerja

keduanya pun berbeda, oleh karena itu standard penilaian yang biasa digunakan dalam

perbankan dengan bunga harus disesuaikan bila akan

5

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 8: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

digunakan untuk menilai perbankan tanpa bunga. Akad-akad (kontrak) dalam masing-masing

sistem juga berbeda, dan tentunya konsekuensi hukum pun akan berbeda.

B. Bagi Hasil dalam Perbankan Syari’ah.

1. Pengertian Dasar.

Jika dalam mekanisme ekonomi konvensional menggunakan instrumen bunga,

maka dalam mekanisme ekonomi Islam dengan menggunakan instrumen bagi hasil. Salah

satu bentuk instrumen kelembagaan yang menerapkan instrumen bagi hasil. Salah satu

bentuk instrumen kelembagaan yang menerapkan instrumen bagi hasil adalah bisnis lembaga

keuangan syari’ah. Mekanisme lembaga keuangan Islam dengan menggunakan sistem bagi

hasil, tampaknya menjadi salah satu alternatif pilihan bagi masyarakat bisnis. Kendatipun

demikian prilaku bagi hasil dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menyusun kebijakan

moneter. Sebab prilaku bagi hasil akan mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara.

Bagi hasil sendiri menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan “Profit

Sharing”. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Secara definitif profit

sharing diartikan: “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu

perusahaan”.l Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai

tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh

1 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat,

2002), h.69.

6

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 9: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.2

Bentuk-bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi

saham-saham (penyertaan) perusahaan pada para pegawai, dibayar melalui laba perusahaan

dan memberikan para pegawai opsi untuk membeli saham-saham sampai pada jumlah

tertentu di masa yang akan datang pada tingkat harga sekarang, sehingga memungkinkan

para pegawai memperoleh keuntungan baik dari pembagian deviden maupun setiap

pertumbuhan dalam nilai saham yang dihasilkan dari peningkatan dalam kemampuan

memperoleh laba. Jika dalam suatu perusahaan, maka perolehan bagian laba sering

dianjurkan untuk meningkatkan tanggung jawab pegawai dan dengan demikian

meningkatkan produktivitas.

Keuntungan yang dibagi hasilkan secara proporsional antara shohibul mal dengan

mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis

mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib, dapat dimasukkan ke dalam biaya

operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul mal dan mudharib sesuai

dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam

perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti

shohibul mal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa

perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan di muka.

2 Ibid.

7

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 10: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

2. Operasional Prinsip Bagi Hasil dalam Perbankan Syari’ah.

Sebagaimana diketahui, bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Islam ini

menawarkan sistem bagi hasil kepada nasabahnya. Artinya, selain pembagian untung dan

rugi sama-sama ditanggung oleh kedua belah pihak, juga dapat difahami bahwa keuntungan

yang akan diperoleh nasabah bisa berubah-ubah, tergantung pendapatan atau keuntungan

yang diperoleh bank tersebut. Besarnya prosentase bagi hasil sudah ditetapkan oleh pihak

bank. Namun, biasanya masih membuka ruang tawar-menawar dalam batas wajar.

Perhitungan bagi hasil di bank syari’ah pun ada dua jenis;3 pertama profit/loss

sharing. Dalam sistem ini, besar-kecil pendapatan bagi hasil yang diterima nasabah

tergantung keuntungan bank. Kedua, revenue sharing, penentuan bagi hasil tergantung

pendapatan kotor bank. Bank-bank syari’ah di Indonesia umumnya menerapkan sistem

revenue sharing. Pola ini dapat memperkecil kerugian bagi nasabah. Hanya saja, jika bagi

hasil didasarkan pada profit sharing, presentase bagi hasil untuk nasabah jauh lebih tinggi.4

Menurut pengamat perbankan dan investasi Elvyn G.Masassya, menabung atau

mendepositokan uang di bank syari’ah cukup menarik. Tidak hanya bagi masyarakat muslim,

tetapi juga non muslim. Soalnya, dengan sistem bagi hasil terbuka peluang mendapatkan

hasil investasi yang lebih besar dibanding bunga deposito di bank konvensional. Maka, jika

ingin mendapatkan return yang lebih

3 Peluang Membiakkan Uang di Bank Syari’ah, www.takaful.com/ 4 Ibid.

8

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 11: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

besar, “deposito bank syari’ah dapat menjadi alternatif,” ujar Elvyn. Teatu saja, harus

didukung kondisi ekonomi yang kondusif, yang memungkinkan perusahaan di sektor riil

mampu membukukan keuntungan besar.

Berbicara mengenai prinsip bagi hasil dalam perbankan syari’ah, maka dapat dilihat

operasionalnya pada produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan syari’ah tersebut.

Produk-produk yang ditawarkan oleh bank konvensional pada dasarnya hanyalah satu produk

yaitu kredit, dan perjanjian yang dibuat adalah pinjam-meminjam. Untuk keperluan apa saja

disebut kredit. Hal ini berbeda dengan sistem perbankan syari’ah, produk perbankan syari’ah

sangat variatif dan beragam. Secara garis besar prinsip operasional dan produk pembiayaan

perbankan syari’ah dapat dikategorikan menjdi tiga,yaitu5: jual beli, investasi bagi hasil, dan

jasa. Tiap produk (pembiayaan) ini menghasilkan keuntungan yang berbeda, dari jual beli

bank mendapatkan keuntungan (margin), dari investasi bank mendapatkan keuntungan bagi

hasil, dan dari jasa bank mendapatkan imbalan (fee).

Tiga kelompok produk (pembiayaan) inilah yang akan menghidupi operasional

bank syari’ah. Pendapatan bank dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk

presentase. Beban keuntungan yang harus ditanggung oleh debitur atas pembiayaannya sudah

terukur, karena tidak boleh ada perubahan terhadap margin atau nisbah yang telah disepakati

di awal. Tidak ada pelipat gandaan terhadap keterlambatan pembayaran yang telah jatuh

tempo. Artinya sekali membuat

5 A.Riawan Arvin; Bimga, Imbalan dan Bagi Hasil, dalam Majalah Hukum Nasional No. l Tahun

2000, Jakarta, h.92.

9

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 12: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

kesepakatan, maka kesepakatan itulah yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi bagi para

pihak.

Prinsip bagi hasil dalam perbankan syari’ah menjadi prindip utama dan terpenting,

karena keuntungan (bagi hasil) itu merupakan balasan (upah) atas usaha dan modal, besar

kecilnya pun tergantung pada keduanya. Dalam qawaid fiqhiyah (kaidah fiqh) dikatakan

“algharam bil ghanam” (ada untung rugi), dan prinsip ini memenuhi prinsip keadilan

ekonomi.6 Dan dalam kaedah bisnis juga dikatakan bahwa setiap yang akan menghasilkan

keuntungan yang besar, juga terkandung resiko yang besar (high risk, high return).

Bagi pihak yang akan menjalankan prinsip ini mereka harus membuat kesepakatan

di awal yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan, nisbah (bagian) bagi hasil

masing-masing pihak cara pembagiannya. Usaha yang akan dijalankan adalah usaha-usaha

yang dibenarkan menurut syari’ah, tidak boleh ditanamkan pada usaha yang diharamkan.

Yang akan dibagi hasilkan adalah keuntungan bersih dari usaha tersebut. Tetapi boleh dibuat

kesepakatan antara kedua belah pihak, jika bagi hasil diperhitungkan dari total sales. Karena

yang dibagi hasilkan adalah keuntungan, maka besar kecilnya nominal keuntungan akan

mengalami turun naik, tergantung dari usaha dan kesungguhan dalam mengelola usaha

tersebut.

6 Ibid.

10

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 13: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Prinsip bagi hasil (profit sharing), secara umum dalam perbankan syari'ah dapat

dilakukan dalam empat akad utama, yaitu7 al-musyarakah, al-mudharabah, almuzara’ah dan

al-musaqah. Walaupun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah

dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara’ah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk

plantation financing atau pembiayaan pertariian oleh beberapa bank Islam.

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau

amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan kesepakatan.8

Adapun yang menjadi landasan syari’ah akad al-musyarakah ini adalah Al-Qur’an

Surat An-Nisaa ayat 12, yang artinya :

“... maka mereka berserikat pada sepertiga...”

Selanjutnya di dalam Al-Qur’an Surat As-Shaad ayat 24, dikatakan Pula:

“ Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian

mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh.”

7 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h.90. 8 Ibid

11

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 14: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Sedangkan Hadits Nabi yang berkaitan dengan hal ini adalah :

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa

Jalla berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah

satunya tidak menghianati lainnya.”

Hadits ini menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambaNya yang melakukan

perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi

pengkhianatan.

Adapun al-musyarakah dikenal ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan

musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam

musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan

berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang

atau lebih setuju bahwa setiap dari mereka memberikan modal musyarakah. Merekapun

sepakat untuk berbagi keuntungan den kerugian. Musyarakah akad terbagi lagi pada syirkah

inan, syirkah mufawadhad, syirkah a’maal, syirkah wujuh, syirkah al-mudharabah.

Adapun akad mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan

kakinya dalam menjalankan usaha.9

9Ibid., h.95.

12

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 15: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di

mana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian

itu diakibatkan karena kekurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus

bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Landasan syari’ah yang mendasari akad ini adalah Al-Qur’an Surat Al-Muzzammil

ayat 20.

“... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karuniaAllah... “

Sedangkan hadits Nabi menyatakan sebagai berikut:

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika

memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar

dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau

membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan

bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut

kepada Rasulullah SAW., dan Rasulullah pun membolehkannya.”

Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis; mudharabah mutlaqah dan

mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul

maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis

usaha, waktu dan daerah bisnis.

13

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 16: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Sedangkan mudahrabah muqayyadah, atau disebut juga dengan istilah restricted

mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si

mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan

ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis

dunia usaha.

3. Pembagian Keuntungan dan Pertanggungjawaban Kerugian.

Pembagian keuntungan dan pertanggungjawaban kerugian dalam syirkah dan

mudharabah dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut10:

a. Kerugian merupakan bagian modal yang hilang, karena kerugian akan dibagi ke dalam

bagian modal yang diinvestasikan dan akan ditanggung oleh para pemilik modal tersebut,

hal ini menunjukkan bahwa tidak seorangpun dari penyedia modal yang dapat

menghindar dari tanggung jawabnya terhadap kerugian pada seluruh bagian modalnya

tidak akan bertanggung jawab terhadap kerugian apapun.

b. Keuntungan akan dibagi di antara para mitra usaha dengan bagian yang telah ditentukan

oleh mereka. Pembagian keuntungan tersebut bagi setiap mitra usaha harus ditentukan

sesuai bagian tertentu atau prosentase. Tidak ada jumlah yang pasti yang dapat ditentukan

bagi pihak manapun.

10 M.Nejatullah Siddiqi, Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam, (Yogyakarta: Dana

Bhakti Prima Yasa, 1996), h.9.

14

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 17: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

c. Dalam suatu kerugian usaha yang berlangsung terus, akan menjadi baik melalui

keuntungan sampai usaha tersebut menjadi seimbang dan akhirnya jumlah nilainya dapat

ditentukan. Pada saat penentuan nilai tersebut, modal awal akan disisihkan terlebih

dahulu. Setelah itu jumlah yang tersisa akan dianggap keuntungan atau kerugian.

d. Pihak-pihak yang berhak atas pembagian keuntungan usaha boleh meminta bagian

mereka hanya jika para penanam modal awal telah memperoleh kembali investasi

mereka, juga apabila sebagai pemilik modal yang sebenarnya atau transfer yang sah

sebagai hadiah mereka.

D. Prinsip Utama Perbankan Syari’ah : Prinsip Non-Riba.

Perbankan syari’ah diharapkan menjadi solusi alternatif pembiayaan masyarakat

khususnya kelompok yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip syari’ah yang

mengharamkan bunga bank atau riba. Bagi komunitas Muslim Indonesia kehadiran bank

syari’ah diharapkan benar-benar menjalankan praktik perbankan sesuai dengan aturan hukum

(syari’ah) Islam, sehingga komunitas Muslim yang mayoritas penduduk Indonesia dapat

menjalankan muamalah yang berhubungan dengan aktivitas perbankan secara halal. Tentu

saja produk yang ditawarkan mestilah berdasarkan prinsip-prinsip muamalah Islam, karena

itulah yang menjadikan sahnya kontrak dalam setiap transaksi pada bank syari’ah.

Ketidak pahaman sebagian masyarakat bisa mengakibatkan keraguan dalam

berhubungan dengan bank syari’ah, meskipun bank syari’ah tidak hanya melayani

15

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 18: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

masyarakat Muslim tetapi juga komunitas non-muslim. Untuk itu diperlukan pula sosialisasi

dan pendidikan dari para praktisi perbankan untuk mengenal dan memahami prinsip-prinsip

syari’ah dalam perbankan Islam, sebelum mereka menawarkan produk-produk bank syari’ah

kepada masyarakat.

Ada empat prinsip utama dalam syari’ah yang senantiasa mendasari jaringan kerja

perbankan dengan sistem syari’ah, yaitu 11:

Prinsip pertama, Perbankan Non-Riba.

Prinsip kedua, Perniagaan Halal dan Tidak Haram.

Prinsip ketiga, Keridhaan pihak-pihak dalam berkontrak.

Prinsip keempat, Pengurusan dana yang amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Pada prinsip pertama, disinggung mengenai riba. Bagian ini akan menjelaskan aplikasi

perbankan tanpa riba, pembahasan berkenaan dengan riba akan mencakup:

1. Definisi Riba.

Ulama fiqh mendefinisikan riba dengan “kelebihan harta dalam suatu muamalah

dengan tidak ada imbalan/gantinya.”12 Maksudnya, tambahan terhadap modal uang yang

timbul akibat suatu transaksi utang piutang yang harus diberikan terutang kepada pemilik

uang pada saat utang jatuh tempo. Persoalan riba ini dibahas oleh ulama fiqh ketika

membicarakan berbagai konsep muamalah, seperti jual beli dan utang piutang.

Sedangkan pengertian riba

11 Jafril Khalil, Prinsip Syari'ah dalam Perbankan, tulisan dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 20,

Agustus-September 2002, h.47. 12 Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1997,h.1497.

16

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 19: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

menurut pandangan para pakar perundangan Islam adalah suatu kontrak atas harta

tertentu yang tidak diketahui persamaan dan ukurannya ketika akad dilaksanakan, atau

melambatkan penyerahan barang yang harus dipertukarkan atau melambatkan salah

satunya.13 Menurut definisi ini, apanila terjadi pertukaran barang yang digolongkan

kepada ribawy mestilah ukurannya sama, baik dari segi berat, barang yang ditimbang

ataupun sukatannya bagi orang yang disukat.14

2. Jenis Riba.

Berdasarkan definisi riba di atas, maka para ulama Mazhab Syafi’i membagi riba atas

tiga jenis, pembagian ini juga mereka kaitkan dengan barang-barang al-ribawy karena

pokok persoalan riba yang paling berpotensi adalah dari barang tersebut.

a. Riba al fadl15, artinya tambahan (al-ziyadah), yang dimaksud dengan riba jenis ini

ialah jual beli harta ribawy dengan sejenisnya dengan adanya tambahan yang dibuat

oleh seseorang yang berkontrak. Riba seperti ini dilarang dan diharamkan dalam

Islam berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Abi Sa’id al-Khudry.

Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah menjual emas dengan emas, kecuali sama berat. Janganlah dikurangi

atau ditambah antara sebagian dengan sebagian yang lain.”

13 Jafril Khalil, Op. Cit. 14 Ibid 15 Riba al-fadl ini juga diartikan dalam Ensiklopedia Hukum Islam sebagai riba yang berlaku dalam

jual beli yang didefinisikan oleh ulama fiqh dengan “kelebihan pada salah satu harta sejenis yang diperjual

belikan dengan ukuran syara”. Yang dimaksud dengan hukum syara’ di sini adalah timbangan atau takaran

tertentu.

17

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 20: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

b. Riba an-Nasi’ah artinya menangguhkan. Dimaksudkan dengan menangguhkan di sini

adalah apabila terjadi kontrak jual beli pada barang ribawy dengan barang ribawy

yang sama atau berlainan, yang masa pembayarannya ditangguhkan, baik barang yang

diperjual belikan itu sejenis dan berat sama ataupun berlainan. Riba seperti ini juga

diharamkan dalam Islam, seperti yang dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW dari

Abi Said. Bahwa Rasulullah bersabda.16

“Janganlah melaksanakan jual belikan antara benda yang tidak ada dengan benda

yang ada”

c. Riba al-Yad ialah melaksanakan jual beli barang-barang ribawy yang sejenis tanpa

ada persyaratan penangguhan pada masa akad. Namun pada kenyataannya penyerahan

barang tersebut dilaksanakan dalam keadaan tertangguh. Dalil tentang pengharaman

riba ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a :

“Janganlah melaksanakan jual beli emas dengan emas kecuali dalam keadaan

tunai”.

Pembagian riba di atas, menjelaskan kehati-hatian Islam dalam memelihara

kebersihan harta. Memelihara perasaan sesama insani dalam urusan bisnis.

3. Larangan Islam Terhadap Riba.

Apapun bentuk urusan bisnis riba mestilah dijauhi. Tidak ada tempat bagi riba

untuk masuk ke dalam sistem perdagangan Islam. Al-Qur’an secara tegas

16 Di dalam hadits ini dikatakan pula “Matslan di mitslin wa Yadan bi Yadin”, artinya: jumlah benda

mesti sama dan jual beli mesti tunai.

18

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 21: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

mengumumkan perang melawan riba. Sebagaimana maksud Surat Al-Baqarah ayat 278-279 :

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa

riba (yang belum diambil) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu

tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan

RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba, maka

bagi kamu (memiliki) harta modal dasarmu,; kamu tidak menganiaya dan tidak pula

dianiaya.”

Dalam prinsip perbankan syari’ah, masalah riba adalah musuh utamanya, sebab

salah satu filosofi wujud bank syari’ah adalah untuk menghindarkan muamalah riba seperti

yang dilaksanakan pada bank konvensional.

Adapun dampak praktek riba itu antara lain adalah17:

a. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin.

b. Uang modal besar yang dikuasai oleh the haves tidak disalurkan ke dalam usaha-usaha

yang produktif, misalnya pertanian, perkebunan, industri dan sebagainya yang dapat

menciptakan lapangan kerja banyak, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan juga

bagi pemilik modal sendiri, tetapi modal besar itu justru disalurkan dalam perkreditan

yang berbunga yang belum produktif

c. Bisa menyebabkan kebangkrutan usaha dan pada gilirannya bisa mengakibatkan

keretakan rumah tangga, jika si peminjam itu tidak mampu mengembalikan pinjaman

dan bunganya.

17 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiyhiyah, (Jakarta: PT.Gunung Agung, 1997), h.103.

19

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 22: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Karena melihat bahaya besar atau dampak negatif dari riba itulah maka Nabi

Muhammad membuat perjanjian dengan kelompok Yahudi yang tinggal di Jaziratul Arab,

bahwa mereka tidak dibenarkan menjalankan praktek riba, dan Islam pun dengan tegas

melarang riba.

E. Riba dan Sistem Perbankan Konvensional.

Bank konvensional ialah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya

menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau

badan guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga.18

Operasi perbankan konvensional sebagian besar ditentukan oleh kemampuannya

dalam menghimpun dana masyarakat melalui pelayanan dan bunga yang menarik. Suatu

tingkat bunga simpanan akan dikatakan menarik apabila19:

a. Lebih tinggi dari tingkat inflasi, karena pada tingkat bunga yang lebih rendah dana yang

disimpan nilainya akan habis dikikis inflasi.

b. Lebih tinggi dari tingkat bunga riil di luar negeri karena pada tingkat bunga yang lebih

rendah dengan dianutnya system devisa bebas, dana-dana besar akan lebih

menguntungkan untuk disimpan (diinvestasikan) di luar negeri.

18 Ibid 19 Muhammad, Op.Cit., h.61.

20

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 23: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

c. Lebih bersaing di dalam negeri, karena penyimpan dana akan memilih bank yang paling

tinggi menawarkan tingkat bunga simpanannya dan memberikan berbagai jenis bonus

atau hadiah.

Sistem perbankan konvensional merupakan system yang antagonistic karena di satu

sisi nasabah penabung menginginkan penerimaan yang tinggi, sedangkan nasabah pemakai

dana menginginkan pembayaran bunga yang rendah. Di sisi lain, bank telah menjanjikan

presentase tertentu dari dana yang ditempatkan penabung pada bank, apapun yang terjadi

setelah kurun waktu tertentu bank harus mengeluarkan dana untuk mengembalikan

tabungan/deposito + bunga. Selanjutnya, bila nasabah pemakai dana gagal dalam

memanfaatkan dana atau hasil yang diperoleh pemakai dana lebih kecil dari yang harus

dibayarkan kepada penabung, maka penabung tidak mau tahu akan hal itu, sehingga akhimya

menjadi beban bank.

Dalam sistem perbankan konvensional, suku bunga dari sisi simpanan/deposit

maupun pinjaman telah ditetapkan lebih dahulu (predetermined interest rate), dengan

mempertimbangkan cost of fund dan perkiraan bahwa kegiatan di sektor riil akan

memberikan rate of return tertentu, bukan berdasarkan realisasi rate of return di sektor rii1.20

Selanjutnya, penyaluran kredit kepada nasabah dalam perbankan konvensional juga

hanya akan bisa dinikmati oleh mereka yang mampu membayar

20 Jurnal Hukum Bisnis, Op. Cit., h.57.

21

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 24: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

tingkat bunga yang berlaku. Akibatnya akan selalu ada kesenjangan dan jurang pemisah

antara yang mampu dengan yang tidak mampu/lemah.

Secara makro, dalam upaya pembangunan ekonomi di mana praktik membungakan

uang merupakan bagian dari sistem ekonomi, pemerintah akan selalu dihadapkan pada situasi

yang dilematis dan kontradiktif 21 Dilematis, karena pemerintah harus memilih salah satu saja

dari dua keadaan yang sebenarnya sama-sama diperlukan, yaitu: pertumbuhan ekonomi yang

sangat tinggi saja, atau kestabilan ekonomi saja. Kontradiktif, karena pada upaya pemerintah

untuk mengendalikan inflasi dengan kebijaksanaan uang ketat tadi misalnya akan ditanggapi

oleh perbankan konvensional dengan menaikkan tingkat bunga yang mengakibatkan ekonomi

biaya tinggi. Kelesuan ekonomi dan dorongan inflasi kembali.

F. Hukum Bermuamalah dengan Bank Konvensional.

Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, umat Islam hampir tidak bisa

menghindari diri dari bermuamalah dengan bank konvensional yang memakai sistem bunga

itu dalam segala aspek kehidupannya, termasuk kehidupan agamanya. Misalnya dalam

kehidupan perekonomian umat Islam di Indonesia tidak bisa terlepas dari jasa bank. Sebab

tanpa jasa bank, perekonomian Indonesia tidak selancar dan semaju sekarang.

21 Muhammad, Op.Cit, h.62-63.

22

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 25: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Namun para ulama dan cendikiawan Muslim hingga kini masih tetap berbeda

pendapat tentang hukum bermuamalah dengan bank konvensional dan hukum bunga bank.

Perbedaan pendapat di antara mereka dapat disimpulkan sebagai berikut22:

1. Pendapat Abu Zahrah, Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Cairo, Abul A’la

al-Maududi (Pakistan), Muhammad Abdullah al-A’rabi, Penasehat Hukum pada Islamic

Congress Cairo dan lain-lain yang menyatakan, bahwa bunga bank itu riba masi’ah, yang

dilarang oleh Islam. Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang

memakai sistem bunga, kecuali kalau dalam keadaan darurat atau terpaksa. Dan mereka

mengharapkan lahirnya bank Islam yang tidak pakai sistem bunga sama sekali.

2. Pendapat A.Hasan, pendiri dan pemimpin pesantren Bangil (Persis) yang menerangkan

bahwa bunga bank seperti di negara kita ini bukan riba yang diharamkan, karena tidak

bersifat ganda sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al-Imran ayat 130.

3. Pendapat Majelis Tarjih Muhammadiyah di Sidoarjo Jawa Timur tahun 1968 yang

memutuskan bahwa bunga bank yang diberikan oleh bank-bank negara kepada para

nasabahnya demikian pula sebaliknya, adalah termasuk syubhat atau musytabihat.

Artinya, belum jelas halal/haramnya. Maka sesuai dengan petunjuk Hadits, kita harus

berhati-hati menghadapi masalah-masalah yang masih syubhat

22 Masjfuk Zuhdi, Op. Cit., h.112.

23

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 26: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

itu. Karena itu, jika kita dalam keadaan terpaksa atau kita dalam keadaan hajah, artinya

ada keperluan yang mendesak/penting, barulah diperbolehkan bermuamalah dengan

sistem bunganya itu sekedarnya saja.

Selanjutnya, menurut Mustafa Ahmad al-Zarqa, Guru Besar Hukum Islam dan

Hukum Perdata Universitas Syiria, bahwa system perbankan yang kita terima sekarang ini,

sebagai realitas yang tidak dapat kita hindari. Karena itu umat Islam boleh bermuamalah

dengan bank konvensional itu atas pertimbangan dalam keadaan darurat, dan bersifat

sementara. Sebab umat Islam harus mencari jalan keluar dengan mendirikan bank tanpa

sistem bunga, demi menyelamatkan umat Islam dari bunga bank.

Kondisi rill yang ada sekarang di Indonesia sebenarnya telah menjawab

permasalahan umat Islam tentang bermuamalah dengan bank konvensional yang selama ini

masih terus diperdebatkan. Di mana saat ini Indonesia telah mempunyai bank syari’ah (bank

Islam), yang menggunakan prinsip bagi hasil dan menolak adanya riba. Sehingga umat Islam

di Indonesia tentunya sudah punya pilihan untuk bermuamalah secara Islami, sehingga dapat

menghindari riba dalam bermuamalah yang sudah jelas jelas dilarang dalam Islam.

G. Perbedaan Antara Riba (Bunga) dan Bagi Hasil.

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab terdahulu, tentang sistem bagi hasil pada

perbankan syari’ah dan riba pada perbankan konvensional, maka di bawah ini dapat dilihat

perbedaan di antara keduanya.

24

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 27: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

Tabel 1. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil.

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuanbunga dibuat pada penentuan besamya rasio bagi hail waktu

akad (perjanjian) dengan dibuat saat akad dengan pedoman

asumsi harus selalu untung. pada kemungkinan untung dan rugi

2. Besamya persentase untung Besarnya rasio bagi basil berdasarkan

berdasarkan modal yang jumlah untung yang diperoleh

dipinjamkan.

3. Penyebaran bunga tetap seperti Bagi hasil bergantung pada keuntungan

yang dijanjikan tanpa atau kerugian proyek yang dijalankan.

pertimbangan lainnya.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat

meningkat walaupun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah

keuntungan berlipat. pendapatan.

5. Eksistensi bunga diragukan. Tidak ada yang meragukan keabsahan

bagi hasil.

25

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 28: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

BAB III

PENUTUP

Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama

yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau partnership merupakan

karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Oleh karenanya konsep bagi hasil atau sering

disebut PLS (Profit Loss Sahring) ini menjadi pembeda azali antara sistem perbankan

syari’ah dan konvensional. Namun, meskipun sudah menjadi agenda intelektual dari bank

ekonom konsep ini bagi pihak-pihak tertentu masih banyak bermuara kepada keragu-raguan.

Benarkah bisa mengantarkan kepada keuntungan bagi kedua belah pihak bank dan nasabah--?

Pembahasan menyangkut Profit Loss Sharing ternyata bukan hanya menjadi konsen

bagi Muslim saja. Di Barat, beberapa ekonom seperti Holmstrom, Stiglitz, Weitzman, Stadler

dan Castrillo di antara sedikit ekonom yang ikut mengupas konsep PLS23

Melihat kondisi perbankan di Indonesia, yang sudah memakai sistem bagi hasil ini,

maka umat Islam sebenarnya sudah tidak perlu khawatir lagi untuk bermuamalah dalam

perekonomian. Karena sistem bunga bank yang selama ini digunakan pada perbankan

konvensional sudah dapat dihindari. Setidaknya, untuk

23 Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Bagi Hasil dalam Kontrak, tanggal 26 Oktober 2001.

26

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 29: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

sekarang ini ada suatu alternatif bentuk muamalah bagi umat Islam Indonesia seharusnya

sudah dapat menjawab keragu-raguan.

Namun demikian , tumbuh dan berkembangnya bank syari’ah di Indonesia dengan

prinsip bagi hasil dan menghilangkan praktik riba, seharusnya tidak semata-mata bersifat

emosional tetapi lebih banyak bersifat rasional dan konsepsional untuk membantu upaya

pembangunan.

27

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006

Page 30: Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari ...library.usu.ac.id/download/fh/05007307.pdfOperasional Prinsip Bagi Hasil dalam ... persoalan pertentangan antara bunga bank

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

A.Riawan Amin, Bunga, Imbalan dan Bagi Hasil, dalam Majalah Hukum Nasional No. l

Tahun 2000, Jakarta..

Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1997.

Jafril Khalil, Prinsip Syari’ah dalam Perbankan, tulisan dalam Jurnal Hukum Bisnis

Volume20, Agustus-September 2002.

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, PT.Gunung Agung, Jakarta, 1997.

Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Salemba Empat,

Jakarta,2002.

M.Nejatullah Siddiqi, Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam, Dana Bhakti

Prima Yasa, Yogyakarta, 1996.

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press,

Jakarta, 2001.

INTERNET:

Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Bagi Hasil dalam Kontrak,

www.myqur’an.com,tanggal 26 Oktober 2001.

Peluang Membiakkan Uang di Bank Syari’ah, www.takaful.com/

28

Utary Maharani Barus : Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syari’ah dalam Rangka Menghilangkan Riba dalam Muamalat, 2005 USU Repository © 2006